Jumat, 19 Januari 2024
Home »
harry potter G
» harry potter G
harry potter G
Januari 19, 2024
harry potter G
sihkan salju dari
permukaan batu itu dan memegang Horcruxnya. Saat Ron menawarkan
pedang, Harry malah menggelengkan kepala.
”Kau yang melakukannya.”
”Aku?” Ron nampak terkejut, ”Kenapa?”
”Karena kau yang mengeluarkan pedang itu dari kolam. Kukira itu artinya
kau yang berhak.”
Harry tidak sedang mencoba bermurah hati. Sama yakinnya saat dia tahu
bahwa rusa betina itu tidak berbahaya, begitu pula dia yakin bahwa Ron-lah
seorang yang akan mengayunkan pedang tersebut. Paling tidak Dumbledore
telah mengajarkan Harry tentang jenis sihir tertentu, mengenai kekuatan yang
tak terhingga untuk kondisi tertentu.
”Aku akan membukanya,” sahut Harry, ”dan kau akan menyabetnya saat itu
juga, OK? Karena apapun yang ada di dalamnya pasti akan melawan. Bagian dari
diri Riddle di dalam diary sudah pernah mencoba membunuhku.”
”Bagaimana kau membukanya?” tanya Ron, nampak ketakutan.
”Aku akan memintanya untuk membuka, menggunakan Parseltongue.” sahut
Harry. Jawabannya seperti sudah ada di bibir, seolah-olah dia memang sudah
mengetahuinya, mungkin pertemuannya dengan Nagini telah membuatnya
menyadari hal tersebut. Ia memandang huruf S yang meliuk-liuk seperti ular
bertatahkan batu hijau gemerlap; mudah sekali membayangkannya sebagai
ular kecil melingkar di batu yang dingin.
”Jangan!” sahut Ron, ”Jangan buka! Aku serius!”
”Kenapa tidak!” tanya Harry. ”Mari kita singkirkan benda terkutuk ini, sudah
berbulanbulan—”
”Aku tak bisa, Harry, aku serius—kau saja—”
”Tapi kenapa?”
”Karena benda itu buruk akibatnya untukku!” sahut Ron, mundur dari liontin di
atas batu. ”Aku tak dapat menguasainya! Aku bukannya sedang mengarangngarang alasan, Harry, tapi benda itu mempengaruhiku lebih buruk daripada ia
mempengaruhimu atau Hermione, benda itu membuatku berpikir macam-macam,
hal yang benar-benar sedang kupikirkan, tapi benda itu membuatku menjadi
berpikiran buruk, aku tak dapat
menerangkannya, jika aku melepaskannya aku akan dapat berpikir jernih lagi,
aku—aku
tak bisa, Harry!”
Ia mundur, pedang terseret di sisinya, sambil menggelengkan kepalanya.”Kau
bisa,” sahut Harry, ”Kau bisa. Kau yang mendapat pedang itu, aku tahu kau yang
seharusnya menggunakannya. Kumohon, gunakan pedang itu dan singkirkan benda
ini, Ron.”
Mendengar namanya disebut, Ron seperti mendapat dorongan. Ia menelan ludah,
menarik
napas panjang lewat hidungnya yang juga panjang, ia mendekati batu
”Beritahu aku saatnya,” sahut Ron parau.
”Pada hitungan ketiga,” sahut Harry, memandang kembali liontin itu, menyipitkan
matanya, berkonsentrasi pada huruf S, membayangkan seekor ular, sementara
isi liontin
itu bergemeletuk seperti kecoa terperangkap. Akan sangat mudah untuk
mengasihaninya,
kalau saja leher Harry tak hangus karena cekikannya tadi.
”Satu ... dua ... tiga ... buka.”
Kata terakhir keluar sebagai desisan dan geraman, jendela keemasan liontin
keemasan itu
terbuka lebar dengan suara klik.
Di kedua jendela kaca masing-masing ada mata yang hidup, gelap dan tampan
seperti
mata Tom Riddle sebelum mata itu berubah merah dan pupilnya terbelah.
”Tebas Sekarang,” sahut Harry, memegangi liontin dengan kuat di atas batu.
Ron mengangkat pedang dengan tangan gemetar, ujungnya yang tajam
memantulkan
bayangan mata tersebut, dan Harry mencengkeram liontin itu kuat-kuat,
menyiapkan diri
dan sudah membayangkan darah tertumpah dari jendela kaca yang kosong.
Tapi kemudian sebuah suara mendesis keluar dari Horcrux itu.
”Aku sudah melihat isi hatimu, dan itu milikku.”
”Jangan dengarkan!” kata Harry, keras, ”Sabet dia!”
“Aku telah melihat mimpi-mimpimu, Ronald Weasley, dan aku sudah melihat
ketakutanmu. Semua yang kau inginkan bisa terkabul, tapi rasa takutmu juga
bisa
terkabul…”
”Sabet!” teriak Harry, suaranya bergaung di pepohonan sekeliling, mata pedang
bergetar,
dan Ron memandang pada mata Riddle.
“Paling tidak dicintai, oleh ibu yang menginginkan anak perempuan … paling
tidak dicintai oleh gadis yang lebih memilih temanmu … selalu nomer dua,
selalu berada dibawah bayang-bayang …”
“Ron, sabet sekarang!” Harry berteriak; ia dapat merasakan liontin itu
bergetar dalam genggamannya, dan ia takut pada apa yang akan muncul dari
dalamnya. Ron masih mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dan saat ia
melakukan itu, mata Riddle berkilat merah.
Dari dua sisi liontin yang terbuka, dari kedua mata, muncul dua gelembung
aneh, kepala Harry dan kepala Hermione, wajah mereka tak keruan.
Ron berteriak terkejut dan mundur saat sosok-sosok itu muncul dari liontin
mulanya dada, pinggang, kaki, sampai sosok-sosok itu berdiri di atas liontin,
berdampingan seperti pohon dengan akar yang sama, bergoyang melampaui Ron,
dan Harry yang asli sudah melepas jemarinya dari liontin, sekarang memutih
karena panasnya.
”Ron!” Harry berteriak, tapi Riddle-Harry sekarang berbicara dengan suara
Voldemort, dan Ron menatap, terpesona pada wajahnya.
“Kenapa kembali? Kami lebih baik tanpamu, lebih bahagia tanpamu, senang
akan ketidakhadiranmu … kami menertawakan kebodohanmu,
kepengecutanmu, kesombonganmu—“
“Kesombongan,” suara menggema dari Riddle-Hermione, jauh lebih cantik tapi
lebih mengerikan dari Hermione asli; ia bergoyang, berbicara dekat Ron, yang
terlihat ngeri dan terpaku, pedang terjuntai di sampingnya. “Siapa yang mau
melihatmu,siapa yang akan memperhatikanmu, di samping Harry Potter? Apa
yang sudah pernah kamu lakukan, dibanding dengan Yang Terpilih? Siapa kau,
dibandingkan dengan Anak Yang Bertahan Hidup?”
“Ron, sabet dia, SABET DIA!” Harry berteriak, tapi Ron tidak bergerak,
matanya melebar, Riddle-Harry dan Riddle-Hermione tercermin dari matanya,
rambut mereka berseliweran seperti nyala api, mata mereka memerah, suara
mereka bersatu dalam duet yang keji.
“Ibumu mengakui,” seringai Riddle-Harry sementara Riddle-Hermione
mencemooh, “Ibumu lebih suka memilihku sebagai anaknya daripada kau,
akan sangat gembira dengan pertukaran itu …”
“Siapa yang akan memilihmu? Wanita mana yang akan memilihmu? Kau sama
sekali tak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia,” suara Riddle-Hermione
merayu, dan dia melilit seperti ular, merapat pada Riddle-Harry, memeluknya
erat dan bibir mereka bersatu.
Di depan mereka, wajah Ron penuh amarah, ia mengangkat pedangnya tinggitinggi, tangannya gemetar.
”Lakukan, Ron!” Harry berteriak.
Ron memandang Harry, matanya meninggalkan jejak memerah.
”Ron—”
Pedang itu berkelebat, terlempar; Harry melempar dirinya, suara logam
berbenturan dan jeritan panjang mengerikan. Harry berputar, terpeleset di
salju, bersiaga dengan tongkat untuk membela diri, tapi tak ada apapun.
Versi yang dahsyat dari dirinya dan Hermione sudah tak ada; hanya Ron,
berdiri dengan pedang terpegang kendur, melihat pada bekas-bekas liontin di
atas batu.
Perlahan Harry berjalan mendekatinya, tak tahu harus berkata apa atau harus
berbuat bagaimana. Ron bernafas dengan berat, matanya tidak lagi berwarna
merah sama sekali, tapi mata biru normalnya terlihat basah.
Harry berhenti, bersikap seolah-olah Ia tidak ada, dan mengambil Horcrux
yang rusak tersebut. Ron telah menghancurkan kaca tersebut: mata Riddle
telah hilang, dan noda di liontin tersebut mengeluarkan asap tipis. Sesuatu
yang hidup dalam Horcrux itu sudah lenyap; menyiksa Ron adalah hal yang
terakhir dilakukannya.
Pedang berkelontang saat Ron menjatuhkannya. Ron jatuh berlutut, tangannya di
kepala. Ia gemetar, tetapi Harry sadar, bukan karena kedinginan. Harry
menjejalkan liontin rusak itu ke dalam sakunya, berlutut di samping Ron,
menempatkan sebelah tangan hati-hati di bahu Ron. Ron tidak menepisnya.
”Setelah kau pergi,” Harry berkata dalam suara rendah, bersyukur bahwa
wajah Ron tersembunyi, ”Hermione menangis terus selama seminggu. Mungkin
lebih, hanya dia tak ingin aku tahu. Malam-malam di mana kami sama sekali tak
berbicara. Karena kepergianmu ...”
Harry tak dapat menyelesaikannya. Ron sudah ada di sini lagi, Harry
menyadari bahwa ketidakhadirannya berakibat banyak bagi mereka.
”Dia sudah seperti saudara,” Harry meneruskan, ”Aku menyayanginya seperti
saudara dan kuperhitungkan perasaannya sama padaku. Selalu begitu. Kukira
kau juga tahu.”
Ron tidak menjawab tapi memalingkan muka dari Harry, dan membersit
hidungnya dengan lengan baju. Harry berdiri dan menuju tempat ransel Ron
tergeletak, beberapa yard jauhnya, terlempar saat Ron berlari ke kolam untuk
menyelamatkan Harry agar tidak tenggelam. Harry mengangkatnya di pundak
dan kembali pada Ron. Ron berusaha bangkit saat Harry mendekat, matanya
merah karena lelah tetapi sekarang sudah kembali tenang.
“Maafkan aku,” suaranya parau, “Aku menyesal sudah pergi. Aku tahu aku—aku—Ron melihat sekeliling di kegelapan, berharap muncul kata yang cukup
mengerikan akan
menyambarnya.
”Kau sudah membayarnya malam ini,” sahut Harry, ”Mendapatkan pedang.
Menghancurkan Horcrux. Menyelamatkan hidupku.”
“Itu membuatku terdengar lebih ‘cool’ dari biasanya,” Ron berkomat-kamit.
”Hal-hal seperti itu kedengarannya selalu lebih keren dari kenyataan,” sahut
Harry, ”Aku
sudah mencoba untuk mengatakannya padamu selama bertahun-tahun ini.”
Secara bersamaan mereka mendekat dan saling merangkul. Harry
mencengkeram
punggung jaket Ron yang masih basah.
“Dan sekarang,” sahut Harry ketika mereka sudah melepaskan rangkulan, “yang
harus
kita lakukan adalah menemukan tenda.”
Tapi itu tidak susah. Walau perjalanan menembus hutan yang gelap bersama
rusa betina
nampak jauh, tapi dengan Ron di sisinya, perjalanan kembali secara mengejutkan,
hanya
sebentar. Harry tidak bisa menunggu untuk membangunkan Hermione, dengan
rasa
gembira ia memasuki tenda, Ron melambat di belakangnya.
Rasanya hangat setelah suasana di kolam, di hutan, penerangan di tenda hanya
cahaya
bluebell masih bersinar di mangkuk di lantai. Hermione masih tertidur lelap,
meringkuk di bawah selimut dan tidak bergerak sampai Harry berulang kali
menyebut namanya.“Hermione.”Ia bergerak, lalu secepat kilat duduk, merapikan
rambut di wajahnya.“Ada apa? Harry? Kau tak apa-apa?””Semua baik-baik saja.
Lebih dari baik. Hebat malah. Ada seseorang di sini.”
”Apa yang kau maksud? Siapa—”
Ia melihat Ron, yang berdiri memegang pedang, air menetes di karpet usang.
Harry
mundur ke sudut, menurunkan ransel Ron dan berusaha membuat dirinya nyaman
di
dalam tenda.
Hermione meluncur turun dari tempat tidurnya dan bergerak seperti orang
yang berjalan
dalam tidur menuju Ron, matanya menuju pada wajah pucat Ron. Ia berhenti
tepat di
depan Ron, bibirnya sudah membuka, matanya melebar. Senyum Ron lemah,
berharap,
dan tangannya sudah terangkat.
Hermione langsung maju dan memukuli setiap inci tubuh Ron yang mungkin ia
raih.
“Ouch—ow—gerroff*! Apa—? Hermione—ow!”
Kau—benar-benar—menyebalkan—Ronald—Weasley!”
Ia menandai tiap kata dengan pukulan. Ron mundur, melindungi kepalanya saat
Hermione maju.
”Kau—merangkak—kembali—ke sini—setelah—berminggu-minggu—oh, mana
tongkatku?” Hermione terlihat maju untuk merebut tongkatnya dari tangan
Harry, dan Harry bertindak
naluriah.
“Protego!”
Pelindung kasat mata muncul di antara Ron dan Hermione; kekuatannya membuat
Hermione terpantul mundur hingga ke lantai. Sambil mengeluarkan rambut
yang masuk ke mulutnya, Hermione maju lagi.
”Hermione,” sahut Harry, ”Tenang—”
”Aku tidak akan tenang!” ia berteriak. Harry belum pernah melihatnya
kehilangan
kendali seperti ini, seperti orang yang kesurupan.
”Kembalikan tongkatku! Kembalikan!”
”Hermione, tolong—”
”Jangan katakan padaku apa yang seharusnya kulakukan, Harry Potter!”
Hermione
melengking, ”Jangan berani-berani! Kembalikan sekarang! Dan KAU!”
Ia menunjuk Ron, menuduh dengan mengerikan; suaranya seperti laki-laki,
dan Harry tidak bisa menyalahkan Ron karena mundur beberapa langkah.”Aku
mengejarmu! Aku memanggilmu! Aku memohon agar kau kembali!””Aku tahu,”
sahut Ron, ”Hermione, aku menyesal. Aku sungguh—””Oh, kau
menyesal!”Hermione tertawa, nada suaranya tinggi, tidak terkendali. Ron
melihat Harry minta
tolong, tapi Harry cuma nyengir tak berdaya.
“Kau kembali setelah berminggu-minggu—berminggu-minggu—dan kau pikir
semua akan beres hanya dengan kata-kata maaf darimu?”
“Apa lagi yang bisa kukatakan?” teriak Ron, dan Harry senang melihat Ron
membalas.
”Oh, aku tak tahu!” pekik Hermione dengan kasar. “Gunakan otakmu, Ron, itu
hanya perlu waktu beberapa detik—”
”Hermione,” sela Harry, ”dia baru saja menyelamatkan—”
”Aku tak peduli,” teriak Hermione, ”aku tak peduli apa yang ia perbuat!
Bermingguminggu, kita bisa saja mati saat itu—”
”Aku tahu kalian tidak mati!” teriak Ron, menenggelamkan suara Hermione untuk
pertama kalinya, mendekat sebisanya dengan adanya Mantra Pelindung di antara
mereka. ”Harry selalu ada di Prophet, di radio, mereka mencarimu di manamana, semua kabar burung dan cerita gila, aku tahu aku akan dengar langsung
kalau kau mati, kau tak tahu seperti apa—”
”Memangnya seperti apa menurutmu?”
Suara Hermione sekarang sangat melengking sampai-sampai mungkin hanya
kelelawar yang bisa mendengarnya, tapi dia sudah mencapai batas kemarahan
sehingga untuk sementara tak bisa bicara apa-apa, Ron memanfaatkan
kesempatan itu.
”Aku sudah akan kembali pada saat aku ber-Disapparate, tapi aku bersinggungan
dengan segerombolan Penjambret, Snatchers, Hermione, sehingga tidak bisa ke
mana-mana.”
”Segerombolan apa?” tanya Harry, dan Hermione melempar diri ke kursi dengan
tangan dan kaki terlipat sangat rapat seperti tidak akan dibuka bertahuntahun.
”Penjambret, Snatchers,” sahut Ron, ”Mereka ada di mana-mana, gerombolan
yang mencari emas dengan menyerahkan Muggle-Born atau Darah
Pengkhianat, ada hadiah dari Kementrian bila berhasil menangkap mereka.
Aku sendirian, terlihat usia anak sekolah, mereka kegirangan mengira aku
Muggle-Born yang sedang sembunyi. Aku harus bergerak cepat atau diseret
ke Kementrian.”
”Apa yang kau bilang pada mereka?”
”Aku mengaku sebagai Stan Shunpike. Orang pertama yang kuingat.”
”Dan mereka percaya?”
”Mereka tidak terlalu pintar. Aku bahkan sangat yakin kalau salah satu dari
mereka merupakan setengah-Troll, Dari baunya...”
Ron melirik Hermione, sangat berharap kalau-kalau Hermione melunak dengan
adanya lelucon itu, tetapi ekspresi Hermione tetap terlihat mengerikan.
”Mereka kemudian meributkan apakah aku Stan atau bukan. Sangat
menyedihkan memang, tapi jujur saja, mereka berlima sedangkan aku sendiri,
mereka merebut tongkatku. Lalu dua di antara mereka berkelahi, dan saat
perhatian teralih, aku memukul salah seorang dari mereka yang memegangiku,
merebut tongkatnya, Melucuti yang memegang tongkatku, dan ber-Disapparate.
Aku tidak melakukannya dengan baik, Splinch lagi—” Ron mengangkat tangan
kanannya, memperlihatkan dua kukunya yang hilang; Hermione mengangkat
alisnya dingin, ”—dan aku muncul bermil-mil jauhnya dari tempat asal. Saat aku
kembali ke tepian sungai itu ... kalian sudah pergi.”
”Cerita yang mengesankan,” sahut Hermione, dengan suara angkuh yang
dipakainya kalau dia bermaksud melukai perasaan seseorang, ”Kau pasti sangat
ketakutan. Sementara itu kami pergi ke Godric’s Hollow, dan sebentar, apa
yang terjadi, Harry? Oh ya, ularnya Kau-Tahu-Siapa muncul, hampir membunuh
kami berdua, Kau-Tahu-Siapa sendiri muncul dan nyaris menangkap kami, tapi
luput hanya dalam hitungan detik.”
”Apa?” sahut Ron, melongo pada Hermione, lalu pada Harry, tapi
Hermione mengacuhkannya.
”Bayangkan, kehilangan kuku, Harry! Penderitaan kita tidak bisa
dibandingkan dengannya, kan?”
”Hermione,” sahut Harry pelan, ”Ron baru saja menyelamatkanku.”
Namun kelihatannya Hermione tidak mendengarkan.
”Satu hal yang ingin kuketahui,” sahut Hermione memusatkan mata pada satu
kaki di atas kepala Ron, ”Bagaimana bisa kau menemukan kami malam ini? Ini
penting. Kalau kita tahu penyebabnya, kita bisa memastikan agar kita tidak lagi
dikunjungi oleh orang yang tidak kita inginkan.”
Ron memandangi Hermione, menarik benda kecil perak dari saku jeansnya.
”Ini.”
Hermione terpaksa memandang Ron agar bisa melihat apa yang ditunjukkannya.
”Deluminator?” ia bertanya, sangat terkejut sehingga lupa bersikap dingin dan
kejam.
”Benda itu bukan hanya untuk mematikan dan menyalakan lampu saja,” sahut
Ron, ”aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya, atau mengapa berfungsi pada
saat itu sedang pada saat lain tidak, karena aku sudah ingin kembali dari saat
aku pergi. Tapi aku sedang mendengarkan radio Natal pagi sekali, dan aku
dengar ... aku dengar kau.”
Ron memandang Hermione.
”Kau mendengarkan aku di radio?” Hermione meragukan.
”Tidak. Aku mendengar suaramu keluar dari saku. Suaramu,” ia
mengangkat Deluminator itu lagi, ”keluar dari sini.”
”Dan aku mengatakan apa?” tanya Hermione, suaranya setengah tak percaya
setengah ingin tahu.
”Namaku. ’Ron’. Dan kau mengatakan ... sesuatu tentang tongkat ...”
Wajah Hermione merah padam. Harry teringat: itu saat nama Ron pertama
kali disebut oleh mereka berdua sejak Ron pergi; Hermione menyebut
namanya saat mereka membicarakan tentang memperbaiki tongkat Harry.
”Jadi aku mengambilnya,” Ron meneruskan, memandang Deluminator itu, ” dan
benda itu tidak nampak berbeda, atau jadi apa ’gitu, tapi aku yakin aku
mendengarnya. Jadi aku menekannya. Dan ada cahaya keluar di kamarku, tapi
ada cahaya lain muncul tepat di luar jendela.”
Ron mengangkat tangannya yang kosong, menunjuk sesuatu di depannya,
matanya terfokus pada sesuatu yang baik Harry maupun Hermione tidak
dapat melihatnya.
”Seperti bola cahaya, berdenyut, biru, seperti cahaya di sekitar Portkey, kau
tahu?”
”Yeah,” sahut Harry dan Hermione berbarengan, otomatis.
“Aku tahu itu,” sahut Ron, “mengambil barang-barangku, mengemasnya di
ransel dan keluar ke kebun.”
“Bola kecil cahaya itu melayang di sana, menungguku, saat aku keluar, bola
cahaya itu berputar sedikit, dan aku mengikutinya ke belakang gudang, lalu …
lalu, well … ia masuk ke dalam diriku.”
“Maaf?’ sahut Harry, jelas dia tidak mendengar baik-baik.
“Seperti mengapung ke arahku,” jelas Ron dengan telunjuknya, “langsung ke
dadaku, dan kemudian dia masuk. Di sini,” Ron menyentuh titik dekat jantungnya.
“Aku bisa merasakannya, panas. Dan sekali ia masuk, aku tahu apa yang
seharusnya kulakukan, aku tahu ke mana bola cahaya itu menuntunku. Jadi aku
ber-Disapparate, muncul di sisi bukit. Salju di mana-mana ...”
”Tadinya kami di sana,” jelas Harry. ”Kami dua hari di sana, dan di malam
kedua aku terus berpikir seseorang mondar-mandir di kegelapan dan
memanggil-manggil.”
”Yeah, well, mungkin saja itu aku,” ujar Ron. ”Mantra Perlindunganmu bekerja
baik, karena aku tidak dapat melihat kalian, tidak dapat mendengar kalian.
Aku yakin kalian ada di sekeliling, jadi aku berlindung di kantong tidurku dan
menunggu kalian muncul. Kukira kalian akan muncul saat mengemas tenda.”
”Sebetulnya tidak,” sahut Hermione, ”Kami ber-Disapparate di bawah Jubah
Gaib sebagai tindakan pengaman. Dan kami pergi pagi sekali, karena seperti
kata Harry, kami mendengar seseorang mondar-mandir.”
”Well, aku tinggal di bukit itu seharian,” sahut Ron, ”aku terus berharap kalian
muncul. Waktu hari semakin gelap aku tahu aku sudah kehilangan kalian, jadi aku
pencet Deluminator lagi, cahaya biru keluar dan masuk ke dalam diriku, lalu aku
ber-Disapparate dan tiba di sini di antara pepohonan. Aku tetap tidak bisa
melihat kalian jadi aku berharap satu dari kalian memperlihatkan diri akhirnya—
ternyata Harry. Well, sebenarnya aku melihat rusa betina itu dulu.”
”Kau melihat apa?” tanya Hermione tajam.
Mereka menjelaskan apa yang terjadi, dan saat cerita sampai pada rusa betina
perak dan pedang dalam kolam, Hermione mengerutkan kening pada yang satu
lalu pada yang lainnya, berkonsentrasi sampai lupa pada kakinya.
”Tapi itu pasti Patronus!” sahut Hermione. ”Tidakkah kau bisa melihat
perapal mantranya? Tidakkah kau melihat seseorang? Dan rusa betina itu
menuntunmu pada pedang! Aku tidak percaya. Lalu?”
Ron menjelaskan bagaimana ia melihat Harry melompat ke dalam kolam dan ia
menunggu Harry muncul; tapi ia lalu menyadari pasti ada sesuatu yang salah,
menyelam dan menolong Harry, lalu kembali pada pedang. Cerita Ron sampai
pada saat mereka membuka liontin, lalu Ron ragu, tapi Harry memotongnya.
”—dan Ron menikamnya dengan pedang.”
”Dan ...selesai? Begitu saja?” Hermione berbisik.
”Well, liontinnya—menjerit,” sahut Harry, setengah melirik pada Ron. “Ini.”
Ia melempar liontinnya ke pangkuan Hermione; Hermione memungutnya dan
memeriksa jendelanya yang sudah rusak.
Memutuskan akhirnya situasi aman, Harry mencabut Mantra Pelindung
dengan satu lambaian tongkat Hermione dan menoleh pada Ron.
“Tadi kau bilang kau melarikan diri dari para Snatchers itu dengan tongkat
cadangan?”
“Apa?” tanya Ron yang sedang mengamati Hermione memeriksa leontin. “Oh—oh,
iya.”
Ron menarik salah satu gesper dari ranselnya dan menarik sebuah tongkat
gelap dan pendek dari salah satu sakunya. “Ini. Kubayangkan, berguna juga
kalau punya cadangan.”
“Kau benar,” sahut Harry, mengulurkan tangan, “Punyaku patah.”
”Kau bercanda,” sahut Ron, tapi saat itu Hermione berdiri, dan Ron
nampak memprihatinkan lagi.
Hermione menyimpan Horcrux yang sudah dikalahkan itu dalam tas manikmaniknya, lalu memanjat kembali ke tempat tidurnya, meringkuk tanpa kata.
Ron memberikan tongkat itu pada Harry.
”Yang terbaik yang bisa kau harapkan, kukira.” gumam Harry.
”Yeah,” sahut Ron. ”Tidak mungkin lebih buruk lagi. Ingat burung-burung
yang ia ciptakan untukku?”
“Aku belum melupakannya,” suara Hermione di bawah selimutnya, tapi Harry
melihat senyum tipis Ron saat ia menarik piama merah marunnya dari ransel.
*Maksudnya disini ialah "get off", si Ron ingin bilang "get off me" yang artinya
"lepaskan" atau "hentikan", tapi jadi terhambat karena Hermione memukulinya.
(Thanks Bro!)
Bab Dua Puluh
Xenophilius Lovegood
Xenophilius Lovegood*
Harry tidak mengharapkan kemarahan Hermione mereda setelah malam hari
dan oleh karena itu tidak heran bahwa dia terlihat kotor dan lebih banyak diam
pada keesokan paginya. Ron menanggapinya dengan menampakkan tanda
kesedihan yang tak biasanya dengan penyesalan yang dalam dari sikap
Hermione. Kenyataannya, ketika mereka bertiga bersama, Harry merasa
seperti satu-satunya bukan pelayat yang menghadiri pemakaman. Namun selama
beberapa waktu itu, Ron menghabiskan waktu bersama Harry (mengambil air
dan mencari jamur muda). Ia menjadi begitu riang.
Seseorang telah membantu kita,” dia tetap berkata, “Seseorang mengirim rusa
betina itu, Seseorang yang ada di pihak kita, Satu Horcrux hancur, kawan!”
Terdorong oleh kehancuran liontin, mereka kemudian membahas kemungkinan
lokasi dari Horcrux-Horcrux lainnya meskipun mereka telah sering
mendiskusikan hal itu sebelumnya. Harry merasa optimis, yakin bahwa
terobosan-terobosan berikutnya akan mengikuti sukses ini. Kedongkolan
Hermione tidak dapat merusak semangat besarnya; nasib baik mereka yang
datang tiba-tiba, kemunculan dari rusa betina yang misterius, kembalinya
pedang Gryffindor, dan di atas semua itu, kembalinya Ron membuat Harry
sangat senang, yang menyebabkan cukup sulit untuk membuatnya tidak
tersenyum.
Di sore hari, dia dan Ron menghindari kemarahan Hermione yang muncul kembali
dan di bawah kepura-puraan menjelajah pagar tanaman untuk mencari buah beri
hitam khayalan, mereka melanjutkan pertukaran berita yang telah terjadi.
Harry akhirnya dapat menceritakan kepada Ron keseluruhan perjalanannya dan
Hermione yang bermacammacam hingga apa yang terjadi di Godric’s Hollows;
Ron bercerita tentang semua yang dia ketahui tentang dunia sihir selama
minggu-minggu kepergiannya.
“… dan bagaimana kau tahu tentang yang Tabu?” dia bertanya kepada Harry
setelah menjelaskan banyaknya usaha yang mengecewakan dari para
kelahiran Muggle untuk menghindari Kementerian.”
“Yang apa?”
“Kau dan Hermione harus berhenti mengucapkan nama Kau-Tahu-Siapa!”
“Oh, yeah, Baiklah, itu cuma sesuatu yang telah menjadi kebiasaan buruk
kami, ” jelas Harry. “Tapi aku tidak punya masalah untuk menyebut dia V---”
“Tidak!” raung Ron, menyebabkan Harry melompat ke pagar dan Hermione
(hidungnya terkubur ke dalam buku di pintu masuk tenda) memandang marah
kepada mereka. “Maaf,” kata Ron, menarik Harry keluar dari semak berduri,
“tapi namanya membawa nasib buruk, Harry, itu cara bagaimana mereka
menemukan orang! Menggunakan namanya dapat mematahkan perlindungan, ini
menyebabkan suatu bentuk dari sihir terlarang --- ini bagaimana mereka
menemukan kita di jalan Tottenham Court!”
“Karena kita menggunakan nama-nya?”
“Benar! Kau harus memberikan mereka pujian, ini masuk akal. Hanya orang yang
serius melawannya, seperti Dumbledore, yang benar-benar berani
menggunakannya. Sekarang mereka mengganggap itu Tabu, siapapun yang
mengatakannya dapat dilacak --- cara cepat-dan-mudah untuk menemukan
anggota Orde! Mereka hampir menangkap Kingsley ---”
“Kau bercanda?”
“Yeah, selusin Death Eaters menyudutkannya, Bill bilang ia melawan mereka
semua untuk melarikan diri. Dia sedang dalam pelarian sekarang, seperti kita,”
Ron menggaruk dagunya dengan ujung tongkatnya sambil berpikir. “Kau tidak
memperhitungkan Kingsley dapat mengirimkan rusa betina itu?”
“Patronusnya lynx**, kita melihatnya di pernikahan, ingat?”
“Oh, ya...”
Mereka melangkah lebih jauh sepanjang pagar, menjauh dari tenda dan
Hermione.
“Harry.. kau tidak memperhitungkan kalau ini mungkin Dumbledore?”
“Dumbledore apa?”
Ron terlihat sedikit malu, tapi berkata dalam suara rendah, “Dumbledore…
rusa betina? Maksudku,” Ron menatap Harry dari sudut matanya, “Dia punya
pedang yang asli, ‘kan?”
Harry tidak menertawakan Ron, karena dia sangat paham keinginan di balik
pertanyaan itu. Ide bahwa Dumbledore telah mengatur untuk kembali kepada
mereka, bahwa ia sedang memperhatikan mereka, akan sangat tidak nyaman.
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Dumbledore telah meninggal,” kata Harry. “Aku melihat hal itu terjadi, aku
melihat jenazahnya. Dia sudah pasti pergi. Lagipula, Patronusnya adalah
phoenix, bukan rusa betina.”
“Patronus bisa berubah, kan?” kata Ron, “Punya Tonks berubah, kan?"
"Yeah, tapi jika Dumbledore masih hidup, kenapa dia tidak menunjukkan
dirinya? Kenapa dia tidak memberikan langsung pedangnya?”
“Untuk mencariku,” jawab Ron. “Alasan yang sama dia tidak memberikannya
padamu ketika masih hidup? Alasan yang sama mengapa dia meninggalkan
untukmu sebuah Snitch tua dan buku dongeng anak kecil untuk Hermione?”
“Yang merupakan apa?” tanya Harry, yang berputar untuk melihat Ron dengan
wajah putus asa untuk menjawab
“Aku tak tahu,” kata Ron. “Kadang-kadang aku berpikir, ketika aku sedikit putus
asa, dia sedang tertawa atau --- atau dia hanya ingin membuat ini sedikit sulit,
Tapi aku tidak berpikir begitu lagi, tidak lagi. Dia tahu apa yang dia lakukan
ketika dia memberikan aku Deluminator, kan? Dia – yah,” telinga Ron berubah
merah dan ia menjadi asyik dengan sejumput rumput di kakinya, yang ia sodok
dengan ujung kakinya, “Dia pasti tahu, aku akan meninggalkanmu.”
“Tidak,” Harry mengoreksinya. “Dia pasti tahu, kau akan selalu ingin kembali.”
“Ron terlihat berterima kasih, tapi tetap canggung. Kemudian untuk mengubah
topik pembicaraan, Harry berkata, “Bicara tentang Dumbledore, pernahkah kau
mendengar apa yang Skeeter tulis tentang dia?”
“Oh yeah,” kata Ron seketika, “Orang-orang banyak membicarakan tentang hal
itu. Pasti, jika sesuatu berbeda itu akan menjadi berita besar, Dumbledore
menjadi sahabat Grindelwald, tapi sekarang itu cuma bahan tertawaan bagi
orang-orang yang tidak menyukai Dumbledore, dan sedikit penghinaan terhadap
siapapun yang berpikir dia adalah orang baik. Bagaimanapun, aku tak tahu kalau
ini suatu masalah besar. Dia sangat muda ketika mereka –“
“Seumur kita,” kata Harry, seperti jawabannya kepada Hermione, dan
sesuatu yang terlihat di ekspresinya membuat Ron memutuskan menolak
melanjutkan bahasan itu.
Laba-laba besar menempel di tengah-tengah lapisan jaring pada semak
berduri. Harry membidik padanya dengan tongkat yang Ron berikan
kepadanya pada malam sebelumnya, yang telah diuji oleh Hermione, dan telah
diputuskan bahwa tongkat itu terbuat dari blackthorn***.
“Engorgio”
Laba-laba itu sedikit gemetar, melambung sedikit pada jaring. Harry mencoba
lagi. Kali ini laba-laba itu tumbuh sedikit lebih besar
“Hentikan itu,” kata Ron dengan jelas, “Aku minta maaf aku berkata
Dumbledore masih muda, oke?”
Harry lupa tentang kebencian Ron akan laba-laba.
“Maaf ---Reducio”
Laba-laba itu tidak mengecil. Harry melihat ke bawah pada tongkat blackthorn.
Setiap mantra kecil yang ia lakukan dengan tongkatnya sampai sejauh ini
terlihat tidak berguna dibandingkan dengan apa yang ia lakukan dengan tongkat
phoenix-nya. Tongkat barunya ini terasa tidak biasa, seperti tangan seseorang
terjahit pada ujung lengannya.
“Kau hanya perlu berlatih,” kata Hermione, yang telah mendekati kebisingan
mereka dari belakang dan telah menonton dengan cemas ketika Harry mencoba
untuk membesarkan dan mengecilkan laba-laba. “Ini cuma masalah kepercayaan
diri, Harry.”
Harry tahu kenapa Hermione menginginkan hal ini baik-baik saja; Dia tetap
merasa bersalah karena mematahkan tongkat Harry. Ia menahan jawaban
sinisnya dengan menggigit bibirnya, bahwa Hermione dapat mengambil tongkat
blackthorn jika ia pikir ini tidak membuat perbedaan, dan Harry dapat
mempunyai tongkat Hermione sebagai pengganti. Namun, demi mengembalikan
persahabatan mereka kembali, dia setuju; tetapi ketika Ron memberikan
Hermione senyum kecil, Hermione pergi dan menghilang untuk membaca bukubukunya sekali lagi.
Mereka bertiga kembali ke dalam tenda ketika hari mulai gelap, dan Harry yang
pertama kali menyadarinya. Ia duduk di depan pintu masuk, dan mencoba untuk
membuat batu kecil melayang di atas kakinya dengan tongkat blackthorn; tapi
sihirnya masih terlihat janggal dan kurang kuat dari yang telah dia lakukan
sebelumnya. Hermione berbaring di tempat tidurnya sambil membaca,
sementara Ron, setelah melirik dengan gugup kepada Hermione, telah mengambil
alat tanpa kabel yang terbuat dari kayu dari ranselnya dan mulai mencoba untuk
menyetel alat itu.
“Ada satu program ini,” Ron berkata pada Harry dengan suara rendah, “yang
memberitahu berita apa adanya. Semua program lain adalah di pihak Kau-TahuSiapa dan mengikuti jalur Kementrian, tapi yang satu ini … tunggu hingga kau
mendengarnya, ini hebat. Hanya saja, mereka tidak dapat siaran setiap malam,
mereka harus tetap berpindah tempat, kalau-kalau mereka dirazia dan kau
membutuhkan password untuk mendengarkannya … Masalahnya, aku ketinggalan
acara terakhir…”
Dia mengetuk ringan di bagian atas radio dengan tongkatnya, berkomat-kamit
kata-kata acak di bawah nafasnya. Dia melirik Hermione secara sembunyisembunyi, terutama karena takut akan ledakan amarah, tetapi untuk semua
perhatian Hermione bahkan tidak menganggap dia ada. Setelah sepuluh menit
atau lebih Ron mengetuk dan berkomatkamit, Hermione membalik halaman
bukunya, dan Harry melanjutkan berlatih dengan tongkat blackthorn.
Akhirnya Hermione turun dari tempat tidurnya. Ron berhenti mengetuk
seketika.
“Jika ini mengganggumu, aku akan menghentikkannya!” Ron memberitahu
Hermione dengan gugup.
Hermione tidak berkenan untuk menanggapi, tapi mendekati Harry.
“Kita perlu bicara,” pinta Hermione.
Harry melihat pada buku yang masih ada dalam genggaman Hermione. Itu
adalah Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore.
“Apa?” kata Harry khawatir. Ia teringat bahwa ada satu bab tentang ia
disana; ia tidak yakin kalau ia tertarik untuk mendengarkan versi Rita tentang
hubungannya dengan Dumbledore. Bagaimanapun, jawaban Hermione adalah,
sama sekali tidak terduga.
“Aku ingin pergi dan bertemu Xenophilius Lovegood.”
Harry menatap Hermione.
“Maaf?”
“Xenophilius Lovegood, ayah Luna. Aku ingin pergi dan berbicara kepadanya!”
“Er – kenapa?”
Hermione mengambil nafas panjang, menguatkan dirinya sendiri, dan berkata,
“Ini soal tanda itu, tanda di Beedle Sang Seniman^. Lihat ini!”
Dia menyorongkan Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore ke bawah mata
enggan Harry dan memperlihatkan foto dari surat asli yang ditulis Dumbledore
untuk Grindelwald, dengan tulisan khas Dumbledore yang tipis dan miring. Harry
benci melihat bukti mutlak bahwa Dumbledore benar-benar menulis kata-kata
itu, bahwa mereka bukanlah penemuan Rita.
“Tanda tangan,” kata Hermione. “Lihat tanda tangannya, Harry!”
Harry menuruti. Untuk sesaat dia tidak punya ide apa yang Hermione
bicarakan, tapi, melihat lebih dekat dengan bantuan penerangan dari
tongkatnya, dia melihat bahwa Dumbledore membubuhkan huruf A dari
Albus dengan versi kecil dari tanda segitiga yang sama dengan yang tertulis
dalam Kisah Beedle Sang Seniman.
“Er – apa yang kau -- ?” tanya Ron sejenak, tetapi Hermione tidak
mengindahkannya dan melihat kembali kepada Harry.
“Ini semakin jelas, kan?” kata Hermione. “Aku tahu Viktor berkata ini adalah
tanda Grindelwald, tapi ini pasti terdapat di makam tua itu di Godric’s Hollow,
dan tanggal pada nisannya telah ada lama sebelum Grindelwald datang! Dan
sekarang, ini! Yah, kita tidak bisa bertanya kepada Dumbledore atau
Grindelwald apa artinya – aku bahkan tidak tahu apakah Grindelwald masih
hidup – tapi kita dapat bertanya pada Mr. Lovegood. Ia telah memakai simbol
ini di pernikahan. Aku yakin ini penting, Harry!”
Harry tidak menjawab secara langsung. Dia melihat pada wajah Hermione yang
serius, dan penuh keingintahuan, kemudian beralih ke kegelapan yang meliputi,
berpikir. Setelah hening beberapa waktu, Harry berkata, “Hermione, kita tidak
memerlukan kejadian Godric’s Hollow yang lain. Kita telah membahas untuk pergi
ke sana, dan – ”
“Tapi ini selalu muncul, Harry! Dumbledore meninggalkan untukku Kisah Beedle
Sang Seniman, bagaimana kau tahu kalau kita tidak harus mencari tahu
tentang tanda itu?”
“Kita mulai lagi!” Harry merasa sedikit jengkel. “Kita tetap mencoba
meyakinkan diri kita sendiri bahwa Dumbledore meninggalkan kita tanda dan
petunjuk – ”
“Deluminator sejauh ini sangat berguna,” Ron mulai bicara. “Aku pikir Hermione
benar, aku pikir kita harus pergi dan bertemu Lovegood.”
Harry melemparkan pandangan kecewa pada Ron. Dia cukup yakin bahwa
dukungan Ron terhadap Hermione hanya sedikit berhubungan dengan keinginan
untuk tahu arti tentang rune bentuk segitiga itu.
“Ini tidak akan seperti kejadian Godric’s Hollow,” Ron menambahkan, “Lovegood
ada di pihakmu, Harry, The Quibbler telah ada untukmu selama ini, ia tetap
memberitahu pada semua orang bahwa mereka harus menolongmu!”
“Aku yakin ini penting!” kata Hermione sungguh-sungguh.
“Tapi tidakkah kalian pikir, jika ini benar, Dumbledore akan memberitahuku
tentang ini sebelum ia meninggal?”
“Mungkin … mungkin ini sesuatu yang perlu kau cari tahu sendiri,” jawab
Hermione seraya mencengkeram sedotan dengan lemah.
“Yeah,” kata Ron menjilat, “itu masuk akal.”
“Tidak, bukan itu,” bentak Hermione, “tapi aku tetap berpikir kita harus
berbicara kepada Mr. Lovegood. Simbol yang menghubungkan Dumbledore,
Grindelwald, dan Godric’s Hollows? Harry, aku yakin kita harus tahu tentang hal
ini!”
“Aku pikir kita seharusnya mengadakan pemilihan suara,” kata Ron. “Yang
berminat untuk menemui Lovegood –”
Tangan Ron telah terangkat ke udara sebelum Hermione. Bibir Hermione
gemetar mencurigakan ketika ia mengangkat tangannya.
Kau kalah, Harry, maaf,” kata Ron, menepuk punggung Harry.
“Tak apa,” kata Harry, setengah terhibur, setengah jengkel. “Hanya saja,
setelah kita bertemu Lovegood, mari mencoba dan mencari beberapa Horcrux
lagi, oke? Ngomongngomong, di mana Lovegood tinggal? Apakah salah satu dari
kalian tahu?”
“Yeah, mereka tidak jauh dari rumahku,” jawab Ron. “Aku tidak tahu tepatnya
di mana, tapi Mum dan Dad selalu menunjuk ke arah bukit ketika mereka
menyebutkan soal mereka. Seharusnya tak terlalu sulit untuk menemukannya.”
Ketika Hermione telah kembali ke tempat tidurnya, Harry merendahkan
suaranya.
“Kau hanya setuju untuk berusaha dan kembali ke dalam buku bagus Hermione.”
“Semua adil dalam cinta dan perang,” kata Ron gembira, “dan ini sedikit dari
keduanya. Bergembiralah, ini libur Natal, Luna akan berada di rumah!”
Mereka mendapatkan gambaran bagus akan desa Ottery St. Cachopole dari
lereng bukit yang berangin, di mana mereka akan ber-Disapparate besok pagi.
Dari sudut pandang mereka yang tinggi, desa itu terlihat seperti koleksi rumah
mainan diantara pilar-pilar miring sinar matahari yang menembus ke bumi dari
sela-sela awan. Mereka berdiri satu atau dua menit untuk melihat ke arah The
Burrow, tangan mereka membayangi mata mereka, tetapi yang dapat mereka
lihat hanyalah pagar-pagar tinggi dan pepohonan di kebun buah-buahan, yang
memberikan rumah kecil bengkok itu perlindungan dari penglihatan Muggle.
“Ini aneh, sedekat ini, tapi tidak datang berkunjung,” kata Ron.
“Yah, ini tidak seperti kau belum menemui mereka. Kau ada di sana untuk
Natal,” kata Hermione dingin.
“Aku tidak berada di The Burrow!” sahut Ron dengan sedikit tertawa. “Kau
pikir aku akan kembali ke sana dan memberitahu mereka semua aku pergi dari
kalian? Yeah, Fred dan George akan sangat baik tentang ini. Dan Ginny, dia akan
sangat mengerti.”
“Tetapi dimana kau berada?” tanya Hermione terkejut.
“Rumah baru Bill dan Fleur. Pondok Karang. Bill selalu baik padaku. Dia – dia
tidak terpengaruh saat dia mendengar apa yang aku lakukan, tapi dia tidak
mencari tahu lebih banyak. Dia tahu aku benar-benar menyesal. Tidak satu pun
anggota keluarga yang lain yang tahu aku ada di sana. Bill memberitahu Mum
kalau ia dan Fleur tidak pulang ke rumah pada hari Natal karena mereka ingin
menghabiskan waktu berdua. Kau tahu, liburan pertama setelah pernikahan
mereka. Aku tidak berpikir Fleur akan keberatan. Kau tahu bagaimana dia
membenci Celestina Warbeck.”
Ron berputar membelakangi The Burrow.
“Ayo kita coba ke sana,” katanya, memimpin jalan menuju puncak bukit.
Mereka berjalan beberapa jam, Harry, di bawah desakan Hermione,
bersembunyi di bawah Jubah Gaib. Kelompok bukit rendah itu nampak tidak
berpenghuni, kecuali sebuah pondok kecil, yang terlihat ditinggalkan.
“Apa kalian pikir itu tempatnya, dan mereka telah pergi untuk Natal?” kata
Hermione, mengintai lewat jendela di dapur kecil yang rapi dengan geranium
pada ambang jendela. Ron mendengus.
“Dengar, aku rasa kau akan dapat mengetahui siapa yang tinggal di sana jika
melihat lewat jendela Lovegood. Ayo coba bukit-bukit selanjutnya.”
Jadi mereka ber-Disapparate beberapa mil ke arah utara.
“Aha!” teriak Ron, angin menyibak rambut dan pakaian mereka. Ron menunjuk ke
atas, ke arah puncak bukit di mana mereka muncul tadi, di mana rumah
berpenampilan paling aneh berdiri tegak melawan langit, silinder hitam besar
dengan bayangan rembulan bergantung di sebelahnya pada langit sore. “Itu bisa
jadi rumah Luna, siapa lagi yang akan tinggal di tempat seperti itu? Itu terlihat
seperti benteng raksasa!”
“Itu tidak seperti burung,” kata Hermione, memberengut pada menara.
“Aku sedang membicarakan tentang benteng catur,” kata Ron.
“Sebuah kastil menurutmu.”
Kaki Ron yang terpanjang dan ia yang pertama sampai di puncak bukit. Ketika
Harry dan Hermione sampai, terengah-engah dan mencengkeram stik di samping
mereka, mereka melihat Ron menyeringai lebar.
“Itu milik mereka,” kata Ron. “Lihat.”
Tiga buah tanda buatan tangan dipaku pada pintu gerbang yang terlihat
agak reyot. Tulisan pertama berbunyi,
THE QUIBBLER. EDITOR, X. LOVEGOOD
yang kedua, PETIK MISTLETOE-MU SENDIRI
yang ketiga, MENJAUH DARI PLUM DIRIGIBLE
Gerbang itu berderak saat mereka membukanya. Jalan kecil berliku menuju
pintu depan telah ditumbuhi dengan berbagai tanaman aneh, termasuk semaksemak yang ditutupi buah jingga seperti lobak yang kadang-kadang Luna pakai
sebagai anting. Harry pikir dia mengenali Snargaluff dan menjauhi tunggul
keriput itu. Pohon apel kepiting berumur dua tahun, bengkok karena angin,
daunnya tinggal sedikit tetapi masih dipenuhi dengan buah merah seukuran buah
beri dan semak mistletoe bermanik-putih, berdiri bagai pengawal di kedua sisi
pintu masuk. Burung hantu kecil dengan kepala seperti elang yang sedikit datar
mengintai ke bawah pada mereka dari salah satu cabang.
“Kau lebih baik melepaskan Jubah Gaib, Harry,” saran Hermione. “Kau
yang Mr. Lovegood ingin tolong, bukan kami.”
Harry melakukan apa yang Hermione sarankan, menyerahkan padanya Jubah
Gaib untuk disimpan di dalam tas manik. Dia kemudian mengetuk pintu hitam
yang tebal tiga kali, yang dipenuhi dengan paku besi dan memakai pengetuk
pintu berbentuk seperti elang.
Sudah sepuluh menit berlalu, kemudian pintu terbuka dan di sana berdiri
Xenophilius Lovegood, telanjang kaki dan mengenakan apa yang terlihat
sebagai pakaian tidur yang lusuh. Rambut putih panjang dan mengembangnya
kotor dan tidak rapi. Xenophilius pastilah lebih rapi sewaktu di pernikahan Bill
dan Fleur jika dibandingkan.
“Apa? Apa ini? Siapa kau? Apa yang kau inginkan?” dia berteriak dengan suara
tinggi, suara bersungut-sungut, melihat pertama-tama kepada Hermione, lalu
pada Ron, dan akhirnya pada Harry, di mana mulutnya membentuk huruf O
yang sempurna dan lucu.
“Halo, Mr. Lovegood,” sapa Harry, hendak berjabat tangan,”saya Harry, Harry
Potter.”
Xenophilius tidak menyambut tangan Harry, meskipun matanya terpaku pada
bekas luka Harry.
“Bolehkah kami masuk?” tanya Harry. “Ada sesuatu yang ingin kami
tanyakan pada Anda.”
“Aku … Aku tidak yakin itu bijaksana,” bisik Xenophilius, dia menurut dan
melihat sekeliling taman dengan cepat. “Agak mengejutkan … Kataku … Aku …
Aku khawatir aku tidak benar-benar berpikir aku harus ---”
“Tidak akan lama,” kata Harry, sedikit kecewa dengan sambutan yang kuranghangat.
“Aku --- oh, baiklah. Masuk, cepat, cepat!”
Mereka hanya sedikit di belakang ambang pintu depan ketika Xenophilius
membanting pintu menutup di belakang mereka, mereka berdiri di dapur teraneh
yang Harry pernah lihat. Ruangan itu berbentuk bulat sempurna, sehingga ia
merasa seperti berada dalam pot lada raksasa. Semuanya terpasang pas di
tembok – tungku, tempat cuci piring, dan lemari
– dan semuanya dilukisi dengan bunga, serangga, dan burung dengan warna-warna
cerah. Harry berpikir dia mengenali gaya Luna. Efeknya di ruang yang cukup
tertutup seperti itu, sedikit berlebihan.
Di tengah-tengah lantai, sebuah tangga besi tempa spiral mengarah ke lantai
atas. Ada suara bising dan keras datang dari atas: Harry ingin tahu apa yang
mungkin Luna sedang lakukan.
“Lebih baik kalian naik ke atas,” kata Xenophilius, tetap terlihat sangat tidak
nyaman, dan dia memimpin.
Ruangan di atas terlihat seperti kombinasi dari ruang tamu dan tempat kerja,
dan seperti, bahkan lebih berantakan dari dapur. Meskipun lebih kecil dan
bundar sempurna, ruangannya agak menyerupai Ruang Kebutuhan saat
kesempatan yang tidak terlupakan ketika ruangan itu telah merubah dirinya
menjadi labirin besar yang mencakup semua barang tersembunyi selama
berabad-abad. Ada beberapa tumpukan di atas tumpukan dari buku dan kertas
di setiap tempat. Model buatan rumit dari makhluk-makhluk yang tidak Harry
kenal, semua sayap mengepak atau rahang menggigit, menggantung dari langitlangit.
Luna tidak ada disana. Benda yang membuat suara ribut itu terbuat dari
kayu dan mempunyai banyak roda gigi dan roda-roda lain yang berputar
menggunakan sihir, ia terlihat seperti keturunan aneh dari sebuah bangku
kerja dan satu set rak, tapi setelah beberapa waktu Harry menyimpulkan
bahwa itu adalah mesin cetak model lama, dari fakta bahwa itu memproduksi
majalah Quibbler.
“Permisi,” kata Xenophilius, dan dia melangkah ke mesin, mengambil taplak meja
kotor dari bawah buku-buku dan kertas-kertas yang sangat banyak, yang
semuanya berjatuhan ke lantai, dan melemparnya ke atas mesin yang terkadang
mengeluarkan suara keras yang tidak jelas dan bising. Dia kemudian menghadap
ke Harry.
“Kenapa kau datang kemari?”
Namun sebelum Harry menjawab, Hermione berteriak sedikit terkejut.
“Mr. Lovegood – apa itu?”
Dia menunjuk pada sesuatu yang besar, tanduk spiral abu-abu, tidak seperti
unicorn, yang
menonjol beberapa kaki ke dalam ruangan.
“Itu tanduk dari Snorkack-Tanduk-Kisut,” kata Xenophilius.
“Tidak, itu bukan!” kata Hermione.
“Hermione,” Harry berkomat-kamit malu, “Sekarang bukan saatnya – ”
“Tapi Harry, itu adalah Tanduk Erumpent! Itu Barang-Barang yang Dapat
Diperjualbelikan kelas B dan itu adalah benda yang sangat berbahaya untuk dimiliki di
rumah!”
“Bagaimana kau tahu itu tanduk Erumpent?” tanya Ron, menjauh dari tanduk
secepat dia
bisa, memandang curiga pada ruangan yang berantakan.
“Ada deskripsinya dalam Hewan-hewan Fantastis dan Dimana Mereka Bisa
Ditemukan!
Mr. Lovegood, Anda harus menyingkirkannya, apakah Anda tidak tahu bahwa itu
bisa
meledak hanya dengan sedikit sentuhan?”
“Snocknack-Tanduk-Kisut,” kata Xenophilius sangat jelas, ketidaksetujuan
muncul di
wajahnya, “ adalah makhluk sihir yang pemalu dan hebat, dan tanduknya – ”
“Mr. Lovegood. Saya mengenali tanda beralur di sekitar pangkalnya, itu tanduk
Erumpent dan sangat berbahaya – saya tidak tahu dimana Anda mendapatkannya
Aku membelinya,” kata Xenophilius seketika. “Dua minggu yang lalu, dari
penyihir
muda berbakat yang mengetahui ketertarikanku pada keindahan Snorkack.
Kejutan Natal
untuk Luna-ku. Sekarang,” lanjutnya kepada Harry, “sebenarnya kenapa kau
datang
kemari, Mr. Potter?”
“Kami membutuhkan beberapa pertolongan,” kata Harry, sebelum Hermione
memulai
kembali.
“Ah,” kata Xenophilius,” Pertolongan, Hmm.”
Matanya yang bagus kembali bergerak kepada bekas luka Harry. Dia terlihat
ketakutan
dan terpesona secara bersamaan.
“Ya. Masalahnya adalah … menolong Harry Potter … agak berbahaya.…”
“Bukankah kau orang yang tetap memberitahu setiap orang bahwa tugas
pertama mereka adalah menolong Harry?” kata Ron. “Pada majalahmu?”
Xenophilius melihat sekilas ke belakang Ron pada mesin cetak yang
tersembunyi, yang masih berbunyi keras dan bising di bawah taplak meja.
“Er – ya, aku telah mengekspresikan pandangan itu. Namun –”
“Itu tugas untuk semua orang, bukan Anda pribadi?” kata Ron.
Xenophilius tidak menjawab. Dia menelan ludah, matanya berpindah-pindah
antara mereka bertiga. Harry mendapat kesan bahwa dia sedang mengalami
tekanan menyakitkan dalam dirinya.
“Di mana Luna?” Tanya Hermione. “ Mari kita tanyakan apa pendapatnya.”
Xenophilius menelan ludah. Dia terlihat menguatkan dirinya sendiri. Akhirnya dia
berkata dengan suara gemetar yang sulit didengar karena suara mesin cetak,
“Luna ada di bawah, di sungai, memancing Plimpies Air Tawar. Dia … dia akan
senang melihat kalian. Aku akan pergi dan memanggil dia dan kemudian – ya,
baiklah. Aku harus mencoba untuk menolong kalian.”
Dia menghilang ke bawah melalui tangga spiral dan mereka mendengar pintu
depan dibuka dan ditutup. Mereka saling berpandangan satu sama lain.
“Kutil tua pengecut,” kata Ron. “Luna sepuluh kali lebih berani darinya.”
“Dia mungkin cemas tentang apa yang akan terjadi pada mereka jika
Pelahap Maut menemukan aku disini,” sahut Harry.
“Yah, aku setuju dengan Ron,” kata Hermione, “Munafik tua yang
mengerikan, memberitahu semua orang untuk menolongmu dan mencoba
menghindari dari diri sendiri. Dan demi Tuhan, menjauhlah dari tanduk
itu.”
Harry menyeberang ke jendela di bagian paling ujung dari ruangan. Dia dapat
melihat sebuah sungai, sebuah pita tipis berkilau terletak jauh di bawah
mereka di dasar bukit. Mereka berada sangat tinggi; seekor burung terbang
melewati jendela ketika Harry menatap ke arah the Burrow, kini tak terlihat di
balik barisan bukit lain. Ginny ada di suatu tempat, di sana. Mereka sangat
dekat satu sama lain hari ini, dari semenjak pernikahan Bill dan Fleur, tetapi
Ginny tidak mengetahui bahwa Harry memandang ke arahnya saat ini,
memikirkan tentang dirinya. Harry mengira dia harus gembira akan ini; setiap
orang yang berhubungan dengannya terancam bahaya, sikap Xenophilius
membuktikan hal itu.
Dia menjauh dari jendela dan pandangannya jatuh pada benda aneh lainnya yang
berdiri di atas papan geser yang bengkok dan berantakan; sebuah patung
pendek penyihir yang terlihat cantik namun keras, dan memakai hiasan kepala
yang terlihat sangat aneh. Dua benda yang menyerupai terompet telinga emas
melengkung keluar dari sisi-sisinya. Sepasang sayap biru kecil yang berkilau
menempel pada tali kulit yang keluar dari atas kepalanya, sementara salah satu
dari lobak-lobak jingga menempel pada tali kedua yang melingkari dahinya.
“Lihat ini, “ kata Harry.
“Menarik,” kata Ron. “Mengejutkan dia tidak memakainya ke pernikahan.”
Mereka mendengar pintu depan ditutup, dan sesaat kemudian Xenophilius naik
melalui tangga melingkar masuk ke dalam ruangan, kakinya yang kurus sekarang
terbungkus sepatu bot Wellington, membawakan sebuah baki dengan cangkircangkir teh yang tidaktersusun-rapi dan sebuah teko yang mengepul.
“Ah ,kau telah melihat penemuan hewan peliharaanku,” dia berkata, mendorong
baki ke lengan Hermione dan bergabung dengan Harry di sisi patung.
“Modelnya, cukup menyerupai, berdasarkan kepala dari Rowena Ravenclaw yang
cantik, ‘Kepintaran tak terhingga adalah harta manusia yang paling berharga’!”
Dia menunjukkan benda seperti terompet telinga.
“Ini pipa pindah Wrackpurt – untuk memindahkan semua sumber gangguan dari
wilayah dekat si pemikir. Di sini,” dia menunjuk sayap kecil, “baling-baling
billywig, untuk mendorong naik kerangka pikiran. Akhirnya,” dia menunjuk kea
rah lobak jingga, “Plum Dirigible, dapat meningkatkan kemampuan untuk
menerima hal yang luar biasa.”
Xenophilius melangkah kembali pada baki teh yang Hermione
telah atur keseimbangannya di atas salah satu meja yang
berantakan.
“Bolehkah aku menyuguhkan sari akar Gurdy?” kata Xenophilius. “Kami
membuatnya sendiri.” Ketika ia mulai menuangkan minuman yang berwarna ungu
pekat seperti jus beetroot, ia menambahkan, “Luna ada di bawah Jembatan
Dasar, dia sangat bersemangat karena kalian ada disini. Dia seharusnya tidak
akan lama, dia telah menangkap hampir cukup Plumpies untuk membuat sup
untuk kita semua. Silahkan duduk dan jangan sungkan untuk gulanya.”
“Sekarang,” dia memindahkan tumpukan kertas dari sebuah kursi dan
mendudukinya, “Bagaimana aku dapat membantumu, Mr. Potter?”
“Yah,” kata Harry, melirik Hermione, yang mengangguk dengan membesarkan
hati, “Ini tentang simbol yang Anda pakai di sekeliling leher Anda saat
pernikahan Bill dan Fleur, Mr. Lovegood. Kami bertanya-tanya apakah artinya
itu.”
Xenophilius mengangkat alisnya.
“Apakah yang Anda maksud tanda dari Deathly Hallows?”
Note: *: Nama orang… **: Lynx, sejenis kucing hutan berekor pendek, biasanya
hidup di hutan-hutan Eropa, Asia, dan Amerika Utara. Panjangnya satu meter
dengan bulu tebal berwarna kuningkecoklatan dengan sedikit totol, dan ada
bulu-bulu halus berwarna hitam di ujung telinganya. Klik sini untuk mengetahui
wujud asli lynx yang cantik ini.. ***: Blackthorn, sejenis semak berduri dari
keluarga mawar, biasanya membentuk semak yang rimbun setinggi hingga 4 m, di
beberapa bagian Eropa dan Asia. Bunganya berwarna putih, biasanya muncul
sebelum daunnya yang berbentuk oval dan bergigi. Buahnya keras, berwarna biru
kehitaman, dan rasanya pahit, biasa digunakan sebagai perisa sloe gin (sejenis
minuman beralkohol). ^: Bard = seniman, kalau-kalau kau tak tahu apa artinya. ^^
Memang sering diterjemahkan sebagai penyair, tapi bard lebih pantas disebut
The Tale of the Three Brothers
Dongeng Tiga Bersaudara
Harry berbalik untuk menatap Ron dan Hermione. Tak ada satu pun dari
mereka yang terlihat mengerti mengenai apa yang Xenophilius katakan.
“Deathly Hallows?”
“Benar,” kata Xenophilius. “Kalian belum pernah mendengarnya? Aku tak
terkejut. Sangat, sangat sedikit penyihir yang percaya. Lihat bocah laki-laki
tolol yang ada di pesta pernikahan saudaramu,” ia mengangguk ke arah Ron, “yang
menyerangku karena aku menggunakan lambang dari Penyihir Hitam yang
terkenal! Sangat bodoh. Tidak ada yang Gelap mengenai Hallows itu – setidaknya
secara kasarnya. Seseorang menggunakan lambang itu untuk menguak dirinya
kepada orang lain yang percaya, dengan harapan mereka akan menolong
seseorang dalam Pencarian itu.”
Ia mengaduk beberapa bungkah gula ke dalam cairan Gurdyroot-nya dan
meminumnya sedikit.
“Maaf,” kata Harry. “Saya masih belum mengerti.”
Agar terlihat sopan, Harry minum sedikit dari cangkirnya, dan hampir
tersedak: Gurdyroot itu sedikit menjijikkan, seperti seseorang yang
mencairkan Kacang Segala Rasa rasa ingus.
“Baiklah, kau lihat, orang-orang yang percaya mencari Deathly Hallows
itu,” kata Xenophilius.
“Tetapi, apa saja Deathly Hallows itu?” tanya Hermione.
Xenophilius menyisihkan cangkirnya yang kosong.
“Kurasa kalian kenal dengan ‘Dongeng Tiga Bersaudara’?”
Harry menjawab, “Tidak,” tetapi Ron dan Hermione menjawab, “Ya.”
Xenophilius mengangguk dengan payah.
Yah, baiklah, Mr. Potter, semuanya berawal dari ‘Dongeng Tiga Bersaudara’…
Aku punya salinannya di suatu tempat…”
Xenophilius memandang samar-samar berkeliling ruangan, ke tumpukantumpukan perkamen dan buku-buku, tetapi Hermione berkata, “Aku punya
salinannya, Mr. Lovegood, aku punya disini.”
Dan Hermione menarik Kisah Beedle Sang Seniman keluar dari tas manik
kecilnya.
“Yang asli?” tanya Xenophilius dengan tajam, dan ketika Hermione mengangguk,
ia berkata, “Baiklah, kenapa kau tidak membacakannya saja? Cara terbaik untuk
membuat kita semua mengerti.”
“Er… Baiklah,” kata Hermione gugup. Ia membuka buku itu, dan Harry melihat
lambang yang sedang mereka selidiki di halaman depan ketika Hermione
berdeham sedikit, dan mulai membaca.”
“‘Alkisah, tersebutlah tiga bersaudara yang berjalan jauh, melalui jalan yang
sepi dan berkelok ketika matahari terbenam –‘”
“Tengah malam, ibuku selalu mengatakannya,” kata Ron, yang sedang berbaring
santai, lengannya berada di belakang kepalanya, untuk mendengarkan. Hermione
memandangnya kesal.
“Maaf, aku hanya merasa itu akan menjadi sedikit lebih menyeramkan bila
terjadi di tengah malam!” kata Ron.
“Yeah, karena kita benar-benar membutuhkan sedikit ketakutan di kehidupan
kita,” kata Harry sebelum ia dapat menghentikan dirinya. Xenophilius tidak
terlihat memperhatikan, tetapi memandang keluar jendela pada langit.
“Lanjutkan, Hermione.”
“’Dalam perjalanannya, tiga bersaudara itu sampai ke sebuah sungai yang terlalu
dalam untuk diseberangi dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi, mereka
mempelajari ilmu sihir, dan mereka dengan mudah melambaikan tongkat mereka
dan membuat jembatan muncul diatas sungai itu. Mereka sudah setengah jalan
ketika mereka mendapati jalan mereka dihalangi oleh seorang yang berkerudung
“’Dan Kematian berbicara kepada mereka–‘”
“Maaf,” Harry menginterupsi, “tetapi Kematian berbicara kepada mereka?”
“Ini hanya dongeng, Harry!”
Benar, maaf. Lanjutkan.”
“’ Dan Kematian berbicara kepada mereka. Ia marah karena ia sudah dikerjai
habishabisan oleh tiga korban baru ini, karena para pengelana biasanya
tenggelam ke dalam sungai. Tetapi Kematian sungguh licik. Ia berpura-pura
memberi selamat pada tiga bersaudara itu atas sihir mereka, dan mengatakan
bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan hadiah karena telah cukup
cerdas untuk menghindarinya.
“’ Maka saudara yang tertua, yang suka berkelahi, meminta tongkat yang lebih
kuat dibandingkan tongkat lain yang ada: tongkat yang harus selalu
memenangkan pertarungan bagi pemiliknya, tongkat yang pantas untuk
penyihir yang mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebuah
pohon elder* di tepi sungai, membuat sebuah tongkat dari cabang pohon itu,
dan memberikannya kepada saudara yang tertua.
“’ Lalu saudara yang kedua, yang merupakan anak yang congkak, memutuskan
bahwa ia ingin untuk menghina Kematian lebih jauh, dan meminta kekuatan untuk
menghidupkan orang-orang lain dari Kematian. Maka Kematian mengambil sebuah
batu dari pinggir sungai dan memberikannya kepada anak yang kedua, dan
memberitahukan padanya bahwa batu itu memiliki kekuatan untuk mengembalikan
orang mati.
“’ Kemudian Kematian bertanya pada saudara yang ketiga dan termuda, apa yang
ia inginkan. Anak yang termuda itu adalah yang paling sederhana dan juga paling
bijak dari tiga bersaudara itu, dan ia tidak mempercayai Kematian. Maka ia
meminta sesuatu yang dapat membuatnya pergi dari tempat itu tanpa diikuti
oleh Kematian. Dan Kematian, dengan sangat segan, langsung menyerahkan
Jubah Gaib miliknya.’”
“Kematian memiliki Jubah Gaib?” Harry menginterupsi lagi.
“Supaya ia dapat membuntuti orang-orang,” kata Ron. “Terkadang ia
merasa bosan mengejar mereka, mengelepakkan lengannya dan berteriak…
maaf, Hermione.”
“’Lalu Kematian menyingkir dan mengijinkan tiga bersaudara itu untuk
melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun membicarakan perjalanan yang
telah mereka alami dan mengagumi hadiah dari Kematian.
“‘Setelah itu, tiga bersaudara itu pun berpisah untuk tujuan mereka masingmasing.
“’Anak yang pertama bepergian selama seminggu lagi, dan sampai ke sebuah desa
yang jauh, mencari seorang penyihir lain yang telah berseteru lama dengannya.
Tentu saja, dengan Tongkat Elder sebagai senjatanya, ia tidak akan gagal untuk
menang dalam pertarungan yang berikut. Meninggalkan musuhnya mati
tergeletak di lantai, anak tertua itu masuk ke sebuah penginapan, dimana ia
membual tentang tongkat kuat yang ia dapatkan dari Kematian, dan bagaimana
tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
“’Malam itu juga, penyihir lain mendekati anak tertua itu saat ia tertidur,
mabuk berat karena anggur, di tempat tidurnya. Pencuri itu mengambil tongkat
Elder dan sebagai tambahan, menggorok tenggorokan anak tertua.
“’Dan Kematian mengambil anak pertama itu sebagai miliknya.
“’Sementara itu, anak kedua melakukan perjalanan ke rumahnya sendiri, di mana
ia tinggal sendirian. Di sana ia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk
mengembalikan orang mati, dan memutarnya tiga kali di atas telapak tangannya.
Ia sangat terkagum-kagum dan senang, ketika bayangan seorang gadis yang
pernah ia harapkan untuk dinikahi, sebelum kematian gadis itu yang terlalu
cepat, muncul seketika di hadapannya.
“’Tetapi gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya oleh sebuah tirai. Meskipun
ia telah kembali ke dunia fana, ia sebenarnya tidak benar-benar ada di sana dan
tersiksa. Akhirnya anak kedua itu, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia,
lalu bunuh diri supaya ia dapat benar-benar menyusul gadis itu.
“Dan Kematian mengambil anak kedua itu sebagai miliknya.
“’Tetapi meskipun Kematian telah mencari anak ketiga selama bertahun-tahun, ia
tidak pernah dapat menemukan anak itu. Hanya ketika ia sudah tua, anak
termuda itu akhirnya melepaskan Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada
anak laki-lakinya. Dan ia menyambut Kematian sebagai seorang teman lama, dan
pergi bersama Kematian dengan gembira, dan meninggalkan kehidupan ini.’”
Hermione menutup buku itu. Ada jeda sesaat sebelum Xenophilius akhirnya
sadar Hermione telah selesai membaca; lalu ia melepaskan pandangannya dari
jendela dan berkata, “Yah, begitulah ceritanya.”
“Maaf?” kata Hermione, terdengar bingung.
“Mereka adalah Deathly Hallows,” kata Xenophilius.
Ia mengambil sebuah pena bulu dari sebuah meja di sikunya, dan menarik
sebuah sobekan perkamen dari antara beberapa buku.
Tongkat Elder,” katanya, dan menggambar garis vertikal di atas perkamen.
“Batu Kebangkitan,” lanjutnya, dan menambahkan sebuah lingkaran di atas garis
tersebut. “Jubah Gaib,” ia menyelesaikan, menutup garis dan lingkaran itu dalam
sebuah segitiga, untuk membuat simbol yang sungguh membangkitkan rasa ingin
tahu Hermione. “Bersama-sama,” katanya, “Deathly Hallows.”
“Tetapi tidak ada kata-kata ‘Deathly Hallows’ dalam cerita,” kata Hermione.
“Yah, tentu saja tidak,” kata Xenophilius, dengan gembira sekali. “Itu adalah
dongeng anak-anak, diceritakan lebih untuk menghibur daripada untuk
mengajar. Orang-orang yang mengerti tentang hal ini, bagaimanapun,
menyadari bahwa cerita kuno ini berkenaan dengan tiga buah benda, atau
Hallows, yang mana, bila bersatu, akan menjadikan sang pemilik Penguasa
Kematian.”
Ada sedikit kesunyian ketika Xenophilius memandang keluar jendela. Matahari
sudah hampir terbenam di langit.
“Luna seharusnya mendapatkan cukup Plimpies secepatnya,” ia berkata diamdiam.
“Ketika kau mengatakan’Penguasa Kematian’-” kata Ron.
“Penguasa,” kata Xenophilius, melambaikan tangannya di udara, “Penakluk**.
Apapun yang kau suka.”
“Tetapi… Apakah Anda bermaksud…” kata Hermione perlahan, dan Harry dapat
merasakan bahwa Hermione mencoba untuk menjaga agar pertanyaannya tidak
bernada skeptis, “bahwa Anda percaya bahwa benda-benda ini – Hallows ini –
benar-benar ada?”
Xenophilius menaikkan alisnya lagi.
“Yah, tentu saja.”
“Tetapi,” kata Hermione, dan Harry dapat mendengar ia mulai
membantah, “Mr. Lovegood, bagaimana mungkin Anda bisa percaya - ?”
“Luna sudah menceritakan padaku semua tentangmu, nona muda,” kata
Xenophilius. “Kau adalah, kurasa, bukannya tidak pintar, tetapi sangat
terbatas. Sempit. Berpikiran tertutup.”
“Mungkin kau harus mencoba topi itu, Hermione,” kata Ron, mengangguk ke
arah sebuah patung pendek yang menggelikan. Suaranya tertekan karena
menahan tawa.
“Mr. Lovegood,” Hermione memulai lagi, “Kita semua tahu bahwa ada bendabenda seperti Jubah Gaib. Mereka langka, tetapi mereka ada. Tetapi - ”
“Ah, tetapi Hallow Ketiga adalah Jubah Gaib yang sebenarnya, Miss Granger!
Maksudku, itu bukan jubah yang diberi Mantera Ilusi, atau membawa sebuah
Kutukan Pembuat-Bingung, atau dirajut dari rambut Demiguise, di mana akan
menyembunyikan seseorang tetapi akan kehilangan kemampuannya seiring dengan
berjalannya waktu. Kita membicarakan tentang sebuah jubah yang benar-benar
membuat pemakainya tak terlihat, dan bertahan selamanya, yang
menyembunyikan secara konstan dan tak tertembus, tak masalah apapun
mantera yang dilemparkan padanya. Berapa banyak jubah semacam itu yang
pernah kau lihat, Miss Granger?”
Hermione membuka mulutnya untuk menjawab, lalu menutupnya lagi, terlihat
lebih bingung dari biasanya. Hermione, Harry, dan Ron menatap satu sama
lain, dan Harry tahu bahwa mereka semua memikirkan hal yang sama. Itu
karena jubah yang seperti dideskripsikan Xenophilius ada di ruangan itu
bersama mereka saat itu juga.
“Tepat sekali,” kata Xenophilius, seakan-akan ia sudah mengalahkan mereka
dengan argumen yang beralasan. “Tak ada satupun dari kalian yang pernah
melihat benda seperti itu. Pemiliknya mungkin sangat kaya, bukan?”
Ia memandang keluar jendela lagi. Sekarang langit mulai berwarna kemerahan.
“Baiklah,” kata Hermione, bingung. “Anggaplah Jubah itu ada… Bagaimana
tentang batu itu, Mr. Lovegood? Benda yang Anda anggap Batu Kebangkitan?”
“Apa tentang itu?”
“Baiklah, bagaimana hal itu benar-benar ada?”
“Buktikan bahwa itu tak ada,” kata Xenophilius.
Hermione kelihatan kecewa.
“Tetapi itu – maaf, tetapi itu benar-benar konyol! Bagaimana mungkin aku
dapat membuktikan bahwa benda itu tidak ada? Apakah Anda mengira aku
dapat mengambil semua – semua kerikil di dunia ini dan mengeceknya satu per
satu? Maksudku, Anda dapat menganggap bahwa semuanya ada bila landasan
Anda mempercayainya adalah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membuktikan bahwa itu tidak ada!”
“Ya, kau bisa,” kata Xenophilius. “Aku senang melihat bahwa kau sudah
membuka pikiranmu sedikit.”
“Jadi Tongkat Elder itu,” kata Harry cepat, sebelum Hermione dapat menjawab
Xenophilius lagi, “Anda berpikir itu juga ada?” “Oh, baiklah, dalam masalah ini
ada banyak sekali bukti,” kata Xenophilius. “Tongkat Elder adalah Hallow yang
paling mudah dilacak, karena benda itu sering berpindah dari tangan ke tangan.”
“Yaitu?” tanya Harry.
“Karena pemilik tongkat itu harus merebutnya dari pemiliknya yang sebelumnya,
jika ia benar-benar ingin menjadi pemiliknya,” kata Xenophilius. “Aku yakin kalian
sudah mendengar bagaimana tongkat itu datang kepada Egbert si Hebat, setelah
ia membunuh Emeric si Jahat? Bagaimana Godelot meninggal di ruang bawah
tanahnya sendiri, setelah anak laki-lakinya, Hereward, mengambil tongkat
darinya? Bagaimana Loxias yang mengerikan, yang mengambil tongkat itu dari
Baraabas Deverill, yang dibunuhnya? Perjalanan berdarah Tongkat Elder sudah
terekam jelas dalam sejarah Persihiran.”
Harry memandang Hermione. Hermione sedang memberengut pada Xenophilius,
tetapi ia tidak membantahnya.
“Lalu, kau pikir dimana Tongkat Elder tersebut berada sekarang?” tanya Ron.
“Aduh, siapa yang tahu?” kata Xenophilius, seraya memandang keluar jendela.
“Siapa yang tahu dimana Tongkat Elder tersembunyi? Jejaknya menghilang
bersama Arcus dan Livius. Siapa yang dapat mengatakan yang mana dari mereka
yang benar-benar mengalahkan Loxias, dan yang mana yang mengambil tongkat
itu? Dan siapa yang dapat mengatakan siapa yang mungkin mengalahkan mereka?
Sejarah, sayangnya, tidak menceritakannya pada kita.”
Ada sedikit jeda. Akhirnya Hermione bertanya dengan kaku, “Mr. Lovegood,
apakah keluarga Peverell mempunyai hubungan dengan Deathly Hallows?”
Xenophilius nampak terperanjat ketika sesuatu terlintas di benak Harry,
tetapi ia tidak dapat mengingatnya. Peverell… ia pernah mendengar nama itu
sebelumnya…
“Tetapi kau telah menyesatkanku, nona!” kata Xenophilius, sekarang duduk lebih
tegak di kursinya dan melotot pada Hermione. “Kupikir kalian baru dalam
Pencarian Hallows! Banyak dari kami, Para Pencari, percaya bahwa keluarga
Peverell mempunyai segala – segala! – kaitan dengan Hallows itu!”
“Siapakah keluarga Peverell itu?” tanya Ron.
Itu adalah nama pada makam dengan tanda di atasnya, di Godric’s
Hollow,” kata Hermione, masih memandang Xenophilius. “Ignotus Peverell.”
“Tepat!” kata Xenophilius, jari telunjuknya terangkat. “Tanda Deathly Hallows
diatas makam Ignotus adalah bukti konklusif!”
“Dari apa?” tanya Ron.
“Oh, bahwa tiga bersaudara dalam cerita itu sebenarnya adalah tiga
bersaudara Peverell, Antioch, Cadmus, dan Ignotus! Bahwa mereka adalah
pemilik Hallows yang asli!”
Setelah ia menatap ke jendela sekali lagi, ia bangkit berdiri, mengambil
nampan, dan menuju ke tangga spiral.
“Kalian akan tinggal untuk makan malam?” ia bertanya, seraya menghilang ke
bawah lagi. “Semua orang selalu meminta resep sup Plimpy Air Tawar kami.”
“Mungkin untuk ditunjukkan kepada Departemen Penanganan Keracunan di St.
Mungo,” kata Ron.
Harry menunggu sampai mereka dapat mendengar Xenophilius bergerak di
dapur bawah sebelum berbicara.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Harry ke Hermione.
“Oh, Harry,” kata Hermione lelah, “ini hanya sampah. Ini tidak mungkin
merupakan arti tanda itu yang sebenarnya. Ini pasti hanya sebuah penafsiran
yang aneh darinya terhadap masalah itu. Benar-benar membuang-buang waktu.”
“Kurasa ini adalah orang yang membawakan kita Snorkack Tanduk-Kisut,” kata
Ron.
“Kau juga tidak mempercayainya?” tanya Harry pada Ron.
“Tidak, dongeng itu hanya salah satu cara kau menceritakan anak-anak
pelajaran, kan? ‘Jangan mencari masalah, jangan berkelahi, jangan mengganggu
apapun yang lebih baik ditinggalkan! Rendah hatilah, pikirkan urusanmu sendiri,
dan kau akan baik-baik saja. Kalau dipikirkan,” Ron menambahkan, “mungkin
dongeng itu yang menyebabkan takhyul bahwa pemilik Tongkat Elder akan tidak
beruntung.”
“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
“Salah satu dari takhyul-takhyul itu, kan? ‘Penyihir yang lahir pada bulan Mei
akan menikahi Muggle.’ ‘Kutukan yang dilakukan di senja hari, akan menghilang
pada tengah malam.’ ‘Tongkat dari kayu apel, tidak akan makmur.’ Kalian
seharusnya sudah pernah mendengarnya. Ibuku mengetahui banyak takhyul
seperti itu.”
“Harry dan aku dibesarkan oleh Muggle,” Hermione mengingatkan Ron. “Kami
diajarkan takhyul yang berbeda.” Hermione menarik nafas dalam-dalam ketika
bau yang cukup tajam tercium dari arah dapur. Hal yang bagus dari
perdebatannya dengan Xenophilius adalah itu membuat Hermione lupa bahwa ia
terganggu oleh Ron. “Kurasa kau benar,” katanya pada Ron. “Itu hanya dongeng
kesusilaan, sangat jelas hadiah mana yang paling baik, yang mana yang akan kau
pilih - ”
Mereka bertiga berbicara disaat yang sama: Hermione berkata, “Jubah,” Ron
berkata, “tongkat,” dan Harry berkata, “batu.”
Mereka memandang satu sama lain, setengah terkejut, setengah geli.
“Kau mengatakan Jubah,” kata Ron ke Hermione, “tetapi kau tidak akan
membutuhkannya bila kau memiliki tongkatnya. Sebuah tongkat yang tidak
dapat terkalahkan, Hermione, ayolah!”
“Kita sudah memiliki sebuah Jubah Gaib,” kata Harry, “Dan Jubah itu sangat
membantu kita, kalau kau tak menyadarinya!” kata Hermione. “Di lain pihak,
tongkat itu hanya akan mendatangkan masalah--”
“Hanya jika kau berteriak pada semua orang tentang hal itu,” bantah Ron.
“Hanya jika kau cukup bodoh untuk menari sambil melambaikan tongkat itu di
atas kepalamu, dan bernyanyi, ‘Aku memiliki sebuah tongkat yang tak
terkalahkan, datanglah dan coba dapatkan jika kau berpikir kau cukup kuat.’
Selama kau dapat menutup mulutmu--”
“- Ya, tetapi apakah kau bisa tetap menutup mulutmu?” kata Hermione. “Kau tahu
bahwa satu-satunya hal yang benar yang ia katakan pada kita hanyalah bahwa
ada cerita mengenai tongkat yang sangat kuat selama beratus-ratus tahun.”
“Adakah?” tanya Harry.
Hermione terlihat sebal: Ekspresinya sudah begitu familiar dan Ron dan Harry
tersenyum satu sama lain.
“Tongkat Kematian, Tongkat Takdir, mereka muncul dengan nama yang berbedabeda selama berabad-abad, biasanya tergantung penyihir hitam yang
memilikinya. Profesor Binns menyebutkan beberapa di antara mereka, tapi – oh,
itu semua omong kosong. Tongkat hanya sama kuatnya dengan penyihir yang
menggunakannya. Beberapa penyihir hanya suka menganggap bahwa tongkatnya
lebih besar dan lebih baik dari milik orang lain.”
“Tetapi bagaimana kau tahu,” kata Harry, “bahwa tongkat-tongkat itu –
Tongkat Kematian, Tongkat Takdir – adalah tongkat yang sama, selama
berabad-abad sesekali muncul dengan nama yang berbeda?”
“Bagaimana jika mereka semua adalah benar-benar Tongkat Elder, yang
dibuat oleh Kematian?”
Harry tertawa: Ide aneh yang ada dalam pikirannya selama ini, konyol.
Tongkatnya, ia mengingatkan dirinya sendiri, terbuat dari kayu holly, bukan
elder, dan tongkat itu dibuat oleh Ollivander, apapun yang dilakukannya pada
malam Voldemort mengejarnya di langit dan bila tongkat itu tidak dapat
terkalahkan, bagaimana bisa tongkat itu hancur?
“Jadi, kenapa kau memilih batu?” tanya Ron padanya.
“Yah, jika kau bisa membawa orang-orang kembali, kita dapat bertemu
Sirius...Mad-Eye...Dumbledore...orang tuaku...”
Tak ada satupun dari Ron dan Hermione yang tersenyum.
“Tetapi, menurut Beedle Sang Seniman, mereka tidak ingin kembali, kan?” kata
Harry, memikirkan dongeng yang baru saja mereka dengar. “Tidak ada cerita
lain tentang batu yang dapat membangkitkan seseorang dari kematian, kan?” ia
bertanya pada Hermione.
“Tidak,” Hermione membalas dengan sedih. “Aku tidak berpikir semua orang
kecuali Mr. Lovegood dapat menganggap bahwa itu ada. Beedle mungkin
mengambil ide dari Batu Bertuah; kalian tahu, sebagai pengganti batu yang
membuatmu abadi, sebuah batu untuk membalikkan kematian.”
Bau dari dapur tercium semakin kuat. Bau itu seperti celana dalam yang
terbakar hangus. Harry bertanya-tanya apakah ia dapat memakan apapun yang
Xenophilius masak demi kesopanan.
“Lalu, bagaimana dengan Jubah itu?” tanya Ron pelan. “Apakah kalian tidak
sadar, bahwa ia benar? Aku menjadi sangat terbiasa menggunakan Jubah
Harry, dan seberapa bagusnya benda itu, aku tidak pernah berhenti
memikirkannya. Aku tidak pernah mendengar ada jubah lain seperti milik
Harry. Jubah itu sempurna. Kita tidak pernah ketahuan selama berada di
dalamnya -
“Tentu saja tidak – kita ‘kan tidak kelihatan bila berada di dalamnya,Ron!”
“Tapi kalian tahu kan, semua hal yang ia katakan mengenai jubah lain itu benar,
dan jubah itu tidak benar-benar berharga satu knut sepuluh buah! Itu tidak
pernah terjadi padaku sebelumnya, tetapi aku pernah mendengar jubah yang
mantranya hilang ketika jubah itu sudah usang, atau jubah yang dirobek dengan
mantra sehingga berlubang, milik Harry dulunya dimiliki oleh ayahnya, jadi itu
tidak benar-benar baru, tetapi itu... sempurna!”
“Ya, baiklah, Ron, batu itu...”
Ketika Ron dan Hermione bertengkar dalam bisikan-bisikan, Harry berkeliling
ruangan, hanya separuh mendengarkan. Begitu ia sampai ke tangga spiral, ia
menengok ke lantai atas dan terkejut seketika. Wajahnya sendiri sedang
memandangnya dari langit-langit ruangan di atas. Setelah sesaat merasa
kebingungan, Harry sadar bahwa itu bukan cermin, melainkan sebuah lukisan.
Penasaran, ia mulai menaiki tangga itu.
“Harry, apa yang sedang kau lakukan? Kurasa kau tidak seharusnya berkeliling
ketika Xenophilius tidak di sini!”
Tetapi Harry telah sampai ke lantai berikutnya. Luna telah menghias langitlangit kamar tidurnya dengan lima wajah yang dilukis dengan indah: Harry, Ron,
Hermione, Ginny, dan Neville. Mereka tidak bergerak seperti lukisan di
Hogwarts, tapi ada sedikit mantra pada semua lukisan itu. Harry berpikir bahwa
mereka bernafas. Ada rantai emas yang menyatukan gambar itu, tetapi setelah
memandangnya selama semenit, Harry sadar bahwa rantai itu adalah sebuah kata
yang ditulis berulang-ulang dalam tulisan emas: sahabat...sahabat...sahabat...
Harry merasakan ketertarikan yang besar pada Luna. Ia melihat-lihat sekeliling
ruangan itu. Ada sebuah foto yang besar di samping tempat tidur, foto Luna
kecil dan seorang wanita yang sangat mirip dengan Luna. Mereka sedang
berpelukan. Luna kelihatan lebih rapi di foto itu dibandingkan dengan yang Harry
pernah lihat selama ini. Foto itu berdebu. Hal ini membuat Harry merasa sedikit
aneh. Harry memandang berkeliling. Ada sesuatu yang salah. Karpet biru pucat
juga penuh dengan debu. Tidak ada pakaian dalam lemari, yang pintunya sedikit
terbuka. Tempat tidurnya dingin, terlihat tidak nyaman, seakan-akan tidak
pernah ditiduri selama berminggu-minggu. Sebuah jaring laba-laba merentang di
jendela terdekat, bak menyeberangi langit merah.
“Ada apa?” tanya Hermione saat Harry turun dari tangga, tetapi sebelum ia
dapat merespon, Xenophilius telah mencapai anak tangga teratas dari dapur,
kini memegang nampan yang dimuati dengan mangkuk.
“Mr. Lovegood,” kata Harry, “di mana Luna?”
“Maaf?”
“Di mana Luna?”
Xenophilius terdiam di tangga.
“Aku – aku sudah mengatakannya padamu. Luna ada di Jembatan Botions
memancing Plimpy.”
“Lalu kenapa Anda hanya menyediakan nampan itu untuk empat orang?”
Xenophilius mencoba berbicara, tapi tak ada suara yang keluar. Satu-satunya
suara yang terdengar adalah gerakan mesin cetak yang terus-menerus, dan
sedikit derit dari nampan yang digoyangkan oleh tangan Xenophilius.
“Kurasa Luna tidak ada di sini selama berminggu-minggu,” kata Harry.
“Pakaiannya tidak ada, tempat tidurnya tak pernah ditiduri. Di mana dia? Dan
kenapa Anda selalu memandang keluar jendela?”
Xenophilius menjatuhkan nampannya. Mangkuk-mangkuk itu terlempar dan
hancur. Harry, Ron, dan Hermione mengambil tongkatnya masing-masing.
Tangan Xenophilius berhenti ketika akan memasukkan tangannya ke sakunya.
Saat itu, banyak The Quibbler jatuh dari bawah taplak, lalu hening. Hermione
merunduk dan mengambil salah satu majalah itu, tongkatnya masih mengarah ke
Mr. Lovegood.
“Harry, lihat ini!” Harry berjalan secepat ia bisa ke arah Hermione. Halaman
depan The Quibbler memuat fotonya sendiri, dihiasi dengan tulisan “Orang Yang
Paling Tidak Diinginkan” dan tulisan hadiah uang.
“The Quibbler berpindah haluan ya?” tanya Harry dingin, pikirannya bekerja
sangat cepat. “Inikah yang Anda lakukan ketika pergi ke taman, Mr.
Lovegood? Mengirim seekor burung hantu ke Kementrian?”
Xenophilius menggigit bibirnya.
“Mereka mengambil Luna-ku,” ia berbisik. “Karena apa yang sudah kutulis.
Mereka mengambil Luna-ku dan aku tidak tahu dimana ia berada, apa yang sudah
mereka lakukan padanya. Tapi mungkin mereka akan mengembalikannya padaku
bila aku – bila aku - ”
“Menyerahkan Harry?” Hermione menyelesaikan untuknya.
Tidak,” kata Ron datar. “Minggir, kami pergi.”
Xenophilius tampak mengerikan, bibirnya juga menyeramkan dan terlihat tidak
senang.
“Mereka akan datang sebentar lagi. Aku harus menyelamatkan Luna. Aku tak
dapat kehilangan Luna. Kalian tidak boleh pergi.”
Ia membentangkan tangannya di depan tangga, dan Harry merasa melihat
ibunya yang melakukan hal yang sama di depan tempat tidurnya.
“Jangan membuat kami menyakitimu,” kata Harry. “Minggir, Mr. Lovegood.”
“HARRY!” teriak Hermione.
Figur-figur di atas sapu terbang melewati jendela. Ketika mereka bertiga
melihat Xenophilius, ia mengeluarkan tongkatnya. Harry menyadari kesalahan
mereka saat itu juga. Ia melemparkan dirinya ke samping, mendorong Ron dan
Hermione untuk menyelamatkan mereka dari Mantra Pemingsan Xenophilius yang
melewati ruangan itu dan mengenai tanduk Erumpent. Sebuah ledakan yang
sangat besar terjadi. Suaranya terdengar seperti akan menghancurkan ruangan
itu.
Potongan kayu dan kertas dan reruntuhan terlempar ke segala arah, bersama
kepulan debu yang tebal. Harry terlempar ke udara, lalu terjatuh ke lantai, tak
dapat melihat karena puing-puing berjatuhan di atasnya, tangannya melindungi
kepalanya. Ia mendengar jeritan Hermione, teriakan Ron, dan serangkaian suara
metalik menyakitkan yang membuatnya tahu bahwa Xenophilius sudah terlempar
ke bawah tangga spiral.
Setengah terkubur di dalam reruntuhan, Harry berusaha untuk berdiri. Ia nyaris
tak dapat bernapas atau melihat dalam kepulan debu. Separuh langit-langit
sudah ambruk dan ujung tempat tidur Luna sudah menggantung di tepi lubang.
Patung pendek Rowena Ravenclaw jatuh di sampingnya dengan separuh bagian
wajahnya rusak. Potonganpotongan perkamen melayang turun dari udara, dan
sebagian besar mesin cetak tergeletak miring, menutupi tangga paling atas untuk
menuju ke dapur. Kemudian sosok putih lain bergerak mendekat dan Hermione,
penuh dengan debu seperti patung, menaruh jarinya di depan bibir.
Pintu di bawah terbuka.
“Bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa tidak perlu terburu-buru,
Travers?” kata suara yang keras. “Bukankah aku mengatakan padamu bahwa
orang gila ini hanya mengoceh seperti biasa?” Ada suara keras dan jeritan
kesakitan Xenophilius.
“Tidak...tidak...di atas...Potter!”
“Aku mengatakan padamu minggu lalu Lovegood, kami tidak akan kembali
kecuali ada informasi yang kongkrit! Ingat minggu lalu? Ketika kau ingin
menukar anak perempuanmu dengan topi tolol itu? Dan minggu sebelumnya” –
Ada suara keras dan pekikan lagi – “Ketika kau berpikir bahwa kami akan
mengembalikannya jika kau menawarkan pembuktian tentang Snorkack” – suara
keras – “Tanduk” – suara keras – “Kisut?”
“Tidak – tidak – aku memohon pada kalian!” tangis Xenophilius. “Ini benar-benar
Potter, sungguh!”
“Dan sekarang kau kembali memanggil kami untuk mencoba dan meledakkan
kami!” raung salah satu Pelahap Maut itu, lalu ada serangkaian suara ledakan
kecil diantara dengan teriakan penuh penderitaan Xenophilius.
“Tempat ini terlihat akan rubuh, Selwyn,” kata suara dingin yang kedua,
bergema ke atas tangga. “Tangga ini benar-benar tertutup. Bisakah kau
mencoba membersihkannya? Mungkin dapat membuat tempat ini runtuh.”
“Kau pembohong kotor,” teriak penyihir yang bernama Selwyn.
“Kau belum pernah melihat Potter seumur hidupmu, kan? Kurasa kau memanggil
kami ke sini untuk membunuh kami, ya kan? Dan kau berpikir bahwa kau akan
mendapatkan anak perempuanmu dengan cara seperti ini?”
“Aku bersumpah...aku bersumpah...Potter ada diatas!”
“Homenum Revelio,” kata sebuah suara di kaki tangga. Harry mendengar
Hermione terkejut, dan ia merasakan sensasi aneh yang melewati dirinya,
menyelimuti dirinya dalam bayangannya.
“Ada orang di atas, Selwyn,” kata laki-laki kedua itu dengan tajam.
“Itu Potter, kukatakan padamu, itu Potter!” tangis Xenophilius.
“Tolong...tolong...kembalikan Luna, biarkan aku mendapatkan Luna
kembali...”
“Kau dapat mendapatkan anak perempuanmu, Lovegood,” kata Selwyn, “jika kau
naik ke atas dan membawakan padaku Harry Potter. Tetapi jika ini adalah sebuah
rencana, jika ini adalah sebuah jebakan, jika kau memiliki seorang kaki tangan di
atas sana untuk menyerang kami, kita lihat saja apakah kita dapat membagi
sedikit mayat anak perempuanmu agar kau bisa menguburnya.” Xenophilius meraung penuh ketakutan dan keputusasaan. Terdengar suara
langkah pendek-pendek dan derit pelan. Xenophilius sedang mencoba untuk
melewati puingpuing di tangga.
“Ayo,” bisik Harry, “kita harus keluar dari sini.”
Harry mencoba untuk mengeluarkan dirinya dari reruntuhan dengan
memanfaatkan keributan yang dibuat Xenophilius di tangga. Ron terkubur
sangat dalam. Harry dan Hermione memanjat, sesunyi yang mereka bisa, ke
arah tempat Ron terkubur, mencoba untuk menarik laci yang berat dari
kakinya. Ketika Xenophilius semakin mendekat, Hermione berhasil untuk
membebaskan Ron dengan menggunakan Mantra Mengapung.
“Baiklah,” kata Hermione, ketika mesin cetak yang rusak dan menutupi tangga
paling atas mulai berderak. Xenophilius hanya tinggal beberapa langkah lagi
dari mereka. Hermione masih penuh dengan debu.
“Apakah kau mempercayaiku, Harry?”
Harry mengangguk.
“Baiklah,” Hermione berbisik, “berikan Jubah Gaib padaku. Ron, kau
akan memakainya.”
“Aku? Tapi Harry - ”
“Tolonglah, Ron! Harry, genggam erat tanganku, Ron pegang bahuku.”
Harry mengulurkan tangan kirinya. Ron menghilang di bawah Jubah. Mesin cetak
yang menutupi tangga bergetar. Xenophilius mencoba untuk menyingkirkannya
menggunakan Mantra Mengapung. Harry tak tahu apa yang sedang Hermione
tunggu.
“Tahan,” bisiknya. “Tahan, sebentar lagi...”
Wajah pucat pasi Xenophilius muncul di pintu.
“Obliviate!” raung Hermione, pertama-tama mengarahkan tongkatnya ke
wajah Xenophilius lalu ke lantai dibawah mereka. “Deprimo!”
Hermione membuat lubang di lantai ruang tamu. Mereka jatuh seperti batu.
Harry masih memegang tangan Hermione ketika ia mendengar ada teriakan dari
bawah, dan ia sempat melihat dua laki-laki yang mencoba menghindari reruntuhan
dan perabotan hancur yang menghujani lantai bawah rumah itu dari atas.
Hermione berputar-putar di udara dan suara rumah yang hancur terngiang di
telinga Harry ketika Hermione membawanya sekali lagi ke dalam kegelapan.
Note:
*: Elder (Sambucus sp.), atau lebih dikenal sebagai Elderberry, adalah satu genus yang berisi sekitar 5-30 jenis semak
atau pepohonan
yang kebanyakan hidup di daerah beriklim sedang atau subtropis. Bunganya umumnya berwarna krem atau putih,
sedangkan buahnya
kecil, berwarna merah, kebiruan, atau hitam. Menurut mitos, kayunya tidak boleh dipotong tanpa menyanyikan syair
pujian bagi Elder
Mother, atau dia akan mengamuk. Elder yang di sini tentu satu dari beberapa jenis Elder yang hidup di Eropa. FYI, ada
satu jenis
Elder yang hidup di Indonesia, yaitu Sambucus javanica atau pohon sangitan (namanya ga keren amat... T.T).
**: Conqueror = Vanquisher = Penakluk.
Bab 22 Deathly Hallows
Harry jatuh, terengah-engah dirumput dan merangkak sekaligus. Tampaknya
mereka mendarat di sudut sebuah lapangan saat senja hari; Hermione sedang
berlari membuat sebuah lingkaran di sekitar mereka dengan melambaikan
tongkat sihirnya.
“Protego totalum…Salvio hexia...”
“Dasar pengkhianat tua pengadu,” Ron terengah-engah keluar dari jubah gaib
dan melemparnya ke Harry. “Hermione kau memang jenius, sangat jenius, aku
tak percaya kita dapat keluar dari semua itu.”
“Cave inimicum… aku sudah bilang itu adalah tanduk Frumpent, bukan kah
telah kuperingatkan dia? Dan sekarang rumahnya hancur berantakan.”
“Dia pantas mendapatkannya,” ucap Ron, memeriksa sobekan di jeansnya dan
luka di kakinya, “apa yang kau pikir akan mereka lakukan padanya?”
“Oh kuharap mereka tak membunuhnya,” erang Hermione, “karena itulah aku
ingin para Pelahap Maut dapat melihat Harry sekilas sebelum kita pergi, jadi
mereka tahu Xenophilius tidak berbohong.”
“Tetapi kenapa kau menyembunyikanku?” tanya Ron.
“Kau seharusnya berada di ranjang karena spattergroit Ron! Mereka menculik
Luna karena ayahnya mendukung Harry! Apa yang akan terjadi pada keluargamu
kalau mereka
tahu kau bersamanya?
“Tapi bagaimana dengan Ayah dan Ibu-mu?”
“Mereka di Australia,” jawab Hermione, “mereka seharusnya baik-baik saja.
Mereka tak
mengetahui apapun.”
“Kau memang jenius,” ulang Ron terpesona.
“Yeah, kau memang jenius Hermione,” Harry mengiyakan dengan bersemangat.
“Aku
tak tahu apa yang kan kita lakukan tanpamu.”
Hermione berseri-seri tapi langsung serius lagi.
“Bagaimana dengan Luna?”
“Ya, bila mereka mengatakan yang sebenarnya dan dia masih hidup...” Ron
memulai.
“Jangan katakan itu, jangan katakan!” Hermione berseru, ”dia pasti masih
hidup, itu
pasti.”
“Kalau begitu dia pasti di azkaban, kuharap,” ucap Ron, “mungkinkah dia bertahan
hidup
disana... banyak orang tidak bertahan.”
“Dia akan bertahan,” sergah Harry, dia tak mampu membayangkan alternatif
lainya, “dia
tangguh, Luna jauh lebih tangguh dari yang kau kira, dia mungkin mengajari para
penghuninya tentang Wrackspurt dan Nargle.”
“Kuharap kau benar,” ucap Hermione, dia menyeka matanya, “aku sangat
menyesal
tentang Xenophilius bila...”
“...bila dia tidak mencoba menjual kita pada para Pelahap Maut, yeah,” potong
Ron.Mereka mendirikan tenda dan berbenah didalamnya, Ron membuatkan teh
untuk mereka,
setelah pelarian mereka yang menyesakkan, tenda yang dingin dan pengap itu
terasa
seperti rumah: aman, akrab dan ramah.
“Oh, kenapa kita pergi kesana?” erang Hermione setelah beberapa menit
terdiam.
“Harry, kau benar, lagi-lagi ini tentang Godric’s Hollow, benar-benar buangbuang
waktu! Deathly Hallows…sepertinya omong kosong…atau sebenarnya…” sepertinya
dia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide, “dia mungkin saja mengarang semua itu,
mungkin saja kan? Dia mungkin tidak percaya pada Deathly Hallows sama sekali,
dia cuma ingin kita tetap disana hingga Pelahap Maut datang.”
“Kukira tidak,” sanggah Ron, “lebih sulit mengarang sesuatu saat kau sedang
dibawah tekanan dari pada yang kau kira. Aku membuktikannya saat para
Perampas mengerjaiku. Lebih mudah berpura-pura menjadi Stan, karena aku
mengetahu sedikit tentang dia, daripada mengarang seorang yang benar-benar
baru. Lovegood tua benar-benar tertekan, mencoba memastikan kita tetap
tinggal. Aku yakin dia menceritakan yang sebenarnya agar kita tetap bicara.”
“Aku pikir itu bukan suatu masalah,” dengus Hermione, “walaupun dia jujur, aku
belum pernah mendengar omong kosong separah itu dalam hidupku”
“Tunggu dulu,” sergah Ron, “Kamar Rahasia dulunya sebuah mitos kan?”
“Tapi Deathly Hallows tak mungkin ada Ron!”
“Kau tetap berpikir begitu, tapi satu darinya ada,” ucap Ron lagi, “Jubah
Gaib milik Harry...”
“Kisah Tiga Saudara adalah sebuah dongeng,” ucap Hermione tegas, “sebuah
dongeng tentang bagaimana manusia takut kepada kematian. Bila bertahan
hidup hanya semudah bersembunyi dibawah Jubah Gaib, kita telah memiliki
segala yang kita butuhkan!”
“Aku tak tahu. Kita dapat melakukannya dengan sebuah tongkat sihir yang tak
terkalahkan” ucap Harry, memutar-mutar tongkat blackthorn yang tak
disukainya dengan jarinya.
“Tidak ada hal seperti itu, Harry!”
“Kau bilang ada banyak sekali tongkat sihir…tongkat kematian dan apalah
mereka menyebutnya…”
“Baiklah, walaupun kau ingin percaya kalau Tongkat Elder* itu nyata, bagaimana
dengan Batu Kebangkitan#?” jarinya menggambarkan sebuah tanda ketika
menyebutkan nama itu, dan suaranya berubah kasar. “Tak ada sihir yang dapat
menghidupkan yang mati, dan itu mutlak.”
“Saat tongkat sihirku terhubung dengan tongkat sihir Kau-Tahu-Siapa, Ayah
dan Ibuku muncul…dan Cedric…”
“Tapi mereka tak benar-benar kembali dari kematian kan?” sangkal
Hermione, “seperti…sebuah tiruan sekilas tidaklah sama dengan benarbenar membuat mereka hidup kembali”
“Tapi dia, gadis dalam dongeng, juga tidak benar-benar kembali dari kematian
kan? Dongeng itu mengatakan bahwa sekali seseorang mati, dia menjadi milik
kematian. Tapi saudara yang kedua masih bisa bertemu dia dan berbicara
dengannya, ia kan? Dia bahkan hidup bersamanya untuk beberapa saat...”
Hermione terlihat murung dan ada sesuatu yang sulit diartikan dari ekspresi
Hermione. Lalu, saat Hermione memandang Ron sekilas, Harry menyadari
bahwa sebenarnya itu adalah ketakutan: dia telah menakuti Hermione dengan
pembicaraan tentang hidup bersama orang mati.
“Jadi si Peverell yang dikuburkan di Godric’s Hollow...” Ron mengucapkanya
dengan cepat, mencoba mengatakannya dengan tenang, “...kau tidak mengetahui
apapun tentang dia?”
“Tidak,” jawab Hermione, terlihat lebih tenang dengan perubahan topik
pembicaraan, “aku mencarinya setelah aku lihat tanda di makamnya: bila dia
adalah orang yang pernah terkenal atau telah melakukan sesuatu yang penting
aku yakin dia akan ada di salah satu buku yang kita miliki. Satu-satunya tempat
dimana aku dapat menemukan nama Peverell adalah di buku Bangsawan Alamiah:
Sebuah Silsilah Sihir**. Aku meminjamnya dari Kreacher,” dia menerangkan
ketika Ron mengangkat alisnya. “Termuat daftar dari garis keturunan keluarga
berdarah-murni yang sekarang telah hilang di jalur laki-laki. Sepertinya keluarga
Peverell adalah salah satu dari yang paling awal menghilang.”
“Hilang dari jalur laki-laki?” ulang Ron
“Itu berarti punah,” ucap Hermione, “beberapa abad lalu, dalam kasus keluarga
Peverell. Meskipun begitu, mungkin saja mereka masih memiliki keturunan, tapi
dengan nama yang berbeda.”
Dan hal itu muncul di memori Harry seperti kepingan yang bersinar, ingatan
yang telah teraduk-aduk saat mendengar nama “Peverell”: seorang tua yang
kotor mengacungkan sebuah cincin yang buruk ke wajah petugas kementrian,
dan dia berteriak keras, “Marvolo Gaunt!”
“Apa?” ucap Ron dan Hermione bersama-sama.
“Marvolo Gaunt! Kakek dari Kau-Tahu-Siapa! Di pensieve! Dengan
Dumbledore! Marvolo Gaunt pernah berkata kalau dia adalah keturunan
keluarga Peverell.”
Ron dan Hermione terlihat bingung.
“Cincin itu, cincin yang menjadi Horcrux, Marvolo Gaunt mengatakan kalau cincin
tersebut adalah lambang keluarga Peverell! Aku melihatnya melambaikan cincin
tersebut ke wajah petugas kementrian, dan dia hampir saja melesakkan
hidungnya!”
“Lambang keluarga Peverell?” ucap Hermione tajam, ”dapatkah kau melihat
bagaimana bentuknya?”
“Tidak jelas,” jawab Harry, mencoba mengingat. ”Tak ada yang bagus disana,
sejauh yang bisa kulihat: mungkin banyak goresannya. Aku baru benar-benar
melihatnya dengan dekat hanya saat cincin itu telah terbelah.”
Harry melihat kepahaman Hermione dari matanya yang melebar tiba-tiba. Ron
melihat dari satu ke yang lainnya, terkagum-kagum.
“Ya ampun… kau yakin ini adalah tanda itu lagi? Tanda dari Hallows?”
“Kenapa tidak,” ucap Harry bersemangat, ”Marvolo Gaunt adalah seorang tua
yang cuek dan bodoh yang hidup seperti babi, yang dia pedulikan hanyalah
leluhurnya. Bila cincin itu telah diturunkan dalam beberapa abad, dia mungkin
tidak tahu apa itu sebenarnya. Tak ada buku di rumah itu, dan percayalah, dia
bukan orang yang suka berdongeng kepada anak-anaknya. Dia senang berpikir
bahwa goresan di batu itu adalah lambang keluarga, karena sejauh yang dia
pahami, menjadi darah murni otomatis membuatmu terpandang.”
“Ya...sangat menarik,” ucap Hermione dengan hati-hati, “ tapi Harry, apakah kau
pikir, seperti yang kukira, bahwa kau berpikir...?”
“Kenapa tidak? Ucap Harry, mengabaikan kehati-hatiannya, “ini adalah sebuah
batu, iya kan?” dia melihat Ron mencari dukungan. “Bagaimana kalau ini adalah
Batu Kebangkitan?”
Mulut Ron pun terbuka
Ya ampun…tapi apakah ini akan tetap bekerja bila Dumbledore telah membe…?”
“Bekerja? Ron, ini tidak akan pernah bekerja! Batu Kebangkitan itu tidak perna
ada!”
Hermione melompat berdiri, terlihat jengkel dan marah. “Harry kau
mencoba untuk mencocokkan segalanya kedalam dongeng Hallows...”
“Mencocokkan segalanya?” Harry mengulanginya. “Hermione, kecocokan ini
terjadi dengan sendirinya! Aku tahu lambang dari Deathly Hallows ada di batu
tersebut! Gaunt mengatakan bahwa dia adalah keturunan dari keluarga
Peverell!”
“Semenit lalu kau bilang kau tak pernah melihat tanda di batu itu dengan jelas!”
“Dimanakah kau yakini cincin itu berada saat ini?” Ron bertanya pada Harry, “apa
yang Dumbledore lakukan padanya setelah dia membelahnya?”
Tapi imajinasi Harry telah berkelana jauh, jauh dari Ron dan Hermione…tiga
benda, atau Hallows, yang apabila disatukan, akan membuat pemiliknya
menguasai kematian…Penguasa…Pemenang…Penakluk… musuh terakhir yang
harus dikalahkan adalah kematian…
Dan dia membayangkan dirinya sendiri, memiliki Hallow, menghadapi Voldemort,
yang Horcruxnya tiada tandingannya…tidak dapat hidup saat yang lainnya
selamat... apakah ini jawabannya? Hallow melawan Horcrux? Apakah ada cara
untuk memastikan kalau dialah yang menang? Bila dia yang menguasai Deathly
Hallows, akankah dia selamat?
“Harry?”
Tapi suara Hermione hanya sayup-sayup terdengar: dia telah menarik Jubah
Gaibnya dan membiarkannya meluncur di jari-jarinya, kain itu begitu gemulai
seperti air, ringan seperti udara. Dia belum pernah melihat apapun yang bisa
menyamainya selama hampir tujuh tahun kehidupannya di dunia sihir. Jubah itu
sama persis dengan apa yang telah di sebutkan oleh Xenophilius : Sebuah Jubah
yang benar-benar membuat pemakainya sama sekali tak terlihat, dan
mempertahankan keabadian, memberikan perlindungan yang tetap dan tak
tertembus, apapun mantra yang disebutkan kepadanya...
Dan kemudian bersama satu hembusan nafas dia mengingat...
“Dumbledore memegang Jubahku dimalam orang tuaku meninggal!”
Suaranya bergetar dan dia bisa merasakan perubahan di wajahnya, tapi dia tidak
peduli.
“Ibuku memberi tahu Sirius bahwa Dumbledore meminjam Jubah ini! Itulah! Dia
ingin mengujinya, karena dia mengira ini adalah Hallows ke tiga! Ignotus Peverell
dimakamkan di Godric’s Hollow...” Harry berjalan mondar-mandir disekitar tenda,
merasa bahwa rangkaian kejadian yang benar sedang membuka semua
disekitarnya. “Dia adalah leluhurku. Aku adalah keturunan dari Saudara ketiga!
Ini semua masuk akal!”
Dia merasa punya bukti untuk meyakini kepercayaannya pada Hallow, baginya
memiliki mereka dapat memberikan perlindungan, dan dia merasa senang saat
dia berpaling lagi kepada dua sahabatnya.
“Harry,” ucap Hermione lagi, tapi Harry sedang sibuk membuka kantong di
lehernya, jari-jarinya bergetar hebat.
“Baca ini,” Harry berkata padanya, menyerahkan surat ibunya ke tangan
Hermione, “Baca ini! Dumbledore meminjam Jubah itu, Hermione! Kenapa dia
menginginkan jubah itu? Dia tidak membutuhkan sebuah Jubah, dia dapat
melakukan Mantra Menghilang yang sangat kuat yang dapat membuat dirinya
benar-benar tak terlihat tanpa jubah!”
Sesuatu terjatuh ke lantai dan menggelinding, berkilapan, dibawah kursi: dia
telah menjatuhkan snitch pemberian Dumbledore saat dia menarik surat
ibunya. Dia mengambilnya, kemudian pemikiran luar biasa yang tiba-tiba
mengejutkan memberinya hadiah yang lain, rasa terkejut dan kagum
membuncah dalam dirinya dan diapun berteriak.
“ADA DI DALAM SINI! Dia meninggalkanku cincin itu – ada di dalam snitch!”
“Kau… kau yakin?”
Dia tak mengerti mengapa Ron terlihat mundur beberapa langkah. Karena
menurut Harry hal itu mudah dipahami dan sangat jelas. Semuanya cocok,
semuanya… Jubahnya adalah Hallow ke tiga, dan saat dia menemukan cara
membuka snitch itu dia akan memiliki yang kedua, dan kemudian apa yang dia
butuhkan adalah