kujur tubuhnya menjadi kaku tegang tak bisa lagi
digerakkan. Tapi mulut Sepuluh Jari Kematian masih bisa bersuara. Maka memakilah tokoh silat
kawakan ini.
“Gadis keparat! Lekas bebaskan totokan ini! Kalau tidak kau akan menyesal seumur hidup!”
penulis ayan Siluman tertawa mengekeh.
“Tikus tua! Sudah tak ada daya masih bisa besarkan mulut! Kau minta dilepaskan totokan?
Baik! Tapi rasakan dulu ini!”
Tangan kanan penulis ayan Siluman bergerak.
“Plaaak!”
Tamparan yang keras mendarat di pipi Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat itu meraung
kesakitan. Dua buah giginya tanggal dan melompat dari mulutnya. Bibirnya pecah berdarah.
Pemandangannya gelap. Sesaat kemudian tubuhnya limbung dan tergelimpang ke lantai.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
penulis ayan Siluman menyeringai. Dia berpaling pada kedua orang anak buahnya dan memerintah.
“Seret babi tua ini ke Ruang Penyiksaan!”
Dua gadis baju biru segera bergerak untuk laksanakan tugas sang penulis ayan . Namun belum lagi
keduanya menyentuh tubuh Sepuluh Jari kematian tiba-tiba pintu Ruangan Putih terpentang lebar
dan dua manusia aneh menerobos ke dalam.
Terkejutlah penulis ayan Siluman dan kedua anak buahnya.
Begitu sang penulis ayan kenali dua manusia aneh ini dia segera membentak. “Tiga Aneh Gila!
Bagaimana kalian bisa sampai ke sini?! Apakah sudah bosan hidup?!”
Kedua manusia itu saling pandang satu sama lain lalu tertawa gelak-gelak sambil melompat-
lompat seperti anak kecil.
“Manusia-manusia gila keblinger! Nama besarmu memang pernah kudengar! Setahuku
kalian berjumlah tiga orang? Mana kambratmu yang satu lagi, biar aku sekaligus dengan lekas
mengirim kalian menghadap penunggu neraka!”
Dua manusia aneh itu jingkrat-jingkratan lagi dan tertawa gelak-gelak hingga mata mereka
menjadi berair. Yang satu tiba-tiba hentikan tertawanya dan menepuk bahu kawannya, lalu berkata.
“Baju Gombrong! Diamlah! Apa kau tidak dengar si jelita itu tanyakan kawan kita yang satu
lagi?!”
“Ah... ah... ah!” kata manusia aneh yang dipanggilkan Baju Gombrong itu, “Biar aku
panggilkan dia. penulis ayan Siluman, kau tunggulah sebentar, kambratku yang kau tanyakan itu ada
membawa oleh-oleh untukmu!”
Habis berkata begitu Baju Gombrong keluarkan suara bersiul. Maka dari pintu yang
terpentang lebar itu masuklah seorang aneh yang berpakaian cabik-cabik. Yang mengejutkan penulis ayan
Siluman serta anak-anak buahnya ialah ketika menyaksikan bagaimana pada bahunya manusia ini
membawa dua orang anak buahnya yang saat itu tidak bernyawa lagi karena leher mereka terkulai
patah akibat dipelintir kepalanya.
Manusia aneh yang ketiga ini tertawa gelak-gelak sewaktu melihat penulis ayan Siluman.
“penulis ayan Siluman, rupanya kau begitu tak sabar tanyakan aku! Ini aku datang dan bawa oleh-
oleh buatmu!” Serentak dengan itu manusia ini gerakkan tubuhnya dengan perlahan dan tahu-tahu
dua orang anak buah penulis ayan Siluman yang berada di bahunya berpelantingan ke kiri kanan,
menghantam dinding dan mental kembali, jatuh tepat di hadapan penulis ayan Siluman.
Jelas terdengar suara geraham-geraham penulis ayan Siluman bergemelatukan karena amarah yang
amat sangat.
“penulis ayan Cantik!” kata Baju Rombeng, “Menyesal sekali kami terpaksa lepaskan tangan jahat
pada dua orang anak buahmu. Kami tengah keluyuran di kaki bukit sana, tahu-tahu mereka
menyerang. Kawan-kawan, bukankah begitu ceritanya?!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Ketiga manusia aneh itu kemudian tertawa gelak-gelak ramai sekali dan tak lupa mereka
dalam tertawa itu melonjak-lonjak seperti tadi.
“Dua anak buahmu itu inginkan nyawa kami! Padahal mereka cukup pantas untuk jadi....” Si
Baju Rombeng tak teruskan ucapannya karena saat itu kembali dia tertawa lagi.
“Dan sewaktu kami sampai di sini, nyatanya kejahatanmu tiada beda dengan kami....” Si
Baju Rombeng memandang pada sosok tubuh Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak pingsan,
lalu geleng-gelengkan kepala. “Tamparan yang hebat,” katanya.
Dua orang anak buah penulis ayan Siluman yang ada di ruangan itu mula-mula terkesiap saksikan
dua kawan mereka yang dilemparkan tanpa nyawa, tapi kini tak dapat lagi menahan kemarahan
mereka dan melompat ke muka.
“penulis ayan ! Izinkan kami merampas nyawa anjing-anjing buruk ini!”
“Tangkap mereka hidup-hidup! Sebelum mampus mereka musti disiksa dulu!” teriak penulis ayan
Siluman.
Maka dua orang gadis baju biru itu segera menyerbu ke muka. Tiga manusia yang diserang
anehnya melihat serangan ini malah tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan. Dan lebih aneh
lagi begitu mereka gerakkan tangan kiri mereka maka tegang kakulah kedua anak buah penulis ayan
Siluman itu. Ternyata ketiganya telah lepaskan totokan jarak jauh yang lihai luar biasa. Dan ini
membuat sang penulis ayan terkejut bukan main. Melihat kelihaian ketiga manusia ini penulis ayan Siluman tidak
mau bertindak sembrono. Jika dua orang anak buahnya sanggup ditamatkan riwayat mereka dan dua
orang lagi dibuat tak berdaya di muka hidungnya maka tiga manusia itu sudah tentu mengandalkan
ilmu yang tinggi sekali.
Siapakah ketiga manusia itu?
Orang yang masuk pertama ke dalam Ruangan Putih itu ialah seorang yang bermata besar
juling berbadan katai. Bajunya sangat besar hingga kegombrangan di badannya yang pendek kecil
itu. Karena pakaiannya yang gombrong inilah maka di duia persilatan dia dikenal dengan julukan
Baju Gombrong.
Yang kedua juga bertubuh kecil pendek. Kepalanya botak penuh kudis yang baunya busuk.
Pakaiannya penuh tambalan-tambalan. Karena itulah di dunia persilatan dia dikenal dengan gelar
Baju Tambalan.
Manusia aneh ketiga yang masuk paling akhir dengan membawa mayat dua orang anak buah
penulis ayan Siluman juga berbadan katai. Rambutnya yang hitam berkilat diikat kuncir ke atas. Karena
seumur hidupnya dia selalu mengenakan pakaian robek-robek dan cabik tak karuan maka di rimba
persilatan dia dikenal dengan julukan Baju Rombeng.
Sejak lima tahun yang lalu ketiga manusia ini telah bergabung dalam satu kelompok. Karena
kesemua mereka mempunyai penyakit kurang ingatan alias gila maka kelompok mereka itu
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
dinamakan Tiga Aneh Gila. Meski mereka gila namun hati mereka polos jujur dan suka berbuat
baik di mana-mana. Ketiganya pernah melabrak beberapa tokoh-tokoh silat golongan hitam.
Dengan sendirinya dimusuhi oleh golongan hitam. Beberapa tokoh silat dan satu perguruan silat
golongan hitam pernah coba membuat perhitungan dengan mereka. Namun Tiga Aneh Gila
menyapu lawan-lawan mereka itu.
Satu bulan yang lewat dalam petualangan mereka ketiganya telah mendengar tentang
keganasan penulis ayan Siluman di Pulau Madura. Sebagai tiga tokoh silat yang tak suka melihat kejahatan
dan kekejaman maka Tiga Aneh Gila segera berangkat ke Pulau Madura. Dalam mencari-cari di
mana letak sarangnya penulis ayan Siluman, dua orang anak buah penulis ayan Siluman memergoki mereka.
Tiga Aneh Gila mulanya menegur dengan baik-baik dan menanya di mana letak tempat
penulis ayan Siluman pada kedua gadis itu. Anak-anak buah penulis ayan Siluman tentu saja merasa curiga. Tanpa
banyak cerita keduanya segera menyerang Tiga Aneh Gila dengan jurus-jurus yang mematikan.
Ketiga manusia aneh itu jadi penasaran sekali. Setelah bertempur delapan jurus maka dua
orang anak buah penulis ayan Siluman berhasil mereka tangkap hidup-hidup. Namun salah seorang dari
mereka yaitu Baju Rombeng merasa kasihan dan atas perintahnya kedua gadis itu dilepaskan
kembali. Tapi apa lacur, begitu dilepas segera dua orang anak buah penulis ayan Siluman ini menyerang
lagi dengan lebih ganas. Maka Tiga Aneh Gila kali ini tak memberi hati lagi. Dalam empat jurus
saja maka kedua orang anak buah penulis ayan Siluman terpaksa pasrahkan jiwa kepada mereka.
Dengan muka membesi menahan kegeraman. penulis ayan Siluman memandang ketiga manusia
katai di depannya lalu buka mulut. Ucapannya setengah mendesis. “Dengan datang kemari dan
pembunuhan atas kedua orang anak buahku, berarti kalian telah menentukan kematian sendiri Tiga
Aneh Gila!”
Tiga Aneh Gila kembali tertawa gelak-gelak. Tidak lupa pula mereka berloncat-loncatan.
“Namun demikian,” melanjutkan penulis ayan Siluman. “Masih ada keampunan bagi kalian jika
kalian bersedia menjadi pembantu-pembantuku dan ikut segala perintah!”
“Ah!” menyahuti Baju Gombrong.”Kedatangan kami ke sini justru untuk meminta kau
menjadi pembantu kami bertiga!'' Dan Baju Gombrong bersama dua kawannya kemudian tertawa
kembali.
Dengan menekan kemarahannya penulis ayan Siluman bertanya. “Apa maksud kalian
sebenarnya?!”
“Masakan kau tidak tahu,” jawab Baju Rombeng. “Kau cocok sekali untuk menjadi utusan
kami ke neraka!”
“Dan sekalian tolong menyampaikan salam kami bertiga pada setan-setan neraka!”
menimpali Baju Tambalan. Tiga Aneh Gila lalu tertawa lagi.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
penulis ayan Siluman menggerendeng. “Kalian bertiga memang pantas untuk jadi puntung neraka!”
Serentak dengan itu penulis ayan Siluman bersuit nyaring. Maka empat buah dinding membuka dan
sepuluh gadis berbaju biru membanjiri Ruangan Putih itu.
“Tangkap tiga orang gila kesasar ini?” perintah penulis ayan Siluman.
Maka kesepuluh gadis baju biru itu segera keluarkan jala sutera mereka kemudian dengan
serentak menyerbu Tiga Aneh Gila. Sepuluh jala mengembang mengurung mereka. Tiga Aneh Gila
hentikan tertawa mereka dan ganti dengan suara berteriak-teriak tak karuan memekakkan telinga
sedang tubuh mereka berlompatan kian kemari. Lompatan-lompatan ini kelihatannya juga tidak
karuan, acak-acakan. Tapi anehnya gerakan mereka menimbulkan angin yang luar biasa dahsyatnya.
Demikian dahsyatnya sehingga tebaran jala sutera biru sepuluh anak buah penulis ayan Siluman laksana
terbendung. Kesepuluh gadis itu amat terkejut. Selama ini tak pernah mereka mengeroyok sepuluh
seorang atau beberapa orang lawan. Selama ini tak satu kehebatan pun yang dapat melepaskan diri
dari jala-jala sutera mereka. Tapi sekali ini benar-benar mereka dibikin bingung oleh jurus-jurus
aneh yang acak-acakan yang dikeluarkan tiga orang manusia katai itu. Lima jurus berlalu, sepuluh
anak buah penulis ayan Siluman malah kini kena didesak Tiga Aneh Gila.
Melihat ini penulis ayan Siluman segera berseru.
“Bentuk Barisan Seratus Siluman Keluar Dari Sarangnya!”
Mendengar seruan sang penulis ayan , sepuluh gadis baju biru itu undurkan diri ke tepi kalangan.
Kemudian dengan tiba-tiba sekali kesepuluhnya menyerbu ke muka. Masing-masing keluarkan
suara berteriak mengerikan. Jala sutera biru kini digulung dan dibuat sebagai senjata penggebuk.
Serangan mereka ini benar-benar tak ubahnya seperti seratus siluman ke luar dari sarangnya. Dalam
waktu yang sangat singkat kesepuluh gadis baju biru sudah mengurung Tiga Aneh Gila dengan
rapat dan dalam satu jurus di muka mereka mendesak ketiga manusia katai itu dengan hebat.
Tiga Aneh Gila yang melihat bahaya besar ini tidak tinggal diam. Mereka berkelebat cepat
dan rubah permainan silat mereka. Dari mulut mereka tidak pula henti-hentinya terdengar suara
teriakan yang sekali-sekali diselingi oleh tertawa haha-hihi sehingga Ruangan Putih itu menjadi
hiruk pikuk dan laksana dilanda lindu.
Lima jurus berlalu. Seorang anak buah penulis ayan Siluman menjerit dan mental ke luar kalangan
pertempuran, rubuh muntah darah. Kemudian menyusul lagi korban yang kedua. Marahlah penulis ayan
Siluman melihat hal ini.
“Anak-anak, kalian semua mundurlah!” seru penulis ayan Siluman.
Maka delapan gadis baju biru segera turut perintah dan keluar dari kalangan pertempuran.
Tiga Aneh Gila tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan.
“Kadal-kadal betina beginikah yang hendak merajai dunia persilatan?!” ejek Baju
Gombrong yang bermata juling.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Bagusnya biangnya saja yang maju!” menimpali Baju Tambalan seraya garuk-garuk
kepalanya yang gatal penuh kudis busuk.
penulis ayan Siluman kertakkan geraham. Dia berpaling pada delapan muridnya yang masih hidup.
“Kurung yang rapat! Setan-setan buruk ini tidak boleh satu pun yang lepas!”
Tiga Aneh Gila tertawa berkakakkan.
“Siluman berteriak setan!” ujar Baju Rombeng. “Aku jadi ingat pada pencuri yang berteriak
maling!”
“Cukup!” bentak penulis ayan Siluman menggeledek. Air mukanya yang jelita benar-benar
menunjukkan kebengisan dan kekejaman yang mengerikan kini. “Kalian boleh keluarkan seluruh
ilmu simpanan! Tapi dalam tiga jurus kalian akan kutangkap hidup-hidup!”
“Kecap!” teriak Baju Tambalan dan bersama dua kawannya dia tertawa kembali gelak-gelak.
penulis ayan Siluman loloskan kalung tengkorak kecil dari lehernya dan memegang benda itu di
tangan kanan.
“Kalian lihat tengkorak ini?!”
“Kami masih belum buta!” jawab Baju Rom-
“Tentu saja! Kalian memang belum buta! Tapi apa kalian tahu bahwa jika kalian sudah
mampus, tengkorak-tengkorak kalian akan dimasukkan ke dalam dapur penggodok, dibikin kecil
ciut macam begini untuk jadi kalung anak-anak buahku?!”
“Ah, hebat sekali!” seru Baju Gombrong. “Tapi apakah kau juga tahu kalau kau mampus
daging tubuhmu akan kami suruh gerogoti oleh anak-anak buahmu sendiri agar kau dan mereka
benar-benar jadi siluman?!”
Tiga Aneh Gila tertawa membahak.
penulis ayan Siluman tak dapat menahan diri lagi. Tangan kirinya menyelinap ke balik jubah untuk
mengeluarkan sebuah jala biru yang terbuat dari sutera yang sangat halus laksana jaring laba-laba.
Sambil putar-putar kalung bermata tengkorak di tangan kanannya penulis ayan Siluman maju mendekati
Tiga Aneh Gila. Tiga Aneh Gila sambil terus tertawa-tawa, secara acuh tak acuh melangkah
berpencar dan diam-diam sudah mengurung sang penulis ayan dari tiga jurusan.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
8
penulis ayan Siluman perhatikan posisi ketiga lawannya sementara kalung tengkorak di tangannya
menderu-deru berputar dan keluarkan angin yang mengibar-ngibarkan pakaian Tiga Aneh Gila.
Tiba-tiba dari mulut sang penulis ayan keluar suara seperti orang menangis.
“Eh... eh... eh!” ujar Baju Rombeng. “Siluman ini disamping teriak-teriak dan membentak
rupanya pandai pula menangis!” Tiga Aneh Gila kemudian tertawa memingkal.
Namun kali ini tawa mereka terhenti dengan tiba-tiba.
Tengkorak yang berputar mendadak sontak menebarkan asap biru yang tebal sekali
menutupi pemandangan Tiga Aneh Gila.
“Kawan-kawan cepat mundur!”teriak Baju Rombeng.
Dalam buta pemandangan itu ketiganya berlompatan ke belakang. Namun disaat itu pula
jala sutera halus di tangan kiri penulis ayan Siluman menebar berputar laksana kitiran.
“Celaka!” seru Baju Tambalan. Dirasakannya sesuatu benda melibat pinggangnya kemudian
sepasang lengan dan kakinya. Pastilah itu jala sutera penulis ayan Siluman. Dalam gelapnya kepulan asap
biru Baju Tambalan coba lepaskan diri tapi tak berhasil sedang kemudian dia mendengar susul
menyusul seruan kedua kawannya.
penulis ayan Siluman kini memutar kalung tengkoraknya pada arah yang berlawanan dari tadi.
Asap putih mendesis dari mulut tengkorak kecil itu dan dalam sekejap saja lenyaplah asap biru yang
gelap. Ruangan Putih kembali berada dalam keadaan terang benderang. Dan saat itu kelihatanlah
bagaimana Tiga Aneh Gila berdiri di tengah ruangan dengan sekujur badan terjirat jala biru, tak
sanggup lepaskan diri.
penulis ayan Siluman tertawa mengekeh. Kalung tengkoraknya digantungkannya kembali ke leher.
“Nyatanya Tiga Aneh Gila hanya tokoh-tokoh silat picisan belaka!” ejek penulis ayan Siluman.
“Sekarang kalian akan tahu siapa penulis ayan Siluman! Anak-anak seret tiga puntung neraka ini dan
Sepuluh Jari Kematian ke Ruang Penyiksaan! Sebelum mereka merasakan siksaan neraka ada
baiknya lebih dulu harus dijebloskan ke dalam siksaan dunia!”
Maka Tiga Aneh Gila dan Sepuluh Jari Kematian segera diseret dari Ruangan Putih
dimasukkan ke dalam Ruang Penyiksaan
Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Kemani bersama tiga orang kawannya dalam mencari
bobo anak manusia Pendekar barbel Maut pemusnah 10000 an .
Mereka keluar dari terowongan di sebelah selatan Bukit Tunggul. Setengah harian
menyelidik keempatnya masih belum berhasil mendapatkan jejak orang yang mereka cari.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Sebaiknya kita memencar!” kata Kemani memberi usul pada ketiga kawannya. “Dengan
memencar kita bisa bergerak lebih luas. Jika salah satu dari kita berhasil melihat manusia itu segera
lepaskan tanda ke udara!”
Tiga gadis baju biru lainnya menyetujui.
“Jika sampai senja kita tak berhasil menemuinya, kita harus kembali ke tempat ini untuk
berkumpul dan menentukan langkah selanjutnya.”
Maka keempat anak buah penulis ayan Siluman itu pun memencarlah. Hari pertama itu, sesenja-
senja hari keempatnya tak berhasil menemui orang yang mereka cari. Keempatnya berkumpul di
tempat yang telah ditentukan dan membuat kemah di situ. Paginya mereka meneruskan lagi
pencaharian. Meskipun Madura cuma sebuah pulau namun penuh dengan rimba belantara serta
bukit-bukit dan pegunungan-pegunungan liar yang jarang ditempuh manusia. Inilah yang
menyukarkan bagi keempat anak buah penulis ayan Siluman itu untuk mencari bobo anak manusia . Dan pada
hari yang kedua itu mereka masih belum berhasil. Keempatnya berkumpul di satu lamping gunung
kapur. Kemana pun mereka memandang hanya warna putih yang mereka lihat. Menjelang senja
seorang dari mereka melihat kelap-kelip nyala api di sebelah utara.
“Mungkin dia,” desis Kemani. Setelah berunding singkat, keempatnya segera tinggalkan
lamping gunung kapur. Empat kali sepeminuman teh mereka sampai ke tempat nyala api itu.
Ternyata yang mereka lihat itu ialah nyala api unggun. Tak jauh dari api unggung ini terletak satu
buntalan. Pastilah di tempat itu ada yang berkemah. Tapi tak satu orang pun yang kelihatan. Kemani
dan kawan-kawan menunggu sampai dua kali sepeminuman teh. Tetap tak ada satu orang pun yang
muncul. Keempatnya berunding lagi lalu dengan penuh waspada melangkah untuk mendekat dan
memeriksa isi buntalan di dekat api unggun.
Baru saja keempatnya bergerak sejauh tiga langkah entah dari mana datangnya
berkelebatlah satu bayangan putih. Demikian cepatnya sehingga keempat anak buah penulis ayan Siluman
tak dapat memastikan bayangan apakah itu. Dan tahu-tahu mereka merasakan satu totokan pada
pangkal leher mereka yang membuat diri mereka kaku tegang tak bisa bergerak, tak bisa buka suara.
Sekali lagi bayangan putih itu berkelebat dan sesaput angin aneh menyambar mata mereka.
Keempatnya mendadak sontak merasa berat kelopak mata masing-masing. Kantuk aneh tak
tertahankan lagi sehingga dalam keadaan tubuh tertotok itu keempatnya kemudian pejamkan mata
tertidur nyenyak.
Suara tertawa aneh menyeramkan macam ringkikkan kuda, menggeletar di seantero tempat.
Satu bayangan putih berkelebat lagi dan sekaligus memboyong keempat gadis berbaju biru itu.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
penulis ayan Siluman berdiri di belakang jendela di anjungan ketiga. Dipandangnya kolam dan
taman bagus di bawah sana. Tapi pikirannya tidak tertuju pada apa yang dilihatnya melainkan pada
empat orang anak buahnya yang telah dikirimnya untuk mencari dan menangkap pemuda yang tak
berhasil ditawan oleh Nariti dan kawan-kawannya, sampai-sampai Nariti sendiri dihukum dan
disiksa di Ruang Hitam. Dan kini sudah memasuki hari yang kelima, empat orang anak buahnya itu
masih belum muncul. Mungkin keempatnya belum berhasil mencari si pemuda. Tapi mungkin juga
keempatnya telah menjadi korban. Mengingat ini penulis ayan Siluman menjadi sedikit khawatir. Tiba-tiba
pintu di belakangnya diketuk.
“Masuk!” ujar penulis ayan Siluman.
Pintu terbuka. Seorang gadis berkulit putih yang rambutnya disanggul ke atas menjura tiga
kali di hadapan Sang penulis ayan .
“Ada keperluan apa kau menghadap, Sarinten?”
Gadis yang bernama Sarinten menjawab. “Ketika aku meronda tak berapa jauh dari daerah
kapur, aku menemui tusuk kundai ini, penulis ayan .” Sarinten mengacungkan tangan kirinya yang
menggenggam sebuah tusuk kundai dari perak. Lalu katanya meneruskan. “Benda ini kutemukan di
satu tempat di mana ada bekas-bekas perapian. Dan penulis ayan , aku yakin betul ini adalah kusuk
kundainya Kemani....”
Sepasang mata penulis ayan Siluman kelihatan mengecil.
“Aku khawatir Kemani dan kawan-kawan menemui hal-hal yang tak kita ingini,” ujar
Sarinten lagi.
“Apakah ada tanda-tanda bekas perkelahian?” tanya penulis ayan Siluman.
“Tak bisa kupastikan penulis ayan .”
penulis ayan Siluman merenung sejenak. Kemudian.
“Baik Sarinten, kau boleh tinggalkan kamar ini. Aku akan memikirkan apa yang bakal
dilakukan!”
Sarinten menjura tiga kali lalu meninggalkan anjungan itu. penulis ayan Siluman kembali putar
badan dan memandang ke luar jendela. Ketika melihat tusuk kundai yang diacungkan oleh Sarinten
tadi, sebenarnya penulis ayan Siluman merasa pasti bahwa telah terjadi apa-apa dengan Kemani dan
kawan-kawannya. Dan kalau memang pemuda yang tengah dicari-cari itu yang punya pekerjaan,
yakinlah penulis ayan Siluman bahwa si pemuda sungguh-sungguh berilmu tinggi. Nariti adalah anak
buahnya yang berilmu tinggi sedang Kemani dua tingkat lebih tinggi dari Nariti dan tetap tugas
yang mereka laksanakan tidak membawa hasil bahkan semakin menimbulkan kekhawatiran. Yang
membuat penulis ayan Siluman tambah penasaran ialah karena sampai sebegitu jauh dia masih belum tahu
siapa adanya pemuda itu. Siapa namanya, siapa juluk atau gelarannya. Tiba-tiba dia ingat pada
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Sepuluh Jari Kernatian yang telah dijebloskan ke dalam Ruang Penyiksaan. Mungkin dia tahu siapa
pemuda itu.
penulis ayan Siluman tepukkan tangannya dua kali.
Pintu terbuka, seorang gadis baju biru masuk. Selagi gadis ini menjura maka sang penulis ayan
sudah buka mulutnya.
“Apakah Sepuluh Jari Kematian masih hidup?!”
“Akan aku periksa penulis ayan . Kemarin dia masih bernafas satu-satu....”
“Jika dia masih hidup, lekas bawa ke Ruangan Putih. Aku menunggu di sana!”
“Baik penulis ayan ,” dan gadis ini menjura lagi lalu keluar dengan cepat. Dia adalah anak buah
penulis ayan Siluman yang bertugas di Ruang Penyiksaan.
Begitu gadis itu berlalu, penulis ayan Siluman segera tinggalkan kamar di anjungan ketiga itu.
Tak lama menunggu maka sebuah kerangkeng dari besi yang beroda didorong memasuki
Ruangan Putih. Di dalamnya menggeletak Sepuluh Jari Kematian. Keadaannya seperti sudah mati
dan mengerikan sekali. Dia tak mengenakan jubah hitam lagi tapi hanya bercawat kecil. Sekujur
badannya penuh bengkak-bengkak hijau merah yang mengandung nanah. Di antara bengkak-
bengkak itu banyak yang telah pecah mengeluarkan nanah campur darah yang baunya busuk
laksana merurutkan bulu hidung. Rambutnya yang panjang acak-acakan. Mukanya hampir tak bisa
lagi dikenali karena penuh dengan bengkak-bengkak menggembung berselomotan nanah dan darah.
Kedua matanya kini hanya merupakan rongga-rongga besar yang menggidikkan. Penyiksaan yang
dialami tokoh silat ini benar-benar luar biasa. Di dalam Ruang Penyiksaan dia mula-mula digantung
kaki ke atas kepala ke bawah. Satu hari berlalu maka dia dibawa ke Ruangan Putih dan dihadapkan
pada penulis ayan Siluman. Tapi sewaktu Sepuluh Jari Kematian tetap tidak mau tunduk pada kemauan
sang penulis ayan untuk masuk menjadi pengikutnya maka dia dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan,
digantung lagi kaki ke atas ke bawah. Dua hari kemudian darah mulai menggusur dari mata, telinga
serta hidung dan.mulutnya sedang kepalanya saat demi saat makin gembung seperti balon.
Hari berikutnya penulis ayan Siluman membebaskannya dan ditanyai apakah bersedia merubah
pikirannya dan masuk ke pihak penulis ayan Siluman. Tapi jawabannya Sepuluh Jari Kematian adalah caci
maki bahkan tokoh silat itu telah meludahi muka penulis ayan Siluman. Kemarahan penulis ayan Siluman tiada
terkirakan. Sepuluh Jari Kematian dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan dan dimasukkan ke
sebuah ruangan kaca tertutup. Ke dalam ruangan kaca ini dimasukkan puluhan binatang-binatang
berbisa. Sepuluh Jari Kematian tak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya diikat dengan benang
sutera halus yang aneh dan kuat luar biasa sedang kekuatannya lumpuh karena ditotok. Dalam
tempo satu hari saja maka habislah bengkak-bengkak sekujur tubuhnya disengat oleh puluhan
binatang berbisa. Kedua belah matanya membusuk dan digerogoti sehingga hanya tinggal
merupakan dua buah lobang yang mengerikan. Kalau saja Sepuluh Jari Kematian tidak memiliki
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
kekuatan yang luar biasa, pastilah nyawanya sudah lepas karena siksaan yang sangat hebat itu.
Namun sampai saat itu, meskipun tak ada harapan untuk hidup, Sepuluh Jari Kematian masih bisa
bernafas, sekalipun nafas itu tak lebih dari nafas-nafas terakhir yang akan mengantarkannya kepada
titik kematian.
penulis ayan Siluman tutup indra penciumannya sewaktu bau busuk keluar dari tubuh Sepuluh Jari
Kematian merambas hidungnya. Diperhatikannya tubuh tokoh silat itu seketika. Ternyata masih
bernafas.
“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan Siluman.
Tubuh yang menggeletak di dalam kerangkeng besi itu tiada bergerak.
“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan Siluman lebih keras. Tetap tak ada reaksi apa-apa.
penulis ayan Siluman berpaling kepada Sarinten yang tadi mendorong kerangkeng beroda itu.
“Semprot dia dengan air biru!”
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih. Ketika dia masuk kembali maka di tangan kanannya ada
sebuah tabung kaca berbentuk kendi yang berisi sejenis cairan berwarna biru. Sarinten mendekati
kerangkeng besi. Bagian atas dari tabung kaca itu ditekannya dengan ujung jari telunjuk. Terdengar
suara mendesis. Dari sebuah lubang pada badan tabung menyemprotlah air biru ke sekujur tubuh
Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak di dalam kerangkeng. Bau busuk dengan serta merta
lenyap. Lewat sepeminum teh, terjadilah hal yang aneh. Dari mulut Sepuluh Jari Kematian
terdengar suara erangan. Kemudian tubuhnya kelihatan bergerak perlahan. Semprotan air biru tadi
nyatanya bukan saja telah melepaskan Sepuluh Jari Kematian dari totokan sejak beberapa hari yang
lalu, tapi sekaligus juga memberikan satu kekuatan aneh kepadanya. Namun karena sekujur
tubuhnya menderita luar biasa maka tetap saja dari mulutnya keluar suara erangan kesakitan.
“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan Siluman.
Erangan tokoh silat itu terhenti seketika, kepalanya bergerak. Agaknya dia tengah meneliti
suara siapa yang memanggilnya.
“Sepuluh Jari Kematian, kau dengar aku bicara?!”
“Uh... uuuuu... uuh.... gadis iblis. Baiknya kau bunuh saja aku saat ini!” Rupanya Sepuluh
Jari Kematian sudah mengetahui siapa yang bicara dengan dia.
“Dengar, nyawamu akan kuselamatkan jika....”
“Iblis laknat, kau bunuh aku cepat! Biar aku jadi setan dan mencekikmu...!”
penulis ayan Siluman tahan amarahnya yang mulai meluap.
“Kau tak akan mati Sepuluh Jari Kematian. Aku datang justru untuk selamatkan jiwamu....”
Sepuluh Jari Kematian mendengus. Dia coba untuk bangun dan duduk, tapi tak berhasil.
“Apakah kau juga bisa kembalikan dua mataku yang kini buta ini, gadis siluman laknat?!” sentak
Sepuluh Jari Kematian.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Jika kau tak mau dengar ucapanku terpaksa kau kukirim kembali ke Ruang Penyiksaan!”
“Aku tidak takut! Aku ingin lekas mampus biar cepat jadi setan dan memuntir batang
lehermu!” tukas Sepuluh Jari Kematian.
Penasaran sekali penulis ayan Siluman memerintah pada Sarinten. “Ambil besi menyala!”
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih dan kembali lagi dengan sepotong besi besar yang
ujungnya merah menyala karena dibakar dengan api. penulis ayan Siluman mengambil besi itu, ujungnya
kemudian didekatkan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat golongan hitam ini tampak
menyeringai kesakitan akibat panasnya besi yang terbakar itu.
“Sepuluh Jari Kematian, jangan jadi orang tolol! Bagaimanapun keadaanmu sekarang, kau
tetap akan bisa selamat dan hidup terus. Lekas katakan siapa adanya pemuda yang tempo hari
melarikan diri sewaktu anak-anak buahku mendatangi kau! Siapa namanya, gelar dan asal dari
mana! Cepat!”
Sepuluh Jari Kematian kelihatan tercenung. Tiba-tiba dari mulutnya mengumandang rendah
suara tertawa mengekeh. “Kalau aku sudah mampus dan jadi setan, baru aku kasih tahu padamu!”
jawab laki-laki itu.
Ujung besi yang merah terbakar didekatkan kembali ke muka Sepuluh Jari Kematian.
Kembali manusia ini kernyitkan muka karena hawa yang panas.
“Lekas terangkan!” sentak penulis ayan Siluman. Dia sudah tidak sabar sekali.
Sepuluh Jari Kematian hentikan kekehannya. “Gadis iblis, yang perlu kukatakan pada kau...
ialah... kau bakal tak sanggup menghadapi pemuda itu! Ilmu silatnya lebih tinggi... dan... dan
kesaktiannya lebih hebat dari kau! Kau akan mampus di tangannya.... Kau... akan....”
Ucapan Sepuluh Jari Kematian cuma sampai di situ. Dari mulutnya kini keluar lolongan
yang mengerikan karena saat itu penulis ayan Siluman menusukkan ujung besi yang merah menyala ke
pipi kanannya. Bukan saja pipi itu terpanggang hangus tapi juga menjadi bolong besar.
“Masukkan manusia tak berguna ini ke Ruang Penyiksaan kembali!” perintah penulis ayan Siluman.
Maka Sarinten kemudian mendorong kerangkeng besi setelah menerima besi merah menyala dari
tangan sang penulis ayan .
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
9
Tinggal sendirian di kamar pada anjungan ke tiga itu penulis ayan Siluman kembali memikirkan
tentang keempat orang anak buahnya. Mungkin sekali mereka telah menjadi korban si pemuda sakti
yang sampai saat itu tiada diketahuinya siapa adanya. Keesokan harinya tiada kabar tentang Kemani
maka penulis ayan Siluman segera memanggil anak buahnya yang bernama Laruni. Laruni adalah anak
buah penulis ayan Siluman yang paling tinggi ilmunya. Tiga perempat bagian ilmu silat penulis ayan Siluman
sudah dikuasainya dengan sempurna.
Waktu Laruni datang menghadap, penulis ayan Siluman menunggunya bersama Sarinten, Inani dan
seorang gadis lainnya bernama Wakania.
penulis ayan Siluman tidak membuang-buang waktu, segera dia berkata. “Laruni, aku percayakan
satu tugas kepadamu yang harus kau laksanakan dengan baik. Kau tentu sudah tahu bahwa empat
kawanmu di bawah pimpinan Kemani telah kuperintahkan untuk mencari seorang pemuda
berkepandaian tinggi. Pemuda itu kini malang-melintang di pulau kita dan merupakan bahaya besar
bagi kita serta setiap rencana kita. Keempat kawanmu itu tidak kembali sampai hari ini. Aku
khawatir bahwa mereka menemui hal-hal yang tak diingini. Kuharap kau bisa menyelidiki apa yang
telah terjadi dengan mereka dan paling penting ialah mencari serta menangkap hidup-hidup pemuda
itu, membawanya kemari.”
“Tugasmu siap kulaksanakan penulis ayan .” kata Laruni menyahuti. “Apakah aku akan pergi
seorang diri?!”
“Seorang diri aku percaya kau akan mampu melaksanakan tugasmu,” jawab penulis ayan Siluman.
“Namun kurasa akan lebih baik jika kawan-kawanmu yang tiga orang ini ikut bersamamu.” penulis ayan
Siluman kemudian palingkan kepala pada Inani. Setelah menatap gadis jelita berkulit kuning
langsat itu sejurus maka berkatalah dia.
“Inani, kau pergi bersama Laruni dan bawa kecapimu.”
Bukan saja Inani, tapi Sarinten, Laruni dan Wakania menjadi heran mendengar ucapan sang
penulis ayan . Adakah seorang yang hendak ditugaskan mencari musuh lawan hebat disuruh membawa
kecapi? Sungguh tak dapat dimengerti mengapa sang penulis ayan menyuruh demikian.
“Kalian mungkin heran,” ujar penulis ayan Siluman sambil pandangi paras keempat anak buahnya.
“Tapi justru suara petikan kecapi di rimba belantara yang sunyi atau di lamping gunung atau di tepi
jurang yang curam, akan menarik perhatian setiap telinga manusia yang kebetulan mendengarnya!
Dengan kerahkan tenaga dalammu maka suara kecapi itu akan menggema jauh. Ini akan
mengundang datangnya pemuda yang tengah kalian cari. Dan kalian akan mudah menangkapnya!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Diam-diam keempat orang gadis itu memuji kecerdasan penulis ayan mereka. Setelah mengatur
persiapan untuk perjalanan maka berangkatlah Laruni dan kawan-kawannya. Di kaki sebuah bukit,
mereka mengatur rencana dan berpencaran. Laruni ke utara, Sarinten ke selatan, Wakania ke timur
dan Inani ke barat.
bobo anak manusia , si Pendekar barbel Maut pemusnah 10000 an berdiri di muka gua batu,
memandang ke arah pedataran liar di bawahnya. Sinar matahari yang baru naik di ufuk timur
membuat pemandangan lebih bagus dan indah. Anak sungai yang membujur di sebelah tenggara
kelihatan berkilau-kilau disaputi sinar matahari itu. Batu-batu cadas hitam bergemerlap. bobo
menarik nafas dalam, menghirup udara pagi yang segar. Diperhatikannya lengan kanannya. Dia
gembira sekali karena lengan yang tempo hari patah itu kini sudah sembuh. Berarti hari itu adalah
hari dimana dia kembali memulai menyelidiki di mana letaknya sarang penulis ayan Siluman. Sebenarnya
pendekar ini ingin lebih dahulu mencari Goa Belerang, yaitu goa yang diterangkan secara misterius
dalam tulisan manusia aneh yang telah mengencingi kepalanya dulu itu. Namun karena waktu yang
disebutkan dalam tulisan itu ialah bulan purnama empat belas hari maka dia musti menunggu, kira-
kira empat lima hari di muka. bobo tak suka menunggu, untuk menghabiskan waktunya dia
memutuskan mulai menyelidiki tentang penulis ayan Siluman.
Demikianlah, setelah menikmati pemandangan indah serta puas menghirup udara pagi yang
segar maka Pendekar 10000 an ini segera tinggalkan gua. Suara siulannya menggema dikeheningan pagi
membawakan lagu tak menentu, membuat takut binatang-binatang kecil membuat burung-burung
terkejut dan menghentikan kicau lalu terbang ketakutan.
Di antara suara siulannya yang tak menentu itu mendadak lapat-lapat bobo anak manusia
menangkap suara sesuatu di kejauhan. Pendekar ini hentikan langkah serta siulannya. Suara di
kejauhan itu adalah suara bunyi-bunyian. Tak dapat dipastikan suara bunyi-bunyian apa.
Dipertajamnya telinganya, tapi karena suara bunyi-bunyian itu jauh sekali tetap saja sukar
dikenalinya. Penuh rasa ingin tahu maka bobo anak manusia kemudian langkahkan kakinya ke arah
datangnya suara tersebut. Lewat sepeminum teh suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi agaknya
masih jauh. Maka dari melangkah biasa, bobo anak manusia mulai berlari dengan cepat. Lewat lagi
sepeminum teh, suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi sumbernya masih jauh. Rasa aneh
menjalari diri Pendekar 10000 an . Jangan-jangan pendengarannya telah menipu diri sendiri. Atau
mungkin suara bunyi-bunyian itu adalah suara setan atau bangsa dedemit penghuni rimba belantara?!
Kalau tidak mengapa setelah demikian lamanya sumber suara tersebut masih belum berhasil
dicapainya?!
Ketika lewat lagi satu kali peminum teh maka barulah bobo anak manusia mengenali suara bunyi-
bunyian itu. Suara petikan kecapi. Dia tak tahu lagu apa yang dibawakan, tapi suaranya demikian
merdu dan menyayat hati. Mungkin itu lagu seorang gadis yang ditinggal kekasih, pikir sang
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Pendekar 10000 an ! Mendekati sumber bebunyian itu bobo bertindak hati-hati. Rasa aneh yang
menggerayangi tubuhnya menjadi satu peringatan baginya. Jarak antara dia pertama kali mendengar
suara itu tadi jauh sekali, berkilo-kilo meter. Suara kecapi biasa tak akan mungkin bisa terdengar
sampai demikian jauhnya. Kemudian siapa pulakah .yang memetik kecapi itu?
Tanpa menimbulkan suara sedikit pun bobo menyeruak semak belukar lebat. Dilewatinya
segerombolan pohon-pohon yang tumbuh dengan rapat. Kemudian di sebelah depan dilihatnya sinar
terang dari matahari yang menyeruak di antara kerapatan pohon-pohon dan semak belukar.
Ternyata di bagian muka sana itu adalah ujung dari sebuah lembah subur yang ditumbuhi rumput
hijau. Pemandangan dari tempat ketinggian itu indah sekali karena di bawah lembah kelihatan
sebuah telaga. Namun Pendekar 10000 an sama sekali tidak tertarik dan perhatikan keindahan
pemandangan itu. Dia bergerak ke samping kiri dari mana suara kecapi terdengar santer sekali. Dia
masih belum melihat manusia dan kecapi itu. Mungkin terlindung di balik semak-semak rapat di
dekat pohon beringin besar. Maka bobo dengan langkah cepat tanpa suara menuju ke balik pohon
beringin. Matanya memandang tajam menembus di antara celah-celah semak belukar.
Dan terkejutlah Pendekar 10000 an bobo anak manusia .
Betapa tidak. Apa yang disaksikannya hampir tak bisa dipercayanya. Di balik semak belukar
itu terhampar sebuah batu hitam besar laksana pelaminan, menghadap di lembah subur. Dan di atas
batu besar hitam itu duduklah seorang dara jelita sekali, berbaju biru. Rambutnya diriap lepas,
bergerai di bahu dan di punggungnya sampai ke pinggang. Sinar matahari membuat rambut yang
hitam itu berkilauan. Di pangkuan sang dara terletak sebuah kecapi yang kayunya bagus diukir-ukir.
Jari-jari si gadis menari-nari dengan lincahnya di atas sinar-sinar kecapi itu. Dan dia memainkannya
tanpa matanya memandang pada kecapi itu tapi memperhatikan keindahan lembah di bawahnya.
Betapa ahlinya dia memainkan kecapi itu dan betapa indahnya lagu yang dibawakannya. Untuk
beberapa lamanya Pendekar 10000 an dibikin terpesona, bukan saja oleh kepandaiannya dan keindahan
permainan kecapi si dara baju biru, tapi juga oleh kejelitaan parasnya. Beberapa lama kemudian
barulah bobo anak manusia menyadari bahwa cara si gadis memainkan kecapi itu bukanlah cara biasa
seperti yang dimainkan oleh orang. Buktinya petikan kecapinya itu telah terdengar oleh bobo
anak manusia di tempat yang sangat jauh. Pastilah si gadis baju biru memetiknya dengan disertai aliran
tenaga dalam yang hebat pada jari-jari tangannya. Dan pastilah bahwa gadis jelita ini bukan gadis
sembarangan.
Ketika si gadis baju biru menggeser badannya sedikit maka saat itulah bobo dapat melihat
kalung tengkorak kecil yang tergantung di lehernya. Terkesiaplah pendekar ini. Baju biru, kalung
tengkorak kecil, itulah ciri-ciri dandanannya anak buah penulis ayan Siluman dari Bukit Tunggul. Karena
memaklumi bahwa si gadis meskipun masih belia tapi berilmu tinggi dan memiliki tenaga dalam
sempurna maka bobo anak manusia tak mau bertindak sembrono. Dia menunggu sampai beberapa lama,
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
tapi si gadis agaknya masih belum mau menghentikan petikan kecapinya. Akhirnya pendekar kita
putuskan untuk keluar dari balik pohon beringin tanpa menunggu sampai si baju biru itu menyudahi
permainan kecapinya. Sambil mendehem maka bobo anak manusia munculkan diri.
Meskipun dia memainkan kecapi adalah sengaja untuk mengundang datangnya orang yang
tengah dicari, namun suara deheman tadi membuat Inani gadis yang memainkan kecapi itu jadi
terkejut juga. Belum dia berpaling, didengarnya suara laki-laki berkata.
“Petikan kecapimu sedap sekali saudari. Lagunya pun indah!”
Inani hentikan permainannya dan putar kepala dengan cepat. Di hadapannya kini berdiri
seorang pemuda berambut gondrong bertampang gagah. Pakaiannya putih-putih dan tubuhnya tegap
kekar. Meskipun sudah dewasa namun pandangan matanya seperti mata anak-anak, membayangkan
kepolosan dan kejujuran hati.
Meski terkesiap beradu pandangan dengan Pendekar 10000 an , namun begitu ingat tugasnya,
maka membentaklah Inani.
“Siapa kau?”
bobo anak manusia sunggingkan senyum. “Ah kenapa kau hentikan permainan kecapimu, Saudari?
Rupanya aku mengganggumu saja. Harap maafkan. Aku....”
“Jangan banyak bicara! Lekas terangkan siapa kau!”
“Tadinya tengah menggembalakan kerbau di sebelah timur lembah ini. Kemudian kudengar
suara petikan kecapimu lalu datang ke sini....”
“Jadi kau gembala huh?”
“Betul!” sahut bobo .
“Jangan dusta! Kau pasti pemuda yang tempo hari larikan diri ketika mau ditangkap!”
Habis membentak begitu maka Inani segera gerakkan tangan kanannya ke balik pakaian.
Sebuah benda terbentuk bola hendak di lemparkannya ke udara. Bola ini adalah tanda yang harus
dilepaskannya ke udara, untuk memberitahukan kepada kawan-kawannya bahwa dia telah berhasil
menemukan orang yang mereka cari. Di udara bola itu akan pecah dan memancarkan warna merah
hingga mudah dilihat. Tapi sebelum tangannya sempat melemparkan bola itu, Pendekar 10000 an bobo
anak manusia sudah tangkap pergelangan tangan kanan Inani. Keduanya saling tarik menarik dan saling
pandang menyorot. Betapa pun si gadis kerahkan tenaganya tetap saja dia tak sanggup lepaskan
pegangan bobo .
“Lepaskan tanganku!” teriak Inani. Rasa aneh menjalari dirinya. Seumur hidup itulah
pertama kali seorang laki-laki menyentuh kulit tubuhnya.
“Aku akan lepaskan,” kata bobo sambil tersenyum
“Tapi benda ini harus kau berikan dulu padaku.”
“Kurang ajar. Lepaskan tanganku!” sentak Inani.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo gelengkan kepala. “Berikan dulu benda ini, saudari baru kulepaskan.” katanya.
Dengan mengkal Inani lepaskan bola itu yang segera diambil dengan tangan kiri bobo
anak manusia . Kemudian baru dilepaskannya lengan si gadis. Tengah bobo meneliti benda berbentuk
bola itu tiba-tiba Inani berdiri dan lemparkan kecapinya ke arah si pemuda.
Cepat-cepat bobo anak manusia berkelit. Kecapi lewat menderu di atas kepalanya. Ketika benda
itu hampir menghantam pohon beringin dan pasti akan hancur, bobo cepat melompat dan
menangkap kecapi itu. Lalu sambil geleng-gelengkan kepala dia berkata. “Saudari, gerakanmu
melemparkan benda ini hebat sekali. Tapi sungguh sayang kalau kecapi yang bagus ini hancur
berantakan!”
Perlahan-lahan bobo anak manusia letakkan kecapi di kaki pohon beringin. Baru saja itu
dilakukannya maka si gadis sudah menerjang menyerangnya. Kalau tidak lekas si pemuda
menyingkir pastilah sebuah tendangan akan mendarat di perutnya.
“Eh, saudari. Apa-apaan ini! Tak ada hujan tak ada angin, tak ada pasal tak ada lantaran,
kenapa kau menyerang aku?!”
Sebagai jawaban Inani keluarkan jala sutera biru. Benda ini segera diputar menderu di atas
kepalanya. Didahului dengan lengkingan keras, Inani lancarkan pukulan tangan kiri dan kirimkan
satu tendangan. Angin serangan ini demikian hebatnya membuat pakaian dan rambut Pendekar 10000 an
sampai berkibaran, sementara dia mengelakkan dua serangan ini, maka jala biru berkelebat dan
menebar ke arah kepalanya. bobo cepat tundukkan kepala tapi jala sutera biru terus memapas
hendak melibat pinggangnya. Sekali lagi bobo mengelak dan sekali lagi pula jala itu, menyusup
laksana kilat ke arah kedua kakinya.
“Hebat!” seru bobo memuji seraya melompat dua tombak.
Penasaran sekali Inani kembali memburu dengan gempuran serangan yang lebih hebat tapi
walau bagaimanapun Pendekar 10000 an bukanlah semudah yang diduganya untuk dirubuhkan. Sedang
sampai saat itu bobo sama sekali mengambil sikap mengelak, tak sekalipun balas menyerang.
“Kenapa mengelak terus, tak berani menyerang?!” bentak Inani penuh penasaran. Dia
berharap-harap salah seorang kawannya muncul di situ agar bisa membekuk si pemuda.
“Hentikan seranganmu, saudari. Kita toh tidak punya permusuhan. Mari bicara dulu baik-
baik.”
“Kalau kau mau bicara, bicaralah nanti di hadapan penulis ayan Siluman!”
“Oh, jadi kau anak buahnya penulis ayan Siluman? Kau tahu saudari. penulis ayan mu itu kawan baikku!”
Karena merasa dipermainkan dengan ucapan itu maka Inani menyerang lagi dengan lebih
ganas. Dia keluarkan jurus-jurus yang mengandung tipu berbahaya. Tiada terasa, dua puluh jurus
telah berlalu. Jika bobo mengadakan perlawanan pastilah tidak semudah dan sebanyak itu jurus
yang bisa dilewati Inani.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Saudari! Jika kau tak mau hentikan seranganmu terpaksa aku turunkan tangan kasar!”
memperingatkan bobo .
“Kalau kau memang punya kepandaian silahkan balas seranganku! Kukira kau bukan
pemuda banci yang cuma pandai berkelit dan mengelak saja!”
bobo panas sekali dikatakan pemuda banci.
“Harap kau jangan menyesal, saudari!” katanya seraya pasang kuda-kuda.
Pukulan tangan kosong yang menimbulkan angin keras melanda ke arah bobo . Di saat yang
sama jala sutera menderu dari atas ke bawah dalam satu gerakan yang luar bisa cepatnya.
“Gadis cantik!” seru bobo . “Lihat baik-baik. Ini jurus Menepuk Gunung Memukul Bukit.
Pegang kuat-kuat jalamu, kalau tidak akan kurampas!” Habis berkata begitu bobo hantamkan
dengan perlahan telapak tangan kirinya ke muka sedang tangan kanan membuat gerakan cepat ke
samping sesuai dengan sambaran jala. Tubuhnya sedikit menekuk.
“Pemuda sombong!” maki Inani. “Kau akan terima nasib sial di dalam jalaku!” Dan si gadis
lipat gandakan tenaga dalamnya.
Tiba-tiba dia terkesiap karena pukulan tangan kosongnya dipapasi oleh satu sambaran angin
deras yang ke luar dari telapak tangan kiri lawan. Belum lagi habis rasa terkesiap ini sekejap
kemudian dirasakannya jala sutera birunya yang tadi telah menebar kini menciut lagi ujungnya.
Ketika kejapan berikutnya berlalu. Inani merasakan tangannya yang memegang jala laksana
dipelintir dan tahu-tahu jala sutera itu terlepas dari tangannya, kena dirampas oleh bobo anak manusia .
Pendekar 10000 an tertawa dan main-mainkan jala sutera biru yang berhasil dirampasnya.
“Apakah kau masih belum mau menghentikan pertempuran dan bicara dulu baik-baik?”
tanya bobo pula.
Sebagai jawaban malah Inani loloskan kalung tengkorak dari lehernya. Kemudian dengan
sebat menyerang ke arah sang pendekar. Di antara suara menderu kerasnya sambaran kalung
tengkorak maka terdengar pula suara mendesis. Dari mata dan hidung tengkorak kecil itu mengebut
asap biru yang tebal gelap dan menebarkan bau aneh menusuk hidung. Pendekar 10000 an terkejut bukan
main. Dia masih mempermainkan jala sutera sewaktu asap biru yang sangat pekat itu telah
membungkus dirinya.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
10
Pendekar 10000 an bobo anak manusia segera maklum bahwa asap biru pekat yang membungkus diri
dan membuat matanya tak bisa melihat apapun adalah sangat berbahaya dan mengandung obat jahat
yang bisa melemahkan tubuh. Dengan cepat pendekar ini tutup jalan nafas lalu melompat ke
samping. Tapi anehnya lompatan itu tidak membuat dia keluar dari kurungan asap. Di sekelilingnya
masih gelap gulita.
bobo anak manusia pusatkan tenaga dalamnya pada kedua kaki. Dengan membentak nyaring
pendekar ini membuat gerakan yang dinamakan: Gunung Meletus Batu Melesat ke Luar Kawah.
Gerakan ini membuat tubuhnya mencelat laksana anak panah lepas dari busurnya.
Di lain pihak Inani begitu melihat lawannya terbungkus asap biru segera pergunakan tangan
kiri untuk mengambil segulung benang yang sangat halus, sehalus jaring laba-laba. Sekali
menyentakkan maka gulungan benang yang terbuat dari sutera itu menerobos asap biru gelap
laksana seekor ular. Inani gembira sekali sewaktu benang suteranya dirasakannya melibat
sasarannya di dalam asap gelap itu. Setelah yakin betul-betul bahwa bobo anak manusia tidak berdaya
lagi dilibat benang sakti tersebut maka Inani semprotkan asap putih dari mulut kalung tengkorak.
Sekejapan kemudian maka sirnalah asap biru gelap dan suasana menjadi terang benderang kini.
Dan betapa terkejutnya gadis jelita berbaju biru ini. Yang dilibat oleh benang suteranya
bukanlah tubuh lawannya, melainkan pohon beringin besar yang terletak kita-kira sepuluh langkah
di hadapannya.
Inani memandang berkeliling dengan cepat. Di belakangnya bobo anak manusia tertawa gelak-
gelak.
“Sejak kapan ada manusia yang bermusuhan dengan pohon beringin?!” ejek bobo .
Penuh geram Inani gulung dengan cepat benang suteranya. Dengan kalung tengkorak di
tangan kembali dia menyerang bobo anak manusia . Sang pendekar sendiri menyambut kedatangan si
gadis dengan putaran jala biru.
“Sekali-sekali kau musti merasakan juga bagaimana kalau jala ini melibat dirimu sendiri!”
ujar bobo .
Inani tidak percaya bahwa si pemuda akan sanggup gunakan jala itu karena untuk
memakainya mempunyai cara tersendiri yang hanya anak-anak buah penulis ayan Siluman yang
mengetahuinya.
Karenanya tanpa ada keraguan sedikit pun Inani sama sekali tidak batalkan serangannya.
Kalung tengkorak yang kekuatannya lebih keras dari bola baja itu menyambar ganas siap untuk
menghancurkan kepala lawannya. Tapi betapa terkejutnya gadis ini sewaktu dikejap yang sama jala
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
sutera biru di tangan lawan membuka dan menebar menyungkupi tangan kanan terus kepala dan
tubuhnya.
bobo anak manusia adalah seorang yang. bermata tajam. Sewaktu Inani mengeluarkan jala biru itu
dia merasa sangat tertarik dan memperhatikan dengan seksama bagaimana si gadis memainkan
senjata tersebut. Sehingga pada saat jala itu berada di tangannya, dengan mudah dia bisa pula
mempergunakannya.
Inani coba berontak dan lepaskan diri dari sekapan jala. Tapi sudah terlambat. Seluruh jala
telah membungkus tubuhnya sampai ke lutut. Membuat dia tak bisa lepaskan diri lagi.
bobo tertawa gelak-gelak dan berdiri tolak pinggang.
“Lepaskan jala ini!” teriak Inani.
“Enak betul,” sahut bobo . “Kalau kulepaskan pasti kau akan serang diriku lagi!” Dan
Pendekar 10000 an lalu melangkah ke hadapan Inani.
“Kau mau bikin apa?! Pergi!”
“Eh, aku cuma mau lihat parasmu apa tidak boleh!”
“Pergi!” teriak Inani.
bobo anak manusia menyengir. Dia melangkah lagi dan jarak mereka cuma terpisah dua jengkal
saja. Inani dapat merasakan hembusan nafas pemuda itu di parasnya yang jelita. Sepasang mata
mereka untuk kesekian kalinya beradu pan