Tampilkan postingan dengan label bobo kemasukan 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bobo kemasukan 4. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

bobo kemasukan 4



 dang.

“Pergi!”

“Saudari, kau betul-betul inginkan aku pergi? Baik! Tapi biar kutotok dirimu dulu!” bobo  

lantas totok tubuh Inani sehingga si gadis kini berdiri mematung. “Aku akan pergi dan kau akan 

sendirian di sini untuk selama-lamanya. Kalau tidak ada binatang liar buas yang menggerogoti 

dirimu, kau akan mati kelaparan di sini!” Lalu Pendekar 10000 an  balikkan badan berpura-pura hendak 

pergi.

Apa yang dikatakan bobo  terasa benar dan mengerikan bagi Inani. Ketika dilihatnya pemuda 

itu berlalu dia cepat berseru. “Saudara, tunggu dulu!”

bobo  jual mahal dan terus melangkah.

“Saudara, kembalilah!” seru Inani lagi.

bobo  berpaling, “Ada apa?”

Dengan rasa jengah dan paras merah Inani berkata. “Kembalilah dulu!”

“Lucu! Tadi kau bentak aku agar pergi! Sekarang malah menyuruh kembali!”

“Lepaskan jala ini. Juga totokanku!”

“Tidak bisa.” jawab bobo  seraya menggeleng.

Marahlah Inani.

“Kalau kawan-kawanku datang kau pasti akan mereka bekuk!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  tertawa sinis. “Kau bisa berteriak memanggil mereka,” katanya.

Inani buka mulut betul-betul hendak berteriak. Tapi entah mengapa hal ini kemudian tak jadi 

dilakukannya. Malah dia berkata. “Jangan kira dengan kehebatan yang kau miliki kau bisa 

menghadapi penulis ayan  Siluman! Tak satu ketinggian ilmu silat, tak satu kesaktian, pun yang sanggup 

mengalahkan penulis ayan  Siluman!”

“Hemm begitu...?” bobo  garuk-garuk rambutnya.

“Aku tidak mengerti, apakah penulis ayan  Siluman itu benar-benar seorang manusia atau seorang 

siluman? Apakah parasnya secantik penulis ayan  ataukah mengerikan seperti Siluman?!”

“Pemuda kurang ajar! Jangan kau berani lancang mulut menghina penulis ayan  kami!” bentak Inani.

“Eh, siapa yang menghina? Aku cuma tanya?!”

“Lekas lepaskan kau mau berjanji memetik kecapi memainkan sebuah lagu untukku!”

Inani memaki-maki dalam hati. Rahang-rahangnya bertonjolan. bobo  anak manusia  dudukkan 

dirinya di atas batu besar. Sambil memandang ke lembah di hadapannya pendekar ini berkata.

“Dunia sungguh aneh. Siapa yang akan menyangka kalau gadis-gadis berparas cantik sanggup 

melakukan kejahatan luar biasa? Membunuh manusia-manusia tiada berdosa, bahkan anak-anak dan 

orang tua renta?”

Inani memandang tajam-tajam pada Pendekar 10000 an .

“Aku tak pernah membunuh manusia! Jangan main tuduh sembarangan!”

bobo  palingkan kepala dan memandang dengan tersenyum pada si gadis. “Kau toh anak 

buahnya penulis ayan  Siluman, biang penebar kematian dan kejahatan di Pulau Madura ini? Yang 

kabarnya, mau menguasai dunia persilatan di delapan penjuru angin?!”

“Tapi tidak semua anak buah penulis ayan  Siluman yang jadi pembunuh!”

“Lantas kau jadi apa?” tanya bobo  anak manusia . “Jadi tukang rias atau tukang kipasnya?!”

“Sudah! Tutup mulutmu dan lekas lepaskan jala serta totokanku ini!”

“Bersekutu dengan orang-orang jahat, menjadi anak buah orang jahat tiada beda dengan 

berbuat kejahatan itu sendiri! Masa muda yang begini indah, yang cuma sekali saja dalam 

kehidupan, dipakai untuk mengabdi pada kejahatan! Sungguh sayang. Kebahagiaan dunia tiada 

dapat, dan kelak di akhirat akan menerima siksaan....”

“Aku tak perlu nasihatmu!”

“Dengar saudari. Aku akan bebaskan kau kalau kau berjanji mau menunjukkan dimana 

sarangnya penulis ayan mu itu.”

“Kau paksa pun aku tidak akan beritahu,” jawab Inani. “Sekalipun kau sampai ke sana, kau 

Cuma akan mengantar nyawa!”

bobo  tersenyum. “Kau tak akan bisa hidup dalam cara begini terus-terusan saudari. Satu hari 

kebenaran akan datang menumpas. Kebenaran kadangkala tidak memandang bulu. Siapa yang 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

berserikat dengan kejahatan pasti akan ditumpas, termasuk kau! Apakah gunanya hidup begitu rupa? 

Hidup percuma mati tiada harga? Padahal dunia ini begini indah dan semua keindahan itu untuk 

kita semua...?”

Tergetar hati Inani mendengar ucapan Pendekar 10000 an . Mulutnya terkatup rapat-rapat. Inilah 

kali pertama dia bertemu dengan seorang pemuda dan ini pula pertama kali dia mendengar ucapan 

demikian rupa. Walau bagaimanapun Inani adalah seorang perempuan yang berperasaan halus dan 

lekas tersentuh lubuk hatinya. Namun demikian kehidupan di tengah-tengah anak buah penulis ayan  

Siluman telah sangat meresap dan mempengaruhi dirinya sehingga sesaat kemudian kembali gadis 

ini membentak agar dirinya dilepaskan.

Pendekar 10000 an  geleng-gelengkan kepala.

“Sayang.” katanya. Dibukanya jala yang melibat tubuh Inani. Digulungnya jala sutera itu 

dan diletakkannya di atas bahu si gadis. “Kau akan kubebaskan, kau bisa pergi dengan aman. 

Jangan kira kau kubebaskan karena takut pada penulis ayan mu itu. Aku kasihan padamu....”

“Aku tak minta dikasihani.”

“Kuharap kau masih mau berpikir!” ujar bobo .

Kemudian dilepaskannya totokan di tubuh Inani.

“Di lain hari kita akan bertemu lagi saudari. Saat itu mungkin dalam suasana yang lain. 

Jangan menyesal jika nanti aku turun tangan jahat terhadapmu. Selagi masih ada kesempatan, 

tinggalkanlah pulau ini. Kau bisa memulai hidup baru yang jauh lebih baik....”

Inani tak berkata apa-apa. Dia berkelebat meninggalkan tempat itu.

“Saudari tunggu dulu!” seru bobo . “Kecapimu ketinggalan!”

Si gadis baru ingat akan kecapi itu. Dia berbalik dan cepat-cepat menyambar benda itu. 

Sewaktu dia hendak berlalu kembali tiga sosok tubuh berkelebat dari arah timur.

Terdengar satu seruan nyaring. “Inani! Perjanjian apakah yang kau buat Sehingga kau 

hendak meninggalkan musuh besar kita begitu saja?!”

Inani terkejut sekali. Juga bobo  anak manusia .

Dan sedetik kemudian tiga sosok tubuh itu sudah berada di hadapan mereka!

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

11

Ketiga pendatang baru ini bukan lain daripada Sarinten, Wakania dan Laruni. Yang berseru 

tadi ialah Laruni. Ketiganya segera mengurung Pendekar 10000 an . Tanpa melepaskan pandangannya 

yang menyorot pada bobo  anak manusia  Laruni bertanya pada Inani.

“Inani! Kenapa kau hendak tinggalkan manusia ini begitu saja?! Apa kau lupa tugas kita?!”

“Ilmunya tinggi sekali Laruni.” jawab Inani. “Aku tak sanggup menghadapinya.”

“Tapi kau bisa lepaskan tanda agar kami datang!” ujar Sarinten.

“Sudah kulakukan. Dia berhasil merampas bola pemberi tanda itu!”

“Lantas kau kenapa tidak berteriak....?” tanya Laruni.

“Mulutku disekapnya.” jawab Inani berdusta.

“Lalu dia biarkan kau pergi seenaknya? Sungguh lucu!” kata Wakania menyindir.

“Kau tetap di tempat Inani! Kau harus pertanggung jawabkan kesalahanmu di hadapan 

penulis ayan !” bentak Laruni.

Kecutlah hati Inani.

Sementara itu Laruni, Sarinten dan Wakania loloskan kalung tengkorak masing-masing dan 

juga keluarkan jala sutera biru.

bobo  hela nafas dan geleng-gelengkan kepala. Ketiga gadis itu cantik-cantik, meskipun 

menurut pandangannya Inani adalah lebih cantik dari kesemuanya. Dan gadis-gadis cantik beginilah 

yang jadi anak buah penulis ayan  Siluman. Yang harus dihadapinya. Sungguh mereka menyia-nyiakan 

kecantikan mereka.

“Pemuda, apakah kau sudi menyerah secara baik-baik atau terpaksa kami turun tangan?!”

bobo  anak manusia  keluarkan siulan mendengar ucapan Laruni itu. “Benar-benar aneh! Benar-

benar aneh!” kata Pendekar 10000 an  pula. “Gadis-gadis begini cantik menjadi anak buah penulis ayan  Siluman 

biang racun kejahatan kelas satu!”

“Pemuda bermulut lancang ceriwis! Kau memilih cara kasar rupanya!” Laruni memekik. 

Diikuti oleh Sarinten dan Wakania maka ketiganya pun berkelebat. Tiga kalung tengkorak 

menyambar dari tiga jurusan. Tiga kepulan asap biru menderu mengerikan dan tiga buah jala sakti 

menebar sebat dari kiri kanan dan sebelah belakang.

bobo  anak manusia  yang sudah tahu kehebatan kalung tengkorak serta jala sutera biru tidak ayal 

lagi segera keluarkan jurus: Menepuk Gunung Memukul Bukit yang disusul dengan lompatan: 

Gunung Meletus Batu Melesat Keluar Kawah.

Tiga gadis anak buah penulis ayan  Siluman terkejut dan penasaran bukan main sewaktu mereka 

menebarkan jala biru dan ternyata mereka tiada berhasil meringkus si pemuda. Mereka menyadari 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

dan menyaksikan sendiri sekarang bahwa lawan mereka memang bukan manusia sembarangan. 

Laruni berikan isyarat kedipan mata kiri. Serentak dengan itu bersama Sarinten dan Wakania segera 

membentuk satu barisan aneh dan bertiga mereka lancarkan serangan yang bukan olah-olah 

dahsyatnya. Angin serangan membuat daun-daun berguguran, semak belukar beterbangan sedang 

akar gantung pohon beringin bergoyang-goyang kian ke mari.

bobo  berteriak nyaring dan berkelebat cepat. Tapi gerakan-gerakan lawan, jurus-jurus silat 

yang dimainkan sangat aneh baginya, sukar untuk diduga dan diikuti sehingga dalam waktu lima 

jurus saja Pendekar 10000 an  mulai terdesak hebat. Untungnya bobo  memiliki ilmu meringankan tubuh 

yang lebih tinggi dari ketiga lawan itu sehingga sampai lima jurus lagi dia masih bisa bertahan 

dengan gigih. Di antara ketiga lawannya bobo  mulai memaklumi bahwa Laruni adalah yang paling 

tinggi ilmunya. Di samping itu bobo  tahu pula bahwa ketiga lawannya itu tidak benar-benar 

bermaksud mencelakai dirinya tapi cuma berniat meringkus hidup-hidup. Karenanya, meskipun 

kemudian dia kembali terdesak hebat. bobo  anak manusia  tak mau balas menyerang dan menurunkan 

tangan jahat. Dia sengaja mengambil sikap mengelak terus-terusan. Sementara itu Inani berdiri 

mematung di tempatnya, tak tentu apa yang dibuat selain cuma menyaksikan jalannya pertempuran 

yang seru itu. Dan diam-diam melihat si pemuda terdesak, hati gadis ini menjadi khawatir.

Melihat gelagat bobo  tak akan sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus lagi jika dia terus-

terusan mengambil sikap tidak mau balas menyerang itu.

Dan apa yang diduga Inani menjadi kenyataan.

Di jurus sembilan belas, dalam satu gebrakan yang luar biasa hebatnya bobo  anak manusia  

dipaksa berkelit cepat untuk menghindarkan serangan Sarinten dan Wakania. Pada waktu gebrakan 

ini terjadi bobo  anak manusia  masih sempat memperhatikan posisi Laruni yang tengah berdiri dengan 

komat-kamit, entah membaca mantera apa. Karena merasa posisi Laruni tidak berbahaya maka 

bobo  anak manusia  tidak begitu ambil perhatian terhadapnya. Begitu serangan Sarinten dan Wakania 

lewat, bobo  segera pasang kuda-kuda baru karena di saat itu dilihatnya kedua penyerangannya tadi 

membalik dengan cepat. Tapi betapa terkejutnya Pendekar 10000 an  sewaktu dari belakang terasa 

sambaran angin yang luar biasa dahsyatnya. Dia tak melihat kelebatan tubuh Laruni dan tahu-tahu 

anak buah terpandai dari penulis ayan  Siluman ini sudah berada di belakangnya, lancarkan satu jotosan 

tangan kiri.  

“Buk!”

Pendekar 10000 an  mencelat limbung ke muka tak sanggup imbangi diri dan terguling di tanah. 

Tulang punggungnya serasa hancur. Belum sempat dia bangun maka tiga jala sutera biru telah 

menebar ke arah tiga bagian tubuhnya yaitu kepala sampai ke bahu, pinggang dan kedua kaki.

“Celaka!” keluh Pendekar 10000 an . Dia tahu bahwa dia tak punya kesempatan lagi untuk 

selamatkan diri. Satu-satunya jalan ialah lepaskan pukulan Sinar Matahari untuk menghancurkan 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

jala. Guna mencabut barbel  pemusnah 10000 an  mungkin tidak keburu. Namun belum lagi bobo  sempat 

pukulkan kedua tangannya yang mulai menjadi putih memerak itu, jala lawan yang pertama turun 

ke bawah dan melibat ke seluruhan tangannya. Betapapun dia kerahkan tenaga dalam dan 

menyentakkan lengan-lengannya tetap tiada gunanya sementara jala kedua telah menyungkup 

kepalanya. Dan dalam sedetik lagi akan menyusul jala ketiga.

“Sialan... sialan!” maki bobo . Dia cuma terima nasib diringkus hidup-hidup kini.

Jala kedua telah menyungkup kepalanya sampai ke bahu. Jala ketiga datang menyambar 

kaki. Tapi sebelum hal ini terjadi mendadak bobo  anak manusia  merasakan sambaran angin yang luar 

biasa derasnya. Matanya yang tertutup jala sutera biru samar-samar melihat kelebatan satu sosok 

bayangan putih. Dalam detik itu pula Pendekar 10000 an  mendengar suara keluhan ketiga penyerangnya, 

disusul oleh keluhan Inani. Dia sendiri kemudian merasakan tubuhnya terseret beberapa tombak, 

terangkat ke atas dan ketika tiba-tiba tiga buah jala yang melibat tubuhnya putus maka tubuhnya 

terbanting ke tanah dengan keras, jatuh melintang di akar pohon beringin.

Perlahan-lahan bobo  anak manusia  merangkak bangun. Bekas pukulan pada punggungnya sakit 

sekali tapi tidak dirasakannya karena waktu itu dia dikesiapkan oleh rasa terkejut yang amat sangat.

Sewaktu dia memandang berkeliling dengan cepat tak seorang anak buah penulis ayan  Siluman pun yang 

dilihatnya. Kemana mereka? Apa yang telah terjadi?! Satu-satunya benda yang dilihat bobo  ialah 

kecapi kepunyaan Inani.

Dalam dia coba memandang berkeliling sekali lagi dengan rasa penuh tak percaya tiba-tiba 

matanya membentur tulisan putih di batang pohon beringin. Pendekar ini coba berdiri, tapi

tubuhnya terhuyung-huyung, punggungnya yang bekas dihantam jotosan Laruni kumat sakitnya, 

rasa sakit ini menusuk ke bagian dada. Dan sebelum dia sanggup bergerak satu langkah, lututnya 

menekuk, dia serasa mau batuk tapi sewaktu mulutnya dibuka darahlah yang menyembur dari 

tenggorokannya. bobo  mengeluh, sebelum dia jatuh pingsan Pendekar 10000 an  ini masih sanggup dan 

sempat mengambil sebutir pil dari balik pakaiannya lalu menelannya dengan cepat.

bobo  anak manusia  tak tahu berapa lama dia tergeletak pingsan di tempat itu. Ketika dia siuman 

matahari telah condong ke barat. Punggung masih terasa sakit tapi kekuatannya tidak sedikit pun 

berkurang. Ini adalah berkat pil yang masih sempat ditelannya tadi sebelum pingsan.

bobo  bangun, duduk bersila, meramkan mata, atur jalan nafas serta aliran darah dan 

kerahkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang masih terasa sakit. Lima menit kemudian Pendekar ini 

melompat dari duduknya, tubuhnya terasa segar bugar. Begitu dia teringat pada tulisan di batang 

pohon beringin bobo  segera melangkah ke hadapan pohon itu. Di batang pohon besar yang angker 

ini tergurat tulisan.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Segala rencana tidak akan sampai, 

Sebelum tahu tingginya langit dalamnya lautan. 

Bulan purnama empat belas hari di Goa Belerang,

Seribu rencana akan sampai.

“Pasti manusia yang mengencingiku dulu!” kata bobo  anak manusia  pada dirinya sendiri. Dia tak 

habis mengerti, heran dan geleng-gelengkan kepala. Manusia itu gerakannya luar biasa cepatnya 

sehingga hanya bayangan putih pakaiannya saja yang kelihatan. Dalam satu kelebatan tadi dia telah 

berhasil melarikan empat anak buah penulis ayan  Siluman dan juga dalam kecepatan yang sukar diukur, 

manusia itu masih sempat menggurat tulisan di batang pohon beringin. Tak sanggup bobo 

mengukur kehebatan manusia itu. Jika dia betul-betul manusia, tentulah ilmunya jauh lebih tinggi 

dari gurunya sendiri yaitu Eyang Sinto Gendeng di Puncak Gunung Gede.

bobo  mengamati lagi tulisan di batang pohon beringin itu. Jika dihubungkannya rangkaian 

tulisan ini dengan tulisan yang lalu nyatalah mengandung satu keterangan dan satu nasihat, yang 

bagi bobo  kira-kira berarti dia harus datang ke Goa Belerang pada bulan purnama empat belas hari 

guna mengetahui segala maksudnya tak akan kesampaian.

“Siapa sebenarnya manusia itu?” pikir bobo . “Mengapa dia membawa lari anak-anak buah 

penulis ayan  Siluman, mengencingi kepalaku dan menuliskan keterangan serta nasihat itu...?”

Dalam pikiran yang tak kunjung mengerti dan juga didorong oleh rasa ingin tahu akhirnya 

bobo  memutuskan untuk mencari Goa Belerang lebih dahulu, baru kemudian mencari dimana 

letaknya Bukit Tunggul tempat kediaman penulis ayan  Siluman.

Sampai senja hari, telah puluhan kilo daerah diselidiki bobo  anak manusia . Dua buah goa 

ditemuinya tapi keduanya bukanlah Goa Belerang karena kedua goa itu kosong tiada berpenghuni. 

Keesokan harinya, satu hari suntuk lagi dia menjelajahi berbagai daerah, sampai lagi senja datang, 

usahanya tiada berhasil. Pagi yang kedua dari penyelidikannya, dia sampai ke sebuah sungai berair 

kehitaman tanda sungai itu dalam sekali. Arus air sungai cepat bukan main. Setangkai ranting 

kering yang jatuh, dihanyutkan arus dan menghilang di kejauhan dalam waktu yang singkat. bobo  

mengikuti sungai itu ke arah hilir.

Perjalanannya terhenti sewaktu sungai itu sampai di sebuah air terjun yang sangat dalam. 

Air sungai yang memancur dan jatuh menimpa batu-batu besar di sebelah bawah menimbulkan 

suara yang menggidikkan. Tempat itu dan daerah sekitarnya berudara redup dan angker, tampaknya 

jarang didatangi manusia.

Lebih dari sepeminum teh bobo  berada di tempat itu. Sebelum pergi dia bermaksud mencuci 

mukanya yang lengket oleh debu dan keringatan lalu membasahi tenggorokannya. Dengan kedua 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

belah telapak tangannya bobo  menciduk air sungai lalu membasahi mukanya. Sesuatu bau yang 

agak lain menusuk hidung sang pendekar sewaktu air sungai itu membasahi mukanya.

bobo  berpikir-pikir. Rasanya dia pernah mencium bau yang seperti itu sebelumnya. 

Diciduknya kembali air sungai itu lalu didekatkannya ke hidungnya. Mendadak hatinya menciut.

Air sungai itu berbau belerang. bobo  tahu betul bau belerang karena dia pernah beberapa kali 

berada di sekitar kawah gunung yang mengepulkan asap belerang. Dan ketika bau belerang itu 

dihubungkannya dengan Goa Belerang maka berdebarlah hati Pendekar 10000 an . Dia memandang 

berkeliling dengan penuh teliti. Tak ada satu bagian pun dari tempat sekitar situ yang lepas dari 

penelitiannya, namun sampai sebegitu jauh tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa di situ 

terdapat sebuah goa. Tapi air sungai yang berbau belerang?! Untuk kesekian kalinya bobo  kembali 

meneliti dengan pandangan mata yang tajam. Tetap tak ada tanda-tanda adanya goa.

bobo  memaki-maki dalam hatinya. Diperhatikannya batu-batu besar yang jauh di bawahnya. 

Diperhatikannya air terjun yang jatuh menimpa batu-batu itu, membalik kembali ke atas sampai 

beberapa tombak laksana asap atau kabut tipis. Tapi. bobo  terkejut. Matanya memandang lekat-

lekat kepada batu-batu yang jatuh ditimpa air terjun. Apa yang dilihatnya bukan cuma air yang 

muncrat kembali ke atas laksana asap atau kabut, tapi di balik air yang membalik ke atas itu benar-

benar bobo  melihat samar-samar namun pasti adanya kepulan asap. Mulanya bobo  merasa agak 

bimbang mana mungkin di dasar yang penuh dengan air terdapat asap karena setiap asap pastilah 

bersumber pada hawa panas atau api.

bobo  gosok kedua matanya. Yang mengepul di antara muncratan air itu memang benar-

benar asap. Dan ketika diperhatikannya lebih seksama lagi, ketika dia berpindah tempat dan 

memandang ke bagian bawah air terjun dari jurusan lain, tersentaklah bobo  karena di belakang air 

terjun itu tampak sebuah goa. Dari mulut goa ini jelas kelihatan gelung-gelung kepulan asap. Tanpa 

menunggu lebih lama bobo  melompat ke sebuah batu. Dari sini dengan andalkan ilmu meringankan 

tubuhnya melompat lagi ke batu yang lain, yang terletak di sebelah bawah. Untuk menuju ke dasar 

air terjun bukan pekerjaan mudah. Kurang-kurang pandai kaki akan terpeleset dan tubuh akan 

terhempas ke bawah sejauh puluhan tombak, disambut oleh batu-batu besar keras. Meskipun 

berkepandaian tinggi serta memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna untuk sampai ke dasar 

air terjun bobo  membutuhkan waktu hampir tiga kali sepeminum teh.

Akhirnya pendekar ini sampai juga ke dasar air terjun. Dia berdiri di hadapan air terjun, 

bergerak ke bagian samping dengan sangat hati-hati. Sekali tubuhnya terserempet atau tersambar air 

terjun, tak perduli bagaimanapun tinggi ilmunya, pasti tubuhnya akan terhempas dan hancur ditimpa 

air terjun yang ribuan kilo beratnya itu.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

12

Pendekar 10000 an  sampai di hadapan mulut goa. Asap putih menampar-nampar wajahnya dan 

bau belerang yang santer menusuk hidung, memerihkan mata. Setelah meneliti seperlunya maka 

tanpa ragu-ragu bobo  melangkah masuk. Ternyata semakin ke dalam goa itu semakin menanjak 

sedang bau belerang makin keras dan asap semakin banyak.

Kedua mata bobo  menjadi perih, nafasnya sesak dan dia mulai batuk-batuk. Pemuda ini 

tutup indera penciumannya, kerahkan tenaga dalam pada kedua matanya dan melangkah terus. Kira-

kira seratus langkah berlalu kepulan asap putih yang berbau belerang bertambah tebal menutup 

pemandangan. Meski dia sudah tutup indra penciumannya tetap saja hidungnya membaui hawa 

belerang itu sedang tenaga dalamnya tiada mampu menolak sambaran asap yang memerihkan mata.

Dengan kuatkan diri bobo  maju terus. Nafasnya tersengal, pemandangannya gelap tertutup asap 

tebal. Untuk kembali sudah kepalang tanggung. Suara batuk-batuknya menggema di sepanjang goa, 

membuat bulu kuduknya sendiri berdiri.

Pada langkah yang ketiga ratus duapuluh, Pendekar 10000 an  merasa kekuatannya mulai lumer, 

kakinya tak sanggup lagi melangkah. bobo  jatuhkan diri dan terus memasuki goa itu dengan 

merangkak. Sebutir pil untuk menolak keracunan dan menjaga agar tidak pingsan dikeluarkan dan 

ditelannya. Dua ratus langkah di muka maka perlahan-lahan asap belerang itu mulai menipis hingga 

akhirnya lenyap sama sekali dan di hadapan bobo  kelihatan sebuah tangga batu pualam yang putih 

bersih dan berkilat.

Setelah menelan lagi sebutir pil, mengatur jalan nafas dan darah memeriksa aliran tenaga 

dalam dan membuang hawa jahat asap belerang yang meresap di paru-parunya maka bobo  anak manusia  

berdiri lalu melangkah menaiki tangga batu pualam. Bagian atas tangga berhubungan dengan 

sebuah pintu dan pintu ini berhubungan lagi dengan sebuah ruangan empat persegi. Di dalam 

ruangan ini kelihatan delapan gadis berbaju biru yang bukan lain adalah anak-anak buah penulis ayan  

Siluman. Di antaranya empat orang yang sebelumnya telah baku hantam dengan bobo  di tepi 

lembah. Kedelapan gadis ini duduk bersila dengan mata meram di hadapan seorang berpakaian 

selempang putih yang duduk membelakang ini panjangnya sampai ke bahu, bobo  belum dapat 

memastikan apakah dia seorang perempuan atau bukan.

Tanpa menoleh ke pintu tiba-tiba manusia berambut putih panjang itu membentak dan 

lambaikan tangan kanannya lewat bahu.

“Pemuda tidak tahu diri! Disuruh datang bulan purnama empat belas hari berani unjuk 

tampang hari ini!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  terkejut sekali. Dan sewaktu dia menyadari bahwa lambaian tangan si rambut putih 

panjang itu menyambarkan angin yang sangat deras, maka segala sesuatunya telah kasip. Mendadak 

sontak detik itu juga bobo  merasakan tubuhnya menjadi kaku laksana patung batu. Dia berseru, tapi 

mulutnya terkunci tak bisa keluarkan suara. Karena otaknya masih tetap bisa berjalan bobo  

memaklumi bahwa dirinya telah ditotok secara lihai luar biasa hingga tak bisa bicara dan bergerak.

Yang membuat Pendekar 10000 an  menjadi penasaran sekali ialah karena sesudah menotok 

dirinya, si rambut panjang kemudian keluarkan suara seperti lebah membuat sarang, rupanya dia 

tengah membaca mantera tapi tiada jelas entah mantera apa yang dilafatkannya. Di samping itu 

bobo  merasa aneh pula melihat kedelapan gadis baju biru itu duduk bersila meramkan mata tiada 

bergerak. Apakah mereka semuanya juga kena ditotok dan apa yang tengah dilakukan si rambut 

putih panjang itu terhadap mereka? bobo  saat itu merasakan dirinya seperti seekor lalat yang 

sesudah dipukul dibiarkan tak perduli begitu saja!

Tiba-tiba si rambut putih angkat kedua tangannya. Suara lafat manteranya semakin keras. 

Kedua tangan kemudian turun lagi untuk mengangkat sebuah panci tanah besar yang berisi air putih 

dan kembang tujuh rupa. Aneh sekali air yang di dalam baskom itu kemudian memancur delapan 

dan setiap pancuran jatuh ke atas kepala masing-masing gadis baju biru.

bobo  terlongong-longong saking kagumnya. Kehebatan tenaga dalam manusia rambut putih 

itu benar-benar luar biasa. Seorang yang tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat sempurna bisa 

saja membuat air di dalam panci tanah itu muncrat ke atas, tetapi untuk membaginya dalam delapan 

pancuran itu bukan satu hal yang mudah, tidak sembarang manusia bisa melakukannya. Eyang 

Sinto Gendeng sendiri mungkin belum tentu dapat.

Begitu air dalam panci tanah habis, si rambut putih turunkan panci itu. Kembali terdengar 

suara lafat manteranya yang seperti lebah bersarang itu. Kemudian sunyi sebentar lalu menyusul 

suaranya berkata dan ternyata adalah suara seorang laki-laki.

“Delapan gadis, kalian telah minum obatku, kalian telah kusiram dengan air kembang. Kini 

otak kalian telah bersih, hati kalian telah putih. Kalian telah bisa memulai hidup baru yang lurus dan 

baik. Sekarang kubukakan mata kalian kembali yang telah terpicing selama beberapa hari ini.”

Si rambut panjang putih sapukan tangan kirinya dari samping kanan ke samping kiri. Aneh 

sekali maka kedelapan gadis itu yang tadi pejamkan mata kini membuka mata masing-masing satu 

demi satu, tak ubahnya seperti barusan bangun tidur. Jelas mereka terkejut sewaktu melihat tubuh 

bobo  anak manusia  yang berdiri mematung di ambang pintu. Namun terhadap si rambut putih mereka 

tiada berani bertanya dan sama tundukkan kepala. Tundukkan kepala ini membuat bobo  tak 

mengerti. Apa hubungan kedelapan gadis itu dengan si rambut putih. Apa sebenarnya yang telah 

terjadi dengan mereka sehingga gadis-gadis yang galak dan kejam itu kini kelihatannya seperti 

gadis-gadis pingitan yang paling patuh?!

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Dengar Kiai....” jawab delapan gadis bersamaan.

“Kiai!” desis bobo  anak manusia  dalam hati. Laki-laki berambut putih itu dipanggil dengan 

sebutan “Kiai” Dan bobo  heran padahal kedelapan gadis itu tadi meramkan mata seperti orang tidur, 

mengapa mereka menjawab bahwa mereka telah mendengar segala ucapan sang kiai?

“Sekarang kalian kuperkenankan meninggalkan tempat ini. Pergilah dan jangan kembali lagi. 

Dunia baru yang indah suci menyambut kalian. Menurut penglihatanku, hidup kalian semua akan 

menemui keberuntungan. Nah sekarang pergilah dan kuharap kalian tidak usah mengajukan 

pertanyaan-pertanyaan. Tinggalkan Pulau Madura, jangan kembali lagi untuk selama-lamanya!”

Delapan gadis itu saling pandang satu sama lain lalu serentak mereka berdiri. Setelah 

menjura berulang kali di hadapan laki-laki berambut putih panjang, mengucapkan terima kasih dan 

berpamitan maka semuanya melangkah ke pintu dengan menundukkan kepala. Setiap mereka 

melirik ke samping sewaktu mereka melewati Pendekar 10000 an  yang berdiri mematung di ambang 

pintu itu.

Setelah kedelapan gadis itu berlalu, laki laki berambut putih untuk pertama kalinya balikkan 

badan dan berdiri. Ternyata dia adalah seorang tua renta yang bermuka licin klimis. Menurut bobo  

umurnya lebih tua dari Eyang Sinto Gendeng.

Langkah orang tua yang masih berbadan tegap ini begitu enteng sewaktu dia maju ke 

hadapan bobo .

“Pemuda tolol!” desis sang kiai. “Belum saatmu untuk datang ke mari! Apa kau lupa bulan 

purnama empat belas hari?! Tolol! Kau akan kaku tegang di ambang pintu ini selama tiga hari tiga 

malam! Rasakan sendiri!”

bobo  menggerutu dalam hati. Orang tua di hadapannya berkelebat dan sukar sekali untuk 

dapat dilihat dengan jelas tahu-tahu tubuhnya sudah lenyap dari hadapan bobo  anak manusia .

“Benar-benar luar biasa gerakannya,” kata bobo  dalam hati. Tapi bila dia ingat bahwa dia 

musti berdiri di situ dalam keadaan kaku tegang selama tiga hari tiga malam, maka kembali 

pendekar ini menggerutu habis-habisan.

Setelah berjam-jam berdiri di tempat itu bobo  yakin bahwa di luar goa hari telah malam. 

Seumur hidupnya baru kali inilah dia ditotok orang. Meski totokan itu tidak membuat dia terluka di 

dalam tapi mematung demikian rupa selama tiga hari tiga malam sungguh merupakan siksaan bagi 

bobo  anak manusia . Hatinya kembali memaki-maki sewaktu perutnya mulai mengeluarkan suara

bergereokkan tanda minta diisi.

“Diamlah perut sialan!” rutuk bobo . “Selama tiga hari tiga malam kau tak akan mendapat 

isi!”

Mendadak, baru saja dia habis memaki demikian sesosok bayangan biru berkelebat dan 

tahu-tahu Inani berada di hadapan bobo  anak manusia . Sang Pendekar memandang tak berkedip pada 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

gadis jelita berkulit kuning langsat ini, dan berpikir-pikir mengapa pula gadis ini muncul di dalam 

goa kembali, padahal dia sudah disuruh pergi oleh laki-laki tua tadi dan tidak diizinkan kembali lagi?

“Saudara, aku akan tolong lepaskan totokanmu,” kata Inani pula setelah mereka berperang 

pandang beberapa ketika lamanya.

“Bagus!” ujar bobo  dalam hati. Dia gembira. Inani maju satu tindak. Tangan kanannya 

dengan cepat bergerak untuk membebaskan totokan di tubuh bobo  anak manusia .

Tapi apa lacur. Sebelum hal itu sempat dilakukan Inani tiba-tiba di ruangan itu 

mengumandang suara tertawa macam ringkikkan kuda dan tahu-tahu laki-laki tua berambut putih 

sudah berada di hadapan mereka.

“Bagus betul perbuatanmu Inani!”

Inani berubah pucat parasnya. Kepalanya ditundukkan tak berani memandang si orang tua.

“Apa kau lupa ucapanku bahwa kau musti pergi meninggalkan Pulau Madura ini dan tidak 

boleh kembali kemari? Jawab!”

“Mohon maaf Kiai. Aku....”

“Kau juga tolol!” sentak sang kiai. “Apa perlu kau kembali datang kemari?! Apa perlu kau 

tolong pemuda ini?! Jawab!”

“Maaf Kiai....”

“Apa dia kekasihmu?!”

Merah paras Inani. Kepalanya semakin ditundukkan.

“Apa dia gendakmu?!”

Tambah merah paras gadis berbaju biru itu.

“Jawab! Kenapa kau mau membebaskan itu.”

“Aku... aku merasa berhutang budi padanya, Kiai.” sahut Inani.

“Hutang budi macam mana? Apa dia pernah menolongmu?”

Inani menggigit bibirnya. Dia kembali ke situ karena merasa kasihan melihat bobo  anak manusia  

ditotok. Tapi apa yang menyebabkan dia kasihan pada pemuda itu dia sendiri tak bisa mengerti. Dia 

kembali ke Goa Belerang seperti ada yang mendorong-dorongnya.

“Gadis tolol! Kau musti terima hukuman seperti pemuda tolol ini!”

Laki-laki tua itu lambaikan tangan kirinya. Mendadak sontak maka kaku teganglah tubuh 

Inani. Dia berdiri mematung tepat berhadap-hadapan dan dekat sekali di muka Pendekar 10000 an . Si 

orang tua sendiri begitu menotok tubuh Inani berkelebat pula lenyap dari ruangan itu.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

13

bobo  anak manusia  dan Inani tak tahu sudah berapa lama atau sudah berapa hari mereka berada di 

dalam Goa Belerang itu. Yang mereka rasakan ialah bahwa mereka seperti sudah bertahun-tahun 

tersekap di situ, tak bisa bicara, tak bisa gerakkan badan. Selama puluhan jam mereka berdiri 

berpandang-pandangan sehingga dalam hati masing-masing timbul perasaan-perasaan aneh. Meski 

mereka tidak bisa membuka mulut untuk bersuara dan bicara tapi pandangan mata mereka satu 

sama lain sudah lebih daripada ucapan yang bagaimanapun panjangnya. Sinar mata mereka sudah 

lebih daripada pengutaraan perasaan yang bagaimanapun mendalamnya. Berpandangan dan 

berpandangan hanya itulah yang bisa dilakukan kedua orang itu. Dan ini adalah satu-satunya

hiburan bagi mereka selama puluhan jam berada di situ.

Kedua orang itu tiba-tiba kernyitkan mata. Lapat-lapat terdengar suara tertawa meringkik.

Dan sesaat kemudian sosok tubuh laki-laki tua yang dipanggilkan kiai itu sudah muncul di ruangan 

tersebut. Dia masih tertawa meringkik macam kuda begitu untuk beberapa lama sambil pandangi 

paras kedua orang di hadapannya. Kemudian ketika suara tertawanya berhenti mulutnya bertanya.

“Apa kalian sudah puas tegak berpandang-pandangan?”

Inani menjadi merah mukanya sedang bobo  memaki dalam hati. Apakah waktu yang tiga 

hari itu sudah berlalu? Apakah sekarang malam bulan purnama empat belas hari? Apakah sekarang 

saatnya si orang tua membebaskan totokan di tubuhnya dan di tubuh gadis yang bernama Inani itu?

Inani dan bobo  memperhatikan si orang tua duduk di tengah ruangan, di atas sebuah 

bantalan berumbai-umbai yang dikeluarkannya dari balik kain selempang putihnya. Setelah 

memandangi paras kedua orang itu beberapa lama baru si orang tua lambaikan tangannya kiri kanan. 

Dua larik angin tipis menyambar ke tubuh Inani dan bobo  anak manusia . Dengan serta merta lenyaplah 

totokan yang telah membuat kedua orang ini tak berdaya selama puluhan jam. Seorang tua tertawa 

mengekeh dan manggut-manggutkan kepalanya beberapa kali.

Meski selama ini bobo  di dalam hati tiada hentinya memaki serta menggerutui si orang tua, 

namun begitu totokannya lepas dan menyadari bahwa manusia berambut putih yang duduk di 

hadapannya itu bukan manusia sembarangan maka Pendekar 10000 an  menjura memberi hormat.

“Orang tua, dunia ini banyak dengan tokoh-tokoh aneh sakti luar biasa yang aku manusia 

tolol ini tidak tahu siapa-siapa mereka adanya. Kuharap kau sudi memberitahu siapa kau, orang 

tua.”

Si orang tua mengusap rambutnya yang panjang putih beberapa kali. Setelah batuk-batuk 

jumawa maka menjawablah dia.

“Namaku kau tak usah tahu, orang muda. Sebaliknya aku banyak tahu tentang dirimu!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Terkejutlah bobo . Ditelitinya paras orang tua itu lalu sekilas mengerling pada Inani.

Si orang tua tertawa mengekeh kembali.

“Aku berasal dari Bangkalan.” Diusapnya lagi rambutnya baru meneruskan. “Sembilan 

puluh tahun hidup di dunia ini sudah terlalu cukup lama. Sembilan puluh tahun sudah cukup untuk 

menyaksikan berbagai hal dalam dunia, menyaksikan kejahatan dan kebaikan, menyaksikan 

kebaikan yang selalu ditentang oleh kejahatan. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan di jagat 

ini tak akan pernah habis-habisnya karena memang begitulah sifatnya alam yang dijadikan Tuhan, 

segala sesuatunya mempunyai lawan-lawannya, mempunyai pasang-pasangannya masing-masing.

Karena aku dan kau adalah manusia-manusia dari golongan putih, maka adalah tugas kita untuk 

membasmi golongan hitam. Membasmi golongan hitam tentu saja bukan hal yang mudah. Aku 

sendiri sebenarnya telah tertipu dalam hidupku sehingga tidak bisa berbuat banyak untuk 

membasmi kejahatan dari muka bumi ini....”

Kiai Bangkalan memandang jauh ke depan seperti tengah merenung masa lampaunya 

sedang nada suaranya tadi jelas sekali mengandung satu penjelasan yang mendalam.

“Kalian duduklah, jangan berdiri saja,” ujar Kiai Bangkalan.

Setelah bobo  anak manusia  dan Inani duduk di hadapan orang tua itu maka Kiai Bangkalan 

meneruskan bicaranya.

“Delapan penjuru angin dunia persilatan kini dibikin gempar oleh kejahatan yang bersumber 

di Pulau Madura ini. Sumber kejahatan itu bukan lain daripada penulis ayan  Siluman dan anak-anak 

buahnya. Beberapa perguruan dan sebuah partai persilatan telah dihancurkan oleh mereka. Belasan 

tokoh-tokoh silat golongan putih serta beberapa lainnya yang hebat-hebat dari golongan hitam 

mereka bunuh. Yang tertangkap hidup-hidup mereka siksa secara buas. Ringkas kata siapa saja 

pihak yang tidak mau tunduk dan masuk dalam golongannya akan ditumpas musnah oleh penulis ayan  

Siluman. Dan aku yang sudah tua ini hanya bisa makan hati, tak mungkin turun tangan menumpas 

sumber kejahatan yang ada di puIauku ini....” Lagi-lagi nada suara Kiai Bangkalan membayangkan 

penjelasan.

Penuh rasa ingin tahu dan tidak mengerti maka bobo  anak manusia  beranikan diri bertanya. 

“Mengapa tidak mungkin, Kiai Bangkalan. Mengapa tidak bisa? Menurut penglihatanku ilmumu 

tinggi luar biasa. Bagimu tentu mudah saja untuk menumpas penulis ayan  Siluman dan gerombolannya.”

Kiai Bangkalan tertawa tawar.

“Banyak orang yang menduga sepertimu itu,” katanya. “Tapi di jagat yang luas ini ilmu 

manusia manakah yang benar-benar sempurna, yang benar-benar tinggi? Semakin tinggi ilmu 

seseorang semakin harus disadari bahwa di atasnya masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tinggi yang 

tak bakal sanggup dicapainya. Kemampuan dan pikiran manusia mempunyai titik batas. Bila dia 

coba untuk melampaui titik batas itu di luar kemampuannya, dirinya akan rusak, malapetaka akan 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

datang! Dan itu kemudian akan mudah menjadi sarang atau sumbernya kejahatan! Kejahatan 

muncul di mana-mana akibat manusia berusaha melampaui titik batasnya, melewati garis yang telah 

ditentukan. Kemudian bila datang kebaikan walau bagaimanapun kuatnya kejahatan itu, di satu hari 

dia akan kena ditumpas juga. Aku yang sudah tua menyesalkan hidup badanku yang rongsokan ini 

karena di saat mau mampus begini tidak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan Tapi aku masih 

bergembira sedikit. Sebelum ajal datang aku telah bertemu dengan kau, orang muda! Menurut 

penglihatanku, kau satu-satunya manusia saat ini yang sanggup menumpas kejahatan penulis ayan  Siluman! 

Ingat kejahatannnya, bukan orangnya!”

“Kiai Bangkalan, aku yang muda tolol ini bisa apakah?” kata bobo  anak manusia  pula. “Terus 

terang aku tak mengerti mengapa kau mengatakan tak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan. 

Bukankah ilmumu tinggi sekali. penulis ayan  Siluman tentu akan mudah kau tumpas.”

Kiai Bangkalan hela nafas dan geleng-gelengkan kepalanya.

“Aku hanya memiliki dua macam ilmu, orang muda. Dua macam ilmu itu saja tak sanggup 

untuk menumpas kejahatan penulis ayan  Siluman. Di samping itu seperti aku terangkan tadi, sebenarnya 

aku yang sudah tua ini telah kena tertipu....” Setelah menghela nafas dalam sekali lagi baru Kiai 

Bangkalan meneruskan. “Dua macam ilmu yang kumiliki ialah kecepatan bergerak dan ilmu 

pengobatan. Mana mungkin dua macam ilmu itu bisa diandalkan untuk menghadapi penulis ayan  Siluman 

yang sakti luar biasa?!”

“Tapi kau juga memiliki ilmu totokan yang teramat lihai!” ujar bobo .

Kiai Bangkalan tertawa. “Setiap ilmu totokan dasarnya adalah sama, sama seperti yang 

dimiliki oleh kau dan Inani. Cuma karena aku memiliki ilmu kecepatan bergerak maka orang tidak 

bisa menduga dan tak sempat berkelit ketika aku menotok tubuhnya. Itu telah kau saksikan dan

rasakan sendiri!”

“Kalau kau bisa bergerak luar biasa cepatnya, tentu kau bisa menotok penulis ayan  Siluman 

kemudian menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadapnya,” kata-kata bobo  anak manusia  pula.

“Betul, tapi justru hal itulah yang tak bisa kulakukan,” sahut Kiai Bangkalan.

“Kenapa tidak bisa?”

“Aku telah tertipu. Ah... biarlah aku terangkan pada kalian agar jelas. Tubuh tua rongsokan 

ini tak guna lagi menyimpan segala rahasia hidupnya!”

Kiai Bangkalan merenung sejenak baru membuka mulut kembali. “Sesungguhnya guru dari 

penulis ayan  Siluman adalah adik seperguruanku sendiri. Namanya Lara Permani. Dari guru, aku 

menuntut dua macam ilmu yang kusebutkan tadi yaitu ilmu pengobatan dan ilmu gerakan cepat.

Sebaliknya sebagai murid yang dikasihi oleh guru, Lara Permani diwariskan banyak ilmu yang 

hebat-hebat. Di antaranya Ilmu Jala Sutera Sakti, Ilmu Racun Biru dan yang paling hebat Ilmu 

Seribu Siluman Mengamuk. Sebegitu jauh tak ada satu ilmu di dunia ini pun yang sanggup 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

mengalahkan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk itu. Tapi walau bagaimanapun setiap ilmu di dunia 

ini tak ada yang maha sempurna, selalu saja ada kelemahannya, demikian juga dengan Ilmu Seribu 

Siluman Mengamuk....”

“Apakah kelemahannya, Kiai?” tanya bobo .

“Itu tidak bisa kuberitahu. Aku telah bersumpah!”

Inani dan bobo  kernyitkan kening keheranan. Sebelum salah seorang dari mereka bertanya 

maka Kiai Bangkalan sudah berkata. “Antara aku dan Lara Permani karena demikian eratnya 

hubungan kami, kami saling mencinta. Namun malapetaka tiba. Lara Permani sewaktu turun ke 

dunia persilatan telah tergoda oleh segala macam urusan duniawi sehingga dia menempuh jalan 

salah. Aku yang mencintainya dengan amat sangat tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa melarangnya 

agar meninggalkan segala urusan kotor dunia. Malah entah bagaimana aku menjadi tolol dan suatu 

hari di hadapannya aku bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku tak akan ikut campur, tak akan 

turun tangan terhadap segala perbuatannya, juga terhadap segala perbuatan muridnya bila kelak dia 

mempunyai murid! Sekarang Lara Permani sudah mati. Dan penulis ayan  Siluman itu adalah muridnya! 

Aku tak bisa berbuat apa secara langsung terhadap kejahatan penulis ayan  Siluman karena aku terikat 

sumpah!”

bobo  dan Inani termangu sejurus.

bobo  kemudian berkata. “Lara Permani kini sudah tiada. Berarti sumpah yang Kiai buat 

terhadapnya batal, tak berlaku lagi!”

Kiai Bangkalan geleng-gelengkan kepala. “Sumpah seorang manusia terhadap manusia 

sekaligus terikat pada Tuhan. Meskipun salah seorang dari mereka sudah mati, tapi yang masih 

hidup tetap terikat pada Tuhan yang telah menyaksikan sumpahnya itu!”

“Kalau begitu kejahatan penulis ayan  Siluman tak akan bisa dibasmi,” kata bobo .

“Kaulah yang akan membasminya!” jawab Kiai Bangkalan.

“Tapi ilmuku sangat dangkal sekali Kiai. Kalau kau bisa memberikan sedikit petunjuk....”

Kiai Bangkalan tersenyum.

“Di Goa Belerang ini telah kujanjikan padamu untuk datang mengetahui tingginya gunung 

dalamnya lautan. Meski aku terikat sumpah dan tak bisa turun tangan secara langsung, namun ada 

cara lain bagiku untuk berbuat kebaikan. Jika cara ini dianggap melanggar sumpah, biarlah badan 

yang tua renta ini rela menerima hukumannya!”

Dari balik pakaiannya Kiai Bangkalan mengeluarkan secarik kertas putih. Kertas itu 

disodorkannya ke hadapan bobo  anak manusia  seraya berkata. “Dengan inilah kau bakal bisa menumpas 

kejahatan penulis ayan  Siluman.”

bobo  menerima kertas itu dan menelitinya. Di atas kertas putih ini ternyata ada dua bait 

tulisan yang berbunyi.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Ilmu Seribu Siluman Mengamuk teramat sakti.

Hanya suara yang sanggup mengalahkannya.

“Kiai, aku tak mengerti maksud tulisan ini. Mohon petunjukmu....”

Kiai Bangkalan hela nafas dan gelengkan kepala. “Tak mungkin orang muda. Aku terikat 

dengan sumpah. Aku tak bisa menerangkan langsung kelemahan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk 

kepadamu. Kau harus pecahkan sendiri rahasia yang ada di dalam dua bait tulisan itu.... Kuharap 

kau tak bertanya lebih jauh.”

bobo  membaca lagi dua bait tulisan itu lalu memasukkan kertas tersebut ke balik pakaiannya.

Kiai Bangkalan berpaling pada Inani. Dia tersenyum dan berkata. “Meski tempo hari aku 

marah sekali melihat kau datang kemari tapi sebenarnya diam-diam aku merasa gembira karena kau 

bisa membantuku untuk melaksanakan cita-cita baikku. Kau ingat bagaimana aku telah 

membersihkan otakmu serta kawan-kawanmu dengan sejenis obat?”

“Ingat Kiai.”

Kiai Bangkalan keluarkan sebuah botol berisi cairan hitam. “Aku telah meramu lagi sejenis 

obat baru,” katanya dan meletakkan botol kecil itu di hadapannya. “Kau harus ikut bersama bobo  ke 

Bukit Tunggul dan menolong kawan-kawanmu yang sudah dikotori otaknya oleh penulis ayan  Siluman. 

Bagaimana caranya terserah padamu, yang penting kau harus dapat meminumkan setetes obat ini ke 

dalam mulut kawan-kawanmu sehingga mereka kembali menjadi bersih otaknya dan kembali ke 

jalan yang benar! Aku tak mengizinkan kau membunuh seorang pun dari mereka! Semua kawan-

kawanku tersesat karena tidak sadar!”

“Tapi mana mungkin aku sanggup, Kiai? Setiap kawan-kawanku sakti semua dan jumlah 

mereka banyak!” kata Inani.

“Kau tak usah khawatir. Aku akan turunkan ilmu gerakan cepat padamu sehingga kau 

dengan mudah bisa menotok mereka lalu memasukkan setetes obat ini ke dalam mulut mereka!”

Inani gembira sekali. Buru-buru dia menjura dan mengucapkan terima kasih. Kiai 

Bangkalan memandang pada bobo . “Orang muda, kuharap kau jangan kecewa karena saat ini aku 

tidak memberikan ilmu apa-apa padamu. Tapi di lain hari, bila tugasmu sudah selesai di Bukit 

Tunggul kuharap kau suka datang kemari untuk menerima pelajaran ilmu pengobatan dariku.”

Gembiralah bobo  anak manusia  dan buru-buru dia menjura serta mengucapkan terima kasih.

“Sebelum kalian pergi,” kata Kiai Bangkalan pula. “Ada satu hal yang harus kalian ingat, 

terutama kau orang muda karena kaulah yang bakal berhadapan dengan penulis ayan  Siluman. Musti 

disadari bahwa sesungguhnya kejahatan yang dibuat oleh manusia itu adalah karena dipengaruhi 

oleh suasana sekitarnya, dipengaruhi oleh keadaan duniawi di sekelilingnya. Pada dasarnya semua, 

manusia adalah baik. Karena itu kuharap kau jangan menurunkan tangan maut terhadap penulis ayan  

Siluman.”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Tapi Kiai, perempuan itu telah membuat kejahatan yang tak bisa diampunkan. Puluhan 

manusia tak berdosa telah dibunuhnya!” kata bobo  pula.

“Betul. Itu memang betul. Namun demikian soal nyawa manusia bukanlah urusan kita. 

Nyawa orang lain bukan milik kita. Soal nyawa adalah hak dan kuasanya Tuhan kita manusia 

sekali-kali tidak diperbolehkan membunuh, kecuali dalam perang atau pertempuran di mana kita 

benar-benar sudah terdesak. Karena itu usahakanlah dulu untuk menyadari penulis ayan  Siluman dari 

segala kejahatannya, bersihkanlah otaknya dengan obat ini!” Lalu Kiai Bangkalan mengeluarkan 

sebutir pil hitam dan diberikan kepada bobo . “Bila nanti ternyata usahamu gagal, baru kau boleh 

menurunkan tangan maut. Itupun bila kau terdesak dan tak punya jalan lain lagi! Nah sekarang 

pergilah!”

“Terima kasih atas segala petunjukmu Kiai,” kata bobo  anak manusia  sambil menjura dalam. 

Inani juga melakukan hal yang sama. Sewaktu mereka mengangkat kepala kembali ternyata Kiai 

Bangkalan telah lenyap. Bukan main terkejutnya mereka. Benar-benar luar biasa cepatnya gerakan 

orang tua itu. bobo  geleng-gelengkan kepala. Sementara itu Inani berdiri dengan paras berubah.

“Ada apa?” tanya bobo .

“Waktu aku menjura tadi, kurasa ada yang menepuk bahu kananku dengan keras. Sekarang 

tubuhku terasa ringan sekali macam kapas!”

bobo  anak manusia  kerenyitkan kening. Tiba-tiba dia ingat akan ucapan Kiai Bangkalan bahwa 

dia hendak menurunkan ilmu kecepatan gerak pada gadis itu.

“Mungkin itulah cara dia menepati janjinya!” kata bobo . “Coba kau berkelebat!”

Inani tekankan kedua kakinya ke lantai. Tubuhnya bergerak dan kejap itu pula lenyap dari 

pandangan mata bobo  anak manusia , sedetik kemudian muncul lagi di hadapannya.

“Saudara! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana gerakanku bisa sehebat ini!” seru Inani 

gembira.

bobo  anak manusia  geleng-gelengkan kepala “Benar-benar aneh sekali cara Kiai Bangkalan 

menurunkan ilmunya kepadamu,” kata bobo  pula. “Kau beruntung Inani, eh, bukankah namamu 

Inani...?”

Si gadis anggukkan kepalanya malu-malu. “Kau sendiri siapa?”

“Panggil aku bobo ,” jawab Pendekar 10000 an .

“Bagaimana kalau kita berangkat ke Bukit Tunggul sekarang?” tanya Inani.

“Memang lebih cepat lebih baik. Tapi untuk membuat urusan dengan penulis ayan  Siluman kita 

tunggu sampai besok pagi. Nah, ayolah!”

Kedua orang itu pun dengan segera meninggalkan Goa Belerang. Meskipun malam itu bulan 

purnama bersinar terang namun dengan susah payah baru akhirnya Inani dan bobo  bisa keluar dari 

dasar air terjun.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

14

Di ufuk timur fajar kelihatan sudah menyingsing. Sebentar lagi sang surya penerang jagat 

akan memunculkan diri, merenggutkan malam menggantikannya dengan pagi hari yang kemudian 

disusul oleh kedatangan siang. Dua titik putih dan biru kelihatan remang-remang bergerak sangat 

cepat dari arah tenggara. Ternyata dua titik ini adalah sosok tubuh Inani dan Pendekar 10000 an  bobo  

anak manusia . Tengah malam tadi mereka berkemah di tepi rimba belantara dan menjelang pagi baru 

meneruskan perjalanan ke Bukit Tunggul. Satu keuntungan bagi bobo  karena dia bersama Inani 

sehingga tak usah bersusah payah mencari di mana letaknya Bukit Tunggul. Tepat pada saat 

matahari munculkan diri di ufuk timur maka kedua orang itu sudah berada di kaki bukit sebelah 

timur. Sementara keduanya mencari mulut terowongan yang akan membawa mereka ke Istana penulis ayan  

Siluman, tiga sosok bayangan biru muncul menghadang mereka.

“Hai Inani! Kau rupanya!” seru salah seorang dan ketiga gadis baju biru yang bukan lain 

dari anak-anak buah penulis ayan  Siluman yang habis melakukan perondaan.

“Hai!” seru Inani sambil lambaikan tangan kanan. Dan saat itu juga ketiga gadis baju biru 

itu merasakan tubuh mereka kaku tegang tak sanggup lagi bergerak maupun bicara.

“Hebat sekali totokanmu, Inani!” kata bobo  memuji dengan tersenyum.

Inani cepat-cepat keluarkan botol obat hitam lalu dimasukkannya cairan itu masing-masing 

setetes ke dalam mulut ketiga gadis itu, kemudian bersama bobo  dia segera tinggalkan tempat itu

Sementara itu di sebuah kamar yang bagus luar biasa di anjungan pertama, penulis ayan  Siluman 

masih berbaring bermalas-malasan di atas pembaringan yang hangat lembut. Hari telah siang tapi 

malas sekali dia turun dari tempat tidur. Dia tahu bahwa anak-anak buahnya telah menyiapkan 

segala sesuatunya untuk keperluan mandi pagi, di kolam dan mereka baru akan muncul jika dia 

sudah memanggil.

penulis ayan  Siluman memperhatikan tubuh dan parasnya di kaca dalam kamar itu. Kemudian dia 

teringat pada Inani. Jika gadis itu tidak sedang menunaikan tugas, pagi-pagi seperti itu biasanya dia 

telah memetik kecapi memberikan hiburan. penulis ayan  Siluman menghitung-hitung hari. Kekhawatiran 

untuk kesekian kalinya menyamaki hatinya. Kepergian Inani bersama Sarinten, Wakani dan Laruni 

sampai pagi itu tiada kabar beritanya. Apakah telah terjadi pula hal-hal yang tak diinginkan dengan 

mereka? Tapi kekhawatirannya itu agak berkurang sedikit kalau dia ingat bahwa Laruni adalah anak 

buahnya yang paling tinggi kepandaiannya. 

Akhirnya penulis ayan  Siluman juga berbaring berlama-lama. Dia bangun dan duduk sebentar di 

tepi tempat tidur, memandang ke kaca, lalu sambil melangkah ke kaca besar itu ditanggalkannya 

pakaian tidurnya yang terbuat dari sutera biru halus berbunga-bunga hitam. Tanpa selembar benang 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

pun menutupi badannya sang penulis ayan  berdiri di muka kaca. Betapa indah potongan tubuhnya, betapa 

halus mulus kulitnya. Tapi betapa rindunya seluruh tubuh itu akan sentuhan tangan seorang laki-laki.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk orang.

penulis ayan  Siluman memperhatikan kaca dari mana sekaligus dia dapat melihat pintu kamar itu. 

Siapa pula yang mengganggunya, pikir sang penulis ayan . Mungkin Laruni atau seorang anak buahnya 

yang datang membawa kabar tentang Laruni dan kawan-kawannya. Maka penulis ayan  Siluman 

mengenakan pakaian tidurnya kembali dan berkata. “Masuk!”

Pintu kamar terbuka.

Dan kagetlah penulis ayan  Siluman. Yang masuk bukanlah Laruni, bukan pula salah seorang anak

buahnya, melainkan seorang pemuda berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan berparas 

gagah.

Walau bagaimana pun kejam dan jahatnya hati seorang perempuan, namun dalam hal-hal 

tertentu dia tak dapat menyembunyikan gerak refleks keperempuannya. penulis ayan  Siluman segera 

rapatkan pakaian tidurnya yang tipis lalu membentak marah, meski tidak seratus persen marah.

“Orang muda? Siapa kau yang berani berlaku lancang masuk ke kamarku?!”

Pemuda itu sunggingkan seulas senyum.

“Apakah aku berhadapan dengan penulis ayan  Siluman Dari Bukit Tunggul?” tanyanya.

“Betul! Lekas terangkan siapa kau! Bagaimana kau bisa masuk ke Istanaku ini?!”

“Kalau aku tidak salah, bukankah penulis ayan  selama ini mencari-cariku...?”

Berdebarlah hati penulis ayan  Siluman.

“Jadi kau adalah pemuda yang tempo hari melarikan diri sewaktu mau ditangkap?!”

“Betul sekali penulis ayan . Barangkali kau bisa menerangkan salah apa yang kubuat sampai diriku 

hendak ditawan oleh orang-orangmu?”

penulis ayan  Siluman tertawa. Sungguh merdu suara tertawanya laksana taburan mutiara yang 

berderai di lantai batu pualam.

“Sebelum kujawab pertanyaanmu harap terangkan dulu apa yang telah kau lakukan terhadap 

delapan orang anak buahku hingga mereka tidak kembali sampai saat ini. Lalu bagaimana kau bisa 

masuk ke tempat ini!”

“Soal delapan anak buahmu itu mana aku tahu. Bagaimana aku sampai ke sini, biasa saja. 

Kau mencari-cariku berarti aku sama saja diundang datang ke mari. Malah anak buahmu mengantar 

dan menunjukkan kamarmu ini.”

Kembali penulis ayan  Siluman tertawa merdu.

“Orang gagah, kuharap kau tahu di mana berada dan dengan siapa kau bicara....”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Pemuda berambut gondrong yang bukan lain dari Pendekar 10000 an  adanya angguk-anggukkan 

kepala. “Nama besarmu sudah lama kudengar, penulis ayan . Namun sayang kebesaran namamu itu bukan 

karena pekerjaan baik, tapi akibat kejahatan luar biasa yang tiada taranya!”

penulis ayan  Siluman naikkan hidungnya.

“Apakah maksud kedatanganmu ke Pulau Madura ini sengaja mencari dan menantangku?!”

“Kau bisa katakan demikian....”

penulis ayan  Siluman tertawa panjang.

“Kau andalkan apakah maka berani membuat rencana dernikian?”

bobo  menjawab dengan balas tertawa.

Di atas sebuah meja di dalam kamar itu terletak sebuah patung perempuan menjunjung 

kendi yang terbuat dari emas. Beratnya kira-kira tiga kilogram. penulis ayan  Siluman menunjuk pada 

patung itu dan berkata. “Kau lihat patung emas itu, orang muda?! Jika kau sanggup melakukan 

seperti yang akan kuperbuat baru kau pantas bermulut besar di hadapanku!”

Habis berkata begitu penulis ayan  Siluman gerakkan tangan kanannya ke atas, telapak tangan 

menghadap ke patung emas di atas meja. Perlahan-lahan patung di atas meja bergerak, lalu laksana 

ada sebuah tangan yang tiada kelihatan mengangkatnya, patung yang beratnya tiga kilo itu naik ke 

atas, melayang mendekati tangan penulis ayan  Siluman, berhenti tegak di ujung jari tengah penulis ayan  Siluman, 

lalu melayang lagi kembali ke tempatnya di atas meja.

Dengan senyum di bibir penulis ayan  Siluman berpaling pada bobo  anak manusia . “Bagaimana? 

Sanggupkah kau melakukannya? Jika tidak sebaiknya kau lekas-lekas berlutut minta ampun 

kepadaku! Kau tidak terlalu buruk untuk jadi hamba sahayaku!”

bobo  anak manusia  garuk-garuk kepalanya. penulis ayan  Siluman tertawa melihat tingkah pemuda ini.

Diam-diam memang bobo  anak manusia  mengagumi sekali kehebatan tenaga dalam penulis ayan  

Siluman. Meski demikian mana Pendekar 10000 an  mau diremehkan begitu saja.

“Memang meniru seperti yang kau lakukan itu aku tidak bisa penulis ayan  Siluman. Tapi coba kau 

lihat. Kau kurang teliti hingga patung itu kembali ke tempatnya dalam keadaan terbalik!”

penulis ayan  Siluman palingkan kepala dengan rasa tak percaya. Ketika matanya membentur 

patung di atas meja, terkejutlah sang penulis ayan . Patung perempuan menjunjung kendi memang berdiri di 

atas meja tapi dengan kaki ke atas dan kepala serta kendi di sebelah bawah.

penulis ayan  Siluman putar kepalanya kembali pada bobo  anak manusia . Sedikitpun dia tidak melihat 

pemuda itu gerakkan tangannya. Tapi bagaimana patung itu bisa terbalik demikian. Tiba-tiba sang 

penulis ayan  keluarkan tertawanya yang merdu.

“Tenaga dalammu boleh juga orang muda! Ilmumu cukup tinggi! Aku ada usul bagus 

untukmu!” penulis ayan  Siluman melangkah ke tempat tidur. Dalam pakaian yang tipis itu bobo  dapat 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

melihat jelas sekali sekujur tubuh penulis ayan  Siluman. Sang penulis ayan  kemudian duduk di tepi tempat tidur. 

“Aku yakin kau akan menyetujui usulku ini. Tapi harap kau terangkan namamu lebih dulu.”

“Apakah namaku itu perlu betul bagimu?” tanya bobo .

“Tentu!” jawab penulis ayan  Siluman seraya matanya memandang penuh gairah ke paras bobo . Di 

mulutnya bermain seulas senyum. Dan dia menambahkan. “Seorang gagah dan berilmu sepertimu

ini musti diketahui dulu namanya!”

bobo  tersenyum. “Manusia dilahirkan tidak bernama,” katanya. “Karenanya tak perlu 

kuterangkan siapa namaku. Kau boleh panggil aku semaumu. Sekarang coba kau terangkan usul 

bagus yang kau katakan itu!”

“Orang muda, kau terlalu jual mahal namamu! Tapi tak apa, aku senang pada laki-laki yang 

berhati keras, betul-betul bernyali jantan! Dengar orang muda, walau kau tidak mau beri tahu nama, 

namun aku maklum bahwa kau memiliki ilmu yang cukup diandalkan. Setiap orang berilmu tinggi 

mempunyai cita-cita besar. Bagaimana kalau kita berdampingan satu sama lain dalam menguasai 

dunia persilatan?!”

bobo  merenung macam orang tua lalu manggut-manggut. “Usulmu memang bagus...,”

katanya. Paras penulis ayan  Siluman kelihatan gembira. “Tapi,” sambung bobo  pula yang membuat penulis ayan  

Siluman kembali berubah parasnya. “Aku datang ke sini bukan untuk menerima segala macam usul 

atau membuat segala macam perjanjian....”

Paras penulis ayan  Siluman menegang. “Lalu?” sentaknya seraya berdiri dari tempat tidur.

bobo  menatap paras jelita itu beberapa lamanya. Pandangan ini membuat sang penulis ayan  

bergetar hatinya.

“Segala sesuatu di dunia ini musti ada akhirnya,” bobo  anak manusia  membuka pembicaraan 

kembali. “Diakhiri atau berakhir sendirinya. Demikian pula dengan kejahatan....”

penulis ayan  Siluman hendak membentak memotong ucapan bobo  anak manusia . Tapi di bawah sorotan 

mata si pemuda mulutnya tak kuasa dibukanya. Dia tegak tak bergerak di tempatnya.

“Setiap tokoh silat adalah wajar kalau mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia 

persilatan. Namun caranya juga musti cara wajar. Bukan dengan kejahatan tanpa peri kemanusiaan. 

Bukan dengan jalan membunuh anak-anak atau perempuan-perempuan atau manusia-manusia tak 

berdaya dan tak berdosa. Bukan dengan menipu tokoh-tokoh silat, mengundang mereka ke mari lalu 

menjebloskannya di Ruang Penyiksaan....”

penulis ayan  Siluman terkejut amat sangat. Dari mana si pemuda tahu akan hal itu? Tapi untuk 

bertanya lagi-lagi mulutnya takluk membisu di bawah pandangan mata Pendekar 10000 an .

“Bukan pula dengan menculik gadis-gadis cantik lalu, meracunnya dengan obat kesetanan! 

Hendak menguasai dunia persilatan dengan cara seperti itu bukan saja tak akan berhasil, tapi akan 

membawa pelakunya pada satu kehancuran yang mengerikan, Kehancuran itulah suatu akhir. 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Hancur sendiri atau dihancurkan. Dan kurasa kau tak mau menemui kehancuran atau dihancurkan, 

penulis ayan  Siluman. Bukankah begitu...?”

Tenggorokan penulis ayan  Siluman turun naik. Tiba-tiba meledaklah kemarahannya. “Orang muda! 

Bicaramu keliwat pandai! Apakah kau juga pandai menerima pukulanku ini?!”

Laksana kilat penulis ayan  Siluman hantamkan tangan kanannya ke arah bobo . Satu larik sinar biru 

yang amat panas menderu. Di seberang sana Pendekar 10000 an  berkelebat dan “brak!” Dinding kamar di 

belakangnya hancur lebur, runtuh merupakan satu lobang besar kini.

“Kau menghancurkan dirimu sendiri, penulis ayan  Siluman,” desis bobo  anak manusia  disertai lontaran 

senyum. “Tidak sukar untuk kembali ke jalan yang baik. Di jalan yang baik itu kau akan melihat 

satu jalan lurus yang wajar untuk menguasai dunia persilatan ini!”

penulis ayan  Siluman melotot besar sewaktu melihat Pendekar 10000 an  berhasil mengelakkan diri dari 

serangan “Angin Biru”nya tadi.

“Orang muda, pintu masih terbuka bagimu untuk menguasai dunia persilatan ini bersamaku 

menurut caraku!”

“Menyesal sekali, penulis ayan ....”

“Kau yang akan menyesal jika kau menolaknya!” tukas penulis ayan  Siluman. “Meski ilmumu 

setinggi langit tapi tak satu manusia pun yang bisa menghancurkanku!”

“Bukan orang lain yang akan menghancurkanmu, tapi kau sendiri,” sahut Pendekar 10000 an .

penulis ayan  Siluman tertawa aneh. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur.

“Jangan kelewat memandang sebelah mata terhadap penulis ayan  Siluman, orang muda. Kalau aku 

tidak melihat bahwa kau bakal mempunyai peruntungan baik bersamaku, siang-siang aku sudah 

hancurkan kepalamu!” penulis ayan  Siluman tertawa lagi lalu rebahkan dirinya perlahan-lahan di atas 

tempat tidur. Pakaian tidurnya tersibak dan menjulai ke lantai yang ditutupi permadani tebal. Mata 

Pendekar 10000 an  mengecil, sejenak hatinya digelorai oleh darah muda.

“Orang gagah, kemarilah!” panggil penulis ayan  Siluman. Suaranya berubah merdu tidak 

membentak lagi.

bobo  tetap berdiri di tempatnya. 

“Kemarilah....” penulis ayan  Siluman lambaikan tangannya.

Pendekar 10000 an  melangkah. Dia berhenti satu tombak dari samping tempat tidur. Gelora darah 

mudanya semakin menyentak-nyentak.

penulis ayan  Siluman menopang dagunya dengan telapak tangan kanan, memandang gairah pada si 

pemuda lalu berkata. “Seluruh isi Istana ini akan menjadi milikmu, orang muda. Dunia persilatan 

akan berada di tanganmu. Dan kita hidup berdua di sini. Bukankah indah sekali...?” penulis ayan  Siluman 

menggerak-gerakkan kakinya.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Kedengarannya memang begitu,” sahut bobo . “Tapi akan lebih indah lagi bila kau mau 

menelan pil ini....”

penulis ayan  Siluman kerenyitkan kening sipitkan mata dan memandang pada sebuah benda kecil 

hitam di tangan bobo  anak manusia .

“Pil apa itu?” tanya penulis ayan  Siluman acuh tak acuh.

“Pada dasarnya manusia itu semuanya berhati dan berpikir baik. Tapi kekotoran duniawi 

meracuni hati dan pikirannya. Obat ini akan sanggup membersihkan kembali racun hati dan racun 

pikiran yang jahat itu, penulis ayan  Siluman!”

penulis ayan  Siluman tertawa berderai.

“Maksudmu kau mau mengobati diriku, orang muda?”

bobo  anggukkan kepala.

penulis ayan  Siluman tertawa lagi panjang-panjang.

“Hanya orang sakit yang minum obat. Aku tidak sakit.”

“Kau memang sakit penulis ayan  Siluman, sudah sejak lama,” kata bobo  pula.

penulis ayan  siluman luruskan kedua kakinya yang mulus bagus.

“Aku akan telan pil itu,” kata penulis ayan  Siluman. “Tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Berbaringlah di sampingku.”

Bergelegar dada Pendekar 10000 an . Darah muda di tubuhnya laksana hempasan ombak yang 

memukul batu karang di pantai curam.

“Kau perlu istirahat, orang gagah. Kau perlu tidur,” kata penulis ayan  Siluman penuh genit. 

Kegenitan yang mengandung racun.

“Soal tidur soal gampang penulis ayan ,” kata bobo  dengan menahan kobaran darah mudanya. 

“Kebaikan adalah yang paling dulu musti dikerjakan. Kuharap kau bersedia menelan obat ini....”

penulis ayan  Siluman tersenyum.

“Aku ingin sekali menghiburmu, tapi sayang, gadis pemetik kecapi itu tak ada di sini....”

“Inani maksudmu? Aku telah bertemu dengan dia.”

Kagetlah penulis ayan  Siluman.

“Dan bukan dia sendiri. penulis ayan , tapi juga tujuh orang lainnya....”

“Kau apakan mereka?”

“Mereka gadis-gadis cantik yang kini menjadi kawan-kawanku. Otaknya telah dicuci!”

“Kau yang melakukannya?!”

“Kiai Bangkalan!”

Membersilah paras penulis ayan  Siluman. Dadanya menggemuruh. Tapi gelora amarah ini 

kemudian mengendur sedikit. Dia duduk di tepi tempat tidur kembali.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Aku tak perduli dengan mereka. Aku bisa melupakan mereka, juga kakek-kakek keparat, 

bernama Kiai Bangkalan itu. Tapi kau musti menjadi milikku, orang muda, musti!” Dan habis 

berkata begitu penulis ayan  Siluman buka pakaian tidurnya lalu dalam keadaan tanpa pakaian selembar 

benang pun dia melangkah ke hadapan bobo  anak manusia .

Mulut Pendekar 10000 an  komat-kamit. Digaruknya kepalanya. Dia bergerak ke samping sewaktu 

penulis ayan  Siluman melompatnya.

“Orang muda, apakah aku tak boleh memelukmu? Apakah aku tak boleh menyentuh 

tubuhku pada tubuhmu...?”

“Boleh saja tapi sekarang bukan saatnya.”

“Justru sekarang inilah saatnya” dan penulis ayan  Siluman menerjang ke muka hendak meraih 

tubuh bobo  anak manusia . Sekali lagi bobo  berkelit.

“Kau keterlaluan orang muda! Apakah aku harus mengemis terhadapmu?! Peluk aku orang 

muda. Cium parasku, bibirku, dadaku... semuanya....”

“Buset!” ujar bobo  anak manusia  dalam hati sementara penulis ayan  Siluman melangkah mendekatinya.

“Dengar penulis ayan , aku akan cium kau mulai dari ubun-ubun sampai ke telapak kaki. Tapi telan 

pil ini....” bobo  acungkan tangan kanannya,

Tiba-tiba penulis ayan  Siluman berseru nyaring. Tubuhnya berkelebat laksana kilat. Pendekar 10000 an 

terkejut hebat sewaktu lengannya dipukul oleh penulis ayan  Siluman hingga pil hitam yang dipegangnya 

mental ke udara? Sebelum dia bisa berbuat suatu apa, pil itu sudah berada dalam genggaman penulis ayan  

Siluman. Sekali tangan itu meremas maka hancurlah pil pembersih otak dan hati itu.

“Sekarang tidak ada lagi segala macam obat terkutuk! Yang ada kau dan aku! Mari orang 

muda... mari...!”

Pendekar 10000 an  mulai beringasan dan penasaran.

“Aku telah datang membawa kebaikan untukmu penulis ayan  Siluman! Tapi kejahatan di dalam 

dirimu memang sudah sedalam lautan setinggi langit! Aku tunggu kau di taman Istana!”

“Kau mencari mati orang muda?!”

“Dan kau mencari mampus!”

“Bedebah!” maki penulis ayan  Siluman. Dia tepukkan tangannya tiga kali berturut-turut dan 

memandang berkeliling dengan heran.

“Aha... kau memanggil anak-anak buahmu penulis ayan  Siluman? Mereka tak akan muncul! 

Semuanya telah dicekok dengan obat pembersih otak!”

Kaget penulis ayan  Siluman bukan main.

“Manusia tolol! Diberi kesenangan malah minta mati percuma! Aku akan siksa kau di 

Ruang Penyiksaan! Aku akan rebus tubuhmu!”

bobo  tertawa gelak-gelak.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Ruang Penyiksaan hanya tinggal nama saja lagi!” sahutnya. “Tiga tokoh silat yang masih 

hidup sudah kubebaskan dan ruangan itu hanya merupakan puing-puing hancur, satu pertanda bagi 

kehancuranmu sendiri! Aku tunggu kau di taman! Jika otakmu masih diracuni oleh kejahatan, 

taman itu akan menjadi kuburmu! Dan jangan coba-coba larikan diri penulis ayan . Setiap jalan rahasia 

sudah dijaga!”

“Setan alas! Mampuslah!” teriak penulis ayan  Siluman. Kedua tangannya dipukulkan ke muka.

“Wuss!”

Dua sinar biru menderu ganas. Tapi bobo  anak manusia  sudah tendang pintu dan keluar dari 

kamar itu.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

15

Suasana di taman Istana yang indah itu kini diselimuti kesunyian yang menggidikkan. 

Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia  duduk di atas batu rata, di hadapan sebuah arca. Di setiap sudut taman 

berdiri berkelompok-kelompok gadis-gadis berbaju biru. Mereka adalah bekas anak buah penulis ayan  

Siluman yang telah “dibersihkan” otaknya oleh Inani dengan obat yang diberikan Kiai Bangkalan. 

Kalung tengkorak yang biasanya tergantung di leher mereka kini tak kelihatan lagi.

Kesunyian itu dipecahkan oleh suara siulan yang keluar dari mulut Pendekar 10000 an . Inani 

geleng-gelengkan kepala. Di saat yang penuh ketegangan itu bobo  masih bisa bersiul seperti 

seorang yang tengah menunggu saat gembira. Dia melangkah mendekati arca di mana bobo  duduk.

“Apakah kau sudah berhasil memecahkan rahasia kelemahan penulis ayan  Siluman dalam dua bait 

tulisan yang diberikan Kiai Bangkalan?” tanya Inani.

bobo  gelengkan kepala. Dia terus juga bersiul-siul.

“Kau belum tahu rahasia kelemahannya! Dan kau telah berani menantangnya di sini!” ujar 

Inani dengan paras tegang.

“Semuanya telah kasip Inani. Ini adalah saat penentuan. Kalau tidak dia, aku yang. bakal 

meregang nyawa. Mudah-mudahan saja itu perempuan bisa menyadari kejahatannya sebelum 

datang ke sini dan bertobat!”

“Jangan harapkan hal itu bobo !” desis Inani.

“Kau bersiaplah Inani. Sesuai dengan rencana kau baru turun tangan dalam jurus ketiga.... 

Jika aku gagal, semua kawan-kawanmu harus menyerbu!”

Inani mengangguk. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya mendadak sontak 

terkancing. Matanya memandang ke arah tangga batu pualam yang menghubungi langkan Istana di 

hadapan taman dengan anjungan pertama. Sepasang kaki yang bagus kelihatan melangkah 

menuruni anak tangga demi anak tangga. Orang yang melangkah ini sampai ke langkan dan dia 

bukan lain dari penulis ayan  Siluman.

penulis ayan  Siluman telah berganti pakaian. Pakaian biru ringkas yang dikenakannya dihiasi 

dengan manik-manik bergemerlapan. Sikapnya melangkah begitu agung dan penuh wibawa. 

Hidungnya naik ke atas dan penulis ayan  Siluman hentikan langkahnya di tepi kolam.

bobo  anak manusia  hentikan suara siulannya.

Kedua manusia ini beradu pandang sesaat lalu penulis ayan  Siluman memandang berkeliling, 

menyapu para anak buahnya satu demi satu. Kemudian sang penulis ayan  menengadah ke langit. Dan dari 

mulutnya keluarlah suara.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Langit pagi begini cerah, 

Sang surya bersinar terang 

Udara segera melapangkan dada, 

Tapi sungguh berubah,

Semua apa yang kupandang.

penulis ayan  Siluman turunkan kepalanya lalu kembali memandangi anak buahnya satu demi satu.

“Anak-anakku,” katanya dengan suara lantang. “Aku perintahkan kalian untuk menangkap 

manusia yang duduk di depan arca itu!”

Tapi tak satu orang pun yang bergerak dari tempatnya.

Paras penulis ayan  Siluman kini berubah.

“Apa semua kalian sudah tuli atau mulutku yang tak bisa bersuara lagi...?!” penulis ayan  Siluman 

memerintah lagi dengan suara menggeledek. Tapi tetap saja tak ada yang bergerak.

“Apa yang telah terjadi dengan kalian?!” teriak penulis ayan  Siluman. Suaranya bergetar dahsyat. 

“Mana kalung tengkorak kalian?!”

“penulis ayan , mulai saat ini kami di sini bukan lagi anak-anak buahmu!” Yang bicara adalah Inani.

penulis ayan  Siluman palingkan kepalanya.

“Kau yang bicara Inani? Alangkah bagusnya! Hebat!” Rahang penulis ayan  Siluman menggembung. 

Mukanya bermimik bengis. “Jadi semua kalian di sini bukan lagi anak buahku?!” penulis ayan  Siluman 

tertawa panjang.

“Semua kalian akan menerima hukuman! Dan kau Inani! Kau yang bakal kupancung 

pertama kali!”

Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia  perlahan-lahan berdiri dan bergerak sejauh tiga langkah. 

Kembali antara pendekar ini dan penulis ayan  Siluman terjadi bentrokan pandangan.

“penulis ayan  Siluman, apakah kau masih betum melihat jalan kebaikan? Apakah hatimu begitu 

kotor keras laksana gumpalan batu karang? Apakah pikiranmu begitu tumpul...?!”

penulis ayan  Siluman mendengus.

“Delapan penjuru angin dunia persilatan negeri menyebut dan mendengar namaku! Apa aku 

musti takut terhadap manusia macammu?!”

bobo  anak manusia  tertawa pelahan.

penulis ayan  Siluman berdiri berkacak pinggang tapi diam-diam dia salurkan seluruh tenaga 

dalamnya pada telapak tangan kiri kanan. Tiba-tiba, didahului oleh lengkingan dahsyat laksana mau 

membelah langit, penulis ayan  Siluman membungkuk dan pukulkan kedua tangannya sekaligus ke muka.

Tanah yang dipinjaknya melesak lima senti.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  yang sejak tadi juga telah siap waspada tidak terkejut melihat datangnya dua 

gelombang angin biru yang sangat panas menyerang ke arahnya. Pendekar ini sama sekali tidak 

mengelak dari tempatnya berdiri malah balas memukulkan kedua tangannya ke muka lepaskan dua 

pukulan Benteng Topan Melanda Samudera. Sekaligus dia hendak menjajaki sampai di mana 

ketinggian tenaga dalam lawannya. Dan terkejutlah Pendekar 10000 an .

Begitu terdengar suara menggelegar akibat beradunya pukulan yang bertenaga dalam 

dahsyat itu maka tubuh bobo  anak manusia  terhuyung keras ke belakang. Dia hampir saja jatuh duduk di 

tanah kalau tidak lekas mengimbangi diri. Di hadapannya penulis ayan  Siluman keluarkan suara tertawa 

panjang. Ternyata tenaga dalam Pendekar 10000 an  lebih rendah dari penulis ayan  Siluman. Diam-diam pemuda 

berambut gondrong ini tergetar hatinya tapi dia tidak takut.

“Kalau kehebatanmu cuma sebegitu, tak sukar bagiku untuk meringkusmu, pemuda tolol!”

kata penulis ayan  Siluman. Dan segera dia loloskan kalung tengkorak di lehernya sedang tangan kiri 

keluarkan segulung benang sutera halus berwarna biru.

“Jurus kedua ini adalah jurus terakhirmu!” kata penulis ayan  Siluman.

Dengan ilmu menyusupkan suara, Inani peringatkan bobo  anak manusia . “Cepat keluarkan 

senjatamu. Kau tak bakal kuat menghadapinya dengan tangan kosong! Benang sutera itu lihai 

sekali!”

Di saat bobo  merasa ragu-ragu untuk keluarkan senjata maka penulis ayan  Siluman melangkah 

sambil acungkan kalung tengkorak.

“Kau lihat tengkorak ini? Nasib tengkorak kepalamu tidak lebih baik dari ini! Tengkorakmu 

cukup bagus untuk diramu sampai kecil dan dijadikan kalung!”

Lalu dengan sebuah jurus bernama “Petir Menyambar Naga Berenang” penulis ayan  Siluman 

menyerbu. Kalung tengkorak di tangan kanannya laksana bola baja menyambar ganas ke kepala 

bobo  sedang benang sutera biru di tangan kirinya melesat ke muka untuk melihat bagian tubuh 

Pendekar 10000 an  yang menjadi sasaran.

“bobo ! Keluarkan senjatamu cepat!” teriak Inani.

Tapi bobo  menyambut serangan lawan dengan Pukulan Sinar Matahari.

Kalung tengkorak di tangan penulis ayan  Siluman hancur lebur. Suaranya laksana letusan meriam 

sewaktu dihajar Pukulan Sinar Matahari Pendekar 10000 an  tapi di lain pihak sang pendekar sendiri 

dibikin kaget karena pada detik itu benang sutera biru lawan telah melibat pergelangan tangan 

kanannya sampai ke ujung-ujung jari. bobo  coba menyentakkan tapi tiada guna, libatan benang 

sutra semakin ketat. Pendekar 10000 an  lepaskan Pukulan Sinar Matahari ke arah penulis ayan  Siluman, kali ini 

dengan tangan kiri, tapi sebelum kesampaian sang penulis ayan  sudah hantam lengan kiri itu dengan 

lengan kanannya. Masing-masing merasa sakit namun bobo  lebih menderita sedang libatan benang 

di tangan kanannya belum terlepas.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Inani tak menunggu lebih lama. Segera gadis ini berkelebat dan laksana kilat lepaskan 

totokan jarak jauh yang lihai ke arah penulis ayan  Siluman.

penulis ayan  Siluman yang tengah hendak melibat sekujur tubuh bobo  dengan benang suteranya 

ternyata betul-betul luar biasa. Dia masih sempat merasakan datangnya bahaya yang mengancam. 

Padahal kecepatan gerakan Inani tadi tidak seorang pun yang melihatnya.

Sang penulis ayan  rundukkan tubuh untuk hindarkan sambaran angin yang dirasakannya 

menyerang ke urat lehernya. Tapi anehnya sambaran angin itu mengikuti gerakannya. Mau tak mau 

penulis ayan  Siluman terpaksa lepaskan gulungan benang dan pergunakan tangan kirinya untuk menangkis 

angin serangan lawan.

Bukan saja angin totokan Inani buyar berantakan, tapi pukulan penulis ayan  Siluman terus melanda 

tubuhnya. Karena tenaga dalam Inani jauh lebih rendah tak ampun lagi gadis ini mencelat sampai 

delapan tombak, terguling di tanah, masuk ke dalam kolam. Inani kelihatan seperti hendak berenang 

tapi tubuhnya kemudian tenggelam sedang air kolam tampak merah oleh darah yang muntah dari 

mulutnya.

Melihat ini Laruni segera melompat, ceburkan diri keadaan kolam lalu menyeret Inani 

keluar. Tubuh Inani dibaringkannya di satu tempat yang aman dan diberi pertolongan sedapat-

dapatnya.

Sebenarnya penulis ayan  Siluman merasa terkejut akan kehebatan angin pukulan aneh yang tadi 

dilepaskan Inani. Namun kini terdengar suara tertawanya mengekeh.

“Itu contoh pertama buat manusia-manusia murtad yang berkhianat terhadap penulis ayan  

Siluman!” berkata sang penulis ayan  dengan seringai bengis. Dia lalu cepat-cepat palingkan kepala ke arah 

bobo  anak manusia . Kegusarannya tiada tara sewaktu melihat Pendekar 10000 an  berhasil melepaskan benang 

sutra yang melibat sebagian tangan kanannya.

“Benangmu ini cukup lihai penulis ayan . Aku mau lihat apakah kau sendiri sanggup 

menghadapinya!” kata bobo .

penulis ayan  Siluman ganda mendengus. Dia mundur beberapa langkah lalu berlutut di atas rumput. 

Mata dipejamkan sedangkan kedua tangan bersidekap di muka dada.

“Saudara!” seru Laruni terkejut. “Hati-hati! Dia hendak keluarkan Ilmu Seribu Siluman 

Mengamuk!”

Pendekar 10000 an  yang memang sudah diberi tahu kehebatan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk

itu segera lesatkan benang sutera biru di tangannya. Laksana seekor ular, benang itu meluncur ke 

arah penulis ayan  Siluman, tapi anehnya satu tombak dari hadapan sang penulis ayan , benang itu tak mau lagi 

meluncur, melainkan membelok-belok kian ke mari menjauhi sasarannya.

“Sialan!” maki Pendekar 10000 an . Gulungan benang di tangannya dilemparkan ke kolam. 

Sementara itu dari ubun-ubun penulis ayan  Siluman bobo  melihat asap hitam mengempul bergulung-

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

gulung. Waktu dia memandang berkeliling, tak seorang gadis baju biru pun dilihatnya. Pasti mereka 

telah sembunyikan diri karena takut akan ilmu sang penulis ayan .

Sepasang mata Pendekar 10000 an  tidak berkesip dan memandang ke arah penulis ayan  Siluman penuh 

waspada. Kepulan asap semakin tebal. Seluruh tubuh bobo  anak manusia  sudah tergetar oleh aliran 

tenaga dalam kedua kaki merenggang. Hatinya tegang sekali menunggu detik demi detik.

Tiba-tiba dari mulut penulis ayan  Siluman terdengar suara seperti orang menangis. Dan suara 

seperti tangisan ini kemudian berganti dengan lengking-lengking jeritan yang merobek langit 

mengerikan. Kepulan asap sudah menebar di mana-mana. penulis ayan  Siluman ganti suara lengkingannya 

dengan teriakan macam lolongan serigala lapar. Anehnya, gumpalan-gumpalan asap kini kelihatan 

memecah cepat dalam ratusan gumpalan kecil yang kemudian mengembang tambah besar... tambah 

besar. Ketika bobo  memperhatikan gumpalan-gumpalan asap hitam ini terkejutlah dia. Setiap 

gumpalan telah berubah menjadi sosok-sosok tubuh makluk-makhluk yang mengerikan. Tubuhnya 

hanya sebatas dada ke atas dan lima kali tubuh manusia besarnya. Makhluk-makhluk aneh ini 

bermuka sangat mengerikan, rambutnya awut-awutan, mata merah besar, lidah menjulur lebar 

keluar sedang taring dan gigi-giginya menjorok besar-besar.

penulis ayan  Siluman menjerit.

Ratusan makhluk jadi-jadian itu balas menjerit dan masing-masing angkat tangan mereka. 

Ternyata masing-masing mempunyai enam pasang tangan. Dan setiap tangan berkuku hitam.

“Bunuh manusia itu!” teriak penulis ayan  Siluman. Matanya masih meram, tangan masih mendekap 

dada dan tubuhnya masih berlutut di rumput.

Ratusan makhluk siluman menjerit dahsyat dan menyerbu berserabutan ke arah Pendekar 

10000 an  bobo  anak manusia . Tak ayal lagi-Pendekar 10000 an  segera cabut barbel  pemusnah 10000 an . Dari mulutnya 

keluar bentakan keras dan sekali barbel  diputar terus melanda ke arah makhluk-makhluk siluman 

yang datang menyerbu. Belasan makhluk yang tersambar barbel  pemusnah 10000 an  menjerit, darah 

muncrat dari tubuh masing-masing. Tapi anehnya makhluk-makhluk ini tidak musnah malah dari 

setiap tetes muncratan darah berubah menjadi makhluk siluman baru sehingga dalam sekejap saja 

jumlahnya telah bertambah ratusan bahkan mungkin sudah ribuan kini.

Sewaktu makhluk-makhluk itu dengan ganasnya menyerang kembali bobo  anak manusia  tak 

berani menghantam dengan barbel  Naga Geni. Tubuhnya berkelebat dan lenyap. Untuk beberapa 

lamanya dengan gesit dia berhasil mengelakkah setiap serangan yang dilancarkan oleh ratusan 

makhluk siluman itu. Dari samping, dari atas dan dari bawah tiada kunjung hentinya datang 

serangan. Sampai berapa lamakah Pendekar 10000 an  sanggup pertahankan diri? Sementara itu dalam 

keadaan yang mulai terjepit itu bobo  masih juga belum berhasil memecahkan rahasia kelemahan 

ilmu seribu siluman mengamuk yang tersembunyi di balik dua rangka kalimat: Ilmu Seribu Siluman 

mengamuk teramat sakti. Hanya suara yang sanggup mengalahkannya!

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Telinga Pendekar 10000 an  mulai sakit oleh kedahsyatan luar biasa jeritan-jeritan ratusan 

makhluk siluman yang datang menyerangnya. Meski dia sudah tutup indera pendengarannya tetap 

saja suara jerit lengking yang mengerikan itu masuk menerobos liang-liang telinga dan pada jurus 

pertempuran kedua belas kedua telinga Pendekar 10000 an  mulai keluarkan darah.

“Mampuslah aku!” keluh bobo  dalam hati.

Baru saja dia mengeluh demikian, satu sambaran tangan lawan tak bisa dielakkannya.

“Breet!”

Robeklah pakaian bobo  anak manusia . Dadanya tergurat luka disambar kuku dari makhluk 

siluman dan tubuhnya dengan serta merta menjadi panas. bobo  cepat telan sebutir pil lalu melompat 

enam tombak dan tekan gagang barbel  pemusnah 10000 an  di bagian leher kepala naga-nagaan. Ratusan 

jarum hitam menderu ke arah makhluk-makhluk siluman. Tapi laksana seseorang menepuk air 

hujan, makhluk-makhluk itu sekali kebutkan enam pasang tangan maka mentallah semua senjata 

rahasia yang dilepaskan bobo .

Pendekar 10000 an  sambil melayang turun kirimkan pukulan Benteng Topan melanda Samudera

sedang barbel  diputar dengan gerakan Orang Gila Mengebut Lalat! Dua gelombang angin yang 

dahsyat luar biasa melanda tubuh makhluk-makhluk siluman. Tapi tak ada gunanya serangan itu 

karena makhluk-makhluk ini seperti tiada merasakan apa-apa malah dengan cepat menyerbu 

tambah dekat. Sewaktu bobo  dalam keadaan yang sudah kepepet lepaskan pukulan sinar matahari

dengan tangan kiri, makhluk-makhluk siluman itu meniup ke muka dan menjerit-jerit lebih dahsyat.

Pukulan sinar matahari membalik menyerang Pendekar 10000 an  sendiri. bobo  menjerit keras. 

Untuk melompat kembali ke atas tidak mungkin. Terpaksa dia buang diri ke samping dan 

bertabrakan dengan salah satu makhluk siluman. Untung saja bobo  masih sanggup jatuhkan diri dan 

berguling di tanah, kalau tidak pasti tubuhnya akan dihantam empat pasang tangan makhluk 

siluman. Ketika dia berdiri kembali, empat makhluk siluman menerjang ke arahnya. Tak ada jalan 

lain daripada hantamkan barbel  pemusnah 10000 an  ke muka. Empat makhluk meraung keras dan mandi 

darah. Muncratkan darah hanya menambah banyaknya jumlah makhluk siluman itu saja. Sedang 

empat makhluk yang tadi disambar barbel  kembali menyerbu dengan lebih buas. Pendekar 10000 an  

bersiul nyaring lalu lancarkan satu tendangan pada makhluk yang terdekat. Makhluk ini mental tiga 

tombak yang lainnya, disusul puluhan kawan-kawannya berhamburan ke muka. Di saaat itu bobo  

anak manusia  terkurung di tepi kolam. Darah dari kedua liang telinganya telah membasahi pipi. 

Pakaiannya robek-robek sedang kulit tubuhnya berselomotan darah bekas cakaran makhluk-

makhluk siluman.

Satu-satunya tempat untuk selamatkan diri ialah patung perempuan telanjang yang terdapat 

di tengah kolam. Tanpa menunggu lebih lama bobo  melompat ke atas kepala patung itu. Ketika 

puluhan makhluk siluman melayang ke arahnya maka Pendekar 10000 an  segera keluarkan batu api dari 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

balik pakaian. Begitu makhluk-makhluk itu. menyerbu, bobo  adu batu api dengan mata barbel . Satu 

gelombang angin menggebu ke arah makhluk-makhluk siluman. Gerakan puluhan siluman itu 

terhenti sejenak. Api menyambar tubuh mereka tapi sedikitpun tak membawa akibat apa-apa, malah 

bersama puluhan kawan-kawannya makhluk-makhluk yang kena disambar api ini cepat teruskan 

serbuan mereka.

bobo  anak manusia  lompat dari atas patung, melesat ke bagian lain dari kolam. Boleh dikatakan 

seluruh taman telah dipenuhi oleh makhluk-makhluk siluman. Sebentar saja bobo  berdiri di tepi 

kolam itu maka puluhan makhluk kembali menyerbunya, memaksa dia berkelebat cepat kian kemari 

untuk hindarkan diri

“Tamatlah riwayatku!” keluh bobo  anak manusia  sewaktu satu tangan makhluk siluman 

menghantam punggungnya dengan keras, membuat dia berguling di rumput dan bangun dengan 

megap-megap, bergerak lagi dengan cepat untuk hindarkan serangan makhluk-makhluk siluman 

yang kembali datang menyerbu.

Pendekar 10000 an  merasa tiada perlu lagi dia memegang barbel  pemusnah 10000 an  karena tidak bisa 

digunakan. Segera dia selipkan batu hitam ke balik pakaian dan hendak simpan barbel  pemusnah 

10000 an . Tapi dia ingat bahwa masih ada satu kehebatan barbel  itu yang belum dikeluarkannya. Dengan 

hati meragu apakah kehebatan terakhir ini akan sanggup selamatkan dirinya Pendekar 10000 an  balikkan 

senjata itu dan tempelkan mulut kepala naga-nagaan ke bibirnya. Maka terdengarlah suara tiupan 

seruling. Mula-mula perlahan, kemudian melengking keras, tinggi dan tajam, bergema ke setiap 

penjuru.

Ratusan makhluk siluman tampak tertegun. Suara jeritan-jeritan mereka mulai pelahan dan 

semakin tinggi nyaring suara seruling, jeritan-jeritan makhluk itu semakin berkurang dan akhirnya 

lenyap sama sekali. bobo  kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tiupan seruling laksana deru ribuan 

tawon. Makhluk-makhluk siluman kelihatan bingung dan mundur, lalu menjerit dan berteriak-teriak 

aneh. Sekelompok demi sekelompok tubuh mereka kembali menjadi kepulan asap hitam untuk 

kemudian sirna tiada bekas.

Ketika keseluruhan makhluk siluman itu lenyap menjadi asap dan asap lenyap pula dari pe-

mandangan maka kelihatan penulis ayan  Siluman di tengah taman. Mukanya pucat pasi, dari telinga, 

hidung, mata serta mulut keluar darah kental. Sekujur badannya tergetar hebat.

Sewaktu Pendekar 10000 an  tiup suling barbel  Naga Geni. penulis ayan  Siluman tersentak kaget. 

Bagaimanapun dia kerahkan tenaga dalam dan tutup pendengarannya namun suara seruling tak 

berhasil ditolaknya, terus menyeruak ke dalam liang telinga, mengacaukan jalan pikirannya serta 

menyentak-nyentak pembuluh darah, membuat aliran darahnya tidak teratur lagi.

penulis ayan  Siluman coba bertahan dengan sekuat tenaga dan kesaktian yang dimilikinya, tapi kini 

dia telah ketemu batunya. Tiupan seruling Pendekar 10000 an  yang sangat dahsyat telah membongkar 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

kelemahan ilmu siluman yang dimilikinya. Bukan saja ilmu siluman itu musnah berantakan tapi 

juga tiupan seruling terus membungkus dirinya tiada sanggup ditolak lagi.

Sambil terus tiup senjatanya bobo  anak manusia  memaki dalam hati. Sungguh tolol sekali dia.

Kiai Bangkalan telah menuliskan dua kalimat yang bisa membongkar rahasia kehebatan ilmu penulis ayan  

Siluman tapi dia tak berhasil memecahkannya. Masih untung dalam keadaan sangat terjepit dia tiup 

senjata itu, padahal itu pun tadi dilakukannya dengan hati bimbang karena khawatir akan sia-sia.

Tubuh penulis ayan  Siluman makin lemah. Darah keluar semakin banyak. Kini di bawah tiupan 

seruling itu tampak tubuhnya terhuyung kian kemari dan kira-kira setengah peminuman teh 

kemudian tubuh itu tak sanggup lagi bertahan. penulis ayan  Siluman meraung. Raungan yang keluar 

disertai muntahan darah berbuku-buku. Tubuhnya rebah menelungkup ke tanah, masih bergerak-

gerak beberapa ketika kemudian diam untuk selama-lamanya.

Pendekar 10000 an  masukkan barbel  Maut pemusnah ke balik pakaiannya lalu bersila dan 

meramkan mata. Luka di bagian luar serta dalam tubuhnya cukup parah. Sepeminuman teh baru 

Pendekar ini buka kedua matanya lalu telan sebutir pil dan berdiri. Gadis-gadis berbaju biru 

dilihatnya bermunculan kembali di sudut-sudut taman.

bobo  melangkah ke tempat di mana Inani duduk tersandar. Dia sudah sadar dari pingsannya 

dan memandang kepada pemuda itu sewaktu bobo  me langkah ke hadapannya.

bobo  tersenyum dan berlutut di hadapan gadis ini. Inani membalas senyumnya. Matanya 

yang tadi sayu kini kelihatan bersinar.

“Kau hebat bobo ....”

“Aku manusia tolol geblek!” sahut bobo  anak manusia .

“Sudah hampir mau kojor baru bisa pecahkan rahasia yang diberikan Kiai Bangkalan. Itu 

pun secara tak sengaja!”

Inani tersenyum.

bobo  memegang tangan gadis ini. “Kau tak apa?”

Gadis itu menggeleng.

“Terima kasih atas pertolonganmu”, bisik bobo . Dia memandang berkeliling lalu kembali 

berpaling pada gadis itu dan berkata. “Sudah saatnya kita meninggalkan tempat ini, Inani!”

Inani mengangguk. Dibantu oleh bobo  gadis ini berdiri. Mereka saling pandang sejenak, 

sama-sama mengulas senyum dan mulai melangkah ke arah langkan istana penulis ayan  Siluman di mana 

kawan-kawan Inani menunggu. Di langit sang surya bersinar cerah. Satu kejahatan telah musnah 

tapi Pendekar 10000 an  bobo anak manusia  tahu bahwa masih banyak lagi manusia-manusia jahat yang musti 

ditumpas.