Rabu, 13 September 2023

tertawa 1

Terapi humor dalam bahasa Inggris disebut dengan humor 
therapy atau laughter therapy (terapi ketawa). Dalam artikel ini 
kedua istilah ini  digunakan secara bergantian, namun penulis 
lebih cenderung menggunakan istilah terapi humor. Apa itu terapi 
humor? Terapi humor adalah terapi yang menggunakan kekuatan 
senyuman dan tawa untuk membantu penyembuhan suatu penyakit. 
Kedengarannya memang aneh dan nyeleneh. sebab  di kota mana 
pun di negeri kita ini belum ada seseorang yang membuka praktik 
terapi humor. Yang ada adalah komunitas terapi humor, yaitu 
sekelompok orang yang memiliki kegiatan melakukan humor 
sebagai terapi. Bisa jadi kita pernah mendengar terapi dengan batu 
giok, terapi dengan lintah, terapi dengan gigitan ikan, terapi dengan 
air putih dan asmaul-husna, terapi dengan ion elektrolit, terapi 
totok darah, dan masih banyak lagi. Kita belum pernah mendengar 
dan melihat suatu klinik yang memberikan terapi pada seseorang 
yang sakit dengan humor. Mengapa? sebab  terapi humor ini bisa 
diterapkan tanpa harus dalam bentuk formal seperti klinik ini . 
Terapi humor bisa dilakukan oleh setiap individu di mana saja dan 
kapan saja. Sangat praktis bukan!
Terapi humor bertujuan membantu kita untuk meringankan, 
atau sekurangnya mengeliminir derita suatu penyakit, yang pada 
akhirnya akan mempercepat proses penyembuhan. sebab , dengan 
membaca atau mendengarkan banyak humor yang lucu akan 
memancing kita untuk tertawa dan tersenyum. Atau memaksa kita 
untuk tersenyum sejenak. Derai tawa dan sesungging senyum ini 
bisa jadi akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang mahal. Atau jarang 
kita miliki, sebab , mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan 
pekerjaan dan bisnis yang mengharuskan bekerja dan berpikir 
keras.Wacana dan gagasan yang penulis ketengahkan di sini memang 
agak aneh, meski sebenarnya juga bukan hal baru. Dibilang aneh, 
sebab  sejak dahulu belum pernah ada penderita suatu penyakit 
yang diobati dengan membaca kumpulan naskah lelucon atau 
disuruh melihat film-film kartun yang sangat lucu sekali pun. 
Naskah-naskah humor, lelucon, atau dagelan model Arimulat 
dan sketsa-sketsa yang pernah ditayangkan di televisi yang memang 
hanya dimaksudkan untuk memancing tawa dan senyum pemirsa 
dalam waktu singkat juga tidak bisa menjadi obat seseorang yang 
sakit thypus, misalnya. Tetapi, humor dan sketsa nan jenaka itu 
amat penting bagi kehidupan kita. Agar dalam kehidupan ini tidak 
hanya berisi ketegangan dan kepanikan. Sekurangnya ketegangan 
hidup dapat disingkirkan sejenak dengan menyaksikan tayangan￾tayangan yang humoristik itu. Senada dengan pandangan ini, sejak 
zaman dulu, beberapa filsuf dan psikiater kenamaan seperti Sigmund 
Freud (1856-1939), Herbert Spencer (27 April 1820-8 Desember 
1903), William Glasser (lahir 11 Mei 1925), David Anthony Levy
(lahir 1954) juga telah mengetengahkan pandangan mereka bahwa, 
humor itu dapat menyingkirkan ketegangan psikis dan menjaga 
kesehatan mental. Bahkan dengan sering tersenyum sebab  sesuatu 
yang kita anggap lucu, atau ganjil, atau bertolak belakang dengan 
logika umum, kesehatan mental bisa terjaga dengan baik. 
Terapi humor yang penulis ketengahkan di sini adalah sebuah 
terapi psikologis bagi seseorang yang secara psikis dan fisik kurang 
sehat. Singkat kata, penulis ingin mengajak Anda semua tersenyum 
dan tertawa lebih banyak agar mendapatkan kesehatan jasmani dan 
ruhani, dengan cara-cara yang sederhana, mudah dan yang penting, 
tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah banyak. Jika Anda 
kebetulan sudah termasuk sosok yang humoris, dan berpenampilan 
sedikit nyleneh, maka, tak pelak lagi, itu sudah merupakan nilai plus. sebab  Anda akan mudah untuk membangkitkan tawa secara 
spontan rekan-rekan dan kolega yang ditemui setiap hari, meski 
tidak mengurangi esensi diri Anda yang sebenarnya juga termasuk 
orang serius. Membangkitkan tawa dan memaksa teman-teman 
tersenyum, berarti Anda telah memberikan hiburan gratis bagi 
mereka, yang bisa menyegarkan psikis mereka.
Anda kini bisa melihat, di Jakarta ini, banyak dijumpai wajah￾wajah tegang, pucat, kering dari senyum dan tawa. Penulis 
beranggapan juga begitu di kota besar lain, seperti Surabaya, Medan, 
Bandung dan lain-lain. Semua orang seperti dikejar waktu untuk 
bekerja dan menyelesaikan tugas. Wajah-wajah yang selalu tegang 
dalam mengejar target serta sering dihinggapi was-was inilah yang 
berpotensi untuk sakit secara psikologis, yang secara pelan-pelan 
akan merusak sel-sel dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Sebuah 
teori yang dikemukakan oleh fisiolog Perancis, Waynbaum pada 
abad ke-20, sekurangnya memperkuat pandangan itu. Menurut 
Waynbaum, manakala otot-otot wajah bergerak, apakah disebabkan 
pemiliknya tertawa ataukah marah dengan berapi-api, semuanya 
berkait dengan neurotransmiter dalam otak. Neurotransmiter inilah 
yang mengirimkan pesan-pesan kimiawi ke seluruh jaringan tubuh. 
Senyum dan tawa akan mempengaruhi hormon-hormon dalam 
tubuh secara positif. Sementara amarah, cemas, takut, dan perasaan 
getir lainnya akan mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh 
secara negatif. 
Pengaruh positif ini  secara nyata akan membuat kesehatan 
jasmani dan ruhani kita akan semakin akurat dan terjaga. Namun 
sebaliknya, dengan banyaknya, dan seringnya kita menerima pengaruh 
negatif, disebab kan sering marah, cemberut, dan cemas, pada 
akhirnya akan mempercepat proses merambat dan kesempurnaannya 
suatu penyekit. Yang terakhir ini jelas bukan harapan kitaDi beberapa rumah sakit pemerintah atau swasta, menurut 
hemat penulis memang diperlukan petugas khusus yang memiliki 
sense of humor tinggi, ramah, bersahabat, tidak galak, dan yang 
utama, bisa memberikan hiburan bagi para pasien. Demikian juga 
bagi pekerja sosial di pusat rehabilitasi, atau konselor di sekolah, 
perlu memberikan humor bagi para klien. Para pasien/klien perlu 
mendapatkan motivasi dari kedalaman diri mereka bahwa mereka 
dapat sembuh seratus persen; sehat seperti sedia kala. Pasien yang 
berbaring sakit dan tak berdaya secara fisik, harus disenangkan 
secara lahir batin. Para dokter bisa jadi terperangah dan tidak 
menyetujui pandangan ini, terutama jika pasien mereka belum 
melewati 60 persen kesembuhan. Itu wajar, sebab  pasien yang 
kesembuhannya masih di bawah 50 persen sangat membutuhkan 
ketenangan. namun percayalah bahwa, hiburan segar, dan syukur 
bisa memancing pasien untuk tertawa geli sangat diperlukan para 
pasien yang mungkin merasa bahwa harapannya untuk sembuh 
hanya 20 persen. 
 Beberapa rumah sakit sekarang sebaiknya memiliki rak khusus yang 
bisa berjalan dengan empat roda, menyediakan bahan humor lucu untuk 
orang-orang dari segala usia, apakah itu komik, atau sketsa-sketsa pendek 
yang lucu, dikemas dalam CD atau flash disk atau dalam memori-memori 
lain, yang seketika bisa dinikmati pasien sambil tiduran, duduk, atau 
berbaring. Perawat yang baik adalah perawat yang ketika mendatangi 
pasien berwajah manis dan mampu menenangkan, mendinginkan jiwa 
pasien. Sehingga pasien kala itu merasa damai, tentram, bahagia, dan 
bangkit kembali semangatnya untuk hidup. Pasien harus bisa tersenyum 
dengan dua bibirnya, atau sekali pun hanya dalam hati, dan matanya 
masih menerawang jauh tentang hari-harinya yang akan datang, akan 
bisa dilalui dengan selamat ataukah tamat riwayatnya.Sedangkan perawat yang buruk adalah yang suka mbesengut, 
dan kerap berbicara dengan pasien atau para penunggu dengan 
ketus, sama sekali tidak memiliki selera humor. Orang model ini 
tentu kedatangannya bagaikan bola api, yang membuat gerah 
para pasien dan penunggunya. Maka, penulis menyarankan bagi 
perawat jenis ini untuk mengubah citra dirinya, sehingga menjadi 
sosok yang humoris, cerdas, dan kedatangannya bagaikan bola es 
yang menyejukkan. Beberapa rumah sakit harus bisa memberikan 
training sehingga semua perawat dan petugas yang bekerja di sana 
humoris, mampu menghibur pasiennya, namun tetap profesional.
Aspek yang tidak kalah penting, para perawat, pekerja sosial, 
konselor dan mungkin juga para penunggu orang sakit, pada saat 
tertentu mesti bisa menjadi motivator bagi pasien/klien. Mereka 
harus bisa mengatakan kepada pasien/klien bahwa kesembuhan 
itu sebenarnya bisa diperoleh dari diri pasien sendiri, sepanjang 
dalam dirinya ada keyakinan dan harapan bahwa Tuhan masih akan 
memberinya anugerah yang paling indah. Dokter, obat, perawat, 
dan terapis hanyalah perantara. Dalam hal ini, ada sebuah wisdom 
yang menyebutkan: With money you can buy medicine, but hot 
health. Artinya, dengan uang Anda bisa membeli obat, namun Anda 
tidak bisa membeli kesehatan. 
Para ilmuwan telah meneliti hubungan antara pikiran dan tubuh, 
terutama sehubungan dengan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan 
suatu penyakit. Bidang ini yang biasa disebut psikoneuroimunologi. Derai 
tawa yang memancarkan keriangan mampu mengubah kimia otak dan 
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Humor memungkinkan 
seseorang untuk bisa mengendalikan situasi dan kondisi. Humor juga 
memungkinkan orang untuk melepaskan ketakutan, marah, dan stres, 
semua yang dapat membahayakan tubuh dari waktu ke waktu. Pendek 
kata, humor meningkatkan kualitas hidup.Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh American 
Physiological Society (2009) menunjukkan bahwa efek tertawa pada 
sistem kekebalan tubuh. Sampai saat ini studi dan penelitian mereka 
yang dipublikasikan menunjukkan bahwa, tertawa ternyata mampu 
menurunkan tekanan darah, mengurangi hormon stres, serta 
meningkatkan fleksibelitas otot. Selain itu, tertawa juga menambah 
fungsi kekebalan tubuh dengan meningkatnya perlawanan terhadap 
infeksi T-sel, melawan penyakit protein yang disebut gamma￾interferon dan sel-B, yang menghasilkan penyakit-menghancurkan 
antibodi. Tertawa juga memicu pelepasan endorfin, obat penghilang 
rasa sakit alami tubuh.
Siapa pun dapat menggunakan terapi humor, baik preventif atau 
sebagai bagian dari pengobatan untuk penyakit apa pun. Orang 
biasanya menggunakan untuk pengobatan jangka panjang untuk 
penyakit kronis, terutama mereka yang diperburuk oleh stres 
(seperti penyakit jantung dan asma). Penyakit kronis memiliki efek 
negatif pada suasana hati dan sikap, yang membuat penyakit lebih 
buruk. Tetapi, dengan humor segar dan lelucon-lelucon yang positif 
membantu mengurangi efek negatif dari perasaan tidak sehat, lepas 
kendali, takut, kecemasan, dan perasaan tak berdaya. Seiring dengan 
arus globalisasi yang terus menggerus keaslian budaya kita, beberapa 
perasaan terakhir memang kerap menghantui hati orang yang tidak 
teguh pendirian, atau siapa yang sekadar mengikuti arus tanpa 
memegangi filosofi hidupnya.
Terapi humor juga bermanfaat sebagai tindakan pencegahan bagi 
pengasuh orang yang mengidap penyakit kronis. Pengasuh sendiri 
beresiko tinggi menjadi sakit, sebab  bisa jadi yang dihadapi 
adalah sosok yang sakit dan bertahun-tahun tidak mengalami 
kemajuan secara signifikan. Namun terapi humor dapat membantu melepaskan stres mereka. Pengasuh dan orang yang diasuh dapat 
berlatih terapi humor bersama-sama. Selanjutnya, mereka akan 
memiliki kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.
Dagelan yang Bukan Terapi
Di kota-kota metropolis, seperti Jakarta, Surabaya, dan kota￾kota besar lainnya, tak dapat dipungkiri bahwa, tingkat stres yang 
diderita warganya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kota￾kota kecil di daerah, atau di kawasanan pedusunan. Itu tak lain 
sebab  mayoritas warganya yang bekerja di bawah tekanan untuk 
menyelesaikan suatu target. Sehingga, apa pun akan dilakukan asal 
target terpenuhi. Akibat selanjutnya adalah banyak orang yang 
terkena stres. Kepala pusing tujuh keliling, badan meriang, bahkan 
banyak pekerja di beberapa perusahaan dan kantor pemerintah 
yang sering mengalami kepala pusing dan sakit serta nyeri sebelah. 
Bila tak mampu menerima keadaan itu, bukan mustahil mereka 
akan bunuh diri, jika iman tidak kuat. 
Berita tentang orang bunuh diri sebab  depresi sudah sering kita 
dengar. Tak hanya itu, para pekerja politik, apakah itu para pimpinan 
partai politik yang memegang jabatan politis tingkat tinggi, dan para 
politisi tingkat provinsi, juga akan lebih sering dihinggapi apa yang 
namanya tekanan batin dan stres. Para wakil rakyat di Senayan yang 
sering kita lihat berdebat dengan mimik serius, dengan ekspresi seolah￾olah sedang menjadi pahlawan, suara tinggi, lantang, dan kadang 
nyaris terjadi kekerasan, juga sangat berpotensi memunculkan stres. 
Apa lagi jika seperti kita dengar dari media, adanya wakil rakyat yang 
pecicilan minta upeti ke pimpinan badan usaha milik negara, agar 
pembahasan proyek-proyek yang disodorkan ke lembaga legistalif itu 
bisa lolos dengan mulus tanpa banyak perdebatan, atau dengan sedikitdebat tak masalah –dengan akting yang prima seolah-olah serius– 
asalkan ujung-ujungnya lolos. Dengan redaksi sederhana dapat 
dikatakan, proyek-proyek yang dibiayai oleh uang negara, belum 
dimulai, bahkan baru direncanakan, dananya sudah dikorup dulu. 
Inilah keadaan yang tidak sehat, dan sangat berpotensi menghasilkan 
situasi kenegaraan yang buruk, dan pada akhirnya, jika perilaku itu 
sering dan terus berulang-ulang, maka akan menciptakan lingkaran 
setan. Sebuah keadaan yang mampu menumbuhkembangkan emosi 
negatif jamaah. sebab  ada individu-individu yang menggunakan 
senjata aji mumpung. Apa lagi jika itu terjadi secara berjamaah, atau 
setengah kolektif dan terstruktur dengan melibatkan perantara￾perantara yang kelihatannya sopan. Maka, keadaan seperti itu, 
penulis menamainya dengan kejahatan kolektif dan pada suatu saat 
nanti akan melahirkan dosa kolektif. sebab  sudah pasti bahwa, 
kejahatan itu melahirkan dosa. Dan siapa yang berdosa, dalam jumlah 
banyak, akan merasa resah, gelisah, was-was, dan pada saat-saat 
tertentu, ketika emosi negatif sudah mengkristal, dihinggapi depresi 
dan ketakutan. Keadaan yang terakhir ini bukan saja berpotensi 
menyerang psikis individu yang bersangkutan, tetapi, pada saatnya 
nanti, juga memunculkan penyakit fisik. Orang yang depresi dan 
mengalami tekanan luar biasa sebab  korupsi, itu tandanya masih 
memperhatikan suara hati nuraninya. Namun bagi sosok yang sudah 
tak memperhatikan suara hati kecil, koruptor kelas kakap, yang 
korupsi ratusan miliar rupiah tentu masih merasa tenang-tenang 
saja. sebab  hatinya sudah mati; semua makanan dan minuman yang 
masuk ke dalam tubuhnya hasil korupsi; dan saking banyaknya itu 
sudah mendarah daging. 
 Depresi yang luar biasa itu terjadi sebab  perilaku pembenaran 
seorang individu yang sebenarnya berperilaku tidak benar, atau 
menyimpang, namun tetap dinyatakan dan diutarakan sebagai perilaku yang benar dan sesuai dengan tugas dan kewenangannya (sebab  
sudah telanjur menjadi pejabat publik yang setiap hari disorot 
kamera jurnalis dan sering menjadi head-line news), meski pun harus 
berdusta, dan menyatakan orang lain yang salah, untuk menciptakan 
drama politik yang tidak elegan. Semuanya telah dikerubungi oleh 
emosi negatif, dan pikiran negatif. Dagelan-dagelan yang dilakukan 
oleh para politisi itu, yang oleh sebagian pengamat dikatakan sebagai 
dagelan paling lucu dan kelucuannya melebihi dagelan komedian 
sejati, tentu tidak bisa dijadikan terapi bagi rakyat, atau pasien apa 
pun dan sedang mondok di rumah sakit mana pun. sebab  dagelan 
mereka justru menyakitkan hati rakyat. Dengan kata lain, dagelan 
dan lelucon mereka tidak mampu menimbulkan tawa spontan rakyat, 
melainkan kegeraman yang dalam.
Sebenarnya penulis ingin mengusulkan agar setiap terjadi 
pembahasan suatu masalah, agar tidak terjadi perdebatan sengit 
yang keras dan frontal, sehingga pemandangannya seperti orang 
kampung yang sedang padu (bertengkar secara lisan) di pasar 
kecamatan, sampai anak-anak kecil usia SD kadang bisa melihatnya. 
Itu sangat memalukan. Alangkah baiknya jika setiap kalimat dan 
ungkapan yang dikatakan itu diutarakan dengan nada datar, dan 
tenang, lalu diakhiri dengan tersenyum. sebab , sesungging 
senyuman itu adalah sedekah. Dengan banyak tersenyum pada 
situasi dan kondisi yang tepat, berarti banyak bersedekah, dan akan 
terhindari dari depresi dan stres. Pasang senyum di sini bukan 
berarti penulis ingin mengurangi materi dan esensi pembicaraan 
yang sebenarnya merupakan masalah serius. 
Dengan tersenyum, kita akan mendapat pahala yang lebih 
dibandingkan  yang tidak suka tersenyum namun lebih sering pencerengan. 
Memang, kadang pernah kita melihat dan mendengar ada wakil 
rakyat yang suka berpantun pada awal atau akhir pembicaraannya, sehingga sedikit memancing derai tawa para pendengar yang ikut 
sidang atau para pemirsa di depan layar kaca. namun itu dulu. Dan 
sangat sedikit. 
Sesungging senyum yang ringan, sebenarnya itu sangat 
menyehatkan. Menyehatkan fisik dan suasana. Teori dan hipotesis 
Waynbaum di atas telah menerangkan hal itu. Dalam pelayanan 
publik, kita sering mendengar motto 3S: Senyum, Salam, Sapa. 
Aplikasi Terapi Humor
Menurut William Glasser dalam Corey (2008) manusia 
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu survival (makanan, tempat 
tinggal, pakaian), connecting, belonging, dan love (interaksi dan 
kasih sayang), power (kekuasaan), freedom (kebebasan), dan fun
(hiburan). Humor merupakan bagian dari fun (hiburan). 
Humor merupakan terapi yang sangat sederhana dan efektif 
sebab  dengan tertawa kita dapat melepaskan emosi-emosi negatif, 
seperti kegalauan, marah, kecemasan, kegelisahan dan kebosanan. 
Terapi humor juga sangat menyenangkan dan menggembirakan. 
Klien yang bersedia untuk memanfaatkan tawa dalam terapi 
umumnya akan lebih cepat menyelesaikan masalahnya.
Tertawa merupakan obat terbaik. Laughter is the best medicine. 
Obat yang tidak dijual di apotek atau farmasi, namun obat itu 
ada dalam diri kita sendiri. Jadi sebenarnya, diri kita adalah 
konselor atau terapis yang terbaik untuk setiap permasalahan 
yang kita hadapi. Bukan dokter, bukan pula psikolog yang lain, 
sebab dokter atau psikolog itu hanya mediator yang kadang tidak 
mengetahui dengan sebenarnya apa masalah kita. Sayangnya kita 
kadang tidak mengetahui bagaimana cara mendapatkan obat atau 
memanfaatkannya. Kita kurang tertawa.
Sebenarnya diri kita adalah konselor atau terapis yang 
terbaik untuk setiap permasalahan yang kita hadapi. 
Bukan dokter, bukan pula psikolog yang lain, sebab 
dokter atau psikolog itu hanya mediator yang kadang 
tidak mengetahui dengan sebenarnya apa masalah 
kita.
Pada saat Anda stres sebab  beban kerja dan deadline pekerjaan, 
Anda bisa memutar vidio lucu dari koleksi Anda, atau membuka 
Youtube dan mencari hal-hal yang lucu. Dengan cara seperti 
ini, rasa tertekan, gelisah, dan jenuh bisa hilang, atau minimal 
berkurang. Atau mengunjungi blog, seperti http://blogtawa.com. 
Secara singkat, senyum, humor, dan tawa merupakan karunia Allah 
yang diberikan kepada manusia untuk mengatasi masalah dan 
untuk bertahan hidup.
Berikut ini penulis akan menjelaskan aplikasi terapi humor dalam 
tiga bentuk, yaitu aplikasi humor secara individu dan kelompok, 
menyingkirkan emosi negatif, dan tersenyum saat menghadapi 
masalah. 
a. Aplikasi Terapi Humor Secara Individu dan Kelompok
Terapi humor dapat diterapkan secara individu atau kelompok. 
Secara individu, terapi humor bisa dilakukan dengan cara 
membaca buku-artikel humor atau menulis tentang humor dari 
peristiwa dan kejadian sehari-hari. Penulis yakin masing-masing 
dari kita mengalami hal-hal yang lucu, atau mendengarnya dari 
orang lain. Saat itu, tulislah kejadian atau kisah-kisah lucu seperti 
itu. Bisa ditulis di telepon genggam, note book, atau alat elektronik 
sejenisnya, kemudian diupload di blog pribadi atau jejaring sosial, 
dan bisa juga dijadikan koleksi humor pribadi. Dengan demikian, 
jadilah diri kita pribadi yang humoris. Arti humoris disini Anda mampu memproduksi humor yang setiap saat bisa dijadikan obat 
kegalauan, kecemasan, dan kesedihan. 
Secara kelompok, terapi humor dapat diterapkan dalam acara 
formal atau nonformal yang melibatkan banyak orang. Seorang 
guru/dosen, sebelum memulai pelajaran atau perkuliahan, bisa 
menyampaikan humor untuk mencairkan suasana. Jika tidak 
di awal pelajaran atau perkuliahan, guru/dosen ini  bisa 
menyampaikannya di tengah-tengah kegiatan pembelajaran, supaya 
murid-murid atau mahasiswa tidak ngantuk. Bisa juga dilakukan 
di akhir pembelajaran, untuk mengakhirinya dengan happy ending
and smiling faces.
Humor, juga bisa dijadikan bahan obrolan sesama anggota 
keluarga atau teman pada saat santai, makan bersama, kunjungan 
keluarga dan sebagainya. Bagi Anda yang sedang memimpin rapat 
bersama anggota, staf, atau karyawan, Anda juga bisa menyelipkan 
humor di tengah-tengah pembahasan agenda rapat, sehingga 
suasana tidak terlalu serius, apalagi menakutkan. Kita sering 
mendengar istilah, serius tapi santai yang biasa disingkat dengan 
SERSAN. Bagi Anda yang berprofesi sebagai da’i atau penceramah, 
humor bisa dijadikan bahan untuk menarik perhatian para 
pendengar. Dan masih banyak lagi, kegiatan atau aktivitas yang bisa 
dilengkapi dengan humor. 
b. Menyingkirkan Emosi Negatif
Dalam sebuah kehidupan rumah tangga, terjadi kesalahpahaman 
antara suami dan istri sudah menjadi hal yang biasa dan wajar. 
Bahkan, kadang kesalahpahaman itu memunculkan pertengkaran. 
Ini juga sering terjadi. Lebih dari itu, diantara suami istri itu pun 
yang akhirnya bercerai, juga tidak sedikit. Pertengkaran dalam rumah tangga, jika tidak diakhiri dengan win-win solution, juga 
akan memunculkan depresi yang bisa berakibat buruk. Kadang 
ada seorang suami yang menyimpan amarah, misalnya, disebabkan 
istrinya mengatakan hal-hal yang tidak layak diucapkan. namun 
sebab  suami tadi masih mencintai istrinya, ia pun menerima 
penghinaan itu, meski pun di dalam hati ada tekanan dan merasa 
tidak nyaman. Hatinya tidak bahagia. Gundah. Bahkan dari detik 
ke detik diliputi keresahan. Di sisi lain, ia masih ingin menjaga agar 
rumah tangganya utuh. Perasaan tidak nyaman dan amarah yang 
tersimpan dalam hati suami, pada suatu saat nanti, memang bisa 
menjadi bumerang, misalnya, dia ngamuk membabi buta, sampai 
melakukan kekerasan pada istrinya. Jika suami yang seperti itu, 
kebetulan Anda, apa yang mesti dilakukan?
• Mencari pelampiasan di luar rumah, dan pada suatu saat 
merencanakan balas dendam.
• Sabar dan berdoa agar Tuhan memberi pencerahan hati istri 
Anda.
• Introspeksi diri, dan selalu berusaha agar istri bisa nyaman, 
tertawa bahagia.
Dari tiga pilihan itu, jika ditanyakan kepada seorang psikolog, terapis, 
konselor atau seorang ustaz di pondok pesantren, 99 % akan menghindari 
pilihan pertama. Memang mencari pelampiasan di luar rumah pada 
hal-hal yang tidak baik, distruktif, bisa berbahaya. Bahkan cenderung 
meningkatkan depresi. Apa lagi jika masih terdetik keinginan untuk 
balas dendam. Jika Anda terjebak dalam keadaan seperti itu, penulis 
menyarankan untuk melakukan langkah ke dua dan ke tiga. Sabar, 
berdoa kepada Tuhan agar memberikan jalan terbaik. Dalam keadaan 
seperti apa pun, seyogianya kita tidak melupakan Tuhan. Dengan hati 
kecil pun kita bisa menyebut nama-Nya. Dengan menyembut nama￾Nya dalam hati saja, Tuhan akan mendengar apa yang kita harapkan.Kemudian mengoreksi diri sendiri. Keinginan balas dendam 
yang menggebu, dalam berbagai perkara, pada intinya sama dengan 
memelihara tekanan batin dan emosi negatif. Jika ini Anda lakukan, 
maka depresi itu akan bersarang pada Anda lebih lama lagi. Ini 
sangat berbahaya bagi kesehatan psikis. Maka untuk mengeliminir 
tingkat stres yang tinggi itu, penulis mempunyai beberapa pemikiran 
dan solusi sebagai berikut.
Belajarlah untuk membuka diri dalam kehidupan sehari-hari, 
dengan melakukan hal-hal positif yang lebih banyak di masyarakat. 
Pandangan bahwa, ‘selain sebagai makhluk individu, manusia itu 
juga makhluk sosial’ ini perlu dicamkan, diresapi, dan diamalkan. 
Hilangkah jauh-jauh sifat individualistik, dan lebih suka menolong 
sesama, orang lain yang lebih dhaif. Ada benarnya, dan ada 
manfaatnya bila seorang ustaz di desa mengatakan, misalnya, salat 
berjamaah itu lebih baik dari pada salat sendirian. sebab  dalam 
pekerjaan itu, ada upaya untuk memupuk rasa kebersamaan. 
Perkumpulan bulanan di tingkat RT, atau arisan ibu-ibu, dan 
bentuk-bentuk perkumpulan dan perhimpunan atau organisasi apa 
pun lainnya itu, jika diikuti dengan niat baik, bisa mengeliminasi 
rasa kesendirian, dan tanpa disadari akan memupuskan tekanan 
batin; serta menyingkirkan emosi negatif. Apa lagi jika di sana kita 
bisa tersenyum, tertawa lepas, dan melupakan masalah pribadi dan 
keluarga yang masih membebani pikiran. Dalam perkumpulan 
RT itu, misalnya, kita harus bisa tersenyum, lalu tertawa dengan 
lepas. Dan yang penting, wajar. Meski pun dua mata kita masih 
memancarkan kekesalan dan suatu penderitaan. Menurut sebuah 
teori, saat tertawa dengan lepas dan penuh kegembiraan, ibaratnya 
kita sedang mandi oksigen, sehingga seketika semua jaringan saraf, 
dan sel-sel dalam tubuh teraliri oksigen dengan cukup bahkan 
berlimpah. Dan itu otomatis menjadikan tubuh kita lebih segar dan nyaman. Namun sebaliknya, jika kita tidak bisa tertawa lepas, maka 
sel-sel darah serta jaringan dalam tubuh akan merasa, haus, lapar 
oksigen dan kering. Keadaan ini sangat berpotensi menimbulkan 
depresi, tekanan batin, kecemasan yang dalam, dan kemuraman. 
Jarang tersenyum, dan suka cemberut, akan menjadikan wajah 
penuh keriput. Itu tandanya tidak sehat. Lebih sering tersenyum, 
menghilangkan semua keriput di wajah, sehingga kelihatan lebih 
muda dari usia sebenarnya. Dan Anda harus lebih sering tersenyum 
dibandingkan  suka marah dan mempunyai ekspresi buruk lainnya. Agar 
tampak lebih muda, dan energik.
Di sisi lain, memelihara emosi negatif, itu tidak ada manfaatnya 
sama sekali. Bahkan itu, akan membuat kita semakin hari bertambah 
sedih, sebab  merasakan bahwa hidup di dunia ini terasa sempit 
dan tidak ada ruang gerak yang leluasa. Juga pikiran-pikiran 
negatif yang tak berdasar apa pun hendaknya dihilangkan, agar 
tak mengganggu kesadaran dalam benak paling dalam. Su’udhan
atau buruk sangka pada orang lain, juga membuat pikiran kita 
kusut, yang pada akhirnya mengganggu sirkulasi sel-sel darah dan 
jaringan-jaringan dalam tubuh. 
Coba Anda simak pengalaman penulis berikut ini. 
Pada suatu malam, penulis menghadiri sebuah pertemuan di 
pusat kota, untuk sebuah diskusi publik. Disebabkan aktivitas yang 
begitu padat sejak pagi, rasanya memang penulis letih, lemah dan 
seperti kekurangan tenaga. Meskipun sebenarnya sudah mencoba 
makan dan minum yang banyak, rasa letih dan lelah itu tampaknya 
terbaca oleh seorang kawan. Ketika acara belum dimulai, kawan 
ini  bertanya apakah saya sakit. Saya memang tidak sakit, namun 
rasanya letih sekali. Kawan yang sebenarnya belum terlalu lama 
penulis kenal itu, baik hati. Dia meminta saya untuk mendekat, dan duduk membelakanginya. Katanya saya mau diterapi. Dari kepala 
bagian belakang, dia mengangkat telapak tangan, bak seorang ahli 
sihir. Lalu dia menurunkan telapak tangan dan menaikkannya, 
seakan ingin mendeteksi ada apa di dalam tubuh saya bagian kepala 
dan dada.
 “Mas terlalu banyak bekerja sampai kekurangan tenaga. Aliran 
darah ke otak tidak cukup oksigen,” katanya sesaat kemudian. 
Ini tentu hopotesis yang jitu, batin saya. 
“Jadi saya kurang darah?”
“Bisa begitu. Coba saya terapi lagi, biar otak dialiri darah yang 
mengandung banyak oksigen.”
Saya hanya diam. Dan ingin merasakan terapinya. 
Bagaikan ahli sihir, tanpa menyentuh tubuh saya sedikit pun, 
masih dengan telapak tangan kanannya, dia mencoba menambah 
aliran darah ke daerah kepala. Beberapa saat dia menggerakkan 
telapak tangan ke atas dan ke bawah. Lalu agak lama berhenti di 
belakang tengkuk. Saya merasakan ada sesuatu yang lain. Tiba-tiba 
saya merasakan sensasi aneh. Seakan ada kipas angin di belakang 
kepala saya. Hangat. Sempriwing. Saya pun membatin kalau kawan 
yang satu ini memang terapis yang ahli. Mungkin dengan tenaga 
dalam, atau ilmu lain. Ilmu yang sudah lama dia pelajari. 
“Di rambut seperti ada kipas angin?” tanyanya.
“Ya.”
Dan singkat kata, malam itu saya merasa lebih sehat dan segar 
lagi. Malam itu dia menyarankan saya untuk selalu minum dua 
gelas air putih sehari. “Gelas yang besar. Pagi dan sore.”
Saya hanya mengiyakan. ”Memang saya pernah mengkonsumsi air beroksigen yang dikemas dalam botol kecil itu.” Lalu saya 
sebutkan mereknya, dan harganya.
“Itu bagus. Kalau bukan itu ya air putih biasa yang matang.”
Ketika acara malam itu berakhir kawan terapis itu memberi 
kartu nama. Ternyata profesinya yang tertulis dalam kartu nama 
itu, bukan terapis, melainkan salah seorang staf yang bekerja di 
perusahaan pertambangan. Saya bersyukur kepada Tuhan, sebab  
punya kawan yang baik, dan juga berdoa semoga pada suatu saat 
bisa memberikan kebaikan kepadanya. Sarannya persis saran dari 
dokter yang pernah saya dengar. Dalam keseharian, kita harus 
banyak minum air putih. 
Dari cerita di atas, bisa diperoleh kesimpulan bahwa, bila 
otak kita tidak mendapat aliran darah yang cukup oksigen, maka 
akibatnya adalah lemas, letih, lesu, dan sinar mata kita tampak 
suram, dan redup. Tidak bercahaya. Dalam keadaan seperti itu, 
bila masih dipaksakan untuk bekerja, bisa bertambah pusing tujuh 
keliling, dan hasilnya pun bisa tidak memuaskan. 
Keadaan di dalam tubuh kita, sebenarnya bisa dibaca lewat 
pancaran dua bola mata. Keadaan letih, lelah, lesu dan tak bertenaga 
itu, sama dengan keadaan orang yang memendam emosi negatif 
yang tidak segera dipecahkan dengan derai tawa atau senyuman. 
Penulis memang tidak menanyakan kepada kawan itu apakah 
dia menerapi saya dengan tenaga dalam, atau apa. Yang jelas 
bukan terapi humor atau tawa. namun yang jelas, terapinya sangat 
bermanfaat, khususnya bagi penulis. 
c. Tersenyum Saat Menghadapi Masalah
Pada bagian ini, penulis ingin mengajak para pembaca untuk lebih sering tersenyum, tertawa, dan merasa riang, meski pun misalnya, 
kita hanya mempunyai waktu yang tidak lama untuk menyelesaikan 
suatu masalah. Memang rasanya sangat sulit untuk rajin tersenyum 
dan tertawa tanpa alasan yang menggembirakan. Bahkan, boleh jadi, 
setiap hari kita mempunyai dan menghadapi masalah yang secara 
nyata tidak membuat kita gembira. Lalu, mana mungkin pada saat￾saat seperti itu kita bisa tersenyum apa lagi tertawa? Untuk bisa 
tersenyum dan tertawa sebenarnya bukan mesti kita sedang atau 
akan menerima sejumlah uang banyak. Ketika kita ingat cerita￾cerita lucu atau adegan-adegan komedian atau aktor dalam sebuah 
film pun kita bisa tertawa dan tersenyum. Kita bisa menertawakan 
diri sendiri yang kemarin merasa bodoh dan tidak berpengalaman. 
Ketika ingat orang tua kita di desa pun sebenarnya bisa memancing 
senyum. Seorang pengarang cerita, bisa jadi dalam kesendiriannya, 
diantara komputer, buku-artikel dan HP di kamarnya, bisa tersenyum 
manakala ingat kejadian lucu yang kemarin dialaminya. Apa dia 
tidak gila jika tertawa sendirian? Jawabnya,”Tidak.” sebab  sejatinya 
dia tidak dalam kondisi mental yang amburadul; masih mempunyai 
kesehatan fisik dan psikis yang prima. 
Kita harus bisa menyisihkan tekanan-tekanan psikologis yang 
menjadikan hati tak nyaman. Tekanan-tekanan psikologis yang 
dirasakan berulang-ulang, dan dalam waktu lama, pada suatu 
waktu akan memperburuk kesehatan fisik; menimbulkan suatu 
penyakit, apalagi jika tidak ada sentuhan-sentuhan psikologis yang 
menggembirakan. Begitu pula ketegangan-ketegangan pikiran 
yang disebabkan suatu masalah, lambat laun akan menyumbang 
hormon-hormon negatif dalam tubuh, sehingga bisa mengganggu 
saraf-saraf dalam otak, dan alat-alat pencernaan, bahkan merambat 
sampai daerah tenggorokan, lidah, gusi dan bibir. Ketika penulis 
sedang dihimpit masalah, dan itu harus diselesaikan dalam hitungan waktu yang pendek, ketika itu jelas rasanya tegang sekali. Pikiran 
yang tegang itu, beberapa hari kemudian, ternyata membuahkan 
rasa sakit, yaitu adanya bengkak-bengkak dan nyeri di bibir dalam. 
Penulis kena sariawan. Ini salah satu contoh yang paling mudah, 
dekat, kongkrit dan nyata. Kelelahan berpikir, saking banyaknya 
beban pikiran yang bertubi-tubi dirasakan, juga sangat potensial 
untuk menimbulkan kelelahan psikis. Apa lagi jika tidak diimbangi 
dengan ketahanan fisik.
Tersenyum, tertawa, dan bergembira setiap hari. Ini yang 
beberapa hari terakhir penulis coba untuk melakukannya, dan 
mengajak beberapa orang lain untuk tetap senang. Tentu saja 
tersenyum dan tertawa dengan cara yang wajar dan tak dipaksakan. 
Yang tidak kalah penting, adalah bagaimana kita bisa tetap menjaga 
diri, sehingga mampu tertawa dan tersenyum secara wajar. 
Artinya, jika memang di sekitar kita terjadi sesuatu yang ganjil dan 
menerjang logika umum, kita lebih baik tersenyum dan tertawa. 
Sebab, menurut seorang dokter dari Inggris, Steven Greer (dalam 
Crichton, 2000), saat kita tersenyum, maka itu akan mendorong 
terjadinya relaksasi; dan manakala tertawa, kita akan merasakan 
adanya goncangan-goncangan dalam tubuh, dan seluruh sistem 
tubuh menjadi bergerak. Goncangan dan gerakan itulah yang akan 
menghilangkan ketegangan.
Bagaimana dengan orang yang terpaksa tersenyum atau dipaksa 
untuk tertawa? Jika kita terpaksa tertawa dan pada kali lain dipaksa 
untuk tersenyum sebab  suatu hal, itu masih lebih baik dibandingkan  
berwajah murung dan cemberut. Itu akan menjadikan tubuh 
kita lebih baik dan sehat. Ketika kita menghadapi masalah yang 
sangat berat dan seakan tidak ada jalan keluar, misalnya saat kita 
harus melakukan pembayaran tunai dalam jumlah yang banyak, 
sementara uang kontan yang kita pegang tidak mencukupi, bukan mustahil kita akan merasakan pening dan pusing tujuh 
keliling. Kawan penulis yang sering merasa pening dan pusing 
tujuh keliling dalam keadaan terjepit seperti itu berperilaku yang 
sangat memprihatinkan. Dia yang pensiunan TNI-AD itu biasanya 
memegangi kepalanya yang nyut-nyutan, lalu bangkit dan berjalan￾jalan di ruang tamu, masuk kamar, dan keluar lagi. Beberapa hari 
kemudian, kawan penulis yang sudah purna tugas itu ternyata 
sudah kena vertigo, sebab  terlalu sering merasakan ketegangan, 
dan menghadapi banyak masalah. Penulis mengetahui hal itu 
dari kawan lain yang bercerita tentang dia. Sungguh kasihan dia. 
Dia konon sering dilarang istrinya untuk keluar sendirian dengan 
membawa mobil. namun ketika sedang berada di Jakarta, di sebuah 
jalan yang ramai, dalam perjalanan hendak ke stasiun, diserempet 
mobil dan terjatuh. Kepalanya sempat berbenturan dengan jalan 
beraspal, keras, sampai dia tsak sadarkan diri. Ujung ceritanya, dia 
dilarikan ke rumah sakit, dan berbulan-bulan sakit, dirawat secara 
intensif di rumah sakit, sebelum akhirnya tidak sembuh-sembuh, 
lalu berobat ke luar negeri, dan baru sembuh, meski pun mungkin 
hanya 99%. Sekarang dia sudah baik-baik, namun ketahanan 
pikirannya sudah tidak optimal lagi. Di sini penulis hanya ingin 
mengajak para Pembaca, agar bisa menghadapi masalah apa pun 
dengan tenang, bahkan dengan tersenyum, namun berpikir secara 
cerdas, dan rasional, sehingga menemukan jalan keluar yang terbaik. 
Untuk itu, pada bab empat dan lima nanti, penulis ingin mengajak 
para Pembaca untuk sejenak menikmati humor-humor dan sketsa￾sketsa segar yang sudah beberapa tahun terakhir ini penulis himpun, 
dengan tujuan, memang semata hanya untuk memancing kita lebih 
banyak tersenyum dan tertawa. Sebagai seorang yang mempunyai 
latar belakang pesantren, terus terang penulis memang bukan seorang 
yang berprofesi sebagai komedian, yang dari menit ke menit harus memproduksi humor dan perilaku jenaka lainnya. Namun, beberapa 
bulan terakhir ini, penulis sangat menyadari bahwa betapa urgennya 
bagi kita yang belum menginjak usia setengah abad, untuk menjaga 
kesehatan psikis dengan lebih banyak tersenyum dan tertawa, untuk 
menyingkirkan ketegangan dan beban pikiran.
Saking pentingnya derai tawa ini, seorang peneliti dan pakar 
neurologi dari Perancis, Henri Rubenstein menyatakan dalam 
penelitiannya bahwa setiap kali kita tertawa satu menit, maka itu 
akan memberi dampak relaksasi selama empat puluh lima menit. 
Gerakan serta goncangan dalam tubuh saat kita tertawa, itu 
sesungguhnya merupakan gerakan yang tidak kalah bermanfaat dari 
olahraga apa pun. Jika penelitian Henri itu benar dan akurat, tentu 
dapat disimpulkan bahwa membaca buku-artikel humor merupakan 
perbuatan dan tindakan untuk menjaga kesehatan dengan biaya 
yang sangat murah, dan mudah, di mana pun dan kapan pun kita 
bisa melakukannya. 
Itulah beberapa alasan mengapa kita mesti lebih banyak tertawa 
dan tersenyum, sepanjang masih dalam batas-batas kewajaran dan 
kenormalan. Para komedian yang sudah malang melintang di dunia 
mereka, dan menjadikannya sebagai profesi untuk mendapatkan 
penghasilan, tentu, tanpa disadari mereka mempunyai jasa yang 
sangat penting bagi masyarakat pemirsa. sebab  mereka mampu 
dan bisa memancing puluhan juta warga masyarakat untuk 
tersenyum dan tertawa. 
Singkat kata, tersenyum dan tertawa itu sangat penting bagi 
kehidupan kita. ---------------------------
10 Tips Meningkatkan Rasa Humor
Untuk meningkatkan rasa humor, Anda bisa melakukan tips 
berikut in1. Isi waktu luang anda dengan membaca artikel humor. Saat 
menunggu pesawat di bandara, saat menunggu teman/
kolega untuk sebuah janji, atau saat menjelang tidur malam. 
Pengalaman penulis ketika di Jepang, ada tiga hal yang 
biasa dilakukan orang Jepang ketika menunggu kereta atau 
saat duduk di dalam kereta. Pertama mendengarkan musik, 
kedua, membaca artikel yang ringan bacaannya (komik, 
humor), dan ketiga, tidur. Jarang sekali mereka ngobrol satu 
dengan lainnya. Dari tiga jenis, itu, ternyata yang paling 
banyak adalah membaca. 
2. Tulis dan catat humor yang terjadi dalam kehidupan sehari￾hari dalam artikel harian/diary Anda. Caranya, simak dan 
perhatikan ketika orang lain sedang tertawa. Apa obyek 
yang mereka bicarakan atau tertawakan. Nah, setelah itu 
ungkapkan humor ini  dengan bahasa Anda sendiri. 
Dengan demikian Anda akan memiliki koleksi humor 
tersendiri. Baca kembali humor-humor ini  pada saat 
waktu luang. Anda akan bisa tertawa dan tertawa itu sehat. 
Artinya, anda akan tetap sehat. 
3. Selingi dengan humor pada saat Anda sedang presentasi 
dan/atau ceramah dalam suasana formal atau nonformal. Hal 
ini penting untuk membuat audiens tidak ngantuk dan tetap 
semangat. 
4. Lihat video atau komedi di televisi atau putar VCD yang 
memuat humor atau cerita-cerita lucu lainnya, seperti Stand 
Up Comedy, Mr. Bean, atau sejenisnya. Hal ini akan membuat 
Anda segar dan fresh sebab  Anda bisa tertawa. 
5. Abadikan peristiwa atau kejadian lucu di sekitar Anda 
dengan gadget yang Anda miliki: handphone, kamera 
digital, perekam vidio dll. Rekaman video ini suatu saat bisa 
Anda jadikan kompilasi dan Anda putar kembali. Sangat 
memungkinkan jika ada kontes atau pertandingan membuat 
rekaman video lucu, seperti program Home Funniest Vidio, 
Anda bisa berpartisipasi.
6. Beli buku-artikel humor. Di Indoensia sudah banyak sekali 
buku-artikel humor. Ada yang dalam bentuk kartun, narasi, dan cerita. Anda bisa pergi ke toko artikel terdekat. Diantara 
judul-judul buku, seperti yang penulis ungkapkan di Bab I 
dari artikel ini. 
7. Ikuti klub atau kelompok humor seperti Klub Tawa Ceria 
Sehat (KTCS) yang diadakan setiap dua minggu sekali di 
Monas. Mengikuti klub ini tidak ditarik biaya alias gratis. 
8. Berikan senyuman kepada orang lain. Memberi senyuman 
dengan ikhlas merupakan sedekah kerana menimbulkan 
kegembiraan bagi orang lain dan memperkuat tali 
persaudaraan. Untuk bisa memberikan senyuman kepada 
orang lain, Anda tidak perlu modal satu rupiah pun, namun 
Anda akan mendapat pahala yang besar. 
9. Hadapi permasalahan dengan tenang dan hati lapang, 
meskipun Anda dalam keadaan tertekan sekalipun. Tidak 
perlu panik dan gegabah. Ketenangan Anda adalah solusi 
terhadap permasalahan yang Anda hadapi. 
10.Berbagi perasaan dengan orang lain (sharing). Jika Anda 
sedih dan galau, kemudian Anda berbagi kesedihan dan 
kegalauan ini  kepada orang lain, maka perasaan sedih 
dan galau itu akan berkurang. Sebaliknya, jika perasaan itu 
Anda rasakan sendiri, maka ia akan bertambah. Demikian 
juga, ketika Anda merasakan kegembiraan dan kesenangan, 
kemudian Anda berbagi kepada orang lain, maka perasaan 
gembira dan senang itu akan bertambah. Sebaliknya, jika 
kegembiraan dan kesenangan itu Anda rasakan sendiri, 
maka ia akan cepat hilang. Please share your feelings with 
others. 
Pada bab selanjutnya dari artikel ini, ada koleksi humor yang 
lumayan banyak, semoga bisa memberikan terapi bagi Anda yang 
kebetulan membutuhkan penyegaran atau refreshing. Sebuah cara 
yang mudah, murah meriah untuk menuju sehat lahir batin.











Islam mengajarkan kepada pengikutnya untuk bersikap santai, 
rileks, murah senyum, dan tidak berlebihan dalam tindakan, 
ucapan, dan perilaku di seluruh aspek kehidupan. Artinya dalam 
kehidupan sehari-hari tidaklah harus diisi dengan keseriusan. 
Perlu ada senyum, tawa, canda, dan humor, namun tidak boleh 
berlebihan. Islam mengajarkan kita untuk selalu tersenyum, sebab  
sesungguhnya senyum yang kita berikan kepada orang lain adalah 
sedekah. Dengan senyuman itu, dunia yang gelap menjadi terang. 
sebab  itu kita tidak perlu bermuka masam dan tetaplah tersenyum 
walaupun Anda dihina atau disakiti. 
Terkait dengan tertawa, Islam mengajarkan untuk sedikit tertawa 
dan banyak menangis. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam 
al-Quran: 
“Maka biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang 
banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat”. 
(Q.S. At-Taubah: 9: 82) 
Menurut Al-Quran dan Tafsirnya (Kementerian Agama, 
2011), ayat ini  menerangkan bahwa orang-orang munafik itu 
sepantasnya lebih banyak menangis dibandingkan  tertawa memikirkan 
nasib dan dosa mereka di dunia dan di akhirat sebab  mereka akan 
menerima azab yang pedih, sesuai dengan perbuatan mereka di 
dunia. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan kerugian sebab  
perbuatan mereka sendiri, yaitu menghina dan mengejek orang￾orang mukmin, membuat propaganda busuk untuk menghalang￾halangi orang Islam dan mematahkan semangat perjuangan. 
Sedang di akhirat nanti mereka membawa dosa yang banyak dan 
tidak dapat ampunan dari Allah SWT. Hal ini sesuai pula dengan 
sabda Rasulullah saw yang ditujukan kepada orang-orang mukmin. 
Telah besabda Rasulullah SAW: Jika kamu ketahui apa-apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan 
sedikit tertawa dan banyak menangis, meluaskan kemunafikan dan 
lenyapnya amanat, dicabutnya rahmat, orang yang jujur dituduh 
dan orang yang curang dipercayai. Hura-hura mencekam kamu, 
fitnahpun mencekam keadaan menjadi gelap seperti malam yang 
gelap gulita”. (H.R. al-Hakim dari Abu Hurairah)
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa larangan untuk 
banyak tertawa dan perintah untuk banyak menangis ini  dalam 
konteks orang-orang munafik yang selalu menjelek-jelekkan umat Islam. 
Orang-orang munafik seharusnya lebih banyak menangis dibandingkan  
tertawa, sebab  kesalahan-kesalahan mereka sudah terlalu banyak yang 
menyebabkan mereka malu dan terhina. 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tertawa dan humor 
tidak dilarang dalam ajaran agama Islam, asalkan tidak berlebihan. 
Rasulullah SAW sendiri termasuk orang yang suka humor, namun 
segala tindakannya selalu terkontrol oleh kesadaran. Humor yang 
dilakukan Rasulullah SAW adalah humor dalam arti cara untuk 
menghilangkan ketegangan dan menimbulkan keakraban, bukan 
humor dalam arti mengejek atau mengolok-olok orang lain. Artinya, 
materi humor menjadi penting untuk diperhatikan. 
Dwi Bagus (2006) dalam bukunya Nabi Aja Bercanda!
menggambarkan Rasulullah SAW sebagai pribadi yang akrab, lucu, dan 
selalu ingin menyenangkan hati setiap orang. Para istri dan sahabatnya 
pun tidak sungkan-sungkan bercanda dengan pribadi agung ini. Nabi 
Muhamamd saw yang super sibuk ternyata sering meluangkan waktu 
untuk bercanda dengan istri dan sahabat-sahabatnya. Hari-hari yang 
dilalui Rasulullah SAW dan keluarganya, juga para sahabat, bukanlah 
melulu dipenuhi keseriusan belaka. Ada saatnya mereka meluangkan 
waktu untuk bercanda. Beliau bukan pribadi yang terlalu serius seperti 
yang sering dibayangkan orang. Orangnya rileks dan suka menggoda. Mari kita simak kesaksian salah satu sahabat beliau, Abdullah al￾Harits, tentang pribadi Rasulullah SAW yang suka bercanda. 
“Aku tidak pernah menyaksikan ada orang yang begitu murah 
senyum melebihi Rasulullah SAW. Beliau punya sense of humor 
yang tinggi dan suka bercanda. Beliau biasa melepaskan beban dan 
kejenuhan hidup dengan bercanda bersama keluarga. Bahkan, beliau 
pernah berkata, ‘Sesungguhnya saya senang bercanda, tapi saya 
hanya mengatakan hal-hal yang benar’. Begitulah”. 
Lebih lanjut Dwi Bagus (2006) menyebutkan dalam bukunya 
ini  bahwa orang yang religius adalah orang yang sikapnya 
santai, suka bercanda, enjoy dalam menjalani kehidupan, tapi segala 
tindakannya selalu terkontrol oleh kesadaran. Meminjam istilahnya 
Gamal Kamandoko (2009), Canda Rasulullah adalah bercanda 
beneran. Canda yang mengandung kebenaran. Bukan canda yang 
digunakan untuk menghina, apalagi melecehkan orang lain. 
Berikut ini adalah contoh-contoh humor ala Rasulullah SAW 
dengan istri dan sahabat-sahabatnya. 
a. Tersenyum dan tertawa bila bersama istri, sebagaimana 
dikutip oleh Mustabaie (2010). Dalam sebuah hadis 
diriwayatkan sebagai berikut. “Dari Umarah, ia berkata: 
‘Saya bertanya kepada Aisyah r.a., Bagaimana keadaan 
Rasulullah saw bila berduaan dengan istri-istrinya?’ Jawabnya: 
‘Dia adalah seorang lelaki seperti lelaki-lelaki lainnya, namun 
bedanya baginda seorang lelaki yang paling terhormat, paling 
lemah-lembut, serta senang tertawa dan tersenyum” (H. R. 
Khara’iti dan Ibnu Asakir) 
Dari hadis ini  sangat jelas bahwa Rasulullah mudah 
sekali tersenyum dan tertawa, namun tetap berlaku sopan 
ketika sedang berduaan bersama istrinya. Hal seperti ini 
perlu dijadikan teladan bagi para suami untuk menciptakan suasana yang penuh kesenangan, kecerahan, dan kegembiraan 
ketika bersama istri. Sebaliknya, jangan sampai ketika 
suami dan istri berduaan, malah menciptakan suasana yang 
menegangkan atau mencemaskan. Satu hal lagi yang perlu 
diingat adalah, meskipun dalam suasana canda dan tawa, 
tetap harus sopan, tidak melukai perasaan orang lain atau 
berbau hal-hal yang tidak menyenangkan. 
b. Khadijah istri Rasulullah SAW, ketika melihat Rasulullah 
sedang dalam keadaan sedih, ia selalu menghibur dan 
menenangkan hati Rasulullah saw dengan kata-kata yang 
menggembirakan. Demikian ucapan Khadijah kepada 
Rasulullah SAW, saat dalam kesedihan sebab  menerima 
waktu pertama kali: “Wahai Rasulullah, tenanglah dan tetaplah 
bergembira hati. Demi Allah, sesungguhnya orang itu adalah 
malaikat dan sama sekali bukan syaitan”. Ucapan Khadijah 
ini dimaksudkan untuk menghibur hati Rasulullah supaya 
tidak sedih dan supaya gembira selalu dalam kesehariannya. 
c. Menyuruh para istri bergurau, sebagaimana dikutip oleh 
Mustabaie (2010). Dalam sebuah Hadis dinyatakan: “Dari 
Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW berada di tempatku 
bersama Saudah, lalu aku membuat bubur. Aku bawa (bubur 
itu) kepada baginda, kemudian aku berkata kepada Saudah: 
Makanlah! Akan namun ia menjawab: Saya tidak menyukainya. 
Aku pun berkata: Demi Allah, kamu makan atau aku sapukan 
ke wajahmu? Ia berkata: Saya tidak selera memakannya. 
(Kata Aisyah): Lalu aku ambil sedikit, kemudian aku sapukan 
ke wajahnya, sedangkan Rasulullah saw ketika itu duduk di 
tengah-tengah di antara aku dan dia, kemudian Baginda 
merintangi dengan lututnya supaya dia dapat membalasku, 
lalu ia mengambil bubur dari piring ini , kemudian dia membalas menyapukannya kepadaku dan Rasulullah SAW 
tertawa”. (H. R. Ibnu Najjar) 
 Dari Hadis di atas, dapat dipahami bahwa ketika Aisyah 
menyapu wajah Saudah dengan bubur, sebenarnya Rasulullah 
SAW menyuruh Saudah membalas perbuatan Aisyah. Hal ini 
tidak dimaksudkan untuk membalas dendam, namun untuk 
menciptakan suasana akrab dan senda gurau diantara istri￾istrinya. 
Implikasi dari hadis di atas adalah, para suami istri hendaknya 
selalu berusaha untuk saling menghibur antara satu dengan 
lainnya, saling memberi dukungan, dan saling menguatkan 
hati masing-masing. Salah satu caranya adalah dengan 
memberikan senda gurau dan menimbulkan tawa antar 
sesama pasangannya. 
d. Tidak dapat masuk surga seorang tua, sebagaimana dikisahkan 
Gamal Kamandoko (2009). Suatu hari, seorang perempuan 
tua mendatangi Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah, doakan 
aku agar bisa masuk surga”, kata perempuan itu. Perempuan 
tua itu terperanjat saat Rasulullah SAW bersabda, “Tidak 
dapat masuk surga seorang tua”. Tak lama, perempuan tua 
itu menangis. Dia merasa tak ada harapan memasuki surga 
seperti yang disabdakan Rasulullah saw. Berarti, dia hanya 
akan menjadi penghuni neraka! Masya Allah! Terbayang, 
betapa perihnya siksaan yang akan diterimanya di neraka. 
Perempuan tua itu pun berlalu dari hadapan Rasulullah 
dengan hati sedih. 
Sejenak kemudian, perempuan tua itu dipanggil oleh salah 
seorang sahabat untuk kembali menghadap Rasulullah saw. 
“Wahai, Ibu yang baik hati,” kata Rasulullah, “sesungguhnya, nanti pada hari masuk surga itu tidak ada yang tua lagi. 
Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Allah menjadikan kaum 
perempuan tumbuh baru dan Allah ciptakan sebagai gadis 
remaja.’” 
Tak tergambarkan kegembiraan perempuan tua itu. Dia 
sudah salah menduga ucapan Rasulullah SAW. Berarti, 
dia masih mempunyai kesempatan untuk memasuki surga. 
Dan, kegembiraan perempuan tua itu kian menjadi-jadi saat 
memahami kalau dia bisa menjadi gadis remaja lagi jika Allah 
memperkenankannya memasuki surgaNya. Begitulah canda 
Rasulullah. 
e. Kisah Nu’aiman, sebagai