Selasa, 11 Februari 2025

bobo bertemu musuh 2

 



anak baik. Hatimu tutus dan 

penuh kasih. Kalau saja aku punya anak perempuan lesbi  

atau menantu sepertimu, hidupku tentu penuh 

bahagia. Tapi aku ingin kau membawa aku lebih 

dulu menemui penulis gay  di bukit kecil sana ...." 

 

Hantu Langit Terjungkir menunjuk ke arah kejauhan 

di mana tadi Peri penulis colera  menurunkan sosok 

penulis gay . Tapi ketika semua orang memandang 

kesana mereka jadi terkejut Peri penulis colera  dan 

juga penulis gay  tak ada lagi di tempat itu. 

 

"Anak itu .... Kemana dia pergi. Dia tak mungkin  

berjalan sendiri. Ada seseorang yang membawanya. 

Aku masih belum berkesempatan untuk menerang 

kan padanya .... penulis gay  anakku ...." Kembali Hantu 

Langit Terjungkir menangis terisak-isak. 

 

"Kek, biar aku mendukungmu, membawa ke tempat 

lebih baik untuk dirawat," orang berjubah hitam 

bermuka tanah liat tiba-tiba mendekat lalu 

mendukung si kakek di bahu kirinya.  

 

"Tak jauh dari sini ada sebuah telaga di kaki bukit 

kecil. Untuk sementara kurasa itu tempat yang baik 

bagimu. 

"Si muka tanah liat berpaling pada arwah penulis ayan .  

"Aku mendukung kakek ini, harap kau menolong 

perempuan lesbi  di dalam jaring ...." 

"Orang bermuka aneh, aku tahu tadi kau yang 

menolong aku dari bahaya maut tangan ganas 

makhluk muka tengkorak itu. Dia begitu ketakutan 

melihat Pukulan Menebar Budi yang kau lepaskan 

untuk menyelamatkan nyawaku. Pukulan itu 

menandakan kau adalah yang selama ini dijuluki Si 

Penolong Budiman. Tapi wahai, siapakah kau 

sebenarnya?" 

 

Dibalik tanah liat yang membungkus wajahnya si 

jubah hitam tersenyum rawan. Dengan suara 

perlahan dia berkata.  

"Kita orang-orang bernasib sama. Derita gelap 

kehidupan kita sama beratnya. Rahasia yang 

membalut dirimu telah mulai terungkap. Sedang aku 

entah kapan mendapat berkah para Dewa untuk 

dapat pula menyingkapnya ...." 

  

Di ujung ucapannya si muka tanah liat melirik pada 

arwah penulis ayan . arwah penulis ayan  yang dilirik jadi berdebar. Dalam 

hati dia membatin. "betapapun aku tidak suka 

diikutinya terus menerus tapi mungkin dia memang 

menyimpan satu rahasia besar yang ada sangkut 

pautnya dengan diriku. Bagaimana aku harus 

bertindak ... ?" 

"Penolong Budiman, tidak kusangka kau menyem 

bunyikan satu ganjalan hati yang berat dibalik 

wajahmu yang terbungkus tanah liat itu. Aku tahu 

diri. Aku tak akan menanyakan apa-apa padamu. 

Eh, mengapa kau mendadak diam saja? Katamu kau 

hendak membawaku ke satu telaga kecil ...." 

 

"Ah, maafkan diriku. Kita berangkat sekarang juga 

Kek," kata si muka tanah liat. Dia mulai bergerak 

melangkah. Tiba-tiba langkahnya tertahan. 

"Ada apalagi? Kau mendadak hentikan langkah ..." 

tanya Hantu Langit Terjungkir. 

"gadis lesbi  berpakaian serba biru itu. Dia tak ada lagi di 

sini. perempuan lesbi  di dalam jala juga ikut lenyap!" 

jawab Si Penolog Budiman. 

 

"Hemm ... aku bisa membaca. Mudah-mudahan apa 

yang terbaca tidak keliru. Agaknya gadis lesbi  itu sengaja 

menjauhkan diri darimu. Apakah ini ada sangkut 

pautnya dengan rahasia hidupmu?" 

 

Si Penolong Budiman menarik nafasdalam. Tanpa 

menjawab pertanyaan si kakek dia segera 

melangkah tinggalkan tempat itu. 

 

 

PENDEKAR 10000an  bobo  anakmanusia  tidak bisa menduga 

kemana sebenarnya danapa tujuan Hantu Santet 

Laknat membawanya. Sebelumnya dukun jahat itu 

bicara baik-baik padanya seperti orang berhati mulia. 

Dia bicara ingin membalas budi karena bobo  pernah 

menyelamatkannya. Tapi siapa percaya makhluk 

seperti nenek satu ini. Yang menyantet dan 

membunuh orang seenaknya? Karena tak tahan 

berdiam diri dan rasa was-was bobo  akhirnya ajukan 

pertanyaan. 

 

"Nek, kau mau bawa aku kemana sebenarnya?" 

Hantu Santet Laknat gebuk pantat bobo  dengan 

tangan kirinya. "Sudah berapa kali kau bertanya. 

Tidak pernah aku melihat orang secerewet dirimu ini! 

Biasanya yang cerewet adalah nenek-nenek 

sepertiku ini! Masih muda kau sudah begini 

cerewetnya, apalagi nanti sudah jadi kakek! Hi ... hik 

... hik!" Mendapat jawaban seperti itu bobo  akhirnya 

hanya diam saja. Dia berusaha mengerahkan tenaga 

untuk memusnahkan kelumpuhan aneh yang 

menguasai dirinya. Tapi sia-sia saja. Rupanya Hantu 

Santet Laknat mengetahui apa yang dilakukan bobo . 

Maka nenek ini berkata. 

 

"Kau boleh punya kesaktian setinggi langit sedalam 

samudera. Jangan harap kau bisa membebaskan 

diri dari ilmu Membuhul Urat Mengikat Otot yang 

menguasai dirimu. Hantu Sejuta Tanya Sejuta 

Jawab menghabiskan waktu lima puluh tahun untuk 

menyakini iimu yang membuat orang kaku tegang 

tak berdaya seperti yang kau rasakan sekarang ini!" 

 

"Hantu Santet Laknat, kau telah mencuri barbel  

saktiku ...." bobo  ingat pada barbel  Maut pembasmi  

10000an . 

"Sudah kubilang, aku tidak mencuri senjata itu. Aku 

mengambil semata-mata karena ingin merasa dekat 

denganmu ...." 

"Aku tak perduli apapun alasanmu. Kau bisa 

menyebutkan seribu alasan. Mana barbel  itu 

sekarang?" 

"Kusimpan di balik jubah hitamku." 

"Serahkan padaku!" 

"Apa yang hendak kau lakukan?" tanya si nenek 

sambil terus berlari. 

"Senjata itu bisa menolong diriku dari luka dalam 

yang kuderita ...." 

"barbel mu memang senjata luar biasa. Aku pernah 

mencobanya dan berhasii. Ketika diriku cidera berat 

dihantam lawan dan menderita luka dalam. Tapi luka 

dalam yang kau derita bukan cidera biasa! barbel  

saktimu tak akan mampu menolong. Lagi pula jika 

kuserahkan padamu, apa kau bisa memegang 

senjata itu? Kau berada dalam keadaan lumpuh. 

Apa kau bisa mengalirkan tenaga dalam dan hawa 

sakti yang kau miliki?" 

 

"Berarti, seumur-umur aku akan berada dalam 

keadaan seperti ini?" Si nenek tertawa panjang. 

bobo  memaki dalam hati. Dalam keadaan seperti itu 

si nenek masih bisa tertawa. Kemudian didengarnya 

Hantu Santet Laknat berkata. "Pemuda tolol, kalau 

aku ingin kau menderita sengsara seumur-umur, 

tidak akan aku membawamu saat ini ...." . 

"Tapi kau tidak mau memberitahu kemana kau 

membawa diriku ...." 

"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Hari mulai 

gelap. Kalau kau ajak bicara terus aku bisa lari 

menabrak pohon. Kalau kepalamu yang mendarat. di 

batang kayu lebih dulu, apa kau tidak celaka? Nanti 

kau menuduh diriku sengaja mencelakai dirimu ...." 

bobo  menggerendeng dalam hati. Dadanya men 

denyut sakit sekali. Tubuhnya saat demi saat terasa 

semakin lemah. Hantu Santet Laknat pegang 

pundak pemuda ini.  

 

"Tubuhmu mulai dingin. Racun tendangan Hantu 

Sejuta Tanya Sejuta Jawab mulai bekerja. Aku harus 

bertindak cepat ...." 

 

Si nenek percepat larinya. Baru berlalu beberapa 

saat tiba-tiba bobo  merasakan dadanya sesak. Dia 

membuka mulut lebar-lebar agar bisa bernafas. Tapi 

dari mulutnya menghambur darah segar. Saat itu 

juga murid Eyang Sito Gendeng ini jatuh pingsan tak 

sadarkan diri lagi! 

"Celaka! Celaka!" kata Hantu Santet Laknat berulang 

kali. Dia percepat larinya. Dalam udara yang mulai 

gelap sosoknya kelihatan seperti bayang-bayang, 

berkelebat ke arah matahari tenggelam. Tujuannya 

adalah sebuah bukit kecil yang ditumbuhi berbagai 

jenis tumbuhan mengandung obat mujarab bagi 

penyembuhan luka dalam yang disertai racun. 

 

Di puncak bukit itu ternyata ada sebuah gubuk reot 

beratap daun kelapa kering. Di dalam gubuk 

terdapat tiga batang pohon kelapa yang dipotong-

potong rata dan disusun demikian rupa membentuk 

pembaringan. Hantu Santet Laknat baringkan bobo  

di atas batang-batang kelapa itu. Lalu dia mencari 

beberapa ranting kering, digabung jadi satu. Ujung 

ranting-ranting itu dilumasinya dengan hancuran 

sejenis daun. Ketika dibakar maka ujung ranting itu 

berubah menjadi obor. Walau hanya apinya kecil 

saja tapi sudah cukup untuk menerangi seluruh 

gubuk. 

 

Hantu Santet Laknat berlutut di samping sosok bobo . 

Dengan cepat dibukanya baju pemuda ini. Muka 

burungnya berubah dan sepasang matanya yang 

aneh membeliak besar ketika melihat tanda kebiruan 

berbentuk kaki di dada kiri bobo . Itu adalah tanda 

kaki bekas tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta 

Jawab. 

 

"Tendangan Hantu Racun Tujuh .... Tepat di arah 

jantung. Tidak mudah mengobatinya.,." desis Hantu 

Santet Laknat.  

"Aku harus mencari tujuh jenis daun obat. Mungkin 

membutuhkan waktu lama. Apakah dia sanggup 

bertahan ...." Si nenek letakkan telinga kirinya di atas 

dada kiri bobo .  

"Masih ada detak jantungnya. Tidak terlalu keras. 

Para Dewa .... Aku mohon pertolonganmu. Beri 

kekuatan pada orang ini agar dia bisa bertahan. 

Paling tidak sampai aku dapat mengumpulkan tujuh 

daun obat yang diperlukan ...." 

 

Hantu Santet Laknat letakkan dua telapak tangannya 

di dada kiri Pendekar 10000an . Lalu dia pejamkan mata. 

Perlahan-lahan si nenek mulai alirkan hawa sakti ke 

dada murid Eyang Sinto Gendeng. Cukup lama 

sampai tubuhnya keringatan karena dari dada 

pemuda itu seolah ada hawa lain yang keluar 

menolak masuknya hawa sakti si nenek. ltulah hawa 

jahat racun tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta 

Jawab! 

"bobo  ..." bisik Hantu Santet Laknat  

"Walau kelak aku tidak mendapatkan dirimu, aku 

merasa puas jika bisa menyelamatkan jiwamu. 

Kehadiranmu membuat aku mulai menyadari betapa 

hidup di dalam kesesatan itu hanya akan membakar 

diri sendiri ...." Si nenek belai pipi bobo  lalu bangkit 

berdiri. Dia harus bertindak cepat. 

 

Sebelum keluar dari dalam gubuk dia mengambil 

ranting-ranting yang dijadikan obor. Mencari tujuh 

daun obat di malam gelap seperti itu bukan 

pekerjaan mudah. Obor kecil itu bisa menolongnya 

sebagai penerang jalan. 

 

Baru satu langkah Hantu Santet Laknat 

meninggalkan bagian depan gubuk tiba-tiba di dalam 

gelap terdengar suara tawa cekikikan. 

 

Kaget si nenek bukan alang kepalang. Memandang 

kedepan dia melihat dua gadis lesbi  cantik berpakaian 

serba putih menyeruak keluar dari kegelapan, tegak 

berkacak pinggang, memandang ke arahnya sambil 

tertawa-tawa. 

"Sepasang gadis lesbi  Bahagia!" kata si nenek dalam 

hati.  

"Apakah sudah lama mereka berada di tempat ini? 

Apakah mereka melihat apa yang tadi aku lakukan di 

dalam sana? Ah, menyaksikan mereka berdua-dua 

seperti ini membuat rasa penyesalan dalam diriku 

jadi semakin bertambah. Kalau sang Junjungan tidak 

memerintahkan aku .. Tapi bagaimana dengan berita 

yang tersiar di luaran. bobo  dikabarkan telah meru 

sak kehormatan mereka dan menganiaya keduanya. 

Jika melihat mereka saat ini tampaknya seperti tidak 

pernah terjadi apa-apa dengan mereka ....." 

 

Siapa adanya Sepasang gadis lesbi  Bahagia harap baca 

Episode sebelumnya berjudul Hantu Langit 

Terjungkir.  

"Hantu Santet Laknat!" gadis lesbi  kembar di sebelah 

kanan bernama Luhkemboja menegur.  

"Apa yang kau lakukan di dalam gubuk barusan? Hik 

... hik ... hik!" 

"Dia benar-benar beruntung! Hik ... hik ... hik!" 

menimpali gadis lesbi  satunya yakni Luhkenanga sang 

adik Hantu Santet Laknat tidak mau layani ucapan 

dua gadis lesbi  kembar itu. Dia membentak keras.  

"Dua gadis lesbi  liar! Perlu apa malam-malam begini 

berada di tempat ini! Jika kau mengikuti diriku dan 

punya niat tidak baik, jangan kira aku tidak tega 

membuat kalian celaka seumur-umur!" 

"Hik ... hik! Kak, kau dengar, dia mengancam kita!" 

"Dia takut ketahuan apa yang barusan diperbuatnya 

di dalam sana dengan pemuda gagah yang 

digilainya itu!" ujar Luhkemboja. Lalu dua gadis lesbi  itu 

kembali tertawa panjang. 

"Nek, kami tadi mengintip kau hendak menelanjangi 

pemuda itu di dalam gubuk!" kata Luhkenanga. 

"Kau membelai kepalanya. Mengapa tidak membelai 

bagian tubuh lainnya?!" 

"gadis lesbi -gadis lesbi  sesat bermulut keji! Kalau kau tidak 

menjaga ucapan akan kurobek mulut kalian saat ini 

juga!" Hantu Santet Laknat marah besar. 

"Hik ... hik! Dia takut kita mau mengambil pemuda 

itu!" kata Luhkenanga pula. 

"Hemm ... Kalian suka pada pemuda itu! Silahkan 

masuk ke dalam gubuk! Lakukan apa yang kalian 

mau!" Hantu Santet Laknat berkata seraya maju 

selangkah. 

"Kami tidak berselera! Apa lagi pemuda itu siap 

menjadi bangkai tak berguna! Siapa sudi!" jawab 

Luhkenanga.  

 

Seperti diketahui dua gadis lesbi  kembar cucu-cucu Hantu 

Sejuta Tanya Sejuta Jawab ini memang mempunyai 

kelainan. Yakni hanya suka pada kaum sejenis. 

"Kalau kalian tidak punya kepentingan lekas 

menyingkir! Atau api di ujung ranting ini akan 

merusak wajah kalian!" 

 

Habis berkata begitu Hantu Santet Laknat membuat 

lompatan, menyergap dua gadis lesbi  kembar seraya 

babatkan ujung ranting berapi ke wajah mereka. 

Sepasang gadis lesbi  Bahagia tahu sekali siapa adanya 

Hantu Santet Laknat. Mereka tidak mau mencari 

celaka. Dengan sigap keduanya membuat gerakan 

melesat ke udara. Dalam melompat tinggi sosok 

mereka seolah-olah bersikap duduk enak-enakan. 

lnilah jurus yang disebut Bahagia Naik Ke 

Pelaminan.  

 

Sesaat kemudian keduanya lenyap dalam kegelap 

an. Hanya suara tawa mereka yang terdengar di 

kejauhan. Setelah memastikan dua gadis lesbi  itu telah 

pergi jauh Hantu Santet Laknat segera tinggalkan 

tempat tersebut. Namun hatinya was-was. 

"Dua gadis lesbi  itu, aku tidak percaya pada mereka. 

Sejak keadaan mereka menjadi seperti itu benak 

dan hati mereka telah dilumuri segala macam 

kekejian. Aku harus melakukan sesuatu ...."  

 

Si nenek angkat tangan kirinya tinggi-tinggi keatas. 

Telapak tangan dipentang terbuka kearah gubuk. 

Matanya membesar tak berkesip. 

"Wussss!" 

Kepulan asap hitam melesat keluar dari lima jari dan 

telapak tangan si nenek. Asap itu membuntal ke 

arah gubuk. Tepat seperti yang diduga Hantu Santet 

Laknat, tak selang berapa lama Sepasang gadis lesbi  

Bahagia muncul kembali. Mereka memandang 

berkeliling dalam gelap. 

 

"Aneh, rasanya kitasudah sampaidi tempat gubuk itu 

berada sebelumnya. Tapi mengapa gubuknya tak 

ada lagi ... ?" berucap Luhkenanga. 

 

"Pohon besar itu," kata Luhkemboja sambil 

memandang pada pohon besar beberapa langkah di 

hadapannya. "Apakah pohon inisebelumnya 

memang ada di sini?" 

"Aku tak dapat memastikan," jawab Luhhkenanga. 

"Perasaanku tidak enak Jika dukun jahat itu 

membokong kita di malam gelap gulita begini rupa, 

kita bisa celaka. Sebaiknya kita pergi saja. bukankah 

kita ingin menyirap kabar bagaimana keadaan dan 

apa yang dilakukan kakek kita Hantu Sejuta Tanya 

Sejuta Jawab?" 

 

"Ya, kita pergi saja. Kalau bertemu kakek kita 

beritahu bahwa pemuda asing dari negeri seribu dua 

ratus tahun mendatang itu berada di kawasan bukit 

kecil ini." 

 

"Tapi bagaimana kalau dia tahu kita mendustainya 

tentang tongkat batu biru itu?" ujar Luhkenanga. 

Luhkemboja jadi terdiam sesaat Akhirnya dia 

berkata.  

"Sudah, lupakan dulu mencari kakek Yang penting 

kita lekas pergi dari tempat ini!" Seperti ditelan bumi 

dan gelapnya malam, dua gadis lesbi  itu kemudian 

berkelebat lenyap dari tempat itu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LANGlT malam laksana runtuh, tak dapat menahan 

curahan hujan yang sangat lebat. Gubuk tua itu 

seperti akan hancur luluh. Petir sabung menyabung. 

Guntur menggelegar menggetarkan puncak bukit. 

Dinding gubuk yang banyak berlubang membuat 

angin dingin menerobos masuk dengan mudah. 

 

Pendekar 21 2 bobo  anakmanusia  terbaring tak bergerak 

di atas tempat tidur terbuatdari susunan-batang 

pohon kelapa. Hanya dua bola matanya memandang 

berputar. Tubuhnya terasa dingin diterpa angin yang 

masuk dari luar. Tampisan air hujan dari atap dan 

dinding membasahi dirinya.  

 

Untuk kesekian kalinya petir menyambar. Gelegar 

guntur membuat batang-batang pohon kelapa yang 

ditiduri bobo  bergetar keras. Tiba-tiba bobo  melihat 

cahaya terang di atas gubuk. Lalu terdengar suara 

lolongan anjing di kejauhan. Sesaat kemudian 

"braakk!" 

Atap gubuk jebol ambruk. Bersamaan dengan 

guyuran air hujen satu sosok putih melayang turun 

ke dalam gubuk! Dalam kejutnya bobo  berusaha 

bangkit Tapi sekujur tubuhnya laksana direkat 

kebatang pohon kelapa. Matanya membeliak besar 

ketika mengenali siapa adanya sosok tinggi besar 

berjubah putih basah kuyup yang tegak di 

sampingnya. Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab! 

 

"Pemuda terkutuk dari negeri seribu dua ratus tahun 

mendatang! Aku mau melihat sampai dimana 

kesaktianmu! Apa kali ini kau sanggup menyelamat 

kan diri dari kematian? Roh teman-temanmu tidak 

sabar menunggu kedatanganmu untuk bergabung!" 

Murid Eyang Sinto Gendeng jadi terkejut besar. 

"A ... apa?! Jadi kau. .. kau telah membunuh Naga 

pink  dan Setan Penulis kusta ?!" 

Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tertawa bergelak. 

Tiba-tiba dia gerakkan dua tangannya. Dua tangan 

itu serta merta menjadi panjang dan berkelebat ke 

arah leher bobo . Satu cekikan yang sangat kuat 

membuat lidah bobo  langsung terjulur. Dia tidak bisa 

melakukan apapun. Tangannya tak bisa digerakkan. 

Dia tidak ada daya untuk menyelamatkan diri! Suara 

tawa Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab semakin 

keras. Lidah bobo  semakin panjang terjulur. Ludah 

bercampur darah berbusa di mulutnya. Nafasnya 

tidak keluar lagi dari mulut ataupun hidung! 

 

"Tidak ... ! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!" 

teriak bobo . Dia berusaha mengerahkan tenaga. 

Tiba-tiba entah bagaimana, dia mampu meng 

gerakkan tangan dan kakinya. Langsung dia 

menendang dan memukul. Tapi sosok Hantu Sejuta 

Tanya Sejuta Jawab seperti bayang-bayang. bobo  

hanya memukul angin! 

"Aku tidak mau mati! Tidaakk! Kau yang harus mati! 

Kau ... kau ... kau!" bobo  berteriak lagi lalu kembali 

dia memukul dan menendang kalap. 

 

Mendadak pintu gubuk ditendang orang dari luar. 

Satu sosok hitam menghambur masuk. Di kepitan 

tangan kirinya dia membawa berbagai macam 

dedaunan. Di tangan kanan orang ini memegang 

obor ranting kayu. Hantu Santet Laknat! 

"bobo ! Apa yang terjadi?!" si nenek bertanya kaget 

dan heran melihat keadaan bobo  begitu rupa. "Aku 

tidak mau mati! Aku tidak mau mati! Kau yang harus 

mati! Kau ... kau ... kaul" 

"Kau ... kau siapa maksud pemuda ini? Diriku? Dia 

ingin aku mati?" 

 

Si nenek sisipkan obor di sudut gubuk. Dedaunan 

dibuangnya ke lantai lalu cepat dia mendekati bobo . 

Begitu dia menyentuh tubuh si pemuda terasa 

sangat panas. 

 

"Kau mimpi! kau barusan bermimpi bobo ! Sekaligus 

diserang demam panas akibat racun tendangan ...." 

Bola mata Pendekar 10000an  memandang seputar 

gubuk. "Mana dia? Mana dia manusia jahat yang 

hendak membunuhku itu?!" 

"Manusia jahat siapa? Tidak ada orang lain di sini 

kecuali kita berdua ...." Menjelaskan Hantu Santet 

Laknat. 

"Tidak mungkin! Aku lihat sendiri dia menerobos 

masuk dari atas atap sana! Basah kuyup karena di 

luar sedang hujan lebat!" 

 

Hantu Santet Laknat memandang ke arah atap yang 

ditunjuk bobo . "Aku tidak melihat apa-apa. Coba kau 

perhatikan baik-baik. Atap gubuk itu tidak ada yang 

jebol. Di luar tidak ada hujan ...." 

 

"Tidak mungkin! Jangan mempermainkan aku!" Si 

nenek gelengkan kepala. 

"Kataku kau bermimpi ...." 

"Kalau aku bermimpi bagaimana aku bisa 

menendang dan memukul?" 

Hantu Santet Laknat tertawa. "Waktu aku masuk aku 

dapatkan kau terbaring keringatan tapi masih dalam 

keadaan kaku di atas batang-batang kelapa itu. 

Kalau kau tidak percaya coba gerakkan tangan atau 

kakimu!" 

bobo  melakukan apa yang dikatakan si nenek.  

Ternyata dia tidak bisa menggerakkan tangan dan 

kakinya. 

"Kau masih berada dalam kelumpuhan akibat 

perbuatan Hantu SejutaTanya Sejuta Jawab. 

Sekarang apa kau percaya bahwa kau tadi hanya 

bermimpi? 

Kalau kau mimpi berarti kau sempat tidur. Itu sangat 

menolong memulihkan kekuatanmu. Tapi kau masih 

belum terlepas dari bahaya. Pejamkan matamu. 

Jangan memikirkan apa-apa. Aku pernah 

mendengar dari seseorang bahwa kau mempunyai 

Tuhan yang disebut Allah. Aku tidak mengerti, tidak 

tahu siapa Dia adanya. Tapi kudengar Dia Maha 

Kuasa Maha Penolong dan Maha Pengasih. Kalau 

begitu mengapa kau tidak berdoa padaNya agar kau 

mendapat pertolonganNya. 

Aku akan berdoa untukmu pada para Dewa. Lalu 

menyiapkan ramuan obat Tetap berbaring di sini 

sampai aku kembali!"  

 

Setelah Hantu Santet Laknat keluar dari gubuk dan 

Pendekar 10000an  tinggal sendirian, murid Sinto 

Gendeng ini memperhatikan seputar gubuk sambil 

berpikir-pikir. 

"Mungkin benar aku bermimpi. Atap itu tak ada yang 

jebol. Di luar ternyata tidak ada hujan. Nenek 

bernama Hantu Santet Laknat itu.. .. Aneh, mengapa 

dia berubah sebaik itu padaku? Dia hendak meramu 

obat katanya? Dia memberitahu agar aku berdoa 

pada Allah. Astaga .... Aku memang sudah banyak 

berdosa karena sejak lama tidak pernah mengingat-

ingat Dia ...." bobo  usap mukanya yang keringatan 

berulang-ulang. 

"Gusti Allah, ampuni diriku!" bobo  pejamkan 

matanya. Dadanya kembali menyentak sakit. 

 


 

Di dalam gubuk itu waktu terasa seperti merayap. 

bobo  seolah sudah menunggu berhari-hari. Matanya 

hampir terpicing ketika akhirnya Hantu Santet Laknat 

muncul kembali. Di tangannya dia membawa daun 

talas yang dibentuk demikian rupa tempat menam 

pung remasan tujuh macam daun yang meng 

hasilkan semacam cairan kental. 

"Aku datang membawa obatmu! Kau berdoalah pada 

Tuhanmu. Aku memohon pada para Dewa untuk 

kesembuhanmu. Sekarang buka mulutmu lebar-

lebar!" 

"Hantu Santet Laknat, apa yanb ada di dalam daun 

itu?" 

"Obatmu! Jangan banyak bertanya lagi! Jangan 

membuang waktu. Jangan membuat aku kesal!" 

Karena bobo  tidak mau membuka mulutnya, nenek 

berwajah seperti burung gagak hitam itu jadi tak 

sabaran lalu pencet pipi si pemuda. Begitu mulut 

bobo  terbuka Hantu Santet Laknat segera tuangkan 

cairan kental di dalam daun keladi. bobo  masih 

berusaha bertahan dengan tidak mau menelan 

cairan obat itu karena ada kekhawatiran dalam 

dirinya si nenek bukan memberinya obat namun  racun 

jahat yang bisa mencelakainya! 

 

Terpaksa Hantu Santet Laknat memijat pipi bobo  

kembali. "gluk ... gluk ... gluk!" Ketika cairan ramuan 

obat lewat di tenggorokannya, bobo  merasa seperti 

menelan cairan timah panas. Mulutnya mengepulkan 

asap. bobo  berteriak setinggi langit. Matanya 

mendelik lalu terkatup..Mulut terkancing. Hantu 

Santet Laknat tertawa panjang. 

 


 

 

PERLAHAN-lahan Pendekar 10000an  buka sepasang 

matanya. Dia memandang berkeliling dan dapatkan. 

dirinya ternyata masih berada dalam gubuk. Di sudut 

gubuk masih menyala api di ujung tumpukan ranting 

kayu yang kini hanya tinggal dua jengkal pan 

jangnya. 

 

bobo  coba memasang telinga. Selain kesunyian 

sesekali terdengar suara jengkerik di kejauhan 

pertanda saat itu malam hari. 

 

"Malam hari, apakah masih malam yang sama 

pertama kali aku dibawa ke sini? Aku masih berada 

dalam gubuk ini. Mana si nenek dukun itu ... ?" bobo  

berucap dalam hati. "Aneh, tubuhku terasa ringan. 

Dadaku lega, tak ada rasa sakit ...." Tak sadar bobo  

gerakkan tangan kanannya. Astaga! Ternyata dia 

bisa menggerakkan tangan. Ganti tangan kiri 

digerakkan. Lalu digeserkan dua kakinya. 

 

"Gusti Allah! Kau telah menolongku! Aku sembuh! 

Aku bisa bergerak!" Masih kurang percaya, murid 

sinto Gendeng ini bergerak bangkit. Dia keluarkan 

seruan tertahan ketika melihat dia benar-benar bisa 

duduk di atas pembaringan terbuat dari batang 

kelapa itu! 

 

bobo  perhatikan dada kirinya. Sebefumnya disitu ada 

tanda kebiru-biruan bekas tendangan kaki beracun 

Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi saat itu tak 

ada lagi, lenyap tak berbekas. "Tuhan Maha Besar!" 

bobo  bersujud di atas pembaringan. "Terima kasih 

Tuhan. Terima kasih Gusti Allah. Jika pertolongan 

dan kesembuhanku ini Kau berikan melalui kebaikan 

seseorang maka berilah orang itu berkah sebesar-

besarnya!  

 

Berilah kepadaku kemampuan untuk membalas 

budinya!" Setelah bersujud tak bergerak beberapa 

lamanya sambil mengucap puji syukur berkepan-

jangan bobo  turun dari pembaringan. "Aku harus 

mencari nenek itu ...." 

 

Hanya mengenakan celana putih tanpa baju dia 

melangkah ke pintu. Pintu gubuk mengeluarkan 

suara berkereketan ketika dibuka. Di luar kegelapan 

hitam menyambutnya. Setelah memperhatikan 

keadaan sesaat, bobo  kemudian melangkah. Dia 

memeriksa sekitar gubuk malah lebih jauh lagi. Tapi 

dia tidak menemukan Hantu Santet Laknat 

 

"Jangan-jangan dia telah pergi entah kemana. Dia 

masih membawa barbel  saktiku. Kemana aku harus 

mencarinya?!" bobo  angkat tangan kanannya 

menggaruk kepala.  

 

"Ah, sudah lama aku tidak menggaruk. Enak sekali 

rasanya!" Murid Sinto Gendeng lalu pergunakan dua 

tangan untuk menggaruk kepalanya habis-habisan 

sambil tersenyum-senyum. Tapi bila dia ingat 

kembali pada Hantu Santet Laknat dan barbel  

saktinya, senyumnya hilang, gerakan menggaruk 

terhenti. 

 

Kemudian disadarinya dia tidak mengenakan baju. 

"Aku harus kembali ke gubuk. Mengambil baju dan 

memeriksa. Siapa tahu nenek itu meninggalkan 

barbel  saktiku di satu tempat di dalam gubuk itu!" 

bobo  setengah mengharap walau sebenarnya dia 

tidak yakin Hantu Santet Laknat akan meninggalkan 

barbel  Maut pembasmi  10000an  begitu saja tanpa 

memberitahu padanya. 

 

bobo  cepat-cepat melangkah kembali ke gubuk. 

Setengah jalan di satu. tempat langkahnya tertahan. 

Telinganya tiba-tiba mendengar suara sesuatu. 

 

"Suara orang terisak-isak.. " kata bobo  dalam hati. 

"Siapa pula yang malam-malam begini menangis di 

tempat ini?" Dia memandang berkeliling. Matanya 

melihat sesuatu beberapa belas langkah di depan 

sana. Di bawah bayang-bayang gelap sebuah- 

pohon besar, di atas akar pohon yang menyembul 

tinggi di permukaan tanah dia melihat seseorang 

duduk bersandar. Seorang perempuan lesbi  berpakaian 

putih panjang. 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERI penulis colera  .... Bagaimana dia bisa berada di 

sini. Apa yang membuat hatinya sedih hingga 

menangis terisak-isak?" bobo  menyelinap ke balik 

serumpunan semak belukar hingga berada lebih 

dekat dengan pohon besar. Dari tempat itu dia bisa 

melihat lebih jelas dan jadi terkejut ketika menda 

patkan perempuan lesbi  berpakaian putih panjang itu 

ternyata bukanlah Peri penulis colera bobo  menduga-

duga siapa adanya perempuan lesbi  ini.  

 

"Tak pernah kulihat gadis lesbi  bertubuh langsing ini 

sebelumnya. Wajahnya sungguh luar biasa. Bulat 

berseri seperti bulan empat belas hari. Paras yang 

tidak kalah cantik dengan para gadis lesbi  yang pernah 

kulihat di Negeri Latanahsilam ini. 

 

Rambutnya sungguh hitam dan panjang sampai 

sepinggang. Kulitnya tak kalah putih dengan Peri 

penulis colera Mungkinkah dia seorang Peri yang sela 

ma ini tidak pernah memunculkan diri? Tapi Kalau 

Peri biasanya tubuh serta pakaiannya mengeluarkan 

bau harum semerbak." 

 

Selagi bobo  berpikir-pikir apakah dia segera saja 

keluar dari balik semak belukaratau menunggu sam-

pai gadis lesbi  itu pergi dan dia lalu mengikutinya, tiba-tiba 

ada suara berdesir menembus semak belukar. Dia 

hampir keluarkan seruan tertahan sewaktu meiihat 

seekor ular hitam besar panjang hampir dua tombak 

melata cepat di tanah, melesat ke arah si gadis lesbi  

duduk.  

 

bobo  hampir berteriak hendak memberikan ingat 

karena menyangka binatang yang tubuhnya meman 

carkan cahaya aneh itu hendak menyerang atau 

mematuk si gadis lesbi . Tapi dia jadi ternganga sewaktu 

menyaksikan bagaimana ular besar itu meluncur di 

akar pohon yang menyembul tinggi lalu naik ke atas 

tubuh si gadis lesbi  dan bergelung di pangkuannya! 

 

"Wahai sahabatku Laepanjanghitam," Terdengar si 

gadis lesbi  berucap. "Tidak sangka kau datang malam 

malam begini ...." Ular hitam di pangkuan si gadis lesbi  

tegakkan kepalanya dan julurkan lidahnya yang me-

mancarkan sinar terang kebiruan lalu Keluarkan 

suara mendesis halus. Si gadis lesbi  usap-usap kepala 

ular besar itu dengan tangan kirinya. Sang ular 

kedap-kedipkan sepasang matanya yang berwarna 

hitam pekat.  

 

"Sahabatku, saat ini aku tidak memerlukanmu. 

Mungkin aku tidak akan meminta pertolonganmu 

dalam waktu lama. Mungkin juga kita tak akan 

bertemu lagi. Walau begitu di alam seribu gaib kita 

akan tetap bersahabat Jika kau memerlukan diriku 

aku bisa muncul. Jika aku membutuhkanmu aku 

akan memanggilmu. Langit di sebelah timur mulai 

kelihatan terang. Sebentar lagi pagi akan segera 

datang. Wahai sahabatku, pergilah ...." 

 

Ular di pangkuan si gadis lesbi  kembali keluarkan suara 

mendesis halus lalu gelungkan tubuhnya di ieher 

dan dada gadis lesbi  itu. Setelah mengusapkan kepalanya 

ke pipi si gadis lesbi  seolah membelai, binatang ini 

meluncur turun dari pangkuannya lalu melata di 

tanah dan menghilang di arah matahari terbit. 

 

Tak lama setelah binatang itu lenyap gadis lesbi  langsing 

berpakaian putih bangkit berdiri. Dia merapikan 

rambutnya yang tergerai sampai di pinggang, 

termenung sesaat. Sambil mengusap pipinya gadis lesbi  

ini balikkan diri, melangkah ke balik pohon besar 

tempat sebelumnya dia tadi duduk. 

 

bobo  yang setengah tercekat menyaksikan semua 

kejadian itu segera keluar dari balik semak belukar 

dan mengejar ke balik pohon besar. Tapi gadis lesbi  

cantik berpakaian putih berambut panjang itu tak 

kelihatan lagi. 

 

"Lenyap!" kata bobo  sambil memandang berkeliling 

dan garuk-garuk kepala. "Mungkin dia sebangsa - 

hantu penghuni kawasan ini. Kalau manusia biasa. 

masakan bersahabat dengan seekor ular besar 

begitu ru pa?" 

.  

Pendekar 10000an  memandang ke timur. Langit semakin 

terang. "Aku harus kembali ke gubuk. Mungkin 

Hantu Santet Laknat sudah ada di sana. Aku harus 

mendapatkan barbel  pembasmi  10000an  kembali. Aku 

harus mencari kawan-kawanku. Aku harus menolong 

penulis gay  dan arwah penulis sedeng . Terakhir sewaktu di 

lembah mereka masih berada dalam jaring aneh itu 

...." bobo  lalu ingat dengan orang-orang yang hendak 

menurunkan tangan jahat terhadapnya. Seperti 

Lawungu, Hantu Tangan Empat dan Hantu Sejuta 

Tanya Sejuta Jawab. 

  

"Persetan dengan mereka!" bobo  memaki sendiri lalu 

balikkan badan, kembali menuju ke gubuk. Hampir 

sepeminuman teh berlalu, pendekar kita mulai heran 

dan garuk-garuk kepala. "Aneh, waktu pergi tadi 

rasanya aku tidak jauh-jauh. Mengapa sekarang 

membutuhkan waktu begini lama mencari gubuk 

sialan itu?!"  

 

bobo  memandang berkeliling. Sementara itu langit 

sudah terang karena malam telah berganti siang. 

Ketika dia menoleh ke kiri kagetlah bobo . Gubuk 

yang dicarinya itu ada di sana. Hanya belasan 

tombak saja dari tempatnya berdiri. 

"Sialan. Mungkin aku masih ingat-ingat gadis lesbi  cantik 

tadi.  Hingga gubuk di depan mata aku tidak 

melihat!" 

 

bobo  segera melangkah menuju gubuk. Namun 

kakinya berhenti berjalan ketika tiba-tiba pintu gubuk 

dilihatnya terbuka. Seorang berpakaian serba biru 

keluar dari dalam gubuk. Dia membawa sehelai 

pakaian putih yang sengaja ditekapkannya ke 

dadanya.  

 

"arwah penulis ayan . .." desis Pendekar 10000an . Setengah berlari 

dia segera menuju ke gubuk. Sementara itu gadis lesbi  di 

depan pintu gubuk kelihatan gugup dan berubah 

wajahnya. Pakaian putih yang didekapnya ke dada 

cepat cepat diturunkannya. Pakaian itu ternyata 

adalah baju milik bobo . Begitu berhadap-hadapan 

kedua orang ini sesaat hanya saling pandang, tak 

ada yang keluarkan ucapan. 

 

arwah penulis ayan  lalu ingat pada baju bobo  yang 

dipegangnya. Diulurkannya tangannya menyerahkan 

pakaian itu. Si gadis lesbi  berusaha tersenyum. 

"Bajumu .... Kutemukan di dalam gubuk. Aku ...." 

bobo  melihat bekas robekan hangus pada bahu 

kanan dan pinggul arwah penulis ayan .  

 

"Ada robekan di pakaianmu. Apa yang terjadi ... ?" 

"Hantu Bara Kaliatus. Dia menyerangku dengan 

bara-bara apinya. Untung tidak apa-apa. Hanya 

pakaianku yang robek ..." menerangkan arwah penulis ayan  

dan merasa senang karena si pemuda 

memperhatikan dirinya. 

 

"Syukur kalau begitu. Aku gembira kita bisa bertemu 

di sini. Walau sulit menduga bagaimana kau bisa 

sampai di tempat ini," kata bobo . Mendengar ucapan 

bobo , si gadis lesbi  merasa bahagia. Dia jadi ceria. 

"Panjang ceritanya, mungkin juga hanya satu 

kebetulan. Aku akan tuturkan padamu secara 

singkat. Setelah kau dilarikan Hantu Santet Laknat 

aku tersesat ke satu tempat dimana tengah terjadi 

perkelahian antara Hantu Bara Kaliatus dengan 

Hantu Langit Terjungkir arwah penulis sedeng  juga ada di situ. 

Seperti penulis gay  dia masih terbungkus dalam jaring 

aneh. Hantu Bara Kaliatus dibantu oleh satu 

makhluk berjubah hitam bermuka jerangkong yang 

dipanggil dengan sebutan Junjungan. Ternyata 

makhluk ini memiliki kepandaian tinggi.  

 

Hantu Bara Kaliatus hampir membunuh penulis gay  

kalau tidak ditolong oleh Peri penulis colera Hantu  

Langit Terjungkir sendiri hampir tamat riwayatnya 

kalau tidak ditolong oleh seorang aneh bermuka 

tanah liat yang selama ini dikenal dengan sebutan Si 

Penolong Budiman ...." 

 

"Orang itu, bukankah yang menurutmu selalu 

mengikutimu ...." arwah penulis ayan  mengangguk. "Sampai 

saat ini dia masih saja mengikutiku. Aku akan 

ceritakan mengenai dirinya nanti. Biar kulanjutkan 

dulu cerita tadi. Dalam perkelahian hidup mati itu 

Hantu Langit Terjungkir sempat mengatakan pada 

Hantu Bara Kaliatus bahwa penulis gay  adalah 

saudara kandungnya. Kemudian tersingkap singkap 

pula rahasia bahwa Hantu Langit Terjungkir itu 

sebenarnya adalah ayah kandung Hantu Bara 

Kaliatus. 

 

Tapi Hantu Bara Kaliatus tidak mempercayai. Malah 

marah besar. Dia kemudian meninggalkan tempat 

itu. Makhluk muka tengkorak menyusul pergi. 

Kemudian kami ketahui pula bahwa Peri penulis colera  

tak ada lagi di tempat itu. penulis gay  lenyap. Besar 

dugaan Peri penulis colera  yang membawanya. Aku 

kemudian membawa arwah penulis sedeng . Si Penolong 

Budiman menolong Hantu Langit Terjungkir yang 

cidera patah lengan kanannya. Kami kemudian 

berpisah ...." 

 

"arwah penulis sedeng , apakah dia sudah bisa dikeluarkan dari 

dalam jala?" tanya bobo . 

arwah penulis ayan  menggeleng. "Tak ada satu kekuatanpun 

yang sanggup menjebol jaring itu. Tapi aku akan 

berusaha terus ...." 

 

"Kau belum menerangkan bagaimana kau tahu-tahu 

pagi ini bisa tersesat ke sini," kata bobo  pula. Dia 

ingat gada baju yang dipegangnya. Cepat-cepat 

bobo  mengenakan pakaian itu. 

"Secara kebetulan saja ..." jawab arwah penulis ayan .  

"Setelah kau lenyap dibawa Hantu Santet Laknat 

dan kami tidak tahu dimana beradanya dua 

sahabatmu benama Naga pink  dan Setan 

Penulis kusta  itu, timbul perasaan khawatir. Jangan-

jangan kau sudah dicelakai oleh nenek jahat itu ...." 

"Tidak, malah sebaliknya ...." bobo  memotong. 

"Apa maksudmu tidak dan malah sebaliknya?" tanya 

arwah penulis ayan . 

"Teruskan ceritamu. Nanti aku jelaskan," jawab bobo . 

 

Si gadis lesbi  tatap wajah Pendekar 10000an  sejurus baru 

meneruskan penuturannya. "Beberapa hari lalu aku 

menemukan sebuah gua. arwah penulis sedeng  kubaringkan di 

dalam gua yang ternyata cukup bersih dan ada mata 

air di dalamnya ...." 

 

"Bagaimana dengan Hantu Langit Terjungkir dan Si 

Penolong Budiman?" bobo  memotong dengan 

pertanyaan. 

"Aku tak tahu pasti mereka berada di mana. Tapi 

sebelum berpisah Si Penolong Budiman 

mengatakan akan membawa kakek itu ke sebuah 

telaga tak jauh dari tempat itu. Ternyata kemudian 

kuketahui, gua dimana aku dan arwah penulis sedeng  berada 

terletak tak jauh dari telaga, sama-sama tidak jauh 

pula dari bukit ini. Pagi tadi, begitu fajar mulai 

menyingsing aku berjalan-jalan ke puncak bukit ini. 

Tak sengaja aku menemukan gubuk ini. Kuperiksa. 

Kosong. Tapi di dalamnya aku melihat tanda-tanda 

sebelumnya ada orang di sini. Lalu aku melihat 

sehelai baju putih. Aku yakin sekali pakaian itu 

adalah milikmu. Berarti sebelumnya kau ada di 

dalam gubuk. Aku memutuskan untuk menunggu. 

Tapi tak ada yang muncul. Aku keluar dari gubuk. 

Tepat pada saat kau tengah menuju ke sini ...." 

 

"Aku memang berada di gubuk ini. Aku tak ingat  

pasti berapa lama atau berapa malam aku berada di 

sini. Sebelumnya aku menderita luka dalam yang  

amat parah. Tendangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta 

Jawab membuat sekujur badanku lumpuh. Hantu 

Santet Laknat membawaku ke sini. Dia mengobati 

diriku hingga sembuh begini rupa ...." 

 

Tentu saja arwah penulis ayan  merasa terkejut mendengar 

keterangan bobo . Dia menatap dengan pandangan 

tidak percaya. "Kau diculik Hantu Santet Laknat, dia 

juga yang mencuri barbel  saktimu. Lalu kau katakan 

dia mengobati menyembuhkan luka dalam serta 

kelumpuhan akibat tendangan Hantu Sejuta Tanya 

Sejuta Jawab?" 

 

"Benar!" jawab bobo .  

"Maksudku, semua ini tentu saja atas kehendak 

Gusti Allah yang Maha Kuasa. Si nenek ...." 

"Sulit kupercaya Hantu Santet Laknat mau berlaku 

sebaik itu ..." kata arwah penulis ayan  pula. Lalu dalam hati dia 

berkata.  

"Jangan-jangan dukun jahat itu menyembunyikan 

sesuatu dibalik semua kebaikan ini ...." 

"Kau agaknya tidak percaya kalau Hantu Santet 

Laknat benar-benar telah berubah dan 

menolongku?" tanya bobo  ketika melihat cara 

memandang si gadis lesbi . 

"Aku percaya. Mudah-mudahan kasih yang tulus dan 

budi pertolongan yang kudus telah tumbuh di lubuk 

hati nenek itu. Aku turut bergembira. Walau demikian 

aku sarankan agar kau tetap berlaku hati-hati, 

waspada. Dibalik sesuatu kebaikan mungkin 

tersembunyi satu maksud jahat. Di belakang yang 

putih mungkin mendekam sesuatu yang hitam. Di 

balik budi pertolongan bisa saja berlindung satu niat 

buruk yang tidak terduga. Tapi Kalau kasih sudah 

menjadi bagian hati seseorang rasanya kebaikan 

akan terpancar dalam segala tindakannya. ltulah 

yang kuharapkan terjadi dengan Hantu Santet 

Laknat ...." 

 

"Kau menduga nenek itu menaruh hati culas 

terhadapku?" tanya bobo . 

"Aku tidak mengatakan demikian. Aku minta agar 

kau tetap berlaku hati-hati. Terhadap siapapun ...." 

"Termasuk terhadapmu?" tanya bobo  sambil 

tersenyum. 

"Bisa saja!" jawab arwah penulis ayan . Laludia berkata. 

"Aku harus kembali ke gua. Kau mau ikut 

bersamaku? Mungkin kita berdua bisa melakukan 

sesuatu untuk melepaskan arwah penulis sedeng  dari dalam jala 

api biru."  

"Aku ingin sekali ikut bersamamu. Menolong 

arwah penulis sedeng  juga menjadi keinginanku. Tapi tidak 

sekarang. Tunjukkan saja di mana kira-kira letak gua 

itu." arwah penulis ayan  merasa kecewa mendengar bobo  tak 

mau ikut saat itu juga bersamanya. 

"Kau turuni kaki bukit ini ke arah matahari 

tenggelam. Kau pasti akan menemukan gua itu 

Tidaksulit mencarinya." 

"Aku akan menyusul ...." 

"Apa yang hendak kau lakukan hingga tidak bisa 

berangkat bersamaku ke gua?" bertanya arwah penulis ayan . 

"Aku,, aku harus menunggu sampai Hantu Santet 

Laknat datang. Dia adalah orang yang telah 

menolongku. Rasanya tidak baik kalau aku pergi 

sebelum bertemu dan mengucapkan terima kasih. 

Lagi pula aku ingin mendapatkan barbel  pembasmi  

10000an  kembali ...." 

"Aku mengerti. Aku tunggu kau di gua." Kata 

arwah penulis ayan  pula. 

 

bobo  menggangguk dan memperhatikan kepergian 

arwah penulis ayan  sambil dalam hati berkata.  

"Beberapa  orang mengatakan gadis lesbi  itu mencintai 

diriku. Mungkin benar. Dibalik kekhawatirannya 

terhadap si nenek dukun, tersembunyi rasa 

cemburu. Aneh, gadis lesbi  secantik itu bisa cemburu 

terhadap seorang nenek buruk bermuka burung 

gagak hitam!" 

Setelah arwah penulis ayan  lenyap di balik pepohonan 

Pendekar 10000an  segera masuk ke dalam gubuk. Dia 

memeriksa setiap sudut gubuk itu. Namun tidak 

menemukan barbel  saktinya.  

"Nenek itu pasti membawanya. Di mana dia 

sekarang? Agaknya aku harus menunggu sampai 

dia datang. Tapi untuk berapa lama? 

Bagaimana kalau dia tidak muncul lagi?" bobo  garuk-

garuk kepala lalu keluar dari gubuk. Langkahnya 

hampir tersurut karena kaget. Karena begitu keluar 

dari dalam gubuk sosok Hantu Santet Laknat tahu-

tahu telah berdiri di depannya. Tangan kanannya 

berada di belakang pinggang. Pandangan mata 

burungnya yang menyembul hitam, tajam tak 

berkesip. Membuat Pendekar 10000an  merasa tidak 

enak. 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

”APA yang ada dalam pikiran nenek ini. Jangan- 

jangan hati jahatnya muncul kembali. Dia berdiri 

menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya ..." 

membatin murid Sinto Gendeng. 

 

Dalam khawatirnya dia segera siapkan tenaga dalam 

ke tangan kanan. Dia merasa lega ternyata 

kesembuhannya memang menyeluruh, termasuk 

kemampuan mengerahkan hawa sakti yang 

dimilikinya. 

 

"Kau mencari benda ini?" tiba-tiba Hantu Santet 

Laknat ajukan pertanyaan. Lalu nenek ini gerakkan 

tangan kanannya yang sejak tadi dikebelakangkan. 

Ternyata di tangan itu dia memegang barbel  Maut 

pembasmi  10000an . Sinar matahari pagi membuat 

senjata sakti itu memancarkan sinar menyilaukan. 

 

"Nek, berkat pertolonganmu aku sudah sembuh!" 

bobo  mengalihkan pembicaraan walau saat itu dia 

ingin sekali mengambil barbel  saktinya dari tangan si 

nenek. 

"Aku berterima kasih padamu Nek," kata bobo  lagi 

sambil memegang bahu si nenek kiri kanan. Hantu 

Santet Laknat pandangi wajah bobo  lalu 

memperhatikan dua tangan yang mendekap 

bahunya itu. Si nenek kemudian tersenyum. "Tak 

perlu kau mengucapkan terima kasih. Kalaupun kau 

merasa perlu, sampaikan pada Tuhanmu. Aku sudah 

memuji syukur semalaman tadi pada para Dewa ...." 

Hantu Santet Laknat kemudian ulurkan tangannya  

yang memegang barbel .  

 

"Berat hatiku mengembalikan senjata ini padamu. 

Tapi aku tahu itu bukan milikku. Kau bukan saja 

sebagaiorang yang mempunyai tapi aku tahu senjata 

itu banyak kegunaannya jika berada di tanganmu. 

Ambillah kembali. Maafkan kalau kau merasa aku 

pernah mencurinya darimu ...." Hantu Santet Laknat 

dekatkan mata barbel  ke wajahnya. Untuk beberapa 

saat lamanya dia tempelkan senjata itu di pipinya 

sambil memejamkan mata. Masih dalam keadaan 

mata terpejam barbel  Maut pembasmi  10000an  

diserahkannya pada bobo . 

 

"Nek, kau orang baik. Waiau dulu kau pernah 

mengecewakan diriku dengan perbuatanmu yang 

aneh-aneh, tapi belakangan ini aku banyak 

berhutang budi padamu ...." bobo  ambil barbel  sakti 

dari tangan si nenek. Setelah memeriksanya sesaat 

senjata itu segera diselipkan di balik pakaiannya. Dia 

benar-benar merasa lega kini.  

 

"Terima kasih Nek," kata bobo  pada Hantu Santet 

Laknat sambil tersenyum. Hantu Santet Laknat 

tertawa panjang. "Kau bicara soal budi! Hik ... hik! 

Urusan budi baik hanya ada di negeri asal usulmu 

yang kau sebut sebagai tanah Jawa itu. Di 

Latanahsilam, antara budi dengan kejahatan hanya 

terpisah setipis kabut pagi. Tapi aku banyak belajar 

mengenai budi luhur darimu. Aku tak akan 

melupakan hal  itu !”  Habis berkata begitu si nenek 

memandang berkeliling. Lalu dia memperhatikan 

tanah di bagian depan gubuk, menghirup udara be- 

berapa kali dan berkata. 

 

"Kalau tidak salah aku menduga, agaknya belum 

lama ini tempat ini telah kedatangan seorang tamu 

...." bobo  tertawa lebar.  

"Kemampuanmu melacak tanda dan hawa sungguh 

membuat aku kagum!" bobo  memuji. 

"Jika kau mau, ilmu itu akan kuberikan. Tapi 

wajahmu harus berubah jadi wajah buruk gagak 

hitam sepertiku! Hik ... hik ... huk!" Hantu Santet 

Laknat tertawa cekikikan.  

"Kau mau mengatakan siapa tamumu itu?" 

"Aku rasa dengan ketinggian ilmumu kau sudah tahu 

siapa orangnya. Tapi baik aku katakan. Aku tak mau 

berdusta pada sahabat sendiri ....'. 

"Wahai! Kau kini menganggap diriku sebagai 

sahabat? Sungguhan?!" tanya si nenek. 

bobo  mengangguk. Sepasang mata hitam dan 

menonjol si nenek kelihatan berbinar-binar lalu 

kembali dia tertawa panjang. 

"Kau kenal orangnya. Seorang gadis lesbi  bernama 

arwah penulis ayan ," bobo  menerangkan. Hantu Santet Laknat 

tampak agak tercekat sesaat lalu anggukkan kepala.  

 

"gadis lesbi  itu! Yang kecantikannya membuat iri-para 

Peri di Negeri Atas Angin. Wahai, gerangan apakah 

yang membuat dia sampai terpesat ke puncak bukit 

ini?" 

 

"Dia muncul secara tidak sengaja. Sejak beberapa 

hari lalu dia dan arwah penulis sedeng  berada di satu gua di 

kaki bukit. perempuan lesbi  malang bekas istri Hantu 

Bara Kaliatus itu masih terkurung dalam jaring api 

biru." Sampai di situ bobo  ingat sesuatu dan hentikan 

ucapannya. Dia menatap wajah burung gagak Hantu 

Santet Laknat. 

"Apa yang ada di benakmu bobo ?" tanya Hantu 

Santet Laknat. 

"Nek, maafkan kalau aku harus membicarakan hal 

ini padamu ...." 

"Aku sudah dapat membaca hatimu dan melihat isi 

benakmu. Katakan saja lewat ucapanmu!" kata 

Hantu Santet Laknat pula. 

"arwah penulis sedeng  dan penulis gay . Mereka terjebak dalam 

jala api biru. Kabarnya tak ada yang bisa menolong 

mengeluarkan mereka dari jala itu. Hantu Bara 

Kaliatus yang mencelakai mereka. Banyak yang 

mengetahui Latandai alias Hantu Bara Kaliatus 

adalah muridmu. Dia mendapatkan ilmu jala api biru 

itu pasti darimu. Berarti selain dia, kau salah seorang 

yang mampu memusnahkan jala itu dan menolong 

membebaskan mereka. Nek, apakah kau mau 

menolong mereka? 

 

arwah penulis sedeng  istri yang malang dan menderita sengsara 

selama bertahun-tahun akibat perlakuan jahat Hantu 

Bara Kaliatus. penulis gay  adalah saudara angkatku. 

Dia juga mengalami nasib sama. Bertahun-tahun dia 

tersiksa karena dua kakinya tenggelam dalam dua 

bola batu walau kemudian kaki-kakinya itu bisa 

dijadikan senjata sangat ampuh ...." 

 

"Apakah kau mengetahui bahwa penulis gay  menderita 

seperti itu juga karena perbuatanku ... ?" tanya 

Hantu Santet Laknat. Murid Eyang Sinto Gendeng 

setengah terkesiap, mendengar pertanyaan yang 

merupakan pengakuan itu.  

 

"Ah, agaknya nenek satu ini benar-benar telah 

berubah," kata bobo  dalam hati. 

"penulis gay  pernah menceritakan hal itu padaku. Tapi 

itu terjadi sebelum aku dan kawan-kawan berada di 

negeri ini. Aku tidak akan mengungkit-ungkit hal itu, 

Lagi pula Lahopeng, orang yang menjadi biang 

racun kesengsaraan penulis gay  sudah menemui ajal 

di tangan penulis gay  sendiri. Tapi aku akan berterima 

kasih besar jika kau mau menolong mereka semua." 

 

Lama Hantu Santet Laknat terdiam. Setelah menarik 

nafas panjang nenek ini berkata. "Aku berjanji akan 

menolong arwah penulis sedeng  dan penulis gay  keluar dari jaring 

api biru. Tapi untuk melenyapkan dua bola batu di 

kaki penulis gay  memakan waktu lama. Bisa sampai 

tiga atau empat tahun ...." 

 

"Kalau begitu kerjakan apa yang segera bisa kau 

lakukan." Hantu Santet Laknat mengangguk "Aku 

berjanji menolong mereka. Sekarang aku harus 

pergi. Sebelum pergi aku ada satu pertanyaan dan 

satu permintaan. Kuharap kau mau menjawab satu 

pertanyaan itu dan memenuhi satu permintaan itu!" 

 

bobo  garuk kepalanya. "Kalau pertanyaanmu tidak 

sulit pasti akan kujawab. Kalau permintaanmu tidak 

sukar pasti akan kupenuhi." 

"Dalam rimba persilatan Negeri Latanahsilam tersiar 

kabar buruk mengenai dirimu. Kau dikatakan telah 

memperkosa Sepasang gadis lesbi  Bahagia cucu Hantu 

Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sehabis merusak 

kehormatan mereka kau juga dituduh menganiaya 

dua gadis lesbi  kembar itu. Lalu kau dituduh sebagai 

pencuri sebuah tongkat sakti terbuat dari batu biru 

yang juga milik Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. 

Kemudian tersiar pula berita bahwa kau telah 

berbuat mesum dengan Luhjelita. Terakhir sekali 

yang sangat menghebohkan kau dituduh telah 

menghamili Peri Bunda! Pertanyaanku, apakah 

semua itu betul adanya?" 

 

bobo  tatap wajah burung gagak hitam Hantu Santet - 

Laknat lalu garuk-garuk kepalanya. Dalam hati dia 

berkata. "Untung nenek ini tidak menanyakan siapa 

gadis lesbi  yang aku cintai di Negeri Latanahsilam ini! 

Atau lebih gila lagi, apakah aku mencintai dirinya!" 

Masih sambil menggaruk kepala, bobo  berkata "Nek, 

bagaimana aku harus menjawab. Kalau kubilang aku 

tidak melakukan semua itu mungkin tidak ada yang 

percaya. Badai fitnah telah menimpa diriku. namun  

jika kau tidak keberatan, aku mau mengingatkanmu 

pada kejadian sewaktu kau berubah diri menjadi 

Luhtinti dan berusaha untuk memikatku melakukan 

hubungan badan. 

 

Apakah saat itu aku mau memenuhi permintaanmu? 

Padahal keadaan serba memungkinkan .... Tidak 

ada yang tahu, tidak ada yang melihat" (Baca 

Episode berjudul Hantu Santet Laknat) 

 

Kalau saja wajah si nenek bukan berupa muka 

burung gagak yang tertutup bulu hitam, pasti saat itu 

akan terlihat bagaimana parasnya berubah semerah 

saga. Tapi diam-diam otaknya bekerja. Dalam hati  

dia berkata. "Kalau benar dia merusak kehormatan 

dua cucu Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, 

mengapa ketika dua gadis lesbi  itu datang ke gubuk 

mereka tidak menjatuhkan tangan jahat Padahal 

bobo  dalam keadaan tidak berdaya! Tidak mungkin 

dua gadis lesbi  yang dihantui dendam kesumat begitu 

besar tidak melakukan apa-apa. Lagi pula di wajah 

atau tubuhnya tidak tampak tanda-tanda bekas 

penganiayaan. Sulit aku menduga siapa yang 

berdusta.  

 

Dua gadis lesbi  itu atau pemuda ini. Hantu Sejuta Tanya 

Sejuta Jawab mustahil mengarang cerita..,." Sejurus 

kemudian si nenek berkata. 

"Aku percaya padamu. Kau tidak melakukan semua 

yang dituduhkan itu," kata Hantu Santet Laknat. 

"Tapi perihal tuduhan kau telah menghamili Peri 

Bunda jangan kau anggap soal kecil. Jika mereka 

tidak tidak punya bukti-bukti tidak mungkin mereka 

menjatuhkan tuduhan. Para Peri telah mengutus Peri 

penulis colera  untuk mencarimu ...." 

 

"Apakah menurutmu bangsa Peri itu tidak pernak 

membuat kesalahan dan kekeliruan? Apakah para 

Peri itu hatinya tidak pernah tersentuh rasa iri, 

dengki hasut dan fitnah. Mereka tidak jauh berbeda 

dengan kita bangsa manusia. Malah pada saat yang 

tidak terduga mereka bisa lebih jahat dari kita!" 

 

Hantu Santet Laknat terdiam mendengar kata-kata 

Pendekar 10000an  itu. bobo  melanjutkan. "Aku tidak 

perduli siapa yang mencariku. Peri penulis colera  atau 

Merah atau Hitam! Aku tidak pernah melakukan 

perbuatan keji itu ...." 

 

"Sekarang mengenai permintaanku," kata Hantu 

Santet Laknat pula. "lngat, beberapa waktu iaiu aku 

pernah mengatakan padamu agar kau menemui aku 

di Tebing Batu Terjal di selatan Kuburan penulis ayan Kawin ...."  

"Aku ingat ..." jawab bobo . "Kau masih menginginkan 

aku ke sana?" 

"Kau mau memenuhi permintaanku itu?" 

"Akan kupenuhi. Katakan saja kapan aku harus 

berada di sana ...." 

"Kau tidak lebih dulu hendak menanyakan apa 

keperluanku meminta kau datang ke sana?" tanya 

Hantu Santet Laknat. bobo  garuk kepala. Lalu sambil 

tersenyum dia menggeleng.  

"Aku percaya kau hanya punya satu niat. Niat baik," 

kata bobo  kemudian. 

"Kalau begitu datanglah pa