Selasa, 11 Februari 2025

bobo bertemu musuh 1

 


"celaka!" kata luhsantlnl setengah 

berseru. 

"jangan-jamgan klta datang terlambat! 

percepat larimu arwah penulis ayan !" 

luhclnta dan luhsantlnl sampal dl puncak 

buklt batu kawin. arwah penulis ayan  serta merta 

hendak menghambur ke hadapan orang-

orang yang berada dl dekat ranjang 

batu. tapi luhsantinl cepat memegang 

erat lengannya dan menarlk gadls ini ke 

ballk sebuah batu besar yang tertutup 

semak belukar lebat. 

"kita memang terlambat arwah penulis ayan . 

upacara pernikahan sudah 

dilaksanakan. mereka telah 

berpegangan tangan ...." 

"mereka siapa?" tanya arwah penulis ayan  dengan 

suara gemetar. gadis lesbi  ini sibakkan semak 

belukar lalu memandang ke depan. saat 

itu terdengar suara lantang sang juru 

nikah lamahila. 

"bobo  anakmanusia  dan luhrembulah! kalian 

berdua telah aku nlkahkan disaksikan 

langit dan bumi. apa yang kalian ucapkan 

dldengar oleh para dewa dan semua roh 

yang tergantung antara langlt dan 

bumi. semoga kalian mendapat berkah. 

saat ini kalian telah resml menjadi suami 

istri!"

KUDA raksasa berkaki enam itu berlari kencang di 

bawah siraman sang surya yang tengah 

menggelincir menuju ufuk tenggelamnya. Bulunya 

yang hitam pekat seolah menebar pantulan 

kepink -pink an. Di atas punggungnya dua sosok 

manusia tergantung dalam dua buah jala. ltulah 

sosok penulis gay  dan arwah penulis sedeng  yang terjebak tak 

berdava di dalam jaring api biru akibat perbuatan 

jahat Hantu Bara Kaliatus. Orang ke tiga di atas 

kuda raksasa itu adalah seorang kakek yang berdiri 

di punggung kuda dengan dua tangan di sebelah 

bawah dan dua kaki di sebelah atas. Rambut, 

janggut dan kumis putihnya melambai-lambai disapu 

angin. Walau kuda hitam bernama Laekakienam 

berlari secepat setan menyambar namun di atas 

punggungnyasi kakek tampak tegak tenang tanpa 

bergeming sedikitpun. Sudah dapat diduga kakek ini 

bukan lain adalah Lasedayu alias Hantu Langit 

Terjungkir. 

"Huuii ... !" Kakek di atas kuda berseru panjang.  

"Kuda hitam gagah perkasa, kita berhenti dulu di 

sini! Aku perlu bicara dengan dua insan di dalam 

jaring!" 

Habis berkata begitu sosok si kakek melesat ke 

udara. Dua tangannya menyambar cabang satu 

pohon besar. Sesaat tubuhnya berputar sebat dua 

kali dicabang pohon itu lalu melayang turun, 

menjejakkan dua tangannya yang dijadikan kaki di 

tanah tanpa keluarkan suara sedikitpun.  

 

Kuda hitam yang memiliki dua tanduk di atas kepala-

nya meringkik keras lalu hentikan larinya. Debu be-

terbangan di belakangnya. Setelah meringkik sekali 

lagi binatang ini lalu melangkah mendekati si kakek 

dan menjilat-jilat kaki orang tua itu dengan ujung 

lidahnya. 

"Kuda hebat! Aku berterima kasih padamu! Seumur 

hidup baru kali ini aku menunggang kuda. Aku 

serasa mau kencing menahan gamang. Tapi nikmat! 

Ha ... ha,.. ha...!" 

Si kakek tepuk-tepuk pinggul Laekakienam lalu dia 

bergerak mendekati penulis gay  dan arwah penulis sedeng  yang 

berada di dalam dua jaring terpisah. Kakek ini 

pergunakan dua kakinya untuk mengait jaring. Lalu 

perlahan-lahan, enak saja dia turunkan dua jaring itu 

ke tanah. Di dalam jaring penulis gay  dan arwah penulis sedeng  

cepat bangkit lalu bersila di tanah. 

"Kakek Hantu Langit. Terjungkir! Kami berdua 

menghaturkan terima kasih. Kau telah membawa 

kami keluar dari tempat penuh bencana itu!" 

arwah penulis sedeng  pertama sekali keluarkan ucapan. 

 

Hantu Langit Terjungkir alias Lasedayu sibakkan 

rambut putih menjulai yang menutupi mukanya lalu 

tatap wajah arwah penulis sedeng  beberapa lamanya. Sesaat 

kemudian dia palingkan kepala memandang pada 

penulis gay . Dipandang seperti itu penulis gay  merasa 

jangan-jangan orang tua ini masih membekal 

amarah karena tindakannya yang lalai tempo hari 

sehingga sendok emas sakti yang bisa menjadi 

penyembuh bagi si kakek lenyap dirampas orang. 

Maka sebelum ditegur penulis gay  berkata duluan. 

"Kek, apakah kau masih marah padaku karena 

kesalahanku menghilangkan Sendok Pemasung 

Nasib itu...? Aku sekali lagi mohon maafmu. Janjiku 

tetap akan kupenuhi. Aku akan mencari benda itu 

sampai dapat walau harus menebus dengan 

nyawaku sendiri." 

 

Lasedayu menghela nafas dalam lalu menyeringai. 

"Wahai, bagaimana kau bisa mencari sendok sakti. 

Sementara dirimu berada dalam jaring iblis api biru 

itu!"  

penulis gay  terdiam mendengar kata-kata si kakek. Dia 

memandang pada arwah penulis sedeng  seperti meminta 

pendapat perempuan lesbi  ini segera membuka mulut 

"Supaya kami bisa menebus kesalahan itu harap kau 

mau menolong kami keluar dari jaring ini."  

"Betul, Kek," menyambung penulis gay .  

"Kami bukan cuma memikirkan keselamatan diri 

sendiri. Tapi begitu bebas kami akan segera kembali 

ke lembah untuk menolong kawan-kawan kami. 

Mereka berada dalam bahaya besar...." 

Lasedayu gelengkan kepala. "Tak ada hal lain yang 

bisa kuperbuat Aku hanya berkemampuan merubah 

jaring ini dari jaring api menjadi jaring tali biasa. 

Lebih dari itu aku tak bisa. Seperti penjelasanku 

dulu, hanya ada beberapa orang saja di Negeri 

Latanahsilam ini yang mampu memutus jaring api 

biru ini ...” (Kisah bagaimana penulis gay  dan 

arwah penulis sedeng  terjebak dalam jaring api biru baca 

Episode Hantu Santet Laknat) 

 

"Berarti kita bisa seumur-umur mendekam di dalam 

jaring celaka ini! Mungkin ajal lebih dulu datang 

menjemput sebelum ada yang membebaskan kita!" 

kata arwah penulis sedeng . 

"Kek, kalau aku tidak salah mengingat, kau pernah 

mengatakan siapa-siapa saja orang yang mampu 

menjebol jaring ini. Siapa tahu ada orang yang bisa 

menemui mereka untuk dimintai bantuannya ...." 

 

"Aku tidak yakin. Orang-orang itu seperti setan. Ada 

bernama tapi sulit dicari bahkan entah masih hidup 

atau sudah menjadi satu dengan tanah. Seorang di 

antara mereka adalah Hantu Seribu Obat. Tapi 

manusia satu ini aneh angin-anginan. Kalau hatinya 

sedang senang apapun yang diminta orang akan 

diberikannya sekalipun orang meminta telinga atau 

matanya! Tapi kalau syarafnya terganggu, sedang 

tidak karuan hati dan pikirannya, salah sedikit saja 

dalam bicara isi perut kita bisa dibedolnya untuk 

dijadikan ramuan obat!" 

 

"Tunggu dulu!" ucap penulis gay  setengah berseru. 

"Aku pernah bertemu dengan Hantu Seribu Obat. 

Dialah yang menolong dua saudara angkatku hingga 

sosoknya menjadi sebesar sosok orang-orang di 

negeri ini ..." berkata penulis gay . 

"mungkin waktu itu hatinya sedang senang. Tapi jika 

bertemu sekali lagi aku tidak dapat menjamin dia 

akan bersikap sama," kata Lasedayu pula. 

"Siapa orang lainnya yang menurutmu mampu 

menolong kami Kek?" bertanya arwah penulis sedeng . 

"Seorang nenek berjuluk Hantu Lembah Laekatak 

hijau. Nenek satu ini lebih kacau. Di tempat 

kediamannya yang sulit diketahui dimana letaknya, 

dia memelihara ribuan kodok. Bahkan konon 

kabarnya sekujur tubuhnya diselimuti binatang itu. 

Kalau dia ingin sesuatu yang menyenangkan, si 

nenek bisa saja menyuruh kodok-kodok 

peliharaannya untuk mempesiangi orang hingga 

dalam waktu sesaat saja orang itu bisa hanya tinggai 

tulang memutik!" 

 

penulis gay  menatap ke arah arwah penulis sedeng  dan berkata 

perlahan.  

"Agaknya tidak ada yang bisa kita lakukan.Tidak ada 

orang yang dapat menolong kita. Kalau saja nenek 

tukang kentut berjuluk Hantu Selaksa Angin itu mau 

menolong kita. ..." 

"Dia punya kemampuan," menyahuti arwah penulis sedeng . 

"Tapi apakah dia harus menghantami kita dengan 

pukulan sakti agar semua tali-tali ini bisa putus? 

Jangan-jangan kita lebih dulu remuk jadi bangkai 

sebelum dia bisa mengeluarkan kita dari dalam 

jaring celaka ini! Jika aku bisa lolos, aku bersumpah 

akan menguliti Hantu Bara Kaliatus makhluk keji 

biadab itu!" 

 

Hantu Langit Terjungkir mendehem beberapa kali 

lalu berkata. "Sebenarnya aku melarikan kalian 

bukan cuma karena ingin menyelamatkan kalian, 

tapi lebih dari itu ada satu perkara besar yang ingin 

aku bicarakan. ini menyangkut dirimu dan diriku, 

penulis gay  ...." 

"Maksudmu sendok emas itu Kek?" tanya penulis gay . 

"Lupakan sendok celaka itu!" jawab si kakek. Lalu 

dia melangkah ke belakang penulis gay  yang sampai 

saat itu masih duduk bersila di tanah. Sepasang 

mata si kakek memandang tak berkesip ke arah 

lengan kanan sebelah belakang penulis gay . Seperti 

diketahui di situ terdapat tanda berbentuk sekuntum 

bunga dalam lingkaran berwarna kebiru-biruan. 

"Hal yang hendak aku bicarakan ini jauh lebih 

penting dan lebih berharga dari sendok emas itu! 

Aku malah menganggap jauh lebih penting dari 

nyawa ataupun masa depanku ...." Lasedayu 

kembali berdiri di hadapan penulis gay . Dari balik 

juntaian rambut putihnya dia pandangi wajah lelaki 

itu dengan perasaan yang sulit untuk dikatakan. Saat 

itu dia seolah ingin menghamburkan sejuta kata 

sejuta cerita. Bahkan lebih dari itu ingin memeluk 

merangkul penulis gay . 

 

"penulis gay , di belakang lengan kananmu sebelah 

atas,dekat ketiak, ada satu tanda kecil. Seperti 

jarahan. Berbentuk bunga dalam lingkaran ...." 

"Apa Kek?!" ujar penulis gay . Wajahnya menyatakan 

rasa heran. "Tanda bunga dalam lingkaran ... ? 

Dekat ketiak kananku sebelah belakang?" penulis gay  

angkat tangan kanannya, mencari-cari. Dia berhasil 

melihat tanda kecil seperti yang dikatakan si kakek. 

Bunga dalam lingkaran. "Aku tak-pernah tahu kalau 

ada tanda seperti ini di lenganku. Juga tak ada orang 

yang mengatakan kalau aku punya tanda seperti ini." 

penulis gay  menatap wajah si kakek lalu bertanya. 

"Kek, apa pentingnya tanda di balik lenganku ini 

bagimu? Apa mengandung satu arti?" , 

"Tanda itu sangat penting bagiku wahai penulis gay . 

Lebih penting dari nyawaku sendiri ...." 

"Aku tidak mengerti. Tunggu .... Aku coba 

mengingat-ingat. Rasanya aku pernah melihat tanda 

seperti yang kau katakan itu di lengan belakang 

seseorang ...." 

"Ucapanmu membuat aku berdebar penulis gay !" kata 

Hantu Langit Terjungkir.  

"Pusatkan pikiranmu, pusatkan ingatanmu! Siapa 

orang yang punya tanda seperti tanda di dekat ketiak 

kananmu itu?!" penulis gay  memijit-mijit keningnya 

berulang-ulang. Berusaha untuk mengingat Tiba-tiba 

ditepuknya keningnya. 

"Aku ingat Kek!" katanya dengan suara keras. 

"Siapa?!" tanya Hantu Langit Terjungkir tak kalah 

kerasnya. 

"Latandai alias Hantu Bara Kaliatus!" 

Si kakek tersurut satu langkah mendengar ucapan 

penulis gay  itu. Sementara arwah penulis sedeng  keluarkan 

seruan tertahan karena tidak menyangka nama 

bekas suaminya itu yang bakal diucapkan penulis gay . 

"Aku sudah menduga ..." kata Hantu Langit 

Terjungkir dengan suara bergetar. Sepasang 

matanya sekilas tampak berkaca-kaca. Ada satu 

perasaan besar yang seperti coba ditekannya.  

 

"Aku sendiri memang pernah melihat tanda itu di 

lengan kanan sebelah belakang Hantu Bara Kaliatus 

...." Orang tua ini kemudian berpaling pada 

arwah penulis sedeng . "Kau adalah istri Hantu Bara Kaliatus ...." 

"Saat ini aku tidak lagi jadi istri manusia keji jahat 

itu!" menukas arwah penulis sedeng . 

"Aku tahu perasaanmu wahai arwah penulis sedeng . Tapi 

bagaimanapun kau pernah menjadi istrinya. Yang 

aku ingin tanyakan, apakah kau pernah tahu, melihat 

atau menyadari bahwa Hantu Bara Kaliatus memang 

memiliki tanda seperti yang ada di lengan kanan 

penulis gay ?" 

"Aku .... Hemm . ... rasanya ku memang pernah 

melihat. Tapi aku tidak begitu memperhatikan. Aku 

tidak pernah menanyakan atau memberitahu 

padanya. Mungkin dia sendiri tidak tahu. Kek, apa 

arti semua pembicaraan ini?" bertanya arwah penulis sedeng . 

 

Dada Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir 

bergemuruh. Sepasang matanya tampak semakin 

berkaca-kaca dan sekujur tubuhnya kelihatan 

bergetar. 

"Kek, ada apa dengan dirimu. Apakah kau sakit?" 

tanya penulis gay . 

"Kek, apapun yang terjadi dengan dirimu harap kau 

menjawab pertanyaanku tadi!" ujar arwah penulis sedeng . 

"Apa artinya semua pembicaraanmu itu! Kau, 

matamu basah. Bibirmu bergetar. Kau hendak 

mengatakan sesuatu Kek?" 

"Aku ...." Si kakek tampak agak sempoyongan. Dia 

sandarkan punggungnya ke tubuh Laekakienam. Dia 

menarik nafas panjang sampai dua kali baru 

membuka mulut.  

"Dengar baik-baik apa yang akan aku ucapkan 

penulis gay . Kalian berdua adalah ...."  

"Kalian berdua siapa maksudmu Kek," tanya 

penulis gay  ketika si kakek hentikan ucapannya seolah 

lidahnya mendadak menjadi kelu. 

"Maksudku ... kau ... kau dan Latandai adalah ...." 

Gelora jiwa dan gejolak hati yang seolah membadai 

membuat orang tua itu sulit untuk berucap. Dalam 

hati dia berdoa.  

"Wahai para Dewa, beri aku kekuatan untuk 

menyampaikan kebenaran ini. Aku harus 

mengatakan sekarang juga! karena mugkin hidupku 

ini hanya tinggal beberapa hitungan jengkal saja. 

Aku ...." 

Hantu Langit Terjungkir usap lelehan air mata yang 

menggelinding jatuh ke pipinya yang keriput. 

"penulis gay , dengar baik-baik. Kau dan Latandai 

adalah dua ...." 

 

Belum sempat si kakekmenyelesaikan ucapannya 

tiba-tiba di udara menggema suara seperti petir 

menyambar. Lalu ada hawa panas menyungkup. 

Ketika semua orang memandang ke atas kagetlah 

mereka. Di udara melayang turun cepat sekali 

sebuah jaring besar berwarna biru seolah terbuat 

dari kobaran api! 

 

"Api lblis Penjaring Roh!" teriak penulis gay  lalu 

jatuhkan diri dan berguling sejauh yang bisa 

dilakukannya. Hal yang sama segera pula diiakukan 

arwah penulis sedeng . Hantu Langit Terjungkir hantamkan 

kakinya kiri kanan ke atas dua kali berturut-turut. 

Dua gelombang angin berwarna kebiruan 

menggebubu. 

"Bummm!" 

"Buuum!" 

Dua ledakan dahsyat menggoncang seantero 

tempat! 

Laekakienam meringkik keras! Debu dan pasir 

beterbangan ke udara. Sebaliknya dari atas 

berjatuhan puluhan daun-daun pepohonan yang 

tumbuh di sekitar tempat itu. Ranting berderak patah 

lalu ikut melayang jatuh ke tanah. 

 

 

 

 

LAEKAKIENAM, kuda hitam berkaki enam milik  

penulis gay  bergulingan bergemuruh kian kemari  

sambil melejang-lejangkan kaki. Debu dan pasir 

semakin banyak beterbangan ke udara. Dua pohon 

patah dan sebuah batu besar terbelah berkeping-

keping dihantam tendangan binatang raksasa itu. 

Bau sangit daging terbakar memenuhi udara. Kuda 

bertanduk dua itu meringkik sekali lagi lalu  

"brakk!" 

Tubuhnya menghantam sebatang pohon besar. 

Pohon ini berderak keras lalu tumbang dengan suara 

menggemuruh. Di bawah pohon Laekakienam 

terkapar melejang-lejang. Sekujur tubuhnya yang 

penuh guratan luka sangat dalam, berselemak 

darah, mengepulkan asap, berada dalam jiratan 

jaring api biru. 

"Lae! Lae! Kudaku .... Kudaku!" teriak penulis gay  

melihat apa yang terjadi dengan binatang 

tunggangannya itu. Lalu seperti orang kalap dia 

hendak mengamuk. Kakinya diangkat untuk bisa 

menginjak putus jaring di bagian bawah tapi tidak 

berhasil. Tangannya lalu digerakkan untuk melepas 

pukulan Lima Kutuk Dari Langit. Kaget penulis gay  

bukan kepalang. Apa yang terjadi dengan dirinya. 

Dia tak mampu mengerahkan tenaga dalam dan 

mengalirkan hawa sakti ke tangan kanannya! Sekian 

lama berada dalam jaring api biru kekuatannya 

seolah tersedot!  

penulis gay  meraung keras lalu bersujud di tanah, 

menangis panjang. arwah penulis sedeng  yang ada di tempat 

itu, setelah terpental beberapa kali kini terduduk 

dengan muka pucat lalu tutupkan dua tangan di 

depan wajahnya karena tidak sanggup melihat 

kengerian yang terjadi atas Laekakienam. 

 

Hantu Langit Terjungkir sendiri saat itu tegak dengan 

tubuh bergoncang keras dan wajah kaku membesi. 

Sewaktu jala yang disebut Api lblis Penjaring Roh itu 

menebar turun laksana kilat menyambar, si kakek 

masih mampu berusaha menangkis dengan dua 

tendangan yang mengeluarkan gelombang angin 

sakti. 

 

Bersamaan dengan itu dengan kecepatan luar biasa 

dia segera menyingkir karena maklum serangan 

yang datang dari Kuburan penulis ayan itu bukan olah-olah 

dahsyat berbahayanya!  

Dia berhasil menyelamatkan diri. Tapi kuda hitam 

besar Laekakienam yang tadi disandarinya tertimpa 

jaring, langsung dibuntal dicabik-cabik hangus 

sekujur tubuhnya! 

Untuk beberapa lamanya tempat itu dilanda 

kesunyian mencekam. Lalu dirobek oleh suara 

raungan penulis gay . Namun suara raungan ini lenyap 

begitu ada suara tawa mengekeh mengumandang di 

tempat itu! 

penulis gay  angkat sosoknya yang bersujud. arwah penulis sedeng  

turunkan dua tangannya yang menutupi wajah. 

Hantu Langit Terjungkir sibakkan rambut yang 

menutupi mukanya. Semua mata ditujukan ke arah 

datangnya suara tawa mengekeh. 

Di depan sana berdiri seorang berjubah hitam. Tidak 

dapat dipastikan apakah dia seorang manusia atau 

penjelmaan roh yang gentayangan. Kepala dan 

mukanya berbentuk tengkorak. Anehnya di batok 

kepalanya bertumbuhan rambut-rambut warna putih. 

Matanya yang hanya berupa rongga besar 

memancarkan cahaya merah angker. Dua tangan-

nya yang tersembul keluar dari ujung lengan jubah 

hitam merupakan tulang-tulang putih. Tiba-tiba 

rambut-rambut putih itu berjingkrak kaku ke atas 

seperti kawat. Dari rongga matanya cahaya merah 

memancar keluar laksana lidah api. Lalu dari 

mulutnya yang penuh susunan gigI-gigi besar 

mengerikan kembali keluar suara tawa mengekeh. 

 

"Makhluk jerangkong ..." desis Hantu Langit 

Terjungkir. 

"Kalau aku tidak salah menduga dia adalah jahanam 

yang dipanggil dengan sebutan Junjungan.Yang 

konon kabarnya adalah guru Hantu Santet Laknat. 

Pasti tadi dia yang melancarkan serangan Api lblis 

Penjaring Roh! Astaga, lihat siapa yang berdiri di 

sampingnya!"  

 

Hantu Langit Terjungkir buka matanya lebar-lebar. 

Yang saat itu tegak disebelah makhluk jerangkong 

sang Junjungan bukan lain adalah Hantu Bara 

Kaliatus, murid Hantu Santet Laknat. Bekas suami 

Luhsentini! 

"Cucu muridku Hantu Bara Kaliatus! Orang-orang 

yang kita cari sudah ditemukan! Kematian sudah 

menjadi bagian mereka Kau tunggu apalagi?!" Sang 

Junjungan keuarkan ucapan. Lalu tangan kirinya 

yang hanya merupakan tulang-tulang putih itu 

diusapnya ke punggung Hantu Bara Kaliatus. 

Usapan ini bukan usapan biasa karena bersamaan 

dengan itu makhluk jerangkong susupkan sebagian 

hawa sakti ke dalam tubuh Hantu Bara Kaliatus. 

Saat itu juga Hantu Bara Kaliatus merasa tubuhnya 

lebih ringan namun sekaligus darahnya menggejolak 

aneh, membawa amarah luar biasa. Ketika dia 

menyeringai dan mulutnya terbuka kelihatan ada 

kobaran api di dalam mulut itu. 

 

Seperti diketahui sampai saat itu di dalam perut 

Hantu Bara Kaliatus masih mendekam putuhan bara 

api yang sebelumnya berada di kepala, dada dan 

perutnya. 

"Tunggu dulu!" tiba-tiba Hantu Langit Terjungkir 

berseru ketika dilihatnya Hantu Bara Kaliatus 

melangkah mendekati penulis gay  dengan tangan kiri 

yang disambung besi warna biru dipentang di atas 

kepala, siap 'untuk dipukulkan.  

 

"Hantu Bara Kaliatus! Pasal lantaran apa kau 

hendak membunuh penulis gay ?!"  

"Cucu muridku Hantu Bara Kaliatus, kau tak usah 

menjawab pertanyaan tua bangka gila itu! Lekas 

bunuh penulis gay ! Biar aku yang menghadapi monyet 

tua itu!" Berkata sang Junjungan. 

"Terima kasih kau mau membantuku sang 

Junjungan. Tapi jika kau tidak keberatan wahai 

Junjungan biar aku beritahu padanya pasal lantaran 

apa aku ingin menghabisi keparat bebama penulis gay  

ini!" 

Sang Junjungan kelihatan tidak begitu senang 

dengan ucapan Latandai alias Hantu Bara Kaliatus 

itu. Tapi dia akhirnya anggukkan kepala. Hantu Bara 

Kaliatus lalu berpaling pada Hantu Langit Terjungkir. 

"Agar kau tahu!" kata Hantu Bara Kaliatus pula. 

"Makhluk bernama penulis gay  yang sepasang kakinya 

ditancapi Bola-Bola lblis itu sudah sejak lama 

menjadi musuh besarku. Belum sempat aku 

membalaskan sakit hati dendam kesumat, tahu-tahu 

dia main gila bergendak-gendak dengan istriku. Dia 

merampas arwah penulis sedeng  dari tanganku!" 

"Mulutmu kotor! Tuduhanmu keji!" teriak penulis gay  

dari dalam jaring.  

"Aku tidak pernah merampas arwah penulis sedeng ! perempuan lesbi  

itu meninggalkan dirimu karena kau berniat hendak 

membunuhnya! Otakmu sudah jadi gila karena dicuci 

oleh dukun jahat Hantu Santet Laknat! Kau bahkan 

tega hendak membunuh anak kandungmu sendiri!" 

 

"Makhluk culas bermulut keji!" arwah penulis sedeng  ganti 

mendamprat dari dalam jaring api biru.  

"Aku bukan istrimu dan aku tidak pernah berbuat 

mesum dengan lelaki itu! Kau makhluk bejat 

pencelaka pembunuh anak sendiri!" 

"Ha ... ha ... ha!" Makhluk muka tengkorak tertawa 

bergelak.  

"Kau mendapat sanggahan serta caci maki yang 

menyakitkan hati wahai cucu muridku! Apa 

jawabmu? Apa tindakanmu?!" 

Rahang Hantu Bara Kaliatus menggembung. 

"perempuan lesbi  jalang! Tunggulah! Kau bakal menerima 

bagian setelah kekasih gelapmu ini kuhabisi!" 

 

"Manusia rendah pengecut busuk! penulis gay  di dalam 

jaring tidak berdaya! Jika kau memang jantan 

keluarkan dia lebih dulu dari dalam jaring baru kau 

menghadapinya! Aku mau lihat apa kau punya 

keberanian!” 

 

Hantu Bara Kaliatus menyeringai. "Buat apa mencari 

susah kalau aku bisa membunuhnya semudah 

membalikkan tangan!" Lalu sambil semburkan dua 

bara api dari mulutnya Hantu Bara Kaliatus 

menerjang ke arah penulis gay  yang saat itu sudah 

tegak berdiri tapi masih terbungkus di dalam jaring 

api biru. 

Begitu melihat dua bara api melesat ke arahnya 

penulis gay  cepat jatuhkan diri. Dia berguling menjauh. 

Namun dia tidak mampu bergerakcepat. Lawan 

segera mengejar mendatangi. Baru saja dia 

berusaha bangkit, Hantu Bara Kaliatus telah 

menghantamkan tangan kirinya yang disambung 

dengan logam biru serta dipenuhi tonjolan-tonjolan 

lancip! 

 

Dari dalam jala dimana dirinya terkurung arwah penulis sedeng  

berusaha menyerang Hantu Bara Kaliatus dengan 

serangan tangan kosong jarak jauh. Tapi 

gerakannya tertahan. Lebih dari itu anehnya dia juga 

tidak mampu menghimpun tenaga dalamnya. Dia 

mengalami hal yang sama seperti yang terjadi 

dengan penulis gay . Kekuatannya tak mampu 

dikerahkan seolah telah disedot sirna oleh jaring api 

biru! 

"Celaka! Kalau tidak ada yang menolong, penulis gay  

pasti akan menemui ajal di tangan makhluk durjana 

itu!"  

arwah penulis sedeng  meratap tegang dalam hatinya. Saat itu 

Hantu Langit Terjungkir yang telah melihat bahaya 

yang mengancam penulis gay  dengan satu gerakan 

kilat melesat ke arah Hantu Bara Kaliatus sambil 

tendangkan kaki kanannya. Selarik gelombang angin 

yang memancarkan hawa dingin serta sinar kebiruan 

menyambar. Semula Hantu Bara Kaliatus mengang -

gap enteng dan tetap teruskan pukulannya sambil 

menggeser kedudukannya sedikit Tapi ketika 

dirasakannya tubuhnya disengat hawa dingin luar 

biasa dan lututnya menjadi goyah kagetlah dia. 

Dengan cepat Hantu Bara Kaliatus buka mulutnya 

lalu menyambar Lidah api menggebubu. Tiga bara 

menyala melesat ke arah kepala, dada dan perut 

Hantu Langit Terjungkir. Kakek yang berdiri kaki ke 

atas tangan ke bawah ini melompat ke udara. Sambil 

meniup, tubuhnya membuat gerakan jungkir balik 

demikian rupa hingga dua serangan bara api 

sanggup dikelitnya. 

 

"Cesss!"  

Bara api ke tiga dipukul mental dengan tangan kiri. 

Tapi akibatnya tangan kiri Hantu Langit Terjungkir 

luka hangus, kulitnya terkelupas. Kobaran api yang 

menggebubu keluar dari mulut Hantu Bara Kaliatus 

dihadang oleh angin biru yang melesat dari mulut 

Hantu Langit Terjungkir. Bentrokan hebat tidak 

terhindar lagi. Hantu Bara Kaliatus menjerit dan 

terhuyung ke belakang sampai tiga langkah. Dari 

mulutnya membusa darah. Hantu Langit Terjungkir 

sendiri cidera tak katah parahnya. Kumis dan 

janggutnya terbakar hangus sedang daging sekitar 

mulutnya tampak menggembung merah. Didahului 

oleh bentakan marah Hantu Langit Terjungkir 

menerjang ke arah Hantu Bara Kaliatus. 

 

"Hebat juga makhluk celaka itu!" membatin sang 

Junjungan.  

"Aku sengaja menambah hawa sakti kedalam tubuh 

Hantu Bara Kaliatus, ternyata dia masih bisa 

menciderai cucu muridku itu!"  

Sekali berkelebat makhluk jerangkong itu telah 

memotong gerakan Hantu Langit Terjungkir. Entah 

dari mana dia mengambilnya tahu-tahu sebuah 

tongkat terbuat dari tulang putih telah tergenggam di 

tangan kanannya. Ujung tongkat itu dimasukkannya 

ke salah satu matanya yang hanya merupakan 

rongga yang memancarkan sinar merah. Tiba-tiba 

menyembur kobaran api menjilat ujung tongkat. 

 

"Wusss!" 

Di ujung tongkat kini kelihatan ada api menyala! 

Barisan gigi-gigi sang Junjungan sunggingkan 

seringai aneh. Dia hantamkan tongkatnya ke depan. 

”wuuuttttt” 

Satu lingkaran api luar biasa panasnya membuntal 

ke arah Hantu Langit Terjungkir. Yang diserang tidak 

tinggal diam. Dua kaki digerakkan melancarkan 

serangan balasan. Sementara tangan kanan  

menyelinap melancarkan pukulan ke arah badan 

tongkat tulang. 

 

Lingkaran api yang hendak menggulung Hantu 

Langit Terjungkir serta merta buyar begitu terkena 

sapuan angin dingin biru yang melesat keluar dari 

dua kaki Hantu Langit Terjungkir. Melihat dia mampu 

menghancurkan serangan lawan Hantu Langit 

Terjungkir jadi bersemangat. Tenaga dalamnya 

dilipat gandakan ke arah tangan yang tengah 

berusaha memukul tongkat tulang. 

 

Sang Junjungan putar tangan kanannya. Tongkat 

tulang yang ujungnya ada apinya berputar secara 

aneh. 

"Kraaakk!" 

Hantu Langit Terjungkir berhasil memukul tongkat 

tulang itu lalu terdengar suara benda patah. 

Bersamaan dengan itu terdengar pula jeritan keras 

dari mulut Hantu Langit Terjungkir. Ternyata tulang 

lengan kanan kakek ini telah remuk terkena sabetan 

tongkat lawan! 

Karena tangannya itu juga dipergunakan sebagai 

kaki maka cidera yang dialami Hantu Langit 

Terjungkir tentu saja sangat membahayakan dirinya. 

Menyadari hal ini Hantu Langit Terjungkir segera 

lesatkan diri menjauhi lawan. 

 

Sang Junjungan tertawa mengekeh. Tangan 

kanannya yang memegang tongkat tulang putih 

digerakkan. 

Api di ujung tongkat menjilat panjang. Bergulung 

membuntal ke arah Hantu Langit Terjungkir. Kakek 

yang sedang dilanda kesakitan irii dan kini hanya 

mampu berdiri dengan tangan kiri menjadi 

kelabakan. 

 

Dia bergerak cepat kian kemari untuk hindari diri dari 

sundutan api. Sambil menghindar dia kerahkan 

hawa sakti yang memancarkan hawa dingin biru. 

Namun sambaran gulungan api demikian hebatnya 

hingga dia terkurung rapat. Kemanapun dia 

berusaha menyingkir kobaran api datang 

membuntal. Sebagian rambut dan pakaiannya sudah 

ada yang kena disulut api! 

 

arwah penulis sedeng  yang melihat kejadian ini jadi serba 

bingung. Dia tidak mampu menolong. Lagi pula 

kalaupun dia bisa memberikan bantuan,siapa yang 

harus ditolongnya dan apa yang bisa dilakukannya. 

Karena saat itu penulis gay  juga sedang terancam 

nyawanya. 

 

Kepalanya siap menjadi sasaran tangan kiri Hantu 

Bara Kaliatus yang terbuat dari logam keras penuh 

tonjolan-tonjolan runcing! Akhirnya dari dalam jala 

arwah penulis sedeng  hanya bisa berteriak memohon. 

 

"Hantu Bara Kaliatus! Jangan bunuh penulis gay ! Aku 

mohon! Jangan bunuh dia!" 

"Ha ... ha...!" Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak 

"Kau takut kehilangan gendakmu ini! Lihat! Buka 

matamu lebar-lebar arwah penulis sedeng ! Lihat bagaimana 

kekasih gelapmu ini menemui kematian!" 

 

Tangan kiri Hantu Bara Kaliatus laksana pentungan 

besi menghantam ke batok kepala penulis gay  

Sementara itu dalam keadaan terdesak hebat, 

pakaian dan tubuhnya dikobari api yang disulut 

tongkat sang Junjungan, Hantu Langit Terjungkir 

tidak perdulikan lagi keselamatan dirinya. Melihat 

bagaimana penulis gay  sesaat lagi akan menemui ajal 

secara mengerikan di tangan Hantu Bara Kaliatus 

maka kakek ini cepat berteriak keras. 

"Latandai! Jangan bunuh penulis gay ! Dia saudara 

kandungmu!" 

  

SEANDAINYA ada petir menyambar di depan 

hidungnya saat itu mungkin tidak demikian hebat kejut 

Latandai alias Hantu Bara Kaliatus. 

 

Gerakan tangan kirinya hendak menghabisi penulis gay  

serta merta tertahan. Dua matanya mendelik besar 

memandangi Hantu Bara Kaliatus lalu berpaling pada 

Hantu Langit Terjungkir. 

 

Yang terkejut bukan cuma Hantu Bara Kaliatus. 

penulis gay  yang sebelumnya sudah pasrah menghadapi 

kemalian tersentak kaget, memandang pada Hantu 

Bara Kaliatus lalu menoleh pada Hantu Langit 

Terjungkir. 

 

Di dalam jaring arwah penulis sedeng  tekapkan salah satu 

tangannya ke mulut, menahan seruan kaget yang 

hampir meluncur dari mulutnya. 

"Hantu Bara Kaliatus saudara kandung penulis gay ? 

Bagaimana mungkin?!"  

arwah penulis sedeng  melihat Hantu Langit Terjungkir dongakkan 

kepala ke langit Dua matanya terpejam. Mulutnya 

berkomat kamit. Orang tua itu seperti tengah berdoa. 

"Jangan-jangan orang tua itu benar-benar miring 

otaknya!" pikir arwah penulis sedeng . 

 

Sang Junjungan termasuk orang yang ikut terkejut. 

Walau keterkejutan itu tidak terlihat pada muka 

tengkoraknya, gerakan tertahan dari tangan kanannya 

yang memegang tongkat tulang berapi jelas mem 

perlihatkan hal itu. Namun makhluk ini cepat kuasai diri. 

Dia berteriak keras. 

"Hantu Bara Kaliatus! Jangan dengar ucapan tua 

bangka gila yang sebentar lagi akan gosong dimakan 

api tongkatku! Bunuh penulis gay ! Cepat! Dia bukan 

saudaramu! Jangan kau kena ditipu! Bunuh penulis gay !"  

"Jangan! Latandai! Jangan bunuh penulis gay ! Demi para 

Dewa! Aku bersumpah! penulis gay  benar-benar saudara 

kandungmu!" teriak Hantu Langit Terjungkir. 

"Hantu Bara Kaliatus! Jangan dengarkan tua bangka 

gila ini!" sang Junjungan kembali berteriak lalu  

 

"bukkk!"  

kaki kanannya ditendangkan ke perut Hantu Langit 

Terjungkir. Kakek yang pakaiannya telah dimangsa api 

ini terpental satu tombak, terguling-guling di tanah. 

Makhluk muka tengkorak cepat mengejar. Pada saat 

tubuh Hantu Langit Terjungkir berhenti berguling dia 

tusukkan ujung tongkat berapinya ke leher si kakek! 

 

Sementara itu untuk sesaat Hantu Bara Kaliatus masih 

tertegun dalan keterkejutannya. Namun di lain kejap 

begitu dendam kesumat kembali melanda dirinya, 

apalagi mendengar teriakan sang Junjungan berulang 

kali, tanpa ragu dia teruskan hantaman tangan kirinya 

yang terbuat dari besi biru ke kepala penulis gay . 

 

Hanya tinggal sejengkal lagi tangan besi itu akan 

merengkahkan kepala penulis gay  tiba-tiba ada sebuah 

benda biru melesat dari atas. Cepat sekali benda ini 

menggulung jala api biru lalu menariknya ke udara.  

 

Akibatnya hantaman Hantu Bara Kaliatus hanya 

mengenai tempat kosong. Marah sekali Hantu Bara 

Kaliatus mendongak ke atas untuk melihat siapa 

kiranya yang telah meyelamatkan penulis gay . Tangan 

kanannya siap melepaskan pukulan Selusin Bianglala 

Hitam. Begitu dia melihat siapa di atas sana 

menggelegarlah bentakan Hantu Bara Kaliatus. 

 

"Peri penulis colera ! Peri jahanam! Lagi-lagi kau 

mencampuri urusanku! Aku tahu kau menaruh hati 

pada manusia satu ini! Jangan harap kau bakal 

mendapatkannya hidup-hidup!" Habis berteriak 

penuh marah begitu Hantu Bara Kaliatus pukulkan 

tangan kanannya.Masih kurang puas dia barengi 

serangan tangan itu dengan semburan dua buah 

bara api! Selusin sinar hitam berkiblat menyambar 

ke arah sosok penulis gay  yang berada dalam jaring 

api biru, tergantung-gantung di udara. lnilah pukulan 

ganas bernama Selusin Bianglala Hitam. Dengan 

pukulan inilah puluhan tahun lalu Hantu Bara 

Kaliatus mencelakai anaknya yang saat itu masih 

seorang bayi. (Baca Episode berjudul Hantu Bara 

Kaliatus) 

 

Namun pukulan sakti serta semburan dua bara api 

tidak mampu mengenai penulis gay  karena jala api biru 

di dalam mana penulis gay  berada dan tergantung 

telah lebih dulu ditarik tinggi ke udara. 

Di atas sana, Peri penulis colera  yang duduk di atas 

penulis colera  melayang berputar dua kali lalu 

turunkan penulis gay  dl satu tempat yang dianggapnya 

aman. 

 

Tidak berhasil menyerang Peri penulis colera , Hantu 

Bara Kaliatus tumpahkan amarahnya pada 

arwah penulis sedeng . Sekali menyergap dia langsung 

hamburkan lima bara api ke arah bekas istrinya itu. 

arwah penulis sedeng  keluarkan jeritan keras. Jeritannya ini bukan 

sepenuhnya jerit ketakutan tapi lebih banyak 

merupakan jerit penyesalan karena belum sempat 

membalaskan sakit hati dendam kesumat terhadap 

lelaki itu, kini justru dia sendiri yang bakal menemui 

kematian secara mengenaskan! 

 

Sambil menjerit arwah penulis sedeng  cepat jatuhkan diri. Dia 

berhasil menghindarkan dua sambaran bara api, 

namun tiga bara api lainnya yang melesat ke arah dada 

dan perutnya, tak sanggup dikelit apalagi ditangkis!  

 

Sebelum ajal berpantang mati. ltulah yang terjadi 

dengan arwah penulis sedeng . Sesaat lagi tiga Bara Setan 

Penghancur Jagat yang disemburkan Hantu Bara 

Kaliatus akan menembus tubuh perempuan lesbi  itu, tiba-

tiba serangkum sambaran angin melanda sosok Hantu 

Bara Kaliatus. Demikian hebatnya sambaran ini hingga 

membuat Hantu Bara Kaliatus terpental dua tombak 

lalu terjengkang di tanah. Ketika dia memperhatikan 

keadaan sekelilingnya, terkejutlah dia. Tanah di tempat 

mana dia barusan jatuh terbanting melesak sampai 

setengah jengkal. Tapi dia sendiri tidak merasa sakit. 

 

Tidak ada bagian tubuhnya yang cidera. Hantu Bara 

Kaliatus cepat bangkit berdiri. Memandang ke depan 

kemudian dia melihat seorang gadis lesbi  tinggi semampai, 

berparas cantik jelita tegak sambil tersenyum dingin 

padanya. Di keningnya melekat sekuntum bunga 

tanjung pink . Jelas si baju biru bukan lain adalah 

arwah penulis ayan . 

 

"Aku rasa-rasa pernah melihat dia di mana. Jika tadi 

dia berniat jahat aku pasti sudah cidera berat," 

membatin Hantu Bara Kaliatus. 

"Kerabat berpakaian biru, apa hubunganmu dengan 

perempuan lesbi  laknat bernama arwah penulis sedeng  itu hingga mau-

mauan menolongnya? Lekas terangkan siapa dirimu 

adanya!" 

arwah penulis ayan  kembali tersenyum. "Semua insan di dunia ini 

dilahirkan dari dan di dalam kasih sayang. Mengapa 

kau berpikiran dangkal membunuh seorang perempuan lesbi  

yang sesungguhnya adalah bagian dari kasih sayang 

itu sendiri?" 

 

Sesaat Hantu Bara Kaliatus jadi terkesima mendengar 

kata-kata gadis lesbi  cantik berpakaian biru itu. Namun 

kemudian amarahnya timbul kembali. 

"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu! Tapi ingin 

kukatakan, kau tidak tahu siapa adanya perempuan lesbi  

yang barusan kau tolong itu! Dia adalah seorang istri 

sesat, pengkhianat suami! Kabur dan menjadi gendak 

lelaki bernama penulis gay  yang barusan ditolong oleh 

Peri celaka itu!" Hantu Bara Kaliatus menunjuk ke arah 

kejauhan di mana Peri penulis colera  menurunkan sosok 

penulis gay . 

 

"Kemarahan bisa membuat seseorang sesat bicara. 

Dendam kesumat bisa membuat insan melupakan 

kasih. Hasutan bisa menimbulkan bencana. Kalau 

benar perempuan lesbi  itu adalah seorang istri sesat, dan 

kalau aku boleh bertanya, siapa gerangan suaminya 

sebelumnya?" 

 

Air muka Hantu Bara Kaliatus berubah, tegang 

membesi. Rahangnya menggembung dan gerahamnya 

mengeluarkan suara bergemeletak. Untuk beberapa 

saat lamanya dia tak bisa membuka mulut dan hanya 

memandang pada gadis lesbi  baju biru dengan mendelik 

besar. 

"Wahai, kau tidak menjawab, berarti mungkin kaulah 

bekas suaminya. Benar begitu?" 

Hantu Bara Kaliatus masih membungkam. Lalu dia 

maju satu langkah. Sanbil menuding tepat-tepat pada 

gadis lesbi  baju biru dia bekata.  

 

"Lekas kau menyingkir dari tempat ini! Jangan mengira 

aku tidak tega membuatmu celaka!" 

"Hawa amarah masih menguasai dirimu. Padahal aku 

yakin di lubuk hatimu masih ada rasa kasihan. Baik, 

aku akan pergi dari sini. Tapi aku akan membawa serta 

perempuan lesbi  dalam jala itu!" 

 

"Kalau begitu biar kau sekalian kupasung dalam jala 

api biru!" Hantu Bara Kaliatus lalu pukulkan tangan 

kirinya. Maka dari tonjolan-tonjolan yang ada di tangan 

besinya melesat keluar larikan-larikan sinar biru 

menyala. Larikan-larikan sinar yang panas luar biasa ini 

bergerakmembentuk jaring lalu menebar kearah gadis lesbi  

berpakaian biru! 

 

"Wahai, jaringmu sungguh hebat Tak pernah kulihat 

ilmu langka ini sebelumnya. Sayang kau miliki dan kau 

pergunakan untuk perbuatan sesat!" 

 

Habis berkata begitu gadis lesbi  baju biru ini angkat dua 

tangannya ke atas lalu didorongkan. Dorongannya 

perlahan saja. Sambil mendorong dua tumitnya 

berjingkat.  

 

Gerakannya lemah gemulai seperti seorang penari. 

Namun kekuatan yang ketuar dari dorongan tangan itu 

sungguh luar biasa. Jaring Api lblis Penjaring Roh yang 

hendak melibas dirinya terangkat ke atas. Si gadis lesbi  

gerakkan lagi dua tangannya. Seperti mengikuti 

gerakan dua tangan si gadis lesbi  jaring itu melayang ke kiri 

lalu di satu tempat diturunkan ke tanah. 

 

Kejut Hantu Bara Kaliatus bukan alang kepalang. Jika 

gadis lesbi  itu mampu mengendalikan jala Api lblis Penjaring 

Roh, dan jika dia mau, bukan mustahil dia bisa 

menjebloskan dirinya ke dalam jala miliknya sendiri! 

Walau bisa berpikir seperti itu namun Hantu Bara 

Kaliatus masih jauh dari rasa sadar.  

"Kau punya ilmu! Aku mau lihat apakah kau bisa 

menerima ini!" Didahului bentakan keras Hantu Bara 

Kaliatus semburkan lima bara menyala. Dua tangannya 

ikut bekerja. Melepas serangan Selusin Bianglala 

Hitam. 

Dua puluh empat larik sinar hitam dengan dahsyatnya 

menghantam ke arah gadis lesbi  berpakaian biru. Melihat 

serangan luar biasa begitu rupa, arwah penulis ayan  tak mau 

berlaku ayal. Dia membuat gerakan aneh. Tubuhnya 

melesat miring ke atas. Lima bara menyala lewat di sisi 

kiri kanan. Bersamaan dengan itu dua tangannya 

dipukulkan ke depan. Tak ada terdengar deru angin, 

takada kelihatan cahaya berwarna. Namun dua 

serangan tangan kiri kanan Hantu Bara Kaliatus yang 

memancarkan dua puluh empat larikan kelihatan 

tertahan di udara. Si gadis lesbi  tukikkan dua tangannya ke 

bawah ke arah tanah. Dua puluh empat larikan sinar 

hitam ikut luruh kearah bawah dan menghujam amblas 

di tanah. Meninggalkan kepulan asap hitam setinggi 

dua tombak! 

 

Hantu Bara Kaliatus berteriak marah. Dia kerahkan 

seluruh tenaga dalam yang dimilikinya lalu tumit 

kirinya dihentakkan ke tanah hingga kakinya 

melesak sampai satu jengkal. Akibat hentakan ini 

secara aneh dua dari dua puluh empat larikan hitam 

Selusin Bianglala Hitam yang telah dilumpuhkan dan 

luruh ke tanah, tiba-tiba melesat ke atas lalu 

menderu kearah arwah penulis ayan . 

 

Tidakmenyangka akan kejadian seperti itu si gadis lesbi  

terlambat menghindar. 

"Wusss!" 

"Wusss!" 

Dua larik sinar hitam menyambar tubuh arwah penulis ayan  di 

bagian pinggul dan bahu sebelah kanan. Si gadis lesbi  

terpekik kaget Mukanya langsung pucat Pakaiannya 

terbakar pada dua tempat yang barusan dilanda 

serangan. Dia cepat menepuk-nepuk memadamkan 

api. Begitu api padam, dari robekan hangus 

pakaiannya di dua tempat tersembul kulitnya yang 

seharusnya putih mulus itu kini kelihatan berbercak 

kehitam-hitaman. 

 

Masih untung kulitnya tidak terluka sampai ke dalam. 

Walau orang sudah menciderai dirinya namun si 

gadis lesbi  masih bisa berucap. "Sayang .... Sungguh 

sayang. Lagi-lagi kepandaian dan limu tinggi 

dipergunakan dalam kesesatan. Hantu Bara 

Kaliatus, kau perlu istirahat Kau perlu memicingkan 

mata barang beberapa jenak agar otak dan hatimu 

bersih."  

Selesai mengeluarkan ucapan itu si gadis lesbi  mengusap 

mukanya sendiri lalu meniup ke arah Hantu Bara 

Kaliatus. 

 

 

GADlS baju biru, Aku ingat! Kau bernama arwah penulis ayan !" 

tiba-tiba Hantu Bara Kaliatus berteriak.  

"llmu kepandaianmu boleh tinggi tapi jangan harap kau 

bisa menenung diriku!" 

Habis berkata begiti Hantu Bara Kaliatus siap hendak 

menghantam kembali. Tapi tiba-tiba dia merasakan 

matanya menjadi berat. Kantuk yang amat sangat 

menyerangnya tak tertahankan. Terhuyung-huyung dia 

melangkah mendekati sebatang pohon. Sebelum 

sampai ke pohon itu tubuhnya sudah limbung lalu 

perlahan-lahan jatuh ke tanah. 

 

"gadis lesbi  kurang ajar! Apa yang kau lakukan terhadap 

cucu muridku?!" 

Satu suara membentak. Satu bayangan hitam 

berkelebat. ltulah sosok sang Junjungan yang saat itu 

sebenarnya sudah siap untuk kabur dari tempat itu. 

Tapi melihat Hantu Sara Kaliatus jatuh tergeletak di 

tanah dan tak bergerak lagi dia menyempatkan diri 

untuk menyelidiki. gadis lesbi  yang dibentak tidak segera 

menjawab karena keburu tergagau ketika melihat siapa 

dan bagaimana keadaan orang yang barusan 

membentaknya. 

 

"Kau! Waktu Api lbiis Penjaring Roh menyerangmu, 

kau menangkis dan mematahkannya dengan llmu 

Tangan Dewa Merajam Bumi! Lalu waktu dua puluh 

empat sinar hitam pukulan Selusin BiancJala Hitam 

menggempurmu kau menangkis dengan jurus pukulan 

bernama Kasih Mendorong Bumi! Lekas katakan apa 

hubunganmu dengan seorang nenek sakti berjuluk 

Hantu Lembah Laekatakhijau?!" 

 

Walau rasa terkejut mendengar si muka tengkorak 

menyebut nama gurunya bahkan mengetahui jurus 

jurus ilmu serangan sakti yang tadi dilancarkannya 

menghadapi serangan Hantu Bara Kaliatus, namun 

arwah penulis ayan  layangkan senyum. Dengan demikian dia 

berhasil menutupi perubahan di wajahnya yang jelita. 

"Makhluk bermuka tengkorak, matamu sungguh tajam 

pertanda pengalamanmu sangat luas. Sayang aku 

tidak kenal siapa kau adanya. Tadi kau berniat hendak 

pergi dari sini. Mengapa tidak diteruskan?" 

 

Sang Junjungan merasa jengkel karena pertanyaannya 

tidak dijawab. Namun dia tak mau menghabiskan waktu 

bicara berpanjang-panjang. Dia berpaling pada Hantu 

Bara Kaliatus. Makhluk Jerangkong berjubah hitam itu 

merasa heran karena dia melihat cucu muridnya itu 

mati tidak, pingsan juga tidak. Tapi tertidur lelap! 

 

"Aku menghadapi orang-orang berkepandaian tinggi. 

Walau sakit hati, hari ini sebaiknya aku mengalah!" 

membatin sang Junjungan. Lalu dengan tongkat tulang 

putih yang tak kelihatan lagi nyala api di ujungnya 

makhluk jerangkong ini menuding kearah arwah penulis ayan . 

"Hari ini untuk pertama kali aku melihatmu. Jika kita 

bertemu lagi di kali ke dua mungkin urusan tidak 

semudah ini bagimu! Kecantikan dan kebagusan 

tubuhmu tidak meluruhkan hatiku untuk tidak 

membakarmu hidup- hidup!" 

 

Habis berkata begitu makhluk jerangkong sorongkan 

ujung tongkat tulangnya ke kuduk pakaian Hantu 

Bara Kaliatus. Sekali dia gerakkan tangannya maka 

sosok besar Hantu Bara Kaliatus jatuh tertelungkup 

di atas bahu kirinya. Saat itu juga ada orang 

berteriak. 

"Mahkluk jerangkong! Jangan kau berani membawa 

orang itu. Tinggalkan dia di tempat ini!" 

Yang berteriak ternyata adalah Hantu Langit 

Terjungkir. Saat itu dia terduduk di tanah sambil 

pegangi lengannya yang patah. Luka-luka bakar 

memenuhi sebagian tubuhnya. Ketika arwah penulis ayan  

memandang ke arah si kakek kagetlah gadis lesbi  ini. 

Karena disamping Hantu Bara Kaliatus saat itu 

berdiri seorang berjubah hitam yang mukanya 

tertutup oleh tanah liat dan diberi jelaga hitam. 

 

"Orang itu. Dia muncul kembali ..." kata arwah penulis ayan  

dalam hati.  

"Mungkin sekali ini aku terpaksa bicara keras 

terhadapnya. Tapi apakah kasih memang mengajar 

kan aku harus berlaku seperti itu?!" 

Sang Junjungan tidak perdulikan teriakan Hantu 

Bara Kaliatus. Dengan cepat dia berkelebat hendak 

tinggalkan tempat itu. Tapi arwah penulis ayan  cepat meng 

hadangnya. 

"Menyingkirlah atau kugebuk mukamu yang cantik 

sampai cacat!"  

Mahkluk jerangkong mengancam dan angkat tongkat 

tulang di tangan kirinya ke atas, siap dipukulkan ke 

wajah arwah penulis ayan . Si gadis lesbi  tetap tenang. Malah 

berkata.  

 

"Kau dengar orang meminta. Mengapa sosok yang 

kau panggul itu tidak segera kau turunkan saja? 

Perlu apa berjalan dengan beban seberat itu?" 

Makhluk jerangkong menyeringai. Dia melirik ke arah 

orang bermuka hitam di sebelah si gadis lesbi . Agaknya 

bukan ucapan arwah penulis ayan  tadi yang jadi bahan 

pertimbangannya. 

 

"Ucapanmu yang terakhir mungkin benar. Kau 

inginkan orang ini silahkan ambil!" Sang Junjungan 

gerakkan bahu kirinya. Sosok Hantu Bara Kaliatus 

terlempar ke arah arwah penulis ayan . Selagi gadis lesbi  ini 

kebingungan apakah akan menanggapi sosok Hantu 

Bara Kaliatus atau membiarkannya saja jatuh 

bergedebuk di tanah, makhluk jerangkong secepat 

kilat menggebukkan tongkat putihnya ke wajah si 

gadis lesbi ! 

 

Mendapat serangan seperti itu arwah penulis ayan  segera 

gerakkan dua tangannya kedepan. Bersamaan 

dengan itu dia sambut sosok Hantu Bara Kaliatus 

dengan bahu kirinya. Begitu bahunya digoyangkan 

maka tubuh Hantu Bara Kaliatus terjatuh ke depan. 

Dengan kaki kanannya arwah penulis ayan  sambut tubuh itu 

lalu sambil meneruskan gerakan dua tangannya, 

tubuh Hantu Bara Kaliatus diletakkannya di tanah! 

 

Makhluk jerangkong berseru kaget ketika tahu-tahu 

dapatkan tongkat tulang putihnya tidak ada lagi di 

tangannya. Memandang ke depan dilihatnya benda 

itu sudah berada dalam genggaman gadis lesbi  berbaju 

biru! 

"Dia mampu meiakukan dua gerakan sekaligus! 

Menanggapi sosok yang kulemparkan dan meram-

pas tongkat tulangku!" Si muka tengkorak berjubah 

hitam membatin lalu lagi-lagi dia melirik ke arah 

orang bermuka hitam. 

 

"Lebih baik aku cari selamat! Perduli amat dengan 

Latandai!" Tanpa banyak bicara lagi sang Junjungan 

segera berkelebat tinggalkan tempat itu. Untuk 

meminta tongkatnya kembalipun dia tidak ingat. 

Sebaliknya arwah penulis ayan  yang memang tidak 

memerlukan tongkat tersebut segera melemparkan 

nya ke arah makhluk jerangkong. 

"Wuuuttt.. sett!" 

Tongkat tulang itu menyusup di sisi kiri jubah hitam 

sang Junjungan, terus menembus sampai ke bagian 

kanan. Akibatnya gerakan larinya itu terjegal 

terserimpung. Tak ampun lagi dia tersungkur tung-

gang langgang. Muka tengkoraknya berkelukuran di 

tanah. Sambil menyumpah panjang pendek orang ini 

bangkit berdiri lalu tinggalkan tempat itu diiringi 

suara tawa cekikikan arwah penulis ayan . 

 

"arwah penulis ayan , aku perlu bicara dengan Hantu Bara 

Kaliatus. Harap kau buat dia bangun dari tidurnya!" 

Ucapan Hantu Langit Terjungkir itu membuat 

arwah penulis ayan  hentikan tawanya. gadis lesbi  ini menatap ke 

arah Hantu Bara Kaliatus lalu usap mukanya dua kali 

dan meniup. Saat itu juga sosok Hantu Bara Kaliatus 

tampak bergerak Dia bangkit berdiri sambil 

memandang berkeliling, berpikir-pikir dan berusaha 

mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia 

dapatkan sang Junjungan tak ada lagi di tempat itu.  

 

Malah di samping arwah penulis ayan  kini berdiri orang yang 

mukanya dilapisi tanah liat hitam, dikenal dengan 

julukan Si Penolong Budiman. Jauh di sebelah sana 

Peri penulis colera  kelihatan tegak di samping 

penulis gay . Terpincang-pincang karena kini hanya 

pergunakan satu tangan sebagai kaki, Hantu Langit 

Terjungkir mendekati Hantu Bara Kaliatus. 

 

"Latandai, ikuti aku ke tempat penulis gay  berada. Kita 

bertiga perlu bicara," berkata Hantu Langit 

Terjungkir. Dia memandang pada arwah penulis sedeng  dan 

arwah penulis ayan  lalu juga pada si muka tanah liat  

"Tidak ada salahnya kalian turut mendengar apa 

yang hendak kami bicarakan. Kelak kalian semua 

bisa menjadi saksi dari satu kenyataan hidup yang 

gelap dan selama ini tersembunyi seolah terpuruk di 

kerak bumi." 

 

"Tua bangka buruk! Aku tidak ada urusan 

denganmu!" Hantu Bara Kaliatus menjawab. Tanpa 

banyak bicara dia segera hendak berkelebat pergi. 

Hantu Langit Terjungkir cepat menghalangi. 

"Latandai, ini bukan urusan main-main ...." 

"Kau menyebut begitu! Kau tua bangka gila! Kalian 

di sini gila semua!" Saking marahnya karena merasa 

dihalangi Hantu Bara Kaliatus lalu tendangkan kaki 

kanannya ke bawah. Karena orang tua ini tegak 

dengan kaki ke atas kepala ke bawah maka dengan 

sendirinya tendangan itu mengarah ke kepalanya. 

Dalam keadaan tangan kanan patah dan tubuh 

penuh luka, Hantu Langit Terjungkir tidak mampu 

berbuat banyak. Gerakannya menghindar terlalu 

lambat Kaki kanan Hantu Bara Kaliatusmeluncur 

deras dan ganas ke kepalanya. 

 

Orang berjubah hitam yang wajahnya dilapisi tanah 

liat hitam cepat hendak bergerak berikan perto 

longan. Tapi arwah penulis ayan  mendahului dengan satu 

teriakan. . 

"Latandai! Jangan berlaku bodoh! Mungkin orang tua 

yang hendak kau bunuh itu adalah ayah kandungmu 

sendiri!" Kaget Hantu Bara Kaliatus bukan alang 

kepalang. Gerakannya menendang jadi tertahan. Dia 

membeliak besar ke arah arwah penulis ayan . 

"Jangan kau berani mengada-ada! Apa maksud 

ucapanmu tadi?!" bentak Hantu Bara Kaliatus. 

"Kalau kau ingin tahu jawabnya, penuhi permintaan 

orang tua itu. Dia mengajakmu bicara dengan 

penulis gay . Antara kalian agaknya ada pertalian darah 

yang bukan main-main ...." 

 

"Apapun yang ada di balik semua kegilaan ini aku 

tidak akan pernah mengakui bangsat tua ini adalah 

ayahku! Juga tidak akan pernah mengakui penulis gay  

adalah saudaraku!"  

 

Habis berkata begitu Hantu Bara Kaliatus meludah 

ke tanah lalu berkelebat tinggalkan tempat itu. 

"Latandai!" seru Hantu Langit Terjungkir 

memanggil.Terpincang-pincang jatuh bangun dia 

berusaha mengejar Hantu Bara Kaliatus namun  

arwah penulis ayan  cepat mencegahnya. 

"Kek, sia-sia saat ini kau memaksa bicara dengan 

Hantu Bara Kaliatus. Hati dan pikirannya dibungkus 

oleh perasaan sombong serta hawa amarah yang 

membuat dia tidak mau mengerti perasaan orang 

lain...." 

 

"Aku ...." Hantu Langit Terjungkir gulingkan badan 

nya ke bawah. Dia tak kuasa melanjutkan 

ucapannya karena tenggorokannya keburu diganjal 

oleh sesenggukan. Setengah meratap orang tua ini 

berucap. 

"Aku tidak menyalahkan dirinya. Kenyataan ini sung 

guh berat untuk diterima oleh siapapun ...." 

"Kek," kata arwah penulis ayan  pula.  

"Mungkin aku telah mengeluarkan ucapan salah. 

Tadi aku mengatakan kau mungkin adalah ayahnya 

sendiri. Agaknya itu yang membuat Hantu Bara 

Kaliatus marah besar. Aku tidak mengerti mengapa 

sampai bicara begitu. Aku mohon maafmu. Tapi 

terus terang seperti ada satu alur perasaan dalam 

hatiku yang tiba-tiba menyatu dengan alur perasaan 

yang ada dalam dirimu ... ;" 

"Kau tidak bersalah wahai gadis lesbi  bernama arwah penulis ayan . 

Latandai, seperti penulis gay  adalah anakku. Anak 

kandung darah dagingku. Aku yakin benar hal itu. 

Tanda yang ada di lengan Latandai, juga yang 

terdapat di lengan penulis gay  tak dapat dipungkiri ...." 

Air mata bercucuran di pipi orang tua itu. 

 

"Kek, untuk sementara biar kau menenangkan diri. 

Tanganmu cidera. Sekujur tubuhmu penuh luka 

bakar. Aku akan berusaha menolongmu sebisaku ..." 

 

"Terima kasih. Kau 


Related Posts:

  • bobo bertemu musuh 1 "celaka!" kata luhsantlnl setengah berseru. "jangan-jamgan klta datang terlambat! percepat larimu arwah penulis ayan !" luhclnta dan luhsantlnl sampal dl puncak buklt batu kawin. arwah penulis a… Read More