Selasa, 11 Februari 2025

bobo bertemu musuh 3



 da dua malam 

mendatang. Aku akan menungggu di sana ...."  

"Aku pasti datang." 

"Aku pergi sekarang!" 

"Baik, tapi tunggu! Ada satu hal yang hendak 

kusampaikan padamu," kata bobo . 

Si nenek balikkan tubuhnya yang tadi setengah 

berputar siap meiangkah pergi. Dia tegak 

memandang bobo , menunggu apa yang hendak 

disampaikan pemuda itu. Dadanya mendadak 

berdebar. 

 

 

 

 

 

MALAM tadi, menjelang dinihari, aku terbangun dan 

dapatkan diriku telah sembuh. Kau takadadalam 

gubuk. Diliputi perasaan gembira aku keluar. Di 

bawah satu pohon besar tak jauh dari sini aku 

melihat seorang gadis lesbi  berambut panjang 

sepinggang, berpakaian putih tengah duduk 

menangis. 

 

Kemudian muncul seekor ular hitam besar. gadis lesbi  itu 

memangku ular tersebut, bicara dengan binatang itu. 

Ular kemudian pergi. Tak lama berselang gadis lesbi  itu 

pergi pula. Aku berusaha mengejarnya tapi dia 

lenyap cepat sekali ...." 

 

"Kau tidak bermimpi seperti malam tempo hari?" 

tanya Hantu Santet Laknat. 

"Aku yakin aku tidak bermimpi. Karena tak berhasil 

menemukan gadis lesbi  itu aku kembali ke gubuk ini 

menjelang pagi. Nek, kau pasti kenal betul kawasan 

ini. Apakah kau tahu atau bisa menduga siapa 

adanya gadis lesbi  yang kulihat itu? Mungkin dia memang 

tinggal di sekitar kawasan ini?" 

 

"Sulit aku menduga," jawab Hantu Santet Laknat. 

"Dia muncul malam menjelang dinihari. Berpakaian 

putih dan menangis. Bersahabat seekor ular besar. 

Mungkin saja yang kau lihat makhluk jejadian ...." 

"Semula aku menduga begitu. Tapi ketika aku 

memeriksa sekitar bawah pohon besar,gadis lesbi  itu 

bukan makhluk jejadian. Ada bekas-bekas kakinya di 

bawah pohon ...." 

 

"Kalau begitu mungkin ada Peri yang turun kesasar 

ke tempat ini!" kata si nenek pula,  

"Aku yakin makhluk itu bukan seorang Peri."  

"Wahai, agaknya kau tertarik pada gadis lesbi  cantik 

berpakaian putih itu. Kau ingin aku menyelidik dan 

mencarinya?" tanya Hantu Santet Laknat lalu 

tertawa cekikikan. 

bobo  hanya bisa tersenyum dan garuk-garuk kepala. 

"Ada hal lain yang hendak kau sampaikan padaku?" 

"Sekali lagi aku berterima kasih padamu Nek," kata 

bobo  pula. Hantu Santet Laknat tertawa panjang. Dia 

lambaikan tangan.  

 

"Jangan lupa, dua malam mendatang. Di Tebing 

Batu Terjal!" 

"Aku pasti datang Nek," kata bobo . Setelah si nenek 

lenyap bobo  berucap seorang diri.  

"Sulit menduga. Apa benar nenek jahat itu kini telah 

berubah menjadi makhluk sangat baik?" bobo  

keluarkan barbel  Maut pembasmi  10000an  dari balik 

pakaiannya. Dia duduk bersila di tanah. Mata barbel  

ditempelkannya ke dadanya. Lalu setelah pejamkan 

mata murid Eyang Sinto Gendeng ini mulai atur jalan 

nafas serta aliran darah. Setelah itu dia mengatur 

pula gerakan hawa sakti yang berpusat di pusarnya. 

. . 

Dibalik  serumpunan semak belukar, tanpa setahu 

bobo  arwah penulis ayan  memperhatikan. Si gadis lesbi  sudah sejak 

tadi berada di tempat itu dan sempat mendengar 

semua pembicaraan si pemuda dengan dengan 

Hantu Santet Laknat.  

”Tebing batu terjal di selatan Kuburan penulis ayan kawin ......, 

mungkin aku perlu hadir secara diam-diam di tempat 

itu ” arwah penulis ayan  berkata dan mengambil keputusan 

dalam hatinya. 

"Jangan-jangan betul kabar yang tersiar di luaran. 

Dua orang ini sudah menjalin cinta gila.!” arwah penulis ayan  

pegang keningnya yang terasa mendadak berat. 


 

MALAM itu adalah satu hari setelah pertemuan  

arwah penulis ayan  dengan bobo . Di dalam gua di kaki bukit  

arwah penulis ayan  dan arwah penulis sedeng  tertidur pulas. Di langit bulan 

sabit bersinar redup dan sesekaii menghilang di balik  

saputan awan hitam. Ketika awan hitam menutupi 

bulan sabit itu untuk kesekian kalinya dan suasana 

kaki bukit kembali menjadi gelap gulita serta 

diselimuti kesunyian dan udara dingin mencekam. 

 

Saat itulah tiba-tiba dari arah timur kaki bukit. 

berkelebat satu bayangan hitam. Gerakannya cepat 

seperti bayang-bayang. Di satu tempat sosok ini 

hentikan gerakannya. Dia berdiri tak bergerak. lalu 

memandang berkekeliling seperdi mencari sesuatu. 

Matanya yang tajam akhirnya menemui apa yang 

dicarinya yakni mulut gua di dalam mana arwah penulis sedeng  

dan arwah penulis ayan  tengah tertidur nyenyak. Segera saja 

orang ini hendak melangkah cepat menuju mulut 

gua. Tapi mendadak telinganya mendengar 

sambaran angin di kejauhan. 

 

"ltu bukan desir daun pepohonan, bukan suara 

kepak binatang malam. Ada seseorang berkepan 

daian tinggi tengah menuju ke sini!" Cepat-cepat 

orang itu menyelinap ke balik sebatang pohon besar. 

 

Tak lama kemudian satu bayangan lain berkelebat 

pula dalam kegelapan malam. Laksana seekor 

burung besar yang terbang rendah dia melesat ke 

mulut gua. Sesaat dia tegak memasang mata 

mementang telinga. Lalu tubuhnya lenyap masuk ke 

dalam gua.Tapi tidak lama. Beberapa saat kemudian 

dia kelihatan keluar lagi, melangkah mundur 

terbungkuk-bungkuk. Ternyata dia tengah menyeret 

sosok arwah penulis sedeng  yang ada di dalam jaring api biru. 

 

"Aneh, diseret begitu rupa arwah penulis sedeng  tidak terbangun 

dari tidurnya. Jangan-jangan orang itu telah 

menyirapnya terlebih dulu. Malam gelap sekali. Aku 

tak bisa memastikan siapa adanya orang itu. Sulit 

menduga-duga dari jarak sejauh ini. Jika dia berniat 

jahat pasti dia telah melakukannya di dalam gua. 

Tapi tidak ada salahnya aku bersiap siaga!" Orang di 

balik pohon besar berkata dalam hati lalu salurkan 

tenaga dalamnya ke tangan kanan. 

 

Di depan gua, orang yang barusan menyeret sosok 

arwah penulis sedeng  tegak tak bergerak. Mulutnya komat 

kamit. Mungkin tengah membaca mantera. Lalu dia 

meniup ke arah kepala arwah penulis sedeng , terus ke kaki. Dari 

kaki kembali dia meniup naik sampai ke kepala. 

Selesai meniup pulang balik begitu rupa, orang ini 

masukkan ibu jari tangan kanannya ke mulut. Ketika 

dikeluarkan, ujung ibu jari yang basah itu kelihatan 

memancarkan cahaya biru. Orang ini kemudian 

membungkuk. Ujung ibu jari tangan kanannya lalu 

ditempelkan ke tali jala dekat pinggang arwah penulis sedeng . 

 

Satu kepulan asap menggebubu di udara. Bersa 

maan dengan itu selarik cahaya biru memyap ke 

seluruh permukaan tali jala! arwah penulis sedeng  yang sejak 

tadi diam tak bergerak tiba-tiba tersentak bangun 

dan berteriak keras. Dia dapatkan jala api biru yang 

selama ini melibat dirinya telah lenyap entah 

kemana. 

 

Pada saat ada asap menggebubu ke udara, orang di 

balik pohon merasa yakin bahwa sosok manusia di 

depan sana memang hendak mencelakai arwah penulis sedeng . 

Maka tanpa menunggu lebih lama dia segera 

hantamkan tangan kanannya. Selarik sinar hitam 

berbentuk kipas yang ditaburi serpihan-serpihan 

memancarkan cahaya berkilauan seperti bunga api, 

menderu ke arah sosok hitam yang jongkok di 

samping arwah penulis sedeng . 

"Wusss!" 

"Braaak!" 

Satu jeritan kaget dan lebih merupakan makian 

kemarahan terdengar di udara malam yang menjadi 

lebih gelap akibat bertaburnya debu dan kerikil yang 

berasal dari hancurnya mulut gua. Sosok hitam yang 

tadi ada dekat arwah penulis sedeng  lenyap. 

 

Dari dalam gua  arwah penulis ayan  tersentak bangun dan 

cepat melompat ke luar. Sesaat pemandangannya 

tertutup oleh tebaran kerikil dan debu yang masih 

menggantung di depan mulut gua. Begitu keadaan 

agak terang terlihatlah sosok arwah penulis sedeng  berdiri 

dengan wajah pucat, tubuh bergetar dan dua tangan 

ditekapkan ke mulut. Tak jauh dari arwah penulis sedeng  berdiri 

pula satu sosok hitam yang segera dikenali arwah penulis ayan  

bukan lain adalah makhluk muka tanah liat si 

Penolong Budiman. 

 

arwah penulis ayan  segera dekati arwah penulis sedeng  dan rangkul tubuh 

perempuan lesbi  itu.  

"Ada apa .... Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa 

lolos? Kemana perginya jaring api biru yang 

melibatmu?!" 

"Aku tidak tahu pasti ..." jawab arwah penulis sedeng  dengan 

wajah masih pucat dan suara agak bergetar.  

"Aku tersentak bangun ketika ada suara meletup. 

Kulihat asap aneh mengepul seolah keluar dari 

tubuhku. Lalu jaring di sekujur badanku 

mengeluarkan cahaya biru! Aku melihat satu sosok 

hitam di dekatku. Belum sempat aku mengenali 

siapa dia adanya tiba-tiba ada cahaya hitam 

bertabur bunga api menghantam kearah orang di 

dekatku. Hantaman sinar aneh lewat di samping 

orang itu lalu menghantam mulut gua..,." 

 

arwah penulis ayan  melirik ke arah Si Penolong Budiman yang 

saat itu mendatangi. "Aku khawatir, jangan-jangan 

aku telah kesalahan melepas tangan," kata Si 

Penolong Budiman.  

 

"Aku mengira orang yang ada di dekat arwah penulis sedeng  

hendak berniat jahat. Itu sebabnya aku cepat 

melancarkan serangan dari kejauhan. Maksudku 

untuk menyelamatkan arwah penulis sedeng . Tapi aku salah 

menduga. Orang itu justru berniat baik. Hendak 

menolong membebaskan arwah penulis sedeng  dari sergapan 

jaring api biru. Mudah-mudahan saja dia tidak 

mengalami cidera ...." Si Penolong Budiman merasa 

sangat menyesal. arwah penulis ayan  memandang pada 

arwah penulis sedeng .  

 

"Orang yang menolongmu itu aku yakin adalah 

Hantu Santet Laknat. Dia yang memusnahkan jala 

api biru" 

"Bagaimana kau bisa berkata sepasti itu arwah penulis ayan ?" 

tanya Si Penolong Budiman . 

"Dia dikenal sebagai dukun jahat yang menganggap 

nyawa binatang lebih berharga dari nyawa manusia! 

Bagaimana mungkin dia menolong diriku?" ikut 

bicara arwah penulis sedeng . 

 

"Ada kalanya hati yang sangat jahat itu bisa berubah 

setelah tersentuh oleh apa yang dinamakan kasih ..." 

jawab arwah penulis ayan . arwah penulis sedeng  tidak mengerti maksud 

kata-kata si gadis lesbi  sedang Si Penolong Budiman 

kernyitkan wajah tanah liatnya, menduga-duga apa 

arti ucapan arwah penulis ayan  barusan.  

 

Tentu saja arwah penulis ayan  tidak mau menerangkan bahwa 

dia telah melihat pertemuan dan mendengar 

pembicaraan antara Hantu Santet Laknat dan 

Pendekar 10000an  bobo  anakmanusia . gadis lesbi  ini berpaling 

pada si muka tanah liat lalu ajukan pertanyaan. "Kau 

sendiri, bagaimana bisa berada di tempat ini?" 

 

Si Penolong Budiman tidak bisa menjawab. Se 

benarnya malam itu dia memang sengaja 

meninggalkan telaga untuk menyelidik dimana 

beradanya gua tempat arwah penulis ayan  membawa 

arwah penulis sedeng .  

"Mana kakek bernama Hantu Langit Terjungkir itu?" 

arwah penulis ayan  kembali bertanya. 

"Ada,di tepi telaga ..." jawabSi Penolong Budiman . 

"Kau seharusnya tidak meninggalkan orang tua itu. 

Bukankah kau berjanji menolong merawatnya? Kini 

dalam keadaan cidera kau tinggalkan dia seorang 

diri. Wahai, kasih dan tanggung jawab macam mana 

yang kau miliki?!" 

 

"Maafkan aku. Aku akan kembali ke telaga ..." kata 

Si Penolong Budiman. Lalu tanpa berkata apa-apa  

lagi dia segera tinggalkan tempat itu. 

"arwah penulis sedeng , lekas kita tinggalkan tempat ini," 

arwah penulis ayan  mengajak. 

"Aku ikut apa yang kau katakan," jawab arwah penulis sedeng . 

"Tapi kalau aku boieh bertanya, apa bukan tidak 

mungkin sebenarnya lelak! bermuka tanah liat tadi 

itulah yang telah menolong diriku?" 

arwah penulis ayan  menjawab dengan gelengan kepala. "ilmu 

Api lblis Penjaring Roh setahuku hanya dimiliki oleh 

tiga orang. Pertama seorang bermuka tengkorak 

disebut Sang Junjungan. Konon dia dianggap 

sebagai makhluk aneh yang menguasai diri Hantu 

Santet Laknat. Orang ke dua adalah Hantu Santet 

Laknat sendiri dan yang ke tiga adalah Hantu Bara 

Kaliatus. Sang Junjungan, apalagi Hantu Bara 

Kaliatus tidak mungkin menolongmu. Berarti Hantu 

Santet Laknatlah yang melakukan ...." 

 

"Aneh, sungguh aneh ...." arwah penulis sedeng  masih tidak 

percaya dan geleng-gelengkan kepala. arwah penulis ayan  

tersenyum dan berkata. "Disitulah letak kebesaran 

dan keagungan kasih. Kita tidak pernah bisa 

menduga apa yang bisa dilakukannya ...." 

 

"Kau berulang kali menyebut kasih dalam setiap 

penampilan dirimu. Tapi kuiihat kau tidak begitu 

menyukai orang yang mukanya dibungkus tanah liat 

itu. Bagaimana ini ... ? Lalu kalau benar Hantu 

Santet Laknat telah berubah karena sentuhan kasih, 

siapa yang mengasihinya? Siapa yang dikasihinya?" 

arwah penulis ayan  hanya bisa tersenyum mendengar ucapan 

arwah penulis sedeng . Tanpa berikan jawaban dia cepat-cepat 

menarik tangan perempuan lesbi  itu. Keduanya serta 

merta menghilang di dalam kegelapan malam. 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TEBlNG Batu Terjal. Tebing ini berada dalam 

kawasan bebukitan dimana di sebelah utara terletak 

bukit yang disebut Kuburan penulis ayan Kawin. 

 

Seperti yang pernah diceritakan di di dalam Eposide 

pertama berjudul Bola-Bola Iblis, Kuburan penulis ayan Kawin 

bagi orang-orang di Negeri Latanahsilam merupakan 

satu bukit yang sangat sakral. Karena di bukit itulah 

setiap upacara perkawinan dilakukan. Dipimpin oleh 

seorang nenek berambut putih riap-riapan bernama 

Lamahila yang dikenal sebagai sang juru nikah.  

 

Malam itu Tebing Batu Terjal diselimuti kesunyian 

dan kegelap gulitaan. Sesekali terdengar suara 

gelepar kelelawar yang terbang di udara kelam. 

Kadang-kadang angin yang bertiup kencang 

membuat dedaunan saling bergesek mengeluarkan 

suara berdesir aneh. Bukit ini disebut Tebing Batu 

Terjal karena lebih dari setengahnya merupakan 

batu datar membentuk dinding curam. Pada dinding 

curam ini terdapat tiga susunan batu mendatar lebar 

seperti susunan sawah bertingkat atau seperti anak 

tangga. 

 

Di susunan batu ke dua saat itu tampak tiga orang 

duduk bersila. Mereka duduk membentuk satu 

barisan lurus, menghadap ke lamping bukit yang 

terbuka dan gelap. Tak satupun bersuara. Tak ada 

yang bergerak. Mereka duduk diam sambil sesekali 

saling pandang namun masing-masing memasang 

telinga. Di langit bulan sabit muncul begitu awan 

hitam yang sejak tadi menghalanginya bergerak 

menjauh. 

 

Keadaan diTebing Batu Terjal untuk beberapa 

lamanya menjadi agak terang. Namun begitu awan 

muncul kembali menutupi, suasana serta merta 

menjadi pekat menghitam kembali. Orang yang 

duduk di ujung kiri- adalah seorang lelaki berusia 

agak lanjut, bernama Laduliu. Di samping kanan 

Laduliu duduklah nenek berambut putih riap-riapan 

yang bukan lain adalah Lamahila, sang juru nikah. 

Lalu di ujung kanan, di sebelah Lamahila duduk 

sosok berjubah hitam yang memiliki wajah seekor 

burung gagak dan sudah diterka siapa adanya yaitu 

Hantu Santet Laknat. 

 

Lamahila mengerling pada Laduliu lalu menatap 

Hantu Santet Laknat Si nenek muka burung gagak 

yang mengerti arti tatapan itu menjadi gelisah. Dia 

memandang ke depan, menyusuri lereng bukit 

sampai ke bawah sana. Dia hanya melihat 

kegelapan yang menambah kecemasan hatinya. 

"Wahai, hampir tengah malam ..." kata si nenek 

bernama Lamahila.  

"Yang kita tunggu orang belum juga muncul ...." 

Lamahila termasuk orang-orang tua di Negeri 

Latanahsilam yang kalau bicara susunan kata-

katanya suka terbalik-balik.Lelaki bernama Laduliu 

ikut bicara.  

"Hantu Santet Laknat, kau yakin orang itu akan 

datang ke sini?" 

"Harap kalian mau bersabar. Aku yakin dia akan 

memenuhi janji." Menjawab Hantu Santet Laknat. 

Baru saja nenek muka burung gagak ini berkata 

begitu tiba-tiba di bawah bukit sana samar-samar 

kelihatan satu bayangan putih berkelebat. 

"Dia datang!" kata Hantu Santet Laknat. "Laduliu, 

lekas beri tanda agar dia tahu kalau kita berada di 

sini!" 

Dari balik pakaiannya Laduliu keluarkan sebuah batu 

bulat. Benda ini dilemparkannya di dinding terjal di 

atasnya. begitu batu dan dinding beradu maka 

terdengar letupan keras disertai memerciknya 

tebaran bunga api yang membuat tempat itu sesaat 

menjadi terang. Bayangan putih di bawah sana 

berhenti berkelebat. 

 

Dia memandang ke atas, memperhatikan percikan 

bunga api. Sebelum suasana menjadi gelap kembali 

orang ini telah melesat ke atas bukit.. Gerakannya 

hebat sekali hingga sebelum tujuh hitungan dia 

sudah berada di susunan ke duaTebing Batu Terjal. 

 

Orang yang baru datang ini segera mengenali Hantu 

Santet Laknat tadinya dia mengira si nenek hanya 

sendirian di tempat itu. 

"bobo , kau tak usah khawatir. Dua orang ini adalah 

kerabat baikku," kata Hantu Santet Laknat. " gembira 

kau datang memenuhi permintaanku." 

Murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede garuk 

kepalanya lalu berkata. "Aku sudah datang 

memenuhi janji. Sekarang harap kau mau 

menerangkan apa maksud pertemuan ini." 

Nenek Lamahila batuk-batuk beberapa kali. Lalu 

membuka mulut. "Pemuda asing bernama bobo  

Sambleng ...." 

 

"bobo  anakmanusia ! Bukan Sambleng!" kata pendekar 

10000an  pula dengan mulut dipencongkan. 

"Maafkan aku. Lidah tua ini sukar menyebut nama 

anehmu. Kalau aku bilang anakmanusia  padahal anakmanusia  

artinya di negeri ini adalah kencing kuda. Hik ... hik! 

Wahai anak muda, negeri sebelum kami 

mengungkapkan maksud pertemuan ini, biarlah 

Nenek Hantu Santet Laknat menceritakan sesuatu 

menyangkut dirinya. Ini sangat penting. Karena 

tanpa kau mengetahui siapa dia adanya, sukar 

bagimu untuk menerima kenyataan ...." 

 

"Aku tidak mengerti ..." ujar bobo  sambil garuk 

kepala.  

"Walaupun tidak lama mengenal tapi rasanya aku 

sudah tahu siapa adanya nenek ini. Lahirnya 

memang jelek, tapi hatinya ternyata baik ... ." Hantu 

Santet Laknat menyeringai mendengar kata-kata 

Pendekar 10000an  itu.  

 

"Terima kasih, kau mau mengatakan apa adanya. 

Mukaku memang jelek tapi hatiku sekarang mungkin 

tidak seperti yang kau katakan itu. Untuk menyingkat 

waktu biarlah aku mulai saja." Hantu Santet Laknat 

memberi isyarat agar bobo  duduk bersila di 

hadapannya. Setelah bobo  duduk di batu maka 

nenek inipun memulai penuturannya. 

 

"Aku dilahirkan tanpa mengenal siapa ayahku siapa 

ibuku. Juga aku tidak pernah tahu apakah aku 

mempunyai kakak atau adik. Aku dipelihara dan 

dirawat oleh seorang perempuan lesbi  tua bernama 

Lamagundala yang kemudian kuketahui adalah 

seorang saudara sepupu dari nenek Lamahila yang 

duduk di sebelahku ini. Menurut orang yang 

mengetahui, ketika aku dilahirkan keadaanku tiada 

beda seperti bayi-bayi anak manusia yang dilahirkan 

ke muka bumi ini ...." 

 

. "Tapi mengapa ...." bobo  memotong penuturan si 

nenek. Hantu Santet Laknat angkat tangan 

kanannya.  

"Aku tahu maksud ucapanmu. Biarlah aku menerus 

kan cerita." bobo  garuk kepala, si nenek melanjutkan 

kisahnya. "Aku dilahirkan tiada beda dengan bayi-

bayi lainnya. Tanpa cacat, tanpa kelainan apapun. 

Namun memasuki hari ke empat puluh dan 

seterusnya terjadi perubahan pada wajahku. Sedikit 

demi sedikit mukaku mulai ditumbuhi bulu-bulu halus 

berwarna hitam. Hidung dan mulutku menyatu, lalu 

berubah membentuk paruh burung. Sepasang 

mataku mengecil dan bola mata menyembul hitam 

keluar. Rambut tipis di kepalaku berubah menjadi 

bulu-bulu kasar. Ketika aku berusia tiga ratus enam 

puluh hari, kepala dan keseluruhan wajahku telah 

berubah menjadi wajah seekor burung gagak, 

seperti yang kau lihat saat ini ...." 

 

Pendekar 21 2 sampai ternganga mendengar-cerita 

si nenek. "Nek, apa kau atau orang lain, mengetahui 

mengapa bisa terjadi perubahan aneh atas wajahmu 

itu?" 

"Lamagundala, orang yang merawatku, yang kini 

telah tiada memberitahu. Perubahan yang kualami 

adalah akibat dosa warisan yang menjadi kutuk 

turun temurun. Konon jika kelak aku mempunyai 

anak maka anak itu akan memiliki wajah seperti 

wajahku. Aku tidak tahu dosa apa yang telah 

diperbuat kedua orang tuaku. Dosa apa yang telah 

dilakukan kedua orang tua mereka dan seterusnya. 

Kini aku anak cucu mereka yang akan kejatuhan 

warisan kutuk ini. Selama dunia terkembang, selama 

roh masih tergantung antara langit dan bumi maka 

konon selama itu pula dosa warisan itu akan 

menimpa keturunan kami." 

 

Pendekar 10000an  jadi merinding. Dia garuk-garuk 

kepala, menatap pada si nenek Ada rasa kasihan 

tapi juga ada rasa ngeri dalam hatinya. 

"Nek, apakah tidak ada orang pandai, atau mungkin 

para Peri dan para Dewa yang dapat melepaskan 

dirimu dari dosa warisan atau kutuk yang kau 

alami?" 

 

Hantu Santet Laknat mamandang pada sang juru 

nikah Lamahila. Nenek berambut riap-riapan ini 

anggukan kepala. Hantu Santet Laknat lalu bersuara 

menjawab pertanyaan Pendekar.10000an  tadi. 

"Kutuk yang jatuh padadiriku sulit untuk ditelusuri 

pangkal sebabnya. Selain itu tidak ada satu makhluk 

pun baik di bumi maupun di Kuburan penulis ayan sana yang 

mampu membebaskan diriku dari dosa warisan 

kutuk celaka ini. Kutuk telah merubah hatiku, 

merubah jalan pikiranku. Lebih lanjut merubah diriku 

menjadi seorang buruk rupa dan jahat hati. Aku 

melakukan kekejian apa saja menurut sukaku. Apa 

lagi jika ada yang mendorong. Lebih celaka ketika 

aku jatuh ke tangan Hantu Muka Dua dan sempat 

menjadi budak suruhannya ...." 

 

"Kalau begitu, mungkin Hantu Muka Dua yang bisa 

menolongmu lepas dari kutuk dosa warisan itu," kata 

bobo  pula. Hantu Santet Laknat gelengkan kepala. 

"Aku pernah mendapat petunjuk yang datangnya 

dalam mimpi. Konon kutuk tersebut bisa disingkirkan 

sementara pada waktu-waktu tertentu. Yakni ketika 

otak keji dan hati jahatku berubah bersih, atau aku 

tenggelam dalam penyesalan mendalam. Atau ketika 

kasih suci memasuki diriku ..." 

 

"Kalau begitu bukankah gampang bagimu untuk bisa 

melepaskan diri dari kutukan itu? Kau hanya tinggal 

merubah semua sifatmu, meninggalkan jalan sesat 

Berbuat baik dan mengasihi sesama insan ..." kata 

bobo  pula. Wajah burung gagak Hantu Santet Laknat 

mendongak ke langit kelam. "Tidaksemudah itu 

melakukan apa yang kau katakan. Hati jahatku 

sudah mengakar sedalam samudra. Otak kejiku 

sudah menjulang setinggi langit. Namun sesekali 

ketika tabir gelap itu tersingkap secara aneh, aku 

menyadari bahwa semua yang aku telah perbuat 

sungguh merupakan dosa besar, maka ketika 

penyesalan menyelinap ke dalam hatiku dan ada 

kehendak untuk ingin hidup baik, pada saat itulah 

kutukan tersebut lenyap. Wajah burukku berubah ke 

wajah asli. Tapi tidak bertahan lama. Paling lama se 

jarak jatuh dan mengeringnya air mata penyesalan ." 

 

"Nek, dari kebaikan yang telah kau lakukan 

terhadapku, aku yakin kau memang sudah sampai 

pada titik penyesalan itu ...." 

"Memang sudah, dan aku berhasil. Tapi seperti 

kataku tadi hanya selama jatuh sampai keringnya air 

mata di pipiku ...." 

bobo  garuk-garuk kepalanya. "Memang, kau tentu 

saja tidak bisa menangis terus seumur-umur ...." 

"Pemuda asing," tiba-tiba nenek juru nikah Lamahila 

membuka mulut.  

"Sentuhan kasih telah merubah hati kerabatku ini. 

Jika kau mau, aku bisa menolong dirinya hingga 

kutuk dosa warisan akan lenyap dari dirinya untuk 

selama-lamanya. Aku percaya, aku sudah 

menyelidik, kau bisa menolohgnya ...." 

"Menolong bagaimana?" tanya bobo  

"Kau mau menolongnya?" 

"Tentu saja," jawab bobo  

"Benarkan? Kau berdusta tidak?" menegaskan 

Lamahila. 

"Masakan aku mau berselingkuh janji menolong 

orang yang telah menyelamatkan diriku," jawab bobo  

pula. Tapi hati kecilnya mulai bertanya-tanya apa 

maksud semua kata-kata si nenek juru nikah itu. 

Tiba-tiba meluncur pertanyaan berikutnya dari mulut 

Lamahila.  

"Kau bersedia menikahinya?" Pendekar 10000an  tersurut 

dua langkah mendengar pertanyaan Lamahila itu. 

 

 

 

 

 

LAMAHILA tertawa datar. bobo  pandangi nenek 

berambut putih itu sesaat lalu menoleh pada Hantu 

Santet Laknat Pemuda ini akhirnya geleng-

gelengkan kepala.  

"Aku tidak mengira kau akan menanyakan hal itu. 

Tentu saja aku tidak bisa .... Tidak mungkin aku 

kawin dengan Hantu Santet Laknat!" Lamahila 

melirik pada Hantu Santet Laknat yang saat itu serta 

merta tundukkan kepala begitu mendengar ucapan 

Pendekar 10000an . Hatinya terpukul. Matanya yang 

hitam kecil menonjol tampak mulai berkaca-kaca. 

 

"Mengapa tidak bisa. Mengapa tidak mungkin? 

Bukankah kau sudah berkata akan bersedia meno 

longnya?" Lamahila berucap. 

"Betul, tapi mana aku menduga pertolongan yang 

kau maksudkan itu adalah dengan cara mengawi 

ninya. Aku ...." 

"Aku tahu, kau tidak mau karena kerabatku ini 

adalah seorang nenek buruk bermuka burung gagak 

hitam. Tapi anak muda sebentar tagi kau akan 

melihat bentuk tubuh dan raut wajahnya yang 

sebenarnya .... Saat ini dia berada dalam kesedihan 

yang mendalam mendengar kata-katamu tadi. Dia 

menyadari dirinya sebenarnya siapa. Walau 

penyesalan dan niat untuk kembali ke jalan baik 

sudah memasuki hati nuraninya namun dia hanya 

mampu bertahan sementara. Lihat dirinya wahai 

pemuda asing. Pandang baik-baik. Apakah kau nanti 

masih tega untuk menampik permintaan kami ... ?" 

 

bobo  memandang ke arah Hantu Santet Laknat. Saat 

itu si nenek masih tundukkan kepala. Bahunya 

bergetar. Air mata mulai meluncur ke pipinya yang 

tertutup bulu. Mulutnya ingin mengeluarkan seribu - 

ucapan tapi dia tidak kuasa menyampaikan.  

 

Wahai makhluk bermuka buruk. Puluhan tahun kau 

hidup tersiksa dalam kutuk yang jatuh menimpa 

dirimu bukan karena mau dan bukan karena 

kesalahanmu. Puluhan tahun kau tenggelam dalam 

kesesatan. Menyantet dan membunuh orang-orang 

yang tak berdosa. Kini ketika sentuhan kasih 

membuka mata dan menyingkap hatimu, ketika kau 

mengambil keputusan bahwa kau bisa 

meninggalkanjalan sesat dan memilih hidup baik, 

ternyata tidak ada orang yang mau menolongmu. 

Wahai makhluk tua berwajah buruk. Sudah takdir 

dirimu kau akan berada dalam keadaan sengsara 

begini rupa seumur bumi terbentang, seusia langit 

terkembang .... " 

 

Hantu Santet Laknat seka deraian air mata yang 

jatuh ke pipinya. Pada saat itulah Pendekar 10000an  

keluarkan seruan tertahan. Matanya membeliak 

besar, memandang si nenek tak berkesip. Kakinya 

kembali bergerak tersurut. 

"Apa yang terjadi? Mengapa bisa begini? Jangan 

jangan dia pergunakan ilmu hitam untuk merubah 

dirinya. Tapi .... Astaga, bukankah dia ...." 

 

Di hadapan bobo , Lamahila dan Laduliu, sosok 

Hantu Santet Laknat perlahan-lahan mengalami 

perubahan. Mula-mula pakaiannya. Jubah hitamnya 

berubah menjadi sehelai baju panjang berwarna 

putih. Lalu perubahan terjadi pada rambutnya. 

Rambutnya yang pendek acak-acakan dan sebagian 

telah berwarna kelabu berganti dengan rambut hitam 

panjang, berkilat bagus dan tergerai lepas sampai ke 

pinggang. Sosoknya yang seperti pohon lapuk 

penuh keriput kini berganti menjadi sosok yang 

bagus mulus, langsing semampai. Dan yang 

membuat Pendekar 10000an  jadi tercekat besar adalah 

ketika menyaksikan perubahan pada wajah si nenek.  

 

Wajah yang sebelumnya berupa wajah burung 

gagak hitam kini berubah menjadi wajah seorang 

gadis lesbi  yang luar biasa cantiknya. bobo  garuk-garuk 

kepala. Matanya masih tak berkedip. 

  

"Kau .... Kau! Wajahmu sama dengan wajah gadis lesbi  

berpakaian putih yang kulihat beberapa malam lalu 

di dekat gubuk di puncak bukit! Apa ... apa kau gadis lesbi  

yang sama?" 

 

Hantu Santet Laknat yang berubah sosok dan 

bentuk itu tidak menjawab. Dia hanya menatap 

dengan pandangan kuyu pada pendekar 10000an . Lalu 

terdengar suara Lamahila. 

"Pemuda asing, gadis lesbi  berpakaian putih yang kau 

lihat beberapa malam lalu di puncak bukit itu 

memang sama dan adalah juga gadis lesbi  yang kini 

duduk di hadapanmu. Namanya sebenarnya adalah 

Luhrembulan. 

 

Perhatikan baik-baik. Karena begitu air matanya 

mengering, sosok dan wajahnya akan kembali ke 

bentuk semula, buruk menjijikkan. Mudah-mudahan 

apa yang kau saksikan dapat menyentuh hatimu 

untuk menolongnya secara tulus ...." 

 

bobo  gigit-gigit bibirnya sendiri seolah untuk memas 

tikan  dia masih merasa sakit pertanda bahwa dia 

tidak bermimpi. Lalu tangannya mulai menggaruk. 

Dia hendak mengusap matanya tapi saat itu sosok 

dan wajah gadis lesbi  cantik di hadapannya telah berubah 

kembali ke sosok dan wajah Hantu Santet Laknat. 

  

"Anak muda, setelah menyaksikan kenyataan ini, 

apakah sekarang hatimu bisa berubah? Apakah kau 

masih tega untuk tidak mau menolongnya?" 

Lamahila bertanya. 

 

Masih menggaruk kepala dan masih menatap 

kearah Hantu Santet Laknat, bobo  menjawab. "Aku 

menyaksikan satu keanehan yang menyentuh hati. 

Tapi aku juga tahu kepandaian Hantu Santet Laknat 

Dia bisa merubah ujudnya menjadi apa saja yang 

dikehendakinya ...," 

 

"Memang dia mempunyai ilmu hitm yang disebut 

llmu Bersalin Wajah Tapi aku bersumpah demi 

segala roh yang tergantung di antara langit dan 

bumi, demi para Peri dan para Dewa. Yang kau 

saksikan tadi adalah satu kenyataan. Hantu Santet 

Laknat tidak menipumu dengan ilmu hitamnya. 

Apakah hatimu masih membeku dan perasaanmu 

masih bimbang untuk memenuhi permintaanku demi 

menolongnya? 

 

Kau bisa membayangkan bagaimana sengsaranya 

dia. Puluhan tahun hidup tersiksa dalam kutuk akibat 

dosa warisan nenek moyangnya yang dia sendiri 

tidak tahu siapa mereka adanya atau dosa apa yang 

telah mereka lakukan!" 

 

"Demi Tuhan, aku ingin menolong. Tapi tidak dengan 

cara mengawininya ...." bobo  garuk kepala lalu 

bangkit berdiri dan melangkah mundar-mandir di 

hadapan tiga orang yang masih terus duduk bersila 

di atas batu. 

 

Si nenek bernama Lamahila tertawa perlahan tapi 

panjang. "Pemuda asing, jangan kau salah mengerti. 

Aku tidak meminta kau mengawininya, tapi 

menikahinya!" 

Pendekar10000an  hentikan langkah. Dia menatap pada si 

nenek juru nikah. 

 

"Aku tidak mengerti. Memangnya nikah dan kawin 

ada bedanya?!" tanya bobo . "Bagiku sama saja. Tapi 

di negeriku di tanah Jawa memang ada mulut-mulut 

nakal berolok-olok. Katanya kalau nikah pakai surat. 

Entah surat apa. Mungkin surat dari Pamong Desa 

Lalu kalau kawin pakai urat! Ha. .. ha ... ha!" 

Lamahila ikut tertawa. "Aku suka mendengar olok-

olok lucu itu. Orang memang bisa kawin-tanpa nikah. 

Tapi orang juga bisa nikah tanpa kawin. Terserah 

padamu nanti. Kami di sini tidak punya surat. 

Setelah nikah nanti kau mau memgergunakan urat 

atau bagaimana terserah dirimu. Hik. .. hik ... hik. 

Yang jelas dengan pernikahan ini kau bisa menolong 

nenek kerabatku ini kembali ke ujud asalnya untuk 

selamalamanya ...." 

 

"Nek, apapun istilah yang kau katakan, apakah 

kawin atau nikah, tetap aku tidak mungkin 

melakukannya." 

"Setahuku kau masih bujangan. Belum pernah 

menikah, entah kalau kawin .... Hik ... hi ... hik! 

Orang yang hendak kau nikahi memiliki kecantikan 

melebihi peri. Apa yang membuatmu tak mau 

menolong?  

Apakah kau telah mempunyai kekasih di Negeri 

Latanahsilam ini?  

Apa kau tak pernah memikirkan bahwa mungkin kau 

tak pernah bisa kembali ke negeri asalmu?" 

 

bobo  jadi terdiam mendengar kata-kata sang juru 

nikah itu. Tapi hanya sebentar. Sesaat kemudian dia 

kembali gelengkan kepala. "Maafkan aku Hantu 

Santet Laknat . Aku ingin menolong. Mungkin ada 

cara lain ...." 

bobo  memandang pada Hantu Santet Laknat Si 

nenek balas menatapnya dengan pandangan sayu. 

Ketika matanya berkaca-kaca kembali wajah aslinya 

membayang. Hampir raut wajah itu akan sempurna 

tiba-tiba lenyap kembali. Lamahila melirik pada 

Laduliu yang duduk di sebelahnya. Lelaki ini balas 

melirik lalu anggukan kepalanya. 

"Kalau hatimu begitu teguh dan tak bisa dirubah 

wahai pemuda asing, aku ataupun Hantu Santet 

Laknat tak dapat memaksa. Berarti pertemuan kita 

berakhir di tempat ini. Malang nasibmu wahai 

kerabatku Hantu Santet Laknat Entah sampai kapan 

kau akan tetap berada daiam keadaan ujudmu 

sekarang ini. Sebentar lagi masing-masing kita akan 

segera meninggalkan Tebing Batu Terjal ini. Namun 

sebelum berpisah, agar hati sama bersih, tiada 

perasaan yang jadi ganjalan, tak ada rasa sakit hati 

apalagi dendam kesumat, ada baiknya kita sama 

sama meneguk air suci yang di sebut embun murni” 

 

Kata-kata Lamahila itu membuat hati dan perasaan 

Hantu santer laknat  jadi terenyuh. Dia berusaha 

menabahkan diri agar tidak mengucurkan air mata. 

 

“Kerabatku Laduliu, harap kau segera mengeluarkan 

empat piala perak yang kau bawa." Mendengar 

ucapan Lamahila, lelaki bernama Laduliu segera 

keluarkan empat buah-piala kecil terbuat dari  perak 

dari dalam sebuah kantong jerami yang sejak tadi 

terletak di atas pangkuannya. 

 

Empat piala itu diletakkannya di atas batu. 

Sementara itu dari balik punggungnya Lamahila 

keluarkan sebuah batangan bambu. Ketika 

penyumpal bambu dibukanya, serangkum asap tipis 

keluar dari dalam bambu menyusul menebarnya bau 

yang harum segar. Bau ini mengingatkan bobo  pada 

Tuak Kayangan minuman kakek saki berjuluk Dewa 

Tuak yang selalu dibawanya kemana-mana dalam 

dua buah tabung bambu besar. 

 

Dari dalam bambu Lamahila tuangkan sejenis cairan 

yang sangat bening dan mengeluarkan cahaya 

berkilauan walau tempat itu diselimuti kegelapan 

malam. Empat piala terisi penuh. Lamahila gosok-

gosok telapak tangannya satu sama lain Idu berkata. 

 

"Semua kerabat yang ada di sini. Sebentar lagi 

masing-masing kita akan meninggalkan Tebing Batu 

Terjal ini. Sebelum pergi mari kita sama meneguk air 

suci Embun Murni ini agar hati kita sama-sama 

bersih ...." 

 

Si nenek yang pertama sekali mengambil piala perak 

yang terletak di depannya. Diikuti Hantu Santet 

Laknat dan Laduliu. Kini tinggal satu piala di atas 

pedataran batu. 

"Wahai pemuda asing, kalau kau tak mau menolong 

sahabat kami, apakah kau begitu tega dan sampai 

hati tidak mau sama-sama meneguk air suci Embun 

Murni?" 

bobo  garuk kepalanya. Saat itu dia masih berdiri dan 

memandang pada tiga orang yang duduk di 

pedataran batu, yang balas memandang padanya 

"Mungkin dia takut kita akan meracuninya!" berkata 

Laduliu. 

"Kalau begitu sebaiknya kau tak usah menyentuh 

minuman itu. Jika benar kami bemiat jahat dan 

minuman ini mengandung racun, biarlah kami 

bertiga menemui ajal lebih dulu!" 

 

Habis berkata begitu Lamahila diikuti oleh Hantu 

Santet Laknat dan Laduliu segera teguk habis isi 

piala. Wajah si nenek dan Laduliu kelihatan merah 

segar. sedang Hantu Santet Laknat tampak 

bercahaya sepasang mata hitamnya. Melihatan itu 

bobo  jadi merasa tidak enak. 

"Kalau cuma minum air dalam piala itu kurasa tak 

ada salahnya. Bau minuman itu harum menyegar 

kan. Jadi pasti bukan air kencing si nenek rambut 

putih ini," kata murid Sinto Gendeng dalam hati. Dia 

garuk kepala lalu duduk bersila di pedataran batu.  

 

Dengan tangan kanannya diambilnya piala perak lalu 

air putih bening dan sejuk di dalam piala ini 

diteguknya sampai habis. Selesai meneguk air 

Embun Murni di dalam piala, wajah Pendekar 10000an  

kelihatan segar kemerah-merahan. 

 

Di dalam tubuhnya mulai dari kaki sampai kepala 

mengalir hawa aneh sejuk yang menimbulkan 

gerasaan gembira bahagia. Pedataran batu di 

samping Tebing Batu Terjal itu terasa sangat lapang. 

Hidungnya menghirup hawa harum semerbak seolah 

dia berada di dalam taman yang penuh dengan 

bunga-bunga harum tengah berkembang. bobo  

memandang berkeliling sambil mengulum senyum. 

Hatinya membatin. 

 

"Aneh, segala sesuatunya tampak indah di mataku. 

Orang-orang yang ada di hadapanku, mereka semua 

menunjukkan wajah bahagia dan senang 

terhadapku. Mereka begitu baik, mengapa aku tidak 

membalas kebaikan dengan kebaikan pula? Ah, 

hatiku sangat hiba dan kasihan terhadap mereka.  

 

Terutama terhadap nenek benwajah burung gagak 

ini. Betapa sengsara dirinya .... Aku harus berbuat 

sesuatu untuk menolongnya." 

"Terima kasih, kau telah mau minum bersama kami," 

kata Hantu Santet Laknat Lalu nenek ini bangkit 

berdiri. Pada Lamahila dan Laduliu dia berkata. 

"Kalian telah berusaha menolong, tapi nasib diriku 

yang buruk pinta. Aku tetap berterima kasih atas 

jerih payah kalian. Semoga rahmat dari para Dewa 

akan menjadi bagian kalian. lzinkan aku meminta 

diri." 

 

"Tunggu dulu wahai kerabatku! Sebelum kau pergi, 

sebelum kita berpisah di malam kelam gulita ini, 

ingin aku menanyakan sekali lagi pada pemuda ini. 

Mungkin hatinya telah berubah. Mungkin perasa 

annya telah berbalik. Wahai anak muda, apakah kau 

tega membiarkan nenek malang itu pergi tanpa kau 

mau menolongnya dengan memenuhi permintaan 

kami untuk menikahinya? Aku yakin, dalam hatimu 

pasti ada rasa hiba betas kasihan ...." 

 

Pendekar 10000an  diam seperti merenung. Akhirnya dia 

berucap. "Menolong sesama manusia adalah satu 

kebaikan. Aku banyak menerima budi besar dari 

nenek ini. Kurasa kurang pantas rasanya kalau aku 

membiarkan dirinya sengsara seumur-umur. 

Padahal aku bisa dan mampu menolongnya ...." 

 

"Jadi kau bersedia aku nikahkan dengan Hantu 

Santet Laknat?" 

"Tidak dengan Hantu Santet Laknat Tapi dengan 

gadis lesbi  berpakaian serba putih yang kau sebut dengan 

nama Luhrembulan itu ..." jawab bobo . 

Hantu Santet Laknat keluarkan pekik halus. Dua 

tangannya dinaikkan ke atas dengan telapak 

terbuka. Matanya dipejamkan dan mulutnya yang 

berbentuk paruh burung gagak bergetar. Makhluk ini 

kelihatan seperti tengah menghaturkan doa. 

Perlahan-lahan air mata mengucur ke pipinya yang 

tertutup bulu hitam. Lamahila bangkit berdiri dari 

duduknya, diikuti Laduliu. Dipegangnya bahu 

Pendekar 10000an  seraya berkata "Budimu sungguh 

luhur! Lihatlah, gadis lesbi  bernama Luhrembulan itu telah 

menunjukkan ujudnya di hadapanmu. Pertanda 

sentuhan kasih sayang darimu telah mampu 

mengembalikan diriqya ke bentuk sebenamya ...." 

 

bobo  berpaling. Apa yang dikatakan Lamahila 

memang betul. Saat itu sosok Hantu Santet Laknat 

telah berubah kembali menjadi sosok Luhrembulan 

yang berwajah cantik jelita. Mau tak mau hati 

Pendekar 10000an  jadi tergerak. 

"Berdirilah anak muda. Kita berangkat sekarang juga 

menuju Kuburan penulis ayan Kawin." 'Lamahila berkata. 

Dipegangnya lengan bobo . bobo  bangkit berdiri. Lalu 

melangkah mengikuti si nenek juru nikah. Di 

belakangnya menyusul Luhrenibulan dan Laduliu. 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kuburan penulis ayan Kawin. Sunyi senyap diselimuti 

kegelapan. Hawa dingin mencucuk sampai ke tulang 

sungsum. Empat sosok duduk di hadapan sebuah 

batu besar setinggi lutut, menyerupai ranjang 

ketiduran. Di ujung sebelah kiri ada dua buah 

gundukan batu rata-rata seperti dua buah bantal. Di 

ujung ranjang batu ada perapian kecil. 

 

Nenek rambut putih Lamahila masukkan sebongkah 

benda putih ke dalam perapian. Saat itu juga udara 

di tempat itu dipenuhi bau sangat harum. Hantu 

Santet Laknat yang saat itu berada dalam ujud 

wajah burung gagaknya, duduk tundukkan kepala. 

Laduliu memandang ke langit dengan mata 

terpejam. Pendekar 10000an  bobo  anakmanusia  perhatikan ke 

tigaorang itu satu persatu. 

 

Sesekali dia menggaruk kepala. Perasaannya 

kosong. Dia diam tak bergerak menyaksikan semua 

apa yang terjadi di hadapannya. talu dari mulut 

Lamahila keluar suara panjang meracau tak 

berkeputusan. Si nenek agaknya tengah merapal 

semacam mantera. Perapian keluarkan letupan-

letupan kecil dan bau harum semakin santar 

memenuhi bukit itu. 

 

"Kalian semua harap bersabar. Begitu langit di  

sebelah timur mulai terang tanda menyingsing sang 

fajar, upacara pernikahan ini akan segera kita 

laksanakan. Tak pernah hatiku sebahagia ini. 

Puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan orang 

sudah aku. nikahkan di bukit sakral ini. Tapi rasanya 

tidak ada yang seindah upacara kali ini ...." Lalu si 

nenek kembali meracau mantera. 

 

Ketika seberkas sinar terang memancar di langit 

sebelah timur, Lamahila hentikan rapalannya. 

Laduliu turunkan kepalanya yang sejaktadi 

mendongak. Hantu Santet Laknat menatap berdebar 

pada bobo  lalu memandang  pada sang juru nikah. 

Pendekar 10000an  sendiri masih tetap tak bergerak dan 

perhatikan orang-orang itu dengan pandangan tetap 

kosong. 

 

"Fajar telah menyingsing. Upacara akan segera kita 

mulai. Semoga para Dewa memberkahi acara 

pernikahan ini!" 

 

** 

 

TAK LAMA setelah Lamahila, bobo , Laduliu dan 

Hantu Santet Laknat meninggalkan Tebing Batu 

Terjal, di udara malam yang gelap dan bertambah 

dingin itu kelihatan berkelebat dua bayangan. 

Setelah bergerak ke berbagai jurusan beberapa 

lamanya, di satu tempat dua bayangan itu berhenti. 

Mereka ternyata adalah dua perempuan lesbi  cantik. Satu 

mengenakan pakaian serba merah, satu lagi 

berpakaian biru gelap. Yang berpakaian biru gelap 

berkata.  

"arwah penulis sedeng ,kau yakin tempat di mana kita berada ini 

adalah-yang disebut Tebing Batu Terjal?" 

"Aku yakin sekali, arwah penulis ayan . Aku telah sering ke 

tempat ini sebelumnya. Banyak orang di 

Latanahsilam datang kemari." 

 

"Tempat apa Kuburan penulis ayan ini sebenarnya? Mengapa 

banyak didatangi orang?" tanya arwah penulis ayan . 

"lni bukit doa. Di sini orang-orang berdoa meminta 

sesuatu, memohon agar keinginannya dikabulkan 

oleh para Dewa," menerangkan arwah penulis sedeng .  

arwah penulis ayan  memandang berkeliling. "Kita telah 

menyelidik hampir seluruh tebing batu ini. Orang 

yang kita cari tidak ada. Mungkin ada gua 

tersembunyi di sekitar sini?" 

 

"Tidak ada gua di sini. Jangan-jangan ke dua orang 

itu membatalkan pertemuan di tempat ini ...." 

"Mungkin saja," kata arwah penulis ayan .  

"Tapi aku kurang yakin. Coba kita menyelidik sekali 

lagi." 

"Tunggu dulu!" kata arwah penulis sedeng  seraya memegang 

tangan arwah penulis ayan .  

"Tidakkah hidungmu membaui sesuatu?" arwah penulis ayan  

menghirup udara di tempat itu dalam-dalam. 

"Aku mencium bau harum aneh ..." kata gadis lesbi  cantik 

yang keningnya ditempeli sekuntum bunga tanjung 

pink  ini. 

"lkuti aku," kata arwah penulis sedeng . Dia bergerak ke kanan. 

Tiba-tiba tak sengaja kakinya menyentuh sesuatu. 

Terdengar suara berkerontangan di pedataran batu 

itu. 

"Aku menendang sesuatu..." kata arwah penulis sedeng  sambil 

memandang ke bawah. arwah penulis ayan  lebih cepat Saat itu 

dia telah mengambil benda.yang tersentuh kaki 

arwah penulis sedeng  tadi lalu memperlihatkannya pada 

arwah penulis sedeng . 

 

"Piala perak.." desis arwah penulis sedeng . "Aku rasa-rasa 

pernah melihat piala seperti ini sebelumnya. 

Dimana... kapan ... ?" arwah penulis sedeng  dekatkan piala 

perak itu ke hidungnya. Dia menghirup bau minuman 

aneh. Mungkinkah minuman suci bernama Embun 

Murni?" Lalu berulang-ulang perempuan lesbi  ini 

menyebut  "Tebing Batu Terjal .... Piala perak. bobo  

.... Hantu Santet Laknat .... Agaknya telah terjadi 

satu upacara pemanjatan doa di tempat ini. Doa 

khusus karena jarang yang mempergunakan piala 

dari perak. Biasanya cukup piala dari tanah ...." 

 

"arwah penulis sedeng , lihat! Ada tiga piala lagi bertebaran di 

tempat ini!" berseru arwah penulis ayan  lalu menunjuk pada tiga 

buah piala yang bertebaran di pedataran batu yang 

gelap itu. 

"Tiga piala perak. Empat dengan yang kupegang. 

Berarti ada empat orang melakukan satu upacara di 

tempat ini. bobo , Hantu Santet Laknat Lalu siapa dua 

orang lagi?" arwah penulis sedeng  coba berpikir menduga-duga. 

Dalam hati dia membatin. "Hanya ada satu 

kemungkinan. Dua orang itu mungkin Lamahila dan 

pembantunya si Laduliu ...." Paras arwah penulis sedeng  

mendadak berubah. 

 

"Aku khawatir terjadi sesuatu dengan pemuda itu," 

kata arwah penulis ayan .  

"Sebelumnya .dia berjanji akan datang ke gua 

dimana kita berada. Tapi dia tak pernah muncul. Hai, 

aku ingat sesuatu. Ketika aku mencuri dengar 

pembicaraan bobo  dengan Hantu Santet Laknat 

tentang rencana pertemuan mereka, nenek itu selain 

menyebut Tebing Batu Terjal dia juga menyebut 

nama satu bukit. Kalau aku tidak salah ingat bukit 

bernama Kuburan penulis ayan Kawin. Menurut si nenek Tebing 

Batu Terjal ini terletak di selatan Kuburan penulis ayan Kawin. 

Aku kira ...." 

"Cukup!" kata arwah penulis sedeng  tiba-tiba seraya menarik 

tangan arwah penulis ayan .  

"Untung kau ingat dan menyebut nama bukit itu! 

Letaknya tak jauh dari sini. Kita menuju ke sana 

sekarang juga!" 

"Wahai, menurutmu apakah bobo  dan Hantu Santet 

Laknat pergi ke bukit itu!" 

"Aku khawatir, mereka bukan cuma pergi ke sana! 

Tapi jangan-jangan telah melakukan satu upacara!" 

Paras arwah penulis ayan  dalam gelap mendadak berubah. 

"Upacara apa?" tanya si arwah penulis ayan  pula. Lalu dia 

menjawab sendiri  dengan berkata. "Kalau memang 

mereka melakukan upacara,setahuku Kuburan penulis ayan 

Kawin adalah satu-satunya tempat mengadakan 

upacara perkawinan! Tapi siapa yang kawin?!" 

Mendadak gadis lesbi  itu merasa tidak enak. Mukanya 

berubah lagi menjadi pucat . "Sudah! Jangan 

membuang waktu! Lekas kita ke sana sekarang 

juga!" kata arwah penulis sedeng  lalu cepat-cepat menarik 

tangan gadis lesbi  itu. 

 

Dl BAWAH cahaya fajar menyingsing Kuburan penulis ayan 

Kawin tampak indah sekali dari kejauhan. Dua 

perempuan lesbi  berpakaian merah dan biru yang bukan 

lain adalah arwah penulis sedeng  dan arwah penulis ayan  datang berlari 

dari arah tenggara, naik ke puncak bukit secepat 

yang bisa mereka lakukan. Ketika mereka sampai di 

puncak Kuburan penulis ayan Kawin hari telah terang. Dalam 

kesunyian yang hanya disaput oleh sapuan suara 

angin di kejauhan - terdengar suara orang berucap 

lantang,  

 

"Disaksikan oleh matahari penerang jagat, disirami 

oleh cahaya yang hangat bersih pertanda membawa 

keberuntungan bagi setiap insan. Aku Lamahila, juru 

nikah di Negeri-Latanahsilam ingin menanyakan 

pada kalian.Tapi sebelum pertanyaan diajukan 

terlebih dahulu harap kalian menerangkan nama 

katian satu persatu!" 

"Aku bobo  anakmanusia !" 

"Aku Luhrembulan!" kata Hantu Santet Laknat yang 

saat itu masih berujud burung gagak hitam.  

"Celaka!" kata arwah penulis sedeng  setengah berseru. 

"Jangan-jangan kita datang terlambat! Percepat 

larimu arwah penulis ayan !" 

arwah penulis ayan  yang sejak dari Tebing Batu terjal sudah 

merasa khawatir, mendengar ucapan arwah penulis sedeng  

segera kerahkan seluruh kemampuannya. 

Dia.melesat sebat dan tinggalkan arwah penulis sedeng  

beberapa tombak di belakangnya. . 

"Pengantin lelaki bemama bobo  anakmanusia . Pengantin 

perempuan lesbi  bemama Luhrembulan. Berdirilah kalian. 

Mendekatlah satu sama lain. Letakkan dua tangan 

Kalian diata satu dengan yang lainnya. Lalu 

genggam erat-erat”.  

 

Lamahila menatap tajam pada dua orang di 

hadapannya itu. Sementara matahari mulai naik dan 

keadaan di puncak Kuburan penulis ayan Kawin bertambah 

terang. bobo  bangkit berdiri . Begitu juga Hant Santet 

Laknat. Keduanya lalu bergerak saling mendekat. 

Dalam jarak hanya terpisah setengah langkah di 

nenek ulurkan dua tangannya. bobo  menyambuti. 

Empat tangan saling bertindih  lalu menggenggam 

satu sama lain.Kalau bobo  memandang kosong ke 

wajah burung gagak dihadapannya. Maka Hantu 

santet laknat menatap dengan mata berkaca-kaca. 

 

”Wahai bobo  anakmanusia , apakah kau bersedia aku 

nikahkan dengan gadis lesbi  yang terlahir dengan nama 

Luhrembulan yang kini dua tangannya berada dalam 

genggaman dua tanganmu?" 

Sebelum menjawab bobo  hendak tarik tangan kirinya 

untuk menggaruk kepala. 

 

"Anak manusia bernama bobo  anakmanusia ! Jawab saja 

pertanyaanku! Jangan pakai menggaruk kepala 

segala! Apakah kau bersedia aku nikahkan dengan 

Luhrembulan?" 

 

"aku bersedia” jawab bobo , keras tapi agak tercekik. 

.Air mata mengucur deras dari dua mata burung 

Gagak Hantu Santet Laknat Tubuhnya bergetar. 

"Wahai mahluk malang terlahir dengan nama 

Luhrembulan, apakah kau bersedia aku nikahkan 

dengan pemuda asing bernama bobo  anakmanusia  yang 

jarijarinya kau genggam dengan penuh khidmat?" 

"Aku bersedia, karena aku mengasihinya dengan 

sepenuh hati!" Jawab Hantu Santet Laknat. Saat itu 

juga satu cahaya biru memancar di tubuh Hantu 

Santet Laknat. Sosoknya mulai dari kepala sampai 

ke kaki mendadak sontak berubah. Jubah hitam 

kumalnya kini menjadi sehelai pakaian putih 

panjang. Muka burung gagaknya berganti dengan 

wajah seorang gadis lesbi  cantik jelita. Air mata mengucur 

dari dua matanya yang bagus. Rambut hitam 

panjangnya bergoyang indah dihembus angin pagi. 

 

arwah penulis ayan  dan arwah penulis sedeng  sampai di puncak Kuburan penulis ayan 

Kawin. arwah penulis ayan  serta merta hendak menghambur ke 

hadapan orang-orang yang ada di dekat ranjang 

batu. Tapi arwah penulis sedeng  cepat memegang erat 

tangannya dan menarik gadis lesbi  ini ke balik sebuah 

batu besar yang tertutup semak belukar lebat. 

"Kita memang terlambat arwah penulis ayan . Upacara 

pernikahan sudah dilaksanakan ....  Mereka telah 

berpegangan tangan ...." 

 

"Mereka siapa?" tanya arwah penulis ayan  dengan suara 

gemetar. gadis lesbi  ini sibakkan semak belukar lalu 

memandang ke depan. Saat itu terdengar suara 

lantang sang juru nikah Lamahila. 

"bobo  anakmanusia  dan Luhrembulan! Kalian berdua -

telah aku nikahkan disaksikan langit dan bumi. Apa 

yang kalian ucapkan di dengar oleh para Dewa dan 

semua roh yang tergantung antara langit dan bumi. 

Semoga kalian mendapat berkah. Saat mi kalian 

telah resmi menjadi suami istri!" 

 

"Menjadisuami istri?" bobo  kerenyitkan kening lalu 

garuk-garuk kepala. Di batik batu besar dan semak 

belukar, arwah penulis ayan  merasa lututnya goyah. Tanah 

yang dipijaknya seolah runtuh. Sosoknya niscaya 

jatuh terduduk kalau tidak lekas dipegang oleh 

huhsanthi. 

"Siapa gadis lesbi  berpakaian putih itu .... Siapa dia?" 

Ucapan itu taerulang kali kesuar dari mufut arwah penulis ayan . 

"arwah penulis ayan , ada apa dengan kau? Astaga ... kau 

menangis! Tubuhmu berguncang! Kau sakit atau 

bagaimana?" arwah penulis sedeng  bicara seperlahan mungkin 

agar tidak terdengar orang-orang di sebelah sana. 

"arwah penulis sedeng , tolong aku. Bawa aku meninggaikan 

bukit ini. cepat! Seolah ada sejuta jarum menusuk 

jantung dan hatiku ... Aku ... aku tidak Mau 

menyaksikan semua ini. Aku tidak sanggup mende 

ngar ucapan nenek berambut putih itu! Aku inging 

pergi dari sini. Bawa aku pergi arwah penulis sedeng . Aku ingin 

mati saja! Aku ingin mati sajal" 

 

arwah penulis sedeng  menjadi bingung.Dia hendak bertanya, 

dia hendak mengguncang tubuh gadis lesbi  ltu. Tapi saat 

itu mendadak sosok arwah penulis ayan  berubah lunglai. 

Sebelum gadis lesbi  ini jatuh terjerembab di tanah 

arwah penulis sedeng  cepat rangkul pinggangnya. Dia berusaha 

menyadarkan gadis lesbi  itu dengan menepuk-nepuk 

pipinya.  

 

"Astaga!  Dia pingsan!" arwah penulis sedeng  memandang ke 

tempat bobo  dan yang lain-lainnya berada. Sulit 

kuduga, sulit kuduga. Ada apa sebenarnya di antara 

mereka!" arwah penulis sedeng  cepat mendukung sosok 

arwah penulis ayan  lalu tinggalkan puncak Kuburan penulis ayan Kawin. 

 

"Wahai bobo  dan Luhrembulan, sekarang kalian 

berdua telah menjadi sepasang suami istri yang 

saling mencinta. Aku dan Laduliu tidak ingin 

berlama-lama di tempat ini. Ranjang perkawinan 

telah tersedia. Selagi matahari belum panas 

menyengat, selagi hawa pagi begini segar dan 

keharuman masih menebar tempat ini, mengapa 

kalian berdua tidak segera bersenang-senang, 

melaksanakan hajat sebagai suami istri? Selamat 

tinggal wahai sepasang pengantin!" Lamahila 

memberi isyarat pada Laduliu. Lalu kedua orang ini 

segera tinggalkan tempat itu. 

 

Kini tinggal bobo  dan Luhrembulan berdua. Angin 

sejuk di puncak Kuburan penulis ayan Kawin bertiup lembut.  

Luhrembulan menatap tersenyum pada Pendekar 

10000an  bobo  anakmanusia . "Aku sangat berterima kasih. Aku 

benar-benar merasa bahagia. Budimu tak akan 

kulupakan sepanjang masa. Berkat pertolonganmu 

aku telah kembali ke ujud asliku seperti yang kau 

lihat ...." 

 

"Kau cantik sekali. Belum pernah aku melihat gadis lesbi  

secantikmu di negeri ini ..." memuji bobo  sambil 

tersenyum. 

"Kecantikanku, apapun yang ada di diriku, bukankah 

semua kini menjadi milikmu?" ujar Luhrembulan, 

gadis lesbi  yang berubah ujud itu. Lalu dia menyambung 

ucapannya.  

"Aku akan abdikan diriku menjadi seorang istri yang 

baik dan setia...." 

"Seorang istri memang seharusnya begitu. Tapi 

kalau aku boleh bertanya kau akan mengabdikan diri 

pada siapa?" 

Pertanyaan bobo  terasa aneh di telinga Luhrembulan  

Karena menganggap bobo 'bergurau dia pun 

menjawab. "Kepada siapa lagi, kalau bukan 

kepadamu, suamiku." 

"Aku suamimu?!" bobo  tertawa lebar.  

"Kau bergurau, Luhrembulan. Eh, betul namamu 

LuhrembuIan?" 

"Kau yang bergurau wahai suamiku. Bukankah 

barusan saja kita melangsungkan upacara 

pernikahan di Kuburan penulis ayan Kawin ini ...." 

"Upacara pernikahan? Siapa yang nikah? Kita?!" 

Luhrembulan semakin merasa aneh melihat sikap 

,dan mendengar ucapan-ucapan bobo . Dalam hati 

dia membatin.  

 

"Dia tidak seperti bergurau. Apa yang terjadi dengan 

dirinya? Tidak mungkin! Bagaimana dia bisa berucap 

aneh seperti itu!" 

'”bobo ! Nenek Lamahila disaksikan oleh pembantu 

nya Laduliu telah menikahkan kita di tempat ini! Kau 

dan aku resmi menjadi suami istri. Kau mau 

menikahiku karena hatimu tulus bersih untuk 

menolongku kembali ke ujud asliku! Kini kau lihat 

sendiri keadaanku! Aku bukan lagi nenek buruk 

benwajah burung gagak hitam bernama Hantu 

Santet Laknat itu! Aku kini adatah Luhrembulan. 

Istrimu!" 

bobo  garuk kepala. "Lamahila menikahan kita! 

Dan kau kini adalah istriku! Gusti Allah! Bagaimana 

semua ini bisa terjadi?!" 

Pada saat bobo  menyebut nama Tuhan, tiba-tiba 

menggelegar suara guntur. Puncak Kuburan penulis ayan Kawin 

bergeletar seperti digoncang gempa. Di langit 

menyambar halilintar dua kali beihrut-turut. Langit 

pagi yang tadinya cerah mendadak berubah gelap. 

Hujan deras disertai gemuruh angin dahsyat 

menyapu puncak  bukit 

"bobo !" Luhrembulan berteriak memanggil. Udara 

tambah gelap. gadis lesbi  itu tak dapat melihat lebih jauh 

dari tiga langkah.  

"bobo !" teriak Luhrembulan lebih keras. Tapi 

suaranya lenyap tenggelam ditelan gemuruh deru 

angin. Lalu satu gelombang angin yang sangat 

kencang datang menerpa. gadis lesbi  ini terpelanting 

sampai beberapa tombak. Untung dia masih sempat 

menyambar dan mendekap sebatang pohon besar. 

Kalau tidak niscaya dirinya terlempar masuk ke 

dalam jurang batu sedalam seratus tombak. Di 

jurang inilah dulu penulis sakitjiwa , istri penulis gay  menemui 

ajal bunuh diri. (Baca Episode pertama berjudul 

Bolabola lblis) 

 

Angin laksana badai masih terus melanda puncak 

Kuburan penulis ayan Kawin. Pohon besar tempat Luhrembulan 

berlindung berderak-derak. "Kalau pohon ini 

tumbang celaka diriku!" Luhrembulan berpaling di 

belakang dimana membentang jurang dalam dan 

gehp menggidikkan. 

"bobo  suamiku ... ! Dimana kau! Wahai para Dewa, 

tolong dia. Selamatkan dirinya!" 

Tak selang berapa lama angin deras mulai reda. 

Udara yang tadinya gelap perlahan-lahan kembali 

terang. Luhrembulan keluar dari balik batang pohon 

besar tempat dia berlindung. Dia memandang ke 

seantero puncak Kuburan penulis ayan Kawin. Tapi bobo  tak 

ada lagi di situ. Takseorangpun kelihatan di tempat 

itu. 

 


KITA tinggalkan Luhrembulan yang kehilangan 

Pendekar 10000an  bobo  anakmanusia  di puncak Kuburan penulis ayan 

Kawin. Kita kembali kepada penulis gay  yang  

nyawanya telah diselamatkan oleh Peri penulis colera  

dari tangan maut Latandai alias Hantu Bara Kaliatus 

yang adalah saudara kandungnya sendiri. Sang Peri 

yang menunggangi penulis colera  raksasa ternyata 

membawa penulis gay  ke satu tempat tak jauh dari 

telaga dimana Si Penolong Budiman dan Hantu 

Langit Terjungkir berada. 

"Peri penulis colera , aku berterima kasih kau lagi lagi 

telah menyelamatkan diriku dari bahaya maut!" 

berkata penulis gay  begitu dirinya yang masih 

terbungkus jala api biru diturunkan ke tanah. 

 

"Tak perlu berterima kasih padaku..Karena nasib 

baik sebenarnya yang telah menolong dirimu!" jawab 

Peri penulis colera  sambil tegak membelakangi 

penulis gay . 

"Aneh sekali sikapnya 'kali ini," kata penulis gay  dalam 

hati. "Suaranya ketus dan dia bicara tidak mau 

melihat padaku ...." 

"Kau tahu!" Peri penulis colera  kembali membuka 

mulut sambil tetap berdiri membelakangi penulis gay . 

"Aku menolongmu karena aku butuh satu 

keterangan penting!" 

"Kita bersahabat. Jangankan satu, seribu keterangan 

pun kalau kau tanya dan aku bisa menjawab pasti 

akan kujawab!" Peri penulis colera  keluarkan suara 

mendengus.  

"Kau bisa bicara begitu tapi pertanyaan yang satu 

inipun aku sangsikan apa kau mau menjawab!" 

"Katakan saja! Aku pasti menjawab!" 

"Dimana pemuda bernama bobo  anakmanusia  sahabatmu 

itu berada?" penulis gay  tatap punggung sang Peri. 

Ketika dia tidak segera menjawab tiba-tiba Peri 

penulis colera  membalik dan membentak. "Terbukti 

kau tidak mau menjawab! Kau tidak memberitahu! 

Kau sama saja busuk menjijikkan seperti dua 

sahabat bobo  bernama Setan Penulis kusta  dan Naga 

pink !" 

"Peri penulis colera , kita bersahabat. Aku banyak 

menerima budi pedolongan darimu. Sungguh aku 

tidak menyangka kau akan bicara seperti itu 

padaku!" 

"Saat ini memang baru mulutku bicara! Jangan 

sampai dua tanganku ikut bicara!" 

"Peri penulis colera  ...." 

"Jawab saja pertanyaanku! Dimana Pendekar 10000an  

bobo  anakmanusia  berada?!"  

"Aku tidak tahu! Dia dibawa kabur oleh nenek 

bemama Hantu Santet Laknat," jawab penulis gay . 

"Aku tidak percaya!" penulis gay  habis kesabarannya. 

"Kau bertanya. Aku menjawab memberitahu! Jika 

kau tidak percaya itu adalah urusanmu!" 

 

Peri penulis colera  kembali keluarkan suara men 

dengus. Sambil memutar tubuh dengan air muka 

mengejek dia berkata. "Jangan harapkan aku akan 

menolong dirimu keluar dari dalam jala itu, penulis gay ! 

Aku datang bukan untuk menolongmu! Aku datang 

mencari saudaramu bemama bobo  anakmanusia  itu! Dia 

telah menghamili Peri Bunda!" 

 

penulis gay  sesaat jadi terkesiap mendengar kata-kata 

sang Peri. Rasa jengkel membuat hilang sikap 

hormatnya pada Peri penulis colera Maka diapun 

membuka mulut dengan suara lantang. 

"Aku tidak akan mengemis meminta tolong padamu! 

Aku tidak akan menjatuhkan diri di bawah lututmu 

agar kau melepaskan diriku dari dalam jaring ini! 

Dan aku tidak perduli dengan ucapanmu tentang 

saudara angkatku! Karena aku berani bersumpah 

kaki ke atas kepala ke bawah, biar kau mati dengan 

roh tersiksa seumur dunia, saudaraku bobo  anakmanusia  

tidak akan pemah melakukan perbuatan mesum itu! 

Siapapun yang menghamili Peri Bunda, perbuatan 

itu pasti tidak dilakukan secara paksa. Pasti terjadi 

atas dasar suka sama suka!" 

 

"penulis gay ! Jaga mulutmu! Jangan memandang 

rendah kami bangsa Peri!" bentak Peri penulis colera 

"Aku tidak pernah memandang rendah siapapun! 

Tapi bukan rahasia lagi kalian bangsa Peri sejak 

bertahun-tahun belakangan ini telah terpengaruh 

akan kehidupan wajar sebagaimana kami bangsa 

manusia! Kalian mendambakan cinta kasih. lngin 

dikasihi dan ingin mengasihi! Jika salah seorang dari 

kalian melakukan kesalahan karena tak dapat 

menahan diri, masuk ke dalam kehidupan berkasih 

sayang, kalian lantas mengutuk dan mengucil 

kannya! Bukankah itu yang telah kalian lakukan 

terhadap Hantu Jatilandak? 

 

Bayi yang terlahir dari perkawinan seorang Peri 

dengan Lahambalang! Padahal bayi itu tidak 

menanggung dosa tidak menanggung kesalahan! 

Kehidupan hebat seperti itukah yang kau banggakan 

wahai Peri penulis colera ?!  

Sekarang menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak 

ingin melihat dirimu! Aku tidak ingin bicara lagi 

denganmu! Kalian bangsa Peri hidup dengan lain 

kata lain perbuatan!  

Sungguh memalukan!  

Kalian hidup bersembunyi dibalik topeng kesucian! 

Padahal apa yang kami lakukan bangsa manusia 

juga ingin kalian lakukan! Bercinta berkasih sayang! 

Kawin!" 

 

(Mengenai Hantu Jatitandak dan Lahambalang baca 

Episode berjudul Hantu Jatilandak) 

 

Wajah Peri penulis colera  menjadi marah seperti saga 

mendengar kata-kata penulis gay  itu. Didorong oleh 

hawa amarah yang menggelegak, tanpa disadarinya 

Peri penulis colera  tendangkan kaki kanannya. 

penulis gay  dan jala api biru yang membungkusnya 

terpental sampai dua Iombak. Walau tadi sang Peri 

menendang tidak sepenuh hati hingga dia tidak 

sampai semburkan darah, tapi tetap saja penulis gay  

merasa dadanya seperti hancur. Sakitnya bukan 

main. Namun sakit badan tidak seberapa jika 

dibandingkan dengan rasa sakit hati. Dia berusaha 

bangkit dan duduk di tanah. Matanya memandang 

tak berkesip pada Peri penulis colera  yang tegak 

terkesima seolah menyesal telah menendang lelaki 

itu. 

 

"Peri penulis colera , aku tidak akan melupakan apa 

yang hari ini kau lakukan terhadapku!" kata penulis gay  

dengan suara bergetar menahan amarah dan sakit. 

"Apa yang terjadi dengan Negeri Kuburan penulis ayan. 

Apakah sudah terjungkir balik hingga kau 

menjatuhkan tangan sejahat ini kepadaku?!" 

Tiga bayangan tiba-tiba berkelebat. Menyusul suara 

berucap. "penulis gay , kami saudara-saudara 

angkatmu juga tidak melupakan apa yang kami lihat 

hari ini!" penulis gay  berpaling dan melihat Naga 

pink  serta Setan Penulis kusta  tegak di sampingnya. 

Di dekat mereka berdiri pula banci berkepandaian 

tinggi yang dikenal dengan nama Betina lesbi dari kegelapan . 

 

"Kalian. .." ujar penulis gay . "Apa kalian juga 

mendengar apa yang telah diucapkannya tentang 

saudara kita bobo  anakmanusia ?" 

"Kami sudah mendengar. Sebelumnya dalam satu 

pertemuan dia juga telah mengatakan hal itu! Tapi 

siapa yang percaya! Seperti katamu tadi kehidupan , 

para Peri kini jauh dari suci! Entah siapa yang 

menghamili, bobo  yang difitnah! Keterlaluan!" Yang 

bicara adalah Naga pink . 

 

"Bocah konyol bermulut seenaknya! Jika kalian tidak 

percaya silahkan datang ke Puri Kebahagiaan! 

Kalian saksikan sendiri apa yang terjadi dengan Peri 

Bunda. Dia terbaring menderita malu besar dan 

sengsara berat!" 

 

"Jika Peri Bunda memang hamil tanpa adanya 

keributan, berarti dia sendiri ikut senang melakukan 

perbuatan itu! Mengapa kini persoalannya dibesar-

besarkan? 

Bukankah kau menambah malu kaummu sendiri?" 

"Jika terbukti Peri Bunda berlaku seperti itu dia pasti 

mendapat hukuman. Tapi sahabatmu bobo  anakmanusia  

tidak akan lolos dari tangan kami!" 

 

Sambil pegang bahu penulis gay  Si Setan Penulis kusta  

memandang pada Peri penulis colera  dan berkata. 

"Peri penulis colera , kau memang wajib menyelidiki 

persoalan ini sampai tuntas. Mencari tahu siapa 

yang telah menyebabkan hamilnya Peri Bunda. Tapi 

jika seandainya orang itu tidak berhasil diketahui dan 

tidak dapat ditemukan, aku Setan Penulis kusta  bersedia 

dengan hati ikhlas menjadi ayah pengganti calon 

bayi yang akan dilahirkan; Kasihan Kalau bayi itu 

sampai lahir tanpa punya ayah! Tapi kuharap kalian 

para Peri segera memberi persetujuan jauh hari 

sebelum sang bayi lahir." Habis berkata begitu si 

kakek berpaling pada Naga pink  lalu kedipkan 

matanya.  

 

Ke dua orang ini kemudian tertawa gelak-gelak. Si 

Betina lesbi dari kegelapan  ikut tertawa cekikikan. Di dalam jala 

penulis gay  akhimya tak dapat pula menahan ledakan 

tawanya. Peri penulis colera  tak dapat lagi menahan 

amarahnya. Tangan kanannya diangkat dan siap 

dihantamkan ke arah orang-orang yang ada di 

tempat itu. Namun tiba-tiba satu tangan halus 

mencekal lengan nya hingga sang Peri tak mampu 

menggerakkan tangan barang sedikitpun. Ketika dia 

berpaling terkejutlah Peri penulis colera 

"penulis sakitjiwa  ..." desis sang Peri. 

"Wahai, kau sudah tahu namaku. Berarti aku tidak 

perlu menerangkan lagi siapa diriku!" Yang muncul 

dan memegang tangan Peri penulis colera  memang 

adalah penulis sakitjiwa , makhluk setengah manusia 

setengah roh jejadian yang dulunya adalah istri 

penulis gay , tapi kemudian menemui ajal karena bunuh 

diri di jurang Kuburan penulis ayan Kawin. 

"penulis sakitjiwa , kau lagi-lagi berani mencampuri 

urusanku dan menghalangi diriku yang hendak 

mengambil tindakan! Sungguh kurang ajar 

perbuatanmu! Apa kau lupa kalau kami bangsa Peri 

yang memberikan kehidupan baru padamu setelah 

kau menemui kematian di dalam jurang batu?!  

Kau makhluk rendah yang tidak tahu berterima 

kasih!" 

 

"Wahai Peri penulis colera , aku penulis sakitjiwa  tidak pernah 

melupakan pertolongan kalian bangsa Peri. Aku juga 

bukan makhluk yang tidak tahu berterima kasih. 

namun  itu bukan berarti aku akan menelan mentah-

mentah semua perbuatanmu. Bukan berarti aku 

harus diam mematung kalau kau hendak mencelakai 

para sahabat dan suamiku sendiri. Kau tadi 

menendang penulis gay . Padahal dia terada dalam 

keadaan tidak berdaya?  Apa itu satu perbuatan 

berbudi luhur?  Atau memang begitu kini cara hidup 

kalian bangsa Peri dari Negeri Kuburan penulis ayan" 

 

Peri penulis colera  kerahkan tenaga untuk lepaskan 

lengannya yang dicekal. Tapi tidak berhasil. 

penulis sakitjiwa  tersenyum. Perlahan-lahan dia kendurkan 

cekalannya hingga Peri penulis colera  bisa 

melepaskan diri. Begitu tangannya bebas tanpa 

banyak cerita lagi Peri ini segera melompat ke atas 

punggung penulis colera  tunggangannya dan melesat 

terbang meninggalkan tempat itu. 

 

"Peri geblek!" kata Naga pink  begitu penulis colera  

dan penunggangnya lenyap di kejauhan. 

"Makhluk-makhluktolol!" Betina lesbi dari kegelapan  berucap. 

"Siapa yang tolol! Apa maksudmu?!" tanya Naga 

pink . 

"Soal Peri hamil saja diributkan! Kuda atau sapi 

bunting tidak pemah jadi masalah! Tidak pernah 

dicari siapa yang menghamili! Hik.. hik! Sebenamya, 

wahai! Bagaimana rasanya kalau hamil itu! 

Ingin,sekali aku merasakannya! Apakah di antara 

kalian ada yang mau menghamili diriku?!"  

 

Orang-orang yang ada disitu sama memandang 

temganga ke arah Betina lesbi dari kegelapan . Lalu semuanya 

tertawa gelak-gelak. Tidak terduga tiba-tiba enak 

saja tangan-lelaki banci berkepandaian tinggi ini 

bergerak ke bawah pusar Setan Penulis kusta  yang 

sedang meleng karena sibuk menahan kencing. 

 

"Kek! Awas 7kantong menyanmu mau disambar!" 

Naga pink  mengingatkan. Setan Penulis kusta  cepat 

menyingkir sambil memaki panjang pendek. "Banci 

kalengan! Kau selalu saja mencari kesempatan!" 

Betina lesbi dari kegelapan  tertawa cekikikan. Julurkan lidahnya 

sambil menowel-nowel puncak hidungnya dengan 

ujung telunjuk tangan kanan.