lorong besar dalam piramida, dia
menemukan sebuah peti mati yang pecah, yang di dalamnya terdapat mumi Raja Djoser,
atau salah seorang terdekatnya.
Pada akhir tahun 1822, von Minutoli memuat benda-benda yang tak terhitung banyaknya,
yang telah ia temukan di Sakkara, dalam sebuah kapal yang telah disewa oleh Raja
Prussia. Terjadilah kemudian suatu perdebatan atara para akhli purbakala Prussia di satu
fihak dan para penguasa Mesir di lain fihak. Salah seorang petugas Mesir, yang
berkewajiban mengawasi benda-benda purbakala, berusaha menasehati von Minutoli agar
supaya jangan membawa pergi muminya, dengan kata-kata sebagai berikut:
“Anda menanggung menghadapi suatu bahaya yang serius. Banyaklah sudah terjadi
kecelakaan yang sangat membahayakan; setiap orang, yang telah mengangkut sebuah
mumi, telah menjumpai kesulitan yang membahayakan” .
Akan tetapi von Minutoli merupakan seorang ilmiah, dan selalu bertindak berdasarkan
pikiran sehat; adalah bertentangan dengan sifatnya, untuk percaya demikian saja pada
ceritera-ceritera kuno, yang tak masuk akal. Demikianlah mumi itu tetap diangkut ke atas
kapal, yang kemudian mengangkat sauh dan mulai berlayar pada tanggal 3 Januari 1823.
Pada tanggal 10 Januari 1823, von Minutoli, yang tetap tinggal di Kairo untuk
melanjutkan penyelidikannya, mendengar, bahwa kapal pengangkut mumi itu telah hilang
dengan semua awak kapal dan muatannya setelah lepas dari pantai pulau Malta.
Tenggelamnya Kapal “Titanic “ Yang Misterius.
Kecelakaan, yang ke dua, terjadi satu abad kemudian. Pada tanggal 14 April 1912, kapal
“Titanic”, yang menjadi kebanggaan perusahaan angkutan laut “White Star Line”, pada
waktu perjalanannya yang pertama dari London menuju New York, membentur sebuah
gunung es di sebelah Selatan dari Newfoundland, dan tenggelam dengan sebagian besar
awak kapal dan penumpang-penumpangnya.
Tenggelamnya kapal “Titanic” itu, yang masih tetap merupakan bencana pelayaran yang
paling mengerikan dalam abad ini, menyebabkan kematiannya 1.675 orang manusia.
Apakah yang sebenarnya telah terjadi?
Bagaimanakah Raksasa Lautan Pasifik itu, yang pada waktu itu dianggap sebagai sebuah
kapal laut yang paling indah, serta paling besar dan paling aman, di dunia, dapat
mengalami nasib demikian buruk dan tenggelam? Usaha-usaha penyelidikan, yang
kemudian diadakan, tidak pernah berhasil untuk menjelaskan sepenuhnya sebab-musabab
bencana itu.
Jadi, para penyelidik tidak pernah dapat menemukan sebab-sebabnya, mengapa Kapten
Smith, yang memegang komando atas kapal itu, bertindak demikian aneh. Smith
merupakan seorang pelaut yang hebat, sangat berpengalaman dalam perjalanan pelayaran
mengarungi samudera, dan dia mengenal jalan-laut dari London ke New York seperti
telapak tangannya sendiri. Akan tetapi, pada hari terjadinya bencana itu, dia mempunyai
tindak-perbuatan yang sangat aneh, di antaranya yang paling jelas adalah, bahwa dia telah
mengambil jalan yang tidak umum dan telah berlayar dengan kecepatan melampaui batas;
dan lagi, bahwa dia, secara tidak masuk akal, tidak mau minta pertolongan kapal lain,
yang berlayar juga di daerah itu. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah adanya
kenyataan, bahwa para penyelidik telah dapat mengumpulkan keterangan dari para
penumpang, yang tidak menjadi korban bencana, bahwa Kapten Smith tidak
memberitahukan cara menyelamatkan diri sampai pada saat yang terakhir.
Segala sesuatunya menunjukkan, bahwa Kapten Smith telah kehilangan
kesadarannya.
Walaupun demikian, semua kenyataan itu sama sekali belum memberikan suatu
penjelasan. Kenyataan-kenyataan itu malahan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain.
Apakah sebenarnya yang menimbulkan keadaan, di mana Kapten Smith seakan-akan
kehilangan ingatan itu? Dalam suatu usaha maksimal untuk menemukan suatu penjelasan,
yang masuk akal, mengenai kejadian-kejadian aneh itu, beberapa orang wartawan, yang
telah ditunjuk untuk mengikuti penyelidikan sebab-musabab bencana itu, berhasil
mengemukakan suatu dugaan, yang sangat mengejutkan.
Pada waktu terjadinya bencana itu, “Titanic” mengangkut 2.200 orang penumpang, 40 ton
kentang, 1.200 botol aer-belanda, 7.000 karung kopi, 3.500 butir telor, dan lain-lainnya
.... dan sebuah mumi Mesir.
Mumi itu adalah milik seorang pengumpul Inggris, Lord Canterville, yang menyuruh
mengangkutnya dari London ke New York, di mana sedang diadakan pameran benda-
benda Mesir kuno. Mumi itu adalah mayat seorang tukang ramal, yang hidup dalam
jaman Amenophis IV; makamnya telah diketemukan di Tell el-Amarna.
Mumi itu, seperti halnya mumi-mumi Mesir lainnya, mengenakan sangat banyak benda-
benda ajimat. Terutama di bawah kepalanya, terdapat sebuah amulet, yang berisi gambar
Dewa Osiris, disertai tulisan, yang berbunyi sebagai berikut: “Bangunlah dari tidur anda,
yang nyenyak; sorot mata anda akan mengalahkan segalanya, yang dilakukan terhadap
anda”.
Tambahan lagi, benda antik itu, karena nilainya yang luar biasa, tidak dimuat dalam
ruangan barang-barang. Ditutup rapat dalam sebuah peti kayu, yang kokoh kuat, mumi itu
ditaroh di belakang tempat komando Kapten Smith.
Dalam “Magic Egypt” (= Mesir yang gaib), London tahun 1961, John Newbargton
menulis sebagai berikut: “Mummi itulah, yang menyebabkan kegilaan Kapten Smith.
Mumi itu pasti diperlengkapi dengan sistim perlindungan berdasarkan pemancaran radio-
aktif, yang juga telah merusak semua alat pelayaran dari kapal ‘Titanic’ “.
Apakah Lantai Makam-makam Mesir Dilumuri Dengan Uranium?
Selanjutnya John Newbargton menyatakan, bahwa orang-orang Mesir, sejak permulaan
jaman Kerajaan Kuno, telah menjadi akhli di bidang pengambilan dan penggunaan
uranium. Dan, menurut pendapatnya, rahasia mengenai kutukan para Pharaoh yang
tersohor itu, terletak di situ. Walau kelihatannya terlalu berlebih-lebihan, namun pendapat
dan dugaan Newbargton itu telah diperkuat oleh seorang akhli atom Spanyol termasyhur,
Luis Bulgarini.
Dalam tahun 1949, Bulgarini berkata sebagai berikut: “Saya kira, bahwa orang-orang
Mesir kuno telah mengetahui hukum-hukum mengenai tenaga radio-aktif. Orang-orang
cerdik pandai dan para pendeta mereka tentu sudah mengenal uranium. Mudahlah
dibayangkan, bahwa mereka menggunakan pengetahuan mereka itu untuk melindungi
benda-benda, yang mereka anggap suci. Mereka dapat juga melumuri lantai makam-
makam dengan uranium, atau mungkin juga mereka telah menggunakan batu-batu
bangunan, yang mengandung radium, yang telah mereka ambil dari lapisan bumi yang
mengandung uranium. Tenaga radio-aktif dari uranium itu mungkin masih mampu
membunuh orang pada jaman sekarang, atau setidak-tidaknya mengganggu kesehatan
badan”.
Lembah Tambang-Tambang Emas.
Para pemuka teori yang sangat berani itu, berpendapat, bahwa beberapa dokumen, yang
berasal dari jamannya para Pharaoh, membuktikan bahwa orang-orang Mesir kuno telah
membuka tambang di negeri mereka, dan telah mengambil sejumlah besar emas dari
galian mereka. Karena emas dan uranium terdapat dalam susunan batu karang yang sama,
maka merupakan suatu kepastianlah, bahwa mereka telah juga mengambil uranium.
Beberapa papirus menyebut tambang-tambang, yang dibuka dan dikerjakan sejak
permulaan jaman kuno. Salah satu dari tambang-tambang itu terletak di dekat desa kecil
Oumgrayat, yang pada jamannya para Pharaoh disebut Akita. Lagi pula, tambang itu jauh
daripada habis isinya: tambang itu kini masih ada, dan para akhli memperkirakan, bahwa
sepanjang jaman kuno itu telah seratus ribu ton biji logam diambil dari lorong-lorong di
bawah tanah itu.
Sebuah papirus, yang sekarang disimpan di Museum Turin, minta perhatian tentang
adanya tambang-tambang di Akita, dan menunjuk pada “gunung-gunung, dari mana telah
diambil emas”. Menurut dokumen itu, Pharaoh Seti I telah menyuruh mengambil emas
dari “gunung-gunung merah” itu kira-kira pada tahun 1400 sebelum Masehi.
Di samping itu semua, sebuah tulisan kuno, yang diketemukan di dekat desa Kouban,
memberikan uraian terperinci mengenai gagalnya suatu usaha untuk membuka tambang
pada jaman pemerintahan Ramses II. Tulisan itu menyebut, bahwa usaha itu dilakukan di
suatu daerah, yang disebut “Lembah tambang-tambang emas”.
Emas Dalam Keadaan Berlimpah-limpah Di Mesir
Dalam Jaman 3000 Sampai 2000 Tahun Sebelum Masehi
Memang bukan papirus, atau dokumen jaman kuno, atau tulisan kuno, yang menyebut
secara jelas nama “uranium”, dan juga tidak ada disebut secara tegas tentang adanya
hukum-hukum radio-aktivitas. Akan tetapi tidak sulitlah untuk menggambarkan, bahwa
orang-orang Mesir kuno menggunakan nama-nama lain untuk uranium. Bagaimanapun
juga, adanya dan berlimpahlimpahnya endapan-endapan, yang mengandung emas, di
Mesir pada jamannya para Pharaoh, seharusnya merupakan peringatan bagi kita, untuk
tidak membuang teori dan pendapat itu dengan pandangan rendah.
Penggalian-penggalian tertentu, yang belum lama berselang diadakan, terutama yang telah
dilakukan oleh seorang akhli purbakala, yang bernama Quibell, telah menyebabkan
diketemukannya beberapa buah batang emas di dalam makam-makam pra-sejarah, yang
terdapat di dekat desa yang kini bernama El-Kab. Penemuan, yang sangat penting itu,
memberikan bukti yang tidak dapat dibantah, bahwa orang-orang Mesir kuno sudah
mengusahakan tambang-tambang emas, malahan mereka telah melakukannya pada jaman
sebelum dibangunnya piramida-piramida yang megah.
Selain daripada itu, lembaran-lembaran emas, yang bertuliskan huruf-huruf, telah
diketemukan di Tell el-Amarna. Setelah mengadakan penelitian yang saksama, seorang
Amerika yang akhli mengenai soal-soal Mesir, menyatakan benda-benda itu sebagai
surat-surat dari seorang raja Babilonia, yang ditujukan kepada Amenophis III; dalam surat
itu raja Babilonia meminta sejumlah emas kepada Amenophis, yang dia butuhkan untuk
pembangunan sebuah kuil, “seperti yang telah dilakukan pada masa yang lalu, untuk
ayahnya dan untuk Raja Kapadosia”. Permintaan itu membuktikan dengan jelas, bahwa
para Pharaoh sudah mempunyai persediaan emas dalam jumlah besar sejak jaman 3000
tahun sebelum Masehi.
Sebagaimana kita ketahui, emas dan uranium sering diketemukan dalam lapisan batu-
karang yang sama. Karenanya, tidak ada alasanlah untuk menolak teori, yang
menyatakan, bahwa orang-orang Mesir kuno telah mengenal uranium dan hukum-hukum
tentang radio-aktivitas. Hukum-hukum itu mungkin dirahasiakan, dan hanya diketahui
secara terbatas di kalangan para pendeta dan akhli sihir; orang-orang itulah, yang
kemudian, untuk melindungi mumi-mumi tertentu, mungkin telah menaroh benda-benda
ajimat dengan radio-aktivitas, yang mampu membunuh mereka, yang hendak berbuat
jahat terhadap makam-makam mumi itu.
Peta-peta Piri Rais Yang Mengagumkan.
Ilmu pengetahuan jaman kuno memasuki semua daerah di dunia; akhli-akhli tertentu
menyatakan dengan tegas, bahwa nenek moyang kita mempunyai pengetahuan yang
mendalam tentang alam semesta dan benar-benar menguasai batas-batas daratan dari
bumi kita.
Setelah diketemukannya peta-peta seorang laksamana Turki, yang bernama Piri Rais,
maka para sarjana mulai mempunyai gambaran tentang luasnya ilmu pengetahuan pada
jaman kuno. Apakah yang menyebabkan peta-peta itu bernilai demikian tinggi?
Piri Rais menggambar peta itu dalam abad ke 16 berdasarkan 200 buah peta dari sebuah
atlas kuno, yang disebut “Bahriye” atau “Buku mengenai Lautan”. Dua buah peta Piri
Rais, masing-masing dari tahun 1513 dan 1528, disimpan di Museum Nasional Turki.
Apa yang mengherankan mengenai peta-peta itu adalah, bahwa mereka menunjukkan
adanya pengetahuan geografis yang terperinci, yang tidak ada pada jaman sebelum abad
ke 19!
Peta, yang berasal dari tahun 1513, menggambarkan pantai Perancis dan Spanyol,
sebagian dari Amerika Selatan, Laut Atlantik dan bagian Barat dari Afrika. Peta tahun
1528 menunjukkan gambar Gronland, Labrador, sebagian dari Kanada, New foundland
dan sebagian dari pantai Amerika Utara.
Pada waktu itu bagaimanakah luas pengetahuan kita tentang ilmu bumi? Para penyelidik
Dunia Baru, Christopher Columbus, Vespucci dan Magellan, telah menemukan
kepulauan Bahama, Porto Rico dan Haiti dari tahun 1492 sampai tahun 1498, pantai
Brasilia dalam tahun 1501, dan Laut Pasifik dalam tahun 1519.
Walaupun demikian, namun Meksiko, yang baru diketemukan dalam tahun 1520, dan
Peru, yang baru diketemukan dalam tahun 1531, sudah terdapat pada peta tahun 1513,
yang dibuat oleh Laksamana Turki itu! Antarktika atau Kutub-Selatan, yang baru
diselidiki dan dipelajari dalam abad ke 19, dan yang kini masih tetap menjadi obyek
penyelidikan, SUDAH tergambar pada peta tahun 1528 buatan Piri Rais!
Apakah Christopher Columbus Telah Menggunakan Peta-peta Piri Rais?
Siapakah yang merencanakan peta-peta Piri Rais? Jawabannya mungkin dapat
diketemukan dalam ulasan, yang ditulis oleh Laksamana Turki itu, mengenai atlas
“Bahriye”.
Dalam suatu pertempuran di laut melawan Spanyol dalam tahun 1501, Rais telah
menangkap seorang pelaut Spanyol, yang membawa peta-peta yang jarang terdapat.
saat ditanyai, si pelaut itu menjelaskan, bahwa dokumen-dokumen itu digunakan oleh
Columbus pada waktu dia menemukan Amerika, dan bahwa dokumen itu berasal dari
“sebuah buku dari jaman Alexander Yang Agung”. Setelah membaca buku itu,
Christopher Columbus berangkat, dan menemukan kepulauan Antillen dengan
menggunakan kapal-kapal beserta awak kapalnya, yang telah dia peroleh dari Pemerintah
Spanyol.
Riwayat itu, yang pada umumnya sesuai dengan laporan-laporan resmi tentang adanya
seorang pelaut Spanyol bernama Alonso Sanchez de Huelva, yang memberi keterangan
kepada Columbus mengenai benua Amerika, yang telah dia ketemukan sendiri sebelum
Columbus telah diakui sendiri kebenarannya oleh Laksamana Piri Rais sebagai berikut:
“Untuk merencanakan peta ini, saya telah menggunakan sebagai bahan kira-kira sejumlah
20 buah peta kuno dan 8 buah ‘Mappa Mundis’, atau dalam bahasa Arabnya ‘Jaferiye’,
yang dibuat dalam jamannya Alexander Yang Agung, dan yang menggambarkan seluruh
daratan bumi yang berpenghuni”
Dengan demikian, maka peta-peta itu sebenarnya berasal dari jaman pra-sejarah, dan
merupakan petunjuk bagi perhubungan-laut antar benua, yang tentunya telah mencapai
tingkat perkembangan yang jauh lebih tinggi daripada dugaan umum.
Karenanya, maka atlas “Bahriye”, yang telah digunakan oleh Piri Rais sebagai bahan
dasar bagi pembuatan petanya, sebenarnya hanyalah merupakan turunan dari peta-peta
yang jauh lebih kuno lagi.
Bagaimanakah dapat terjadi, bahwa manusia telah membuat peta-peta seperti itu, pada
jaman ribuan tahun yang lalu? Seorang akhli membuat peta bangsa Amerika, yang
bernama Arlington Mallery, telah membuat suatu kesimpulan, yang mengejutkan, sebagai
berikut: “Peta-peta ini tidak akan mungkin dibuat dengan ketepatan yang demikian
cermat, tanpa adanya tuntutan hasil pengintaian dari udara! “.
Peta-peta Cakrawala, Yang Dipahat Pada Batu.
Kalau demikian, apakah mungkin orang-orang angkasa luar, yang membawa peta-peta itu
dan kemudian memberikannya kepada orang-orang bumi jaman kuno? Ataukah memang
nenek moyang kita sudah mempunyai pengetahuan tentang astronomi.... dan juga tentang
ilmu penerbangan?
Para akhli purbakala telah menemukan jejak tentang semangat dan nafsu, yang dirasakan
oleh manusia jaman pra-sejarah, untuk mempelajari cakrawala. Kita telah menemukan
ukir-ukiran peta cakrawala di La Filouziere, Vendia dan Britania. Lobang-lobang kecil,
yang dibuat pada batu-karang, melukiskan gambar susunan
bintang “Waluku” dan “Kartika”. Bekas-bekas gambaran atau ukiran lain terdapat di
Goutzi di Ukraine, di Canchal de Mahoma dan di Bri-de-las-Vinas di Spanyol. Beberapa
buah di antara yang sangat tua, berasal dari jaman 35.000 tahun sebelum Masehi.
Pengetahuan itu dibawa dan diteruskan oleh orang-orang Yunani kuno.
Pada waktu terjadi pembicaraan antara Solon dengan seorang Mesir, yang tua dan
bijaksana, si orang tua itu menceriterakan secara panjang lebar kepada Solon, sebuah
ceritera kuno tentang Phaethon, putera Helios (= Matahari) dan peri laut Climene.
Phaethon mendapat idzin dari ayahnya untuk mengendarai Kereta Perang Matahari
selama satu hari. Dia memegang tali-kekang kuda-kuda angkasa itu. Akan tetapi, karena
ketakutan melihat pemandangan susunan bintang “Bimasakti” di langit, maka dia
kehilangan pengamatan atas keretanya, yang menukik turun terlalu rendah dan membakar
gunung-gunung, kemudian meluncur ke atas lagi dan berada dalam bahaya bertubrukan
dengan susunan bintang-bintang. Pada saat itulah Zeus, yang takut kalau alam semesta
akan hancur, menghantamnya dengan halilintar.
Orang tua bijaksana dari Mesir itu memberikan arti kepada ceritera kuno itu sebagai
berikut: “Apa yang tadinya kenyataan, kini menjadi dongeng kuno. Akan tetapi ceritera
itu berarti, bahwa badan-badan cakrawala telah menyimpang dari perjalanan biasanya,
dan bahwa terjadi kebakaran-kebakaran besar di bumi, yang akan selalu terjadi lagi pada
waktu-waktu tertentu”.
Hal itu telah dibuktikan oleh ilmu-pengetahuan geologi dewasa ini: “Sebuah meteorit
yang sangat besar, yang jatuh di Arizona 50.000 tahun yang lalu, menimbulkan suatu
ledakan dahsyat, yang menyebabkan terbentuknya kawah Barringer dengan ukuran lebar
1.600 meter. Seperti itu juga, di Kanada, kawah Chubb, yang berukuran lebar 3.220
meter, ditimbulkan oleh suatu kecelakaan-bintang lain, yang terjadi 30.000 tahun yang
lalu”
Seorang Cina Telah Berada Di Bulan 4.300 Tahun
Sebelum Datangnya Orang-orang Rusia Dan Amerika.
Orang-orang jaman pra-sejarah, dengan menggunakan pengetahuan mereka di bidang
astronomi, mungkin telah mampu mengadakan penyelidikan-penyelidikan di ruang
angkasa.
“Jalannya sangat panjang, dan seakan-akan dibungkus dalam kegelapan”, demikianlah
diterangkan oleh Chu Yan, seorang penyair bangsa Cina dari abad ke 3 sebelum Masehi.
Dalam riwayat Cina kuno diceriterakan soal petualangan yang luar biasa dari Hou Yih,
seorang insinyur dalam jaman kerajaan Yao, yang memutuskan 4.300 tahun yang lalu,
untuk pergi ke bulan dengan naik “burung kahyangan”. Selama dalam perjalanan, burung
itu menunjukkan kepada si petualang saat-saat yang sebenarnya tentang terbitnya
matahari, titik tertinggi yang dicapai matahari, dan terbenamnya matahari. Setelah itu,
Hou Yih menjelaskan, bahwa dia “terus berlayar mengikuti aliran udara yang bercahaya”.
Apakah yang dimaksud dengan “aliran” itu mungkin tempat pengeluaran gas sebuah
roket?
“Dia tidak lagi merasakan gerakan berputar dari matahari”, berkata yang punya ceritera.
Para astronaut jaman sekarang mengatakan, bahwa tidak mungkinlah untuk mengetahui
dengan tepat perjalanan matahari setiap harinya, kalau kita berada di angkasa-luar.
Dan apakah yang telah dilihat oleh insinyur Cina itu di bulan? Dia melihat “tepi-langit
yang tampaknya membeku”. Untuk melindungi diri terhadap udara yang membeku, dia
membangun “Istana yang sangat dingin “. Isterinya, Chang Ngo, menyusulnya ke satelite,
yang digambarkannya sebagai “sebuah bola bercahaya, yang berkilauan seperti kaca,
berukuran sangat besar, dan yang sangat dingin keadaannya”.
Semua yang dilihat dan dialami oleh para petualang ruang angkasa jaman pra-sejarah,
adalah cocok dengan apa yang dialami oleh para astronaut modern.
“Kumpulan Dongeng-dongeng Kuno “, yang diceriterakan pada jamannya Hou Yih dan
Chang Ngo, menyinggung soal adanya kapal udara di laut pada siang maupun pada
malam hari. Kapal itu dapat berlayar di laut, dan juga dapat terbang di udara dengan sama
baiknya; keadaan itu menunjukkan tentang adanya suatu ilmu pengetahuan teknik, yang
setidak-tidaknya, sama majunya dengan pengetahuan kita.
Penyair Chu Yan, yang sudah kita kenal, memberikan suatu gambaran tentang
kemungkinan diadakannya perjalanan antar-bintang: “Saya berseru kepada pengendali
matahari untuk berhenti. Dan sebelum sinarnya yang terakhir, kami mempercepat
keberangkatan kami. Jalannya sangat panjang, dan seakan-akan dibungkus dalam
kegelapan. Dan selama waktu itu saya cepat-cepat menuju ke impianku yang hilang”.
Rahasia Api Abadi Di Pemandian-panas Jaman Pra-sejarah.
Sayangnya, tulisan syair, yang baru saja kita baca, tidak menguraikan secara teknis cara
bekerjanya kapal-kapal ruang-angkasa pada jaman itu.
Mengenai persoalan itu, Andrew Thomas mengakui, bahwa “Haman de Sheikh Bahai
telah mewariskan kepada kita sebuah gambaran mengenai tempat pemandian umum
Isfahan di Persia jaman kuno, dan, mungkin agak aneh, uraian itu mungkin dapat
menolong kita untuk memecahkan rahasia misteri itu”.
Dia melanjutkan: “Tempat-pemandian yang luas itu diperlengkapi dengan air panas oleh
sebuah bangunan, yang terdiri dari sebuah tungku terbuat dari logam istimewa, yang
hanya membutuhkan api lilin saja untuk memanasinya. Apakah logam itu merupakan
suatu campuran yang tidak kita kenal? Atau, mungkinkah ada suatu mekhanisme tertentu,
yang dapat memperbesar daya-panas api-lilin dengan seribu kali lipat atau lebih?”.
Pendapat itu dikuatkan oleh pengumuman “Isfahan”, yang diterbitkan oleh pemerintah
Iran Di Teheran dalam tahun 1962, dan yang kemudian dikutip oleh si penulis Australia
Andrew Thomas itu sebagai berikut:
“Sangat boleh jadi, seseorang menggali ke dalam dasar-tungku, dan menemukan
rahasianya; dengan pemecahan rahasia itu, pada suatu saat akan diketemukan caranya
menimbulkan api-abadi, yang akan dapat digunakan sebagai bahan-bakar bagi roket-roket
bulan”.
Para Dewa, Yang Sering Mengunjungi Bumi.
Mungkin dapat diperoleh sekedar penjelasan mengenai persoalan itu dalam kebudayaan
bangsa Hindu.
Dalam tulisan-naskah “Samaranagama Sutradhara” disebut soal “makhluk-makhluk
kahyangan”, yang turun ke bumi; mungkinkah ada hubungan antara peradaban, yang jauh
ini, dan dunia tertentu di angkasa-luar?
Menurut Professor Hariyappa dari Universitas Misore, maka “Dewa-dewa itu sering turun
ke bumi”, dan beberapa orang mempunyai hak istimewa untuk mengunjungi para Dewa
itu di langit. Dalam mempelajari “Rig Veda”, sebuah naskah suci lain di India, Professor
Hariyappa mengatakan adanya kemungkinan saling hubungan antara semua planit pada
jaman yang telah jauh berlalu.
Manuskrip Hindu “Mahabharata” menyinggung adanya kehidupan di lain-lain planit
sebagai berikut: “Tidak terbataslah luasnya ruangan, yang dihuni oleh makhluk-makhluk
sempurna dan Dewa-dewa. Tempat tinggal mereka, yang sangat indah, tidak ada
batasnya”.
Akan tetapi, kalau para Dewa - atau makhluk-makhluk ruang angkasa pernah turun ke
bumi untuk mengajarkan secara serius ilmu pengetahuan tinggi kepada manusia pada
jaman ribuan tahun yang lalu, mengapakah kita sekarang tidak dapat lagi mengadakan
hubungan dengan mereka?
Di Negeri Orang-orang, Yang Mengetahui Segala-galanya.
Ilmu-pengetahuan, menurut dongeng yang ada, yang dimiliki oleh manusia pra-sejarah,
dinyatakan telah mencapai tingkat ketinggian yang benar-benar mengagumkan.
Dalam hubungan itu, ceritera kuno mengenai Apollonius dari Tyana, memberikan
gambaran baru tentang misteri Ilmu-pengetahuan pada jaman pra-sejarah.
Siapakah Apollonius itu? Riwayat hidup luar biasa dari orang mengagumkan itu, ditulis
oleh Praetor Philostratus atas perintah Ratu Romawi Julia. Menurut penulisnya,
Apollonius di lahirkan dalam tahun empat sebelum Masehi, di Kapadosia. Pada waktu
masih sangat muda, dia telah membuktikan mempunyai kecerdasan otak, yang jauh
melebihi kecerdasan orang pada umumnya, dan guru-gurunya selesai melengkapi
pendidikannya saat dia berumur empat-belas tahun; dia telah memiliki pengetahuan
yang sangat luas. Pada usia 16 tahun dia mengucapkan janji, yang menyebabkan dia dapat
diterima di Sekolah Pythagoras.
Perjalanannya yang lama dan luar-biasa, yang penuh dengan kejadian-kejadian aneh,
saat seorang pendeta Apollo memberikan kepadanya sebuah peta, yang diukir pada
tembaga, yang menunjukkan jalan ke “Kota para Dewa”, suatu daerah di Tibet-India;
menurut orang-orang Yunani, di situlah tempat tinggal “orang-orang, yang mengetahui
segala-galanya”.
Dengan bekal peta, yang dia miliki, filosof Yunani yang bernama Apollonius itu,
memulai perjalanannya. Setelah sampai di Nineveh, dia berjumpa dengan seorang laki-
laki muda bernama Damis, yang menawarkan diri untuk menjadi penunjuk-jalannya.
Setapak demi setapak, pada waktu ke dua orang itu mendekati tempat-tujuan, terjadilah
peristiwa-peristiwa yang luar-biasa; jalan di belakang mereka kelihatannya lenyap
mencair, dan daerah pedusunan tampak bergerak mengalir.
Pada suatu hari mereka berjumpa dengan seorang anak laki-laki, yang menyapa mereka
dalam bahasa Yunani sebagai berikut: “Selamat datang kepadamu, Apollonius. Pemimpin
kami, Larchas, telah menantimu”.
Orang muda pandai-bijaksana itu menjumpai seribu hal yang aneh-aneh: Lobang-lobang,
yang mengeluarkan lajur-lajur terang, seperti proyektor; batu-batu yang memancarkan
sinar dalam gelap, yang menerangi kota, dan yang mendadak menjadi gelap.
Akan tetapi, apa yang paling aneh baginya adalah soal “melayang-layang di udara”, dan
adanya sebuah pesawat yang mematuhi semua perintah orang-orang Tibet itu.
Philostratus menggambarkan robot-robot itu sebagai berikut: “Didorong oleh kekuatan-
kemauan, mereka berpindah-pindah tempat di sekitar tempat yang suci, digerakkan oleh
dirinya sendiri, mereka menanggapi isyarat-isyarat, yang bagaimana kecilnya-pun, dari
para Dewa”.
Melihat keheranan Apollonius, Larchas berkata kepadanya: “Engkau sekarang berada di
antara orang-orang, yang mengetahui segala-galanya”.
Para Penguasa-gaib Dari Alam-semesta.
Siapakah orang-orang, yang mengetahui segala-galanya itu? Menurut Apollonius, mereka
“hidup di bumi dan di luar bumi, pada waktu yang sama”. Apakah uraian itu harus kita
artikan, bahwa mereka selalu mengadakan hubungan dengan peradaban angkasa luar?
Pengertian itu mungkin dapat menjelaskan ucapan aneh, yang dikatakan oleh Larchas:
“Alam-semesta merupakan sesuatu yang hidup”.
Akan tetapi saatnya telah tiba bagi filosof Yunani itu, untuk barangkat. Dia menempuh
jalannya kembali, setelah dia menerima tugas untuk membebaskan daerah Barat dari
kekuasaan Romawi.
Marilah kita mengikutinya lebih lanjut. saat dia sampai di Roma, yang berada di bawah
pemerintahan Nero, dia diajukan ke muka pengadilan. Apa yang dia katakan, terdengar
aneh bagi orang-orang Romawi, yang menuduhnya sebagai seorang pengacau. saat
Jaksa membuka rontal (= surat gulungan), di mana tertulis tuduhan-tuduhan terhadap
Apollonius, terjadilah suatu keajaiban: dokumen itu ternyata bersih tidak ada tulisannya!
Apollonius dibebaskan dengan segera, dan setelah itu dia selalu diperlakukan oleh orang-
orang Romawi dengan hormat dan rasa takut.
Di bawah pemerintahan Domitian, Apollonius, yang terus-menerus dituduh melakukan
kegiatan-kegiatan anti-Romawi, diajukan lagi ke depan Pengadilan: “Anda boleh
menahan badan saya, akan tetapi jiwa saya tetap bebas”, demikianlah dia berteriak kepada
Kaisar Domitian, “dan lagi, badan saya pun anda tidak dapat menahan”. Setelah
ucapannya itu, dia menghilang dengan suatu kilatan cahaya.
Dengan demikian berakhirlah sudah riwayat hidup Apollonius. Tidak ada yang
mengetahui, apa yang selanjutnya terjadi dengan dia, setelah keadaan yang tidak masuk
akal itu.
Mungkinkah dia telah naik ke cakrawala, dan berdiam di sana, di antara para penguasa
gaib dari alam-semesta?
Yang menguatkan adanya kemungkinan itu adalah adanya dua kenyataan, yaitu, bahwa
Kaisar Romawi Karakalla mempersembahkan tempat-suci kepadanya, dan bahwa dia
dipuja sebagai Dewa di Ephesus dalam abad ke III.
Apakah orang-orang pertama juga menggunakan obat-obatan antibiotika, anesthesia,
pembedahan, dan sinar-X? Menurut penyelidik-penyelidik tertentu, cara-cara pengobatan,
yang baru akhir-akhir ini, yang relatif belum lama, kita ketahui, sebenarnya sudah
diketahui ribuan tahun yang lalu. Kalau demikian, apakah semua ilmu-pengetahuan itu
hanya merupakan suatu “penemuan-kembali” belaka? Menurut pendapat-resmi, maka
nenek-moyang kita telah menemukan obat-obatan dan cara pengobatan melalui cara, yang
sama dengan cara yang kita tempuh, yaitu dengan cara mengadakan percobaan-percobaan.
Akan tetapi teori itu kurang memuaskan bagi penyelidik-penyelidik tertentu. Menurut
pandangan mereka, maka suatu kekuasaan atau kekuatan di luar manusia, yang datang
dari suatu tempat TAK DIKENAL, telah membawa ilmu pengetahuan, yang dalam itu,
kepada orang-orang jaman pra-sejarah.
Mungkinkah, berdasarkan kesimpulan yang terakhir itu, ilmu-pengobatan merupakan
ilmu pengetahuan, yang berasal dari angkasa-luar?
Sebuah Buku Obat-obatan Yang Sangat Hebat.
Buku obat-obatan merupakan dasar dari semua ilmu-pengobatan, dan mengemukakan
macam-macam obat yang sama di kalangan orang-orang jaman dahulu, seperti jaman
sekarang.
Menurut papirus “Rind” dari Dinasti XI, orang-orang Mesir kuno menggunakan suatu
jenis jamur tertentu, yang namanya sayang sekali tidak disebut, untuk menyembuhkan
luka-luka terbuka. Obat ini sangat menyerupai penisilin, yang diketemukan oleh Fleming.
Walaupun demikian, papirus Mesir itu berasal dari jaman 2.000 tahun sebelum Masehi.
Demikian juga, obat-obatan antibiotika sudah ada pada jamannya orang-orang Yunani
kuno, dan juga di kalangan orang-orang Cina jaman dahulu. Orang-orang Cina itu
menggunakan rabuk panas dan gandum-kecap, yang diberi ragi, yang mempunyai khasiat
sama dengan obat antibiotika, dan yang sejak masa itu menjadi sangat terkenal.
Walaupun orang telah beratus-ratus tahun, dengan rasa pasrah kepada takdir, mau
menerima adanya malapetaka seperti penyakit-cacar, siphilis, tetanus dan lain sebagainya,
namun sebenarnya orang-orang Hindu telah mengetahui secara mendalam soal
vaksinasi.... kira-kira sejak 3.500 tahun yang lalu! Suatu uraian, yang diambil dari naskah
orang-orang Brahman, “Setya Grantham”, mengenai suatu injeksi di bawah kulit terhadap
penyakit cacar, berbunyi sebagai berikut:
“Ambillah dengan pucuk sebuah pisau cairan isi bisul-cacar, dan injeksikanlah cairan itu
ke dalam lengan seseorang, agar supaya dapat bercampur dengan darah orang itu.
Penginjeksian itu akan membangkitkan rasa demam, akan tetapi penyakitnya akan mudah
berkurang tanpa disertai komplikasi”.
Dari Ilmu-pengetahuan Tentang gigi .....
Sampai kepada “Tukang Cabut Gigi”.
Siapakah yang tidak pernah mendengar ceritera tentang para “tukang cabut gigi” dari
Abad Pertengahan di Eropa? Reputasi mereka yang menakutkan, yang diwariskan terus
kepada para dokter-gigi jaman sekarang, mungkin tidak salah, akan tetapi penemuan-
penemuan di bidang ilmu-purbakala, yang belum lama berselang terjadi, menunjukkan
sudah adanya ilmu pengetahuan, yang mendalam, di bidang gigi di kalangan orang-orang
Maya dan Mesir kuno.
Mumi-mumi, yang dikeluarkan dari peti-peti mati di “Lembah Raja-raja”, di Mesir bagian
atas, memperlihatkan gigi-gigi palsu.
Kerangka orang-orang Maya, yang diketemukan sepanjang pantai Aina, di teluk
Kampeche Meksiko, mempunyai puncak-gigi dan isi-gigi terbuat dari bahan, yang masih
belum diketahui pada jaman kita sekarang ini.
Mutu hasil pekerjaan itu membuat heran dan kagum para sarjana modern. Bagaimanakah
hasil-karya mereka itu dapat melewati ribuan tahun tanpa mengalami kerusakan, dan
masih tetap berada dalam keadaan baik? Suatu keajaiban lagi, yang merupakan lanjutan
dari yang sudah-sudah.
Ilmu-bedah Jaman Pra-sejarah.
Operasi-operasi yang berjalan dengan baik, yang diperlihatkan oleh orang-orang pra-
sejarah di bidang gigi, memberikan dugaan tentang telah adanya suatu pengetahuan
tentang pembiusan atau mematikan-rasa.
Akan tetapi kita mengetahui dengan pasti, bahwa orang-orang Mesir kuno menggunakan
bahan mineral, yang sampai sekarang belum kita kenal untuk mematikan rasa si pasien.
Untuk itu, orang-orang Inca menggunakan kokaine. Rupa-rupanya orang-orang Inca itu
telah mengetahui tata cara amputasi dan pembedahan.... pada kira-kira 2.500 tahun yang
lalu. Sebagai bukti mengenai hal itu, di dalam kuburan-kuburan orang-orang Inca telah
diketemukan sejumlah besar alat-alat pembedahan, mata-panah, pisau-bedah, pisau-
perunggu, pinset dan jarum. Malahan diketemukan juga tengkorak-tengkorak bekas
dioperasi.
Suatu Pembedahan .... 2.500 Tahun Yang Lalu
Kalau masih ada orang yang ragu-ragu, di bawah ini diungkapkan sebuah laporan
mengenai pembedahan, yang dilakukan di Cina 2.500 tahun yang lalu, dan dilaporkan
dalam riwayat “Hou Han Chou”.
“Dia (dokternya) menyuruh pasiennya menelan bubuk obat-bius, yang dicampur dengan
anggur. Segera setelah si pasien mabuk dan kemudian pingsan, dia membuat suatu
goresan pembedahan di perut atau di punggung, untuk mengambil setiap pertumbuhan,
yang mengganggu dan membahayakan. Kalau perutnya atau isi perutnya (usus) yang
terkena infeksi, maka dia membersihkan sama sekali bagian-bagian itu setelah dia
terlebih dahulu mengambil semua bagian yang tercemar dan menimbulkan infeksi itu
dengan menggunakan pisau-bedahnya. Dia kemudian menjahit luka-lukanya dan
menggunakan semacam salep yang mentakjubkan, yang menyembuhkan luka-luka itu
dalam empat atau lima hari; setelah lewat sebulan, si pasien telah sembuh sama sekali”.
Akan tetapi ilmu-pengetahuan di Cina tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam abad ke 3
sebelum Masehi, Kaisar Tson Shi, mempunyai sebuah “Cermin-gaib”, yang dapat
“menyinari tulang-tulang tubuh “. Apakah ungkapan, yang jelas itu, menyinggung sinar-
X?
Kita mempunyai beberapa gambaran perincian mengenai “cermin” itu, yang tingginya
1,76 meter dan lebarnya 1,22 meter, dan disimpan di dalam istana Hien Yang di Changsi.
Benda itu memantulkan gambar-kebalikan, akan tetapi tulang dan alat-alat dalam tubuh
dapat dilihat dengan jelas, sehingga memungkinkan dapatnya segera diketahui, bilamana
ada luka atau kerusakan. Bukankah gambar demikian itu, yang menjadi angan-angan ilmu
pembuatan gambar sinar-X, yang kini masih dicari cara-cara pembuatannya?
Siapakah Dr. Cabrera Itu?
Akan tetapi misteri yang jelas paling aneh adalah museum batu-batu Dr. Cabrera di kota
Ica di Peru. Sejumlah batu-batu itu melukiskan pembedahan-pembedahan menurut ilmu-
bedah, yang sudah tinggi tingkatannya. Siapakah Dr. Cabrera itu, dan apakah maksud
diadakannya museum itu dipandang dari sudut ilmu-pengetahuan?
Javier Darquea Cabrera, seorang keturunan dari Don Luis-Jeronimo, penemu kota Ica di
tahun 1563, merupakan salah seorang yang paling menonjol di kalangan cerdik-pandai di
Peru. Dia adalah seorang akhli-bedah di rumah-sakit buruh di kota Ica, pemimpin
pekerjaan penyelidikan, seorang anggauta Dewan Kota Ica, seorang akhli biologi dan
akhli-antropologi. Tambahan lagi, dia dianggap sebagai seorang di antara akhli-akhli yang
paling baik mengenai pra-sejarah Amerika.
Dia tetap berkata, bahwa cintanya kepada negaranya, Peru, dan kepada “pra-sejarah”,
mendorongnya untuk menemukan suatu harta benda yang tak dapat diperkirakan nilainya,
yang menggulingkan semua teori tentang ilmu-pengobatan jaman kuno.
Suatu Koleksi Yang Aneh.
Di lantai bawah sebuah bangunan, yang sangat besar dan mewah, yang menghadap ke
Plaza de Armas di Lima, diketemukan museum Dr. Cabrera yang dirahasiakan. Lima
buah ruang utamanya diisi dengan rak-rak yang kokoh, di atasnya mana dipertunjukkan
ribuan buah batu. Beberapa buah batu, yang lebih berat, terdapat di lantai. Dr. Cabrera
menyatakan, bahwa masing-masing batu itu, semuanya, telah diberi indeks, dimasukkan
dalam penggolongan, dan ditaroh di tempat sesuai dengan urutan penggolongannya. Dia
mengatakan, bahwa keseluruhan batu-batu itu berjumlah sebelas-ribu, dan ada beberapa
buah diantaranya, yang masing-masing beratnya sampai mencapai 200 kilogram. Batu-
batu berbentuk balok, batu kerikil bundar-bundar, batu-batu datar, semuanya kelihatan
mengkilap berwarna agak abu-abu, atau agak kuning kemerah-merahan.
Masing-masing batu itu, semuanya, ada ukiran-ukirannya. Semua disainnya jelas dan
cermat. Garis-garisnya jelas; garis-garis lengkungnya seakan-akan dibuat dengan sebuah
jangka, dan garis lurusnya tidak terputus, seakan-akan ditarik dengan sebuah penggaris.
Pekerjaan disaiannya rumit, dan susunannya berimbang. Dr. Cabrere mengatakan kepada
para tamunya, bahwa orang-orang, yang telah mengukir disain-disain itu, merupakan
orang-orang, yang mempunyai tingkat kecerdasan otak yang tinggi.
Mengingat berbeda-bedanya benda, kekhususan dari tiap-tiap disain, dan berbeda-
bedanya arti bentuk disain, maka kita terpaksa menduga, bahwa sejumlah besar tukang-
ukir, secara berturut-turut selama jangka waktu yang panjang, telah dipekerjakan dalam
menyelesaikan pengukiran disain-disain itu.
“Buku dari batu” itu, istilah yang digunakan oleh Dr. Cabrera sendiri, mengungkapkan
kepada mereka, yang dapat memecahkan artinya, penghidupan sehari-hari orang-orang
jaman pra-sejarah, ilmu pengetahuan mereka, yang tinggi dan mendalam, di bidang
biologi, pembedahan, astrologi, ilmu bumi dan ilmu alam.
Dr. Cabrera menyatakan dengan tegas dan pasti, bahwa batu-batu itu keseluruhannya
merupakan dokumen-dokumen pra-sejarah, yang paling lengkap dan paling banyak
memberi penerangan, yang pernah diketemukan oleh manusia.
Dari Manakah Asalnya Batu-Batu Kota Ica Itu?
Dr. Cabrera tidak ingin mengungkapkan asal mula atau tempat asal harta bendanya, yang
tidak ternilai itu. Sebenarnya, dia merasa terombang-ambing antara dua perasaan, yang
saling bertentangan. Di satu fihak, dia ingin mengungkapkan tempat, di mana dia telah
menemukan batu-batu itu, untuk mengakhiri “gerakan menjelek-jelekkan namanya” yang
dilakukan oleh para sarjana dari semua bidang. Beberapa orang sarjana telah sampai
mengatakan, bahwa dia telah membayar para petani di daerahnya, untuk mengukir dan
mewarnai batu-batu itu! Akan tetapi di lain fihak, dia ingin tetap menyimpan rahasianya
untuk menghindari datang mengalirnya para pengejar sensasi atau orang-orang yang
hanya ingin tahu belaka, ‘dan juga untuk menghindari bahaya perampokan. Dia
menjelaskan keadaannya itu sebagai berikut:
“Saya telah dapat mengumpulkan 11.000 buah batu, akan tetapi masih amat sangat
banyak lagi yang ketinggalan. ( Dalam suatu percakapan lain, Dr. Cabrera memperkirakan
jumlah batu itu sebesar 100.000) Saya ingin melengkapi koleksi saya sampai semaksimal
mungkin..... Pokoknya, sebelum saya membuka rahasia saya, saya terlebih dahulu ingin
memperoleh pengakuan dari sebuah komisi, yang terdiri dari akhli-akhli ilmu
pengetahuan, bahwa saya adalah seorang anggauta kelompok mereka; saya juga
menginginkan agar Pemerintah Peru mengadakan sistim penjagaan tetap, untuk
melindungi harta kekayaan nasional itu “.
Akan tetapi, rahasia yang ingin disimpan oleh Dr. Cabrera itu, sebenarnya, sedikit-banyak
sudah menjadi suatu rahasia umum. Daerah, di mana batu-batu terukir itu diketemukan,
sudah diketahui sampai pada jarak sejauh kira-kira satu kilometer. Letak daerah itu adalah
kira-kira 30 km di sebelah Barat Daya kota Ica, di dekat Ocucaje di sekitar sungai Ica.
Untuk sebagian besar, batu-batu itu dipendam dalam gua-gua besar atau dalam kuburan-
kuburan.
Di Ocucaje sendiri, setiap keluarga petani mempunyai beberapa buah batu itu (“piedras”),
yang terukir sangat bagus. Pada waktu para petani itu pergi ke kota, maka yang lebih
pandai di antara mereka, membawa dan menjual batu-batu mereka kepada para pelancong
yang ber-uang.
Bagi yang kurang pintar, batu-batu itu dibiarkan tersebar dalam kandang-kandang ayam
atau di halaman rumah mereka. Demikian banyak jumlah batu itu! Dari generasi ke
genarasi, dari ayah ke anak, mereka semua mengetahui tempat batu-batu itu.
Kalau batunya cukup besar, dan kalau disainnya kelihatan baik dan cermat
pembuatannya, maka mereka menjualnya kepada Dr. Cabrera yang baik.
Benda-benda terukir itu (“garabados”) sebenarnya sudah diketahui, setidak-tidaknya sejak
abad ke 17. Batu-batu tidak lebih banyak menarik, perhatian daripada potongan-potongan
batu api atau periuk-belangga Paracas, yang banyak diketemukan di daerah itu. Nilai
kekayaan, yang tinggi, dari warisan pra-sejarah dalam bentuk batu-batu kota Ica itu, tidak
dipedulikan oleh orang-orang Peru.
Apakah orang-orang Jaman Pra-sejarah
Melakukan Pemindahan Jantung
Sebagian tertentu dari batu-batu itu ada hubungannya dengan bidang pengobatan, dan
pada pandangan pertama sudah menampakkan adanya tingkat kemajuan, yang lebih tinggi
daripada tingkat pengetahuan kita sendiri. Menurut dokter yang baik itu, pasien jaman
dahulu beruntung bisa mendapatkan obat-obatan, yang bermutu tinggi. Beberapa di antara
batu-batu dengan disain menarik, menunjukkan suatu pembedahan”Kaisar” secara
terperinci; pengambilan contoh darah dan, malahan lebih mengagumkan, pemindahan
hati, jantung dan otak!
Menurut batu-batu yang sama itu, pembedahan itu dapat berjalan secara sempurna, karena
para akhli-bedahnya benar-benar menguasai teori pembedahan dan sangat tangkas.
Marilah kita, sebagaimana dianjurkan oleh Dr. Cabrera, memeriksa salah sebuah dari
“batu-batu pengobatan”, yang menunjukkan suatu kelahiran bayi melalui pembedahan
“kaisar”.
Wanita, yang hendak melahirkan, ditidurkan terlentang telanjang di atas semacam tempat
tidur untuk berkemah ( “veld-bed”). Akhli-bedahnya memijit-mijit perutnya untuk
mengatur kedudukan si bayi, yang kita lihat secara samar-samar, dalam keadaan yang
seharusnya. Pisau bedahnya kelihatan terletak di tempat pada jarak, yang mudah
terjangkau oleh raihannya. Mata pisaunya telah diasah hingga sangat tajam. Dengan suatu
gerakan yang tepat dan pasti, akhli bedahnya membuat goresan pembedahan. Tangannya
lain, yang bebas, melanjutkan memijit-mijit perut si pasien. Si wanita rupa-rupanya
mengalami penarikan-penarikan untuk melahirkan. Dia telah menarik lutut-lututnya ke
atas. Akan tetapi akhli bedahnya telah mengangkat keluar si bayi; seorang pembantu
menolong tugas pekerjaannya yang sulit itu. Sebuah pipa, yang pada ujungnya terdapat
sebuah bola-penekan, dimasukkan ke dalam mulut si pasien. Apakah alat itu merupakan
sebuah alat untuk melayani pemberian udara atau oxygen, ataukah untuk memasukkan
cairan secara perlahan-lahan? Ataukah untuk mengatur suatu pembiusan? Yang jelas
adalah, bahwa pasiennya kelihatan seakan-akan sedang tidur; tangannya tidak lagi
ditekankan pada perutnya. Kepala bayinya sudah berada di luar perut sang ibu.
Pembedahannya telah berjalan dengan baik.
Lebih Pandai Daripada Dokter Barnard?
Apakah pernyataan-pertanyaan Dr. Cabrera hanya merupakan omong-kosong belaka,
dengan maksud untuk menguatkan teori-teorinya di bidang pra-sejarah. Kelihatannya
tidak, sebab, baru-baru ini, apa yang dinyatakan pada batu-batu itu, telah dibenarkan oleh
laporan Professor Marmadjaidjan mengenai ekspedisi ilmiah di Asia Tengah daerah
Rusia, yang telah dipimpinnya sendiri.
Laporan itu menyatakan, bahwa pemindahan jantung telah dicoba dan dilakukan dengan
hasil baik pada jaman pra-sejarah. Professor Marmadjaidjan sebenarnya telah menemukan
delapan buah kerangka manusia, yang menunjukkan bekas-bekas pembedahan secara
ilmiah pada tulang-tulang di ujung rongga dada. Tebalnya periosteum membuktikan,
bahwa pembedahan itu berjalan dengan baik. Dapatlah segera ditentukan, bahwa setelah
pemotongan tulang-tulang rusuk, mereka tentu telah melakukan penanaman jantung.
Menurut professor kita, perbuatan berani, yang mengagumkan itu, telah dilakukan
100.000 tahun yang lalu.
Menurut pandangan Dr. Cabrera, batu-batu kota Ica merupakan bukti, yang nyata dan
tidak dapat disangkal, bahwa ilmu pengetahuan nenek moyang kita berada dalam
tingkatan yang lebih tinggi daripada pengetahuan kita sendiri. Professor Barnard, yang
telah mempunyai nama sebagai orang pertama dalam abad ke 20 ini, yang telah
mengusahakan pemindahan dan penanaman jantung, menggunakan suatu cara, di mana
dia tidak mengganti organisme keseluruhannya. Dia memilih cara, untuk mengganti
bagian yang rusak dengan suatu bagian yang baik. Bagian baik, yang dibutuhkan itu,
diambil dari jantung orang yang sudah mati, yang pernapasannya dipertahankan bekerja
secara buatan.
Nenek-moyang kita mempunyai cara, yang sama sekali berlainan dengan cara kita. Ini
menyangkut persoalan penggantian keseluruhannya dari jantung dan urat nadi serta
pembuluh darah lainnya.
Pelaksanaan pembedahan demikian, diuraikan secara cermat dalam ukiran-ukiran pada
sejumlah batu-batu itu. Pembedahannya dimulai dengan pengambilan darah dari wanita
yang hamil. Darahnya dikumpulkan secara cermat oleh akhli bedahnya sendiri. Dia rupa-
rupanya mengawasi agar pembedahan berjalan sebagaimana mustinya.
Dr. Cabrera mengemukakan teori, bahwa darah seorang wanita yang mengandung, berisi
hormon, yang dalam persoalan penggantian organisme, meniadakan gejala penolakan,
yang sangat berbahaya bagi si pasien. Sudut pandangan itu tidak disangkal oleh ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, maka tampaklah, bahwa orang-orang jaman pra-sejarah
sudah mengetahui adanya problema mengenai “penolakan”, dan bahwa mereka telah
menemukan cara-cara untuk menghindari terjadinya hal itu.
Cara-cara, Yang Digunakan Oleh Para Akhli-bedah Jaman Dahulu.
Pada batu-batu yang berikut, akhli bedahnya kelihatan melanjutkan membersihkan
jantung, yang berasal dari donornya. Dari mulut si donor tidak kelihatan keluar nafas; dia
kelihatannya sudah mati. Seorang pembantu memegang seluruh talam, yang berisi
bermacam-macam alat pembedahan. Dokternya mengetok-ngetok untuk terakhir kalinya
dada si pasien, dan kemudian mulai memotong. Dengan gerakan-gerakan tangan yang
tepat, pembantunya memberikan alat-alatnya secara berurut-urutan. Jantungnya kini telah
dikeluarkan dari rongga dada, akan tetapi masih belum terlepas dari tubuh, karena masih
bersambungan dengan urat nadi. Beberapa goresan lagi dengan pisaunya, dan akhli
bedahnya memegang keseluruhan organismenya dalam tangannya. Kemudian dia
melanjutkan dengan pembersihan secara cepat, dan seterusnya menghubungkannya
dengan aorta-nya dan “vena cava” wanita yang mengandung itu, yang masih berada
dalam keadaan tidur nyenyak.
Kalau kita melanjutkan “bacaan” pada batu-batu terukir itu, maka kita melihat akhli
bedahnya tidak membuang-buang waktu, saat dia mulai dengan pasiennya. Dia
menyisipkan sebuah jarum ke dalam pembuluh darah di lengan dan memasukkan darah
yang diambil dari wanita mengandung itu. Secara samar-samar kita dapat melihat jantung
si pasien. Jantung itu terkena penyakit yang menyedihkan. Sebagian jantung itu terluka
dan tertekan, seakan-akan menunjukkan adanya jaringan yang mengeras. Pada waktu itu
si pasien masih sadar. Segera kemudian, dia tidur, mungkin karena akibat pembiusan.
Akhli bedahnya menggores rongga dada, menggergaji tulang-tulang rusuknya, dengan
cermat memotong aorta dan pembuluh-pembuluh darah lainnya, dan mengambil jantung
dalam keseluruhannya. Pasiennya hanyalah merupakan tubuh tanpa kehidupan. Dokternya
mengambil jantung si donor, yang masih dialiri darah si wanita yang mengandung, dan
memasukkan jantung itu ke dalam rongga dada yang menganga. Kemudian, dengan
sangat cekatan, dia memperbaiki lagi kelangsungan urat-urat nadi dan pembuluh darah
lain-lainnya. Pekerjaannya sangat cermat, dan meminta segenap perhatiannya. Dan
akhirnya sampailah dia pada bagian pekerjaan yang terakhir, yang nantinya akan menjadi
“bekas luka operasi”. Selama waktu terjadinya pembedahan itu, si pasien diberi oxygen
dan cairan secara perlahan-lahan melalui sebuah pipa lewat kerongkongan. Akhli-
bedahnya telah menyelesaikan pekerjaannya menjahit lewat kerongkongan. Akhli-
bedahnya telah menyelesaikan pekerjaannya menjahit menutup lukanya; dia mengenakan
stetoskop pada telinganya, dan mendengarkan untuk pertama kali detak-jantung
pasiennya. Dia merasa puas, dan memberesi semuanya. Pembedahannya telah
berlangsung dengan baik; pasiennya hidup, dan sebuah jantung baru berdetak dalam
rongga dadanya.
Pemindahan Otak.
Nenek-moyang kita dengan pasti mempunyai ilmu pengetahuan yang sempurna mengenai
pemindahan dan penanaman organisme, dan malahan mereka berani mengadakan
pemindahan otak. Sekali lagi, batu-batu kota Ica merupakan bukti nyata bagi kita.
Pasiennya berbaring tertelungkup; dia telah dibius, dan tidak sadarkan diri. Rambut
kepalanya dicukur. Dengan sebuah alat, yang nampak seperti jangka, akhli-bedahnya
menentukan batas-batas tempat yang akan dibedah. Kemudian dilakukanlah penggoresan
dan pemotongan dengan pisaunya. Dari tengkorak, yang terbuka itu, keluarlah ular-ular.
(Otak yang sakit melahirkan pikiran jahat pada manusia, karenanya, ular-ular) Otak si
pasien dengan segera diambil. Kemudian akhli bedahnya mengambil otak penggantinya
yang harus dipasang, dan membuat persiapan untuk memasukkan otak itu ke dalam
tengkorak si pasien. Diduga, bahwa dia telah berhasil, sebab bagian terakhir dari
pembedahan itu diuraikan pada sebuah batu, yang belum diketemukan. Mudah-
mudahanlah batu itu dapat segera diketemukan, dan akan dapat menguatkan dugaan,
bahwa pembedahannya telah berlangsung dengan hasil baik.
Misteri Mengenai Asal-usul Ilmu-pengetahuan.
Apakah yang menjadi sumber kepandaian atau ilmu pengetahuan, yang demikian luas itu?
Rahasia mengenai asal-usul itu tetap tidak dapat dipecahkan sama sekali, dan para
penyelidik hanya dapat mengemukakan pendapat atau perkiraan saja.
Apakah semua ilmu pengetahuan, yang hebat itu, telah dikirimkan kepada para penghuni
bumi oleh makhluk-makhluk angkasa-luar pada jaman yang telah sangat jauh berlalu?
Pendapat itu tampak masuk akal, kalau kita mengingat kembali teori Jacques Bergier,
yang telah pernah kita bicarakan. Dia berpendapat, bahwa bermacam-macam bencana,
yang pernah dialami oleh manusia, ditimbulkan oleh makhluk-makhluk angkasa luar.
Setelah mengajarkan ilmu pengetahuan mereka kepada manusia, apakah mereka hendak
membinasakan manusia itu dengan menimbulkan malapetaka? Dan apakah mereka,
setelah itu, akan membiarkan manusia pada nasibnya yang menyedihkan?
BAB V :
TIAHUANACO, NASCA, PISCO, BAALBEK ..
WARISAN DARI SEBERANG?
Pada tanggal 7 Maret 1960, Kapten Peri terbang dengan helikopternya pada ketinggian
4.000 meter di atas pegunungan Cordilleras De Los Andes. Penerbangan itu merupakan
penerbangan rutine, tiba-tiba perhatiannya tertarik oleh gambar-gambar geometris, yang
aneh, di darat. Bentuk-bentuk gambar itu belum pernah terlihat sebelumnya.
Kalender Berdasarkan Ilmu-perbintangan,
Yang Terbesar Di Dunia.
Kembali di Lima, Kapten Peri memberitahukan pengalamannya kepada seorang Jerman
akhli purbakala, Maria Reiche. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Peri, Reiche segera
berangkat ke dataran tinggi Nasca. Akan tetapi, setelah sampai di sana, dia sama sekali
tidak menemukan apa-apa.
Heran karenanya, si akhli-purbakala melanjutkan penyelidikannya dengan naik pesawat
terbang. Baru kemudianlah dia dapat menemukan apa yang dia sebut sebagai “kalender
astronomis, yang terbesar di dunia dan di segala jaman”.
Akan tetapi, apakah sebenarnya bekas-bekas bentuk gambaran itu, yang sampai hari ini-
pun masih merupakan bahan polemik? Sama dengan persoalan-persoalan di lain daerah -
Baalbek, Tiahuanaco, Pisco - pendapat-pendapat bermunculan saling menyusul dan saling
bertentangan; pendapat-pendapat, yang saling mengisi dan saling menyerang; semuanya
itu sesuai dengan keyakinan masing-masing orang penulisnya.
Apakah daerah-daerah itu mengandung arti bukti tentang pernah adanya peradaban
manusia, yang kemudian telah menghilang? Apakah daerah-daerah itu merupakan
peninggalan atau warisan terakhir dari peradaban, yang datang dari suatu tempat
misterius, sebagaimana dikemukakan oleh penyelidik-penyelidik tertentu?
“Grabados” (= Ukir-ukiran) Raksasa Dari Nasca.
Bentuk-bentuk di Nasca, yang hanya dapat dilihat dari udara, mempunyai corak “pistas”,
artinya, menjulur seperti landasan-terbang, “lineas”, atau kerutan-kerutan panjang, dan
corak “grabados” (= ukir-ukiran) yang merupakan disain raksasa.
“Grabados”nya menggambarkan seekor monyet setinggi 100 meter, tergambar penuh,
dengan ekornya tergulung ke atas; selanjutnya, seekor burung nasar berparuh panjang,
yang menurut keyakinan orang-orang pra-sejarah, merupakan “utusan para Dewa”, dan
akhirnya seekor laba-laba raksasa setinggi 46 meter, dengan 8 buah kakinya yang sangat
besar dan badan yang tidak seimbang ukurannya (perutnya lebih kecil dari pada rongga
dadanya).
Tiga buah bentuk, yang sangat jelas itu, disertai bentuk-bentuk lain binatang, seperti
seekor kucing, seekor burung kakatua, beberapa ekor ikan, ular-ular, dll, .......
Dua Buah Gambar Manusia Aneh
Terukir Dalam Batu.
Berasal dari manakah “pistas” dan “lineas” itu? Pengintaian dari pesawat udara
menunjukkan, bahwa bentuk-bentuk garis itu dimulai dan diakhiri secara mendadak.
Untuk apakah? Tidak ada yang mengetahuinya.
Garis-garis itu bercampuran dan saling potong tanpa diketahui arti maksudnya, akan
tetapi hasil bentuknya adalah indah-mengagumkan; bentuk spiral yang sempurna, dan
bentuk-bentuk gambar geometris.
Pada jarak, yang tidak begitu jauh dari situ, terdapat dua bentuk orang terukir dalam batu
dengan kepala masing-masing dikelilingi oleh sinar cahaya, yang bagi para sarjana juga
merupakan teka-teki. Pertama-tama, ukiran bentuk manusia itu tidak mewujudkan bentuk
corak orang-orang dari suku bangsa di daerah itu. Selanjutnya, mengapakah bentuk
gambar itu diberi pancaran cahaya? Para penyelidik hanya dapat sampai pada dugaan-
dugaan saja: “Apakah dua bentuk gambar ukiran itu menggambarkan dua orang nenek-
moyang para penghuni Cordelliras De Los Andes, ataukah menggambarkan orang-orang
dari angkasa luar, yang hendak diabadikan oleh bangsa Inca?”
Apakah Tiahuanaco Diciptakan “Sebelum
Lahirnya Matahari Dan Bintang-Bintang”?
Kota Tiahuanaco, di Bolivia, merupakan peninggalan lain dari suatu jaman, yang telah
sangat jauh berlalu. Seorang wartawan Perancis, Roger Delorme, mengetahui dengan baik
sejarah bangsa Inca dan riwayat kuno para penghuni Cordelliras De Los Andes. Dia
sangat mengagumi kota-kota kuno Cuzeo, Pachacamar dan OllantayTambo. Dia tertawan
oleh pesona reruntuhan kota-kota itu.
Dalam tahun 1958 dia meninggalkan La Paz dan mengunjungi kota, yang dianggap tertua
di dunia, Tiahuanaco, yang letaknya terpencil di suatu dataran tinggi pasir. Dengan
perasaan yang sangat terpengaruh oleh keadaan, dia masuk lewat “Pintu gerbang
Matahari” yang sangat besar, dan, saat dia menebarkan pandangannya ke daerah yang
agung itu, dia mendapat perasaan aneh, yang seakan-akan mengatakan, bahwa reruntuhan
itu mungkin mengandung rahasia asal-usul dunia!
Selama berminggu-minggu berturut-turut, dia menyelidiki keadaan dataran tinggi itu
tanpa merasa lelah, mencari jawabannya dalam batu-batu kuno, dan juga dengan cara
mewawancarai para penduduk aseli. Hasil penyelidikannya adalah sangat sedikit;
menurut penduduk Bolivia, maka kota Tiahuanaco sejak dahulu-kala hanya dikenal
sebagai suatu reruntuhan, dan menurut mereka malahan sudah diciptakan ‘sebelum
lahirnya matahari dan bintang-bintang di langit’.
Kini, para akhli terbesar mengenai Andes menyatakan, bahwa Tiahuanaco berasal dari
jaman beberapa puluh ribu tahun sebelum Masehi.
Siapakah Yang Menghuni Kota Kuno Itu?
Bangunan, yang paling megah dan mengesankan dari keseluruhan kota kuno itu, adalah
“Pintu-gerbang Matahari”. Tinggi tiga meter dan lebar enam meter, di pahat dari sebuah
balok batu utuh yang beratnya lebih dari 100 ton, bangunan itu dihiasi dengan 48 buah
bentuk gambar, yang disusun dalam tiga baris dan mengelilingi suatu makhluk aneh, yang
disebut oleh orang-orang Andes sebagai “Dewa”.
Semua bangunan sisa dari Tiahuanaco berbentuk seimbang dengan bentuk “Pintu-
gerbang Matahari”. Balok-balok batu, yang masing-masing beratnya 100 ton dan 60 ton,
di satukan atau di gandengkan dengan jepitan-jepitan tembaga. Batu-batu ubin yang
berukuran 5 meter, dan dipotong-potong dari batu-batu balok utuh, pipa-pipa dari batu
yang sudah putus-putus di beberapa tempat, dan tersebar di dataran tinggi itu;
kesemuanya itu membingungkan para akhli purbakala. Siapakah kiranya yang telah
mendirikan bangunan-bangunan itu?
Patung-patung yang luar biasa besarnya, yang diketemukan di tempat itu, menambah lagi
keanehan pada kota, yang berumur ribuan tahun itu. Sebab, terlepas dari besarnya yang
luar biasa, patung-patung itu sama sekali tidak mempunyai persamaan satu sama lain, dan
menggambarkan suatu perbedaan rupa bangsa, yang mengagumkan; yang sebuah
menunjukkan bentuk seorang Negro dengan bibirnya yang tebal dan hidungnya yang
pesek, yang sebuah lainnya menunjukkan bentuk orang Eropa dengan bibirnya yang tipis
dan hidungnya yang mancung. Karenanya, terpaksalah kita bertanya: “Termasuk bangsa
apakah penduduk kota Tiahuanaco pada jaman pra-sejarah itu? “.
Benar-benar Suatu Pompeii Di Amerika:
Beberapa ratus kilometer dari Tiahuanaco diketemukan “Candelabro” (= trisula) dari
Pisco, yang panjangnya 183 meter dan terbuat dari balok-balok batu yang mengandung
fosfor serta berwarna putih mengagumkan.
Tiap-tiap cabang trisula itu lebarnya 3,85 meter. Benda itu dapat dilihat dari darat, udara
maupun laut. Terletak di bukit pasir, trisula itu mirip dengan bekas-bekas yang ada di
Nasca, dan menunjukkan adanya persamaan bentuk-bentuk tekniknya.
Reruntuhan Baalbek dapat disamakan dengan tiga macam keanehan dari jaman pra-
sejarah, yang baru saja dipersoalkan. Baalbek merupakan sebuah kota dengan bangunan-
bangunan keagamaan yang sangat besar, yang dibuat dari balok-balok batu utuh. Di kota
itulah, di antara benda-benda aneh lainnya telah diketemukan sebuah batu yang terberat di
dunia, yang disebut “Hadjar El-Goubla” (= Batu dari Selatan) dan mempunyai berat dua
juta kilogram!
Apakah tempat-tempat keagamaan itu ada hubungannya dengan peradaban kota
Tiahuanaco, yang telah meninggalkan bekas-bekas lain di seluruh Amerika?
Kolonel Walker, yang dalam tahun 1850 mengadakan penyelidikan di seluruh Nicaragua,
dan menemukan tempat-tempat bekas kota-kota yang telah hancur, telah meninggalkan
tulisan mengenai salah sebuah kota, yang telah hancur itu, sebagai berikut: “Di tempat ini
kami melihat sebuah bangunan pusat yang mengagumkan, yang di sekelilingnya, sampai
kira-kira sejauh satu mil, terdapat berserakan sisa-sisa sebuah kota. Di sana terdapat
bukti-bukti tentang bekas adanya gunung meletus, dengan balok-balok batu yang terbakar
menjadi arang, yang membuktikan pernah terjadinya suatu bencana yang mengerikan. Di
tengah-tengah kota itu, benar-benar suatu Pompeii di Amerika, berdirilah sebuah batu
cadas yang tingginya kira-kira 20 sampai 30 kaki, yang masih kelihatan sebagai sisa
sebuah bangunan raksasa. Ujung bangunan itu kelihatan seperti muncul dari sebuah
tungku. Sangat anehlah, bahwa orang-orang Indian tidak mempunyai ceritera-ceritera
kuno mengenai warga jaman prasejarah, yang dahulunya tumbuh dan berkembang di
daerah itu. Kalau mereka mengawasi reruntuhan yang menyedihkan itu, maka mereka
menunjukkan penuh rasa hormat dan enggan, seperti menghadapi suatu tempat suci, akan
tetapia mereka sama sekali tidak mengetahui sejarah reruntuhan itu”.





.jpeg)
.jpeg)






