Tampilkan postingan dengan label bobo kemasukan 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bobo kemasukan 3. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

bobo kemasukan 3



 kujur tubuhnya menjadi kaku tegang tak bisa lagi 

digerakkan. Tapi mulut Sepuluh Jari Kematian masih bisa bersuara. Maka memakilah tokoh silat 

kawakan ini.

“Gadis keparat! Lekas bebaskan totokan ini! Kalau tidak kau akan menyesal seumur hidup!”

penulis ayan  Siluman tertawa mengekeh.

“Tikus tua! Sudah tak ada daya masih bisa besarkan mulut! Kau minta dilepaskan totokan? 

Baik! Tapi rasakan dulu ini!”

Tangan kanan penulis ayan  Siluman bergerak. 

“Plaaak!”

Tamparan yang keras mendarat di pipi Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat itu meraung 

kesakitan. Dua buah giginya tanggal dan melompat dari mulutnya. Bibirnya pecah berdarah. 

Pemandangannya gelap. Sesaat kemudian tubuhnya limbung dan tergelimpang ke lantai.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

penulis ayan  Siluman menyeringai. Dia berpaling pada kedua orang anak buahnya dan memerintah.

“Seret babi tua ini ke Ruang Penyiksaan!”

Dua gadis baju biru segera bergerak untuk laksanakan tugas sang penulis ayan . Namun belum lagi 

keduanya menyentuh tubuh Sepuluh Jari kematian tiba-tiba pintu Ruangan Putih terpentang lebar 

dan dua manusia aneh menerobos ke dalam.

Terkejutlah penulis ayan  Siluman dan kedua anak buahnya.

Begitu sang penulis ayan  kenali dua manusia aneh ini dia segera membentak. “Tiga Aneh Gila!

Bagaimana kalian bisa sampai ke sini?! Apakah sudah bosan hidup?!”

Kedua manusia itu saling pandang satu sama lain lalu tertawa gelak-gelak sambil melompat-

lompat seperti anak kecil.

“Manusia-manusia gila keblinger! Nama besarmu memang pernah kudengar! Setahuku 

kalian berjumlah tiga orang? Mana kambratmu yang satu lagi, biar aku sekaligus dengan lekas 

mengirim kalian menghadap penunggu neraka!”

Dua manusia aneh itu jingkrat-jingkratan lagi dan tertawa gelak-gelak hingga mata mereka 

menjadi berair. Yang satu tiba-tiba hentikan tertawanya dan menepuk bahu kawannya, lalu berkata.

“Baju Gombrong! Diamlah! Apa kau tidak dengar si jelita itu tanyakan kawan kita yang satu 

lagi?!”

“Ah... ah... ah!” kata manusia aneh yang dipanggilkan Baju Gombrong itu, “Biar aku 

panggilkan dia. penulis ayan  Siluman, kau tunggulah sebentar, kambratku yang kau tanyakan itu ada 

membawa oleh-oleh untukmu!”

Habis berkata begitu Baju Gombrong keluarkan suara bersiul. Maka dari pintu yang 

terpentang lebar itu masuklah seorang aneh yang berpakaian cabik-cabik. Yang mengejutkan penulis ayan  

Siluman serta anak-anak buahnya ialah ketika menyaksikan bagaimana pada bahunya manusia ini 

membawa dua orang anak buahnya yang saat itu tidak bernyawa lagi karena leher mereka terkulai 

patah akibat dipelintir kepalanya.

Manusia aneh yang ketiga ini tertawa gelak-gelak sewaktu melihat penulis ayan  Siluman.

“penulis ayan  Siluman, rupanya kau begitu tak sabar tanyakan aku! Ini aku datang dan bawa oleh-

oleh buatmu!” Serentak dengan itu manusia ini gerakkan tubuhnya dengan perlahan dan tahu-tahu 

dua orang anak buah penulis ayan  Siluman yang berada di bahunya berpelantingan ke kiri kanan, 

menghantam dinding dan mental kembali, jatuh tepat di hadapan penulis ayan  Siluman.

Jelas terdengar suara geraham-geraham penulis ayan  Siluman bergemelatukan karena amarah yang 

amat sangat.

“penulis ayan  Cantik!” kata Baju Rombeng, “Menyesal sekali kami terpaksa lepaskan tangan jahat 

pada dua orang anak buahmu. Kami tengah keluyuran di kaki bukit sana, tahu-tahu mereka 

menyerang. Kawan-kawan, bukankah begitu ceritanya?!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Ketiga manusia aneh itu kemudian tertawa gelak-gelak ramai sekali dan tak lupa mereka 

dalam tertawa itu melonjak-lonjak seperti tadi.

“Dua anak buahmu itu inginkan nyawa kami! Padahal mereka cukup pantas untuk jadi....” Si 

Baju Rombeng tak teruskan ucapannya karena saat itu kembali dia tertawa lagi.

“Dan sewaktu kami sampai di sini, nyatanya kejahatanmu tiada beda dengan kami....” Si 

Baju Rombeng memandang pada sosok tubuh Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak pingsan, 

lalu geleng-gelengkan kepala. “Tamparan yang hebat,” katanya.

Dua orang anak buah penulis ayan  Siluman yang ada di ruangan itu mula-mula terkesiap saksikan 

dua kawan mereka yang dilemparkan tanpa nyawa, tapi kini tak dapat lagi menahan kemarahan 

mereka dan melompat ke muka.

“penulis ayan ! Izinkan kami merampas nyawa anjing-anjing buruk ini!”

“Tangkap mereka hidup-hidup! Sebelum mampus mereka musti disiksa dulu!” teriak penulis ayan  

Siluman.

Maka dua orang gadis baju biru itu segera menyerbu ke muka. Tiga manusia yang diserang 

anehnya melihat serangan ini malah tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan. Dan lebih aneh 

lagi begitu mereka gerakkan tangan kiri mereka maka tegang kakulah kedua anak buah penulis ayan  

Siluman itu. Ternyata ketiganya telah lepaskan totokan jarak jauh yang lihai luar biasa. Dan ini 

membuat sang penulis ayan  terkejut bukan main. Melihat kelihaian ketiga manusia ini penulis ayan  Siluman tidak 

mau bertindak sembrono. Jika dua orang anak buahnya sanggup ditamatkan riwayat mereka dan dua 

orang lagi dibuat tak berdaya di muka hidungnya maka tiga manusia itu sudah tentu mengandalkan 

ilmu yang tinggi sekali.

Siapakah ketiga manusia itu?

Orang yang masuk pertama ke dalam Ruangan Putih itu ialah seorang yang bermata besar 

juling berbadan katai. Bajunya sangat besar hingga kegombrangan di badannya yang pendek kecil 

itu. Karena pakaiannya yang gombrong inilah maka di duia persilatan dia dikenal dengan julukan 

Baju Gombrong.

Yang kedua juga bertubuh kecil pendek. Kepalanya botak penuh kudis yang baunya busuk. 

Pakaiannya penuh tambalan-tambalan. Karena itulah di dunia persilatan dia dikenal dengan gelar 

Baju Tambalan.

Manusia aneh ketiga yang masuk paling akhir dengan membawa mayat dua orang anak buah 

penulis ayan  Siluman juga berbadan katai. Rambutnya yang hitam berkilat diikat kuncir ke atas. Karena 

seumur hidupnya dia selalu mengenakan pakaian robek-robek dan cabik tak karuan maka di rimba

persilatan dia dikenal dengan julukan Baju Rombeng.

Sejak lima tahun yang lalu ketiga manusia ini telah bergabung dalam satu kelompok. Karena 

kesemua mereka mempunyai penyakit kurang ingatan alias gila maka kelompok mereka itu 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

dinamakan Tiga Aneh Gila. Meski mereka gila namun hati mereka polos jujur dan suka berbuat 

baik di mana-mana. Ketiganya pernah melabrak beberapa tokoh-tokoh silat golongan hitam. 

Dengan sendirinya dimusuhi oleh golongan hitam. Beberapa tokoh silat dan satu perguruan silat 

golongan hitam pernah coba membuat perhitungan dengan mereka. Namun Tiga Aneh Gila

menyapu lawan-lawan mereka itu.

Satu bulan yang lewat dalam petualangan mereka ketiganya telah mendengar tentang 

keganasan penulis ayan  Siluman di Pulau Madura. Sebagai tiga tokoh silat yang tak suka melihat kejahatan 

dan kekejaman maka Tiga Aneh Gila segera berangkat ke Pulau Madura. Dalam mencari-cari di 

mana letak sarangnya penulis ayan  Siluman, dua orang anak buah penulis ayan  Siluman memergoki mereka.

Tiga Aneh Gila mulanya menegur dengan baik-baik dan menanya di mana letak tempat 

penulis ayan  Siluman pada kedua gadis itu. Anak-anak buah penulis ayan  Siluman tentu saja merasa curiga. Tanpa 

banyak cerita keduanya segera menyerang Tiga Aneh Gila dengan jurus-jurus yang mematikan.

Ketiga manusia aneh itu jadi penasaran sekali. Setelah bertempur delapan jurus maka dua 

orang anak buah penulis ayan  Siluman berhasil mereka tangkap hidup-hidup. Namun salah seorang dari 

mereka yaitu Baju Rombeng merasa kasihan dan atas perintahnya kedua gadis itu dilepaskan 

kembali. Tapi apa lacur, begitu dilepas segera dua orang anak buah penulis ayan  Siluman ini menyerang 

lagi dengan lebih ganas. Maka Tiga Aneh Gila kali ini tak memberi hati lagi. Dalam empat jurus 

saja maka kedua orang anak buah penulis ayan  Siluman terpaksa pasrahkan jiwa kepada mereka.

Dengan muka membesi menahan kegeraman. penulis ayan  Siluman memandang ketiga manusia 

katai di depannya lalu buka mulut. Ucapannya setengah mendesis. “Dengan datang kemari dan 

pembunuhan atas kedua orang anak buahku, berarti kalian telah menentukan kematian sendiri Tiga 

Aneh Gila!”

Tiga Aneh Gila kembali tertawa gelak-gelak. Tidak lupa pula mereka berloncat-loncatan.

“Namun demikian,” melanjutkan penulis ayan  Siluman. “Masih ada keampunan bagi kalian jika 

kalian bersedia menjadi pembantu-pembantuku dan ikut segala perintah!”

“Ah!” menyahuti Baju Gombrong.”Kedatangan kami ke sini justru untuk meminta kau 

menjadi pembantu kami bertiga!'' Dan Baju Gombrong bersama dua kawannya kemudian tertawa 

kembali.

Dengan menekan kemarahannya penulis ayan  Siluman bertanya. “Apa maksud kalian 

sebenarnya?!”

“Masakan kau tidak tahu,” jawab Baju Rombeng. “Kau cocok sekali untuk menjadi utusan 

kami ke neraka!”

“Dan sekalian tolong menyampaikan salam kami bertiga pada setan-setan neraka!”

menimpali Baju Tambalan. Tiga Aneh Gila lalu tertawa lagi.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

penulis ayan  Siluman menggerendeng. “Kalian bertiga memang pantas untuk jadi puntung neraka!”

Serentak dengan itu penulis ayan  Siluman bersuit nyaring. Maka empat buah dinding membuka dan 

sepuluh gadis berbaju biru membanjiri Ruangan Putih itu.

“Tangkap tiga orang gila kesasar ini?” perintah penulis ayan  Siluman.

Maka kesepuluh gadis baju biru itu segera keluarkan jala sutera mereka kemudian dengan 

serentak menyerbu Tiga Aneh Gila. Sepuluh jala mengembang mengurung mereka. Tiga Aneh Gila 

hentikan tertawa mereka dan ganti dengan suara berteriak-teriak tak karuan memekakkan telinga 

sedang tubuh mereka berlompatan kian kemari. Lompatan-lompatan ini kelihatannya juga tidak 

karuan, acak-acakan. Tapi anehnya gerakan mereka menimbulkan angin yang luar biasa dahsyatnya.

Demikian dahsyatnya sehingga tebaran jala sutera biru sepuluh anak buah penulis ayan  Siluman laksana 

terbendung. Kesepuluh gadis itu amat terkejut. Selama ini tak pernah mereka mengeroyok sepuluh 

seorang atau beberapa orang lawan. Selama ini tak satu kehebatan pun yang dapat melepaskan diri 

dari jala-jala sutera mereka. Tapi sekali ini benar-benar mereka dibikin bingung oleh jurus-jurus 

aneh yang acak-acakan yang dikeluarkan tiga orang manusia katai itu. Lima jurus berlalu, sepuluh 

anak buah penulis ayan  Siluman malah kini kena didesak Tiga Aneh Gila.

Melihat ini penulis ayan  Siluman segera berseru.

“Bentuk Barisan Seratus Siluman Keluar Dari Sarangnya!”

Mendengar seruan sang penulis ayan , sepuluh gadis baju biru itu undurkan diri ke tepi kalangan. 

Kemudian dengan tiba-tiba sekali kesepuluhnya menyerbu ke muka. Masing-masing keluarkan 

suara berteriak mengerikan. Jala sutera biru kini digulung dan dibuat sebagai senjata penggebuk. 

Serangan mereka ini benar-benar tak ubahnya seperti seratus siluman ke luar dari sarangnya. Dalam 

waktu yang sangat singkat kesepuluh gadis baju biru sudah mengurung Tiga Aneh Gila dengan 

rapat dan dalam satu jurus di muka mereka mendesak ketiga manusia katai itu dengan hebat.

Tiga Aneh Gila yang melihat bahaya besar ini tidak tinggal diam. Mereka berkelebat cepat 

dan rubah permainan silat mereka. Dari mulut mereka tidak pula henti-hentinya terdengar suara 

teriakan yang sekali-sekali diselingi oleh tertawa haha-hihi sehingga Ruangan Putih itu menjadi 

hiruk pikuk dan laksana dilanda lindu.

Lima jurus berlalu. Seorang anak buah penulis ayan  Siluman menjerit dan mental ke luar kalangan 

pertempuran, rubuh muntah darah. Kemudian menyusul lagi korban yang kedua. Marahlah penulis ayan  

Siluman melihat hal ini.

“Anak-anak, kalian semua mundurlah!” seru penulis ayan  Siluman.

Maka delapan gadis baju biru segera turut perintah dan keluar dari kalangan pertempuran.

Tiga Aneh Gila tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan.

“Kadal-kadal betina beginikah yang hendak merajai dunia persilatan?!” ejek Baju 

Gombrong yang bermata juling.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Bagusnya biangnya saja yang maju!” menimpali Baju Tambalan seraya garuk-garuk 

kepalanya yang gatal penuh kudis busuk.

penulis ayan  Siluman kertakkan geraham. Dia berpaling pada delapan muridnya yang masih hidup.

“Kurung yang rapat! Setan-setan buruk ini tidak boleh satu pun yang lepas!”

Tiga Aneh Gila tertawa berkakakkan.

“Siluman berteriak setan!” ujar Baju Rombeng. “Aku jadi ingat pada pencuri yang berteriak 

maling!”

“Cukup!” bentak penulis ayan  Siluman menggeledek. Air mukanya yang jelita benar-benar 

menunjukkan kebengisan dan kekejaman yang mengerikan kini. “Kalian boleh keluarkan seluruh 

ilmu simpanan! Tapi dalam tiga jurus kalian akan kutangkap hidup-hidup!”

“Kecap!” teriak Baju Tambalan dan bersama dua kawannya dia tertawa kembali gelak-gelak.

penulis ayan  Siluman loloskan kalung tengkorak kecil dari lehernya dan memegang benda itu di 

tangan kanan.

“Kalian lihat tengkorak ini?!”

“Kami masih belum buta!” jawab Baju Rom-

“Tentu saja! Kalian memang belum buta! Tapi apa kalian tahu bahwa jika kalian sudah 

mampus, tengkorak-tengkorak kalian akan dimasukkan ke dalam dapur penggodok, dibikin kecil 

ciut macam begini untuk jadi kalung anak-anak buahku?!”

“Ah, hebat sekali!” seru Baju Gombrong. “Tapi apakah kau juga tahu kalau kau mampus 

daging tubuhmu akan kami suruh gerogoti oleh anak-anak buahmu sendiri agar kau dan mereka 

benar-benar jadi siluman?!”

Tiga Aneh Gila tertawa membahak.

penulis ayan  Siluman tak dapat menahan diri lagi. Tangan kirinya menyelinap ke balik jubah untuk 

mengeluarkan sebuah jala biru yang terbuat dari sutera yang sangat halus laksana jaring laba-laba.

Sambil putar-putar kalung bermata tengkorak di tangan kanannya penulis ayan  Siluman maju mendekati 

Tiga Aneh Gila. Tiga Aneh Gila sambil terus tertawa-tawa, secara acuh tak acuh melangkah 

berpencar dan diam-diam sudah mengurung sang penulis ayan  dari tiga jurusan.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

8

penulis ayan  Siluman perhatikan posisi ketiga lawannya sementara kalung tengkorak di tangannya 

menderu-deru berputar dan keluarkan angin yang mengibar-ngibarkan pakaian Tiga Aneh Gila.

Tiba-tiba dari mulut sang penulis ayan  keluar suara seperti orang menangis.

“Eh... eh... eh!” ujar Baju Rombeng. “Siluman ini disamping teriak-teriak dan membentak 

rupanya pandai pula menangis!” Tiga Aneh Gila kemudian tertawa memingkal.

Namun kali ini tawa mereka terhenti dengan tiba-tiba.

Tengkorak yang berputar mendadak sontak menebarkan asap biru yang tebal sekali 

menutupi pemandangan Tiga Aneh Gila.

“Kawan-kawan cepat mundur!”teriak Baju Rombeng.

Dalam buta pemandangan itu ketiganya berlompatan ke belakang. Namun disaat itu pula 

jala sutera halus di tangan kiri penulis ayan  Siluman menebar berputar laksana kitiran.

“Celaka!” seru Baju Tambalan. Dirasakannya sesuatu benda melibat pinggangnya kemudian 

sepasang lengan dan kakinya. Pastilah itu jala sutera penulis ayan  Siluman. Dalam gelapnya kepulan asap 

biru Baju Tambalan coba lepaskan diri tapi tak berhasil sedang kemudian dia mendengar susul

menyusul seruan kedua kawannya.

penulis ayan  Siluman kini memutar kalung tengkoraknya pada arah yang berlawanan dari tadi. 

Asap putih mendesis dari mulut tengkorak kecil itu dan dalam sekejap saja lenyaplah asap biru yang 

gelap. Ruangan Putih kembali berada dalam keadaan terang benderang. Dan saat itu kelihatanlah 

bagaimana Tiga Aneh Gila berdiri di tengah ruangan dengan sekujur badan terjirat jala biru, tak 

sanggup lepaskan diri.

penulis ayan  Siluman tertawa mengekeh. Kalung tengkoraknya digantungkannya kembali ke leher.

“Nyatanya Tiga Aneh Gila hanya tokoh-tokoh silat picisan belaka!” ejek penulis ayan  Siluman. 

“Sekarang kalian akan tahu siapa penulis ayan  Siluman! Anak-anak seret tiga puntung neraka ini dan 

Sepuluh Jari Kematian ke Ruang Penyiksaan! Sebelum mereka merasakan siksaan neraka ada 

baiknya lebih dulu harus dijebloskan ke dalam siksaan dunia!”

Maka Tiga Aneh Gila dan Sepuluh Jari Kematian segera diseret dari Ruangan Putih 

dimasukkan ke dalam Ruang Penyiksaan

Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Kemani bersama tiga orang kawannya dalam mencari 

bobo  anak manusia  Pendekar barbel  Maut pemusnah 10000 an .

Mereka keluar dari terowongan di sebelah selatan Bukit Tunggul. Setengah harian 

menyelidik keempatnya masih belum berhasil mendapatkan jejak orang yang mereka cari.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Sebaiknya kita memencar!” kata Kemani memberi usul pada ketiga kawannya. “Dengan 

memencar kita bisa bergerak lebih luas. Jika salah satu dari kita berhasil melihat manusia itu segera 

lepaskan tanda ke udara!”

Tiga gadis baju biru lainnya menyetujui.

“Jika sampai senja kita tak berhasil menemuinya, kita harus kembali ke tempat ini untuk 

berkumpul dan menentukan langkah selanjutnya.”

Maka keempat anak buah penulis ayan  Siluman itu pun memencarlah. Hari pertama itu, sesenja-

senja hari keempatnya tak berhasil menemui orang yang mereka cari. Keempatnya berkumpul di 

tempat yang telah ditentukan dan membuat kemah di situ. Paginya mereka meneruskan lagi 

pencaharian. Meskipun Madura cuma sebuah pulau namun penuh dengan rimba belantara serta 

bukit-bukit dan pegunungan-pegunungan liar yang jarang ditempuh manusia. Inilah yang 

menyukarkan bagi keempat anak buah penulis ayan  Siluman itu untuk mencari bobo  anak manusia . Dan pada 

hari yang kedua itu mereka masih belum berhasil. Keempatnya berkumpul di satu lamping gunung 

kapur. Kemana pun mereka memandang hanya warna putih yang mereka lihat. Menjelang senja 

seorang dari mereka melihat kelap-kelip nyala api di sebelah utara.

“Mungkin dia,” desis Kemani. Setelah berunding singkat, keempatnya segera tinggalkan 

lamping gunung kapur. Empat kali sepeminuman teh mereka sampai ke tempat nyala api itu. 

Ternyata yang mereka lihat itu ialah nyala api unggun. Tak jauh dari api unggung ini terletak satu 

buntalan. Pastilah di tempat itu ada yang berkemah. Tapi tak satu orang pun yang kelihatan. Kemani 

dan kawan-kawan menunggu sampai dua kali sepeminuman teh. Tetap tak ada satu orang pun yang 

muncul. Keempatnya berunding lagi lalu dengan penuh waspada melangkah untuk mendekat dan 

memeriksa isi buntalan di dekat api unggun.

Baru saja keempatnya bergerak sejauh tiga langkah entah dari mana datangnya 

berkelebatlah satu bayangan putih. Demikian cepatnya sehingga keempat anak buah penulis ayan  Siluman 

tak dapat memastikan bayangan apakah itu. Dan tahu-tahu mereka merasakan satu totokan pada 

pangkal leher mereka yang membuat diri mereka kaku tegang tak bisa bergerak, tak bisa buka suara. 

Sekali lagi bayangan putih itu berkelebat dan sesaput angin aneh menyambar mata mereka. 

Keempatnya mendadak sontak merasa berat kelopak mata masing-masing. Kantuk aneh tak 

tertahankan lagi sehingga dalam keadaan tubuh tertotok itu keempatnya kemudian pejamkan mata 

tertidur nyenyak.

Suara tertawa aneh menyeramkan macam ringkikkan kuda, menggeletar di seantero tempat. 

Satu bayangan putih berkelebat lagi dan sekaligus memboyong keempat gadis berbaju biru itu.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

penulis ayan  Siluman berdiri di belakang jendela di anjungan ketiga. Dipandangnya kolam dan 

taman bagus di bawah sana. Tapi pikirannya tidak tertuju pada apa yang dilihatnya melainkan pada 

empat orang anak buahnya yang telah dikirimnya untuk mencari dan menangkap pemuda yang tak 

berhasil ditawan oleh Nariti dan kawan-kawannya, sampai-sampai Nariti sendiri dihukum dan 

disiksa di Ruang Hitam. Dan kini sudah memasuki hari yang kelima, empat orang anak buahnya itu 

masih belum muncul. Mungkin keempatnya belum berhasil mencari si pemuda. Tapi mungkin juga 

keempatnya telah menjadi korban. Mengingat ini penulis ayan  Siluman menjadi sedikit khawatir. Tiba-tiba 

pintu di belakangnya diketuk.

“Masuk!” ujar penulis ayan  Siluman.

Pintu terbuka. Seorang gadis berkulit putih yang rambutnya disanggul ke atas menjura tiga 

kali di hadapan Sang penulis ayan .

“Ada keperluan apa kau menghadap, Sarinten?”

Gadis yang bernama Sarinten menjawab. “Ketika aku meronda tak berapa jauh dari daerah 

kapur, aku menemui tusuk kundai ini, penulis ayan .” Sarinten mengacungkan tangan kirinya yang 

menggenggam sebuah tusuk kundai dari perak. Lalu katanya meneruskan. “Benda ini kutemukan di 

satu tempat di mana ada bekas-bekas perapian. Dan penulis ayan , aku yakin betul ini adalah kusuk 

kundainya Kemani....”

Sepasang mata penulis ayan  Siluman kelihatan mengecil.

“Aku khawatir Kemani dan kawan-kawan menemui hal-hal yang tak kita ingini,” ujar 

Sarinten lagi.

“Apakah ada tanda-tanda bekas perkelahian?” tanya penulis ayan  Siluman.

“Tak bisa kupastikan penulis ayan .”

penulis ayan  Siluman merenung sejenak. Kemudian.

“Baik Sarinten, kau boleh tinggalkan kamar ini. Aku akan memikirkan apa yang bakal 

dilakukan!”

Sarinten menjura tiga kali lalu meninggalkan anjungan itu. penulis ayan  Siluman kembali putar 

badan dan memandang ke luar jendela. Ketika melihat tusuk kundai yang diacungkan oleh Sarinten 

tadi, sebenarnya penulis ayan  Siluman merasa pasti bahwa telah terjadi apa-apa dengan Kemani dan 

kawan-kawannya. Dan kalau memang pemuda yang tengah dicari-cari itu yang punya pekerjaan, 

yakinlah penulis ayan  Siluman bahwa si pemuda sungguh-sungguh berilmu tinggi. Nariti adalah anak

buahnya yang berilmu tinggi sedang Kemani dua tingkat lebih tinggi dari Nariti dan tetap tugas 

yang mereka laksanakan tidak membawa hasil bahkan semakin menimbulkan kekhawatiran. Yang 

membuat penulis ayan  Siluman tambah penasaran ialah karena sampai sebegitu jauh dia masih belum tahu 

siapa adanya pemuda itu. Siapa namanya, siapa juluk atau gelarannya. Tiba-tiba dia ingat pada 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Sepuluh Jari Kernatian yang telah dijebloskan ke dalam Ruang Penyiksaan. Mungkin dia tahu siapa 

pemuda itu.

penulis ayan  Siluman tepukkan tangannya dua kali.

Pintu terbuka, seorang gadis baju biru masuk. Selagi gadis ini menjura maka sang penulis ayan  

sudah buka mulutnya.

“Apakah Sepuluh Jari Kematian masih hidup?!”

“Akan aku periksa penulis ayan . Kemarin dia masih bernafas satu-satu....”

“Jika dia masih hidup, lekas bawa ke Ruangan Putih. Aku menunggu di sana!”

“Baik penulis ayan ,” dan gadis ini menjura lagi lalu keluar dengan cepat. Dia adalah anak buah 

penulis ayan  Siluman yang bertugas di Ruang Penyiksaan.

Begitu gadis itu berlalu, penulis ayan  Siluman segera tinggalkan kamar di anjungan ketiga itu.

Tak lama menunggu maka sebuah kerangkeng dari besi yang beroda didorong memasuki 

Ruangan Putih. Di dalamnya menggeletak Sepuluh Jari Kematian. Keadaannya seperti sudah mati 

dan mengerikan sekali. Dia tak mengenakan jubah hitam lagi tapi hanya bercawat kecil. Sekujur 

badannya penuh bengkak-bengkak hijau merah yang mengandung nanah. Di antara bengkak-

bengkak itu banyak yang telah pecah mengeluarkan nanah campur darah yang baunya busuk 

laksana merurutkan bulu hidung. Rambutnya yang panjang acak-acakan. Mukanya hampir tak bisa 

lagi dikenali karena penuh dengan bengkak-bengkak menggembung berselomotan nanah dan darah. 

Kedua matanya kini hanya merupakan rongga-rongga besar yang menggidikkan. Penyiksaan yang 

dialami tokoh silat ini benar-benar luar biasa. Di dalam Ruang Penyiksaan dia mula-mula digantung

kaki ke atas kepala ke bawah. Satu hari berlalu maka dia dibawa ke Ruangan Putih dan dihadapkan 

pada penulis ayan  Siluman. Tapi sewaktu Sepuluh Jari Kematian tetap tidak mau tunduk pada kemauan 

sang penulis ayan  untuk masuk menjadi pengikutnya maka dia dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan, 

digantung lagi kaki ke atas ke bawah. Dua hari kemudian darah mulai menggusur dari mata, telinga 

serta hidung dan.mulutnya sedang kepalanya saat demi saat makin gembung seperti balon.

Hari berikutnya penulis ayan  Siluman membebaskannya dan ditanyai apakah bersedia merubah 

pikirannya dan masuk ke pihak penulis ayan  Siluman. Tapi jawabannya Sepuluh Jari Kematian adalah caci 

maki bahkan tokoh silat itu telah meludahi muka penulis ayan  Siluman. Kemarahan penulis ayan  Siluman tiada 

terkirakan. Sepuluh Jari Kematian dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan dan dimasukkan ke 

sebuah ruangan kaca tertutup. Ke dalam ruangan kaca ini dimasukkan puluhan binatang-binatang 

berbisa. Sepuluh Jari Kematian tak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya diikat dengan benang 

sutera halus yang aneh dan kuat luar biasa sedang kekuatannya lumpuh karena ditotok. Dalam 

tempo satu hari saja maka habislah bengkak-bengkak sekujur tubuhnya disengat oleh puluhan 

binatang berbisa. Kedua belah matanya membusuk dan digerogoti sehingga hanya tinggal 

merupakan dua buah lobang yang mengerikan. Kalau saja Sepuluh Jari Kematian tidak memiliki 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

kekuatan yang luar biasa, pastilah nyawanya sudah lepas karena siksaan yang sangat hebat itu. 

Namun sampai saat itu, meskipun tak ada harapan untuk hidup, Sepuluh Jari Kematian masih bisa 

bernafas, sekalipun nafas itu tak lebih dari nafas-nafas terakhir yang akan mengantarkannya kepada 

titik kematian.

penulis ayan  Siluman tutup indra penciumannya sewaktu bau busuk keluar dari tubuh Sepuluh Jari 

Kematian merambas hidungnya. Diperhatikannya tubuh tokoh silat itu seketika. Ternyata masih 

bernafas.

“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan  Siluman.

Tubuh yang menggeletak di dalam kerangkeng besi itu tiada bergerak.

“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan  Siluman lebih keras. Tetap tak ada reaksi apa-apa.

penulis ayan  Siluman berpaling kepada Sarinten yang tadi mendorong kerangkeng beroda itu. 

“Semprot dia dengan air biru!”

Sarinten tinggalkan Ruangan Putih. Ketika dia masuk kembali maka di tangan kanannya ada 

sebuah tabung kaca berbentuk kendi yang berisi sejenis cairan berwarna biru. Sarinten mendekati 

kerangkeng besi. Bagian atas dari tabung kaca itu ditekannya dengan ujung jari telunjuk. Terdengar 

suara mendesis. Dari sebuah lubang pada badan tabung menyemprotlah air biru ke sekujur tubuh 

Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak di dalam kerangkeng. Bau busuk dengan serta merta 

lenyap. Lewat sepeminum teh, terjadilah hal yang aneh. Dari mulut Sepuluh Jari Kematian 

terdengar suara erangan. Kemudian tubuhnya kelihatan bergerak perlahan. Semprotan air biru tadi 

nyatanya bukan saja telah melepaskan Sepuluh Jari Kematian dari totokan sejak beberapa hari yang 

lalu, tapi sekaligus juga memberikan satu kekuatan aneh kepadanya. Namun karena sekujur 

tubuhnya menderita luar biasa maka tetap saja dari mulutnya keluar suara erangan kesakitan.

“Sepuluh Jari Kematian!” seru penulis ayan  Siluman.

Erangan tokoh silat itu terhenti seketika, kepalanya bergerak. Agaknya dia tengah meneliti 

suara siapa yang memanggilnya.

“Sepuluh Jari Kematian, kau dengar aku bicara?!”

“Uh... uuuuu... uuh.... gadis iblis. Baiknya kau bunuh saja aku saat ini!” Rupanya Sepuluh 

Jari Kematian sudah mengetahui siapa yang bicara dengan dia.

“Dengar, nyawamu akan kuselamatkan jika....”

“Iblis laknat, kau bunuh aku cepat! Biar aku jadi setan dan mencekikmu...!”

penulis ayan  Siluman tahan amarahnya yang mulai meluap.

“Kau tak akan mati Sepuluh Jari Kematian. Aku datang justru untuk selamatkan jiwamu....”

Sepuluh Jari Kematian mendengus. Dia coba untuk bangun dan duduk, tapi tak berhasil. 

“Apakah kau juga bisa kembalikan dua mataku yang kini buta ini, gadis siluman laknat?!” sentak 

Sepuluh Jari Kematian.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Jika kau tak mau dengar ucapanku terpaksa kau kukirim kembali ke Ruang Penyiksaan!”

“Aku tidak takut! Aku ingin lekas mampus biar cepat jadi setan dan memuntir batang 

lehermu!” tukas Sepuluh Jari Kematian.

Penasaran sekali penulis ayan  Siluman memerintah pada Sarinten. “Ambil besi menyala!”

Sarinten tinggalkan Ruangan Putih dan kembali lagi dengan sepotong besi besar yang 

ujungnya merah menyala karena dibakar dengan api. penulis ayan  Siluman mengambil besi itu, ujungnya 

kemudian didekatkan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat golongan hitam ini tampak 

menyeringai kesakitan akibat panasnya besi yang terbakar itu.

“Sepuluh Jari Kematian, jangan jadi orang tolol! Bagaimanapun keadaanmu sekarang, kau 

tetap akan bisa selamat dan hidup terus. Lekas katakan siapa adanya pemuda yang tempo hari 

melarikan diri sewaktu anak-anak buahku mendatangi kau! Siapa namanya, gelar dan asal dari 

mana! Cepat!”

Sepuluh Jari Kematian kelihatan tercenung. Tiba-tiba dari mulutnya mengumandang rendah 

suara tertawa mengekeh. “Kalau aku sudah mampus dan jadi setan, baru aku kasih tahu padamu!”

jawab laki-laki itu.

Ujung besi yang merah terbakar didekatkan kembali ke muka Sepuluh Jari Kematian. 

Kembali manusia ini kernyitkan muka karena hawa yang panas.

“Lekas terangkan!” sentak penulis ayan  Siluman. Dia sudah tidak sabar sekali.

Sepuluh Jari Kematian hentikan kekehannya. “Gadis iblis, yang perlu kukatakan pada kau... 

ialah... kau bakal tak sanggup menghadapi pemuda itu! Ilmu silatnya lebih tinggi... dan... dan 

kesaktiannya lebih hebat dari kau! Kau akan mampus di tangannya.... Kau... akan....”

Ucapan Sepuluh Jari Kematian cuma sampai di situ. Dari mulutnya kini keluar lolongan 

yang mengerikan karena saat itu penulis ayan  Siluman menusukkan ujung besi yang merah menyala ke 

pipi kanannya. Bukan saja pipi itu terpanggang hangus tapi juga menjadi bolong besar.

“Masukkan manusia tak berguna ini ke Ruang Penyiksaan kembali!” perintah penulis ayan  Siluman. 

Maka Sarinten kemudian mendorong kerangkeng besi setelah menerima besi merah menyala dari 

tangan sang penulis ayan .

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

9

Tinggal sendirian di kamar pada anjungan ke tiga itu penulis ayan  Siluman kembali memikirkan 

tentang keempat orang anak buahnya. Mungkin sekali mereka telah menjadi korban si pemuda sakti

yang sampai saat itu tiada diketahuinya siapa adanya. Keesokan harinya tiada kabar tentang Kemani 

maka penulis ayan  Siluman segera memanggil anak buahnya yang bernama Laruni. Laruni adalah anak 

buah penulis ayan  Siluman yang paling tinggi ilmunya. Tiga perempat bagian ilmu silat penulis ayan  Siluman

sudah dikuasainya dengan sempurna.

Waktu Laruni datang menghadap, penulis ayan  Siluman menunggunya bersama Sarinten, Inani dan 

seorang gadis lainnya bernama Wakania.

penulis ayan  Siluman tidak membuang-buang waktu, segera dia berkata. “Laruni, aku percayakan 

satu tugas kepadamu yang harus kau laksanakan dengan baik. Kau tentu sudah tahu bahwa empat 

kawanmu di bawah pimpinan Kemani telah kuperintahkan untuk mencari seorang pemuda 

berkepandaian tinggi. Pemuda itu kini malang-melintang di pulau kita dan merupakan bahaya besar 

bagi kita serta setiap rencana kita. Keempat kawanmu itu tidak kembali sampai hari ini. Aku

khawatir bahwa mereka menemui hal-hal yang tak diingini. Kuharap kau bisa menyelidiki apa yang 

telah terjadi dengan mereka dan paling penting ialah mencari serta menangkap hidup-hidup pemuda 

itu, membawanya kemari.”

“Tugasmu siap kulaksanakan penulis ayan .” kata Laruni menyahuti. “Apakah aku akan pergi 

seorang diri?!”

“Seorang diri aku percaya kau akan mampu melaksanakan tugasmu,” jawab penulis ayan  Siluman. 

“Namun kurasa akan lebih baik jika kawan-kawanmu yang tiga orang ini ikut bersamamu.” penulis ayan  

Siluman kemudian palingkan kepala pada Inani. Setelah menatap gadis jelita berkulit kuning 

langsat itu sejurus maka berkatalah dia.

“Inani, kau pergi bersama Laruni dan bawa kecapimu.”

Bukan saja Inani, tapi Sarinten, Laruni dan Wakania menjadi heran mendengar ucapan sang 

penulis ayan . Adakah seorang yang hendak ditugaskan mencari musuh lawan hebat disuruh membawa 

kecapi? Sungguh tak dapat dimengerti mengapa sang penulis ayan  menyuruh demikian.

“Kalian mungkin heran,” ujar penulis ayan  Siluman sambil pandangi paras keempat anak buahnya. 

“Tapi justru suara petikan kecapi di rimba belantara yang sunyi atau di lamping gunung atau di tepi 

jurang yang curam, akan menarik perhatian setiap telinga manusia yang kebetulan mendengarnya! 

Dengan kerahkan tenaga dalammu maka suara kecapi itu akan menggema jauh. Ini akan 

mengundang datangnya pemuda yang tengah kalian cari. Dan kalian akan mudah menangkapnya!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Diam-diam keempat orang gadis itu memuji kecerdasan penulis ayan  mereka. Setelah mengatur 

persiapan untuk perjalanan maka berangkatlah Laruni dan kawan-kawannya. Di kaki sebuah bukit, 

mereka mengatur rencana dan berpencaran. Laruni ke utara, Sarinten ke selatan, Wakania ke timur 

dan Inani ke barat.

bobo  anak manusia , si Pendekar barbel  Maut pemusnah 10000 an  berdiri di muka gua batu, 

memandang ke arah pedataran liar di bawahnya. Sinar matahari yang baru naik di ufuk timur 

membuat pemandangan lebih bagus dan indah. Anak sungai yang membujur di sebelah tenggara 

kelihatan berkilau-kilau disaputi sinar matahari itu. Batu-batu cadas hitam bergemerlap. bobo  

menarik nafas dalam, menghirup udara pagi yang segar. Diperhatikannya lengan kanannya. Dia 

gembira sekali karena lengan yang tempo hari patah itu kini sudah sembuh. Berarti hari itu adalah 

hari dimana dia kembali memulai menyelidiki di mana letaknya sarang penulis ayan  Siluman. Sebenarnya 

pendekar ini ingin lebih dahulu mencari Goa Belerang, yaitu goa yang diterangkan secara misterius 

dalam tulisan manusia aneh yang telah mengencingi kepalanya dulu itu. Namun karena waktu yang 

disebutkan dalam tulisan itu ialah bulan purnama empat belas hari maka dia musti menunggu, kira-

kira empat lima hari di muka. bobo  tak suka menunggu, untuk menghabiskan waktunya dia 

memutuskan mulai menyelidiki tentang penulis ayan  Siluman.

Demikianlah, setelah menikmati pemandangan indah serta puas menghirup udara pagi yang 

segar maka Pendekar 10000 an  ini segera tinggalkan gua. Suara siulannya menggema dikeheningan pagi 

membawakan lagu tak menentu, membuat takut binatang-binatang kecil membuat burung-burung 

terkejut dan menghentikan kicau lalu terbang ketakutan.

Di antara suara siulannya yang tak menentu itu mendadak lapat-lapat bobo  anak manusia  

menangkap suara sesuatu di kejauhan. Pendekar ini hentikan langkah serta siulannya. Suara di

kejauhan itu adalah suara bunyi-bunyian. Tak dapat dipastikan suara bunyi-bunyian apa. 

Dipertajamnya telinganya, tapi karena suara bunyi-bunyian itu jauh sekali tetap saja sukar 

dikenalinya. Penuh rasa ingin tahu maka bobo  anak manusia  kemudian langkahkan kakinya ke arah 

datangnya suara tersebut. Lewat sepeminum teh suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi agaknya 

masih jauh. Maka dari melangkah biasa, bobo  anak manusia  mulai berlari dengan cepat. Lewat lagi 

sepeminum teh, suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi sumbernya masih jauh. Rasa aneh 

menjalari diri Pendekar 10000 an . Jangan-jangan pendengarannya telah menipu diri sendiri. Atau 

mungkin suara bunyi-bunyian itu adalah suara setan atau bangsa dedemit penghuni rimba belantara?! 

Kalau tidak mengapa setelah demikian lamanya sumber suara tersebut masih belum berhasil 

dicapainya?!

Ketika lewat lagi satu kali peminum teh maka barulah bobo  anak manusia  mengenali suara bunyi-

bunyian itu. Suara petikan kecapi. Dia tak tahu lagu apa yang dibawakan, tapi suaranya demikian 

merdu dan menyayat hati. Mungkin itu lagu seorang gadis yang ditinggal kekasih, pikir sang 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Pendekar 10000 an ! Mendekati sumber bebunyian itu bobo  bertindak hati-hati. Rasa aneh yang 

menggerayangi tubuhnya menjadi satu peringatan baginya. Jarak antara dia pertama kali mendengar 

suara itu tadi jauh sekali, berkilo-kilo meter. Suara kecapi biasa tak akan mungkin bisa terdengar 

sampai demikian jauhnya. Kemudian siapa pulakah .yang memetik kecapi itu?

Tanpa menimbulkan suara sedikit pun bobo  menyeruak semak belukar lebat. Dilewatinya 

segerombolan pohon-pohon yang tumbuh dengan rapat. Kemudian di sebelah depan dilihatnya sinar 

terang dari matahari yang menyeruak di antara kerapatan pohon-pohon dan semak belukar. 

Ternyata di bagian muka sana itu adalah ujung dari sebuah lembah subur yang ditumbuhi rumput 

hijau. Pemandangan dari tempat ketinggian itu indah sekali karena di bawah lembah kelihatan 

sebuah telaga. Namun Pendekar 10000 an  sama sekali tidak tertarik dan perhatikan keindahan 

pemandangan itu. Dia bergerak ke samping kiri dari mana suara kecapi terdengar santer sekali. Dia 

masih belum melihat manusia dan kecapi itu. Mungkin terlindung di balik semak-semak rapat di 

dekat pohon beringin besar. Maka bobo  dengan langkah cepat tanpa suara menuju ke balik pohon 

beringin. Matanya memandang tajam menembus di antara celah-celah semak belukar.

Dan terkejutlah Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia .

Betapa tidak. Apa yang disaksikannya hampir tak bisa dipercayanya. Di balik semak belukar 

itu terhampar sebuah batu hitam besar laksana pelaminan, menghadap di lembah subur. Dan di atas 

batu besar hitam itu duduklah seorang dara jelita sekali, berbaju biru. Rambutnya diriap lepas, 

bergerai di bahu dan di punggungnya sampai ke pinggang. Sinar matahari membuat rambut yang 

hitam itu berkilauan. Di pangkuan sang dara terletak sebuah kecapi yang kayunya bagus diukir-ukir. 

Jari-jari si gadis menari-nari dengan lincahnya di atas sinar-sinar kecapi itu. Dan dia memainkannya 

tanpa matanya memandang pada kecapi itu tapi memperhatikan keindahan lembah di bawahnya. 

Betapa ahlinya dia memainkan kecapi itu dan betapa indahnya lagu yang dibawakannya. Untuk 

beberapa lamanya Pendekar 10000 an  dibikin terpesona, bukan saja oleh kepandaiannya dan keindahan 

permainan kecapi si dara baju biru, tapi juga oleh kejelitaan parasnya. Beberapa lama kemudian 

barulah bobo  anak manusia  menyadari bahwa cara si gadis memainkan kecapi itu bukanlah cara biasa 

seperti yang dimainkan oleh orang. Buktinya petikan kecapinya itu telah terdengar oleh bobo  

anak manusia  di tempat yang sangat jauh. Pastilah si gadis baju biru memetiknya dengan disertai aliran 

tenaga dalam yang hebat pada jari-jari tangannya. Dan pastilah bahwa gadis jelita ini bukan gadis 

sembarangan.

Ketika si gadis baju biru menggeser badannya sedikit maka saat itulah bobo  dapat melihat 

kalung tengkorak kecil yang tergantung di lehernya. Terkesiaplah pendekar ini. Baju biru, kalung 

tengkorak kecil, itulah ciri-ciri dandanannya anak buah penulis ayan  Siluman dari Bukit Tunggul. Karena 

memaklumi bahwa si gadis meskipun masih belia tapi berilmu tinggi dan memiliki tenaga dalam 

sempurna maka bobo  anak manusia  tak mau bertindak sembrono. Dia menunggu sampai beberapa lama, 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

tapi si gadis agaknya masih belum mau menghentikan petikan kecapinya. Akhirnya pendekar kita 

putuskan untuk keluar dari balik pohon beringin tanpa menunggu sampai si baju biru itu menyudahi 

permainan kecapinya. Sambil mendehem maka bobo  anak manusia  munculkan diri.

Meskipun dia memainkan kecapi adalah sengaja untuk mengundang datangnya orang yang 

tengah dicari, namun suara deheman tadi membuat Inani gadis yang memainkan kecapi itu jadi 

terkejut juga. Belum dia berpaling, didengarnya suara laki-laki berkata.

“Petikan kecapimu sedap sekali saudari. Lagunya pun indah!”

Inani hentikan permainannya dan putar kepala dengan cepat. Di hadapannya kini berdiri 

seorang pemuda berambut gondrong bertampang gagah. Pakaiannya putih-putih dan tubuhnya tegap 

kekar. Meskipun sudah dewasa namun pandangan matanya seperti mata anak-anak, membayangkan 

kepolosan dan kejujuran hati.

Meski terkesiap beradu pandangan dengan Pendekar 10000 an , namun begitu ingat tugasnya, 

maka membentaklah Inani.

“Siapa kau?”

bobo  anak manusia  sunggingkan senyum. “Ah kenapa kau hentikan permainan kecapimu, Saudari? 

Rupanya aku mengganggumu saja. Harap maafkan. Aku....”

“Jangan banyak bicara! Lekas terangkan siapa kau!”

“Tadinya tengah menggembalakan kerbau di sebelah timur lembah ini. Kemudian kudengar 

suara petikan kecapimu lalu datang ke sini....”

“Jadi kau gembala huh?”

“Betul!” sahut bobo .

“Jangan dusta! Kau pasti pemuda yang tempo hari larikan diri ketika mau ditangkap!”

Habis membentak begitu maka Inani segera gerakkan tangan kanannya ke balik pakaian. 

Sebuah benda terbentuk bola hendak di lemparkannya ke udara. Bola ini adalah tanda yang harus 

dilepaskannya ke udara, untuk memberitahukan kepada kawan-kawannya bahwa dia telah berhasil 

menemukan orang yang mereka cari. Di udara bola itu akan pecah dan memancarkan warna merah 

hingga mudah dilihat. Tapi sebelum tangannya sempat melemparkan bola itu, Pendekar 10000 an  bobo  

anak manusia  sudah tangkap pergelangan tangan kanan Inani. Keduanya saling tarik menarik dan saling 

pandang menyorot. Betapa pun si gadis kerahkan tenaganya tetap saja dia tak sanggup lepaskan 

pegangan bobo .

“Lepaskan tanganku!” teriak Inani. Rasa aneh menjalari dirinya. Seumur hidup itulah 

pertama kali seorang laki-laki menyentuh kulit tubuhnya.

“Aku akan lepaskan,” kata bobo  sambil tersenyum

“Tapi benda ini harus kau berikan dulu padaku.”

“Kurang ajar. Lepaskan tanganku!” sentak Inani.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  gelengkan kepala. “Berikan dulu benda ini, saudari baru kulepaskan.” katanya.

Dengan mengkal Inani lepaskan bola itu yang segera diambil dengan tangan kiri bobo  

anak manusia . Kemudian baru dilepaskannya lengan si gadis. Tengah bobo  meneliti benda berbentuk 

bola itu tiba-tiba Inani berdiri dan lemparkan kecapinya ke arah si pemuda.

Cepat-cepat bobo  anak manusia  berkelit. Kecapi lewat menderu di atas kepalanya. Ketika benda 

itu hampir menghantam pohon beringin dan pasti akan hancur, bobo  cepat melompat dan 

menangkap kecapi itu. Lalu sambil geleng-gelengkan kepala dia berkata. “Saudari, gerakanmu 

melemparkan benda ini hebat sekali. Tapi sungguh sayang kalau kecapi yang bagus ini hancur 

berantakan!”

Perlahan-lahan bobo  anak manusia  letakkan kecapi di kaki pohon beringin. Baru saja itu 

dilakukannya maka si gadis sudah menerjang menyerangnya. Kalau tidak lekas si pemuda 

menyingkir pastilah sebuah tendangan akan mendarat di perutnya.

“Eh, saudari. Apa-apaan ini! Tak ada hujan tak ada angin, tak ada pasal tak ada lantaran, 

kenapa kau menyerang aku?!”

Sebagai jawaban Inani keluarkan jala sutera biru. Benda ini segera diputar menderu di atas 

kepalanya. Didahului dengan lengkingan keras, Inani lancarkan pukulan tangan kiri dan kirimkan 

satu tendangan. Angin serangan ini demikian hebatnya membuat pakaian dan rambut Pendekar 10000 an 

sampai berkibaran, sementara dia mengelakkan dua serangan ini, maka jala biru berkelebat dan 

menebar ke arah kepalanya. bobo  cepat tundukkan kepala tapi jala sutera biru terus memapas 

hendak melibat pinggangnya. Sekali lagi bobo  mengelak dan sekali lagi pula jala itu, menyusup 

laksana kilat ke arah kedua kakinya.

“Hebat!” seru bobo  memuji seraya melompat dua tombak.

Penasaran sekali Inani kembali memburu dengan gempuran serangan yang lebih hebat tapi 

walau bagaimanapun Pendekar 10000 an  bukanlah semudah yang diduganya untuk dirubuhkan. Sedang 

sampai saat itu bobo  sama sekali mengambil sikap mengelak, tak sekalipun balas menyerang.

“Kenapa mengelak terus, tak berani menyerang?!” bentak Inani penuh penasaran. Dia 

berharap-harap salah seorang kawannya muncul di situ agar bisa membekuk si pemuda.

“Hentikan seranganmu, saudari. Kita toh tidak punya permusuhan. Mari bicara dulu baik-

baik.”

“Kalau kau mau bicara, bicaralah nanti di hadapan penulis ayan  Siluman!”

“Oh, jadi kau anak buahnya penulis ayan  Siluman? Kau tahu saudari. penulis ayan mu itu kawan baikku!”

Karena merasa dipermainkan dengan ucapan itu maka Inani menyerang lagi dengan lebih 

ganas. Dia keluarkan jurus-jurus yang mengandung tipu berbahaya. Tiada terasa, dua puluh jurus 

telah berlalu. Jika bobo  mengadakan perlawanan pastilah tidak semudah dan sebanyak itu jurus 

yang bisa dilewati Inani.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Saudari! Jika kau tak mau hentikan seranganmu terpaksa aku turunkan tangan kasar!”

memperingatkan bobo .

“Kalau kau memang punya kepandaian silahkan balas seranganku! Kukira kau bukan 

pemuda banci yang cuma pandai berkelit dan mengelak saja!”

bobo  panas sekali dikatakan pemuda banci.

“Harap kau jangan menyesal, saudari!” katanya seraya pasang kuda-kuda.

Pukulan tangan kosong yang menimbulkan angin keras melanda ke arah bobo . Di saat yang 

sama jala sutera menderu dari atas ke bawah dalam satu gerakan yang luar bisa cepatnya.

“Gadis cantik!” seru bobo . “Lihat baik-baik. Ini jurus Menepuk Gunung Memukul Bukit. 

Pegang kuat-kuat jalamu, kalau tidak akan kurampas!” Habis berkata begitu bobo  hantamkan 

dengan perlahan telapak tangan kirinya ke muka sedang tangan kanan membuat gerakan cepat ke 

samping sesuai dengan sambaran jala. Tubuhnya sedikit menekuk.

“Pemuda sombong!” maki Inani. “Kau akan terima nasib sial di dalam jalaku!” Dan si gadis 

lipat gandakan tenaga dalamnya.

Tiba-tiba dia terkesiap karena pukulan tangan kosongnya dipapasi oleh satu sambaran angin 

deras yang ke luar dari telapak tangan kiri lawan. Belum lagi habis rasa terkesiap ini sekejap 

kemudian dirasakannya jala sutera birunya yang tadi telah menebar kini menciut lagi ujungnya. 

Ketika kejapan berikutnya berlalu. Inani merasakan tangannya yang memegang jala laksana 

dipelintir dan tahu-tahu jala sutera itu terlepas dari tangannya, kena dirampas oleh bobo  anak manusia .

Pendekar 10000 an  tertawa dan main-mainkan jala sutera biru yang berhasil dirampasnya.

“Apakah kau masih belum mau menghentikan pertempuran dan bicara dulu baik-baik?”

tanya bobo  pula.

Sebagai jawaban malah Inani loloskan kalung tengkorak dari lehernya. Kemudian dengan 

sebat menyerang ke arah sang pendekar. Di antara suara menderu kerasnya sambaran kalung 

tengkorak maka terdengar pula suara mendesis. Dari mata dan hidung tengkorak kecil itu mengebut 

asap biru yang tebal gelap dan menebarkan bau aneh menusuk hidung. Pendekar 10000 an  terkejut bukan 

main. Dia masih mempermainkan jala sutera sewaktu asap biru yang sangat pekat itu telah 

membungkus dirinya.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

10

Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia  segera maklum bahwa asap biru pekat yang membungkus diri 

dan membuat matanya tak bisa melihat apapun adalah sangat berbahaya dan mengandung obat jahat 

yang bisa melemahkan tubuh. Dengan cepat pendekar ini tutup jalan nafas lalu melompat ke 

samping. Tapi anehnya lompatan itu tidak membuat dia keluar dari kurungan asap. Di sekelilingnya 

masih gelap gulita.

bobo  anak manusia  pusatkan tenaga dalamnya pada kedua kaki. Dengan membentak nyaring 

pendekar ini membuat gerakan yang dinamakan: Gunung Meletus Batu Melesat ke Luar Kawah. 

Gerakan ini membuat tubuhnya mencelat laksana anak panah lepas dari busurnya.

Di lain pihak Inani begitu melihat lawannya terbungkus asap biru segera pergunakan tangan 

kiri untuk mengambil segulung benang yang sangat halus, sehalus jaring laba-laba. Sekali 

menyentakkan maka gulungan benang yang terbuat dari sutera itu menerobos asap biru gelap 

laksana seekor ular. Inani gembira sekali sewaktu benang suteranya dirasakannya melibat 

sasarannya di dalam asap gelap itu. Setelah yakin betul-betul bahwa bobo  anak manusia  tidak berdaya 

lagi dilibat benang sakti tersebut maka Inani semprotkan asap putih dari mulut kalung tengkorak. 

Sekejapan kemudian maka sirnalah asap biru gelap dan suasana menjadi terang benderang kini.

Dan betapa terkejutnya gadis jelita berbaju biru ini. Yang dilibat oleh benang suteranya 

bukanlah tubuh lawannya, melainkan pohon beringin besar yang terletak kita-kira sepuluh langkah 

di hadapannya.

Inani memandang berkeliling dengan cepat. Di belakangnya bobo  anak manusia  tertawa gelak-

gelak.

“Sejak kapan ada manusia yang bermusuhan dengan pohon beringin?!” ejek bobo .

Penuh geram Inani gulung dengan cepat benang suteranya. Dengan kalung tengkorak di 

tangan kembali dia menyerang bobo  anak manusia . Sang pendekar sendiri menyambut kedatangan si 

gadis dengan putaran jala biru.

“Sekali-sekali kau musti merasakan juga bagaimana kalau jala ini melibat dirimu sendiri!”

ujar bobo .

Inani tidak percaya bahwa si pemuda akan sanggup gunakan jala itu karena untuk 

memakainya mempunyai cara tersendiri yang hanya anak-anak buah penulis ayan  Siluman yang 

mengetahuinya.

Karenanya tanpa ada keraguan sedikit pun Inani sama sekali tidak batalkan serangannya. 

Kalung tengkorak yang kekuatannya lebih keras dari bola baja itu menyambar ganas siap untuk

menghancurkan kepala lawannya. Tapi betapa terkejutnya gadis ini sewaktu dikejap yang sama jala 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

sutera biru di tangan lawan membuka dan menebar menyungkupi tangan kanan terus kepala dan 

tubuhnya.

bobo  anak manusia  adalah seorang yang. bermata tajam. Sewaktu Inani mengeluarkan jala biru itu 

dia merasa sangat tertarik dan memperhatikan dengan seksama bagaimana si gadis memainkan 

senjata tersebut. Sehingga pada saat jala itu berada di tangannya, dengan mudah dia bisa pula 

mempergunakannya.

Inani coba berontak dan lepaskan diri dari sekapan jala. Tapi sudah terlambat. Seluruh jala 

telah membungkus tubuhnya sampai ke lutut. Membuat dia tak bisa lepaskan diri lagi.

bobo  tertawa gelak-gelak dan berdiri tolak pinggang.

“Lepaskan jala ini!” teriak Inani.

“Enak betul,” sahut bobo . “Kalau kulepaskan pasti kau akan serang diriku lagi!” Dan 

Pendekar 10000 an  lalu melangkah ke hadapan Inani.

“Kau mau bikin apa?! Pergi!”

“Eh, aku cuma mau lihat parasmu apa tidak boleh!”

“Pergi!” teriak Inani.

bobo  anak manusia  menyengir. Dia melangkah lagi dan jarak mereka cuma terpisah dua jengkal 

saja. Inani dapat merasakan hembusan nafas pemuda itu di parasnya yang jelita. Sepasang mata 

mereka untuk kesekian kalinya beradu pan