anak baik. Hatimu tutus dan
penuh kasih. Kalau saja aku punya anak perempuan lesbi
atau menantu sepertimu, hidupku tentu penuh
bahagia. Tapi aku ingin kau membawa aku lebih
dulu menemui penulis gay di bukit kecil sana ...."
Hantu Langit Terjungkir menunjuk ke arah kejauhan
di mana tadi Peri penulis colera menurunkan sosok
penulis gay . Tapi ketika semua orang memandang
kesana mereka jadi terkejut Peri penulis colera dan
juga penulis gay tak ada lagi di tempat itu.
"Anak itu .... Kemana dia pergi. Dia tak mungkin
berjalan sendiri. Ada seseorang yang membawanya.
Aku masih belum berkesempatan untuk menerang
kan padanya .... penulis gay anakku ...." Kembali Hantu
Langit Terjungkir menangis terisak-isak.
"Kek, biar aku mendukungmu, membawa ke tempat
lebih baik untuk dirawat," orang berjubah hitam
bermuka tanah liat tiba-tiba mendekat lalu
mendukung si kakek di bahu kirinya.
"Tak jauh dari sini ada sebuah telaga di kaki bukit
kecil. Untuk sementara kurasa itu tempat yang baik
bagimu.
"Si muka tanah liat berpaling pada arwah penulis ayan .
"Aku mendukung kakek ini, harap kau menolong
perempuan lesbi di dalam jaring ...."
"Orang bermuka aneh, aku tahu tadi kau yang
menolong aku dari bahaya maut tangan ganas
makhluk muka tengkorak itu. Dia begitu ketakutan
melihat Pukulan Menebar Budi yang kau lepaskan
untuk menyelamatkan nyawaku. Pukulan itu
menandakan kau adalah yang selama ini dijuluki Si
Penolong Budiman. Tapi wahai, siapakah kau
sebenarnya?"
Dibalik tanah liat yang membungkus wajahnya si
jubah hitam tersenyum rawan. Dengan suara
perlahan dia berkata.
"Kita orang-orang bernasib sama. Derita gelap
kehidupan kita sama beratnya. Rahasia yang
membalut dirimu telah mulai terungkap. Sedang aku
entah kapan mendapat berkah para Dewa untuk
dapat pula menyingkapnya ...."
Di ujung ucapannya si muka tanah liat melirik pada
arwah penulis ayan . arwah penulis ayan yang dilirik jadi berdebar. Dalam
hati dia membatin. "betapapun aku tidak suka
diikutinya terus menerus tapi mungkin dia memang
menyimpan satu rahasia besar yang ada sangkut
pautnya dengan diriku. Bagaimana aku harus
bertindak ... ?"
"Penolong Budiman, tidak kusangka kau menyem
bunyikan satu ganjalan hati yang berat dibalik
wajahmu yang terbungkus tanah liat itu. Aku tahu
diri. Aku tak akan menanyakan apa-apa padamu.
Eh, mengapa kau mendadak diam saja? Katamu kau
hendak membawaku ke satu telaga kecil ...."
"Ah, maafkan diriku. Kita berangkat sekarang juga
Kek," kata si muka tanah liat. Dia mulai bergerak
melangkah. Tiba-tiba langkahnya tertahan.
"Ada apalagi? Kau mendadak hentikan langkah ..."
tanya Hantu Langit Terjungkir.
"gadis lesbi berpakaian serba biru itu. Dia tak ada lagi di
sini. perempuan lesbi di dalam jala juga ikut lenyap!"
jawab Si Penolog Budiman.
"Hemm ... aku bisa membaca. Mudah-mudahan apa
yang terbaca tidak keliru. Agaknya gadis lesbi itu sengaja
menjauhkan diri darimu. Apakah ini ada sangkut
pautnya dengan rahasia hidupmu?"
Si Penolong Budiman menarik nafasdalam. Tanpa
menjawab pertanyaan si kakek dia segera
melangkah tinggalkan tempat itu.
PENDEKAR 10000an bobo anakmanusia tidak bisa menduga
kemana sebenarnya danapa tujuan Hantu Santet
Laknat membawanya. Sebelumnya dukun jahat itu
bicara baik-baik padanya seperti orang berhati mulia.
Dia bicara ingin membalas budi karena bobo pernah
menyelamatkannya. Tapi siapa percaya makhluk
seperti nenek satu ini. Yang menyantet dan
membunuh orang seenaknya? Karena tak tahan
berdiam diri dan rasa was-was bobo akhirnya ajukan
pertanyaan.
"Nek, kau mau bawa aku kemana sebenarnya?"
Hantu Santet Laknat gebuk pantat bobo dengan
tangan kirinya. "Sudah berapa kali kau bertanya.
Tidak pernah aku melihat orang secerewet dirimu ini!
Biasanya yang cerewet adalah nenek-nenek
sepertiku ini! Masih muda kau sudah begini
cerewetnya, apalagi nanti sudah jadi kakek! Hi ... hik
... hik!" Mendapat jawaban seperti itu bobo akhirnya
hanya diam saja. Dia berusaha mengerahkan tenaga
untuk memusnahkan kelumpuhan aneh yang
menguasai dirinya. Tapi sia-sia saja. Rupanya Hantu
Santet Laknat mengetahui apa yang dilakukan bobo .
Maka nenek ini berkata.
"Kau boleh punya kesaktian setinggi langit sedalam
samudera. Jangan harap kau bisa membebaskan
diri dari ilmu Membuhul Urat Mengikat Otot yang
menguasai dirimu. Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab menghabiskan waktu lima puluh tahun untuk
menyakini iimu yang membuat orang kaku tegang
tak berdaya seperti yang kau rasakan sekarang ini!"
"Hantu Santet Laknat, kau telah mencuri barbel
saktiku ...." bobo ingat pada barbel Maut pembasmi
10000an .
"Sudah kubilang, aku tidak mencuri senjata itu. Aku
mengambil semata-mata karena ingin merasa dekat
denganmu ...."
"Aku tak perduli apapun alasanmu. Kau bisa
menyebutkan seribu alasan. Mana barbel itu
sekarang?"
"Kusimpan di balik jubah hitamku."
"Serahkan padaku!"
"Apa yang hendak kau lakukan?" tanya si nenek
sambil terus berlari.
"Senjata itu bisa menolong diriku dari luka dalam
yang kuderita ...."
"barbel mu memang senjata luar biasa. Aku pernah
mencobanya dan berhasii. Ketika diriku cidera berat
dihantam lawan dan menderita luka dalam. Tapi luka
dalam yang kau derita bukan cidera biasa! barbel
saktimu tak akan mampu menolong. Lagi pula jika
kuserahkan padamu, apa kau bisa memegang
senjata itu? Kau berada dalam keadaan lumpuh.
Apa kau bisa mengalirkan tenaga dalam dan hawa
sakti yang kau miliki?"
"Berarti, seumur-umur aku akan berada dalam
keadaan seperti ini?" Si nenek tertawa panjang.
bobo memaki dalam hati. Dalam keadaan seperti itu
si nenek masih bisa tertawa. Kemudian didengarnya
Hantu Santet Laknat berkata. "Pemuda tolol, kalau
aku ingin kau menderita sengsara seumur-umur,
tidak akan aku membawamu saat ini ...." .
"Tapi kau tidak mau memberitahu kemana kau
membawa diriku ...."
"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Hari mulai
gelap. Kalau kau ajak bicara terus aku bisa lari
menabrak pohon. Kalau kepalamu yang mendarat. di
batang kayu lebih dulu, apa kau tidak celaka? Nanti
kau menuduh diriku sengaja mencelakai dirimu ...."
bobo menggerendeng dalam hati. Dadanya men
denyut sakit sekali. Tubuhnya saat demi saat terasa
semakin lemah. Hantu Santet Laknat pegang
pundak pemuda ini.
"Tubuhmu mulai dingin. Racun tendangan Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab mulai bekerja. Aku harus
bertindak cepat ...."
Si nenek percepat larinya. Baru berlalu beberapa
saat tiba-tiba bobo merasakan dadanya sesak. Dia
membuka mulut lebar-lebar agar bisa bernafas. Tapi
dari mulutnya menghambur darah segar. Saat itu
juga murid Eyang Sito Gendeng ini jatuh pingsan tak
sadarkan diri lagi!
"Celaka! Celaka!" kata Hantu Santet Laknat berulang
kali. Dia percepat larinya. Dalam udara yang mulai
gelap sosoknya kelihatan seperti bayang-bayang,
berkelebat ke arah matahari tenggelam. Tujuannya
adalah sebuah bukit kecil yang ditumbuhi berbagai
jenis tumbuhan mengandung obat mujarab bagi
penyembuhan luka dalam yang disertai racun.
Di puncak bukit itu ternyata ada sebuah gubuk reot
beratap daun kelapa kering. Di dalam gubuk
terdapat tiga batang pohon kelapa yang dipotong-
potong rata dan disusun demikian rupa membentuk
pembaringan. Hantu Santet Laknat baringkan bobo
di atas batang-batang kelapa itu. Lalu dia mencari
beberapa ranting kering, digabung jadi satu. Ujung
ranting-ranting itu dilumasinya dengan hancuran
sejenis daun. Ketika dibakar maka ujung ranting itu
berubah menjadi obor. Walau hanya apinya kecil
saja tapi sudah cukup untuk menerangi seluruh
gubuk.
Hantu Santet Laknat berlutut di samping sosok bobo .
Dengan cepat dibukanya baju pemuda ini. Muka
burungnya berubah dan sepasang matanya yang
aneh membeliak besar ketika melihat tanda kebiruan
berbentuk kaki di dada kiri bobo . Itu adalah tanda
kaki bekas tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab.
"Tendangan Hantu Racun Tujuh .... Tepat di arah
jantung. Tidak mudah mengobatinya.,." desis Hantu
Santet Laknat.
"Aku harus mencari tujuh jenis daun obat. Mungkin
membutuhkan waktu lama. Apakah dia sanggup
bertahan ...." Si nenek letakkan telinga kirinya di atas
dada kiri bobo .
"Masih ada detak jantungnya. Tidak terlalu keras.
Para Dewa .... Aku mohon pertolonganmu. Beri
kekuatan pada orang ini agar dia bisa bertahan.
Paling tidak sampai aku dapat mengumpulkan tujuh
daun obat yang diperlukan ...."
Hantu Santet Laknat letakkan dua telapak tangannya
di dada kiri Pendekar 10000an . Lalu dia pejamkan mata.
Perlahan-lahan si nenek mulai alirkan hawa sakti ke
dada murid Eyang Sinto Gendeng. Cukup lama
sampai tubuhnya keringatan karena dari dada
pemuda itu seolah ada hawa lain yang keluar
menolak masuknya hawa sakti si nenek. ltulah hawa
jahat racun tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab!
"bobo ..." bisik Hantu Santet Laknat
"Walau kelak aku tidak mendapatkan dirimu, aku
merasa puas jika bisa menyelamatkan jiwamu.
Kehadiranmu membuat aku mulai menyadari betapa
hidup di dalam kesesatan itu hanya akan membakar
diri sendiri ...." Si nenek belai pipi bobo lalu bangkit
berdiri. Dia harus bertindak cepat.
Sebelum keluar dari dalam gubuk dia mengambil
ranting-ranting yang dijadikan obor. Mencari tujuh
daun obat di malam gelap seperti itu bukan
pekerjaan mudah. Obor kecil itu bisa menolongnya
sebagai penerang jalan.
Baru satu langkah Hantu Santet Laknat
meninggalkan bagian depan gubuk tiba-tiba di dalam
gelap terdengar suara tawa cekikikan.
Kaget si nenek bukan alang kepalang. Memandang
kedepan dia melihat dua gadis lesbi cantik berpakaian
serba putih menyeruak keluar dari kegelapan, tegak
berkacak pinggang, memandang ke arahnya sambil
tertawa-tawa.
"Sepasang gadis lesbi Bahagia!" kata si nenek dalam
hati.
"Apakah sudah lama mereka berada di tempat ini?
Apakah mereka melihat apa yang tadi aku lakukan di
dalam sana? Ah, menyaksikan mereka berdua-dua
seperti ini membuat rasa penyesalan dalam diriku
jadi semakin bertambah. Kalau sang Junjungan tidak
memerintahkan aku .. Tapi bagaimana dengan berita
yang tersiar di luaran. bobo dikabarkan telah meru
sak kehormatan mereka dan menganiaya keduanya.
Jika melihat mereka saat ini tampaknya seperti tidak
pernah terjadi apa-apa dengan mereka ....."
Siapa adanya Sepasang gadis lesbi Bahagia harap baca
Episode sebelumnya berjudul Hantu Langit
Terjungkir.
"Hantu Santet Laknat!" gadis lesbi kembar di sebelah
kanan bernama Luhkemboja menegur.
"Apa yang kau lakukan di dalam gubuk barusan? Hik
... hik ... hik!"
"Dia benar-benar beruntung! Hik ... hik ... hik!"
menimpali gadis lesbi satunya yakni Luhkenanga sang
adik Hantu Santet Laknat tidak mau layani ucapan
dua gadis lesbi kembar itu. Dia membentak keras.
"Dua gadis lesbi liar! Perlu apa malam-malam begini
berada di tempat ini! Jika kau mengikuti diriku dan
punya niat tidak baik, jangan kira aku tidak tega
membuat kalian celaka seumur-umur!"
"Hik ... hik! Kak, kau dengar, dia mengancam kita!"
"Dia takut ketahuan apa yang barusan diperbuatnya
di dalam sana dengan pemuda gagah yang
digilainya itu!" ujar Luhkemboja. Lalu dua gadis lesbi itu
kembali tertawa panjang.
"Nek, kami tadi mengintip kau hendak menelanjangi
pemuda itu di dalam gubuk!" kata Luhkenanga.
"Kau membelai kepalanya. Mengapa tidak membelai
bagian tubuh lainnya?!"
"gadis lesbi -gadis lesbi sesat bermulut keji! Kalau kau tidak
menjaga ucapan akan kurobek mulut kalian saat ini
juga!" Hantu Santet Laknat marah besar.
"Hik ... hik! Dia takut kita mau mengambil pemuda
itu!" kata Luhkenanga pula.
"Hemm ... Kalian suka pada pemuda itu! Silahkan
masuk ke dalam gubuk! Lakukan apa yang kalian
mau!" Hantu Santet Laknat berkata seraya maju
selangkah.
"Kami tidak berselera! Apa lagi pemuda itu siap
menjadi bangkai tak berguna! Siapa sudi!" jawab
Luhkenanga.
Seperti diketahui dua gadis lesbi kembar cucu-cucu Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab ini memang mempunyai
kelainan. Yakni hanya suka pada kaum sejenis.
"Kalau kalian tidak punya kepentingan lekas
menyingkir! Atau api di ujung ranting ini akan
merusak wajah kalian!"
Habis berkata begitu Hantu Santet Laknat membuat
lompatan, menyergap dua gadis lesbi kembar seraya
babatkan ujung ranting berapi ke wajah mereka.
Sepasang gadis lesbi Bahagia tahu sekali siapa adanya
Hantu Santet Laknat. Mereka tidak mau mencari
celaka. Dengan sigap keduanya membuat gerakan
melesat ke udara. Dalam melompat tinggi sosok
mereka seolah-olah bersikap duduk enak-enakan.
lnilah jurus yang disebut Bahagia Naik Ke
Pelaminan.
Sesaat kemudian keduanya lenyap dalam kegelap
an. Hanya suara tawa mereka yang terdengar di
kejauhan. Setelah memastikan dua gadis lesbi itu telah
pergi jauh Hantu Santet Laknat segera tinggalkan
tempat tersebut. Namun hatinya was-was.
"Dua gadis lesbi itu, aku tidak percaya pada mereka.
Sejak keadaan mereka menjadi seperti itu benak
dan hati mereka telah dilumuri segala macam
kekejian. Aku harus melakukan sesuatu ...."
Si nenek angkat tangan kirinya tinggi-tinggi keatas.
Telapak tangan dipentang terbuka kearah gubuk.
Matanya membesar tak berkesip.
"Wussss!"
Kepulan asap hitam melesat keluar dari lima jari dan
telapak tangan si nenek. Asap itu membuntal ke
arah gubuk. Tepat seperti yang diduga Hantu Santet
Laknat, tak selang berapa lama Sepasang gadis lesbi
Bahagia muncul kembali. Mereka memandang
berkeliling dalam gelap.
"Aneh, rasanya kitasudah sampaidi tempat gubuk itu
berada sebelumnya. Tapi mengapa gubuknya tak
ada lagi ... ?" berucap Luhkenanga.
"Pohon besar itu," kata Luhkemboja sambil
memandang pada pohon besar beberapa langkah di
hadapannya. "Apakah pohon inisebelumnya
memang ada di sini?"
"Aku tak dapat memastikan," jawab Luhhkenanga.
"Perasaanku tidak enak Jika dukun jahat itu
membokong kita di malam gelap gulita begini rupa,
kita bisa celaka. Sebaiknya kita pergi saja. bukankah
kita ingin menyirap kabar bagaimana keadaan dan
apa yang dilakukan kakek kita Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab?"
"Ya, kita pergi saja. Kalau bertemu kakek kita
beritahu bahwa pemuda asing dari negeri seribu dua
ratus tahun mendatang itu berada di kawasan bukit
kecil ini."
"Tapi bagaimana kalau dia tahu kita mendustainya
tentang tongkat batu biru itu?" ujar Luhkenanga.
Luhkemboja jadi terdiam sesaat Akhirnya dia
berkata.
"Sudah, lupakan dulu mencari kakek Yang penting
kita lekas pergi dari tempat ini!" Seperti ditelan bumi
dan gelapnya malam, dua gadis lesbi itu kemudian
berkelebat lenyap dari tempat itu.
LANGlT malam laksana runtuh, tak dapat menahan
curahan hujan yang sangat lebat. Gubuk tua itu
seperti akan hancur luluh. Petir sabung menyabung.
Guntur menggelegar menggetarkan puncak bukit.
Dinding gubuk yang banyak berlubang membuat
angin dingin menerobos masuk dengan mudah.
Pendekar 21 2 bobo anakmanusia terbaring tak bergerak
di atas tempat tidur terbuatdari susunan-batang
pohon kelapa. Hanya dua bola matanya memandang
berputar. Tubuhnya terasa dingin diterpa angin yang
masuk dari luar. Tampisan air hujan dari atap dan
dinding membasahi dirinya.
Untuk kesekian kalinya petir menyambar. Gelegar
guntur membuat batang-batang pohon kelapa yang
ditiduri bobo bergetar keras. Tiba-tiba bobo melihat
cahaya terang di atas gubuk. Lalu terdengar suara
lolongan anjing di kejauhan. Sesaat kemudian
"braakk!"
Atap gubuk jebol ambruk. Bersamaan dengan
guyuran air hujen satu sosok putih melayang turun
ke dalam gubuk! Dalam kejutnya bobo berusaha
bangkit Tapi sekujur tubuhnya laksana direkat
kebatang pohon kelapa. Matanya membeliak besar
ketika mengenali siapa adanya sosok tinggi besar
berjubah putih basah kuyup yang tegak di
sampingnya. Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!
"Pemuda terkutuk dari negeri seribu dua ratus tahun
mendatang! Aku mau melihat sampai dimana
kesaktianmu! Apa kali ini kau sanggup menyelamat
kan diri dari kematian? Roh teman-temanmu tidak
sabar menunggu kedatanganmu untuk bergabung!"
Murid Eyang Sinto Gendeng jadi terkejut besar.
"A ... apa?! Jadi kau. .. kau telah membunuh Naga
pink dan Setan Penulis kusta ?!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tertawa bergelak.
Tiba-tiba dia gerakkan dua tangannya. Dua tangan
itu serta merta menjadi panjang dan berkelebat ke
arah leher bobo . Satu cekikan yang sangat kuat
membuat lidah bobo langsung terjulur. Dia tidak bisa
melakukan apapun. Tangannya tak bisa digerakkan.
Dia tidak ada daya untuk menyelamatkan diri! Suara
tawa Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab semakin
keras. Lidah bobo semakin panjang terjulur. Ludah
bercampur darah berbusa di mulutnya. Nafasnya
tidak keluar lagi dari mulut ataupun hidung!
"Tidak ... ! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!"
teriak bobo . Dia berusaha mengerahkan tenaga.
Tiba-tiba entah bagaimana, dia mampu meng
gerakkan tangan dan kakinya. Langsung dia
menendang dan memukul. Tapi sosok Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab seperti bayang-bayang. bobo
hanya memukul angin!
"Aku tidak mau mati! Tidaakk! Kau yang harus mati!
Kau ... kau ... kau!" bobo berteriak lagi lalu kembali
dia memukul dan menendang kalap.
Mendadak pintu gubuk ditendang orang dari luar.
Satu sosok hitam menghambur masuk. Di kepitan
tangan kirinya dia membawa berbagai macam
dedaunan. Di tangan kanan orang ini memegang
obor ranting kayu. Hantu Santet Laknat!
"bobo ! Apa yang terjadi?!" si nenek bertanya kaget
dan heran melihat keadaan bobo begitu rupa. "Aku
tidak mau mati! Aku tidak mau mati! Kau yang harus
mati! Kau ... kau ... kaul"
"Kau ... kau siapa maksud pemuda ini? Diriku? Dia
ingin aku mati?"
Si nenek sisipkan obor di sudut gubuk. Dedaunan
dibuangnya ke lantai lalu cepat dia mendekati bobo .
Begitu dia menyentuh tubuh si pemuda terasa
sangat panas.
"Kau mimpi! kau barusan bermimpi bobo ! Sekaligus
diserang demam panas akibat racun tendangan ...."
Bola mata Pendekar 10000an memandang seputar
gubuk. "Mana dia? Mana dia manusia jahat yang
hendak membunuhku itu?!"
"Manusia jahat siapa? Tidak ada orang lain di sini
kecuali kita berdua ...." Menjelaskan Hantu Santet
Laknat.
"Tidak mungkin! Aku lihat sendiri dia menerobos
masuk dari atas atap sana! Basah kuyup karena di
luar sedang hujan lebat!"
Hantu Santet Laknat memandang ke arah atap yang
ditunjuk bobo . "Aku tidak melihat apa-apa. Coba kau
perhatikan baik-baik. Atap gubuk itu tidak ada yang
jebol. Di luar tidak ada hujan ...."
"Tidak mungkin! Jangan mempermainkan aku!" Si
nenek gelengkan kepala.
"Kataku kau bermimpi ...."
"Kalau aku bermimpi bagaimana aku bisa
menendang dan memukul?"
Hantu Santet Laknat tertawa. "Waktu aku masuk aku
dapatkan kau terbaring keringatan tapi masih dalam
keadaan kaku di atas batang-batang kelapa itu.
Kalau kau tidak percaya coba gerakkan tangan atau
kakimu!"
bobo melakukan apa yang dikatakan si nenek.
Ternyata dia tidak bisa menggerakkan tangan dan
kakinya.
"Kau masih berada dalam kelumpuhan akibat
perbuatan Hantu SejutaTanya Sejuta Jawab.
Sekarang apa kau percaya bahwa kau tadi hanya
bermimpi?
Kalau kau mimpi berarti kau sempat tidur. Itu sangat
menolong memulihkan kekuatanmu. Tapi kau masih
belum terlepas dari bahaya. Pejamkan matamu.
Jangan memikirkan apa-apa. Aku pernah
mendengar dari seseorang bahwa kau mempunyai
Tuhan yang disebut Allah. Aku tidak mengerti, tidak
tahu siapa Dia adanya. Tapi kudengar Dia Maha
Kuasa Maha Penolong dan Maha Pengasih. Kalau
begitu mengapa kau tidak berdoa padaNya agar kau
mendapat pertolonganNya.
Aku akan berdoa untukmu pada para Dewa. Lalu
menyiapkan ramuan obat Tetap berbaring di sini
sampai aku kembali!"
Setelah Hantu Santet Laknat keluar dari gubuk dan
Pendekar 10000an tinggal sendirian, murid Sinto
Gendeng ini memperhatikan seputar gubuk sambil
berpikir-pikir.
"Mungkin benar aku bermimpi. Atap itu tak ada yang
jebol. Di luar ternyata tidak ada hujan. Nenek
bernama Hantu Santet Laknat itu.. .. Aneh, mengapa
dia berubah sebaik itu padaku? Dia hendak meramu
obat katanya? Dia memberitahu agar aku berdoa
pada Allah. Astaga .... Aku memang sudah banyak
berdosa karena sejak lama tidak pernah mengingat-
ingat Dia ...." bobo usap mukanya yang keringatan
berulang-ulang.
"Gusti Allah, ampuni diriku!" bobo pejamkan
matanya. Dadanya kembali menyentak sakit.
*
Di dalam gubuk itu waktu terasa seperti merayap.
bobo seolah sudah menunggu berhari-hari. Matanya
hampir terpicing ketika akhirnya Hantu Santet Laknat
muncul kembali. Di tangannya dia membawa daun
talas yang dibentuk demikian rupa tempat menam
pung remasan tujuh macam daun yang meng
hasilkan semacam cairan kental.
"Aku datang membawa obatmu! Kau berdoalah pada
Tuhanmu. Aku memohon pada para Dewa untuk
kesembuhanmu. Sekarang buka mulutmu lebar-
lebar!"
"Hantu Santet Laknat, apa yanb ada di dalam daun
itu?"
"Obatmu! Jangan banyak bertanya lagi! Jangan
membuang waktu. Jangan membuat aku kesal!"
Karena bobo tidak mau membuka mulutnya, nenek
berwajah seperti burung gagak hitam itu jadi tak
sabaran lalu pencet pipi si pemuda. Begitu mulut
bobo terbuka Hantu Santet Laknat segera tuangkan
cairan kental di dalam daun keladi. bobo masih
berusaha bertahan dengan tidak mau menelan
cairan obat itu karena ada kekhawatiran dalam
dirinya si nenek bukan memberinya obat namun racun
jahat yang bisa mencelakainya!
Terpaksa Hantu Santet Laknat memijat pipi bobo
kembali. "gluk ... gluk ... gluk!" Ketika cairan ramuan
obat lewat di tenggorokannya, bobo merasa seperti
menelan cairan timah panas. Mulutnya mengepulkan
asap. bobo berteriak setinggi langit. Matanya
mendelik lalu terkatup..Mulut terkancing. Hantu
Santet Laknat tertawa panjang.
*
PERLAHAN-lahan Pendekar 10000an buka sepasang
matanya. Dia memandang berkeliling dan dapatkan.
dirinya ternyata masih berada dalam gubuk. Di sudut
gubuk masih menyala api di ujung tumpukan ranting
kayu yang kini hanya tinggal dua jengkal pan
jangnya.
bobo coba memasang telinga. Selain kesunyian
sesekali terdengar suara jengkerik di kejauhan
pertanda saat itu malam hari.
"Malam hari, apakah masih malam yang sama
pertama kali aku dibawa ke sini? Aku masih berada
dalam gubuk ini. Mana si nenek dukun itu ... ?" bobo
berucap dalam hati. "Aneh, tubuhku terasa ringan.
Dadaku lega, tak ada rasa sakit ...." Tak sadar bobo
gerakkan tangan kanannya. Astaga! Ternyata dia
bisa menggerakkan tangan. Ganti tangan kiri
digerakkan. Lalu digeserkan dua kakinya.
"Gusti Allah! Kau telah menolongku! Aku sembuh!
Aku bisa bergerak!" Masih kurang percaya, murid
sinto Gendeng ini bergerak bangkit. Dia keluarkan
seruan tertahan ketika melihat dia benar-benar bisa
duduk di atas pembaringan terbuat dari batang
kelapa itu!
bobo perhatikan dada kirinya. Sebefumnya disitu ada
tanda kebiru-biruan bekas tendangan kaki beracun
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi saat itu tak
ada lagi, lenyap tak berbekas. "Tuhan Maha Besar!"
bobo bersujud di atas pembaringan. "Terima kasih
Tuhan. Terima kasih Gusti Allah. Jika pertolongan
dan kesembuhanku ini Kau berikan melalui kebaikan
seseorang maka berilah orang itu berkah sebesar-
besarnya!
Berilah kepadaku kemampuan untuk membalas
budinya!" Setelah bersujud tak bergerak beberapa
lamanya sambil mengucap puji syukur berkepan-
jangan bobo turun dari pembaringan. "Aku harus
mencari nenek itu ...."
Hanya mengenakan celana putih tanpa baju dia
melangkah ke pintu. Pintu gubuk mengeluarkan
suara berkereketan ketika dibuka. Di luar kegelapan
hitam menyambutnya. Setelah memperhatikan
keadaan sesaat, bobo kemudian melangkah. Dia
memeriksa sekitar gubuk malah lebih jauh lagi. Tapi
dia tidak menemukan Hantu Santet Laknat
"Jangan-jangan dia telah pergi entah kemana. Dia
masih membawa barbel saktiku. Kemana aku harus
mencarinya?!" bobo angkat tangan kanannya
menggaruk kepala.
"Ah, sudah lama aku tidak menggaruk. Enak sekali
rasanya!" Murid Sinto Gendeng lalu pergunakan dua
tangan untuk menggaruk kepalanya habis-habisan
sambil tersenyum-senyum. Tapi bila dia ingat
kembali pada Hantu Santet Laknat dan barbel
saktinya, senyumnya hilang, gerakan menggaruk
terhenti.
Kemudian disadarinya dia tidak mengenakan baju.
"Aku harus kembali ke gubuk. Mengambil baju dan
memeriksa. Siapa tahu nenek itu meninggalkan
barbel saktiku di satu tempat di dalam gubuk itu!"
bobo setengah mengharap walau sebenarnya dia
tidak yakin Hantu Santet Laknat akan meninggalkan
barbel Maut pembasmi 10000an begitu saja tanpa
memberitahu padanya.
bobo cepat-cepat melangkah kembali ke gubuk.
Setengah jalan di satu. tempat langkahnya tertahan.
Telinganya tiba-tiba mendengar suara sesuatu.
"Suara orang terisak-isak.. " kata bobo dalam hati.
"Siapa pula yang malam-malam begini menangis di
tempat ini?" Dia memandang berkeliling. Matanya
melihat sesuatu beberapa belas langkah di depan
sana. Di bawah bayang-bayang gelap sebuah-
pohon besar, di atas akar pohon yang menyembul
tinggi di permukaan tanah dia melihat seseorang
duduk bersandar. Seorang perempuan lesbi berpakaian
putih panjang.
*
PERI penulis colera .... Bagaimana dia bisa berada di
sini. Apa yang membuat hatinya sedih hingga
menangis terisak-isak?" bobo menyelinap ke balik
serumpunan semak belukar hingga berada lebih
dekat dengan pohon besar. Dari tempat itu dia bisa
melihat lebih jelas dan jadi terkejut ketika menda
patkan perempuan lesbi berpakaian putih panjang itu
ternyata bukanlah Peri penulis colera bobo menduga-
duga siapa adanya perempuan lesbi ini.
"Tak pernah kulihat gadis lesbi bertubuh langsing ini
sebelumnya. Wajahnya sungguh luar biasa. Bulat
berseri seperti bulan empat belas hari. Paras yang
tidak kalah cantik dengan para gadis lesbi yang pernah
kulihat di Negeri Latanahsilam ini.
Rambutnya sungguh hitam dan panjang sampai
sepinggang. Kulitnya tak kalah putih dengan Peri
penulis colera Mungkinkah dia seorang Peri yang sela
ma ini tidak pernah memunculkan diri? Tapi Kalau
Peri biasanya tubuh serta pakaiannya mengeluarkan
bau harum semerbak."
Selagi bobo berpikir-pikir apakah dia segera saja
keluar dari balik semak belukaratau menunggu sam-
pai gadis lesbi itu pergi dan dia lalu mengikutinya, tiba-tiba
ada suara berdesir menembus semak belukar. Dia
hampir keluarkan seruan tertahan sewaktu meiihat
seekor ular hitam besar panjang hampir dua tombak
melata cepat di tanah, melesat ke arah si gadis lesbi
duduk.
bobo hampir berteriak hendak memberikan ingat
karena menyangka binatang yang tubuhnya meman
carkan cahaya aneh itu hendak menyerang atau
mematuk si gadis lesbi . Tapi dia jadi ternganga sewaktu
menyaksikan bagaimana ular besar itu meluncur di
akar pohon yang menyembul tinggi lalu naik ke atas
tubuh si gadis lesbi dan bergelung di pangkuannya!
"Wahai sahabatku Laepanjanghitam," Terdengar si
gadis lesbi berucap. "Tidak sangka kau datang malam
malam begini ...." Ular hitam di pangkuan si gadis lesbi
tegakkan kepalanya dan julurkan lidahnya yang me-
mancarkan sinar terang kebiruan lalu Keluarkan
suara mendesis halus. Si gadis lesbi usap-usap kepala
ular besar itu dengan tangan kirinya. Sang ular
kedap-kedipkan sepasang matanya yang berwarna
hitam pekat.
"Sahabatku, saat ini aku tidak memerlukanmu.
Mungkin aku tidak akan meminta pertolonganmu
dalam waktu lama. Mungkin juga kita tak akan
bertemu lagi. Walau begitu di alam seribu gaib kita
akan tetap bersahabat Jika kau memerlukan diriku
aku bisa muncul. Jika aku membutuhkanmu aku
akan memanggilmu. Langit di sebelah timur mulai
kelihatan terang. Sebentar lagi pagi akan segera
datang. Wahai sahabatku, pergilah ...."
Ular di pangkuan si gadis lesbi kembali keluarkan suara
mendesis halus lalu gelungkan tubuhnya di ieher
dan dada gadis lesbi itu. Setelah mengusapkan kepalanya
ke pipi si gadis lesbi seolah membelai, binatang ini
meluncur turun dari pangkuannya lalu melata di
tanah dan menghilang di arah matahari terbit.
Tak lama setelah binatang itu lenyap gadis lesbi langsing
berpakaian putih bangkit berdiri. Dia merapikan
rambutnya yang tergerai sampai di pinggang,
termenung sesaat. Sambil mengusap pipinya gadis lesbi
ini balikkan diri, melangkah ke balik pohon besar
tempat sebelumnya dia tadi duduk.
bobo yang setengah tercekat menyaksikan semua
kejadian itu segera keluar dari balik semak belukar
dan mengejar ke balik pohon besar. Tapi gadis lesbi
cantik berpakaian putih berambut panjang itu tak
kelihatan lagi.
"Lenyap!" kata bobo sambil memandang berkeliling
dan garuk-garuk kepala. "Mungkin dia sebangsa -
hantu penghuni kawasan ini. Kalau manusia biasa.
masakan bersahabat dengan seekor ular besar
begitu ru pa?"
.
Pendekar 10000an memandang ke timur. Langit semakin
terang. "Aku harus kembali ke gubuk. Mungkin
Hantu Santet Laknat sudah ada di sana. Aku harus
mendapatkan barbel pembasmi 10000an kembali. Aku
harus mencari kawan-kawanku. Aku harus menolong
penulis gay dan arwah penulis sedeng . Terakhir sewaktu di
lembah mereka masih berada dalam jaring aneh itu
...." bobo lalu ingat dengan orang-orang yang hendak
menurunkan tangan jahat terhadapnya. Seperti
Lawungu, Hantu Tangan Empat dan Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab.
"Persetan dengan mereka!" bobo memaki sendiri lalu
balikkan badan, kembali menuju ke gubuk. Hampir
sepeminuman teh berlalu, pendekar kita mulai heran
dan garuk-garuk kepala. "Aneh, waktu pergi tadi
rasanya aku tidak jauh-jauh. Mengapa sekarang
membutuhkan waktu begini lama mencari gubuk
sialan itu?!"
bobo memandang berkeliling. Sementara itu langit
sudah terang karena malam telah berganti siang.
Ketika dia menoleh ke kiri kagetlah bobo . Gubuk
yang dicarinya itu ada di sana. Hanya belasan
tombak saja dari tempatnya berdiri.
"Sialan. Mungkin aku masih ingat-ingat gadis lesbi cantik
tadi. Hingga gubuk di depan mata aku tidak
melihat!"
bobo segera melangkah menuju gubuk. Namun
kakinya berhenti berjalan ketika tiba-tiba pintu gubuk
dilihatnya terbuka. Seorang berpakaian serba biru
keluar dari dalam gubuk. Dia membawa sehelai
pakaian putih yang sengaja ditekapkannya ke
dadanya.
"arwah penulis ayan . .." desis Pendekar 10000an . Setengah berlari
dia segera menuju ke gubuk. Sementara itu gadis lesbi di
depan pintu gubuk kelihatan gugup dan berubah
wajahnya. Pakaian putih yang didekapnya ke dada
cepat cepat diturunkannya. Pakaian itu ternyata
adalah baju milik bobo . Begitu berhadap-hadapan
kedua orang ini sesaat hanya saling pandang, tak
ada yang keluarkan ucapan.
arwah penulis ayan lalu ingat pada baju bobo yang
dipegangnya. Diulurkannya tangannya menyerahkan
pakaian itu. Si gadis lesbi berusaha tersenyum.
"Bajumu .... Kutemukan di dalam gubuk. Aku ...."
bobo melihat bekas robekan hangus pada bahu
kanan dan pinggul arwah penulis ayan .
"Ada robekan di pakaianmu. Apa yang terjadi ... ?"
"Hantu Bara Kaliatus. Dia menyerangku dengan
bara-bara apinya. Untung tidak apa-apa. Hanya
pakaianku yang robek ..." menerangkan arwah penulis ayan
dan merasa senang karena si pemuda
memperhatikan dirinya.
"Syukur kalau begitu. Aku gembira kita bisa bertemu
di sini. Walau sulit menduga bagaimana kau bisa
sampai di tempat ini," kata bobo . Mendengar ucapan
bobo , si gadis lesbi merasa bahagia. Dia jadi ceria.
"Panjang ceritanya, mungkin juga hanya satu
kebetulan. Aku akan tuturkan padamu secara
singkat. Setelah kau dilarikan Hantu Santet Laknat
aku tersesat ke satu tempat dimana tengah terjadi
perkelahian antara Hantu Bara Kaliatus dengan
Hantu Langit Terjungkir arwah penulis sedeng juga ada di situ.
Seperti penulis gay dia masih terbungkus dalam jaring
aneh. Hantu Bara Kaliatus dibantu oleh satu
makhluk berjubah hitam bermuka jerangkong yang
dipanggil dengan sebutan Junjungan. Ternyata
makhluk ini memiliki kepandaian tinggi.
Hantu Bara Kaliatus hampir membunuh penulis gay
kalau tidak ditolong oleh Peri penulis colera Hantu
Langit Terjungkir sendiri hampir tamat riwayatnya
kalau tidak ditolong oleh seorang aneh bermuka
tanah liat yang selama ini dikenal dengan sebutan Si
Penolong Budiman ...."
"Orang itu, bukankah yang menurutmu selalu
mengikutimu ...." arwah penulis ayan mengangguk. "Sampai
saat ini dia masih saja mengikutiku. Aku akan
ceritakan mengenai dirinya nanti. Biar kulanjutkan
dulu cerita tadi. Dalam perkelahian hidup mati itu
Hantu Langit Terjungkir sempat mengatakan pada
Hantu Bara Kaliatus bahwa penulis gay adalah
saudara kandungnya. Kemudian tersingkap singkap
pula rahasia bahwa Hantu Langit Terjungkir itu
sebenarnya adalah ayah kandung Hantu Bara
Kaliatus.
Tapi Hantu Bara Kaliatus tidak mempercayai. Malah
marah besar. Dia kemudian meninggalkan tempat
itu. Makhluk muka tengkorak menyusul pergi.
Kemudian kami ketahui pula bahwa Peri penulis colera
tak ada lagi di tempat itu. penulis gay lenyap. Besar
dugaan Peri penulis colera yang membawanya. Aku
kemudian membawa arwah penulis sedeng . Si Penolong
Budiman menolong Hantu Langit Terjungkir yang
cidera patah lengan kanannya. Kami kemudian
berpisah ...."
"arwah penulis sedeng , apakah dia sudah bisa dikeluarkan dari
dalam jala?" tanya bobo .
arwah penulis ayan menggeleng. "Tak ada satu kekuatanpun
yang sanggup menjebol jaring itu. Tapi aku akan
berusaha terus ...."
"Kau belum menerangkan bagaimana kau tahu-tahu
pagi ini bisa tersesat ke sini," kata bobo pula. Dia
ingat gada baju yang dipegangnya. Cepat-cepat
bobo mengenakan pakaian itu.
"Secara kebetulan saja ..." jawab arwah penulis ayan .
"Setelah kau lenyap dibawa Hantu Santet Laknat
dan kami tidak tahu dimana beradanya dua
sahabatmu benama Naga pink dan Setan
Penulis kusta itu, timbul perasaan khawatir. Jangan-
jangan kau sudah dicelakai oleh nenek jahat itu ...."
"Tidak, malah sebaliknya ...." bobo memotong.
"Apa maksudmu tidak dan malah sebaliknya?" tanya
arwah penulis ayan .
"Teruskan ceritamu. Nanti aku jelaskan," jawab bobo .
Si gadis lesbi tatap wajah Pendekar 10000an sejurus baru
meneruskan penuturannya. "Beberapa hari lalu aku
menemukan sebuah gua. arwah penulis sedeng kubaringkan di
dalam gua yang ternyata cukup bersih dan ada mata
air di dalamnya ...."
"Bagaimana dengan Hantu Langit Terjungkir dan Si
Penolong Budiman?" bobo memotong dengan
pertanyaan.
"Aku tak tahu pasti mereka berada di mana. Tapi
sebelum berpisah Si Penolong Budiman
mengatakan akan membawa kakek itu ke sebuah
telaga tak jauh dari tempat itu. Ternyata kemudian
kuketahui, gua dimana aku dan arwah penulis sedeng berada
terletak tak jauh dari telaga, sama-sama tidak jauh
pula dari bukit ini. Pagi tadi, begitu fajar mulai
menyingsing aku berjalan-jalan ke puncak bukit ini.
Tak sengaja aku menemukan gubuk ini. Kuperiksa.
Kosong. Tapi di dalamnya aku melihat tanda-tanda
sebelumnya ada orang di sini. Lalu aku melihat
sehelai baju putih. Aku yakin sekali pakaian itu
adalah milikmu. Berarti sebelumnya kau ada di
dalam gubuk. Aku memutuskan untuk menunggu.
Tapi tak ada yang muncul. Aku keluar dari gubuk.
Tepat pada saat kau tengah menuju ke sini ...."
"Aku memang berada di gubuk ini. Aku tak ingat
pasti berapa lama atau berapa malam aku berada di
sini. Sebelumnya aku menderita luka dalam yang
amat parah. Tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab membuat sekujur badanku lumpuh. Hantu
Santet Laknat membawaku ke sini. Dia mengobati
diriku hingga sembuh begini rupa ...."
Tentu saja arwah penulis ayan merasa terkejut mendengar
keterangan bobo . Dia menatap dengan pandangan
tidak percaya. "Kau diculik Hantu Santet Laknat, dia
juga yang mencuri barbel saktimu. Lalu kau katakan
dia mengobati menyembuhkan luka dalam serta
kelumpuhan akibat tendangan Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab?"
"Benar!" jawab bobo .
"Maksudku, semua ini tentu saja atas kehendak
Gusti Allah yang Maha Kuasa. Si nenek ...."
"Sulit kupercaya Hantu Santet Laknat mau berlaku
sebaik itu ..." kata arwah penulis ayan pula. Lalu dalam hati dia
berkata.
"Jangan-jangan dukun jahat itu menyembunyikan
sesuatu dibalik semua kebaikan ini ...."
"Kau agaknya tidak percaya kalau Hantu Santet
Laknat benar-benar telah berubah dan
menolongku?" tanya bobo ketika melihat cara
memandang si gadis lesbi .
"Aku percaya. Mudah-mudahan kasih yang tulus dan
budi pertolongan yang kudus telah tumbuh di lubuk
hati nenek itu. Aku turut bergembira. Walau demikian
aku sarankan agar kau tetap berlaku hati-hati,
waspada. Dibalik sesuatu kebaikan mungkin
tersembunyi satu maksud jahat. Di belakang yang
putih mungkin mendekam sesuatu yang hitam. Di
balik budi pertolongan bisa saja berlindung satu niat
buruk yang tidak terduga. Tapi Kalau kasih sudah
menjadi bagian hati seseorang rasanya kebaikan
akan terpancar dalam segala tindakannya. ltulah
yang kuharapkan terjadi dengan Hantu Santet
Laknat ...."
"Kau menduga nenek itu menaruh hati culas
terhadapku?" tanya bobo .
"Aku tidak mengatakan demikian. Aku minta agar
kau tetap berlaku hati-hati. Terhadap siapapun ...."
"Termasuk terhadapmu?" tanya bobo sambil
tersenyum.
"Bisa saja!" jawab arwah penulis ayan . Laludia berkata.
"Aku harus kembali ke gua. Kau mau ikut
bersamaku? Mungkin kita berdua bisa melakukan
sesuatu untuk melepaskan arwah penulis sedeng dari dalam jala
api biru."
"Aku ingin sekali ikut bersamamu. Menolong
arwah penulis sedeng juga menjadi keinginanku. Tapi tidak
sekarang. Tunjukkan saja di mana kira-kira letak gua
itu." arwah penulis ayan merasa kecewa mendengar bobo tak
mau ikut saat itu juga bersamanya.
"Kau turuni kaki bukit ini ke arah matahari
tenggelam. Kau pasti akan menemukan gua itu
Tidaksulit mencarinya."
"Aku akan menyusul ...."
"Apa yang hendak kau lakukan hingga tidak bisa
berangkat bersamaku ke gua?" bertanya arwah penulis ayan .
"Aku,, aku harus menunggu sampai Hantu Santet
Laknat datang. Dia adalah orang yang telah
menolongku. Rasanya tidak baik kalau aku pergi
sebelum bertemu dan mengucapkan terima kasih.
Lagi pula aku ingin mendapatkan barbel pembasmi
10000an kembali ...."
"Aku mengerti. Aku tunggu kau di gua." Kata
arwah penulis ayan pula.
bobo menggangguk dan memperhatikan kepergian
arwah penulis ayan sambil dalam hati berkata.
"Beberapa orang mengatakan gadis lesbi itu mencintai
diriku. Mungkin benar. Dibalik kekhawatirannya
terhadap si nenek dukun, tersembunyi rasa
cemburu. Aneh, gadis lesbi secantik itu bisa cemburu
terhadap seorang nenek buruk bermuka burung
gagak hitam!"
Setelah arwah penulis ayan lenyap di balik pepohonan
Pendekar 10000an segera masuk ke dalam gubuk. Dia
memeriksa setiap sudut gubuk itu. Namun tidak
menemukan barbel saktinya.
"Nenek itu pasti membawanya. Di mana dia
sekarang? Agaknya aku harus menunggu sampai
dia datang. Tapi untuk berapa lama?
Bagaimana kalau dia tidak muncul lagi?" bobo garuk-
garuk kepala lalu keluar dari gubuk. Langkahnya
hampir tersurut karena kaget. Karena begitu keluar
dari dalam gubuk sosok Hantu Santet Laknat tahu-
tahu telah berdiri di depannya. Tangan kanannya
berada di belakang pinggang. Pandangan mata
burungnya yang menyembul hitam, tajam tak
berkesip. Membuat Pendekar 10000an merasa tidak
enak.
*
”APA yang ada dalam pikiran nenek ini. Jangan-
jangan hati jahatnya muncul kembali. Dia berdiri
menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya ..."
membatin murid Sinto Gendeng.
Dalam khawatirnya dia segera siapkan tenaga dalam
ke tangan kanan. Dia merasa lega ternyata
kesembuhannya memang menyeluruh, termasuk
kemampuan mengerahkan hawa sakti yang
dimilikinya.
"Kau mencari benda ini?" tiba-tiba Hantu Santet
Laknat ajukan pertanyaan. Lalu nenek ini gerakkan
tangan kanannya yang sejak tadi dikebelakangkan.
Ternyata di tangan itu dia memegang barbel Maut
pembasmi 10000an . Sinar matahari pagi membuat
senjata sakti itu memancarkan sinar menyilaukan.
"Nek, berkat pertolonganmu aku sudah sembuh!"
bobo mengalihkan pembicaraan walau saat itu dia
ingin sekali mengambil barbel saktinya dari tangan si
nenek.
"Aku berterima kasih padamu Nek," kata bobo lagi
sambil memegang bahu si nenek kiri kanan. Hantu
Santet Laknat pandangi wajah bobo lalu
memperhatikan dua tangan yang mendekap
bahunya itu. Si nenek kemudian tersenyum. "Tak
perlu kau mengucapkan terima kasih. Kalaupun kau
merasa perlu, sampaikan pada Tuhanmu. Aku sudah
memuji syukur semalaman tadi pada para Dewa ...."
Hantu Santet Laknat kemudian ulurkan tangannya
yang memegang barbel .
"Berat hatiku mengembalikan senjata ini padamu.
Tapi aku tahu itu bukan milikku. Kau bukan saja
sebagaiorang yang mempunyai tapi aku tahu senjata
itu banyak kegunaannya jika berada di tanganmu.
Ambillah kembali. Maafkan kalau kau merasa aku
pernah mencurinya darimu ...." Hantu Santet Laknat
dekatkan mata barbel ke wajahnya. Untuk beberapa
saat lamanya dia tempelkan senjata itu di pipinya
sambil memejamkan mata. Masih dalam keadaan
mata terpejam barbel Maut pembasmi 10000an
diserahkannya pada bobo .
"Nek, kau orang baik. Waiau dulu kau pernah
mengecewakan diriku dengan perbuatanmu yang
aneh-aneh, tapi belakangan ini aku banyak
berhutang budi padamu ...." bobo ambil barbel sakti
dari tangan si nenek. Setelah memeriksanya sesaat
senjata itu segera diselipkan di balik pakaiannya. Dia
benar-benar merasa lega kini.
"Terima kasih Nek," kata bobo pada Hantu Santet
Laknat sambil tersenyum. Hantu Santet Laknat
tertawa panjang. "Kau bicara soal budi! Hik ... hik!
Urusan budi baik hanya ada di negeri asal usulmu
yang kau sebut sebagai tanah Jawa itu. Di
Latanahsilam, antara budi dengan kejahatan hanya
terpisah setipis kabut pagi. Tapi aku banyak belajar
mengenai budi luhur darimu. Aku tak akan
melupakan hal itu !” Habis berkata begitu si nenek
memandang berkeliling. Lalu dia memperhatikan
tanah di bagian depan gubuk, menghirup udara be-
berapa kali dan berkata.
"Kalau tidak salah aku menduga, agaknya belum
lama ini tempat ini telah kedatangan seorang tamu
...." bobo tertawa lebar.
"Kemampuanmu melacak tanda dan hawa sungguh
membuat aku kagum!" bobo memuji.
"Jika kau mau, ilmu itu akan kuberikan. Tapi
wajahmu harus berubah jadi wajah buruk gagak
hitam sepertiku! Hik ... hik ... huk!" Hantu Santet
Laknat tertawa cekikikan.
"Kau mau mengatakan siapa tamumu itu?"
"Aku rasa dengan ketinggian ilmumu kau sudah tahu
siapa orangnya. Tapi baik aku katakan. Aku tak mau
berdusta pada sahabat sendiri ....'.
"Wahai! Kau kini menganggap diriku sebagai
sahabat? Sungguhan?!" tanya si nenek.
bobo mengangguk. Sepasang mata hitam dan
menonjol si nenek kelihatan berbinar-binar lalu
kembali dia tertawa panjang.
"Kau kenal orangnya. Seorang gadis lesbi bernama
arwah penulis ayan ," bobo menerangkan. Hantu Santet Laknat
tampak agak tercekat sesaat lalu anggukkan kepala.
"gadis lesbi itu! Yang kecantikannya membuat iri-para
Peri di Negeri Atas Angin. Wahai, gerangan apakah
yang membuat dia sampai terpesat ke puncak bukit
ini?"
"Dia muncul secara tidak sengaja. Sejak beberapa
hari lalu dia dan arwah penulis sedeng berada di satu gua di
kaki bukit. perempuan lesbi malang bekas istri Hantu
Bara Kaliatus itu masih terkurung dalam jaring api
biru." Sampai di situ bobo ingat sesuatu dan hentikan
ucapannya. Dia menatap wajah burung gagak Hantu
Santet Laknat.
"Apa yang ada di benakmu bobo ?" tanya Hantu
Santet Laknat.
"Nek, maafkan kalau aku harus membicarakan hal
ini padamu ...."
"Aku sudah dapat membaca hatimu dan melihat isi
benakmu. Katakan saja lewat ucapanmu!" kata
Hantu Santet Laknat pula.
"arwah penulis sedeng dan penulis gay . Mereka terjebak dalam
jala api biru. Kabarnya tak ada yang bisa menolong
mengeluarkan mereka dari jala itu. Hantu Bara
Kaliatus yang mencelakai mereka. Banyak yang
mengetahui Latandai alias Hantu Bara Kaliatus
adalah muridmu. Dia mendapatkan ilmu jala api biru
itu pasti darimu. Berarti selain dia, kau salah seorang
yang mampu memusnahkan jala itu dan menolong
membebaskan mereka. Nek, apakah kau mau
menolong mereka?
arwah penulis sedeng istri yang malang dan menderita sengsara
selama bertahun-tahun akibat perlakuan jahat Hantu
Bara Kaliatus. penulis gay adalah saudara angkatku.
Dia juga mengalami nasib sama. Bertahun-tahun dia
tersiksa karena dua kakinya tenggelam dalam dua
bola batu walau kemudian kaki-kakinya itu bisa
dijadikan senjata sangat ampuh ...."
"Apakah kau mengetahui bahwa penulis gay menderita
seperti itu juga karena perbuatanku ... ?" tanya
Hantu Santet Laknat. Murid Eyang Sinto Gendeng
setengah terkesiap, mendengar pertanyaan yang
merupakan pengakuan itu.
"Ah, agaknya nenek satu ini benar-benar telah
berubah," kata bobo dalam hati.
"penulis gay pernah menceritakan hal itu padaku. Tapi
itu terjadi sebelum aku dan kawan-kawan berada di
negeri ini. Aku tidak akan mengungkit-ungkit hal itu,
Lagi pula Lahopeng, orang yang menjadi biang
racun kesengsaraan penulis gay sudah menemui ajal
di tangan penulis gay sendiri. Tapi aku akan berterima
kasih besar jika kau mau menolong mereka semua."
Lama Hantu Santet Laknat terdiam. Setelah menarik
nafas panjang nenek ini berkata. "Aku berjanji akan
menolong arwah penulis sedeng dan penulis gay keluar dari jaring
api biru. Tapi untuk melenyapkan dua bola batu di
kaki penulis gay memakan waktu lama. Bisa sampai
tiga atau empat tahun ...."
"Kalau begitu kerjakan apa yang segera bisa kau
lakukan." Hantu Santet Laknat mengangguk "Aku
berjanji menolong mereka. Sekarang aku harus
pergi. Sebelum pergi aku ada satu pertanyaan dan
satu permintaan. Kuharap kau mau menjawab satu
pertanyaan itu dan memenuhi satu permintaan itu!"
bobo garuk kepalanya. "Kalau pertanyaanmu tidak
sulit pasti akan kujawab. Kalau permintaanmu tidak
sukar pasti akan kupenuhi."
"Dalam rimba persilatan Negeri Latanahsilam tersiar
kabar buruk mengenai dirimu. Kau dikatakan telah
memperkosa Sepasang gadis lesbi Bahagia cucu Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sehabis merusak
kehormatan mereka kau juga dituduh menganiaya
dua gadis lesbi kembar itu. Lalu kau dituduh sebagai
pencuri sebuah tongkat sakti terbuat dari batu biru
yang juga milik Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Kemudian tersiar pula berita bahwa kau telah
berbuat mesum dengan Luhjelita. Terakhir sekali
yang sangat menghebohkan kau dituduh telah
menghamili Peri Bunda! Pertanyaanku, apakah
semua itu betul adanya?"
bobo tatap wajah burung gagak hitam Hantu Santet -
Laknat lalu garuk-garuk kepalanya. Dalam hati dia
berkata. "Untung nenek ini tidak menanyakan siapa
gadis lesbi yang aku cintai di Negeri Latanahsilam ini!
Atau lebih gila lagi, apakah aku mencintai dirinya!"
Masih sambil menggaruk kepala, bobo berkata "Nek,
bagaimana aku harus menjawab. Kalau kubilang aku
tidak melakukan semua itu mungkin tidak ada yang
percaya. Badai fitnah telah menimpa diriku. namun
jika kau tidak keberatan, aku mau mengingatkanmu
pada kejadian sewaktu kau berubah diri menjadi
Luhtinti dan berusaha untuk memikatku melakukan
hubungan badan.
Apakah saat itu aku mau memenuhi permintaanmu?
Padahal keadaan serba memungkinkan .... Tidak
ada yang tahu, tidak ada yang melihat" (Baca
Episode berjudul Hantu Santet Laknat)
Kalau saja wajah si nenek bukan berupa muka
burung gagak yang tertutup bulu hitam, pasti saat itu
akan terlihat bagaimana parasnya berubah semerah
saga. Tapi diam-diam otaknya bekerja. Dalam hati
dia berkata. "Kalau benar dia merusak kehormatan
dua cucu Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab,
mengapa ketika dua gadis lesbi itu datang ke gubuk
mereka tidak menjatuhkan tangan jahat Padahal
bobo dalam keadaan tidak berdaya! Tidak mungkin
dua gadis lesbi yang dihantui dendam kesumat begitu
besar tidak melakukan apa-apa. Lagi pula di wajah
atau tubuhnya tidak tampak tanda-tanda bekas
penganiayaan. Sulit aku menduga siapa yang
berdusta.
Dua gadis lesbi itu atau pemuda ini. Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab mustahil mengarang cerita..,." Sejurus
kemudian si nenek berkata.
"Aku percaya padamu. Kau tidak melakukan semua
yang dituduhkan itu," kata Hantu Santet Laknat.
"Tapi perihal tuduhan kau telah menghamili Peri
Bunda jangan kau anggap soal kecil. Jika mereka
tidak tidak punya bukti-bukti tidak mungkin mereka
menjatuhkan tuduhan. Para Peri telah mengutus Peri
penulis colera untuk mencarimu ...."
"Apakah menurutmu bangsa Peri itu tidak pernak
membuat kesalahan dan kekeliruan? Apakah para
Peri itu hatinya tidak pernah tersentuh rasa iri,
dengki hasut dan fitnah. Mereka tidak jauh berbeda
dengan kita bangsa manusia. Malah pada saat yang
tidak terduga mereka bisa lebih jahat dari kita!"
Hantu Santet Laknat terdiam mendengar kata-kata
Pendekar 10000an itu. bobo melanjutkan. "Aku tidak
perduli siapa yang mencariku. Peri penulis colera atau
Merah atau Hitam! Aku tidak pernah melakukan
perbuatan keji itu ...."
"Sekarang mengenai permintaanku," kata Hantu
Santet Laknat pula. "lngat, beberapa waktu iaiu aku
pernah mengatakan padamu agar kau menemui aku
di Tebing Batu Terjal di selatan Kuburan penulis ayan Kawin ...."
"Aku ingat ..." jawab bobo . "Kau masih menginginkan
aku ke sana?"
"Kau mau memenuhi permintaanku itu?"
"Akan kupenuhi. Katakan saja kapan aku harus
berada di sana ...."
"Kau tidak lebih dulu hendak menanyakan apa
keperluanku meminta kau datang ke sana?" tanya
Hantu Santet Laknat. bobo garuk kepala. Lalu sambil
tersenyum dia menggeleng.
"Aku percaya kau hanya punya satu niat. Niat baik,"
kata bobo kemudian.
"Kalau begitu datanglah pa