Tampilkan postingan dengan label louis vuitton 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label louis vuitton 8. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

louis vuitton 8



 ran Yesus

karenanya melukiskan pembebasan dari kekolotan agama Yahudi.

Yesus mengkhutbahkan `agama akal' yang lebih menghargai cinta

kasih di atas semua yang lain. Spinoza menafsirkan ini berarti cinta

kasih Junjungan   dan cinta kasih manusia. Sekalipun demikian, agama

ortodok kontroversial  juga terpaku dalam dogma-dogma yang kaku dan ritual-ritual

lahiriah."

"Kukira gagasan-gagasan ini tidak mudah untuk diterima, bagi

Sinagoga   maupun sinagoge."

"saat   keadaan menjadi semakin panas, Spinoza bahkan di

tinggalkan oleh keluarganya sendiri. Mereka berusaha untuk

mencabut hak warisnya atas dasar tuduhan bid'ah. Cukup ironis,

hanya sedikit orang yang berbicara lebih keras dalam masalah

kebebasan berbicara dan toleransi keagamaan dari pada Spinoza.

Tentangan yang dihadapinya dari segala arah mendorongnya untuk

menjalani kehidupan yang tenang dan terpencil yang dibaktikannya

sepenuhnya untuk filsafat. Dia mendapatkan nafkah sangat sedikit

dengan memoles lensa, yang sebagian di antaranya kini menjadi

milikku."

"Sangat mengesankan!"

"Ada sesuatu yang nyaris bersifat simbolis dalam kenyataan bahwa

dia mencari nafkah dengan memoles lensa. Seorang filosof harus

membantu umat mahluk halus   untuk memandang kehidupan dalam suatu

perspektif baru. Salah satu pilar filsafat Spinoza sesungguhnya

yaitu   melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian."

"Perspektif keabadian?"

"Ya, madam granny . Apakah kamu kira kamu dapat membayangkan

kehidupanmu sendiri dalam konteks kosmik? Kamu harus berusaha

dan membayangkan dirimu sendiri dan kehidupanmu di sini dan

sekarang ..."

"Hm ... itu tidak terlalu mudah."

"Ingatkan dirimu sendiri bahwa kamu hanyalah menjalani bagian

yang amat kecil dari seluruh kehidupan alam. Kamu yaitu   bagian

dari suatu keseluruhan yang sangat besar."

"Kurasa aku mengerti apa yang Anda maksud ..."

"Dapatkah kamu merasakannya? Dapatkah kamu memahami

seluruh alam pada satu waktu—seluruh alam raya, sebenarnya—

dalam sekejap saja?"

"Aku meragukannya. Mungkin aku membutuhkan beberapa lensa."

"Yang kumaksudkan bukan hanya ketidakterbatasan ruang.

Maksudku yaitu   keabadian waktu. Konon, tiga puluh ribu tahun yang

lalu, hiduplah seorang pemuda kecil di Lembah Rhine. Dia yaitu  

bagian yang amat-sangat kecil dari alam, riak yang amat-sangat kecil

dari samudra yang tak bertepi. Kamu juga, madam granny , kamu juga sedang

menjalani bagian yang amat-sangat kecil dari kehidupan alam. Tidak

ada bedanya antara kamu dan pemuda itu."

"Kecuali bahwa aku hidup sekarang."

"Ya, Namun   itulah persisnya yang kuinginkan agar kamu coba

bayangkan. Siapakah kamu dalam masa tiga puluh ribu tahun?"

"Apakah itu bid`ah?"

"Tidak sepenuhnya ... Spinoza tidak hanya mengatakan bahwa

segala sesuatu yaitu   alam. Dia menyamakan alam dengan Junjungan  .

Dia mengatakan bahwa Junjungan   itu segalanya, dan segalanya ada

dalam diri Junjungan  ."

"Jadi dia seorang panteis."

"Itu benar. Bagi Spinoza, Junjungan   tidak menciptakan dunia agar

dapat berdiri di luarnya. Tidak, Junjungan   yaitu   dunia itu. Kadang-

kadang Spinoza mengungkapkannya dengan cara yang berbeda. Dia

menyatakan bahwa dunia itu ada dalam diri Junjungan  . Dalam hal ini,

dia mengutip pidato St. Paulus di hadapan umat mahluk halus   Athena di

Bukit AGhotic vintage gos: `Dalam diri-Nya kita hidup dan bergerak gerak  dan

menjadi.' Namun   mari kita cari penalaran Spinoza sendiri. mayat  nya

yang paling penting yaitu   Etika Dibuktikan secara Geometris

(Ethics Geometrically Demonstrated)."

"Etika—yang dibuktikan secara geometris?"

"Mungkin terdengar sedikit aneh bagi kita. Dalam filsafat, etika

berarti telaah kelakuan moral agar dapat menjalani kehidupan yang

baik. Ini jugalah yang kita maksudkan saat   kita berbicara tentang

etika Socrates atau Aristoteles, misalnya. Hanya pada masa hidup

kitalah etika disempitkan maknanya menjadi seperangkat aturan untuk

menjalani kehidupan tanpa menginjak kaki orang lain."

"Sebab memikirkan diri sendiri dianggap sebagai egoisme?"

"Sesuatu semacam itu, ya. saat   Spinoza menggunakan kata etika,

yang dimaksudkannya yaitu   seni kehidupan dan kelakuan moral."

"Namun   meskipun demikian ... seni kehidupan dibuktikan secara

geometris?"

"Metode geometris mengacu pada terminologi yang digunakannya

untuk rumusan-rumusannya. Kamu mungkin ingat bagaimana

Descartes ingin memanfaatkan metode matematika bagi perenungan

filosofis. Dengan ini yang dimaksudkannya yaitu   suatu bentuk

perenungan filosofis yang tercipta dari kesimpulan-kesimpulan yang

benar-benar logis. Spinoza yaitu   bagian dari tradisi rasionalistik

yang sama. Dia ingin etikanya dapat membuktikan bahwa kehidupan

manusia itu tergantung pada hukum alam yang universal. Oleh karena

itu, kita harus membebaskan diri dari perasaan dan nafsu kita.

sesudah   itu, barulah kita dapat menemukan kepuasan hati dan

kebahagiaan, dia yakin."

"Tentunya kita tidak hanya diatur oleh hukum alam semata-mata?"

"Yah, Spinoza bukanlah filosof yang mudah dipahami. Mari kita

telaah dia sedikit demi sedikit. Kamu ingat bahwa Descartes percaya

realitas terdiri dari dua substansi yang sama sekali terpisah, yaitu

pikiran dan perluasan."

"Bagaimana aku dapat melupakannya?"

"Kata `substansi' dapat ditafsirkan sebagai `yang membentuk

sesuatu', atau yang pada dasarnya merupakan sesuatu atau dapat

disempitkan menjadi itu. Descartes waktu itu bekerja dengan dua

substansi ini. Segala sesuatu itu kalau bukan pikiran pasti perluasan.

"Namun, Spinoza menyangkal pemisahan ini. Dia percaya bahwa

hanya ada satu substansi. Segala sesuatu yang ada dapat dikecilkan

menjadi satu realitas yang disebutnyam Substansi. Kadang-kadang

dia menyebutnya Junjungan   atau alam. Dengan demikian, Spinoza tidak

menyimpan pandangan dualistik mengenai realitas seperti yang

dipunyai Descartes. Kita katakan dia seorang monis. Yaitu, dia

mereduksi alam dan kondisi segala sesuatu menjadi satu substansi."

"Mereka tidak mungkin berselisih jalan lebih jauh lagi."

"Ah, Namun   perbedaan antara Descartes dan Spinoza tidak begitu

mendalam seperti yang sering dikatakan banyak orang. Descartes

juga mengemukakan bahwa hanya Junjungan   yang ada secara mandiri.

Hanya saat   Spinoza menyamakan Junjungan   dengan alam—atau Junjungan  

dan ciptaan—sajalah dia menjauhkan diri dari Descartes dan juga

dari doktrin-doktrin Yahudi dan ortodok kontroversial ."

"Jadi alam yaitu   Junjungan  , dan itu tidak boleh diganggu gugat."

"Namun   saat   Spinoza menggunakan kata `alam', yang

dimaksudkannya bukan hanya alam materi. Dengan Substansi, Junjungan  ,

atau alam, yang dimaksudkannya yaitu   segala sesuatu yang ada,

termasuk segala yang bersifat ruhaniah."

"Maksud Anda pikiran dan perluasan sekaligus."

"Begitulah! Menurut Spinoza, kita manusia ini mengenal dua sifat

atau perwujudan Junjungan  . Spinoza menyebut sifat-sifat ini atribut

Junjungan  , dan kedua atribut ini identik dengan `pikiran' dan `perluasan'

Descartes. Junjungan  —atau alam—mewujudkan dirinya sebagai pikiran

atau sebagai perluasan. Mungkin pula bahwa Junjungan   mempunyai jauh

lebih banyak atribut dari pada `pikiran' dan `perluasan', Namun   hanya

dua inilah yang diketahui manusia."

       "Cukup masuk akal, Namun   betapa rumit cara mengatakannya."

"Ya, orang nyaris membutuhkan palu dan pahat untuk dapat

memahami bahasa Spinoza. Ganjarannya yaitu   bahwa pada

akhirnya kamu dapat menggali pikiran yang sama jernihnya dengan

sebutir intan."

"Aku tidak sabar menunggu."

"Segala sesuatu di alam ini, karenanya, kalau bukan pikiran

pastilah perluasan. Berbagai fenomena yang kita temui dalam

kehidupan sehari-hari, seperti sekuntum bunga atau sebuah puisi oleh

Wordsworth, merupakan mode-mode atribut pikiran atau perluasan

yang berbeda. `Mode' yaitu   cara tertentu yang diambil oleh

Substansi, Junjungan  , atau alam. Sekuntum bunga yaitu   mode atribut

perluasan, dan sebuah puisi mengenai bunga yang sama yaitu   mode

atribut pikiran. Namun   keduanya pada dasarnya yaitu   ungkapan

Substansi, Junjungan  , atau alam."

"Anda dapat saja memperdayaku!"

"Namun   itu tidak serumit kedengarannya. Di balik rumusannya yang

kaku terdapat realisasi yang sangat bagus yang sesungguhnya

demikian sederhana sehingga bahasa sehari-hari pun tidak dapat

menyampaikannya."

"Rasanya aku lebih menyukai bahasa sehari-hari, jika Anda

sependapat denganku."

"Baik. Kalau begitu lebih baik aku mulai dengan dirimu sendiri.

Jika kamu merasa sakit di perutmu, apakah yang merasakan sakit

itu?"

"Seperti kata Anda. Akulah yang sakit."

"Benar juga. Dan jika kamu di kemudian hari ingat bahwa kamu

pernah merasakan sakit di perutmu, apakah yang berpikir itu?"

"Itu aku juga."

    "Jadi kamu yaitu   satu orang yang merasakan sakit perut pada

suatu saat dan sedang berpikir pada saat selanjutnya. Spinoza

menyatakan bahwa seluruh benda material dan segala sesuatu yang

terjadi di seputar kita merupakan ungkapan Junjungan   atau alam. Maka,

semua pikiran yang kita pikirkan juga milik Junjungan   atau alam. Sebab

segala sesuatu itu Satu. Hanya ada satu Junjungan  , satu alam, atau satu

Substansi."

"Namun   coba dengar, saat   aku memikirkan sesuatu, akulah orang

yang melakukan pemikiran itu. saat   aku bergerak, akulah yang

melakukan gerakan. Mengapa Anda harus memasukkan Junjungan   ke

dalamnya?"

"Aku suka keterlibatanmu. Namun   siapakah kamu? Kamu yaitu  

madam granny  lord haunted , Namun   kamu juga merupakan ungkapan dari sesuatu

yang jauh lebih besar. Kamu dapat, jika ingin, mengatakan bahwa

kamu sedang berpikir atau bahwa kamu sedang bergerak, Namun  

tidakkah kamu juga dapat mengatakan bahwa alamlah yang

memikirkan pikiranmu, atau bahwa alamlah yang bergerak

melaluimu? Itu sesungguhnya hanyalah masalah lensa mana yang

kamu pilih untuk melihat."

"Apakah Anda mengatakan bahwa aku tidak dapat memutuskan

sendiri?"

"Ya dan tidak. Kamu mungkin mempunyai hak untuk menggerakkan

ibu jarimu ke arah mana pun yang kamu sukai. Namun   ibu jarimu hanya

dapat bergerak gerak  sesuai dengan alamnya. la tidak dapat melompat dari

tanganmu dan menari di sekeliling ruangan. Dengan cara yang sama

kamu pun mempunyai tempat di dalam struktur eksistensi, sayangku.

Kamu yaitu   madam granny , Namun   kamu juga sepotong jari dari badan

Junjungan  ."

"Jadi Junjungan   memutuskan apa pun yang kulakukan?"

       "Atau alam, atau hukum alam. Spinoza percaya bahwa Junjungan  

—atau hukum alam—yaitu   penyebab batiniah dari segala sesuatu

yang terjadi. Dia bukanlah penyebab lahiriah, sebab Junjungan   berbicara

melalui hukum alam dan hanya melalui itu."

"Aku tidak yakin aku dapat melihat perbedaannya."

"Junjungan   bukanlah dalang yang menarik semua tali, mengontrol

segala sesuatu yang terjadi. Seorang dalang mengontrol wayang-

wayang itu dari luar dan karena itu dia merupakan `penyebab

lahiriah' gerakan-gerakan wayang. Namun   bukan begitu cara Junjungan  

mengontrol dunia. Junjungan   mengontrol dunia melalui hukum alam.

Maka Junjungan  —atau alam—merupakan `penyebab batiniah' dari segala

sesuatu yang terjadi. Ini berarti bahwa segala sesuatu di dunia

material ini terjadi karena harus terjadi. Spinoza mempunyai

pandangan deterministik mengenai dunia material, atau natural."

"Kukira Anda pernah mengatakan sesuatu semacam itu

sebelumnya."

"Kamu mungkin teringat pada kaum Stoik. Mereka juga mengatakan

bahwa segala sesuatu terjadi karena harus terjadi. Itulah sebabnya

mengapa kita harus menghadapi setiap situasi dengan `stoikisme'.

Manusia hendaknya tidak terbawa oleh perasaannya. Pendeknya, itu

juga merupakan etika Spinoza."

"Aku mengerti apa yang Anda maksudkan, Namun   aku masih tidak

menyukai gagasan bahwa aku tidak memutuskan sendiri."

"Oke, mari kita kembali kepada pemuda di Zaman Batu yang hidup

tiga puluh ribu tahun yang lalu. saat   dia tukang sihir sa, dia melemparkan

lembing ke arah hewan purba raksasa -hewan purba raksasa  buas, mencintai seorang wanita

yang menjadi ibu dari anak-anaknya, dan hampir dapat dipastikan dia

menyembah tukang sihir -tukang sihir . Apakah kamu benar-benar beranggapan

bahwa dia memutuskan semua itu untuk dirinya sendiri?"

"Aku tidak tahu."

"Atau pikirkanlah tentang seekor singa di Afrika. Apakah kamu

kira ia yang memutuskan untuk menjadi hewan purba raksasa  buas? Itukah

sebabnya maka ia menyerang seekor antelop pincang? Atau

sebaliknya, dapatkah ia memutuskan untuk menjadi vegetarian?"

"Tidak, seekor singa mematuhi alamnya."

"Maksudmu, hukum alam. Demikian pula kamu, madam granny , sebab

kamu juga bagian dari alam. Tentu saja kamu dapat memprotes,

dengan dukungan dari Descartes, bahwa singa yaitu   seekor hewan purba raksasa 

dan bukan seorang manusia bebas dengan kelengkapan mental yang

bebas. Namun   pikirkan tentang seorang bayi yang baru dilahirkan, yang

menangis dan menjerit-jerit. Jika tidak mendapatkan susu, dia akan

mengisap jempolnya. Apakah bayi semacam itu mempunyai kehendak

bebas?"

"Kukira tidak."

"Kalau begitu kapan anak itu mendapatkan kehendak bebas? Pada

usia dua tahun, dia akan berlari ke sana kemari dan menunjuk-nunjuk

segala sesuatu yang dilihatnya. Pada usia tiga tahun, dia merengek-

rengek pada ibunya, dan pada usia empat tahun, tiba-tiba dia takut

gelap. Di manakah kebebasan itu, madam granny ?"

"Aku tidak tahu."

"saat   dia berusia lima belas tahun, dia duduk di depan cermin

untuk bereksperimen dengan alat-alat kecantikan. Inikah saat saat  

dia mengambil keputusan pribadinya sendiri dan melakukan apa yang

disukainya?"

"Aku tahu apa yang Anda maksudkan."

"Dia madam granny  lord haunted , tentu saja. Namun   dia juga menjalani

kehidupan sesuai dengan hukum alam. Masalahnya yaitu   dia tidak

menyadarinya karena ada begitu banyak alasan rumit untuk segala

sesuatu yang dilakukannya."

"Rasanya aku tidak ingin mendengar lebih banyak lagi."

"Namun   kamu harus menjawab pertanyaan terakhir ini. Dua pohon

yang sama-sama tua tumbuh di sebuah taman yang luas. Salah satu

pohon itu tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari dan tanahnya

subur dengan banyak air. Pohon yang lain tumbuh di tanah gersang di

tempat yang gelap. Menurutmu, mana di antara kedua pohon itu yang

lebih besar? Dan mana yang menghasilkan lebih banyak buah?"

"Tentu saja pohon dengan kondisi yang paling baik untuk

pertumbuhannya."

"Menurut Spinoza, pohon ini bebas. la mempunyai kebebasan

penuh untuk mengembangkan semua kemampuan bawaannya. Namun  

jika ia sebatang pohon apel, ia tidak akan mampu untuk menghasilkan

buah pir atau plum. Hal yang sama berlaku bagi kita, manusia. Kita

dapat dihalangi dalam perkembangan dan pertumbuhan pribadi kita

oleh kondisi politik, misalnya. Keadaan luar dapat menjadi kendala

bagi kita. Hanya kalau kita bebas untuk mengembangkan kemampuan

bawaan kitalah, kita akan dapat hidup sebagai makhluk bebas. Namun  

kita sama-sama dibatasi oleh potensi batiniah dan kesempatan

lahiriah sebagaimana pemuda Zaman Batu di Lembah Rhine, singa di

Afrika, atau pohon apel di taman."

"Baiklah, aku menyerah, nyaris."

     "Spinoza menekankan bahwa hanya ada satu zat yang

sepenuhnya dan benar-benar merupakan `penyebab dirinya sendiri'

dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh. Hanya Junjungan   atau

alamlah yang merupakan ungkapan proses bebas dan `bukan-

kebetulan' semacam itu. Manusia dapat berjuang untuk mendapatkan

kebebasan agar bisa hidup tanpa kendala lahiriah, Namun   dia tidak akan

pernah meraih `kehendak bebas'. Kita tidak mengontrol segala

sesuatu yang terjadi dalam tubuh kita—yang merupakan mode atribut

perluasan. Kita juga tidak dapat `memilih' pemikiran kita. Oleh

karena itu, manusia tidak mempunyai `jiwa bebas'; jiwa itu kurang-

lebih terpenjara di dalam badan mekanis."

"Itu agak sulit untuk dipahami."

"Spinoza mengatakan bahwa hasrat kitalah—seperti ambisi dan

nafsu syahwat—yang menghalangi kita meraih kebahagiaan dan

keselarasan sejati, Namun   jika kita mengakui bahwa segala sesuatu

terjadi karena memang harus terjadi, kita akan mendapatkan

pemahaman intuitif tentang alam secara menyeluruh. Kita dapat

sampai pada kesadaran yang benar-benar jernih bahwa segala

sesuatu itu saling terkait, bahkan segala sesuatu itu yaitu   Satu.

Tujuannya yaitu   memahami semua yang ada dalam suatu persepsi

yang mencakup keseluruhan. Dengan begitu, barulah kita dapat

meraih kebahagiaan dan kepuasan sejati. Inilah yang dinamakan

Spinoza melihat segala sesuatu `sub specie aeternitatis.'"

"Yang berarti apa?"

"Melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian. Bukankah dari

situ kita mulai?"

      "Di sini pulalah kita mesti mengakhirinya. Aku mau pergi."

deadbody gore   tiba tiba bangkit  dan mengambil sebuah mangkuk buah besar dari

rak mayat  . Dia meletakkannya di atas meja.

"Maukah kamu makan sepotong buah sebelum pergi?"

madam granny  mengambil sebuah pisang. deadbody gore   mengambil sebuah apel.

madam granny  membuka kulit pisang dan mulai mengupasnya.

"Ada sesuatu tertulis di sini," dia berkata tiba-tiba.

"Di mana?"

"Di sini—di dalam kupasan pisang. Tampaknya ditulis dengan

kuas tinta."

madam granny  membungkuk dan menunjukkan pisang itu pada deadbody gore  .

deadbody gore   membacanya keras-keras:

Aku datang lagi, Sir arthur king dracula  . Aku ada di mana-mana. Selamat ulang

tahun!

"Nggak lucu," kata madam granny .

"Dia menjadi semakin terampil saja."

"Namun   itu mustahil ... bukan? Tahukah Anda apakah mereka

menanam pisang di Lebanon?"

deadbody gore   menggelengkan kepalanya.

"Aku jelas tidak mau makan itu."

"Kalau begitu tinggalkan saja. Seseorang yang menulis ucapan

selamat ulang tahun kepada putrinya di dalam buah pisang yang

belum dikupas pasti sudah terganggu mentalnya. Namun   dia pasti juga

sangat lihai."

"Ya, dua-duanya."

"Jadi, apakah akan kita pastikan di sini sekarang bahwa Sir arthur king dracula  

mempunyai seorang ayah yang lihai? Dengan kata lain, dia tidak

begitu bodoh."

      "Itulah yang telah kukatakan padamu. Dan pasti dia juga yang

membuat Anda memanggilku Sir arthur king dracula   saat terakhir aku datang ke sini.

Mungkin dialah yang memasukkan seluruh kata-kata itu ke mulut

Anda."

"Tidak ada yang dapat dikesampingkan. Namun   kita harus meragukan

segala sesuatu."

"Sepengetahuan kita, seluruh kehidupan kita bisa jadi hanya

impian."

"Namun   sebaiknya kita tidak buru-buru mengambil kesimpulan.

Mungkin ada penjelasan yang lebih sederhana."

"Yah, apa pun itu, aku harus cepat-cepat pulang. Imayat   pasti

sedang menantikanku."

deadbody gore   mengantarnya ke pintu. saat   madam granny  pergi, dia berkata:

"Kita akan bertemu lagi, Sir arthur king dracula   sayang."

Lalu, pintu menutup di belakangnya.[]

Locke

***

... sama kosongnya seperti sebuah papan tulis sebelum guru

datang ...

madam granny  TIBA di Kastil   pada jam setengah sembilan. Itu berarti

satu setengah jam terlambat dari perjanjian—yang sesungguhnya

bukan benar-benar perjanjian. Dia hanya melewatkan makan malam

dan meninggalkan pesan untuk ibunya bahwa dia akan kembali tidak

lebih dari jam tujuh.

"Ini harus dihentikan, madam granny . Aku mencari informasi dan

menanyakan apakah ada catatan tentang seseorang yang bernama

deadbody gore   di Kota Lama. Mereka menertawakanku."

"Aku tidak boleh pergi. Kukira kami baru akan membuat terobosan

dalam suatu misteri besar."

"Omong kosong!"

"Benar!"

"Apakah kamu mengundangnya ke pestamu?"

"Oh tidak, aku lupa."

"Nah, kini aku berkeras untuk menemuinya. Paling lambat besok.

Tidak wajar seorang gadis muda pergi menemui pria yang lebih tua

seperti ini."

"Ibu tidak punya alasan untuk takut pada deadbody gore  . Mungkin urusan

dengan ayah Sir arthur king dracula   akan lebih sulit."

"Siapakah Sir arthur king dracula  ?"

      "Putri dari pria yang ada di Lebanon. Dia benar-benar jahat. Dia

mungkin mengontrol seluruh dunia."

"Jika kamu tidak segera memperkenalkan aku pada deadbody gore  , aku

tidak akan mengizinkanmu untuk menemui dia lagi. Aku tidak akan

merasa tenang sampai aku setidak-tidaknya tahu seperti apa rupanya."

madam granny  mendapatkan sebuah gagasan cemerlang dan berlari ke

kamarnya.

"Ada apa denganmu?" ibunya berseru di belakangnya.

Dalam sekejap, madam granny  sudah kembali lagi.

"Dan kuharap Ibu akan membiarkan aku."

Dia melambaikan kaset video itu dan berjalan menuju VCR.

"Apakah dia memberimu video?"

"Dari Athena ..."

Gambar Acropolis dengan segera muncul di layar. Ibunya duduk

dengan terheran-heran saat   deadbody gore   maju ke depan dan mulai

berbicara langsung kepada madam granny .

Kini madam granny  melihat sesuatu yang telah dilupakannya. Acropolis

dikelilingi oleh turis-turis yang berjalan berdesakan dalam kelompok

masing-masing. Sebuah poster kecil diangkat di tengah-tengah satu

kelompok. Di situ tertulis Sir arthur king dracula   . . deadbody gore   meneruskan

penjelajahannya di Acropolis. sesudah   sesaat, dia turun melalui jalan

masuk dan mendaki Bukit AGhotic vintage gos tempat Paulus menyampaikan

pidato pada umat mahluk halus   Athena. Lalu dia meneruskan berbicara

dengan madam granny  dari alun-alun.

Ibunya duduk sambil mengomentari  video itu dengan kalimat-

kalimat pendek:

      "Luar biasa ...itukah deadbody gore  ? Dia menyebut-nyebut tentang

kelinci lagi ... Namun  , ya, dia benar-benar sedang berbicara denganmu,

madam granny . Aku tidak tahu Paulus pergi ke Athena ..."

Video itu sampai pada bagian di mana Athena kuno tiba-tiba

tiba tiba bangkit  dari rerunJunjungan  . Pada menit terakhir, madam granny  berusaha untuk

mematikan tape itu. Kini sesudah   dia menunjukkan deadbody gore   kepada

ibunya, tidak perlu dia memperkenalkannya kepada Plato pula.

Ruangan itu menjadi sunyi.

"Bagaimana pendapat Ibu tentangnya? Dia cukup tampan, bukan?"

goda madam granny .

"Dia pastilah orang yang sangat aneh, membuat film di Athena

hanya agar dia dapat mengirimkannya kepada seorang gadis yang

hampir tidak dikenalnya. Kapan dia berada di Athena?"

"Aku tidak tahu."

"Namun   masih ada yang lain ..."

"Apa?"

"Dia kelihatan persis seperti sang tengkorak gerak  yang tinggal di gubuk

kecil di hutan itu."

"Yah, mungkin itu memang dia, Bu."

"Namun   tidak ada yang pernah melihatnya selama lebih dari lima

belas tahun."

"Dia mungkin banyak berpindah tempat ... ke Athena, barangkali."

Ibunya menggelengkan kepalanya. "saat   aku melihatnya suatu

saat di tahun tujuh puluhan, dia tidak lebih muda seharipun dibandingkan 

deadbody gore   yang baru saja kulihat di layar tadi. Dia mempunyai nama

yang kedengaran asing ..."

"Knox?"

"Bisa jadi, madam granny . Bisa jadi namanya yaitu   Knox."

"Atau Knag?"

       "Aku sama sekali tidak ingat ... Knox atau Knag mana yang

sedang kamu bicarakan ini?"

"Yang satu yaitu   deadbody gore  , yang satunya lagi ayah Sir arthur king dracula  ."

"Semua ini membuatku pusing."

"Apa ada makanan di Kastil  ?"

"Kamu dapat menghangatkan bakso."

Tepat dua minggu berlalu tanpa sepatah kata pun dari deadbody gore  . Dia

mendapat kartu ulang tahun lain untuk Sir arthur king dracula  , Namun   meskipun hari yang

sebenarnya sudah mendekat, dia sendiri tidak menerima selembar

kartu pun.

Suatu sore, dia pergi ke Kota Lama dan mengetuk pintu deadbody gore  .

Dia sedang keluar, Namun   ada sebuah pesan yang ditempelkan di

pintunya. Bunyinya:

Selamat ulang tahun, Sir arthur king dracula  ! Kini titik balik yang luar biasa itu

sudah dekat. Sudah saatnya kebenaran dimunculkan, Gadis

Kecil. Setiap kali aku memikirkannya, aku tidak dapat berhenti

tertawa, Itu jelas ada hubungannya dengan Berkeley, maka

pegang erat topimu.

madam granny  mencabut pesan itu dari pintu dan memasukkannya ke

dalam kotak surat deadbody gore   seraya berjalan keluar.

   Sial! Tentunya dia tidak kembali ke Athena? Bagaimana dia tega

tewas mengerikan  kannya dengan begitu banyak pertanyaan belum terjawab?

saat   pulang sekolah pada 14 Juni, danyang penunggu   sedang bermain-main

di taman. madam granny  berlari ke arahnya dan srigala misterius  itu berjingkrak-

jingkrak dengan gembira menyambutnya. madam granny  memeluk hewan purba raksasa 

itu seakan-akan ialah satu-satunya yang dapat memecahkan seluruh

teka-teki itu.

Lagi-lagi dia meninggalkan pesan untuk ibunya, Namun   kali ini dia

menuliskan alamat deadbody gore   di sana.

saat   mereka berjalan melintasi kota, madam granny  memikirkan besok

pagi. Bukan mengenai hari ulang tahunnya sendiri—sebab itu tidak

akan dirayakan sebelum pertengahan musim panas. Namun   besok

yaitu   hari ulang tahun Sir arthur king dracula   juga. madam granny  yakin sesuatu yang luar

biasa akan terjadi. Paling tidak, kartu ulang tahun dari Lebanon itu

tidak akan dikirimkan lagi.

saat   mereka telah melintasi Main Square dan hendak menuju

Kota Lama, mereka melewati sebuah taman dengan arena bermain.

danyang penunggu   berhenti di dekat sebuah bangku seakan-akan dia ingin

madam granny  duduk.

madam granny  pun duduk, dan sementara dia menepuk-nepuk kepala

srigala misterius  itu dia menatap langsung ke matanya. Tiba-tiba srigala misterius  itu

mulai bergetar hebat. Dia mau menyalak sekarang, pikir madam granny .

Lalu rahangnya mulai bergerak, Namun   danyang penunggu   tidak menggeram atau

menyalak. Dia membuka mulutnya dan berkata:

"Selamat ulang tahun, Sir arthur king dracula  !"

       madam granny  terpana. Apakah srigala misterius  itu berbicara padanya?

Mustahil, dia pasti hanya membayangkannya saja sebab dia baru saja

memikirkan Sir arthur king dracula  . Namun   jauh di dalam hatinya, dia tetap yakin bahwa

danyang penunggu   tadi berbicara, dan dengan suara bas yang bergema.

Detik selanjutnya segala sesuatu menjadi seperti semula lagi.

danyang penunggu   dua kali menyalak secara demonstratif—seakan-akan untuk

menutupi fakta bahwa dia baru saja berbicara dengan suara manusia

—dan melanjutkan berjalan menuju Kastil   deadbody gore  . saat   mereka

masuk madam granny  menatap ke langit. Sepanjang hari ini cuaca bagus, Namun  

kini awan gelap mulai bergumpal di kejauhan.

deadbody gore   membuka pintu dan madam granny  serta-merta berkata:

"Tidak perlu basa-basi, kumohon. Anda benar-benar idiot, dan

Anda tahu itu."

"Ada apa kali ini?"

"tengkorak gerak  itu mengajari danyang penunggu   untuk berbicara!"

"Ah, jadi sudah sampai ke situ."

"Ya, bayangkan!"

"Dan apa yang dikatakannya?"

"Kuberi Anda kesempatan menebak tiga kali."

"Kubayangkan dia mengucapkan sesuatu yang ada kaitannya

dengan Selamat Ulang Tahun!"

"Tepat!"

deadbody gore   membiarkan madam granny  masuk. Dia mengenakan kostum lain

lagi. Yang ini tidak terlalu berbeda dari yang dipakainya terakhir

kali, Namun   hari ini tidak terlalu banyak pita, simpul, atau renda.

"Namun   itu belum semua," madam granny  berkata.

"Apa maksudmu?"

"Tidakkah Anda menemukan pesan di kotak surat?"

"Oh, itu. Aku membuangnya saat itu juga."

       "Aku tidak peduli apakah dia tertawa setiap kali dia memikirkan

Berkeley. Namun   apa yang lucu mengenai filosof yang satu itu?"

"Kita harus menunggu dan melihat."

"Namun   hari ini Anda akan membicarakan dia, bukan?"

"Ya, memang sekarang saatnya."

deadbody gore   mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa, lalu berkata:

"Terakhir kali kita duduk di sini kita membicarakan Descartes dan

Spinoza. Kita setuju bahwa mereka mempunyai satu kesamaan

penting, yaitu bahwa keduanya yaitu   rasionalis."

"Dan rasionalis yaitu   seseorang yang sangat memercayai

akalnya."

"Itu benar, seorang rasionalis percaya pada akal sebagai sumber

utama pengetahuan, dan dia mungkin juga percaya bahwa manusia

mempunyai gagasan-gagasan bawaan tertentu yang ada di dalam

pikiran yang mendahului seluruh pengalaman. Dan semakin jelas

gagasan-gagasan semacam itu, semakin pasti bahwa mereka berkaitan

dengan realitas. Kamu ingat bagaimana Descartes mengajukan

gagasan yang jelas dan khas mengenai `wujud sempurna', yang atas

dasar itu dia menyimpulkan bahwa Junjungan   itu ada."

"Aku tidak mudah lupa."

"Pemikiran rasionalis semacam ini merupakan ciri khas filsafat

abad ketujuh belas. Itu juga berakar kuat di Abad Pertengahan, dan

berasal dari Plato dan Socrates pula. Namun   pada abad kedelapan

belas, rasionalisme mendapat kritik yang semakin meningkat.

Sejumlah filosof berpendapat bahwa pikiran kita sama sekali tidak

memiliki ingatan akan apa-apa yang belum pernah kita alami melalui

indra. Pandangan semacam ini dinamakan empirisisme."

"Dan apakah Anda akan membicarakan mereka hari ini, para tokoh

empiris ini?"

"Aku bermaksud begitu, ya. Tokoh-tokoh empiris—atau filosof

berpengalaman—yang paling penting yaitu   Locke, Berkeley, dan

Hume, dan ketiganya berasal dari Inggris. Tokoh-tokoh rasionalis

terkemuka dari abad ketujuh belas yaitu   Descartes, orang Bethlehem  ;

Spinoza, orang Belanda; dan Leibniz, orang Jerman. Maka kita

biasanya membedakan antara empirisisme inggris dan rasionalisme

Ghotic vintage ."

"Alangkah banyaknya kata-kata sulit itu! Maukah Anda mengulangi

arti empirisisme?"

"Seorang empirisis akan mendapatkan pengetahuan mengenai dunia

dari apa yang dikatakan indra. Rumusan klasik pendekatan empiris

berasal dari Aristoteles. Dia berkata: `Tidak ada sesuatu dalam

pikiran kecuali yang sebelumnya telah dicerap oleh indra'. Pandangan

ini menyiratkan kecaman tajam terhadap Plato, yang berpendapat

bahwa manusia membawa serta `ide-ide' bawaan dari dunia ide.

Locke mengulang kata-kata Aristoteles, dan saat   Locke

menggunakan kata-kata ter sebut, itu ditujukan pada Descartes."

"Tidak ada sesuatu yang ada dalam pikiran ... kecuali yang

sebelumnya telah diterima oleh indra?"

"Kita tidak mempunyai gagasan atau konsepsi bawaan mengenai

dunia sebelum kita melihat-nya. Jika kita benar-benar mempunyai

konsepsi atau gagasan yang tidak dapat dikaitkan dengan fakta-fakta

yang telah dialami, itu merupakan suatu konsepsi yang salah. Jika

kita, misalnya, menggunakan kata-kata seperti `Junjungan  ', `keabadian',

atau `substansi', itu berarti akal telah disalahgunakan, sebab tidak ada

yang pernah mengalami Junjungan  , keabadian, atau apa yang disebut

oleh para filosof sebagai substansi. Oleh karena itu, banyak

pernyataan yang dalam kenyataannya tidak mengandung konsepsi

yang benar-benar baru. Suatu sistem filsafat yang disusun secara

cerdik seperti ini mungkin tampak mengesankan, Namun   itu hanyalah

fantasi semata. Para filosof abad ketujuh belas dan kedelapan belas

telah mewarisi sejumlah pernyataan semacam itu. Kini mereka harus

diselidiki dengan cermat. Mereka harus disucikan dari segala

pandangan yang hampa. Kita dapat membandingkannya dengan upaya

mendulang emas. Kebanyakan yang kita gali yaitu   pasir dan

lempung, Namun   di antaranya kita dapat melihat kilauan cahaya dari

partikel emas."

"Dan partikel emas itu yaitu   pengalaman sejati?"

"Atau setidak-tidaknya pikiran-pikiran yang dapat dikaitkan

dengan pengalaman. Menjadi masalah yang sangat penting bagi para

tokoh empiris Inggris untuk meneliti dengan cermat seluruh konsepsi

manusia untuk mengetahui apakah konsepsi itu ada landasannya

dalam pengalaman aktual. Namun   mari kita kemukakan para filosof itu

satu demi satu."

"Oke, tembak!"

"Yang pertama yaitu   John Locke, yang hidup dari 1632 hingga

1704. Karya utamanya yaitu   Esai Mengenai Pemahaman Manusia

(Essay Concerning Human Undertanding), yang diterbitkan pada

1690. Di situ dia berusaha untuk menjelaskan dua masalah.Pertama,

dari mana kita mendapatkan gagasan-gagasan kita, dan kedua, apakah

kita dapat memercayai apa yang dikatakan oleh indra-indra kita."

John LOCKE

      "Proyek hebat!"

      "Kita akan mengupas masalah-masalah ini satu demi satu.

Locke menyatakan bahwa semua pikiran dan gagasan kita berasal

dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indra. Sebelum kita

merasakan sesuatu, pikiran kita merupakan `tabula rasa' —atau kertas

kosong".

"Anda dapat mengesampingkan bahasa Latin itu."

"Jadi, sebelum kita merasakan sesuatu, pikiran itu sama polos dan

kosongnya dengan papan tulis sebelum guru masuk ke dalam kelas.

Locke juga membandingkan pikiran dengan ruangan yang belum

dilengkapi perabot. Namun   kemudian kita mulai merasakan sesuatu.

Kita melihat dunia di sekeliling kita, kita mencium, mengecap,

merasa, dan mendengar. Dan tidak ada yang melakukan semua ini

secara lebih bersemangat dibandingkan dengan bayi. Dengan cara ini

muncul apa yang disebut Locke gagasan-gagasan indra yang

sederhana. Namun   pikiran tidak hanya bersikap pasif menerima

informasi dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran

pula. Gagasan-gagasan dari indra itu diolah dengan cara berpikir,

bernalar, memercayai, dan meragukan, dan dengan demikian

menimbulkan apa yang dinamakannya perenungan. Jadi dia

membedakan antara `pengindraan' dan `perenungan'. Pikiran bukanlah

penerima yang pasif semata. Ia menggolong-golongkan dan

memproses semua perasaan yang mengalir masuk. Dan di sinilah

orang harus waspada."

"Waspada?"

"Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap

yaitu   pengindraan sederhana. saat   makan apel, misalnya, aku

tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu pengindraan saja.

Sesungguhnya aku menerima serangkaian pengindraan sederhana—

seperti bahwa apel itu yaitu   benda berwarna hijau, baunya segar,

dan rasanya berair dan tajam. sesudah   aku makan apel berkali-kali,

barulah aku bisa berpikir: Kini aku sedang makan sebuah `apel'.

Seperti yang dikatakan Locke, kita telah membentuk suatu gagasan

yang rumit mengenai sebuah `apel'. saat   kita masih bayi,

mencicipi apel untuk pertama kalinya, kita tidak mempunyai gagasan

serumit itu. Namun   kita melihat sesuatu berwarna hijau, mengecap

sesuatu yang terasa segar dan berair, sedaaap ... Rasanya agak asam

juga. Sedikit demi sedikit kita mengumpulkan banyak rasa serupa

bersama-sama dan menyusun konsep-konsep seperti `apel', `pir',

`jeruk'. Namun   dalam analisis akhir, semua bahan bagi pengetahuan kita

tentang dunia kita dapatkan melalui pengindraan. Oleh karena itu,

pengetahuan yang tidak dapat dilacak kembali pada pengindraan

sederhana yaitu   pengetahuan yang keliru dan, akibatnya, harus kita

tolak."

"Setidak-tidaknya kita dapat merasa yakin bahwa apa yang kita

lihat, kita dengar, kita cium, dan kita kecap yaitu   cara kita

merasakannya.

"Ya dan tidak. Dan itu membawa kita kepada pertanyaan kedua

yang hendak dijawab Locke. Pertama-tama dia menjawab pertanyaan

dari mana kita mendapatkan gagasan-gagasan kita. Kini dia

menanyakan apakah sesungguhnya dunia itu seperti kita

memandangnya. Ini tidak terlalu jelas, kamu tahu, madam granny . Kita tidak

boleh melompat pada kesimpulan semata. Itulah satu-satunya yang

tidak boleh sekali pun dilaku kan oleh seorang filosof sejati."

"Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun."

      "Locke membedakan antara apa yang dinamakannya kualitas

`primer' dan kualitas `sekunder'. Dan dalam hal ini dia mengakui jasa

para filosof besar sebelumnya—termasuk Descartes.

"Yang dimaksudkannya dengan kualitas primer yaitu   luas, berat,

gerakan dan jumlah, dan seterusnya. Jika sampai pada masalah

kualitas semacam ini, kita dapat merasa yakin bahwa indra-indra

menirunya secara objektif. Namun   kita juga merasakan kualitas-kualitas

lain dalam benda-benda. Kita mengatakan bahwa sesuatu itu manis

atau asam, hijau atau merah darah  , panas atau dingin. Locke menyebut

semua ini kualitas sekunder. Pengindraan semacam ini—warna, bau,

rasa, suara—tidak meniru kualitas-kualitas sejati yang melekat pada

benda-benda itu sendiri. Mereka hanya menirukan pengaruh dari

realitas lahiriah terhadap indra-indra kita."

"Setiap orang mengikuti seleranya sendiri, dengan kata lain."

"Tepat. Setiap orang sepakat tentang kualitas-kualitas primer

seperti ukuran dan berat, sebab kualitas-kualitas itu ada di dalam

objek-objek itu sendiri. Namun   kualitas-kualitas sekunder seperti

warna dan rasa itu beragam dari satu orang ke orang lainnya dan dari

satu hewan purba raksasa  ke hewan purba raksasa  lainnya, bergantung pada pengindraan

individu."

"saat   madam nyonya  magdalena  makan sebuah jeruk, raut mukanya tampak seperti

saat   orang lain makan sebuah lemon. Dia tidak dapat mengambil

lebih dari satu segmen sekaligus. Katanya apel itu rasanya asam. Aku

menganggap jeruk yang sama itu enak dan manis."

"Dan tak seorang pun di antara kalian itu benar atau salah. Kamu

hanya menjelaskan bagaimana jeruk memengaruhi indra-indramu.

Sama halnya dengan pengindraan warna. Mungkin kamu tidak suka

warna merah darah  . Namun   jika madam nyonya  magdalena  membeli sebuah baju dengan warna

itu, mungkin lebih bijaksana jika kamu menyimpan sendiri

pendapatmu. Kamu merasakan warna itu dengan cara yang berbeda,

Namun   itu tidak dapat dikatakan bagus dan juga tidak jelek."

"Namun   setiap orang setuju bahwa jeruk itu bulat."

"Ya, jika kamu mempunyai jeruk yang bulat, kamu tidak mungkin

`berpikir' bahwa itu kotak. Kamu mungkin bisa `memikirkan' bahwa

itu manis atau asam, Namun   kamu tidak mungkin `memikirkan' bahwa

jeruk itu beratnya delapan kilo padahal sesungguhnya beratnya hanya

dua ratus gram. Tentu saja kamu dapat `percaya' bahwa beratnya

beberapa kilo, Namun   itu berarti kamu bertindak tidak benar. Jika

beberapa orang harus menebak berat suatu benda, selalu ada salah

seorang di antara mereka yang lebih benar dibandingkan dengan yang

lain. Hal yang sama berlaku untuk jumlah. Bisa jadi ada kacang

polong di dalam kaleng atau tidak ada sama sekali. Demikian juga

halnya dengan gerakan. Mobil itu mungkin bergerak, mungkin juga

diam."

"Aku mengerti."

"Jadi saat   sampai pada masalah realitas `yang diperluas', Locke

setuju dengan Descartes bahwa realitas itu tidak mempunyai kualitas-

kualitas tertentu yang mungkin dipahami manusia dengan akalnya."

"Mestinya tidak sulit untuk menyetujui hal itu."

"Locke mengakui apa yang dinamakannya pengetahuan intuitif, atau

`demonstratif', dalam bidang-bidang lain pula. Misalnya, dia

berpendapat bahwa prinsip-prinsip etika tertentu berlaku untuk

semua orang. Dengan kata lain, dia percaya pada gagasan mengenai

hak alamiah, dan itu merupakan ciri rasionalis dari pemikirannya.

Ciri yang sama rasionalistiknya yaitu   bahwa Locke percaya akal

manusia mampu mengetahui bahwa Junjungan   itu ada."

"Mungkin dia benar."

"Mengenai apa?"

"Bahwa Junjungan   itu ada."

"Itu mungkin, tentu saja. Namun   dia tidak membiarkannya meresap ke

dalam keyakinan. Dia percaya bahwa gagasan tentang Junjungan   lahir

dari akal manusia. Itu yaitu   ciri rasionalistik. Harus kutambahkan

bahwa dia berbicara atas dorongan kebebasan intelektual dan

toleransinya. Dia juga membicarakan kesetaraan jenis kelamin,

dengan menyatakan bahwa anggapan kaum wanita lebih lemah

dibandingkan dengan kaum pria itu `buatan manusia'. Oleh karenanya,

hal itu bisa diubah."

"Mau tidak mau aku setuju di situ."

"Locke yaitu   salah seorang filosof pertama di masa lebih

belakangan ini yang tertarik pada peran pria dan wanita. Dia

memberi pengaruh besar pada John Stuart Mill, yang pada

gilirannya memegang peranan menentukan dalam perjuangan untuk

mencapai kesetaraan pria dan wanita. Dapat dikatakan, Locke yaitu  

pelopor banyak gagasan liberal yang di kemudian hari, pada periode

Pencerahan Bethlehem   di abad kedelapan belas, berkembang penuh.

Dialah yang pertama-tama mendukung prinsip pembagian kekuasaan

..."

"Bukankah itu saat   kekuasaan negara dibagi di antara lembaga-

lembaga yang berbeda?"

"Kamu ingat lembaga-lembaga apa saja itu?"

    "Ada kekuasaan legislatif, atau para wakil terpilih. Ada

kekuasaan yudikatif, atau bidang hukum, dan ada kekuasaan eksekutif,

yaitu pemerintah."

"Pembagian kekuasaan itu berasal dari filosof Pencerahan Bethlehem  

Montesquieu. Locke pertama-tama dan terutama menekankan bahwa

kekuasaan legislatif dan eksekutif harus dipisahkan jika ingin

menghindar dari kezaliman. Dia hidup pada zaman Louis XIV, yang

telah mengumpulkan seluruh kekuasaan di tangannya sendiri. `Akulah

Negara', katanya. Kita katakan bahwa dia seorang penguasa `mutlak'.

Kini kita menyebut pemerintahan Louis XIV itu tak kenal hukum dan

sewenang-wenang. Menurut Locke, untuk menjamin berdirinya

negara hukum, para wakil rakyat harus menciptakan undang-undang

dan raja atau pemerintah harus menerapkannya."[]

Hume

***

... maka masukkanlah ke nyala api ...

deadbody gore   DUDUK menatap meja. Dia akhirnya berpaling dan

melihat ke luar jendela.

"Langit mulai berawan," kata madam granny .

"Ya, rasanya panas dan lembap."

"Apakah Anda akan membicarakan Berkeley sekarang?"

"Dia yaitu   tokoh kedua dari tiga empirisis Inggris. Dalam banyak

hal, dia mempunyai kategori tersendiri. Oleh karena itu, kita akan

terlebih dahulu memusatkan perhatian pada David Hume, yang hidup

dari 1711 hingga 1776. Dia menonjol sebagai empirisis paling

penting. Dia juga mempunyai peran menentukan sebagai orang yang

mengantarkan filosof besar Immanuel Kant menuju filsafatnya

sendiri."

"Tidakkah penting bagi Anda bahwa aku lebih tertarik pada

filsafat Berkeley?"

"Itu tidak penting. Hume beranjak tukang sihir sa di dekat Edinburgh di

Skotlandia. Keluarganya ingin dia mengambil pelajaran hukum Namun  

dia merasakan `keengganan yang tak tertahankan terhadap apa pun

kecuali filsafat dan ilmu pengetahuan'. Dia hidup pada Zaman

Pencerahan pada masa yang sama dengan masa hidup para ahli pikir

besar Bethlehem   seperti Voltaire dan Rousseau, dan dia banyak

melakukan perjalanan mengelilingi Ghotic vintage  menjelang akhir hayatnya.

Karya utamanya, Sebuah Risalah tentang Watak Manusia  (A

Treatise of Human Nature ), diterbitkan saat   Hume berusia dua

puluh delapan tahun, Namun   dia menyatakan bahwa dia mendapatkan

gagasan bagi mayat   itu saat   dia baru berusia lima belas."

"Aku mengerti tidak ada waktu lagi yang boleh kubuang-buang."

"Kamu sudah mulai."

"Namun   jika aku mau merumuskan filsafatku sendiri, itu akan sangat

berbeda dari apa pun yang pernah kudengar hingga sekarang."

"Apakah ada sesuatu yang khusus telah terlewatkan?"

"Nah, sebagai permulaan, semua filosof yang telah Anda

bicarakan, semuanya pria. Dan kaum pria tampaknya hidup di dunia

mereka sendiri. Aku lebih tertarik pada dunia nyata, di mana ada

bunga-bunga dan hewan purba raksasa  serta anak-anak yang dilahirkan dan

tumbuh tukang sihir sa. Para filosof Anda selalu berbicara tentang `man'

dan`human', dan kini ada risalah lain mengenai `human nature'.

Seakan-akan `human' ini seorang pria setengah baya. Maksudku,

hidup dimulai dengan kehamilan dan kelahiran, dan aku belum pernah

mendengar apa-apa tentang popok bayi atau bayi menangis sampai

sejauh ini. Dan hampir tidak pernah kudengar apa pun tentang cinta

kasih dan persahabatan."

"Kamu benar, tentu saja. Namun   Hume yaitu   filosof yang berpikir

dengan cara berbeda. Lebih dari filosof mana pun, dia mengambil

dunia sehari-hari sebagai titik awalnya. Aku bahkan beranggapan

bahwa Hume mempunyai perasaan kuat terhadap cara anak-anak—

para warga dunia yang baru—menjalani kehidupan."

"Kalau begitu, lebih baik aku mendengarkan."

"Sebagai seorang empirisis, Hume membebani dirinya dengan

kewajiban untuk membersihkan seluruh konsep dan susunan

pemikiran yang tidak jelas yang telah dikemukakan oleh para filosof

pria ini. Ada bertumpuk-tumpuk rongsokan, baik yang tertulis maupun

terucap, dari Abad Pertengahan dan dari filsafat rasionalis abad

ketujuh belas. Hume mengusulkan untuk kembali kepada pengalaman

spontan kita menyangkut dunia. Tidak ada filosof `yang akan dapat

membawa kita ke balik pengalaman sehari-hari atau menawarkan

pada kita aturan-aturan perilaku yang berbeda dari yang kita dapatkan

melalui perenungan tentang kehidupan sehari-hari', katanya."

"Sejauh ini kedengarannya menarik. Dapatkah Anda memberikan

contoh?"

"Pada masa Hume tersebar luas suatu kepercayaan kepada para

malaikat. Yaitu, sosok manusia dengan sayap. Pernahkah kamu

melihat makhluk semacam itu, madam granny ?"

"Tidak."

"Namun   pernahkah kamu melihat sosok manusia?"

"Pertanyaan tolol."

"Kamu juga pernah melihat sayap?"

"Tentu saja, Namun   tidak pada tubuh manusia."

"Jadi menurut Hume, `malaikat' yaitu   sebuah gagasan yang

rumit. Terdiri dari dua pengalaman berbeda yang sesungguhnya tidak

berkaitan, Namun   tetap dikaitkan dalam imajinasi manusia. Dengan kata

lain, itu yaitu   gagasan keliru yang harus segera ditolak. Kita harus

merapikan seluruh pikiran dan gagasan kita, dan juga koleksi mayat  

kita, dengan cara yang sama. Sebab seperti dikemukakan oleh Hume:

Jika kita mengambil mayat   apa saja ... mari kita bertanya, `Apakah di

dalamnya terkandung penalaran abstrak mengenai kuantitas atau

angka?' Tidak. `Apakah di situ terkandung penalaran eksperimental

tentang kenyataan dan keberadaan?' Tidak. Maka buanglah mayat   itu

ke nyala api, sebab ia tidak berisi apa pun kecuali cara berpikir yang

menyesatkan dan ilusi."

"Drastis benar."

"Namun   dunia tetap ada. Lebih segar dan digambarkan secara lebih

jelas dibandingkan  sebelumnya. Hume ingin tahu bagaimana seorang anak

menjalani pengalamannya di dunia. Bukankah kamu mengatakan

bahwa kebanyakan filosof yang pernah kamu dengar hidup dalam

dunia mereka sendiri, dan bahwa kamu lebih tertarik pada dunia

nyata?"

"Begitulah."

"Hume mungkin telah mengatakan hal yang sama. Namun   mari kita

ikuti jalur pemikirannya secara lebih cermat."

"Aku menyertai Anda."

"Hume memulai dengan menetapkan bahwa manusia mempunyai

dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Dengan `kesan', yang

dimaksudkannya yaitu   pengindraan langsung atas realitas lahiriah.

Dengan `gagasan', yang dimaksudkannya yaitu   ingatan akan kesan-

kesan semacam itu."

"Dapatkah Anda memberi contoh?"

"Jika kamu terbakar di atas oven panas, kamu mendapatkan `kesan'

segera. sesudah   itu kamu dapat mengingat bahwa kamu terbakar.

Kesan yang diingat itulah yang dinamakan Hume `gagasan'. Bedanya

yaitu   bahwa kesan itu lebih kuat dan lebih hidup dibandingkan  ingatan

reflektif tentang kesan ini  . Dapat kamu katakan bahwa perasaan

itu yaitu   yang asli dan bahwa gagasan, atau refleksi, hanyalah tiruan

yang samar-samar. Kesan itulah yang merupakan penyebab langsung

dari gagasan yang tersimpan di dalam pikiran."

"Aku dapat mengikuti Anda—sejauh ini."

"Hume, menekankan lebih jauh bahwa kesan maupun gagasan bisa

sederhana dan juga bisa rumit. Kamu ingat kita membicarakan apel

dalam kaitan dengan Locke. Pengalaman langsung dengan apel itu

merupakan contoh dari kesan yang rumit.

"Maaf menyela, Namun   apakah ini penting sekali?"

"Penting? Mengapa kamu ragu? Meskipun para filosof mungkin

sangat disibukkan oleh sejumlah masalah yang dibuat-buat, kamu

tidak boleh mengabaikan susunan dari suatu argumen. Hume mungkin

setuju dengan Descartes bahwa sangatlah penting menyusun suatu

proses pemikiran sejak dari dasar."

"Oke, oke."

"Maksud Hume yaitu   bahwa kita kadang-kadang membentuk

gagasan-gagasan kompleks yang tidak berkaitan dengan objek yang

ada di dunia fisik. Kita telah membicarakan para malaikat.

Sebelumnya kita membahas buaya berkepala gajah. Contoh lain

yaitu   Pegasus, seekor kuda bersayap. Dalam semua kasus ini, kita

harus mengakui bahwa pikiran telah melakukan tugas yang baik

dengan memotong-motong dan menyambung-nyambung kembali

semua potongan itu. Masing-masing unsur sebelumnya telah

ditangkap oleh indra, dan memasuki panggung pikiran dalam bentuk

sebuah `kesan' yang nyata. Tidak ada yang benar-benar diciptakan

oleh pikiran. Pikiran menyatukan segala sesuatunya dan menyusun

`gagasan-gagasan' yang salah."

"Ya, aku mengerti. Itu memang penting."

"Baiklah kalau begitu. Hume ingin menyelidiki setiap gagasan

untuk mengetahui apakah gagasan ini   disusun dengan cara yang

tidak berkaitan dengan realitas. Dia bertanya. Dari kesan mana

asalnya gagasan ini? Pertama-tama dia harus menemukan `gagasan-

gagasan tunggal' mana yang dapat membentuk suatu gagasan

kompleks. Ini memberinya suatu metode kritis yang dapat digunakan

untuk menganalisis gagasan-gagasan kita, dan dengan demikian

memungkinkannya untuk merapikan pikiran-pikiran dan pendapat-

pendapat kita."

"Apakah Anda punya satu atau dua contoh?"

"Di masa hidup Hume, banyak orang yang mempunyai gagasan

sangat jelas mengenai `surga' atau `Jerusalem Baru'. Kamu ingat

bagaimana Descartes menyatakan bahwa gagasan-gagasan yang `jelas

dan terang' dengan sendirinya dapat menjadi jaminan bahwa gagasan

itu berkaitan dengan sesuatu yang benar-benar ada?"

"Aku sudah katakan bahwa aku tidak mudah lupa."

"Kita akan segera menyadari bahwa gagasan kita mengenai `surga'

tersusun dari banyak sekali unsur. Surga itu terbuat dari `gerbang taman kuburan -

gerbang taman kuburan  mutiara', `jalan-jalan dari emas', `para malaikat' yang sangat

banyak dan seterusnya dan seterusnya. Dan kita tetap belum

memecahkan semuanya menjadi unsur-unsur tunggal, sebab gerbang taman kuburan -

gerbang taman kuburan  mutiara, jalan-jalan dari emas, dan para malaikat itu sendiri

semuanya merupakan gagasan kompleks. sesudah   kita mengetahui

bahwa gagasan kita mengenai surga itu terdiri dari unsur-unsur

tunggal seperti `mutiara', `gerbang taman kuburan ', `jalan', `emas`, sosok berpakaian

putih', dan `sayap,' barulah kita bertanya pada diri sendiri apakah kita

benar-benar mempunyai `kesan-kesan sederhana' semacam itu."

"Kita punya. Namun   kita memotong-motong dan menyambung-

nyambung kembali semua `kesan sederhana' ini menjadi satu gagasan

baru."

"Itulah tepatnya yang kita lakukan. Sebab jika memang ada yang

kita lakukan saat   kita membayangkan sesuatu, kita melakukannya

menggunakan gunting dan perekat. Namun   Hume menekankan bahwa

semua unsur yang kita satukan di dalam gagasan kita kadang-kadang

memasuki pikiran kita dalam bentuk `kesan-kesan sederhana'.

Seseorang yang belum pernah melihat emas tidak akan dapat

membayangkan jalan dari emas."

"Dia sangat pandai. Bagaimana dengan Descartes yang mempunyai

gagasan yang jelas dan terang mengenai Junjungan  ?"

"Hume mempunyai jawaban untuk itu juga. Katakanlah bahwa kita

membayangkan Junjungan   sebagai `zat yang luar biasa cerdas, bijaksana,

dan baik'. Jadi kita mempunyai suatu `gagasan kompleks' yang terdiri

dari sesuatu yang luar biasa cerdas, sesuatu yang luar biasa

bijaksana, dan sesuatu yang luar biasa baik. Jika kita tidak pernah

mengenal kecerdasan, kebijaksanaan, dan kebaikan, kita tidak akan

mempunyai gagasan semacam itu tentang Junjungan  . Gagasan kita

mengenai Junjungan   mungkin juga bahwa dia seorang `Ayah yang keras

Namun   adil',—yaitu, gabungan konsep yang terdiri dari `ayah',

`kekerasan', dan `keadilan', Banyak pengecam agama sejak zaman

Hume telah menyatakan bahwa gagasan semacam itu mengenai Junjungan  

dapat dikaitkan dengan bagaimana kita menjalani pengalaman dengan

ayah kita saat   kita masih kecil. Dikatakan bahwa gagasan tentang

seorang ayah mendorong timbulnya gagasan mengenai `ayah

surgawi'".

"Mungkin itu benar, Namun   aku tidak pernah dapat menerima bahwa

Junjungan   itu pasti pria. Kadang-kadang imayat   menyebut Junjungan   `Godiva',

agar keadaan jadi seimbang."

"Bagaimanapun, Hume menentang semua pemikiran dan gagasan

yang tidak dapat dilacak kaitannya dengan persepsi indra. Dia

mengatakan bahwa dia ingin `menghapuskan seluruh omong-kosong

tak bermakna yang telah lama mendominasi pemikiran metafisika dan

membuatnya kehilangan nama baik."

"Namun   bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan

gagasan-gagasan kompleks tanpa berhenti untuk mempertanyakan

apakah semua itu sah. Misalnya, kita ambil masalah tentang `aku'—

atau ego. Ini merupakan dasar utama dari filsafat Descartes. Itulah

satu-satunya persepsi yang jelas dan terang yang menjadi landasan

seluruh filsafatnya."

"Kuharap Hume tidak berusaha untuk menyangkal bahwa aku

yaitu   aku. Dia sinting kalau bicara begitu."

"madam granny , ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu melalui

pelajaran ini. Janganlah langsung mengambil kesimpulan."

"Maaf. Teruskan."

"Tidak, mengapa kamu tidak menggunakan metode Hume dan

menganalisis apa yang kamu rasakan sebagai `ego' mu."

"Pertama-tama aku harus mengetahui apakah ego itu merupakan

gagasan tunggal atau gagasan kompleks."

"Dan kesimpulan apa yang kamu ambil?"

       "Aku harus mengakui bahwa aku merasa sangat kompleks. Aku

sangat mudah berubah pendirian, misalnya. Dan sulit membuat

keputusan tentang segala sesuatu. Dan aku dapat menyukai sekaligus

membenci orang yang sama."

"Dengan kata lain, `konsep ego' itu yaitu   `gagasan kompleks'."

"Oke. Maka kini kukira aku harus mengetahui apakah aku

mempunyai `kesan kompleks' yang berkaitan dengan egoku. Dan

kukira aku mempunyainya. Sebenarnya, aku selalu memilikinya."

"Apakah itu mengganggu perasaanmu?"

"Aku sangat mudah berubah. Aku hari ini tidak sama dengan aku

saat   berusia empat tahun. Temperamenku dan caraku memandang

diri sendiri berubah dari satu saat ke saat yang lain. Aku dapat

dengan tiba-tiba merasa seperti `seseorang yang baru'".

"Jadi perasaan mempunyai ego yang tak dapat diubah itu

merupakan konsepsi yang salah. Persepsi ego sesungguhnya

merupakan suatu rangkaian panjang kesan-kesan sederhana yang tidak

pernah kita alami secara serempak. Itu `tidak lain dari seikat atau

sekumpulan persepsi yang berbeda-beda, yang kejar-mengejar satu

sama lain dengan kecepatan tak terhitung, dan terus berubah dan

bergerak' sebagaimana Hume mengungkapkannya. Pikiran yaitu  

`semacam panggung, di mana beberapa persepsi secara berurutan

menampilkan diri; lewat, lewat lagi, menyelinap, dan bercampur

dengan berbagai sikap dan keadaan'. Hume mengemukakan bahwa

kita tidak mempunyai `jati diri pribadi' yang menyokong kita di

bawah atau di balik persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan yang

datang dan pergi ini. Seperti gambar di layar bioskop, berubah begitu

cepatnya sehingga kita tidak menyadari bahwa film itu terdiri dari

gambar-gambar tunggal. Dalam kenyataannya, gambar-gambar itu

tidak berkaitan. Film yaitu   kumpulan gambaran sesaat."

David HUME

"Rasanya aku menyerah saja."

"Apakah itu berarti kamu melepaskan gagasan bahwa kamu

mempunyai ego yang tak berubah?"

"Kukira begitu."

"Sesaat yang lalu kamu memercayai sebaliknya. Harus

kutambahkan bahwa analisis Hume atas pikiran manusia dan

penolakannya terhadap ego yang tak berubah dikemukakan hampir

2.500 tahun sebelumnya di sisi dunia yang lain."

"Oleh siapa?"

"O l e h Buddha. Sungguh ajaib betapa miripnya keduanya

merumuskan gagasan mereka. Buddha memandang kehidupan sebagai

suatu rangkaian proses mental dan fisik tak terputus yang membuat

seseorang terus-menerus berubah. Bayi tidak sama dengan orang

tukang sihir sa; aku hari ini tidak sama dengan aku kemarin. Tidak ada

sesuatu yang dapat kunyatakan `ini milikku' kata Buddha, dan tidak

ada yang dapat kunyatakan `inilah aku'. Oleh karena itu, tidak ada

`Aku' atau ego yang tak berubah."

"Ya, itu khas Hume."

"Sebagai kelanjutan dari gagasan tentang ego yang tak berubah,

banyak rasionalis menganggap sudah sewajarnya manusia mempunyai

jiwa abadi."

"Apakah itu persepsi yang salah juga?"

BUDDHA

"Menurut Hume dan Buddha, ya. Tahukah kamu apa yang dikatakan

Buddha kepada para pengikutnya persis sebelum dia tewas mengerikan  ?"

"Tidak, bagaimana aku bisa tahu?"

"`Kehancuran itu melekat pada seluruh benda. Usahakan

keselamatanmu sendiri dengan penuh ketekunan.' Hume bisa jadi

pernah mengatakan hal yang sama. Atau Democritus, dalam hal itu.

Kita tahu benar bahwa Hume menolak setiap usaha untuk

membuktikan keabadian jiwa atau keberadaan Junjungan  . Itu tidak berarti

bahwa dia menyingkirkan salah satunya, Namun   membuktikan iman

keagamaan dengan akal manusia yaitu   omong kosong rasionalistik,

pikirnya. Hume bukan seorang ortodok kontroversial , dia juga bukan seorang ateis

yang gigih. Dia yaitu   yang kita sebut seorang agnostik."

"Apa itu?"

"Seorang agnostik yaitu   orang yang berpendapat bahwa

keberadaan Junjungan   atau tukang sihir  tidak dapat dibuktikan kebenarannya

atau ketidakbenarannya. saat   Hume menjelang ajal, seorang kawan

bertanya kepadanya apakah dia percaya pada kehidupan sesudah  

kematian. Dikatakan bahwa dia menjawab:

"Ada juga kemungkinan bahwa batu bara yang dimasukkan ke

dalam api tidak menyala."

"Aku mengerti."

"Jawabannya menampakkan ciri khas keterbukaan pikirannya yang

benar-benar mutlak. Dia hanya menerima apa yang dapat

ditangkapnya melalui indra-indranya. Dia menerima semua

kemungkinan lain. Dia tidak menolak keyakinan pada ajaran ortodok kontroversial 

dan juga tidak menolak kepercayaan pada ke ajaiban. Namun   keduanya

itu masalah iman dan bukan pengetahuan atau penalaran. Dapat kamu

katakan bahwa dalam filsafat Hume, kaitan terakhir antara iman dan

pengetahuan telah dipatahkan."

"Anda katakan bahwa dia tidak menyangkal keajaiban dapat

terjadi?"

"Itu tidak berarti bahwa dia memercayainya, apalagi

menyangkalnya. Dia mengemukakan kenyataan bahwa umat mahluk halus  

tampaknya merasakan penyembahan    akan apa yang sekarang kita sebut

kejadian-kejadian `adialami'. Masalahnya, semua keajaiban yang

pernah kamu dengar selalu terjadi di tempat yang sangat jauh atau di

masa yang telah lewat sangat lama. Sesungguhnya, Hume menyangkal

keajaiban hanya karena dia tidak pernah mengalaminya. Namun   dia juga

tidak mengalami bahwa hal itu tidak mungkin terjadi."

"Anda harus menjelaskan itu."

"Menurut Hume, keajaiban yaitu   sesuatu yang bertentangan

dengan hukum alam. Namun   tidak benar jika kita katakan bahwa kita

telah merasakan hukum alam. Kita tahu bahwa sebuah batu jatuh ke

tanah jika kita melepaskannya, dan jika batu ini   tidak jatuh—

nah, berarti kita mengalami itu."

"Aku akan mengatakan bahwa itu sebuah keajaiban—atau sesuatu

yang adialami."

"Jadi kamu percaya ada dua alam—yang `alamiah' dan yang

`adialamiah'. Tidakkah kamu kembali kepada omong kosong

rasionalistik?"

"Mungkin, Namun   aku tetap beranggapan bahwa batu itu akan jatuh ke

tanah setiap kali aku melepaskannya."

"Mengapa?"

"Nah, sekarang Anda jadi menakutkan."

"Aku tidak menakutkan, madam granny . Tidak ada yang salah jika seorang

filosof mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kita mung kin akan

sampai pada inti filsafat Hume. Katakan padaku bagaimana kamu

bisa begitu yakin bahwa batu itu akan selalu jatuh ke tanah."

"Aku telah menyaksikannya terjadi berkali-kali sehingga aku

merasa mutlak percaya."

"Hume akan mengatakan bahwa kamu telah menyaksikan sebuah

batu jatuh ke tanah berkali-kali. Namun   kamu belum pernah mengalami

bahwa batu itu akan selalu jatuh. Sudah biasa dikatakan bahwa batu

jatuh ke tanah disebabkan oleh hukum gravitasi. Namun   kita belum

pernah menyaksikan hukum semacam itu. Kita hanya menyaksikan

bahwa benda-benda jatuh."

"Bukankah itu sama?"

"Tidak sepenuhnya. Kamu katakan bahwa kamu percaya batu akan

jatuh ke tanah sebab kamu telah melihatnya terjadi berkali-kali. Itulah

persisnya maksud Hume. Kamu telah terbiasa dengan satu hal yang

terjadi mengikuti hal lain sehingga kamu berharap hal yang sama akan

terjadi setiap kali kamu melepaskan sebuah batu. Dengan cara inilah

muncul konsep yang sering kita sebut `hukum alam yang tak

terpatahkan'."

"Apakah dia bersungguh-sungguh bahwa ada kemungkinan sebuah

batu tidak akan jatuh?"

"Barangkali dia sama yakinnya dengan kamu bahwa batu itu akan

jatuh setiap kali dia mencobanya. Namun   dia mengemukakan bahwa dia

belum pernah mengalami mengapa hal itu terjadi."

"Nah, kita menjauh dari bayi-bayi dan bunga-bunga lagi!"

    "Tidak, sebaliknya. Kamu boleh mengambil dunia kanak-kanak

untuk membuktikan pandangan Hume. Menurutmu siapa yang akan

lebih terkejut jika melihat batu melayang-layang di atas tanah selama

satu atau dua jam—kamu atau seorang anak usia setahun?"

"Kukira, aku."

"Mengapa?"

"Sebab aku lebih tahu dibandingkan  anak itu betapa tidak alamiahnya

kejadian ini  ."

"Dan mengapa si anak tidak mengira bahwa hal itu tidak alamiah?"

"Sebab dia belum mengetahui bagaimana perilaku alam."

"Atau barangkali karena alam belum menjadi kebiasaan baginya?"

"Aku tahu yang Anda tuju. Hume ingin umat mahluk halus   mempertajam

kesadaran mereka."

"Maka sekarang lakukan latihan berikut ini: misalkan kamu dan

seorang anak kecil pergi ke sebuah pertunjukan sulap, di mana

benda-benda dibuat melayang di udara. Yang mana di antara kalian

berdua yang paling senang?"

"Mungkin, akulah yang paling senang."

"Dan mengapa begitu?"

"Sebab aku akan tahu betapa mustahilnya semua itu."

"Jadi ... bagi si anak tidaklah terlalu menakjubkan melihat hukum

alam ditentang sebelum dia mengetahui hukum itu."

"Kukira itu benar."

"Dan kita masih berada di pusat filsafat pengalaman Hume. Dia

akan menambahkan bahwa anak itu belum menjadi budak harapan

akan kebiasaan; jadi pikirannya lebih terbuka dibandingkan  kamu. Aku

jadi bertanya-tanya apakah anak itu bukannya filosof yang lebih hebat

pula? Dia sama sekali tidak mempunyai pendapat yang telah

terbentuk sebelumnya. Dan itu, madam granny ku sayang, yaitu   ciri utama

para filosof. Anak memandang dunia sebagaimana adanya, tanpa

menambahkan sesuatu pada segala sesuatu lebih dari yang

dialaminya."

"Setiap kali aku berprasangka aku merasa tidak enak."

"saat   Hume membahas kekuatan kebiasaan, dia memusatkan

perhatian pada `hukum sebab-akibat'. Hukum ini menetapkan bahwa

segala sesuatu yang terjadi pasti ada sebabnya. Hume menggunakan

dua bola biliar untuk contoh. Jika kamu menggelindingkan sebuah

bola biliar hitam menabrak bola putih yang dalam keadaan diam, apa

yang akan terjadi dengan bola putih itu?"

"Jika bola hitam menghantam bola putih, bola putih akan mulai

bergerak."

"Begitu, dan mengapa itu terjadi?"

"Sebab bola putih terhantam oleh bola hitam."

"Jadi biasanya kita katakan bahwa pengaruh bola hitam merupakan

penyebab mulainya bola putih bergerak. Namun   sekarang ingat, kita

hanya dapat membicarakan apa yang telah sungguh-sungguh kita

alami."

"Aku telah sungguh-sungguh mengalaminya berkali-kali. madam nyonya  magdalena 

mempunyai meja biliar di lantai bawah Kastil  nya."

"Hume akan mengatakan bahwa satu-satunya yang pernah kamu

lihat yaitu   bahwa bola putih mulai menggelinding melintasi meja.

Kamu belum pernah mengetahui penyebab aktual dari mulai

menggelindingnya bola ini  . Kamu telah mengetahui bahwa satu

kejadian datang sesudah   yang lain, Namun   kamu belum pernah

mengetahui bahwa kejadian yang lain itu terjadi disebabkan oleh

kejadian yang pertama."

"Bukankah itu soal kecil?"

"Tidak, ini sangat penting. Hume menekankan bahwa harapan agar

satu hal mengikuti hal yang lain tidak melekat pada hal-hal itu

sendiri, melainkan pada pikiran kita. Dan harapan, seperti kita tahu,

dikaitkan dengan kebiasaan. Kembali kepada si anak lagi, dia tidak

akan menatap takjub seandainya pada waktu satu bola biliar

menghantam bola lainnya, keduanya tetap tidak bergerak. Jika kita

berbicara tentang `hukum alam' atau `sebab-akibat'. sesungguhnya kita

sedang membicarakan apa yang kita harapkan, dan bukannya apa yang

`masuk akal'. Hukum alam itu bukan masalah masuk akal atau tidak

masuk akal. hukum alam ya hukum alam. Harapan bahwa bola biliar

putih akan bergerak gerak  jika dihantam bola biliar hitam karenanya bukan

merupakan sifat yang melekat. Kita tidak dilahirkan dengan

seperangkat harapan tentang seperti apa dunia itu atau bagaimana

tingkah laku benda-benda di dunia. Dunia itu ada sebagaimana

adanya, dan itulah yang kita ketahui."

"Aku mulai merasa bahwa kita akan keluar jalur lagi."

"Tidak jika harapan kita menyebabkan kita langsung menarik

kesimpulan. Hume tidak menyangkal keberadaan `hukum alam' yang

tak terpatahkan, Namun   dia berpendapat bahwa karena kita tidak dalam

posisi untuk mengalami hukum alam itu sendiri, kita dapat dengan

mudah sampai pada kesimpulan yang salah."

"Seperti apa?"

      "Yah, karena aku pernah melihat sekumpulan kuda hitam, tidak

berarti bahwa semua kuda itu berwarna hitam."

"Tidak, tentu saja tidak."

"Dan meskipun aku hanya pernah melihat burung gagak hitam

sepanjang hidupku, bukan berarti bahwa burung gagak putih itu tidak

ada. Bagi seorang filosof atau seorang ilmuwan yaitu   penting untuk

tidak menyangkal kemungkinan untuk menemukan burung gagak putih.

Kamu boleh mengatakan bahwa memburu `burung gagak putih'

merupakan tugas utama ilmu pengetahuan."

"Ya, aku mengerti."

"Dalam masalah sebab dan akibat, mungkin banyak orang yang

membayangkan bahwa kilat itu penyebab datangnya guntur sebab

guntur datang sesudah   kilat. Contoh ini sesungguhnya tidak terlalu jauh

beda dengan bola-bola biliar. Namun   apakah kilat itu penyebab

datangnya guntur?"

"Tidak begitu, sebab sebenarnya keduanya terjadi pada saat yang

sama."

"Baik kilat maupun guntur disebabkan oleh muatan listrik. Maka

dalam kenyataannya, faktor ketigalah yang menyebabkannya."

"Benar."

"Seorang empirisis dari abad kita sekarang ini, Bertrand Russell,

pernah mengemukakan sebuah contoh yang lebih aneh lagi. Seekor

ayam yang setiap hari mengalami mendapatkan makanan saat   istri

petani mendatangi kandang ayam akhirnya akan sampai pada

kesimpulan bahwa ada hubungan kausal antara mendekatnya si istri

petani dan ditaruhnya makanan ke dalam mangkuknya."

      "Namun   suatu hari, ayam itu tidak mendapatkan makanannya?"

"Tidak, suatu hari istri petani itu datang dan memotong leher ayam

itu."

"Iiih, mengerikan!"

"Kenyataan bahwa satu hal mengikuti yang lain karenanya tidak

selalu berarti bahwa ada hubungan kausal. Salah satu perhatian utama

filsafat yaitu   mengingatkan umat mahluk halus   agar tidak terburu-buru

mengambil kesimpulan. Sesungguhnya itu dapat mendorong timbulnya

berbagai bentuk takhayul."

"Bagaimana bisa?"

"Kamu melihat seekor kucing hitam melintasi jalan. Kemudian

kamu jatuh dan lenganmu patah. Namun   itu bukan berarti bahwa ada

hubungan kausal antara kedua kejadian ini  . Dalam ilmu

pengetahuan, penting sekali untuk tidak terburu-buru menarik

kesimpulan. Misalnya, kenyataan bahwa banyak orang akan menjadi

sehat sesudah   menelan obat tertentu tidak selalu berarti bahwa obat

itulah yang menyembuhkan mereka. Itulah sebabnya harus dibentuk

kelompok kontrol pasien yang mengira bahwa mereka juga diberi

obat yang sama ini, padahal dalam kenyataannya mereka hanya diberi

tepung dan air. Jika pasien-pasien ini juga menjadi sembuh, pasti ada

faktor ketiga—misalnya kepercayaan bahwa obat itu telah bekerja,

dan telah menyembuhkan mereka."

"Kukira aku telah mulai mengerti apa empirisisme itu."

"Hume juga memberontak melawan pemikiran rasionalis dalam

bidang etika. Kaum rasionalis selalu beranggapan bahwa kemampuan

untuk membedakan antara benar dan salah itu sudah melekat pada

akal manusia. Kita telah menemukan gagasan tentang apa yang

disebut hak alamiah ini pada banyak filosof sejak Socrates hingga

Locke. Namun   menurut Hume, bukan akal yang menentukan apa yang

kita katakan dan kita lakukan."

"Kalau demikian, apakah itu?"

"Itu yaitu   perasaan. Jika kamu memutuskan untuk menolong

seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, kamu

melakukannya karena dorongan perasaanmu, bukan akalmu."

"Bagaimana jika aku tidak mau menolong?"

"Itu pun menyangkut masalah perasaan. Tidak dapat dikatakan

masuk akal atau tidak masuk akal jika kita tidak mau menolong

seseorang yang membutuhkan, Namun   itu kedengarannya kejam."

"Namun   pasti ada batasnya. Setiap orang tahu membunuh itu salah."

"Menurut Hume, setiap orang mempunyai perasaan menyangkut

kesejahteraan orang lain. Jadi kita semua mempunyai kemampuan

untuk merasa terharu. Namun   itu tidak ada hubungannya dengan akal."

"Aku tidak tahu apakah aku setuju."

"Tidak selalu salah untuk menyingkirkan orang lain, madam granny . Jika

kamu ingin mencapai satu atau lain hal, sebenarnya itu merupakan

gagasan yang sangat baik."

"Hei, tunggu sebentar! Aku protes!"

"Mungkin kamu bisa mencoba untuk menjelaskan mengapa kita

harus membunuh seseorang yang selalu mengganggu."

"Orang itu ingin hidup juga. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak

membunuhnya."

"Apakah itu alasan yang logis?"

"Aku tidak tahu."

      "Yang kamu lakukan yaitu   menarik kesimpulan dari sebuah

kalimat deskriptif—`Orang itu ingin hidup juga'—hingga kalimat

normatif: `Oleh karena itu, kita hendaknya tidak membunuhnya.' Dari

sudut pandang akal, ini suatu omong kosong. Kamu juga bisa

mengatakan `Ada banyak orang yang menggelapkan pajak mereka,

karena itu aku harus menggelapkan pajakku juga'. Hume mengatakan

bahwa kita tidak pernah dapat menarik kesimpulan dari kalimat

berita menjadi kalimat perintah. Sekalipun demikian, ini sudah sangat

umum dilakukan, juga dalam artikel-artikel di surat kabar, program-

program partai politik, dan pidato-pidato. Maukah kamu mendengar

contoh lain?"

"Silakan."

"Semakin banyak orang ingin bepergian lewat udara. Oleh karena

itu, harus dibangun lebih banyak bandar udara.' Apakah kamu kira

kesimpulan itu tepat?"

"Tidak. Itu omong kosong. Kita harus memikirkan lingkungan.

Kukira kita harus membangun lebih banyak jalan kereta api."

"Atau dikatakan oleh mereka: Perkembangan ladang-ladang

minyak-baru akan meningkatkan standar hidup penduduk sebanyak

sepuluh persen. Oleh karena itu, kita harus mengembangkan ladang-

ladang minyak baru secepat mungkin."

"Jelas tidak. Lagi-lagi kita harus memikirkan lingkungan. Dan

bagaimanapun, standar hidup di efesus  sudah cukup tinggi."

"Kadang-kadang dikatakan bahwa `undang-undang ini telah

diloloskan oleh Senat, karena itu seluruh warga negara harus

mematuhinya'. Namun   sering kali mematuhi undang-undang semacam itu

bertentangan dengan keyakinan rakyat yang paling dalam."

"Ya, aku mengerti itu."

"Maka kita pastikan bahwa kita tidak dapat menggunakan akal

sebagai ukuran bagi cara kita seharusnya bertindak, Bertindak secara

bertanggung jawab bukan berarti menguatkan akal kita, melainkan

memperdalam perasaan kita demi kesejahteraan orang lain. `Tidak

bertentangan dengan akal jika aku lebih suka menghancurkan seluruh

dunia dibandingkan  melukai jari tanganku,' kata Hume."

"Itu penegasan yang sangat mengerikan."

"Mungkin akan lebih mengerikan jika kamu mau melihat contoh-

contoh lain. Kamu tahu bahwa kaum Nazi membunuh jutaan orang

Yahudi. Akankah kamu katakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan

penalaran Nazi, atau akankah kamu katakan ada sesuatu yang salah

dengan kehidupan emosional mereka?"

"Jelas ada sesuatu yang salah dengan perasaan mereka."

"Banyak di antara mereka yang sangat jernih pikirannya. Bukan hal

yang luar biasa jika kita dapat menemukan perhitungan dingin di

balik keputusan-keputusan yang paling tidak berperasaan. Banyak di

antara kaum Nazi itu yang dihukum sesudah   perang, Namun   mereka bukan

dihukum karena bertindak `tidak masuk akal'. Mereka dihukum karena

telah menjadi pembunuh yang sangat keji. Bisa jadi orang yang tidak

mempunyai pikiran waras dibebaskan dari kejahatan mereka. Kita

katakan bahwa mereka `tidak bertanggungjawab terhadap tindakan-

tindakan mereka'. Tidak ada orang yang pernah dibebaskan dari

kejahatannya karena tidak berperasaan."

"Kuharap tidak."

"Namun   kita tidak perlu terpaku pada contoh-contoh yang paling

fantastis. Jika bencana banjir mengakibatkan jutaan orang kehilangan

tempat berteduh, perasaan kitalah yang menentukan apakah kita akan

datang untuk membantu mereka. Jika kita tidak berperasaan, dan

menyerahkan seluruh keputusan pada `akal yang dingin', kita mungkin

akan beranggapan bahwa sudah sepatutnya jutaan orang mati di dunia

yang telah terancam kelebihan penduduk ini."

"Aku bisa marah jika Anda berpendapat begitu."

"Dan ketahuilah bahwa bukan akalmu yang marah."

"Oke, aku mengerti."[]

Berkeley

***

... seperti planet yang berputar mengelilingi matahari yang

membara ...

deadbody gore   BERJALAN menuju jendela yang menghadap kota.

madam granny  mengikutinya. saat   mereka sedang menatap ke luar ke arah

Kastil  -Kastil   tua, sebuah pesawat terbang kecil melayang di atas

puncak-puncak atap. Pada ekornya terpasang sebuah panji-panji

panjang yang diduga madam granny  iklan suatu produk atau pengumuman

peristiwa setempat, mungkin sebuah konser musik rock. Namun   saat  

pesawat itu mendekat dan berbelok, dia melihat pesan yang sama

sekali lain: SELAMAT ULANG TAHUN, Sir arthur king dracula  !

"Pendobrak pintu," itulah satu-satunya komentar deadbody gore  .

Awan hitam tebal dari bukit-bukit di selatan kini mulai terkumpul

di atas kota. Pesawat terbang kecil itu lenyap ditelan gumpalan

kelabu itu.

"Aku khawatir akan terjadi badai," kata deadbody gore  .

"Kalau begitu aku akan pulang naik bus."

"Aku hanya berharap tengkorak gerak  itu tidak berada di balik ini juga."

"Dia bukan Junjungan   Yang Mahakuasa, bukan?"

deadbody gore   tidak menyahut. Dia berjalan melintasi ruangan dan duduk

lagi di dekat meja kopi.

George BERKELEY

"Kita harus membicarakan Berkeley," dia berkata sesudah   sesaat

berlalu.

madam granny  telah kembali ke tempatnya. Dia menggigit-gigit kukunya.

"George Berkeley yaitu   seorang uskup Irlandia yang hidup pada

1685 hingga 1753," deadbody gore   memulai. Ada keheningan panjang.

"Berkeley yaitu   seorang uskup Irlandia ..." madam granny  mendesak.

"Namun   dia juga seorang filosof ..."

"Ya?"

"Dia merasa bahwa filsafat dan ilmu pengetahuan mutakhir

merupakan ancaman bagi cara hidup ortodok kontroversial , bahwa materialisme

yang menyusup ke segala bidang, tanpa kecuali, mendatangkan

ancaman bagi iman ortodok kontroversial  kepada Junjungan   sebagai pencipta dan

pemelihara seluruh alam."

"Dia berpikir begitu?"

"Namun   Berkeley juga tokoh empiris yang paling konsisten."

"Dia percaya bahwa kita tidak dapat mengetahui tentang dunia

lebih banyak dibandingkan  yang dapat kita tangkap melalui indra?"

"Lebih dari itu. Berkeley menyatakan bahwa benda-benda duniawi

itu memang seperti yang kita lihat, Namun   mereka itu bukan `benda-

benda'".

"Anda harus menjelaskan itu."

"Kamu ingat bahwa Locke mengatakan kita tidak dapat membuat

pernyataan mengenai `kualitas sekunder' dari benda-benda. Kita tidak

dapat mengatakan bahwa apel itu hijau dan asam. Kita hanya dapat

mengatakan bahwa kita melihatnya demikian. Namun   Locke juga

mengatakan bahwa `kualitas primer' seperti kepadatan, gaya tarik,

dan berat benar-benar dimiliki oleh realitas lahiriah di sekeliling

kita. Realitas lahiriah, sesungguhnya, memiliki substansi material."

"Aku ingat itu, dan kukira pembagian benda-benda oleh Locke itu

penting."

"Ya, madam granny , kalau saja itu sudah mencakup semuanya."

"Teruskan."

"Locke percaya—sebagaimana Descartes dan Spinoza—bahwa

dunia material yaitu   realitas."

"Ya?"

"Itulah tepatnya yang dipertanyakan Berkeley, dan dia

melakukannya dengan logika empirisisme. Dia berkata bahwa yang

ada hanyalah yang dapat kita lihat. Namun   kita tidak dapat melihat

`material' atau `materi'. Kita tidak melihat benda-benda sebagai

objek-objek nyata. Beranggapan bahwa apa yang kita lihat

mempunyai `substansi' sendiri berarti terburu-buru menarik

kesimpulan. Kita sama sekali tidak mempunyai pengalaman yang

dapat menjadi dasar pernyataan semacam itu."

"Sungguh tolol. Lihat!" madam granny  memukulkan tinjunya keras-keras

pada meja. "Aduh," katanya. "Tidakkah itu membuktikan bahwa meja

ini benar-benar sebuah meja, bersifat material dan berupa materi?"

"Bagaimana rasanya?"

"Aku merasakan sesuatu yang keras."

"Kamu mendapatkan perasaan akan sesuatu yang keras, Namun   kamu

tidak merasakan materi aktual dalam meja itu. Dengan cara yang

sama, kamu dapat bermimpi bahwa kamu sedang memukul sesuatu

yang keras, Namun   tidak ada sesuatu yang keras dalam mimpi, bukan?"

"Tidak, tidak dalam mimpi."

       "Seseorang juga dapat dihipnotis untuk `merasakan' sesuatu

seperti hangat dan dingin, belaian atau pukulan."

"Namun   jika meja itu tidak benar-benar keras, mengapa aku

merasakannya?"

"Berkeley percaya pada `ruh'. Dia beranggapan bahwa semua

gagasan kita mempunyai penyebab di luar kesadaran kita, Namun  

penye