dang.
“Pergi!”
“Saudari, kau betul-betul inginkan aku pergi? Baik! Tapi biar kutotok dirimu dulu!” bobo
lantas totok tubuh Inani sehingga si gadis kini berdiri mematung. “Aku akan pergi dan kau akan
sendirian di sini untuk selama-lamanya. Kalau tidak ada binatang liar buas yang menggerogoti
dirimu, kau akan mati kelaparan di sini!” Lalu Pendekar 10000 an balikkan badan berpura-pura hendak
pergi.
Apa yang dikatakan bobo terasa benar dan mengerikan bagi Inani. Ketika dilihatnya pemuda
itu berlalu dia cepat berseru. “Saudara, tunggu dulu!”
bobo jual mahal dan terus melangkah.
“Saudara, kembalilah!” seru Inani lagi.
bobo berpaling, “Ada apa?”
Dengan rasa jengah dan paras merah Inani berkata. “Kembalilah dulu!”
“Lucu! Tadi kau bentak aku agar pergi! Sekarang malah menyuruh kembali!”
“Lepaskan jala ini. Juga totokanku!”
“Tidak bisa.” jawab bobo seraya menggeleng.
Marahlah Inani.
“Kalau kawan-kawanku datang kau pasti akan mereka bekuk!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo tertawa sinis. “Kau bisa berteriak memanggil mereka,” katanya.
Inani buka mulut betul-betul hendak berteriak. Tapi entah mengapa hal ini kemudian tak jadi
dilakukannya. Malah dia berkata. “Jangan kira dengan kehebatan yang kau miliki kau bisa
menghadapi penulis ayan Siluman! Tak satu ketinggian ilmu silat, tak satu kesaktian, pun yang sanggup
mengalahkan penulis ayan Siluman!”
“Hemm begitu...?” bobo garuk-garuk rambutnya.
“Aku tidak mengerti, apakah penulis ayan Siluman itu benar-benar seorang manusia atau seorang
siluman? Apakah parasnya secantik penulis ayan ataukah mengerikan seperti Siluman?!”
“Pemuda kurang ajar! Jangan kau berani lancang mulut menghina penulis ayan kami!” bentak Inani.
“Eh, siapa yang menghina? Aku cuma tanya?!”
“Lekas lepaskan kau mau berjanji memetik kecapi memainkan sebuah lagu untukku!”
Inani memaki-maki dalam hati. Rahang-rahangnya bertonjolan. bobo anak manusia dudukkan
dirinya di atas batu besar. Sambil memandang ke lembah di hadapannya pendekar ini berkata.
“Dunia sungguh aneh. Siapa yang akan menyangka kalau gadis-gadis berparas cantik sanggup
melakukan kejahatan luar biasa? Membunuh manusia-manusia tiada berdosa, bahkan anak-anak dan
orang tua renta?”
Inani memandang tajam-tajam pada Pendekar 10000 an .
“Aku tak pernah membunuh manusia! Jangan main tuduh sembarangan!”
bobo palingkan kepala dan memandang dengan tersenyum pada si gadis. “Kau toh anak
buahnya penulis ayan Siluman, biang penebar kematian dan kejahatan di Pulau Madura ini? Yang
kabarnya, mau menguasai dunia persilatan di delapan penjuru angin?!”
“Tapi tidak semua anak buah penulis ayan Siluman yang jadi pembunuh!”
“Lantas kau jadi apa?” tanya bobo anak manusia . “Jadi tukang rias atau tukang kipasnya?!”
“Sudah! Tutup mulutmu dan lekas lepaskan jala serta totokanku ini!”
“Bersekutu dengan orang-orang jahat, menjadi anak buah orang jahat tiada beda dengan
berbuat kejahatan itu sendiri! Masa muda yang begini indah, yang cuma sekali saja dalam
kehidupan, dipakai untuk mengabdi pada kejahatan! Sungguh sayang. Kebahagiaan dunia tiada
dapat, dan kelak di akhirat akan menerima siksaan....”
“Aku tak perlu nasihatmu!”
“Dengar saudari. Aku akan bebaskan kau kalau kau berjanji mau menunjukkan dimana
sarangnya penulis ayan mu itu.”
“Kau paksa pun aku tidak akan beritahu,” jawab Inani. “Sekalipun kau sampai ke sana, kau
Cuma akan mengantar nyawa!”
bobo tersenyum. “Kau tak akan bisa hidup dalam cara begini terus-terusan saudari. Satu hari
kebenaran akan datang menumpas. Kebenaran kadangkala tidak memandang bulu. Siapa yang
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
berserikat dengan kejahatan pasti akan ditumpas, termasuk kau! Apakah gunanya hidup begitu rupa?
Hidup percuma mati tiada harga? Padahal dunia ini begini indah dan semua keindahan itu untuk
kita semua...?”
Tergetar hati Inani mendengar ucapan Pendekar 10000 an . Mulutnya terkatup rapat-rapat. Inilah
kali pertama dia bertemu dengan seorang pemuda dan ini pula pertama kali dia mendengar ucapan
demikian rupa. Walau bagaimanapun Inani adalah seorang perempuan yang berperasaan halus dan
lekas tersentuh lubuk hatinya. Namun demikian kehidupan di tengah-tengah anak buah penulis ayan
Siluman telah sangat meresap dan mempengaruhi dirinya sehingga sesaat kemudian kembali gadis
ini membentak agar dirinya dilepaskan.
Pendekar 10000 an geleng-gelengkan kepala.
“Sayang.” katanya. Dibukanya jala yang melibat tubuh Inani. Digulungnya jala sutera itu
dan diletakkannya di atas bahu si gadis. “Kau akan kubebaskan, kau bisa pergi dengan aman.
Jangan kira kau kubebaskan karena takut pada penulis ayan mu itu. Aku kasihan padamu....”
“Aku tak minta dikasihani.”
“Kuharap kau masih mau berpikir!” ujar bobo .
Kemudian dilepaskannya totokan di tubuh Inani.
“Di lain hari kita akan bertemu lagi saudari. Saat itu mungkin dalam suasana yang lain.
Jangan menyesal jika nanti aku turun tangan jahat terhadapmu. Selagi masih ada kesempatan,
tinggalkanlah pulau ini. Kau bisa memulai hidup baru yang jauh lebih baik....”
Inani tak berkata apa-apa. Dia berkelebat meninggalkan tempat itu.
“Saudari tunggu dulu!” seru bobo . “Kecapimu ketinggalan!”
Si gadis baru ingat akan kecapi itu. Dia berbalik dan cepat-cepat menyambar benda itu.
Sewaktu dia hendak berlalu kembali tiga sosok tubuh berkelebat dari arah timur.
Terdengar satu seruan nyaring. “Inani! Perjanjian apakah yang kau buat Sehingga kau
hendak meninggalkan musuh besar kita begitu saja?!”
Inani terkejut sekali. Juga bobo anak manusia .
Dan sedetik kemudian tiga sosok tubuh itu sudah berada di hadapan mereka!
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
11
Ketiga pendatang baru ini bukan lain daripada Sarinten, Wakania dan Laruni. Yang berseru
tadi ialah Laruni. Ketiganya segera mengurung Pendekar 10000 an . Tanpa melepaskan pandangannya
yang menyorot pada bobo anak manusia Laruni bertanya pada Inani.
“Inani! Kenapa kau hendak tinggalkan manusia ini begitu saja?! Apa kau lupa tugas kita?!”
“Ilmunya tinggi sekali Laruni.” jawab Inani. “Aku tak sanggup menghadapinya.”
“Tapi kau bisa lepaskan tanda agar kami datang!” ujar Sarinten.
“Sudah kulakukan. Dia berhasil merampas bola pemberi tanda itu!”
“Lantas kau kenapa tidak berteriak....?” tanya Laruni.
“Mulutku disekapnya.” jawab Inani berdusta.
“Lalu dia biarkan kau pergi seenaknya? Sungguh lucu!” kata Wakania menyindir.
“Kau tetap di tempat Inani! Kau harus pertanggung jawabkan kesalahanmu di hadapan
penulis ayan !” bentak Laruni.
Kecutlah hati Inani.
Sementara itu Laruni, Sarinten dan Wakania loloskan kalung tengkorak masing-masing dan
juga keluarkan jala sutera biru.
bobo hela nafas dan geleng-gelengkan kepala. Ketiga gadis itu cantik-cantik, meskipun
menurut pandangannya Inani adalah lebih cantik dari kesemuanya. Dan gadis-gadis cantik beginilah
yang jadi anak buah penulis ayan Siluman. Yang harus dihadapinya. Sungguh mereka menyia-nyiakan
kecantikan mereka.
“Pemuda, apakah kau sudi menyerah secara baik-baik atau terpaksa kami turun tangan?!”
bobo anak manusia keluarkan siulan mendengar ucapan Laruni itu. “Benar-benar aneh! Benar-
benar aneh!” kata Pendekar 10000 an pula. “Gadis-gadis begini cantik menjadi anak buah penulis ayan Siluman
biang racun kejahatan kelas satu!”
“Pemuda bermulut lancang ceriwis! Kau memilih cara kasar rupanya!” Laruni memekik.
Diikuti oleh Sarinten dan Wakania maka ketiganya pun berkelebat. Tiga kalung tengkorak
menyambar dari tiga jurusan. Tiga kepulan asap biru menderu mengerikan dan tiga buah jala sakti
menebar sebat dari kiri kanan dan sebelah belakang.
bobo anak manusia yang sudah tahu kehebatan kalung tengkorak serta jala sutera biru tidak ayal
lagi segera keluarkan jurus: Menepuk Gunung Memukul Bukit yang disusul dengan lompatan:
Gunung Meletus Batu Melesat Keluar Kawah.
Tiga gadis anak buah penulis ayan Siluman terkejut dan penasaran bukan main sewaktu mereka
menebarkan jala biru dan ternyata mereka tiada berhasil meringkus si pemuda. Mereka menyadari
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
dan menyaksikan sendiri sekarang bahwa lawan mereka memang bukan manusia sembarangan.
Laruni berikan isyarat kedipan mata kiri. Serentak dengan itu bersama Sarinten dan Wakania segera
membentuk satu barisan aneh dan bertiga mereka lancarkan serangan yang bukan olah-olah
dahsyatnya. Angin serangan membuat daun-daun berguguran, semak belukar beterbangan sedang
akar gantung pohon beringin bergoyang-goyang kian ke mari.
bobo berteriak nyaring dan berkelebat cepat. Tapi gerakan-gerakan lawan, jurus-jurus silat
yang dimainkan sangat aneh baginya, sukar untuk diduga dan diikuti sehingga dalam waktu lima
jurus saja Pendekar 10000 an mulai terdesak hebat. Untungnya bobo memiliki ilmu meringankan tubuh
yang lebih tinggi dari ketiga lawan itu sehingga sampai lima jurus lagi dia masih bisa bertahan
dengan gigih. Di antara ketiga lawannya bobo mulai memaklumi bahwa Laruni adalah yang paling
tinggi ilmunya. Di samping itu bobo tahu pula bahwa ketiga lawannya itu tidak benar-benar
bermaksud mencelakai dirinya tapi cuma berniat meringkus hidup-hidup. Karenanya, meskipun
kemudian dia kembali terdesak hebat. bobo anak manusia tak mau balas menyerang dan menurunkan
tangan jahat. Dia sengaja mengambil sikap mengelak terus-terusan. Sementara itu Inani berdiri
mematung di tempatnya, tak tentu apa yang dibuat selain cuma menyaksikan jalannya pertempuran
yang seru itu. Dan diam-diam melihat si pemuda terdesak, hati gadis ini menjadi khawatir.
Melihat gelagat bobo tak akan sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus lagi jika dia terus-
terusan mengambil sikap tidak mau balas menyerang itu.
Dan apa yang diduga Inani menjadi kenyataan.
Di jurus sembilan belas, dalam satu gebrakan yang luar biasa hebatnya bobo anak manusia
dipaksa berkelit cepat untuk menghindarkan serangan Sarinten dan Wakania. Pada waktu gebrakan
ini terjadi bobo anak manusia masih sempat memperhatikan posisi Laruni yang tengah berdiri dengan
komat-kamit, entah membaca mantera apa. Karena merasa posisi Laruni tidak berbahaya maka
bobo anak manusia tidak begitu ambil perhatian terhadapnya. Begitu serangan Sarinten dan Wakania
lewat, bobo segera pasang kuda-kuda baru karena di saat itu dilihatnya kedua penyerangannya tadi
membalik dengan cepat. Tapi betapa terkejutnya Pendekar 10000 an sewaktu dari belakang terasa
sambaran angin yang luar biasa dahsyatnya. Dia tak melihat kelebatan tubuh Laruni dan tahu-tahu
anak buah terpandai dari penulis ayan Siluman ini sudah berada di belakangnya, lancarkan satu jotosan
tangan kiri.
“Buk!”
Pendekar 10000 an mencelat limbung ke muka tak sanggup imbangi diri dan terguling di tanah.
Tulang punggungnya serasa hancur. Belum sempat dia bangun maka tiga jala sutera biru telah
menebar ke arah tiga bagian tubuhnya yaitu kepala sampai ke bahu, pinggang dan kedua kaki.
“Celaka!” keluh Pendekar 10000 an . Dia tahu bahwa dia tak punya kesempatan lagi untuk
selamatkan diri. Satu-satunya jalan ialah lepaskan pukulan Sinar Matahari untuk menghancurkan
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
jala. Guna mencabut barbel pemusnah 10000 an mungkin tidak keburu. Namun belum lagi bobo sempat
pukulkan kedua tangannya yang mulai menjadi putih memerak itu, jala lawan yang pertama turun
ke bawah dan melibat ke seluruhan tangannya. Betapapun dia kerahkan tenaga dalam dan
menyentakkan lengan-lengannya tetap tiada gunanya sementara jala kedua telah menyungkup
kepalanya. Dan dalam sedetik lagi akan menyusul jala ketiga.
“Sialan... sialan!” maki bobo . Dia cuma terima nasib diringkus hidup-hidup kini.
Jala kedua telah menyungkup kepalanya sampai ke bahu. Jala ketiga datang menyambar
kaki. Tapi sebelum hal ini terjadi mendadak bobo anak manusia merasakan sambaran angin yang luar
biasa derasnya. Matanya yang tertutup jala sutera biru samar-samar melihat kelebatan satu sosok
bayangan putih. Dalam detik itu pula Pendekar 10000 an mendengar suara keluhan ketiga penyerangnya,
disusul oleh keluhan Inani. Dia sendiri kemudian merasakan tubuhnya terseret beberapa tombak,
terangkat ke atas dan ketika tiba-tiba tiga buah jala yang melibat tubuhnya putus maka tubuhnya
terbanting ke tanah dengan keras, jatuh melintang di akar pohon beringin.
Perlahan-lahan bobo anak manusia merangkak bangun. Bekas pukulan pada punggungnya sakit
sekali tapi tidak dirasakannya karena waktu itu dia dikesiapkan oleh rasa terkejut yang amat sangat.
Sewaktu dia memandang berkeliling dengan cepat tak seorang anak buah penulis ayan Siluman pun yang
dilihatnya. Kemana mereka? Apa yang telah terjadi?! Satu-satunya benda yang dilihat bobo ialah
kecapi kepunyaan Inani.
Dalam dia coba memandang berkeliling sekali lagi dengan rasa penuh tak percaya tiba-tiba
matanya membentur tulisan putih di batang pohon beringin. Pendekar ini coba berdiri, tapi
tubuhnya terhuyung-huyung, punggungnya yang bekas dihantam jotosan Laruni kumat sakitnya,
rasa sakit ini menusuk ke bagian dada. Dan sebelum dia sanggup bergerak satu langkah, lututnya
menekuk, dia serasa mau batuk tapi sewaktu mulutnya dibuka darahlah yang menyembur dari
tenggorokannya. bobo mengeluh, sebelum dia jatuh pingsan Pendekar 10000 an ini masih sanggup dan
sempat mengambil sebutir pil dari balik pakaiannya lalu menelannya dengan cepat.
bobo anak manusia tak tahu berapa lama dia tergeletak pingsan di tempat itu. Ketika dia siuman
matahari telah condong ke barat. Punggung masih terasa sakit tapi kekuatannya tidak sedikit pun
berkurang. Ini adalah berkat pil yang masih sempat ditelannya tadi sebelum pingsan.
bobo bangun, duduk bersila, meramkan mata, atur jalan nafas serta aliran darah dan
kerahkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang masih terasa sakit. Lima menit kemudian Pendekar ini
melompat dari duduknya, tubuhnya terasa segar bugar. Begitu dia teringat pada tulisan di batang
pohon beringin bobo segera melangkah ke hadapan pohon itu. Di batang pohon besar yang angker
ini tergurat tulisan.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Segala rencana tidak akan sampai,
Sebelum tahu tingginya langit dalamnya lautan.
Bulan purnama empat belas hari di Goa Belerang,
Seribu rencana akan sampai.
“Pasti manusia yang mengencingiku dulu!” kata bobo anak manusia pada dirinya sendiri. Dia tak
habis mengerti, heran dan geleng-gelengkan kepala. Manusia itu gerakannya luar biasa cepatnya
sehingga hanya bayangan putih pakaiannya saja yang kelihatan. Dalam satu kelebatan tadi dia telah
berhasil melarikan empat anak buah penulis ayan Siluman dan juga dalam kecepatan yang sukar diukur,
manusia itu masih sempat menggurat tulisan di batang pohon beringin. Tak sanggup bobo
mengukur kehebatan manusia itu. Jika dia betul-betul manusia, tentulah ilmunya jauh lebih tinggi
dari gurunya sendiri yaitu Eyang Sinto Gendeng di Puncak Gunung Gede.
bobo mengamati lagi tulisan di batang pohon beringin itu. Jika dihubungkannya rangkaian
tulisan ini dengan tulisan yang lalu nyatalah mengandung satu keterangan dan satu nasihat, yang
bagi bobo kira-kira berarti dia harus datang ke Goa Belerang pada bulan purnama empat belas hari
guna mengetahui segala maksudnya tak akan kesampaian.
“Siapa sebenarnya manusia itu?” pikir bobo . “Mengapa dia membawa lari anak-anak buah
penulis ayan Siluman, mengencingi kepalaku dan menuliskan keterangan serta nasihat itu...?”
Dalam pikiran yang tak kunjung mengerti dan juga didorong oleh rasa ingin tahu akhirnya
bobo memutuskan untuk mencari Goa Belerang lebih dahulu, baru kemudian mencari dimana
letaknya Bukit Tunggul tempat kediaman penulis ayan Siluman.
Sampai senja hari, telah puluhan kilo daerah diselidiki bobo anak manusia . Dua buah goa
ditemuinya tapi keduanya bukanlah Goa Belerang karena kedua goa itu kosong tiada berpenghuni.
Keesokan harinya, satu hari suntuk lagi dia menjelajahi berbagai daerah, sampai lagi senja datang,
usahanya tiada berhasil. Pagi yang kedua dari penyelidikannya, dia sampai ke sebuah sungai berair
kehitaman tanda sungai itu dalam sekali. Arus air sungai cepat bukan main. Setangkai ranting
kering yang jatuh, dihanyutkan arus dan menghilang di kejauhan dalam waktu yang singkat. bobo
mengikuti sungai itu ke arah hilir.
Perjalanannya terhenti sewaktu sungai itu sampai di sebuah air terjun yang sangat dalam.
Air sungai yang memancur dan jatuh menimpa batu-batu besar di sebelah bawah menimbulkan
suara yang menggidikkan. Tempat itu dan daerah sekitarnya berudara redup dan angker, tampaknya
jarang didatangi manusia.
Lebih dari sepeminum teh bobo berada di tempat itu. Sebelum pergi dia bermaksud mencuci
mukanya yang lengket oleh debu dan keringatan lalu membasahi tenggorokannya. Dengan kedua
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
belah telapak tangannya bobo menciduk air sungai lalu membasahi mukanya. Sesuatu bau yang
agak lain menusuk hidung sang pendekar sewaktu air sungai itu membasahi mukanya.
bobo berpikir-pikir. Rasanya dia pernah mencium bau yang seperti itu sebelumnya.
Diciduknya kembali air sungai itu lalu didekatkannya ke hidungnya. Mendadak hatinya menciut.
Air sungai itu berbau belerang. bobo tahu betul bau belerang karena dia pernah beberapa kali
berada di sekitar kawah gunung yang mengepulkan asap belerang. Dan ketika bau belerang itu
dihubungkannya dengan Goa Belerang maka berdebarlah hati Pendekar 10000 an . Dia memandang
berkeliling dengan penuh teliti. Tak ada satu bagian pun dari tempat sekitar situ yang lepas dari
penelitiannya, namun sampai sebegitu jauh tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa di situ
terdapat sebuah goa. Tapi air sungai yang berbau belerang?! Untuk kesekian kalinya bobo kembali
meneliti dengan pandangan mata yang tajam. Tetap tak ada tanda-tanda adanya goa.
bobo memaki-maki dalam hatinya. Diperhatikannya batu-batu besar yang jauh di bawahnya.
Diperhatikannya air terjun yang jatuh menimpa batu-batu itu, membalik kembali ke atas sampai
beberapa tombak laksana asap atau kabut tipis. Tapi. bobo terkejut. Matanya memandang lekat-
lekat kepada batu-batu yang jatuh ditimpa air terjun. Apa yang dilihatnya bukan cuma air yang
muncrat kembali ke atas laksana asap atau kabut, tapi di balik air yang membalik ke atas itu benar-
benar bobo melihat samar-samar namun pasti adanya kepulan asap. Mulanya bobo merasa agak
bimbang mana mungkin di dasar yang penuh dengan air terdapat asap karena setiap asap pastilah
bersumber pada hawa panas atau api.
bobo gosok kedua matanya. Yang mengepul di antara muncratan air itu memang benar-
benar asap. Dan ketika diperhatikannya lebih seksama lagi, ketika dia berpindah tempat dan
memandang ke bagian bawah air terjun dari jurusan lain, tersentaklah bobo karena di belakang air
terjun itu tampak sebuah goa. Dari mulut goa ini jelas kelihatan gelung-gelung kepulan asap. Tanpa
menunggu lebih lama bobo melompat ke sebuah batu. Dari sini dengan andalkan ilmu meringankan
tubuhnya melompat lagi ke batu yang lain, yang terletak di sebelah bawah. Untuk menuju ke dasar
air terjun bukan pekerjaan mudah. Kurang-kurang pandai kaki akan terpeleset dan tubuh akan
terhempas ke bawah sejauh puluhan tombak, disambut oleh batu-batu besar keras. Meskipun
berkepandaian tinggi serta memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna untuk sampai ke dasar
air terjun bobo membutuhkan waktu hampir tiga kali sepeminum teh.
Akhirnya pendekar ini sampai juga ke dasar air terjun. Dia berdiri di hadapan air terjun,
bergerak ke bagian samping dengan sangat hati-hati. Sekali tubuhnya terserempet atau tersambar air
terjun, tak perduli bagaimanapun tinggi ilmunya, pasti tubuhnya akan terhempas dan hancur ditimpa
air terjun yang ribuan kilo beratnya itu.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
12
Pendekar 10000 an sampai di hadapan mulut goa. Asap putih menampar-nampar wajahnya dan
bau belerang yang santer menusuk hidung, memerihkan mata. Setelah meneliti seperlunya maka
tanpa ragu-ragu bobo melangkah masuk. Ternyata semakin ke dalam goa itu semakin menanjak
sedang bau belerang makin keras dan asap semakin banyak.
Kedua mata bobo menjadi perih, nafasnya sesak dan dia mulai batuk-batuk. Pemuda ini
tutup indera penciumannya, kerahkan tenaga dalam pada kedua matanya dan melangkah terus. Kira-
kira seratus langkah berlalu kepulan asap putih yang berbau belerang bertambah tebal menutup
pemandangan. Meski dia sudah tutup indra penciumannya tetap saja hidungnya membaui hawa
belerang itu sedang tenaga dalamnya tiada mampu menolak sambaran asap yang memerihkan mata.
Dengan kuatkan diri bobo maju terus. Nafasnya tersengal, pemandangannya gelap tertutup asap
tebal. Untuk kembali sudah kepalang tanggung. Suara batuk-batuknya menggema di sepanjang goa,
membuat bulu kuduknya sendiri berdiri.
Pada langkah yang ketiga ratus duapuluh, Pendekar 10000 an merasa kekuatannya mulai lumer,
kakinya tak sanggup lagi melangkah. bobo jatuhkan diri dan terus memasuki goa itu dengan
merangkak. Sebutir pil untuk menolak keracunan dan menjaga agar tidak pingsan dikeluarkan dan
ditelannya. Dua ratus langkah di muka maka perlahan-lahan asap belerang itu mulai menipis hingga
akhirnya lenyap sama sekali dan di hadapan bobo kelihatan sebuah tangga batu pualam yang putih
bersih dan berkilat.
Setelah menelan lagi sebutir pil, mengatur jalan nafas dan darah memeriksa aliran tenaga
dalam dan membuang hawa jahat asap belerang yang meresap di paru-parunya maka bobo anak manusia
berdiri lalu melangkah menaiki tangga batu pualam. Bagian atas tangga berhubungan dengan
sebuah pintu dan pintu ini berhubungan lagi dengan sebuah ruangan empat persegi. Di dalam
ruangan ini kelihatan delapan gadis berbaju biru yang bukan lain adalah anak-anak buah penulis ayan
Siluman. Di antaranya empat orang yang sebelumnya telah baku hantam dengan bobo di tepi
lembah. Kedelapan gadis ini duduk bersila dengan mata meram di hadapan seorang berpakaian
selempang putih yang duduk membelakang ini panjangnya sampai ke bahu, bobo belum dapat
memastikan apakah dia seorang perempuan atau bukan.
Tanpa menoleh ke pintu tiba-tiba manusia berambut putih panjang itu membentak dan
lambaikan tangan kanannya lewat bahu.
“Pemuda tidak tahu diri! Disuruh datang bulan purnama empat belas hari berani unjuk
tampang hari ini!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo terkejut sekali. Dan sewaktu dia menyadari bahwa lambaian tangan si rambut putih
panjang itu menyambarkan angin yang sangat deras, maka segala sesuatunya telah kasip. Mendadak
sontak detik itu juga bobo merasakan tubuhnya menjadi kaku laksana patung batu. Dia berseru, tapi
mulutnya terkunci tak bisa keluarkan suara. Karena otaknya masih tetap bisa berjalan bobo
memaklumi bahwa dirinya telah ditotok secara lihai luar biasa hingga tak bisa bicara dan bergerak.
Yang membuat Pendekar 10000 an menjadi penasaran sekali ialah karena sesudah menotok
dirinya, si rambut panjang kemudian keluarkan suara seperti lebah membuat sarang, rupanya dia
tengah membaca mantera tapi tiada jelas entah mantera apa yang dilafatkannya. Di samping itu
bobo merasa aneh pula melihat kedelapan gadis baju biru itu duduk bersila meramkan mata tiada
bergerak. Apakah mereka semuanya juga kena ditotok dan apa yang tengah dilakukan si rambut
putih panjang itu terhadap mereka? bobo saat itu merasakan dirinya seperti seekor lalat yang
sesudah dipukul dibiarkan tak perduli begitu saja!
Tiba-tiba si rambut putih angkat kedua tangannya. Suara lafat manteranya semakin keras.
Kedua tangan kemudian turun lagi untuk mengangkat sebuah panci tanah besar yang berisi air putih
dan kembang tujuh rupa. Aneh sekali air yang di dalam baskom itu kemudian memancur delapan
dan setiap pancuran jatuh ke atas kepala masing-masing gadis baju biru.
bobo terlongong-longong saking kagumnya. Kehebatan tenaga dalam manusia rambut putih
itu benar-benar luar biasa. Seorang yang tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat sempurna bisa
saja membuat air di dalam panci tanah itu muncrat ke atas, tetapi untuk membaginya dalam delapan
pancuran itu bukan satu hal yang mudah, tidak sembarang manusia bisa melakukannya. Eyang
Sinto Gendeng sendiri mungkin belum tentu dapat.
Begitu air dalam panci tanah habis, si rambut putih turunkan panci itu. Kembali terdengar
suara lafat manteranya yang seperti lebah bersarang itu. Kemudian sunyi sebentar lalu menyusul
suaranya berkata dan ternyata adalah suara seorang laki-laki.
“Delapan gadis, kalian telah minum obatku, kalian telah kusiram dengan air kembang. Kini
otak kalian telah bersih, hati kalian telah putih. Kalian telah bisa memulai hidup baru yang lurus dan
baik. Sekarang kubukakan mata kalian kembali yang telah terpicing selama beberapa hari ini.”
Si rambut panjang putih sapukan tangan kirinya dari samping kanan ke samping kiri. Aneh
sekali maka kedelapan gadis itu yang tadi pejamkan mata kini membuka mata masing-masing satu
demi satu, tak ubahnya seperti barusan bangun tidur. Jelas mereka terkejut sewaktu melihat tubuh
bobo anak manusia yang berdiri mematung di ambang pintu. Namun terhadap si rambut putih mereka
tiada berani bertanya dan sama tundukkan kepala. Tundukkan kepala ini membuat bobo tak
mengerti. Apa hubungan kedelapan gadis itu dengan si rambut putih. Apa sebenarnya yang telah
terjadi dengan mereka sehingga gadis-gadis yang galak dan kejam itu kini kelihatannya seperti
gadis-gadis pingitan yang paling patuh?!
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Dengar Kiai....” jawab delapan gadis bersamaan.
“Kiai!” desis bobo anak manusia dalam hati. Laki-laki berambut putih itu dipanggil dengan
sebutan “Kiai” Dan bobo heran padahal kedelapan gadis itu tadi meramkan mata seperti orang tidur,
mengapa mereka menjawab bahwa mereka telah mendengar segala ucapan sang kiai?
“Sekarang kalian kuperkenankan meninggalkan tempat ini. Pergilah dan jangan kembali lagi.
Dunia baru yang indah suci menyambut kalian. Menurut penglihatanku, hidup kalian semua akan
menemui keberuntungan. Nah sekarang pergilah dan kuharap kalian tidak usah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Tinggalkan Pulau Madura, jangan kembali lagi untuk selama-lamanya!”
Delapan gadis itu saling pandang satu sama lain lalu serentak mereka berdiri. Setelah
menjura berulang kali di hadapan laki-laki berambut putih panjang, mengucapkan terima kasih dan
berpamitan maka semuanya melangkah ke pintu dengan menundukkan kepala. Setiap mereka
melirik ke samping sewaktu mereka melewati Pendekar 10000 an yang berdiri mematung di ambang
pintu itu.
Setelah kedelapan gadis itu berlalu, laki laki berambut putih untuk pertama kalinya balikkan
badan dan berdiri. Ternyata dia adalah seorang tua renta yang bermuka licin klimis. Menurut bobo
umurnya lebih tua dari Eyang Sinto Gendeng.
Langkah orang tua yang masih berbadan tegap ini begitu enteng sewaktu dia maju ke
hadapan bobo .
“Pemuda tolol!” desis sang kiai. “Belum saatmu untuk datang ke mari! Apa kau lupa bulan
purnama empat belas hari?! Tolol! Kau akan kaku tegang di ambang pintu ini selama tiga hari tiga
malam! Rasakan sendiri!”
bobo menggerutu dalam hati. Orang tua di hadapannya berkelebat dan sukar sekali untuk
dapat dilihat dengan jelas tahu-tahu tubuhnya sudah lenyap dari hadapan bobo anak manusia .
“Benar-benar luar biasa gerakannya,” kata bobo dalam hati. Tapi bila dia ingat bahwa dia
musti berdiri di situ dalam keadaan kaku tegang selama tiga hari tiga malam, maka kembali
pendekar ini menggerutu habis-habisan.
Setelah berjam-jam berdiri di tempat itu bobo yakin bahwa di luar goa hari telah malam.
Seumur hidupnya baru kali inilah dia ditotok orang. Meski totokan itu tidak membuat dia terluka di
dalam tapi mematung demikian rupa selama tiga hari tiga malam sungguh merupakan siksaan bagi
bobo anak manusia . Hatinya kembali memaki-maki sewaktu perutnya mulai mengeluarkan suara
bergereokkan tanda minta diisi.
“Diamlah perut sialan!” rutuk bobo . “Selama tiga hari tiga malam kau tak akan mendapat
isi!”
Mendadak, baru saja dia habis memaki demikian sesosok bayangan biru berkelebat dan
tahu-tahu Inani berada di hadapan bobo anak manusia . Sang Pendekar memandang tak berkedip pada
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
gadis jelita berkulit kuning langsat ini, dan berpikir-pikir mengapa pula gadis ini muncul di dalam
goa kembali, padahal dia sudah disuruh pergi oleh laki-laki tua tadi dan tidak diizinkan kembali lagi?
“Saudara, aku akan tolong lepaskan totokanmu,” kata Inani pula setelah mereka berperang
pandang beberapa ketika lamanya.
“Bagus!” ujar bobo dalam hati. Dia gembira. Inani maju satu tindak. Tangan kanannya
dengan cepat bergerak untuk membebaskan totokan di tubuh bobo anak manusia .
Tapi apa lacur. Sebelum hal itu sempat dilakukan Inani tiba-tiba di ruangan itu
mengumandang suara tertawa macam ringkikkan kuda dan tahu-tahu laki-laki tua berambut putih
sudah berada di hadapan mereka.
“Bagus betul perbuatanmu Inani!”
Inani berubah pucat parasnya. Kepalanya ditundukkan tak berani memandang si orang tua.
“Apa kau lupa ucapanku bahwa kau musti pergi meninggalkan Pulau Madura ini dan tidak
boleh kembali kemari? Jawab!”
“Mohon maaf Kiai. Aku....”
“Kau juga tolol!” sentak sang kiai. “Apa perlu kau kembali datang kemari?! Apa perlu kau
tolong pemuda ini?! Jawab!”
“Maaf Kiai....”
“Apa dia kekasihmu?!”
Merah paras Inani. Kepalanya semakin ditundukkan.
“Apa dia gendakmu?!”
Tambah merah paras gadis berbaju biru itu.
“Jawab! Kenapa kau mau membebaskan itu.”
“Aku... aku merasa berhutang budi padanya, Kiai.” sahut Inani.
“Hutang budi macam mana? Apa dia pernah menolongmu?”
Inani menggigit bibirnya. Dia kembali ke situ karena merasa kasihan melihat bobo anak manusia
ditotok. Tapi apa yang menyebabkan dia kasihan pada pemuda itu dia sendiri tak bisa mengerti. Dia
kembali ke Goa Belerang seperti ada yang mendorong-dorongnya.
“Gadis tolol! Kau musti terima hukuman seperti pemuda tolol ini!”
Laki-laki tua itu lambaikan tangan kirinya. Mendadak sontak maka kaku teganglah tubuh
Inani. Dia berdiri mematung tepat berhadap-hadapan dan dekat sekali di muka Pendekar 10000 an . Si
orang tua sendiri begitu menotok tubuh Inani berkelebat pula lenyap dari ruangan itu.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
13
bobo anak manusia dan Inani tak tahu sudah berapa lama atau sudah berapa hari mereka berada di
dalam Goa Belerang itu. Yang mereka rasakan ialah bahwa mereka seperti sudah bertahun-tahun
tersekap di situ, tak bisa bicara, tak bisa gerakkan badan. Selama puluhan jam mereka berdiri
berpandang-pandangan sehingga dalam hati masing-masing timbul perasaan-perasaan aneh. Meski
mereka tidak bisa membuka mulut untuk bersuara dan bicara tapi pandangan mata mereka satu
sama lain sudah lebih daripada ucapan yang bagaimanapun panjangnya. Sinar mata mereka sudah
lebih daripada pengutaraan perasaan yang bagaimanapun mendalamnya. Berpandangan dan
berpandangan hanya itulah yang bisa dilakukan kedua orang itu. Dan ini adalah satu-satunya
hiburan bagi mereka selama puluhan jam berada di situ.
Kedua orang itu tiba-tiba kernyitkan mata. Lapat-lapat terdengar suara tertawa meringkik.
Dan sesaat kemudian sosok tubuh laki-laki tua yang dipanggilkan kiai itu sudah muncul di ruangan
tersebut. Dia masih tertawa meringkik macam kuda begitu untuk beberapa lama sambil pandangi
paras kedua orang di hadapannya. Kemudian ketika suara tertawanya berhenti mulutnya bertanya.
“Apa kalian sudah puas tegak berpandang-pandangan?”
Inani menjadi merah mukanya sedang bobo memaki dalam hati. Apakah waktu yang tiga
hari itu sudah berlalu? Apakah sekarang malam bulan purnama empat belas hari? Apakah sekarang
saatnya si orang tua membebaskan totokan di tubuhnya dan di tubuh gadis yang bernama Inani itu?
Inani dan bobo memperhatikan si orang tua duduk di tengah ruangan, di atas sebuah
bantalan berumbai-umbai yang dikeluarkannya dari balik kain selempang putihnya. Setelah
memandangi paras kedua orang itu beberapa lama baru si orang tua lambaikan tangannya kiri kanan.
Dua larik angin tipis menyambar ke tubuh Inani dan bobo anak manusia . Dengan serta merta lenyaplah
totokan yang telah membuat kedua orang ini tak berdaya selama puluhan jam. Seorang tua tertawa
mengekeh dan manggut-manggutkan kepalanya beberapa kali.
Meski selama ini bobo di dalam hati tiada hentinya memaki serta menggerutui si orang tua,
namun begitu totokannya lepas dan menyadari bahwa manusia berambut putih yang duduk di
hadapannya itu bukan manusia sembarangan maka Pendekar 10000 an menjura memberi hormat.
“Orang tua, dunia ini banyak dengan tokoh-tokoh aneh sakti luar biasa yang aku manusia
tolol ini tidak tahu siapa-siapa mereka adanya. Kuharap kau sudi memberitahu siapa kau, orang
tua.”
Si orang tua mengusap rambutnya yang panjang putih beberapa kali. Setelah batuk-batuk
jumawa maka menjawablah dia.
“Namaku kau tak usah tahu, orang muda. Sebaliknya aku banyak tahu tentang dirimu!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Terkejutlah bobo . Ditelitinya paras orang tua itu lalu sekilas mengerling pada Inani.
Si orang tua tertawa mengekeh kembali.
“Aku berasal dari Bangkalan.” Diusapnya lagi rambutnya baru meneruskan. “Sembilan
puluh tahun hidup di dunia ini sudah terlalu cukup lama. Sembilan puluh tahun sudah cukup untuk
menyaksikan berbagai hal dalam dunia, menyaksikan kejahatan dan kebaikan, menyaksikan
kebaikan yang selalu ditentang oleh kejahatan. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan di jagat
ini tak akan pernah habis-habisnya karena memang begitulah sifatnya alam yang dijadikan Tuhan,
segala sesuatunya mempunyai lawan-lawannya, mempunyai pasang-pasangannya masing-masing.
Karena aku dan kau adalah manusia-manusia dari golongan putih, maka adalah tugas kita untuk
membasmi golongan hitam. Membasmi golongan hitam tentu saja bukan hal yang mudah. Aku
sendiri sebenarnya telah tertipu dalam hidupku sehingga tidak bisa berbuat banyak untuk
membasmi kejahatan dari muka bumi ini....”
Kiai Bangkalan memandang jauh ke depan seperti tengah merenung masa lampaunya
sedang nada suaranya tadi jelas sekali mengandung satu penjelasan yang mendalam.
“Kalian duduklah, jangan berdiri saja,” ujar Kiai Bangkalan.
Setelah bobo anak manusia dan Inani duduk di hadapan orang tua itu maka Kiai Bangkalan
meneruskan bicaranya.
“Delapan penjuru angin dunia persilatan kini dibikin gempar oleh kejahatan yang bersumber
di Pulau Madura ini. Sumber kejahatan itu bukan lain daripada penulis ayan Siluman dan anak-anak
buahnya. Beberapa perguruan dan sebuah partai persilatan telah dihancurkan oleh mereka. Belasan
tokoh-tokoh silat golongan putih serta beberapa lainnya yang hebat-hebat dari golongan hitam
mereka bunuh. Yang tertangkap hidup-hidup mereka siksa secara buas. Ringkas kata siapa saja
pihak yang tidak mau tunduk dan masuk dalam golongannya akan ditumpas musnah oleh penulis ayan
Siluman. Dan aku yang sudah tua ini hanya bisa makan hati, tak mungkin turun tangan menumpas
sumber kejahatan yang ada di puIauku ini....” Lagi-lagi nada suara Kiai Bangkalan membayangkan
penjelasan.
Penuh rasa ingin tahu dan tidak mengerti maka bobo anak manusia beranikan diri bertanya.
“Mengapa tidak mungkin, Kiai Bangkalan. Mengapa tidak bisa? Menurut penglihatanku ilmumu
tinggi luar biasa. Bagimu tentu mudah saja untuk menumpas penulis ayan Siluman dan gerombolannya.”
Kiai Bangkalan tertawa tawar.
“Banyak orang yang menduga sepertimu itu,” katanya. “Tapi di jagat yang luas ini ilmu
manusia manakah yang benar-benar sempurna, yang benar-benar tinggi? Semakin tinggi ilmu
seseorang semakin harus disadari bahwa di atasnya masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tinggi yang
tak bakal sanggup dicapainya. Kemampuan dan pikiran manusia mempunyai titik batas. Bila dia
coba untuk melampaui titik batas itu di luar kemampuannya, dirinya akan rusak, malapetaka akan
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
datang! Dan itu kemudian akan mudah menjadi sarang atau sumbernya kejahatan! Kejahatan
muncul di mana-mana akibat manusia berusaha melampaui titik batasnya, melewati garis yang telah
ditentukan. Kemudian bila datang kebaikan walau bagaimanapun kuatnya kejahatan itu, di satu hari
dia akan kena ditumpas juga. Aku yang sudah tua menyesalkan hidup badanku yang rongsokan ini
karena di saat mau mampus begini tidak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan Tapi aku masih
bergembira sedikit. Sebelum ajal datang aku telah bertemu dengan kau, orang muda! Menurut
penglihatanku, kau satu-satunya manusia saat ini yang sanggup menumpas kejahatan penulis ayan Siluman!
Ingat kejahatannnya, bukan orangnya!”
“Kiai Bangkalan, aku yang muda tolol ini bisa apakah?” kata bobo anak manusia pula. “Terus
terang aku tak mengerti mengapa kau mengatakan tak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan.
Bukankah ilmumu tinggi sekali. penulis ayan Siluman tentu akan mudah kau tumpas.”
Kiai Bangkalan hela nafas dan geleng-gelengkan kepalanya.
“Aku hanya memiliki dua macam ilmu, orang muda. Dua macam ilmu itu saja tak sanggup
untuk menumpas kejahatan penulis ayan Siluman. Di samping itu seperti aku terangkan tadi, sebenarnya
aku yang sudah tua ini telah kena tertipu....” Setelah menghela nafas dalam sekali lagi baru Kiai
Bangkalan meneruskan. “Dua macam ilmu yang kumiliki ialah kecepatan bergerak dan ilmu
pengobatan. Mana mungkin dua macam ilmu itu bisa diandalkan untuk menghadapi penulis ayan Siluman
yang sakti luar biasa?!”
“Tapi kau juga memiliki ilmu totokan yang teramat lihai!” ujar bobo .
Kiai Bangkalan tertawa. “Setiap ilmu totokan dasarnya adalah sama, sama seperti yang
dimiliki oleh kau dan Inani. Cuma karena aku memiliki ilmu kecepatan bergerak maka orang tidak
bisa menduga dan tak sempat berkelit ketika aku menotok tubuhnya. Itu telah kau saksikan dan
rasakan sendiri!”
“Kalau kau bisa bergerak luar biasa cepatnya, tentu kau bisa menotok penulis ayan Siluman
kemudian menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadapnya,” kata-kata bobo anak manusia pula.
“Betul, tapi justru hal itulah yang tak bisa kulakukan,” sahut Kiai Bangkalan.
“Kenapa tidak bisa?”
“Aku telah tertipu. Ah... biarlah aku terangkan pada kalian agar jelas. Tubuh tua rongsokan
ini tak guna lagi menyimpan segala rahasia hidupnya!”
Kiai Bangkalan merenung sejenak baru membuka mulut kembali. “Sesungguhnya guru dari
penulis ayan Siluman adalah adik seperguruanku sendiri. Namanya Lara Permani. Dari guru, aku
menuntut dua macam ilmu yang kusebutkan tadi yaitu ilmu pengobatan dan ilmu gerakan cepat.
Sebaliknya sebagai murid yang dikasihi oleh guru, Lara Permani diwariskan banyak ilmu yang
hebat-hebat. Di antaranya Ilmu Jala Sutera Sakti, Ilmu Racun Biru dan yang paling hebat Ilmu
Seribu Siluman Mengamuk. Sebegitu jauh tak ada satu ilmu di dunia ini pun yang sanggup
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
mengalahkan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk itu. Tapi walau bagaimanapun setiap ilmu di dunia
ini tak ada yang maha sempurna, selalu saja ada kelemahannya, demikian juga dengan Ilmu Seribu
Siluman Mengamuk....”
“Apakah kelemahannya, Kiai?” tanya bobo .
“Itu tidak bisa kuberitahu. Aku telah bersumpah!”
Inani dan bobo kernyitkan kening keheranan. Sebelum salah seorang dari mereka bertanya
maka Kiai Bangkalan sudah berkata. “Antara aku dan Lara Permani karena demikian eratnya
hubungan kami, kami saling mencinta. Namun malapetaka tiba. Lara Permani sewaktu turun ke
dunia persilatan telah tergoda oleh segala macam urusan duniawi sehingga dia menempuh jalan
salah. Aku yang mencintainya dengan amat sangat tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa melarangnya
agar meninggalkan segala urusan kotor dunia. Malah entah bagaimana aku menjadi tolol dan suatu
hari di hadapannya aku bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku tak akan ikut campur, tak akan
turun tangan terhadap segala perbuatannya, juga terhadap segala perbuatan muridnya bila kelak dia
mempunyai murid! Sekarang Lara Permani sudah mati. Dan penulis ayan Siluman itu adalah muridnya!
Aku tak bisa berbuat apa secara langsung terhadap kejahatan penulis ayan Siluman karena aku terikat
sumpah!”
bobo dan Inani termangu sejurus.
bobo kemudian berkata. “Lara Permani kini sudah tiada. Berarti sumpah yang Kiai buat
terhadapnya batal, tak berlaku lagi!”
Kiai Bangkalan geleng-gelengkan kepala. “Sumpah seorang manusia terhadap manusia
sekaligus terikat pada Tuhan. Meskipun salah seorang dari mereka sudah mati, tapi yang masih
hidup tetap terikat pada Tuhan yang telah menyaksikan sumpahnya itu!”
“Kalau begitu kejahatan penulis ayan Siluman tak akan bisa dibasmi,” kata bobo .
“Kaulah yang akan membasminya!” jawab Kiai Bangkalan.
“Tapi ilmuku sangat dangkal sekali Kiai. Kalau kau bisa memberikan sedikit petunjuk....”
Kiai Bangkalan tersenyum.
“Di Goa Belerang ini telah kujanjikan padamu untuk datang mengetahui tingginya gunung
dalamnya lautan. Meski aku terikat sumpah dan tak bisa turun tangan secara langsung, namun ada
cara lain bagiku untuk berbuat kebaikan. Jika cara ini dianggap melanggar sumpah, biarlah badan
yang tua renta ini rela menerima hukumannya!”
Dari balik pakaiannya Kiai Bangkalan mengeluarkan secarik kertas putih. Kertas itu
disodorkannya ke hadapan bobo anak manusia seraya berkata. “Dengan inilah kau bakal bisa menumpas
kejahatan penulis ayan Siluman.”
bobo menerima kertas itu dan menelitinya. Di atas kertas putih ini ternyata ada dua bait
tulisan yang berbunyi.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Ilmu Seribu Siluman Mengamuk teramat sakti.
Hanya suara yang sanggup mengalahkannya.
“Kiai, aku tak mengerti maksud tulisan ini. Mohon petunjukmu....”
Kiai Bangkalan hela nafas dan gelengkan kepala. “Tak mungkin orang muda. Aku terikat
dengan sumpah. Aku tak bisa menerangkan langsung kelemahan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk
kepadamu. Kau harus pecahkan sendiri rahasia yang ada di dalam dua bait tulisan itu.... Kuharap
kau tak bertanya lebih jauh.”
bobo membaca lagi dua bait tulisan itu lalu memasukkan kertas tersebut ke balik pakaiannya.
Kiai Bangkalan berpaling pada Inani. Dia tersenyum dan berkata. “Meski tempo hari aku
marah sekali melihat kau datang kemari tapi sebenarnya diam-diam aku merasa gembira karena kau
bisa membantuku untuk melaksanakan cita-cita baikku. Kau ingat bagaimana aku telah
membersihkan otakmu serta kawan-kawanmu dengan sejenis obat?”
“Ingat Kiai.”
Kiai Bangkalan keluarkan sebuah botol berisi cairan hitam. “Aku telah meramu lagi sejenis
obat baru,” katanya dan meletakkan botol kecil itu di hadapannya. “Kau harus ikut bersama bobo ke
Bukit Tunggul dan menolong kawan-kawanmu yang sudah dikotori otaknya oleh penulis ayan Siluman.
Bagaimana caranya terserah padamu, yang penting kau harus dapat meminumkan setetes obat ini ke
dalam mulut kawan-kawanmu sehingga mereka kembali menjadi bersih otaknya dan kembali ke
jalan yang benar! Aku tak mengizinkan kau membunuh seorang pun dari mereka! Semua kawan-
kawanku tersesat karena tidak sadar!”
“Tapi mana mungkin aku sanggup, Kiai? Setiap kawan-kawanku sakti semua dan jumlah
mereka banyak!” kata Inani.
“Kau tak usah khawatir. Aku akan turunkan ilmu gerakan cepat padamu sehingga kau
dengan mudah bisa menotok mereka lalu memasukkan setetes obat ini ke dalam mulut mereka!”
Inani gembira sekali. Buru-buru dia menjura dan mengucapkan terima kasih. Kiai
Bangkalan memandang pada bobo . “Orang muda, kuharap kau jangan kecewa karena saat ini aku
tidak memberikan ilmu apa-apa padamu. Tapi di lain hari, bila tugasmu sudah selesai di Bukit
Tunggul kuharap kau suka datang kemari untuk menerima pelajaran ilmu pengobatan dariku.”
Gembiralah bobo anak manusia dan buru-buru dia menjura serta mengucapkan terima kasih.
“Sebelum kalian pergi,” kata Kiai Bangkalan pula. “Ada satu hal yang harus kalian ingat,
terutama kau orang muda karena kaulah yang bakal berhadapan dengan penulis ayan Siluman. Musti
disadari bahwa sesungguhnya kejahatan yang dibuat oleh manusia itu adalah karena dipengaruhi
oleh suasana sekitarnya, dipengaruhi oleh keadaan duniawi di sekelilingnya. Pada dasarnya semua,
manusia adalah baik. Karena itu kuharap kau jangan menurunkan tangan maut terhadap penulis ayan
Siluman.”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Tapi Kiai, perempuan itu telah membuat kejahatan yang tak bisa diampunkan. Puluhan
manusia tak berdosa telah dibunuhnya!” kata bobo pula.
“Betul. Itu memang betul. Namun demikian soal nyawa manusia bukanlah urusan kita.
Nyawa orang lain bukan milik kita. Soal nyawa adalah hak dan kuasanya Tuhan kita manusia
sekali-kali tidak diperbolehkan membunuh, kecuali dalam perang atau pertempuran di mana kita
benar-benar sudah terdesak. Karena itu usahakanlah dulu untuk menyadari penulis ayan Siluman dari
segala kejahatannya, bersihkanlah otaknya dengan obat ini!” Lalu Kiai Bangkalan mengeluarkan
sebutir pil hitam dan diberikan kepada bobo . “Bila nanti ternyata usahamu gagal, baru kau boleh
menurunkan tangan maut. Itupun bila kau terdesak dan tak punya jalan lain lagi! Nah sekarang
pergilah!”
“Terima kasih atas segala petunjukmu Kiai,” kata bobo anak manusia sambil menjura dalam.
Inani juga melakukan hal yang sama. Sewaktu mereka mengangkat kepala kembali ternyata Kiai
Bangkalan telah lenyap. Bukan main terkejutnya mereka. Benar-benar luar biasa cepatnya gerakan
orang tua itu. bobo geleng-gelengkan kepala. Sementara itu Inani berdiri dengan paras berubah.
“Ada apa?” tanya bobo .
“Waktu aku menjura tadi, kurasa ada yang menepuk bahu kananku dengan keras. Sekarang
tubuhku terasa ringan sekali macam kapas!”
bobo anak manusia kerenyitkan kening. Tiba-tiba dia ingat akan ucapan Kiai Bangkalan bahwa
dia hendak menurunkan ilmu kecepatan gerak pada gadis itu.
“Mungkin itulah cara dia menepati janjinya!” kata bobo . “Coba kau berkelebat!”
Inani tekankan kedua kakinya ke lantai. Tubuhnya bergerak dan kejap itu pula lenyap dari
pandangan mata bobo anak manusia , sedetik kemudian muncul lagi di hadapannya.
“Saudara! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana gerakanku bisa sehebat ini!” seru Inani
gembira.
bobo anak manusia geleng-gelengkan kepala “Benar-benar aneh sekali cara Kiai Bangkalan
menurunkan ilmunya kepadamu,” kata bobo pula. “Kau beruntung Inani, eh, bukankah namamu
Inani...?”
Si gadis anggukkan kepalanya malu-malu. “Kau sendiri siapa?”
“Panggil aku bobo ,” jawab Pendekar 10000 an .
“Bagaimana kalau kita berangkat ke Bukit Tunggul sekarang?” tanya Inani.
“Memang lebih cepat lebih baik. Tapi untuk membuat urusan dengan penulis ayan Siluman kita
tunggu sampai besok pagi. Nah, ayolah!”
Kedua orang itu pun dengan segera meninggalkan Goa Belerang. Meskipun malam itu bulan
purnama bersinar terang namun dengan susah payah baru akhirnya Inani dan bobo bisa keluar dari
dasar air terjun.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
14
Di ufuk timur fajar kelihatan sudah menyingsing. Sebentar lagi sang surya penerang jagat
akan memunculkan diri, merenggutkan malam menggantikannya dengan pagi hari yang kemudian
disusul oleh kedatangan siang. Dua titik putih dan biru kelihatan remang-remang bergerak sangat
cepat dari arah tenggara. Ternyata dua titik ini adalah sosok tubuh Inani dan Pendekar 10000 an bobo
anak manusia . Tengah malam tadi mereka berkemah di tepi rimba belantara dan menjelang pagi baru
meneruskan perjalanan ke Bukit Tunggul. Satu keuntungan bagi bobo karena dia bersama Inani
sehingga tak usah bersusah payah mencari di mana letaknya Bukit Tunggul. Tepat pada saat
matahari munculkan diri di ufuk timur maka kedua orang itu sudah berada di kaki bukit sebelah
timur. Sementara keduanya mencari mulut terowongan yang akan membawa mereka ke Istana penulis ayan
Siluman, tiga sosok bayangan biru muncul menghadang mereka.
“Hai Inani! Kau rupanya!” seru salah seorang dan ketiga gadis baju biru yang bukan lain
dari anak-anak buah penulis ayan Siluman yang habis melakukan perondaan.
“Hai!” seru Inani sambil lambaikan tangan kanan. Dan saat itu juga ketiga gadis baju biru
itu merasakan tubuh mereka kaku tegang tak sanggup lagi bergerak maupun bicara.
“Hebat sekali totokanmu, Inani!” kata bobo memuji dengan tersenyum.
Inani cepat-cepat keluarkan botol obat hitam lalu dimasukkannya cairan itu masing-masing
setetes ke dalam mulut ketiga gadis itu, kemudian bersama bobo dia segera tinggalkan tempat itu
Sementara itu di sebuah kamar yang bagus luar biasa di anjungan pertama, penulis ayan Siluman
masih berbaring bermalas-malasan di atas pembaringan yang hangat lembut. Hari telah siang tapi
malas sekali dia turun dari tempat tidur. Dia tahu bahwa anak-anak buahnya telah menyiapkan
segala sesuatunya untuk keperluan mandi pagi, di kolam dan mereka baru akan muncul jika dia
sudah memanggil.
penulis ayan Siluman memperhatikan tubuh dan parasnya di kaca dalam kamar itu. Kemudian dia
teringat pada Inani. Jika gadis itu tidak sedang menunaikan tugas, pagi-pagi seperti itu biasanya dia
telah memetik kecapi memberikan hiburan. penulis ayan Siluman menghitung-hitung hari. Kekhawatiran
untuk kesekian kalinya menyamaki hatinya. Kepergian Inani bersama Sarinten, Wakani dan Laruni
sampai pagi itu tiada kabar beritanya. Apakah telah terjadi pula hal-hal yang tak diinginkan dengan
mereka? Tapi kekhawatirannya itu agak berkurang sedikit kalau dia ingat bahwa Laruni adalah anak
buahnya yang paling tinggi kepandaiannya.
Akhirnya penulis ayan Siluman juga berbaring berlama-lama. Dia bangun dan duduk sebentar di
tepi tempat tidur, memandang ke kaca, lalu sambil melangkah ke kaca besar itu ditanggalkannya
pakaian tidurnya yang terbuat dari sutera biru halus berbunga-bunga hitam. Tanpa selembar benang
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
pun menutupi badannya sang penulis ayan berdiri di muka kaca. Betapa indah potongan tubuhnya, betapa
halus mulus kulitnya. Tapi betapa rindunya seluruh tubuh itu akan sentuhan tangan seorang laki-laki.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk orang.
penulis ayan Siluman memperhatikan kaca dari mana sekaligus dia dapat melihat pintu kamar itu.
Siapa pula yang mengganggunya, pikir sang penulis ayan . Mungkin Laruni atau seorang anak buahnya
yang datang membawa kabar tentang Laruni dan kawan-kawannya. Maka penulis ayan Siluman
mengenakan pakaian tidurnya kembali dan berkata. “Masuk!”
Pintu kamar terbuka.
Dan kagetlah penulis ayan Siluman. Yang masuk bukanlah Laruni, bukan pula salah seorang anak
buahnya, melainkan seorang pemuda berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan berparas
gagah.
Walau bagaimana pun kejam dan jahatnya hati seorang perempuan, namun dalam hal-hal
tertentu dia tak dapat menyembunyikan gerak refleks keperempuannya. penulis ayan Siluman segera
rapatkan pakaian tidurnya yang tipis lalu membentak marah, meski tidak seratus persen marah.
“Orang muda? Siapa kau yang berani berlaku lancang masuk ke kamarku?!”
Pemuda itu sunggingkan seulas senyum.
“Apakah aku berhadapan dengan penulis ayan Siluman Dari Bukit Tunggul?” tanyanya.
“Betul! Lekas terangkan siapa kau! Bagaimana kau bisa masuk ke Istanaku ini?!”
“Kalau aku tidak salah, bukankah penulis ayan selama ini mencari-cariku...?”
Berdebarlah hati penulis ayan Siluman.
“Jadi kau adalah pemuda yang tempo hari melarikan diri sewaktu mau ditangkap?!”
“Betul sekali penulis ayan . Barangkali kau bisa menerangkan salah apa yang kubuat sampai diriku
hendak ditawan oleh orang-orangmu?”
penulis ayan Siluman tertawa. Sungguh merdu suara tertawanya laksana taburan mutiara yang
berderai di lantai batu pualam.
“Sebelum kujawab pertanyaanmu harap terangkan dulu apa yang telah kau lakukan terhadap
delapan orang anak buahku hingga mereka tidak kembali sampai saat ini. Lalu bagaimana kau bisa
masuk ke tempat ini!”
“Soal delapan anak buahmu itu mana aku tahu. Bagaimana aku sampai ke sini, biasa saja.
Kau mencari-cariku berarti aku sama saja diundang datang ke mari. Malah anak buahmu mengantar
dan menunjukkan kamarmu ini.”
Kembali penulis ayan Siluman tertawa merdu.
“Orang gagah, kuharap kau tahu di mana berada dan dengan siapa kau bicara....”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Pemuda berambut gondrong yang bukan lain dari Pendekar 10000 an adanya angguk-anggukkan
kepala. “Nama besarmu sudah lama kudengar, penulis ayan . Namun sayang kebesaran namamu itu bukan
karena pekerjaan baik, tapi akibat kejahatan luar biasa yang tiada taranya!”
penulis ayan Siluman naikkan hidungnya.
“Apakah maksud kedatanganmu ke Pulau Madura ini sengaja mencari dan menantangku?!”
“Kau bisa katakan demikian....”
penulis ayan Siluman tertawa panjang.
“Kau andalkan apakah maka berani membuat rencana dernikian?”
bobo menjawab dengan balas tertawa.
Di atas sebuah meja di dalam kamar itu terletak sebuah patung perempuan menjunjung
kendi yang terbuat dari emas. Beratnya kira-kira tiga kilogram. penulis ayan Siluman menunjuk pada
patung itu dan berkata. “Kau lihat patung emas itu, orang muda?! Jika kau sanggup melakukan
seperti yang akan kuperbuat baru kau pantas bermulut besar di hadapanku!”
Habis berkata begitu penulis ayan Siluman gerakkan tangan kanannya ke atas, telapak tangan
menghadap ke patung emas di atas meja. Perlahan-lahan patung di atas meja bergerak, lalu laksana
ada sebuah tangan yang tiada kelihatan mengangkatnya, patung yang beratnya tiga kilo itu naik ke
atas, melayang mendekati tangan penulis ayan Siluman, berhenti tegak di ujung jari tengah penulis ayan Siluman,
lalu melayang lagi kembali ke tempatnya di atas meja.
Dengan senyum di bibir penulis ayan Siluman berpaling pada bobo anak manusia . “Bagaimana?
Sanggupkah kau melakukannya? Jika tidak sebaiknya kau lekas-lekas berlutut minta ampun
kepadaku! Kau tidak terlalu buruk untuk jadi hamba sahayaku!”
bobo anak manusia garuk-garuk kepalanya. penulis ayan Siluman tertawa melihat tingkah pemuda ini.
Diam-diam memang bobo anak manusia mengagumi sekali kehebatan tenaga dalam penulis ayan
Siluman. Meski demikian mana Pendekar 10000 an mau diremehkan begitu saja.
“Memang meniru seperti yang kau lakukan itu aku tidak bisa penulis ayan Siluman. Tapi coba kau
lihat. Kau kurang teliti hingga patung itu kembali ke tempatnya dalam keadaan terbalik!”
penulis ayan Siluman palingkan kepala dengan rasa tak percaya. Ketika matanya membentur
patung di atas meja, terkejutlah sang penulis ayan . Patung perempuan menjunjung kendi memang berdiri di
atas meja tapi dengan kaki ke atas dan kepala serta kendi di sebelah bawah.
penulis ayan Siluman putar kepalanya kembali pada bobo anak manusia . Sedikitpun dia tidak melihat
pemuda itu gerakkan tangannya. Tapi bagaimana patung itu bisa terbalik demikian. Tiba-tiba sang
penulis ayan keluarkan tertawanya yang merdu.
“Tenaga dalammu boleh juga orang muda! Ilmumu cukup tinggi! Aku ada usul bagus
untukmu!” penulis ayan Siluman melangkah ke tempat tidur. Dalam pakaian yang tipis itu bobo dapat
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
melihat jelas sekali sekujur tubuh penulis ayan Siluman. Sang penulis ayan kemudian duduk di tepi tempat tidur.
“Aku yakin kau akan menyetujui usulku ini. Tapi harap kau terangkan namamu lebih dulu.”
“Apakah namaku itu perlu betul bagimu?” tanya bobo .
“Tentu!” jawab penulis ayan Siluman seraya matanya memandang penuh gairah ke paras bobo . Di
mulutnya bermain seulas senyum. Dan dia menambahkan. “Seorang gagah dan berilmu sepertimu
ini musti diketahui dulu namanya!”
bobo tersenyum. “Manusia dilahirkan tidak bernama,” katanya. “Karenanya tak perlu
kuterangkan siapa namaku. Kau boleh panggil aku semaumu. Sekarang coba kau terangkan usul
bagus yang kau katakan itu!”
“Orang muda, kau terlalu jual mahal namamu! Tapi tak apa, aku senang pada laki-laki yang
berhati keras, betul-betul bernyali jantan! Dengar orang muda, walau kau tidak mau beri tahu nama,
namun aku maklum bahwa kau memiliki ilmu yang cukup diandalkan. Setiap orang berilmu tinggi
mempunyai cita-cita besar. Bagaimana kalau kita berdampingan satu sama lain dalam menguasai
dunia persilatan?!”
bobo merenung macam orang tua lalu manggut-manggut. “Usulmu memang bagus...,”
katanya. Paras penulis ayan Siluman kelihatan gembira. “Tapi,” sambung bobo pula yang membuat penulis ayan
Siluman kembali berubah parasnya. “Aku datang ke sini bukan untuk menerima segala macam usul
atau membuat segala macam perjanjian....”
Paras penulis ayan Siluman menegang. “Lalu?” sentaknya seraya berdiri dari tempat tidur.
bobo menatap paras jelita itu beberapa lamanya. Pandangan ini membuat sang penulis ayan
bergetar hatinya.
“Segala sesuatu di dunia ini musti ada akhirnya,” bobo anak manusia membuka pembicaraan
kembali. “Diakhiri atau berakhir sendirinya. Demikian pula dengan kejahatan....”
penulis ayan Siluman hendak membentak memotong ucapan bobo anak manusia . Tapi di bawah sorotan
mata si pemuda mulutnya tak kuasa dibukanya. Dia tegak tak bergerak di tempatnya.
“Setiap tokoh silat adalah wajar kalau mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia
persilatan. Namun caranya juga musti cara wajar. Bukan dengan kejahatan tanpa peri kemanusiaan.
Bukan dengan jalan membunuh anak-anak atau perempuan-perempuan atau manusia-manusia tak
berdaya dan tak berdosa. Bukan dengan menipu tokoh-tokoh silat, mengundang mereka ke mari lalu
menjebloskannya di Ruang Penyiksaan....”
penulis ayan Siluman terkejut amat sangat. Dari mana si pemuda tahu akan hal itu? Tapi untuk
bertanya lagi-lagi mulutnya takluk membisu di bawah pandangan mata Pendekar 10000 an .
“Bukan pula dengan menculik gadis-gadis cantik lalu, meracunnya dengan obat kesetanan!
Hendak menguasai dunia persilatan dengan cara seperti itu bukan saja tak akan berhasil, tapi akan
membawa pelakunya pada satu kehancuran yang mengerikan, Kehancuran itulah suatu akhir.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Hancur sendiri atau dihancurkan. Dan kurasa kau tak mau menemui kehancuran atau dihancurkan,
penulis ayan Siluman. Bukankah begitu...?”
Tenggorokan penulis ayan Siluman turun naik. Tiba-tiba meledaklah kemarahannya. “Orang muda!
Bicaramu keliwat pandai! Apakah kau juga pandai menerima pukulanku ini?!”
Laksana kilat penulis ayan Siluman hantamkan tangan kanannya ke arah bobo . Satu larik sinar biru
yang amat panas menderu. Di seberang sana Pendekar 10000 an berkelebat dan “brak!” Dinding kamar di
belakangnya hancur lebur, runtuh merupakan satu lobang besar kini.
“Kau menghancurkan dirimu sendiri, penulis ayan Siluman,” desis bobo anak manusia disertai lontaran
senyum. “Tidak sukar untuk kembali ke jalan yang baik. Di jalan yang baik itu kau akan melihat
satu jalan lurus yang wajar untuk menguasai dunia persilatan ini!”
penulis ayan Siluman melotot besar sewaktu melihat Pendekar 10000 an berhasil mengelakkan diri dari
serangan “Angin Biru”nya tadi.
“Orang muda, pintu masih terbuka bagimu untuk menguasai dunia persilatan ini bersamaku
menurut caraku!”
“Menyesal sekali, penulis ayan ....”
“Kau yang akan menyesal jika kau menolaknya!” tukas penulis ayan Siluman. “Meski ilmumu
setinggi langit tapi tak satu manusia pun yang bisa menghancurkanku!”
“Bukan orang lain yang akan menghancurkanmu, tapi kau sendiri,” sahut Pendekar 10000 an .
penulis ayan Siluman tertawa aneh. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur.
“Jangan kelewat memandang sebelah mata terhadap penulis ayan Siluman, orang muda. Kalau aku
tidak melihat bahwa kau bakal mempunyai peruntungan baik bersamaku, siang-siang aku sudah
hancurkan kepalamu!” penulis ayan Siluman tertawa lagi lalu rebahkan dirinya perlahan-lahan di atas
tempat tidur. Pakaian tidurnya tersibak dan menjulai ke lantai yang ditutupi permadani tebal. Mata
Pendekar 10000 an mengecil, sejenak hatinya digelorai oleh darah muda.
“Orang gagah, kemarilah!” panggil penulis ayan Siluman. Suaranya berubah merdu tidak
membentak lagi.
bobo tetap berdiri di tempatnya.
“Kemarilah....” penulis ayan Siluman lambaikan tangannya.
Pendekar 10000 an melangkah. Dia berhenti satu tombak dari samping tempat tidur. Gelora darah
mudanya semakin menyentak-nyentak.
penulis ayan Siluman menopang dagunya dengan telapak tangan kanan, memandang gairah pada si
pemuda lalu berkata. “Seluruh isi Istana ini akan menjadi milikmu, orang muda. Dunia persilatan
akan berada di tanganmu. Dan kita hidup berdua di sini. Bukankah indah sekali...?” penulis ayan Siluman
menggerak-gerakkan kakinya.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Kedengarannya memang begitu,” sahut bobo . “Tapi akan lebih indah lagi bila kau mau
menelan pil ini....”
penulis ayan Siluman kerenyitkan kening sipitkan mata dan memandang pada sebuah benda kecil
hitam di tangan bobo anak manusia .
“Pil apa itu?” tanya penulis ayan Siluman acuh tak acuh.
“Pada dasarnya manusia itu semuanya berhati dan berpikir baik. Tapi kekotoran duniawi
meracuni hati dan pikirannya. Obat ini akan sanggup membersihkan kembali racun hati dan racun
pikiran yang jahat itu, penulis ayan Siluman!”
penulis ayan Siluman tertawa berderai.
“Maksudmu kau mau mengobati diriku, orang muda?”
bobo anggukkan kepala.
penulis ayan Siluman tertawa lagi panjang-panjang.
“Hanya orang sakit yang minum obat. Aku tidak sakit.”
“Kau memang sakit penulis ayan Siluman, sudah sejak lama,” kata bobo pula.
penulis ayan siluman luruskan kedua kakinya yang mulus bagus.
“Aku akan telan pil itu,” kata penulis ayan Siluman. “Tapi dengan satu syarat.”
“Apa?”
“Berbaringlah di sampingku.”
Bergelegar dada Pendekar 10000 an . Darah muda di tubuhnya laksana hempasan ombak yang
memukul batu karang di pantai curam.
“Kau perlu istirahat, orang gagah. Kau perlu tidur,” kata penulis ayan Siluman penuh genit.
Kegenitan yang mengandung racun.
“Soal tidur soal gampang penulis ayan ,” kata bobo dengan menahan kobaran darah mudanya.
“Kebaikan adalah yang paling dulu musti dikerjakan. Kuharap kau bersedia menelan obat ini....”
penulis ayan Siluman tersenyum.
“Aku ingin sekali menghiburmu, tapi sayang, gadis pemetik kecapi itu tak ada di sini....”
“Inani maksudmu? Aku telah bertemu dengan dia.”
Kagetlah penulis ayan Siluman.
“Dan bukan dia sendiri. penulis ayan , tapi juga tujuh orang lainnya....”
“Kau apakan mereka?”
“Mereka gadis-gadis cantik yang kini menjadi kawan-kawanku. Otaknya telah dicuci!”
“Kau yang melakukannya?!”
“Kiai Bangkalan!”
Membersilah paras penulis ayan Siluman. Dadanya menggemuruh. Tapi gelora amarah ini
kemudian mengendur sedikit. Dia duduk di tepi tempat tidur kembali.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Aku tak perduli dengan mereka. Aku bisa melupakan mereka, juga kakek-kakek keparat,
bernama Kiai Bangkalan itu. Tapi kau musti menjadi milikku, orang muda, musti!” Dan habis
berkata begitu penulis ayan Siluman buka pakaian tidurnya lalu dalam keadaan tanpa pakaian selembar
benang pun dia melangkah ke hadapan bobo anak manusia .
Mulut Pendekar 10000 an komat-kamit. Digaruknya kepalanya. Dia bergerak ke samping sewaktu
penulis ayan Siluman melompatnya.
“Orang muda, apakah aku tak boleh memelukmu? Apakah aku tak boleh menyentuh
tubuhku pada tubuhmu...?”
“Boleh saja tapi sekarang bukan saatnya.”
“Justru sekarang inilah saatnya” dan penulis ayan Siluman menerjang ke muka hendak meraih
tubuh bobo anak manusia . Sekali lagi bobo berkelit.
“Kau keterlaluan orang muda! Apakah aku harus mengemis terhadapmu?! Peluk aku orang
muda. Cium parasku, bibirku, dadaku... semuanya....”
“Buset!” ujar bobo anak manusia dalam hati sementara penulis ayan Siluman melangkah mendekatinya.
“Dengar penulis ayan , aku akan cium kau mulai dari ubun-ubun sampai ke telapak kaki. Tapi telan
pil ini....” bobo acungkan tangan kanannya,
Tiba-tiba penulis ayan Siluman berseru nyaring. Tubuhnya berkelebat laksana kilat. Pendekar 10000 an
terkejut hebat sewaktu lengannya dipukul oleh penulis ayan Siluman hingga pil hitam yang dipegangnya
mental ke udara? Sebelum dia bisa berbuat suatu apa, pil itu sudah berada dalam genggaman penulis ayan
Siluman. Sekali tangan itu meremas maka hancurlah pil pembersih otak dan hati itu.
“Sekarang tidak ada lagi segala macam obat terkutuk! Yang ada kau dan aku! Mari orang
muda... mari...!”
Pendekar 10000 an mulai beringasan dan penasaran.
“Aku telah datang membawa kebaikan untukmu penulis ayan Siluman! Tapi kejahatan di dalam
dirimu memang sudah sedalam lautan setinggi langit! Aku tunggu kau di taman Istana!”
“Kau mencari mati orang muda?!”
“Dan kau mencari mampus!”
“Bedebah!” maki penulis ayan Siluman. Dia tepukkan tangannya tiga kali berturut-turut dan
memandang berkeliling dengan heran.
“Aha... kau memanggil anak-anak buahmu penulis ayan Siluman? Mereka tak akan muncul!
Semuanya telah dicekok dengan obat pembersih otak!”
Kaget penulis ayan Siluman bukan main.
“Manusia tolol! Diberi kesenangan malah minta mati percuma! Aku akan siksa kau di
Ruang Penyiksaan! Aku akan rebus tubuhmu!”
bobo tertawa gelak-gelak.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Ruang Penyiksaan hanya tinggal nama saja lagi!” sahutnya. “Tiga tokoh silat yang masih
hidup sudah kubebaskan dan ruangan itu hanya merupakan puing-puing hancur, satu pertanda bagi
kehancuranmu sendiri! Aku tunggu kau di taman! Jika otakmu masih diracuni oleh kejahatan,
taman itu akan menjadi kuburmu! Dan jangan coba-coba larikan diri penulis ayan . Setiap jalan rahasia
sudah dijaga!”
“Setan alas! Mampuslah!” teriak penulis ayan Siluman. Kedua tangannya dipukulkan ke muka.
“Wuss!”
Dua sinar biru menderu ganas. Tapi bobo anak manusia sudah tendang pintu dan keluar dari
kamar itu.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
15
Suasana di taman Istana yang indah itu kini diselimuti kesunyian yang menggidikkan.
Pendekar 10000 an bobo anak manusia duduk di atas batu rata, di hadapan sebuah arca. Di setiap sudut taman
berdiri berkelompok-kelompok gadis-gadis berbaju biru. Mereka adalah bekas anak buah penulis ayan
Siluman yang telah “dibersihkan” otaknya oleh Inani dengan obat yang diberikan Kiai Bangkalan.
Kalung tengkorak yang biasanya tergantung di leher mereka kini tak kelihatan lagi.
Kesunyian itu dipecahkan oleh suara siulan yang keluar dari mulut Pendekar 10000 an . Inani
geleng-gelengkan kepala. Di saat yang penuh ketegangan itu bobo masih bisa bersiul seperti
seorang yang tengah menunggu saat gembira. Dia melangkah mendekati arca di mana bobo duduk.
“Apakah kau sudah berhasil memecahkan rahasia kelemahan penulis ayan Siluman dalam dua bait
tulisan yang diberikan Kiai Bangkalan?” tanya Inani.
bobo gelengkan kepala. Dia terus juga bersiul-siul.
“Kau belum tahu rahasia kelemahannya! Dan kau telah berani menantangnya di sini!” ujar
Inani dengan paras tegang.
“Semuanya telah kasip Inani. Ini adalah saat penentuan. Kalau tidak dia, aku yang. bakal
meregang nyawa. Mudah-mudahan saja itu perempuan bisa menyadari kejahatannya sebelum
datang ke sini dan bertobat!”
“Jangan harapkan hal itu bobo !” desis Inani.
“Kau bersiaplah Inani. Sesuai dengan rencana kau baru turun tangan dalam jurus ketiga....
Jika aku gagal, semua kawan-kawanmu harus menyerbu!”
Inani mengangguk. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya mendadak sontak
terkancing. Matanya memandang ke arah tangga batu pualam yang menghubungi langkan Istana di
hadapan taman dengan anjungan pertama. Sepasang kaki yang bagus kelihatan melangkah
menuruni anak tangga demi anak tangga. Orang yang melangkah ini sampai ke langkan dan dia
bukan lain dari penulis ayan Siluman.
penulis ayan Siluman telah berganti pakaian. Pakaian biru ringkas yang dikenakannya dihiasi
dengan manik-manik bergemerlapan. Sikapnya melangkah begitu agung dan penuh wibawa.
Hidungnya naik ke atas dan penulis ayan Siluman hentikan langkahnya di tepi kolam.
bobo anak manusia hentikan suara siulannya.
Kedua manusia ini beradu pandang sesaat lalu penulis ayan Siluman memandang berkeliling,
menyapu para anak buahnya satu demi satu. Kemudian sang penulis ayan menengadah ke langit. Dan dari
mulutnya keluarlah suara.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Langit pagi begini cerah,
Sang surya bersinar terang
Udara segera melapangkan dada,
Tapi sungguh berubah,
Semua apa yang kupandang.
penulis ayan Siluman turunkan kepalanya lalu kembali memandangi anak buahnya satu demi satu.
“Anak-anakku,” katanya dengan suara lantang. “Aku perintahkan kalian untuk menangkap
manusia yang duduk di depan arca itu!”
Tapi tak satu orang pun yang bergerak dari tempatnya.
Paras penulis ayan Siluman kini berubah.
“Apa semua kalian sudah tuli atau mulutku yang tak bisa bersuara lagi...?!” penulis ayan Siluman
memerintah lagi dengan suara menggeledek. Tapi tetap saja tak ada yang bergerak.
“Apa yang telah terjadi dengan kalian?!” teriak penulis ayan Siluman. Suaranya bergetar dahsyat.
“Mana kalung tengkorak kalian?!”
“penulis ayan , mulai saat ini kami di sini bukan lagi anak-anak buahmu!” Yang bicara adalah Inani.
penulis ayan Siluman palingkan kepalanya.
“Kau yang bicara Inani? Alangkah bagusnya! Hebat!” Rahang penulis ayan Siluman menggembung.
Mukanya bermimik bengis. “Jadi semua kalian di sini bukan lagi anak buahku?!” penulis ayan Siluman
tertawa panjang.
“Semua kalian akan menerima hukuman! Dan kau Inani! Kau yang bakal kupancung
pertama kali!”
Pendekar 10000 an bobo anak manusia perlahan-lahan berdiri dan bergerak sejauh tiga langkah.
Kembali antara pendekar ini dan penulis ayan Siluman terjadi bentrokan pandangan.
“penulis ayan Siluman, apakah kau masih betum melihat jalan kebaikan? Apakah hatimu begitu
kotor keras laksana gumpalan batu karang? Apakah pikiranmu begitu tumpul...?!”
penulis ayan Siluman mendengus.
“Delapan penjuru angin dunia persilatan negeri menyebut dan mendengar namaku! Apa aku
musti takut terhadap manusia macammu?!”
bobo anak manusia tertawa pelahan.
penulis ayan Siluman berdiri berkacak pinggang tapi diam-diam dia salurkan seluruh tenaga
dalamnya pada telapak tangan kiri kanan. Tiba-tiba, didahului oleh lengkingan dahsyat laksana mau
membelah langit, penulis ayan Siluman membungkuk dan pukulkan kedua tangannya sekaligus ke muka.
Tanah yang dipinjaknya melesak lima senti.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo yang sejak tadi juga telah siap waspada tidak terkejut melihat datangnya dua
gelombang angin biru yang sangat panas menyerang ke arahnya. Pendekar ini sama sekali tidak
mengelak dari tempatnya berdiri malah balas memukulkan kedua tangannya ke muka lepaskan dua
pukulan Benteng Topan Melanda Samudera. Sekaligus dia hendak menjajaki sampai di mana
ketinggian tenaga dalam lawannya. Dan terkejutlah Pendekar 10000 an .
Begitu terdengar suara menggelegar akibat beradunya pukulan yang bertenaga dalam
dahsyat itu maka tubuh bobo anak manusia terhuyung keras ke belakang. Dia hampir saja jatuh duduk di
tanah kalau tidak lekas mengimbangi diri. Di hadapannya penulis ayan Siluman keluarkan suara tertawa
panjang. Ternyata tenaga dalam Pendekar 10000 an lebih rendah dari penulis ayan Siluman. Diam-diam pemuda
berambut gondrong ini tergetar hatinya tapi dia tidak takut.
“Kalau kehebatanmu cuma sebegitu, tak sukar bagiku untuk meringkusmu, pemuda tolol!”
kata penulis ayan Siluman. Dan segera dia loloskan kalung tengkorak di lehernya sedang tangan kiri
keluarkan segulung benang sutera halus berwarna biru.
“Jurus kedua ini adalah jurus terakhirmu!” kata penulis ayan Siluman.
Dengan ilmu menyusupkan suara, Inani peringatkan bobo anak manusia . “Cepat keluarkan
senjatamu. Kau tak bakal kuat menghadapinya dengan tangan kosong! Benang sutera itu lihai
sekali!”
Di saat bobo merasa ragu-ragu untuk keluarkan senjata maka penulis ayan Siluman melangkah
sambil acungkan kalung tengkorak.
“Kau lihat tengkorak ini? Nasib tengkorak kepalamu tidak lebih baik dari ini! Tengkorakmu
cukup bagus untuk diramu sampai kecil dan dijadikan kalung!”
Lalu dengan sebuah jurus bernama “Petir Menyambar Naga Berenang” penulis ayan Siluman
menyerbu. Kalung tengkorak di tangan kanannya laksana bola baja menyambar ganas ke kepala
bobo sedang benang sutera biru di tangan kirinya melesat ke muka untuk melihat bagian tubuh
Pendekar 10000 an yang menjadi sasaran.
“bobo ! Keluarkan senjatamu cepat!” teriak Inani.
Tapi bobo menyambut serangan lawan dengan Pukulan Sinar Matahari.
Kalung tengkorak di tangan penulis ayan Siluman hancur lebur. Suaranya laksana letusan meriam
sewaktu dihajar Pukulan Sinar Matahari Pendekar 10000 an tapi di lain pihak sang pendekar sendiri
dibikin kaget karena pada detik itu benang sutera biru lawan telah melibat pergelangan tangan
kanannya sampai ke ujung-ujung jari. bobo coba menyentakkan tapi tiada guna, libatan benang
sutra semakin ketat. Pendekar 10000 an lepaskan Pukulan Sinar Matahari ke arah penulis ayan Siluman, kali ini
dengan tangan kiri, tapi sebelum kesampaian sang penulis ayan sudah hantam lengan kiri itu dengan
lengan kanannya. Masing-masing merasa sakit namun bobo lebih menderita sedang libatan benang
di tangan kanannya belum terlepas.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Inani tak menunggu lebih lama. Segera gadis ini berkelebat dan laksana kilat lepaskan
totokan jarak jauh yang lihai ke arah penulis ayan Siluman.
penulis ayan Siluman yang tengah hendak melibat sekujur tubuh bobo dengan benang suteranya
ternyata betul-betul luar biasa. Dia masih sempat merasakan datangnya bahaya yang mengancam.
Padahal kecepatan gerakan Inani tadi tidak seorang pun yang melihatnya.
Sang penulis ayan rundukkan tubuh untuk hindarkan sambaran angin yang dirasakannya
menyerang ke urat lehernya. Tapi anehnya sambaran angin itu mengikuti gerakannya. Mau tak mau
penulis ayan Siluman terpaksa lepaskan gulungan benang dan pergunakan tangan kirinya untuk menangkis
angin serangan lawan.
Bukan saja angin totokan Inani buyar berantakan, tapi pukulan penulis ayan Siluman terus melanda
tubuhnya. Karena tenaga dalam Inani jauh lebih rendah tak ampun lagi gadis ini mencelat sampai
delapan tombak, terguling di tanah, masuk ke dalam kolam. Inani kelihatan seperti hendak berenang
tapi tubuhnya kemudian tenggelam sedang air kolam tampak merah oleh darah yang muntah dari
mulutnya.
Melihat ini Laruni segera melompat, ceburkan diri keadaan kolam lalu menyeret Inani
keluar. Tubuh Inani dibaringkannya di satu tempat yang aman dan diberi pertolongan sedapat-
dapatnya.
Sebenarnya penulis ayan Siluman merasa terkejut akan kehebatan angin pukulan aneh yang tadi
dilepaskan Inani. Namun kini terdengar suara tertawanya mengekeh.
“Itu contoh pertama buat manusia-manusia murtad yang berkhianat terhadap penulis ayan
Siluman!” berkata sang penulis ayan dengan seringai bengis. Dia lalu cepat-cepat palingkan kepala ke arah
bobo anak manusia . Kegusarannya tiada tara sewaktu melihat Pendekar 10000 an berhasil melepaskan benang
sutra yang melibat sebagian tangan kanannya.
“Benangmu ini cukup lihai penulis ayan . Aku mau lihat apakah kau sendiri sanggup
menghadapinya!” kata bobo .
penulis ayan Siluman ganda mendengus. Dia mundur beberapa langkah lalu berlutut di atas rumput.
Mata dipejamkan sedangkan kedua tangan bersidekap di muka dada.
“Saudara!” seru Laruni terkejut. “Hati-hati! Dia hendak keluarkan Ilmu Seribu Siluman
Mengamuk!”
Pendekar 10000 an yang memang sudah diberi tahu kehebatan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk
itu segera lesatkan benang sutera biru di tangannya. Laksana seekor ular, benang itu meluncur ke
arah penulis ayan Siluman, tapi anehnya satu tombak dari hadapan sang penulis ayan , benang itu tak mau lagi
meluncur, melainkan membelok-belok kian ke mari menjauhi sasarannya.
“Sialan!” maki Pendekar 10000 an . Gulungan benang di tangannya dilemparkan ke kolam.
Sementara itu dari ubun-ubun penulis ayan Siluman bobo melihat asap hitam mengempul bergulung-
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
gulung. Waktu dia memandang berkeliling, tak seorang gadis baju biru pun dilihatnya. Pasti mereka
telah sembunyikan diri karena takut akan ilmu sang penulis ayan .
Sepasang mata Pendekar 10000 an tidak berkesip dan memandang ke arah penulis ayan Siluman penuh
waspada. Kepulan asap semakin tebal. Seluruh tubuh bobo anak manusia sudah tergetar oleh aliran
tenaga dalam kedua kaki merenggang. Hatinya tegang sekali menunggu detik demi detik.
Tiba-tiba dari mulut penulis ayan Siluman terdengar suara seperti orang menangis. Dan suara
seperti tangisan ini kemudian berganti dengan lengking-lengking jeritan yang merobek langit
mengerikan. Kepulan asap sudah menebar di mana-mana. penulis ayan Siluman ganti suara lengkingannya
dengan teriakan macam lolongan serigala lapar. Anehnya, gumpalan-gumpalan asap kini kelihatan
memecah cepat dalam ratusan gumpalan kecil yang kemudian mengembang tambah besar... tambah
besar. Ketika bobo memperhatikan gumpalan-gumpalan asap hitam ini terkejutlah dia. Setiap
gumpalan telah berubah menjadi sosok-sosok tubuh makluk-makhluk yang mengerikan. Tubuhnya
hanya sebatas dada ke atas dan lima kali tubuh manusia besarnya. Makhluk-makhluk aneh ini
bermuka sangat mengerikan, rambutnya awut-awutan, mata merah besar, lidah menjulur lebar
keluar sedang taring dan gigi-giginya menjorok besar-besar.
penulis ayan Siluman menjerit.
Ratusan makhluk jadi-jadian itu balas menjerit dan masing-masing angkat tangan mereka.
Ternyata masing-masing mempunyai enam pasang tangan. Dan setiap tangan berkuku hitam.
“Bunuh manusia itu!” teriak penulis ayan Siluman. Matanya masih meram, tangan masih mendekap
dada dan tubuhnya masih berlutut di rumput.
Ratusan makhluk siluman menjerit dahsyat dan menyerbu berserabutan ke arah Pendekar
10000 an bobo anak manusia . Tak ayal lagi-Pendekar 10000 an segera cabut barbel pemusnah 10000 an . Dari mulutnya
keluar bentakan keras dan sekali barbel diputar terus melanda ke arah makhluk-makhluk siluman
yang datang menyerbu. Belasan makhluk yang tersambar barbel pemusnah 10000 an menjerit, darah
muncrat dari tubuh masing-masing. Tapi anehnya makhluk-makhluk ini tidak musnah malah dari
setiap tetes muncratan darah berubah menjadi makhluk siluman baru sehingga dalam sekejap saja
jumlahnya telah bertambah ratusan bahkan mungkin sudah ribuan kini.
Sewaktu makhluk-makhluk itu dengan ganasnya menyerang kembali bobo anak manusia tak
berani menghantam dengan barbel Naga Geni. Tubuhnya berkelebat dan lenyap. Untuk beberapa
lamanya dengan gesit dia berhasil mengelakkah setiap serangan yang dilancarkan oleh ratusan
makhluk siluman itu. Dari samping, dari atas dan dari bawah tiada kunjung hentinya datang
serangan. Sampai berapa lamakah Pendekar 10000 an sanggup pertahankan diri? Sementara itu dalam
keadaan yang mulai terjepit itu bobo masih juga belum berhasil memecahkan rahasia kelemahan
ilmu seribu siluman mengamuk yang tersembunyi di balik dua rangka kalimat: Ilmu Seribu Siluman
mengamuk teramat sakti. Hanya suara yang sanggup mengalahkannya!
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Telinga Pendekar 10000 an mulai sakit oleh kedahsyatan luar biasa jeritan-jeritan ratusan
makhluk siluman yang datang menyerangnya. Meski dia sudah tutup indera pendengarannya tetap
saja suara jerit lengking yang mengerikan itu masuk menerobos liang-liang telinga dan pada jurus
pertempuran kedua belas kedua telinga Pendekar 10000 an mulai keluarkan darah.
“Mampuslah aku!” keluh bobo dalam hati.
Baru saja dia mengeluh demikian, satu sambaran tangan lawan tak bisa dielakkannya.
“Breet!”
Robeklah pakaian bobo anak manusia . Dadanya tergurat luka disambar kuku dari makhluk
siluman dan tubuhnya dengan serta merta menjadi panas. bobo cepat telan sebutir pil lalu melompat
enam tombak dan tekan gagang barbel pemusnah 10000 an di bagian leher kepala naga-nagaan. Ratusan
jarum hitam menderu ke arah makhluk-makhluk siluman. Tapi laksana seseorang menepuk air
hujan, makhluk-makhluk itu sekali kebutkan enam pasang tangan maka mentallah semua senjata
rahasia yang dilepaskan bobo .
Pendekar 10000 an sambil melayang turun kirimkan pukulan Benteng Topan melanda Samudera
sedang barbel diputar dengan gerakan Orang Gila Mengebut Lalat! Dua gelombang angin yang
dahsyat luar biasa melanda tubuh makhluk-makhluk siluman. Tapi tak ada gunanya serangan itu
karena makhluk-makhluk ini seperti tiada merasakan apa-apa malah dengan cepat menyerbu
tambah dekat. Sewaktu bobo dalam keadaan yang sudah kepepet lepaskan pukulan sinar matahari
dengan tangan kiri, makhluk-makhluk siluman itu meniup ke muka dan menjerit-jerit lebih dahsyat.
Pukulan sinar matahari membalik menyerang Pendekar 10000 an sendiri. bobo menjerit keras.
Untuk melompat kembali ke atas tidak mungkin. Terpaksa dia buang diri ke samping dan
bertabrakan dengan salah satu makhluk siluman. Untung saja bobo masih sanggup jatuhkan diri dan
berguling di tanah, kalau tidak pasti tubuhnya akan dihantam empat pasang tangan makhluk
siluman. Ketika dia berdiri kembali, empat makhluk siluman menerjang ke arahnya. Tak ada jalan
lain daripada hantamkan barbel pemusnah 10000 an ke muka. Empat makhluk meraung keras dan mandi
darah. Muncratkan darah hanya menambah banyaknya jumlah makhluk siluman itu saja. Sedang
empat makhluk yang tadi disambar barbel kembali menyerbu dengan lebih buas. Pendekar 10000 an
bersiul nyaring lalu lancarkan satu tendangan pada makhluk yang terdekat. Makhluk ini mental tiga
tombak yang lainnya, disusul puluhan kawan-kawannya berhamburan ke muka. Di saaat itu bobo
anak manusia terkurung di tepi kolam. Darah dari kedua liang telinganya telah membasahi pipi.
Pakaiannya robek-robek sedang kulit tubuhnya berselomotan darah bekas cakaran makhluk-
makhluk siluman.
Satu-satunya tempat untuk selamatkan diri ialah patung perempuan telanjang yang terdapat
di tengah kolam. Tanpa menunggu lebih lama bobo melompat ke atas kepala patung itu. Ketika
puluhan makhluk siluman melayang ke arahnya maka Pendekar 10000 an segera keluarkan batu api dari
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
balik pakaian. Begitu makhluk-makhluk itu. menyerbu, bobo adu batu api dengan mata barbel . Satu
gelombang angin menggebu ke arah makhluk-makhluk siluman. Gerakan puluhan siluman itu
terhenti sejenak. Api menyambar tubuh mereka tapi sedikitpun tak membawa akibat apa-apa, malah
bersama puluhan kawan-kawannya makhluk-makhluk yang kena disambar api ini cepat teruskan
serbuan mereka.
bobo anak manusia lompat dari atas patung, melesat ke bagian lain dari kolam. Boleh dikatakan
seluruh taman telah dipenuhi oleh makhluk-makhluk siluman. Sebentar saja bobo berdiri di tepi
kolam itu maka puluhan makhluk kembali menyerbunya, memaksa dia berkelebat cepat kian kemari
untuk hindarkan diri
“Tamatlah riwayatku!” keluh bobo anak manusia sewaktu satu tangan makhluk siluman
menghantam punggungnya dengan keras, membuat dia berguling di rumput dan bangun dengan
megap-megap, bergerak lagi dengan cepat untuk hindarkan serangan makhluk-makhluk siluman
yang kembali datang menyerbu.
Pendekar 10000 an merasa tiada perlu lagi dia memegang barbel pemusnah 10000 an karena tidak bisa
digunakan. Segera dia selipkan batu hitam ke balik pakaian dan hendak simpan barbel pemusnah
10000 an . Tapi dia ingat bahwa masih ada satu kehebatan barbel itu yang belum dikeluarkannya. Dengan
hati meragu apakah kehebatan terakhir ini akan sanggup selamatkan dirinya Pendekar 10000 an balikkan
senjata itu dan tempelkan mulut kepala naga-nagaan ke bibirnya. Maka terdengarlah suara tiupan
seruling. Mula-mula perlahan, kemudian melengking keras, tinggi dan tajam, bergema ke setiap
penjuru.
Ratusan makhluk siluman tampak tertegun. Suara jeritan-jeritan mereka mulai pelahan dan
semakin tinggi nyaring suara seruling, jeritan-jeritan makhluk itu semakin berkurang dan akhirnya
lenyap sama sekali. bobo kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tiupan seruling laksana deru ribuan
tawon. Makhluk-makhluk siluman kelihatan bingung dan mundur, lalu menjerit dan berteriak-teriak
aneh. Sekelompok demi sekelompok tubuh mereka kembali menjadi kepulan asap hitam untuk
kemudian sirna tiada bekas.
Ketika keseluruhan makhluk siluman itu lenyap menjadi asap dan asap lenyap pula dari pe-
mandangan maka kelihatan penulis ayan Siluman di tengah taman. Mukanya pucat pasi, dari telinga,
hidung, mata serta mulut keluar darah kental. Sekujur badannya tergetar hebat.
Sewaktu Pendekar 10000 an tiup suling barbel Naga Geni. penulis ayan Siluman tersentak kaget.
Bagaimanapun dia kerahkan tenaga dalam dan tutup pendengarannya namun suara seruling tak
berhasil ditolaknya, terus menyeruak ke dalam liang telinga, mengacaukan jalan pikirannya serta
menyentak-nyentak pembuluh darah, membuat aliran darahnya tidak teratur lagi.
penulis ayan Siluman coba bertahan dengan sekuat tenaga dan kesaktian yang dimilikinya, tapi kini
dia telah ketemu batunya. Tiupan seruling Pendekar 10000 an yang sangat dahsyat telah membongkar
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
kelemahan ilmu siluman yang dimilikinya. Bukan saja ilmu siluman itu musnah berantakan tapi
juga tiupan seruling terus membungkus dirinya tiada sanggup ditolak lagi.
Sambil terus tiup senjatanya bobo anak manusia memaki dalam hati. Sungguh tolol sekali dia.
Kiai Bangkalan telah menuliskan dua kalimat yang bisa membongkar rahasia kehebatan ilmu penulis ayan
Siluman tapi dia tak berhasil memecahkannya. Masih untung dalam keadaan sangat terjepit dia tiup
senjata itu, padahal itu pun tadi dilakukannya dengan hati bimbang karena khawatir akan sia-sia.
Tubuh penulis ayan Siluman makin lemah. Darah keluar semakin banyak. Kini di bawah tiupan
seruling itu tampak tubuhnya terhuyung kian kemari dan kira-kira setengah peminuman teh
kemudian tubuh itu tak sanggup lagi bertahan. penulis ayan Siluman meraung. Raungan yang keluar
disertai muntahan darah berbuku-buku. Tubuhnya rebah menelungkup ke tanah, masih bergerak-
gerak beberapa ketika kemudian diam untuk selama-lamanya.
Pendekar 10000 an masukkan barbel Maut pemusnah ke balik pakaiannya lalu bersila dan
meramkan mata. Luka di bagian luar serta dalam tubuhnya cukup parah. Sepeminuman teh baru
Pendekar ini buka kedua matanya lalu telan sebutir pil dan berdiri. Gadis-gadis berbaju biru
dilihatnya bermunculan kembali di sudut-sudut taman.
bobo melangkah ke tempat di mana Inani duduk tersandar. Dia sudah sadar dari pingsannya
dan memandang kepada pemuda itu sewaktu bobo me langkah ke hadapannya.
bobo tersenyum dan berlutut di hadapan gadis ini. Inani membalas senyumnya. Matanya
yang tadi sayu kini kelihatan bersinar.
“Kau hebat bobo ....”
“Aku manusia tolol geblek!” sahut bobo anak manusia .
“Sudah hampir mau kojor baru bisa pecahkan rahasia yang diberikan Kiai Bangkalan. Itu
pun secara tak sengaja!”
Inani tersenyum.
bobo memegang tangan gadis ini. “Kau tak apa?”
Gadis itu menggeleng.
“Terima kasih atas pertolonganmu”, bisik bobo . Dia memandang berkeliling lalu kembali
berpaling pada gadis itu dan berkata. “Sudah saatnya kita meninggalkan tempat ini, Inani!”
Inani mengangguk. Dibantu oleh bobo gadis ini berdiri. Mereka saling pandang sejenak,
sama-sama mengulas senyum dan mulai melangkah ke arah langkan istana penulis ayan Siluman di mana
kawan-kawan Inani menunggu. Di langit sang surya bersinar cerah. Satu kejahatan telah musnah
tapi Pendekar 10000 an bobo anak manusia tahu bahwa masih banyak lagi manusia-manusia jahat yang musti
ditumpas.