Rabu, 05 Juli 2023
iblis 2
Juli 05, 2023
iblis 2
10
Sekitar tahun 2004 datang keluarga kecil yang pindah dipulau jawa yang berasal dari Jakarta disebuah rumah jawa kuno yang kabarnya dulu pada jaman belanda ada sebuah kelurga kecil yang tinggal dirumah jawa ini dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama nina, karena demam tinggi dan tidak sempat menciptakan lagu serta menyanyikannya untuk nina akhirnya nina meninggal dunia, namun keluarga kecil dari Jakarta tidak begitu percaya pada mitos tersebut.
Ketika sudah sampai dirumah jawa tersebut wina 6tahun anak dari yoga dan vina yang akan menempati rumah jawa tersebut mendengar suara nyanyian Nina Bobok yang dibawakan oleh seorang wanita didalam kamar dengan merdunya, wina lalu menceritakan kepada ibunya yang sedang beres-beres.
“Mama, wina dengar ibu-ibu lagi nyanyi Nina Bobok didalam kamar”
“Apa wina sayang, jangan aneh-aneh lah, mama nggak suka”
“beneran Ma wina dengar”
“Wina, mama mohon jangan ngada-ngada mama lagi sibuk beres-beres, Ya sudah kamu sama papa aja ya”
Lalau wina menghampiri papanya dengan wajah yang ketakutan….
“Papa, wina tadi dengar suara ibu-ibu nyanyi Nina Bobo didalam kamar itu”
Papa nina menjawab dengar tertawa kecil seakan meremehkan perkataan wina tersebut?
“Wina dirumah ini tidak ada siapa-siapa kecuali ada papa, mama, dan wina, kalau wina tidak percaya ayo kita kekamar yang katanya wina ada hantunya”
Lalau wina diajak ayahnya kekamar yang membuat wina ketakutan, pas sudah didepan pintu kamar wina mendengar teriak-teriakan kecil namun papanya tidak mendengarnya, ketika papa wina akan membukanya, nina berusaha untuk mencegahnya.
“Papa jangan dibuka……”
Ketika papanya sudah membuka pintu itu dan melihat kedalam tidak ada apapun yang ada Cuma ranjang, lemari dan lukisan seorang anak kecil, lalu papa wina menghampiri wina dan mengajak kedalam serta memberitahu bahwa tidak ada apa-apa dikamar ini, dan wina pun ditawari ayahnya untuk menempati kamar tersebut.
“wina mau kan tidur dikamar ini, bagus lo kamarnya”
“Wina nggak mau ayah disini ada hantunya”
“”Wina papa kan sudah bilang hantu itu tidak ada jadi wina nggak boleh takut lagi, Papa ngerti kok wina belum terbiasa dengan rumah baru kita, ya sudah wina ikut papa ketaman ya”
Jawab wina dengan wajah yang masih ketakutan?
“ia papa”
Saat akan meninggalkan kamar itu terdengar lagi suara nyanyaian Nina Bobok oleh wanita misterius itu, wina biggung apa yang harus ia perbuat dan harus bercerita kepada siapa bahwa rumah yang ia tinggali bersama papa dan mamanya itu berhantu.
Handpone mama wina berbunyi pertanda ada yang meneleponya saat itu, lalau mama wina segera mengangkatnya saat sedang membersikan ruang tamu yang penuh debu.
“HALO……..dengan siapa ya”
“Tante Ini Frans kakanya kamaya”
“OW…Frans bagaimana kabarmu dan keluarga disana”
“Tidak baik tante ayah dan ibu sudah meninggal karena kecelakaan pesawat saat akan pergi ke Korea”
“Tante turut berduka cita Frans”
“Ia tante, Emmmm tante Frans minta tolong untuk beberapa bulan kedepan Kamaya tinggal dirumah tante, soalnya Frans ada kerjaan diKorea karena client ayah ada disana”
“Oh…….ia Frans tentu saja tante mau, Rumah tante selalu terbuka buat kamu dan kamaya”
“Ngomong-ngomong alamat tante ada dimana”
“DIjogja tepatnya dirumah jawa kamu tahu kan”
“Oh……Ia tante makasih tante, sudah dulu ya tante, Terimakasih”
Saat sudah selesai terdengar ada yang jatuh dikamar yang membuat wina takut membuat kaget mama wina namun mama wina berfikir mungkin itu Cuma tikus, lalu mama wina menemui papa wina dan menceritakan kabar bahwa keponakanya yang bernama Kamaya akan tinggal bersama mereka.
“Papa, Mama ada kabar buat papa”
“Apa ma sepertinya penting sekali”
“Papa masih ingat Kamaya keponakan mama yang ada dibatam”
“Oh.ia mama, Papa ingat ma, memang ada apa dengan Kamaya Ma”
“Kamaya mau tinggal satu rumah sama kita karena si Frans mau ke Korea mengurusi kerjaan ayahnya, Nasib mereka sungguh malang Pa harus ditinggal oleh Ayah Dan Ibunya untuk selamanya”
Papa wina kaget saat mendengar kabar buruk itu?
“Berarti disini ada yang menjaga wina dong ma”
“Ia Papa, Wina senang kan Tante Kamaya akan tinggal bersama kita”
Wina hanya tersenyum……….
Karena waktu semakin sore Wina dan kedua orang tuanya masuk rumah……
sebuah tempat tinggal yang mewah dan besar singgah 2 saudara yang ditinggalakan oleh kedua orang tuanya karena kecelakaan pesawat, Kamaya, Frans serta para pembantunya berkumpul diruang tamu. Karena Frans akan akan memeberi tahu bahwa Kamaya akan tinggal bersama tantenya dipulau jawa.
“Selamat malam, disini saya akan memberikan informasi penting yaitu Kamaya akan tinggal bersama Tante Vina yang saat ini beliau tinggal dipulau jawa tepatnya dirumah jawa”
Kamaya kaget saat mendengar keputusan yang diberikan kak Frans untuknya, karena sebenarnya Kamaya tidak ingin pindah sebab masih ada para pembantunya yang masih bisa mengurusi segala keperluannya.
“nggak kak Kamaya nggak mau, kamaya masih pengen tinggal disini karena almarhum ayah dan ibu belum genap 10 hari kak”
“Kakak tahu Kamaya Ini yang terbaik untukmu, karena Kakak akan pergi ke Korea untuk menyelesaikan bisnis ayah disana, kakak mohon”
Kamaya terdiam sejenak tanpa satu kata pun, salah satu pembantunya terlihat khawatir dengan Kamaya seperti mau memeberikan informasi penting. Beberapa menit kemudian kamaya memberikan keputusan pada kakaknya tersebut.
“Baik kak, Kamaya mau ikut Tante Vina dijawa, tapi dengan satu syarat”
“Apa itu Kamaya”
“Kamaya ingin kakak jangan lama-lama diKorea”
“Ia Kamaya…Ya sudah kakak mau mengurusi paspor dan visa untuk berangkat minggu depan dan besok kamu akan kakak antar ketempat Tante Vina di jawa disana kamu bisa jaga Wina”
“Ia kak”
Lalau Frans meninggalakan kamaya………….
Begitu terpukulnya Kamaya kehilangan kedua orang tuanya yang ia sayangi, Kamaya yang dulu ceria kini menjadi pemurung, hari-hari ini pembantunya melihat kamaya sering melihat keluar jendela sambil melamun, pembantunya tersebut mendekati dan memeberi tahu tentang rumah jawa yang ia dengar tadi.
“Non Kamaya, maaf Bibik menganggu, Bibik mau bercerita tentang rumah jawa yang diceritakan oleh Den Frans tadi supaya Non Kamaya bisa jaga diri disana”
Kamaya lalu menoleh kearah pembantunya dengan mata penuh misteri yang membuat pembantunya gugup.
“Maksud Bibik apa? “
“Bibik asli orang jawa, dulu waktu bibik kecil dijawa dekat tempat Tante Non kamaya tinggal, jadi bibik sedikit tahu tentang rumah jawa itu”
“Apa ditempat Tante Vina ada penunggunya”
“Emmm ya begitulah Non, Tapi sudah melegenda non, jadi kalau non denger lagu Nina Bobok yang dinyanyikan oleh seorang wanita dan suara anak nangis jangan digubris Non, Satu lagi Non Konon Jaman belanda dulu ada seorang kelurga yang mempunyai anak yang meninggal karena demam tinggi dan anak itu tidak sempat dinyanyiin lagu, jadi penasaran sampai sekarang”
Lalu pembantu tersebut meningglkan kamaya, dengan penuh rasa ketakutan….
Pagi itu, kamaya sedang beres-beres barang yang ia akan bawa ke jawa,Kamaya melihat foto ayah dan ibunya dan masih teringat saat orang tuanya masih hidup setiap pagi selalu sarapan bersama-sama, namun kenangan hanya tinggal kenangan yang tidak akan pernah terulang kembali.
“Kamaya Ayo kita berangkat ntar ketinggalan pesawat”
Kata Frans……
“Ia kak”
Saat akan menaiki mobil Kamaya berpamitan dengan pembantunya yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.
“Mbok, Pakde Kamaya pamit ya”
“Ia Non inget ya hati-hati disana”
Lalu kamaya tersenyum dan lekas masuk mobil, ketika mobil jalan serta menjauh dari rumahnya terlihat mendiang almarhum ayah dan ibunya terlihat sedang melambaikan tangan seolah mereka masih ada namun kamaya hanya berfikir ini hanya halusinasi belaka karena rasa kangenya yang amat mendalam terhadap ayah dan ibunya.
Ketika sampai dibandara Kamaya Dan Frans lekas masuk Ke pesawat karena jadwal pemberangkatan Batam Ke Jawa akan segera lepas landas……..
3 jam sudah berlalu Kamaya Dan Frans sudah sampai dipulau jawa dan meninggalkan Batam tempat kelahiran mereka berdua, lalu Frans ditelfon oleh Om yoga karena mereka akan dijemput.
“Frans Ini om Yoga, kamu dimana sekarang”
“Ia om saya dan Kamaya sudah sampai dibandara Om dimana”
“Kamu dan kamaya lagsung aja menuju ke pintu masuk bandara”
“Ia om”
Lalu mereka menuju ketempat om yoga yang telah menunggu…….
Sesampainya didepan pintu masuk bandara ia langsung masuk mobil dan berangkat kerumah omnya, mereka juga sambil bercerita bahwa hidup dijawa sungguh enak bisa menikmati pemandangan yang indah dan masih asri, saat itu Frans dan Om yoga sedang asik-asiknya ngobrol, Kamaya hanya terdiam memikirkan perkataan pembantunya bahwa rumah jawa itu ada penghuni mahluk halus.
Sesampainya mereka dirumah Om yoga, Frans dan Kamaya disambut oleh wina dengan suka ria…
“Tante Kamaya, apa kabar?”
“Baik wina, wina sendiri dirumah baru suka nggak”
Lalu wina membisikan kata-kata yang membuat Kamaya kaget…..
“Wina Takut Tante dirumah wina ada suara-suara aneh”
Kamaya tegang saat mendengar cerita dari wina, Konon anak seumuran wina masih bisa berkomunikasi dengan makluk halus, dan itu adalah kenyataan.lalu Mama wina mengajak Frans dan Kamaya untuk masuk rumah namun wina saat itu memegang tangan Kamaya seerat mungkin dan mengatakan?
“Aku takut Tante”
Kamaya menyakinkan wina bahwa dirumahnya tidak ada apa-apa, Kamaya sebenarnya punya indera yang bisa melihat mahluk halus secara kasap mata, ketika akan masuk rumah tersebut Kamaya merasakan hawa negative menyelimutinya seolah ada yang tidak suka ia masuk rumah tersebut, saat wina dan Kamaya akan melewati kamar yang membuat wina takut, Kamaya merasakan ada sesuatau yang mematai-matainya dari belakang dan dari depan entah itu sebuah arwah yang tak tenang.
Saat sudah berkumpul dan istrirahat diruang tamu Kamaya Dan Frans minum the hangat agar perasaan dan pikiran menjadi rileks, Lalu Tante vina menanyakan sesuatu hal.
“Kamaya kamu yakin mau tinggal disini….”
Kamaya terdiam seolah-olah ia sedang dipermainkan?
“Ia tante memang Kenapa”
“Awas disini ada seorang yang menyanyi lagu nina bobok tiap malam dan tangisan anak kecil”
Kamaya terdiam dan wajahnya pucat karena cerita dari tantenya itu?
“hahahahahhaha Takut ya Kamaya, tenang kamaya disini mana ada hantu, itu Cerita konyolnya wina”
Lalu Kamaya menjawabnya dengan serius seolah-olah ia ingin menyakinkan bahwa makluk halus dan dunia lain itu ada dan dekat dengan kita.
“Itu memang ada tante tepat disamping kita berada”
Tante vina lalu mengalihkan pembicaraan saat itu pada frans yang sedang asyik-asyiknya minum the dan melihat siaran Televisi.
“Frans Kamu kapan berangkat Ke Korea”
“Mungkin minggu depan Tante dan besok harus pulang kejakarta lagi karena ada yang harus diselesaikan”
“ow ia ia”
Malam kelam mulai datang menyelimuti rumah Jawa, terdengar suara burung gagak pertanda ada sesosok arwah yang datang pada malam itu, Wina dan kamaya sedang asyik-asyiknya bermain boneka bersama-sama dikamar wina dekat kamar kosong yang ditakuti wina, sekitar pukul 10.00 malam terdengar suara nyanyian Nina Bobok yang merdu bagaikan penyanyi ulung.
"Nina bobo, oh.. nina bobo..
Kalau tidak bobo di gigit nyamuk..."
Lagu itu diulang bekali-kali selama setengah jam mungkin saat itu yang bisa mendengar wina dan Kamaya saja, karena rasa penasaran itu melanda mereka berdua, kamaya putuskan untuk mencari sosok wanita yang menyanyikan lagu ninak bobo tersebut dikamar sebelah wina. Wina saat itu benar-benar ketakutan namun kamaya mencoba menenangkannya jangan sampai teriak, Kamaya keluar kamar untuk menuju kekamar yang misterius itu, sesampainya didepan pintu? suara itu tetap tidak menghilang malah tambah keras, tangan kamaya bergetar hebat saat akan membuka pintu dan……..
“Kak jangan dibuka….”
Sahut wina sekeras mungkin membuat semua penghuni rumah terbangun oleh suaranya, kamaya terdiam saat Tante Vina sudah ada disampingnya dan datang lah om yoga serta Kak Frans.
Tanya Tante Vina pada kamaya?
“Ada apa ini kamaya dan kenapa kamu ada disini”
“Maaf tante, tadi disini ada suara orang nyanyi lagu Nina Bobok”
“Apa ada yang nyanyi nina bobok, ah….ngaco kamu kamaya”
Lalu tante vina masuk kekamarnya lagi dengan om yoga, sedangkan kan frans memberi saran untuk ku.
“Kamaya makanya sebelum tidur berdoa dulu”
Kamaya hanya terdiam sambil memegang erat tangan wina yang sedari tadi ketakutan.
Pada suatu pagi yang mendung, semua orang rumah beraktivitas seperti biasanya namun kakak kamaya harus pulang ke Jakarta pagi itu, sebenarnya berat untuk meninggalkan kamaya disini namun apa daya frans karena harus meniti masa depan yang lebih baik agar tidak menyusahkan keluarganya atau orang lain.
“Kamaya kak Frans pamit ya, kamu jaga diri disini, jangan malas-malasan ya”
“ia kak, tapi kamaya juga pesan kakak harus percaya dengan cerita kamaya bahwa dirumah ini tidak beres”
“maksud kamu apa kamaya”
“Oh…..tidak kak”
Sahut tante vina dan om yoga…..
“Hati-hati dijalan ya Frans, kalau sudah pulang nanti kamu mampir kesini”
“ia tante itu pasti, wina om pamit ya”
“ia om……”
Frans lalu berlekas masuk mobil dan meninggalkan kamaya…….
Terlihat begitu sedih kamaya saat itu namun, demi kebaikan kakaknya dan dirinya kelak, Tante vina mencoba member motivasi agar kamaya semangat dan selalu ceria.
“Tenang kamaya kakakmu tidak apa-apa, ayo ikut tante masak didapur sama wina”
“ia tante…..”
Saat akan kedapur harus melewati kamar yang misterius itu terdengar suara anak kecil nangis, kamaya berhenti sejenak mendengarkan suara itu semakin didengar semakin keras, dan pada saat itu dikagetkan oleh tante vina.
“Hayo…….ngapain kamaya”
“Tante dengar suara tadi”
“Suara apa………”
“nggak tante, tante kamaya pengen pindah kamar ke kamar kosong ini….nanti biar kamaya yang bersihin”
Wina sepertinya berusaha tidak mengijinkan karena takut hantu wanita itu akan marah pada kamaya.
“Jangan kak kamaya nanti hantu wanita dan anak kecil itu marah”
Lalu tante vina mengalihkan pembicaraan lagi karena masih tak percaya dengan adanya makluk halus.
“Udah apaan si kalian debat yang nggak penting, Ya sudah kamaya boleh menempati kamar itu”
Saat kamaya sedang beres-beres baju dikamar wina, wina datang menghampiri kamaya dengan membawa serenteng bawah putih untuk kamaya agar tak diganggu makluk halus yang selama ini sering menampakan diri.
“Kak kamaya aku punya sesuatu buat kakak biar nggak diganggu hantu itu lagi, terima ya kak aku udah susah payah buatnya”
Jawab kamaya?
“Ia wina sayang makasih ya, oya ikut kakak yok bersih-bersih kamar”
Wina?
“ayok kak”
Lalu mereka berdua menuju kekamar yang misterius itu dan membukanya secara perlahan-lahan, sungguh kotor kamar itu sudah berapa lama kamar itu tidak dipakai hingga penuh debu membuat pengap, kamaya lalu membuka jendela kamar agar pengapnya keluar dan timbul matahari begitu terlihat barang-banrang yang tergeletak ada semacam kertas kusam diatas kasur, kamaya lalu mengambilnya dan berisikan bait lagu nina bobok.
Kamaya berfikir bahwa yang diceritakan selama ini, ia yakin bukan kisah real nya asal mula lagu nina bobok ini, kamaya yakin dibalik wanita misterius dan tangisan anak kecil itu ada kaitanya dengan kertas yang berisikan bait ini, ia langsung membereskan kamar itu hingga rapi dan bersih.
Malam itu……….
Didalam kamar yang sepi kamaya tertidur pulas seakan sedang bertemu ibunya dan kamaya dipangkuan ibunya dinyanyikan lagu nina bobok yang membuat tidurnya nyaman, tapi semakin lama semakin menyeramkan suaranya membuat kamaya tebangun.
Kamaya sadar ada yang memenggil-manggil namanya, terlihat sesosok anak kecil berada didepan lemari sambil menangis, kamaya memanggil –manggil wina, mungkin dikira wina.
“wina-wina ngapain kamu disitu”
Tangisan itu makin keras……..dan berbalik, sungguh menyeramkan hingga kamaya langsung berlari meninggalkan kamar itu, ketika akan membuka pintu sungguh sulit hingga anak kecil itu memegang tubuh kamaya dan kamaya seperti sedang dalam kisah opera nyata yang tak mungkin masuk akal manusia.
(Cerita kebenaran yang digambarkan anak kecil itu yang bernama (NINA)
Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Alkisah seorang gadis belia asal Belanda bernama Nina Van Mijk, gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan musisi di Belanda.
Hidup Nina berjalan normal seperti orang-orang Belanda di Nusantara pada umumnya, berjalan-jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara. Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik. Kejadian aneh itu terjadi pada suatu malam badai, petir gak henti-hentinya saling bersahutan. Dari dalam kamarnya Nina menjerit keras sekali, di ikuti suara vas bunga yang terjatuh dan pecah.
Ayah, Ibu serta pembantu keluarga Nina menghambur ke kamar Nina. Pintu terkunci dari dalam, akhirnya pintu itu didobrak oleh ayah Nina. Dan satu pemandangan mengerikan disaksikan oleh keluarga itu, terlihat diranjang tidur Nina melipat tubuhnya kebelakang persis dalam posisi kayang merayap mundur sambil menjerit-jerit dan sesekali mengumpat-ngumpat dengan bahasa Belanda. Rambutnya yang lurus pirang menjadi kusut gak keruan, kelopak matanya menghitam pekat. Itu bukan Nina, itu adalah jiwa orang lain didalam tubuh Nina.
Nina Kerasukan!
Sudah seminggu berlalu semenjak malam itu, Nina dipasung didalam kamarnya. Tangannya diikat dengan seutas tambang. Keadaan Nina makin memburuk, tubuhnya semakin kurus dan pucat, rambut pirang lurusnya sudah kusut gak karuan. Ibu Nina hanya bisa menangis setiap malam ketika mendengar Nina menjerit-jerit. Ayah Nina gak tahu harus berbuat apa lagi, karena kejadian aneh seperti ini gak pernah diduganya. Karena putus asa dan gak tahan melihat keadaan anaknya, ayah Nina pulang ke Belanda sendirian meninggalkan anak dan istrinya di Nusantara. Pembantu rumahnya pun pergi meninggalkan rumah itu karena takut. Tinggallah Nina yang dipasung dan Ibunya disatu rumah yang gak terurus.
Kembali lagi pada satu malam badai namun aneh, saat itu terdengar Nina gak lagi menjerit-jerit seperti biasanya. Kamarnya begitu hening, perasaan ibu Nina bercampur aduk antara bahagia dengan takut. Bahagia bila ternyata anaknya sudah sembuh, tetapi takut bila ternyata anaknya sudah meninggal.
Ibu Nina mengintip dari sela-sela pintu kamar Nina, dan ternyata Nina sedang duduk tenang diatas ranjangnya. Gak berkata apa-apa tapi sejurus kemudian dia menangis sesengukan. Ibu Nina langsung masuk kedalam kamarnya dan memeluk Nina erat-erat. Sambil menangis nina berkata:
“Ibu, aku takut..”
Lalu Ibunya menjawab sambil menangis pula.
“Gak apa nak, Ibu ada disini. Kamu gak perlu menangis lagi, ayo kita makan. Ibu tahu kamu pasti lapar..”
“Aku gak lapar, tetapi bolehkah aku meminta sesuatu?”
“Apapun nak..! apapun..!!”
“Aku ngantuk, rasanya aku akan tertidur sangat pulas. Mau kah ibu nyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untukku?”
Ibu Nina terdiam, agak sedikit gak percaya dari apa yang didengar oleh anaknya. Tapi kemudian ibu Nina berkata sambil mencoba tersenyum.
“Baiklah, ibu akan menyanyikan sebait lagu untukmu..”
Setelah sebait lagu itu Nina terlelap damai dengan kepala dipangkuan ibunya, wajah anggunnya telah kembali. Ibu Nina menghela nafas lega, anaknya telah tertidur pulas. Tapi..
Nina gak bergerak sedikit pun, nafasnya gak terdengar, denyut nadinya menghilang, aliran darahnya berhenti. Nina telah tertidur benar-benar lelap untuk selamanya dengan sebuah lagu ciptaan ibunya sebagai pengantar kepergian dirinya setelah berjuang melawan penderitaan.
Lagu tersebut sudah ada sejak nenek moyang kita. Tapi tahu kah anda di balik lagu yang cukup sederhana itu ada kisah tragis di balik ceritanya? Kelihatan memang gak ada yang ganjil dari lagu tersebut, tapi pernahkah anda coba bertanya pada seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut?
Konon katanya ketika anda menyanyikan lagu ini untuk pengantar tidur anak-anak anda yang masih kecil (bayi), tepat ketika anda meninggalkan kamar tempat anak anda tertidur. Nina akan datang ke kamar anak anda dan membuat anak anda tetap terlelap hingga keesokan paginya dengan sebuah lagu.
Ketika kamaya sadar ia ingat bahwa semua ini terjadi agar pandangan mitos ini bukan sekedar mitos tapi memang kenyataan mulai dari terciptanya lagu dan kisah-kisah tragis, sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah yang berhubungan dengan mitos namun itu akan menjadi sejarah tersendiri. Dan ingat satu hal lagi bahwa dunia lain itu ada percaya atau tidak percaya itu kenyataan ada tapi kita sebagai manusia harus percaya pada kuasa tuhan.
5 bulan kemudian…………
Semenjak kejadian yang kamaya alami ia sudah tidak takut lagi dengan suara anak kecil nangis dan suara nyanyian Nina Bobok dari ibu nina, saat itu juga kamaya akan meninggalkan rumah tante vina itu karena ia sudah dijemput kakaknya untuk ikut kekorea, apa yang ia alami akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Saat kamaya sedang melihat kamar yang misterius itu ia sadar ada sebuah lukisan entah itu wajah siapa akan menjadi sebuah misteri, saat akan meninggalakan kamar itu kamaya melihat lukisan itu menangis darah dan datanglah sebuah alunan lagu Nina Bobok aku pun ikut menyanyi juga sambil melihat wina yang ketakutan lagi sambil tersenyum. Setelah kamaya masuk mobil dan berangkat terlihat dari kejauhan dirumah tante dan om kamaya ada Nina dan Ibu Nina yang akan abadi dirumah itu.
11
Akhir-akhir ini berita menyeramkan merebak di lingkungan sekita rumahku. Sudah 8 mayat gadis remaja ditemukan dengan keadaan mengenaskan ditempat yang berbeda. Semua mayat itu mempunyai kesamaan, yaitu luka gigitan yang ditemukan pada leher mereka. Banyak warga mengira ini adalah perbuatan seseorang yang sedang menganut ilmu hitam dan mencari gadis remaja untuk dijadikan tumbal. Berita ini membuat banyak orang takut untuk keluar malam dan lebih memilih untuk berada didalam rumah.
Sejak beberapa hari lalu aku memperhatikannya. Seorang pria dengan postur tubuh tinggi yang sedang mengamati rumahku setiap malam. Sudah tiga hari berturut-turut dia datang ke rumahku, entah apa yang sebenarnya yang dia cari.
Malam yang gelap dengan cahaya bulan yang menyinari pandangan. Dinginnya udara malam terasa menusuk tulangku. Suara jangkrik saling bersahutan dan terdengar seakan memecah kesunyian malam. Di tengah kesunyian malam aku berjalan menyusuri jalan yang gelap untuk menuju rumahku. Namun, betapa terkejutnya aku. Lagi-lagi kulihat pria itu sedang berdiri sambil mengamati rumahku. Dengan perasaan jengkel, aku pun segera menghampirinya.
“Maaf, sepertinya kalau aku lihat kau selalu datang ke rumahku. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan disini?” tanyaku dengan sangat jengkel. Dia hanya menatapku lalu berpaling kembali. Sekilas, dapat kulihat warna matanya yang cokelat tua dan betapa dinginnya tatapan matanya.
“Maaf ya, apa kau tidak bisa menjawab pertanyaanku tadi?” tanyaku semakin jengkel. Dia menatap kulagi.
“Aku sedang mencari orang. Apa aku salah?” dia balik bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Siapa yang kau cari di rumahku?” tanyaku lagi.
“Oh jadi ini rumahmu?” tanyanya padaku.
“Iya.” Jawabku singkat.
“Lalu dimana rumah keluarga Steve?” tanya pria itu lagi.
“Steve?” kataku bingung. “Sepertinya kau salah tempat. Atau mungkin Steve itu adalah penghuni rumah ini sebelum aku.” Jawabku.
“Benarkah?” pria itu nampak bingung. “Kalau begitu ya sudah, aku pergi dulu.” Katanya dengan cuek lalu pergi meninggalkanku. Aku heran padanya. Jujur saja, selama aku hidup, baru kali ini aku bertemu seseorang dengan sikap yang sangat dingin seperti itu. Meski merasa sangat jengkel, tapi aku berusaha melupakannya dan segera masuk ke dalam rumah.
Hari ini cuaca terlihat mendung. Gumpalan awan terlihat menutupi matahari. Aku terus memikirkan pria yang tadi malam. Bahkan aku tidak bisa berkonsentrasi kepada pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Seperti malam sebelumnya. Malam ini, pria itu kembali muncul di depan rumahku. padahal aku sudah mengatakan padanya kalau keluarga Steve tidak tinggal disini. Tapi kenapa dia masih datang juga?
“Kenapa kau datang ke sini lagi? Bukankah aku sudah bilang kalau keluarga Steve sudah tidak tinggal disini lagi?” tanyaku ketus.
“Aku hanya ingin bertemu denganmu.” Jawabnya santai.
“Aku?” aku bingung. Padahal kemarin dia terlihat begitu cuek padaku. Tapi kenapa sekarang dia malah ingin bertemu denganku?
“Ya.” Kata pria itu sembari mendekatiku. “Namaku Zen.” Sambungnya sambil mengulurkan telapak tangannya.
“Aku Stevany. Kau bisa memanggilku Vany.” Jawabku sambil membalas uluran tangannya. Aku merasa kalau telapak tangan Zen sangat dingin. “Kenapa tanganmu sangat dingin?” tanyaku pada Zen.
Sesaat Zen nampak tersenyum. “Entahlah, aku juga tidak tau mengapa tanganku selalu terasa dingin. Mungkin karena aku kekurangan darah.” Jawabnya.
“Kau anemia?” tanyaku lagi. Tapi Zen hanya membalasnya dengan senyuman. “Sudahlah.” Kata ku sambil melepaskan tangan Zen. “Tapi kenapa kau ke sini hanya untuk menemuiku?”
“Rumahku tidak jauh dari sini, jadi aku hanya ingin mampir saja. Lagi pula aku juga ingin mencari teman.” Jawab Zen.
“Kalau begitu kita berteman saja!’’ seruku sambil menatapnya.
“Boleh juga.” Kata Zen.
Sejak malam itu aku dan Zen menjadi teman. Setiap malam ia selalu datang ke rumahku hanya untuk megajakku ngobrol. Walau dia mempunyai sikap yang sedikit dingin, tapi aku yakin dia orang yang baik. Karena itu aku menjadikannya sebagai temanku.
Bulan purnama memancarkan sinarnya setelah matahari tenggelam. Seperti hari biasanya malam ini Zen datang ke rumahku.
“Hai.’’ Sapa Zen saat berada di depan gerbang rumahku. “Kenapa kau berpakaian seperti itu? Apa kau sedang sakit?” tanya Zen bingung melihatku menggunakan pakaian tebal dan serba panjang.
“Entahlah, tapi aku hanya merasa kedinginan.” Jawabku sambil membuka gerbang.
“Kalau begitu kau istirahat saja. Aku akan pulang.” Kata Zen.
“Tidak perlu. Lagi pula saat ini aku merasa kesepian.” Aku berusaha mencegah Zen karena tidak ingin mengecewakkannya yang sudah datang kerumahku tapi harus langsung pulang hanya karena aku sakit. “Ayo masuk!” ajakku.
“Kau tau hari apa sekarang?” Aku menatap Zen sambil tersenyum tipis setelah kami duduk di teras rumah.
“Tentu saja hari kamis.” Jawab Zen dengan sangat yakin.
“Salah.”
“Lalu hari apa? Bukankah setelah Rabu hari Kamis?” tanya Zen bingung.
“Kalau itu aku juga tau. Tapi hari ini adalah hari ulang tahunku.” Jawabku kegirangan.
“Oh, benarkah? Kalau begitu aku ucapkan se…”
“Kak Vany!” teriak seorang gadis kecil dari luar gerbang. Saat kulihat, ternyata gadis kecil itu adalah Putri anak tetanggaku.
“Ada apa?” aku menghampirinya.
“Putri disuruh minta bawang sama mama. Soalnya dirumah Putri bawangnya sudah habis.” Ujar gadis kecil itu dengan wajah polosnya yang manis sambil mengulurkan sebuah mangkuk kecil yang ia bawa dari rumah.
“Tunggu sebentar ya, biar kak Vany ambil.” Jawabku sembari mengambil mengkuk itu dari tangan mungil Putri. Setelah itu, aku masuk ke dalam rumah untuk mengambil bawang yang ada di dalam kulkas.
Tak lama kemudian, aku keluar dari rumah sambil membawa mangkuk yang telah berisi bawang. Zen nampak heran saat melihatku yang sedang menutup hidung. Apalagi saat Zen melihat wajahku yang nampak semakin pucat, ia terlihat khawatir.
“Kak Vany sakit ya?” tanya Putri sambil memperhatikan wajahku.
“Iya, sepertinya saat ini kakak sedang tidak enak badan.” Jawabku sambil memberikan mangkuk yang kubawa pada Putri.
“Makasih kak Vany. Putri pulang dulu, ya.” Kata Putri sembari berjalan menuju rumahnya.
Tiba-tiba pandanganku menjadi kabur. Aku merasa sangat haus. tanpa sadar, aku menarik tangan Putri dengan cepat. Rasanya aku ingin menggigit lehernya untuk menghisap darah Putri agar rasa hausku hilang. Putri terlihat sangat takut, namun aku tidak memperdulikannya. Yang aku fikirkan hayalah aku harus menghisap darahnya untuk diminum.
“Vany, apa yang kau lakukan? Apa kau tidak lihat kalau perbuatanmu membuat anak ini menangis?” tanya Zen. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus berusaha menggigit leher Putri yang saat itu berusaha melawan untuk melepaskan diri. Melihat itu, Zen segera menarik Putri hingga membuatnya lepas dari genggamanku. Setelah berhasil lepas gadis kecil yang ketakutan itu segera berlari menuju rumahnya sambil menangis.
“Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa melakukan hal ini?” tanyaku yang tak percaya dengan apa yang telah kulakukan.
Tiba-tiba, Zen menarik lalu menggigit tanganku. Dapatku rasakan rasa sakit yang luar biasa saat Zen menggigit tanganku. Karena tak kuat menahan sakit, aku berusaha menarik tanganku.
“Kaulah orang yang ku cari selama ini.” Ujar Zen dengan bibir berlumur darah setelah melepaskan tanganku dari gigitannya.
“Apa maksudmu?” tanyaku bingung sembari menahan rasa sakit.
“Kau adalah keturunan dari keluarga Steve yang aku cari selama ini. Dan malam ini juga, aku akan mambunuhmu untuk menghilangkan kutukan yang ada dalam diriku.” Jawab Zen dengan wajah yang menyeramkan.
“K-kenapa k-k-kau ingin membunuhku? ” tanyaku yang mulai merasa takut.
“Karena ayahmu yang seorang vampir origin yang memberiku kutukan hingga aku harus menjalani menjadi hidup sebagai vampir outcast.” Ujar Zen.
“V-vampir?” Gumamku dalam hati karena tidak mengerti dengan kata-kata Zen.
“Apa kau tau rasanya menjadi vampir outcast? Rasanya sangat tersiksa. Aku tidak bisa lagi berjalan di bawah sinar matahari dan selalu lapar dan haus darah manusia. Dan yang lebih parah lagi, tubuhku akan rusak jika tidak meminum darah manusia.” Jelas Zen.
“Jadi kau yang membunuh para remaja wanita?” aku menduga-duga.
“Ya, kau memang pintar. Tapi sudah terlambat untuk menyadarinya.” Kata Zen. “Tapi kau tenang saja, karena malam ini, semuanya akan berakhir jika aku membunuh keturunan terakhir keluarga Steve. Dan orang itu adalah kau Vany.” Sambungnya lagi. Tiba-tiba Zen mengeluarkan sebuah pisau berbentuk salib yang dibalut dengan kain berwarna biru tua yang telah kusam.
“A-apa itu?” tanyaku dengan bibir dan tangan yang terasa bergetar.
“Ini? Ini adalah pisau yang dibuat khusus untuk membunuh bangsa vampir. Dan aku yakin pisau ini juga mampu membunuhmu.” Jawabnya sambil mengarahkan pisau itu kearahku.
“Berhenti!” teriakku berusaha menghentikan pisau yang mengarah padaku.
“Tenang saja Stevany, ini tak akan terasa sakit.” Kata Zen dengan wajah marah sekaligus senang. Ia terus mengarahkan pisau itu hingga ujung pisau itu mendekati dadaku. “Selamat tinggal Stevany.” Ujar Zen sambil tersenyum menyeramkan.
“Tidak!” teriakku sembari mancoba menangkis serangan Zen. Tanpa sengaja aku mengarahkan pisau itu ke arah Zen hingga mengenai bagian perutnya hingga menusuknya. “Ma-maafkan aku.” Kataku dengan sangat menyesal.
Zen nampak sangat marah. Namun tiba-tiba wajahnya berubah menjadi seperti semula seperti Zen yang aku kenal sebagai temanku selama ini. “I-ini b-bukan salah mu. A-aku-lah y-yang salah. L-l-lgi pula, k-kau j-juga t-telah mem-b-bebaskan a-aku d-dari kutukan walau pada akhirnya akulah yang mati.” Jawab Zen dengan suara yang terputus-putus.
Tubuh Zen terlihat seperti keras yang terbakar. Perlahan tubuhnya berubah menjadi abu. “Terima kasih karena pernah menjadi teman ku." Kulihat wajahnya memancarkan senyuman dengan tulus hingga akhirnya benar-benar menghilang. Yang tersisa hanya abu yang kini bertaburan bagaikan salju.
12
sejak ayah dan bundanya bercerai,terpisah jauh tak lagi bersama. Tara, gadis gadis manis yang baru minginjak masa remaja. Dan baru saja merayakan happy seventeen, berubah sikap dan gaya bertemannya.
Sebenernya tara sudah merasakan keretakan hubungan orang tuanya. Dia penah mendengar nama wanita lainselain mamanya. Tapi ia tidak sanggup untuk melerai. Ia hanya berharap pertengkaran ini hanya bumbu kehidupan keluarganya.
Kini ia hanya termenung meratapi kelangsungan hidupnya. Ia selalu berada di sebuah ayunan bertalikan tambang. Tempat yang menurutnyaaman dan nyaman. Pohon mangga yang rindang itu, sekarang menjadi rumah keduanya. Iahabiskan waktu sambil menatap kosong tak berirama.
Waktu itu hujan turun lebat dan beranginkan putaran dedaunan. Iatersadar bahwa hujan mulai turun. Tara pun bersiapuntuk berteduh. Namun langkahnya tertahan, ada seseorang yang menggengam tangannya.
“jangan pergi, hujan sudah lebat. Kamu bisa sakit nanti” ucap orang misterius itu.
Sambil membalikan badan, seseorang misterius itu tiba-tiba kabur dan melepaskan tanganya. Disana tara tercengang dengan jantung berdebar. Wajahnya semulamerah merekah, kini menjadi pucat takberwarna. Tangannya pun masih merasakan sentuhan itu
“siapa tadi? Kok tiba-tiba ada seseorang disini, padahal tembok pembatas tinggi begitu” ia bertanya dalam hati
Tara bertanya – Tanya dalam hati. Seseosok manusia yang ia pikirkan, sudah menjadi banyangan makhluk halus. Tapi ia takmenganggap berlebihan. Ia pun melangkah meski hujanteramat lebat.
Langkah tara pun berlanjut. Tangannya menyilang seakan merasakan kedinginan. Baru beberapa langkah saja, ia merasakan keanehan. Kepalanya takbasah!?, padahal daras hujan bertubi-tubi membasahi bumi. Tara kali ini merinding, perasaanya tak enak
Lalu ia berusaha membalikan badanya. Ia melihat seseorang tadi dengan payung ditangannya. Wajah orang itu tak nampak, berkat jaket kulit berwarna hitam serta topi dengan warna yang senada dengan jaket, melekat di badanya
“hay…!! Siapa kamu? Dari mana asal kamu?” ucap tara berontak
“sudah, lihatlah kedepan. Kan kau jumpai ibu dan bibimu”
Tara pun mengikuti perintah sosok tersebut. Namun tak ia lihat ibu dan bibinya berdiri di depan sana. Lalu ia mencoba bertanya lagi
“tapi kamu tuh si….” Tara terkejut setengah mati, orang itu kembali menghilang.
******
Esoknya. Tara terjaga dari kantuknya, dengan mata yang masih terkantuk ia melihat sosok ibunya. Ibu dengan hati-hati meletakan nampan berisikan roti dan apel merah segar yang sduh terbelah, di sebeleh ranjang.
“bu…”
“iya tara”memandang dengan senyum
“mana bibi ?”
“bibi? Mana ada bibi kesini. Ia kan sendang diluarkota” ucap ibunya kebingungan
“lho kok gitu? Tapi kata orang itu…” ucap tara namun terpotong
“kata orang? Siapa?
“kemarin ada orang yang memayungiku hingga teras rumah, lalu pergi entah kemana”
“mana ada orang lain selain kamu di sini?” ucap ib seprti naik darah
“tapi..”
“udah makan sana, ibu harus pergi kekantor”
Tara terdiam, mendengar ibunya sudah menaikan nada bicaranya. Ia cemberut sambil menahan dagu dengan kedua tangannya. Sedangkan ibunya sudah berkemas utuk berangkat ke kantor.
Ibu pergi. Tara kembali sendiri. Kembali ia duduki ayunan bertali tambang. Mengulangi lagi tatapan kosong, dengan tangan menggenggam tali. Kakinya belum mau menggerakan ayunan, tapi tiba-tiba saja ayunan bergerak sendiri. Tanpa di gerakkan.
“biar ku ayunkan” ucap orang misterius itu
“kamu!! Lagi-lagi datang mendadak. Sebentar lagi juga kamu menghilang”
“benarkah?”
“iya tau! Eh ngomong-ngomong kamu tuh siapadan kenapa pakai baju serba hitam? Mau ngelayatya? Hahaha…” cerocos tara
“emangnya kamu harus tau”
“iya! Kamu kok judes amat” samba membalikan badan
“ya begitulah aku”
Suasan hening, tak bersuara. Orang misterius itu masih menggerakkan ayunan. Tarapun masih menikmati ayunan itu.
“mengapa diam? Oh iya nama kamu siapa?
“valhen”
“siapa?”
“ingat saja sendiri, tara”
“heyy !! bagaimana kamu tau siapa nama ku?”
Namun sebelum pertanyaan itu terjawab. Sosok misterius itu sudah tak berada ditempat, dimana ia mengayunkan ayunan untuk tara. Ayunanpun terhenti. Rasa penasaran yang begitu kuatdaridalam diri tara membuat ia mencoba mencari manusia misterius itu. Ia mencari di antara semak-semak, lalu dibelakang garasi hingga rela menaiki jenjang demi jenjang anak tangga, untuk melihatkeadaan di balik tembok yang tingginya dua meter itu.
“siapa sih kamu? Valhen…..” teriak tara menggema
Tara lalu, mengayunkan langkah kedalam rumah, dan ia dapati sebuah foto tergeletak di lantai, meski ia tak berfikir mengapa bisa terjatuh. Ia melihat seseorang dengan rambut agak kriting berjangut tipis,mengenakan baju warna biru dengan kata valhen bergaya font Algerian.
Oh hari yang berta bagi tara, ia merasa mual dengan kejadian ini. Tentang si misterius dan valhen yang ia ucap. Tarapun rebah, terkapar di lantai teras.
******
Belum sadar akan keadaan anaknya kini, membuat ibu gelisah. Sambil berharap-harap cemas dan menunggu dokter yang masih memeriksa keadaan fisik tara.
“anak ibu, Cuma kecapekan, saya beri resep ini. Silahkan ibu membelinya di apotik”
“tapi dok, anak saya tak menglami penyakit mematikan?”
“ah, ibu mengada-ada saja. Tara hanya kecapekan saja serta butuh istirahat”
Dokter pergi. Ibu segara membeli obat sesuai resep yang di berikan dokter.
******
Tara terbangun, ia jumpai rumah dengan keadaan kosong, kepalanya masih terasa pusing. Tara coba duduk dengan menyandardi kepala kasur. Mencoba memandang bebas apa yang ada di balikjendela.
Lalu ia melihat seseorang duduk di ayunan, lalu berdiri dan memutar badan,melangkah dan menghilang di balik pohon. Ia seakan terkejut saat tara melihatnya.
Tara bangkit dari kasur dan segera keluar. Namun saying langkah tara terhenti ketika ia sadar ada ibu di depannya.
“kamu mau kemana?”
“mengejar valhen bu, ia teman ku di…”
“tara !! dari man kamu tau valhen??”
“memangnya siapa itu valhen bu ??”
“bukan siapa-siapa”
“jujurlah bu, dia sosok misterius yang menemaniku akhir-akhir ini”
“apa?”
******
“oh begitu jadinya, tragis sekali hidupnya”
“ya, dia dulu anak tiri ibu, ia kakakmu. Ia pernah ingin membunuh ibu, ingin menusuk ibu”
“lalu apa hubunganya dengan baju yang bertuliskan valhen?!”
“baju itu ialah pemberian dari ibu kandungnya, pada acara ulang tahun yang ke tujuh belas, karena sudah lam terletak dan warna nya sudah mulai kusam. Ibu tak sengaja menjadikannya kain lap pel”
“lalu apa reaksi dia “
“dia marah, dia ambil pisau. Lalu ia mencobamenusukkan pisau kearah ibu. Ayah tiba-tiba datang dan lalu menendangnya hingga terdorong. Kepala nya terbentur kerasdi dinding”
“ia masih hidupkah bu?”
“kepalanya mengalami pendarahan hebat, darah keluar dengan cepat. Ayah panic, ibu pun panic tak mau ayah masuk penjara. Dan kamisepakat menguburinya di bawah pohon itu.” Ibu menunjuk pohon dimana tara berayun dengan kesunyian hatinya
“semoga ia tenag di alam sana. Ibu juga harus tenang, ia juga tau. Ibu dan ayah tak salah dalam hal ini. Buktinya ia tak mengusik ketenanganku, malah ia selalu menemaniku saat ibu tidak ada di sisi ku”
Tepat dimana hari ulang tahun si misterius itu, ibu dan tara sengaja memanjatkan doa di tempat ia dukuburkan, di bawah pohon yang dihiasi ayunan itu. Dan berharap semoga arawah nya diterima disisi tuhan. Saat tara mulai pergi menjauh dari pohon itu, ia mendapati si misterius itu tersenyum.
13
Untuk pengetahuan kalian, aku berkongsi rumah dengan 5 orang pelajar politiknik di kawasan ini. Rumah kami rumah teres 2 tingkat. Bahagian bawah ada set sofa kayu yang memang tuan rumah sediakan. Ada sebuah tandas yang memang dari ruang tamu terus nampak tandas. Bahagian dapur kecil sahaja. Ada kabenit “L” singki menghadap tingkap dan pintu belakang. Sebelah pintu kami letak mesin basuh yang juga di hadapan tingkap. Ruang tamu memang sepah dengan ampaian beroda dan penuh dengan baju – baju dan beg-beg baju housemate aku ni. Awal-awal aku masuk, memang aku akan kemas lah, tapi lama-lama aku pon putus asa dah nak mengemas. Agaknya memang life student macam tu.
Okey berbalik cerita yang aku nak kongsikan. Di sebabkan dalam rumah ni aku seorang sahaja yang bekerja, jadi aku memang tak rapat dengan mereka, dan ada masa seminggu memang tak jumpa mereka sebab aku pergi kerja pagi, pukul 6.30 dah keluar rumah, ketika tu mereka semua masih lagi tidur, aku pulang kerja jam 5.00 petang semua belum ada di rumah. Jadi suatu malam ni aku cuci lah baju kat ruang bawah, dah masukkan semua kain kotoran kat mesin basuh, aku masak lah Maggie untuk makan. Masa tengah kacau air Maggie ni aku mengadaplah arah tinggkap belakang umah sewa ni.
Untuk pengetahuan kalian, belakang rumah aku ni tengah jalankan pembangunan rumah kedai. Jadi structure memang tak siap lagi lah, tapi malam tu aku tengok kedai belakang ni dah terang benderang. Terdetik dalam hati, dah siap dah kedai ni, pergi kerja balik kerja sampai tak perasan life sekeliling. Aku pergi lah ke ruang depan duduk makan Maggie sambil tunggu mesin basuh siap.
Jadi masa aku makan tu, aku memang duduk mengadap mesin basuh dan tingkap kat situ. Masa tengah tengok tingkap tu tetiba terperasan ada perempuan tengok aku juga dari tingkap tu, bayangkan beb, dah lah sorang kat rumah, macam nak gugur jantung tapi aku masih tenung je perempuan disebalik tingkap tu. Tak tahu lah kenapa tak rasa macam nak lari, lama-lama perempuan tu hilang dibawa anggin lalu.. dan tetiba mesin basuh aku keluar bunyi lagu yang menandakan cucian dah siap, waktu tu memang aku terkejut sampai tercarut, yelah tadi dah lah dalam keadaan beku, tetiba kau boleh menyanyi nyaring, free – free kena maki mesin basuh tu.
Aku terus keluarkan pakaian aku, terus sidai lepastu terabur lari naik atas. Sampai kat bilik aku layan movie kat laptop. Sedar-sedar jam dah tunjuk pukul 12.30 pagi, tapi roommate aku tak balik lagi, mungkin ada kelas kot. Sebab kalau tak balik, dieorang akan inform kat aku sebab aku kunci pintu lock dari dalam. Dalam 20 minit macam tu, aku dengar pintu bawah terbuka, lega lah rasa sebab housemate dah balik, aku dengar orang naik tangga sebab tangga berbunyi macam orang pijak. So aku assume budak bilik depan ni balik lah. Then bunyi tu senyap je. Aku jerit lah dari dalam bilik, sebab aku tak tutup pintu, Cuma tutup langsir saja. Aku jerit, “wey,, lambat kau balik!” senyap…. “aku bosan wey korang semua balik lambat” senyap lagi.. lepastu aku bangun lah sebab aku macam pelik kenapa member aku tak balas aku cakap kan. So aku bangun terus selak langgir, guest what, takde siapa pon wey kat situ. Aku Cuma rasa anggin je padahal bukannya ada tingkap atau kipas pon kat ruang atas ni.
Aku berani kan diri turun separuh tangga, lepastu aku tengok eh pintu aku lock atas bawah tau. Bila dah nampak macam tu aku terus lari masuk bilik kunci pintu. Masuk dalam selimut check handphone, tengok kat group whatsapp budak-budak ni bagi tahu tak balik. Terus biru muka aku! Jupakek punya hantu.. then masa tu lah aku dengar bunyi air kat tandas lah, orang tolak ampai bawah lah, argh,, g mampos lah,, aku dah kering darah dah ni. Dalam seram aku hafazan surah – surah tu, aku tak sedar bila aku tertidur. Cuma bangun pagi tu aku rasa sunyi sepi sangat sesunyi jiwa aku sebab hantu tu ambil semangat aku! Hahaha… aku sampai cuti AL sebab tak sedar pagi tu. Kahkah.. lepas bangun mandi siap-siap kemas baju semua terus naik cabut balik pontian.
Seminggu aku tak balik rumah tu, aku lagi sanggup ulang alik Pontian Pasir Gudang hari-hari. Lepas aku dah rasa okey badan aku semua baru aku balik rumah sewa aku semula. Housemate aku? Depa mungkin tak rasa sebab selalu tak balik rumah. Dan satu lagi bangunan kedai belakang rumah aku tu tak siap pon lagi, tah dunia mana agaknya aku nampak malam tu.
Okey guys, cukup dulu di sini, aku pon dah kembali duduk di Pontian semula dan dah berkerja di pontian. Aku balik sini pon bukan sebab tak tahan gangguan ke apa, cuma ex aku kawen dengan orang lain. Aku tak move on tu yang mak aku suh balik sini. Hahaha.. okey lah,, nanti ada masa aku menulis kembali.
Maaf andai karangan ini tidak seperti yang kalian impikan. Terima kasih kerana terus membaca dan menyokong karya aku.
Malam itu hujan begitu deras, setelah kami melaksanakan sholat isya di mushola, mushola begitu sepi hanya aku, Zaya, Arman, dan pak ustad karena mushola ini terletak cukup jauh dari pemukmiman warga. Kami meminta izin kepada pak ustad untuk berdiam diri di mushola sampai hujan reda. Pak ustad pun mengizinkan, dan beliau pulang ke rumahnya yang letaknya berdekatan dengan mushola tersebut.
Hanya kami bertiga. Suasana semakin mencekam bulu kudukku mulai berdiri. Teman temanku hanya berabaring di dalam mushola, hanya aku yang duduk sambil menoleh ke sana sini dan aku tidak sengaja menoleh ke pohon besar yang letaknyanya tidak terlalu jauh dari mushola, tanpa sengaja aku melihat penampakan seseorang yang gantung diri di pohon itu, dengan cepat kualihkan pandanganku dari sana.
Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 23.00 aku melihat teman temanku sudah tertidur. Hanya aku yang masih terjaga, kucoba menoleh lagi ke arah pohon besar itu dan terlihat jelas seorang perempuan mati gantung diri di sana. Tiba tiba dia bergerak gerak dan menatapku dengan tapapan tajam, aku semakin ketakutan dan segera berbaring dengan teman temanku, aku yang sangat ketakutan coba membaca ayat ayat al qur’an dan hatiku mulai tenang.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 18.30 dan pak ustad datang. “Kenapa kamu tidak tidur”. Tanya pak ustad. “Aa… aa..nu.. pak tadi saya melihat penampakan di pohon besar itu” ucapku. “Dahulu di pohon itu, ada seorang gadis cantik yang meninggal bunuh diri dengan menggantung dirinya tengan tali, karena telah dinodai oleh pamannya sendiri oleh sebab itu pohon itu sering ada penampakan” kata pak ustad dengan serius. “Saya takut pak” ucapku dengan ekspresi ketakutan. “Ya sudah kita berempat tidur di sini saja, kamu jangan lupa baca doa”. Ucap pak ustad. “Baik pak ustad”.
Kami berempat pun tidur di mushola. Dan setelah sholat subuh, kami bertiga pulang ke rumah masing masing
14
Seorang jurnal paruh waktu baru saja dipecat dari pekerjaannya. Ia terlihat linglung dan bersedih sepanjang langkah kaki keluar gedung. Ia pun merasa tak sanggup untuk menatap pasang mata siapa pun, karena tak ingin membuka percakapan lagi.
Pukul enam sore hari, pria itu datang ke sebuah taman bermain yang katanya “terkutuk” yang dibangun baru beberapa bulan lalu. Banyak yang bilang taman ini meminta tumbal dan sebagainya. Karena alasan dan rumor itulah, taman ini sangat sepi dari pengunjung —kecuali untuk mereka yang tak percaya pada takhayul. Pria itu duduk di bangku taman dan mendengar sms masuk, sepertinya berita kematian yang dikirimkan secara umum. Tapi ia menghiraukannya. Pria itu menghisap udara, menatap ke seberang dengan gusar. Ada dua anak kecil bermain ayunan di sana. Hanya keduanya lah, anak kecil di taman ini.
Esok harinya, pria itu kembali ke taman. Kali ini taman lebih sepi dari kemarin yang sudah sangat sepi. Pria itu datang kemari setelah bolak-balik melamar pekerjaan, dan ia merasa kesal karena merasa diabaikan. Tapi tak ada dua anak kemarin di seberang ayunan. Itulah anggapannya sampai pukul enam, saat dua anak itu kembali ke taman dan bermain dengan posisi semula. Anak pirang yang mengayunkan si anak pemegang boneka yang duduk di ayunan dengan gembiranya. Dalam hatinya pria bertanya, ke mana kedua orangtua anak ini kira-kira.
Hari ketiga. Seseorang menelepon untuk memintai bantuannya. Karena diimingi bayaran, maka si pria setuju. Ia datang ke sebuah kantor kecil tempat pengawasan taman yang dua hari ini selalu dikunjunginya. Ia masuk ke ruang pengawas CCTV tempat temannya bekerja. Baru saja ia masuk ke dalam, tanpa basa-basi temannya itu meninggalkannya.
Hanya dengan berkata “Pekerjaan ini sudah membosankan. Aku harap bisa segera pergi dari sini.”
Temannya biasanya terlalu pendiam dan cuek untuk diajak bicara. Jadi si pria memutuskan untuk menjadi pengawas CCTV meski ia tak terlalu mengerti tentang tombol-tombol di layar komputer dan lainnya. Kemudian, tanpa sengaja ia melakukan sesuatu yang membuka rekaman CCTV dua hari lalu. Tepat di tiang yang mengawasi ayunan dan bangku di seberangnya. Dua hari lalu, pukul enam sore, namun hanya ada satu anak di rekaman. Yakni anak pirang sang pengayun.
Si pria terbelalak ngeri. Tapi ia tak bisa berkata apa-apa lagi, begitu ia menyadari tak ada seorang pun yang duduk di bangku di seberangnya. Di mana seharusnya, dua hari lalu di jam yang sama, ia duduk di sana, mendapatkan sms dan ia buru buru membuka pesan yang masuk dua hari lalu. Tentang berita kematian yang sempat dihiraukannya.
Bocah pemegang boneka tak lagi datang untuk menemani si pirang. Jadi mulai pukul enam ini, giliran si pria yang duduk di ayunan.
15
Kudorong tubuh Dave dari rangkulan tangannya di pinggangku. Aku beranjak menuju toilet kampus. Melewati lorong yang panjang dan sepi. Tersinari cahaya jingga tanpa sedikitpun angin berhembus.
Aku menghindar dari Dave karena tidak kuat menahan bau yang sangat busuk, menyengat di hidung yang memaksa kaki untuk lebih cepat melangkah. Rasanya sungguh ingin kumuntahkan sesuatu yang ada dalam lambungku.
Sampai di toilet, aku tidak bisa membendung rasa mualku dan akhirnya aku mengeluarkan suatu cairan dari mulutku dengan suara seorang ibu hamil muda. Uh, sampai lebih dari tiga kali aku melakukan itu. Kini tubuhku begitu lemas. Menatap cermin besar di hadapanku. Aku menatap wajahku yang terlihat lusuh dan sekejap pandanganku kabur.
Di saat itu, terdengar suara seseorang mengatakan sesuatu. Suara itu kecil, seperti bisikan tapi sangat jelas terdengar di telinga.
“Waktumu sudah berakhir.. kau akan mati!”
Ketika pandanganku kembali fokus dan betapa terkejutnya aku melihat sosok hitam menggantung dengan kepala di bawah dekat sekali dengan pipiku.
“Aaaaargh!!”
Aku tertunduk lesu. Duduk terpaku sambil menutup wajah dengan kedua telapak tanganku. Aku takut. Aku ingin semua ini berakhir, tapi aku tidak tahu harus apa.
Di tengah ketakutanku, kembali terdengar suara. Namun aku mengenali suara itu. Dia memanggil-manggil namaku. Perlahan tubuhku mulai bangkit dan kedua telapak tangan mulai terbuka. Ketika aku berani untuk menatap ternyata dia..
“Dave..” aku memeluknya erat
“Myhta, kamu kenapa?”
“Dave maafkan aku, aku tidak bermaksud..”
“Myhta, kamu kenapa?”
Belum aku menjelaskan semuanya, Dave terus berkata hal seperti itu berulang-ulang. Sampai aku sadari kalau pintu toilet terkunci dari dalam, sejak aku masuk. Lalu Dave?
Aku mulai melepaskan dekapanku dan perlahan kulangkahkan kaki untuk mundur dan menjauh darinya. Dia tak henti-hentinya mengucapkan kalimat itu, dan ketika aku tanya..
“Siapa kamu sebenarnya?”
Dia berhenti dan menatapku dengan tajam. Saking dalamnya kedua bola mata itu hampir keluar hingga terlihat urat-urat merah yang menempel di bola mata itu. Dari mulutnya menyembur darah hingga mengenai wajahku dan seketika tubuhnya kejang.
“Aaaaaargh!!!”
16
Empat anak perempuan memainkan boneka. Mereka semua berumur sama, 18 tahun. Tapi sebelum memulai, mereka terlebih dahulu membuat perjanjian agar permianan bisa dimainkan dengan lebih serius dan kompetitif. Maka permainan akan terasa lebih seru, kan?
Keempatnya duduk berbaris membentuk sebuah lingkaran, dengan memangku masing-masing bonekanya. Anak tertinggi beringai dengan tatapan mata biru yang aneh, mulai bicara. Walau terlihat seperti itu, nyatanya ialah yang paling cerdik dan licik. Ia menjelaskan tentang aturan dan cara permainannya. Ketiga anak lain yang mendengar dengan seksama terlihat antusias dan tak sabar memulai.
Permainan boneka ini akan sangat berbeda dengan permainan pada umumnya. Mereka akan saling menukar boneka masing-masing dan menarik boneka lawan seakan ingin merobeknya. Mereka akan melempar boneka ke langit, mengambil boneka lain secara acak, dan berlomba siapa yang paling cepat mengoyakkan. Anak dengan tenaga terkuat —atau jahitan boneka terkuatlah, yang diuntungkan dalam permainan ini. Tapi mereka hanya bocah 18 tahun, siapa yang memikirkan sesuatu seperti itu.
Anak dengan wajah terpolos, kuncir -sedikit bekas cacar- berkaca mata dan biasanya menjadi korban bullying, adalah pengoyak boneka pertama. Ia mengoyakan boneka beruang kuning milik salah satu dari keempatnya, tepat di bagian leher —dan memisahkan antara kepala dan tubuh boneka. Si pemilik boneka beruang, si anak broken home pun harus berhenti di ronde pertama ini.
Permainan di lanjutkan pada ronde kedua. Mereka melempar dan mengambil boneka secara acak (tentunya tak diperbolehkan mengambil boneka sendiri). Si bocah pirang sengaja tak mengerahkan seluruh tenaganya, karena ia pun sadar jahitan bonekanya sangatlah kuat. Mungkin bocah perempuan penyakitan itu takkan bisa mengoyakkannya sendiri. Di antara anak lain, si pirang yang paling menginginkan kemenangan permainan ini.
Boneka milik bocah berkuncir menjadi korban koyak selanjutnya. Koyakkan tepat di mata dan membelah sebagian kening boneka bayi malang itu. Menyisahkan dua bocah terakhir. Si rambut pirang bersiap di ronde ketiga, sedang lawannya sudah kehabisan tenaga. Apalagi kondisi si anak yang sering sakit-sakitan dan pesimis serta merasa selalu menjadi beban orangtua. Dan benar saja, si bocah pirang sukses mengoyakkan boneka terakhir langsung menjadi dua bagian. Sedang bonekanya yang terjahit kuat tak rusak sedikit pun.
Si bocah pirang menjadi pemenang. Sesuai perjanjian awal, sang pemenang akan menjadi “penghukum” dan lainnya akan “dihukum”. Tak ada bedanya jika bocah sakit mendapat peringkat dua, kecuali hukumannya yang akan diperlamban.
Bocah pirang bersiap memberi hukuman pada semua temannya. Hukuman disesuaikan dengan koyakkan pada masing-masing boneka. Ia pun mengambil sebilah pisau. Karena semua sesuai perjanjian.
17
Seperti persahabatan pada umumnya, kami berlima selalu menghabiskan waktu-waktu di luar jam sekolah bersama, ke cafe, perpustakaan, mal, hampir semuanya, kami juga tidak punya pacar, jadi persahabatan kami benar-benar terjalin kuat.
Kali pertama kami saling mengenal adalah ketika duduk di bangku kelas 10, dan setelah naik ke kelas 11 kami beda kelas, kecuali aku dan Novi, dan kelas 18, Leo dan Ferdi sekelas, aku masih bersama Novi, kasian Rini, dia mungkin tertekan menghabiskan dua tahunnya berada di kelas unggul.
Ini bukan pagi lagi, matahari sudah mendaki sampai pada puncaknya.
Selepas bel pulang, aku ingat persis ini adalah Sabtu, seperti biasa aku dan Novi pergi ke rumah Leo untuk makan siang -hal yang lumrah dalam persahabatan. Leo tinggal sendiri di rumah kontrakan, orangtuanya berada di luar kota, jadi kalian mungkin tahu kan? Ya rumah Leo adalah rumah kedua kami, kami hampir setiap hari ke sana, makan, tidur, berkumpul, dan saling berbagi cerita.
Ferdi dan Rini sedang dalam perjalanan saat itu, Leo adalah pemuda yang tampan, rambutnya tebal lurus dan halus, tersisir dengan belah kiri yang rapi mempertegas kesan cerdas dibalik kacamata dengan frame yang besar.
Novi langsung duduk di kursi meja makan sedangkan aku bertanya apakah Leo punya makanan untuk kami makan, Leo menjawab tidak ada persediaan makanan, dengan senyum ramahnya dan kami pun memberi Leo uang untuk membeli nasi bungkus, dalam sekejap Leo bergerak dengan penuh semangat seperti biasa menuju motor dan pergi meninggalkan kami dalam siang yang hening.
Aku melepas kemeja seragam hari senin, walaupun tidak memakai kaos dalam aku dan Novi tidak akan berbuat hal yang nyeleneh, hal seperti ini sudah biasa bagi kami. Kami duduk hening tak bicara di kursi meja makan, hanya suara kipas angin di atap meja makan berputar yang terdengar di balik keheningan, aku dan Novi hanya menatap satu sama lain.
Lalu Novi bilang kalau ia ingin pergi ke kamar Leo untuk mengambil beberapa bahan bacaan -jika ada. Sementara aku memilih untuk tetap duduk, sambil meyakinkan diri kalau Ferdi dan Rini akan tiba sebentar lagi. Hampir 5 menit aku menunggu dan Novi belum keluar, yang pastinya membuatku bertanya-tanya.
Seolah saling terhubung, Novi tiba-tiba memanggilku tepat ketika aku bertanya-tanya mengapa Novi berlama-lama di dalam kamar Leo, bukannya mencari bahan bacaan itu tinggal memilih dan menaruhnya di meja makan? Novi memanggilku sekali lagi dengan nada lirih saat aku berjalan ke kamar Leo.
Ketika aku masuk ke dalam kamar Leo, aku melihat Novi duduk bersila dan tubuhnya turun, mukanya sangat lemas dan pucat, tangannya bergetar-getar memegang satu lembar foto, sementara sebuah novel usang bertuliskan ‘LILY’ ada tak jauh dari jangkauan Novi -aku menebak kalau Novi mengambil foto yang dipegangnya dari halaman Novel itu.
Novi tidak bicara ketika aku menatap bingung ke wajahnya, matanya sudah berbicara banyak, tapi aku belum tau apa yang terjadi padanya, bibirnya bergetar halus matanya tak berkedip menatapku, aku mencoba menenangkannya “tenang pi tenang, ada aku”. Aku ambil lembar foto itu dari tangan Novi yang masih bergetar, setelah itu Novi duduk memeluk lutut dan bersandar di dinding, menatap ke sekeliling dengan ekspresi takut yang lesu, “tenang pi”, aku mengingatkan Novi sekali lagi, lalu mulai memperhatikan foto itu.
Kini aku merasakan apa yang dirasakan Novi, lembar foto itu, dari tanggal yang tertera di pojok kanan bawah, diperkirakan saat kami masih kelas 11 dan liburan semester. Foto itu, aku merinding, foto itu, ahh oke, foto itu menampilkan gambar keluarga Leo, dengan latar belakang kuburan di siang hari yang mendung, wajah sembap menempel di masing-masing mereka yang agaknya memaksa untuk tersenyum, jongkok di sisi kuburan, yang pada nisannya tertulis,
18
Selalu begini, setiap pulang sekolah, aku harus melewati sebuah lorong yang gelap sendirian di ujung jalan Kota Sakurayami. Aku sebenarnya tidak suka lewat lorong tersebut, tapi apa boleh buat, langit sudah memerah dan matahari sedikit lagi akan menghilang, aku harus cepat sampai di rumah, kalau tidak aku bisa kena omel Mama.
“Hati-hati, ya, Shiro!” ucap temanku yang jalannya berbeda denganku sambil memberi lambaian tangan lembut. Aku tersenyum. “Iya.”
“Ugh, gelap sekali,” keluhku ketika aku tepat berdiri di depan mulut lorong tersebut. Aku mencoba untuk memberanikan diri dengan cara menarik napas dalam-dalam dan langsung berlari tak memikirkan apa pun yang terjadi. Isi tasku bercampur jadi satu seperti perutku ketika makan pedas, suaranya tidak keruan sehingga membuat kebisingan tersendiri di lorong ini. Suara tasku memecahkan kesunyian untuk saat ini.
Satu persatu lampu di pinggir lorong mulai menyala, itu membuatku sedikit lega walau hanya satu dua yang hidup terang, dan sisanya hanya menampakkan sinar remang-remang tidak jelas. “Huh, mau bagaimana lagi coba? Lagi pun ini masih belum terlalu gelap, mungkin aku bisa berjalan dengan santai sejenak,” renungku dalam hati sambil memeluk tas tenteng milikku erat-erat.
Aku bersenandung pelan untuk menghibur diriku sendiri, menyanyikan beberapa lagu Jepang atau sekadar mengangguk-anggukan kepalaku seirama dengan lagu yang berputar di otak. Langkahku terhenti ketika aku melihat sesosok bayangan hitam berdiri di ujung lorong. “Mau apa dia?” tanyaku dalam hati. Bayangan tersebut makin jelas di pengelihatanku, memperlihatkan sesosok wanita dengan jubah berwarna hitam sempurna menutup sebagian wajahnya. Mulutnya tertutup oleh masker. Tangannya memperlihatkan sederet luka sayat dan pisau karatan di genggamannya.
“Siapa kau?!” tanyaku sedikit berteriak. “Aku?” ulangnya dengan nada serak yang begitu aneh. “Mau apa kau?! Hei, jawab pertanyaanku!” aku kembali melontarkan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu aku tanyakan. “Aku akan menjawab pertanyaanmu setelah kau menjawab pertanyaanku,” ia memberi syarat. “Apakah aku terlihat cantik?”
“Hmn,” aku merenung sejenak dalam pikiranku. “Yah, tentu saja, semua wanita di dunia ini cantik, termasuk kau,” jawabku dengan lantang. Wanita tersebut tertawa pelan, kemudian melepaskan masker yang membalut mulutnya sedari tadi. “Bahkan jika kau melihat diriku seperti ini?” tanyanya lagi.
Oh tidak! Hancur sudah, dia adalah Kuchisake Onna. Legenda hantu wanita Jepang dengan mulut robek yang begitu lebar, dan aku baru saja menjawab pertanyaannya. Sebaiknya aku harus segera pergi dari sini dan menyelamatkan nyawaku sebelum terjadi sesuatu yang mengancam diriku.
Karena tidak kuat melihat wajah wanita ini, aku menutup mulutku sambil menangis. Perlahan tapi pasti, aku melangkahkan kakiku mundur. Betapa terkejutnya aku ketika tubuhku terasa seperti membentur seseorang. Aku langsung berbalik melihat keadaan. Kuchisake Onna! Wanita itu berteleportasi ke belakang tubuhku.
Aku memilih untuk menahan jeritanku. Dan perlahan menjauhi wanita itu. Apapun yang ditanyakan hantu itu, jangan pernah jawab! Tapi … tapi … bagaimana ini? Aku sudah telanjur menjawab pertanyaannya tadi. Oh, Tuhan, tolong ampuni semua dosaku sebelum aku menjemput ajalku sendiri di sini.
“Ayo, Nak, jawab pertanyaanku,” pintanya. Aku membengkokkan tengkukku. “Jujur saja, hantu sepertimu harusnya pergi dari dunia ini dan hiduplah tenang di alam akhirat sana! Siapa yang akan mengatakan kau cantik? Manusia-manusia seperti aku pasti akan berbohong jika bertemu denganmu, mungkin termasuk aku. Tapi, aku akan jujur, KAU JELEK JIKA SEPERTI ITU! PERGI DARI SINI!”
Apa yang sudah aku ucapkan? Bodoh.
“Apa aku terlihat cantik jika seperti ini?” tanya wanita itu lagi. “Aku sudah bilang, kau jelek!” aku menjerit, memasrahkan semua yang aku miliki. Mataku menangkap kalau hantu itu melaju dengan cepat ke arahku dan membuat garis lebar yang sama dengan yang ia miliki di wajahku.
Menangis, hanya itu yang dapat aku lakukan sebelum semuanya berubah menjadi gelap dan dingin.
19
SEBAGAI seorang pemandu kereta sewa, Ishak Harun, 65, berpengalaman luas dengan selok-belok jalan terutama di Terengganu.
Lelaki yang menetap di bandar Paka, Dungun itu berpengalaman menghantar ramai pelanggan sehingga ke daerah Besut dengan kereta sewanya sebelum memperlahankan kerjayanya beberapa tahun lalu atas faktor usia dan kesihatan.
Bercerita tentang pengalamannya, peristiwa seram dialami sewaktu menumpangkan seorang wanita di Bukit Bauk, Dungun pada tahun 1990-an masih belum dapat dilupakan.
“Menyebut tentang Bukit Bauk, masyarakat setempat sering melabelkannya sebagai lokasi menyeramkan dan misteri serta kononnya mempunyai penempatan bunian.
“Kebetulan sebelum dinaik taraf pada tahun 2014, jalan yang menjadi antara laluan utama ke Pantai Timur sebelum kewujudan Lebuh Raya Pantai Timur 2 (LPT 2) itu agak sempit, berselekoh tajam dan gelap sehingga sering mencetuskan kemalangan maut,” katanya kepada Panorama baru-baru ini.
Ishak mengakui pada mulanya kurang percaya dengan dakwaan-dakwaan tersebut sehinggalah persepsinya berubah setelah mengalaminya sendiri pada tahun 1990-an.
“Waktu itu saya dalam perjalanan pulang ke rumah di Paka selepas menghantar penumpang ke Kampung Kuala Abang, Dungun. Sebaik melintasi laluan di Bukit Bauk, seorang wanita muda berambut panjang mengurai berbaju kurung melambaikan tangan menahan kereta sewa saya,” ceritanya.
Ishak berkata, pada mulanya dia tidak mahu melayan memandangkan pada ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, namun tetap memberhentikan kenderaan.
Wanita yang berusia dalam lingkungan 20-an itu merayu ihsan saya untuk membantu membawanya pulang ke rumah orang tuanya yang terletak di sebuah perkampungan tidak jauh dari kawasan itu.
“Dia dengan sebak mendakwa mengalami kesulitan sehingga kehilangan barangan peribadi termasuk beg duit. Saya yang tidak sampai hati telah mempelawanya masuk ke dalam kereta sewa dan berjanji akan menghantarnya pulang tanpa mengenakan sebarang bayaran,” katanya.
Tambah Ishak, walaupun hatinya meronta untuk mengetahui lebih lanjut, wanita itu hanya memberitahu nama dirinya sebelum mendiamkan diri di tempat duduk penumpang belakang di sepanjang perjalanan. Walaupun baju kurung wanita itu agak berkedut dan berkeromot, bau badannya wangi membuatkan rasa was-wasnya tentang kemungkinan wanita itu sebenarnya hantu hilang serta-merta.
“Tidak lama kemudian, kereta sewa yang saya pandu tiba ke destinasi dan dia sempat menunjukkan rumah orang tuanya yang terletak di tepi jalan sebelum mengucapkan terima kasih dan beredar pergi,” ujarnya.
Hari terus berlalu, rezeki Ishak mencurah-curah selepas itu dengan menerima ramai penumpang terutama bagi perjalanan jarak jauh.
Begitupun dia tetap tidak sedap hati dan nekad mengunjungi rumah yang ditunjukkan wanita pada malam itu bagi mengetahui cerita sebenar beberapa minggu selepas itu.
“Kedatangan saya disambut pasangan suami isteri yang mengakui ibu bapa wanita itu. Terkejut kedua-dua mereka, malah wanita warga emas itu menangis teresak-esak apabila mendengar cerita saya. Dalam keadaan serba salah, suami isteri itu memberitahu wanita yang menaiki kereta sewa saya itu sebenarnya sudah meninggal dunia akibat kemalangan jalan raya di Bukit Bauk kira-kira sebulan sebelum saya menemui ‘kelibatnya’,” katanya.
Mendengar penjelasan itu, giliran Ishak pula terkejut dan bertanya berkali-kali bagi mendapatkan kepastian sebelum ditunjukkan pusara wanita itu yang dikebumikan di tanah perkuburan Islam tidak jauh dari rumahnya.
“Saya demam beberapa hari selepas itu. Walaupun tak pasti hikmah di sebalik kejadian, sejak hari itu, saya lebih kerap memasang bacaan al-Quran terutama apabila memandu kereta sewa pada waktu malam berbanding memutarkan radio untuk dengar lagu kesukaan,” ujarnya.
20
TAHUN-tahun sebelum munculnya cerita ketukan yang penuh misteri ini, telinga kami pernah disumbatkan dengan seribu kisah seram dan meremangkan bulu tengkuk. Cerita dan kisah di luar logik akal tentang makhluk-makhluk halus dan menakutkan sering menyebabkan semangat kami mudah lemah dan cepat luntur. Paling kami ingati adalah selingkar kisah aneh tentang hantu perempuan berbungkus hitam yang sering muncul berkeliaran pada lewat senja atau awal malam.
Dari mulut orang-orang tua, kami menelingakan diri mendengar kisah yang membuatkan kami bertekad untuk tidak lagi keluar pada waktu malam. Seorang wanita berkelubung hitam dari hujung kaki hingga ke hujung kepala dikatakan muncul di sebuah kampung pada setiap malam sambil mempamerkan wajah sebenar yang amat buruk lagi menggerunkan. Baunya hamis dan meloyakan tekak sesiapa sahaja yang terhidu. Wanita berpurdah litup dengan penampilan pelik dikatakan sebagai manusia yang telah tersalah memilih haluan hidup kerana mengamalkan ilmu hitam.
"Jaga-jaga kalau ada bunyi ketukan di luar pintu. Jangan cepat pergi membuka kerana makhluk itu akan muncul dengan wajah yang menyeramkan."
Itulah pesan yang selalu hinggap di cuping telinga kami suatu waktu dahulu.
Sejak itulah misteri hantu wanita berjubah hitam sering muncul dan menyelinap masuk ke dalam ubun-ubun kepala kami. Misteri yang menjadi objek jelek yang tidak mampu kami hilangkan daripada lubuk perasaan kami daripada alam kanak-kanak, remaja hinggalah di usia dewasa. Dan misteri itu pula ditokok tambah dengan pelbagai watak makhluk aneh lain yang sekadar menjelma di dalam skrin imaginasi kami atau sesekali menjengah ke dalam mimpi khayalan.
Kaki pancing cerita pengalaman ditarik hantu air! Paling seram entiti menyerupai kawan baik, guna helah ajak tarik bubu
PERISTIWA ngeri pada suatu malam di sebuah sungai kira-kira lima tahun lalu masih kekal dalam ingatan.
Bukan main-main kerana lelaki bernama Roslan Aziz itu hampir lemas ketika keluar memancing seorang diri.
"Apabila difikirkan balik, memang tak sangka yang saya masih hidup sekarang ni. Peristiwa yang menimpa lima tahun dulu betul-betul membuatkan saya serik untuk pergi memancing di sungai pada waktu malam.
"Bukan sungai sahaja, mana-mana tempat sekali pun... hampir lemas dan dihanyutkan bukanlah perkara main-main," kata Roslan.
Meskipun perit untuk menceritakan perkara yang berlaku, namun demi memberi iktibar kepada kaki pancing, dia akur untuk berkongsi kisah dengan mStar.
Memulakan cerita, ujar Roslan yang mesra dipanggil Mat, kejadian yang hampir meragut nyawanya itu berlaku ketika dia ligat dengan hobi memancing.
Pantang ada masa terluang, pasti akan dihabiskan dengan aktiviti yang digemarinya itu.
Malah, keluarga juga sering terabai kerana dia lebih gemar menikmati keseronokan mendapatkan ikan.
Mengimbau kembali kejadian yang berlaku di sebuah sungai berdekatan Bukit Changgang, Banting, Selangor, ujarnya, ia berlaku kira-kira pukul 3 pagi semasa dia sudah bersiap sedia untuk pulang ke rumah.
Namun dia dikejutkan dengan kehadiran rakannya bernama Jamal secara tiba-tiba.
"Entah bila Jamal datang ke lombong tersebut pun saya tak sedar... tapi dia dalam keadaan basah kuyup. Apa yang pelik, dia bukan kaki pancing dan memang tak berminat dengan aktiviti tu kerana dikatakan membuang masa.
"Tapi pada malam tu, dia datang dan meminta saya membantunya menarik bubu yang ditinggalkan di dalam sungai. Masa tu saya tanya kenapa dia basah kuyup, tapi dia tak mengendahkan dan terus menuju ke arah sungai.
Mat tidak sangka yang dia hampir lemas disebabkan hobi memancing.
"Disebabkan malas untuk bersoal jawab, saya mengikut saja kemahuannya," ujar Mat yang kini berusia awal 40-an.
Dalam kesamaran gelap, dia sempat memerhatikan gerak langkah Jamal yang seolah-olah tidak menjejak tanah ketika berjalan.
Riaknya juga berbeza, seperti lama berada di dalam hutan di samping baju-T yang terdapat kesan koyak.
Mengakui berasa pelik dengan situasi pada masa itu, tapi dia enggan berfikir panjang.
Malah katanya, Jamal juga tidak seramah seperti sebelumnya dan hanya menundukkan muka.
"Iyalah, Jamal orang pertama yang akan marah bila tahu saya akan pergi memancing. Pernah dia cakap yang saya tidak menghargai masa bersama keluarga kerana kerap kali menghabiskan masa dengan hobi.
"Tambahan pula saya sering membeli barang-barang memancing yang kesemuanya dihantar ke pejabat. Jamal berleter lebih teruk daripada isteri, tapi saya iyakan juga kerana apa yang dikatakannya benar... cuma saya tidak berpeluang meninggalkan hobi aku lagi.
"Kadang-kadang saya ajak Jamal ikut serta supaya dia tahu bertapa seronoknya memancing, tetapi seperti biasa dia tidak mahu," katanya.
Pun begitu, Mat sering menceritakan perihal memancing kepada Jamal dan lokasi-lokasi baharu yang akan dia terjah.
Hasil tangkapan juga akan dikongsikan dengan teman baiknya itu.
"Sebab itu saya tak terkejut melihat Jamal pada malam kejadian. Sebab dia tahu di mana sahaja saya akan pergi, cuma pelik kenapa dia basah kuyup dan mahu ambil bubu.
"Pada saya, kemungkinan Jamal sengaja ingin membuat kejutan dan teringin belajar memancing... kerana itu dia datang pada hari tersebut.
"Semua tu tak terjawab sehinggalah saya menurutnya masuk ke dalam sungai. Apa yang saya ingat, tiba-tiba badan seperti ditarik ketika berada dalam sungai dan kelibat Jamal sudah tiada.
"Cubaan aku untuk berenang ketepian pun tidak berjaya kerana badan terasa kaku," ujarnya mengimbas kembali kejadian yang berlaku.
Menurutnya lagi, berdasarkan cerita daripada isteri, dia ditemukan hanyut kira-kira lima meter dari lokasi memancing.
"Isteri maklumkan yang saya ditemui oleh kaki pancing... mujurlah individu tersebut mengalami masalah dengan motosikal dia, jadi tidak dapat pulang ke rumah lebih awal.
"Mungkin juga kerana ajal saya belum sampai, jadi Allah menjentik hatinya untuk berada di situ untuk membantu. Itu juga sebagai pengajaran kepada saya atau mungkin kifarah kerana sering mengabaikan keluarga," luahnya sebak.
Tambah Mat, sejak kejadian yang menimpanya itu, dia tidak lagi memancing dan segala peralatan yang dibeli telah diserahkan kepada rakan-rakan lain.
Katanya, Jamal juga terkejut apabila dia bertanyakan tentang kemunculan pada malam kejadian namun hanya tersenyum tawar.
20
Kisah ni berlaku pada sebuah sekolah berasrama penuh di kawasan pantai timur. Ceritanya macam ni:
Kat asrama pompuan, ada la sorang budak pompuan ni yang rajin study sampai memalam buta kat bilik prep dia. Satu malam tu dia tak sedar yang dia dah tinggal sorang kat bilik study tu.
Dia pun study la dengan khusyuknya. Sampai satu part dia tak paham, dia nak tanya la kat 'member' dia yang kat sebelah tu. Dia tak sedar lagi benda tu bukan orang. Masa dia nak tanya tu matanya terpandang kat bawah meja budak ni, dia perasan 'member' tu takde kaki.
Lepas tu dia kata "Takpe la, dah ingat camna nak buat." Lebih kurang camtu la dia
cakap sambil berkira-kira nak blah secepat mungkin. Yang mencuakkan bila si 'member' tu pulak tiba-tiba tanya "Dah ingat ke dah tahu....????" Maksudnya dah tahu ke yang dia tu hantu. Budak ni terus lari balik dorm dia.
Bila dia cerita kat senior, ada yang cerita dulu ada sorang budak pompuan ni yang mati bunuh diri sebab tension belajar masa nak ambik SPM. Mungkin tu la hantu dia
yang still study tak abih-abih. Lepas tu budak ni pun dah tak study sampai lewat malam lagi. Takoot siottt! Korang caya tak? Kalau tak caya terpulanglah.
21
Kisahnya bermula katanya ada seorang pelajar lelaki cuba ponteng solat Jumaat dengan bersembunyi dalam locker supaya tak dapat di kesan warden. Masa tempoh bersembunyi tu dia tertidur. Sedar je dah petang. Bila bangun je dia cuba keluar tapi terkunci dari luar. Maybe kawan-kawan dia la kot kunci sebab tak tahu dia ada kat dalam.
Dia cuba panggil kawan-kawan dia tapi malangnya sorang pun takde sebab hari tu hari terakhir persekolahan semua dah balik kampung. Akibat lemas sebab suhu panas & kurang udara, pelajar tersebut pun mati. Akibat dari kejadian tu katanya sesiapa jer tidur atas katil arwah, akan nampak pelajar lelaki tu tidur kat sebelah dia. Ditambah seram lagi, setiap tengah malam jumaat, akan ada dengar bunyi locker tu diketuk dari dalam.
Tragedi ini dikatakan berlaku di Maktab Tentera Darat, Sungai Besi.
Satu dah tidur, dua dah tidur, tiga dah tidur….empat tak tidur lagi…??
Hari tu saya mula kenal Julia, kami mula rapat sebab masing2 takut nak pergi tandas malam-malam. Kami saling menemani bila nak terkencing malam-malam. Pada mulanya kami berdua memang tak percaya cerita hantu senior sebab sebelum saya mendaftarkan diri di asrama, abang saya dah baritahu awal-awal supaya jangan dengar sangat cerita hantu ni.
Nak dijadikan cerita, ada la satu hari ni saya memang tak boleh nak lelapkan mata. Katil Julia ni sebelah saya je, saya nampak Julia ni dah tidur nyenyak dah, yang lain pun dah tidur jugak. Saya tengok jam dah pukul 2 pagi. Saya cuba nak lelapkan mata tapi tak boleh.
Sedang saya berguling ke kiri ke kanan cuba nak lelapkan mata, saya terdengar macam ada orang buka tingkap bilik saya. Tingkap tu betul-betul depan katil saya. Saya boleh nampak tingkap tu sebab semua katil dah disusun menghadap ke tingkap tu, katil saya yang ke-4 dari dinding. Saya tak fikir apa-apa lagi masa tu sehingga saya terdengar suara
“satu, dua, tiga…“
Lepas saya dengar suara tu, saya terus teringat cerita senior masa mula-mula saya mendaftar di asrama.
Saya mula meremang satu badan, saya dengar lagi
“satu dah tidur, dua dah tidur, tiga dah tidur….empat tak tidur lagi…??“
Saya makin tak sedap hati sebab memang saya katil ke-4 dari dinding. Saya baca semua surah-surah yang saya hafal dalam keadaan sebutan yang berterabur. Benda tu mengira lagi
“satu dah tidur, dua dah tidur, tiga dah tidur….empat tak tidur lagi…??“
Badan saya memang dah menggigil dah masa tu, saya cuba paggil Julia dalam suara terketar2.
“Julia !! Ju.. Julia… Julia !!“
Tapi apa yang membuatkan saya makin menggigil dan menangis bila saya dengar benda tu cakap
"Julia dah tidur…“
...dan disertakan hilaian ketawa yang sangat kuat. Saya terus menjerit “PERGI!!!!“ Banyak kali jugak saya jerit sampai semua pelajar dalam bilik saya terbangun. Saya langsung tak berani nak pandang benda tu.
22
Tak tahu pulak sama ada ianya benar atau tidak. Kisah ini diceritakan oleh seorang Cikgu matrik. Cerita ni berlaku di Kolej Perempuan. Ada sorang budak tinggal dengan roomate*nya. Kehidupan mereka seperti biasa tanpa ada sebarang syak wasangka dan juga benda pelik berlaku.
Sehinggalah pada suatu hari apabila budak tersebut balik ke bilik. Semasa dia hendak tidur, dia minta *roomate*nya menutup suis lampu. Dengan selamba *roomate*nya mengjulurkan tangannya yang memanjang macam Nang Nak dan terus menekan suis lampu. Bila melihatkan perkara ini, budak tu terus lari keluar dari bilik.
Bila diceritakan kepada orang lain, mereka bergegas ke biliknya dan didapati dia hanya tinggal seorang tanpa *roomate kerana katil dan almari sebelahnya kosong. Keesokannya bila dibuat pertanyaan di pejabat kolej, mereka dapati tiada nama yang disebutkannya tinggal dalam bilik tersebut malah nama tersebut tidak pernah wujud.
Rupanya sudah satu semester dia tinggal dengan hantu (jin). Lepas tu cikgu berpesan kalau boleh nanti bila balik ke bilik cuba check roomate betul-betul sama ada orang betul atau hantu. Setelah di*check* didapati peristiwa ini tak berulang lagi kerana kebanyakan roomate adalah benar-benar manusia.