asa ada seseorang yang mendengarkan
pembicaraannya maka bobo segera maklum cepat atau
lambat laki-laki itu akan segera ke luar untuk menyelidik. Untuk lari
ke ujung lorong yang tadi dilewatinya terlalu besar resikonya sebab
ujung lorong itu jauh sekali. Untuk baku hantam menempur Raja
begal gaji mahal dan nyi pandanajeng baginya bukan halangan. Sekalipun dia
harus pasrahkan nyawa dia bisa mati dengan rela. Tapi yang paling
penting ialah menyelamatkan jiwa puluhan tokoh-tokoh sakti yang
ada di Arena Topan Utara, terutama mereka yang dari golongan
putih! bobo angker melangkah cepat ke pintu di samping kiri.
Didorongnya pintu itu tapi ternyata dikunci. Mendobrak pintu itu akan
menimbulkan suara berisik dan sama saja dengan memberi tahu
terang-terang kehadirannya di situ pada Raja begal gaji mahal ! bobo
berkelebatan ke pintu di ujung depan lorong. Baru saja dia berdiri di
depan pintu itu mendadak terdengar suara semacam nyamuk
mengiang di telinganya.
“Cepatlah masuk anakku.”
bobo terkejut bukan main. Meski tidak tahu apakah yang bakal
ditemui di dalam sana perangkap yang sangat berbahaya, namun
tanpa pikir panjang dalam keadaan kepepet begitu rupa bobo
angker segera mendorong daun pintu. Pintu itu ternyata tak dikunci.
bobo cepat masuk ke dalam.
saat daun pintu itu tertutup kembali maka daun pintu di lorong
sebelah kanan terbuka. Raja begal gaji mahal dari Utara terlontar keluar . Matanya
meneliti setiap sudut lorong. Tak seorangpun yang kelihatan. Namun
Raja begal gaji mahal tak yakin bahwa perasaan dan telinganya telah
menipunya. Sekali dia melompat maka dia sudah sampai di pintu
kamar di ujung lorong dan sekaligus membuka pintu itu!
Sewaktu bobo masuk ke dalam kamar itu satu pemandangan
yang luar biasa membuat dia sangat terkejut hingga sepasang
D
kakinya laksana dipakukan ke lantai! Kamar itu tak seberapa besar.
Meski bagian luarnya kelihatan bagus tapi di dalamnya hanya
merupakan dinding lantai dan atap batu yang kasar. Seluruh kamar
diselimuti debu. Di beberapa sudut laba-laba telah membuat
sarangnya.
Di tengah-tengah kamar inilah kelihatan duduk seorang laki-laki
tua bermuka biru, berpipi sangat cekung. Tubuhnya yang kurus
tertutup sehelai jubah biru yang luar biasa besarnya hingga bagian
bawahnya menutupi hampir seluruh lantai kamar! Kedua tangan
orang tua ini buntung sebatas siku, salah satu telinganya sumplung.
Pada lehernya terikat sebuah rantai baja yang ujungnya dipantek
dengan sebuah paku besar ke dinding batu di belakangnya. Sikap
orang tua ini yang memeramkan matanya tak ubahnya seperti orang
yang tengah bersemedi.
“Orang tua, kau siapa?!” tanya bobo .
Orang tua itu membuka kedua matanya.
Astaga! bobo merasa tengkuknya dingin. Kedua mata itu hanya
merupakan sepasang rongga yang dalam dan mengerikan!
“Anak tolol! Lekas sembunyi dalam jubah di belakang
punggungku!” kata si orang tua.
bobo angker yang sadar akan keadaannya segera mengikuti
perintah si orang tua. Namun demikian sebab dia tiada mengenal
siapa adanya orang tua ini dan bukan mustahil seorang musuh yang
hendak menjebak maka sambil menyusup ke dalam jubah biru yang
lebar diam-diam bobo siapkan pukulan Sinar Matahari di tangan kiri
sedang tangan kanan memegangi gagang Kapak Naga Geni pendek kekar !
“Anak, aku bukan musuhmu! Kenapa musti meraba senjata
segala?!” tiba-tiba terdengar suara mengiang di telinga bobo angker .
Suara orang tua itu!
Orang ini hebat sekali, tentu sakti luar biasa, pikir bobo . Tapi
mengapa kedua tangannya buntung dan matanya buta sedang
lehernya dirantai begitu rupa?
Tiba-tiba pintu terbuka dan terdengar bentakan Raja begal gaji mahal
dari Utara, “Tua renta buta! Siapa yang masuk ke sini?!”
Si orang tua menghela nafas dalam lalu mengomentari . Suaranya
kecil sekali seperti suara anak dewi lesbi . “Jika aku sampai tidak
mengetahui ada seorang yang masuk ke sini itu bukan sebab
ketololanku tapi sebab mataku memang tak melihat. Tapi jika kau
yang punya mata dan telinga tajam sampai tidak mengetahuinya dan
malah bertanya padaku itu yaitu satu ketololan yang tak ada
taranya! Apakah kau lihat ada orang lain di kamar ini?!”
Ejekan itu membuat Raja begal gaji mahal dari Utara memaki habis-
habisan. Memang selain orang tua itu tak ada siapapun di situ.
“Apakah kau sudah memeriksa, Hang Kumbara?” bertanya si
orang tua.
“Tutup mulutmu setan tua!”
Dimaki begitu rupa malah si orang tua tertawa dan menyahuti,
“Hari ini hari peresmian berdirinya Partai Topan Utara bukan?!”
“Kunyuk peot! Kau tahu apa tentang Partai Topan Utara!”
semprot Raja begal gaji mahal .
“Aku memang tidak tahu-tahu apa-apa. Tapi di balik
ketidaktahuan itu aku mendapat firasat bahwa partaimu itu akan
runtuh sebelum saat diresmikannya. Dan kau sendiri akan mampus,
Hang Kumbara...!”
“Ya, aku akan mampus!” komentari Hang Kumbara alias Raja
begal gaji mahal dari Utara. “Tapi sebelum mampus, untuk yang ke seratus
kalinya terima dulu tamparanku ini!”
Plaak!
Tamparan yang dilayangkan Raja begal gaji mahal keras luar biasa.
Tubuh si orang tua terhuyung-huyung dirasakan oleh bobo tapi tidak
roboh. Mulutnya mengucurkan darah! bobo angker marah sekali
melihat orang tua yang telah menolong menyembunyikan dirinya
diperlakukan begitu rupa. Segera saja dia hendak melompat ke luar
dari balik jubah. Tapi di telinganya terdengar suara seperti ngiangan
nyamuk, “Jangan tolol anak!” Terpaksa bobo angker mendekam
terus di belakang punggung orang tua itu. Kemudian terdengar pintu
kamar ditutupkan, Raja begal gaji mahal telah ke luar.
“Sekarang kau terlontar keluar lah!” kata orang tua itu.
bobo terlontar keluar dari balik jubah lalu menjura hormat, “Terima kasih
atas budi pertolonganmu, orang tua. Harap kau sudi menerangkan
namamu. Kelak di kemudian hari aku harap bisa membalas budi
besarmu ini...!”
Orang tua itu tertawa. “Sewaktu mendengar langkahmu di bagian
belakang bangunan tua, sewaktu kudengar kau mengangkat
rerumpunan semak-semak lalu menyusup turun ke dalam lorong
hatiku gembira. Kukira kau yaitu Tua Gila. Tapi dari suara
langkahmu kuketahui kemudian bahwa kau bukanlah si Tua Gila.
Namun demikian aku yakin kau ada sangkut paut dengan orang tua
itu. Mungkin sekali kau muridnya. Betul?!”
bobo angker melengak. “Aku hanya menerima beberapa jurus
ilmu tenaga dalam dari Tua Gila. Bagaimana kau bisa tahu semua gerak-
gerikku?” tanya bobo heran.
“Ilmu yang tinggi yaitu seribu mata dan seribu telinga bagi
seseorang.” komentari si orang tua. “Tapi semuanya itu berakhir dalam
kesia-siaan! Buktinya diriku ini!”
“Kenapa kau sampai dirantai begini rupa?” tanya bobo .
“Muridku sendiri yang melakukannya.” komentari si orang tua penuh
rawan dan penyesalan.
“Muridmu?!” kejut bobo .
“Kau terkejut?! Tak perlu terkejut atau heran orang muda. Di
dunia ini sekarang penuh dengan orang-orang sesat dan murtad!”
“Kalau aku boleh bertanya, siapa muridmu itu?”
“Masakan kau tidak bisa menerka. Hang Kumbara!”
“Maksudmu Raja begal gaji mahal dari Utara?”
“Itu gelarnya.”
“Benar-benar terkutuk anak manusia itu!” geram bobo . Sekali
digerakkannya tangan kanannya membetot maka tanggallah paku di
dinding batu. Dengan cepat bobo lalu melepaskan rantai yang
mengikat leher orang tua itu.
“Terima kasih anak. Tenaga dalammu luar biasa sekali.”
“Aku cuma punya waktu sedikit, orang tua. Harap kau sudi
memberikan sedikit keterangan tentang dirimu. Kelak kalau tugasku
selesai aku akan membawamu dari tempat terkutuk ini!”
“Terima kasih, terima kasih! Tak perlu kau bawa diriku yang
sudah pikun cacat dan tak berharga ini. Dengar anak, namaku
yaitu Nyanyuk Amber. Dulu aku diam di Gunung Singgalang sampai
kedatangannya Hang Kumbara anak manusia laknat itu. Dia datang
mengemis ilmu padaku. sebab kulihat sifatnya baik dan lagi pula
dia yaitu murid kenalan baikku si sribagindo rajo maudu Mata Putih maka aku tak
keberatan mewariskan beberapa ilmu yang hebat kepadanya! Tapi
siapa nyana kalau anak manusia itu sesungguhnya sudah sejak lama
mendekam maksud jahat hendak menimbulkan bencana di atas
jagat ini! Maksudnya mendirikan Topan Utara dan memaksa orang-
orang untuk menghadirinya yaitu bohong belaka! Sebenarnya dia
sengaja untuk menghimpun seluruh orang-orang pandai di sini lalu
dibunuh secara masal! Gurunya sendiripun, gurunya yang pertama
sebelum aku yaitu sribagindo rajo maudu Mata Putih dia juga yang membunuhi nya!
Benar-benar anak manusia iblis yang haus darah.” si orang tua yang
bernama Nyanyuk Amber menghela nafas panjang lalu berkata-kata,
“Meski bagaimanapun dibandingkan dengan sribagindo rajo maudu Mata Putih aku
masih bernasib lumayan, tidak dibunuh! Tapi apakah artinya hidup
cacat begini rupa?!”
“Apakah Hang Kumbara juga yang telah memutus kedua
lenganmu?” tanya bobo .
“Bukan hanya lenganku anak. Bukan hanya lenganku! Coba kau
singkap jubah ini di bagian kakiku.”
bobo menyingkapkan jubah biru Nyanyuk Amber. Astaga, ternyata
kedua kaki orang tua itu sebatas lutut juga telah buntung!
“Hang Kumbara yang melakukannya.” desis Nyanyuk Amber.
“Juga kedua mataku ini dia yang mengorek!”
“Benar-benar laknat terkutuk yang kejam luar biasa!” kata bobo
geram. “Orang tua, aku berjanji untuk memecahkan kepalanya demi
membalaskan sakit hatimu. Tapi orang tua mengapa dia sampai
melakukan kekejaman begini rupa terhadapmu?!”
Nyanyuk Amber menghela nafas dalam lalu mengomentari , “Seperti
sribagindo rajo maudu Mata Putih akupun datang ke sini untuk menginsyafkan Hang
Kumbara dari kesesatannya! Tapi dengan ilmu yang kuajarkan
kepadanya Hang Kumbara menyerangku. Tubuhku berhasil
ditotoknya. Kedua tangan dan kakiku dipotong, kedua mataku
dicongkel. Dalam keadaan tubuh masih tertotok aku diseret ke sini
dan leherku dirantai!”
“Keparat betul anak manusia itu! Belum pernah aku menemui anak manusia
sejahat dia. Tapi apa pula sebabnya dia mempunyai niat jahat untuk
melenyapkan seluruh orang-orang pandai yang kini berada di Arena
Topan Utara itu?!”
“Panjang kisahnya anak, panjang sekali! Kelak jika sama-sama
ada umur akan kututurkan padamu. Sekarang lakukanlah apa yang
bisa kau lakukan untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang
berada di Arena Topan Utara!”
bobo mengangguk. Sebelum pergi dilepaskannya totokan di tubuh
Nyanyuk Amber. Si orang tua itu mengucapkan terima kasih. Tiba-
tiba ia ingat sesuatu. “Orang tua, kalau sekiranya tak dapat dicegah
penghancuran Arena Topan Utara oleh Raja begal gaji mahal , mungkin
tempat ini turut musnah. Sebaiknya kuselamatkan dulu kau ke
tempat yang aman!”
“Ah, kau terlalu memikirkan diriku, anak. Tempat ini cukup jauh
dari Arena Topan Utara, tak akan sampai ambruk. Kau pergilah cepat
sebelum terlambat.”
Mendengar ucapan itu maka bobo pun meninggalkan kamar itu
dengan cepat.
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 15
RENA Topan Utara. Ruangan ini penuh sesak oleh anak manusia . Di
tengah-tengah terletak sebuah mimbar dan berdiri di belakang
mimbar itu ialah Raja begal gaji mahal dari Utara! Matanya yang
menyorot memandang ke arah tamu-tamu yang hadir.
Pada dasarnya semua tamu itu terbagi atas dua golongan yaitu
golongan putih dan golongan hitam. Namun golongan putih telah
terpecah menjadi dua hingga dengan demikian semua orang pandai
di situ terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama ialah
golongan hitam yang secara mutlak tunduk dan berada di pihak Raja
begal gaji mahal dari Utara. Golongan kedua ialah golongan putih yang telah
ditaklukkan oleh Raja begal gaji mahal dan dipaksa untuk masuk serta
menghadiri peresmian berdirinya Partai Topan Utara.
Baik golongan hitam maupun golongan putih yang ini di
atas semuanya telah masuk perangkap Raja begal gaji mahal , dicekok
dengan pil-pil kematian yang disuruh telan secara paksa oleh Raja
begal gaji mahal pada saat mereka menyatakan diri bersedia masuk ke
dalam Partai Topan Utara. Golongan putih yang kedua ialah mereka
yang sengaja datang ke puncak gunung Toba bukan untuk menghadiri
peresmian Partai tapi untuk membalas dendam, untuk membalaskan
sakit hati kawan-kawan mereka yang telah menemui kematian di
tangan Raja begal gaji mahal dari Utara atau di tangan anaknya!
Raja begal gaji mahal sendiri sudah mengetahui jelas akan golongan-
golongan para tamunya. Dalam hati dia tertawa. Tertawa sebab dia
tak perduli siapapun adanya para tamu itu, apakah dari golongan
putih ataupun hitam, yang jelas mereka semua sudah berada di
tempat itu yang berarti sudah masuk ke dalam perangkap mautnya!
Raja begal gaji mahal melirik ke sebuah tombol kegelapan yang terletak di kayu
mimbar dekat tangan kanannya! Sekali dia menekan tombol ini
maka tubuhnya akan melesat ke atas, ke luar dari ruangan ini
lewat sebuah celah yang terbuka secara otomatis sedang pada detik
itu pula lantai Arena Topan Utara akan longsor ke bawah, atap
A
runtuh! Begitu semua orang tertimbun hidup-hidup maka seluruh
Arena Topan Utara akan meledak hingga jangan diharapkan satu
nyawapun bisa selamat dari tempat itu!
sesudah memandang berkeliling, maka Raja begal gaji mahal dari
Utarapun membuka suara, “Saudara-saudara sekalian, pertama
sekali aku Raja begal gaji mahal dari Utara, mengucapkan banyak terima
kasih atas kedatangan saudara-saudara. Beserta dengan ucapan
terima kasih itu aku sampaikan pula permohonan maaf sebab
mungkin penyambutan dan layanan terhadap saudara-saudara
kurang memuaskan dan juga maaf sebab peresmian berdirinya
Partai Topan Utara ini tidak disertai upacara dan pesta besar-
besaran. Saudara-saudara sekalian, dalam mendirikan Partai Topan
Utara ini aku sama sekali tidak melihat kepada asal usul saudara-
saudara atau menilai golongan mana adanya saudara. Bagiku, jika
saudara-saudara sudah mau datang dan hadir di sini maka berarti
saudara-saudara semua sudah masuk menjadi anggota Partai Topan
Utara!”
Ucapan ini membuat tokoh-tokoh tenaga dalam golongan putih yang
datang untuk menuntut balas kematian kawan-kawan mereka
menjadi gelisah. Dan di antara kegelisahan itu maka melesatlah ke
atas Arena empat sosok tubuh. Mereka yaitu panglima sontoloyoloyo ,
sribagindo rajo maudu Nan Sabatang, Lembu Ampel dan Sebrang Lor. Sementara tiga
orang kawannya berdiri berjejer maka Panglima sontoloyoloyo maju ke
hadapan mimbar. Suasana di Arena menjadi sesunyi di pekuburan!
“anak manusia -anak manusia tak tahu aturan!” bentak Raja begal gaji mahal marah
sekali. “Perbuatanmu naik ke depan mimbar merupakan penghinaan
besar bagi semua anggota partai yang hadir di sini!”
“Raja begal gaji mahal !” menyahut Panglima sontoloyoloyo .
“Kami berempat ke sini bukan untuk masuk partaimu tapi untuk
minta pertanggungan komentari atas kematian brow -brow kami tokoh-
tokoh tenaga dalam golongan putih!”
“Kalau begitu berarti kalian ingin segera menyusul mereka!”
tukas Raja begal gaji mahal . Dia berpaling ke arena sebelah timur dan
berseru, “Empat Tombak Sakti! Lenyapkan pengacau-pengacau ini!”
Baru saja seruan Raja begal gaji mahal berakhir maka melompatlah
empat orang berpakaian ringkas hitam. Tampang-tampang mereka
galak buas dan mengerikan! Dalam kejap itu pula empat buah
tombak menderu ke arah kepala Panglima sontoloyoloyo dan ketiga
kawannya! Pertempuran antara Empat Tombak Sakti melawan
Panglima sontoloyoloyo , sribagindo rajo maudu Nan Sabatang, Sebrang Lor dan Lembu
Ampel berjalan seru sekali. Kedua belah pihak agaknya
berimbangan. Serangan-serangan datang silih berganti! Namun
walau bagaimanapun seimbangnya satu pertempuran, pada suatu
saat tertentu pasti salah satu pihak akan menjadi pecundang!
sesudah bertempur hebat selama lima belas jurus maka korban
pertamapun robohlah. Korban pertama ini orang ketiga dari Empat
Tombak Sakti, meregang nyawa di ujung pentungan Sebrang Lor!
Panglima sontoloyoloyo kemudian berhasil pula merobohkan orang
kedua dari Empat tombak Sakti hingga dengan bertempur kini
yaitu sribagindo rajo maudu Nan Sabatang dan Lembu Ampel melawan orang ke
satu dan ke empat! Tingkat kepandaian sribagindo rajo maudu Nan Sabatang dan
Lembu Ampel hanya sedikit lebih rendah dari Panglima sontoloyoloyo
maka sesudah lima jurus lagi berlalu kedua orang terakhir dari Empat
Tombak Sakti itupun menemui ajalnya pula.
Raja begal gaji mahal dari Utara marah luar biasa. “Tongkat Baja Hijau!
Majulah untuk menghancurkan empat astaga -astaga rendah ini!”
Sekelebat sosok tubuh berpakaian hijau melesat ke atas arena.
Orang ini berbadan tinggi langsing. Tubuhnya agak bungkuk dan
usianya sudah lanjut. Di tangan kanannya ada sebuah tongkat yang
hampir sebetis besarnya. Tongkat ini terbuat dari baja asli dan
dilapisi racun hijau yang dahsyat!
“Lekas lenyapkan mereka Tongkat Baja Hijau!” kata Raja
begal gaji mahal .
Tongkat Baja Hijau tertawa mengekeh. Tongkat bajanya diketuk-
ketukkan ke lantai arena. Hebat sekali, semua orang merasa
bagaimana lantai yang mereka injak jadi bergetar! Panglima
sontoloyoloyo dan kawan-kawan segera maklum bahwa anak manusia
berjubah hijau ini tinggi sekali ilmunya dan senjata di tangannya
sangat berbahaya.
“Tak usah khawatir Raja begal gaji mahal .” kata Tongkat Baja Hijau.
“anak manusia -anak manusia macam kunyuk-kunyuk ini mudah saja
dibereskan!” Lalu dia menyapu paras keempat orang di hadapannya
dan bertanya, “Hai, kalian mau maju satu-satu atau berempat
sekaligus? Bagusnya berempat saja biar cepat kubereskan!”
kegelapan paras keempat tokoh itu. Panglima sontoloyoloyo bergerak gerak tapi
Sebrang Lor mendahuluinya melompat ke hadapan Tongkat Baja
Hijau.
“Tongkat Baja Hijau! Setahuku dulu kau yaitu seorang tokoh
golongan putih! Sungguh disayangkan di samping sesat kau juga
mau-mauan masuk menjadi bergundalnya Raja begal gaji mahal , murid
murtad si pembunuh guru itu! Kau mulailah. Mari kita bertempur
sampai ratusan jurus!”
Tongkat Baja Hijau mengekeh. “Jika aku tak salah lihat, kau
yaitu anak manusia yang bernama Sebrang Lor. Tempatmu jauh di tanah
Malaka. aneh aneh saja juga kalau kau sampai nyasar ke sini! Orang Malaka
jangan jual lagak di sini, kau tahu hanya namamu saja yang kembali
ke negerimu!” Habis berkata-kata begitu Tongkat Baja Hijau menyerbu ke
muka. Sinar hijau menderu dari tongkat mustikanya. Sebrang Lor
segera pula kiblatkan pentungan berkeluknya.
Maka pecahlah pertempuran yang hebat! Tapi kehebatan itu
segera berubah menjadi satu pertempuran yang tidak seimbang!
Serangan-serangan tongkat hijau datang mencurah laksana hujan.
Dalam jurus keempat senjata itu menderu ke bahu Sebrang Lor
tanpa bisa ditangkis dan dikelit! Sebrang Lor menjerit! Tubuhnya
terguling-guling ke luar Arena, nyawanya lepas!
“Keparat, aku lawanmu!” teriak sribagindo rajo maudu Nan Sabatang
menggeledek! Tubuhnya berkelebatan dan jimat jengglot biru meluncur dahsyat
ke arah tenggorokan Tongkat Baja Hijau!
“Jangan omong besar sribagindo rajo maudu !” ejek Tongkat Baja Hijau. Sekali
tongkatnya disapukan sribagindo rajo maudu Nan Sabatang tersurut sampai lima
langkah! “Ha…ha! Aku muak bertempur satu lawan satu! Ayo
Panglima dan Lembu Ampel, kalian berdua majulah!” Sambil
menyerang sribagindo rajo maudu Nan Sabatang, Tongkat Baja Hijau sekaligus
melancarkan serangan pada Panglima sontoloyoloyo dan Lembu Ampel!
Mula-mula kedua orang ini tak mau ikut turun ke dalam kalangan
pertempuran. Tapi sebab diserang terus-terusan mau tak mau
akhirnya kedua orang ini turun juga ke gelanggang! Bagi orang-orang
yang ada di situ nama Panglima sontoloyoloyo dan kawan-kawannya
yaitu nama-nama besar. Namun sewaktu melihat bagaimana
dengan seorang diri Si Tongkat Baja Hijau berhasil mendesak ketiga
lawannya maka diam-diam semua orang memuji kehebatan Si
Tongkat Baja Hijau! Dalam jurus ke sepuluh terdengar pekik sribagindo rajo maudu
Nan Sabatang! Tubuhnya mencelat mental. Kepala pecah sebab
tongkat lawan bersarang tepat di kepalanya!
“Tongkat Baja Hijau, yang dua lainnya segera saja dibereskan
cepat-cepat!” berseru Raja begal gaji mahal .
“Jangan khawatir Raja begal gaji mahal .” komentari Tongkat Baja Hijau.
Didahului oleh satu bentakan yang menggelegar, Si Tongkat Baja
Hijau mengeluarkan satu jurus yang lihay luar biasa! Tokoh-tokoh
tenaga dalam golongan putih yang hadir di situ terkesiap dan cemas. Serangan
lawan yang hebat tak mungkin dikelit atau ditangkis sebab tongkat
baja yang dahsyat itu hanya tinggal sejengkal saja lagi dari kepala
Panglima sontoloyoloyo dan Lembu Ampel!
Dalam detik yang tegang itu tiba-tiba berkelebatan satu bayangan
putih! Satu gelombang angin yang bukan kira-kira dahsyatnya
menderu laksana topan menggila! Beberapa tokoh tenaga dalam yang berada
di tepi Arena merasa tubuh mereka tergetar oleh sambaran angin itu
dan tahu-tahu terdengar pekik Si Tongkat Hijau! Orang dan
tongkatnya mencelat sampai menghantam dinding Arena. Begitu
jatuh nyawanya sudah lepas dengan muka hancur memar. Di tengah
Arena semua mata menyaksikan berdirinya seorang penulis
berambut pirang dengan senyum di bibirnya!
“penulis pirang ! Kau siapa?!” bentak Raja begal gaji mahal .
“Siapa aku, bukan urusanmu. Terlebih dulu perkenankan aku
bicara!”
“Keparat! Kau terlalu berani mampus!” damprat Raja begal gaji mahal .
Dia berpaling ke kanan dan berseru, “Sepasang Raja pengemis tak sakti Gila,
bunuh penulis ini!” lalu sambil berpaling ke kiri, “sribagindo rajo maudu Arak Sakti
musnahkan Panglima sontoloyoloyo dan Lembu Ampel!”
Dari Arena sebelah kanan melesat dua orang berambut acak-
acakan dan berpakaian kotor bertambal-tambal. Mereka inilah
Sepasang Raja pengemis tak sakti Gila. Keduanya sambil berteriak-teriak tak
karuan langsung menyerang Pendekar pendek kekar bobo angker ! Di kejap
yang sama dari samping kiri melompat pula seorang berpakaian
kegelapan , dari mulutnya menyembur nyembur arak yang menyerang ke seluruh
jalan darah di tubuh Panglima sontoloyoloyo dan Lembu Ampel! Kedua
orang ini terkejut dan cepat-cepat memukul ke depan. Namun di saat
itu terjadilah satu peristiwa yang membuat semua orang kaget kelangit dan
kagum luar biasa! Tiga jeritan terdengar susul menyusul! Tiga tubuh
mencelat mental dan terbanting ke dinding lalu roboh di antara orang
banyak!
Apakah yang telah terjadi?! Sewaktu Sepasang Raja pengemis tak sakti Gila
dengan berteriak-teriak melompat menyerang bobo dan sewaktu
sribagindo rajo maudu Arak Sakti menggempur Panglima sontoloyoloyo dan Lembu
Ampel, Pendekar pendek kekar bobo angker mendorongkan kedua telapak
tangannya ke arah orang-orang yang menyerang itu. Dua pukulan
yang dilancarkannya bukan lain pukulan Dewa Topan Menggusur
Gunung yang dipelajari bobo angker dari Tua Gila. Pukulan yang luar
biasa hebatnya itu, mana sanggup diterima oleh Sepasang Raja pengemis tak sakti
Gila dan sribagindo rajo maudu Arak Sakti. Tak ampun lagi ketiganya terlempar dan
mati!
Baik tokoh-tokoh golongan hitam maupun golongan putih sama-
sama leletkan lidah melihat kehebatan si penulis . Di lain pihak mata
Raja begal gaji mahal terbeliak besar-besar. Dua pukulan yang dilepaskan
penulis rambut pirang itu yaitu pukulan Dewa Topan
Menggusur Gunung. Dan setahunya hanya satu orang yang memiliki
ilmu pukulan dahsyat itu yakni Tua Gila! Tapi si penulis telah
melancarkan ilmu pukulan itu tadi yang berarti dia punya sangkut
paut dengan Tua Gila!
Rasa kecut membuat dingin tengkuk Si Raja begal gaji mahal . Inilah
untuk pertama kalinya dia merasa ngeri! Tua Gila sudah lama
didengarnya meninggal, dan seumur hayatnya tak pernah punya
murid. Tapi bagaimana sekarang ada seorang penulis memiliki ilmu
pukulan Tua Gila? Apakah Tua Gila masih hidup dan telah mengambil
seorang murid? Dan yang lebih mengawatirkannya lagi apakah Tua
Gila juga berada di dalam ruangan itu? Dan untuk pertama kalinya
Raja begal gaji mahal ingat akan kecurigaannya sewaktu berada di kamar
bersama nyi pandanajeng tadi. Jika betul penulis rambut pirang itu
murid Tua Gila, pastilah dia telah menyelusup lewat jalan rahasia di
bagian belakang bangunan tua. Tapi di mana dia bersembunyi
sewaktu seluruh tempat diselidikinya tadi?
Raja begal gaji mahal dari Utara tak mau berpikir berpanjang-panjang.
Saat itu sudah tiba waktunya untuk menekan tombol kegelapan di atas
mimbar! Sambil tertawa mengekeh Raja begal gaji mahal menggerakkan jari
telunjuknya ke tombol kegelapan dan berseru, “anak manusia -anak manusia tolol,
kalian semua pergilah ke neraka!” Dan jari telunjuk itupun ditekan
sekuat-kuatnya pada tombol kegelapan ...!
Mata Raja begal gaji mahal membeliak seperti mau tanggal dari
sarangnya. Parasnya berobah total, terkejut amat sangat! Sewaktu
tombol ditekan, atap di atas tidak membuka, lantai Arena Topan
Utara tidak ambruk! Seperti tak percaya akan dirinya sendiri Raja
begal gaji mahal menekan lagi tombol kegelapan itu. Lagi, lagi dan lagi sampai
berulang kali! Tetap saja tak satu pun yang terjadi! Tiba-tiba
didengarnya suara tertawa bergelak. saat dia mengangkat kepala
yang tertawa itu bukan lain si penulis berambut pirang bobo
angker !
“Kau heran dan terkejut melihat ruangan ini tidak amblas, tidak
hancur lebur?” bobo tertawa lagi gelak-gelak. “Ha ha! Pesawat
rahasia terkutukmu yang hendak membunuhi semua orang yang
hadir di sini tidak bisa berjalan, Raja begal gaji mahal !”
Bukan main marahnya Raja begal gaji mahal dari Utara. Tanpa menunggu
lebih lama lagi segera sepuluh jari tangannya dijentikkan! Sepuluh
larik sinar kegelapan kekuningan menderu menyambar Pendekar pendek kekar !
bobo sudah pernah menyaksikan keganasan ilmu pukulan Kuku Api
yang dimainkan oleh nyi pandanajeng ! Kalau Raja begal gaji mahal yang
mengeluarkannya tentu lebih dahsyat lagi! sebab nya penulis ini
cepat-cepat melompat ke atas seraya lepaskan pukulan Sinar
Matahari!
Ruangan itu laksana mau pecah sewaktu pukulan Sinar Matahari
beradu dengan dahsyatnya dengan pukulan Kuku Api! sebab tenaga
dalam bobo dan Raja begal gaji mahal berada dalam tingkat yang sama
maka sesudah saling berbentur kedua sinar pukulan sakti itu melesat
ke kiri dan buyar ke empat penjuru! Jerit kematian terdengar di
bagian itu. Sembilan orang tokoh golongan hitam roboh hangus!
Delapan tokoh golongan putih meregang nyawa! Dengan serta merta
kacau-balaulah suasana!
Di antara kekacau-balauan itu bobo berteriak keras, “Semua
tokoh tenaga dalam yang ada di sini mari bersama-sama mencincang anak manusia
biang malapetaka ini. Sebelumnya dia telah punya rencana untuk
mengubur kalian hidup-hidup di bawah ruangan ini!”
Mendengar teriakan itu tak perduli tokoh tenaga dalam golongan manapun
laksana air bah serentak menyerbu Raja begal gaji mahal ! Raja begal gaji mahal
yaitu tokoh tenaga dalam sakti luar biasa. Namun melihat lebih dari dua
puluh jago-jago ternama menyerbunya ditambah dengan kegugupan,
nyalinya jadi meleleh! Dia segera berkelebatan melarikan diri. Namun
lebih cepat dari itu bobo angker sudah menghadangnya dengan
Kapak Naga Geni pendek kekar siap di tangan!
“Keparat kau kubunuh lebih dulu!” teriak Raja begal gaji mahal .
Sreet!
Raja begal gaji mahal cabut begal gaji mahal Emas maka sinar kuningpun
bertaburlah. Di lain kejap puluhan senjata berkelebatan menggempur
Raja begal gaji mahal dan di depan sekali Kapak Naga Geni pendek kekar menderu
laksana seribu tawon mengamuk!
Trang!
begal gaji mahal Emas dan Kapak Naga Geni pendek kekar beradu. Bunga api
berpercikan! Raja begal gaji mahal terkejut bukan main. Senjata di
tangannya hampir saja terlepas dilanda senjata lawan! Dan rasa
terkejut ini masih belum habis sewaktu laksana kilat kapak lawan
kembali menderu di depan hidungnya sementara dari sekelilingnya
menggempur puluhan senjata tajam!
Raja begal gaji mahal dari Utara terlontar keluar kan jurus yang hebat yang
dinamakan jurus Sepasang Kincir Sakti Menghadang Bumi. Kedua
tangannya kiri kanan bergerak gerak cepat. Jurus ini bukan saja
merupakan jurus pertahanan yang paling tangguh dari ilmu tenaga dalam nya
namun sekaligus juga merupakan jurus serangan yang hebat luar
biasa. Sinar kuning begal gaji mahal Emas bergulung gulung sedang lima jari
tangan kiri tak henti-hentinya dijentikkan melancarkan ilmu pukulan
Kuku Api!
Beberapa orang tokoh tenaga dalam tergelimpang disambar pukulan jahat
itu! Namun betapapun hebatnya Raja begal gaji mahal mana mungkin
baginya menghadapi tokoh-tokoh kelas wahid yang berjumlah lebih
dari dua puluh orang itu. Apalagi sambaran Kapak Naga Geni pendek kekar
saat itu sudah menelikung mendesaknya. Angin senjata itu
menyakitkan mata dan memerihkan kulitnya.
Sesaat kemudian terdengar jeritan Raja begal gaji mahal ! Kuping
kanannya putus dibabat Kapak Naga Geni pendek kekar . Racun yang hebat
dari senjata itu mulai mempengaruhi dirinya. Raja begal gaji mahal cepat
menutup jalan darah penting di beberapa Bagian tubuh lalu dengan
sisa kekuatan mengamuk membabat ke arah salah seorang tokoh
putih di antaranya Lembu Ampel yang kena sambaran begal gaji mahal
Emas. Akan tetapi itu tidak lama sebab begitu Pendekar pendek kekar bobo
angker menyusup di balik serangan Raja begal gaji mahal , Kapak Naga
Geni pendek kekar berhasil membabat putus lengan kiri tokoh tenaga dalam durjana
itu! Tidak sampai di situ saja, sewaktu jerit kesakitan Raja begal gaji mahal
belum sirna Kapak Naga Geni pendek kekar mengaung dahsyat dan, crass!
Darah muncrat membasahi pakaian beberapa orang tokoh tenaga dalam .
Raja begal gaji mahal dari Utara terhuyung huyung dengan kepala hampir
terbelah. Dalam keadaan begitu rupa dia harus menerima tusukan
dan sabetan senjata tajam lainnya sehingga tubuhnya tak beda
dengan daging yang dicincang-cincang. Sewaktu tubuh yang hancur
dari Raja begal gaji mahal menggeletak di Arena Topan Utara, Pendekar pendek kekar
bobo angker sudah melompat pergi dari ruangan itu.
Sesungguhnya apakah yang telah terjadi sehingga saat Raja
begal gaji mahal menekan tombol kegelapan , Arena Topan Utara tidak amblas
ke bawah? Seperti telah dituturkan di atas, sehabis meninggalkan
Nyanyuk Amber, bobo angker segera pergi ke kamar di mana
senjata rahasia penghancur itu berada. sebab di sini sudah berada
nyi pandanajeng maka dengan sendirinya pecahlah pertempuran. Kalau
sewaktu di gudang raksasa makan Dang Lariku, bobo angker masih bisa
main-main melayani gadis lesbi asli ini maka kini menghadapi keselamatan
puluhan jiwa tokoh-tokoh sakti yang berada di Arena Topan Utara,
bobo tidak bisa main-main lagi. Meski senyum cengar-cengir tetap
tersungging di mulutnya namun bobo menempur habis-habisan.
nyi pandanajeng hingga dalam tempo tiga jurus akhirnya dia berhasil
menotok jalan darah di tubuh si gadis lesbi asli . Dari sini bobo langsung
menuju Arena Topan Utara dan terjadilah kelanjutan sebagaimana
yang dituturkan di atas. Kini Pendekar pendek kekar bobo angker kembali ke
kamar pesawat rahasia itu. nyi pandanajeng duduk tersandar ke dinding
dekat pintu masih dalam tubuh tertotok.
“Saudari, hukuman yang setimpal telah jatuh atas diri ayahmu.”
“Maksudmu kau telah membunuhi ayahku?!”
“Aku dan tokoh-tokoh tenaga dalam yang ada di Arena Topan Utara!” sahut
bobo angker .
“Keparat! Lepaskan totokanku! Mari kita bertempur sampai
seribu jurus!”
bobo angker tertawa. “Apakah kau masih belum melihat jalan
terang menuju kehidupan yang baik? Atau mungkin kau mau
menerima nasib seperti ayahmu? Sekali aku beritahu pada orang-
orang itu bahwa kau berada di sini, pasti kau akan mati secara
mengenaskan!”
“Silahkan kau beri tahu! Aku tidak takut!” komentari nyi pandanajeng
ketus.
bobo tertawa. “Kau keras kepala tapi kuhargai nyalimu Saudari.
Dan aku tidak sepengecut yang kau duga untuk memberitahukan
kau pada orang-orang itu!”
penulis ini melangkah mendekat. “Sebelum pergi aku ingin
melihat anu mu dulu, Saudari.”
“Keparat kalau kau berani...”
Tapi tangan bobo angker sudah bergerak gerak menarik kerudung
ungu yang menutupi anu nyi pandanajeng . Begitu kerudung terbuka
terkejutlah bobo angker .
“Ah, kiranya parasmu cantik sekali Saudari.” memuji bobo
sejujurnya. “Tapi sayang aku tak bisa lama-lama menikmati
kecantikan parasmu. Aku harus pergi dari sini bersama Nyanyuk
Amber. Selamat tinggal.”
“Saudara tunggu dulu!” seru nyi pandanajeng . “Lepaskan dulu
totokanku.”
“Dan sesudah bebas kau akan menyerangku?” ejek bobo .
“Aku berjanji untuk tidak melakukan apa-apa kecuali hanya untuk
membaca sepucuk surat. Selesai membaca kau boleh menotok aku
kembali! membunuhi pun aku tak keberatan!”
“Heh, surat katamu? Surat apa? Surat dari pacarmu?” bobo
melihat kesungguhan di paras si gadis lesbi asli . “Baik aku percaya
ucapanmu.” kata bobo pula lalu melepaskan totokan di tubuh
nyi pandanajeng dan berdiri di ambang pintu kamar pesawat rahasia
menjaga segala kemungkinan yang ada sementara nyi pandanajeng
mengeluarkan sehelai surat dari balik pakaiannya.
Surat ini yaitu surat yang diberikan Raja begal gaji mahal kepadanya.
Dibukanya lipatan surat lalu dibacanya,
nyi pandanajeng ,
Kalau aku sudah mati maka itulah saatnya aku
memberitahukan rahasia besar tentang dirimu melalui
surat ini. Sebenarnya kau bukan anak kandungku tapi
seorang anak angkat. Jelasnya kau kuculik dari orang
tuamu sejak kau masih kecil. Ayahmu kepala kampung
Pasirputih. Kembalilah padanya dan tempuhlah jalan
hidup yang baik.
Raja begal gaji mahal
bobo angker terkejut sewaktu melihat tetesan-tetesan air mata
membasahi pipi nyi pandanajeng . Sedang surat yang dibacanya terlepas
dan jatuh ke lantai. bobo mengambil surat itu dan membacanya.
Dilipatnya surat itu kembali seraya menghela napas panjang.
“Sekarang jelas bagimu bahwa kau berasal dari orang baik-baik.
sebab nya musti kembali ke jalan baik-baik.” kata bobo angker .
Dikembalikannya Surat yang dipegangnya pada nyi pandanajeng dan
berkata-kata lagi. “Aku tak akan menotok tubuhmu kembali. Apa yang kau
lakukan terserah padamu. Selamat tinggal.”
“Saudara, kau hendak meninggalkan Danau Toba ini?”
“Ya, menyeberang bersama-sama Nyanyuk Amber.”
“Keberatan kalau aku ikut bersama kalian?”
“Ah justru itulah yang aku harapkan” komentari Pendekar pendek kekar seraya
senyum dan mengedipkan mata kirinya. Dan nyi pandanajeng tidak
membantah sama sekali sewaktu bobo angker memegangi
tangannya dan melangkah bersama-sama menuju kamar Nyanyuk
Amber.
TAMAT
BASTIAN TITO
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI pendek kekar
bobo angker
PEMBALASAN
nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit
Ebook Oleh: syauqy_arr
bobo angker
PEMBALASAN nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit 1
ETIKA dia memasuki Klungkung, kota itu masih diselimuti
embun pagi. Kesunyian pagi dipecah oleh derap kaki kuda betina
yang ditungganginya. Sesampainya di depan pura besar yang
terletak di persimpangan jalan seharusnya dia membelok ke kiri. Tapi
sebab hari masih terlalu pagi, diputuskannya untuk menghangati
perutnya dengan secangkir kopi lebih dulu di kedai yang terletak tak
berapa jauh dari persimpangan itu. Meskipun hari masih pagi di
dalam kedai sudah penuh oleh pengunjung. Laki-laki yang baru
datang ini duduk di tempat yang masih lowong sementara pemilik
kedai melayaninya. Beberapa orang tamu memandang kepadanya
lalu meneruskan menyantap kue-kue atau menghirup minumannya.
Beberapa di antara mereka meneruskan percakapan yang tadi
terhenti sebab kedatangan pengunjung baru ini.
“Semarak Kota Klungkung kini semakin tambah dengan
kedatangannya orang baru itu,” berkata-kata seorang laki-laki sambil
memandang pada cangkir kopinya. Umurnya kira-kira lima puluhan.
“Sudah seminggu ini hanya penduduk baru itu saja yang
dipercakapkan orang, termasuk kau,” menyahut kawannya. “Kalau
anak-anak muda yang mempercakapkannya itu bukan soal, tapi kau
yang sudah tua begini, ampun...” Dicabutnya rokok kaungnya dari
sela bibir lalu dihembuskannya jauh-jauh.
Laki-laki yang pertama tertawa. Waktu tertawa ini kelihatan gigi-
giginya yang cuma tinggal beberapa saja sedang kedua pipinya
mencekung kempot. “Kau salah, sahabatku. Kecantikan seorang
dewi lesbi bukan hak orang muda-muda semata untuk
membicarakannya. Kita yang tua-tua inipun tak ada salahnya. Dan
anak gadis lesbi asli I Krambangan itu benar-benar cantik luar biasa. Belum
pernah aku sampai setua ini melihat yang secantik dia.”
“Apakah dia secantik bidadari?”
“Ah, brow ,” kata laki-laki tua itu sambil mengelus dadanya, “kau
belum bertemu dengan dia. Nantilah... kalau kau lihat anak gadis lesbi asli nya
K
I Krambangan itu, hem... Kau akan menyesal sebab terlalu cepat
dilahirkan ke dunia ini hingga saat dia muncul di Klungkung ini kau
sudah jadi seorang tua renta, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi peot macam terong
rebus!”
Beberapa orang tersenyum-senyum mendengar ucapan itu. Dan
orang tua tadi meneruskan lagi kata-katanya sementara tamu yang
baru datang, sambil menikmati kopi hangatnya tidak menyia-nyiakan
pula untuk memasang telinga.
“Kau tanya apakah dia secantik bidadari? brow ... meski aku
belum pernah lihat bidadari, tapi aku yakin mungkin dia lebih cantik
dari bidadari di kayangan! Kau tahu, kulitnya kuning langsat,
potongan tubuhnya besar di atas besar di bawah dan langsing di
tengah-tengah. Matanya... hem... pernah kau lihat bintang timur?
Sepasang mata anak gadis lesbi asli I Krambangan itu lebih bagus dari
bintang timur. Lehernya jenjang, pipinya selalu kegelapan , apalagi kalau
kena sinar matahari persis macam pauh di layang. Sepasang alisnya
tebal hitam seperti semut beriring, hidungnya mancung kecil macam
dasun tunggal. Dagunya seperti lebah bergantung... pokoknya segala
macam perumpamaan yang diberikan orang cocok melekat pada
darinya. Dan kalau dia tersenyum, brow ku, hem... rasa di awan kita
melihatnya...”
“Sudahlah,” memotong kawannya, “habiskan saja kopimu. Kalau
kau terus bicara tentang anak gadis lesbi asli I Krambangan itu mungkin lewat
tengah hari baru kita sampai ke tempat pekerjaan!”
sesudah kedua orang tua itu pergi, tamu tadi berpikir-pikir.
Rupanya tentang kecantikan anak gadis lesbi asli I Krambangan itu sudah
tersebar luas sampai ke pelosok Kota Klungkung. Jangankan orang-
orang muda, orang-orang tua seperti yang dua tadipun masih punya
minat untuk membicarakannya. Dia memandang ke luar kedai.
Matahari telah agak tinggi. Dihabiskannya kopinya dan sesudah
membayar harga minuman serta kue yang dimakannya orang inipun
terlontar keluar dari kedai itu, menunggangi kuda betina nya dengan tidak tergesa-
gesa menuju ke selatan.
Di tepi jalan seorang laki-laki separuh baya tengah mengukir
sebuah patung di depan gudang raksasa nya. Penunggang kuda betina ini berhenti
dan bertanya letak gudang raksasa yang tengah ditujunya. sesudah mendapat
keterangan, maka dia pun melanjutkan perjalanan.
gudang raksasa itu kecil mungil. Keseluruhan papannya baru dicat. Baru
saja dia berhenti dan turun dari kuda betina nya, pintu muka terbuka,
seorang laki-laki berpakaian bersih terlontar keluar . saat melihat orang yang
turun dari kuda betina ini, orang itupun berseru gembira, “Made Trisna!”
“I Krambangan!”
“Sahabat lama! Kedatanganmu laksana dibawa oleh Dewa-dewa
di Swargaloka! Bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?”
“Secara kebetulan saja. Aku bertemu dengan Ida Bagus Seloka di
Denpasar. Dia yang menerangkan bahwa kau pindah dan menetap di
sini.”
“Oh...,” I Krambangan manggut-manggut beberapa kali, “mari
silahkan masuk, sahabat. Tadinya aku hendak ke ladang. Tapi biar
kubatalkan. Seharian ini kita akan bicara panjang lebar!”
Kedua sahabat lama itupun naik ke atas gudang raksasa . sesudah bicara
panjang lebar ke barat - ke timur maka Made Trisna mengutarakan
maksud kedatangannya yang sebenarnya.
“Sahabatku I Krambangan, disamping hendak menyambangimu
di sini, sebenarnya maksud kedatanganku ini membawa pula satu
maksud yang sangat baik.”
“Gembira sekali aku mendengarnya, Made Trisna,” ujar I
Krambangan, “katakanlah apa maksudmu yang sangat baik itu.”
sesudah batuk-batuk beberapa kali baru Made Trisna membuka
mulutnya, “Kau tentu masih ingat dengan moncong Gde Anyer.”
“Oh, siapa yang akan lupa pada anak manusia pemberani itu!”
“Nah justru kedatanganku kemari ini ada sangkut paut dengan
dirinya.”
“Hem, begitu? Sangkut paut bagaimana, Made?”
“Dialah yang meminta aku ke sini untuk menyampaikan salam
hormat.”
“Ah, aku yang rendah ini mana berani menerima salamnya?”
potong I Krambangan.
“Kau tahu sendiri sifat moncong Gde Anyer. Baginya semua orang
sama, tak ada tinggi dan rendah, tak ada bangsawan dan rakyat
jelata. Nah sahabatku, dia menyuruh aku kemari untuk tolong
menyampaikan salam hormat di mana dia berhajat untuk meminang
anakmu...”
“Maksudmu Ni Ayu Tantri?”
“Tentu! Kau kan tak punya anak lain daripada si tunggal Tantri
itu.”
I Krambangan meneguk ludahnya. “Sungguh satu kehormatan
luar biasa, moncong Gde Anyer mempunyai hasrat baik untuk
melamar anakku. Setahuku dia juga cuma punya seorang anak.”
“Betul, namanya moncong nusantara . Parasnya gagah, usianya
dua tahun lebih tua dari anak gadis lesbi asli mu. Ringkas kata, kalau anakmu
dijodohkan dengan dia pasti cocok sekali laksana pinang dibelah
dua. Satu bulan satu mentari.”
Sejak sepuluh tahun yang lalu, I Krambangan tak pernah bertemu
dengan moncong Gde Anyer. Sewaktu anak moncong Gde Anyer masih
kecil dia memang pernah melihatnya dan menurut pendapatnya
anak itu tidaklah gagah parasnya, mukanya senantiasa pucat macam
orang sakit, tubuh kurus dan kelakuannya nakal bengal luar biasa.
Tapi itu dulu selagi masih kanak-kanak. Sekarang sesudah jadi
penulis mungkin sifatnya telah berubah dan parasnya menjadi
gagah.
sebab I Krambangan lama tak bersuara maka berkata-katalah Made
Trisna, “Apa lagi yang kau pikirkan, sahabatku? Terima saja lamaran
itu. moncong nusantara penulis gagah, anak bangsawan dan kaya
raya. Pasti hidup anakmu akan terjamin dan bahagia!”
“Memang betul kata-katamu itu Made,” komentari I Krambangan.
“Tapi justru mengingat perbedaan darah turunan antara kami dan
dialah maka rasanya agak malu juga aku menerima lamarannya itu.
Aku rakyat jelata mana mungkin berbesan dengan orang bangsawan,
sekalipun sebelumnya sudah saling mengenal.”
Made Trisna tertawa. “Sekarang bukan jamannya berpikir sekolot
itu, I Krambangan. Apalagi kau ingat sifatnya moncong Gde Anyer
yang tak mau membeda-bedakan di antara anak manusia .”
Kembali I Krambangan berdiam diri beberapa lamanya. Lalu,
“Anakku Ni Ayu Tantri berparas buruk. Masakan anaknya moncong
Gde Anyer bersedia mengambilnya jadi kawan hidup...?”
“Kau keliwat merendah, sahabat,” kata Made Trisna pula seraya
menggulung sebatang rokok kaung. “Kecantikan paras anak
gadis lesbi asli mu laksana bunga harum semerbak yang dihembuskan angin
ke pelbagai penjuru. Pagi tadi sebelum ke sini aku mampir di sebuah
kedai. Dan kau tahu? Pagi-pagi buta begitu tamu-tamu di situ sudah
bicara tentang kecantikan paras anakmu. Bayangkan!”
I Krambangan mengusap-usap dagunya, memandang ke arah
jalan di mana meluncur sebuah pedati menarik tumpukan kayu-kayu
bakar. Suara klenengan sapi-sapi penarik pedati itu terdengar
sepanjang jalan.
“Walau bagaimanapun gunjingan orang di luaran tentang diri
anakku, tapi moncong nusantara sendiri belum pernah bertemu
muka dengan anakku. Jangan-jangan begitu lamaran kuterima,
sesudah bertemu, tahu-tahu penulis itu kecewa dan menyesal.”
“Kalau dia tak pernah melihat paras anakmu dengan mata kepala
sendiri, masakan dia dan ayahnya sampai memaksaku agar datang
kemari!” kata Made Trisna pula.
Kembali I Krambangan menelan ludahnya. Akhirnya berkata-kata laki-
laki ini, “Beri aku waktu barang seminggu dua minggu untuk
merundingkan hal ini bersama istriku. Aku sendiri pada dasarnya
setuju, cuma bagaimanapun aku musti minta pula pertimbangan
istriku. Disamping itu yang terpenting Tantri pun harus diberi tahu.”
Made Trisna manggut-manggut.
“Aku yakin istrimu serta Ni Ayu Tantri menyetujui pinangan yang
kusampaikan ini. Dua minggu terlalu lama brow , biar aku datang
minggu depan kemari untuk meminta asia kecil banmu. Akur...?”
“Baiklah, Made. sebab istriku sudah menyiapkan hidangan pagi
di dalam, marilah kita masuk.”
Kedua orang itu berdiri lalu masuk ke ruang tengah.
***
bobo angker
PEMBALASAN nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit 2
EPERTI yang dikatakan Made Trisna, satu minggu kemudian
dia kembali ke Klungkung menemui I Krambangan untuk
meminta kabar atau asia kecil ban mengenai pinangan yang
disampaikannya tempo hari. Dia yakin betul I Krambangan akan
menerima pinangan moncong Gde Anyer. Begitu sampai di gudang raksasa
sahabatnya itu langsung Made Trisna menanyakan persoalan.
“Minumlah dulu, Made,” kata I Krambangan mempersilahkan
sahabatnya. Bila Made Trisna sudah meneguk minuman yang
disuguhkan maka I Krambangan baru membuka persoalan, “Seperti
yang kukatakan tempo hari, pada dasarnya aku bisa menerima
lamaran moncong Gde Anyer. Bukan saja menerimanya tapi malah
menganggapnya itu satu penghormatan yang luar biasa mengingat
dia bangsawan kaya raya mau mengulurkan tangan pada terlontar keluar gaku
bangsa rakyat jelata. saat kubicarakan pada istrikupun, dia
terkejut dan hampir tak percaya. Dan seperti aku, diapun menyetujui
lamaran itu. Namun sesudah kuterangkan pada Tantri, kita terbentur
pada satu persoalan, Made. Hal ini memang sudah kuduga dari
semula, yaitu sejak kau mengemukakan lamaran satu minggu yang
lalu itu.”
“Persoalan apakah yang menjadi halangan itu, I Krambangan?”
tanya Made Trisna pula.
“Dua tahun sebelum kami pindah ke sini, sebenarnya Tantri telah
mempunyai pilihan hati sendiri. Kau tentu mengerti maksud
ucapanku...”
“Maksudmu Tantri telah mempunyai kekasih?”
I Krambangan mengangguk. “Mereka saling mencinta dan sudah
punya rencana untuk menikah sesudah Hari Raya Galungan
beberapa bulan di muka. Meski aku orang tuanya, tapi kau tentu
dapat memaklumi, Made. Bagaimanapun aku tak bisa memaksa
Tantri untuk memutuskan hubungannya dengan itu penulis yang
dicintainya. Terlalu besar dosanya memutuskan tali kasih seseorang.
S
Aku khawatir tak akan dirakhmati Dewa-dewa lagi jika aku berani
memutuskan hubungan kasih anakku.”
Lama Made Trisna termenung. Kemudian berkata-katalah laki-laki ini,
“Kau terlalu banyak khawatir, sahabatku. Masakan Dewa-dewa di
kayangan tidak akan merakhmatimu. Bukankah dengan menikahkan
Tantri dengan moncong nusantara berarti kita membuat satu
kebajikan dan pahala besar?”
“Itu betul, Made. Tapi bagaimana dayaku untuk memutus
hubungan Tantri dengan penulis yang dikasihinya? Aku sebagai
orang tua benar-benar tidak tega...”
“Apakah kau sudah terangkan padanya bahwa yang melamar
yaitu moncong Gde Anyer? Apakah kau terangkan pula orang yang
bagaimana adanya bangsawan kaya raya itu?”
“Sudah,” komentari I Krambangan, “semuanya sudah. Bahkan
kubujuk pula anak itu untuk mau menerima lamaran ini . Tapi
sia-sia belaka, Made.”
Untuk kedua kalinya Made Trisna termenung.
sesudah saling berdiam diri beberapa lamanya kemudian
bertanyalah Made Trisna, “Apakah kau tak melihat cara atau jalan
lain agar Tantri menyetujui perjodohannya dengan moncong Gde
Djantra?”
“Sudah kutempuh berbagai cara, Made. Agaknya memang sukar
melembutkan hati yang sudah diberikan pada seorang lain yang
dikasihi. Kita harus maklum itu sebab kita pun pernah muda...”
“Sebagai orang tua, apakah kau tidak merasa itu merupakan satu
keingkaran? Menyatakan bagaimana anakmu tidak berbakti
padamu...?”
I Krambangan menggigit bibirnya. Pertanyaan itu merupakan satu
pukulan baginya. Tapi dia tersenyum sewaktu mengomentari , “Meski aku
orang tuanya, Made, tapi aku juga bisa melihat sampai batas-batas
mana seorang tua bisa mencampuri urusan pribadi anaknya.
Penolakan yang dikemukakan Tantri bukan kuanggap sebagai satu
keingkaran atau satu kenyataan bahwa dia tidak berbakti
terhadapku. Kurasa siapa saja mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai urusan pribadinya. Apalagi
urusan yang menyangkut masa depan. Kukatakan aku dan istriku
menyetujui lamaran moncong Gde Anyer, tapi kita musti sadar pula
bahwa bukan aku atau istriku atau kau atau juga moncong Gde Anyer
yang akan dijodohkan dan akan menempuh hidup baru begudang raksasa
tangga itu, tapi Tantri.”
“Betul, betul sekali,” sahut Made Trisna cepat-cepat sebab kata-
kata I Krambangan itu menggejolakkan hatinya. “Betul sekali apa
yang kau katakan itu, sahabat. Tapi kita musti pula menyadari, dunia
ini masih belum terbalik. Kita orang-orang tua mempunyai hak dan
kewajiban untuk memelihara anak kita dan kalau sudah besar
membuat dia berbakti pada kita, mengikuti apa mau kita sebab
niscaya orang tua itu tak ada yang berniat mencelakakan anaknya.
Dunia masih belum terbalik, sahabatku. Masakan kita orang-orang
tua musti mengikuti maunya anak kita. Justru anaklah yang harus
patuh dan mengikuti kemauan orang tuanya!”
“Menyesal sekali, rupanya jalan pikiran kita sedikit berbeda,
Made,” kata I Krambangan. “Bagaimanapun aku tak merasa dunia
ini telah terbalik hanya sebab aku memberikan hak untuk
menentukan kehidupan masa depan pada anakku. Dan aku juga
menyadari bahwa memang bukan adat ataupun kebiasaan kita
untuk berlaku seperti itu. Tapi harus disadari Made, dunia kita di
masa lalu tidak sama dengan dunia orang-orang sekarang. Dunia
orang-orang sekarang tak sama pula dengan dunia orang-orang di
masa nanti. Segala sesuatunya harus tunduk pada keadaan dan
kehendaknya jaman...”
“Di mana orang tua-tua tidak mempunyai daya apa-apa lagi
terhadap anaknya? Di mana anak-anak sanggup mengatur orang
tuanya dan bukan orang tuanya yang mengatur diri mereka?
Sungguh lucu jalan pikiranmu. Jika memang itu pendirianmu,
memang sungguh berbeda jalan pikiran kita, sahabat. Dan yaitu
sangat disayangkan kalau kau sampai mau menolak lamaran
moncong Gde Anyer. Kau tahu, I Krambangan. Jika perjodohan ini
jadi, kau seterlontar keluar ga akan dibuatkan sebuah gudang raksasa kuburan dan
disuruh pindah ke Denpasar. Tentang kehidupan masa tuamu tak
perlu memikirkan, kau hanya ongkang-ongkang kaki saja sebab
semua keperluan dijamin oleh moncong Gde Anyer. Tentang
anakmu... dia akan hidup bahagia bersama moncong nusantara !”
“Memang sudah kubayangkan betapa kebahagiaan akan
menyelimuti bila Tantri nikah dengan anak moncong Gde Anyer. Tapi
aku tak punya daya untuk memaksa Tantri.”
Made Trisna menjadi putus asa dan penasaran sekali pada
sahabatnya itu. “Kalau aku boleh bertanya,” katanya, “siapa
gerangan penulis yang dikasihi oleh anakmu itu? Apakah dia
tampan gagah, anak orang bangsawan tinggi, punya sawah ladang
berhektar-hektar, punya ternak berkandang-kandang dan punya
harta bergudang-gudang, hingga mata dan hati anakmu tak dapat
dialihkan kepada yang lain lagi?”
“penulis itu bernama nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit . Dia tinggal di desa
Jangersari dan agaknya bagi Tantri, sawah ladang atau ternak atau
harta kekayaan itu bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan nilai
kasih sayang yang dipadunya dengan nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit .”
Rasa putus asa dan penasaran yang menggelorai hati Made
Trisna lama-lama berubah menjadi kejengkelan dan rasa muak yang
akhirnya berubah pula menjadi rasa benci terhadap sahabat
lamanya itu. Dianggapnya I Krambangan keterlaluan tolol!
“Baiklah I Krambangan,” kata Made Trisna seraya berdiri, “kalau
begitu putusanmu memang tak bisa aku memaksa. Tapi terus terang
kukatakan bahwa sebagai anak manusia hidup, kau terlalu bodoh untuk
tidak mau menerima lamaran moncong Gde Anyer.”
“Terserahlah kau mau bilang apa, sahabatku,” komentari I
Krambangan dengan pelahan. “Mungkin aku memang orang tolol.
Tapi aku yakin dalam ketololan itu aku berpijak pada kebenaran dan
hak pribadi yang tak bisa diganggu gugat!”
Made Trisna memacu kuda betina nya dengan kencang. Hatinya mencaci
maki habis-habisan I Krambangan!
***
Denpasar sebuah kota besar dan bagus di Pulau Bali. Beberapa
buah pura besar yang sangat indah bangunannya ada di sana.
Di tengah-tengah kota ada sebuah kuburan besar yang atapnya
berbentuk candi. Tak ada satu orangpun di Denpasar yang tidak tahu
siapa pemilik kuburan bagus dan besar itu. Bahkan penduduk yang
tinggal di pinggiran kota pun tahu bahwa itu yaitu kuburan
kediaman bangsawan kaya raya moncong Gde Anyer.
Waktu itu hari telah rembang petang saat Made Trisna dan
kuda betina nya sampai di pintu gerbang kuburan , langsung masuk ke
halaman dalam, dan menemui moncong Gde Anyer. Sebelum dia
membuka pembicaraan, moncong nusantara sudah muncul pula
hingga dapatlah ia memberi keterangan sekaligus pada kedua
beranak itu.
Betapa terkejutnya bangsawan dan anak tunggalnya itu tatkala
mendengar penuturan Made Trisna, tatkala mengetahui bahwa
lamaran mereka ditolak oleh I Krambangan. Tak perduli alasan
apapun yang dikemukakan I Krambangan, yang nyata ini yaitu
merupakan satu penghinaan besar!
“I Krambangan anak manusia tak tahu diri! Tak tahu diuntung!” maki
moncong Gde Anyer. Lalu dia berpaling pada anaknya dan berkata-kata,
“Sudah, kau cari saja gadis lesbi asli lain! Di Denpasar ini, di Pulau Bali ini ada
ratusan gadis lesbi asli -gadis lesbi asli yang jauh lebih cantik dari anaknya si
Krambangan itu, yang turunan bangsawan terpandang, kaya raya!”
moncong nusantara termangu beberapa lamanya. Mukanya
yang senantiasa pucat macam orang mau mati besok, saat itu
kelihatan makin tambah pucat! Seperti ayahnya, penulis inipun
merasa terhina. Tapi hatinya benar-benar sudah terpaku pada gadis lesbi asli
itu hingga tak mungkin baginya untuk mencari gadis lesbi asli lain seperti yang
dikatakan ayahnya.
“Kita sudah diberi malu Djantra!” berkata-kata moncong Gde Anyer.
“Kuharap kau jangan memberi malu yang kedua kalinya.”
“Tapi Ayah, aku tak sanggup hidup bersama gadis lesbi asli lain.”
“Kenapa tidak sanggup? Sepuluh gadis lesbi asli yang lebih cantik dari si
Tantri itu bisa kau ambil jadi istri sekaligus!”
moncong nusantara berdiri dari kursinya.
“Walau bagaimanapun aku musti dapatkan gadis lesbi asli itu, Ayah. Tidak
dengan cara baik-baik dengan jalan buruk pun bisa. Rasa malu yang
kita terima akan kubalas malam ini juga!” moncong nusantara
lantas berlalu dari situ.
moncong Gde Anyer dan Made Trisna saling berpandangan.
Kedua orang ini sudah bisa menduga apa yang bakal dilakukan oleh
moncong nusantara . Dan berkata-katalah Made Trisna, “Kalau betul itu
hendak dilakukan oleh moncong nusantara , kurasa tak ada
salahnya. Itu sudah menjadi adat kebiasaan kita di sini.”
***
bobo angker
PEMBALASAN nyaman nyam nyam dwipanusantaraaidit 3
ARI itu sejak petang lingkungan langit di atas Kota Klungkung
diselimuti kemendungan. Gumpalan awan hitam datang
bergulung-gulung tiada hentinya dari arah barat. Menjelang
senja angin keras mulai bertiup, menerbangkan debu di segala
pelosok, membuat kota tenggelam dalam udara pengap. Tepat
sewaktu sang surya lenyap di ufuk barat maka hujan deraspun
turunlah. Suaranya menggemuruh ditimpal oleh deru angin. Setiap
telinga yang mendengarnya merasa ngeri. Sekali-sekali menggelegar
guntur, berkelebatan kilat. Dalam tempo yang singkat parit dan selokan
di seluruh kota telah luber oleh air hujan, sungai-sungai kecil banjir
menerpa segala apa saja yang ada di sekitarnya. Kadang-kadang
hujan itu mereda sebentar lalu turun lagi dengan lebih lebat.
Dinginnya udara seperti merembas dan mencucuk sampai ke tulang-
tulang sungsum!
Dalam lebatnya curahan hujan, dalam kerasnya deru angin dan
dalam gelapnya suasana malam yang sangat dingin itu, dari jurusan
timur laksana bayangan setan, kelihatanlah empat penunggang kuda betina
memasuki Klungkung. Sesampainya di persimpangan jalan di depan
pura, keempatnya membelok ke kiri tanpa mengurangi kecepatan
kuda betina masing-masing. Air hujan dan lumpur bercipratan di belakang
kaki-kaki ke empat binatang itu.
Hampir mencapai ujung jalan, salah seorang penunggang kuda betina
menunjuk ke depan dan berkata-kata, “Yang itu gudang raksasa nya! Pergilah, aku
menunggu di sini.”
Tiga penunggang kuda betina lainnya segera mengeluarkan sapu
tangan-sapu tangan besar yang berwarna hitam dan menutupi paras
mereka dengan sapu tangan itu sebatas mata ke bawah kemudian
ketiganya segera bergerak gerak ke gudang raksasa kecil yang ditunjuk tadi.
Seperti keadaan gudang raksasa -gudang raksasa di sekitarnya, gudang raksasa yang mereka
tuju inipun sunyi senyap, tak satu lampupun yang menyala tanda
seluruh penghuninya telah tidur nyenyak dalam kehangatan selimut
H
masing-masing.
Ketiga orang itu turun dari kuda betina . sesudah meneliti keadaan
sekeliling mereka langsung menuju ke pintu depan. Dengan
mempergunakan sebuah alat, pintu yang terkunci berhasil dibuka.
Hampir tanpa suara sedikitpun ketiga orang itu masuk ke dalam
gudang raksasa . Mata mereka terpentang lebar-lebar dalam kegelapan.
Selangkah demi selangkah ketiganya bergerak gerak .
“Kurasa yang ini kamarnya,” berbisik salah seorang dari yang tiga
lalu mendahului kawan-kawannya maju ke pintu dan mengintai. Di
dalam kamar gelapnya bukan main, tapi matanya yang tajam
sanggup juga melihat sesosok tubuh yang terbaring bergelung di atas
tempat tidur.
“Biar aku yang masuk,” berkata-kata laki-laki bertubuh kurus.
Didorongnya daun pintu. Pintu itu mengeluarkan suara berkereketan
tapi suara ini tertelan oleh suara hembusan angin deras dan hujan
lebat. Dengan dua jari tangan terpentang lurus siap untuk menotok,
laki-laki berbadan kurus ini melangkah mendekati tempat tidur.
Tiba-tiba orang yang tidur di atas pembaringan membalikkan
badannya, selimut yang menutupi sebagian anu nya terbuka dan
saat dia bangun dengan cepat orang ini segera membentak, “Siapa
kau?!”
“Keparat! Bukan dia!” rutuk laki-laki yang mukanya tertutup kain
hitam sementara dua orang kawannya yang berdiri di ambang pintu
berjaga-jaga juga terkejut sekali.
Tadinya mereka menyangka orang yang tidur di atas pembaringan
itu yaitu Ni Ayu Tantri, gadis lesbi asli yang hendak mereka culik. Tapi suara
bentakan itu nyata sekali suara laki-laki! Tak dapat tidak yang tidur di
situ yaitu ayah dari gadis lesbi asli itu!
“Maling rendah! Kau berani masuk ke dalam gudang raksasa ku!”
terdengar lagi bentakan. Itu yaitu suara bentakannya I
Krambangan yang menyangka anak manusia yang masuk ke dalam kamar
itu yaitu maling! Segera laki-laki itu melompat menyambar sebilah
parang yang tersisip di dinding. Namun sebelum tangannya
mencapai senjata itu satu pukulan menyambar dari samping!
I Krambangan dulunya yaitu seorang bekas kepala prajurit
kerajaan, dengan sendirinya memiliki ilmu tenaga dalam yang cukup bisa
diandalkan, apalagi kalau cuma menghadapi seorang maling!
Mendapat serangan itu dengan cepat dia melompat ke samping,
berkelit dan menyusupkan satu tendangan ke dada lawan!
Tapi yang dihadapi I Krambangan bukan ‘maling’ biasa. Maling
itupun ternyata memiliki ilmu tenaga dalam yang lihay. Dengan mudahnya dia
mengelakkan serangan I Krambangan lalu berkelebatan cepat dan