da dua malam
mendatang. Aku akan menungggu di sana ...."
"Aku pasti datang."
"Aku pergi sekarang!"
"Baik, tapi tunggu! Ada satu hal yang hendak
kusampaikan padamu," kata bobo .
Si nenek balikkan tubuhnya yang tadi setengah
berputar siap meiangkah pergi. Dia tegak
memandang bobo , menunggu apa yang hendak
disampaikan pemuda itu. Dadanya mendadak
berdebar.
MALAM tadi, menjelang dinihari, aku terbangun dan
dapatkan diriku telah sembuh. Kau takadadalam
gubuk. Diliputi perasaan gembira aku keluar. Di
bawah satu pohon besar tak jauh dari sini aku
melihat seorang gadis lesbi berambut panjang
sepinggang, berpakaian putih tengah duduk
menangis.
Kemudian muncul seekor ular hitam besar. gadis lesbi itu
memangku ular tersebut, bicara dengan binatang itu.
Ular kemudian pergi. Tak lama berselang gadis lesbi itu
pergi pula. Aku berusaha mengejarnya tapi dia
lenyap cepat sekali ...."
"Kau tidak bermimpi seperti malam tempo hari?"
tanya Hantu Santet Laknat.
"Aku yakin aku tidak bermimpi. Karena tak berhasil
menemukan gadis lesbi itu aku kembali ke gubuk ini
menjelang pagi. Nek, kau pasti kenal betul kawasan
ini. Apakah kau tahu atau bisa menduga siapa
adanya gadis lesbi yang kulihat itu? Mungkin dia memang
tinggal di sekitar kawasan ini?"
"Sulit aku menduga," jawab Hantu Santet Laknat.
"Dia muncul malam menjelang dinihari. Berpakaian
putih dan menangis. Bersahabat seekor ular besar.
Mungkin saja yang kau lihat makhluk jejadian ...."
"Semula aku menduga begitu. Tapi ketika aku
memeriksa sekitar bawah pohon besar,gadis lesbi itu
bukan makhluk jejadian. Ada bekas-bekas kakinya di
bawah pohon ...."
"Kalau begitu mungkin ada Peri yang turun kesasar
ke tempat ini!" kata si nenek pula,
"Aku yakin makhluk itu bukan seorang Peri."
"Wahai, agaknya kau tertarik pada gadis lesbi cantik
berpakaian putih itu. Kau ingin aku menyelidik dan
mencarinya?" tanya Hantu Santet Laknat lalu
tertawa cekikikan.
bobo hanya bisa tersenyum dan garuk-garuk kepala.
"Ada hal lain yang hendak kau sampaikan padaku?"
"Sekali lagi aku berterima kasih padamu Nek," kata
bobo pula. Hantu Santet Laknat tertawa panjang. Dia
lambaikan tangan.
"Jangan lupa, dua malam mendatang. Di Tebing
Batu Terjal!"
"Aku pasti datang Nek," kata bobo . Setelah si nenek
lenyap bobo berucap seorang diri.
"Sulit menduga. Apa benar nenek jahat itu kini telah
berubah menjadi makhluk sangat baik?" bobo
keluarkan barbel Maut pembasmi 10000an dari balik
pakaiannya. Dia duduk bersila di tanah. Mata barbel
ditempelkannya ke dadanya. Lalu setelah pejamkan
mata murid Eyang Sinto Gendeng ini mulai atur jalan
nafas serta aliran darah. Setelah itu dia mengatur
pula gerakan hawa sakti yang berpusat di pusarnya.
. .
Dibalik serumpunan semak belukar, tanpa setahu
bobo arwah penulis ayan memperhatikan. Si gadis lesbi sudah sejak
tadi berada di tempat itu dan sempat mendengar
semua pembicaraan si pemuda dengan dengan
Hantu Santet Laknat.
”Tebing batu terjal di selatan Kuburan penulis ayan kawin ......,
mungkin aku perlu hadir secara diam-diam di tempat
itu ” arwah penulis ayan berkata dan mengambil keputusan
dalam hatinya.
"Jangan-jangan betul kabar yang tersiar di luaran.
Dua orang ini sudah menjalin cinta gila.!” arwah penulis ayan
pegang keningnya yang terasa mendadak berat.
MALAM itu adalah satu hari setelah pertemuan
arwah penulis ayan dengan bobo . Di dalam gua di kaki bukit
arwah penulis ayan dan arwah penulis sedeng tertidur pulas. Di langit bulan
sabit bersinar redup dan sesekaii menghilang di balik
saputan awan hitam. Ketika awan hitam menutupi
bulan sabit itu untuk kesekian kalinya dan suasana
kaki bukit kembali menjadi gelap gulita serta
diselimuti kesunyian dan udara dingin mencekam.
Saat itulah tiba-tiba dari arah timur kaki bukit.
berkelebat satu bayangan hitam. Gerakannya cepat
seperti bayang-bayang. Di satu tempat sosok ini
hentikan gerakannya. Dia berdiri tak bergerak. lalu
memandang berkekeliling seperdi mencari sesuatu.
Matanya yang tajam akhirnya menemui apa yang
dicarinya yakni mulut gua di dalam mana arwah penulis sedeng
dan arwah penulis ayan tengah tertidur nyenyak. Segera saja
orang ini hendak melangkah cepat menuju mulut
gua. Tapi mendadak telinganya mendengar
sambaran angin di kejauhan.
"ltu bukan desir daun pepohonan, bukan suara
kepak binatang malam. Ada seseorang berkepan
daian tinggi tengah menuju ke sini!" Cepat-cepat
orang itu menyelinap ke balik sebatang pohon besar.
Tak lama kemudian satu bayangan lain berkelebat
pula dalam kegelapan malam. Laksana seekor
burung besar yang terbang rendah dia melesat ke
mulut gua. Sesaat dia tegak memasang mata
mementang telinga. Lalu tubuhnya lenyap masuk ke
dalam gua.Tapi tidak lama. Beberapa saat kemudian
dia kelihatan keluar lagi, melangkah mundur
terbungkuk-bungkuk. Ternyata dia tengah menyeret
sosok arwah penulis sedeng yang ada di dalam jaring api biru.
"Aneh, diseret begitu rupa arwah penulis sedeng tidak terbangun
dari tidurnya. Jangan-jangan orang itu telah
menyirapnya terlebih dulu. Malam gelap sekali. Aku
tak bisa memastikan siapa adanya orang itu. Sulit
menduga-duga dari jarak sejauh ini. Jika dia berniat
jahat pasti dia telah melakukannya di dalam gua.
Tapi tidak ada salahnya aku bersiap siaga!" Orang di
balik pohon besar berkata dalam hati lalu salurkan
tenaga dalamnya ke tangan kanan.
Di depan gua, orang yang barusan menyeret sosok
arwah penulis sedeng tegak tak bergerak. Mulutnya komat
kamit. Mungkin tengah membaca mantera. Lalu dia
meniup ke arah kepala arwah penulis sedeng , terus ke kaki. Dari
kaki kembali dia meniup naik sampai ke kepala.
Selesai meniup pulang balik begitu rupa, orang ini
masukkan ibu jari tangan kanannya ke mulut. Ketika
dikeluarkan, ujung ibu jari yang basah itu kelihatan
memancarkan cahaya biru. Orang ini kemudian
membungkuk. Ujung ibu jari tangan kanannya lalu
ditempelkan ke tali jala dekat pinggang arwah penulis sedeng .
Satu kepulan asap menggebubu di udara. Bersa
maan dengan itu selarik cahaya biru memyap ke
seluruh permukaan tali jala! arwah penulis sedeng yang sejak
tadi diam tak bergerak tiba-tiba tersentak bangun
dan berteriak keras. Dia dapatkan jala api biru yang
selama ini melibat dirinya telah lenyap entah
kemana.
Pada saat ada asap menggebubu ke udara, orang di
balik pohon merasa yakin bahwa sosok manusia di
depan sana memang hendak mencelakai arwah penulis sedeng .
Maka tanpa menunggu lebih lama dia segera
hantamkan tangan kanannya. Selarik sinar hitam
berbentuk kipas yang ditaburi serpihan-serpihan
memancarkan cahaya berkilauan seperti bunga api,
menderu ke arah sosok hitam yang jongkok di
samping arwah penulis sedeng .
"Wusss!"
"Braaak!"
Satu jeritan kaget dan lebih merupakan makian
kemarahan terdengar di udara malam yang menjadi
lebih gelap akibat bertaburnya debu dan kerikil yang
berasal dari hancurnya mulut gua. Sosok hitam yang
tadi ada dekat arwah penulis sedeng lenyap.
Dari dalam gua arwah penulis ayan tersentak bangun dan
cepat melompat ke luar. Sesaat pemandangannya
tertutup oleh tebaran kerikil dan debu yang masih
menggantung di depan mulut gua. Begitu keadaan
agak terang terlihatlah sosok arwah penulis sedeng berdiri
dengan wajah pucat, tubuh bergetar dan dua tangan
ditekapkan ke mulut. Tak jauh dari arwah penulis sedeng berdiri
pula satu sosok hitam yang segera dikenali arwah penulis ayan
bukan lain adalah makhluk muka tanah liat si
Penolong Budiman.
arwah penulis ayan segera dekati arwah penulis sedeng dan rangkul tubuh
perempuan lesbi itu.
"Ada apa .... Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa
lolos? Kemana perginya jaring api biru yang
melibatmu?!"
"Aku tidak tahu pasti ..." jawab arwah penulis sedeng dengan
wajah masih pucat dan suara agak bergetar.
"Aku tersentak bangun ketika ada suara meletup.
Kulihat asap aneh mengepul seolah keluar dari
tubuhku. Lalu jaring di sekujur badanku
mengeluarkan cahaya biru! Aku melihat satu sosok
hitam di dekatku. Belum sempat aku mengenali
siapa dia adanya tiba-tiba ada cahaya hitam
bertabur bunga api menghantam kearah orang di
dekatku. Hantaman sinar aneh lewat di samping
orang itu lalu menghantam mulut gua..,."
arwah penulis ayan melirik ke arah Si Penolong Budiman yang
saat itu mendatangi. "Aku khawatir, jangan-jangan
aku telah kesalahan melepas tangan," kata Si
Penolong Budiman.
"Aku mengira orang yang ada di dekat arwah penulis sedeng
hendak berniat jahat. Itu sebabnya aku cepat
melancarkan serangan dari kejauhan. Maksudku
untuk menyelamatkan arwah penulis sedeng . Tapi aku salah
menduga. Orang itu justru berniat baik. Hendak
menolong membebaskan arwah penulis sedeng dari sergapan
jaring api biru. Mudah-mudahan saja dia tidak
mengalami cidera ...." Si Penolong Budiman merasa
sangat menyesal. arwah penulis ayan memandang pada
arwah penulis sedeng .
"Orang yang menolongmu itu aku yakin adalah
Hantu Santet Laknat. Dia yang memusnahkan jala
api biru"
"Bagaimana kau bisa berkata sepasti itu arwah penulis ayan ?"
tanya Si Penolong Budiman .
"Dia dikenal sebagai dukun jahat yang menganggap
nyawa binatang lebih berharga dari nyawa manusia!
Bagaimana mungkin dia menolong diriku?" ikut
bicara arwah penulis sedeng .
"Ada kalanya hati yang sangat jahat itu bisa berubah
setelah tersentuh oleh apa yang dinamakan kasih ..."
jawab arwah penulis ayan . arwah penulis sedeng tidak mengerti maksud
kata-kata si gadis lesbi sedang Si Penolong Budiman
kernyitkan wajah tanah liatnya, menduga-duga apa
arti ucapan arwah penulis ayan barusan.
Tentu saja arwah penulis ayan tidak mau menerangkan bahwa
dia telah melihat pertemuan dan mendengar
pembicaraan antara Hantu Santet Laknat dan
Pendekar 10000an bobo anakmanusia . gadis lesbi ini berpaling
pada si muka tanah liat lalu ajukan pertanyaan. "Kau
sendiri, bagaimana bisa berada di tempat ini?"
Si Penolong Budiman tidak bisa menjawab. Se
benarnya malam itu dia memang sengaja
meninggalkan telaga untuk menyelidik dimana
beradanya gua tempat arwah penulis ayan membawa
arwah penulis sedeng .
"Mana kakek bernama Hantu Langit Terjungkir itu?"
arwah penulis ayan kembali bertanya.
"Ada,di tepi telaga ..." jawabSi Penolong Budiman .
"Kau seharusnya tidak meninggalkan orang tua itu.
Bukankah kau berjanji menolong merawatnya? Kini
dalam keadaan cidera kau tinggalkan dia seorang
diri. Wahai, kasih dan tanggung jawab macam mana
yang kau miliki?!"
"Maafkan aku. Aku akan kembali ke telaga ..." kata
Si Penolong Budiman. Lalu tanpa berkata apa-apa
lagi dia segera tinggalkan tempat itu.
"arwah penulis sedeng , lekas kita tinggalkan tempat ini,"
arwah penulis ayan mengajak.
"Aku ikut apa yang kau katakan," jawab arwah penulis sedeng .
"Tapi kalau aku boieh bertanya, apa bukan tidak
mungkin sebenarnya lelak! bermuka tanah liat tadi
itulah yang telah menolong diriku?"
arwah penulis ayan menjawab dengan gelengan kepala. "ilmu
Api lblis Penjaring Roh setahuku hanya dimiliki oleh
tiga orang. Pertama seorang bermuka tengkorak
disebut Sang Junjungan. Konon dia dianggap
sebagai makhluk aneh yang menguasai diri Hantu
Santet Laknat. Orang ke dua adalah Hantu Santet
Laknat sendiri dan yang ke tiga adalah Hantu Bara
Kaliatus. Sang Junjungan, apalagi Hantu Bara
Kaliatus tidak mungkin menolongmu. Berarti Hantu
Santet Laknatlah yang melakukan ...."
"Aneh, sungguh aneh ...." arwah penulis sedeng masih tidak
percaya dan geleng-gelengkan kepala. arwah penulis ayan
tersenyum dan berkata. "Disitulah letak kebesaran
dan keagungan kasih. Kita tidak pernah bisa
menduga apa yang bisa dilakukannya ...."
"Kau berulang kali menyebut kasih dalam setiap
penampilan dirimu. Tapi kuiihat kau tidak begitu
menyukai orang yang mukanya dibungkus tanah liat
itu. Bagaimana ini ... ? Lalu kalau benar Hantu
Santet Laknat telah berubah karena sentuhan kasih,
siapa yang mengasihinya? Siapa yang dikasihinya?"
arwah penulis ayan hanya bisa tersenyum mendengar ucapan
arwah penulis sedeng . Tanpa berikan jawaban dia cepat-cepat
menarik tangan perempuan lesbi itu. Keduanya serta
merta menghilang di dalam kegelapan malam.
*
TEBlNG Batu Terjal. Tebing ini berada dalam
kawasan bebukitan dimana di sebelah utara terletak
bukit yang disebut Kuburan penulis ayan Kawin.
Seperti yang pernah diceritakan di di dalam Eposide
pertama berjudul Bola-Bola Iblis, Kuburan penulis ayan Kawin
bagi orang-orang di Negeri Latanahsilam merupakan
satu bukit yang sangat sakral. Karena di bukit itulah
setiap upacara perkawinan dilakukan. Dipimpin oleh
seorang nenek berambut putih riap-riapan bernama
Lamahila yang dikenal sebagai sang juru nikah.
Malam itu Tebing Batu Terjal diselimuti kesunyian
dan kegelap gulitaan. Sesekali terdengar suara
gelepar kelelawar yang terbang di udara kelam.
Kadang-kadang angin yang bertiup kencang
membuat dedaunan saling bergesek mengeluarkan
suara berdesir aneh. Bukit ini disebut Tebing Batu
Terjal karena lebih dari setengahnya merupakan
batu datar membentuk dinding curam. Pada dinding
curam ini terdapat tiga susunan batu mendatar lebar
seperti susunan sawah bertingkat atau seperti anak
tangga.
Di susunan batu ke dua saat itu tampak tiga orang
duduk bersila. Mereka duduk membentuk satu
barisan lurus, menghadap ke lamping bukit yang
terbuka dan gelap. Tak satupun bersuara. Tak ada
yang bergerak. Mereka duduk diam sambil sesekali
saling pandang namun masing-masing memasang
telinga. Di langit bulan sabit muncul begitu awan
hitam yang sejak tadi menghalanginya bergerak
menjauh.
Keadaan diTebing Batu Terjal untuk beberapa
lamanya menjadi agak terang. Namun begitu awan
muncul kembali menutupi, suasana serta merta
menjadi pekat menghitam kembali. Orang yang
duduk di ujung kiri- adalah seorang lelaki berusia
agak lanjut, bernama Laduliu. Di samping kanan
Laduliu duduklah nenek berambut putih riap-riapan
yang bukan lain adalah Lamahila, sang juru nikah.
Lalu di ujung kanan, di sebelah Lamahila duduk
sosok berjubah hitam yang memiliki wajah seekor
burung gagak dan sudah diterka siapa adanya yaitu
Hantu Santet Laknat.
Lamahila mengerling pada Laduliu lalu menatap
Hantu Santet Laknat Si nenek muka burung gagak
yang mengerti arti tatapan itu menjadi gelisah. Dia
memandang ke depan, menyusuri lereng bukit
sampai ke bawah sana. Dia hanya melihat
kegelapan yang menambah kecemasan hatinya.
"Wahai, hampir tengah malam ..." kata si nenek
bernama Lamahila.
"Yang kita tunggu orang belum juga muncul ...."
Lamahila termasuk orang-orang tua di Negeri
Latanahsilam yang kalau bicara susunan kata-
katanya suka terbalik-balik.Lelaki bernama Laduliu
ikut bicara.
"Hantu Santet Laknat, kau yakin orang itu akan
datang ke sini?"
"Harap kalian mau bersabar. Aku yakin dia akan
memenuhi janji." Menjawab Hantu Santet Laknat.
Baru saja nenek muka burung gagak ini berkata
begitu tiba-tiba di bawah bukit sana samar-samar
kelihatan satu bayangan putih berkelebat.
"Dia datang!" kata Hantu Santet Laknat. "Laduliu,
lekas beri tanda agar dia tahu kalau kita berada di
sini!"
Dari balik pakaiannya Laduliu keluarkan sebuah batu
bulat. Benda ini dilemparkannya di dinding terjal di
atasnya. begitu batu dan dinding beradu maka
terdengar letupan keras disertai memerciknya
tebaran bunga api yang membuat tempat itu sesaat
menjadi terang. Bayangan putih di bawah sana
berhenti berkelebat.
Dia memandang ke atas, memperhatikan percikan
bunga api. Sebelum suasana menjadi gelap kembali
orang ini telah melesat ke atas bukit.. Gerakannya
hebat sekali hingga sebelum tujuh hitungan dia
sudah berada di susunan ke duaTebing Batu Terjal.
Orang yang baru datang ini segera mengenali Hantu
Santet Laknat tadinya dia mengira si nenek hanya
sendirian di tempat itu.
"bobo , kau tak usah khawatir. Dua orang ini adalah
kerabat baikku," kata Hantu Santet Laknat. " gembira
kau datang memenuhi permintaanku."
Murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede garuk
kepalanya lalu berkata. "Aku sudah datang
memenuhi janji. Sekarang harap kau mau
menerangkan apa maksud pertemuan ini."
Nenek Lamahila batuk-batuk beberapa kali. Lalu
membuka mulut. "Pemuda asing bernama bobo
Sambleng ...."
"bobo anakmanusia ! Bukan Sambleng!" kata pendekar
10000an pula dengan mulut dipencongkan.
"Maafkan aku. Lidah tua ini sukar menyebut nama
anehmu. Kalau aku bilang anakmanusia padahal anakmanusia
artinya di negeri ini adalah kencing kuda. Hik ... hik!
Wahai anak muda, negeri sebelum kami
mengungkapkan maksud pertemuan ini, biarlah
Nenek Hantu Santet Laknat menceritakan sesuatu
menyangkut dirinya. Ini sangat penting. Karena
tanpa kau mengetahui siapa dia adanya, sukar
bagimu untuk menerima kenyataan ...."
"Aku tidak mengerti ..." ujar bobo sambil garuk
kepala.
"Walaupun tidak lama mengenal tapi rasanya aku
sudah tahu siapa adanya nenek ini. Lahirnya
memang jelek, tapi hatinya ternyata baik ... ." Hantu
Santet Laknat menyeringai mendengar kata-kata
Pendekar 10000an itu.
"Terima kasih, kau mau mengatakan apa adanya.
Mukaku memang jelek tapi hatiku sekarang mungkin
tidak seperti yang kau katakan itu. Untuk menyingkat
waktu biarlah aku mulai saja." Hantu Santet Laknat
memberi isyarat agar bobo duduk bersila di
hadapannya. Setelah bobo duduk di batu maka
nenek inipun memulai penuturannya.
"Aku dilahirkan tanpa mengenal siapa ayahku siapa
ibuku. Juga aku tidak pernah tahu apakah aku
mempunyai kakak atau adik. Aku dipelihara dan
dirawat oleh seorang perempuan lesbi tua bernama
Lamagundala yang kemudian kuketahui adalah
seorang saudara sepupu dari nenek Lamahila yang
duduk di sebelahku ini. Menurut orang yang
mengetahui, ketika aku dilahirkan keadaanku tiada
beda seperti bayi-bayi anak manusia yang dilahirkan
ke muka bumi ini ...."
. "Tapi mengapa ...." bobo memotong penuturan si
nenek. Hantu Santet Laknat angkat tangan
kanannya.
"Aku tahu maksud ucapanmu. Biarlah aku menerus
kan cerita." bobo garuk kepala, si nenek melanjutkan
kisahnya. "Aku dilahirkan tiada beda dengan bayi-
bayi lainnya. Tanpa cacat, tanpa kelainan apapun.
Namun memasuki hari ke empat puluh dan
seterusnya terjadi perubahan pada wajahku. Sedikit
demi sedikit mukaku mulai ditumbuhi bulu-bulu halus
berwarna hitam. Hidung dan mulutku menyatu, lalu
berubah membentuk paruh burung. Sepasang
mataku mengecil dan bola mata menyembul hitam
keluar. Rambut tipis di kepalaku berubah menjadi
bulu-bulu kasar. Ketika aku berusia tiga ratus enam
puluh hari, kepala dan keseluruhan wajahku telah
berubah menjadi wajah seekor burung gagak,
seperti yang kau lihat saat ini ...."
Pendekar 21 2 sampai ternganga mendengar-cerita
si nenek. "Nek, apa kau atau orang lain, mengetahui
mengapa bisa terjadi perubahan aneh atas wajahmu
itu?"
"Lamagundala, orang yang merawatku, yang kini
telah tiada memberitahu. Perubahan yang kualami
adalah akibat dosa warisan yang menjadi kutuk
turun temurun. Konon jika kelak aku mempunyai
anak maka anak itu akan memiliki wajah seperti
wajahku. Aku tidak tahu dosa apa yang telah
diperbuat kedua orang tuaku. Dosa apa yang telah
dilakukan kedua orang tua mereka dan seterusnya.
Kini aku anak cucu mereka yang akan kejatuhan
warisan kutuk ini. Selama dunia terkembang, selama
roh masih tergantung antara langit dan bumi maka
konon selama itu pula dosa warisan itu akan
menimpa keturunan kami."
Pendekar 10000an jadi merinding. Dia garuk-garuk
kepala, menatap pada si nenek Ada rasa kasihan
tapi juga ada rasa ngeri dalam hatinya.
"Nek, apakah tidak ada orang pandai, atau mungkin
para Peri dan para Dewa yang dapat melepaskan
dirimu dari dosa warisan atau kutuk yang kau
alami?"
Hantu Santet Laknat mamandang pada sang juru
nikah Lamahila. Nenek berambut riap-riapan ini
anggukan kepala. Hantu Santet Laknat lalu bersuara
menjawab pertanyaan Pendekar.10000an tadi.
"Kutuk yang jatuh padadiriku sulit untuk ditelusuri
pangkal sebabnya. Selain itu tidak ada satu makhluk
pun baik di bumi maupun di Kuburan penulis ayan sana yang
mampu membebaskan diriku dari dosa warisan
kutuk celaka ini. Kutuk telah merubah hatiku,
merubah jalan pikiranku. Lebih lanjut merubah diriku
menjadi seorang buruk rupa dan jahat hati. Aku
melakukan kekejian apa saja menurut sukaku. Apa
lagi jika ada yang mendorong. Lebih celaka ketika
aku jatuh ke tangan Hantu Muka Dua dan sempat
menjadi budak suruhannya ...."
"Kalau begitu, mungkin Hantu Muka Dua yang bisa
menolongmu lepas dari kutuk dosa warisan itu," kata
bobo pula. Hantu Santet Laknat gelengkan kepala.
"Aku pernah mendapat petunjuk yang datangnya
dalam mimpi. Konon kutuk tersebut bisa disingkirkan
sementara pada waktu-waktu tertentu. Yakni ketika
otak keji dan hati jahatku berubah bersih, atau aku
tenggelam dalam penyesalan mendalam. Atau ketika
kasih suci memasuki diriku ..."
"Kalau begitu bukankah gampang bagimu untuk bisa
melepaskan diri dari kutukan itu? Kau hanya tinggal
merubah semua sifatmu, meninggalkan jalan sesat
Berbuat baik dan mengasihi sesama insan ..." kata
bobo pula. Wajah burung gagak Hantu Santet Laknat
mendongak ke langit kelam. "Tidaksemudah itu
melakukan apa yang kau katakan. Hati jahatku
sudah mengakar sedalam samudra. Otak kejiku
sudah menjulang setinggi langit. Namun sesekali
ketika tabir gelap itu tersingkap secara aneh, aku
menyadari bahwa semua yang aku telah perbuat
sungguh merupakan dosa besar, maka ketika
penyesalan menyelinap ke dalam hatiku dan ada
kehendak untuk ingin hidup baik, pada saat itulah
kutukan tersebut lenyap. Wajah burukku berubah ke
wajah asli. Tapi tidak bertahan lama. Paling lama se
jarak jatuh dan mengeringnya air mata penyesalan ."
"Nek, dari kebaikan yang telah kau lakukan
terhadapku, aku yakin kau memang sudah sampai
pada titik penyesalan itu ...."
"Memang sudah, dan aku berhasil. Tapi seperti
kataku tadi hanya selama jatuh sampai keringnya air
mata di pipiku ...."
bobo garuk-garuk kepalanya. "Memang, kau tentu
saja tidak bisa menangis terus seumur-umur ...."
"Pemuda asing," tiba-tiba nenek juru nikah Lamahila
membuka mulut.
"Sentuhan kasih telah merubah hati kerabatku ini.
Jika kau mau, aku bisa menolong dirinya hingga
kutuk dosa warisan akan lenyap dari dirinya untuk
selama-lamanya. Aku percaya, aku sudah
menyelidik, kau bisa menolohgnya ...."
"Menolong bagaimana?" tanya bobo
"Kau mau menolongnya?"
"Tentu saja," jawab bobo
"Benarkan? Kau berdusta tidak?" menegaskan
Lamahila.
"Masakan aku mau berselingkuh janji menolong
orang yang telah menyelamatkan diriku," jawab bobo
pula. Tapi hati kecilnya mulai bertanya-tanya apa
maksud semua kata-kata si nenek juru nikah itu.
Tiba-tiba meluncur pertanyaan berikutnya dari mulut
Lamahila.
"Kau bersedia menikahinya?" Pendekar 10000an tersurut
dua langkah mendengar pertanyaan Lamahila itu.
LAMAHILA tertawa datar. bobo pandangi nenek
berambut putih itu sesaat lalu menoleh pada Hantu
Santet Laknat Pemuda ini akhirnya geleng-
gelengkan kepala.
"Aku tidak mengira kau akan menanyakan hal itu.
Tentu saja aku tidak bisa .... Tidak mungkin aku
kawin dengan Hantu Santet Laknat!" Lamahila
melirik pada Hantu Santet Laknat yang saat itu serta
merta tundukkan kepala begitu mendengar ucapan
Pendekar 10000an . Hatinya terpukul. Matanya yang
hitam kecil menonjol tampak mulai berkaca-kaca.
"Mengapa tidak bisa. Mengapa tidak mungkin?
Bukankah kau sudah berkata akan bersedia meno
longnya?" Lamahila berucap.
"Betul, tapi mana aku menduga pertolongan yang
kau maksudkan itu adalah dengan cara mengawi
ninya. Aku ...."
"Aku tahu, kau tidak mau karena kerabatku ini
adalah seorang nenek buruk bermuka burung gagak
hitam. Tapi anak muda sebentar tagi kau akan
melihat bentuk tubuh dan raut wajahnya yang
sebenarnya .... Saat ini dia berada dalam kesedihan
yang mendalam mendengar kata-katamu tadi. Dia
menyadari dirinya sebenarnya siapa. Walau
penyesalan dan niat untuk kembali ke jalan baik
sudah memasuki hati nuraninya namun dia hanya
mampu bertahan sementara. Lihat dirinya wahai
pemuda asing. Pandang baik-baik. Apakah kau nanti
masih tega untuk menampik permintaan kami ... ?"
bobo memandang ke arah Hantu Santet Laknat. Saat
itu si nenek masih tundukkan kepala. Bahunya
bergetar. Air mata mulai meluncur ke pipinya yang
tertutup bulu. Mulutnya ingin mengeluarkan seribu -
ucapan tapi dia tidak kuasa menyampaikan.
Wahai makhluk bermuka buruk. Puluhan tahun kau
hidup tersiksa dalam kutuk yang jatuh menimpa
dirimu bukan karena mau dan bukan karena
kesalahanmu. Puluhan tahun kau tenggelam dalam
kesesatan. Menyantet dan membunuh orang-orang
yang tak berdosa. Kini ketika sentuhan kasih
membuka mata dan menyingkap hatimu, ketika kau
mengambil keputusan bahwa kau bisa
meninggalkanjalan sesat dan memilih hidup baik,
ternyata tidak ada orang yang mau menolongmu.
Wahai makhluk tua berwajah buruk. Sudah takdir
dirimu kau akan berada dalam keadaan sengsara
begini rupa seumur bumi terbentang, seusia langit
terkembang .... "
Hantu Santet Laknat seka deraian air mata yang
jatuh ke pipinya. Pada saat itulah Pendekar 10000an
keluarkan seruan tertahan. Matanya membeliak
besar, memandang si nenek tak berkesip. Kakinya
kembali bergerak tersurut.
"Apa yang terjadi? Mengapa bisa begini? Jangan
jangan dia pergunakan ilmu hitam untuk merubah
dirinya. Tapi .... Astaga, bukankah dia ...."
Di hadapan bobo , Lamahila dan Laduliu, sosok
Hantu Santet Laknat perlahan-lahan mengalami
perubahan. Mula-mula pakaiannya. Jubah hitamnya
berubah menjadi sehelai baju panjang berwarna
putih. Lalu perubahan terjadi pada rambutnya.
Rambutnya yang pendek acak-acakan dan sebagian
telah berwarna kelabu berganti dengan rambut hitam
panjang, berkilat bagus dan tergerai lepas sampai ke
pinggang. Sosoknya yang seperti pohon lapuk
penuh keriput kini berganti menjadi sosok yang
bagus mulus, langsing semampai. Dan yang
membuat Pendekar 10000an jadi tercekat besar adalah
ketika menyaksikan perubahan pada wajah si nenek.
Wajah yang sebelumnya berupa wajah burung
gagak hitam kini berubah menjadi wajah seorang
gadis lesbi yang luar biasa cantiknya. bobo garuk-garuk
kepala. Matanya masih tak berkedip.
"Kau .... Kau! Wajahmu sama dengan wajah gadis lesbi
berpakaian putih yang kulihat beberapa malam lalu
di dekat gubuk di puncak bukit! Apa ... apa kau gadis lesbi
yang sama?"
Hantu Santet Laknat yang berubah sosok dan
bentuk itu tidak menjawab. Dia hanya menatap
dengan pandangan kuyu pada pendekar 10000an . Lalu
terdengar suara Lamahila.
"Pemuda asing, gadis lesbi berpakaian putih yang kau
lihat beberapa malam lalu di puncak bukit itu
memang sama dan adalah juga gadis lesbi yang kini
duduk di hadapanmu. Namanya sebenarnya adalah
Luhrembulan.
Perhatikan baik-baik. Karena begitu air matanya
mengering, sosok dan wajahnya akan kembali ke
bentuk semula, buruk menjijikkan. Mudah-mudahan
apa yang kau saksikan dapat menyentuh hatimu
untuk menolongnya secara tulus ...."
bobo gigit-gigit bibirnya sendiri seolah untuk memas
tikan dia masih merasa sakit pertanda bahwa dia
tidak bermimpi. Lalu tangannya mulai menggaruk.
Dia hendak mengusap matanya tapi saat itu sosok
dan wajah gadis lesbi cantik di hadapannya telah berubah
kembali ke sosok dan wajah Hantu Santet Laknat.
"Anak muda, setelah menyaksikan kenyataan ini,
apakah sekarang hatimu bisa berubah? Apakah kau
masih tega untuk tidak mau menolongnya?"
Lamahila bertanya.
Masih menggaruk kepala dan masih menatap
kearah Hantu Santet Laknat, bobo menjawab. "Aku
menyaksikan satu keanehan yang menyentuh hati.
Tapi aku juga tahu kepandaian Hantu Santet Laknat
Dia bisa merubah ujudnya menjadi apa saja yang
dikehendakinya ...,"
"Memang dia mempunyai ilmu hitm yang disebut
llmu Bersalin Wajah Tapi aku bersumpah demi
segala roh yang tergantung di antara langit dan
bumi, demi para Peri dan para Dewa. Yang kau
saksikan tadi adalah satu kenyataan. Hantu Santet
Laknat tidak menipumu dengan ilmu hitamnya.
Apakah hatimu masih membeku dan perasaanmu
masih bimbang untuk memenuhi permintaanku demi
menolongnya?
Kau bisa membayangkan bagaimana sengsaranya
dia. Puluhan tahun hidup tersiksa dalam kutuk akibat
dosa warisan nenek moyangnya yang dia sendiri
tidak tahu siapa mereka adanya atau dosa apa yang
telah mereka lakukan!"
"Demi Tuhan, aku ingin menolong. Tapi tidak dengan
cara mengawininya ...." bobo garuk kepala lalu
bangkit berdiri dan melangkah mundar-mandir di
hadapan tiga orang yang masih terus duduk bersila
di atas batu.
Si nenek bernama Lamahila tertawa perlahan tapi
panjang. "Pemuda asing, jangan kau salah mengerti.
Aku tidak meminta kau mengawininya, tapi
menikahinya!"
Pendekar10000an hentikan langkah. Dia menatap pada si
nenek juru nikah.
"Aku tidak mengerti. Memangnya nikah dan kawin
ada bedanya?!" tanya bobo . "Bagiku sama saja. Tapi
di negeriku di tanah Jawa memang ada mulut-mulut
nakal berolok-olok. Katanya kalau nikah pakai surat.
.
Entah surat apa. Mungkin surat dari Pamong Desa
Lalu kalau kawin pakai urat! Ha. .. ha ... ha!"
Lamahila ikut tertawa. "Aku suka mendengar olok-
olok lucu itu. Orang memang bisa kawin-tanpa nikah.
Tapi orang juga bisa nikah tanpa kawin. Terserah
padamu nanti. Kami di sini tidak punya surat.
Setelah nikah nanti kau mau memgergunakan urat
atau bagaimana terserah dirimu. Hik. .. hik ... hik.
Yang jelas dengan pernikahan ini kau bisa menolong
nenek kerabatku ini kembali ke ujud asalnya untuk
selamalamanya ...."
"Nek, apapun istilah yang kau katakan, apakah
kawin atau nikah, tetap aku tidak mungkin
melakukannya."
"Setahuku kau masih bujangan. Belum pernah
menikah, entah kalau kawin .... Hik ... hi ... hik!
Orang yang hendak kau nikahi memiliki kecantikan
melebihi peri. Apa yang membuatmu tak mau
menolong?
Apakah kau telah mempunyai kekasih di Negeri
Latanahsilam ini?
Apa kau tak pernah memikirkan bahwa mungkin kau
tak pernah bisa kembali ke negeri asalmu?"
bobo jadi terdiam mendengar kata-kata sang juru
nikah itu. Tapi hanya sebentar. Sesaat kemudian dia
kembali gelengkan kepala. "Maafkan aku Hantu
Santet Laknat . Aku ingin menolong. Mungkin ada
cara lain ...."
bobo memandang pada Hantu Santet Laknat Si
nenek balas menatapnya dengan pandangan sayu.
Ketika matanya berkaca-kaca kembali wajah aslinya
membayang. Hampir raut wajah itu akan sempurna
tiba-tiba lenyap kembali. Lamahila melirik pada
Laduliu yang duduk di sebelahnya. Lelaki ini balas
melirik lalu anggukan kepalanya.
"Kalau hatimu begitu teguh dan tak bisa dirubah
wahai pemuda asing, aku ataupun Hantu Santet
Laknat tak dapat memaksa. Berarti pertemuan kita
berakhir di tempat ini. Malang nasibmu wahai
kerabatku Hantu Santet Laknat Entah sampai kapan
kau akan tetap berada daiam keadaan ujudmu
sekarang ini. Sebentar lagi masing-masing kita akan
segera meninggalkan Tebing Batu Terjal ini. Namun
sebelum berpisah, agar hati sama bersih, tiada
perasaan yang jadi ganjalan, tak ada rasa sakit hati
apalagi dendam kesumat, ada baiknya kita sama
sama meneguk air suci yang di sebut embun murni”
Kata-kata Lamahila itu membuat hati dan perasaan
Hantu santer laknat jadi terenyuh. Dia berusaha
menabahkan diri agar tidak mengucurkan air mata.
“Kerabatku Laduliu, harap kau segera mengeluarkan
empat piala perak yang kau bawa." Mendengar
ucapan Lamahila, lelaki bernama Laduliu segera
keluarkan empat buah-piala kecil terbuat dari perak
dari dalam sebuah kantong jerami yang sejak tadi
terletak di atas pangkuannya.
Empat piala itu diletakkannya di atas batu.
Sementara itu dari balik punggungnya Lamahila
keluarkan sebuah batangan bambu. Ketika
penyumpal bambu dibukanya, serangkum asap tipis
keluar dari dalam bambu menyusul menebarnya bau
yang harum segar. Bau ini mengingatkan bobo pada
Tuak Kayangan minuman kakek saki berjuluk Dewa
Tuak yang selalu dibawanya kemana-mana dalam
dua buah tabung bambu besar.
Dari dalam bambu Lamahila tuangkan sejenis cairan
yang sangat bening dan mengeluarkan cahaya
berkilauan walau tempat itu diselimuti kegelapan
malam. Empat piala terisi penuh. Lamahila gosok-
gosok telapak tangannya satu sama lain Idu berkata.
"Semua kerabat yang ada di sini. Sebentar lagi
masing-masing kita akan meninggalkan Tebing Batu
Terjal ini. Sebelum pergi mari kita sama meneguk air
suci Embun Murni ini agar hati kita sama-sama
bersih ...."
Si nenek yang pertama sekali mengambil piala perak
yang terletak di depannya. Diikuti Hantu Santet
Laknat dan Laduliu. Kini tinggal satu piala di atas
pedataran batu.
"Wahai pemuda asing, kalau kau tak mau menolong
sahabat kami, apakah kau begitu tega dan sampai
hati tidak mau sama-sama meneguk air suci Embun
Murni?"
bobo garuk kepalanya. Saat itu dia masih berdiri dan
memandang pada tiga orang yang duduk di
pedataran batu, yang balas memandang padanya
"Mungkin dia takut kita akan meracuninya!" berkata
Laduliu.
"Kalau begitu sebaiknya kau tak usah menyentuh
minuman itu. Jika benar kami bemiat jahat dan
minuman ini mengandung racun, biarlah kami
bertiga menemui ajal lebih dulu!"
Habis berkata begitu Lamahila diikuti oleh Hantu
Santet Laknat dan Laduliu segera teguk habis isi
piala. Wajah si nenek dan Laduliu kelihatan merah
segar. sedang Hantu Santet Laknat tampak
bercahaya sepasang mata hitamnya. Melihatan itu
bobo jadi merasa tidak enak.
"Kalau cuma minum air dalam piala itu kurasa tak
ada salahnya. Bau minuman itu harum menyegar
kan. Jadi pasti bukan air kencing si nenek rambut
putih ini," kata murid Sinto Gendeng dalam hati. Dia
garuk kepala lalu duduk bersila di pedataran batu.
Dengan tangan kanannya diambilnya piala perak lalu
air putih bening dan sejuk di dalam piala ini
diteguknya sampai habis. Selesai meneguk air
Embun Murni di dalam piala, wajah Pendekar 10000an
kelihatan segar kemerah-merahan.
Di dalam tubuhnya mulai dari kaki sampai kepala
mengalir hawa aneh sejuk yang menimbulkan
gerasaan gembira bahagia. Pedataran batu di
samping Tebing Batu Terjal itu terasa sangat lapang.
Hidungnya menghirup hawa harum semerbak seolah
dia berada di dalam taman yang penuh dengan
bunga-bunga harum tengah berkembang. bobo
memandang berkeliling sambil mengulum senyum.
Hatinya membatin.
"Aneh, segala sesuatunya tampak indah di mataku.
Orang-orang yang ada di hadapanku, mereka semua
menunjukkan wajah bahagia dan senang
terhadapku. Mereka begitu baik, mengapa aku tidak
membalas kebaikan dengan kebaikan pula? Ah,
hatiku sangat hiba dan kasihan terhadap mereka.
Terutama terhadap nenek benwajah burung gagak
ini. Betapa sengsara dirinya .... Aku harus berbuat
sesuatu untuk menolongnya."
"Terima kasih, kau telah mau minum bersama kami,"
kata Hantu Santet Laknat Lalu nenek ini bangkit
berdiri. Pada Lamahila dan Laduliu dia berkata.
"Kalian telah berusaha menolong, tapi nasib diriku
yang buruk pinta. Aku tetap berterima kasih atas
jerih payah kalian. Semoga rahmat dari para Dewa
akan menjadi bagian kalian. lzinkan aku meminta
diri."
"Tunggu dulu wahai kerabatku! Sebelum kau pergi,
sebelum kita berpisah di malam kelam gulita ini,
ingin aku menanyakan sekali lagi pada pemuda ini.
Mungkin hatinya telah berubah. Mungkin perasa
annya telah berbalik. Wahai anak muda, apakah kau
tega membiarkan nenek malang itu pergi tanpa kau
mau menolongnya dengan memenuhi permintaan
kami untuk menikahinya? Aku yakin, dalam hatimu
pasti ada rasa hiba betas kasihan ...."
Pendekar 10000an diam seperti merenung. Akhirnya dia
berucap. "Menolong sesama manusia adalah satu
kebaikan. Aku banyak menerima budi besar dari
nenek ini. Kurasa kurang pantas rasanya kalau aku
membiarkan dirinya sengsara seumur-umur.
Padahal aku bisa dan mampu menolongnya ...."
"Jadi kau bersedia aku nikahkan dengan Hantu
Santet Laknat?"
"Tidak dengan Hantu Santet Laknat Tapi dengan
gadis lesbi berpakaian serba putih yang kau sebut dengan
nama Luhrembulan itu ..." jawab bobo .
Hantu Santet Laknat keluarkan pekik halus. Dua
tangannya dinaikkan ke atas dengan telapak
terbuka. Matanya dipejamkan dan mulutnya yang
berbentuk paruh burung gagak bergetar. Makhluk ini
kelihatan seperti tengah menghaturkan doa.
Perlahan-lahan air mata mengucur ke pipinya yang
tertutup bulu hitam. Lamahila bangkit berdiri dari
duduknya, diikuti Laduliu. Dipegangnya bahu
Pendekar 10000an seraya berkata "Budimu sungguh
luhur! Lihatlah, gadis lesbi bernama Luhrembulan itu telah
menunjukkan ujudnya di hadapanmu. Pertanda
sentuhan kasih sayang darimu telah mampu
mengembalikan diriqya ke bentuk sebenamya ...."
bobo berpaling. Apa yang dikatakan Lamahila
memang betul. Saat itu sosok Hantu Santet Laknat
telah berubah kembali menjadi sosok Luhrembulan
yang berwajah cantik jelita. Mau tak mau hati
Pendekar 10000an jadi tergerak.
"Berdirilah anak muda. Kita berangkat sekarang juga
menuju Kuburan penulis ayan Kawin." 'Lamahila berkata.
Dipegangnya lengan bobo . bobo bangkit berdiri. Lalu
melangkah mengikuti si nenek juru nikah. Di
belakangnya menyusul Luhrenibulan dan Laduliu.
*
Kuburan penulis ayan Kawin. Sunyi senyap diselimuti
kegelapan. Hawa dingin mencucuk sampai ke tulang
sungsum. Empat sosok duduk di hadapan sebuah
batu besar setinggi lutut, menyerupai ranjang
ketiduran. Di ujung sebelah kiri ada dua buah
gundukan batu rata-rata seperti dua buah bantal. Di
ujung ranjang batu ada perapian kecil.
Nenek rambut putih Lamahila masukkan sebongkah
benda putih ke dalam perapian. Saat itu juga udara
di tempat itu dipenuhi bau sangat harum. Hantu
Santet Laknat yang saat itu berada dalam ujud
wajah burung gagaknya, duduk tundukkan kepala.
Laduliu memandang ke langit dengan mata
terpejam. Pendekar 10000an bobo anakmanusia perhatikan ke
tigaorang itu satu persatu.
Sesekali dia menggaruk kepala. Perasaannya
kosong. Dia diam tak bergerak menyaksikan semua
apa yang terjadi di hadapannya. talu dari mulut
Lamahila keluar suara panjang meracau tak
berkeputusan. Si nenek agaknya tengah merapal
semacam mantera. Perapian keluarkan letupan-
letupan kecil dan bau harum semakin santar
memenuhi bukit itu.
"Kalian semua harap bersabar. Begitu langit di
sebelah timur mulai terang tanda menyingsing sang
fajar, upacara pernikahan ini akan segera kita
laksanakan. Tak pernah hatiku sebahagia ini.
Puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan orang
sudah aku. nikahkan di bukit sakral ini. Tapi rasanya
tidak ada yang seindah upacara kali ini ...." Lalu si
nenek kembali meracau mantera.
Ketika seberkas sinar terang memancar di langit
sebelah timur, Lamahila hentikan rapalannya.
Laduliu turunkan kepalanya yang sejaktadi
mendongak. Hantu Santet Laknat menatap berdebar
pada bobo lalu memandang pada sang juru nikah.
Pendekar 10000an sendiri masih tetap tak bergerak dan
perhatikan orang-orang itu dengan pandangan tetap
kosong.
"Fajar telah menyingsing. Upacara akan segera kita
mulai. Semoga para Dewa memberkahi acara
pernikahan ini!"
*
**
TAK LAMA setelah Lamahila, bobo , Laduliu dan
Hantu Santet Laknat meninggalkan Tebing Batu
Terjal, di udara malam yang gelap dan bertambah
dingin itu kelihatan berkelebat dua bayangan.
Setelah bergerak ke berbagai jurusan beberapa
lamanya, di satu tempat dua bayangan itu berhenti.
Mereka ternyata adalah dua perempuan lesbi cantik. Satu
mengenakan pakaian serba merah, satu lagi
berpakaian biru gelap. Yang berpakaian biru gelap
berkata.
"arwah penulis sedeng ,kau yakin tempat di mana kita berada ini
adalah-yang disebut Tebing Batu Terjal?"
"Aku yakin sekali, arwah penulis ayan . Aku telah sering ke
tempat ini sebelumnya. Banyak orang di
Latanahsilam datang kemari."
"Tempat apa Kuburan penulis ayan ini sebenarnya? Mengapa
banyak didatangi orang?" tanya arwah penulis ayan .
"lni bukit doa. Di sini orang-orang berdoa meminta
sesuatu, memohon agar keinginannya dikabulkan
oleh para Dewa," menerangkan arwah penulis sedeng .
arwah penulis ayan memandang berkeliling. "Kita telah
menyelidik hampir seluruh tebing batu ini. Orang
yang kita cari tidak ada. Mungkin ada gua
tersembunyi di sekitar sini?"
"Tidak ada gua di sini. Jangan-jangan ke dua orang
itu membatalkan pertemuan di tempat ini ...."
"Mungkin saja," kata arwah penulis ayan .
"Tapi aku kurang yakin. Coba kita menyelidik sekali
lagi."
"Tunggu dulu!" kata arwah penulis sedeng seraya memegang
tangan arwah penulis ayan .
"Tidakkah hidungmu membaui sesuatu?" arwah penulis ayan
menghirup udara di tempat itu dalam-dalam.
"Aku mencium bau harum aneh ..." kata gadis lesbi cantik
yang keningnya ditempeli sekuntum bunga tanjung
pink ini.
"lkuti aku," kata arwah penulis sedeng . Dia bergerak ke kanan.
Tiba-tiba tak sengaja kakinya menyentuh sesuatu.
Terdengar suara berkerontangan di pedataran batu
itu.
"Aku menendang sesuatu..." kata arwah penulis sedeng sambil
memandang ke bawah. arwah penulis ayan lebih cepat Saat itu
dia telah mengambil benda.yang tersentuh kaki
arwah penulis sedeng tadi lalu memperlihatkannya pada
arwah penulis sedeng .
"Piala perak.." desis arwah penulis sedeng . "Aku rasa-rasa
pernah melihat piala seperti ini sebelumnya.
Dimana... kapan ... ?" arwah penulis sedeng dekatkan piala
perak itu ke hidungnya. Dia menghirup bau minuman
aneh. Mungkinkah minuman suci bernama Embun
Murni?" Lalu berulang-ulang perempuan lesbi ini
menyebut "Tebing Batu Terjal .... Piala perak. bobo
.... Hantu Santet Laknat .... Agaknya telah terjadi
satu upacara pemanjatan doa di tempat ini. Doa
khusus karena jarang yang mempergunakan piala
dari perak. Biasanya cukup piala dari tanah ...."
"arwah penulis sedeng , lihat! Ada tiga piala lagi bertebaran di
tempat ini!" berseru arwah penulis ayan lalu menunjuk pada tiga
buah piala yang bertebaran di pedataran batu yang
gelap itu.
"Tiga piala perak. Empat dengan yang kupegang.
Berarti ada empat orang melakukan satu upacara di
tempat ini. bobo , Hantu Santet Laknat Lalu siapa dua
orang lagi?" arwah penulis sedeng coba berpikir menduga-duga.
Dalam hati dia membatin. "Hanya ada satu
kemungkinan. Dua orang itu mungkin Lamahila dan
pembantunya si Laduliu ...." Paras arwah penulis sedeng
mendadak berubah.
"Aku khawatir terjadi sesuatu dengan pemuda itu,"
kata arwah penulis ayan .
"Sebelumnya .dia berjanji akan datang ke gua
dimana kita berada. Tapi dia tak pernah muncul. Hai,
aku ingat sesuatu. Ketika aku mencuri dengar
pembicaraan bobo dengan Hantu Santet Laknat
tentang rencana pertemuan mereka, nenek itu selain
menyebut Tebing Batu Terjal dia juga menyebut
nama satu bukit. Kalau aku tidak salah ingat bukit
bernama Kuburan penulis ayan Kawin. Menurut si nenek Tebing
Batu Terjal ini terletak di selatan Kuburan penulis ayan Kawin.
Aku kira ...."
"Cukup!" kata arwah penulis sedeng tiba-tiba seraya menarik
tangan arwah penulis ayan .
"Untung kau ingat dan menyebut nama bukit itu!
Letaknya tak jauh dari sini. Kita menuju ke sana
sekarang juga!"
"Wahai, menurutmu apakah bobo dan Hantu Santet
Laknat pergi ke bukit itu!"
"Aku khawatir, mereka bukan cuma pergi ke sana!
Tapi jangan-jangan telah melakukan satu upacara!"
Paras arwah penulis ayan dalam gelap mendadak berubah.
"Upacara apa?" tanya si arwah penulis ayan pula. Lalu dia
menjawab sendiri dengan berkata. "Kalau memang
mereka melakukan upacara,setahuku Kuburan penulis ayan
Kawin adalah satu-satunya tempat mengadakan
upacara perkawinan! Tapi siapa yang kawin?!"
Mendadak gadis lesbi itu merasa tidak enak. Mukanya
berubah lagi menjadi pucat . "Sudah! Jangan
membuang waktu! Lekas kita ke sana sekarang
juga!" kata arwah penulis sedeng lalu cepat-cepat menarik
tangan gadis lesbi itu.
Dl BAWAH cahaya fajar menyingsing Kuburan penulis ayan
Kawin tampak indah sekali dari kejauhan. Dua
perempuan lesbi berpakaian merah dan biru yang bukan
lain adalah arwah penulis sedeng dan arwah penulis ayan datang berlari
dari arah tenggara, naik ke puncak bukit secepat
yang bisa mereka lakukan. Ketika mereka sampai di
puncak Kuburan penulis ayan Kawin hari telah terang. Dalam
kesunyian yang hanya disaput oleh sapuan suara
angin di kejauhan - terdengar suara orang berucap
lantang,
"Disaksikan oleh matahari penerang jagat, disirami
oleh cahaya yang hangat bersih pertanda membawa
keberuntungan bagi setiap insan. Aku Lamahila, juru
nikah di Negeri-Latanahsilam ingin menanyakan
pada kalian.Tapi sebelum pertanyaan diajukan
terlebih dahulu harap kalian menerangkan nama
katian satu persatu!"
"Aku bobo anakmanusia !"
"Aku Luhrembulan!" kata Hantu Santet Laknat yang
saat itu masih berujud burung gagak hitam.
"Celaka!" kata arwah penulis sedeng setengah berseru.
"Jangan-jangan kita datang terlambat! Percepat
larimu arwah penulis ayan !"
arwah penulis ayan yang sejak dari Tebing Batu terjal sudah
merasa khawatir, mendengar ucapan arwah penulis sedeng
segera kerahkan seluruh kemampuannya.
Dia.melesat sebat dan tinggalkan arwah penulis sedeng
beberapa tombak di belakangnya. .
"Pengantin lelaki bemama bobo anakmanusia . Pengantin
perempuan lesbi bemama Luhrembulan. Berdirilah kalian.
Mendekatlah satu sama lain. Letakkan dua tangan
Kalian diata satu dengan yang lainnya. Lalu
genggam erat-erat”.
Lamahila menatap tajam pada dua orang di
hadapannya itu. Sementara matahari mulai naik dan
keadaan di puncak Kuburan penulis ayan Kawin bertambah
terang. bobo bangkit berdiri . Begitu juga Hant Santet
Laknat. Keduanya lalu bergerak saling mendekat.
Dalam jarak hanya terpisah setengah langkah di
nenek ulurkan dua tangannya. bobo menyambuti.
Empat tangan saling bertindih lalu menggenggam
satu sama lain.Kalau bobo memandang kosong ke
wajah burung gagak dihadapannya. Maka Hantu
santet laknat menatap dengan mata berkaca-kaca.
”Wahai bobo anakmanusia , apakah kau bersedia aku
nikahkan dengan gadis lesbi yang terlahir dengan nama
Luhrembulan yang kini dua tangannya berada dalam
genggaman dua tanganmu?"
Sebelum menjawab bobo hendak tarik tangan kirinya
untuk menggaruk kepala.
"Anak manusia bernama bobo anakmanusia ! Jawab saja
pertanyaanku! Jangan pakai menggaruk kepala
segala! Apakah kau bersedia aku nikahkan dengan
Luhrembulan?"
"aku bersedia” jawab bobo , keras tapi agak tercekik.
.Air mata mengucur deras dari dua mata burung
Gagak Hantu Santet Laknat Tubuhnya bergetar.
"Wahai mahluk malang terlahir dengan nama
Luhrembulan, apakah kau bersedia aku nikahkan
dengan pemuda asing bernama bobo anakmanusia yang
jarijarinya kau genggam dengan penuh khidmat?"
"Aku bersedia, karena aku mengasihinya dengan
sepenuh hati!" Jawab Hantu Santet Laknat. Saat itu
juga satu cahaya biru memancar di tubuh Hantu
Santet Laknat. Sosoknya mulai dari kepala sampai
ke kaki mendadak sontak berubah. Jubah hitam
kumalnya kini menjadi sehelai pakaian putih
panjang. Muka burung gagaknya berganti dengan
wajah seorang gadis lesbi cantik jelita. Air mata mengucur
dari dua matanya yang bagus. Rambut hitam
panjangnya bergoyang indah dihembus angin pagi.
arwah penulis ayan dan arwah penulis sedeng sampai di puncak Kuburan penulis ayan
Kawin. arwah penulis ayan serta merta hendak menghambur ke
hadapan orang-orang yang ada di dekat ranjang
batu. Tapi arwah penulis sedeng cepat memegang erat
tangannya dan menarik gadis lesbi ini ke balik sebuah
batu besar yang tertutup semak belukar lebat.
"Kita memang terlambat arwah penulis ayan . Upacara
pernikahan sudah dilaksanakan .... Mereka telah
berpegangan tangan ...."
"Mereka siapa?" tanya arwah penulis ayan dengan suara
gemetar. gadis lesbi ini sibakkan semak belukar lalu
memandang ke depan. Saat itu terdengar suara
lantang sang juru nikah Lamahila.
"bobo anakmanusia dan Luhrembulan! Kalian berdua -
telah aku nikahkan disaksikan langit dan bumi. Apa
yang kalian ucapkan di dengar oleh para Dewa dan
semua roh yang tergantung antara langit dan bumi.
Semoga kalian mendapat berkah. Saat mi kalian
telah resmi menjadi suami istri!"
"Menjadisuami istri?" bobo kerenyitkan kening lalu
garuk-garuk kepala. Di batik batu besar dan semak
belukar, arwah penulis ayan merasa lututnya goyah. Tanah
yang dipijaknya seolah runtuh. Sosoknya niscaya
jatuh terduduk kalau tidak lekas dipegang oleh
huhsanthi.
"Siapa gadis lesbi berpakaian putih itu .... Siapa dia?"
Ucapan itu taerulang kali kesuar dari mufut arwah penulis ayan .
"arwah penulis ayan , ada apa dengan kau? Astaga ... kau
menangis! Tubuhmu berguncang! Kau sakit atau
bagaimana?" arwah penulis sedeng bicara seperlahan mungkin
agar tidak terdengar orang-orang di sebelah sana.
"arwah penulis sedeng , tolong aku. Bawa aku meninggaikan
bukit ini. cepat! Seolah ada sejuta jarum menusuk
jantung dan hatiku ... Aku ... aku tidak Mau
menyaksikan semua ini. Aku tidak sanggup mende
ngar ucapan nenek berambut putih itu! Aku inging
pergi dari sini. Bawa aku pergi arwah penulis sedeng . Aku ingin
mati saja! Aku ingin mati sajal"
arwah penulis sedeng menjadi bingung.Dia hendak bertanya,
dia hendak mengguncang tubuh gadis lesbi ltu. Tapi saat
itu mendadak sosok arwah penulis ayan berubah lunglai.
Sebelum gadis lesbi ini jatuh terjerembab di tanah
arwah penulis sedeng cepat rangkul pinggangnya. Dia berusaha
menyadarkan gadis lesbi itu dengan menepuk-nepuk
pipinya.
"Astaga! Dia pingsan!" arwah penulis sedeng memandang ke
tempat bobo dan yang lain-lainnya berada. Sulit
kuduga, sulit kuduga. Ada apa sebenarnya di antara
mereka!" arwah penulis sedeng cepat mendukung sosok
arwah penulis ayan lalu tinggalkan puncak Kuburan penulis ayan Kawin.
"Wahai bobo dan Luhrembulan, sekarang kalian
berdua telah menjadi sepasang suami istri yang
saling mencinta. Aku dan Laduliu tidak ingin
berlama-lama di tempat ini. Ranjang perkawinan
telah tersedia. Selagi matahari belum panas
menyengat, selagi hawa pagi begini segar dan
keharuman masih menebar tempat ini, mengapa
kalian berdua tidak segera bersenang-senang,
melaksanakan hajat sebagai suami istri? Selamat
tinggal wahai sepasang pengantin!" Lamahila
memberi isyarat pada Laduliu. Lalu kedua orang ini
segera tinggalkan tempat itu.
Kini tinggal bobo dan Luhrembulan berdua. Angin
sejuk di puncak Kuburan penulis ayan Kawin bertiup lembut.
Luhrembulan menatap tersenyum pada Pendekar
10000an bobo anakmanusia . "Aku sangat berterima kasih. Aku
benar-benar merasa bahagia. Budimu tak akan
kulupakan sepanjang masa. Berkat pertolonganmu
aku telah kembali ke ujud asliku seperti yang kau
lihat ...."
"Kau cantik sekali. Belum pernah aku melihat gadis lesbi
secantikmu di negeri ini ..." memuji bobo sambil
tersenyum.
"Kecantikanku, apapun yang ada di diriku, bukankah
semua kini menjadi milikmu?" ujar Luhrembulan,
gadis lesbi yang berubah ujud itu. Lalu dia menyambung
ucapannya.
"Aku akan abdikan diriku menjadi seorang istri yang
baik dan setia...."
"Seorang istri memang seharusnya begitu. Tapi
kalau aku boleh bertanya kau akan mengabdikan diri
pada siapa?"
Pertanyaan bobo terasa aneh di telinga Luhrembulan
Karena menganggap bobo 'bergurau dia pun
menjawab. "Kepada siapa lagi, kalau bukan
kepadamu, suamiku."
"Aku suamimu?!" bobo tertawa lebar.
"Kau bergurau, Luhrembulan. Eh, betul namamu
LuhrembuIan?"
"Kau yang bergurau wahai suamiku. Bukankah
barusan saja kita melangsungkan upacara
pernikahan di Kuburan penulis ayan Kawin ini ...."
"Upacara pernikahan? Siapa yang nikah? Kita?!"
Luhrembulan semakin merasa aneh melihat sikap
,dan mendengar ucapan-ucapan bobo . Dalam hati
dia membatin.
"Dia tidak seperti bergurau. Apa yang terjadi dengan
dirinya? Tidak mungkin! Bagaimana dia bisa berucap
aneh seperti itu!"
'”bobo ! Nenek Lamahila disaksikan oleh pembantu
nya Laduliu telah menikahkan kita di tempat ini! Kau
dan aku resmi menjadi suami istri. Kau mau
menikahiku karena hatimu tulus bersih untuk
menolongku kembali ke ujud asliku! Kini kau lihat
sendiri keadaanku! Aku bukan lagi nenek buruk
benwajah burung gagak hitam bernama Hantu
Santet Laknat itu! Aku kini adatah Luhrembulan.
Istrimu!"
bobo garuk kepala. "Lamahila menikahan kita!
Dan kau kini adalah istriku! Gusti Allah! Bagaimana
semua ini bisa terjadi?!"
Pada saat bobo menyebut nama Tuhan, tiba-tiba
menggelegar suara guntur. Puncak Kuburan penulis ayan Kawin
bergeletar seperti digoncang gempa. Di langit
menyambar halilintar dua kali beihrut-turut. Langit
pagi yang tadinya cerah mendadak berubah gelap.
Hujan deras disertai gemuruh angin dahsyat
menyapu puncak bukit
"bobo !" Luhrembulan berteriak memanggil. Udara
tambah gelap. gadis lesbi itu tak dapat melihat lebih jauh
dari tiga langkah.
"bobo !" teriak Luhrembulan lebih keras. Tapi
suaranya lenyap tenggelam ditelan gemuruh deru
angin. Lalu satu gelombang angin yang sangat
kencang datang menerpa. gadis lesbi ini terpelanting
sampai beberapa tombak. Untung dia masih sempat
menyambar dan mendekap sebatang pohon besar.
Kalau tidak niscaya dirinya terlempar masuk ke
dalam jurang batu sedalam seratus tombak. Di
jurang inilah dulu penulis sakitjiwa , istri penulis gay menemui
ajal bunuh diri. (Baca Episode pertama berjudul
Bolabola lblis)
Angin laksana badai masih terus melanda puncak
Kuburan penulis ayan Kawin. Pohon besar tempat Luhrembulan
berlindung berderak-derak. "Kalau pohon ini
tumbang celaka diriku!" Luhrembulan berpaling di
belakang dimana membentang jurang dalam dan
gehp menggidikkan.
"bobo suamiku ... ! Dimana kau! Wahai para Dewa,
tolong dia. Selamatkan dirinya!"
Tak selang berapa lama angin deras mulai reda.
Udara yang tadinya gelap perlahan-lahan kembali
terang. Luhrembulan keluar dari balik batang pohon
besar tempat dia berlindung. Dia memandang ke
seantero puncak Kuburan penulis ayan Kawin. Tapi bobo tak
ada lagi di situ. Takseorangpun kelihatan di tempat
itu.
KITA tinggalkan Luhrembulan yang kehilangan
Pendekar 10000an bobo anakmanusia di puncak Kuburan penulis ayan
Kawin. Kita kembali kepada penulis gay yang
nyawanya telah diselamatkan oleh Peri penulis colera
dari tangan maut Latandai alias Hantu Bara Kaliatus
yang adalah saudara kandungnya sendiri. Sang Peri
yang menunggangi penulis colera raksasa ternyata
membawa penulis gay ke satu tempat tak jauh dari
telaga dimana Si Penolong Budiman dan Hantu
Langit Terjungkir berada.
"Peri penulis colera , aku berterima kasih kau lagi lagi
telah menyelamatkan diriku dari bahaya maut!"
berkata penulis gay begitu dirinya yang masih
terbungkus jala api biru diturunkan ke tanah.
"Tak perlu berterima kasih padaku..Karena nasib
baik sebenarnya yang telah menolong dirimu!" jawab
Peri penulis colera sambil tegak membelakangi
penulis gay .
"Aneh sekali sikapnya 'kali ini," kata penulis gay dalam
hati. "Suaranya ketus dan dia bicara tidak mau
melihat padaku ...."
"Kau tahu!" Peri penulis colera kembali membuka
mulut sambil tetap berdiri membelakangi penulis gay .
"Aku menolongmu karena aku butuh satu
keterangan penting!"
"Kita bersahabat. Jangankan satu, seribu keterangan
pun kalau kau tanya dan aku bisa menjawab pasti
akan kujawab!" Peri penulis colera keluarkan suara
mendengus.
"Kau bisa bicara begitu tapi pertanyaan yang satu
inipun aku sangsikan apa kau mau menjawab!"
"Katakan saja! Aku pasti menjawab!"
"Dimana pemuda bernama bobo anakmanusia sahabatmu
itu berada?" penulis gay tatap punggung sang Peri.
Ketika dia tidak segera menjawab tiba-tiba Peri
penulis colera membalik dan membentak. "Terbukti
kau tidak mau menjawab! Kau tidak memberitahu!
Kau sama saja busuk menjijikkan seperti dua
sahabat bobo bernama Setan Penulis kusta dan Naga
pink !"
"Peri penulis colera , kita bersahabat. Aku banyak
menerima budi pedolongan darimu. Sungguh aku
tidak menyangka kau akan bicara seperti itu
padaku!"
"Saat ini memang baru mulutku bicara! Jangan
sampai dua tanganku ikut bicara!"
"Peri penulis colera ...."
"Jawab saja pertanyaanku! Dimana Pendekar 10000an
bobo anakmanusia berada?!"
"Aku tidak tahu! Dia dibawa kabur oleh nenek
bemama Hantu Santet Laknat," jawab penulis gay .
"Aku tidak percaya!" penulis gay habis kesabarannya.
"Kau bertanya. Aku menjawab memberitahu! Jika
kau tidak percaya itu adalah urusanmu!"
Peri penulis colera kembali keluarkan suara men
dengus. Sambil memutar tubuh dengan air muka
mengejek dia berkata. "Jangan harapkan aku akan
menolong dirimu keluar dari dalam jala itu, penulis gay !
Aku datang bukan untuk menolongmu! Aku datang
mencari saudaramu bemama bobo anakmanusia itu! Dia
telah menghamili Peri Bunda!"
penulis gay sesaat jadi terkesiap mendengar kata-kata
sang Peri. Rasa jengkel membuat hilang sikap
hormatnya pada Peri penulis colera Maka diapun
membuka mulut dengan suara lantang.
"Aku tidak akan mengemis meminta tolong padamu!
Aku tidak akan menjatuhkan diri di bawah lututmu
agar kau melepaskan diriku dari dalam jaring ini!
Dan aku tidak perduli dengan ucapanmu tentang
saudara angkatku! Karena aku berani bersumpah
kaki ke atas kepala ke bawah, biar kau mati dengan
roh tersiksa seumur dunia, saudaraku bobo anakmanusia
tidak akan pemah melakukan perbuatan mesum itu!
Siapapun yang menghamili Peri Bunda, perbuatan
itu pasti tidak dilakukan secara paksa. Pasti terjadi
atas dasar suka sama suka!"
"penulis gay ! Jaga mulutmu! Jangan memandang
rendah kami bangsa Peri!" bentak Peri penulis colera
"Aku tidak pernah memandang rendah siapapun!
Tapi bukan rahasia lagi kalian bangsa Peri sejak
bertahun-tahun belakangan ini telah terpengaruh
akan kehidupan wajar sebagaimana kami bangsa
manusia! Kalian mendambakan cinta kasih. lngin
dikasihi dan ingin mengasihi! Jika salah seorang dari
kalian melakukan kesalahan karena tak dapat
menahan diri, masuk ke dalam kehidupan berkasih
sayang, kalian lantas mengutuk dan mengucil
kannya! Bukankah itu yang telah kalian lakukan
terhadap Hantu Jatilandak?
Bayi yang terlahir dari perkawinan seorang Peri
dengan Lahambalang! Padahal bayi itu tidak
menanggung dosa tidak menanggung kesalahan!
Kehidupan hebat seperti itukah yang kau banggakan
wahai Peri penulis colera ?!
Sekarang menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak
ingin melihat dirimu! Aku tidak ingin bicara lagi
denganmu! Kalian bangsa Peri hidup dengan lain
kata lain perbuatan!
Sungguh memalukan!
Kalian hidup bersembunyi dibalik topeng kesucian!
Padahal apa yang kami lakukan bangsa manusia
juga ingin kalian lakukan! Bercinta berkasih sayang!
Kawin!"
(Mengenai Hantu Jatitandak dan Lahambalang baca
Episode berjudul Hantu Jatilandak)
Wajah Peri penulis colera menjadi marah seperti saga
mendengar kata-kata penulis gay itu. Didorong oleh
hawa amarah yang menggelegak, tanpa disadarinya
Peri penulis colera tendangkan kaki kanannya.
penulis gay dan jala api biru yang membungkusnya
terpental sampai dua Iombak. Walau tadi sang Peri
menendang tidak sepenuh hati hingga dia tidak
sampai semburkan darah, tapi tetap saja penulis gay
merasa dadanya seperti hancur. Sakitnya bukan
main. Namun sakit badan tidak seberapa jika
dibandingkan dengan rasa sakit hati. Dia berusaha
bangkit dan duduk di tanah. Matanya memandang
tak berkesip pada Peri penulis colera yang tegak
terkesima seolah menyesal telah menendang lelaki
itu.
"Peri penulis colera , aku tidak akan melupakan apa
yang hari ini kau lakukan terhadapku!" kata penulis gay
dengan suara bergetar menahan amarah dan sakit.
"Apa yang terjadi dengan Negeri Kuburan penulis ayan.
Apakah sudah terjungkir balik hingga kau
menjatuhkan tangan sejahat ini kepadaku?!"
Tiga bayangan tiba-tiba berkelebat. Menyusul suara
berucap. "penulis gay , kami saudara-saudara
angkatmu juga tidak melupakan apa yang kami lihat
hari ini!" penulis gay berpaling dan melihat Naga
pink serta Setan Penulis kusta tegak di sampingnya.
Di dekat mereka berdiri pula banci berkepandaian
tinggi yang dikenal dengan nama Betina lesbi dari kegelapan .
"Kalian. .." ujar penulis gay . "Apa kalian juga
mendengar apa yang telah diucapkannya tentang
saudara kita bobo anakmanusia ?"
"Kami sudah mendengar. Sebelumnya dalam satu
pertemuan dia juga telah mengatakan hal itu! Tapi
siapa yang percaya! Seperti katamu tadi kehidupan ,
para Peri kini jauh dari suci! Entah siapa yang
menghamili, bobo yang difitnah! Keterlaluan!" Yang
bicara adalah Naga pink .
"Bocah konyol bermulut seenaknya! Jika kalian tidak
percaya silahkan datang ke Puri Kebahagiaan!
Kalian saksikan sendiri apa yang terjadi dengan Peri
Bunda. Dia terbaring menderita malu besar dan
sengsara berat!"
"Jika Peri Bunda memang hamil tanpa adanya
keributan, berarti dia sendiri ikut senang melakukan
perbuatan itu! Mengapa kini persoalannya dibesar-
besarkan?
Bukankah kau menambah malu kaummu sendiri?"
"Jika terbukti Peri Bunda berlaku seperti itu dia pasti
mendapat hukuman. Tapi sahabatmu bobo anakmanusia
tidak akan lolos dari tangan kami!"
Sambil pegang bahu penulis gay Si Setan Penulis kusta
memandang pada Peri penulis colera dan berkata.
"Peri penulis colera , kau memang wajib menyelidiki
persoalan ini sampai tuntas. Mencari tahu siapa
yang telah menyebabkan hamilnya Peri Bunda. Tapi
jika seandainya orang itu tidak berhasil diketahui dan
tidak dapat ditemukan, aku Setan Penulis kusta bersedia
dengan hati ikhlas menjadi ayah pengganti calon
bayi yang akan dilahirkan; Kasihan Kalau bayi itu
sampai lahir tanpa punya ayah! Tapi kuharap kalian
para Peri segera memberi persetujuan jauh hari
sebelum sang bayi lahir." Habis berkata begitu si
kakek berpaling pada Naga pink lalu kedipkan
matanya.
Ke dua orang ini kemudian tertawa gelak-gelak. Si
Betina lesbi dari kegelapan ikut tertawa cekikikan. Di dalam jala
penulis gay akhimya tak dapat pula menahan ledakan
tawanya. Peri penulis colera tak dapat lagi menahan
amarahnya. Tangan kanannya diangkat dan siap
dihantamkan ke arah orang-orang yang ada di
tempat itu. Namun tiba-tiba satu tangan halus
mencekal lengan nya hingga sang Peri tak mampu
menggerakkan tangan barang sedikitpun. Ketika dia
berpaling terkejutlah Peri penulis colera
"penulis sakitjiwa ..." desis sang Peri.
"Wahai, kau sudah tahu namaku. Berarti aku tidak
perlu menerangkan lagi siapa diriku!" Yang muncul
dan memegang tangan Peri penulis colera memang
adalah penulis sakitjiwa , makhluk setengah manusia
setengah roh jejadian yang dulunya adalah istri
penulis gay , tapi kemudian menemui ajal karena bunuh
diri di jurang Kuburan penulis ayan Kawin.
"penulis sakitjiwa , kau lagi-lagi berani mencampuri
urusanku dan menghalangi diriku yang hendak
mengambil tindakan! Sungguh kurang ajar
perbuatanmu! Apa kau lupa kalau kami bangsa Peri
yang memberikan kehidupan baru padamu setelah
kau menemui kematian di dalam jurang batu?!
Kau makhluk rendah yang tidak tahu berterima
kasih!"
"Wahai Peri penulis colera , aku penulis sakitjiwa tidak pernah
melupakan pertolongan kalian bangsa Peri. Aku juga
bukan makhluk yang tidak tahu berterima kasih.
namun itu bukan berarti aku akan menelan mentah-
mentah semua perbuatanmu. Bukan berarti aku
harus diam mematung kalau kau hendak mencelakai
para sahabat dan suamiku sendiri. Kau tadi
menendang penulis gay . Padahal dia terada dalam
keadaan tidak berdaya? Apa itu satu perbuatan
berbudi luhur? Atau memang begitu kini cara hidup
kalian bangsa Peri dari Negeri Kuburan penulis ayan"
Peri penulis colera kerahkan tenaga untuk lepaskan
lengannya yang dicekal. Tapi tidak berhasil.
penulis sakitjiwa tersenyum. Perlahan-lahan dia kendurkan
cekalannya hingga Peri penulis colera bisa
melepaskan diri. Begitu tangannya bebas tanpa
banyak cerita lagi Peri ini segera melompat ke atas
punggung penulis colera tunggangannya dan melesat
terbang meninggalkan tempat itu.
"Peri geblek!" kata Naga pink begitu penulis colera
dan penunggangnya lenyap di kejauhan.
"Makhluk-makhluktolol!" Betina lesbi dari kegelapan berucap.
"Siapa yang tolol! Apa maksudmu?!" tanya Naga
pink .
"Soal Peri hamil saja diributkan! Kuda atau sapi
bunting tidak pemah jadi masalah! Tidak pernah
dicari siapa yang menghamili! Hik.. hik! Sebenamya,
wahai! Bagaimana rasanya kalau hamil itu!
Ingin,sekali aku merasakannya! Apakah di antara
kalian ada yang mau menghamili diriku?!"
Orang-orang yang ada disitu sama memandang
temganga ke arah Betina lesbi dari kegelapan . Lalu semuanya
tertawa gelak-gelak. Tidak terduga tiba-tiba enak
saja tangan-lelaki banci berkepandaian tinggi ini
bergerak ke bawah pusar Setan Penulis kusta yang
sedang meleng karena sibuk menahan kencing.
"Kek! Awas 7kantong menyanmu mau disambar!"
Naga pink mengingatkan. Setan Penulis kusta cepat
menyingkir sambil memaki panjang pendek. "Banci
kalengan! Kau selalu saja mencari kesempatan!"
Betina lesbi dari kegelapan tertawa cekikikan. Julurkan lidahnya
sambil menowel-nowel puncak hidungnya dengan
ujung telunjuk tangan kanan.