Minggu, 12 Oktober 2025

UFO mengancam 1

 




Di Perancis, di Amerika Serikat, di Inggris, di India, dan di manapun juga di muka bumi

ini, orang telah melihat adanya benda-benda luar angkasa, yang dalam bahasa asingnya

disebut “Unidentified Flying Objects” (=benda-benda tak dikenal, yang berterbangan di

angkasa luar), atau disingkat UFO s; ribuan, atau mungkin ratusan ribu, bentuk akibat

cahaya-aneh dan pisin atau piring di angkasa, telah dilihat oleh manusia.

Hanya sedikit sajalah pengamatan, yang dapat diuraikan secara jelas dan teliti, seperti

yang dilakukan oleh seorang dokter di New York mengenai apa yang telah dia lihat

bersama keluarganya. Apa yang telah dia lihat bersama keluarganya itu, terjadi pada

tanggal 11 April 1964, pada jam 18.30 (malam hari), dan berlangsung selama tidak

kurang dari 45 menit.

Kita akan mengutip uraiannya secara penuh dengan menekankan, bahwa penyaksian itu

bukanlah berasal dari surat kabar ataupun dari orang ketiga. Apa yang akan kita

kemukakan, merupakan laporan resmi dari si dokter itu sendiri kepada instansi-instansi

pemerintah.

Sebuah bekas yang panjang, yang berakhir pada sebuah Spiral hitam legam.

Laporan, yang luar biasa itu, berbunyi sebagai berikut: “Isteri saya, dua orang anak saya

dan saya sendiri sedang bertamasya di sebuah lereng bukit setinggi 1.800 kaki diatas

permukaan laut, kira-kira 10 mil sebelah Barat-Laut dari Homer, New York. Waktu

menunjukkan jam 6.30 malam hari, angin datang dari arah Utara dengan kecepatan kira-

kira 5 mil setiap jamnya; keadaan cuaca dan udara sangat cerah, dengan sedikit lapisan

awan ditepi-langit sebelah Barat. Pada kira-kira jam 6 tadi, beberapa pesawat pembom

jet meningggalkan uap bekas perjalannya melintas di langit dari Barat ke arah Timur,

akan tetapi bekas itu telah hilang tak lama kemudian. saat  saya, pada kira-kira jam

6.30, mendongak melihat ke langit agak ke arah Barat-Laut, tampaklah sesuatu, yang saya

duga merupakan sebuah bekas yangs angat besar dari sebuah pesawat jet, yang sedang

terbang dari arah Timur Laut menuju ke arah Barat Daya. Bekas itu kelihatan sangat putih

dan lebar. Pada ujungnya, yang sebalah Barat-Daya, sepanjang kira-kira satu mil, bekas

itu terputus. Dan di tempat itu kemudian tampaklah sebuah bentuk spiral hitam-legam

sepanjang kira-kira satu mil, yang kelihatannya seperti asap. Kita lihat, bahwa bekas yang

putih itu adalah terlalu lebar sebagai bekas pesawat terbang, dan bahwa bagian, yang

berwarna hitam itu, tampaknya dikarenakan oleh sudut cahaya matahari, yang dihalangi

oleh sebuah bukit yang terletak sejauh beberapa mil di sebelah Barat tempat kita berada.

Bekas uap putih itu tetap menggantung di udara, dan perlahan-lahan menurun ke arah

Selatan sambil melenyap. Andaikata bekas yang putih itu tidak mendadak terputus,

disusul oleh kehampaan, untuk kemudian disusul munculnya spiral-spiral hitam-legam

itu, maka kita akan menganggap, bahwa apa yang kita lihat itu merupakan suatu kejadian

biasa.”

Saya sekeluarga semua mengawasi peristiwa aneh itu

“Kira-kira sepuluh menit telah berlalu. Mendadak saya sadar, bahwa spiral asap hitam itu

menurun ke arah Barat, sedangkan bekas yang putih itu telah bergerak menurun ke arah

Selatan. Dan lagi, spiral hitam itu menjadi lebih hitam lagi; kami semua melihat kejadian

itu. Kemudian saya mengambil teropong 6/25 saya, untuk lebih jelas mengamat-amati

spiral asap hitam itu; saya sangat heran, karena meliha kejadian seperti kegiatan gunung

berapi, yang tampak dari asap hitam itu. Asap itu sekarang mendekati kelompok lapisan

awan, yang ada di langit sebelah Barat. Kemudian, secara mendadak, spiral asap hitam itu

merubah kedudukannya dari horisontal menjadi vertikal; asap hitamnya bertambah

banyak, dan kelihatan seperti sebuah kapal terbang yang dikelilingi oleh asap, yang

perlahan-lahan jatuh dari langit. Pada waktu yang bersamaan, asap itu mengambil bentuk,

yang mirip dengan bentuk pisang. Dia tidak lagi kelihatan seperti jatuh; dia berhenti sama

sekali, dan tetap menggelantung di udara selama dua atau tiga menit. Kemudian dia

kelihatan seakan-akan melebur diri dalam awan dan menghilang. Kami berempat dapat

dengan mudah melihat kejadian itu semua tanpa teropong”.

Sebuah Kilatan Cahaya Putih

“Kira-kira tiga menit lagi telah berlalu, dalam waktu mana kami saling bertanya, apakah

mata kami benar-benar telah melihat semua kejadian tadi. Dan kemudian, Secara tiba-

tiba, anak perempuan saya berseru: ‘Itu ada lagi’. Yang muncul itu ternyata merupakan

sebuah benda yang berbentuk pensil. Pada jarak yang demikian jauh, kami tidak dapat

memperkirakan berapa panjangnya benda itu, akan tetapi benda itu mungkin sebesar

kapal selam. Dia bergerak sepanjang batas langit, dari kiri ke kanan. Kami tidak dapat

memastikan, apakah benda itu merupakan benda yang pertama tadi, ataukah benda lain

lagi, yang mengikuti benda pertama, sebab penampilan ke dua ini terjadi di tempat, yang

terletak di sebelah kiri dari tempat, di mana benda yang pertama tadi menghilang dalam

awan. Pada waktu saya sedang mengama-amati benda itu dengan teropong saya,

tampaklah sebuah kilatan cahaya putih ke luar dari bagian belakangnya, dan, dengan

kecepatan yang luar biasa tingginya, benda itu meluncur ke depan sampai jarak sepanjang

lima kali panjangnya sendiri, untuk kemudian dengan mendadak berhenti lagi. Selama

itu, benda itu tetap berbentuk pencil, dan kelihatannya terkatung-katung di udara. Anak

saya, yang laki-laki, menguraikan kejadiannya, pada waktu saya mengamat-amati

semuanya dengan teropong. Benda itu menjadi besar di bagian tengahnya, dan kemudin,

sambil mengeluarkan asap, meluncur ke belakang lagi, sejauh dan dengan kecepatan

sama dengan pada waktu meluncur ke depan tadi. Sekali lagi dia berhenti, dan

panjangnya mulai menyurut, sehingga bentuknya berubah menjadi bentuk cakram, dan

tebal di bagian tengah”.

Andaikata Kami Berempat, Tidak Semuanya Melihat Kejadian Itu, Maka Saya Akan

Ragu Ragu Untuk Memohon Perhatian Anda mengenai Laporan Saya ini.

“Kemudian terjadilah bagian, yang paling tidak masuk akal, dari keseluruhan peristiwa

itu. Benda itu berubah lagi, dari bentuk cakram atau piring menjadi bentuk bulat, dan

kemudian perlahan-lahan membelah diri menjadi dua, bagian yang satu diatas bagian

yang lainna; bentuknya seperti sel dibawah sebuah mikroskop. Bagian yang atas

kemudian tambah lama tambah mengecil,  dan akhirnya hilang menjauh. Akan tetapi

bagian yang lainnya menurun dengan sudut 45 derajat ke arah tempat, dimana tadi

menghilang benda yang berbentuk pisang. Pada tempat itu, dia nenbelah diri lagi menjadi

dua, akan tetapi bagian bawahnya mengambil bentuk pensil horisontal, sedangkan bagian

atasnya kemudian menghilang. Kami mengetahui, bahwa bentuk pensil itupun

menghilang dari pandangan. Keseluruhan peristiwa itu terjadi kira-kira 45 menit.

Andaikata kami tidak semuanya melihat kejadian itu,, mka saya akan ragu-ragu untuk

membuat laporan ini.

Di Planit-Planit Lain Tidak Mungkin Ada Kehidupan?

Seperti halnya ribuan laporan lainnya, maka laporan dokter dari New-York itu jlas

merupakan suatu laporan dari seseorang, yang mempunyai maksud baik, dan yang sehat

pikiranya serta tidak  mempunyai gagasab yang   aneh-aneh seorang warga Amerika, yang

baik danjujur yang seperti yang dikatakannya sendiri, “hanya menguraikan secara berhati-

hati hal-hal, yang telah benar-benar dia lihat”.

Akan tetapi, walaupun sudah ada banyak dan beraneka ragam bukti, namun ilmu-

pengetahuan secara resmi masih belum mai mempertimbangkan dan memperhatikan

persoalan UFOs.

Pendapat para sarjana kuno dapat diringkas sebagai berikut: Uraian mengenai pring-

terbang dan benda-benda angkasa-luar merupakan hasil dan akibat dari gangguan syaraf.

Tidak mungkin ada kehidupan yang berakal, seperti yang kita kenal di bumi kita ini, di

dunia lain terutama dalam susunan matahari. Bumi kita ini mungkin merupakan satu-

satunya planit, yang memiliki semua syarat yang dibutuhkan untuk tumbuh dan

berkembangnya kehidupan yang lebih tinggi. Kalau tokh ada kehidupan di lain planit,

maka kehidupan itu tidak akan lebih daripada kehidupan bebeapa macam tumbuh

tumbuhan dan kuman-kuman. Dan, sekalipun andaikata ada suatu bangsa makhluk

berakal hidup di salah satu planit lain, bagaimanakah mereka dapat sampai di bumi kita

ini?! Dunia, yang mungkin ada penghuninya, terletak demikian amat sangat jauhnya dari

bumi kita; jaraknya diukur dengan kecepatan cahaya setahun. Bagi kita sendiri, kita tidak

akan mungkin datang di dunia lain, yang letaknya demikian jauh dari bumi kita. Kalau

kita membayangkan suatu ekspedisi ke luar tata-bintang kita sendiri, maka apa yang kita

bayangkan itu hanyalah merupakan suatu khayalan belaka. Sebab ekspedisi demikian,

akan menjumpai kesulitan-kesulitan di bidang fisiologi dan teknik, yang tidak dapat

dipecahkan.

Dan dari sudut pandangan itu, para sarjana kuno melanjutkan bertanya mengenai

bagaimana mungkin makhluk lain dengan hasil baik dapat melakukan sesuatu, yang kita

sendiri tidak akan dapat melakukannya. Apa yang disebut pesawat angkasa luar, yang

katanya pernah terlihat, sebenarnya tidak ada; dan orang, yang mengira bahwa dia pernah

melihatnya, merupakan korban dari khayalannya sendiri.

Angan-angan Ilmu pengetahuan

Adalah jelas, bahwa para sarjana kuno telah menerima secara mutlak pernyataan, yang

telah dikeluarkan oleh akhli kimia besar Marcelin Bethelot dalam tahun 1887, yang

berbunyi: “Sejak saat ini di jagad raya tidak ada lagi misteri”. Dan pada waktu yang kira-

kira sama, Professor Lippmann, yang terkenal, berkata kepada salah seorang

mahasiswanya, bahwa ilmu alam telah selesai, dibagi-bagi, tersusun dalam urutan yang

baik, dan lengkap, dan menyarankan agar muridnya itu memasuki lapangan pengetahuan

lain. Mahasiswa itu bernama Heilbronner, yang kemudian menjadi seorang professor

pertama di bidang ilmu kimia fisika di Eropa; dia telah membuat penemuan-penemuan

yang hebat mengenai pencairan udara dan logam-logam ultraviolet. Para akhli jaman

Napoleon III menunjukkan dengan semua bukti yang tersedia, bahwa dinamo Gramme

tidak akan berputar, dan Turpin, yang telah menemukan obat peledak, ditangkap sebagai

orang yang tak waras otaknya,

Seorang akhli matematika yang genius, Poincare, yang menjadi korban gagasan yang

berlaku pada waktu itu, menulis sebagai berikut: “Pikiran sehat saja sudah cukup, untuk

memberi pengertian kepada kita, bahwa jelas tidak mungkinlah untuk menghancurkan

sebuah kota dengan memecahkan dan mencerai beraikan 1/2 kg. logam”.

saat  Heraclitus Membayangkan Einstein.

Hiroshima, dan sejumlah peristiwa genting lainnya, telah menghancurkan sama sekali

batas batas sempit positivisme ilmu pengetahuan dari Poincare dan Berthelot.

Kita sekarang lebih berhati-hati dan waspada. Kita mengetahui, bahwa ilmu pengetahuan

tidak dapat menjelaskan segala-galanya, dan bahwa dunia ini penuh dengan misteri dan

kejadian-kejadian aneh; daftar keajaiban-keajaiban, yang belum dapat dipecahkan

berdasarkan ilmu pengetahuan, adalah sangat panjang. Kita akan mempunyai kesempatan,

dalam rangkaian buku ini, untuk mengetahui keajaiban-keajaiban itu, bukannya untuk

menantang atau mengejek para sarjana, melainkan sebagai suatu peringatan penting,

bahwa kita tidak boleh menyombongkan diri.

Pengertian-pengertian dalam kepercayaan keagamaan merupakan dasar, di mana kita

membangun pengetahuan dan pandangan kita tentang dunia. Juga mengenai waktu dan

jarak.... Lima abad sebelum Masehi, Heraclitus yang pandai menyinggung secara aneh

soal air dalam sebuah sungai, yang “pada waktu yang sama bergerak dan tetap tanpa

gerak”. Penemuan-penemuan terakhir dari Langevin, Perrin dan Einstein, secara aneh

telah menjadikan ilham Heraclitus suatu kenyataan.

Eric Temple Bell menulis: “Tentunya tidak pernah dipercaya pada waktu itu; sekali lewat,

terus masuk ke dalam kehampaan; waktu adalah satu dan abadi, waktu yang telah lalu,

waktu sekarang dan waktu yang akan datang hanyalah merupakan segi pandangan yang

berbeda-beda”.

Kesangsian Merupakan Suatu Hal, Yang Kita Alami Sehari-hari.

Kita sekarang hidup dalam jaman, di mana sejarah menahan napasnya, di mana “apa yang

ada” dilepaskan dari “apa yang telah lalu”’ persis sebagai sebuah bukit es lepas dari

pegunungan es dan terus mengapung pergi mengarungi lautan yang tanpa batas. Sekarang

ini merupakan suatu jaman, yang tidak lagi dikelilingi atau dibatasi oleh ketentuan-

ketentuan, yang sulit dimengerti.

“Sangsi dan ragu-ragu adalah nasib kita sehari-hari”, berkata dengan getirnya Von Braun,

si gembong roket. Dan karenanya, mengapakah kita harus menolak laporan orang-orang,

yang telah menyaksikan sendiri benda-benda angkasa luar dan UFOs? Berdasarkan ilmu

pengetahuan apakah kita lakukan penolakan itu? Sebab masing-masing ilmu pengetahuan

telah menyatakan sendiri batas-batas bidangnya, dan ilmu pengetahuan sendiri telah

mengakui ketidak mampuannya untuk memberikan penjelasan mengenai semua

keajaiban! Dengan sendirinya kita mempunyai kecenderungan untuk menekan ke luar

khayalan-khayalan, yang aneh itu, dari rasa kesadaran kita; uraian-uraian yang tak masuk

akal, dan orang-orang hijau kecil, yang ke luar dari kapal-kapal terbang mereka yang aneh

di tengah-tengah lapangan.... Dan, dengan sendiri, tidak adalah sesuatu untuk

membuktikan secara konkrit adanya mereka iu, Di bumi kita ini tidak ada “benda-benda

angkasa luar”, yang dapat kita amat-amati, atau piring terbang yang dapat kita kupas....

Akan tetapi, di dunia ini demikian banyak orang, yang menyaksikan; apakah uraian

mereka itu harus ditolak demikian saja? Ratusan ribu pria dan wanita telah menguraikan

kejadian-kejadian, yang mereka alami sendiri; dapatkah kita menganggap mereka semua

sebagai pembohong dan penipu, sebagai orang gila, sebagai orang tidak normal atau

orang tidak waras?

Perkawinan Aneh Antara Hal, Yang Mengherankan,

Dengan Hal, Yang Pasti dan Nyata.

Oleh karena ilmu pengetahuan itu terus maju, maka kita tambah lama tambah lebih

mengetahui apa yang tadinya tidak kita ketahui. Ilmu pengetahuan itu mengajarkan

kepada kita, bahwa ada hal yang sederhana dan dapat kita lihat, dan hal yang kompleks

dan tidak dapat kita lihat. Sebuah meja, sebuah kursi dan langit yang berbintang,

merupakan suatu kenyataan, yang pada dasarnya berlainan sama sekali dengan pemikiran

dan gagasan mengenai benda-benda itu.

Paul Valery, penulis syair ramalan yang halus “Le Cimetiere marin” (Kuburan angkatan

laut), di mana “anak-anak panah terbang dan tidak terbang...” menyatakan dalam jilid IV

dari tulisannya “Varietes” (Perbedaan), bahwa, di bidang pengetahuan, “yang

mengherankan dan yang pasti telah bersepakat untuk mengadakan perkawinan yang

mentakjubkan”. Di dalam biologi, ilmu alam dan matematika, sekarang digunakan kata-

kata “tempat lain yang tertentu”, “cahaya terlarang”, dan “jumlah tenaga tertentu”, yang

kesemuanya merupakan istilah istilah, yang belum berapa lama berselang hanya

digunakan oleh para tukang sihir, atau oleh orang-orang yang menangani soal-soal ajaib,

dan dalam syair.

Itu semua merupakan gangguan dari yang aneh-aneh ke dalam bidang ilmu pengetahuan

pasti, suatu penyerbuan dari yang tak masuk akal ke dalam benteng ilmu pengetahuan....

Hal yang aneh-aneh bukan lagi hanya merupakan hasil dari khayalan kita. Dan... oleh

sebab itu, bagaimanakah kita sekarang dapat menentukan secara pasti garis batas, yang

memisahkan keanehan dari kenyataan, “dunia yang tak terlihat” dari “dunia yang

terlihat”? Siapakah, yang berhak dan mempunyai kekuasaan, untuk mengatakan, bahwa

tidak dunia lain, yang sejajar atau menyamai dunia kita ini?

Adakah Suatu Pangkalan UFO, Yang Amat Sangat Rahasia?

Dan bagaimanakah, andaikata piring-piring terbang itu merupakan bagian dari salah satu

dunia, yang menyamai dunia kita ini?

Kemungkinan itu tidak lepas dari pemikiran para penyelidik, yang berpendapat, bahwa di

sesuatu tempat di dunia ini UFOs mempunyai pangkalan, yang amat sangat rahasia; dari

pangkalan itu mereka sewaktu-waktu muncul, untuk mengunjungi dan mengamat-amati

kita!

Berkenaan dengan dunia lain yang menyamai dunia kita itu, seorang akhli antropologi

Amerika, Loren Eiseley, menguraikan suatu ceritera aneh. Suatu ceritera mengenai

pertemuan antara seekor burung gagak dan sesuatu, yang diperkirakan merupakan

seorang manusia terbang. Eiseley menulis sebagai berikut:

“Menjumpai suatu dunia lain bukanlah semata-mata merupakan suatu kejadian Khayalan

belaka. Hal itu dapat terjadi pada manusia, dan kadang-kadang juga pada binatang. Batas

antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser atau saling bertautan; dan kalau kita berada

di batas itu pada waktu terjadinya pergeseran atau pertautan, kita akan mengalami hal

yang aneh. Saya melihat hal itu terjadi pada seekor burung gagak; burung itu tetangga

saya. Saya tidak pernah mengganggunya, akan ttapi dia sangat berhati-hati, dan tetap

tinggal di puncak pohon-pohon, atau terbang tinggi menghindari manusia. Dunianya

mulai pada tempat, yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan saya.

Pada suatu pagi, daerah kami diliputi oleh kabut, yang luar biasa tebalnya. Saya harus

mengira-ngira jalan saya ke stasiun kereta api. Dengan sangat tiba-tiba, padaketinggian

mata saya, muncullah dua buah sayap hitam kelam dengan didahului sebuah paruh besar,

dan keseluruhannya itu tadi lewat secepat kilat, dengan mengeluarkan teriakan yang

sangat mengerikan, sehingga saya menjadi takut. Suara teriakan itu terus mengganggu

saya sepanjang hari; rupa-rupanya ada yang ditakuti oleh burung itu. Saya mengawasi diri

saya di dalam cermin, untuk mengetahui apakah kiranya demikian menakutkan pada diri

saya. Akhirnya saya mengerti. Batas antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser karena

kabut! Burung gagak itu, yang mengira bahwa dia sedang terbang pada ketinggian yang

biasanya, tiba-tiba dikejutkan oleh suatu pemandangan; baginya, pemandangan itu sangat

bertentangan dengan kebiasaan yang dia ketahui! Dia telah melihat seorang manusia

berjalan di udara, di dalam daerah dunia si burung gagak itu. Dia telah berjumpa dengan

suatu wujud, yang amat sangat ganjil baginya; dia telah melihat manusia terbang....

Sekarang, kalau dia dari atas melihat saya, dia berteriak kecil, dan mengenal suara, yang

ragu-ragu itu, sebagai teriakan makhluk yang dunianya telah goyah. Dia sudah tidak sama

lagi seperti burung gagak yang lain-lainnya”.

Apakah UFOs Mengancam Planit Kita?

Dalam menolak untuk mengakui adanya bukti-bukti mengenai UFOs, apakah kita tidak

sudah menunjukkan rasa takut kita dalam persoalan “Pergeseran batas”, walaupun secara

bingung? Apakah itu disebabkan karena ketakutan kita terhadap apa yang belum kita

ketahui? Mungkin, secara tidak sadar, kita tertawakan kejadian itu karena kita tidak dapat

mengertinya, dan juga karena kita ingin mengelilingi dunia kita dengan suatu dinding,

untuk melindungi diri kita dari ganggguan hantu-hantu itu, yang datang dari tempat lain

yang tidak kita ketahui.

“Penolakan terhadap kejadian nyata, yang tidak kita mengerti, tidak pernah dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan sedikitpun juga”, demikianlah akhli perbintangan

terkenal, Camille Flammarion, menulis.

Sebenarnya sudah banyak sarjana, yang merasa tertarik pada persoalan UFO, misalnya

orang-orang seperti Allen Hyneck dan James MacDonald, dua orang konsultan teknik

pada komisi penyelidikan Angkatan Udara Amerika Serikat. Dr. Allen Hyneck, Direktur

Observatorium Darborn, dekat Detroit, yang mengikuti pendapat para sarjana kuno, mula-

mula menolak adanya UFOs sebagai kenyataan, akan tetapi setelah penyelidikan-

penyelidikannya, dia merubah sikapnya mulai tahun 1965, karena sangat banyaknya

laporan-laporan yang memerinci, yang disampaikan kepadanya. Dan beberapa tahun

kemudian, dia menyatakan pendapatnya secara resmi, bahwa “piring terbang” memang

benar-benar ada, dan bahwa benda itu merupakan kendaraan angkasa luar, yang datang

dari dunia lain yang juga berpenghuni. Malahan lebih daripada itu, dalam tahun 1972, di

Universitas “Northwestern”, dia mengadakan kursus, yang pertama di dunia ini,

mengenai UFOs.

Seperti halnya Allen Hynek, James MacDonald juga merasa yakin tentang adanya “piring

terbang” itu. Menghadapi penolakan tentang adanya UFOs, yang dilakukan oleh Komisi

Penyelidikan Amerika-penolakan, yang nantinya akan kita bahas-MacDonald tidak ragu-

ragu untuk mengajukan permohonan. Di depan Komisi Ruang Angkasa dari PBB dia

berseru sebagai berikut:

“Kepada para sarjana, yang menolak adanya kenyataan ilmiah tentang adanya UFOs, saya

mohon dengan sangat untuk mau menunjukkan kemurahan hati.... Bukti-bukti, yang

terkumpul selama beberapa tahun ini adalah mengagumkan.... Ancaman UFOs terhadap

bumi kita bukanlah merupakan suatu soal khayalan ilmiah, atau suatu khayalan

menakutkan... semuanya adalah benar dan nyata. Terus menolak, menurut pendapat saya,

merupakan sikap yang tidak bijaksana....”.

Prasejarah Resmi; Apakah itu Merupakan Sesuatu Lelucon Belaka?

Semua ceritera kuno memperkuat pendapat MacDonald. Ceritera-ceritera iu menguraikan

soal kendaraan terbang, manusia ruang angkasa, dan pengunjung yang datang dari

“Seberang”.

Bagaimanakah dapat dijelaskan, bagwa ceritera-ceritera kuno, yang ada di tempat-tempat

dari Mesopotamia sampai ke Tibet, dari Amerika Selatan sampai ke Cina dari Irlandia

sampai ke Jepang, hampir sama atau serupa satu sama lain?

Bagaimanakah andaikata ceritera-ceritera kuno itu bukanlah hanya merupakan dongengan

belaka, melainkan sedikit banyak merupakan laporan tentang peristiwa yang benar-benar

terjadi, yang pernah dialami oleh para nenek moyang kita pada jaman dahulu? Brinsley

Le Poer Trench menulis sebagai berikut: “Mitologi ditulis secara cepat, merupakan

sejarah yang diringkas, dan bersifat sejajar atau semacam. Kebenaran, yang tersembunyi

di belakang sebuah ceritera kuno, mempunyai arti dan makna yang lebih luas daripada

arti sejarahnya sendiri”.

Para akhli miologi, yang mempunyai nama besar di dunia-Craffard, Evans, Ullrich-

mengajarkan kepada kita, bagaimana kita harus melihat dongeng-dongeng, yang sangat

kuno, mengenai umat manusia, dengan suatu kacamata baru. Menurut Ullrich misalnya,

dua benua yang terendam air, Atlantis dan Mu, kini yang satu berada di bawah perairan

Laut Atlantik dan yang lain di bawah perairan Laut Pasifik, bukanlah merupakan kerajaan

dongeng kuno. Kita akan melihat, bahwa beberapa akhli mitologi mengemukakan

pandangan, yang mengagumkan. Menurut mereka, Atlantis dan Mu masing-masing

merupakan kerajaan pertama, yang didirikan oleh orang-orang angkasa luar di bumi kita

beberapa puluh ribu tahun yang lalu. Dua Kerajaan, yang kemudian dihancurkan oleh

banjir dunia, yang melemparkan umat manusia kembali ke Jaman Batu.

Craffard menyatakan:”Prasejarah, sbagai yang diajarkan dalam buku-buku, merupakan

suatu lelucon besar”.

Warisan Yang Amat Sangat Kuno, Dari Peradaban Yang Telah Hilang

Kita mengetahui, bahwa sejarah mengandung hal-hal terentu, yang tidak kita duga

semula. Selama beberapa ribu tahun orang menganggap secara naif, bahwa Troya

merupakan sebuah kota dari cerita-cerita kuno, yang diciptakan oleh penyair Homer.

Seorang saudagar Jerman Schlieman, kemudian mengadakan penyelidikan sendiri, untuk

mengetahui kebenaran persoalan itu. Dan kita mengetahui bagaimana hasilnya.

Mengapakah tidak akan terjadi yang sama dengan “kendaraan-terbang”, orang-orang

angkasa luar dan Atlantis? Siapakah yang tidak akan mengatakan, bahwa di kemudian

hari akan muncul orang-orang seperti Schliemann, untuk menggali reruntuhan peradaban

tertentu, yang telah hilang?

Ilham Heraclitus, Democritus dan para ahli falsafah atom Yunani dalam persoalan

kenesbian (yang tidak mutlak/abadi) muncul pada jaman 2500 tahun sebelum terjadinya

penemuan-penemuan Einstein.

Contoh terakhir itu bukanlah merupakan contoh satu-satunya. Kita akan melihat, bahwa

penemuan-penemuan dalam abad ke 20 ini sering kali merupakan penemuan kembali (!),

dan bahwa cerita-cerita kuno tertentu bersifat penyaksian mengenai ilmu pengetahuan

yang mengagumkan. Apakah itu semua merupakan sebuah peninggalan jaman purba,

yang diwariskan kepada kita oleh suatu bangsa manusia yang berkebudayaan tinggi, yang

peradabannya kemudian di sapu bersih oleh suatu bencana alam seperti Banjir-Taufan?

Bagaimanakah andaikata ceritera, yang paling kuno, mengenai manusia, ceritera

mengenai jaman ribuan tahun yang lalu, menguraikan soal ekspedisi angkasa luar yang

aneh?

Dan bagaimanakah andaikata para sarjana jamans ekarang baru mulai mengerti isyarat-

isyarat pertamanya saja? Bagaimanakan selanjutnya, kalau kita menyiapkan diri untuk

mengulangi perjalanan-perjalanan di angkasa  luar, dalam pola nenek moyang kita yang

paling pertama, yang dengan tiba-tiba muncul dari angkasa luar? Sebagaimana dikatakan

oleh Shakespeare: “Apa yang telah lalu merupakan suatu pendahuluan”.

BAB II:

NENEK MOYANG KITA BERASAL DARI JAGAD RAYA

Mula pertama, yang ada hanyalah ruangan kosong; tidak ada malam dan tidak ada siang,

tidak ada daratan dan tidak ada lautan, tidak ada matahari dan tidak ada langit. Yang ada

hanyalah suatu kehampaan besar, yang sunyi senyap. Waktu berlalu tersu tanpa

terukur.....Kemudian kehampaan itu mulai bergerak, dan merobah diri menjadi “Po”.

Semuanya gelap, kegelapan yang pekat. Kemudian lagi “Po” itu sendiri mulai berputar.

berobah. Sesuatu, yang baru itu, seperti pasir, dan pasir itu berobah menjadi bumi yang

keras, dan bumi itu membesar. Akhirnya terwujudlah “Papa”, ibu dari bumi; dia meluas

dan menjadi daratan besar....Di dalam airnya terdapat tumbuh-tumbuhan, binatang dan

ikan, dan mereka semua mengembang-biak. Hanya manusialah, yang tidak ada.

Selanjutnya “Tangaloa” menciptakan “Tiki”, yang merupakan nenek moyang kita.....’

Demikianlah ceritera mengenai terciptanya dunia, yang diuraikan oleh seorang laki-laki

tua, Te-Jha-A-Te-Pange, yang menjadi penghuni pulau Raroia, dalam kelompok

kepulauan Tuamotu, kira-kira sejauh 450 mil di sebelah Timur-Laut pulau Tahiti.

Lima Daya Kemanusiaan

Munculnya seorang manusia di dunia selalu menimbulkan sejumlah pertanyaan tertentu,

misalnya: Kapankah dia datang, dan bagaimanakah rupanya?” Menentukan tanggal

kedatangannya adalah sulit, akan tetapi ada sangat banyak teori mengenai bentuk-rupa

nenek moyang kita.

Seorang pengkhayal Amerika, Edgar Cayce, mengatakan bahwa manusia mewujudkan

dirinya dalam “lima persyaratan”, yaitu: lima indera, lima akal, lima lingkungan, lima

perkembangan, lima bangsa. Cayce tidak dapat memberi keterangan yang jelas mengenai

gagasan dan makna, yang tersembunyi di belakang rumus yang tak jelas itu. Akan tetapi

saat  ditanyakan kepadanya, bagaimana lima bangsa itu muncul, dia menjawab:

“Mereka semua muncul pada waktu yang bersamaan.”

Tigapuluh tahun kemudian pendapat Cayce dibenarkan oleh Carleton S. Coon, seorang

Profesor di bidang Antropologi di Museum Universitas Pennyslvania. Carleton

menyatakan sbb: “Kira-kira 500.000 tahun yang lalu, umat manusia dibagi dalam lima

bangsa atau lima jenis; dan lima bangsa itu masing-masing brkembang terlepas satu sama

lain. ‘Homo erectus’ menjadi ‘homo sapiens’ bukan hanya satu kali, melainkan lima kali,

pada tingkatan, saat  masing-masing bangsa menyeberangi ambang-pintu kecerdasan.

Mungkin ada jarak-waktu 200.000 tahun antara waktu menjadi cerdasnya bangsa yang

pertama dan saat bangsa yang ke lima dapat mencapai tingkat-kecerdasan itu”.

Kerangka Manusia, Yang Berukuran Lebih Daripada 16 Kaki.

Menurut beberapa orang teman sekerja Professor Coon, maka bangsa, yang pertama kali

hidup di dunia ini, merupakan suatu bangsa raksasa. Untuk memperkuat dasar pendapat

mereka, para penyelidik ilmiah itu menunjuk kembali kepada penermuan kerangka-

kerangka manusia, yang berukuran tidak lumrah.

Mengapakah mereka demikian besar? Menurut sarjana-sarjana tertentu, beberapa buah

satelit, yang kira-kira 300.000 tahun yang lalu mengorbit bumi kita, telah mendekati

planit kita, dan mengeluarkan daya tarik yang kuat, yang banyak mengurangi tenaga gaya

berat bumi. Keadaan itu menimbulkan suatu pembesaran pada manusia, hal mana dapat

merupakan penjelasan tentang diketemukannya kerangka manusia yang berukuran hampir

17 kaki, yang diketemukan di Gargayan, sebuah propinsi di Pilipina bagian Utara. Di

Cina bagian Selatan, juga diketemukan bagian-bagian kerangka manusia, yang berukuran

hampir 10 kaki.

Banjir taufan Prasejarah.

Mengenai hal ini, Michel Cargese menulis sebagai berikut;  “Sebagai penyelidik angkasa

luar, teleskop yang besar-besar dan satelit-satelit buatan telah memenuhi kewajiban

masing-masing dengan baik. Baru-baru ini alat-alat itu telah menguatkan suatu hukum

ilmu gaya, yang diketemukan oleh Roche, seorang Perancis, dalam tahun 1850.

Hukum itu menyatakan, bahwa ‘sebuah satelit alam dengan aman dapat mendekati induk

planitnya sampai pada jarak 2 3/4 x garis tengahnya sendiri; pendekatan sampai pada

jarak yang lebih pendek lagi, dapat menimbulkan bencana’. Hukum itu telah dapat

diterapkan dalam persoalan sebuah satelit yang berputaran mengelilingi planit Merkurius,

dan kita dapat meramalkan dengan pasti, bahwa satelit-satelitnya planit Mars telah

mendekati saat-saat terakhirnya, sebab kini mereka sudah berada pada jarak 2,767 x garis

tengah mereka dari induk planit. Bulan kita masih mempunyai waktu hidup yang cukup

lama, karena kini masih berada pada jarak 170 x garis tengahnya dari bumi kita. Namun,

walaupun demikian, Mr. Danjon, Direktur Observatori Paris, berpendapat, bahwa

sewaktu-waktu bulan dapat membentur bumi, atau terbang pergi meninggalkan bumi ke

dalam ruang angkasa.

Menurut riwayat kuno, nenek moyang kita dahulu kala termasuk dalam golongan orang-

orang, yang tidak menjadi korban bencana banjir taufan yang diakibatkan oleh benturan

antara sebuah satelit dengan bumi kita.

Satelit itu mengelilingi bumi kita hanya pada jarak beberapa kali garis tengahnya, dan

mengeluarkan daya tarik sangat kuat, yang merupakan faktor menentukan dalam soal

membesarnya alam dan manusia, yang memungkinkan tumbuhnya manusia sampai

berukuran lebih daripada 13 kaki”.

Apakah Nenek moyang Kita Merupakan Bangsa Raksasa?

Karena tarikan gaya berat bumi relatif lemah, maka benda-benda menjadi jauh lebih

ringan, dan bagi semua organisme, irama perputaran darah dipermudah dan rasa lelah

menjadi berkurang. Keadaan itu memungkinkan manusia mempunyai umur yang sangat

panjang. Dia mempunyai otak yang lebih maju dan mempunyai kecakapan-kecakapan

tertentu, sehingga dia dapat memperoleh kebijaksanaan dan pengetahuan, yang berlainan

dengan kita.

Pembangunan kota-kota “raksasa” dan pengangkutan batu-batu besar, yang beratnya

ribuan ton di machu Picchu, di Baalbek, di Gizeh, dan di lain-lain tempat dapat sekaligus

difahami dengan adanya orang-orang, yang bertenaga sangat besar, dan adanya ilmu

pengetahuan mereka.

Patung-patung, yang berukuran 22 kaki atau lebih, diketemukan di tempat-tempat tertentu

di bumi kita ini, di Peru, di kepulauan Marquesas dan di tempat-tempat lain. Mungkin

patung-patung itu dibuat menurut ukuran orang yang sebenarnya pada waktu itu, atau

mungkin juga dibuat sebagai tanda bakti mereka kepada nenek moyang, yang berukuran

besar.

Persesuaian Antara Ilmu Pengetahuan Dan Ceritera purbakala

Untuk menguatkan pendapatnya, Michel Cargese menggunakan sebagai contoh sebuah

bengkel alat kerja pra sejarah, yang berumur 300.000 tahun, dan diketemukan di Agadir

(Morocco). Di antara benda-benda, yang diketemukan itu, terdapat alat-alat kerja tangan.

Dan, percaya boleh dan tidak percayapun terserah, masing-masing alat kerja tangan itu

beratnya 8 kg, dan hanya dapat digunakan oleh tangan-tangan besar, yang hanya mungkin

dimiliki oleh orang yang berukuran tinggi badan 16 kaki!

Michel Cargese menulis sebagai berikut: “Tidaklah merupakan suatu hal yang tergesa-

gesa untuk menyimpulkan, sesuai dengan mitologi, bahwa suatu bangsa, yang terdiri dari

raksasa-raksasa, benar-benar telah menginjakkan kaki di bumi kita ini pada jaman

300.000 tahun yang lalu menurut perhitungan para akhli teknik kita.

Segala sesuatunya menguatkan pendapat, bahwa dahulu kala ada sebuah bulan lain, yang

mendahului bulan kita, yang menyebabkan timbulnya raksasa-raksasa itu. Kehilangan

berat karena tarikan satelit itu (bulan lain itu), maka mereka tumbuh menurut keadaan

alam pada waktu itu. Dan kemudian terjadilah bencana yang dahsyat; bulan yang lain itu

ke luar dari jalan orbitannya, dan menghantam bumi kita. Sebuah benua terkena banjir

besar keseluruhannya; poros kutub berobah kedudukannya, dan dengan sendirinya

berobahlah juga seluruh keadaan geografi bumi kita. Para  ‘raksasa’, yang tidak menjadi

korban bencana dahsyat itu, menjadi lemah dan merosot sifat dan tabiatnya. Mereka tidak

kuat lagi membawa tubuh mereka yang sangat besar itu, dan lambat laun mereka hilang

karena keadaan alam, diganti oleh manusia yang lebih kecil, yang lebih sesuai dengan

keadaan bumi, Bumi kita tinggal mempunyai bulan, yang kini masih ada, yang daya

tariknya jauh lebih kecil daripada bulan yang telah hancur.”

Satu Milyard Alam dunia

Professor Robert Tocquet mengemukakan suatu teori lain, untuk menjelaskan adanya

bangsa “raksasa” itu.

Ada banyak petunjuk, yang membuat kita berkesimpulan, bahwa lain-lain planit juga

berpenghuni. Dalam bukunya “La Vie sur les planetes” (= Kehidupan di planit), Professor

Tocquet menulis sebagai berikut:

“Kalau kita ingat, bahwa galaksi kita (galaksi=kelompok bintang, yang terdiri dari ratusan

milyard bintang) hanyalah merupakan satu di antara kira-kira 100 milyard galaksi, dan

bahwa tiap galaksi terdiri dari bermilyard-milyard tata surya, maka kita terpaksa harus

mengakui, bahwa amat sangat besarlah adanya kemungkinan kehidupan dalam ribuan

milard tata surya itu”.

Professor Tocquet selanjutnya malahan berpendapat, bahwa di planit Mars hidup

makhluk-makhluk yang berakal, dan menulis sebagai berikut: “Kalau mereka ada, maka

mereka pasti telah membuat perlindungan badi diri mereka terhadap menghilangnya

secara perlahan-lahan air dan oxigen, yang tadinya cukup banyak juga di Mars.

Perlindungan itu dapat mereka adakan dengan jalan membangun kota di bawah tanah,

disertai dengan pengaturan, agar udara di atasnya mempunyai tekanan, kelembaban dan

temperatur, yang cocok dengan kebutuhan mereka. Akan tetapi, ada juga kemungkinan,

bahwa mereka untuk sebagian atau untuk keseluruhannya dapat menyesuaikan diri pada

udara yang menipis, karena adanya perubahan dan perkembangan pada sistim pernapasan

serta peredaran darah mereka.”

“Saya mengakui Sepenuhnya, Tentang Kemungkinan Adanya

Otak dan Kecerdasan Dari Angkasa luar”.

Sarjana-sarjana asing tertentu mempunyai teori, yang sama dengan teori professor

Perancis itu. Professor Hermann Oberth, seorang pelopor ilmu pengetahuan modern

tentang ruang angkasa dan seorang guru dari von Braun, menyatakan sebagai berikut:

“Saya kira, bahwa hampir 40% dari keseluruhan jumlah bintang mempunyai planitnya

masing-masing, dan bahwa kehidupan berakal terdapat di beberapat planit itu.

Sebenarnya, pendapat itulah yang merupakan sebab utama, mengapa saya sejak lama

sudah tertarik pada soal-soal ruang angkasa”.

Allen Hynek, seorang akhli di bidang UFO-logi, yang kini bekerja untuk NASA (NASA

adalah suatu badan resmi Amerika Serikat, yang menggarap segala macam persoalan

angkasa luar), dan sedang menyelidiki persoalan UFOs, dalam suatu wawancara di Paris

dalam bulan Maret 1968, menguatkan pendapat Professor Oberth. Wawancara itu

berlangsung sebagai berikut:

Pertanyaan:

Berapa prosenkah dari keseluruhan jumlah tata surya yang ada, yang mungkin

mempunyai kehidupan?

Jawaban:

saat  saya masih menjadi mahasiswa, maka dianggaplah sebagai sesuatu lelucon kalau

kita menyatakan, bahwa ada kemungkinan terdapatnya kehidupan di planit lain. Akan

tetapi dengan adanya teori-teori modern mengenai evolusi di bidang perbintangan, maka,

setidak-tidaknya bagi sebagian besar bintang-bintang, suatu tata surya kelihatannya dapat

terbentuk karena adanya suatu proses pertumbuhan alam. Untuk mempertahankan

pendapat, bahwa bintang kita, yaitu matahari, merupakan satu-satunya bintang yang

mempunyai planit-planitnya, adalah sama saja dengan mengatakan, bahwa kucing kita

adalah merupakan satu-satunya kucing yang dapat melahirkan anak kucing. Dilihat dari

sudut pandangan seorang akhli perbintangan, maka pendapat, bahwa tata surya kita

merupakan satu-satunya yang ada, adalah merupakan suatu faham yang sempit. Di sekitar

tiap bintang pasti terdapat suatu “daerah beriklim sedang”, di mana keadaannya

memungkinkan adanya kehidupan.

Pertanyaan:

Apakah sudah masuk dalam perhitungan ilmu pengetahuan sekarang, tentang adanya

kemungkinan kunjungan makhluk angkasa luar, yang mempunyai peradaban lebih

tinggi?

Jawaban:

Tentulah persoalan adanya kemungkinan itu sudah masuk dalam pemikiran kami. Sebagai

seorang akhli perbintangan, saya dapat menerima dengan tegas tentang kemungkinan

adanya peradaban lain dalam lingkungan galaksi kita. Akan tetapi, persoalan alat

pengangkutan untuk dapat mencapai tempat mereka, berada di luar kemampuan

pengetahuan saya. Bagaimanapun juga, saya mengakui sepenuhnya adanya kemungkinan,

tentang terdapatnya makhluk angkasa luar, yang cerdas dan berakal.

Bintang Yang Membunuh Dinosaurus

Dinosaurus merupakan binatang raksasa prasejarah, yang paling kita ketahui, dan

karenanya, kita seharusnya menyelidiki persoalan musnahnya binatang-binatang itu, dan

juga menyelidiki apa hubungannya kemusnahan itu dengan lenyapnya manusia raksasa.

Ada beberapa teori mengenai persoalan itu. Apakah kemusnahan itu disebabkan karena

adanya perubahan iklim? Tidak demikianlah kiranya, sebab perubahan iklim tidak akan

dapat memusnahkan sepenuhnya kelompok binatang yang demikian kuatnya.

Mungkinkah mereka itu dibinasakan oleh manusia, yang sudah lebih tinggi

peradabannya? Itupun tidak mungkin, sebab untuk itu akan dibutuhkan persenjataan yang

kuat, sedang jejak atau bekas persenjataan yang demikian itu tidak ada sama sekali.

Menurut sarjana-sarjana tertentu, sebuah bintang, sebuah “supernova”, diduga telah

meledak (sebuah “supernova” adalah sebuah bintang, yang tadinya tidak kelihatan dan

kemudian dengan tiba-tiba bersinar sangat terang, untuk kemudian menyusut). Ledakan

itu diperkirakan menimbulkan membesarnya kekuatan radiasi dari ruang angkasa, yang

selanjutnya mengakibatkan binasanya dinosaurus. Sebenarnya, jejak tentang pecahnya

sebuah bintang 50.000 tahun yang lalu, telah diketemukan di ruang angkasa oleh seorang

akhli perbintangan Inggris, Hanbury Brown. Hipotese itu telah dikuatkan oleh dua orang

sarjana Rusia, V.I. Krasovku dan I.S. Chklouski, dan juga oleh seorang sarjana Jerman,

Richter.

Penulis Perancis, Jacques Bergier, mengemukakan suatu unsur baru, yang dia uraikan

dalam tahun 1957 melalui siaran televisi Perancis, yang dilakukan oleh Louis Pauwels.

Dia menyatakan sebagai berikut: “Bintang, yang membunuh dinosaurus, adalah

merupakan suatu kejadian buatan, yang dimaksudkan untuk mengacaukan proses evolusi

yang menuju keperkembangan perbaikan otak dan daya pikir”.

Teori itu juga sudah masuk dalam gagasan para akhli terbesar jaman sekarang. Dalam

hubungan itu, Chklouski menganggap, bahwa benda-benda ruang angkasa, yang hingga

kini belum dapat dijelaskan, merupakan perwujudan dari kegiatan biologis dan dari

adanya ilmu pengetahuan, yang lebih tinggi di planit lain.

Itu semua, sedikit banyak, ada hubungannya dengan kemungkinan adanya makhluk, yang

mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan tinggi, yang mungkin mempengaruhi

evolusi pada bangsa manusia dari jarak jauh.

Suatu Permusyawaratan Dalam Tahun 50.722 Sebelum Masehi

Menurut Edgar Cayce, sarjana Amerika yang telah kita kenal, manusia sendirilah, yang

tidak dapat lagi membiarkan adanya binatang-binatang yang mengerikan itu, dan yang

kemudian membinasakannya semua dengan suatu sinar kematian.

Keputusan untuk membinasakan itu diperkirakan telah dibuat pada waktu diadakannya

suatu permusyawaratan dunia dalam tahun 50.722 sebelum masehi.

“saat  hal itu sangat dibutuhkan, maka para penduduk dari berbagai bagian di bumi ini

menjadi sadar akan adanya bahaya, dan mencari jalan untuk menghalau ancaman bahaya

itu. Dibicarakan dan dipertimbangkanlah kemungkinan-kemungkinan untuk membatasi

atau merubah daerah, yang dibutuhkan oleh binatang-binatang itu, dan juga

kemungkinan-kemungkinan untuk menghancurkan kebutuhan hidup mereka di daerah

khusus, yang mereka duduki pada waktu itu. Dan semuanya itu tadi dilakukan dengan

cara, yang kira-kira sama seperti kalau berbagai induk paberik mengeluarkan apa yang

dapat kita sebut sekarang sebagai suatu sinar kematian”.

Si Manusia Dengan Kepala Dari Besi.

Kolonel James Churchward, yang terkenal karena penyelidikannya mengenai benua MU

yang hilang, yang tenggelam di Laut Pasifik, menceriterakan dengan panjang lebar suatu

corak lain dari ceritera kuno tentang Burung Petir sebagai berikut: Orang-orang indian

‘Hiden’, suku bangsa yang hidup di kepulauan Queen Charlotte, memiliki sebuah benda

keramat, yang paling indah di dunia. Sebuah tiang, yang di atasnya terdapat semacam

burung rajawali, yang disebut Burung Petir. Disusul kemudian oleh seekor ikan, yang

disebut ‘Ikan Paus Pembunuh’, Antara kepala dan ekor ikan itu terlihat seorang manusia,

yang disebut Manusia dengan Kepala Besi. Manusia itu sedang hendak melepaskan

sebuah anak panah ke lambung ikan pausnya.

Seorang tua dari suku bangsa itu menjelaskan kapada saya, bahwa Burung Petir

menggambarkan Sng Pencipta, yang mempunyai pandang mata seperti kilat, dan pukulan

sayapnya terdengar seperti petir. Manusia dengan kepala besi itu merupakan orang

kesayangan para Dewa, dan pada waktu terjadinya bencana banjir besar dia dijadikan

seekor ikan salem dengan kepala besi.

Selama terjadinya banjir, manusia yang telah dijadikan ikan itu, hidup dalam air di sungai

Minish. Dia mengumpulkan dahan untuk membuat suatu tempat berteduh bagi dirinya

sendiri, akan tetapi dia banyak kekurangan “bahan bangunan”, sehingga dia tidak dapat

menyelesaikan pekerjaannya. Pada saat itulah Burung Petir muncul di depannya,

membuka kedoknya dan berkata:’Saya adalah seorang manusia seperti anda, dan untuk

menolong anda, saya akan tetap tinggal bersama anda, agar anda mampu menemukan

suatu suku bangsa, dan saya akan melindungi anda’.

Dan kemudian, di tengah-tengah suara guntur yang memekakkan telinga, si manusia ikan

yang berkepala besi itu melihat prajurit-prajurit bermunculan, yang semuanya bersenjata

lengkap. Dan para prajurit itu adalah ayah-ayah bangsa kita.

716 Buah Cakram Batu Yang Berumur 12.000 Tahun

Di ujung lain dari dunia, di perbatasan antara Tibet dan Cina, seorang Jerman akhli

purbakala, telah menemukan 716 buah cakram dari batu di dalam gua-gua dari

pegunungan Bayan-Kara Ula. Benda-benda itu penuh dengan gambaran lambang-

lambang dan tulisan-tulisan yang tak dapat dipecahkan artinya, kelihatannya telah

berumur ribuan tahun; di tengah-tengahnya terdapat lubang yang menembus, seperti

sebuah piringan hitam, dan terukir garis-garis berbentuk spiral dari tepi menuju ke

tengah-tengahnya cakram.

Dapatkah itu dianggap sebagai suatu bukti penuh tentang benarnya ceritera-ceritera kuno

mengenai Burung Petir, atau setidak-tidaknya, bahwa bumi kita ini pada jaman dahulu

telah dikunjungi oleh kapal-kapal ruang angkasa?

Wartawan ilmiah dari surat kabar Berlin “Das Vegetarische Universum” (“=Jagad

Tumbuh-tumbuhan”), mengenai penemuan itu, membuat ulasan sebagai berikut: “Celah-

celah berbentuk spiral itu merupakan hal, yang paling aneh, mengenai tulisan Cina.

Banyak akhli mencoba untuk memecahkan artinya. Hanya para akhli purbakala bangsa

Cina sajalah, yang dapat mencapai suatu hasil, dan hasilnya adalah demikian

mengejutkan, sehingga Akademi Prasejarah Peking mula-mula melarang

pengumumannya. Setelah pengumuman diijinkan, si professor, yang telah memimpin

penyelidikan, beserta empat orang pembantunya menggunakan judul ‘Tulisan-tulisannya

menunjuk kembali pada kapal-kapal ruang angkasa, yang sebagaimana tertulis pada

cakram-cakram itu, ada pada jaman 12.000 tahun yang lalu’.

Gua-gua di pegunungan Bayan Kara Ula dihuni oleh orang-orang dari suku bangsa Ham

dan suku bangsa Dropa. Mereka merupakan orang, yang berukuran kecil dan menderita

semacam penyakit tulang; hingga kini, semua usaha untuk menggolong-golongkan

mereka berdasarkan etnologi, tidak ada yang berhasil.

Beberapa tulisan kuno mengenai suku bangsa Ham dan Dropa telah dapat dipecahkan

artinya, dan apa yang dapat kami kumpulkan adalah sebagai berikut: “Bangsa Dropa

berasal dari awan, dalam kapal. Orang-orang kami, laki-laki, perempuan dan anak-anak,

bersembunyi dalam gua-gua besar. Kemudian mereka mengerti dari gerakan-gerakan

tangan, yang dibuat oleh bangsa Dropa, bahwa bangsa Dropa itu mempunyai maksud

bersahabat. Lain-lain cakram disebut juga dalam ceritera mengenai kecelakaan, yang

dialami oleh sebuah kapal, pada saat hendak mendarat di daerah pegunungan; usaha

untuk memperbaiki pesawat itu tidak berhasil... Dengan harapan untuk bisa mendapatkan

keterangan lebih lanjut, maka benda-benda berbentuk cakram itu kemudian dikirim ke

Moskow, dan diselidiki oleh para akhli di sana. Diketemukanlah, bahwa cakram-cakram

itu mengandung kobalt dan bahan-bahan logam lainnya, dan bahwa benda-benda itu

menggetar dengan frekuensi yang tidak lazim, seakan-akan mengandung suatu muatan

listrik atau dimasukkan dalam suatu arus listrik. Cakram kecil-kecil itu, yang telah

berumur lebih daripada 12.000 tahun, telah dan akan tetap merupakan suatu teka teki

yang sungguh-sungguh bagi para sarjana di dunia ini”.

Kosmonaut-kosmonaut Telah Hidup dan Menghuni Bumi Kita Ini Pada Jaman

Yang Telah Lalu

Semua petunjuk dan ceritera kuno, yang telah saya kemukakan itu, menguatkan gagasan

tentang asal usul manusia, yaitu dari angkasa luar. Sebagaimana telah kita lihat, maka

ceritera-ceritera itu berasal dari orang-orang yang tidak sama, dan terpencar di berbagai-

bagai benua.

Seorang Jerman akhli mitologi, Gerhard R. Steinhauser, menulis sebagai berikut: “Kalau

kita menjumpai sejumlah bukti, yang menunjukkan, bahwa kosmonaut-kosmonaut asing

pada jaman purba telah menghuni bumi kita, telah memberi petunjuk-petunjuk kepada

manusia, telah mendidik dan memimpin manusia, dan malahan mungkin telah kawin

dengan manusia dan kadang-kadang telah membinasakan manusia, seperti misalnya di

Atlantis. Kalau andaikata kita hanya dapat memeras beberapa gram radium dari berton-

ton batu, dan andaikata kita harus mengikis beberapa meter rumah-rumah siput untuk

menyingkap badan kapal tua, maka kita akan menggunakan usaha dengan semangat yang

sama, untuk membebaskan dan menyaring ilmu pengetahuan kuno yang asli. Kita dapat

mengakui kebenaran fakta-fakta itu, dan melanjutkan mempelajarinya, atau kita dapat

menolaknya;  akan tetapi tanggapan, yang bersifat menolak itu, tambah lama bertambah

lebih sulit, karena kekurangan alasan. Dan seterusnya, kita menjumpai tanda-tanda atau

petunjuk-petunjuk, yang tidak mencukupi sebagai bukti yang menentukan; petunjuk-

petunjuk itu mula-mula tampak seperti hasil dari daya khayal yang berlebih-lebihan, dan

baru menjadi terang gamblang setelah direnungkan secara lama dan tengan”.

Setelah Menyelesaikan Duabelas Macam Tugasnya, Hercules Kembali Ke Langit,

Ke Langit Dari Mana Dia tadinya Berasal.

Mereka, yang seperti Steinhauser berpendapat, bahwa planit kita ini pernah dikunjungi

oleh makhluk dari angkasa luar, juga menghadapi persoalan mengenai luasnya ruang

angkasa dan lamanya waktu untuk mengarunginya.

Memang demikianlah, orang-orang ruang angkasa, yang telah mengunjungi kita itu,

tentunya telah menempuh jarak yang terkirakan panjangnya dalam perjalanan mereka,

yang telah memakan waktu amat sangat banyaknya, Bagaimanakah orang-orang itu, atau

dewa-dewa dari angkasa luar itu, telah dapat mengatasi persoalan luasnya ruang angkasa

dan panjangnya waktu?

Steinhoser mengajak kita untuk mengikuti jalannya mitologi, yang mungkin akan dapat

membantu kita untuk memahami persoalan itu. Misalnya, kita mempunyai ceritera kuno

dari suku bangsa Indian Cashinava, di daerah Amazon, yang menguraikan, bahwa pada

suatu hari seorang Dewa telah membawa beberapa orang manusia naik ke langit. Dewa

itu memperingatkan orang-orang yang dibawanya, bahwa, di suatu tempat dalam

perjalanan mereka nanti, mereka harus benar-benar memperhatikan dia, kalau dia

meneriakkan kata-kata: “Gantilah kulitmu, gantilah kulitmu!”.

Akan tetapi, celakanya, orang-orang itu tidak memberikan reaksi cukup cepat, dan itulah

sebabnya, mengapa kita sekarang tidak dapat lagi berganti kulit seperti yang dilakukan

oleh ular.

Ceritera-ceritera kuno tertentu dari Yunani, khususnya ceritera mengenai Heracles (=

Hercules), menunjuk ke arah yang sama seperti ceritera kuno bangsa Indian tadi. Setelah

menyelesaikan “duabelas tugasnya” yang terkenal, Hercules kembali ke langit. Zeuslah,

ayahnyalah, yang mencarinya dan membawanya pulang kembali. Peristiwa itu diduga

terjadi di gunung Etna, di mana Hercules muncul dari kobaran api, dan kemudian dibawa

pergi dalam kereta perang Zeus menuju ke langit dan memasuki ruang angkasa. Tidak

terhitung banyaknya corak ceritera tentang kepergiannya itu, akan tetapi ada satu fakta

yang sangat menarik, yaitu, bahwa Hercules tidak lagi berwujud seorang manusia,

melainkan tampak sebagai “seekor ular, yang telah berganti kulitnya”.

Organisme Dan Kapal ruang angkasa

Persoalan pergantian kulit itulah, yang ditekankan oleh seorang akhli Jerman lainnya di

bidang mitologi, Prosfessor Karl F. Kohlenberg, dalam karyanya yang menarik,

“Prasejarah Menerangkan”. Dia menyatakan, bahwa “perubahan” atau “pergantian” kulit

merupakan suatu soal yang penting. Itu semua pasti merupakan suatu perwujudan lahiriah

dari suatu “perjalanan” atau “loncatan” menerobos dan memasuki suatu dimensi yang

lebih tinggi, atau merupakan suatu jalan hilangnya wujud, untuk kemudian disusul oleh

suatu perwujudan baru.

Professor Kohlenberg selanjutnya berkata sebagai berikut: “Kita dapat membayangkan

cara-cara yang digunakan, agar supaya hidup dapat berlangsung terus sampai waktu yang

sangat lama, sesuai dengan kebutuhan para Dewa dalam melakukan perjalanan ruang

angkasa. Misalnya: Tubuh dapat dibuat berada dalam keadaan tidur amat lama, dengan

cara membekukannya; tubuh dapat dikeringkan seperti kuman-kuman dengan jalan

mengeluarkan semua cairan yang ada didalamnya, dan nantinya menghidupkan kembali

tubuh itu dengan jalan rehidrasi (rehydration). Akhirnya, otaknya dapat dipisahkan dari

keseluruhan tubuh itu, untuk kemudian dihubungkan dalam suatu perputaran buatan pada

suatu alat mekanis. Persoalan terakhir ini mungkin sudah dapat dicapai oleh ilmu

pengobatan, yang kini telah mampu memindahkan urat syaraf dengan hasil baik. Mungkin

para ‘Dewa’ pernah mengerti ilmu pengetahuan dan teknik, yang kini digunakan dalam

ilmu bedah kita. Organisme semacam ‘alat mekanis dengan otak manusia’ itu akan dapat

mengawasi dan mengemudikan sebuah kapal ruang angkasa”.

BAB III:

RAHASIA ILMU PENGETAHUAN

TENTANG JAMAN PURBAKALA

Siapakah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan pengobatan, astronomi dan teknik,

yang jejak-jejaknya demikian banyak kita ketemukan, saat  kita menyelidiki dan

mempelajari hasil kerja jaman prasejarah? Siapakah yang telah membangun pabrik di

Medzamor, di Armenia, kira-kira 5000 tahun yang lalu? Siapakah yang telah

merencanakan peta-peta Piri Reis, yang menunjukkan adanya suatu pengetahuan geografi

dunia yang luasnya sama dengan pengetahuan kita sekarang?

Para sarjana, secara resmi, tidak begitu memperhatikan persoalan-persoalan itu, yang

penyelidikannya masih banyak menghadapi rintangan. Para penyelidik bebas masing-

masing mengembangkan suatu teori, yang bersifat sangat pribadi, berdasarkan

penyelidikan-penyelidikan dengan tekun dan sabar.

Suatu Alfabet, Yang Berumur 15.000 Tahun?

Bukti di bidang argeologi, bahwa orang-orang purbakala telah menggunakan suatu alfabet

di jaman Neolitik (= Jaman Batu yang ke dua), diduga telah diketemukan di Perancis

pada permulaan abad ini. Pada tanggal 1 Maret 1924 Claude Fradin dan cucunya laki-

laki, Emile, sedang berjalan-jalan di luar kota di sekitar desa kecil Glozel, di dekat

Ferriere sur Sichon, di Allier. Tiba-tiba mereka melihat benda-benda aneh; mereka sangat

heran menemukan batu-batu bata, tanda-tanda peringatan terukir, dua bua alat pemotong,

dua buah kapak kecil dan dua buah kerikil datar yang masing-masing ada tulisannya.

Dan itu merupakan permulaannya. Dr. Morlet, yang bertempat tinggal di daerah itu, di

beritahu tentang penemuan yang misterius itu.  Dia merupakan orang, yang selalu merasa

sangat tertarik pada keanehan, pada hal-hal yang belum, hal-hal yang luar biasa, dan dia

lanjutkan penggaliannya. Demikianlah dia kemudian dapat menggali lebih dari seratus

buah tanda peringatan, alat kerja dari batu kecil, barang-barang pecah belah dengan corak

yang belum pernah dijumpai dimana-pun, dan akhirnya kerikil-kerikil datar yang terukir.

Akhli-akhli yang sudah terkenal, seperti Camille Julian dan Salomon Reinach,

menyatakan, bahwa benda-benda yang telah diketemukan itu berasal dari jaman 15.000

tahun yang lalu. Pada benda-benda tertentu, beberapa orang sarjana melihat adanya

susunan-menurut-garis huruf-huruf yang menyerupai alfabet, seperti V W L H T I K O C

J X. Akan tetapi, tidak lama kemudian, penemuan di Glozel itu mendapat tantangan keras

dari para akhli dari Lembaga Internasional mengenai Antropologi, dan dari “Identite

judiciaire” Perancis. Mereka menyatakan bahwa semuanya itu merupakan penipuan, dan

menentukan, bahwa benda-benda galian itu tidak merupakan “benda antik”.

Terlepas dari tulisan, yang meragukan dan ditentang itu, orang-orang purbakala

nampaknya mempunyai suatu berbendaharaan-kata dan bacaan, yang jauh dari luas

daripada kepunyaan kita sekarang. Orang-orang Indian Amerika mempunyai nama yang

berlainan untuk tanaman yang sama, atau pohon yang sama, menurut musimnya,

sedangkan kita sekarang menyatakan perobahan sebatang pohon yang sama dimusim

rontok dan musim semi, cukup dengan menggunakan daka sifat didepan nama pohon itu.

Bacaan yang tidak tertulis

Penemuan berguna dari alfabet, dan yang menyusulnya, yaitu bacaan, merupakan langkah

pasti menuju keperadaban. Orang-orang Sumeria dan Mesir, yang jelas telah

mengembaangkan tata cara mereka menulis pada jaman 4000 tahun sebelum Masehi,

maju dengan pesatnya setelah pengembangan itu.

Anggapan demikian itu, rupa-rupanya tidak berlaku sama sekali bagi peradapan Bangsa

Inca. Dalam kenyataanya, orang-orang Inca, yang benar-benar melaksanakan separuh

jumlah macam tumbuh-tumbuhan yang kita kenal dan yang telah membangung jalan-

jalan besar yang terpanjang di dunia, tidak mempunyai tata cara menulis.

Mengapakah bisa ada keadaan, bahwa kebodohan, yang tidak masuk akal itu, terdapat

pada Bangsa yang berkembang demikian pesat?, keadaan itu kelihatannya disebabkan,

karena mereka, berdasarkan ketakhyulan mereka, mempunyai rasa takut terhadap tulisan.

Sebuah cerita kuno bangsa Inca mengatakan, bahwa, setelah terjadinya bencana wabah

yang membinasakan, sebuah Sabda Dewa melarang digunakannya tulisan, diserta

ancaman hukuman siksa yang mengerikan.

Untuk mengatasi persoalan tidak adanya alfabet, maka orang-orang Inca kemudian

menggunakan tali “Quipu” dengan banyak mata ikatan yang berwarna-warni, dan dengan

jarak yang berbeda-beda antara mata ikatan yang satu dengan yang lainnya. Karen adanya

cara dan alat yang aneh itu, maka mereka mempunya bacaan....... tanpa mempunya

tulisan.

Makhluk logam, yang mengerikan, Menyerang para Argonaut

Dibidang teknik masih banyak hal-hal yang mengejutkan dijumpai oleh para akhli

sejarah. Beberapa buah bukti membuat kita beranggapan, bahwa manusia moderen jaman

sekaran ini hanyalah “menemukan kembali” apa yang telah diketahui oleh manusia jaman

dahulu.

Banyak cerita kuno, yang menunjuk kearah itu. Plato, misalkan, mengatakan, bahwa

daedalus, ayahikarus, rupa-rupanya membuat mesin-mesin serupa manusia yang dapat

bergerak sendiri. Yang mungkin dapat kita sebut “Robot”. Dan akhli falsafat yunani itu

melanjutkan berkata, bahwa mesin-mesin itu demikian cepat bergeraknya, dan tak dapat

berdiam diri, sehingga harus diadakan penjagaan agar mereka tidak berlari pergi.

Sayangnya adalah, bahwa Plato tidak menjelaskan secara terperinci tentang alat-alat, yang

menyebabkan mesin-mesin itu dapat bergerak sendiri. Apakah daya gerak itu berasal dari

mekanisme yang telah disempurnakan ataukah karena digunakannya baterai?

Menurut cerita kuno Yunani tentang penaklukan “Golde Fleece” (“kulit domba emas”),

maka para argonaut yang datang di Kreta, diperingatkan oleh Medea, si ahli nujum,

bahwa sebuah makhluk logam, yang mengerikan, akan menyerang mereka. Apakah yang

dimaksudkan oleh medea itu “robot”, seperti dinyatakan oleh seorang penyelidik bebas

Inggris Arthur Waight?

Komputer pada jaman purba

Dalam tahun 1900, para penyelam bunga karang dekat Antikitera, menemukan bekas-

bekas sebuah perkakas dari logam, yang sudah berkarat, didasar laut. Para sarjana mula-

mula mengira, bahwa apa yang telah diketemukan itu merupakan sisa-sisa pesawat ruang

angkasa dari tahun 65 sebelum Masehi. Dalam tahun 1959, seorang sarjana Inggris, Solla

Price, menimbulkan suatu kejutan dunia, saat  dia dalam bulan Maret 1962 membuat

pengumuman sebagai berikut: “Kelihatannya, bahwa benda itu benar-benar merupakan se

buah      Komputer, yang dapat menentukan dan menguraikan gerak matahari, bulan, dan

mungkin juga gerak planit-planit”.

Sarjana akhli itu merasa dirinya sangat rendah, dan hanya dapat menyatakan kekaguman

dan hormatnya kepada nenek moyang kita, yang telah memiliki ilmu pengetahuan

demikian tinggi, walaupun rasa hormat itu disertai dengan sedikit rasa takut.

Dalam bulan Juni 1959 dia menulis dalam “Scientific American” sebagai berikut:

“Adalah sangat menakutkan untuk mengetahui, bahwa dekat sebelum peradaban mereka

yang tinggi itu runtuh, Bangsa Yunani kuno telah dapat mencapai apa yang baru sekarang

kita capai, bukannya hanya dalam cara berfikir, melainkan juga      dalam ilmu

pengetahuan Teknologi”.

Apa yang nyata terjadi di Yunani kuno itu, terjadi juga di Amerika Kuno. Seorang penulis

yang bernama Gareilaso de La Vega, seorang anak laki-laki dari seorang laki-laki Spanyol

dan wanita puteri bangsa Inca, menguraikan pada permulaan abad ke 17, bahwa bangsa

Inca di lembah Rimac mempunyai sebuah patung “yang berbicara dengan menjawab

pertanyaan-pertannyaan seperti sabda Dewa Apollo di Delphi”.

Sayangnya, Garcilaso adalah tidak cermat, dan dia sama sekali tidak bercerita tentang

caranya patung itu bekerja, walaupun kesemuanya itu mengigatkan kita kepada

kompyuter-modern kita.

Mesin Penyelidik Waktu Memang Pernah Ada.

Pada waktu ini, para sarjana beranggapan, bahwa s ebuah mesin untuk menyelidiki

waktu, adalah merupakan suatu gagasan yang gila-gilaan. Walaupun demikian, beberapa

orang menyatakan, bahwa orang-orang purbakala telah mempunyai alat semacam itu.

Kita menjumpai jejak adanya alat-alat itu dalam bermacam-macamcerita kuno. Menurut

tulisan Franciscus Picus dalam bukunya yang berjudul “ The Book Of Six Sciences” (=

Buku tentang enam Macam Ilmu Pengetahuan), maka cermin Al-Muchevi dapat

memantulkan suatu pemandangan atau gambaran tentang waktu.

Bagaimana mungkin bagi para Dewa Mesir dan yunani untuk meramalkan keadaan waktu

yang akan datang, atau untuk membayangkan kembali hal-hal yang telah lampau?

Clement V Durel, seorang sarjana Inggris, memberi cara pemecahan yang segar mengenai

persoalan itu. Dia berkata sebgai berikut: “Semua fakta, dari waktu yang telah lampau,

dari waktu sekarang, dan dari waktu yang akan datang, berada dalam ruang waktu empat

dimensi, yang merupakan suatu semesta alam tanpa waktu lalu ataupun waktu sekarang,

dan statis      seperti suatu kumpulan film, yang dapat dipasang di gulungan proyektor

film”.

Selama pemerintahan Alexander Yang Agung, sabda Dewa Ammon-Ra dilengkapi

dengan sebuah mesin otomatis untuk menyelidiki waktu. Pada suatu hari Alexander

meminta nasehat dalam hubungan hari depannya sendiri. Nasehat-jawaban berbunyi

sebagai berikut: “Akan diberikan kepada anda untuk menguasai semua negeri”. Ramalan

itu kemudian ternyata benar, sebab penakluknya datang untuk menguasai hampir seluruh

dunia yang diketahui.

Jaman Industri Dari Orang-orang Jaman Dahulu

Adalah pernah suatu jaman industri prasejarah, sebagaimana dinyatakan oleh para sarjana

tertentu, yang tidak Ortodox? Dalam mitologi Yunani yang mula pertama, kita jumpai

Vulkan, Dewa Api pandai besi, yang tempat kerjanya terletak digunung Etna di Sisilia.

Selanjutnya, orang-orang pra-sejarah itu mengenal empat peredaran waktu, yaitu jaman

emas, jaman perak, jaman tembaga dan jaman Besi.

Besi dan tembaga merupakan dua macam logam, yang amat sulit untuk dibuat dan untuk

dikerjakan. Tembaga, suatu campuran yang sangat keras, untuk sebagian terdiri dari

timah. Dimanakah dan kapankah timah itu diketemukan? Ilmu pengetahuan jaman

sekarang tidak memberikemungkinan untuk menjawab pertanyaan itu.

Pada waktu itu tempat persediaan timah terdapat di Gaul, di Etruria, di Cornwall, di

Bohemia dan di Spanyol, sedangkan kuningan terdapat di Sinai, portugal, Kreta, Spanyol

dan Siprus. Bagaimanakah orang-orang jaman pra-sejarah itu dapat mengumpulkan hasil

tambang yang dibutuhkan untuk membuat tembaga, dari daerah terpencar itu?

Masih ada lagi pertanyaan lain: Bagaimanakah nenek moyang kita itu dapat mengatur

pemanasan tungku-tungku sampai temperatur 1000 derajat yang dibutuhkan untuk

campuran logam tembaga itu?

Teka-teki yang menjemukan

Para akhli penyelidikan Amerika menganalisa sebuahbenda dari jaman pra-sejarah, dan

menemukan bahwa para penduduk Amerika Utara gunakan tungku-tungku, yang mampu

mencapai temperatur setinggi 9000 derajat celsius.

Lain-lain misteri mengganggu para sarjana kita. Sebuah ikat pinggang terbuat dari logam,

didalam makam Jenderal Cina Chow Chu, yang hidup dalam abad ke 3, terbuat dari 5%

logam Mangan, 10% logam kuningan dan 85% logam aluminium baru diketemukan

dalam tahun 1875 oleh Oersted, dan lagi hanya dalam bentuk bubuk, sehingga

penggunaannya harus dilakukan melalui proses khemis. Apakah dengan demikian, kita

hanyalah menemukan kembali sesuatu yang telah diketahui oleh orang Cina 1700 tahun

yang lalu?

Dan ini ada lagi teka teki yang membingungkan ilmu pengetahuan, tihang Kutb Minar di

Delhi, yang tingginya tujuh setengah meter dan beratnya 6 ton. Tihang itu berasal abad ke

5 dan, walaupun demikian sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda berkarat,

sekalipun telah 15  abad mengalami bermacam-macam cuaca tanpa perlindungan.

Manusia Angkasa Luar Mempelajari Planit

Kita Dengan Menggunakan “Tape-recorder”

Satu diantara problema-problema besar, yang kita hadapi pada waktu ini, adalah kubus

Dr. Gurit, yang diketemukan dalam sebuah tambang batu-bara dalam abad ke 19. Benda

itu kelihatannya telah berumur beberapa juta tahun,  dan pembuatannya dilakukan dengan

mesin. Oleh siapa? Kapan? Demikian banyak pertanyaan tanpa jawaban!

Untuk tujuan apakah diadakannya benda-benda itu? Jacques Bergier dalam bukunya,

yang berjudul “Les Extra-Terretres dans l’Histoire”, menulis sebagai berikut: “Menurut

pendapat saya, itu semua merupakan alat pengumpul bahan  semacam pita rekaman, akan

tetapi jauh lebih sempurna”.  Siapakah yang telah membuat alat-alat perekam demikian?

Dan dengan tujuan apakah alat-alat itu dibuat?

Menurut tulisan Jacques Bergier, maka “benda” itu tidak diciptakan oleh otak manusia;

penciptanya harus mempunyai kecerdasan otak, yang jauh lebih tinggi; mungkin sekali

penciptanya datang dari galaksi lain. Orang-orang angkasa luar, yang ingin mengetahui

kehidupan dan penghidupan apa yang ada di bumi ini, mungkin telah menempatkan alat-

alat perekam di tempat-tempat tertentu di seluruh dunia, dengan tujuan untuk dapat

memperoleh sebanyak mungkin bahan tentang apa yang terjadi di planit kita ini.

Benda, yang diketemukan oleh Dr. Gurit itu, disimpan di dalam Museum Salzburg, dan

kemudian hilang secara aneh! Siapakah yang telah mengambilnya? Jacques Bergier,

dalam bukunya termaksud di atas, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

“Mungkin sekali benda itu telah dimiliki kembali oleh mereka, yang tadinya telah

menempatkannya di bumi kita ini”.

Suatu Pusat-perindustrian Lima-ribu Tahun Yang Lalu

Marilah kita kembali pada soal-soal yang lebih nyata. Pembuatan benda-benda dari

logam, memberikan dugaan kepada kita, tentang pasti adanya pabrik-pabrik yang layak.

Walaupun pikiran modern tidak menyetujui dugaan demikian, namun kita terpaksa

menerima sebagai suatu bukti, adanya kenyataan, bahwa di Medzamor, Armenia, Dr.

Korioun Meguertchian telah menggali keluar sebuah pabrik pengolahan logam, yang

diperkirakan berumur 5.000 tahun.

Terpencar di sekitar tempat itu terdapat banyak pisau, paku, anak panah, gelang dan

cincin dari logam. Lain-lain penyelidik, setelah Dr. Meguertchian, menemukan sebuah

bengkel penuangan besi, di mana orang-orang pra-sejarah itu mengerjakan timah-hitam,

seng, manggan, baja, dan lain-lain logam lagi.......

Para sarjana, yang tadinya meragukan adanya tungku-tungku pembakaran atau pencairan

logam, kini menjumpai bahan bukti yang nyata; dua-puluh lima buah bangunan tungku

telah diketemukan. Menurut perhitungan, seharusnya paling sedikit terdapat dua-ratus

buah.

Penemuan-penemuan itu merobah sama sekali pengertian para sarjana mengenai pra-

sejarah. Seorang ahli arkheologi Amerika, Richard Helffson, bertanya-tanya: “Masih

dapatkah dibenarkan, kalau kita menyebut suatu jaman sebagai Jaman Tembaga, kalau

Jaman itu telah mempunyai suatu pusat perindustrian, yang sudah sama rumitnya dengan

perindustrian kita sekarang?

Sebuah Tempayan Antik Terbuat Dari Tanah? Bukan, Akan Tetapi Sebuah Lampu

listrik!

Hasil produksi industri mensyaratkan adanya sumber-sumber tenaga teknis yang tinggi.

Itu merupakan suatu kebenaran yang nyata, dan diketemukannya benda-benda tertentu

belum lama berselang, menuju ke arah pembuktian, bahwa orang-orang pra-sejarah

setidak-tidaknya telah mengenal listrik.

Tepat sebelum pecahnya Perang Dunia II, seorang ahli arkheologi Jerman bernama

Wilhelm Konig, yang bekerja di Bagdad, menggali beberapa buah tempayan terbuat dari

tanah dengan bagian “lehernya” dilapisi aspal, yang memagari batang-batang logam, yang

tertanam dalam silinder-silinder kuningan. Konig mengejutkan dunia ilmu pengetahuan,

saat  dia menyatakan, bahwa “tempayan-tempayan” itu merupakan baterei listrik yang

sudah berumur 2.000 tahun.

Sebentar setelah berakhirnya Perang Dunia, seorang insinyur bernama Willard Grey,

bersama dengan “General Electric Company”, mengadakan suatu percobaan untuk

menguji kebenaran pernyataan Konig. Setelah dibuatkan tiruan dari baterei yang

ditemukan, maka dia kemudian mengisinya dengan sulfat-tembaga untuk menggantikan

larutan-baterei aslinya, yang telah menguap. Segala sesuatunya berjalan dan bekerja

dengan sempurna. Dengan demikian, maka pernyataan Konig kelihatannya dapat

dibuktikan.

Ditambah lagi, dua buah penemuan yang semacam telah menunjukkan, bahwa orang-

orang jaman pra-sejarah juga sudah mengenal pekerjaan “melapisi” dan “menyepuh

dengan elektrolisis”, yang baru mulai diketahui dalam abad 19. Tempayan-tempayan

berlapis logam, yang telah diketemukan juga di dekat Bagdad, menunjukkan, bahwa

“lampu-lampu” itu digunakan untuk “menyepuh dengan elektrolisis”.

Akhirnya, bekas-bekas dari pekerjaan melapisi diketemukan juga pada benda-benda

pecah belah yang sudah berumur 4.000 tahun, yang diketemukan dalam gubug seorang

akhli sihir Nigeria.

Kekutan/Tenaga, YangDikenal Dengan Nama kembar Mithra-Varuna

Sebuah dokumen Hindu kuno, “Agastya Samhita”, yang diambil dari perpustakaan

Pangeran Ujjain, menguraikan pembuatan baterei sebagai berikut: “Tempatkanlah sebuah

pelat tembaga yang sangat bersih dalam sebuah lodong dari tanah liat. Isilah kemudian

lodongnya dengan sulfat tembaga, dan selanjutnya dengan serbuk gergaji basah. Setelah

itu, tarohlah sehelai lembaran seng dicampur dengan air rasa di atas serbuknya untuk

menghindari proses mengutub. Sentuhannya akan menimbulkan suatu tenaga, yang

dikenal di bawah nama kembar Mithra-Varuna. Air, yang diseberangi oleh aliran itu, akan

pecah menjadi “Pranavayu dan Udanavayu”. Kalau seratus buah lodong demikian

dirangkai, maka rangkaian itu diduga dapat memberikan suatu sumber tenaga, yang

sangat aktif dan berguna”.

Arti yang tepat bagi “Mithra-Varuna” adalah “kathode-anode”, dan bagi “Pranavayu” dan

“Udanavayu” masing-masing adalah “oxigen” dan “hidrogen”.

Sebuah Lampu Abadi Memelihara Keadaan Waspada Atas Mayat Seorang Gadis

Romawi

Seorang sarjana Australia, Robbert Briggen, tetap berpendapat, bahwa orang-orang jaman

pra-sejarah mempunyai pengetahuan, yang lebih maju daripada ilmu pengetahuan

modern, karena mereka memiliki lampu-lampu abadi.

Dalam bulan April tahun 1485, mayat seorang gadis bangsawan dari jaman Romawi kuno

dikeluarkan dari tempat pekuburannya di “Appian Way”. saat  para penyelidik

memasuki tempat pemakamannya, mereka terkejut menemukan sebuah lampu, yang

menyala sejak 1.500 tahun yang lalu.

Dengan cara bagaimanakah para nenek moyang kita itu telah membuat lampu-lampu

semacam itu? Misteri itu masih tetap merupakan misteri, akan tetapi sejumlah sarjana

masih tetap berusaha untuk memecahkan persoalan itu. Beberapa orang diantara mereka,

seperti Briggen, mengemukakan pendapat, bahwa tenaga yang digunakan untuk

bekerjanya lampu itu, mungkin sekali telah hilang dari muka bumi, akan tetapi tentu saja

tidak ada bukti untuk menguatkan teori-teorinya itu.

Suatu Jaman-atom Di Dalam Jaman-prasejarah.

Dari “listrik” ke “atom” hanya terdapat jarak sepanjang satu langkah, yang rupanya telah

dilalui oleh orang-orang jaman pra-sejarah itu tanpa mengalami kesulitan.

Dokumen yang paling tua, yang kita miliki, mengenai pengetahuan nenek moyang kita

tentang atom, yaitu “Emerald Table of Hermes” (“Meja Zamrud dari Hermes”), yang

menurut perhitungan seorang sarjana dari abad 18, Sigismond Bacstrom, telah berumur

kira-kira 4.500 tahun.

Kita tidak mengetahui, siapakah orangnya yang telah menghasilkan karya itu, yang

dimulai dengan kata-kata sebagai berikut: “Seperti keadaan di atas, demikian juga

keadaannya di bawah, dan apa yang ada di bawah adalah seperti apa yang ada di atas,

untuk kemudian menunjukkan suatu keajaiban dari adanya satu karya yang sama”.

Apakah arti kalimat, yang kelihatannya seperti ramalan itu? Kata-kata “seperti keadaan di

atas “, yaitu cakrawala dengan bintang-bintang dan galaksi-galaksinya, dinyatakan

semacam dengan apa yang ada di bawah, yang dimaksud sama dengan atom dengan

elektron-elektronnya, yang berputaran mengelilingi proton-proton. Penulis tanpa nama

dari “Emerald Table”itu, dengan demikian telah menekankan soal satunya alam-semesta

dan soal persatuan atom.

Dalam “Emerald Table” itu dia lebih lanjut menguraikan sebagai berikut: “Adanya semua

benda disebabkan oleh Yang Satu, karena itu maka segala sesuatu berasal dari Benda

Yang Satu itu. Pisahkanlah secara hati-hati dan cermat bumi dari apinya, yang halus dari

yang kasarnya. Benda itu naik dari bumi menuju ke langit, dan turun lagi ke bumi dan

karena itu, maka yang atas dan yang bawah bertambah besar kekuatannya. Itu adalah

merupakan kekuasaan, yang mempengaruhi semua kekuatan, yang akan menguasai segala

apa yang baik, dan akan menyebarkan segala apa yang kasar, sebab demikianlah

diciptakannya dunia”.

Dua gagasan pokokyang diketahui dengan baik oleh dunia modern_mengisi keseluruhan

tulisan itu, yaitu bahaya yang terkandung dalam pecahnya atom, yang terus menuju ke

bom “nuclear”, dan analisa mengenai sifat bergetar dari segala sesuatu.

Dari Lukretius .... Sampai ke Einstein.

Dipelajarinya atom secara cermat dan sungguh-sungguh, mengenai bahaya dan

kekuatannya, yang dibuktikan oleh apa yang termuat pada “Emerald Table”, jelas

merupakan bukti adanya penyelidikan selama ratusan tahun oleh nenek moyang kita.

Pengetahuan itu diteruskan sampai ke jaman Yunani dan Latin kuno. Kira-kira 2.500

tahun yang lalu, Demokritus menyatakan pendapatnya, bahwa “sebenarnya, yang ada

hanyalah atom dan ruangan”.

Teori itu dihidupkan lagi oleh Leucipus dalam abad ke 5 sebelum Masehi, dan kemudian

lagi oleh Epicurus dalam abad ke 3 sebelum Masehi.

Penyair Latin terkenal, Lukretius, mengembangkan teori mengenai atom itu dalam buku

karyanya, yang berjudul “De Natura Rerum” (= Mengenai Sifat dari Benda-benda).

Dalam Buku I dari karyanya, yang termasyhur itu, lebih dari 2.000 tahun sebelum

Einstein, dia menyatakan sebagai berikut:

“Tidak ada sesuatu, yang pernah diciptakan dari ketiadaan, dan hanya merupakan hasil

dari kekuatan gaib. Sebab, kalau kini manusia tetap diperbudak oleh rasa takut dan

khawatir, maka hal itu disebabkan karena dia melihat banyak keajaiban di bumi dan di

langit, yang  sama  sekali tidak dapat dimengertinya, dan dianggapnya sebagai kejadian

yang ditimbulkan oleh kekuatan gaib...

Oleh karena adanya suatu puncak atau batas terakhir, yang dicapai oleh kesatuan pokok

itu, dan yang sudah tidak lagi dapat ditangkap oleh pengelihatan kita, maka kesatuan itu

jelas tidak mempunyai pecahan-pecahan atau bagian-bagiannya, dan dia telah mencapai

bentuk kekecilan yang terakhir, suatu bentuk yang paling kecil. Dia tidak pernah ada, dan

tidak mungkin bisa ada secara sendirian ataupun sebagai pecahan, karena dia sendiri

merupakan suatu bagian integral/pelengkap dari suatu unsur lain, yang tidak mungkin ada

tanpa adanya dia; pada unsur itulah kemudian menggabung bagian-bagian integral lainnya

untuk membentuk “benda”. Dan oleh karena bagian-bagian integral itu tidak dapat ada

secara sendirian, maka bagian-bagian itu harus berkumpul menjadi satu untuk

membentuk suatu kesatuan, yang tidak dapat dibagi-bagi.

Karenanya, maka kesatuan-kesatuan dasar itu masing-masing merupakan suatu kesatuan

sederhana, yang tidak dapat ditembus, dan yang erat hubungannya satu sama lain; mereka

membentuk suatu keseluruhan, yang terdiri dari bagian-bagian sejenis, dan tidak dapat

dihancurkan. Kesatuan-kesatuan itu bukanlah merupakan suatu susunan heterogen, yang

terdiri dari bermacam-macam bagian, akan tetapi justru sebaliknya, mereka masing-

masing merupakan suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian integral, yang tak dapat

dipecah-pisahkan ataupun di perkecil, dan merupakan unsur pokok dari benda. Dan lagi,

kalau andaikata tidak ada batas mengenai kecilnya sesuatu, maka benda yang lebih

kecilpun akan tersusun dari bagian-bagian, yang tidak terbatas jumlahnya, oleh karena,

tiap-tiap kali, setiap bagian dari sesuatu yang kita bagi, selalu dapat dibagi lagi! Dan

karenanya, perbedaan apakah yang ada antara suatu susunan benda dan benda atau unsur

yang terkecil? Perbedaan itu tidak mungkin ditentukan, sebab, bagaimanapun juga tidak

terbatasnya luas alam semesta, namun benda yang terkecilpun juga tersusun dari bagian-

bagian, yang banyak jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena adanya alasan yang masuk

akal, yang tidak membenarkan atau tidak memungkinkan kita berpendapat demikian,

maka kita harus menyerah dan mengakui, bahwa ada bagian terkecil yang sudah tidak

mungkin dibagi lagi, yaitu, yang telah mencapai batas kekecilannya. Dan karena badan

terkecil itu ada, maka kita harus mengakui pula, bahwa unsur, yang terbentuk dari badan-

badan terkecil itu, juga nyata padat dan abadi.

Akhirnya, andaikata sifat kreatif dari semua benda itu mengandung pengertian secara

umum, bahwa setiap benda dapat dipecah atau dibagi dalam bagian-bagian kecil yang

tidak terbatas jumlahnya, maka bagian-bagian itu juga tidak dapat lagi menyusun kembali

sesuatu, karena bagian-bagian kecil yang tak terbatas jumlahnya itu, yang masing-masing

sudah tidak mempunyai bagian-bagian lagi, tidak mungkin lagi mempunyai sifat-sifat

yang disyaratkan untuk dapat menyusun lagi, yaitu: bermacam-macam hubungan,

kepadatan, guncangan, perjumpaan, yang kesemuanya merupakan gerakan-gerakan untuk

dapatnya terbentuk setiap benda”.

Dunia Luas Di Dalam Kehampaan Setiap Atom.

Kita ketemukan lagi jejak-jejak ilmu pengetahuan kuno di bidang atom di India.

Karangan-karangan Brahmana, yang berjudul “Vaisesika” dan “Nyaya”, dan buku-suci

“Yoga Vasischta”, semuanya membicarakan soal susunan unsur.

“Ada dunia luas di dalam kehampaan setiap atom, yang berbeda-beda seperti debu di

dalam sinar cahaya matahari”.

Dengan pena seorang penyair, penulis tanpa nama dari “Yoga Vasishta” menguraikan

susunan atom secara mentakjubkan. Akan tetapi perumusan cendikiawan Hindu itu,

Ulika, tidak sejalan. Menurut pendapatnya, 2.500 tahun yang lalu, maka segala sesuatu

disusun dari unsur-unsur benih. Oleh karena lebih bijaksana daripada kita, dan karena

sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tenaga atom, maka orang-orang jaman

kuno itu tidak mengungkapkan rahasia-rahasia ilmu pengetahuan atom kepada umum

untuk menjaga agar jangan sampai atom itu digunakan untuk maksud-maksud

pembinasaan.

Lebih dari seribu tahun yang lalu, seorang Cina menulis: “Adalah merupakan suatu

perbuatan dosa terbesar, kalau kita membuka rahasia ilmu pengetahuan kita kepada para

perajurit”.

Dunia Seakan-akan Digetarkan Oleh Demam.

Orang-orang kuno mengetahui persoalan atom, akan tetapi, apakah mereka mampu untuk

mengadakan peledakan atom?

Para sarjana telah menggunakan banyak waktu untuk dapat memberikan jawaban yang

tepat mengenai pertanyaan itu, sebelum diketemukannya sebuah tulisan Hindu “Drona

Parva”, yang memberikan uraian tentang peledakan bom atom sebagai berikut:

“Sebuah proyektil, yang menyala dengan kilauan api tanpa asap, diluncurkan. Suatu

kegelapan-pekat tiba-tiba menggelapkan langit. Asap-awan mengguntur di udara teratas,

dan melepaskan suatu guyuran darah. Terbakar oleh panasnya senjata itu, dunia seakan-

akan gemetar karena terserang demam”.

Golongan orang-orang tidak baik, akan merasa heran dan terkejut mengenai tingginya

ilmu pengetahuan kuno, akan tetapi para sarjana modern jaman sekarang, misalnya akhli

ilmu alam Frederick Soddy, bertanya pada diri sendiri sebagai berikut: “ Apakah kita

dalam ceritera-ceritera kuno itu tidak dapat menemukan hal-hal, yang dapat

membenarkan pendapat, bahwa manusia-manusia pendahulu suatu bangsa yang sudah

dilupakan, bukannya hanya memiliki tingkat ilmu pengetahuan yang baru akhir-akhir ini

kita peroleh, melainkan juga mempunyai kekuatan, yang kini belum kita punyai?”

Bekas-bekas adanya radio-aktivitet buatan memang benar-benar telah diketemukan di

banyak bagian di dunia selama diadakannya penggalian-penggalian di daerah-daerah

bangunan purbakala. Di India, suatu kerangka telah digali kembali, yang menunjukkan

adanya suatu tenaga radio-aktif yang kuat. Penemuan itu akan menguatkan pendapat,

bahwa dalam jaman pra-sejarah telah ada ledakan-ledakan atom.

Sebuah Kapal-laut Hilang Beserta awak-kapal dan Muatannya,

Setelah Lepas dari Pantai Pulau Malta.

Beberapa orang akhli-gaib tertentu tetap berpendapat, bahwa banyak di antara mumi-

mumi diisi dengan tenaga radio-aktif, dan bahwa semua penyakit, yang diderita oleh para

akhli tentang Mesir, bersumber pokok pada adanya sinar radio-aktif. Dan, untuk

menguatkan pendapat mereka itu, mereka menunjuk pada dua buah “bukti, yang

menentukan”, yaitu dua buah kecelakaan tenggelamnya kapal laut, yang terjadi dalam

keadaan yang sungguh-sungguh aneh.

Peristiwa, yang pertama, terjadi pada permulaan abad ke 19. Dalam tahun 1821, seorang

jenderal Prussia, von Minutoli, pergi ke Italia dengan disertai oleh seorang insinyur Italia,

yang bernama Segato. Selama lebih dari satu tahun dia menyelidiki piramida bertingkat di

Sakkara, yang, sebagaimana kita ketahui, telah dibangun oleh Imhotep atas perintah

Pharaoh Djoser. Dia berhasil memasuki beberapa ruangan dalam piramida di sana dia

telah banyak mengumpulkan benda-benda perlengkapan makam, seperti benda-benda

ajimat, lambang-lambang kegaiban, barang-barang mebel dan lembaran-lembaran

papirus. Pada tanggal 7 Oktober 1822, di sebuah