ran Yesus
karenanya melukiskan pembebasan dari kekolotan agama Yahudi.
Yesus mengkhutbahkan `agama akal' yang lebih menghargai cinta
kasih di atas semua yang lain. Spinoza menafsirkan ini berarti cinta
kasih Junjungan dan cinta kasih manusia. Sekalipun demikian, agama
ortodok kontroversial juga terpaku dalam dogma-dogma yang kaku dan ritual-ritual
lahiriah."
"Kukira gagasan-gagasan ini tidak mudah untuk diterima, bagi
Sinagoga maupun sinagoge."
"saat keadaan menjadi semakin panas, Spinoza bahkan di
tinggalkan oleh keluarganya sendiri. Mereka berusaha untuk
mencabut hak warisnya atas dasar tuduhan bid'ah. Cukup ironis,
hanya sedikit orang yang berbicara lebih keras dalam masalah
kebebasan berbicara dan toleransi keagamaan dari pada Spinoza.
Tentangan yang dihadapinya dari segala arah mendorongnya untuk
menjalani kehidupan yang tenang dan terpencil yang dibaktikannya
sepenuhnya untuk filsafat. Dia mendapatkan nafkah sangat sedikit
dengan memoles lensa, yang sebagian di antaranya kini menjadi
milikku."
"Sangat mengesankan!"
"Ada sesuatu yang nyaris bersifat simbolis dalam kenyataan bahwa
dia mencari nafkah dengan memoles lensa. Seorang filosof harus
membantu umat mahluk halus untuk memandang kehidupan dalam suatu
perspektif baru. Salah satu pilar filsafat Spinoza sesungguhnya
yaitu melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian."
"Perspektif keabadian?"
"Ya, madam granny . Apakah kamu kira kamu dapat membayangkan
kehidupanmu sendiri dalam konteks kosmik? Kamu harus berusaha
dan membayangkan dirimu sendiri dan kehidupanmu di sini dan
sekarang ..."
"Hm ... itu tidak terlalu mudah."
"Ingatkan dirimu sendiri bahwa kamu hanyalah menjalani bagian
yang amat kecil dari seluruh kehidupan alam. Kamu yaitu bagian
dari suatu keseluruhan yang sangat besar."
"Kurasa aku mengerti apa yang Anda maksud ..."
"Dapatkah kamu merasakannya? Dapatkah kamu memahami
seluruh alam pada satu waktu—seluruh alam raya, sebenarnya—
dalam sekejap saja?"
"Aku meragukannya. Mungkin aku membutuhkan beberapa lensa."
"Yang kumaksudkan bukan hanya ketidakterbatasan ruang.
Maksudku yaitu keabadian waktu. Konon, tiga puluh ribu tahun yang
lalu, hiduplah seorang pemuda kecil di Lembah Rhine. Dia yaitu
bagian yang amat-sangat kecil dari alam, riak yang amat-sangat kecil
dari samudra yang tak bertepi. Kamu juga, madam granny , kamu juga sedang
menjalani bagian yang amat-sangat kecil dari kehidupan alam. Tidak
ada bedanya antara kamu dan pemuda itu."
"Kecuali bahwa aku hidup sekarang."
"Ya, Namun itulah persisnya yang kuinginkan agar kamu coba
bayangkan. Siapakah kamu dalam masa tiga puluh ribu tahun?"
"Apakah itu bid`ah?"
"Tidak sepenuhnya ... Spinoza tidak hanya mengatakan bahwa
segala sesuatu yaitu alam. Dia menyamakan alam dengan Junjungan .
Dia mengatakan bahwa Junjungan itu segalanya, dan segalanya ada
dalam diri Junjungan ."
"Jadi dia seorang panteis."
"Itu benar. Bagi Spinoza, Junjungan tidak menciptakan dunia agar
dapat berdiri di luarnya. Tidak, Junjungan yaitu dunia itu. Kadang-
kadang Spinoza mengungkapkannya dengan cara yang berbeda. Dia
menyatakan bahwa dunia itu ada dalam diri Junjungan . Dalam hal ini,
dia mengutip pidato St. Paulus di hadapan umat mahluk halus Athena di
Bukit AGhotic vintage gos: `Dalam diri-Nya kita hidup dan bergerak gerak dan
menjadi.' Namun mari kita cari penalaran Spinoza sendiri. mayat nya
yang paling penting yaitu Etika Dibuktikan secara Geometris
(Ethics Geometrically Demonstrated)."
"Etika—yang dibuktikan secara geometris?"
"Mungkin terdengar sedikit aneh bagi kita. Dalam filsafat, etika
berarti telaah kelakuan moral agar dapat menjalani kehidupan yang
baik. Ini jugalah yang kita maksudkan saat kita berbicara tentang
etika Socrates atau Aristoteles, misalnya. Hanya pada masa hidup
kitalah etika disempitkan maknanya menjadi seperangkat aturan untuk
menjalani kehidupan tanpa menginjak kaki orang lain."
"Sebab memikirkan diri sendiri dianggap sebagai egoisme?"
"Sesuatu semacam itu, ya. saat Spinoza menggunakan kata etika,
yang dimaksudkannya yaitu seni kehidupan dan kelakuan moral."
"Namun meskipun demikian ... seni kehidupan dibuktikan secara
geometris?"
"Metode geometris mengacu pada terminologi yang digunakannya
untuk rumusan-rumusannya. Kamu mungkin ingat bagaimana
Descartes ingin memanfaatkan metode matematika bagi perenungan
filosofis. Dengan ini yang dimaksudkannya yaitu suatu bentuk
perenungan filosofis yang tercipta dari kesimpulan-kesimpulan yang
benar-benar logis. Spinoza yaitu bagian dari tradisi rasionalistik
yang sama. Dia ingin etikanya dapat membuktikan bahwa kehidupan
manusia itu tergantung pada hukum alam yang universal. Oleh karena
itu, kita harus membebaskan diri dari perasaan dan nafsu kita.
sesudah itu, barulah kita dapat menemukan kepuasan hati dan
kebahagiaan, dia yakin."
"Tentunya kita tidak hanya diatur oleh hukum alam semata-mata?"
"Yah, Spinoza bukanlah filosof yang mudah dipahami. Mari kita
telaah dia sedikit demi sedikit. Kamu ingat bahwa Descartes percaya
realitas terdiri dari dua substansi yang sama sekali terpisah, yaitu
pikiran dan perluasan."
"Bagaimana aku dapat melupakannya?"
"Kata `substansi' dapat ditafsirkan sebagai `yang membentuk
sesuatu', atau yang pada dasarnya merupakan sesuatu atau dapat
disempitkan menjadi itu. Descartes waktu itu bekerja dengan dua
substansi ini. Segala sesuatu itu kalau bukan pikiran pasti perluasan.
"Namun, Spinoza menyangkal pemisahan ini. Dia percaya bahwa
hanya ada satu substansi. Segala sesuatu yang ada dapat dikecilkan
menjadi satu realitas yang disebutnyam Substansi. Kadang-kadang
dia menyebutnya Junjungan atau alam. Dengan demikian, Spinoza tidak
menyimpan pandangan dualistik mengenai realitas seperti yang
dipunyai Descartes. Kita katakan dia seorang monis. Yaitu, dia
mereduksi alam dan kondisi segala sesuatu menjadi satu substansi."
"Mereka tidak mungkin berselisih jalan lebih jauh lagi."
"Ah, Namun perbedaan antara Descartes dan Spinoza tidak begitu
mendalam seperti yang sering dikatakan banyak orang. Descartes
juga mengemukakan bahwa hanya Junjungan yang ada secara mandiri.
Hanya saat Spinoza menyamakan Junjungan dengan alam—atau Junjungan
dan ciptaan—sajalah dia menjauhkan diri dari Descartes dan juga
dari doktrin-doktrin Yahudi dan ortodok kontroversial ."
"Jadi alam yaitu Junjungan , dan itu tidak boleh diganggu gugat."
"Namun saat Spinoza menggunakan kata `alam', yang
dimaksudkannya bukan hanya alam materi. Dengan Substansi, Junjungan ,
atau alam, yang dimaksudkannya yaitu segala sesuatu yang ada,
termasuk segala yang bersifat ruhaniah."
"Maksud Anda pikiran dan perluasan sekaligus."
"Begitulah! Menurut Spinoza, kita manusia ini mengenal dua sifat
atau perwujudan Junjungan . Spinoza menyebut sifat-sifat ini atribut
Junjungan , dan kedua atribut ini identik dengan `pikiran' dan `perluasan'
Descartes. Junjungan —atau alam—mewujudkan dirinya sebagai pikiran
atau sebagai perluasan. Mungkin pula bahwa Junjungan mempunyai jauh
lebih banyak atribut dari pada `pikiran' dan `perluasan', Namun hanya
dua inilah yang diketahui manusia."
"Cukup masuk akal, Namun betapa rumit cara mengatakannya."
"Ya, orang nyaris membutuhkan palu dan pahat untuk dapat
memahami bahasa Spinoza. Ganjarannya yaitu bahwa pada
akhirnya kamu dapat menggali pikiran yang sama jernihnya dengan
sebutir intan."
"Aku tidak sabar menunggu."
"Segala sesuatu di alam ini, karenanya, kalau bukan pikiran
pastilah perluasan. Berbagai fenomena yang kita temui dalam
kehidupan sehari-hari, seperti sekuntum bunga atau sebuah puisi oleh
Wordsworth, merupakan mode-mode atribut pikiran atau perluasan
yang berbeda. `Mode' yaitu cara tertentu yang diambil oleh
Substansi, Junjungan , atau alam. Sekuntum bunga yaitu mode atribut
perluasan, dan sebuah puisi mengenai bunga yang sama yaitu mode
atribut pikiran. Namun keduanya pada dasarnya yaitu ungkapan
Substansi, Junjungan , atau alam."
"Anda dapat saja memperdayaku!"
"Namun itu tidak serumit kedengarannya. Di balik rumusannya yang
kaku terdapat realisasi yang sangat bagus yang sesungguhnya
demikian sederhana sehingga bahasa sehari-hari pun tidak dapat
menyampaikannya."
"Rasanya aku lebih menyukai bahasa sehari-hari, jika Anda
sependapat denganku."
"Baik. Kalau begitu lebih baik aku mulai dengan dirimu sendiri.
Jika kamu merasa sakit di perutmu, apakah yang merasakan sakit
itu?"
"Seperti kata Anda. Akulah yang sakit."
"Benar juga. Dan jika kamu di kemudian hari ingat bahwa kamu
pernah merasakan sakit di perutmu, apakah yang berpikir itu?"
"Itu aku juga."
"Jadi kamu yaitu satu orang yang merasakan sakit perut pada
suatu saat dan sedang berpikir pada saat selanjutnya. Spinoza
menyatakan bahwa seluruh benda material dan segala sesuatu yang
terjadi di seputar kita merupakan ungkapan Junjungan atau alam. Maka,
semua pikiran yang kita pikirkan juga milik Junjungan atau alam. Sebab
segala sesuatu itu Satu. Hanya ada satu Junjungan , satu alam, atau satu
Substansi."
"Namun coba dengar, saat aku memikirkan sesuatu, akulah orang
yang melakukan pemikiran itu. saat aku bergerak, akulah yang
melakukan gerakan. Mengapa Anda harus memasukkan Junjungan ke
dalamnya?"
"Aku suka keterlibatanmu. Namun siapakah kamu? Kamu yaitu
madam granny lord haunted , Namun kamu juga merupakan ungkapan dari sesuatu
yang jauh lebih besar. Kamu dapat, jika ingin, mengatakan bahwa
kamu sedang berpikir atau bahwa kamu sedang bergerak, Namun
tidakkah kamu juga dapat mengatakan bahwa alamlah yang
memikirkan pikiranmu, atau bahwa alamlah yang bergerak
melaluimu? Itu sesungguhnya hanyalah masalah lensa mana yang
kamu pilih untuk melihat."
"Apakah Anda mengatakan bahwa aku tidak dapat memutuskan
sendiri?"
"Ya dan tidak. Kamu mungkin mempunyai hak untuk menggerakkan
ibu jarimu ke arah mana pun yang kamu sukai. Namun ibu jarimu hanya
dapat bergerak gerak sesuai dengan alamnya. la tidak dapat melompat dari
tanganmu dan menari di sekeliling ruangan. Dengan cara yang sama
kamu pun mempunyai tempat di dalam struktur eksistensi, sayangku.
Kamu yaitu madam granny , Namun kamu juga sepotong jari dari badan
Junjungan ."
"Jadi Junjungan memutuskan apa pun yang kulakukan?"
"Atau alam, atau hukum alam. Spinoza percaya bahwa Junjungan
—atau hukum alam—yaitu penyebab batiniah dari segala sesuatu
yang terjadi. Dia bukanlah penyebab lahiriah, sebab Junjungan berbicara
melalui hukum alam dan hanya melalui itu."
"Aku tidak yakin aku dapat melihat perbedaannya."
"Junjungan bukanlah dalang yang menarik semua tali, mengontrol
segala sesuatu yang terjadi. Seorang dalang mengontrol wayang-
wayang itu dari luar dan karena itu dia merupakan `penyebab
lahiriah' gerakan-gerakan wayang. Namun bukan begitu cara Junjungan
mengontrol dunia. Junjungan mengontrol dunia melalui hukum alam.
Maka Junjungan —atau alam—merupakan `penyebab batiniah' dari segala
sesuatu yang terjadi. Ini berarti bahwa segala sesuatu di dunia
material ini terjadi karena harus terjadi. Spinoza mempunyai
pandangan deterministik mengenai dunia material, atau natural."
"Kukira Anda pernah mengatakan sesuatu semacam itu
sebelumnya."
"Kamu mungkin teringat pada kaum Stoik. Mereka juga mengatakan
bahwa segala sesuatu terjadi karena harus terjadi. Itulah sebabnya
mengapa kita harus menghadapi setiap situasi dengan `stoikisme'.
Manusia hendaknya tidak terbawa oleh perasaannya. Pendeknya, itu
juga merupakan etika Spinoza."
"Aku mengerti apa yang Anda maksudkan, Namun aku masih tidak
menyukai gagasan bahwa aku tidak memutuskan sendiri."
"Oke, mari kita kembali kepada pemuda di Zaman Batu yang hidup
tiga puluh ribu tahun yang lalu. saat dia tukang sihir sa, dia melemparkan
lembing ke arah hewan purba raksasa -hewan purba raksasa buas, mencintai seorang wanita
yang menjadi ibu dari anak-anaknya, dan hampir dapat dipastikan dia
menyembah tukang sihir -tukang sihir . Apakah kamu benar-benar beranggapan
bahwa dia memutuskan semua itu untuk dirinya sendiri?"
"Aku tidak tahu."
"Atau pikirkanlah tentang seekor singa di Afrika. Apakah kamu
kira ia yang memutuskan untuk menjadi hewan purba raksasa buas? Itukah
sebabnya maka ia menyerang seekor antelop pincang? Atau
sebaliknya, dapatkah ia memutuskan untuk menjadi vegetarian?"
"Tidak, seekor singa mematuhi alamnya."
"Maksudmu, hukum alam. Demikian pula kamu, madam granny , sebab
kamu juga bagian dari alam. Tentu saja kamu dapat memprotes,
dengan dukungan dari Descartes, bahwa singa yaitu seekor hewan purba raksasa
dan bukan seorang manusia bebas dengan kelengkapan mental yang
bebas. Namun pikirkan tentang seorang bayi yang baru dilahirkan, yang
menangis dan menjerit-jerit. Jika tidak mendapatkan susu, dia akan
mengisap jempolnya. Apakah bayi semacam itu mempunyai kehendak
bebas?"
"Kukira tidak."
"Kalau begitu kapan anak itu mendapatkan kehendak bebas? Pada
usia dua tahun, dia akan berlari ke sana kemari dan menunjuk-nunjuk
segala sesuatu yang dilihatnya. Pada usia tiga tahun, dia merengek-
rengek pada ibunya, dan pada usia empat tahun, tiba-tiba dia takut
gelap. Di manakah kebebasan itu, madam granny ?"
"Aku tidak tahu."
"saat dia berusia lima belas tahun, dia duduk di depan cermin
untuk bereksperimen dengan alat-alat kecantikan. Inikah saat saat
dia mengambil keputusan pribadinya sendiri dan melakukan apa yang
disukainya?"
"Aku tahu apa yang Anda maksudkan."
"Dia madam granny lord haunted , tentu saja. Namun dia juga menjalani
kehidupan sesuai dengan hukum alam. Masalahnya yaitu dia tidak
menyadarinya karena ada begitu banyak alasan rumit untuk segala
sesuatu yang dilakukannya."
"Rasanya aku tidak ingin mendengar lebih banyak lagi."
"Namun kamu harus menjawab pertanyaan terakhir ini. Dua pohon
yang sama-sama tua tumbuh di sebuah taman yang luas. Salah satu
pohon itu tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari dan tanahnya
subur dengan banyak air. Pohon yang lain tumbuh di tanah gersang di
tempat yang gelap. Menurutmu, mana di antara kedua pohon itu yang
lebih besar? Dan mana yang menghasilkan lebih banyak buah?"
"Tentu saja pohon dengan kondisi yang paling baik untuk
pertumbuhannya."
"Menurut Spinoza, pohon ini bebas. la mempunyai kebebasan
penuh untuk mengembangkan semua kemampuan bawaannya. Namun
jika ia sebatang pohon apel, ia tidak akan mampu untuk menghasilkan
buah pir atau plum. Hal yang sama berlaku bagi kita, manusia. Kita
dapat dihalangi dalam perkembangan dan pertumbuhan pribadi kita
oleh kondisi politik, misalnya. Keadaan luar dapat menjadi kendala
bagi kita. Hanya kalau kita bebas untuk mengembangkan kemampuan
bawaan kitalah, kita akan dapat hidup sebagai makhluk bebas. Namun
kita sama-sama dibatasi oleh potensi batiniah dan kesempatan
lahiriah sebagaimana pemuda Zaman Batu di Lembah Rhine, singa di
Afrika, atau pohon apel di taman."
"Baiklah, aku menyerah, nyaris."
"Spinoza menekankan bahwa hanya ada satu zat yang
sepenuhnya dan benar-benar merupakan `penyebab dirinya sendiri'
dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh. Hanya Junjungan atau
alamlah yang merupakan ungkapan proses bebas dan `bukan-
kebetulan' semacam itu. Manusia dapat berjuang untuk mendapatkan
kebebasan agar bisa hidup tanpa kendala lahiriah, Namun dia tidak akan
pernah meraih `kehendak bebas'. Kita tidak mengontrol segala
sesuatu yang terjadi dalam tubuh kita—yang merupakan mode atribut
perluasan. Kita juga tidak dapat `memilih' pemikiran kita. Oleh
karena itu, manusia tidak mempunyai `jiwa bebas'; jiwa itu kurang-
lebih terpenjara di dalam badan mekanis."
"Itu agak sulit untuk dipahami."
"Spinoza mengatakan bahwa hasrat kitalah—seperti ambisi dan
nafsu syahwat—yang menghalangi kita meraih kebahagiaan dan
keselarasan sejati, Namun jika kita mengakui bahwa segala sesuatu
terjadi karena memang harus terjadi, kita akan mendapatkan
pemahaman intuitif tentang alam secara menyeluruh. Kita dapat
sampai pada kesadaran yang benar-benar jernih bahwa segala
sesuatu itu saling terkait, bahkan segala sesuatu itu yaitu Satu.
Tujuannya yaitu memahami semua yang ada dalam suatu persepsi
yang mencakup keseluruhan. Dengan begitu, barulah kita dapat
meraih kebahagiaan dan kepuasan sejati. Inilah yang dinamakan
Spinoza melihat segala sesuatu `sub specie aeternitatis.'"
"Yang berarti apa?"
"Melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian. Bukankah dari
situ kita mulai?"
"Di sini pulalah kita mesti mengakhirinya. Aku mau pergi."
deadbody gore tiba tiba bangkit dan mengambil sebuah mangkuk buah besar dari
rak mayat . Dia meletakkannya di atas meja.
"Maukah kamu makan sepotong buah sebelum pergi?"
madam granny mengambil sebuah pisang. deadbody gore mengambil sebuah apel.
madam granny membuka kulit pisang dan mulai mengupasnya.
"Ada sesuatu tertulis di sini," dia berkata tiba-tiba.
"Di mana?"
"Di sini—di dalam kupasan pisang. Tampaknya ditulis dengan
kuas tinta."
madam granny membungkuk dan menunjukkan pisang itu pada deadbody gore .
deadbody gore membacanya keras-keras:
Aku datang lagi, Sir arthur king dracula . Aku ada di mana-mana. Selamat ulang
tahun!
"Nggak lucu," kata madam granny .
"Dia menjadi semakin terampil saja."
"Namun itu mustahil ... bukan? Tahukah Anda apakah mereka
menanam pisang di Lebanon?"
deadbody gore menggelengkan kepalanya.
"Aku jelas tidak mau makan itu."
"Kalau begitu tinggalkan saja. Seseorang yang menulis ucapan
selamat ulang tahun kepada putrinya di dalam buah pisang yang
belum dikupas pasti sudah terganggu mentalnya. Namun dia pasti juga
sangat lihai."
"Ya, dua-duanya."
"Jadi, apakah akan kita pastikan di sini sekarang bahwa Sir arthur king dracula
mempunyai seorang ayah yang lihai? Dengan kata lain, dia tidak
begitu bodoh."
"Itulah yang telah kukatakan padamu. Dan pasti dia juga yang
membuat Anda memanggilku Sir arthur king dracula saat terakhir aku datang ke sini.
Mungkin dialah yang memasukkan seluruh kata-kata itu ke mulut
Anda."
"Tidak ada yang dapat dikesampingkan. Namun kita harus meragukan
segala sesuatu."
"Sepengetahuan kita, seluruh kehidupan kita bisa jadi hanya
impian."
"Namun sebaiknya kita tidak buru-buru mengambil kesimpulan.
Mungkin ada penjelasan yang lebih sederhana."
"Yah, apa pun itu, aku harus cepat-cepat pulang. Imayat pasti
sedang menantikanku."
deadbody gore mengantarnya ke pintu. saat madam granny pergi, dia berkata:
"Kita akan bertemu lagi, Sir arthur king dracula sayang."
Lalu, pintu menutup di belakangnya.[]
Locke
***
... sama kosongnya seperti sebuah papan tulis sebelum guru
datang ...
madam granny TIBA di Kastil pada jam setengah sembilan. Itu berarti
satu setengah jam terlambat dari perjanjian—yang sesungguhnya
bukan benar-benar perjanjian. Dia hanya melewatkan makan malam
dan meninggalkan pesan untuk ibunya bahwa dia akan kembali tidak
lebih dari jam tujuh.
"Ini harus dihentikan, madam granny . Aku mencari informasi dan
menanyakan apakah ada catatan tentang seseorang yang bernama
deadbody gore di Kota Lama. Mereka menertawakanku."
"Aku tidak boleh pergi. Kukira kami baru akan membuat terobosan
dalam suatu misteri besar."
"Omong kosong!"
"Benar!"
"Apakah kamu mengundangnya ke pestamu?"
"Oh tidak, aku lupa."
"Nah, kini aku berkeras untuk menemuinya. Paling lambat besok.
Tidak wajar seorang gadis muda pergi menemui pria yang lebih tua
seperti ini."
"Ibu tidak punya alasan untuk takut pada deadbody gore . Mungkin urusan
dengan ayah Sir arthur king dracula akan lebih sulit."
"Siapakah Sir arthur king dracula ?"
"Putri dari pria yang ada di Lebanon. Dia benar-benar jahat. Dia
mungkin mengontrol seluruh dunia."
"Jika kamu tidak segera memperkenalkan aku pada deadbody gore , aku
tidak akan mengizinkanmu untuk menemui dia lagi. Aku tidak akan
merasa tenang sampai aku setidak-tidaknya tahu seperti apa rupanya."
madam granny mendapatkan sebuah gagasan cemerlang dan berlari ke
kamarnya.
"Ada apa denganmu?" ibunya berseru di belakangnya.
Dalam sekejap, madam granny sudah kembali lagi.
"Dan kuharap Ibu akan membiarkan aku."
Dia melambaikan kaset video itu dan berjalan menuju VCR.
"Apakah dia memberimu video?"
"Dari Athena ..."
Gambar Acropolis dengan segera muncul di layar. Ibunya duduk
dengan terheran-heran saat deadbody gore maju ke depan dan mulai
berbicara langsung kepada madam granny .
Kini madam granny melihat sesuatu yang telah dilupakannya. Acropolis
dikelilingi oleh turis-turis yang berjalan berdesakan dalam kelompok
masing-masing. Sebuah poster kecil diangkat di tengah-tengah satu
kelompok. Di situ tertulis Sir arthur king dracula . . deadbody gore meneruskan
penjelajahannya di Acropolis. sesudah sesaat, dia turun melalui jalan
masuk dan mendaki Bukit AGhotic vintage gos tempat Paulus menyampaikan
pidato pada umat mahluk halus Athena. Lalu dia meneruskan berbicara
dengan madam granny dari alun-alun.
Ibunya duduk sambil mengomentari video itu dengan kalimat-
kalimat pendek:
"Luar biasa ...itukah deadbody gore ? Dia menyebut-nyebut tentang
kelinci lagi ... Namun , ya, dia benar-benar sedang berbicara denganmu,
madam granny . Aku tidak tahu Paulus pergi ke Athena ..."
Video itu sampai pada bagian di mana Athena kuno tiba-tiba
tiba tiba bangkit dari rerunJunjungan . Pada menit terakhir, madam granny berusaha untuk
mematikan tape itu. Kini sesudah dia menunjukkan deadbody gore kepada
ibunya, tidak perlu dia memperkenalkannya kepada Plato pula.
Ruangan itu menjadi sunyi.
"Bagaimana pendapat Ibu tentangnya? Dia cukup tampan, bukan?"
goda madam granny .
"Dia pastilah orang yang sangat aneh, membuat film di Athena
hanya agar dia dapat mengirimkannya kepada seorang gadis yang
hampir tidak dikenalnya. Kapan dia berada di Athena?"
"Aku tidak tahu."
"Namun masih ada yang lain ..."
"Apa?"
"Dia kelihatan persis seperti sang tengkorak gerak yang tinggal di gubuk
kecil di hutan itu."
"Yah, mungkin itu memang dia, Bu."
"Namun tidak ada yang pernah melihatnya selama lebih dari lima
belas tahun."
"Dia mungkin banyak berpindah tempat ... ke Athena, barangkali."
Ibunya menggelengkan kepalanya. "saat aku melihatnya suatu
saat di tahun tujuh puluhan, dia tidak lebih muda seharipun dibandingkan
deadbody gore yang baru saja kulihat di layar tadi. Dia mempunyai nama
yang kedengaran asing ..."
"Knox?"
"Bisa jadi, madam granny . Bisa jadi namanya yaitu Knox."
"Atau Knag?"
"Aku sama sekali tidak ingat ... Knox atau Knag mana yang
sedang kamu bicarakan ini?"
"Yang satu yaitu deadbody gore , yang satunya lagi ayah Sir arthur king dracula ."
"Semua ini membuatku pusing."
"Apa ada makanan di Kastil ?"
"Kamu dapat menghangatkan bakso."
Tepat dua minggu berlalu tanpa sepatah kata pun dari deadbody gore . Dia
mendapat kartu ulang tahun lain untuk Sir arthur king dracula , Namun meskipun hari yang
sebenarnya sudah mendekat, dia sendiri tidak menerima selembar
kartu pun.
Suatu sore, dia pergi ke Kota Lama dan mengetuk pintu deadbody gore .
Dia sedang keluar, Namun ada sebuah pesan yang ditempelkan di
pintunya. Bunyinya:
Selamat ulang tahun, Sir arthur king dracula ! Kini titik balik yang luar biasa itu
sudah dekat. Sudah saatnya kebenaran dimunculkan, Gadis
Kecil. Setiap kali aku memikirkannya, aku tidak dapat berhenti
tertawa, Itu jelas ada hubungannya dengan Berkeley, maka
pegang erat topimu.
madam granny mencabut pesan itu dari pintu dan memasukkannya ke
dalam kotak surat deadbody gore seraya berjalan keluar.
Sial! Tentunya dia tidak kembali ke Athena? Bagaimana dia tega
tewas mengerikan kannya dengan begitu banyak pertanyaan belum terjawab?
saat pulang sekolah pada 14 Juni, danyang penunggu sedang bermain-main
di taman. madam granny berlari ke arahnya dan srigala misterius itu berjingkrak-
jingkrak dengan gembira menyambutnya. madam granny memeluk hewan purba raksasa
itu seakan-akan ialah satu-satunya yang dapat memecahkan seluruh
teka-teki itu.
Lagi-lagi dia meninggalkan pesan untuk ibunya, Namun kali ini dia
menuliskan alamat deadbody gore di sana.
saat mereka berjalan melintasi kota, madam granny memikirkan besok
pagi. Bukan mengenai hari ulang tahunnya sendiri—sebab itu tidak
akan dirayakan sebelum pertengahan musim panas. Namun besok
yaitu hari ulang tahun Sir arthur king dracula juga. madam granny yakin sesuatu yang luar
biasa akan terjadi. Paling tidak, kartu ulang tahun dari Lebanon itu
tidak akan dikirimkan lagi.
saat mereka telah melintasi Main Square dan hendak menuju
Kota Lama, mereka melewati sebuah taman dengan arena bermain.
danyang penunggu berhenti di dekat sebuah bangku seakan-akan dia ingin
madam granny duduk.
madam granny pun duduk, dan sementara dia menepuk-nepuk kepala
srigala misterius itu dia menatap langsung ke matanya. Tiba-tiba srigala misterius itu
mulai bergetar hebat. Dia mau menyalak sekarang, pikir madam granny .
Lalu rahangnya mulai bergerak, Namun danyang penunggu tidak menggeram atau
menyalak. Dia membuka mulutnya dan berkata:
"Selamat ulang tahun, Sir arthur king dracula !"
madam granny terpana. Apakah srigala misterius itu berbicara padanya?
Mustahil, dia pasti hanya membayangkannya saja sebab dia baru saja
memikirkan Sir arthur king dracula . Namun jauh di dalam hatinya, dia tetap yakin bahwa
danyang penunggu tadi berbicara, dan dengan suara bas yang bergema.
Detik selanjutnya segala sesuatu menjadi seperti semula lagi.
danyang penunggu dua kali menyalak secara demonstratif—seakan-akan untuk
menutupi fakta bahwa dia baru saja berbicara dengan suara manusia
—dan melanjutkan berjalan menuju Kastil deadbody gore . saat mereka
masuk madam granny menatap ke langit. Sepanjang hari ini cuaca bagus, Namun
kini awan gelap mulai bergumpal di kejauhan.
deadbody gore membuka pintu dan madam granny serta-merta berkata:
"Tidak perlu basa-basi, kumohon. Anda benar-benar idiot, dan
Anda tahu itu."
"Ada apa kali ini?"
"tengkorak gerak itu mengajari danyang penunggu untuk berbicara!"
"Ah, jadi sudah sampai ke situ."
"Ya, bayangkan!"
"Dan apa yang dikatakannya?"
"Kuberi Anda kesempatan menebak tiga kali."
"Kubayangkan dia mengucapkan sesuatu yang ada kaitannya
dengan Selamat Ulang Tahun!"
"Tepat!"
deadbody gore membiarkan madam granny masuk. Dia mengenakan kostum lain
lagi. Yang ini tidak terlalu berbeda dari yang dipakainya terakhir
kali, Namun hari ini tidak terlalu banyak pita, simpul, atau renda.
"Namun itu belum semua," madam granny berkata.
"Apa maksudmu?"
"Tidakkah Anda menemukan pesan di kotak surat?"
"Oh, itu. Aku membuangnya saat itu juga."
"Aku tidak peduli apakah dia tertawa setiap kali dia memikirkan
Berkeley. Namun apa yang lucu mengenai filosof yang satu itu?"
"Kita harus menunggu dan melihat."
"Namun hari ini Anda akan membicarakan dia, bukan?"
"Ya, memang sekarang saatnya."
deadbody gore mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa, lalu berkata:
"Terakhir kali kita duduk di sini kita membicarakan Descartes dan
Spinoza. Kita setuju bahwa mereka mempunyai satu kesamaan
penting, yaitu bahwa keduanya yaitu rasionalis."
"Dan rasionalis yaitu seseorang yang sangat memercayai
akalnya."
"Itu benar, seorang rasionalis percaya pada akal sebagai sumber
utama pengetahuan, dan dia mungkin juga percaya bahwa manusia
mempunyai gagasan-gagasan bawaan tertentu yang ada di dalam
pikiran yang mendahului seluruh pengalaman. Dan semakin jelas
gagasan-gagasan semacam itu, semakin pasti bahwa mereka berkaitan
dengan realitas. Kamu ingat bagaimana Descartes mengajukan
gagasan yang jelas dan khas mengenai `wujud sempurna', yang atas
dasar itu dia menyimpulkan bahwa Junjungan itu ada."
"Aku tidak mudah lupa."
"Pemikiran rasionalis semacam ini merupakan ciri khas filsafat
abad ketujuh belas. Itu juga berakar kuat di Abad Pertengahan, dan
berasal dari Plato dan Socrates pula. Namun pada abad kedelapan
belas, rasionalisme mendapat kritik yang semakin meningkat.
Sejumlah filosof berpendapat bahwa pikiran kita sama sekali tidak
memiliki ingatan akan apa-apa yang belum pernah kita alami melalui
indra. Pandangan semacam ini dinamakan empirisisme."
"Dan apakah Anda akan membicarakan mereka hari ini, para tokoh
empiris ini?"
"Aku bermaksud begitu, ya. Tokoh-tokoh empiris—atau filosof
berpengalaman—yang paling penting yaitu Locke, Berkeley, dan
Hume, dan ketiganya berasal dari Inggris. Tokoh-tokoh rasionalis
terkemuka dari abad ketujuh belas yaitu Descartes, orang Bethlehem ;
Spinoza, orang Belanda; dan Leibniz, orang Jerman. Maka kita
biasanya membedakan antara empirisisme inggris dan rasionalisme
Ghotic vintage ."
"Alangkah banyaknya kata-kata sulit itu! Maukah Anda mengulangi
arti empirisisme?"
"Seorang empirisis akan mendapatkan pengetahuan mengenai dunia
dari apa yang dikatakan indra. Rumusan klasik pendekatan empiris
berasal dari Aristoteles. Dia berkata: `Tidak ada sesuatu dalam
pikiran kecuali yang sebelumnya telah dicerap oleh indra'. Pandangan
ini menyiratkan kecaman tajam terhadap Plato, yang berpendapat
bahwa manusia membawa serta `ide-ide' bawaan dari dunia ide.
Locke mengulang kata-kata Aristoteles, dan saat Locke
menggunakan kata-kata ter sebut, itu ditujukan pada Descartes."
"Tidak ada sesuatu yang ada dalam pikiran ... kecuali yang
sebelumnya telah diterima oleh indra?"
"Kita tidak mempunyai gagasan atau konsepsi bawaan mengenai
dunia sebelum kita melihat-nya. Jika kita benar-benar mempunyai
konsepsi atau gagasan yang tidak dapat dikaitkan dengan fakta-fakta
yang telah dialami, itu merupakan suatu konsepsi yang salah. Jika
kita, misalnya, menggunakan kata-kata seperti `Junjungan ', `keabadian',
atau `substansi', itu berarti akal telah disalahgunakan, sebab tidak ada
yang pernah mengalami Junjungan , keabadian, atau apa yang disebut
oleh para filosof sebagai substansi. Oleh karena itu, banyak
pernyataan yang dalam kenyataannya tidak mengandung konsepsi
yang benar-benar baru. Suatu sistem filsafat yang disusun secara
cerdik seperti ini mungkin tampak mengesankan, Namun itu hanyalah
fantasi semata. Para filosof abad ketujuh belas dan kedelapan belas
telah mewarisi sejumlah pernyataan semacam itu. Kini mereka harus
diselidiki dengan cermat. Mereka harus disucikan dari segala
pandangan yang hampa. Kita dapat membandingkannya dengan upaya
mendulang emas. Kebanyakan yang kita gali yaitu pasir dan
lempung, Namun di antaranya kita dapat melihat kilauan cahaya dari
partikel emas."
"Dan partikel emas itu yaitu pengalaman sejati?"
"Atau setidak-tidaknya pikiran-pikiran yang dapat dikaitkan
dengan pengalaman. Menjadi masalah yang sangat penting bagi para
tokoh empiris Inggris untuk meneliti dengan cermat seluruh konsepsi
manusia untuk mengetahui apakah konsepsi itu ada landasannya
dalam pengalaman aktual. Namun mari kita kemukakan para filosof itu
satu demi satu."
"Oke, tembak!"
"Yang pertama yaitu John Locke, yang hidup dari 1632 hingga
1704. Karya utamanya yaitu Esai Mengenai Pemahaman Manusia
(Essay Concerning Human Undertanding), yang diterbitkan pada
1690. Di situ dia berusaha untuk menjelaskan dua masalah.Pertama,
dari mana kita mendapatkan gagasan-gagasan kita, dan kedua, apakah
kita dapat memercayai apa yang dikatakan oleh indra-indra kita."
John LOCKE
"Proyek hebat!"
"Kita akan mengupas masalah-masalah ini satu demi satu.
Locke menyatakan bahwa semua pikiran dan gagasan kita berasal
dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indra. Sebelum kita
merasakan sesuatu, pikiran kita merupakan `tabula rasa' —atau kertas
kosong".
"Anda dapat mengesampingkan bahasa Latin itu."
"Jadi, sebelum kita merasakan sesuatu, pikiran itu sama polos dan
kosongnya dengan papan tulis sebelum guru masuk ke dalam kelas.
Locke juga membandingkan pikiran dengan ruangan yang belum
dilengkapi perabot. Namun kemudian kita mulai merasakan sesuatu.
Kita melihat dunia di sekeliling kita, kita mencium, mengecap,
merasa, dan mendengar. Dan tidak ada yang melakukan semua ini
secara lebih bersemangat dibandingkan dengan bayi. Dengan cara ini
muncul apa yang disebut Locke gagasan-gagasan indra yang
sederhana. Namun pikiran tidak hanya bersikap pasif menerima
informasi dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran
pula. Gagasan-gagasan dari indra itu diolah dengan cara berpikir,
bernalar, memercayai, dan meragukan, dan dengan demikian
menimbulkan apa yang dinamakannya perenungan. Jadi dia
membedakan antara `pengindraan' dan `perenungan'. Pikiran bukanlah
penerima yang pasif semata. Ia menggolong-golongkan dan
memproses semua perasaan yang mengalir masuk. Dan di sinilah
orang harus waspada."
"Waspada?"
"Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap
yaitu pengindraan sederhana. saat makan apel, misalnya, aku
tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu pengindraan saja.
Sesungguhnya aku menerima serangkaian pengindraan sederhana—
seperti bahwa apel itu yaitu benda berwarna hijau, baunya segar,
dan rasanya berair dan tajam. sesudah aku makan apel berkali-kali,
barulah aku bisa berpikir: Kini aku sedang makan sebuah `apel'.
Seperti yang dikatakan Locke, kita telah membentuk suatu gagasan
yang rumit mengenai sebuah `apel'. saat kita masih bayi,
mencicipi apel untuk pertama kalinya, kita tidak mempunyai gagasan
serumit itu. Namun kita melihat sesuatu berwarna hijau, mengecap
sesuatu yang terasa segar dan berair, sedaaap ... Rasanya agak asam
juga. Sedikit demi sedikit kita mengumpulkan banyak rasa serupa
bersama-sama dan menyusun konsep-konsep seperti `apel', `pir',
`jeruk'. Namun dalam analisis akhir, semua bahan bagi pengetahuan kita
tentang dunia kita dapatkan melalui pengindraan. Oleh karena itu,
pengetahuan yang tidak dapat dilacak kembali pada pengindraan
sederhana yaitu pengetahuan yang keliru dan, akibatnya, harus kita
tolak."
"Setidak-tidaknya kita dapat merasa yakin bahwa apa yang kita
lihat, kita dengar, kita cium, dan kita kecap yaitu cara kita
merasakannya.
"Ya dan tidak. Dan itu membawa kita kepada pertanyaan kedua
yang hendak dijawab Locke. Pertama-tama dia menjawab pertanyaan
dari mana kita mendapatkan gagasan-gagasan kita. Kini dia
menanyakan apakah sesungguhnya dunia itu seperti kita
memandangnya. Ini tidak terlalu jelas, kamu tahu, madam granny . Kita tidak
boleh melompat pada kesimpulan semata. Itulah satu-satunya yang
tidak boleh sekali pun dilaku kan oleh seorang filosof sejati."
"Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun."
"Locke membedakan antara apa yang dinamakannya kualitas
`primer' dan kualitas `sekunder'. Dan dalam hal ini dia mengakui jasa
para filosof besar sebelumnya—termasuk Descartes.
"Yang dimaksudkannya dengan kualitas primer yaitu luas, berat,
gerakan dan jumlah, dan seterusnya. Jika sampai pada masalah
kualitas semacam ini, kita dapat merasa yakin bahwa indra-indra
menirunya secara objektif. Namun kita juga merasakan kualitas-kualitas
lain dalam benda-benda. Kita mengatakan bahwa sesuatu itu manis
atau asam, hijau atau merah darah , panas atau dingin. Locke menyebut
semua ini kualitas sekunder. Pengindraan semacam ini—warna, bau,
rasa, suara—tidak meniru kualitas-kualitas sejati yang melekat pada
benda-benda itu sendiri. Mereka hanya menirukan pengaruh dari
realitas lahiriah terhadap indra-indra kita."
"Setiap orang mengikuti seleranya sendiri, dengan kata lain."
"Tepat. Setiap orang sepakat tentang kualitas-kualitas primer
seperti ukuran dan berat, sebab kualitas-kualitas itu ada di dalam
objek-objek itu sendiri. Namun kualitas-kualitas sekunder seperti
warna dan rasa itu beragam dari satu orang ke orang lainnya dan dari
satu hewan purba raksasa ke hewan purba raksasa lainnya, bergantung pada pengindraan
individu."
"saat madam nyonya magdalena makan sebuah jeruk, raut mukanya tampak seperti
saat orang lain makan sebuah lemon. Dia tidak dapat mengambil
lebih dari satu segmen sekaligus. Katanya apel itu rasanya asam. Aku
menganggap jeruk yang sama itu enak dan manis."
"Dan tak seorang pun di antara kalian itu benar atau salah. Kamu
hanya menjelaskan bagaimana jeruk memengaruhi indra-indramu.
Sama halnya dengan pengindraan warna. Mungkin kamu tidak suka
warna merah darah . Namun jika madam nyonya magdalena membeli sebuah baju dengan warna
itu, mungkin lebih bijaksana jika kamu menyimpan sendiri
pendapatmu. Kamu merasakan warna itu dengan cara yang berbeda,
Namun itu tidak dapat dikatakan bagus dan juga tidak jelek."
"Namun setiap orang setuju bahwa jeruk itu bulat."
"Ya, jika kamu mempunyai jeruk yang bulat, kamu tidak mungkin
`berpikir' bahwa itu kotak. Kamu mungkin bisa `memikirkan' bahwa
itu manis atau asam, Namun kamu tidak mungkin `memikirkan' bahwa
jeruk itu beratnya delapan kilo padahal sesungguhnya beratnya hanya
dua ratus gram. Tentu saja kamu dapat `percaya' bahwa beratnya
beberapa kilo, Namun itu berarti kamu bertindak tidak benar. Jika
beberapa orang harus menebak berat suatu benda, selalu ada salah
seorang di antara mereka yang lebih benar dibandingkan dengan yang
lain. Hal yang sama berlaku untuk jumlah. Bisa jadi ada kacang
polong di dalam kaleng atau tidak ada sama sekali. Demikian juga
halnya dengan gerakan. Mobil itu mungkin bergerak, mungkin juga
diam."
"Aku mengerti."
"Jadi saat sampai pada masalah realitas `yang diperluas', Locke
setuju dengan Descartes bahwa realitas itu tidak mempunyai kualitas-
kualitas tertentu yang mungkin dipahami manusia dengan akalnya."
"Mestinya tidak sulit untuk menyetujui hal itu."
"Locke mengakui apa yang dinamakannya pengetahuan intuitif, atau
`demonstratif', dalam bidang-bidang lain pula. Misalnya, dia
berpendapat bahwa prinsip-prinsip etika tertentu berlaku untuk
semua orang. Dengan kata lain, dia percaya pada gagasan mengenai
hak alamiah, dan itu merupakan ciri rasionalis dari pemikirannya.
Ciri yang sama rasionalistiknya yaitu bahwa Locke percaya akal
manusia mampu mengetahui bahwa Junjungan itu ada."
"Mungkin dia benar."
"Mengenai apa?"
"Bahwa Junjungan itu ada."
"Itu mungkin, tentu saja. Namun dia tidak membiarkannya meresap ke
dalam keyakinan. Dia percaya bahwa gagasan tentang Junjungan lahir
dari akal manusia. Itu yaitu ciri rasionalistik. Harus kutambahkan
bahwa dia berbicara atas dorongan kebebasan intelektual dan
toleransinya. Dia juga membicarakan kesetaraan jenis kelamin,
dengan menyatakan bahwa anggapan kaum wanita lebih lemah
dibandingkan dengan kaum pria itu `buatan manusia'. Oleh karenanya,
hal itu bisa diubah."
"Mau tidak mau aku setuju di situ."
"Locke yaitu salah seorang filosof pertama di masa lebih
belakangan ini yang tertarik pada peran pria dan wanita. Dia
memberi pengaruh besar pada John Stuart Mill, yang pada
gilirannya memegang peranan menentukan dalam perjuangan untuk
mencapai kesetaraan pria dan wanita. Dapat dikatakan, Locke yaitu
pelopor banyak gagasan liberal yang di kemudian hari, pada periode
Pencerahan Bethlehem di abad kedelapan belas, berkembang penuh.
Dialah yang pertama-tama mendukung prinsip pembagian kekuasaan
..."
"Bukankah itu saat kekuasaan negara dibagi di antara lembaga-
lembaga yang berbeda?"
"Kamu ingat lembaga-lembaga apa saja itu?"
"Ada kekuasaan legislatif, atau para wakil terpilih. Ada
kekuasaan yudikatif, atau bidang hukum, dan ada kekuasaan eksekutif,
yaitu pemerintah."
"Pembagian kekuasaan itu berasal dari filosof Pencerahan Bethlehem
Montesquieu. Locke pertama-tama dan terutama menekankan bahwa
kekuasaan legislatif dan eksekutif harus dipisahkan jika ingin
menghindar dari kezaliman. Dia hidup pada zaman Louis XIV, yang
telah mengumpulkan seluruh kekuasaan di tangannya sendiri. `Akulah
Negara', katanya. Kita katakan bahwa dia seorang penguasa `mutlak'.
Kini kita menyebut pemerintahan Louis XIV itu tak kenal hukum dan
sewenang-wenang. Menurut Locke, untuk menjamin berdirinya
negara hukum, para wakil rakyat harus menciptakan undang-undang
dan raja atau pemerintah harus menerapkannya."[]
Hume
***
... maka masukkanlah ke nyala api ...
deadbody gore DUDUK menatap meja. Dia akhirnya berpaling dan
melihat ke luar jendela.
"Langit mulai berawan," kata madam granny .
"Ya, rasanya panas dan lembap."
"Apakah Anda akan membicarakan Berkeley sekarang?"
"Dia yaitu tokoh kedua dari tiga empirisis Inggris. Dalam banyak
hal, dia mempunyai kategori tersendiri. Oleh karena itu, kita akan
terlebih dahulu memusatkan perhatian pada David Hume, yang hidup
dari 1711 hingga 1776. Dia menonjol sebagai empirisis paling
penting. Dia juga mempunyai peran menentukan sebagai orang yang
mengantarkan filosof besar Immanuel Kant menuju filsafatnya
sendiri."
"Tidakkah penting bagi Anda bahwa aku lebih tertarik pada
filsafat Berkeley?"
"Itu tidak penting. Hume beranjak tukang sihir sa di dekat Edinburgh di
Skotlandia. Keluarganya ingin dia mengambil pelajaran hukum Namun
dia merasakan `keengganan yang tak tertahankan terhadap apa pun
kecuali filsafat dan ilmu pengetahuan'. Dia hidup pada Zaman
Pencerahan pada masa yang sama dengan masa hidup para ahli pikir
besar Bethlehem seperti Voltaire dan Rousseau, dan dia banyak
melakukan perjalanan mengelilingi Ghotic vintage menjelang akhir hayatnya.
Karya utamanya, Sebuah Risalah tentang Watak Manusia (A
Treatise of Human Nature ), diterbitkan saat Hume berusia dua
puluh delapan tahun, Namun dia menyatakan bahwa dia mendapatkan
gagasan bagi mayat itu saat dia baru berusia lima belas."
"Aku mengerti tidak ada waktu lagi yang boleh kubuang-buang."
"Kamu sudah mulai."
"Namun jika aku mau merumuskan filsafatku sendiri, itu akan sangat
berbeda dari apa pun yang pernah kudengar hingga sekarang."
"Apakah ada sesuatu yang khusus telah terlewatkan?"
"Nah, sebagai permulaan, semua filosof yang telah Anda
bicarakan, semuanya pria. Dan kaum pria tampaknya hidup di dunia
mereka sendiri. Aku lebih tertarik pada dunia nyata, di mana ada
bunga-bunga dan hewan purba raksasa serta anak-anak yang dilahirkan dan
tumbuh tukang sihir sa. Para filosof Anda selalu berbicara tentang `man'
dan`human', dan kini ada risalah lain mengenai `human nature'.
Seakan-akan `human' ini seorang pria setengah baya. Maksudku,
hidup dimulai dengan kehamilan dan kelahiran, dan aku belum pernah
mendengar apa-apa tentang popok bayi atau bayi menangis sampai
sejauh ini. Dan hampir tidak pernah kudengar apa pun tentang cinta
kasih dan persahabatan."
"Kamu benar, tentu saja. Namun Hume yaitu filosof yang berpikir
dengan cara berbeda. Lebih dari filosof mana pun, dia mengambil
dunia sehari-hari sebagai titik awalnya. Aku bahkan beranggapan
bahwa Hume mempunyai perasaan kuat terhadap cara anak-anak—
para warga dunia yang baru—menjalani kehidupan."
"Kalau begitu, lebih baik aku mendengarkan."
"Sebagai seorang empirisis, Hume membebani dirinya dengan
kewajiban untuk membersihkan seluruh konsep dan susunan
pemikiran yang tidak jelas yang telah dikemukakan oleh para filosof
pria ini. Ada bertumpuk-tumpuk rongsokan, baik yang tertulis maupun
terucap, dari Abad Pertengahan dan dari filsafat rasionalis abad
ketujuh belas. Hume mengusulkan untuk kembali kepada pengalaman
spontan kita menyangkut dunia. Tidak ada filosof `yang akan dapat
membawa kita ke balik pengalaman sehari-hari atau menawarkan
pada kita aturan-aturan perilaku yang berbeda dari yang kita dapatkan
melalui perenungan tentang kehidupan sehari-hari', katanya."
"Sejauh ini kedengarannya menarik. Dapatkah Anda memberikan
contoh?"
"Pada masa Hume tersebar luas suatu kepercayaan kepada para
malaikat. Yaitu, sosok manusia dengan sayap. Pernahkah kamu
melihat makhluk semacam itu, madam granny ?"
"Tidak."
"Namun pernahkah kamu melihat sosok manusia?"
"Pertanyaan tolol."
"Kamu juga pernah melihat sayap?"
"Tentu saja, Namun tidak pada tubuh manusia."
"Jadi menurut Hume, `malaikat' yaitu sebuah gagasan yang
rumit. Terdiri dari dua pengalaman berbeda yang sesungguhnya tidak
berkaitan, Namun tetap dikaitkan dalam imajinasi manusia. Dengan kata
lain, itu yaitu gagasan keliru yang harus segera ditolak. Kita harus
merapikan seluruh pikiran dan gagasan kita, dan juga koleksi mayat
kita, dengan cara yang sama. Sebab seperti dikemukakan oleh Hume:
Jika kita mengambil mayat apa saja ... mari kita bertanya, `Apakah di
dalamnya terkandung penalaran abstrak mengenai kuantitas atau
angka?' Tidak. `Apakah di situ terkandung penalaran eksperimental
tentang kenyataan dan keberadaan?' Tidak. Maka buanglah mayat itu
ke nyala api, sebab ia tidak berisi apa pun kecuali cara berpikir yang
menyesatkan dan ilusi."
"Drastis benar."
"Namun dunia tetap ada. Lebih segar dan digambarkan secara lebih
jelas dibandingkan sebelumnya. Hume ingin tahu bagaimana seorang anak
menjalani pengalamannya di dunia. Bukankah kamu mengatakan
bahwa kebanyakan filosof yang pernah kamu dengar hidup dalam
dunia mereka sendiri, dan bahwa kamu lebih tertarik pada dunia
nyata?"
"Begitulah."
"Hume mungkin telah mengatakan hal yang sama. Namun mari kita
ikuti jalur pemikirannya secara lebih cermat."
"Aku menyertai Anda."
"Hume memulai dengan menetapkan bahwa manusia mempunyai
dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Dengan `kesan', yang
dimaksudkannya yaitu pengindraan langsung atas realitas lahiriah.
Dengan `gagasan', yang dimaksudkannya yaitu ingatan akan kesan-
kesan semacam itu."
"Dapatkah Anda memberi contoh?"
"Jika kamu terbakar di atas oven panas, kamu mendapatkan `kesan'
segera. sesudah itu kamu dapat mengingat bahwa kamu terbakar.
Kesan yang diingat itulah yang dinamakan Hume `gagasan'. Bedanya
yaitu bahwa kesan itu lebih kuat dan lebih hidup dibandingkan ingatan
reflektif tentang kesan ini . Dapat kamu katakan bahwa perasaan
itu yaitu yang asli dan bahwa gagasan, atau refleksi, hanyalah tiruan
yang samar-samar. Kesan itulah yang merupakan penyebab langsung
dari gagasan yang tersimpan di dalam pikiran."
"Aku dapat mengikuti Anda—sejauh ini."
"Hume, menekankan lebih jauh bahwa kesan maupun gagasan bisa
sederhana dan juga bisa rumit. Kamu ingat kita membicarakan apel
dalam kaitan dengan Locke. Pengalaman langsung dengan apel itu
merupakan contoh dari kesan yang rumit.
"Maaf menyela, Namun apakah ini penting sekali?"
"Penting? Mengapa kamu ragu? Meskipun para filosof mungkin
sangat disibukkan oleh sejumlah masalah yang dibuat-buat, kamu
tidak boleh mengabaikan susunan dari suatu argumen. Hume mungkin
setuju dengan Descartes bahwa sangatlah penting menyusun suatu
proses pemikiran sejak dari dasar."
"Oke, oke."
"Maksud Hume yaitu bahwa kita kadang-kadang membentuk
gagasan-gagasan kompleks yang tidak berkaitan dengan objek yang
ada di dunia fisik. Kita telah membicarakan para malaikat.
Sebelumnya kita membahas buaya berkepala gajah. Contoh lain
yaitu Pegasus, seekor kuda bersayap. Dalam semua kasus ini, kita
harus mengakui bahwa pikiran telah melakukan tugas yang baik
dengan memotong-motong dan menyambung-nyambung kembali
semua potongan itu. Masing-masing unsur sebelumnya telah
ditangkap oleh indra, dan memasuki panggung pikiran dalam bentuk
sebuah `kesan' yang nyata. Tidak ada yang benar-benar diciptakan
oleh pikiran. Pikiran menyatukan segala sesuatunya dan menyusun
`gagasan-gagasan' yang salah."
"Ya, aku mengerti. Itu memang penting."
"Baiklah kalau begitu. Hume ingin menyelidiki setiap gagasan
untuk mengetahui apakah gagasan ini disusun dengan cara yang
tidak berkaitan dengan realitas. Dia bertanya. Dari kesan mana
asalnya gagasan ini? Pertama-tama dia harus menemukan `gagasan-
gagasan tunggal' mana yang dapat membentuk suatu gagasan
kompleks. Ini memberinya suatu metode kritis yang dapat digunakan
untuk menganalisis gagasan-gagasan kita, dan dengan demikian
memungkinkannya untuk merapikan pikiran-pikiran dan pendapat-
pendapat kita."
"Apakah Anda punya satu atau dua contoh?"
"Di masa hidup Hume, banyak orang yang mempunyai gagasan
sangat jelas mengenai `surga' atau `Jerusalem Baru'. Kamu ingat
bagaimana Descartes menyatakan bahwa gagasan-gagasan yang `jelas
dan terang' dengan sendirinya dapat menjadi jaminan bahwa gagasan
itu berkaitan dengan sesuatu yang benar-benar ada?"
"Aku sudah katakan bahwa aku tidak mudah lupa."
"Kita akan segera menyadari bahwa gagasan kita mengenai `surga'
tersusun dari banyak sekali unsur. Surga itu terbuat dari `gerbang taman kuburan -
gerbang taman kuburan mutiara', `jalan-jalan dari emas', `para malaikat' yang sangat
banyak dan seterusnya dan seterusnya. Dan kita tetap belum
memecahkan semuanya menjadi unsur-unsur tunggal, sebab gerbang taman kuburan -
gerbang taman kuburan mutiara, jalan-jalan dari emas, dan para malaikat itu sendiri
semuanya merupakan gagasan kompleks. sesudah kita mengetahui
bahwa gagasan kita mengenai surga itu terdiri dari unsur-unsur
tunggal seperti `mutiara', `gerbang taman kuburan ', `jalan', `emas`, sosok berpakaian
putih', dan `sayap,' barulah kita bertanya pada diri sendiri apakah kita
benar-benar mempunyai `kesan-kesan sederhana' semacam itu."
"Kita punya. Namun kita memotong-motong dan menyambung-
nyambung kembali semua `kesan sederhana' ini menjadi satu gagasan
baru."
"Itulah tepatnya yang kita lakukan. Sebab jika memang ada yang
kita lakukan saat kita membayangkan sesuatu, kita melakukannya
menggunakan gunting dan perekat. Namun Hume menekankan bahwa
semua unsur yang kita satukan di dalam gagasan kita kadang-kadang
memasuki pikiran kita dalam bentuk `kesan-kesan sederhana'.
Seseorang yang belum pernah melihat emas tidak akan dapat
membayangkan jalan dari emas."
"Dia sangat pandai. Bagaimana dengan Descartes yang mempunyai
gagasan yang jelas dan terang mengenai Junjungan ?"
"Hume mempunyai jawaban untuk itu juga. Katakanlah bahwa kita
membayangkan Junjungan sebagai `zat yang luar biasa cerdas, bijaksana,
dan baik'. Jadi kita mempunyai suatu `gagasan kompleks' yang terdiri
dari sesuatu yang luar biasa cerdas, sesuatu yang luar biasa
bijaksana, dan sesuatu yang luar biasa baik. Jika kita tidak pernah
mengenal kecerdasan, kebijaksanaan, dan kebaikan, kita tidak akan
mempunyai gagasan semacam itu tentang Junjungan . Gagasan kita
mengenai Junjungan mungkin juga bahwa dia seorang `Ayah yang keras
Namun adil',—yaitu, gabungan konsep yang terdiri dari `ayah',
`kekerasan', dan `keadilan', Banyak pengecam agama sejak zaman
Hume telah menyatakan bahwa gagasan semacam itu mengenai Junjungan
dapat dikaitkan dengan bagaimana kita menjalani pengalaman dengan
ayah kita saat kita masih kecil. Dikatakan bahwa gagasan tentang
seorang ayah mendorong timbulnya gagasan mengenai `ayah
surgawi'".
"Mungkin itu benar, Namun aku tidak pernah dapat menerima bahwa
Junjungan itu pasti pria. Kadang-kadang imayat menyebut Junjungan `Godiva',
agar keadaan jadi seimbang."
"Bagaimanapun, Hume menentang semua pemikiran dan gagasan
yang tidak dapat dilacak kaitannya dengan persepsi indra. Dia
mengatakan bahwa dia ingin `menghapuskan seluruh omong-kosong
tak bermakna yang telah lama mendominasi pemikiran metafisika dan
membuatnya kehilangan nama baik."
"Namun bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan
gagasan-gagasan kompleks tanpa berhenti untuk mempertanyakan
apakah semua itu sah. Misalnya, kita ambil masalah tentang `aku'—
atau ego. Ini merupakan dasar utama dari filsafat Descartes. Itulah
satu-satunya persepsi yang jelas dan terang yang menjadi landasan
seluruh filsafatnya."
"Kuharap Hume tidak berusaha untuk menyangkal bahwa aku
yaitu aku. Dia sinting kalau bicara begitu."
"madam granny , ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu melalui
pelajaran ini. Janganlah langsung mengambil kesimpulan."
"Maaf. Teruskan."
"Tidak, mengapa kamu tidak menggunakan metode Hume dan
menganalisis apa yang kamu rasakan sebagai `ego' mu."
"Pertama-tama aku harus mengetahui apakah ego itu merupakan
gagasan tunggal atau gagasan kompleks."
"Dan kesimpulan apa yang kamu ambil?"
"Aku harus mengakui bahwa aku merasa sangat kompleks. Aku
sangat mudah berubah pendirian, misalnya. Dan sulit membuat
keputusan tentang segala sesuatu. Dan aku dapat menyukai sekaligus
membenci orang yang sama."
"Dengan kata lain, `konsep ego' itu yaitu `gagasan kompleks'."
"Oke. Maka kini kukira aku harus mengetahui apakah aku
mempunyai `kesan kompleks' yang berkaitan dengan egoku. Dan
kukira aku mempunyainya. Sebenarnya, aku selalu memilikinya."
"Apakah itu mengganggu perasaanmu?"
"Aku sangat mudah berubah. Aku hari ini tidak sama dengan aku
saat berusia empat tahun. Temperamenku dan caraku memandang
diri sendiri berubah dari satu saat ke saat yang lain. Aku dapat
dengan tiba-tiba merasa seperti `seseorang yang baru'".
"Jadi perasaan mempunyai ego yang tak dapat diubah itu
merupakan konsepsi yang salah. Persepsi ego sesungguhnya
merupakan suatu rangkaian panjang kesan-kesan sederhana yang tidak
pernah kita alami secara serempak. Itu `tidak lain dari seikat atau
sekumpulan persepsi yang berbeda-beda, yang kejar-mengejar satu
sama lain dengan kecepatan tak terhitung, dan terus berubah dan
bergerak' sebagaimana Hume mengungkapkannya. Pikiran yaitu
`semacam panggung, di mana beberapa persepsi secara berurutan
menampilkan diri; lewat, lewat lagi, menyelinap, dan bercampur
dengan berbagai sikap dan keadaan'. Hume mengemukakan bahwa
kita tidak mempunyai `jati diri pribadi' yang menyokong kita di
bawah atau di balik persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan yang
datang dan pergi ini. Seperti gambar di layar bioskop, berubah begitu
cepatnya sehingga kita tidak menyadari bahwa film itu terdiri dari
gambar-gambar tunggal. Dalam kenyataannya, gambar-gambar itu
tidak berkaitan. Film yaitu kumpulan gambaran sesaat."
David HUME
"Rasanya aku menyerah saja."
"Apakah itu berarti kamu melepaskan gagasan bahwa kamu
mempunyai ego yang tak berubah?"
"Kukira begitu."
"Sesaat yang lalu kamu memercayai sebaliknya. Harus
kutambahkan bahwa analisis Hume atas pikiran manusia dan
penolakannya terhadap ego yang tak berubah dikemukakan hampir
2.500 tahun sebelumnya di sisi dunia yang lain."
"Oleh siapa?"
"O l e h Buddha. Sungguh ajaib betapa miripnya keduanya
merumuskan gagasan mereka. Buddha memandang kehidupan sebagai
suatu rangkaian proses mental dan fisik tak terputus yang membuat
seseorang terus-menerus berubah. Bayi tidak sama dengan orang
tukang sihir sa; aku hari ini tidak sama dengan aku kemarin. Tidak ada
sesuatu yang dapat kunyatakan `ini milikku' kata Buddha, dan tidak
ada yang dapat kunyatakan `inilah aku'. Oleh karena itu, tidak ada
`Aku' atau ego yang tak berubah."
"Ya, itu khas Hume."
"Sebagai kelanjutan dari gagasan tentang ego yang tak berubah,
banyak rasionalis menganggap sudah sewajarnya manusia mempunyai
jiwa abadi."
"Apakah itu persepsi yang salah juga?"
BUDDHA
"Menurut Hume dan Buddha, ya. Tahukah kamu apa yang dikatakan
Buddha kepada para pengikutnya persis sebelum dia tewas mengerikan ?"
"Tidak, bagaimana aku bisa tahu?"
"`Kehancuran itu melekat pada seluruh benda. Usahakan
keselamatanmu sendiri dengan penuh ketekunan.' Hume bisa jadi
pernah mengatakan hal yang sama. Atau Democritus, dalam hal itu.
Kita tahu benar bahwa Hume menolak setiap usaha untuk
membuktikan keabadian jiwa atau keberadaan Junjungan . Itu tidak berarti
bahwa dia menyingkirkan salah satunya, Namun membuktikan iman
keagamaan dengan akal manusia yaitu omong kosong rasionalistik,
pikirnya. Hume bukan seorang ortodok kontroversial , dia juga bukan seorang ateis
yang gigih. Dia yaitu yang kita sebut seorang agnostik."
"Apa itu?"
"Seorang agnostik yaitu orang yang berpendapat bahwa
keberadaan Junjungan atau tukang sihir tidak dapat dibuktikan kebenarannya
atau ketidakbenarannya. saat Hume menjelang ajal, seorang kawan
bertanya kepadanya apakah dia percaya pada kehidupan sesudah
kematian. Dikatakan bahwa dia menjawab:
"Ada juga kemungkinan bahwa batu bara yang dimasukkan ke
dalam api tidak menyala."
"Aku mengerti."
"Jawabannya menampakkan ciri khas keterbukaan pikirannya yang
benar-benar mutlak. Dia hanya menerima apa yang dapat
ditangkapnya melalui indra-indranya. Dia menerima semua
kemungkinan lain. Dia tidak menolak keyakinan pada ajaran ortodok kontroversial
dan juga tidak menolak kepercayaan pada ke ajaiban. Namun keduanya
itu masalah iman dan bukan pengetahuan atau penalaran. Dapat kamu
katakan bahwa dalam filsafat Hume, kaitan terakhir antara iman dan
pengetahuan telah dipatahkan."
"Anda katakan bahwa dia tidak menyangkal keajaiban dapat
terjadi?"
"Itu tidak berarti bahwa dia memercayainya, apalagi
menyangkalnya. Dia mengemukakan kenyataan bahwa umat mahluk halus
tampaknya merasakan penyembahan akan apa yang sekarang kita sebut
kejadian-kejadian `adialami'. Masalahnya, semua keajaiban yang
pernah kamu dengar selalu terjadi di tempat yang sangat jauh atau di
masa yang telah lewat sangat lama. Sesungguhnya, Hume menyangkal
keajaiban hanya karena dia tidak pernah mengalaminya. Namun dia juga
tidak mengalami bahwa hal itu tidak mungkin terjadi."
"Anda harus menjelaskan itu."
"Menurut Hume, keajaiban yaitu sesuatu yang bertentangan
dengan hukum alam. Namun tidak benar jika kita katakan bahwa kita
telah merasakan hukum alam. Kita tahu bahwa sebuah batu jatuh ke
tanah jika kita melepaskannya, dan jika batu ini tidak jatuh—
nah, berarti kita mengalami itu."
"Aku akan mengatakan bahwa itu sebuah keajaiban—atau sesuatu
yang adialami."
"Jadi kamu percaya ada dua alam—yang `alamiah' dan yang
`adialamiah'. Tidakkah kamu kembali kepada omong kosong
rasionalistik?"
"Mungkin, Namun aku tetap beranggapan bahwa batu itu akan jatuh ke
tanah setiap kali aku melepaskannya."
"Mengapa?"
"Nah, sekarang Anda jadi menakutkan."
"Aku tidak menakutkan, madam granny . Tidak ada yang salah jika seorang
filosof mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kita mung kin akan
sampai pada inti filsafat Hume. Katakan padaku bagaimana kamu
bisa begitu yakin bahwa batu itu akan selalu jatuh ke tanah."
"Aku telah menyaksikannya terjadi berkali-kali sehingga aku
merasa mutlak percaya."
"Hume akan mengatakan bahwa kamu telah menyaksikan sebuah
batu jatuh ke tanah berkali-kali. Namun kamu belum pernah mengalami
bahwa batu itu akan selalu jatuh. Sudah biasa dikatakan bahwa batu
jatuh ke tanah disebabkan oleh hukum gravitasi. Namun kita belum
pernah menyaksikan hukum semacam itu. Kita hanya menyaksikan
bahwa benda-benda jatuh."
"Bukankah itu sama?"
"Tidak sepenuhnya. Kamu katakan bahwa kamu percaya batu akan
jatuh ke tanah sebab kamu telah melihatnya terjadi berkali-kali. Itulah
persisnya maksud Hume. Kamu telah terbiasa dengan satu hal yang
terjadi mengikuti hal lain sehingga kamu berharap hal yang sama akan
terjadi setiap kali kamu melepaskan sebuah batu. Dengan cara inilah
muncul konsep yang sering kita sebut `hukum alam yang tak
terpatahkan'."
"Apakah dia bersungguh-sungguh bahwa ada kemungkinan sebuah
batu tidak akan jatuh?"
"Barangkali dia sama yakinnya dengan kamu bahwa batu itu akan
jatuh setiap kali dia mencobanya. Namun dia mengemukakan bahwa dia
belum pernah mengalami mengapa hal itu terjadi."
"Nah, kita menjauh dari bayi-bayi dan bunga-bunga lagi!"
"Tidak, sebaliknya. Kamu boleh mengambil dunia kanak-kanak
untuk membuktikan pandangan Hume. Menurutmu siapa yang akan
lebih terkejut jika melihat batu melayang-layang di atas tanah selama
satu atau dua jam—kamu atau seorang anak usia setahun?"
"Kukira, aku."
"Mengapa?"
"Sebab aku lebih tahu dibandingkan anak itu betapa tidak alamiahnya
kejadian ini ."
"Dan mengapa si anak tidak mengira bahwa hal itu tidak alamiah?"
"Sebab dia belum mengetahui bagaimana perilaku alam."
"Atau barangkali karena alam belum menjadi kebiasaan baginya?"
"Aku tahu yang Anda tuju. Hume ingin umat mahluk halus mempertajam
kesadaran mereka."
"Maka sekarang lakukan latihan berikut ini: misalkan kamu dan
seorang anak kecil pergi ke sebuah pertunjukan sulap, di mana
benda-benda dibuat melayang di udara. Yang mana di antara kalian
berdua yang paling senang?"
"Mungkin, akulah yang paling senang."
"Dan mengapa begitu?"
"Sebab aku akan tahu betapa mustahilnya semua itu."
"Jadi ... bagi si anak tidaklah terlalu menakjubkan melihat hukum
alam ditentang sebelum dia mengetahui hukum itu."
"Kukira itu benar."
"Dan kita masih berada di pusat filsafat pengalaman Hume. Dia
akan menambahkan bahwa anak itu belum menjadi budak harapan
akan kebiasaan; jadi pikirannya lebih terbuka dibandingkan kamu. Aku
jadi bertanya-tanya apakah anak itu bukannya filosof yang lebih hebat
pula? Dia sama sekali tidak mempunyai pendapat yang telah
terbentuk sebelumnya. Dan itu, madam granny ku sayang, yaitu ciri utama
para filosof. Anak memandang dunia sebagaimana adanya, tanpa
menambahkan sesuatu pada segala sesuatu lebih dari yang
dialaminya."
"Setiap kali aku berprasangka aku merasa tidak enak."
"saat Hume membahas kekuatan kebiasaan, dia memusatkan
perhatian pada `hukum sebab-akibat'. Hukum ini menetapkan bahwa
segala sesuatu yang terjadi pasti ada sebabnya. Hume menggunakan
dua bola biliar untuk contoh. Jika kamu menggelindingkan sebuah
bola biliar hitam menabrak bola putih yang dalam keadaan diam, apa
yang akan terjadi dengan bola putih itu?"
"Jika bola hitam menghantam bola putih, bola putih akan mulai
bergerak."
"Begitu, dan mengapa itu terjadi?"
"Sebab bola putih terhantam oleh bola hitam."
"Jadi biasanya kita katakan bahwa pengaruh bola hitam merupakan
penyebab mulainya bola putih bergerak. Namun sekarang ingat, kita
hanya dapat membicarakan apa yang telah sungguh-sungguh kita
alami."
"Aku telah sungguh-sungguh mengalaminya berkali-kali. madam nyonya magdalena
mempunyai meja biliar di lantai bawah Kastil nya."
"Hume akan mengatakan bahwa satu-satunya yang pernah kamu
lihat yaitu bahwa bola putih mulai menggelinding melintasi meja.
Kamu belum pernah mengetahui penyebab aktual dari mulai
menggelindingnya bola ini . Kamu telah mengetahui bahwa satu
kejadian datang sesudah yang lain, Namun kamu belum pernah
mengetahui bahwa kejadian yang lain itu terjadi disebabkan oleh
kejadian yang pertama."
"Bukankah itu soal kecil?"
"Tidak, ini sangat penting. Hume menekankan bahwa harapan agar
satu hal mengikuti hal yang lain tidak melekat pada hal-hal itu
sendiri, melainkan pada pikiran kita. Dan harapan, seperti kita tahu,
dikaitkan dengan kebiasaan. Kembali kepada si anak lagi, dia tidak
akan menatap takjub seandainya pada waktu satu bola biliar
menghantam bola lainnya, keduanya tetap tidak bergerak. Jika kita
berbicara tentang `hukum alam' atau `sebab-akibat'. sesungguhnya kita
sedang membicarakan apa yang kita harapkan, dan bukannya apa yang
`masuk akal'. Hukum alam itu bukan masalah masuk akal atau tidak
masuk akal. hukum alam ya hukum alam. Harapan bahwa bola biliar
putih akan bergerak gerak jika dihantam bola biliar hitam karenanya bukan
merupakan sifat yang melekat. Kita tidak dilahirkan dengan
seperangkat harapan tentang seperti apa dunia itu atau bagaimana
tingkah laku benda-benda di dunia. Dunia itu ada sebagaimana
adanya, dan itulah yang kita ketahui."
"Aku mulai merasa bahwa kita akan keluar jalur lagi."
"Tidak jika harapan kita menyebabkan kita langsung menarik
kesimpulan. Hume tidak menyangkal keberadaan `hukum alam' yang
tak terpatahkan, Namun dia berpendapat bahwa karena kita tidak dalam
posisi untuk mengalami hukum alam itu sendiri, kita dapat dengan
mudah sampai pada kesimpulan yang salah."
"Seperti apa?"
"Yah, karena aku pernah melihat sekumpulan kuda hitam, tidak
berarti bahwa semua kuda itu berwarna hitam."
"Tidak, tentu saja tidak."
"Dan meskipun aku hanya pernah melihat burung gagak hitam
sepanjang hidupku, bukan berarti bahwa burung gagak putih itu tidak
ada. Bagi seorang filosof atau seorang ilmuwan yaitu penting untuk
tidak menyangkal kemungkinan untuk menemukan burung gagak putih.
Kamu boleh mengatakan bahwa memburu `burung gagak putih'
merupakan tugas utama ilmu pengetahuan."
"Ya, aku mengerti."
"Dalam masalah sebab dan akibat, mungkin banyak orang yang
membayangkan bahwa kilat itu penyebab datangnya guntur sebab
guntur datang sesudah kilat. Contoh ini sesungguhnya tidak terlalu jauh
beda dengan bola-bola biliar. Namun apakah kilat itu penyebab
datangnya guntur?"
"Tidak begitu, sebab sebenarnya keduanya terjadi pada saat yang
sama."
"Baik kilat maupun guntur disebabkan oleh muatan listrik. Maka
dalam kenyataannya, faktor ketigalah yang menyebabkannya."
"Benar."
"Seorang empirisis dari abad kita sekarang ini, Bertrand Russell,
pernah mengemukakan sebuah contoh yang lebih aneh lagi. Seekor
ayam yang setiap hari mengalami mendapatkan makanan saat istri
petani mendatangi kandang ayam akhirnya akan sampai pada
kesimpulan bahwa ada hubungan kausal antara mendekatnya si istri
petani dan ditaruhnya makanan ke dalam mangkuknya."
"Namun suatu hari, ayam itu tidak mendapatkan makanannya?"
"Tidak, suatu hari istri petani itu datang dan memotong leher ayam
itu."
"Iiih, mengerikan!"
"Kenyataan bahwa satu hal mengikuti yang lain karenanya tidak
selalu berarti bahwa ada hubungan kausal. Salah satu perhatian utama
filsafat yaitu mengingatkan umat mahluk halus agar tidak terburu-buru
mengambil kesimpulan. Sesungguhnya itu dapat mendorong timbulnya
berbagai bentuk takhayul."
"Bagaimana bisa?"
"Kamu melihat seekor kucing hitam melintasi jalan. Kemudian
kamu jatuh dan lenganmu patah. Namun itu bukan berarti bahwa ada
hubungan kausal antara kedua kejadian ini . Dalam ilmu
pengetahuan, penting sekali untuk tidak terburu-buru menarik
kesimpulan. Misalnya, kenyataan bahwa banyak orang akan menjadi
sehat sesudah menelan obat tertentu tidak selalu berarti bahwa obat
itulah yang menyembuhkan mereka. Itulah sebabnya harus dibentuk
kelompok kontrol pasien yang mengira bahwa mereka juga diberi
obat yang sama ini, padahal dalam kenyataannya mereka hanya diberi
tepung dan air. Jika pasien-pasien ini juga menjadi sembuh, pasti ada
faktor ketiga—misalnya kepercayaan bahwa obat itu telah bekerja,
dan telah menyembuhkan mereka."
"Kukira aku telah mulai mengerti apa empirisisme itu."
"Hume juga memberontak melawan pemikiran rasionalis dalam
bidang etika. Kaum rasionalis selalu beranggapan bahwa kemampuan
untuk membedakan antara benar dan salah itu sudah melekat pada
akal manusia. Kita telah menemukan gagasan tentang apa yang
disebut hak alamiah ini pada banyak filosof sejak Socrates hingga
Locke. Namun menurut Hume, bukan akal yang menentukan apa yang
kita katakan dan kita lakukan."
"Kalau demikian, apakah itu?"
"Itu yaitu perasaan. Jika kamu memutuskan untuk menolong
seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, kamu
melakukannya karena dorongan perasaanmu, bukan akalmu."
"Bagaimana jika aku tidak mau menolong?"
"Itu pun menyangkut masalah perasaan. Tidak dapat dikatakan
masuk akal atau tidak masuk akal jika kita tidak mau menolong
seseorang yang membutuhkan, Namun itu kedengarannya kejam."
"Namun pasti ada batasnya. Setiap orang tahu membunuh itu salah."
"Menurut Hume, setiap orang mempunyai perasaan menyangkut
kesejahteraan orang lain. Jadi kita semua mempunyai kemampuan
untuk merasa terharu. Namun itu tidak ada hubungannya dengan akal."
"Aku tidak tahu apakah aku setuju."
"Tidak selalu salah untuk menyingkirkan orang lain, madam granny . Jika
kamu ingin mencapai satu atau lain hal, sebenarnya itu merupakan
gagasan yang sangat baik."
"Hei, tunggu sebentar! Aku protes!"
"Mungkin kamu bisa mencoba untuk menjelaskan mengapa kita
harus membunuh seseorang yang selalu mengganggu."
"Orang itu ingin hidup juga. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak
membunuhnya."
"Apakah itu alasan yang logis?"
"Aku tidak tahu."
"Yang kamu lakukan yaitu menarik kesimpulan dari sebuah
kalimat deskriptif—`Orang itu ingin hidup juga'—hingga kalimat
normatif: `Oleh karena itu, kita hendaknya tidak membunuhnya.' Dari
sudut pandang akal, ini suatu omong kosong. Kamu juga bisa
mengatakan `Ada banyak orang yang menggelapkan pajak mereka,
karena itu aku harus menggelapkan pajakku juga'. Hume mengatakan
bahwa kita tidak pernah dapat menarik kesimpulan dari kalimat
berita menjadi kalimat perintah. Sekalipun demikian, ini sudah sangat
umum dilakukan, juga dalam artikel-artikel di surat kabar, program-
program partai politik, dan pidato-pidato. Maukah kamu mendengar
contoh lain?"
"Silakan."
"Semakin banyak orang ingin bepergian lewat udara. Oleh karena
itu, harus dibangun lebih banyak bandar udara.' Apakah kamu kira
kesimpulan itu tepat?"
"Tidak. Itu omong kosong. Kita harus memikirkan lingkungan.
Kukira kita harus membangun lebih banyak jalan kereta api."
"Atau dikatakan oleh mereka: Perkembangan ladang-ladang
minyak-baru akan meningkatkan standar hidup penduduk sebanyak
sepuluh persen. Oleh karena itu, kita harus mengembangkan ladang-
ladang minyak baru secepat mungkin."
"Jelas tidak. Lagi-lagi kita harus memikirkan lingkungan. Dan
bagaimanapun, standar hidup di efesus sudah cukup tinggi."
"Kadang-kadang dikatakan bahwa `undang-undang ini telah
diloloskan oleh Senat, karena itu seluruh warga negara harus
mematuhinya'. Namun sering kali mematuhi undang-undang semacam itu
bertentangan dengan keyakinan rakyat yang paling dalam."
"Ya, aku mengerti itu."
"Maka kita pastikan bahwa kita tidak dapat menggunakan akal
sebagai ukuran bagi cara kita seharusnya bertindak, Bertindak secara
bertanggung jawab bukan berarti menguatkan akal kita, melainkan
memperdalam perasaan kita demi kesejahteraan orang lain. `Tidak
bertentangan dengan akal jika aku lebih suka menghancurkan seluruh
dunia dibandingkan melukai jari tanganku,' kata Hume."
"Itu penegasan yang sangat mengerikan."
"Mungkin akan lebih mengerikan jika kamu mau melihat contoh-
contoh lain. Kamu tahu bahwa kaum Nazi membunuh jutaan orang
Yahudi. Akankah kamu katakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan
penalaran Nazi, atau akankah kamu katakan ada sesuatu yang salah
dengan kehidupan emosional mereka?"
"Jelas ada sesuatu yang salah dengan perasaan mereka."
"Banyak di antara mereka yang sangat jernih pikirannya. Bukan hal
yang luar biasa jika kita dapat menemukan perhitungan dingin di
balik keputusan-keputusan yang paling tidak berperasaan. Banyak di
antara kaum Nazi itu yang dihukum sesudah perang, Namun mereka bukan
dihukum karena bertindak `tidak masuk akal'. Mereka dihukum karena
telah menjadi pembunuh yang sangat keji. Bisa jadi orang yang tidak
mempunyai pikiran waras dibebaskan dari kejahatan mereka. Kita
katakan bahwa mereka `tidak bertanggungjawab terhadap tindakan-
tindakan mereka'. Tidak ada orang yang pernah dibebaskan dari
kejahatannya karena tidak berperasaan."
"Kuharap tidak."
"Namun kita tidak perlu terpaku pada contoh-contoh yang paling
fantastis. Jika bencana banjir mengakibatkan jutaan orang kehilangan
tempat berteduh, perasaan kitalah yang menentukan apakah kita akan
datang untuk membantu mereka. Jika kita tidak berperasaan, dan
menyerahkan seluruh keputusan pada `akal yang dingin', kita mungkin
akan beranggapan bahwa sudah sepatutnya jutaan orang mati di dunia
yang telah terancam kelebihan penduduk ini."
"Aku bisa marah jika Anda berpendapat begitu."
"Dan ketahuilah bahwa bukan akalmu yang marah."
"Oke, aku mengerti."[]
Berkeley
***
... seperti planet yang berputar mengelilingi matahari yang
membara ...
deadbody gore BERJALAN menuju jendela yang menghadap kota.
madam granny mengikutinya. saat mereka sedang menatap ke luar ke arah
Kastil -Kastil tua, sebuah pesawat terbang kecil melayang di atas
puncak-puncak atap. Pada ekornya terpasang sebuah panji-panji
panjang yang diduga madam granny iklan suatu produk atau pengumuman
peristiwa setempat, mungkin sebuah konser musik rock. Namun saat
pesawat itu mendekat dan berbelok, dia melihat pesan yang sama
sekali lain: SELAMAT ULANG TAHUN, Sir arthur king dracula !
"Pendobrak pintu," itulah satu-satunya komentar deadbody gore .
Awan hitam tebal dari bukit-bukit di selatan kini mulai terkumpul
di atas kota. Pesawat terbang kecil itu lenyap ditelan gumpalan
kelabu itu.
"Aku khawatir akan terjadi badai," kata deadbody gore .
"Kalau begitu aku akan pulang naik bus."
"Aku hanya berharap tengkorak gerak itu tidak berada di balik ini juga."
"Dia bukan Junjungan Yang Mahakuasa, bukan?"
deadbody gore tidak menyahut. Dia berjalan melintasi ruangan dan duduk
lagi di dekat meja kopi.
George BERKELEY
"Kita harus membicarakan Berkeley," dia berkata sesudah sesaat
berlalu.
madam granny telah kembali ke tempatnya. Dia menggigit-gigit kukunya.
"George Berkeley yaitu seorang uskup Irlandia yang hidup pada
1685 hingga 1753," deadbody gore memulai. Ada keheningan panjang.
"Berkeley yaitu seorang uskup Irlandia ..." madam granny mendesak.
"Namun dia juga seorang filosof ..."
"Ya?"
"Dia merasa bahwa filsafat dan ilmu pengetahuan mutakhir
merupakan ancaman bagi cara hidup ortodok kontroversial , bahwa materialisme
yang menyusup ke segala bidang, tanpa kecuali, mendatangkan
ancaman bagi iman ortodok kontroversial kepada Junjungan sebagai pencipta dan
pemelihara seluruh alam."
"Dia berpikir begitu?"
"Namun Berkeley juga tokoh empiris yang paling konsisten."
"Dia percaya bahwa kita tidak dapat mengetahui tentang dunia
lebih banyak dibandingkan yang dapat kita tangkap melalui indra?"
"Lebih dari itu. Berkeley menyatakan bahwa benda-benda duniawi
itu memang seperti yang kita lihat, Namun mereka itu bukan `benda-
benda'".
"Anda harus menjelaskan itu."
"Kamu ingat bahwa Locke mengatakan kita tidak dapat membuat
pernyataan mengenai `kualitas sekunder' dari benda-benda. Kita tidak
dapat mengatakan bahwa apel itu hijau dan asam. Kita hanya dapat
mengatakan bahwa kita melihatnya demikian. Namun Locke juga
mengatakan bahwa `kualitas primer' seperti kepadatan, gaya tarik,
dan berat benar-benar dimiliki oleh realitas lahiriah di sekeliling
kita. Realitas lahiriah, sesungguhnya, memiliki substansi material."
"Aku ingat itu, dan kukira pembagian benda-benda oleh Locke itu
penting."
"Ya, madam granny , kalau saja itu sudah mencakup semuanya."
"Teruskan."
"Locke percaya—sebagaimana Descartes dan Spinoza—bahwa
dunia material yaitu realitas."
"Ya?"
"Itulah tepatnya yang dipertanyakan Berkeley, dan dia
melakukannya dengan logika empirisisme. Dia berkata bahwa yang
ada hanyalah yang dapat kita lihat. Namun kita tidak dapat melihat
`material' atau `materi'. Kita tidak melihat benda-benda sebagai
objek-objek nyata. Beranggapan bahwa apa yang kita lihat
mempunyai `substansi' sendiri berarti terburu-buru menarik
kesimpulan. Kita sama sekali tidak mempunyai pengalaman yang
dapat menjadi dasar pernyataan semacam itu."
"Sungguh tolol. Lihat!" madam granny memukulkan tinjunya keras-keras
pada meja. "Aduh," katanya. "Tidakkah itu membuktikan bahwa meja
ini benar-benar sebuah meja, bersifat material dan berupa materi?"
"Bagaimana rasanya?"
"Aku merasakan sesuatu yang keras."
"Kamu mendapatkan perasaan akan sesuatu yang keras, Namun kamu
tidak merasakan materi aktual dalam meja itu. Dengan cara yang
sama, kamu dapat bermimpi bahwa kamu sedang memukul sesuatu
yang keras, Namun tidak ada sesuatu yang keras dalam mimpi, bukan?"
"Tidak, tidak dalam mimpi."
"Seseorang juga dapat dihipnotis untuk `merasakan' sesuatu
seperti hangat dan dingin, belaian atau pukulan."
"Namun jika meja itu tidak benar-benar keras, mengapa aku
merasakannya?"
"Berkeley percaya pada `ruh'. Dia beranggapan bahwa semua
gagasan kita mempunyai penyebab di luar kesadaran kita, Namun
penye





.jpeg)
.jpeg)






