Tampilkan postingan dengan label bobo dikuburan 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bobo dikuburan 4. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

bobo dikuburan 4

 


asa ada seseorang yang mendengarkan 

pembicaraannya maka bobo  segera maklum cepat atau 

lambat laki-laki itu akan segera ke luar untuk menyelidik. Untuk lari 

ke ujung lorong yang tadi dilewatinya terlalu besar resikonya sebab  

ujung lorong itu jauh sekali. Untuk baku hantam menempur Raja 

begal gaji mahal  dan nyi pandanajeng  baginya bukan halangan. Sekalipun dia 

harus pasrahkan nyawa dia bisa mati dengan rela. Tapi yang paling 

penting ialah menyelamatkan jiwa puluhan tokoh-tokoh sakti yang 

ada di Arena Topan Utara, terutama mereka yang dari golongan 

putih! bobo  angker  melangkah cepat ke pintu di samping kiri. 

Didorongnya pintu itu tapi ternyata dikunci. Mendobrak pintu itu akan 

menimbulkan suara berisik dan sama saja dengan memberi tahu 

terang-terang kehadirannya di situ pada Raja begal gaji mahal ! bobo  

berkelebatan  ke pintu di ujung depan lorong. Baru saja dia berdiri di 

depan pintu itu mendadak terdengar suara semacam nyamuk 

mengiang di telinganya. 

“Cepatlah masuk anakku.” 

bobo  terkejut bukan main. Meski tidak tahu apakah yang bakal 

ditemui di dalam sana perangkap yang sangat berbahaya, namun 

tanpa pikir panjang dalam keadaan kepepet begitu rupa bobo  

angker  segera mendorong daun pintu. Pintu itu ternyata tak dikunci. 

bobo  cepat masuk ke dalam. 

saat  daun pintu itu tertutup kembali maka daun pintu di lorong 

sebelah kanan terbuka. Raja begal gaji mahal  dari Utara terlontar keluar . Matanya 

meneliti setiap sudut lorong. Tak seorangpun yang kelihatan. Namun 

Raja begal gaji mahal  tak yakin bahwa perasaan dan telinganya telah 

menipunya. Sekali dia melompat maka dia sudah sampai di pintu 

kamar di ujung lorong dan sekaligus membuka pintu itu! 

Sewaktu bobo  masuk ke dalam kamar itu satu pemandangan 

yang luar biasa membuat dia sangat terkejut hingga sepasang 

D

kakinya laksana dipakukan ke lantai! Kamar itu tak seberapa besar. 

Meski bagian luarnya kelihatan bagus tapi di dalamnya hanya 

merupakan dinding lantai dan atap batu yang kasar. Seluruh kamar 

diselimuti debu. Di beberapa sudut laba-laba telah membuat 

sarangnya. 

Di tengah-tengah kamar inilah kelihatan duduk seorang laki-laki 

tua bermuka biru, berpipi sangat cekung. Tubuhnya yang kurus 

tertutup sehelai jubah biru yang luar biasa besarnya hingga bagian 

bawahnya menutupi hampir seluruh lantai kamar! Kedua tangan 

orang tua ini buntung sebatas siku, salah satu telinganya sumplung. 

Pada lehernya terikat sebuah rantai baja yang ujungnya dipantek 

dengan sebuah paku besar ke dinding batu di belakangnya. Sikap 

orang tua ini yang memeramkan matanya tak ubahnya seperti orang 

yang tengah bersemedi. 

“Orang tua, kau siapa?!” tanya bobo . 

Orang tua itu membuka kedua matanya. 

Astaga! bobo  merasa tengkuknya dingin. Kedua mata itu hanya 

merupakan sepasang rongga yang dalam dan mengerikan! 

“Anak tolol! Lekas sembunyi dalam jubah di belakang 

punggungku!” kata si orang tua. 

bobo  angker  yang sadar akan keadaannya segera mengikuti 

perintah si orang tua. Namun demikian sebab  dia tiada mengenal 

siapa adanya orang tua ini dan bukan mustahil seorang musuh yang 

hendak menjebak maka sambil menyusup ke dalam jubah biru yang 

lebar diam-diam bobo  siapkan pukulan Sinar Matahari di tangan kiri 

sedang tangan kanan memegangi  gagang Kapak Naga Geni pendek kekar ! 

“Anak, aku bukan musuhmu! Kenapa musti meraba senjata 

segala?!” tiba-tiba terdengar suara mengiang di telinga bobo  angker . 

Suara orang tua itu! 

Orang ini hebat sekali, tentu sakti luar biasa, pikir bobo . Tapi 

mengapa kedua tangannya buntung dan matanya buta sedang 

lehernya dirantai begitu rupa? 

Tiba-tiba pintu terbuka dan terdengar bentakan Raja begal gaji mahal  

dari Utara, “Tua renta buta! Siapa yang masuk ke sini?!” 

Si orang tua menghela nafas dalam lalu mengomentari . Suaranya 

kecil sekali seperti suara anak dewi lesbi . “Jika aku sampai tidak 

mengetahui ada seorang yang masuk ke sini itu bukan sebab  

ketololanku tapi sebab  mataku memang tak melihat. Tapi jika kau 

yang punya mata dan telinga tajam sampai tidak mengetahuinya dan 

malah bertanya padaku itu yaitu  satu ketololan yang tak ada 

taranya! Apakah kau lihat ada orang lain di kamar ini?!” 

Ejekan itu membuat Raja begal gaji mahal  dari Utara memaki habis-

habisan. Memang selain orang tua itu tak ada siapapun di situ. 

“Apakah kau sudah memeriksa, Hang Kumbara?” bertanya si 

orang tua. 

“Tutup mulutmu setan tua!” 

Dimaki begitu rupa malah si orang tua tertawa dan menyahuti, 

“Hari ini hari peresmian berdirinya Partai Topan Utara bukan?!” 

“Kunyuk peot! Kau tahu apa tentang Partai Topan Utara!” 

semprot Raja begal gaji mahal . 

“Aku memang tidak tahu-tahu apa-apa. Tapi di balik 

ketidaktahuan itu aku mendapat firasat bahwa partaimu itu akan 

runtuh sebelum saat diresmikannya. Dan kau sendiri akan mampus, 

Hang Kumbara...!” 

“Ya, aku akan mampus!” komentari Hang Kumbara alias Raja 

begal gaji mahal  dari Utara. “Tapi sebelum mampus, untuk yang ke seratus 

kalinya terima dulu tamparanku ini!” 

Plaak!

Tamparan yang dilayangkan Raja begal gaji mahal  keras luar biasa. 

Tubuh si orang tua terhuyung-huyung dirasakan oleh bobo  tapi tidak 

roboh. Mulutnya mengucurkan darah! bobo  angker  marah sekali 

melihat orang tua yang telah menolong menyembunyikan dirinya 

diperlakukan begitu rupa. Segera saja dia hendak melompat ke luar 

dari balik jubah. Tapi di telinganya terdengar suara seperti ngiangan 

nyamuk, “Jangan tolol anak!” Terpaksa bobo  angker  mendekam 

terus di belakang punggung orang tua itu. Kemudian terdengar pintu 

kamar ditutupkan, Raja begal gaji mahal  telah ke luar. 

“Sekarang kau terlontar keluar lah!” kata orang tua itu. 

bobo  terlontar keluar  dari balik jubah lalu menjura hormat, “Terima kasih 

atas budi pertolonganmu, orang tua. Harap kau sudi menerangkan 

namamu. Kelak di kemudian hari aku harap bisa membalas budi 

besarmu ini...!” 

Orang tua itu tertawa. “Sewaktu mendengar langkahmu di bagian 

belakang bangunan tua, sewaktu kudengar kau mengangkat 

rerumpunan semak-semak lalu menyusup turun ke dalam lorong 

hatiku gembira. Kukira kau yaitu  Tua Gila. Tapi dari suara 

langkahmu kuketahui kemudian bahwa kau bukanlah si Tua Gila. 

Namun demikian aku yakin kau ada sangkut paut dengan orang tua 

itu. Mungkin sekali kau muridnya. Betul?!” 

bobo  angker  melengak. “Aku hanya menerima beberapa jurus 

ilmu tenaga dalam  dari Tua Gila. Bagaimana kau bisa tahu semua gerak-

gerikku?” tanya bobo  heran. 

“Ilmu yang tinggi yaitu  seribu mata dan seribu telinga bagi 

seseorang.” komentari si orang tua. “Tapi semuanya itu berakhir dalam 

kesia-siaan! Buktinya diriku ini!” 

“Kenapa kau sampai dirantai begini rupa?” tanya bobo . 

“Muridku sendiri yang melakukannya.” komentari si orang tua penuh 

rawan dan penyesalan. 

“Muridmu?!” kejut bobo . 

“Kau terkejut?! Tak perlu terkejut atau heran orang muda. Di 

dunia ini sekarang penuh dengan orang-orang sesat dan murtad!” 

“Kalau aku boleh bertanya, siapa muridmu itu?” 

“Masakan kau tidak bisa menerka. Hang Kumbara!” 

“Maksudmu Raja begal gaji mahal  dari Utara?” 

“Itu gelarnya.” 

“Benar-benar terkutuk anak manusia  itu!” geram bobo . Sekali 

digerakkannya tangan kanannya membetot maka tanggallah paku di 

dinding batu. Dengan cepat bobo  lalu melepaskan rantai yang 

mengikat leher orang tua itu. 

“Terima kasih anak. Tenaga dalammu luar biasa sekali.” 

“Aku cuma punya waktu sedikit, orang tua. Harap kau sudi 

memberikan sedikit keterangan tentang dirimu. Kelak kalau tugasku 

selesai aku akan membawamu dari tempat terkutuk ini!” 

“Terima kasih, terima kasih! Tak perlu kau bawa diriku yang 

sudah pikun cacat dan tak berharga ini. Dengar anak, namaku 

yaitu  Nyanyuk Amber. Dulu aku diam di Gunung Singgalang sampai 

kedatangannya Hang Kumbara anak manusia  laknat itu. Dia datang 

mengemis ilmu padaku. sebab  kulihat sifatnya baik dan lagi pula 

dia yaitu  murid kenalan baikku si sribagindo rajo maudu  Mata Putih maka aku tak 

keberatan mewariskan beberapa ilmu yang hebat kepadanya! Tapi 

siapa nyana kalau anak manusia  itu sesungguhnya sudah sejak lama 

mendekam maksud jahat hendak menimbulkan bencana di atas 

jagat ini! Maksudnya mendirikan Topan Utara dan memaksa orang-

orang untuk menghadirinya yaitu  bohong belaka! Sebenarnya dia 

sengaja untuk menghimpun seluruh orang-orang pandai di sini lalu 

dibunuh secara masal! Gurunya sendiripun, gurunya yang pertama 

sebelum aku yaitu sribagindo rajo maudu  Mata Putih dia juga yang membunuhi nya! 

Benar-benar anak manusia  iblis yang haus darah.” si orang tua yang 

bernama Nyanyuk Amber menghela nafas panjang lalu berkata-kata, 

“Meski bagaimanapun dibandingkan dengan sribagindo rajo maudu  Mata Putih aku 

masih bernasib lumayan, tidak dibunuh! Tapi apakah artinya hidup 

cacat begini rupa?!” 

“Apakah Hang Kumbara juga yang telah memutus kedua 

lenganmu?” tanya bobo . 

“Bukan hanya lenganku anak. Bukan hanya lenganku! Coba kau 

singkap jubah ini di bagian kakiku.” 

bobo  menyingkapkan jubah biru Nyanyuk Amber. Astaga, ternyata 

kedua kaki orang tua itu sebatas lutut juga telah buntung! 

“Hang Kumbara yang melakukannya.” desis Nyanyuk Amber. 

“Juga kedua mataku ini dia yang mengorek!” 

“Benar-benar laknat terkutuk yang kejam luar biasa!” kata bobo  

geram. “Orang tua, aku berjanji untuk memecahkan kepalanya demi 

membalaskan sakit hatimu. Tapi orang tua mengapa dia sampai 

melakukan kekejaman begini rupa terhadapmu?!” 

Nyanyuk Amber menghela nafas dalam lalu mengomentari , “Seperti 

sribagindo rajo maudu  Mata Putih akupun datang ke sini untuk menginsyafkan Hang 

Kumbara dari kesesatannya! Tapi dengan ilmu yang kuajarkan 

kepadanya Hang Kumbara menyerangku. Tubuhku berhasil 

ditotoknya. Kedua tangan dan kakiku dipotong, kedua mataku 

dicongkel. Dalam keadaan tubuh masih tertotok aku diseret ke sini 

dan leherku dirantai!” 

“Keparat betul anak manusia  itu! Belum pernah aku menemui anak manusia  

sejahat dia. Tapi apa pula sebabnya dia mempunyai niat jahat untuk 

melenyapkan seluruh orang-orang pandai yang kini berada di Arena 

Topan Utara itu?!” 

“Panjang kisahnya anak, panjang sekali! Kelak jika sama-sama 

ada umur akan kututurkan padamu. Sekarang lakukanlah apa yang 

bisa kau lakukan untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang 

berada di Arena Topan Utara!” 

bobo  mengangguk. Sebelum pergi dilepaskannya totokan di tubuh 

Nyanyuk Amber. Si orang tua itu mengucapkan terima kasih. Tiba-

tiba ia ingat sesuatu. “Orang tua, kalau sekiranya tak dapat dicegah 

penghancuran Arena Topan Utara oleh Raja begal gaji mahal , mungkin 

tempat ini turut musnah. Sebaiknya kuselamatkan dulu kau ke 

tempat yang aman!” 

“Ah, kau terlalu memikirkan diriku, anak. Tempat ini cukup jauh 

dari Arena Topan Utara, tak akan sampai ambruk. Kau pergilah cepat 

sebelum terlambat.” 

Mendengar ucapan itu maka bobo pun meninggalkan kamar itu 

dengan cepat. 

***

bobo  angker  

RAJA begal gaji mahal  DARI UTARA 15

RENA Topan Utara. Ruangan ini penuh sesak oleh anak manusia . Di 

tengah-tengah terletak sebuah mimbar dan berdiri di belakang 

mimbar itu ialah Raja begal gaji mahal  dari Utara! Matanya yang 

menyorot memandang ke arah tamu-tamu yang hadir. 

Pada dasarnya semua tamu itu terbagi atas dua golongan yaitu 

golongan putih dan golongan hitam. Namun golongan putih telah 

terpecah menjadi dua hingga dengan demikian semua orang pandai 

di situ terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama ialah 

golongan hitam yang secara mutlak tunduk dan berada di pihak Raja 

begal gaji mahal  dari Utara. Golongan kedua ialah golongan putih yang telah 

ditaklukkan oleh Raja begal gaji mahal  dan dipaksa untuk masuk serta 

menghadiri peresmian berdirinya Partai Topan Utara. 

Baik golongan hitam maupun golongan putih yang ini  di 

atas semuanya telah masuk perangkap Raja begal gaji mahal , dicekok 

dengan pil-pil kematian yang disuruh telan secara paksa oleh Raja 

begal gaji mahal  pada saat mereka menyatakan diri bersedia masuk ke 

dalam Partai Topan Utara. Golongan putih yang kedua ialah mereka 

yang sengaja datang ke puncak gunung  Toba bukan untuk menghadiri 

peresmian Partai tapi untuk membalas dendam, untuk membalaskan 

sakit hati kawan-kawan mereka yang telah menemui kematian di 

tangan Raja begal gaji mahal  dari Utara atau di tangan anaknya! 

Raja begal gaji mahal  sendiri sudah mengetahui jelas akan golongan-

golongan para tamunya. Dalam hati dia tertawa. Tertawa sebab  dia 

tak perduli siapapun adanya para tamu itu, apakah dari golongan 

putih ataupun hitam, yang jelas mereka semua sudah berada di 

tempat itu yang berarti sudah masuk ke dalam perangkap mautnya! 

Raja begal gaji mahal  melirik ke sebuah tombol kegelapan  yang terletak di kayu 

mimbar dekat tangan kanannya! Sekali dia menekan tombol ini 

maka tubuhnya akan melesat ke atas, ke luar dari ruangan ini  

lewat sebuah celah yang terbuka secara otomatis sedang pada detik 

itu pula lantai Arena Topan Utara akan longsor ke bawah, atap 

A

runtuh! Begitu semua orang tertimbun hidup-hidup maka seluruh 

Arena Topan Utara akan meledak hingga jangan diharapkan satu 

nyawapun bisa selamat dari tempat itu! 

sesudah  memandang berkeliling, maka Raja begal gaji mahal  dari 

Utarapun membuka suara, “Saudara-saudara sekalian, pertama 

sekali aku Raja begal gaji mahal  dari Utara, mengucapkan banyak terima 

kasih atas kedatangan saudara-saudara. Beserta dengan ucapan 

terima kasih itu aku sampaikan pula permohonan maaf sebab  

mungkin penyambutan dan layanan terhadap saudara-saudara 

kurang memuaskan dan juga maaf sebab  peresmian berdirinya 

Partai Topan Utara ini tidak disertai upacara dan pesta besar-

besaran. Saudara-saudara sekalian, dalam mendirikan Partai Topan 

Utara ini aku sama sekali tidak melihat kepada asal usul saudara-

saudara atau menilai golongan mana adanya saudara. Bagiku, jika 

saudara-saudara sudah mau datang dan hadir di sini maka berarti 

saudara-saudara semua sudah masuk menjadi anggota Partai Topan 

Utara!”

Ucapan ini membuat tokoh-tokoh tenaga dalam  golongan putih yang 

datang untuk menuntut balas kematian kawan-kawan mereka 

menjadi gelisah. Dan di antara kegelisahan itu maka melesatlah ke 

atas Arena empat sosok tubuh. Mereka yaitu  panglima sontoloyoloyo , 

sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang, Lembu Ampel dan Sebrang Lor. Sementara tiga 

orang kawannya berdiri berjejer maka Panglima sontoloyoloyo  maju ke 

hadapan mimbar. Suasana di Arena menjadi sesunyi di pekuburan! 

“anak manusia -anak manusia  tak tahu aturan!” bentak Raja begal gaji mahal  marah 

sekali. “Perbuatanmu naik ke depan mimbar merupakan penghinaan 

besar bagi semua anggota partai yang hadir di sini!” 

“Raja begal gaji mahal !” menyahut Panglima sontoloyoloyo . 

“Kami berempat ke sini bukan untuk masuk partaimu tapi untuk 

minta pertanggungan komentari atas kematian brow -brow  kami tokoh-

tokoh tenaga dalam  golongan putih!” 

“Kalau begitu berarti kalian ingin segera menyusul mereka!” 

tukas Raja begal gaji mahal . Dia berpaling ke arena sebelah timur dan 

berseru, “Empat Tombak Sakti! Lenyapkan pengacau-pengacau ini!” 

Baru saja seruan Raja begal gaji mahal  berakhir maka melompatlah 

empat orang berpakaian ringkas hitam. Tampang-tampang mereka 

galak buas dan mengerikan! Dalam kejap itu pula empat buah 

tombak menderu ke arah kepala Panglima sontoloyoloyo  dan ketiga 

kawannya! Pertempuran antara Empat Tombak Sakti melawan 

Panglima sontoloyoloyo , sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang, Sebrang Lor dan Lembu 

Ampel berjalan seru sekali. Kedua belah pihak agaknya 

berimbangan. Serangan-serangan datang silih berganti! Namun 

walau bagaimanapun seimbangnya satu pertempuran, pada suatu 

saat tertentu pasti salah satu pihak akan menjadi pecundang! 

sesudah  bertempur hebat selama lima belas jurus maka korban 

pertamapun robohlah. Korban pertama ini orang ketiga dari Empat 

Tombak Sakti, meregang nyawa di ujung pentungan  Sebrang Lor! 

Panglima sontoloyoloyo  kemudian berhasil pula merobohkan orang 

kedua dari Empat tombak Sakti hingga dengan bertempur kini 

yaitu  sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang dan Lembu Ampel melawan orang ke 

satu dan ke empat! Tingkat kepandaian sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang dan 

Lembu Ampel hanya sedikit lebih rendah dari Panglima sontoloyoloyo  

maka sesudah  lima jurus lagi berlalu kedua orang terakhir dari Empat 

Tombak Sakti itupun menemui ajalnya pula. 

Raja begal gaji mahal  dari Utara marah luar biasa. “Tongkat Baja Hijau! 

Majulah untuk menghancurkan empat astaga -astaga  rendah ini!” 

Sekelebat sosok tubuh berpakaian hijau melesat ke atas arena. 

Orang ini berbadan tinggi langsing. Tubuhnya agak bungkuk dan 

usianya sudah lanjut. Di tangan kanannya ada sebuah tongkat yang 

hampir sebetis besarnya. Tongkat ini terbuat dari baja asli dan 

dilapisi racun hijau yang dahsyat! 

“Lekas lenyapkan mereka Tongkat Baja Hijau!” kata Raja 

begal gaji mahal .

Tongkat Baja Hijau tertawa mengekeh. Tongkat bajanya diketuk-

ketukkan ke lantai arena. Hebat sekali, semua orang merasa 

bagaimana lantai yang mereka injak jadi bergetar! Panglima 

sontoloyoloyo  dan kawan-kawan segera maklum bahwa anak manusia  

berjubah hijau ini tinggi sekali ilmunya dan senjata di tangannya 

sangat berbahaya. 

“Tak usah khawatir Raja begal gaji mahal .” kata Tongkat Baja Hijau. 

“anak manusia -anak manusia  macam kunyuk-kunyuk ini mudah saja 

dibereskan!” Lalu dia menyapu paras keempat orang di hadapannya 

dan bertanya, “Hai, kalian mau maju satu-satu atau berempat 

sekaligus? Bagusnya berempat saja biar cepat kubereskan!” 

kegelapan  paras keempat tokoh itu. Panglima sontoloyoloyo  bergerak gerak  tapi 

Sebrang Lor mendahuluinya melompat ke hadapan Tongkat Baja 

Hijau.

“Tongkat Baja Hijau! Setahuku dulu kau yaitu  seorang tokoh 

golongan putih! Sungguh disayangkan di samping sesat kau juga 

mau-mauan masuk menjadi bergundalnya Raja begal gaji mahal , murid 

murtad si pembunuh guru itu! Kau mulailah. Mari kita bertempur 

sampai ratusan jurus!” 

Tongkat Baja Hijau mengekeh. “Jika aku tak salah lihat, kau 

yaitu  anak manusia  yang bernama Sebrang Lor. Tempatmu jauh di tanah 

Malaka. aneh aneh saja  juga kalau kau sampai nyasar ke sini! Orang Malaka 

jangan jual lagak di sini, kau tahu hanya namamu saja yang kembali 

ke negerimu!” Habis berkata-kata begitu Tongkat Baja Hijau menyerbu ke 

muka. Sinar hijau menderu dari tongkat mustikanya. Sebrang Lor 

segera pula kiblatkan pentungan  berkeluknya. 

Maka pecahlah pertempuran yang hebat! Tapi kehebatan itu 

segera berubah menjadi satu pertempuran yang tidak seimbang! 

Serangan-serangan tongkat hijau datang mencurah laksana hujan. 

Dalam jurus keempat senjata itu menderu ke bahu Sebrang Lor 

tanpa bisa ditangkis dan dikelit! Sebrang Lor menjerit! Tubuhnya 

terguling-guling ke luar Arena, nyawanya lepas! 

“Keparat, aku lawanmu!” teriak sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang 

menggeledek! Tubuhnya berkelebatan  dan jimat jengglot  biru meluncur dahsyat 

ke arah tenggorokan Tongkat Baja Hijau! 

“Jangan omong besar sribagindo rajo maudu !” ejek Tongkat Baja Hijau. Sekali 

tongkatnya disapukan sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang tersurut sampai lima 

langkah! “Ha…ha! Aku muak bertempur satu lawan satu! Ayo 

Panglima dan Lembu Ampel, kalian berdua majulah!” Sambil 

menyerang sribagindo rajo maudu  Nan Sabatang, Tongkat Baja Hijau sekaligus 

melancarkan serangan pada Panglima sontoloyoloyo  dan Lembu Ampel! 

Mula-mula kedua orang ini tak mau ikut turun ke dalam kalangan 

pertempuran. Tapi sebab  diserang terus-terusan mau tak mau 

akhirnya kedua orang ini turun juga ke gelanggang! Bagi orang-orang 

yang ada di situ nama Panglima sontoloyoloyo  dan kawan-kawannya 

yaitu  nama-nama besar. Namun sewaktu melihat bagaimana 

dengan seorang diri Si Tongkat Baja Hijau berhasil mendesak ketiga 

lawannya maka diam-diam semua orang memuji kehebatan Si 

Tongkat Baja Hijau! Dalam jurus ke sepuluh terdengar pekik sribagindo rajo maudu  

Nan Sabatang! Tubuhnya mencelat mental. Kepala pecah sebab  

tongkat lawan bersarang tepat di kepalanya! 

“Tongkat Baja Hijau, yang dua lainnya segera saja dibereskan 

cepat-cepat!” berseru Raja begal gaji mahal . 

“Jangan khawatir Raja begal gaji mahal .” komentari Tongkat Baja Hijau. 

Didahului oleh satu bentakan yang menggelegar, Si Tongkat Baja 

Hijau mengeluarkan satu jurus yang lihay luar biasa! Tokoh-tokoh 

tenaga dalam  golongan putih yang hadir di situ terkesiap dan cemas. Serangan 

lawan yang hebat tak mungkin dikelit atau ditangkis sebab  tongkat 

baja yang dahsyat itu hanya tinggal sejengkal saja lagi dari kepala 

Panglima sontoloyoloyo  dan Lembu Ampel! 

Dalam detik yang tegang itu tiba-tiba berkelebatan  satu bayangan 

putih! Satu gelombang angin yang bukan kira-kira dahsyatnya 

menderu laksana topan menggila! Beberapa tokoh tenaga dalam  yang berada 

di tepi Arena merasa tubuh mereka tergetar oleh sambaran angin itu 

dan tahu-tahu terdengar pekik Si Tongkat Hijau! Orang dan 

tongkatnya mencelat sampai menghantam dinding Arena. Begitu 

jatuh nyawanya sudah lepas dengan muka hancur memar. Di tengah 

Arena semua mata menyaksikan berdirinya seorang penulis  

berambut pirang  dengan senyum di bibirnya! 

“penulis  pirang ! Kau siapa?!” bentak Raja begal gaji mahal . 

“Siapa aku, bukan urusanmu. Terlebih dulu perkenankan aku 

bicara!”

“Keparat! Kau terlalu berani mampus!” damprat Raja begal gaji mahal . 

Dia berpaling ke kanan dan berseru, “Sepasang Raja pengemis tak sakti  Gila, 

bunuh penulis  ini!” lalu sambil berpaling ke kiri, “sribagindo rajo maudu  Arak Sakti 

musnahkan Panglima sontoloyoloyo  dan Lembu Ampel!” 

Dari Arena sebelah kanan melesat dua orang berambut acak-

acakan dan berpakaian kotor bertambal-tambal. Mereka inilah 

Sepasang Raja pengemis tak sakti  Gila. Keduanya sambil berteriak-teriak tak 

karuan langsung menyerang Pendekar pendek kekar  bobo  angker ! Di kejap 

yang sama dari samping kiri melompat pula seorang berpakaian 

kegelapan , dari mulutnya menyembur nyembur  arak yang menyerang ke seluruh 

jalan darah di tubuh Panglima sontoloyoloyo  dan Lembu Ampel! Kedua 

orang ini terkejut dan cepat-cepat memukul ke depan. Namun di saat 

itu terjadilah satu peristiwa yang membuat semua orang kaget kelangit  dan 

kagum luar biasa! Tiga jeritan terdengar susul menyusul! Tiga tubuh 

mencelat mental dan terbanting ke dinding lalu roboh di antara orang 

banyak!

Apakah yang telah terjadi?! Sewaktu Sepasang Raja pengemis tak sakti  Gila 

dengan berteriak-teriak melompat menyerang bobo  dan sewaktu 

sribagindo rajo maudu  Arak Sakti menggempur Panglima sontoloyoloyo  dan Lembu 

Ampel, Pendekar pendek kekar  bobo  angker  mendorongkan kedua telapak 

tangannya ke arah orang-orang yang menyerang itu. Dua pukulan 

yang dilancarkannya bukan lain pukulan Dewa Topan Menggusur 

Gunung yang dipelajari bobo  angker  dari Tua Gila. Pukulan yang luar 

biasa hebatnya itu, mana sanggup diterima oleh Sepasang Raja pengemis tak sakti  

Gila dan sribagindo rajo maudu  Arak Sakti. Tak ampun lagi ketiganya terlempar dan 

mati!

Baik tokoh-tokoh golongan hitam maupun golongan putih sama-

sama leletkan lidah melihat kehebatan si penulis . Di lain pihak mata 

Raja begal gaji mahal  terbeliak besar-besar. Dua pukulan yang dilepaskan 

penulis  rambut pirang  itu yaitu  pukulan Dewa Topan 

Menggusur Gunung. Dan setahunya hanya satu orang yang memiliki 

ilmu pukulan dahsyat itu yakni Tua Gila! Tapi si penulis  telah 

melancarkan ilmu pukulan itu tadi yang berarti dia punya sangkut 

paut dengan Tua Gila! 

Rasa kecut membuat dingin tengkuk Si Raja begal gaji mahal . Inilah 

untuk pertama kalinya dia merasa ngeri! Tua Gila sudah lama 

didengarnya meninggal, dan seumur hayatnya tak pernah punya 

murid. Tapi bagaimana sekarang ada seorang penulis  memiliki ilmu 

pukulan Tua Gila? Apakah Tua Gila masih hidup dan telah mengambil 

seorang murid? Dan yang lebih mengawatirkannya lagi apakah Tua 

Gila juga berada di dalam ruangan itu? Dan untuk pertama kalinya 

Raja begal gaji mahal  ingat akan kecurigaannya sewaktu berada di kamar 

bersama nyi pandanajeng  tadi. Jika betul penulis  rambut pirang  itu 

murid Tua Gila, pastilah dia telah menyelusup lewat jalan rahasia di 

bagian belakang bangunan tua. Tapi di mana dia bersembunyi 

sewaktu seluruh tempat diselidikinya tadi? 

Raja begal gaji mahal  dari Utara tak mau berpikir berpanjang-panjang. 

Saat itu sudah tiba waktunya untuk menekan tombol kegelapan  di atas 

mimbar! Sambil tertawa mengekeh Raja begal gaji mahal  menggerakkan jari 

telunjuknya ke tombol kegelapan  dan berseru, “anak manusia -anak manusia  tolol, 

kalian semua pergilah ke neraka!” Dan jari telunjuk itupun ditekan 

sekuat-kuatnya pada tombol kegelapan ...! 

Mata Raja begal gaji mahal  membeliak seperti mau tanggal dari 

sarangnya. Parasnya berobah total, terkejut amat sangat! Sewaktu 

tombol ditekan, atap di atas tidak membuka, lantai Arena Topan 

Utara tidak ambruk! Seperti tak percaya akan dirinya sendiri Raja 

begal gaji mahal  menekan lagi tombol kegelapan  itu. Lagi, lagi dan lagi sampai 

berulang kali! Tetap saja tak satu pun yang terjadi! Tiba-tiba 

didengarnya suara tertawa bergelak. saat  dia mengangkat kepala 

yang tertawa itu bukan lain si penulis  berambut pirang  bobo  

angker !

“Kau heran dan terkejut melihat ruangan ini tidak amblas, tidak 

hancur lebur?” bobo  tertawa lagi gelak-gelak. “Ha ha! Pesawat 

rahasia terkutukmu yang hendak membunuhi  semua orang yang 

hadir di sini tidak bisa berjalan, Raja begal gaji mahal !” 

Bukan main marahnya Raja begal gaji mahal  dari Utara. Tanpa menunggu 

lebih lama lagi segera sepuluh jari tangannya dijentikkan! Sepuluh 

larik sinar kegelapan  kekuningan menderu menyambar Pendekar pendek kekar ! 

bobo  sudah pernah menyaksikan keganasan ilmu pukulan Kuku Api 

yang dimainkan oleh nyi pandanajeng ! Kalau Raja begal gaji mahal  yang 

mengeluarkannya tentu lebih dahsyat lagi! sebab nya penulis  ini 

cepat-cepat melompat ke atas seraya lepaskan pukulan Sinar 

Matahari!

Ruangan itu laksana mau pecah sewaktu pukulan Sinar Matahari 

beradu dengan dahsyatnya dengan pukulan Kuku Api! sebab  tenaga 

dalam bobo  dan Raja begal gaji mahal  berada dalam tingkat yang sama 

maka sesudah  saling berbentur kedua sinar pukulan sakti itu melesat 

ke kiri dan buyar ke empat penjuru! Jerit kematian terdengar di 

bagian itu. Sembilan orang tokoh golongan hitam roboh hangus! 

Delapan tokoh golongan putih meregang nyawa! Dengan serta merta 

kacau-balaulah suasana! 

Di antara kekacau-balauan itu bobo  berteriak keras, “Semua 

tokoh tenaga dalam  yang ada di sini mari bersama-sama mencincang anak manusia  

biang malapetaka ini. Sebelumnya dia telah punya rencana untuk 

mengubur kalian hidup-hidup di bawah ruangan ini!” 

Mendengar teriakan itu tak perduli tokoh tenaga dalam  golongan manapun 

laksana air bah serentak menyerbu Raja begal gaji mahal ! Raja begal gaji mahal  

yaitu  tokoh tenaga dalam  sakti luar biasa. Namun melihat lebih dari dua 

puluh jago-jago ternama menyerbunya ditambah dengan kegugupan, 

nyalinya jadi meleleh! Dia segera berkelebatan  melarikan diri. Namun 

lebih cepat dari itu bobo  angker  sudah menghadangnya dengan 

Kapak Naga Geni pendek kekar  siap di tangan! 

“Keparat kau kubunuh lebih dulu!” teriak Raja begal gaji mahal . 

Sreet!

Raja begal gaji mahal  cabut begal gaji mahal  Emas maka sinar kuningpun 

bertaburlah. Di lain kejap puluhan senjata berkelebatan  menggempur 

Raja begal gaji mahal  dan di depan sekali Kapak Naga Geni pendek kekar  menderu 

laksana seribu tawon mengamuk! 

Trang!

begal gaji mahal  Emas dan Kapak Naga Geni pendek kekar  beradu. Bunga api 

berpercikan! Raja begal gaji mahal  terkejut bukan main. Senjata di 

tangannya hampir saja terlepas dilanda senjata lawan! Dan rasa 

terkejut ini masih belum habis sewaktu laksana kilat kapak lawan 

kembali menderu di depan hidungnya sementara dari sekelilingnya 

menggempur puluhan senjata tajam! 

Raja begal gaji mahal  dari Utara terlontar keluar kan jurus yang hebat yang 

dinamakan jurus Sepasang Kincir Sakti Menghadang Bumi. Kedua 

tangannya kiri kanan bergerak gerak  cepat. Jurus ini bukan saja 

merupakan jurus pertahanan yang paling tangguh dari ilmu tenaga dalam nya 

namun sekaligus juga merupakan jurus serangan yang hebat luar 

biasa. Sinar kuning begal gaji mahal  Emas bergulung gulung sedang lima jari 

tangan kiri tak henti-hentinya dijentikkan melancarkan ilmu pukulan 

Kuku Api! 

Beberapa orang tokoh tenaga dalam  tergelimpang disambar pukulan jahat 

itu! Namun betapapun hebatnya Raja begal gaji mahal  mana mungkin 

baginya menghadapi tokoh-tokoh kelas wahid yang berjumlah lebih 

dari dua puluh orang itu. Apalagi sambaran Kapak Naga Geni pendek kekar  

saat itu sudah menelikung mendesaknya. Angin senjata itu 

menyakitkan mata dan memerihkan kulitnya. 

Sesaat kemudian terdengar jeritan Raja begal gaji mahal ! Kuping 

kanannya putus dibabat Kapak Naga Geni pendek kekar . Racun yang hebat 

dari senjata itu mulai mempengaruhi dirinya. Raja begal gaji mahal  cepat 

menutup jalan darah penting di beberapa Bagian tubuh lalu dengan 

sisa kekuatan mengamuk membabat ke arah salah seorang tokoh 

putih di antaranya Lembu Ampel yang kena sambaran begal gaji mahal  

Emas. Akan tetapi itu tidak lama sebab  begitu Pendekar pendek kekar  bobo  

angker  menyusup di balik serangan Raja begal gaji mahal , Kapak Naga 

Geni pendek kekar  berhasil membabat putus lengan kiri tokoh tenaga dalam  durjana 

itu! Tidak sampai di situ saja, sewaktu jerit kesakitan Raja begal gaji mahal  

belum sirna Kapak Naga Geni pendek kekar  mengaung dahsyat dan, crass! 

Darah muncrat membasahi pakaian beberapa orang tokoh tenaga dalam . 

Raja begal gaji mahal  dari Utara terhuyung huyung dengan kepala hampir 

terbelah. Dalam keadaan begitu rupa dia harus menerima tusukan 

dan sabetan senjata tajam lainnya sehingga tubuhnya tak beda 

dengan daging yang dicincang-cincang. Sewaktu tubuh yang hancur 

dari Raja begal gaji mahal  menggeletak di Arena Topan Utara, Pendekar pendek kekar  

bobo  angker  sudah melompat pergi dari ruangan itu. 

Sesungguhnya apakah yang telah terjadi sehingga saat  Raja 

begal gaji mahal  menekan tombol kegelapan , Arena Topan Utara tidak amblas 

ke bawah? Seperti telah dituturkan di atas, sehabis meninggalkan 

Nyanyuk Amber, bobo  angker  segera pergi ke kamar di mana 

senjata rahasia penghancur itu berada. sebab  di sini sudah berada 

nyi pandanajeng  maka dengan sendirinya pecahlah pertempuran. Kalau 

sewaktu di gudang raksasa  makan Dang Lariku, bobo  angker  masih bisa 

main-main melayani gadis lesbi asli   ini maka kini menghadapi keselamatan 

puluhan jiwa tokoh-tokoh sakti yang berada di Arena Topan Utara, 

bobo  tidak bisa main-main lagi. Meski senyum cengar-cengir tetap 

tersungging di mulutnya namun bobo  menempur habis-habisan. 

nyi pandanajeng  hingga dalam tempo tiga jurus akhirnya dia berhasil 

menotok jalan darah di tubuh si gadis lesbi asli  . Dari sini bobo  langsung 

menuju Arena Topan Utara dan terjadilah kelanjutan sebagaimana 

yang dituturkan di atas. Kini Pendekar pendek kekar  bobo  angker  kembali ke 

kamar pesawat rahasia itu. nyi pandanajeng  duduk tersandar ke dinding 

dekat pintu masih dalam tubuh tertotok. 

“Saudari, hukuman yang setimpal telah jatuh atas diri ayahmu.” 

“Maksudmu kau telah membunuhi  ayahku?!” 

“Aku dan tokoh-tokoh tenaga dalam  yang ada di Arena Topan Utara!” sahut 

bobo  angker . 

“Keparat! Lepaskan totokanku! Mari kita bertempur sampai 

seribu jurus!” 

bobo  angker  tertawa. “Apakah kau masih belum melihat jalan 

terang menuju kehidupan yang baik? Atau mungkin kau mau 

menerima nasib seperti ayahmu? Sekali aku beritahu pada orang-

orang itu bahwa kau berada di sini, pasti kau akan mati secara 

mengenaskan!” 

“Silahkan kau beri tahu! Aku tidak takut!” komentari nyi pandanajeng  

ketus.

bobo  tertawa. “Kau keras kepala tapi kuhargai nyalimu Saudari. 

Dan aku tidak sepengecut yang kau duga untuk memberitahukan 

kau pada orang-orang itu!” 

penulis  ini melangkah mendekat. “Sebelum pergi aku ingin 

melihat anu mu dulu, Saudari.” 

“Keparat kalau kau berani...” 

Tapi tangan bobo  angker  sudah bergerak gerak  menarik kerudung 

ungu yang menutupi anu  nyi pandanajeng . Begitu kerudung terbuka 

terkejutlah bobo  angker . 

“Ah, kiranya parasmu cantik sekali Saudari.” memuji bobo  

sejujurnya. “Tapi sayang aku tak bisa lama-lama menikmati 

kecantikan parasmu. Aku harus pergi dari sini bersama Nyanyuk 

Amber. Selamat tinggal.” 

“Saudara tunggu dulu!” seru nyi pandanajeng . “Lepaskan dulu 

totokanku.” 

“Dan sesudah  bebas kau akan menyerangku?” ejek bobo . 

“Aku berjanji untuk tidak melakukan apa-apa kecuali hanya untuk 

membaca sepucuk surat. Selesai membaca kau boleh menotok aku 

kembali! membunuhi pun aku tak keberatan!” 

“Heh, surat katamu? Surat apa? Surat dari pacarmu?” bobo  

melihat kesungguhan di paras si gadis lesbi asli  . “Baik aku percaya 

ucapanmu.” kata bobo  pula lalu melepaskan totokan di tubuh 

nyi pandanajeng  dan berdiri di ambang pintu kamar pesawat rahasia 

menjaga segala kemungkinan yang ada sementara nyi pandanajeng  

mengeluarkan sehelai surat dari balik pakaiannya. 

Surat ini yaitu  surat yang diberikan Raja begal gaji mahal  kepadanya. 

Dibukanya lipatan surat lalu dibacanya, 

nyi pandanajeng ,

Kalau aku sudah mati maka itulah saatnya aku 

memberitahukan rahasia besar tentang dirimu melalui 

surat ini. Sebenarnya kau bukan anak kandungku tapi 

seorang anak angkat. Jelasnya kau kuculik dari orang 

tuamu sejak kau masih kecil. Ayahmu kepala kampung 

Pasirputih. Kembalilah padanya dan tempuhlah jalan 

hidup yang baik. 

Raja begal gaji mahal  

bobo  angker  terkejut sewaktu melihat tetesan-tetesan air mata 

membasahi pipi nyi pandanajeng . Sedang surat yang dibacanya terlepas 

dan jatuh ke lantai. bobo  mengambil surat itu dan membacanya. 

Dilipatnya surat itu kembali seraya menghela napas panjang. 

“Sekarang jelas bagimu bahwa kau berasal dari orang baik-baik. 

sebab nya musti kembali ke jalan baik-baik.” kata bobo  angker . 

Dikembalikannya Surat yang dipegangnya pada nyi pandanajeng  dan 

berkata-kata lagi. “Aku tak akan menotok tubuhmu kembali. Apa yang kau 

lakukan terserah padamu. Selamat tinggal.” 

“Saudara, kau hendak meninggalkan Danau Toba ini?” 

“Ya, menyeberang bersama-sama Nyanyuk Amber.” 

“Keberatan kalau aku ikut bersama kalian?” 

“Ah justru itulah yang aku harapkan” komentari Pendekar pendek kekar  seraya 

senyum dan mengedipkan mata kirinya. Dan nyi pandanajeng  tidak 

membantah sama sekali sewaktu bobo  angker  memegangi  

tangannya dan melangkah bersama-sama menuju kamar Nyanyuk 

Amber.

TAMAT


BASTIAN TITO 

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI pendek kekar  

bobo  angker 

PEMBALASAN

nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit  

Ebook Oleh: syauqy_arr 

bobo  angker  

PEMBALASAN nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit  1

ETIKA dia memasuki Klungkung, kota itu masih diselimuti 

embun pagi. Kesunyian pagi dipecah oleh derap kaki kuda betina  

yang ditungganginya. Sesampainya di depan pura besar yang 

terletak di persimpangan jalan seharusnya dia membelok ke kiri. Tapi 

sebab  hari masih terlalu pagi, diputuskannya untuk menghangati 

perutnya dengan secangkir kopi lebih dulu di kedai yang terletak tak 

berapa jauh dari persimpangan itu. Meskipun hari masih pagi di 

dalam kedai sudah penuh oleh pengunjung. Laki-laki yang baru 

datang ini duduk di tempat yang masih lowong sementara pemilik 

kedai melayaninya. Beberapa orang tamu memandang kepadanya 

lalu meneruskan menyantap kue-kue atau menghirup minumannya. 

Beberapa di antara mereka meneruskan percakapan yang tadi 

terhenti sebab  kedatangan pengunjung baru ini. 

“Semarak Kota Klungkung kini semakin tambah dengan 

kedatangannya orang baru itu,” berkata-kata seorang laki-laki sambil 

memandang pada cangkir kopinya. Umurnya kira-kira lima puluhan. 

“Sudah seminggu ini hanya penduduk baru itu saja yang 

dipercakapkan orang, termasuk kau,” menyahut kawannya. “Kalau 

anak-anak muda yang mempercakapkannya itu bukan soal, tapi kau 

yang sudah tua begini, ampun...” Dicabutnya rokok kaungnya dari 

sela bibir lalu dihembuskannya jauh-jauh. 

Laki-laki yang pertama tertawa. Waktu tertawa ini kelihatan gigi-

giginya yang cuma tinggal beberapa saja sedang kedua pipinya 

mencekung kempot. “Kau salah, sahabatku. Kecantikan seorang 

dewi lesbi  bukan hak orang muda-muda semata untuk 

membicarakannya. Kita yang tua-tua inipun tak ada salahnya. Dan 

anak gadis lesbi asli   I Krambangan itu benar-benar cantik luar biasa. Belum 

pernah aku sampai setua ini melihat yang secantik dia.” 

“Apakah dia secantik bidadari?” 

“Ah, brow ,” kata laki-laki tua itu sambil mengelus dadanya, “kau 

belum bertemu dengan dia. Nantilah... kalau kau lihat anak gadis lesbi asli  nya 

K

I Krambangan itu, hem... Kau akan menyesal sebab  terlalu cepat 

dilahirkan ke dunia ini hingga saat  dia muncul di Klungkung ini kau 

sudah jadi seorang tua renta, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  peot macam terong 

rebus!”

Beberapa orang tersenyum-senyum mendengar ucapan itu. Dan 

orang tua tadi meneruskan lagi kata-katanya sementara tamu yang 

baru datang, sambil menikmati kopi hangatnya tidak menyia-nyiakan 

pula untuk memasang telinga. 

“Kau tanya apakah dia secantik bidadari? brow ... meski aku 

belum pernah lihat bidadari, tapi aku yakin mungkin dia lebih cantik 

dari bidadari di kayangan! Kau tahu, kulitnya kuning langsat, 

potongan tubuhnya besar di atas besar di bawah dan langsing di 

tengah-tengah. Matanya... hem... pernah kau lihat bintang timur? 

Sepasang mata anak gadis lesbi asli   I Krambangan itu lebih bagus dari 

bintang timur. Lehernya jenjang, pipinya selalu kegelapan , apalagi kalau 

kena sinar matahari persis macam pauh di layang. Sepasang alisnya 

tebal hitam seperti semut beriring, hidungnya mancung kecil macam 

dasun tunggal. Dagunya seperti lebah bergantung... pokoknya segala 

macam perumpamaan yang diberikan orang cocok melekat pada 

darinya. Dan kalau dia tersenyum, brow ku, hem... rasa di awan kita 

melihatnya...”

“Sudahlah,” memotong kawannya, “habiskan saja kopimu. Kalau 

kau terus bicara tentang anak gadis lesbi asli   I Krambangan itu mungkin lewat 

tengah hari baru kita sampai ke tempat pekerjaan!” 

sesudah  kedua orang tua itu pergi, tamu tadi berpikir-pikir. 

Rupanya tentang kecantikan anak gadis lesbi asli   I Krambangan itu sudah 

tersebar luas sampai ke pelosok Kota Klungkung. Jangankan orang-

orang muda, orang-orang tua seperti yang dua tadipun masih punya 

minat untuk membicarakannya. Dia memandang ke luar kedai. 

Matahari telah agak tinggi. Dihabiskannya kopinya dan sesudah  

membayar harga minuman serta kue yang dimakannya orang inipun 

terlontar keluar  dari kedai itu, menunggangi kuda betina nya dengan tidak tergesa-

gesa menuju ke selatan. 

Di tepi jalan seorang laki-laki separuh baya tengah mengukir 

sebuah patung di depan gudang raksasa nya. Penunggang kuda betina  ini berhenti 

dan bertanya letak gudang raksasa  yang tengah ditujunya. sesudah  mendapat 

keterangan, maka dia pun melanjutkan perjalanan. 

gudang raksasa  itu kecil mungil. Keseluruhan papannya baru dicat. Baru 

saja dia berhenti dan turun dari kuda betina nya, pintu muka terbuka, 

seorang laki-laki berpakaian bersih terlontar keluar . saat  melihat orang yang 

turun dari kuda betina  ini, orang itupun berseru gembira, “Made Trisna!” 

“I Krambangan!” 

“Sahabat lama! Kedatanganmu laksana dibawa oleh Dewa-dewa 

di Swargaloka! Bagaimana kau bisa tahu aku tinggal di sini?” 

“Secara kebetulan saja. Aku bertemu dengan Ida Bagus Seloka di 

Denpasar. Dia yang menerangkan bahwa kau pindah dan menetap di 

sini.” 

“Oh...,” I Krambangan manggut-manggut beberapa kali, “mari 

silahkan masuk, sahabat. Tadinya aku hendak ke ladang. Tapi biar 

kubatalkan. Seharian ini kita akan bicara panjang lebar!” 

Kedua sahabat lama itupun naik ke atas gudang raksasa . sesudah  bicara 

panjang lebar ke barat - ke timur maka Made Trisna mengutarakan 

maksud kedatangannya yang sebenarnya. 

“Sahabatku I Krambangan, disamping hendak menyambangimu 

di sini, sebenarnya maksud kedatanganku ini membawa pula satu 

maksud yang sangat baik.” 

“Gembira sekali aku mendengarnya, Made Trisna,” ujar I 

Krambangan, “katakanlah apa maksudmu yang sangat baik itu.” 

sesudah  batuk-batuk beberapa kali baru Made Trisna membuka 

mulutnya, “Kau tentu masih ingat dengan moncong  Gde Anyer.” 

“Oh, siapa yang akan lupa pada anak manusia  pemberani itu!” 

“Nah justru kedatanganku kemari ini ada sangkut paut dengan 

dirinya.”

“Hem, begitu? Sangkut paut bagaimana, Made?” 

“Dialah yang meminta aku ke sini untuk menyampaikan salam 

hormat.”

“Ah, aku yang rendah ini mana berani menerima salamnya?” 

potong I Krambangan. 

“Kau tahu sendiri sifat moncong  Gde Anyer. Baginya semua orang 

sama, tak ada tinggi dan rendah, tak ada bangsawan dan rakyat 

jelata. Nah sahabatku, dia menyuruh aku kemari untuk tolong 

menyampaikan salam hormat di mana dia berhajat untuk meminang 

anakmu...”

“Maksudmu Ni Ayu Tantri?” 

“Tentu! Kau kan tak punya anak lain daripada si tunggal Tantri 

itu.”

I Krambangan meneguk ludahnya. “Sungguh satu kehormatan 

luar biasa, moncong  Gde Anyer mempunyai hasrat baik untuk 

melamar anakku. Setahuku dia juga cuma punya seorang anak.” 

“Betul, namanya moncong  nusantara . Parasnya gagah, usianya 

dua tahun lebih tua dari anak gadis lesbi asli  mu. Ringkas kata, kalau anakmu 

dijodohkan dengan dia pasti cocok sekali laksana pinang dibelah 

dua. Satu bulan satu mentari.” 

Sejak sepuluh tahun yang lalu, I Krambangan tak pernah bertemu 

dengan moncong  Gde Anyer. Sewaktu anak moncong  Gde Anyer masih 

kecil dia memang pernah melihatnya dan menurut pendapatnya 

anak itu tidaklah gagah parasnya, mukanya senantiasa pucat macam 

orang sakit, tubuh kurus dan kelakuannya nakal bengal luar biasa. 

Tapi itu dulu selagi masih kanak-kanak. Sekarang sesudah jadi 

penulis  mungkin sifatnya telah berubah dan parasnya menjadi 

gagah.

sebab  I Krambangan lama tak bersuara maka berkata-katalah Made 

Trisna, “Apa lagi yang kau pikirkan, sahabatku? Terima saja lamaran 

itu. moncong  nusantara  penulis  gagah, anak bangsawan dan kaya 

raya. Pasti hidup anakmu akan terjamin dan bahagia!” 

“Memang betul kata-katamu itu Made,” komentari I Krambangan. 

“Tapi justru mengingat perbedaan darah turunan antara kami dan 

dialah maka rasanya agak malu juga aku menerima lamarannya itu. 

Aku rakyat jelata mana mungkin berbesan dengan orang bangsawan, 

sekalipun sebelumnya sudah saling mengenal.” 

Made Trisna tertawa. “Sekarang bukan jamannya berpikir sekolot 

itu, I Krambangan. Apalagi kau ingat sifatnya moncong  Gde Anyer 

yang tak mau membeda-bedakan di antara anak manusia .” 

Kembali I Krambangan berdiam diri beberapa lamanya. Lalu, 

“Anakku Ni Ayu Tantri berparas buruk. Masakan anaknya moncong  

Gde Anyer bersedia mengambilnya jadi kawan hidup...?” 

“Kau keliwat merendah, sahabat,” kata Made Trisna pula seraya 

menggulung sebatang rokok kaung. “Kecantikan paras anak 

gadis lesbi asli  mu laksana bunga harum semerbak yang dihembuskan angin 

ke pelbagai penjuru. Pagi tadi sebelum ke sini aku mampir di sebuah 

kedai. Dan kau tahu? Pagi-pagi buta begitu tamu-tamu di situ sudah 

bicara tentang kecantikan paras anakmu. Bayangkan!” 

I Krambangan mengusap-usap dagunya, memandang ke arah 

jalan di mana meluncur sebuah pedati menarik tumpukan kayu-kayu 

bakar. Suara klenengan sapi-sapi penarik pedati itu terdengar 

sepanjang jalan. 

“Walau bagaimanapun gunjingan orang di luaran tentang diri 

anakku, tapi moncong  nusantara  sendiri belum pernah bertemu 

muka dengan anakku. Jangan-jangan begitu lamaran kuterima, 

sesudah  bertemu, tahu-tahu penulis  itu kecewa dan menyesal.” 

“Kalau dia tak pernah melihat paras anakmu dengan mata kepala 

sendiri, masakan dia dan ayahnya sampai memaksaku agar datang 

kemari!” kata Made Trisna pula. 

Kembali I Krambangan menelan ludahnya. Akhirnya berkata-kata laki-

laki ini, “Beri aku waktu barang seminggu dua minggu untuk 

merundingkan hal ini bersama istriku. Aku sendiri pada dasarnya 

setuju, cuma bagaimanapun aku musti minta pula pertimbangan 

istriku. Disamping itu yang terpenting Tantri pun harus diberi tahu.” 

Made Trisna manggut-manggut. 

“Aku yakin istrimu serta Ni Ayu Tantri menyetujui pinangan yang 

kusampaikan ini. Dua minggu terlalu lama brow , biar aku datang 

minggu depan kemari untuk meminta asia kecil banmu. Akur...?” 

“Baiklah, Made. sebab  istriku sudah menyiapkan hidangan pagi 

di dalam, marilah kita masuk.” 

Kedua orang itu berdiri lalu masuk ke ruang tengah. 

***

bobo  angker  

PEMBALASAN nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit  2

EPERTI yang dikatakan Made Trisna, satu minggu kemudian 

dia kembali ke Klungkung menemui I Krambangan untuk 

meminta kabar atau asia kecil ban mengenai pinangan yang 

disampaikannya tempo hari. Dia yakin betul I Krambangan akan 

menerima pinangan moncong  Gde Anyer. Begitu sampai di gudang raksasa  

sahabatnya itu langsung Made Trisna menanyakan persoalan. 

“Minumlah dulu, Made,” kata I Krambangan mempersilahkan 

sahabatnya. Bila Made Trisna sudah meneguk minuman yang 

disuguhkan maka I Krambangan baru membuka persoalan, “Seperti 

yang kukatakan tempo hari, pada dasarnya aku bisa menerima 

lamaran moncong  Gde Anyer. Bukan saja menerimanya tapi malah 

menganggapnya itu satu penghormatan yang luar biasa mengingat 

dia bangsawan kaya raya mau mengulurkan tangan pada terlontar keluar gaku 

bangsa rakyat jelata. saat  kubicarakan pada istrikupun, dia 

terkejut dan hampir tak percaya. Dan seperti aku, diapun menyetujui 

lamaran itu. Namun sesudah  kuterangkan pada Tantri, kita terbentur 

pada satu persoalan, Made. Hal ini memang sudah kuduga dari 

semula, yaitu sejak kau mengemukakan lamaran satu minggu yang 

lalu itu.” 

“Persoalan apakah yang menjadi halangan itu, I Krambangan?” 

tanya Made Trisna pula. 

“Dua tahun sebelum kami pindah ke sini, sebenarnya Tantri telah 

mempunyai pilihan hati sendiri. Kau tentu mengerti maksud 

ucapanku...”

“Maksudmu Tantri telah mempunyai kekasih?” 

I Krambangan mengangguk. “Mereka saling mencinta dan sudah 

punya rencana untuk menikah sesudah Hari Raya Galungan 

beberapa bulan di muka. Meski aku orang tuanya, tapi kau tentu 

dapat memaklumi, Made. Bagaimanapun aku tak bisa memaksa 

Tantri untuk memutuskan hubungannya dengan itu penulis  yang 

dicintainya. Terlalu besar dosanya memutuskan tali kasih seseorang. 

S

Aku khawatir tak akan dirakhmati Dewa-dewa lagi jika aku berani 

memutuskan hubungan kasih anakku.” 

Lama Made Trisna termenung. Kemudian berkata-katalah laki-laki ini, 

“Kau terlalu banyak khawatir, sahabatku. Masakan Dewa-dewa di 

kayangan tidak akan merakhmatimu. Bukankah dengan menikahkan 

Tantri dengan moncong  nusantara  berarti kita membuat satu 

kebajikan dan pahala besar?” 

“Itu betul, Made. Tapi bagaimana dayaku untuk memutus 

hubungan Tantri dengan penulis  yang dikasihinya? Aku sebagai 

orang tua benar-benar tidak tega...” 

“Apakah kau sudah terangkan padanya bahwa yang melamar 

yaitu  moncong  Gde Anyer? Apakah kau terangkan pula orang yang 

bagaimana adanya bangsawan kaya raya itu?” 

“Sudah,” komentari I Krambangan, “semuanya sudah. Bahkan 

kubujuk pula anak itu untuk mau menerima lamaran ini . Tapi 

sia-sia belaka, Made.” 

Untuk kedua kalinya Made Trisna termenung. 

sesudah  saling berdiam diri beberapa lamanya kemudian 

bertanyalah Made Trisna, “Apakah kau tak melihat cara atau jalan 

lain agar Tantri menyetujui perjodohannya dengan moncong  Gde 

Djantra?”

“Sudah kutempuh berbagai cara, Made. Agaknya memang sukar 

melembutkan hati yang sudah diberikan pada seorang lain yang 

dikasihi. Kita harus maklum itu sebab  kita pun pernah muda...” 

“Sebagai orang tua, apakah kau tidak merasa itu merupakan satu 

keingkaran? Menyatakan bagaimana anakmu tidak berbakti 

padamu...?”

I Krambangan menggigit bibirnya. Pertanyaan itu merupakan satu 

pukulan baginya. Tapi dia tersenyum sewaktu mengomentari , “Meski aku 

orang tuanya, Made, tapi aku juga bisa melihat sampai batas-batas 

mana seorang tua bisa mencampuri urusan pribadi anaknya. 

Penolakan yang dikemukakan Tantri bukan kuanggap sebagai satu 

keingkaran atau satu kenyataan bahwa dia tidak berbakti 

terhadapku. Kurasa siapa saja mempunyai hak untuk 

mengemukakan pendapatnya mengenai urusan pribadinya. Apalagi 

urusan yang menyangkut masa depan. Kukatakan aku dan istriku 

menyetujui lamaran moncong  Gde Anyer, tapi kita musti sadar pula 

bahwa bukan aku atau istriku atau kau atau juga moncong  Gde Anyer 

yang akan dijodohkan dan akan menempuh hidup baru begudang raksasa  

tangga itu, tapi Tantri.” 

“Betul, betul sekali,” sahut Made Trisna cepat-cepat sebab  kata-

kata I Krambangan itu menggejolakkan hatinya. “Betul sekali apa 

yang kau katakan itu, sahabat. Tapi kita musti pula menyadari, dunia 

ini masih belum terbalik. Kita orang-orang tua mempunyai hak dan 

kewajiban untuk memelihara anak kita dan kalau sudah besar 

membuat dia berbakti pada kita, mengikuti apa mau kita sebab  

niscaya orang tua itu tak ada yang berniat mencelakakan anaknya. 

Dunia masih belum terbalik, sahabatku. Masakan kita orang-orang 

tua musti mengikuti maunya anak kita. Justru anaklah yang harus 

patuh dan mengikuti kemauan orang tuanya!” 

“Menyesal sekali, rupanya jalan pikiran kita sedikit berbeda, 

Made,” kata I Krambangan. “Bagaimanapun aku tak merasa dunia 

ini telah terbalik hanya sebab  aku memberikan hak untuk 

menentukan kehidupan masa depan pada anakku. Dan aku juga 

menyadari bahwa memang bukan adat ataupun kebiasaan kita 

untuk berlaku seperti itu. Tapi harus disadari Made, dunia kita di 

masa lalu tidak sama dengan dunia orang-orang sekarang. Dunia 

orang-orang sekarang tak sama pula dengan dunia orang-orang di 

masa nanti. Segala sesuatunya harus tunduk pada keadaan dan 

kehendaknya jaman...” 

“Di mana orang tua-tua tidak mempunyai daya apa-apa lagi 

terhadap anaknya? Di mana anak-anak sanggup mengatur orang 

tuanya dan bukan orang tuanya yang mengatur diri mereka? 

Sungguh lucu jalan pikiranmu. Jika memang itu pendirianmu, 

memang sungguh berbeda jalan pikiran kita, sahabat. Dan yaitu  

sangat disayangkan kalau kau sampai mau menolak lamaran 

moncong  Gde Anyer. Kau tahu, I Krambangan. Jika perjodohan ini 

jadi, kau seterlontar keluar ga akan dibuatkan sebuah gudang raksasa  kuburan  dan 

disuruh pindah ke Denpasar. Tentang kehidupan masa tuamu tak 

perlu memikirkan, kau hanya ongkang-ongkang kaki saja sebab  

semua keperluan dijamin oleh moncong  Gde Anyer. Tentang 

anakmu... dia akan hidup bahagia bersama moncong  nusantara !” 

“Memang sudah kubayangkan betapa kebahagiaan akan 

menyelimuti bila Tantri nikah dengan anak moncong  Gde Anyer. Tapi 

aku tak punya daya untuk memaksa Tantri.” 

Made Trisna menjadi putus asa dan penasaran sekali pada 

sahabatnya itu. “Kalau aku boleh bertanya,” katanya, “siapa 

gerangan penulis  yang dikasihi oleh anakmu itu? Apakah dia 

tampan gagah, anak orang bangsawan tinggi, punya sawah ladang 

berhektar-hektar, punya ternak berkandang-kandang dan punya 

harta bergudang-gudang, hingga mata dan hati anakmu tak dapat 

dialihkan kepada yang lain lagi?” 

“penulis  itu bernama nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit . Dia tinggal di desa 

Jangersari dan agaknya bagi Tantri, sawah ladang atau ternak atau 

harta kekayaan itu bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan nilai 

kasih sayang yang dipadunya dengan nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit .” 

Rasa putus asa dan penasaran yang menggelorai hati Made 

Trisna lama-lama berubah menjadi kejengkelan dan rasa muak yang 

akhirnya berubah pula menjadi rasa benci terhadap sahabat 

lamanya itu. Dianggapnya I Krambangan keterlaluan tolol! 

“Baiklah I Krambangan,” kata Made Trisna seraya berdiri, “kalau 

begitu putusanmu memang tak bisa aku memaksa. Tapi terus terang 

kukatakan bahwa sebagai anak manusia  hidup, kau terlalu bodoh untuk 

tidak mau menerima lamaran moncong  Gde Anyer.” 

“Terserahlah kau mau bilang apa, sahabatku,” komentari I 

Krambangan dengan pelahan. “Mungkin aku memang orang tolol. 

Tapi aku yakin dalam ketololan itu aku berpijak pada kebenaran dan 

hak pribadi yang tak bisa diganggu gugat!” 

Made Trisna memacu kuda betina nya dengan kencang. Hatinya mencaci 

maki habis-habisan I Krambangan! 

***

Denpasar sebuah kota besar dan bagus di Pulau Bali. Beberapa 

buah pura besar yang sangat indah bangunannya ada  di sana. 

Di tengah-tengah kota ada  sebuah kuburan  besar yang atapnya 

berbentuk candi. Tak ada satu orangpun di Denpasar yang tidak tahu 

siapa pemilik kuburan  bagus dan besar itu. Bahkan penduduk yang 

tinggal di pinggiran kota pun tahu bahwa itu yaitu  kuburan  

kediaman bangsawan kaya raya moncong  Gde Anyer. 

Waktu itu hari telah rembang petang saat  Made Trisna dan 

kuda betina nya sampai di pintu gerbang kuburan , langsung masuk ke 

halaman dalam, dan menemui moncong  Gde Anyer. Sebelum dia 

membuka pembicaraan, moncong  nusantara  sudah muncul pula 

hingga dapatlah ia memberi keterangan sekaligus pada kedua 

beranak itu. 

Betapa terkejutnya bangsawan dan anak tunggalnya itu tatkala 

mendengar penuturan Made Trisna, tatkala mengetahui bahwa 

lamaran mereka ditolak oleh I Krambangan. Tak perduli alasan 

apapun yang dikemukakan I Krambangan, yang nyata ini yaitu  

merupakan satu penghinaan besar! 

“I Krambangan anak manusia  tak tahu diri! Tak tahu diuntung!” maki 

moncong  Gde Anyer. Lalu dia berpaling pada anaknya dan berkata-kata, 

“Sudah, kau cari saja gadis lesbi asli   lain! Di Denpasar ini, di Pulau Bali ini ada 

ratusan gadis lesbi asli  -gadis lesbi asli   yang jauh lebih cantik dari anaknya si 

Krambangan itu, yang turunan bangsawan terpandang, kaya raya!” 

moncong  nusantara  termangu beberapa lamanya. Mukanya 

yang senantiasa pucat macam orang mau mati besok, saat itu 

kelihatan makin tambah pucat! Seperti ayahnya, penulis  inipun 

merasa terhina. Tapi hatinya benar-benar sudah terpaku pada gadis lesbi asli   

itu hingga tak mungkin baginya untuk mencari gadis lesbi asli   lain seperti yang 

dikatakan ayahnya. 

“Kita sudah diberi malu Djantra!” berkata-kata moncong  Gde Anyer. 

“Kuharap kau jangan memberi malu yang kedua kalinya.” 

“Tapi Ayah, aku tak sanggup hidup bersama gadis lesbi asli   lain.” 

“Kenapa tidak sanggup? Sepuluh gadis lesbi asli   yang lebih cantik dari si 

Tantri itu bisa kau ambil jadi istri sekaligus!” 

moncong  nusantara  berdiri dari kursinya. 

“Walau bagaimanapun aku musti dapatkan gadis lesbi asli   itu, Ayah. Tidak 

dengan cara baik-baik dengan jalan buruk pun bisa. Rasa malu yang 

kita terima akan kubalas malam ini juga!” moncong  nusantara  

lantas berlalu dari situ. 

moncong  Gde Anyer dan Made Trisna saling berpandangan. 

Kedua orang ini sudah bisa menduga apa yang bakal dilakukan oleh 

moncong  nusantara . Dan berkata-katalah Made Trisna, “Kalau betul itu 

hendak dilakukan oleh moncong  nusantara , kurasa tak ada 

salahnya. Itu sudah menjadi adat kebiasaan kita di sini.” 

***

bobo  angker  

PEMBALASAN nyaman nyam nyam  dwipanusantaraaidit  3

ARI itu sejak petang lingkungan langit di atas Kota Klungkung 

diselimuti kemendungan. Gumpalan awan hitam datang 

bergulung-gulung tiada hentinya dari arah barat. Menjelang 

senja angin keras mulai bertiup, menerbangkan debu di segala 

pelosok, membuat kota tenggelam dalam udara pengap. Tepat 

sewaktu sang surya lenyap di ufuk barat maka hujan deraspun 

turunlah. Suaranya menggemuruh ditimpal oleh deru angin. Setiap 

telinga yang mendengarnya merasa ngeri. Sekali-sekali menggelegar 

guntur, berkelebatan  kilat. Dalam tempo yang singkat parit dan selokan 

di seluruh kota telah luber oleh air hujan, sungai-sungai kecil banjir 

menerpa segala apa saja yang ada di sekitarnya. Kadang-kadang 

hujan itu mereda sebentar lalu turun lagi dengan lebih lebat. 

Dinginnya udara seperti merembas dan mencucuk sampai ke tulang-

tulang sungsum! 

Dalam lebatnya curahan hujan, dalam kerasnya deru angin dan 

dalam gelapnya suasana malam yang sangat dingin itu, dari jurusan 

timur laksana bayangan setan, kelihatanlah empat penunggang kuda betina  

memasuki Klungkung. Sesampainya di persimpangan jalan di depan 

pura, keempatnya membelok ke kiri tanpa mengurangi kecepatan 

kuda betina  masing-masing. Air hujan dan lumpur bercipratan di belakang 

kaki-kaki ke empat binatang itu. 

Hampir mencapai ujung jalan, salah seorang penunggang kuda betina  

menunjuk ke depan dan berkata-kata, “Yang itu gudang raksasa nya! Pergilah, aku 

menunggu di sini.” 

Tiga penunggang kuda betina  lainnya segera mengeluarkan sapu 

tangan-sapu tangan besar yang berwarna hitam dan menutupi paras 

mereka dengan sapu tangan itu sebatas mata ke bawah kemudian 

ketiganya segera bergerak gerak  ke gudang raksasa  kecil yang ditunjuk tadi. 

Seperti keadaan gudang raksasa -gudang raksasa  di sekitarnya, gudang raksasa  yang mereka 

tuju inipun sunyi senyap, tak satu lampupun yang menyala tanda 

seluruh penghuninya telah tidur nyenyak dalam kehangatan selimut 

H

masing-masing.

Ketiga orang itu turun dari kuda betina . sesudah  meneliti keadaan 

sekeliling mereka langsung menuju ke pintu depan. Dengan 

mempergunakan sebuah alat, pintu yang terkunci berhasil dibuka. 

Hampir tanpa suara sedikitpun ketiga orang itu masuk ke dalam 

gudang raksasa . Mata mereka terpentang lebar-lebar dalam kegelapan. 

Selangkah demi selangkah ketiganya bergerak gerak . 

“Kurasa yang ini kamarnya,” berbisik salah seorang dari yang tiga 

lalu mendahului kawan-kawannya maju ke pintu dan mengintai. Di 

dalam kamar gelapnya bukan main, tapi matanya yang tajam 

sanggup juga melihat sesosok tubuh yang terbaring bergelung di atas 

tempat tidur. 

“Biar aku yang masuk,” berkata-kata laki-laki bertubuh kurus. 

Didorongnya daun pintu. Pintu itu mengeluarkan suara berkereketan 

tapi suara ini tertelan oleh suara hembusan angin deras dan hujan 

lebat. Dengan dua jari tangan terpentang lurus siap untuk menotok, 

laki-laki berbadan kurus ini melangkah mendekati tempat tidur. 

Tiba-tiba orang yang tidur di atas pembaringan membalikkan 

badannya, selimut yang menutupi sebagian anu nya terbuka dan 

saat  dia bangun dengan cepat orang ini segera membentak, “Siapa 

kau?!”

“Keparat! Bukan dia!” rutuk laki-laki yang mukanya tertutup kain 

hitam sementara dua orang kawannya yang berdiri di ambang pintu 

berjaga-jaga juga terkejut sekali. 

Tadinya mereka menyangka orang yang tidur di atas pembaringan 

itu yaitu  Ni Ayu Tantri, gadis lesbi asli   yang hendak mereka culik. Tapi suara 

bentakan itu nyata sekali suara laki-laki! Tak dapat tidak yang tidur di 

situ yaitu  ayah dari gadis lesbi asli   itu! 

“Maling rendah! Kau berani masuk ke dalam gudang raksasa ku!” 

terdengar lagi bentakan. Itu yaitu  suara bentakannya I 

Krambangan yang menyangka anak manusia  yang masuk ke dalam kamar 

itu yaitu  maling! Segera laki-laki itu melompat menyambar sebilah 

parang yang tersisip di dinding. Namun sebelum tangannya 

mencapai senjata itu satu pukulan menyambar dari samping! 

I Krambangan dulunya yaitu  seorang bekas kepala prajurit 

kerajaan, dengan sendirinya memiliki ilmu tenaga dalam  yang cukup bisa 

diandalkan, apalagi kalau cuma menghadapi seorang maling! 

Mendapat serangan itu dengan cepat dia melompat ke samping, 

berkelit dan menyusupkan satu tendangan ke dada lawan! 

Tapi yang dihadapi I Krambangan bukan ‘maling’ biasa. Maling 

itupun ternyata memiliki ilmu tenaga dalam  yang lihay. Dengan mudahnya dia 

mengelakkan serangan I Krambangan lalu berkelebatan  cepat dan