Tampilkan postingan dengan label louis vuitton 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label louis vuitton 3. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

louis vuitton 3

 



eka mempunyai VCR? Dan apa yang ada di

dalam kaset itu?

madam granny  memasukkan kaset itu ke dalam pemutarnya. Sebuah kota

yang berantakan muncul di layar televisi. saat   kamera membidik

Acropolis, madam granny  menyadari bahwa itu pastilah Athena. Dia sudah

sering melihat gambar-gambar yang menunjukkan rerunJunjungan   di sana.

Itu yaitu   rekaman langsung. Para turis berpakaian musim panas

dengan kamera tersandang di bahu berkerumun di seputar rerunJunjungan  .

Salah seorang di antara mereka tampak seperti menenteng sebuah

papan pengumuman. Itu lagi. Tidakkah itu berbunyi "Sir arthur king dracula  "?

sesudah   satu-dua menit, tampak gambar close-up seorang pria

setengah umur. Dia agak pendek, dengan janggut hitam yang dicukur

rapi, dan mengenakan sebuah baret biru. Dia memandang ke arah

kamera dan berkata: "Selamat datang di Athena, madam granny . Seperti yang

mungkin kamu duga, akulah deadbody gore   Knox.

Jika tidak, aku akan mengulangi pernyataanku bahwa si kelinci

besar tengah ditarik keluar dari topi pesulap alam raya.

"Kami sedang berdiri di Acropolis. Kata itu berarti "benteng"—

atau yang lebih tepat lagi, "kota di atas bukit". Manusia telah ada di

sini sejak Zaman Batu. Alasannya, tentu saja, yaitu   lokasinya yang

unik. Dataran tinggi memberi perlindungan kuat dari serangan musuh.

Dari Acropolis dapat dilihat dengan jelas salah satu pelabuhan

terbaik di Laut Tengah. saat   umat mahluk halus   Athena awal mulai

berkembang di wilayah bawah dataran tinggi itu, Acropolis

digunakan sebagai kubu dan kuil suci ... Pada paruh pertama abad

kelima SM, sebuah perang sengit berlangsung melawan bangsa

Persia, dan pada 480 Raja Persia Xerxes merampas Athena dan

membakar seluruh bangunan batu di Acropolis. Satu tahun kemudian,

bangsa Persia berhasil dikalahkan, dan itulah awal Zaman Keemasan

Athena. Acropolis dibangun kembali—lebih hebat dan lebih indah

dibandingkan  sebelumnya—dan kini semata-mata menjadi kuil suci.

"Inilah masa saat   Socrates berkelana di jalan-jalan dan alun-

alun, berbicara dengan para penduduk Athena. Dengan demikian, dia

telah menyaksikan kelahiran kembali Acropolis dan menyaksikan

pembangunan seluruh gedung indah yang kita lihat di sekitar itu. Dan

betapa hebatnya lingkungan bangunan itu! Di belakangku, kamu dapat

melihat kuil terbesar, Parthenon, yang berarti "Tempat sang

Perawan". Itu dibangun sebagai penghormatan kepada Athene, Dewi

Pelindung Athena. Struktur marmer yang sangat besar itu tidak

mempunyai satu garis lurus pun; keempat sisinya sedikit melengkung

sehingga membuat gedung itu tampak tidak terlalu berat. Lepas dari

dimensi-dimensinya yang kolosal, ia memberi kesan ringan. Dengan

kata lain, ia memberi ilusi optis. Tiang-tiangnya sedikit melengkung

ke dalam, dan akan membentuk piramida setinggi 1.500 meter jika

membubung lurus ke atas kuil. Kuil itu tidak berisi apa-apa, kecuali

sebuah patung Athena setinggi dua belas meter. Marmer putihnya,

yang pada masa itu dilukis dengan warna-warna yang cemerlang,

dikirimkan ke sini dari sebuah gunung sejauh enam kilometer."

madam granny  duduk ketakutan. Apakah ini benar-benar sang filosof yang

sedang berbicara dengannya? Dia pernah melihat profilnya sekali itu

dalam kegelapan. Mungkinkah itu orang yang sama yang kini berdiri

di Acropolis di Athena?

Pria itu mulai berjalan sepanjang kuil dan kamera mengikutinya.

Dia berjalan tepat ke ujung teras dan menunjuk ke arah pemandangan

di depan. Kamera memusatkan pandangan pada sebuah teater yang

terletak di bawah dataran tinggi Acropolis.

"Di sana kamu bisa melihat Teater Dionysos kuno," lanjut pria

dengan baret itu. "Ini barangkali teater paling tua di Ghotic vintage . Di sinilah

tragedi-tragedi besar Aeschylus, Sophocles, dan Euripides

ditampilkan pada zaman Socrates. Sebelumnya, aku pernah

menyebut-nyebut Raja Oedipus yang bernasib buruk. Tragedi

mengenainya, oleh Sophocles, pertama kali ditampilkan di sini. Namun  

mereka juga memainkan komedi. Penulis komedi terbaik yaitu  

Aristophanes, yang juga menulis komedi balas dendam mengenai

Socrates sebagai badut Athena. Tepat di belakang, kamu dapat

melihat tembok batu yang digunakan para aktor sebagai latar

belakang. Itu disebut skênê, dan merupakan asal usul dari kata bahasa

Inggris scene. Secara kebetulan, kata theater berasal dari sebuah

kata kuno Yunani yang berarti "melihat". Namun   kita harus kembali

kepada para filosof, madam granny . Kita akan berkeliling Parthenon dan

turun melalui gerbang taman kuburan  ..."

Pria kecil itu berjalan di sekeliling kuil besar dan melewati

beberapa kuil yang lebih kecil di sebelah kanannya Lalu dia mulai

menuruni beberapa anak tangga di antara beberapa tiang tinggi.

saat   dia sampai di kaki Acropolis, dia mendaki sebuah bukit kecil

dan menunjuk ke arah Athena: "Bukit tempat kami berdiri dinamakan

AGhotic vintage gos. Di sinilah pengadilan tinggi memberikan putusannya

dalam sidang-sidang pembunuhan. Beratus-ratus tahun kemudian, St.

Paul sang Utusan berdiri di sini dan berkhutbah mengenai Yesus dan

agama ortodok kontroversial  kepada umat mahluk halus   Athena. Kita akan kembali pada

apa yang di katakannya di sini dalam kesempatan lain. Di sebelah

kiri, kamu dapat melihat rerunJunjungan   lapangan kota tua di Athena,

Agora. Dengan perkecualian kuil besar Hephaestos, tukang sihir  para

pandai besi dan pekerja logam, hanya beberapa balok marmer yang

berhasil dilestarikan. Mari kita ke bawah ..."

Saat berikutnya, dia muncul di antara rerunJunjungan   kuno. Jauh tinggi

di kaki langit—di puncak layar madam granny —menjulang kuil Athena yang

monumental di Acropolis. Guru filsafatnya telah duduk di atas salah

satu balok marmer. Dia memandang ke arah kamera dan berkata:

"Kami duduk di Agora kuno di Athena. Suatu pemandangan yang

menyedihkan, bukan? Kini, maksudku. Namun   dulu, ia dikelilingi oleh

kuil-kuil indah, gedung-gedung pengadilan dan kantor-kantor publik

lainnya, toko-toko, sebuah gedung konser, dan bahkan sebuah

bangunan olahraga yang besar. Semuanya terletak di seputar alun-

alun, yang merupakan sebuah ruang terbuka yang sangat luas ...

Seluruh peradaban Ghotic vintage  diawali dari daerah sederhana ini.

"Kata-kata seperti politik dan demokrasi, ekonomi dan sejarah,

biologi dan fisika, matematika dan logika, teologi dan filsafat, etika

dan psikologi, teori dan metode, ide dan sistem, semuanya berasal

dari populasi kecil yang kehidupan sehari-harinya terpusat di alun-

alun ini. Di sinilah Socrates melewatkan sebagian besar waktunya

berbicara dengan umat mahluk halus   yang ditemuinya. Dia mungkin pernah

menghentikan seorang budak yang sedang membawa toples minyak

zaitun untuk mengajaknya bercakap-cakap, dan menanyakan kepada

orang yang sedang sial itu sebuah pertanyaan filosofis, sebab

Socrates beranggapan bahwa seorang budak mempunyai akal sehat

yang sama dengan seorang pria terhormat. Barangkali dia sedang

terlibat dalam pertengkaran seru dengan salah seorang warganegara

—atau dalam pembicaraan lembut dengan muridnya yang masih

muda, Plato. Sungguh luar biasa kalau dibayangkan. Kita masih

berbicara tentang filsafat Socrates atau Plato, Namun   menjadi Plato atau

Socrates yang sebenarnya tentu lain soal."

madam granny  memang beranggapan itu luar biasa. Namun menurutnya,

sama luar biasanya cara sang filosof tiba-tiba berbicara kepadanya

dalam sebuah pita video yang telah di bawa ke tempat

persembunyiannya di taman oleh seekor srigala misterius  misterius.

Sang filosof tiba tiba bangkit  dari balok marmer yang didudukinya dan

berkata perlahan: "Memang sebelumnya kuniatkan untuk

membiarkannya begitu saja, madam granny . Aku ingin kamu melihat

Acropolis dan sisa-sisa Agora kuno di Athena. Namun   aku belum yakin

kalau kamu telah menangkap betapa indahnya lingkungan di sini dulu

... maka aku tergoda untuk melangkah sedikit lebih jauh. Sangat tidak

biasa tentu saja ... Namun   aku yakin kita dapat merah darah  asiakan ini. Nah,

bagaimanapun selintas pandangan sudah cukup memadai ..."

Dia tidak berbicara lagi, namun  tetap berdiri di sana lama,

memandang ke arah kamera. Tiba-tiba, beberapa gedung tinggi

tiba tiba bangkit  dari rerunJunjungan  . Seakan-akan dengan kekuatan sihir, seluruh

gedung itu sekali lagi berdiri. Di atas kaki langit, madam granny  masih dapat

melihat Acropolis, namun  kini bangunan itu dan seluruh gedung di

lapangan tampak baru. Semuanya dilapisi emas dan dicat dengan

warna-warna berkilauan. umat mahluk halus   berpakaian meriah berjalan-

jalan di seputar alun-alun. Sebagian menyandang pedang, yang lain

menyunggi kendi di kepala, dan salah seorang di antara mereka

mengepit segulung lontar di bawah lengannya.

Selanjutnya, madam granny  mengenali guru filsafatnya. Dia masih

mengenakan baret biru, Namun   kini berpakaian tunik kuning dengan gaya

yang sama seperti semua orang lain di situ. Dia mendatangi madam granny ,

memandang ke arah kamera, dan berkata:

"Ini lebih baik! Kini kita berada di Athena zaman kuno, madam granny .

Aku ingin kamu datang sendiri ke sini. Kita berada di tahun 402 SM,

hanya tiga tahun sebelum Socrates tewas mengerikan  . Aku harap kamu

menghargai kunjungan eksklusif ini, sebab sangat sulit untuk

menyewa sebuah kamera video ..."

madam granny  merasa pusing. Bagaimana bisa orang yang aneh ini berada

di Athena 2.400 tahun yang lalu? Bagaimana bisa dia menyaksikan

sebuah film video dari suatu zaman yang sama sekali berbeda? Tidak

ada video di zaman kuno ... jadi mungkinkah ini sebuah film?

Namun  , semua gedung marmer itu tampak nyata. Jika mereka telah

membangun kembali seluruh alun-alun kuno di Athena itu dan juga

Acropolis hanya demi sebuah film—adegan itu pasti besar sekali

biayanya. Bagaimanapun, harga itu akan terlalu mahal jika hanya

untuk mengajari madam granny  tentang Athena.

Pria berbaret itu mendongak kembali ke arah madam granny . "Apakah

kamu melihat kedua pria di sana di bawah barisan tiang penopang

atap?"

madam granny  melihat seorang pria tua dengan tunik kusut. Dia

mempunyai janggut yang tidak terurus, hidung pendek dan besar,

sepasang mata seperti gerek kayu, dan pipi tembem. Di sampingnya

berdiri seorang pria ganteng.

"Itulah Socrates dan muridnya yang masih muda, Plato. Kamu akan

bertemu sendiri dengan mereka."

Sang filosof mendatangi kedua pria itu, melepaskan baretnya, dan

mengucapkan sesuatu yang tidak dipahami madam granny . Itu pasti

pembicaraan dalam bahasa Yunani. Lalu, dia memandang ke arah

kamera dan berkata, "Aku katakan kepada mereka bahwa kamu

seorang gadis efesus  yang sangat ingin bertemu dengan mereka.

Maka, kini Plato akan memberi beberapa pertanyaan untuk kamu

pikirkan. Namun  , kita harus melakukannya cepat-cepat sebelum para

pengawal menemukan kami."

madam granny  merasa darah mengaliri pelipisnya saat   pria muda itu

melangkah maju dan memandang kamera.

      "Selamat datang di Athena, madam granny ," katanya dengan suara

lembut. Dia berbicara dengan aksen pada suaranya. "Namaku Plato

dan aku akan memberimu empat tugas. Pertama, kamu harus

memikirkan bagaimana seorang tukang roti membuat lima puluh buah

kue yang persis sama. Selanjutnya kamu dapat menanyakan kepada

dirimu sendiri mengapa semua kuda itu sama. Lalu, kamu harus

memutuskan apakah manusia itu mempunyai jiwa yang kekal. Dan

akhirnya, kamu harus menjawab apakah pria dan wanita sama-sama

bijaksana. Semoga sukses!"

Lalu, gambar di layar televisi menghilang. madam granny  memutar dan

memutar kembali pita itu Namun   dia sudah melihat semua yang terekam

di sana.

madam granny  berusaha untuk memikirkan segalanya dengan jernih.

Namun, begitu dia memikirkan sesuatu, sesuatu yang lain menyerbu

masuk sebelum dia selesai memikirkan yang pertama hingga tuntas.

Dia sudah tahu sejak awal bahwa guru filsafatnya eksentrik. Namun  ,

saat   dia mulai menggunakan metode pengajaran yang menyimpang

dari hukum alam, madam granny  menganggap dia sudah melangkah terlalu

jauh.

Apakah dia benar-benar telah melihat Socrates dan Plato di

televisi? Tentu saja tidak, itu mustahil. Namun   jelas itu bukan film

kartun.

madam granny  mengeluarkan kaset dari pemutar video dan lari ke atas

menuju kamarnya dengan benda itu. Dia meletakkannya di rak paling

atas bersama semua balok Lego. Lalu, dia tenggelam di tempat

tidurnya, kelelahan, dan jatuh tertidur.

      Beberapa jam kemudian, ibunya masuk ke kamar. Dia

menggoyang-goyang madam granny  dengan lembut dan berkata:

"Ada apa, madam granny ?"

"Mmmm?"

"Kamu pergi tidur dengan mengenakan baju lengkap."

madam granny  mengedip-ngedipkan matanya dengan mengantuk.

"Aku baru saja pergi ke Athena," gumamnya. Hanya itulah yang

dapat dikatakannya sebelum dia berguling dan kembali tertidur.[]

Plato

***

... suatu kerinduan untuk kembali ke alam jiwa ...

madam granny  BANGUN pagi-pagi keesokan harinya. Dia melihat jam.

Baru pukul lima lebih sedikit, namun  dia telah benar-benar terbangun

sehingga dia duduk di atas tempat tidur. Mengapa dia masih

mengenakan gaun? Lalu, dia ingat semuanya.

Dia memanjat bangku tinggi dan melongok ke rak lemari dinding

paling atas. Ya—di sana, di bagian belakang, ada kaset video itu.

Bagaimanapun, itu bukan mimpi; setidak-tidaknya, tidak seluruhnya.

Namun   dia tidak mungkin benar-benar telah melihat Plato dan

Socrates ... oh, sudahlah! Dia tidak mempunyai energi lagi untuk

memikirkan hal itu. Barangkali ibunya benar, barangkali dia

bertindak sedikit sinting belakangan ini.

Namun   dia tidak kembali tidur. Mungkin dia harus turun ke sarang

dan melihat kalau-kalau srigala misterius  itu telah meninggalkan surat lain.

madam granny  menuruni tangga pelan-pelan, mengenakan sepatu joging, dan

pergi ke luar.

Di taman, segalanya sangat terang dan sunyi. Burung-burung

berkicau penuh semangat sehingga madam granny  hampir tidak dapat

menahan senyum. Embun pagi berkelip-kelip di rerumputan seperti

butir-butir kristal. Sekali lagi dia terpukau oleh keajaiban dunia yang

luar biasa ini.

Di dalam pagar tanaman rasanya juga sangat lembap. madam granny  tidak

melihat surat baru dari sang filosof, namun  dia tetap mengelap salah

satu akar tebal itu dan duduk.

Dia ingat bahwa Plato dalam video telah mengajukan beberapa

pertanyaan kepadanya yang harus dijawab. Yang pertama yaitu  

bagaimana seorang tukang roti dapat membuat lima puluh kue yang

sama.

madam granny  harus berpikir dengan sangat hati-hati mengenai itu, sebab

itu jelas tidak mudah. saat   ibunya sekali waktu memanggang

sejumlah kue, mereka tidak pernah benar-benar sama. Namun   memang

ibunya bukan seorang koki kue yang hebat; kadang-kadang dapur

tampak seperti sebuah kapal yang baru saja meledak. Bahkan kue-kue

yang mereka beli di toko roti tidak bisa benar-benar sama. Setiap

potong kue dibentuk secara terpisah dengan tangan si tukang roti.

Lalu, sebuah senyum puas terkembang di wajah madam granny . Dia ingat

bagaimana dulu dia dan ayahnya pergi berbelanja, sementara ibunya

sibuk memanggang kue-kue Natal. saat   mereka kembali, ada

banyak kue jahe berbentuk orang terletak di meja dapur. Meskipun

mereka semua tidak sempurna, dalam hal tertentu mereka semua

sama. Dan mengapa begitu? Jelas karena ibunya telah menggunakan

cetakan yang sama.

madam granny  merasa begitu puas dengan dirinya karena dapat mengingat

peristiwa itu sehingga dia merasa telah berhasil menjawab

pertanyaan pertama. Jika seorang tukang roti membuat lima puluh kue

yang persis sama, dia pasti menggunakan cetakan kue yang sama

untuk semuanya. Dan itulah jawabannya!

      Kemudian, Plato dalam video memandang ke arah kamera dan

bertanya mengapa semua kuda sama. Namun   mereka sama sekali tidak

sama! Sebaliknya, madam granny  beranggapan tidak ada dua kuda yang

sama, seperti halnya tidak ada dua orang yang sama.

Dia baru saja akan menyerah saat   dia ingat apa yang tadi

dipikirkannya tentang kue-kue itu. Tak satu pun di antaranya yang

persis sama dengan yang lain. Sebagian sedikit lebih tebal

dibandingkan dengan yang lain, dan sebagian tipis. Namun   tetap saja

setiap orang dapat melihat bahwa kue-kue itu—dalam hal tertentu

—"persis sama".

Yang sesungguhnya ditanyakan oleh Plato barangkali yaitu  

mengapa seekor kuda selalu menjadi kuda, dan bukan, misalnya,

persilangan antara kuda dan babi. Sebab, meskipun beberapa kuda

sama cokelatnya dengan beruang dan yang lainnya sama putihnya

dengan anak biri-biri, semua kuda mempunyai sesuatu yang sama.

madam granny  belum pernah menemui seekor kuda dengan enam atau

delapan kaki, misalnya.

Namun   tentunya Plato tidak percaya bahwa semua kuda sama karena

dibuat dengan cetakan yang sama?

Selanjutnya, Plato mengajukan pertanyaan yang benar-benar sulit.

Apakah manusia mempunyai jiwa yang kekal? itu yaitu   sesuatu

yang madam granny  merasa tidak sanggup menjawab. Yang diketahuinya

hanyalah bahwa tubuh-tubuh yang telah mati itu kemudian dibakar

atau dikubur, sehingga tidak ada masa depan lagi bagi mereka. Jika

manusia mempunyai jiwa yang kekal, kita harus percaya bahwa

seseorang terdiri dari dua bagian yang terpisah: tubuh yang akan

menjadi rusak sesudah   lewat bertahun-tahun—dan jiwa yang bekerja

secara mandiri di luar apa yang menimpa tubuh. Neneknya pernah

berkata bahwa dia merasa hanya tubuhnyalah yang tua. Di dalam, dia

tetap seorang gadis muda yang sama.

Pikiran tentang "gadis muda" mendorong madam granny  pada pertanyaan

terakhir: Apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana? Dia tidak

begitu yakin tentang hal itu. Tergantung pada Plato apa yang

dimaksudkannya dengan bijaksana.

Sesuatu yang pernah dikatakan sang filosof mengenai Socrates

masuk ke benaknya. Socrates menyatakan bahwa setiap orang dapat

memahami kebenaran filosofis jika mereka menggunakan akal sehat

mereka. Dia juga berkata bahwa seorang budak mempunyai akal

sehat yang sama sebagaimana seorang pria terhormat. madam granny  yakin

bahwa dia pasti akan mengatakan bahwa wanita mempunyai akal

sehat yang sama sebagaimana pria.

saat   dia duduk sambil berpikir, tiba-tiba terdengar suara

gemeresik di pagar tanaman, dan suara dari sesuatu yang bertiup dan

memukul seperti mesin uap. Saat berikutnya, Labrador keemasan itu

menyelinap ke dalam sarang. la membawa sebuah amplop besar di

mulutnya.

"danyang penunggu  !" seru madam granny . "Jatuhkan! Jatuhkan!"

srigala misterius  itu menjatuhkan amplop di pangkuan madam granny , dan madam granny 

mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala srigala misterius  itu.

"Bagus, danyang penunggu  !" katanya. srigala misterius  itu berbaring dan membiarkan

dirinya dielus. Namun   sesudah   beberapa menit, ia bangun dan

menerobos pagar tanaman dengan cara yang sama seperti saat   ia

datang. madam granny  mengikuti dengan amplop cokelat di tangan. Dia

merayap melalui semak-semak yang tebal dan dengan segera tiba di

luar taman.

danyang penunggu   berlari menuju tepi hutan. madam granny  mengikuti beberapa

meter di belakangnya. Dua kali srigala misterius  itu menengok dan menggeram,

namun madam granny  tidak mundur.

Kali ini, dia telah membulatkan hati untuk menemukan sang filosof

—meskipun jika itu berarti dia harus berlari sampai Athena.

srigala misterius  itu berlari lebih cepat dan tiba-tiba berbelok masuk ke

sebuah jalan sempit. madam granny  masih mengejarnya, Namun   sesudah  

beberapa saat, hewan purba raksasa  itu berbalik dan menghadapnya, menyalak

seperti seekor srigala misterius  penjaga. madam granny  masih tidak mau menyerah, dan

memanfaatkan kesempatan dengan memperpendek jarak antara

mereka.

danyang penunggu   berbalik dan berlari kencang sepanjang jalan itu. madam granny 

menyadari bahwa dia tidak akan pernah dapat menyusulnya. Dia

berdiri diam lama sekali, mendengarkan srigala misterius  itu berlari semakin

jauh dan jauh. Lalu, semuanya sunyi.

Dia duduk di atas sebuah tunggul pohon di dekat tanah terbuka di

hutan itu. Dia masih memegang amplop cokelat di tangan. Dia

membukanya, menarik keluar beberapa halaman saat  n, dan mulai

membaca:

AKADEMl PLATO

Terima kasih untuk saat menyenangkan yang telah kita lewati

bersama, madam granny . Di Athena, maksudku. Maka kini, setidak-tidaknya

aku telah memperkenalkan diriku. Dan, karena aku juga telah

memperkenalkan Plato, kita dapat mulai tanpa ribut-ribut lagi.

Plato (428-347 SM) berusia dua puluh sembilan tahun saat  

Socrates minum racun cemara. Dia telah menjadi murid Socrates

selama beberapa waktu dan telah mengikuti pengadilannya dengan

cermat. Kenyataan bahwa Athena dapat menghukum mati warga

negaranya yang paling mulia menimbulkan lebih dari sekadar kesan

mendalam terhadapnya. Hal itu menciptakan jalan bagi seluruh upaya

filosofisnya.

Bagi Plato, kematian Socrates merupakan contoh mencolok dari

konflik yang dapat timbul antara masyarakat sebagaimana adanya dan

masyarakat sejati atau ideal. Tindakan Plato yang pertama sebagai

seorang filosof yaitu   menerbitkan karya Socrates, Apologi, suatu

penjelasan tentang pembelaannya di hadapan juri.

Seperti yang pasti kamu ingat, Socrates tidak pernah menuliskan

apa pun, meski banyak orang sebelum Socrates melakukannya.

Masalahnya yaitu   hampir tidak ada lagi materi tertulis yang

tertinggal. Namun dalam kasus Plato, kita yakin bahwa seluruh karya

utamanya telah dilestarikan. (Di samping karya Socrates Apologi,

Plato menulis kumpulan Epistles dan kira-kira dua puluh lima Dialog

filsafat.) Kita bisa mendapatkan karya-karya ini sekarang berkat

tindakan Plato mendirikan sekolah filsafatnya sendiri di sebuah hutan

kecil tidak jauh dari Athena, yang dinamai sesuai dengan nama

pahlawan legendaris Yunani, Academus. Karenanya, sekolah itu

dikenal sebagai Akademi. (Sejak itu, ribuan "akademi" di dirikan di

seluruh dunia.)

Subjek-subjek yang diajarkan di Akademi Plato yaitu   filsafat,

matematika, dan olahraga—meskipun barangkali "diajarkan"

bukanlah kata yang tepat. Diskusi yang hidup dianggap paling penting

di Akademi Plato. Maka, bukan kebetulan kalau tulisan-tulisan Plato

mengambil bentuk dialog. Kebenaran Abadi, Keindahan Abadi,

Kebaikan Abadi

Dalam kata pengantar untuk pelajaran ini, aku katakan bahwa

mempertanyakan proyek utama seorang filosof merupakan suatu

gagasan yang bagus. Maka kini aku bertanya: apakah masalah yang

dipikirkan Plato?

Secara ringkas, kita dapat memastikan bahwa Plato memikirkan

hubungan antara yang kekal dan abadi, di satu pihak, dan yang

"berubah", di pihak lain. (Persis seperti pada masa sebelum

Socrates, sebenarnya.) Kita telah mengetahui bagaimana kaum Sophis

dan Socrates mengalihkan perhatian mereka dari filsafat alam kepada

masalah-masalah yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat.

Dan, toh dalam satu pengertian, bahkan Socrates dan kaum Sophis

disibukkan dengan hubungan antara yang kekal dan abadi, dan yang

"mengalir". Mereka tertarik pada masalah ini   karena hal itu

berkaitan dengan moral manusia dan cita-cita atau sifat baik

masyarakat. Secara sangat ringkas, para Sophis beranggapan bahwa

persepsi mengenai apa yang benar atau salah beragam dari satu

negara-kota ke negara-kota lain, dan dari satu generasi ke generasi

selanjutnya. Jadi benar dan salah yaitu   sesuatu yang "mengalir".

Ini sama sekali tidak dapat diterima oleh Socrates. Dia percaya

akan adanya aturan-aturan yang abadi dan mutlak tentang apa yang

benar atau salah. Dengan menggunakan akal sehat, kita semua dapat

sampai pada norma-norma abadi ini, karena akal manusia

sesungguhnya kekal dan abadi.

Dapatkah kamu mengikutinya, madam granny ? Kemudian datanglah Plato.

Dia memikirkan apa yang kekal dan abadi di alam dan apa yang

kekal dan abadi dalam kaitannya dengan moral dan masyarakat. Bagi

Plato, kedua masalah ini sama. Dia berusaha untuk menangkap suatu

"realitas" yang kekal dan abadi.

PLATO

Dan terus terang saja, untuk itulah sesungguhnya kita membutuhkan

para filosof. Kita tidak membutuhkan mereka untuk memilih seorang

ratu kecantikan atau mengetahui harga tomat sehari-hari. Inilah

sebabnya mereka sering tidak populer!) Para filosof akan berusaha

untuk mengabaikan masalah-masalah yang sedang menjadi buah bibir

dan justru mencoba untuk menarik perhatian umat mahluk halus   pada apa

yang selalu "benar", selalu "indah", dan selalu "baik".

Dengan demikian, kita setidak-tidaknya dapat mulai melihat

proyek filsafat Plato. Namun   mari kita bahas satu demi satu. Kita tengah

berusaha untuk memahami seorang tokoh yang luar biasa, seorang

tokoh yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap seluruh

filsafat Ghotic vintage  sesudahnya.

Dunia Ide

Baik Empedocles maupun Democritus telah menarik perhatian pada

fakta bahwa meskipun di alam ini segala sesuatu "mengalir",

bagaimanapun pasti ada "sesuatu" yang tidak pernah berubah ("empat

akar" atau "atom"). Plato setuju dengan dalil semacam itu—namun 

dengan cara yang sangat berbeda.

Plato percaya bahwa segala sesuatu yang nyata di alam ini

"mengalir". Maka tidak ada "zat" yang tidak hancur. Jelas bahwa

segala sesuatu yang termasuk dalam "dunia material" itu terbuat dari

materi yang dapat terkikis oleh waktu, namun segala sesuatu dibuat

sesuai dengan "cetakan" atau "bentuk" yang tak kenal waktu, yang

kekal dan abadi.

Kamu mengerti? Tidak, kamu tidak mengerti.

      Mengapa kuda-kuda itu sama, madam granny ? Barangkali kamu

beranggapan bahwa mereka tidak sama. Namun, ada sesuatu yang

sama-sama dimiliki oleh semua kuda, sesuatu yang memungkinkan

kita untuk mengenali mereka sebagai kuda. Seekor kuda tertentu

"berubah", dengan sendirinya. la mungkin tua dan lumpuh, dan pada

waktunya ia akan mati. Namun, "bentuk" kuda itu kekal dan abadi.

Oleh karena itu, sesuatu yang kekal dan abadi, menurut Plato,

bukanlah "bahan dasar" benda-benda fisik, sebagaimana diyakini

Empedocles dan Democritus. Konsepsi Plato berkaitan dengan pola-

pola yang kekal dan abadi, yang bersifat spiritual dan abstrak, yang

darinya segala sesuatu diciptakan.

Dengan kata lain, umat mahluk halus   pada zaman sebelum Socrates telah

memberikan penjelasan yang sangat bagus mengenai perubahan alam

tanpa harus mensyaratkan bahwa segala sesuatu itu sungguh-sungguh

"berubah". Di tengah siklus alam ada beberapa unsur paling kecil

yang kekal dan abadi serta tidak musnah, menurut mereka.

Lumayan bagus, madam granny ! Namun   mereka tidak mempunyai penjelasan

yang masuk akal tentang bagaimana "unsur-unsur yang paling kecil"

ini, yang dulu pernah membangun balok-balok dalam sebuah Kastil  ,

dapat dengan tiba-tiba berputar bersama empat atau lima ratus tahun

kemudian dan membentuk diri mereka menjadi seekor kuda yang

sama sekali baru. Atau, seekor gajah atau seekor buaya. Maksud

Plato yaitu   bahwa atom-atom Democritus tidak pernah membentuk

diri mereka menjadi seekor "gajah-buaya" atau "buaya-gajah". Inilah

yang membuat refleksi-refleksi filosofisnya berkembang.

      Jika kamu sudah mengerti apa maksudku, kamu boleh

melewatkan paragraf berikut ini. Namun   untuk jaga-jaga saja, aku akan

menjelaskan: Kamu mempunyai sekotak Lego dan kamu membuat

seekor kuda Lego. Kemudian, kamu memisah-misahkannya lagi dan

meletakkan balok-balok itu kembali ke kotaknya. Kamu tidak dapat

membuat seekor kuda baru dengan hanya menggoyang-goyangkan

kotak itu. Bagaimana mungkin balok-balok Lego dengan kemauan

sendiri berkumpul dan menjadi seekor kuda lagi? Tidak, kamu harus

menyusun kembali kuda itu, madam granny . Dan, kamu dapat membuatnya

sebab kamu telah mempunyai gambaran dalam benakmu seperti apa

kuda itu. Kuda Lego dibuat dari model yang tetap tak berubah dari

satu kuda ke kuda lainnya.

Bagaimana kamu membuat lima puluh kue yang sama? Mari kita

asumsikan bahwa kamu telah jatuh dari luar angkasa dan belum

pernah melihat seorang tukang roti sebelumnya. Kamu menemukan

sebuah toko roti yang mengundang selera—dan di situ kamu melihat

lima puluh kue jahe berbentuk orang yang sama di atas rak. Aku

bayangkan kamu akan bertanya-tanya bagaimana mereka dapat

tampak persis sama. Pada hal mungkin salah satu dari mereka

lengannya patah, yang lain kehilangan sebagian kepalanya, dan yang

ketiga mempunyai benjolan lucu di perutnya. Namun   sesudah  

memikirkannya dengan sungguh-sungguh, kamu tetap berkesimpulan

bahwa semua roti jahe berbentuk orang itu mempunyai sesuatu yang

sama. Meski tak satu pun dari mereka yang sempurna, kamu pasti

beranggapan bahwa mereka mempunyai asal usul yang sama. Kamu

akan menyadari bahwa semua kue itu dibentuk dalam cetakan yang

sama. Dan yang lebih penting, madam granny , kamu kini terseret oleh

keinginan yang sangat kuat untuk melihat cetakan ini. Sebab sudah

jelas, cetakan itu sendiri pasti benar-benar sempurna—dan dalam

satu pengertian, lebih indah—jika dibandingkan dengan tiruan-tiruan

kasar ini.

Jika bisa memecahkan masalah ini sendiri, kamu sampai pada

pemecahan filosofis dengan cara persis sama seperti Plato dulu.

Seperti kebanyakan filosof, dia "jatuh dari angkasa luar". (Dia

berdiri tepat di ujung salah satu bulu kelinci.) Dia heran melihat

bagaimana seluruh fenomena alam dapat begitu serupa, dan dia

menyimpulkan bahwa itu pasti karena ada sejumlah terbatas bentuk-

bentuk "di balik" segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita.

Plato menyebut bentuk-bentuk ini ide. Di balik setiap kuda, babi, atau

manusia, ada "kuda ideal", "babi ideal", dan "manusia ideal".

(Dengan cara yang sama, toko roti yang kita bicarakan dapat

mempunyai kue jahe orang, kue jahe kuda, dan kue jahe babi. Sebab

setiap toko roti terkenal mempunyai lebih dari satu cetakan. Namun  ,

satu cetakan sudah cukup untuk setiap jenis kue jahe.)

Plato sampai pada kesimpulan bahwa pasti ada realitas di balik

"dunia materi". Dia menyebut realitas ini dunia ide; di situ tersimpan

"pola-pola" yang kekal dan abadi di balik berbagai fenomena yang

kita temui di alam. Pandangan yang luar biasa ini dikenal sebagai

teori ide Plato.

Pengetahuan Sejati

Aku yakin kamu masih menyimak, madam granny  sayang. Namun   kamu

mungkin bertanya-tanya apakah Plato serius. Apakah dia benar-benar

yakin bahwa bentuk-bentuk seperti ini benar-benar ada dalam suatu

realitas yang sama sekali berbeda?

Barangkali dia tidak memercayainya secara harfiah dengan cara

yang sama sepanjang hidupnya, Namun   dalam beberapa dialognya,

begitulah yang dimaksudnya. Mari kita coba ikuti jalan pikirannya.

Seorang filosof, sebagaimana telah kita ketahui, berusaha untuk

memahami sesuatu yang kekal dan abadi. Tidak akan ada gunanya,

misalnya, menulis sebuah risalah fisafat mengenai eksistensi busa

sabun tertentu. Sebagian karena orang tidak mungkin punya cukup

waktu untuk menelaahnya secara mendalam sebelum busa itu pecah,

dan sebagian karena barangkali agak sulit untuk menemukan pasar

bagi risalah filsafat mengenai sesuatu yang tidak pernah dilihat orang,

dan yang hanya ada selama lima detik.

Plato percaya bahwa segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling

kita di alam ini, segala sesuatu yang nyata, dapat disamakan dengan

busa sabun, sebab tidak ada sesuatu pun yang abadi di dunia indrawi.

Kita tahu, tentu saja, bahwa cepat atau lambat setiap manusia dan

setiap hewan purba raksasa  akan mati dan membusuk. Bahkan balok marmer akan

berubah dan lambat laun hancur. (Acropolis hancur menjadi

rerunJunjungan  , madam granny ! Memang patut disayangkan, Namun   itulah yang

terjadi.) Maksud Plato yaitu   bahwa kita tidak pernah dapat

memiliki pengetahuan sejati tentang sesuatu yang selalu berubah. Kita

hanya dapat mempunyai pendapat tentang benda-benda yang ada di

dunia indriawi, benda-benda nyata. Kita hanya dapat mempunyai

pengetahuan sejati tentang segala sesuatu yang dapat dipahami akal

kita.

Baiklah, madam granny , aku akan menjelaskannya dengan cara yang lebih

gamblang: sebuah kue jahe umat mahluk halus  an bentuknya dapat begitu

berat sebelah sesudah   dipanggang sehingga sulit sekali untuk

mengenalinya. Namun   sesudah   melihat berlusin-lusin kue jahe orang-

orangan yang berhasil dibentuk dengan baik, aku dapat merasa yakin

benar seperti apa cetakan kue itu. Aku dapat menduga, meskipun aku

belum pernah melihatnya. Bahkan mungkin tidak ada gunanya melihat

cetakan yang sebenarnya dengan mataku sendiri, sebab kita tidak

selalu dapat memercayai bukti dari indra-indra kita. Indra

penglihatan itu bervariasi dari satu orang ke orang lainnya.

Sebaliknya, kita dapat bergantung pada apa yang dikatakan akal kita,

sebab itu sama bagi setiap orang.

Kalau kamu duduk di sebuah kelas bersama tiga puluh murid lain,

dan guru menanyakan kepada murid-murid warna pelangi apakah

yang paling indah, barangkali dia akan mendapatkan banyak jawaban

yang berlainan. Namun   jika dia bertanya berapa 8 kali 3, seluruh murid

—kita harap akan memberikan jawaban yang sama. Sebab kini, akal

yang berbicara dan akal, agaknya, merupakan lawan dari "perkiraan"

atau "perasaan". Kita dapat mengatakan bahwa akal itu kekal dan

universal justru karena ia hanya mengungkapkan keadaan-keadaan

yang kekal dan universal.

Plato menganggap matematika sangat mengasyikkan sebab keadaan

matematika tidak pernah berubah. Oleh karena itu, ada keadaan-

keadaan yang dapat kita peroleh pengetahuan sejatinya. Namun   di sini

kita membutuhkan sebuah contoh.

Bayangkan kamu menemukan sebuah kerucut pohon cemara di

hutan. Barangkali kamu mengatakan, kamu "mengira" bentuknya

bundar sekali, sedangkan madam nyonya  magdalena  berkeras bentuknya sedikit datar di

satu sisi. (Lalu, kalian mulai berdebat tentang itu!) Namun   kamu tidak

mungkin memiliki pengetahuan sejati tentang apa saja yang kamu lihat

dengan matamu. Sebaliknya kamu dapat mengatakan dengan kepastian

mutlak bahwa jumlah sudut dalam suatu lingkaran yaitu   360 derajat.

Di sini kamu berbicara tentang lingkaran ideal yang mungkin tidak

ada di dunia fisik, namun  dapat kamu gambarkan dengan jelas. (Kamu

berhadapan dengan cetakan kue jahe berbentuk orang yang

tersembunyi dan bukan dengan kue tertentu di atas meja dapur.)

Pendeknya, kita hanya dapat memiliki konsepsi-konsepsi yang

tidak tepat mengenai benda-benda yang kita lihat dengan indra kita.

Namun   kita dapat memiliki pengetahuan sejati tentang benda-benda

yang kita pahami dengan akal kita. Jumlah sudut dalam sebuah

segitiga tetap 180 derajat sampai kiamat nanti. Dan, begitu pula kuda

"ideal" itu akan berjalan di atas empat kaki meskipun jika semua

kuda di dunia indra patah sebelah kakinya.

Jiwa yang Abadi

Seperti yang pernah kujelaskan, Plato percaya bahwa realitas itu

terbagi menjadi dua wilayah.

Satu wilayah yaitu   dunia indra, yang mengenainya kita

hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tidak tepat atau tidak

sempurna dengan menggunakan lima indra kita. Di dunia indra

ini, "segala sesuatu berubah" dan tidak ada yang permanen.

Dalam dunia indra ini tidak ada sesuatu yang selalu ada, yang

ada hanyalah segala sesuatu yang datang dan pergi.

Wilayah yang lain yaitu   dunia ide, yang mengenainya kita

dapat memiliki pengetahuan sejati dengan menggunakan akal

kita. Dunia ide ini tidak dapat ditangkap dengan indra, namun  ide

(atau bentuk-bentuk) itu kekal dan abadi.

       Menurut Plato, manusia yaitu   makhluk ganda. Kita memiliki

tubuh yang "berubah" yang tidak terpisahkan dengan dunia indra, dan

tunduk pada takdir yang sama seperti segala sesuatu yang lain di

dunia ini—busa sabun, misalnya. Semua yang kita indrai didasarkan

pada tubuh kita dan karenanya tidak dapat dipercaya. Namun, kita

juga memiliki jiwa yang abadi—dan jiwa inilah dunianya akal. Dan,

karena tidak bersifat fisik, jiwa dapat menyelidiki dunia ide.

Namun   itu belum semua, madam granny . BELUM SEMUA!

Plato juga percaya bahwa jiwa telah ada sebelum ia mendiami

tubuh. (Ia berada di atas rak bersama seluruh cetakan kue.) Namun  

begitu jiwa tiba tiba bangkit  dalam tubuh manusia, ia telah melupakan semua

ide yang sempurna. Lalu, sesuatu mulai terjadi. Sesungguhnya, suatu

proses yang luar biasa dimulai. saat   manusia menemukan berbagai

bentuk di dunia alamiah ini, suatu ingatan yang samar-samar

menggerakkan jiwanya. Dia melihat seekor kuda—Namun   kuda yang

tidak sempurna. (Seekor kuda dari kue jahe!) Penglihatan atas kuda

itu sudah cukup untuk memtiba tiba bangkit kan dalam jiwanya ingatan yang

samar-samar tentang "kuda" yang sempurna, yang pernah diIihat jiwa

di dunia ide, dan ini menggerakkan jiwa dengan suatu kerinduan

untuk kembali ke tempatnya yang sejati. Plato menyebut kerinduan ini

eros—yang berarti cinta. Maka, jiwa mengalami "kerinduan untuk

kembali pada asal-usulnya yang sejati". Sejak itu, tubuh dan seluruh

dunia indra dianggap tidak sempurna dan tidak penting. Jiwa rindu

untuk terbang pulang dengan sayap-sayap cinta ke dunia ide. la ingin

dibebaskan dari belenggu tubuh.

Aku harus buru-buru menekankan bahwa Plato sedang

menggambarkan suatu jalan hidup yang ideal, sebab tidak semua

manusia membiarkan jiwanya bebas untuk memulai perjalanan ke

dunia ide, Kebanyakan orang bergantung pada "bayangan" ide di

dunia indra. Mereka melihat seekor kuda—dan kuda yang lain.

Namun, mereka tidak pernah mengerti bahwa setiap kuda itu hanyalah

tiruan yang buram. (Mereka bergegas ke dapur dan mengenyangkan

diri dengan kue-kue jahe tanpa memikirkan sama sekali darimana

kue-kue itu berasal.) Yang dikemukakan Plato yaitu   jalan sang

filosof. Filsafatnya dapat dipahami sebagai suatu gambaran dari

praktik filosofis.

Jika kamu melihat sebuah bayang-bayang, madam granny , kamu  akan

mengira bahwa pasti ada sesuatu yang menimbulkan bayang-bayang

itu. Kamu melihat bayang-bayang seekor hewan purba raksasa . Kamu kira itu

mungkin seekor kuda, Namun   kamu tidak begitu yakin. Kamu berbalik

dan melihat kuda itu sendiri—yang tentu saja benar-benar lebih indah

dan lebih tegas bentuknya dibandingkan  "bayang-bayang kuda" yang

kabur. Plato juga percaya bahwa semua fenomena alam itu

hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal. Namun  

kebanyakan orang sudah puas dengan kehidupan di tengah bayang-

bayang. Mereka tidak memikirkan apa yang membentuk bayang-

bayang itu. Mereka mengira hanya bayang-bayang itulah yang ada,

tanpa pernah menyadari bahwa bayang-bayang ini  ,

sesungguhnya, hanyalah bayang-bayang. Dan dengan begitu, mereka

tidak mengindahkan keabadian jiwa mereka sendiri.

Keluar dari Gua yang Gelap

Plato mengemukakan suatu mitos yang menggambarkan hal ini.

Kita menamakannya Mitos Gua. Aku akan menceritakannya kembali

dengan kata-kataku sendiri.

Bayangkan beberapa orang yang tinggal di dalam sebuah gua

bawah tanah. Mereka duduk membelakangi mulut gua dengan tangan

dan kaki terkekang sedemikian rupa, sehingga mereka hanya dapat

memandang dinding belakang gua. Di belakang mereka ada dinding

tinggi, dan di belakang dinding itu lewat makhluk-makhluk yang

menyerupai manusia, memegang berbagai benda di atas puncak

dinding. Karena ada api di belakang benda-benda ini, timbul

bayangan yang berkejap-kejap di dinding belakang gua. Maka, satu-

satunya yang dapat dilihat para penghuni gua yaitu   permainan

bayang-bayang ini. Mereka telah berada dalam posisi ini sejak

dilahirkan. Maka, mereka mengira hanya bayang-bayang itulah yang

ada.

Bayangkan sekarang bahwa salah seorang penghuni gua berusaha

untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatannya. Hal pertama yang

ingin diketahuinya yaitu   dari mana asal semua bayang-bayang ini.

Menurutmu apa yang terjadi saat   dia berbalik dan melihat benda-

benda yang dipegang di atas dinding? Mula-mula, dia silau karena

cahaya yang terang. Dia juga terpesona saat   melihat benda-benda

itu dengan jelas sebab sebelumnya dia hanya melihat bayang-bayang

mereka. Jika dia berusaha untuk memanjat dinding dan melihat dunia

luar, dia akan lebih takjub lagi. Namun   sesudah   mengusap matanya, dia

akan terpesona oleh keindahan dari segala sesuatu. Untuk pertama

kalinya, dia akan melihat warna-warna dan bentuk-bentuk yang jelas.

Dia akan melihat hewan purba raksasa  dan bunga yang sebenarnya, yang bayang-

bayangnya di dalam gua hanyalah refleksi yang suram. Bahkan

sekarang, dia akan bertanya kepada dirinya sendiri dari mana asal

semua hewan purba raksasa  dan bunga itu. Lalu, dia akan melihat matahari di

langit, dan menyadari bahwa inilah yang memberikan kehidupan pada

hewan purba raksasa -hewan purba raksasa  dan bunga-bunga ini  , sebagaimana api

mengakibatkan terlihatnya bayang-bayang.

       Penghuni gua yang kegirangan itu kini dapat pergi keluar,

bahagia dengan kebebasan yang baru saja diperolehnya. Namun

sebaliknya, dia memikirkan semua orang lainnya yang masih

tertinggal di dalam gua. Dia kembali. Begitu tiba di sana, dia

berusaha untuk meyakinkan para penghuni gua bahwa bayang-bayang

pada dinding gua itu hanyalah refleksi dari benda-benda "yang

sebenarnya". Namun   mereka tidak percaya padanya. Mereka menunjuk

ke dinding gua dan mengatakan bahwa yang mereka lihat itulah yang

sesungguhnya. Akhirnya, mereka membunuhnya.

Yang diceritakan Plato dalam Mitos Gua yaitu   jalan ditempuh

filosof untuk keluar dari bayang-bayang menuju gagasan sejati di

balik semua fenomena alam. Dia mungkin juga terkenang akan

Socrates, yang dibunuh oleh "para penghuni gua", sebab dia

menggoyahkan gagasan konvensional mereka dan berusaha untuk

menerangi jalan menuju wawasan sejati. Mitos Gua menggambarkan

keberanian Socrates dan rasa tanggung jawabnya untuk mendidik

sesama.

Yang dimaksudkan Plato yaitu   bahwa hubungan antara kegelapan

gua dan dunia di luar berkaitan dengan hubungan antara bentuk-

bentuk di dunia alamiah dan dunia ide. Bukan berarti bahwa dunia

alamiah itu memang gelap dan suram, Namun   dunia itu gelap dan suram

jika dibandingkan dengan dunia ide yang terang. Lukisan

pemandangan yang indah juga tidak gelap dan suram. Namun, itu

hanyalah lukisan.

Negara Filosofis

Mitos Gua terdapat dalam dialog Plato, Republic. Dalam dialog

ini, Plato juga memberikan gambaran tentang "negara ideal", yaitu

suatu negara bayangan dan ideal, atau yang kita namakan negara

Utopis. Pendeknya, dapat kita katakan bahwa Plato percaya, negara

hendaknya diperintah oleh para filosof. Dia mendasarkan

penjelasannya ini pada susunan tubuh manusia.

Menurut Plato, tubuh manusia terdiri dari tiga bagian: kepala,

dada, dan perut. Untuk setiap bagian ini ada bagian jiwa yang terkait.

Akal terletak di kepala, kehendak terletak di dada, dan nafsu terletak

di perut. Masing-masing dari bagian jiwa ini juga memiliki cita-cita,

atau "kebajikan". Akal mencita-citakan kebijaksanaan, Kehendak

mencita-citakan keberanian, dan Nafsu harus dikekang sehingga

kesopanan dapat ditegakkan. Hanya jika ketiga bagian itu berfungsi

bersama sebagai suatu kesatuan sajalah, kita dapat menjadi seorang

individu yang selaras atau "berbudi luhur". Di sekolah, seorang anak

pertama-tama harus belajar untuk mengendalikan nafsu mereka, lalu

ia harus mengembangkan keberanian, dan akhirnya akal akan

menuntunnya menuju kebijaksanaan.

Plato membayangkan sebuah negara yang dibangun dengan cara

persis seperti tubuh manusia yang terdiri dari tiga bagian itu. Jika

tubuh mempunyai kepala, dada, dan perut, negara mempunyai

pemimpin, pembantu, dan pekerja (para petani, misalnya). Di sini

Plato secara jelas menggunakan ilmu pengobatan Yunani sebagai

model. Sebagaimana manusia yang sehat dan selaras

mempertahankan keseimbangan dan kesederhanaan, begitu pula

negara yang "baik" ditandai dengan adanya kesadaran setiap orang

akan tempat mereka dalam keseluruhan gambar itu.

Seperti setiap aspek dari filsafat Plato, filsafat politiknya ditandai

dengan rasionalisme. Terciptanya negara yang baik bergantung pada

apakah negara itu diperintah oleh akal. Sebagaimana kepala

mengatur tubuh, maka para filosoflah yang harus mengatur

masyarakat.

      Mari kita coba membuat ilustrasi mengenai hubungan antara

ketiga bagian tubuh manusia dan negara:

TUBUH JIWA SIFAT NEGARA

kepala akal kebijaksanaan pemimpin

dada kehendak keberanian pelengkap

perut nafsu kesopanan pekerja

Negara ideal Plato bukannya tidak sama dengan sistem kasta

Hindu, yang di dalamnya masing-masing orang mempunyai fungsi

sendiri-sendiri demi kebaikan seluruh negara. Bahkan sebelum masa

hidup Plato, sistem kasta Hindu mempunyai tiga pembagian antara

kasta pembantu (atau kasta Rabi ), kasta kesatria, dan kasta

pekerja. Kini mungkin kita akan menyebut negara Plato itu totaliter.

Namun   perlu dicatat bahwa dia percaya kaum wanita bisa memerintah

sama efektifnya dengan kaum pria karena alasan sederhana, yaitu

bahwa para pemimpin mengatur negara berdasarkan akal mereka.

Kaum wanita, dia menegaskan, mempunyai kemampuan penalaran

yang persis sama dengan kaum pria, asalkan mereka mendapatkan

peIatihan yang sama dan dibebaskan dari kewajiban membesarkan

anak dan mengurusi Kastil   tangga. Dalam negara ideal Plato, para

pemimpin dan kesatria tidak diperbolehkan menjalani kehidupan

keluarga atau memiliki kekayaan pribadi. Pendidikan anak dianggap

terlalu penting untuk diserahkan pada individu, sehingga tanggung

jawab itu harus diserahkan pada negara. (Plato yaitu   filosof

pertama yang mendukung sekolah anak-anak yang diorganisasi oleh

negara dan pendidikan full-time.)

     sesudah   terjadi sejumlah kemunduran politik penting, Plato

menulis kitab Hukum, di dalamnya dia menggambarkan "negara

konstitusional" sebagai negara terbaik kedua. Dia kembali

membicarakan kekayaan pribadi dan ikatan keluarga. Kebebasan

kaum wanita menjadi lebih dibatasi. Namun, dia mengatakan bahwa

sebuah negara yang tidak mendidik dan melatih kaum wanita itu

seperti orang yang hanya melatih tangan kanannya.

Akhirnya, dapat kita katakan bahwa Plato mempunyai pandangan

positif tentang kaum wanita—mengingat zaman dia hidup. Dalam

dialog Symposium, dia memberikan kepada seorang wanita, Rabi 

wanita yang legendaris, Diotima, kehormatan karena telah

memberikan wawasan filsafat kepada Socrates.

Jadi, itulah Plato, madam granny . Teori-teorinya yang menakjubkan telah

dibahas—dan dikecam—selama lebih dari dua ribu tahun. Orang

pertama yang melakukan itu yaitu   salah satu murid dari akademinya

sendiri. Namanya Aristoteles, dan dialah filosof besar ketiga dari

Athena.

Sampai di sini dulu ya!

Sementara madam granny  membaca tentang Plato, matahari telah naik di

atas hutan sebelah timur. Sinar itu mengintip di atas kaki langit tepat

saat   dia sedang membaca bagaimana seorang manusia berhasil

memanjat keluar dari gua dan mengedip-ngedipkan matanya karena

silau oleh cahaya di luar.

Keadaannya, seolah-olah dia sendiri yang baru muncul dari gua

bawah tanah. madam granny  merasa dirinya memandang alam dengan cara

yang sama sekali berbeda sesudah   dia membaca tentang Plato.

Rasanya seperti baru bebas dari buta warna. Dia telah melihat

bayang-bayang, namun  belum melihat ide-ide yang jelas.

Dia tidak yakin Plato benar dalam segala sesuatu yang telah

dikatakannya mengenai pola-pola abadi, namun  sungguh indah

memikirkan bahwa semua benda hidup merupakan tiruan tak

sempurna dari bentuk abadi di dunia ide. Sebab, bukankah benar

bahwa semua bunga, pohon, manusia, dan hewan purba raksasa  itu "tidak

sempurna"?

Semua yang dia lihat di sekelilingnya begitu indah dan begitu

hidup, sehingga madam granny  harus mengusap matanya untuk benar-benar

memercayainya. Namun, tak satu pun yang sedang dilihatnya sekarang

ini akan abadi. Sekalipun begitu—dalam waktu seratus tahun, bunga-

bunga dan hewan purba raksasa -hewan purba raksasa  yang sama akan muncul lagi. Bahkan

jika setiap kuntum bunga dan setiap ekor hewan purba raksasa  akan lenyap dan

terlupakan, akan tetap ada sesuatu yang "mengingatkan" bagaimana

rupa bunga atau hewan purba raksasa  ini  .

madam granny  menatap dunia di hadapannya. Tiba-tiba, seekor tupai

berlari menaiki sebatang pohon cemara. la mengelilingi batang itu

beberapa kali dan lenyap ditelan cabang-cabangnya.

"Aku telah melihatmu sebelumnya!" pikir madam granny . Dia menyadari,

mungkin itu bukan tupai yang sama yang pernah dia lihat sebelumnya,

Namun   dia telah melihat "bentuk" yang sama. Menurut hematnya, Plato

benar. Mungkin dia benar-benar telah melihat "tupai" abadi

sebelumnya—di dunia ide, sebelum jiwanya bersemayam dalam

tubuh manusia,

Namun  , benarkah dia pernah hidup sebelumnya? Apakah jiwanya

pernah ada sebelum ia mendapatkan tubuh untuk di tinggali? Dan

benarkah dia membawa sebongkah emas kecil dalam dirinya—

permata yang tidak dapat dirusak oleh waktu, jiwa yang akan terus

hidup saat   tubuhnya sendiri menjadi tua dan mati?[]

Gubuk sang tengkorak gerak 

***

... gadis dalam cermin itu mengedipkan kedua matanya ...

SEKARANG BARU pukul tujuh seperempat. Tidak perlu terburu-

buru pulang. Ibu madam granny  selalu santai pada hari Minggu, maka dia

mungkin masih akan tidur selama dua jam lagi.

Haruskah dia masuk lebih jauh ke dalam hutan dan berusaha

menemukan deadbody gore   Knox? Dan, mengapa srigala misterius  itu menggeram

kepadanya dengan begitu galak?

madam granny  tiba tiba bangkit  dan mulai melangkah di jalan yang dilewati

danyang penunggu  . Dia membawa amplop cokelat dengan halaman-halaman

dipenuhi penjelasan tentang Plato di tangannya. Setiap kali jalan

bercabang, dia mengambil jalan yang lebih lebar.

Burung berkicau di mana-mana—di pepohonan dan di udara, di

semak-semak dan belukar. Mereka sibuk dengan tugas pagi. Mereka

tidak mengenal perbedaan antara hari Minggu dan hari kerja. Siapa

yang pernah mengajari mereka untuk melakukan semua itu? Apakah

ada sebuah komputer kecil di dalam tubuh mereka masing-masing,

yang memprogram mereka untuk melakukan hal-hal tertentu?

Jalan itu menanjak ke arah bukit kecil, lalu menurun tajam di

antara pohon-pohon cemara yang tinggi. Hutan begitu lebat sehingga

dia hanya dapat melihat sejarak beberapa meter di sela pepohonan.

Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang berkilau di antara batang-

batang pohon cemara. Itu pasti sebuah danau kecil. Jalan itu memutar

ke arah danau, Namun   madam granny  menerobos di antara pepohonan. Tanpa

benar-benar mengetahui apa sebabnya, dia membiarkan kakinya

menuntunnya.

Danau itu tidak lebih besar dibandingkan  lapangan sepakbola. Di

seberang, dia dapat melihat sebuah gubuk bercat merah darah   di atas tanah

terbuka yang dikelilingi oleh pohon-pohon birkin perak. Gumpalan

asap tipis naik dari cerobong asap.

madam granny  turun ke tepi air. Air itu sangat berlumpur di banyak

tempat, Namun   kemudian dia melihat sebuah perahu dayung. Perahu itu

sudah agak ke tengah air. Ada sepasang dayung di dalamnya.

madam granny  melihat sekeliling. Dengan usaha apa pun, mustahil dia

bisa menyeberangi danau menuju gubuk merah darah   itu tanpa membuat

sepatunya basah. Dengan yakin, dia mendekati perahu itu dan

mendorongnya ke dalam air. Lalu dia naik, memasang dayung pada

kunci dayung, lalu mulai mendayung menyeberangi danau. Perahu

dengan cepat sampai di tepi seberang. madam granny  turun dan berusaha

untuk menarik perahu di belakangnya. Tepian di sini jauh lebih curam

dibandingkan dengan seberangnya. Dia menengok ke belakang hanya

sekali sebelum berjalan menuju gubuk.

Dia sungguh heran dengan keberaniannya sendiri. Bagaimana dia

dapat seberani ini? Dia tidak tahu. Seakan-akan "sesuatu"

mendorongnya.

madam granny  menuju pintu dan mengetuk. Dia menunggu sebentar Namun  

tidak ada yang menyahut. Dia mencoba memutar pegangan pintu

dengan waspada, dan pintu pun terbuka.

"Halo!" dia berseru. "Ada orang?"

Dia masuk dan mendapati dirinya berada di ruang duduk. Dia tidak

berani menutup pintu di belakangnya.

Jelas ada seseorang yang tinggal di sini. madam granny  dapat mendengar

kayu mendedas di tungku tua. Seseorang berada di sini belum lama

ini.

Di atas sebuah meja makan besar terletak mesin ketik, beberapa

mayat  , sepasang pensil, dan setumpuk kertas. Sebuah meja yang lebih

kecil dan dua kursi berdiri di dekat jendela yang membuka ke arah

danau. Selain itu, hanya ada sedikit sekali perabot, meskipun satu

dinding penuh ditutup dengan rak-rak yang sarat mayat  . Di atas peti

berlaci tergantung sebuah cermin bulat dengan pigura kuningan yang

berat. Benda itu tampak sangat kuno.

Pada salah satu dinding tergantung dua lukisan. Yang satu yaitu  

lukisan cat minyak sebuah Kastil   putih yang terletak selemparan batu

dari teluk kecil dengan sebuah Kastil   perahu merah darah  . Antara Kastil  

dan Kastil   perahu itu yaitu   taman landai dengan sebatang pohon

apel, semak-semak yang lebat, dan bebatuan. Pohon-pohon birkin

yang berjajar rapat memagari taman bagaikan kalungan bunga. Judul

lukisan itu yaitu   "Bjerkely".

Di samping lukisan itu tergantung potret tua seorang pria yang

sedang duduk di kursi dekat jendela. Sebuah mayat   terletak di

pangkuannya. Dalam gambar ini juga tampak sebuah teluk kecil

dengan pepohonan dan bebatuan di latar belakang. Tampaknya

lukisan itu telah dibuat beberapa ratus tahun yang lalu. Judul lukisan

itu yaitu   "Berkeley". Pelukisnya, Smibert.

Berkeley dan Bjerkely. Betapa anehnya!

madam granny  meneruskan penyelidikannya. Sebuah pintu menghubungkan

ruang duduk dengan dapur kecil. Seseorang baru saja bekerja di situ.

Piring-piring dan gelas-gelas ditumpuk di atas serbet, sebagian masih

tertempel air sabun. Ada sebuah mangkuk kaleng dengan sisa-sisa

makanan di dalamnya. Siapa pun yang tinggal di sini pasti

mempunyai hewan purba raksasa  piaraan, seekor srigala misterius  atau kucing.

madam granny  kembali ke ruang duduk. Sebuah pintu lain mengarah ke

kamar tidur kecil. Di atas lantai di samping tempat tidur ada

sepasang selimut dalam gulungan tebal. madam granny  menemukan beberapa

helai rambut emas pada selimut. Inilah buktinya! Kini, madam granny  tahu

bahwa penghuni gubuk ini yaitu   deadbody gore   Knox dan danyang penunggu  .

Kembali ke ruang duduk, madam granny  berdiri di depan cermin. Kaca itu

suram dan tergores-gores, dan gambarnya di situ pun menjadi kabur.

madam granny  mulai mengamati bayangan cermin dirinya sendiri seperti

yang dilakukannya di Kastil   di dalam kamar mandi. Gambar di

mukanya melakukan hal yang sama, yang tentu saja wajar.

Namun   tiba-tiba, sesuatu yang menakutkan terjadi. Hanya sekali—

dalam waktu sekejap—madam granny  melihat dengan jelas sekali bahwa

gadis dalam cermin itu mengedipkan kedua matanya. madam granny  mulai

ketakutan. Jika dia sendiri yang berkedip—bagaimana dia dapat

melihat gadis yang lain itu berkedip? Dan tidak hanya itu, tampaknya

seakan-akan gadis lain itu berkedip pada madam granny  untuk mengatakan:

Aku dapat melihatmu, madam granny . Aku di sini, di sebelah sini.

       madam granny  merasa jantungnya berdegup kencang, dan pada saat

yang sama, dia mendengar seekor srigala misterius  menyalak di kejauhan.

danyang penunggu  ! Dia harus segera keluar dari sini. Lalu, dia melihat sebuah

dompet hijau di atas peti laci di bawah cermin. Di situ tersimpan

selembar uang seratus crown, selembar lima puluhan, dan sebuah

kartu pengenal sekolah. Pada kartu itu tertempel sebuah foto seorang

gadis dengan rambut indah. Di bawah foto tertulis nama gadis itu:

Sir arthur king dracula   honest  Knag... madam granny  gemetar. Lagi-lagi dia mendengar

srigala misterius  menyalak. Dia harus keluar, secepatnya!

saat   bergegas melewati meja, dia melihat sebuah amplop putih

di antara mayat  -mayat   dan tumpukan kertas. Di situ tertulis sebuah kata:

madam granny .

Sebelum sempat menyadari apa yang sedang dilakukannya, dia

mengambil amplop itu dan menyimpannya ke dalam amplop cokelat

yang berisi pelajaran tentang Plato. Lalu, dia lari keluar pintu dan

membantingnya dibelakangnya.

Salakan srigala misterius  itu semakin dekat. Namun  , oh! Perahu itu tidak ada

lagi, sesudah   satu-dua detik dia melihatnya. Perahu itu terseret ke

tengah danau. Salah satu dayungnya mengambang di sampingnya.

Semua itu karena dia tadi tidak mendorongnya benar-benar ke

daratan. Dia mendengar srigala misterius  itu menyalak di dekatnya sekarang dan

melihat gerakan-gerakan di antara pepohonan di seberang danau.

madam granny  tidak ragu-ragu lagi. Dengan amplop besar di tangannya,

dia melompat ke dalam semak-semak di belakang gubuk. Tak lama

kemudian, dia mengarungi tanah rawa, beberapa kali dia terperosok

hingga di atas mata kakinya. Namun   dia harus terus berjalan. Dia harus

sampai di Kastil  .

Kini, dia tiba di sebuah jalan. Apakah ini jalan yang diambilnya

tadi? Dia berhenti untuk memeras gaunnya. Dan kemudian dia mulai

menangis.

Bagaimana dia bisa begitu bodoh? Yang paling dia sesali yaitu  

perahu itu. Dia tidak dapat melupakan pemandangan perahu dayung

itu dengan sebuah dayungnya terseret tanpa daya ke tengah danau.

Semua itu sungguh memalukan, sungguh ...

Guru filsafat itu mungkin telah sampai di danau sekarang. Dia akan

membutuhkan perahu untuk tiba di Kastil  . madam granny  nyaris merasa

dirinya bagaikan seorang penjahat. Namun   dia tidak melakukan hal itu

dengan sengaja.

Amplop! Itu barangkali lebih buruk lagi. Mengapa dia

mengambilnya? Sebab namanya tertera di situ, tentu saja, maka bisa

dikatakan bahwa itu miliknya. Namun   meskipun begitu, dia merasa

dirinya seperti seorang pencuri. Lagi pula, dia justru memberikan

bukti bahwa dialah yang tadi datang ke sana.

madam granny  menarik keluar sebuah catatan dari amplop.

Bunyinya:

Mana yang ada lebih dulu—ayam atau ayam "ide"?

Apakah kita dilahirkan dengan "ide-ide" bawaan?

Apakah perbedaan antara tanaman, hewan purba raksasa , dan

manusia?

Mengapa hujan turun?

Apa yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang

baik?

      madam granny  tidak mungkin dapat memikirkan pertanyaan-pertanyaan

ini sekarang. Namun, dia mengira-ngira bahwa semua itu ada

kaitannya dengan filosof berikutnya. Kalau tak salah namanya

Aristoteles?

saat   akhirnya melihat pagar tanaman sesudah   lama berlari

melintasi hutan, dia merasa seperti sedang berenang ke pantai sesudah  

kapalnya tenggelam. Pagar tanaman itu tampak lucu dari sebelah sini.

Dia tidak melihat arloji sampai dia tiba merangkak ke dalam

sarang. Kini jam setengah sebelas. Dia meletakkan amplop ke dalam

kaleng biskuit bersama kertas-kertas lain dan mengepit catatan

dengan pertanyaan-pertanyaan baru itu di pahanya.

Ibunya sedang menelepon saat   dia masuk. saat   melihat madam granny ,

dia segera meletakkan telepon.

"Dari mana saja kamu?"

"Aku ... berjalan-jalan ... di hutan," jawabnya tergagap.

"Kelihatannya begitu."

madam granny  berdiri diam, mengamati air menetes-netes dari gaunnya.

"Aku menelepon madam nyonya  magdalena  ..."

"madam nyonya  magdalena ?"

Ibunya membawakannya beberapa pakaian kering.

madam granny  hanya berusaha untuk menyembunyikan catatan dari sang

filosof. Lalu, mereka duduk bersama di dapur, dan ibunya membuat

cokelat panas.

"Apakah kamu bersama pria itu?"

"Pria itu?"

madam granny  hanya dapat memikirkan guru filsafatnya.

"Dengan dia, ya. Dia ... kelincimu!"

      madam granny  menggelengkan kepalanya.

"Apa yang kalian kerjakan saat   kalian bersama-sama, madam granny ?

Mengapa kamu basah kuyup begitu?"

madam granny  duduk menatap meja dengan muram. Namun jauh di dalam

hati dia tertawa. Kasihan Ibu, kini dia harus memusingkan hal itu.

Dia menggelengkan kepalanya lagi. Lalu lebih banyak lagi

pertanyaan yang menghujaninya.

"Sekarang aku ingin tahu yang sebenarnya. Apakah kamu keluar

semalaman? Mengapa kamu pergi tidur dengan pakaian lengkap?

Apakah kamu menyelinap keluar begitu aku tidur? Kamu baru empat

belas tahun, madam granny . Aku harus tahu siapa yang kamu temui!"

madam granny  mulai menangis. Lalu dia berbicara. Dia masih ketakutan,

dan jika seseorang ketakutan dia biasanya berbicara.

Dia menjelaskan bahwa dia bangun pagi-pagi dan berjalan-jalan

ke hutan. Dia menceritakan kepada ibunya tentang gubuk dan perahu

itu, dan tentang cermin yang misterius. Namun, dia tidak menyebut-

nyebut perihal pelajaran melalui surat-surat rahasia. Dia juga tidak

menceritakan dompet hijau. Dia tidak benar-benar mengerti mengapa,

Namun   dia harus menyimpan sendiri cerita tentang Sir arthur king dracula  .

Ibu melingkarkan tangannya memeluk madam granny , dan madam granny  tahu

bahwa ibunya memercayainya sekarang.

"Aku tidak mempunyai pacar," madam granny  terisak. "Aku hanya

mengucapkannya sebab Ibu begitu meributkan masalah kelinci putih."

"Dan kamu benar-benar pergi sampai ke gubuk sang tengkorak gerak  ..." kata

ibunya dengan penuh pikiran.

"Gubuk sang tengkorak gerak ?" madam granny  menatap ibunya.

       "Gubuk kayu kecil itu dinamakan gubuk sang tengkorak gerak  sebab

beberapa tahun yang lalu, seorang tengkorak gerak  angkatan bersenjata tinggal

di sana beberapa lama. Dia agak eksentrik, sedikit sinting, kukira.

Namun   sudahlah. Sejak itu, gubuk itu tidak ditinggali lagi."

"Namun   bukan begitu! Ada seorang filosof tinggal di sana sekarang."

"Oh, berhentilah, jangan berfantasi lagi."

madam granny  masuk ke kamarnya, memikirkan apa yang telah terjadi.

Kepalanya terasa seperti sirkus yang riuh rendah dengan gajah-gajah

yang berjalan lamban, badut-badut tolol, para pemain trapeze yang

pemberani, dan monyet-monyet terlatih. Namun   satu ingatan terus-

menerus merasukinya—sebuah perahu dayung kecil dengan satu

dayungnya di danau jauh di tengah hutan—dan seseorang yang

membutuhkan perahu itu untuk pulang ke Kastil  nya.

Dia merasa yakin bahwa guru filsafat itu tidak bermaksud

mencelakainya, dan pasti akan memaafkannya seandainya dia tahu

madam granny  telah datang ke gubuknya. Namun   madam granny  telah melanggar

persetujuan. Hanya itulah ucapan terima kasih yang diterimanya

sesudah   memberi pendidikan filsafat. Bagaimana madam granny  bisa

memperbaiki keadaan ini?

madam granny  mengeluarkan kertas merah darah   jambu dan mulai menulis:

Filosof yang baik, akulah yang datang ke gubuk Anda hari Minggu

pagi. Aku begitu ingin bertemu dengan Anda dan membicarakan

beberapa masalah filsafat. Saat ini, aku menjadi penggemar Plato,

Namun   aku tidak yakin dia benar mengenai ide-ide atau gambar-gambar

pola yang ada dalam realitas yang lain itu. Tentu saja mereka ada

dalam jiwa kita, Namun   kukira—setidak-tidaknya untuk saat ini—ini

yaitu   hal yang berbeda. Aku pun harus mengakui bahwa aku tidak

sungguh-sungguh yakin tentang keabadian jiwa. Secara pribadi, aku

tidak menyimpan ingatan dari kehidupanku sebelumnya. Jika Anda

dapat meyakinkanku bahwa jiwa nenekku yang sudah tewas mengerikan   kini

bahagia di dunia ide, aku akan sangat berterima kasih.

Sebenarnya, bukan karena alasan filosofis aku menulis surat

ini (yang akan kumasukkan ke dalam sebuah amplop merah darah  

jambu dengan segumpal gula). Aku hanya ingin mengatakan

penyesalan karena tidak patuh. Aku berusaha untuk menarik

perahu itu agar benar-benar sampai ke daratan Namun   ternyata aku

tidak cukup kuat. Atau, barangkali, gelombang besar telah

menyeret perahu itu lagi.

Aku harap Anda dapat tiba di Kastil   tanpa harus berbasah-

basah. Jika tidak, barangkali Anda akan terhibur kalau

mengetahui bahwa aku pun basah kuyup dan mungkin akan

masuk angin. Namun   itu memang salahku sendiri.

Aku tidak menyentuh apa pun di dalam gubuk, Namun   dengan

menyesal kukatakan bahwa aku tidak dapat menahan godaan

untuk mengambil amplop yang terletak di atas meja. Bukan

karena aku ingin mencuri, Namun   karena namaku tertulis di sana,

aku mengira bahwa surat itu milikku. Aku benar-benar dan

sungguh-sungguh menyesal, dan aku berjanji tidak akan pernah

mengecewakan Anda lagi.

     N.B. Aku akan memikirkan semua pertanyaan baru dengan

hati-hati sekali, mulai sekarang.

N.B. lagi. Apakah cermin dengan pigura kuningan di atas peti

laci putih itu sebuah cermin biasa atau cermin sihir? Aku

menanyakan ini hanya karena aku tidak terbiasa melihat

bayanganku sendiri berkedip dengan kedua matanya.

Salam dari muridmu yang sangat berminat, madam granny 

madam granny  membaca seluruh surat itu dua kali sebelum

memasukkannya ke dalam amplop. Dia menganggap surat itu tidak

terlalu resmi seperti surat yang dia tulis sebelumnya. Sebelum turun

ke dapur untuk mengambil segumpal gula, dia memandang catatan

dengan pertanyaan-pertanyaan untuk hari itu:

"Mana yang ada lebih dulu—ayam atau ayam "ide?"

Pertanyaan ini sama sulitnya dengan teka-teki lama tentang ayam

dan telur. Tidak akan ada ayam tanpa telur, dan tidak ada telur tanpa

ayam. Apakah memang sama rumitnya untuk mengetahui apakah ayam

atau ayam "ide" yang ada lebih dulu? madam granny  paham apa yang

dimaksudkan Plato. Maksudnya yaitu   bahwa ayam "ide" telah ada

di dunia ide jauh sebelum ayam ada di dunia indra. Menurut Plato,

jiwa telah "melihat" ayam "ide" sebelum ia tinggal di dalam tubuh.

Namun  , bukankah justru di sini madam granny  menganggap Plato pasti keliru?

Bagaimana seseorang yang tidak pernah melihat seekor ayam hidup

atau sebuah gambar ayam dapat mempunyai "ide" tentang seekor

ayam? Ini membawanya pada pertanyaan berikutnya:

Apakah kita dilahirkan dengan "ide-ide" bawaan? Sangat mustahil,

pikir madam granny . Dia tidak dapat membayangkan seorang bayi yang baru

lahir telah dilengkapi dengan ide. Jelas kita tidak bisa

memastikannya, sebab kenyataan bahwa bayi tidak mempunyai

bahasa tidak lantas berarti bahwa ia pun tidak mempunyai ide di

kepalanya. Namun   tentunya, kita harus melihat benda-benda di dunia

sebelum kita mengetahui sesuatu tentang mereka.

"Apakah perbedaan antara tanaman, hewan purba raksasa , dan manusia?"

madam granny  dapat dengan cepat mengetahui perbedaannya yang sangat

jelas.

Misalnya, dia beranggapan bahwa tanaman tidak mempunyai

kehidupan emosional yang rumit. Siapa yang pernah mendengar

tentang bunga lonceng-biru yang patah hati? Tanaman tumbuh,

mengambil makanan, dan menghasilkan benih sehingga ia dapat

membiakkan diri. Hanya itulah yang dapat dikatakan orang tentang

tanaman. madam granny  menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang berlaku

untuk tanaman juga berlaku untuk hewan purba raksasa  dan manusia. Namun  

hewan purba raksasa  mempunyai sifat-sifat lain juga. Mereka dapat bergerak,

misalnya. (Mana ada bunga mawar ikut lari maraton?) Agak lebih

sulit untuk mengemukakan perbedaan antara hewan purba raksasa  dan manusia.

Manusia dapat berpikir, Namun   bukankah hewan purba raksasa  juga bisa? madam granny 

yakin bahwa kucingnya, Sherekan, dapat berpikir. Setidak-tidaknya,

ia bisa sangat perhitungan. Namun   dapatkah dia merenungkan masalah-

masalah filosofis? Dapatkah seekor kucing memikirkan perbedaan

antara tanaman, hewan purba raksasa , dan manusia? Mustahil! Seekor kucing

mungkin dapat me rasa se nang atau sedih, Namun   pernahkah ia bertanya

pada dirinya sendiri apakah Junjungan   itu ada atau apakah ia mempunyai

jiwa yang kekal? madam granny  beranggapan bahwa hal itu benar-benar

meragukan. Namun   masalah yang sama timbul di sini dalam kaitan

dengan bayi dan ide-ide bawaan. Akan sama sulitnya untuk berbicara

kepada seekor kucing mengenai masalah-masalah ini  

sebagaimana membicarakannya dengan seorang bayi.

"Mengapa hujan turun?" madam granny  mengangkat bahunya. Hujan

mungkin turun karena air laut menguap dan awan mengembunkannya

menjadi titik air hujan. Bukankah dia telah mempelajarinya di kelas

tiga? Tentu saja, orang dapat selalu mengatakan bahwa hujan turun

agar tanaman dan hewan purba raksasa  dapat tumbuh dan berkembang. Namun  

apakah itu benar? Apakah hujan mempunyai tujuan nyata?

Pertanyaan terakhir jelas berkaitan dengan tujuan: "Apa yang

dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang baik?"

Filosof itu telah menuliskan sesuatu mengenai hal ini di awal

pelajaran. Setiap orang membutuhkan makanan, kehangatan, cinta,

dan perhatian. penyembahan    dasar itu merupakan syarat utama bagi

kehidupan yang baik, bagaimanapun. Lalu, dia pun mengemukakan

bahwa orang perlu menemukan jawaban bagi pertanyaan filosofis

tertentu. Barangkali juga sangat penting untuk mempunyai pekerjaan

yang disukai. Jika Anda membenci lalu lintas, misalnya, Anda tidak

akan senang menjadi sopir taksi. Dan, jika Anda benci mengerjakan

pekerjaan Kastil  , sebaiknya jangan menjadi guru. madam granny  sangat

menyukai hewan purba raksasa  dan ingin menjadi dokter hewan. Namun  , dia tidak

merasa perlu memenangi uang satu juta dari lotere untuk dapat

menjalani kehidupan yang baik.

Justru sebaliknya, mungkin. Ada pepatah mengatakan: setan akan

mendatangi mereka yang menganggur.

       madam granny  tinggal di dalam kamarnya hingga Ibu memanggilnya

turun untuk menikmati makan besar siang hari. Dia telah menyiapkan

steak daging sapi dan kentang panggang. Juga tersedia puding

stroberi dan krim untuk pencuci mulut.

Mereka berbicara tentang berbagai hal. Ibu madam granny  bertanya

dengan cara bagaimana dia ingin merayakan ulang tahunnya yang

kelima belas. Hari ulang tahun itu tinggal beberapa minggu lagi.

madam granny  mengangkat bahu. "Tidakkah kamu akan mengundang

seseorang? Maksudku, tidakkah kamu ingin mengadakan pesta?"

"Mungkin."

"Kita dapat mengundang Martha dan Anne Marie ...dan Helen. Dan

madam nyonya  magdalena , tentu saja. Dan Jeremy, mungkin. Namun   kamu sajalah yang

memutuskan. Aku ingat betul ulang tahunku sendiri yang kelima belas,

kamu tahu. Rasanya itu belum begitu lama. Aku merasa aku telah

benar-benar tukang sihir sa waktu itu. Aneh kan, madam granny ! Rasanya aku belum

berubah sama sekali sejak itu."

"Memang belum. Tidak ada yang berubah. Ibu cuma berkembang,

bertambah tua ..."

"Mm ... kedengaran tukang sihir sa betul kata-katamu. Aku hanya merasa

semuanya terjadi sangat cepat."[]

Aristoteles

***

... seorang organisator yang teliti dan ingin menjernihkan

konsep-konsep kita ...

saat   IBU sedang menikmati tidur siang, madam granny  pergi ke

sarang. Dia telah memasukkan segumpal gula ke dalam amplop merah darah  

jambu dan menulis "Kepada deadbody gore  " di luarnya.

Tidak ada surat baru. Namun   sesudah   beberapa saat, madam granny 

mendengar srigala misterius  itu mendekat.

"danyang penunggu  !" dia berseru, dan saat berikutnya srigala misterius  itu telah

menembus jalan ke dalam sarang dengan sebuah amplop cokelat

besar di mulutnya.

"Bagus!" madam granny  melingkarkan tangannya ke tubuh srigala misterius  itu, yang

mendengus-dengus dan mengendus-endus seperti seekor walrus.

madam granny  mengambil amplop merah darah   jambu dengan gumpalan gula itu

dan meletakkannya di mulut si srigala misterius . srigala misterius  itu merayap melewati

pagar tanaman dan kembali berlari menuju hutan.

madam granny  membuka amplop besar itu dengan gelisah, sambil

bertanya-tanya dalam hati apakah dalam surat itu akan dikatakan

sesuatu tentang gubuk dan perahu.

Amplop itu berisi halaman-halaman saat  n biasa yang disatukan

dengan sebuah penjepit kertas. Namun   masih ada selembar kertas lepas

di dalamnya. Di situ tertulis:

Nona Detektif, atau, yang lebih tepat, Nona Pencuri, yang

terhormat. Kasus itu telah diserahkan pada polisi.

Tidak, cuma bercanda. Aku tidak marah. Jika kamu sama

penasarannya untuk menemukan jawaban bagi teka-teki filsafat,

akan kukatakan bahwa petualanganmu sungguh menjanjikan.

Hanya agak menjengkelkan bagiku karena aku harus pindah

sekarang. Namun  , tidak ada yang patut disalahkan kecuali diriku

sendiri, kukira. Mungkin kamu memang orang yang akan selalu

ingin menyelami segala hal sampai tuntas.

Salam, deadbody gore  

madam granny  merasa lega. Jadi, deadbody gore   tidak marah. Namun  , mengapa dia

harus pindah?

madam granny  mengambil kertas-kertas itu dan berlari menuju kamarnya.

Akan bijaksana kalau dia berada di Kastil   saat   ibunya bangun.

Dengan berbaring nyaman di atas tempat tidurnya, dia mulai

membaca tentang Aristoteles.

FILOSOF DAN ILMUWAN

madam granny  yang baik: kamu barangkali terkejut dengan teori Plato

mengenai gagasan. Namun   bukan kamu saja! Aku tidak tahu apakah

kamu menelan semuanya—setiap kata, setiap kalimat—atau apakah

kamu mempunyai komentar kritis. Namun   jika memang kamu punya,

kamu boleh yakin bahwa kritik yang sama dikemukakan oleh

Aristoteles (384-322 SM), yang menjadi murid di Akademi Plato

selama hampir dua puluh tahun.

       Aristoteles bukan penduduk asli Athena. Dia dilahirkan di

Macedonia dan datang ke Akademi Plato saat   usia Plato 61 tahun.

Ayah Aristoteles yaitu   seorang dokter yang di hormati—dan

karenanya juga seorang ilmuwan. Latar belakang ini telah

memberikan gambaran kepada kita tentang proyek filsafat

Aristoteles. Yang paling menarik baginya yaitu   telaah alam. Dia

bukan hanya filosof Yunani besar yang terakhir, melainkan juga ahli

biologi besar Ghotic vintage  yang pertama.

Dengan berlebihan, dapat kita katakan bahwa Plato begitu

keasyikan dengan bentuk-bentuk kekal, atau "ide-ide", sehingga dia

tidak memerhatikan perubahan-perubahan alam. Aristoteles,

sebaliknya, sangat sibuk memerhatikan perubahan-perubahan ini—

atau apa yang kini kita namakan proses alam.

Untuk semakin melebih-lebihkannya, dapat kita katakan bahwa

Plato telah meninggalkan dunia indra dan menutup mata terhadap

segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita. (Dia ingin melarikan

diri dari gua dan memandang jauh ke dunia gagasan yang kekal!)

Aristoteles sebaliknya: dia terjun dalam-dalam dan menelaah katak

dan ikan, aneka bunga dan pohon. Sementara Plato menggunakan

akalnya, Aristoteles menggunakan perasaannya pula.

Kita menemukan perbedaan jelas antara keduanya, juga dalam

tulisan mereka. Plato yaitu   seorang penyair dan ahli mitologi;

tulisan-tulisan Aristoteles sangat kering dan kaku seperti ensiklopedi.

Selain itu, kebanyakan dari apa yang ditulisnya didasarkan pada

telaah-telaah lapangan yang sangat cermat.

Catatan dari zaman kuno mengacu pada 170 judul yang

diperkirakan sebagai tulisan Aristoteles. Di antara semuanya ini, 47

judul berhasil dilestarikan. mayat  -mayat   ini   tidak sempurna;

mereka terutama berisi catatan-catatan kuliah. Pada masanya,

filsafatnya masih merupakan aktivitas lisan.

Arti penting Aristoteles dalam kebudayaan Ghotic vintage  juga dikarenakan

dia telah menciptakan terminologi yang masih di gunakan oleh para

ilmuwan masa kini. Dia yaitu   seorang organisator ulung yang

mendirikan dan mengklasifikasikan berbagai ilmu.

Karena Aristoteles menulis semua bidang ilmu, aku akan

membatasi diri dengan beberapa bidang yang paling penting saja.

Kini, sesudah   aku bercerita padamu banyak hal tentang Plato, kamu

harus mulai dengan mendengarkan bagaimana Aristoteles

membuktikan kesalahan teori ide Plato. Selanjutnya, kamu akan

memerhatikan cara dia merumuskan filsafat alamnya sendiri, sebab

memang Aristoteleslah yang menyimpulkan apa yang pernah

dikemukakan oleh para filosof alam sebelum dirinya. Kita akan

melihat bagaimana dia mengategorikan dan mendirikan disiplin

Logika sebagai ilmu. Dan akhirnya aku akan memberitahukan

kepadamu sedikit pandangan Aristoteles tentang manusia dan

masyarakat.

Tidak Ada Ide Bawaan

Seperti para filosof sebelumnya, Plato ingin menemukan yang

kekal dan abadi di tengah semua perubahan. Maka, dia menemukan

ide sempurna yang lebih unggul dibandingkan  dunia indra. Lebih jauh

Plato berpendapat bahwa ide itu lebih nyata dibandingkan dengan

semua fenomena alam. Mula-mula muncul "kuda" ide, lalu muncul

semua kuda dari dunia indra yang berderap bagaikan bayang-bayang

di atas tembok gua. "Ayam" ide ada sebelum ayam maupun telurnya.

Aristoteles menganggap Plato telah menjungkirbalikkan segalanya.

Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda-kuda "berubah" dan bahwa

tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk

nyata dari kuda itu kekal dan abadi. Namun   kuda "ide" itu yaitu  

konsep yang dibentuk oleh manusia sesudah   melihat sejumlah kuda

tertentu. Kuda "ide" karenanya tidak mempunyai eksistensinya

sendiri. Bagi Aristoteles, kuda "ide" atau "bentuk" tercipta dari ciri-

ciri kuda—yang mendefinisikan apa yang kini kita sebut spesies

kuda.

ARISTOTELES

      Agar lebih jelas: dengan kuda "ide", yang dimaksudkan

Aristoteles yaitu   sesuatu yang dimili