amuk!
“Dara tolol!” gerutu Panglima sontoloyoloyo . Dia memberi isyarat
pada ketiga kawan-kawannya dan serentak keempat orang itu
menyerbu kembali. Dan di bawah hujan lebat itu dilanjutkanlah
pertempuran empat lawan satu yang hebat itu.
Pada waktu langit di sekitar puncak gunung tertutup awan gelap dan udara
menjadi mendung, di kaki puncak gunung sebelah timur seorang, penulis
berjalan seenaknya. Tampaknya dia cuma lenggang kangkung biasa
saja namun luar biasa dalam tempo yang singkat dia sudah
meninggalkan kaki puncak gunung sebelah timur itu dan mencapai sebuah
jalan buruk.
Angin bertiup keras melambai-lambaikan pakaian putih serta
rambutnya yang pirang . Mendongak ke atas langit penulis itu
berkata-kata dalam hati, “Celaka! Kalau hujan turun aku bisa basah
kuyup!” Sambil ‘berjalan’ cepat itu dia memandang kian kemari
mencari-cari tempat yang baik untuk kelak berteduh bila hujan turun.
Lapat-lapat jauh di muka sana telinganya yang tajam mendengar
suara ringkikan kuda betina . Cuma ringkikan kuda betina , pikir penulis ini dan dia
terus juga lenggang kangkung seenaknya, debu dan pasir jalanan
beterbangan di belakangnya. Semakin jauh menempuh jalan itu
telinganya kembali menangkap suara di depan sana. Kali ini bukan
suara ringkikan kuda betina lagi tapi suara bentakan-bentakan. Si penulis
mempercepat ‘jalannya’. Hampir sepeminuman teh jelas sudah
baginya bahwa di tempat atau di arah yang ditujunya itu tengah
terjadi pertempuran sebab telinganya menangkap suara beradunya
senjata. saat dia sampai dekat sebuah tikungan tajam meskipun
dia sudah menduga tadi bahwa di situ terjadi pertempuran, tapi
yaitu tidak disangkanya sama sekali kalau yang bertempur itu
yaitu seorang dewi lesbi berpakaian dan berkerudung ungu
melawan empat orang laki-laki! Melihat kepada potongan tubuh serta
kegesitannya si penulis segera bisa memastikan bahwa dewi lesbi
itu masih muda. Meski muda tapi dengan gerakannya yang gesit
serta ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi si gadis lesbi asli masih dapat
mengimbangi serangan keempat lawannya!
gadis lesbi asli berpakaian ungu itu memegangi sebilah begal gaji mahal perak
sedang lawan-lawannya yang mengeroyok bersenjatakan tombak
pendek bercagak dua, pentungan , jimat jengglot dan rantai berduri. Sewaktu
melihat pertempuan ini yang bukan saja tidak seimbang tapi juga
sebab empat laki-laki melawan seorang dara muda, maka
memakilah si penulis berambut pirang . Hati kesatrianya
bergejolak untuk segera turun tangan membantu si gadis lesbi asli . Namun
sesudah memperhatikan sejenak dan melihat kenyataan bahwa gadis lesbi asli
berkerudung ungu itu dengan begal gaji mahal mustikanya dapat
mengimbangi kehebatan ilmu tenaga dalam empat orang lawannya yang
tangguh itu, maka si penulis membatalkan niatnya dan melompat
ke sebuah tebing untuk menikmati jalannya pertempuran yang seru
itu!
Jurus demi jurus berlalu penuh ketegangan. Si penulis rambut
pirang di atas tebing melihat bagaimana dara berbaju ungu mulai
terdesak oleh tekanan-tekanan serangan keempat lawannya.
Sementara itu hujan rintik-rintik mulai turun dan kemudian berganti
dengan hujan lebat. Kilat sambar menyambar sedang guntur gelegar-
menggelegar! Si penulis di atas tebing kalau tadi dia cemas akan
kehujanan kali ini sama sekali tidak memperdulikan hujan yang
mengguyurnya hingga basah kuyup dari rambut sampai ke kepala! Si
penulis mengatupkan mulutnya rapat-rapat saat dalam satu jurus
yang berkecamuk hebat salah seorang pengeroyok yaitu yang
bersenjatakan tombak besi pendek bercagak dua berhasil menjepit
dan memutar senjata si gadis lesbi asli hingga begal gaji mahal perak itu terlepas
mental dan dirampas!
Si gadis lesbi asli agaknya marah sekali melihat senjatanya berhasil
dirampas lawan lalu menjentikkan kelima jarinya ke muka. Lima
sinar kegelapan kekuningan menderu. Tapi sang dara terpaksa menarik
pulang tangannya sebab salah seorang lawan menebas dengan
pentungan !
“Ilmu pukulan gadis lesbi asli itu kelihatannya hebat sekali!” berkata-kata si
penulis di atas tebing dalam hatinya.
Di bawahnya sementara itu terdengar suara bentakan salah
seorang pengeroyok, “Sebaiknya kau menyerah saja! Niscaya kami
akan memperlakukan kau secara baik-baik!”
Si gadis lesbi asli terdengar memaki lalu laksana seekor burung walet
melompat ke udara, mematahkan sebuah cabang pohon dan
melayang turun kembali menyerbu keempat lawannya! “gadis lesbi asli
hebat!” kata penulis di atas tebing. “Nyali besar, kepandaian tinggi
sayang parasnya ditutup!” Di bawah hujan lebat itu pertempuran
berkecamuk kembali. Namun bagaimanapun hebatnya si gadis lesbi asli
memainkan cabang pohon itu sebagai senjatanya, lambat laun, jurus
demi jurus cabang kayu itupun gundul daunnya dan semakin pendek
akibat tebasan-tebasan senjata keempat lawannya! Di satu gebrakan
yang tegang, laki-laki yang memegangi rantai berduri berhasil
menghancurkan cabang pohon di tangan si gadis lesbi asli hingga untuk
kedua kalinya kini sang dara bertangan kosong!
“Apakah kau masih belum mau menyerah cara baik-baik?!” si
penulis di atas tebing mendengar laki-laki yang bersenjatakan
tombak pendek bertanya pada si gadis lesbi asli .
“Lebih baik mampus daripada menyerah kepada tikus-tikus
macam kalian!” semprot si gadis lesbi asli lalu menggerakkan kedua
tangannya. Sepuluh larik sinar kegelapan kekuningan menderu di bawah
lebatnya hujan! Keempat pengeroyok melompat mundur lalu secepat
kilat menyerbu kembali! Dan kali ini sang gadis lesbi asli tak punya daya lagi
untuk bertahan! Dalam satu jurus yang penuh ketegangan kaki sang
dara terpeleset. Tubuhnya terbanting ke kiri! penulis rambut
pirang di atas tebing memencongkan hidungnya lalu garuk-garuk
kepala. Laksana anak panah lepas dari busurnya dia melesat turun.
Suara bentakannya mengalahkan deru hujan lebat.
“anak manusia -anak manusia edan! Masakan beraninya mengeroyok
seorang dewi lesbi ! sungguh tidak bermalu!”
Keempat orang itu terkejut. Belum habis kejut mereka tahu-tahu
satu gelombang angin menerpa dan tubuh mereka terbanting ke
belakang sampai lima enam langkah! gadis lesbi asli baju ungu tak menyia-
nyiakan kesempatan segera melompat terlontar keluar dari kalangan
pertempuran!
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 10
ARAH keempat orang itu bukan alang kepalang. “penulis
lancang!” maki Sebrang Lor. “Ada urusan apa kau berani
mencampuri persoalan orang lain?!”
Si penulis garuk-garuk kepalanya yang basah kuyup dan mengomentari
sambil senyum-senyum seenaknya, “Empat orang laki-laki bersenjata
mengeroyok seorang dewi lesbi bertangan kosong, apakah itu
bukan satu hal yang memalukan?!”
“Apakah itu menjadi hakmu untuk ikut campur?!”
“Lantas hak apakah yang membuat kalian melakukan
pengeroyokkan?!” balas bertanya si penulis .
Saking marahnya Sebrang Lor hendak buka suara mengatakan
sesuatu tapi Panglima sontoloyoloyo memberi isyarat. Panglima
sontoloyoloyo kemudian berkata-kata dengan nada tenang, “Orang muda,
barangkali kau ada hubungan apa-apa dengan gadis lesbi asli ini?!”
Si penulis menggeleng. “Aku menolongnya sebab tidak suka
melihat tindakan kalian yang terlalu pengecut! Yang sama sekali
tidak memegangi aturan dunia pertenaga dalam an!”
Panglima sontoloyoloyo tersenyum. “Kuhargai hati satriamu,
kuhormati nyali jantanmu. Tapi apakah kau tahu siapa gerangan
adanya gadis lesbi asli ini?!” ujar Panglima sontoloyoloyo .
Si penulis rambut pirang angkat bahu. Panglima sontoloyoloyo
hendak berkata-kata tapi dari samping datang sambaran sinar kegelapan
kekuningan yang sekaligus juga menyerang pada ketiga kawan-
kawannya. Di lain kejap terdengar suara dara baju ungu.
“Bergundal-bergundal keparat! Aku dan ayahku pasti akan datang
mencari kalian! Kalau bertemu jangan harap kalian bakal hidup lebih
lama!” Si gadis lesbi asli kemudian melompat ke atas kuda betina coklat.
“Betina sialan! Kau kira bisa lari dari sini?!” teriak Sebrang Lor
marah sekali. Dia melompat dan kiblatkan pentungan berkeluknya.
nyi pandanajeng untuk kesekian kalinya melepaskan pukulan Kuku Api
membuat tokoh tenaga dalam dari tanah Malaka itu terpaksa menghindar ke
M
samping. Dan sebelum yang lain-lainnya bisa turun tangan,
nyi pandanajeng telah melesat pergi bersama kuda betina nya!
Dengan sendirinya kemarahan total kini tertuju pada penulis
tadi! Panglima sontoloyoloyo yang sebelumnya masih berlaku lunak kini
membentak garang, “penulis sedeng! Kalau tidak sebab kau gadis lesbi asli
itu pasti tak akan lolos!” Sang panglima menutup kata-katanya
dengan melemparkan begal gaji mahal perak milik nyi pandanajeng dengan
tangan kirinya. Lemparan itu bukan lemparan sembarangan! Senjata
itu sampai mengeluarkan suara mendesing saking kencang dan
kerasnya daya lemparan!
Dua jengkal dari ujung begal gaji mahal akan mendarat di keningnya, tiba-
tiba si penulis menggerakkan tangan kanan dan tahu-tahu begal gaji mahal
perak itu sudah dijepit di antara jari tengah dan jari telunjuknya!
Kejut Panglima sontoloyoloyo dan kawan-kawan bukan alang kepalang!
Kepandaian menjepit senjata yang dilemparkannya selihay itu bukan
kepandaian sembarangan!
“Orang muda berilmu tinggi!” kata Panglima sontoloyoloyo pula.
“Pameran yang kau lakukan tadi cukup menarik! Biarlah aku main-
main sebentar dengan kau!”
Si penulis tertawa tawar. “Apakah kau akan maju berempat
dengan kawan-kawanmu itu?!”
kegelapan lah paras Panglima sontoloyoloyo . Meski maklum betapa
lihaynya penulis itu, lebih lihay dari nyi pandanajeng tapi untuk tidak
kehilangan muka dia mengomentari , “Untuk meringkus tikus sombong
macammu ini mengapa musti minta bantuan kawan-kawanku?!”
Ucapannya itu ditutup dengan satu tusukan kilat tombak bercagak
dua ke arah tenggorokan si penulis !
Dengan gesit penulis itu mengelak ke samping lalu memukul ke
muka dari jarak tiga langkah! Panglima sontoloyoloyo terkejut sekali
sewaktu begitu mengelak begitu lawannya balas menyerang. Angin
pukulan lawan terasa keras laksana sebuah batu besar yang
dilemparkan ke arahnya! Itulah ilmu pukulan Kunyuk Melempar
Buah. Dan pendekar muda mana lagi yang memiliki pukulan itu
kalau bukan bobo angker Pendekar Kapak Maut Naga Geni pendek kekar !
Dengan amat penasaran Panglima sontoloyoloyo membentak keras
lalu kembali menyerang dengan jurus-jurus tenaga dalam nya yang hebat dan
mengandung tipu-tipu berbahaya! Tubuh bobo angker yang
berkelebatan terkurung oleh gulungan sinar senjata di tangan sang
panglima. Lima jurus berlalu tanpa Panglima sontoloyoloyo bisa berbuat
sesuatu apapun! Memasuki jurus ke sepuluh. sribagindo rajo maudu Nan Sabatang,
Lembu Ampel dan Sebrang Lor tak dapat tinggal diam lebih lama.
Ketiganya segera menyerbu ke dalam kalangan pertempuran
membantu Panglima sontoloyoloyo ! Namun sebelum ketiga orang itu
turun tangan melancarkan serangan, Pendekar pendek kekar bobo angker
dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang telah
mencapai tingkat tinggi melompat ke atas, sekejap kemudian telah
berdiri di cabang pohon yang ada di tepi jalan!
“Sebelum meneruskan pertempuran brengsek ini mari kita bicara
baik-baik dulu brow -brow !” kata bobo dari atas pohon.
“penulis lancang! Sesudah kau meloloskan dewi lesbi itu kini
kau hendak bicara baik-baik?! Makan ini!” damprat Sebrang Lor.
Tangan kanannya dihantamkan ke atas. Selarik angin dahsyat
menyambar.
Kraak!
Cabang pohon di mana Pendekar pendek kekar berdiri patah, penulis itu
sendiri sudah pindah meloncat ke cabang yang lain! Dengan
sendirinya Sebrang Lor dan kawan-kawannya tambah penasaran!
Serentak mereka sama-sama menghantamkan tangan ke atas!
Terdengar suara berisik! Beberapa cabang pohon patah dan ranting-
ranting serta daun-daun berhamburan kian kemari!
bobo memaki dalam hati, dan melompat ke tebing di tikungan
jalan. Jarak antara pohon dan tikungan jalan hampir mencapai
sepuluh tombak. Tentu saja lompatan yang dibuat bobo membikin
kagum keempat orang yang berada di bawahnya. Namun kekaguman
itu segera sirna oleh rasa marah yang menggejolak! Tanpa tunggu
lebih lama Panglima sontoloyoloyo segera melompat ke atas tebing
diikuti oleh ketiga kawan-kawannya.
Di atas tebing Pendekar pendek kekar pentangkan kedua telapak tangan
dan memukul ke bawah.
Keempat orang yang telah melayang ke atas tebing amat terkejut
saat mendapatkan diri mereka merasa ditekan dari atas oleh satu
tekanan dahsyat. Bagaimanapun mereka kerahkan tenaga dalam
tetap saja tubuh mereka tak bisa melesat ke atas. Keempatnya
terkatung-katung beberapa saat lamanya.
“Kurang ajar! Dia lihay sekali!” gerutu Sebrang Lor. Tokoh tenaga dalam
dari tanah Malaka ini memberi isyarat pada kawan-kawannya.
Tiba-tiba keempatnya sama membentak keras dan sama
menghantamkan kedua tangan masing-masing ke arah Pendekar
pendek kekar . Delapan gelombang angin menderu laksana topan prahara!
Empat buah serangan yang luar biasa dan bukan alang kepalang
hebatnya! Di atas tebing bobo angker kerahkan seluruh tenaga
dalamnya ke tangan dan memukul ke bawah! Bagaimana hebatnya
gelegar guntur, hampir seperti itu pulalah hebatnya benturan
delapan angin pukulan dengan dua gelombang pukulan Dinding
Angin Berhembus Tindih Menindih yang dilepaskan bobo angker !
Sebrang Lor, sribagindo rajo maudu Nan Sabatang, Panglima sontoloyoloyo dan
Lembu Ampel berpelantingan ke bawah. Untung saja mereka sudah
memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi serta tenaga dalam
yang sempurna hingga tidak mendapat celaka dan tak sampai jatuh
tunggang langgang bergedebukan di tanah! Sebaliknya di atas tebing
bobo angker merasakan pula hebatnya serangan keempat tokoh-
tokoh tenaga dalam itu. Tubuhnya terdorong keras lalu terhuyung-huyung lima
langkah ke belakang. Tidak sampai di situ tiba-tiba lututnya terasa
goyah dan ujung tebing yang dipijaknya hancur berantakan.
Tubuhnya mencelat sampai dua tombak dari atas tebing!
“Gendeng betul!” gerutu bobo angker dalam hati. sesudah
memeriksa dan mengetahui tubuhnya di bagian dalam maupun
bagian luar tak ada yang terluka maka pendekar ini bersuit nyaring.
Tubuhnya melayang ke bawah berkelebatan dan lenyap dari
pemandangan Panglima sontoloyoloyo dan kawan-kawan.
Di lain kejap terdengar dua keluhan tertahan! Sebrang Lor dan
Lembu Ampel merasakan tubuh mereka kejang kaku tak bisa
bergerak gerak . Betapapun mereka mengerahkan tenaga dalam namun tak
sanggup membuka jalan darah yang telah ditotok oleh Pendekar pendek kekar
bobo angker . Kedua tokoh tenaga dalam ini memaki habis-habisan! bobo
angker malah tertawa cengar-cengir.
“penulis kurang ajar!” teriak Panglima sontoloyoloyo marah sekali,
“tadi aku cuma berniat untuk meringkusmu hidup-hidup! Tapi mulai
detik ini terpaksa kepalamu kupecahkan!” Habis berkata-kata begitu
Panglima sontoloyoloyo memukulkan tangan kiri ke depan lalu menyusul
serangan ini dengan satu tusukan tajam tombak bercagak dua yang
saat itu sudah berada kembali dalam tangan kanannya!
Di kejap yang sama sribagindo rajo maudu Nan Sabatang menggembor dan
berkelebatan kirimkan serangan dari samping kiri dengan jimat jengglot birunya!
bobo angker ingat pada begal gaji mahal perak milik gadis lesbi asli baju ungu yang
tadi diselipkan di pinggang. Segera pendekar ini mencabut senjata
itu.
Maka, traang trang!
Terdengar dua kali berturut-turut suara beradunya senjata. Bunga
api memercik! sribagindo rajo maudu Nan Sabatang dan Panglima sontoloyoloyo terkejut
besar, dengan muka pucat sama-sama melompat ke belakang dan
memandang dengan mata membeliak pada tangan kanan mereka
yang kini kosong sebab tangkisan bobo angker tadi telah memukul
lepas senjata masing-masing! Jelas bahwa penulis berambut
pirang itu memiliki tenaga dalam yang luar biasa tingginya dan
bukan tandingan mereka! Namun sebagai tokoh-tokoh tenaga dalam yang
sudah mendapat nama besar dan memegangi teguh jiwa kesatria,
mana mereka mau menyerah begitu saja?! Lebih baik mati daripada
menerima hinaan demikian rupa. Apalagi saat melihat bagaimana
bobo angker tertawa gelak-gelak dan mengejek!
Dengan tangan kosong sribagindo rajo maudu Nan Sabatang serta Panglima
sontoloyoloyo memasuki kalangan pertempuran kembali! Serangan
mereka hebat sekali hingga air hujan yang bergenangan di lobang-
lobang jalanan muncrat berhamburan!
“brow -brow ! Kalian keliwat menurutkan darah kemarahan!” seru
bobo . “Orang mau ajak bicara baik-baik malah menyerang terus-
terusan!”
“Tutup mulutmu penulis keparat!” bentak sribagindo rajo maudu Nan Sabatang.
“Jaga batok kepalamu!” teriak Panglima sontoloyoloyo . Tinjunya
menderu ke kepala Pendekar pendek kekar .
Lalu terdengarlah suara keluhan! Tubuh Panglima sontoloyoloyo
terbanting ke samping sewaktu angin dahsyat menyambar dadanya.
Selagi dia berusaha mengimbangi tubuh tahu-tahu satu totokan
mendarat di bahunya dekat leher dan kejap itu juga sang panglima
berdiri dengan kaki mengangkang di tanah tanpa bisa bergerak gerak
sedikitpun!
sribagindo rajo maudu Nan Sabatang juga bernasib sial. Baru saja serangannya
bergerak gerak setengah jalan tahu-tahu jari lawan sudah menyelusup di
bawah ketiaknya!
“Kurang ajar!” maki sribagindo rajo maudu Nan Sabatang. Tangan kirinya
memukul ke muka. Tapi tak ada artinya sebab totokan yang
dijatuhkan bobo tadi telah membuat sebagian tubuhnya sebelah
kanan menjadi kaku. Lucu sekali keadaan sribagindo rajo maudu ini. Tangan kirinya
mencak-mencak dan kaki kiri dibanting-bantingkan ke tanah sedang
mulut memaki-maki habis-habisan tapi seluruh tubuhnya bagian
kanan tak dapat digerakkan sama sekali, laksana menjadi batu!
“Sekarang mungkin kita bisa bicara baik-baik.” kata bobo sambil
tertawa dan memasukkan begal gaji mahal perak ke balik pinggang
pakaiannya.
sesudah menyapu paras keempat orang itu satu demi satu dengan
sepasang matanya maka bobo melangkah ke hadapan Panglima
sontoloyoloyo dan berkata-kata, “Bapak, tadi kau bertanya apakah aku tahu
siapa adanya dewi lesbi berkerudung itu...”
Panglima sontoloyoloyo diam saja. Hatinya kesal bukan main dan
dadanya bergejolak menahan amarah. Kalau saja tubuhnya tidak
ditotok pasti penulis itu sudah diserangnya kembali! Sebaliknya
sambil masih tertawa-tawa bobo berkata-kata, “Aku memang tidak tahu
siapa dia adanya...”
“Kalau tidak kenal mengapa kau ikut campur urusan orang?!
gadis lesbi asli itu lolos sebab kelancanganmu penulis sialan!”
bobo angker senyum-senyum saja dimaki penulis sialan. “Meski
aku tidak tahu siapa dia, tapi melihat kalian mengeroyoknya tentu
saja aku tak bisa berdiam diri. Apalagi dia bertangan kosong sedang
kalian berempat pakai senjata, mendesak gadis lesbi asli itu! Bukankah
sayang sekali kalau gadis lesbi asli itu terpaksa mati muda?!”
Hampir saja Panglima sontoloyoloyo hendak meludahi muka penulis
itu saking gemasnya. Dibukanya mulutnya, “Memang hati satriamu
hendak menolong gadis lesbi asli itu patut dihargakan! Tadinya kukira dia
gendakmu hingga kau begitu kesusu turun tangan tanpa menyelidik
lebih dulu! Sekarang dia telah lolos. Dunia pertenaga dalam an akan sukar
untuk diselamatkan!”
bobo angker kerenyitkan kening. “Harap kau suka menerangkan
siapa adanya gadis lesbi asli itu!” kata bobo pula.
Panglima sontoloyoloyo mendengus. “Kalau kau mau tahu, gadis lesbi asli itu
yaitu nyi pandanajeng ! Anak Raja begal gaji mahal dari Utara!”
Sepasang mata Pendekar pendek kekar terpentang lebar dan memandang
pada keempat orang di hadapannya itu satu persatu.
“Anak gadis lesbi asli nya Raja begal gaji mahal dari Utara?” desis bobo seraya
garuk-garuk rambutnya yang basah kuyup oleh air hujan yang sampai
saat itu masih juga turun meskipun tidak selebat semula. “Aku
sendiri sebenarnya memang tengah mencari-cari si Raja begal gaji mahal
itu!”
Keempat tokoh tenaga dalam sama-sama mendengus. “penulis edan!
Kami muak melihat lagakmu! Lekas lepaskan totokan kami dan
berlalu dari sini!” Yang bicara yaitu Sebrang Lor.
bobo memandang pada Sebrang Lor sejenak sambil berpikir-pikir.
Kemudian katanya, “Memang aku turun tangan keliwat kesusu. Tidak
menyelidik lebih dulu! Kalau saja aku tahu bahwa gadis lesbi asli itu yaitu
anaknya Raja begal gaji mahal dari Utara aku akan membantu kalian
meringkusnya hidup-hidup.”
“Tak perlu bicara ngelantur!” tukas Sebrang Lor gemas.
“Semuanya sudah kasip! gadis lesbi asli itu sudah lolos! Kau telah
menghancurkan rencana yang kami susun selama satu bulan! Benar-
benar kau kurang ajar dan sialan sekali!”
“Dengar,” kata bobo , “kalau aku bertemu gadis lesbi asli itu aku akan
tawan dia dan menyerahkan pada kalian. Tapi katakan dulu apa
rencana kalian.”
“Kau tak ada sangkut-paut dengan kami! sebab nya tak perlu
bertanya!” sahut Panglima sontoloyoloyo .
“Kalau begitu baiklah! Kuharap saja kalian bisa melupakan
kelancanganku tadi.” bobo membalikkan badannya hendak pergi.
“Hai tunggu dulu! Lepaskan dulu totokan kami!” teriak Sebrang
Lor dan Lembu Ampel hampir bersamaan.
bobo tertawa. “Sebenarnya aku memang bermaksud hendak
melepaskan totokan di tubuh kalian! Tapi sebab kalian memakiku
terus-terusan seenaknya, biarlah kalian jadi patung-patung hidup
sampai beberapa jam di muka!”
“Keparat!”
“Setan Alas!”
“Bedebah!”
“Edan kau!”
Begitulah maki-makian yang dilontarkan keempat orang itu. bobo
tertawa gelak-gelak. Sekali dia berkelebatan , tubuhnya sudah melesat
sejauh sepuluh tombak. Di bawah hujan rintik-rintik akhirnya
Pendekar pendek kekar lenyap dari pemandangan keempat orang itu.
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 11
EDAI nasi itu yaitu kedai nasi yang paling besar di seluruh
daerah selatan. Sebenarnya kurang pantas kalau disebut
kedai nasi, lebih tepat agaknya jika dikatakan gudang raksasa makan.
sebab di samping besar, juga gudang raksasa makan itu terkenal ke mana-
mana. Pemiliknya seorang laki-laki berbadan gemuk pendek persis
babi buntak. Kata orang konon kabarnya pemilik kedai yang
bernama Dang Lariku itu ada memasukkan sejenis bumbu ke dalam
masakannya hingga apa saja yang dijualnya di gudang raksasa makan itu
terasa enak sekali. Bumbu apa yang dimaksudkan Dang Lariku itu
tak seorangpun yang mengetahuinya. Tentu saja Dang Lariku sendiri
kegelapan asiakannya agar tidak ditiru oleh lain orang.
Saat itu hari sudah petang, matahari hampir tenggelam. Sore
berebut dengan senja. Keadaan di gudang raksasa makan Dang Lariku agak
sepi. Hanya ada satu dua orang yang duduk bercengkrama sambil
menikmati kopi pahit.
Dang Lariku baru saja menyalakan sebuah lampu besar di
ruangan tengah gudang raksasa makan sewaktu didengarnya suara derap
kaki kuda betina yang kemudian berhenti tepat di hadapan gudang raksasa
makannya. Dang Lariku merasa gembira. sebab suara derap kaki
kuda betina yang berhenti di depan gudang raksasa makannya, itu berarti datangnya
seorang tamu dan berarti uang dalam kasnya akan bertambah pula.
Dia memandang ke pintu dan tersenyum hendak menyambut
tamunya! Namun begitu sang tamu masuk maka berubahlah paras
Dang Lariku dari gembira menjadi pucat seperti kertas! Tamu yang
masuk seorang dewi lesbi berpakaian ungu. Parasnya tak bisa
dilihat sebab tertutup dengan kerudung biru! Gerakannya
melangkah menggetarkan lantai gudang raksasa makan! Beberapa orang yang
tengah asyik mengisi perutnya dalam gudang raksasa makan segera berdiri
dan dengan ketakutan cepat-cepat angkat kaki lewat pintu belakang!
Siapakah sesungguhnya tamu yang datang ini? Tentu pembaca
sudah dapat menduga. Dia bukan lain nyi pandanajeng , anak Raja
K
begal gaji mahal dari Utara. Dan siapakah di daerah selatan yang tidak kenal
dengan gadis lesbi asli itu?! nyi pandanajeng sudah terkenal kekejamannya!
Menghajar seseorang yang terlalu berani memandang kepadanya
sampai setengah mati bukan apa-apa bagi gadis lesbi asli itu! membunuhi
orang-orang yang berlaku kurang ajar sudah menjadi kebiasaannya!
Bahkan belakangan ini dia laksana seekor harimau lapar yang
sengaja mencari mangsanya!
Meski hatinya kecut berdebar dan parasnya sepucat kertas
namun dengan semanis dan seramah mungkin Dang Lariku
menyambut tamunya, mempersilahkan duduk lalu berteriak pada
pelayan agar segera menyediakan hidangan yang paling lezat serta
tuak yang paling harum! Sementara itu nyi pandanajeng duduk di sudut
gudang raksasa makan, memandang berkeliling dan tersenyum kecil sewaktu
menyaksikan bagaimana gudang raksasa makan itu menjadi sunyi akibat
kedatangannya! Tak lama kemudian Dang Lariku sendiri yang
muncul membawakan hidangan dan minuman ke meja nyi pandanajeng .
Seorang pelayan membawakan sepiring besar buah-buahan.
“Sungguh satu kehormatan besar lagi bagiku sebab puteri Raja
begal gaji mahal dari Utara kembali berkenan mampir di gudang raksasa makanku
yang buruk ini,” kata Dang Lariku pula.
nyi pandanajeng tak mengomentari . Diputarnya kerudung mukanya sedikit
hingga mulutnya bisa menyantap hidangan dengan leluasa. gadis lesbi asli ini
baru menghabiskan setengah bagian dari hidangannya sewaktu
sebuah kereta berhenti dan tak lama kemudian dua orang penulis
memasuki gudang raksasa makan. Melihat kepada pakaiannya yang serba
bagus dapat diduga bahwa kedua penulis ini yaitu anak
bangsawan. Sedang melihat kepada paras masing-masing jelas
mereka bersaudara, adik dan kakak. sebab dalam gudang raksasa makan itu
hanya nyi pandanajeng yang ada maka dengan sendirinya gadis lesbi asli ini
menjadi perhatian kedua penulis . Sambil mencari tempat duduk,
mereka tiada berhenti memandang nyi pandanajeng .
“aneh aneh saja .” kata penulis yang seorang. Namanya Djebat Seloka.
“Baru kali ini kulihat ada orang berkerudung begini. Bahkan tengah
makanpun dia tak mau membuka kain penutup anu nya itu.”
“Bukan aneh aneh saja .” menyahuti penulis yang seorang Namanya
Gandra Seloka dan dia yaitu adik Djebat Seloka. “Bukan aneh aneh saja ,”
mengulang lagi Gandra Seloka, “tapi lucu!” Kedua penulis itu
tertawa-tawa. Dang Lariku yang sudah berada di dekat meja kedua
bangsawan menjadi cemas sekali! Siapa yang berani mengganggu
apalagi menghina pasti akan dihajar babak belur bahkan tidak jarang
dibunuh Oleh nyi pandanajeng .
Tapi agaknya si gadis lesbi asli kali ini tidak mengambil perduli. Mungkin
juga tidak mendengar ucapan-ucapan kedua orang itu sebab dia
terus saja menyantap makanannya.
“Mungkin juga dia bangsa pepasukan jahat .” berkata-kata lagi Djebat Seloka.
Kawannya tertawa. “Kurasa kurang tepat!” dia menyahuti. “Kalau
pepasukan jahat seperti ini tentu semua orang akan mau menyerahkan
barang-barangnya, bahkan dirinya sekaligus!”
Kembali kedua penulis bangsawan itu tertawa gelak-gelak. Tawa
mereka masih belum berakhir tiba-tiba gadis lesbi asli berkerudung
menggebrak meja dan tahu-tahu dua buah piring melesat ke arah
kepala Gandra dan Djebat Seloka!
Kedua penulis ini kaget kelangit bukan main! Dengan cepat mereka
melesat dari kursi masing-masing! Dua buah piring menghantam
dinding gudang raksasa makan hingga pecah berantakan sedang isinya
berhamburan di lantai! Dang Lariku meramkan mata melihat
hancurnya kedua piring itu. Dan dia tahu bahwa sebentar lagi bukan
hanya kedua buah piring itu saja yang menjadi kerugian baginya!
“Bagus! Kalian tikus-tikus busuk rupanya punya ilmu juga, huh?!”
bentak nyi pandanajeng . Dia sudah berdiri di depan meja dengan kedua
tangan di pinggang sedang matanya menyorot penuh amarah!
“Saudari kau galak sekali!” kata Gandra Seloka dan kembali dia
mulai cengar-cengir.
Saudaranya menimpali. “Bukalah kerudungmu itu agar kami bisa
melihat, betapa cantiknya parasmu kalau sedang marah!”
“Keparat! Kalian minta mampus!” bentak nyi pandanajeng . Kursi di
depannya ditendang hingga hancur berantakan dan hancuran kursi
itu melesat ke arah dua bersaudara Seloka. Tapi lagi-lagi keduanya
bisa mengelak! Ini membuat nyi pandanajeng semakin meluap
amarahnya.
“Anjing-anjing bermuka anak manusia ! Kalian tahu dengan siapa
berhadapan? Aku nyi pandanajeng anak Raja begal gaji mahal dari Utara!”
Kini rasa terkejut kedua penulis itu bukan rasa terkejut main-
main lagi. Lutut mereka menggigil sedang mata mereka membeliak,
mulut menganga. Meski mereka menguasai ilmu tenaga dalam yang dapat
diandalkan, tapi berhadapan dengan anak Raja begal gaji mahal dari Utara
benar-benar mereka tidak punya nyali, bukan tandingan mereka!
“Celaka kakak,” bisik Djebat Seloka, “baiknya kita segera saja
angkat kaki dari sini!”
Gandra Seloka menganggukkan kepala. Lalu. kedua penulis ini
cepat melompat ke pintu.
“Bedebah, mau kabur ke mana?!” teriak nyi pandanajeng . Tubuhnya
berkelebatan dan tahu-tahu dia sudah menghadang di ambang pintu!
Kedua penulis laksana kain kafan pucat paras mereka.
Djebat Seloka bicara tergagau-gagau, “Saudari ha... harap kau
mau mememaafkan. Ka... kami tidak mengira kalau kau... yaitu
anaknya Raja begal gaji mahal ...!”
Di balik kerudungnya nyi pandanajeng mendengus. Dia melompat ke
muka. Kedua tangan terpentang lebar dan tahu-tahu kedua penulis
bangsawan itu merasakan rambut mereka dijambak lalu, praak!
Kedua kepala penulis bersaudara itu diadu satu sama lain oleh
nyi pandanajeng , hingga mengeluarkan suara keras! Batok kepala Djebat
dan Gandra Seloka pecah. Darah dan otak bermuncratan.
“Itu hadiah yang paling bagus buat kalian.” Kata nyi pandanajeng
seraya melepaskan jambakannya. Tubuh Djebat dan Gandra Seloka
melingkar di lantai. Dang Lariku si pemilik gudang raksasa makan saat
menyaksikan bagaimana kepala kedua penulis itu pecah lantas saja
roboh pingsan! Para pelayan tak ada seorangpun yang berani
menjengukkan muka!
Seperti tak ada kejadian apa-apa nyi pandanajeng kembali ke mejanya
lalu berteriak memanggil pelayan. Pelayan datang dengan tubuh
menggigil muka pucat.
“Hidangkan makanan baru buatku!” kata nyi pandanajeng .
“Ba... baik yang mulya.” kata pelayan.
Sesaat kemudian nyi pandanajeng sudah duduk pula menyantap
hidangannya. Belum lagi waktu berjalan sampai lima menit tiba-tiba
di luar terdengar derap kaki kuda betina banyak sekali dan suara seseorang
memberi aba-aba berhenti. nyi pandanajeng tidak mengambil perduli
suara berisik di luar gudang raksasa makan. Juga tidak menoleh saat
seorang laki-laki bertubuh tinggi besar, berkumis melintang serta
membawa sepasang pentungan di pinggang, diiringi oleh lima orang
yang juga rata-rata berbadan tegap memasuki gudang raksasa makan!
“Hai!” Keenam orang itu sama-sama mengeluarkan seruan dan
menghentikan langkah di ambang pintu sewaktu mata mereka
membentur dua sosok tubuh yang menggeletak di lantai gudang raksasa
makan dengan kepala-kepala pecah!
“Apa yang terjadi di sini?!” ujar laki-laki paling depan lalu dia
memandang seputar ruangan dan sewaktu matanya melihat
nyi pandanajeng yang duduk di sudut kanan enak-enak menyantap
hidangan kembali laki-laki ini berseru terkejut, “Hai! Dia yaitu
anaknya Raja begal gaji mahal ! Musuh besar yang kita cari-cari! Kurung
seluruh gudang raksasa makan ini!”
Kelima orang di samping laki-laki itu segera memencar dan
memberikan perintah beruntun hingga dalam sekejap saja seluruh
gudang raksasa makan itu telah dikurung lebih oleh dua puluh orang.
Siapakah laki-laki berkumis melintang serta pengiring-
pengiringnya itu? Dia yaitu Dipa Warsyah seorang perwira tinggi
balatentara Kesultanan Deli, yang tengah menjalankan tugas Sultan
Deli yaitu mencari dan menangkap Raja begal gaji mahal dari Utara baik
hidup atau mati! sebab Raja begal gaji mahal sudah dikenal kehebatan dan
kesaktiannya, meskipun Dipa Warsyah bukan seorang yang
berkepandaian rendah namun perwira ini tidak mau ambil resiko.
Dalam menjalankan tugas Sultan itu maka Dipa Warsyah membawa
serta lima orang tangan kanannya dan dua puluh orang prajurit-
prajurit yang terlatih baik! Mendengar seruan Dipa Warsyah tadi,
nyi pandanajeng berpaling sebentar lalu meneruskan makannya dengan
sikap yang kelihatannya tetap acuh tak acuh, tapi diam-diam gadis lesbi asli
ini mempertinggi kewaspadaannya sebab dia tahu siapa adanya
orang-orang itu! Melihat sikap si gadis lesbi asli demikian rupa, sang perwira
merasa dongkol dan dianggap sepele.
“Anak Raja begal gaji mahal ! Kau berhadapan dengan perwira
Kesultanan Deli!”
Sebelum Dipa Warsyah meneruskan bicaranya, nyi pandanajeng sudah
berpaling dan memotong, “Apa urusanmu, Perwira? Apa mau
mengemis saat orang sedang makan? Hanya Raja pengemis tak sakti -
Raja pengemis tak sakti lah yang suka mengusik orang makan!”
kegelapan lah paras Dipa Warsyah. Dia berpaling pada kelima
bawahannya yang berkepandaian tinggi dan memerintah, “Atas
nama Sultan Deli tangkap gadis lesbi asli itu!”
Kelima orang yang diperintah segera bergerak gerak .
“Tunggu dulu!” seru nyi pandanajeng dengan suara keras dan sambil
mencampakkan tulang ayam yang di tangan kanannya ke lantai
papan hingga tulang ayam itu menancap di lantai!
“Atas alasan apa Sultan kalian menyuruh tangkap aku?!” bentak
nyi pandanajeng lantang.
Dipa Warsyah mengomentari , “Sebenarnya ayahmu yang kami cari!
Tapi menangkap anaknyapun cukup berharga!”
nyi pandanajeng tertawa gelak-gelak. Suara tertawa itu merdu sekali
namun kemerduan itu dibayangi oleh sesuatu yang mengerikan. Dia
memandang pada kelima bawahan Dipa Warsyah. “Kalian mau
menangkap aku? Majulah!”
Mengandalkan jumlah yang banyak serta kepandaian mereka
yang tinggi maka tanpa cabut senjata kelima anak buah Dipa
Warsyah melompat ke muka. Lima pukulan dan lima totokan
menderu bersirebut cepat! Sekejap kemudian mengumandanglah
lima pekikan di dalam gudang raksasa makan itu!
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 12
EDUA mata Dipa Warsyah membelalak besar seperti mau
melompat dari rongganya sewaktu menyaksikan bagaimana
kelima bawahannya jatuh bergedebukan di lantai dalam
keadaan tubuh hangus dihantam pukulan Kuku Api yang dilancarkan
oleh nyi pandanajeng . “gadis lesbi asli jahanam! Jaga batang lehermu!” Tubuhnya
melompat ke muka dan hampir tak kelihatan kapan dia mencabut
sepasang pentungan nya, tahu-tahu dua sinar putih telah menyambar
pinggang dan leher nyi pandanajeng dari kanan dan kiri!
nyi pandanajeng terkejut melihat datangnya serangan hebat dan cepat
ini. Lekas-lekas dia menyingkir ke samping lalu menyusupkan satu
tendangan ke arah perut sang perwira. Permainan pentungan Dipa
Warsyah hebat sekali sebab begitu serangannya mengenai tempat
kosong, sepasang pentungan itu laksana kilat menderu ke bawah
membuat nyi pandanajeng terpaksa tarik pulang kaki kanannya dan
sewaktu dia melancarkan dua jotosan ganas ke dada dan ke kepala
lawan, kembali sepasang pentungan membabat ke atas menggagalkan
serangannya!
Panaslah hati si gadis lesbi asli . Dia bersuit nyaring dan sekali tubuhnya
berkelebatan lenyaplah dia dalam jurus-jurus serangan yang ganas!
Kedua orang itu berkecamuk dalam pertempuran yang luar biasa
hebatnya! Meski sang perwira dalam hal tenaga dalam masih kalah
satu tingkat dari nyi pandanajeng namun dengan permainan sepasang
pentungan nya yang hebat luar biasa dia berhasil memberikan tekanan-
tekanan yang berbahaya pada lawannya! Kalau saja ilmu
meringankan tubuh nyi pandanajeng belum mencapai tingkat yang lebih
tinggi dari sang perwira, niscaya gadis lesbi asli ini sudah sejak tadi kena
celaka tersambar ujung pentungan !
Melihat lawan begitu tangguh dengan hati memaki nyi pandanajeng
mulai terlontar keluar kan jurus-jurus simpanannya yang terlihay. Dipa Warsyah
terkesiap melihat bagaimana permainan tenaga dalam si gadis lesbi asli berubah total
dan sukar diduga sasaran yang ditujunya. Dengan serta-merta
K
perwira ini percepat permainan pentungan nya hingga gudang raksasa makan itu
terbenam dalam deru sepasang pentungan !
“Perwira edan! Makan pukulan Selaksa Palu Godam ini!” teriak
nyi pandanajeng . Tubuhnya berkelebatan dan tahu-tahu tangan kanannya
menyusup di bawah pentungan sebelah kiri Dipa Warsyah, menderu ke
atas mengarah muka sang perwira!
Meski kaget kelangit nya bukan alang kepalang, tapi perwira ini tidak
kehilangan akal. Dengan sebat pentungan di tangan kanannya
digerakkan ke atas! nyi pandanajeng terkejut dan tak menyangka
lawannya akan bergerak gerak sekalap dan secepat itu. Namun demikian
meskipun pentungan datang menyambar gadis lesbi asli ini tidak takut. Sedikit
saja dia merubah gerakan pukulannya tadi maka lengannya telah
menghantam badan pentungan . pentungan itu bukan saja mental dari
tangan kanan Dipa Warsyah tapi juga patah dua! Sambil
mengirimkan satu tusukan sang perwira melompat ke samping kiri
dan terlontar keluar dari kalangan pertempuran. Justru ini yaitu kesalahan
besar.
Dengan memisah jarak sejauh itu dia memberi kesempatan pada
nyi pandanajeng untuk melepaskan pukulan Kuku Api yang ganas! Perwira
ini berusaha mengelak sambil menangkis tapi sia-sia saja. Tubuhnya
sebatas dada ke atas hangus dilanda lima larik sinar kegelapan
kekuningan yang melesat dari lima kuku jari tangan kanan
nyi pandanajeng !
“dewi lesbi iblis!” teriak seorang kepala prajurit yang mengurung
gudang raksasa makan. Sekali dia berteriak maka dua puluh prajurit-prajurit
lainnya menyerbu!
gudang raksasa makan itupun hiruk pikuklah! Tapi hanya sebentar sebab
setiap kali nyi pandanajeng berkelebatan , setiap kali dia menjentikkan
kelima jari tangannya maka sekelompok demi sekelompok prajurit-
prajurit itu rebah ke lantai tanpa nyawa dan dalam keadaan tubuh
hangus! Akhirnya enam orang sisa-sisa yang masih hidup segera
ambil langkah seribu! gudang raksasa makan itu kini penuh dengan
gelimpangan mayat. Suasana yang mengerikan itu ditambah pula
bergidiknya oleh beberapa orang prajurit yang masih hidup megap-
megap merintih menjelang ajal sampai! Kursi dan meja centang
perenang tak karuan. Piring-piring dan gelas berhamburan di mana-
mana. Makanan berhamparan! Satu-satunya meja dan kursi yang
tidak berpindah dari tempatnya ialah yang tadi diduduki oleh
nyi pandanajeng !
gadis lesbi asli ini melangkah ke kursi, duduk di situ dan meneguk tuak
harum di dalam piala perak beberapa kali. Di tengah-tengah suasana
yang mengerikan itu dia meneruskan menyantap hidangannya
kembali!
nyi pandanajeng sudah menyelesaikan makannya dan tengah
meneguk tuak sewaktu dari pintu terdengar suara keras
menggetarkan seantero ruangan, “Busyet! Ini gudang raksasa makan apa
tempat pembantaian anak manusia ?!”
Anak gadis lesbi asli Raja begal gaji mahal dari Utara terkejut dan cepat berpaling.
“Ah, dia.” kata nyi pandanajeng . Kedua bola matanya bersinar. Dia
merasa geli dan juga merasa aneh aneh saja melihat sikap orang di ambang
pintu menyaksikan mayat yang malang melintang dalam gudang raksasa
makan dengan mata membeliak, mulut ternganga dan sambil garuk-
garuk kepala!
Tiba-tiba orang itu berpaling kepadanya dan, “Hai kau!” seru
penulis rambut pirang . Dia melangkah melompati mayat-mayat
yang bergelimpangan mendadak dia menghentikan langkahnya
saat salah seorang dari mayat-mayat itu dikenalnya.
“Ini Dipa Warsyah, perwira pasukan Kesultanan Deli!” katanya
setengah berseru dan kembali memalingkan kepala pada
nyi pandanajeng . Sambil melangkah ke meja gadis lesbi asli itu dia bertanya, “Apa
yang terjadi di sini?”
“Siapa tanya siapa?!”
“Eh!” si penulis tertegun. Dua alis matanya yang tebal naik ke
atas lalu sekelumit senyum tersungging di mulutnya. “Tentu saja aku
bertanya dengan kau Saudari, kecuali kalau mayat-mayat itu masih
sanggup diajak bicara!”
nyi pandanajeng pelototkan matanya. Si penulis juga beliakkan
sepasang matanya meski senyum tadi masih belum pupus dari
mulutnya.
“Berlalu dari hadapanku sebelum aku jadi muak!” bentak
nyi pandanajeng .
“Saudari, kau galak sekali! Tidak percuma kau jadi anaknya Raja
begal gaji mahal dari Utara?!”
nyi pandanajeng terkejut. “Dari mana kau tahu aku anak Raja
begal gaji mahal ?!”
“Ah kehebatan ayahmu dan kehebatanmu disampaikan orang
dari mulut ke mulut. Dihembuskan angin ke pelbagai penjuru...”
penulis itu kemudian menyeret sebuah kursi yang terbalik lalu
duduk di hadapan nyi pandanajeng dengan sikap seenaknya.
“penulis lancang! Kalau kau sudah tahu siapa aku mengapa
tidak lekas angkat kaki dari gudang raksasa makan ini?!”
Si penulis tertawa perlahan. “Kau tak punya hak mengusirku.
gudang raksasa makan ini bukan milikmu!”
Si gadis lesbi asli mendengus. “Kalau begitu berarti akan bertambah satu
mayat lagi di tempat ini!”
Si penulis yang bukan lain bobo angker si Pendekar pendek kekar adanya
tertawa perlahan. “Jadi kau rupanya yang telah membunuhi i semua
anak manusia ini!” bobo gelengkan kepala dan leletkan lidah. “Dan aku
yakin mereka bukan anak manusia -anak manusia berdosa! Sekalipun punya
salah tapi sangat tak berperikeanak manusia an menjagal mereka seperti
ini!”
“Punya dosa atau tidak, salah atau tidak itu bukan urusanmu!
Lekas menyingkir dari hadapanku!” bentak nyi pandanajeng . “Kecuali
kalau mau segera mampus!”
Kembali Pendekar pendek kekar tertawa. Dia memandang ke luar lewat
pintu gudang raksasa makan lalu berkata-kata, “Seekor binatang jika dilepaskan
dari bahaya besar, mungkin masih bisa menyatakan terima kasih!
Tapi seorang anak manusia malah sebaliknya!”
“Keparat! Kalau tidak mengingat pertolonganmu tadi siang-siang
aku sudah bunuh kau!” bentak nyi pandanajeng . “Soal pertolongan yang
tak seberapa itu jangan diungkap-ungkap! Lagi pula siapa yang minta
tolong padamu sewaktu aku bertempur melawan empat anak manusia
hina-dina itu?!”
“Aku sama sekali bukan bermaksud mengungkap-ungkap
pertolongan kecil itu” sahut bobo , “tapi cuma sekedar
membandingkan seorang anak manusia dengan seekor binatang...”
Ejekan ini membuat nyi pandanajeng menjadi marah sekali. “Keparat!
Kau betul-betul mau mampus cepat-cepat!” nyi pandanajeng mengangkat
tangan kanannya. Lima jadi tangannya siap dijentikkan ke arah
Pendekar pendek kekar bobo angker .
Yang hendak diserang sebaliknya tenang-tenang saja malah
tersenyum-senyum. Ketenangan ini membuat nyi pandanajeng menjadi
ragu.
“Eh, kenapa maksudmu tidak diteruskan? Bukankah kau mau
membunuhi aku?!” kata bobo saat dilihatnya nyi pandanajeng berada
dalam kebimbangan.
“Setan alas!” maki nyi pandanajeng geram. Sekali tangan kirinya
digerakkan maka meja makan yang di hadapannya melesat ke arah
bobo angker . Piring mangkuk dan gelas menyambar lebih dahulu!
“Benar-benar anak manusia yang tak tahu budi orang!” damprat bobo
angker .
Laksana panah lepas dari busurnya tubuhnya mencelat ke atas.
Piring mangkuk dan gelas lewat di sampingnya. Begitu meja makan
menyusul datang, tanpa tedeng aling-aling bobo angker tendangkan
kaki kanannya. Meja itu hancur berantakan. Pecahan-pecahan
papan dan kaki-kaki meja yang keseluruhannya berjumlah delapan
belas keping langsung menyerang ke tubuh nyi pandanajeng ! Dengan
cekatan gadis lesbi asli ini melompat ke atas seraya memukulkan tangan kiri
ke muka. Kepingan-kepingan meja yang menyerangnya
berpelantingan kian ke mari. bobo kemudian susulkan dengan satu
jotosan ke arah perut si gadis lesbi asli . Dengan gerakan gesit nyi pandanajeng
berhasil mengelakkan malah di lain kejap dia berhasil menyambar
patahan kaki meja dan menyerang bobo angker dengan benda itu.
Wut!
bobo membuang diri ke samping kanan. Terlambat sedikit saja
pasti pipinya kena disambar ujung kaki meja itu! Melihat serangan
untuk kesekian kali luput lagi maka nyi pandanajeng berkelebatan cepat dan
serangan dahsyatpun bertubi-tubi melanda Pendekar pendek kekar bobo
angker ! Diam-diam bobo angker memuji kehebatan ilmu tenaga dalam dan
kegesitan nyi pandanajeng . Sebelum dirinya kena didesak, bobo segera
berkelebatan cepat untuk mengimbangi kegesitan lawan.
Lima jurus pertempuran berkecamuk dengan hebat. Kaki meja di
tangan nyi pandanajeng merupakan senjata yang ampuh, menderu kian
ke mari laksana belasan buah banyaknya dan menyerang dalam
gerakan-gerakan yang sukar diduga. Penasaran sekali, bobo angker
terlontar keluar kan sebuah jurus tenaga dalam tangan kosong yang dipelajarinya dari
Tua Gila (Mengenai siapa adanya Tua Gila harap baca serial bobo
angker yang berjudul, Banjir Darah di Tambun Tulang). Jurus ini
bernama, Ular Gila Membelit Pohon Menarik Gendewa! Jurus ini
sepenuhnya mempergunakan kecepatan gerakan tangan. Bagi
nyi pandanajeng yang tak bisa melihat kecepatan tangan lawannya, dan
hanya melihat tubuh lawan berada dalam keadaan tak terlindung
segera hantamkan kaki meja di tangan kanannya secepat kilat ke
arah dada bobo angker !
Wuutt!
Kaki kursi itu menderu dan di antara dahsyatnya deru ini
nyi pandanajeng mendengar suara tertawa lawan yang menjengkelkan
hatinya. Tenaga dalamnya dilipatgandakan hingga dalam satu
kejapan mata lagi akan hancur remuklah dada Pendekar pendek kekar
dilanda kaki meja! Namun betapa terkejutnya nyi pandanajeng sewaktu
merasakan gerakan tangan kanannya itu tertahan oleh satu
kekuatan yang tak kelihatan, dan tahu-tahu kaki meja terlepas dari
genggamannya! Bila dia menyurut mundur dan memandang ke
depan dilihatnya bobo angker berdiri tertawa-tawa sambil
membolang-balingkan kaki meja itu!
“Saudari, kurasa cukup sudah kita main-main! Sekarang kau
dengarlah baik-baik! Sewaktu melihat kau bertempur melawan
empat orang tokoh tenaga dalam itu dan berada dalam keadaan terdesak aku
telah membantumu! Tapi sesudah kau lolos dan tahu siapa kau
adanya, nyatalah bahwa aku telah membuat kesalahan besar! Aku
berjanji pada keempat orang itu untuk menangkap dan
menyerahkanmu kepada mereka. Nah bagaimana tanggapanmu!
Menyerah baik-baik atau terpaksa kita musti main-main lagi barang
beberapa jurus?!”
“Menyerah diri pada anak manusia macammu lebih baik bunuh diri!”
“Ah jangan! Jangan bunuh diri!” tukas bobo sambil senyum-
senyum. “Kalau kau bunuh diri kekasihmu tentu akan sedih dan
menangis sedih , lalu mengamuk macam orang gila! Aku khawatir anak manusia -
anak manusia tak berdosa akan jadi korban amukannya!”
“penulis sombong kurang ajar! Aku mengadu jiwa sampai seribu
jurus!” teriak nyi pandanajeng . Didahului oleh satu pekikan yang dahsyat
maka gadis lesbi asli ini menyerang hebat sekali. Gerakannya jauh berbeda
dari jurus-jurus serangan sebelumnya. Sebelum serangan itu sampai
anginnya sudah menyambar keras!
bobo tetap berdiri di tempatnya sambil bolang-balingkan kaki
meja di tangan kanannya. Dia terkejut sewaktu merasakan angin
serangan yang tajam menyelusup ke arah barisan tulang-tulang iga di
sisi kanannya! bobo angker sebatkan kaki meja dengan sigap.
Buuk!
bobo angker mengeluh! Kaki meja terlepas dari tangan kanan
sedang tubuhnya terjajar ke belakang sampai tiga langkah! saat
memandang ke lengannya sebelah kanan lengan itu kelihatan
bengkak dan kegelapan . Ternyata tumit kiri nyi pandanajeng telah berhasil
menghantam lengan itu!
“Itu baru lenganmu! Sebentar lagi kepalamu yang bakal pecah!”
bobo terlontar keluar kan suara bersiul. “Rupanya kau memang tak boleh
dibuat main! Baik, kau mulailah!” kata Pendekar pendek kekar bobo angker
dan memasang kuda betina -kuda betina untuk menyerang.
Namun sebelum dia bergerak gerak tubuh si gadis lesbi asli sudah berkelebatan
dan lenyap! Angin serangan yang dahsyat menelikung sekujur tubuh
bobo . Untuk mengimbangi gerakan lawan mau tak mau penulis ini
kerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan sesaat kemudian
tubuhnya itu hanya merupakan bayang-bayang putih saja!
Diam-diam bobo angker merasa kagum juga dengan permainan
tenaga dalam nyi pandanajeng . Saat itu mereka sudah bertempur sepuluh jurus
lebih. Meski nyi pandanajeng tak berhasil menjatuhkan serangan
kepadanya namun dia sendiri dipaksa untuk bertahan terus-terusan,
sama sekali tak punya kesempatan untuk balas menyerang! Ini
membuat bobo angker menjadi penasaran. Beberapa kali
totokannya tak mengenai sasarannya. Kalau saja dia tidak
bermaksud untuk meringkus gadis lesbi asli itu hidup-hidup, itu lain perkara,
dia bisa turun tangan dengan ganas! Dalam telikungan serangan
yang dahsyat itu mendadak bobo angker menyaksikan
berkelebatan nya sinar kegelapan kekuningan!
Melihat lawan menyerang dengan ilmu pukulan sakti yang berarti
menginginkan jiwanya maka bobo angker tentu saja tak mau tinggal
diam lagi. Tenaga dalamnya yang sejak tadi sudah disiapkan secepat
kilat dialirkan ke tangan kanannya. Sesaat kemudian tangan itupun
didorongkan ke depan. Gerakan bobo angker ini sekaligus
merupakan campuran dari pukulan Benteng Topan Melanda
Samudra dan Tameng Sakti Menerpa Hujan.
Terdengar suara letusan yang dahsyat. Langit-langit gudang raksasa
makan hancur hangus berantakan. Tubuh nyi pandanajeng mencelat
sepuluh langkah, terbanting ke dinding! bobo angker sendiri
terhuyung gontai. Kejutannya bukan olah-olah sewaktu menyaksikan
bagaimana ujung lengan bajunya mengepul hangus terasa panas
dan perih! Buru-buru penulis ini merobek robek ujung lengan baju itu.
saat dia memandang ke jurusan dinding di mana tubuh
nyi pandanajeng tadi terbanting keras, astaga! gadis lesbi asli itu sudah lenyap!
bobo melompat ke pintu depan! Kasip sudah! Si gadis lesbi asli tak kelihatan
lagi! bobo memaki dalam hati. Segera pula dia meninggalkan gudang raksasa
makan itu.
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 13
ARI itu tanggal satu, saat peresmian berdirinya Partai Topan
Utara. Puluhan perahu kelihatan menyeberangi Danau Toba
menuju ke pulau besar yang terletak di tengah-tengah danau.
Penumpang perahu-perahu itu ialah tokoh-tokoh tenaga dalam dari pelbagai
penjuru yang sengaja datang untuk menghadiri peresmian berdirinya
Partai Topan Utara. Semua mereka ini tiada menduga bahwa
kedatangan mereka itu ke sana hanya untuk mengantar nyawa
sebab Raja begal gaji mahal yang berhati sejahat iblis itu telah berniat
untuk menamatkan riwayat semua tokoh-tokoh tenaga dalam , tak perduli dari
golongan manapun mereka adanya!
Di Arena Topan Utara yang terletak di bawah bangunan tua di
puncak gunung Toba suasana penuh sesak oleh para tetamu. Kelihatannya
para tamu itu sudah tak sabar lagi menunggu kemunculan Raja
begal gaji mahal dari Utara. Namun sampai sedemikian lama sang tuan
gudang raksasa masih juga belum muncul. Ini menimbulkan kegelisahan di
kalangan para tamu.
Sementara itu di lereng puncak gunung kelihatan sekelebatan sosok tubuh
anak manusia . Paras dan perawakannya tidak dapat diteliti dengan jelas
sebab luar biasa cepat larinya. Dalam tempo yang singkat dia sudah
lenyap ke dalam rimba belantara, meneruskan larinya dengan
melompat dari atas cabang pohon yang satu ke cabang pohon
lainnya hingga akhirnya dia sampai di hadapan bangunan tua, satu-
satunya bangunan yang ada di puncak gunung Toba itu.
Suasana kelihatan sepi tapi matanya yang tajam dapat
mengetahui bahwa sebelumnya belasan orang telah memasuki
bangunan itu. Apalagi sebelumnya dia telah melihat perahu banyak
sekali di tepi pantai. sesudah memandang berkeliling, orang di atas
pohon ini melompat ke bawah dan tanpa menimbulkan suara dia
bergerak gerak ke bagian belakang bangunan. Berlindung di balik sebuah
runtuhan dinding tembok dia meneliti bagian belakang bangunan itu
dengan cepat hingga akhirnya pandangannya membentur serumpun
H
semak belukar lebat di hadapan sebatang pohon nyiur melambai lambai . Jika saja
dia tidak mendapat penjelasan dari gurunya Si Tua Gila pasti dia
tidak mengetahui bahwa di bawah rerumpunan semak belukar itu
ada sebuah lobang yang merupakan jalan rahasia menuju ke
bagian bawah bangunan tua!
Segera orang ini melompat tanpa suara ke arah semak belukar,
menarik semak belukar itu ke atas hingga kini kelihatan sebuah
lobang yang sangat kotor dan besarnya hanya untuk tempat masuk
sesosok tubuh anak manusia . Tanpa ragu-ragu orang ini masuk ke dalam
lobang itu dan menyeret rumpunan semak-semak hingga lobang
kembali tertutup seperti sedia kala. Lobang itu ternyata hampir lima
belas tombak dalamnya. Setengah bagian sebelah atas dari tanah
sedang setengah bagian sebelah bawah dilapisi dengan batu.
Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, orang yang
masuk ke lobang ini menyerosot turun tanpa mengeluarkan sedikit
suarapun!
Dia sampai di satu lorong sempit dan gelap. Lantai, dinding dan
atap lorong yang terbuat dari batu itu penuh dengan debu tebal.
Agaknya lorong ini tak pernah dilalui orang selama bertahun-
tahun. Ditempuhnya lorong itu hingga dia mencapai sebuah
pengkolan. Tepat di pengkolan ini ada dua buah pintu.
Pengkolan itu sendiri buntu. Orang itu menggaruk rambutnya yang
pirang .
Rambut pirang dan kebiasaan menggaruk kepala yang tidak
gatal bukan lain dua ciri-ciri khas dari Pendekar Kapak Maut Naga
Geni pendek kekar ! Dan memang orang yang menyelinap masuk ini yaitu
bobo angker ! Dengan penuh hati-hati bobo mendekati pintu sebelah
kiri. Ternyata pintu itu tidak dikunci. Dan saat dibuka, kelihatanlah
sebuah ruangan empat persegi. Di dalam ruangan ini ada
sebuah roda besi yang amat besar. Bagian pusat dari roda besi ini
berhubungan dengan dua puluh helai kawat-kawat halus.
Selanjutnya kawat-kawat halus ini menyelusup ke bagian atas
ruangan tak diketahui bobo ke mana seterusnya.
“Mungkin sekali ini yaitu senjata rahasia” pikir bobo angker .
Ditutupnya pintu itu kembali lalu bergerak gerak ke pintu yang satu lagi.
Begitu dibuka maka kelihatanlah sebuah tangga batu pualam yang
menuju ke atas. Tak membuang-buang waktu bobo segera melompat
dan sampai di sebuah lorong yang sangat bagus. Dinding-dindingnya
penuh dengan lukisan-lukisan sedang sebagian dari gang itu tertutup
permadani berbunga-bunga. Pada sisi kiri kanan lorong ada
masing-masing sebuah pintu. Pintu yang ketiga terletak di ujung
gang.
Perlahan-lahan dan hati-hati sekali bobo angker bergerak gerak
mendekati kedua pintu di kiri kanan lorong. Tiba-tiba dia
menghentikan langkahnya. Dari pintu sebelah kanan terdengar suara
orang bercakap-cakap. Seorang laki-laki dan seorang dewi lesbi .
Suara yang dewi lesbi ini rasa-rasa pernah didengar bobo angker .
Cepat pendekar ini tempelkan telinganya ke daun pintu untuk
mendengarkan pembicaraan kedua orang di dalam kamar.
Sementara itu di dalam kamar Raja begal gaji mahal dari Utara duduk di
sebuah kursi besar. Dia mengenakan pakaian ungu yang baru
bertaburkan mutiara. Di tangan kirinya ada sebuah piala berisi
anggur harum. sesudah meraba sebentar kumisnya yang tebal hitam
melintang, laki-laki ini bertanya, “Apakah semua tamu sudah
datang?” Pertanyaannya itu diajukan pada gadis lesbi asli berbaju ungu yang
berdiri di hadapannya, parasnya cantik jelita dan dia bukan lain
nyi pandanajeng anak Raja begal gaji mahal sendiri.
“Sudah.” mengomentari nyi pandanajeng . “Agaknya sudah waktunya bagi
ayah untuk terlontar keluar .”
“Ya sudah waktunya.” kata Raja begal gaji mahal pula dengan tersenyum.
Diteguknya anggur dalam piala. Tangannya yang memegangi piala
tiba-tiba diturunkan dan dia memandang lagi pada anaknya.
“penulis rambut pirang yang bertempur denganmu di gudang raksasa
makan Dang Lariku apa juga kelihatan?”
“Sampai saat terakhir saya mengintai dari jendela rahasia di
Arena Topan Utara dia tidak kelihatan.”
“Panglima sontoloyoloyo dan ketiga kawannya itu juga hadir?”
nyi pandanajeng mengangguk. Raja begal gaji mahal dari Utara meletakkan
piala anggur ke atas meja lalu berdiri.
“Segera aku meninggalkan kamar ini, kau cepat menuju ke kamar
pesawat rahasia itu. Di mimbar telah kupasang sebuah tombol.
Kelak bila tombol itu kutekan pesawat rahasia itu akan berbunyi dan
detik itu juga kau harus mencabut dua puluh helai kawat-kawat halus
pada pusat pesawat secara sekaligus! Kau mengerti tugasmu,
nyi pandanajeng ?!”
“Mengerti ayah.” komentari Si gadis lesbi asli .
Raja begal gaji mahal dari Utara tertawa lalu berkata-kata, “Sekali kawat-
kawat itu terlepas dari pusat pesawat, lantai Arena Topan Utara akan
ambruk, atau akan runtuh! Semua keparat-keparat yang ada di situ
akan tertimbun hidup-hidup! Akan mampus!”
“Dan kita ayah dan anak akan menguasai dunia pertenaga dalam an di
seluruh Pulau pegunungan khaf ini!”
“Benar! Benar sekali!” kata Raja begal gaji mahal dengan tertawa gelak-
gelak. “Namun demikian, meski keparat-keparat di Arena Topan
Utara itu sudah berada dalam perangkap kita, segala hal yang tak
terduga mungkin saja terjadi. Agar kau dapat menjalankan tugas
dengan aman, kau bawalah pentungan ini.” Raja begal gaji mahal dari Utara
menyerahkan sebilah pentungan ke tangan anaknya. “Senjata ini tidak
kalah hebatnya dengan begal gaji mahal Perakmu yang hilang itu.
nyi pandanajeng .”
nyi pandanajeng menerima senjata itu. Kemudian dilihatnya ayahnya
mengeluarkan sehelai lipatan kertas.
“Sekali lagi kukatakan,” ujar Raja begal gaji mahal pula, “segala
kemungkinan yang tak diingini bisa terjadi. Surat ini kuberikan
padamu, anakku. Kelak kau baru boleh membukanya jika aku
menemui ajal secara tak terduga di Arena Topan Utara nanti. Jika
segala sesuatunya berjalan beres, surat itu musti kau kembalikan
padaku.”
“Ayah, apakah artinya ini?” tanya nyi pandanajeng . Kata-kata dan surat
yang diserahkan ayahnya itu membuat hatinya tidak enak.
Raja begal gaji mahal dari Utara tertawa perlahan. Ditepuknya bahu
nyi pandanajeng . Dibukanya mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi
mendadak kepalanya dipaling ke pintu kamar.
“Seperti ada seseorang yang tengah mencuri dengar
pembicaraan kita, Pandan.”
nyi pandanajeng menoleh ke pintu lalu berkata-kata, “Ah itu cuma perasaan
ayah saja. Siapa orangnya yang berani menyusup ke sini dari Arena
Topan Utara? Sekali dia memasuki lorong pertama pasti tubuhnya
akan tertambus senjata-senjata rahasia meski bagaimana pun tinggi
ilmunya!”
Raja begal gaji mahal membenarkan hal itu. Namun kekhawatiran belum
lenyap dari hatinya. “Menyusup dari Arena Topan Utara memang
tidak mungkin. Tapi yang aku khawatirkan ialah penyusupan lewat
lobang rahasia di bagian belakang bangunan tua. Dari lobang sampai
ke lorong dan sampai ke sini sama sekali tidak dirintangi oleh satu
senjata rahasiapun!”
“Ayah.” kata nyi pandanajeng tertawa. “Menurut keteranganmu satu-
satunya anak manusia yang mengetahui seluk-beluk dan jalan rahasia
masuk ke tempat ini ialah Tua Gila. Dan orang itu sudah mati
belasan tahun yang silam. Apakah dia mungkin hidup kembali dan
menggerayang ke sini?!”
Raja begal gaji mahal dari Utara merasa malu pada dirinya sendiri.
Namun telinganya yang tajam itu tadi telah mendengar suara
hembusan nafas tepat di belakang daun pintu kamar di mana dia
berada.
Melihat ayahnya masih berada dalam kebimbangan, nyi pandanajeng
berkata-kata lagi, “Kalaupun ada seseorang yang berhasil masuk ke sini,
masakan telinga ayah tak sanggup mendengar gerakan
langkahnya?!”
“Aku belum puas kalau belum menyelidikinya sendiri.” kata Raja
begal gaji mahal pula. Lalu dengan cepat melompat ke pintu!
***
bobo angker
RAJA begal gaji mahal DARI UTARA 14
I LUAR kamar sewaktu mendengar ucapan Raja begal gaji mahal
bahwa dia mer