Selasa, 11 Februari 2025

bobo kemasukan 2



 tahu siapa kami! Delapan penjuru 

angin dunia persilatan mulai beberapa waktu yang lalu adalah di bawah kekuasaan penulis ayan  Siluman!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya penulis ayan  Siluman?” tanya Sepasang Arit Hitam.

“Sudah tahu kenapa berlagak pikun?!” sentak salah seorang kawan Nariti.

Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk.

“Untung kalian lekas beritahu siapa kalian,” katanya. “Kalau tidak hampir saja aku salah 

turun tangan!”

Nariti sunggingkan senyum mengejek.

“Setelah tahu siapa kami apakah kalian bertiga tidak mau turut apa yang kami katakan...?”

Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk lagi. “Sebetulnya kami masih belum jelas apakah yang 

kalian mau....” ujarnya.

Nariti menjawab. “Pemuda yang melingkar di tanah itu serahkan pada kami dan kalian 

bertiga ikut ke Istana penulis ayan  Siluman!”

Sepuluh Jari Kematian hela nafas panjang. “Tak mungkin!” katanya.

“Bakul kentut! Apa yang tidak mungkin!” bentak Nariti.

Mendengar makian bakul kentut itu bobo  anak manusia  terkejut. Dia ingat akan pertempurannya 

dengan si nenek muka keriput sebelumnya. Si nenek telah memakinya dengan ucapan itu. Apakah si 

nenek bukannya gadis jelita ini, pikir bobo . Sementara itu dia menunggu kesempatan yang sebaik-

baiknya untuk melakukan sesuatu yang dirasakannya paling baik.

“Tak mungkin!” mengulang Sepuluh Jari Kematian. “Pemuda bangsat ini punya hutang jiwa 

terhadapku! Dia telah membunuh muridku!”

“Di samping itu,” menimpali Si Telinga Arit Sakti. “Antara aku dan dia terdapat dendam 

kesumat yang belum terselesaikan!” .

“Perduli dengan hutang nyawa! Persetan dengan segala dendam kesumat! Apakah di Pulau

Madura ini ada bangsa kwaci yang berani menantang perintah penulis ayan  Siluman dari Istana Bukit 

Tunggul?!”

Marahlah Sepasang Arit Hitam karena dirinya dicap “bangsa kwaci” itu. Dia mendengus 

dan buka suara. “Kau terlalu pongah mengumbar mulut seenaknya, mencap aku dan dua kawanku 

manusia-manusia bangsa kwaci! Kau kira dunia persilatan ini kau dan penulis ayan mu itukah yang 

menguasainya?! Apa kau yang masih pitit hijau ini masih belum pernah mendengar nama gelarku, 

Sepasang Arit Hitam? Belum pernah tahu gelar muridku, Si Telinga Arit Sakti?! Juga memandang 

rendah pada Sepuluh Jari Kematian yang merupakan tokoh ternama dirimba persilatan?!”

Nariti tertawa panjang.

“Gelar kalian memang hebat-hebat, menyeramkan! Tapi bagi kami orang-orangnya penulis ayan  

Siluman itu bukan apa-apa! Katakan saja apakah kau bertiga bersedia ikut atau mati di tempat ini 

sekarang juga?!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Sepasang Arit Hitam renggangkan kedua kaki. Matanya yang cuma satu menyorot marah. 

Namun dengan ilmu menyusupkan suara Sepuluh Jari Kematian segera memberi kisikan. “Jangan 

teruskan niatmu, Sepasang Arit Hitam. Gadis-gadis ini rata-rata berkepandaian tinggi. Meskipun 

kau sanggup kalahkan mereka tapi kita tak bakal bisa ke luar dari pulau ini dengan selamat!”

“Kalau kau mau dicap manusia kwaci mentah, biarlah! Jangan perduli aku!” bentak 

Sepasang Arit Hitam. Dia berpaling pada Nariti. “Apakah kau akan maju sendirian atau sekali 

berempat?!”

“Hem... jadi ini contoh manusianya yang minta cepat-cepat mampus?!” menyahuti Nariti. 

“Tikus tua renta bermata picak mau jual tampang di sarang macan?!” Nariti dan ketiga kawannya 

tertawa gelak-gelak.

Sepasang Arit Hitam berkobar amarahnya. Dia maju dengan cepat. Tapi muridnya Si 

Telinga Arit Sakti mendahului.

“Guru, biar aku yang kasih pelajaran pada gadis ingusan bermulut besar ini!” kata Telinga 

Arit Sakti.

“Bereskan dia dalam tiga jurus!” perintah Sepasang Arit Hitam.

Si Telinga Arit Sakti keluarkan senjatanya yaitu sebilah arit. Semua orang yang ada di situ 

boleh dikatakan telah melupakan bobo  anak manusia . Pada saat Si Telinga Arit Sakti menyerbu ke depan 

dengan satu sambaran dahsyat ke arah leher Nariti maka Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia  melompat dari 

tanah seraya berseru. “Kalian bertempurlah sampai mampus! Lain kesempatan kita bertemu lagi!”

“Kawan-kawan! Kejar pemuda itu!” teriak Nariti sambil mengelakkan serangan Telinga Arit 

Sakti. Tiga kawannya melompat ke muka, tapi bobo  anak manusia  sudah lenyap.

Kemarahan Nariti tertumpah bulat-bulat pada Telinga Arit Sakti dan Sepasang Arit Hitam. 

Berserulah dia. “Kawan-kawan, tangkap hidup-hidup perempuan tua mata picak itu!”

Ketiga gadis yang tadi melompat mengejar bobo  berbalik dan kini mengurung Sepasang 

Arit Hitam.

“Bagus, kalian majulah sekali bertiga biar cepat kumusnahkan!” teriak Sepasang Arit Hitam. 

Serentak dengan itu dia keluarkan sepasang arit hitam yang memancarkan warna menggidikkan.

Di lain pihak tiga orang anak buah penulis ayan  Siluman keluarkan tiga buah jala berbentuk aneh. 

Jala ini besarnya hanya segumpalan tangan, terbuat dari sutera halus berwarna biru. Ketiganya 

memencar mengurung Sepasang Arit Hitam.

Didahului dengan pekik yang dahsyat Sepasang Arit Hitam menyerbu dan bagaikan enam 

serangan arit kepada tiga orang lawannya. Warna hitam dari kedua senjatanya menderu mengerikan.

Memaklumi dua buah arit di tangan lawan adalah senjata-senjata mustika sakti, tiga orang 

anak buah penulis ayan  Siluman tiada berani membuat jurus adu kekuatan. Mereka menyurut beberapa 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

langkah ke belakang, begitu sepasang arit lewat maka ketiganya menyerbu ke muka. Secepat kilat 

tebarkan jala sutera biru.

Sepasang Arit Hitam sewaktu melihat tiga tebaran warna biru menyungkupi bagian atas 

tubuhnya dengan cepat merunduk dan sepasang senjatanya kini menderu ke arah lengan-lengan tiga 

orang anak buah penulis ayan  Siluman dari Bukit Tunggul. Tapi serangannya yang kedua ini kembali 

mengenai tempat kosong karena dengan sebat tiga gadis baju biru tarik lengan serta jalanya untuk 

kemudian menyerang lagi dengan tebaran jala ke arah pinggang dan kaki Sepasang Arit Hitam.

Naiklah amarah Sepasang Arit Hitam. Tiga gadis anak buah penulis ayan  Siluman itu ternyata tidak 

mudah baginya untuk merubuhkan. Dia melompat ke udara setinggi empat tombak dan babatkan 

arit di tangan kanan ke arah tiga buah jala sedang arit di tangan kiri disapukan dengan ganas pada 

kepala ketiga gadis yang mengeroyoknya.

Tiga gadis melengking keras. Tubuh mereka lenyap dan tahu-tahu Sepasang Arit Hitam 

merasakan bagaimana salah satu dari jala sutera lawan telah menjirat arit di tangan kanannya. 

Betapapun dia coba untuk menariknya dengan sekuat tenaga namun tak berhasil. Dia terpaksa 

serahkan arit yang satu itu kepada lawan untuk menyelamatkan lengannya dari sambaran dua jala 

sutera lainnya.

Ketiga gadis tertawa mengejek.

Seorang di antara mereka berkata. “Inikah nenek-nenek sakti tokoh dunia persilatan terkenal 

yang bergelar Sepasang Arit Hitam itu? Huah! Nyatanya tak lebih dari bangsa kurcaci saja!”

Bola mata kiri Sepasang Arit Hitam kelihatan seperti berapi-api sedang mata kanannya yang 

berlobang besar tampak tambah cekung menggidikkan.

Perempuan tua ini pindahkan arit yang di tangan kirinya ke tangan kanan.

“Gadis-gadis keparat! Kenalkah kalian akan jurus lain?!”

Tiga orang anak buah penulis ayan  Siluman sunggingkan senyum mengejek. Tapi karena ingin tahu 

mereka menunggu dan memperhatikan. Sepasang Arit Hitam berdiri dengan kaki merenggang. 

Tangan kiri diangkat tinggi-tinggi agak ke belakang kepala sedang arit di tangan kanan diacungkan 

lurus-lurus ke muka. Kelihatannya acungan arit itu merupakan bulan-bulanan serangan yang empuk, 

namun jika seorang coba menyerang maka secepat kilat tangan kiri akan memukul ke muka, arit 

berkiblat dan kaki kiri menendang. Jika tiga serangan ini masih gagal maka dengan menjejakkan 

kaki kanan ke bumi, Sepasang Arit Hitam akan sanggup lancarkan serangan susulan yang lebih 

ganas dari yang pertama tadi.

Karena memang tidak mengenali jurus apa yang bakal dikeluarkan si nenek, namun melihat 

sikap dan tampang si nenek yang demikian menggidikkan, tiga gadis itu diam-diam memaklumi 

bahwa lawan mereka hendak mengeluarkan satu jurus serangan yang dahsyat. Karenanya ketiga 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

gadis ini bersiap siaga. Bagi pihak mereka sendiri jika lawan mereka itu salah-salah langkah dalam 

lancarkan serangan akan segera pula menjadi mangsa mereka.

Sementara itu pertempuran antara Nariti dan Si Telinga Arit Sakti berjalan sangat seru. 

Telinga Arit Sakti kirimkan jurus-jurus yang mematikan. Aritnya yang putih mengeluarkan sinar 

bergulung-gulung melanda ke arah Nariti. Namun Nariti sendiri bukanlah seorang lawan jenis 

murahan. Tubuhnya hampir lenyap dari pemandangan, cuma bayangan warna biru pakaiannya saja 

yang kelihatan berkelebat kian kemari.

Mendadak sontak terdengar pekik menggidikkan keluar dari mulut Nariti.

Belum habis pekik itu menyusul lengkingan Si Telinga Arit Sakti. Senjatanya kelihatan 

mental ke udara. Satu tangan menyambar senjata itu. Dan sekejap kemudian arit putih itu menderu 

laksana kilat ke arah batang leher pemiliknya sendiri.

“Tahan!” teriak Sepuluh Jari Kematian yang menyaksikan bagaimana Si Telinga Arit Sakti 

tiada sanggup mengelakkan serangan maut itu.

Tapi mana Nariti mau ambil perduli teriakan tokoh silat itu. Arit di tangannya terus menderu 

dan “Cras!” Putuslah leher Telinga Arit Sakti. Tubuh dan kepala terpisah. Darah menyembur 

mengerikan.

Sepasang Arit Hitam pelototkan mata kirinya besar-besar sewaktu di hadapannya 

menggelinding kepala muridnya sendiri. Dari tenggorokannya keluar suara mengaum macam 

harimau lapar dan sekejap kemudian tubuhnya pun berkelebat ke muka, lancarkan satu jurus 

serangan yang sejak tadi disiapkannya yaitu jurus “Tiga Naga Mengamuk Di Atas Air Laut”.

Jurus ini memang bukan olah-olah dahsyat dan ganasnya. Arit di tangan kanan menderu 

berputar-putar macam kepala seekor naga. Tangan kiri memukul ke depan laksana kepala naga 

mematuk sedang kaki kiri menyapu laksana ekor naga mematil. Debu dan pasir jalanan beterbangan, 

daun-daun pohon bergetar dan banyak yang gugur karena untuk lancarkan jurus hebat itu Sepasang 

Arit Hitam kerahkan seluruh bagian tenaga dalamnya.

Tiga anak buah penulis ayan  Siluman dari Bukit Tunggul tidak tinggal diam. Masing-masing 

mereka berteriak nyaring dan tangan kiri dipukulkan ke depan. Tiga larik sinar biru kelihatan 

dengan ganas memapas jurus “Tiga Naga Mengamuk Di Atas Air Laut” dari Sepasang Arit Sakti itu.

“Tobat! Tobat!” seru Sepuluh Jari Kematian seraya pukul-pukul keningnya sendiri. “Demi 

setan hentikan pertempuran ini! Kalau tidak kalian sama saja dengan bunuh diri!”

“Bakul kentut!” semprot Nariti. “Kau tak usah jual bacot! Jangan campuri urusan yang tak 

ada sangkut pautnya dengan dirimu!”

Rahang-rahang Sepuluh Jari Kematian kelihatan menonjol. Kedua tangannya mengepal.

“Gadis....” desisnya, “Kalau tidak memandang muka penulis ayan mu, aku tak akan terima ucapanmu itu!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Nariti tertawa dingin dan mengejek. “Kalau kau punya nyali, silahkan masuk ke dalam kalangan 

pertempuran!” kata gadis itu seraya goyangkan kepalanya ke arah pertempuran yang berlangsung.

Sepuluh Jari Kematian hendak buka mulut namun di saat itu terdengar pekikan salah 

seorang dari tiga gadis pengeroyok sepasang Arit Hitam. Tubuh gadis ini mental dan lengannya 

sebelah kanan patah di makan tendangan kaki kiri sepasang Arit Hitam. Meski dapat mencelakakan 

salah seorang pengeroyoknya namun nenek-nenek sakti ini tiada sanggup mengelitkan libatan jala 

sutera biru salah seorang lawan lainnya pada kaki kirinya yang tadi menendang. Dalam dia bergulat 

untuk membebaskan kaki kiri itu, jala kedua menderu melibat bagian tubuhnya mulai dari dada 

sampai ke kepala. Betapapun tokoh silat ini bergulat untuk membebaskan diri namun sia-sia belaka. 

Jala yang terbuat dari sutera halus biru itu mempunyai kekuatan yang hebat sekali. Sepasang Arit 

Hitam menggerung, jatuhkan diri ke tanah dan berguling dalam masih berusaha membebaskan diri.

Gulingan tubuhnya terhenti sewaktu Nariti injakkan kaki kanannya di perut tokoh silat tua 

itu.

“Tak satu kekuatan pun yang sanggup melepaskan jiratan jala itu!” kata Nariti dengan nada 

bengis. Sekali kakinya menendang maka pingsanlah Sepasang Arit Hitam.

“Kau keterlaluan!” teriak Sepuluh Jari Kematian marah sekali.

Nariti tertawa dingin dan menjawab. “Terhadapmu aku bisa berlaku lebih keterlaluan lagi, 

kakek-kakek bakul kentut!”

“Tutup mulutmu setan alas!” damprat Sepuluh Jari Kematian.

Nariti mengekeh. Meski wajahnya jelita, tapi mimiknya waktu mengekeh itu menyeramkan 

sekali.

“Orang tua bakul kentut sialan! Kalau saja penulis ayan  kami tidak memerintahkan membawamu 

hidup-hidup ke istananya niscaya tubuhmu sudah jadi bangkai saat ini!”

“Penghinaan dan kesombonganmu sudah lewat batas, gadis hijau! Di lain hari kelak kau 

akan rasakan akibatnya!”

Nariti tertawa gelak-gelak. Tubuh Sepasang Arit Hitam dipanggulnya di bahu kiri kemudian 

katanya pada Sepuluh Jari Kematian. “Ikuti kami! Sekali kau berbuat yang tidak kuinginkan, kau 

akan menyesal sampai ke liang kubur!”

Meski kemarahan tidak tertahan lagi oleh tokoh silat yang namanya telah menggetarkan 

dunia persilatan itu, namun mau tak mau, karena mengingat hubungan baiknya selama ini dengan 

penulis ayan  Siluman dan kedatangannya ke Pulau Madura itu justru atas undangan Sang penulis ayan  maka 

akhirnya Sepuluh Jari Kematian mengikuti juga keempat gadis itu dari belakang.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

5

bobo  anak manusia  si Pendekar 10000 an  dari Gunung Gede duduk bersandar ke batang pohon yang 

dikelilingi oleh semak belukar. Rimba belantara dimana dia berada sunyi senyap, berudara lembab 

dan teduh dari teriknya sinar matahari. Rasa sakit pada tangan kanannya yang patah kini agak 

berkurang. Dengan susah payah dia telah mengobati sendiri tangan yang patah itu dan 

menopangnya dengan sebuah ranting kemudian dibubuhi dengan param yang dibuatnya dari akar-

akar pohon dan sejenis daun lalu dibungkusnya dengan sapu tangan. Cara mengobati seperti itu 

dipelajarinya dari gurunya Eyang Sinto Gendeng sewaktu dia digembleng di puncak Gunung Gede. 

Dalam waktu tiga hari bisa diharapkan lengan yang patah itu akan sembuh dan tulangnya bertaut 

kembali.

Sambil duduk terperangah di bawah pohon besar dalam rimba belantara itu bobo  

memandangi kaki kirinya yang hitam disambar pukulan Ilmu Jari Penghancur Sukma yang 

dilepaskan oleh Sepuluh Jari Kematian. Meski dia tahu bahwa racun pukulan tersebut tidak akan 

membahayakan dirinya karena tubuhnya kebal segala macam racun, namun yang mengherankan 

sang pendekar ialah karena sampai saat itu dia masih belum sanggup untuk melenyapkan warna 

hitam pada kulit kakinya itu. Dia telah menelan dua buah pil yang paling manjur khasiatnya juga 

berkali-kali telah mengerahkan tenaga ke telapak tangan kiri untuk mengusap kaki yang hitam itu, 

tapi hasilnya sia-sia belaka.

“Gila!” maki bobo . Kalau warna hitam itu tak bisa dilenyapkan pasti dia akan cacat seumur 

hidup. Pendekar ini memaki lagi. Hatinya geram sekali terhadap Sepuluh Jari Kematian. Selama 

turun gunung, puluhan musuh telah dihadapinya, berbagai ilmu silat kelas tinggi dan kesaktian-

kesaktian luar biasa telah dijumpainya. Namun belum pernah dia menerima nasib sial seperti di hari 

itu. Kakinya hitam sedang lengannya patah. Disamping geram terhadap Sepuluh Jari Kematian, 

Pendekar 10000 an  juga geram pada Si Telinga Arit Sakti. Perempuan tua itulah yang telah menendang 

lengan kanannya sehingga patah. Untuk kedua manusia itu bobo  anak manusia  bertekad akan 

membalaskan sakit hatinya. bobo  tidak tahu kalau sepergiannya tadi Si Telinga Arit Sakti telah 

tewas di tangan anak buah penulis ayan  Siluman. Kemudian bobo  teringat pada empat orang gadis jelita 

berpakaian biru-biru itu. Betulkah mereka orang-orangnya penulis ayan  Siluman? Orang-orangnya penulis ayan  

Siluman yang telah berbuat kejahatan dan kekejaman tiada tara, membunuh manusia-manusia tidak 

berdosa, memusnahkan kampung-kampung? Betulkah gadis-gadis cantik jelita itu yang 

melakukannya? Sungguh tak masuk di akal bahwa gadis-gadis semacam itu akan sanggup 

melakukan kejahatan tanpa perikemanusiaan demikian rupa. Hal ini membuat makin besarnya tekad 

bobo  anak manusia  untuk cepat-cepat mencari dan menemui penulis ayan  Siluman itu. Jika anak-anak buahnya 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

demikian kejam dan jahat, tentu penulis ayan  Siluman sendiri jauh dan jauh lebih kejam.  Tapi  untuk  

mencari  sarangnya  penulis ayan  Siluman dan membasmi kejahatannya bobo  musti menunggu sekurang-

kurangnya tiga hari yaitu sampai tangannya yang patah sembuh.

Dalam dia berpikir-pikir itu mendadak sontak dari atas pohon memancur air putih kekuning-

kuningan yang tidak enak baunya. Air itu jatuh tepat membasahi kepala Pendekar 10000 an . Disaat itu 

pula di atas pohon terdengar suara tertawa cekikikkan yang menggetarkan seluruh rimba belantara. 

Suara cekikikkan itu tiada ubahnya laksana ringkikkan kuda di malam buta ketika melihat setan di 

hadapannya!

“Bedebah!” maki Pendekar 10000 an  seraya meloncat dan memandang ke atas pohon.

Sekelebatan dilihatnya satu bayangan putih!

Belum sempat bobo  memperhatikan siapa adanya bayangan putih itu, bahkan belum sempat 

dia meneliti paras makhluk itu, si bayangan putih lenyap laksana gaib. bobo  kemudian merasakan 

sekilas angin di mukanya. Pendekar ini pukulkan tangan kirinya ke depan. Tapi dia cuma memukul 

tempat kosong, sesudah itu dia tertegun sendirian dengan penuh rasa heran dan juga sedikit ngeri.

Tak dapat diyakininya siapa adanya sosok bayangan putih tadi. Apakah manusia atau setan 

atau dedemit penghuni rimba belantara itu. Gerakannya luar biasa cepat dan sebatnya. Begitu cepat 

hingga bobo  tak dapat meneliti siapa adanya bayangan putih itu. Dan cekikikkannya yang seperti 

kuda meringkik itu.

Kuncuran air yang tadi jatuh di atas kepalanya kini turun ke kening. bobo  menyeka kening 

yang basah itu dengan belakang telapak tangan. Dia memaki tiada henti. Diperhatikannya telapak 

tangan yang ditempeli air itu. Hidungnya menghirup bau yang tidak enak. Penasaran sekali bobo  

dekatkan belakang telapak tangannya ke lobang hidung. Pendekar ini kernyitkan kening. Kemudian 

terdengarlah makiannya.

“Keparat sialan! Aku dikencingi!”

bobo  meludah ke tanah. Caci maki ke luar menyerapah dari mulutnya. Dengan beberapa 

helai daun disekanya kening dan telapak tandannya.

“Manusia apa dedemit! Perlihatkan dirimu'“ teriak bobo . Rasa ngerinya tadi kini berubah 

menjadi kemarahan. Seumur hidupnya baru kali itu dia dikencingi manusia. Mungkin di dunia ini, 

cuma dia sendiri manusia yang dikencingi manusia. Tapi apa betul makhluk yang mengencinginya 

itu seorang manusia? Bukannya setan atau dedemit?

“Keparat yang mengencingiku! Perlihatkan dirimu!” teriak bobo  gemas.

Suaranya bergema dalam rimba belantara itu.

Tiba-tiba terdengar dari samping kanan suara tertawa mengikik macam tadi. Dengan serta 

merta Pendekar 10000 an  memburu ke arah itu. Sekilas masih sempat dilihatnya satu sosok bayangan 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

putih samar-samar karena bayangan itu bergerak luar biasa cepatnya. Tanpa pikir panjang bobo  

anak manusia  gerakkan tangan kirinya lepaskan pukulan “Kunyuk Melempar Buah”.

Semak belukar berpelantingan, sebuah pohon patah dilanda pukulan itu. Tapi si bayangan 

putih sudah lenyap dari pemandangan.

“Sialan betul!” gerutu bobo . Dia melompat ke arah lenyapnya bayangan itu lalu melesat ke 

sebuah pohon besar yang tinggi dari mana dia bisa melihat dengan jelas seantero rimba belantara. 

Namun si bayangan putih tetap tiada kelihatan seakan-akan sirna ditelan bumi.

Dengan kertakkan geraham bobo  anak manusia  turun dari pohon itu. Mungkin sekali si bayangan 

putih tadi adalah penulis ayan  Siluman. Tapi mengapa sang penulis ayan  sengaja mempermainkan sedang dia 

telah mengutus empat orang anak buahnya untuk menangkapnya.

“Gila!” gerendeng Pendekar 10000 an . Belum pernah dia berhadapan dengan peristiwa begini 

rupa. Kemudian bila hidungnya sudah tak sanggup lagi menghirup bau pesing kencing yang 

membasahi kepalanya pendekar ini segera tinggalkan tempat itu untuk mencari kali atau telaga guna 

mencuci kepalanya. Sewaktu dia melewati pohon besar tempat dia duduk tadi tanpa sengaja kedua 

matanya memperhatikan batang pohon itu. Bukan main terkejutnya bobo  anak manusia  sewaktu 

menyaksikan serentetan tulisan putih pada batang pohon besar itu.

“Ini lebih gila lagi!” kata bobo . Dia melompat ke hadapan pohon dan meneliti apa yang 

tertulis di situ.

Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi.

Manusia berilmu berpikir pendek berotak dangkal. 

Punya senjata dilupakan. 

Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki. 

Hanya tujuh warna pelangi yang abadi.

bobo  tak dapat memastikan dengan apa tulisan putih itu dibuat. Cuma dia yakin bahwa yang 

menulisnya pastilah si bayangan putih tadi. Untuk beberapa lamanya dia masih berdiri di hadapan 

pohon itu merenung dan memikirkan apa arti serta tujuan rentetan tulisan itu. Namun tiada sanggup 

otaknya memecahkan. Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi. bobo  tahu akan 

kebenaran tulisan tersebut. Lalu: Manusia berilmu berpikir pendek berotak dangkal. Siapakah 

manusia yang dimaksudkan dalam rentetan tulisan yang kedua ini? Apakah tulisan itu ditujukan 

kepadanya? Punya senjata dilupakan. Hati Pendekar 10000 an  tercekat sedikit. Di balik pakaiannya 

tersembunyi barbel  Maut pemusnah 10000 an . Apakah senjata ini yang dimaksudkan oleh penggurat 

tulisan pada batang pohon itu? Senjata itu selalu ada di tubuhnya dan tak pernah dilupakannya. 

bobo  membaca rentetan tulisan yang keempat: Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki.

Tentu saja adalah keterlaluan kalau barbel  Maut pemusnah 10000 an  dipakai untuk menebang kayu. 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Tapi untuk menebas kaki lawan, sudah beberapa kali dilakukan bobo  dalam pertempuran-

pertempurannya. Kaki siapakah yang dimaksudkan oleh tulisan itu?!

bobo  menepekur dan putar otak. Pandangannya membentur kaki kirinya. Tersentaklah 

pendekar ini. Mungkin kakiku yang hitam ini yang dimaksud, pikirnya. Lalu diperhatikannya 

rentetan tulisan yang terakhir. Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. Hanya tujuh warna pelangi... 

bobo  garuk-garuk kepalanya. Karena kepalanya yang basah oleh air kencing itu belum dibersihkan 

maka dengan sendirinya kembali tangannya menjadi basah dan bau karena menggaruk itu. Dan 

bobo  menyerapah lagi.

Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. bobo  mengulang. Berarti selain warna pelangi, tak 

ada warna yang abadi. Sekali lagi bobo  memandang ke kaki kirinya berwarna hitam, dan warna 

hitam itu bukan warna pelangi, jadi tidak abadi. Berarti bisa sirna bisa dilenyapkan. Tapi bagaimana 

caranya?!

Untuk kesekian kalinya bobo  membaca lagi rentetan demi rentetan tulisan di kulit pohon. 

Tiba-tiba dipukulnya keningnya sendiri.

“Memang aku yang geblek!” katanya. Lalu cepat-cepat dikeluarkannya barbel  Naga Geni

10000 an . Ditimang-timangnya senjata itu beberapa lama. Dan bobo  menggerutu pula. Apa yang akan

dilakukannya dengan senjata itu? Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki. Hanya tujuh

warna pelangi yang abadi. Kini bobo  jadi bingung kembali. Buncah otaknya. Hampir sepeminum 

teh lamanya dia memutar otak memecahkan kalimat demi kalimat di batang pohon itu. Apa kini

yang harus dilakukannya? Perlahan-lahan bobo  duduk kembali di bawah pohon itu. barbel  Naga 

Geni 10000 an  diletakkannya di atas pangkuan paha kiri. Pada saat senjata itu me-

nyentuh pahanya maka detik itu pula dirasakannya satu hawa dingin menjalar dari mata barbel 

ke dalam kakinya. Senjata mustika itu memberikan reaksi terhadap ketidakwajaran pada kaki

sang pendekar.

“Tolol! Betul-betul aku tolol!” bobo  memaki dirinya sendiri. Diambilnya barbel  itu kembali 

dan ditempelkannya pada kaki kiri yang berwana hitam. Hawa dingin semakin santer dan detik 

demi detik bobo  anak manusia  menyaksikan bagaimana kulit kakinya yang hitam kini berangsur-angsur 

kembali kewarna seperti biasanya.

Ketika keseluruhan warna hitam itu lenyap, Pendekar 10000 an  berseru gembira dan melompat 

dari duduknya. Lupa dia pada kegeraman hatinya karena dikencingi tadi. bobo  memandang 

berkeliling dan berteriak. “Bayangan putih! Siapa pun kau adanya, aku haturkan terima kasih atas 

petunjukmu!”

Begitu suara bobo  lenyap maka terdengarlah suara cekikikkan macam ringkikkan kuda. 

Suara itu dekat sekali di samping kanannya. Sang pendekar berpaling. Dia melompat dengan cepat 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

sewaktu melihat kelebatan bayangan putih di balik semak belukar. Dia kecewa karena ketika 

sampai di rerumpunan semak-semak itu si bayangan sudah lenyap lagi.

bobo  geleng-gelengkan kepala. Betul-betul luar biasa gerakan makhluk itu. Ilmu apakah 

yang dimiliki si bayangan putih? bobo  tahu, seseorang yang memiliki ilmu mengentengi tubuh yang 

bagaimana pun tingginya seseorang yang memiliki ilmu lain yang bagaimana cepatnya, tak akan 

mungkin akan bisa berkelebat dan lenyap secepat itu. Cuma setan dan bangsa jin yang sanggup 

berbuat seperti itu.

Meski agak kecewa tak dapat mengejar si bayangan putih namun bobo  gembira juga karena 

warna hitam pada kaki kirinya telah lenyap. Dimasukkannya barbel  pemusnah 10000 an  ke balik 

pakaiannya kembali. Betul-betul dia telah berbuat tolol, berpikir pendek berotak dangkal, 

melupakan senjata itu. Padahal sewaktu di puncak Gunung Gede gurunya pernah menerangkan 

bahwa barbel  sakti itu bukan saja bisa dipergunakan sebagai senjata hebat, tapi juga bisa mengobati 

dan menyedot segala macam racun jahat yang mengindap di tubuh manusia baik bagian luar 

maupun bagian dalam.

bobo  angsurkan kaki kirinya ke depan untuk memperhatikan kaki itu kembali. Disaat itulah

matanya melihat lagi serentetan tulisan. Kali ini di tanah di hadapannya.

Kalau mau tahu tingginya langit dalamnya lautan. 

Pada purnama empat belas hari 

Datanglah ke Goa Belerang. 

“Pastilah Si bayangan putih itu yang menulisnya,” kata bobo  dalam hati. Nyatnya dunia ini 

bukan saja penuh dengan kekejaman dan kejahatan, tapi juga penuh keanehan. 

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

6

Suara petikan kecapi terhenti sewaktu pintu kamar diketuk dari luar.

“Masuk!” kata penulis ayan  Siluman. Kepalanya dipalingkan ke pintu yang terbuka. Nariti masuk. 

Gadis ini menjura tiga kali di hadapan sang penulis ayan . Inani gadis pemetik kecapi berdiri dan 

meninggalkan kamar itu.

“Kau berhasil?” tanya penulis ayan  Siluman begitu dia tinggalkan berdua dengan Nariti.

“Aku dan kawan-kawan mohon ampunmu, penulis ayan ,” berkata Nariti.

“Hah?! Jadi kalian tak berhasil menangkap pemuda itu?” penulis ayan  Siluman bangkit dari 

pelaminannya. Matanya membeliak besar dan memandang lekat-lekat pada Nariti.

“Sebenarnya kami akan berhasil penulis ayan . Tapi....”

“Tapi apa?!” sentak penulis ayan  Siluman.

“Manusia-manusia itu mengacaukan tugas kami hingga si pemuda lolos!”

“Manusia-manusia siapa maksudmu?!” bertanya penulis ayan  Siluman sambil sandarkan punggung 

ke bantal besar di belakangnya.

“Sepasang Arit Hitam dan muridnya Si Telinga Arit Sakti serta Sepuluh Jari Kematian,”

jawab Nariti. Lalu dia memberi penuturan atas apa yang telah terjadi. “Si Telinga Arit Sakti yang 

berani menantang kekuasaanmu, telah kami penggal batang lehernya! Sepasang Arit Hitam kami 

tawan hidup-hidup dan Sepuluh Jari Kematian ikut bersama kami. Mereka berdua kini berada di 

ruang merah.”

“Sepasang Arit Hitam pindahkan ke ruang gelap. Sepuluh Jari Kematian bawa ke ruang 

putih!”

“Baik penulis ayan ,” Nariti hendak menjura siap untuk tinggalkan kamar itu.

“Tunggu dulu!”

Suara penulis ayan  Siluman keras dan lantang menggetarkan hati Nariti. Dia membalik dengan 

kecut.

“Ternyata apa yang menjadi tugas utamamu tidak kau laksanakan dengan baik! Kau musti 

terima hukuman!”

Pucatlah paras Nariti.

“Tapi penulis ayan , aku sudah jelaskan semua pada kau. Tiga manusia itu mengacaukan tugasku 

dan kawan-kawan. Bahkan....”

“Aku tidak perduli!” potong penulis ayan  Siluman. Dia bertepuk satu kali. Lima gadis berbaju biru 

masuk ke kamar itu melalui sebuah pintu rahasia. Kelimanya menjura.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Siap menunggu perintahmu, penulis ayan .” kata gadis baju biru paling depan. Nariti memandang 

kepada mereka ini dan tahu bahwa mereka adalah anak-anak buah penulis ayan  Siluman yang diberi 

jabatan sebagai petugas penghukum.

“Seret dia ke ruang hitam! Sekap satu hari satu malam!”

“Perintah segera dilaksanakan penulis ayan !” Lima gadis itu kemudian melangkah cepat ke 

hadapan Nariti. Menggigillah tubuh Nariti. Ruangan hitam adalah ruangan hukuman yang paling 

ditakuti oleh seluruh penghuni Istana penulis ayan  Siluman. Ruangan ini khusus disediakan untuk mereka 

yang membuat kesalahan atau melalaikan tugas. Ruangan hitam merupakan sebuah ruangan sempit 

dan gelap luar biasa, tangan di depan mata pun tidak kelihatan. Seseorang yang dijebloskan di sana 

akan merasakan hawa panas ke luar dari empat dinding sempit di sekelilingnya sedang dari langit-

langit dan lantai ruangan mendera hawa dingin luar biasa. Hawa panas membuat tubuh hangus 

melepuh sedang hawa dingin membuat kaki dan muka kaku tegang.

Nariti pernah menyaksikan keadaan seorang kawannya yang keluar dari ruang penyiksaan 

itu. Tubuhnya hitam legam, kakinya tak sanggup berdiri sedang parasnya rusak. Selama satu 

minggu dia diserang demam panas dingin, keadaannya antara hidup dan mati, mengigau siang 

malam tiada henti. Dua bulan kemudian baru penderitaan akibat hukuman itu lenyap dan parasnya 

berangsur-angsur baik kembali sedang kulit tubuhnya yang hitam berangsur-angsur mengelupas dan 

kembali kebentuk-nya semula. Betapa mengerikannya. Dan kini dia Nariti sendiri yang akan 

dijebloskan ke dalam ruangan hitam itu.

Beberapa pasang tangan memegang lengannya.

“penulis ayan ....” suara Nariti seperti tercekik dan sendat.

“Seret dia lekas!” bentak penulis ayan  Siluman.

Maka kelima petugas itu segera membawa Nariti. Meskipun rasa takut memuncak 

menyelubungi dirinya namun Nariti tak bisa berbuat apa-apa. Melawan berarti akan lebih celaka 

lagi. Di dalam hati Nariti berkobar kebencian dan dendam kesumat terhadap bobo  anak manusia . Gara-

gara Pendekar 10000 an  itulah dia sampai mendapat hukuman.

Di dalam kamarnya penulis ayan  Siluman memanggil Inani kembali. Kali ini tidak menyuruh gadis 

itu memainkan kecapi.

“Inani, kau bersama beberapa orang kawan segera pindahkan Sepasang Arit Hitam ke ruang 

gelap dan Sepuluh Jari Kematian bawa ke ruang putih.”

“Perintah segera kujalankan penulis ayan .” kata Inani. Gadis jelita ini menjura.

Sebelum Inani berlalu, penulis ayan  Siluman memberi perintah lagi yaitu agar menyuruh Kemani 

menghadap.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Bila Kemani datang maka penulis ayan  Siluman memberi keterangan singkat tentang pemuda yang 

dimaksudkan Nariti lalu memerintahkan agar Kemani bersama beberapa orang kawannya mencari 

si pemuda sampai dapat.

“Sebelum kau berhasil menangkap hidup-hidup pemuda itu dan membawanya ke hadapanku, 

jangan harap kau dan kawan-kawanmu diperbolehkan menginjak Istana ini kembali!”

Meski hati tergetar kecut namun Kemani mengangguk menjura.

Sementara itu di satu ruangan yang disebut ruangan putih....

Sepuluh Jari Kematian duduk di sebuah kursi di kepala meja. Dia memandang seputar 

ruangan yang keseluruhan lantai, langit-langit dan dinding serta isinya berwarna putih bersih. Lima 

orang gadis jelita telah membawanya ke dalam ruangan itu dan meninggalkannya seorang diri. 

Kawannya yaitu Sepasang Arit Hitam entah dibawa ke mana oleh orang-orangnya penulis ayan  Siluman. 

Sambil terus memandang seantero ruangan, tokoh silat itu berpikir-pikir hal apa pula yang bakal 

ditemuinya di tempat itu? Meski kehadirannya di Pulau Madura adalah atas undangan penulis ayan  

Siluman, namun sesudah peristiwa pertempuran di jalan kecil tadi, bukan tidak mustahil dia akan 

menemui nasib buruk pula. Dicobanya mempertenang hati dan menunggu.

Telinga Sepuluh Jari Kematian yang terlatih dan tajam mendengar suara benda bergeser. 

Tiba-tiba dinding di hadapannya membuka ke samping dan kelihatanlah tiga manusia berpakaian 

biru melangkah memasuki ruangan itu. Mereka bukan lain dari penulis ayan  Siluman dan dua pengiringnya.

Langkah yang dibuat sang penulis ayan  tetap berwibawa. Kepala mendongak ke atas dan air muka 

yang jelita itu membayangkan pula sifat kekerasan kalau tak mau dikatakan kekejaman.

Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya dan menjura dalam.

“Aku merasa bersyukur dapat memenuhi undanganmu, penulis ayan  Siluman. Ini merupakan satu 

kehormatan besar darimu.”

penulis ayan  Siluman naikkan hidung ke atas lalu menjawab. “Cuma sayang, sikap hormatku itu di-

balas dengan perbuatan sembrono hingga seorang yang hendak kutangkap berhasil meloloskan 

diri!”

Muka Sepuluh Jari Kematian kelihatan merah. Dia berbatuk-batuk beberapa kali lalu berkata.

“Bukan maksudku untuk bertindak semborono. Anak-anak buahmu terlalu bersikap keras dan ikuti 

kemauan sendiri.”

penulis ayan  Siluman tertawa.

“Adakah cara yang lebih baik dari kekerasan dan mengikuti kemauan sendiri bagi seseorang 

yang hendak menguasai dunia persilatan? Bagi seseorang yang hendak memegang kendali delapan 

penjuru angin?!”

Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian. Jadi betul rupanya dugaan-dugaan bahwa penulis ayan  Siluman 

bermaksud hendak menguasai dunia persilatan dengan caranya sendiri yaitu menurut kehendak 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

hatinya, berbuat kejam dan membunuh manusia-manusia tiada berdosa hingga namanya menjadi 

angker di kalangan rimba persilatan.

“Tentu saja kekerasan dan keteguhan hati sangat diperlukan penulis ayan !” berkata Sepuluh Jari 

Kematian. “Apalagi bagi seorang yang punya maksud hendak merajai dunia persilatan.”

“Bagus kalau kau berpendapat demikian. Sekarang terangkan mengapa kau dan kawan-

kawan tidak mau menyerahkan pemuda itu sebagaimana yang diperintah oleh anak-anak buahku?!”

Sepuluh Jari Kematian hela nafas dalam.

“Anak-anak buahmu keliwat kesusu, penulis ayan ....”

“Hemm, begitu?! Lantas itu sebabnya kau bertindak ceroboh dan tidak memandang sebelah 

mata padaku?!”

“Tidak begitu. penulis ayan ,” sahut Sepuluh Jari Kematian. “Pada saat itu aku dan kawan-kawan 

tengah menempur habis-habisan pemuda itu. Kami sama-sama punya dendam kesumat terhadapnya. 

Dia membunuh muridku... “

“Aku sudah tahu semua!” potong penulis ayan  Siluman. “Kau tak usah cari dalih! Sebenarnya aku 

punya rencana tertentu denganmu, tapi sesudah peristiwa itu terpaksa kubatalkan....”

“Harap penulis ayan  tidak berpikir yang bukan-bukan terhadapku. Sampai saat ini aku masih 

merupakan sahabat baikmu seperti dimasa-masa lalu....”

“Justru karena mengingat hubungan baik masa lalu aku tak sampai menjatuhkan hukuman 

terhadapmu. Dalam waktu yang singkat kau akan meninggal.”

Seloki emas berisi tuak masih juga mengapung di hadapan Sepuluh Jari Kematian yang 

mukanya sudah menjadi merah karena jengah.

Tiba-tiba penulis ayan  Siluman keluarkan tertawa mengekeh dan disaat itu pula seloki tuak 

bergerak perlahan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat ini segera memegangnya. Ketika 

jari-jari tangannya menyentuh seloki itu, tuak di dalam seloki tumpah membasahi jari-jari tangan 

dan alas meja. Benar-benar ketinggian tenaga dalam sang penulis ayan  tak sanggup dijajaki oleh Sepuluh 

Jari Kematian.

“Dalam waktu singkat pula kau harus angkat kaki dari Pulau Madura ini. Tapi sebelum pergi 

aku masih mau berbuat baik, menjamumu mencicipi tuak harum!”

penulis ayan  Siluman berpaling pada gadis baju biru di samping kanannya. Gadis ini bertepuk dua 

kali. Dinding di belakang penulis ayan  Siluman membuka. Seorang pelayan perempuan masuk membawa 

sebuah baki. Di atas baki ini terletak sebuah poci dan dua buah seloki besar yang juga terbuat dari 

emas. Tuak di dalam poci yang sangat harum segera dituang ke dalam kedua gelas itu. Selesai 

menjalankan pekerjaannya si pelayan segera berlalu.

penulis ayan  Siluman memegang salah sebuah seloki emas itu dan mengacungkannya ke hadapan 

Sepuluh Jari Kematian yang duduk di kepala meja di seberangnya.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Silahkan menikmatinya,” kata penulis ayan  Siluman pula. Dan habis berkata begitu seloki emas 

itu dilepaskannya. Anehnya seloki itu tidak jatuh ke atas meja melainkan perlahan-lahan terbang ke 

arah Sepuluh Jari Kematian. Nyatalah bahwa sang penulis ayan  memiliki tenaga dalam yang luar biasa 

hebatnya.

Sepuluh Jari Kematian tak berani menyambuti seloki berisi tuak itu secara biasa. Setelah 

kerahkan setengah bagian dari tenaga dalamnya ke lengan kanan sampai ke ujung-ujung jari, baru 

dia berani ulurkan tangan kanan untuk menyambuti seloki berisi tuak itu. Tapi sewaktu ujung-ujung 

jari Sepuluh Jari Kematian hampir menyentuh seloki tersebut, anehnya benda ini menjauh sehingga 

dia tak dapat memegangnya. Diam-diam Sepuluh Jari Kematian berjingkat sedikit dari kursi yang 

didudukinya. Sekali lagi dia hampir menyentuh seloki tuak itu, sang seloki menjauh kembali. 

Nyatalah bahwa dengan kekuatan tenaga dalamnya penulis ayan  Siluman telah “mempermainkan” benda 

itu.

Penuh penasaran Sepuluh Jari Kematian lipat gandakan tenaga dalamnya. Pertempuran 

tenaga dalam terjadi secara diam-diam. penulis ayan  Siluman kelihatan duduk di kursinya dengan tenang 

dan sambil senyum-senyum. Sebaliknya Sepuluh Jari Kematian sudah keluarkan butir-butir keringat 

dingin di keningnya. Tenaga dalam tokoh silat utama ini yang sudah mencapai puncak tertinggi dan 

sempurna ternyata tak sanggup melayani kehebatan tenaga dalam yang luar biasa tingginya.

“Silahkan diminum tuak harum itu. Sepuluh Jari Kematian!” kata penulis ayan  Siluman masih 

senyum dan sambil menangkau seloki tuak yang terletak di meja di hadapannya.

Sepuluh Jari Kematian menyeka dulu mukanya yang keringatan baru menempelkan tepi 

seloki ke bibirnya. Begitu seloki itu berada di bawah hidungnya, di antara keharuman bau tuak di

dalam seloki dia mencium bau lain yang aneh. Hati tokoh silat ini bercuriga dan sepasang matanya 

memandang ke ujung meja dimana saat itu penulis ayan  Siluman tengah mengangkat seloki tuak perlahan-

lahan ke bibirnya. Sepasang mata mereka berperang pandang.

Sepuluh Jari Kematian turunkan seloki yang dipegangnya.

“Ada apa, Sepuluh Jari Kematian?” tanya penulis ayan  Siluman. Nada suaranya berubah lain.

“penulis ayan , aku tak dapat menerima kehormatanmu untuk minum bersama.Sebenarnya aku ada 

urusan lain yang sangat penting. Aku minta diri, harap dimaafkan.”

Tapi sebelum Sepuluh Jari Kematian berdiri, penulis ayan  Siluman telah tegak lebih cepat. Kedua 

bola matanya membesar dan menyorot.

“Sepuluh Jari Kematian!” sentaknya. “Kau anggap aku ini siapakah?! Ini adalah satu 

penghinaan besar bagiku.”

“Tak ada maksudku untuk menghina demikian, penulis ayan ....”

“Kenapa tuak itu tidak kau minum? Pasti kau mempunyai pikiran yang bukan-bukan 

terhadapku!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Mulut Sepuluh Jari kematian terkunci rapat-rapat. Hatinya tergetar melihat pandangan yang 

mengerikan dari sang penulis ayan .

“penulis ayan  Siluman, kuharap kau tidak melupakan hubungan baik kita sebagai dua sahabat sejak 

dulu,” berkata pada akhirnya tokoh kawakan itu.

“Justru karena mengingat hubungan baik kitalah aku mengundangmu ke sini! Dan kini kau 

menaruh prasangka yang bukan-bukan terhadapku. Menghinaku! Apa kau kira tuak harum itu 

beracun hingga kau tidak bernyali meminumnya? Jawab!”

Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala perlahan-lahan.

“Kalau tuak itu beracun, aku akan mati duluan!” ujar penulis ayan  Siluman. Habis berkata begini, 

gadis jelita ini teguk tuak dalam seloki sampai habis. Seloki emas dibantingkannya ke atas meja. 

Dia berteriak dengan suara keras marah. “Apakah kau lihat aku mati saat ini karena minum tuak 

itu?!”

Sepuluh Jari Kematian telan ludahnya. Perlahan-lahan seloki yang dipegangnya 

ditempelkannya ke bibirnya kembali. Tiga kati teguk saja lenyaplah semua tuak di dalam seloki ke 

dalam perutnya.

penulis ayan  Siluman duduk kembali ke kursinya. Dia memandang dengan tersenyum aneh pada 

Sepuluh Jari Kematian.

“Apakah tuak itu beracun?”

Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala. 

“Atau kau merasa ada kelainan di dirimu saat ini?”

Sepuluh Jari Kematian kembali gelengkan kepala meski saat itu sesungguhnya memang dia 

merasakan ada satu kelainan yang tak dimengertinya.

penulis ayan  Siluman tertawa mengekeh. Suara tertawa mengekeh yang sesungguhnya tak pantas 

kalau keluar dari seorang gadis jelita macam dia. Dan suara kekehan ini bernada yang 

mencurigakan bagi Sepuluh Jari Kematian. Hatinya mulai dirayapi kepastian bahwa penulis ayan  Siluman 

telah memasukkan racun jahat ke dalam minuman itu. Tapi yang mengherankannya penulis ayan  Siluman 

sendiri juga telah minum tuak itu, malah lebih dulu dari dia.

penulis ayan  Siluman berpaling pada pengiring di samping kanannya dan berkata. “Tambahkan 

tuak untuk tamu kita itu.”

“Terima kasih penulis ayan . Kurasa satu seloki sudah cukup,” jawab Sepuluh Jari Kematian. Saat 

itu semakin terasa adanya kelainan dalam tubuhnya.

“Sepuluh Jari Kematian,” berkata sang penulis ayan  dengan nada mengandung ancaman. 

“Pernahkah kau bercita-cita untuk merajai dunia persilatan?”

Sepuluh Jari Kematian memandang sebentar paras jelita di hadapannya. Setelah merenung 

beberapa ketika lamanya lalu anggukkan kepala dan menjawab. “Memang pernah penulis ayan . Tapi itu 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bukan satu hal yang mudah. Di dunia ini penuh dengan tokoh-tokoh silat sakti luar biasa. Kalau 

sekarang aku belum dapat merajai dunia persilatan, tapi delapan penjuru angin telah mengetahui 

siapa diriku. Dan itu merupakan hal lumayan.”

“Tepat sekali ucapanmu bahwa untuk merajai dunia persilatan bukan satu hal yang mudah. 

Tapi jika tahu caranya pasti dalam waktu yang singkat cita-cita itu bisa dilaksanakan!”

Sepuluh Jari Kematian berpikir-pikir, kira-kira apakah tujuan penulis ayan  Siluman mengajaknya 

bicara demikian. Dia juga memikirkan apa sebenarnya yang menjadi alasan gadis sakti itu tempo 

hari mengundangnya untuk datang ke Pulau Madura. Dalam dia berpikir-pikir itu penulis ayan  Siluman 

berkata pula.

“Kau tentunya punya cara sendiri. Aku juga punya cara sendiri. Dan aku yakin caraku itu

akan lebih berhasil dari padamu.”

Sang penulis ayan  tertawa mengekeh.

“Ketahuilah Sepuluh Jari Kematian, mulai hari ini kau kuambil sebagai pembantuku dalam 

melaksanakan cita-cita untuk merajai dunia persilatan....”

Sepuluh Jari Kematian kernyitkan kening.

“Pembantu macam manakah maksudmu, penulis ayan ?” tanya tokoh silat ini.

“Kau harus tunduk padaku dan turut perintah!”

Berubahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Dia seorang tokoh silat terkenal dan ditakuti di 

ujung timur Pulau Jawa kini disuruh tunduk dan ikut perintah. Benar-benar satu penghinaan besar 

yang menusuk hati dan tiada memandang muka serta nama besarnya. Kalau saja bukan berhadapan 

dengan penulis ayan  Siluman, pastilah saat itu tokoh silat ini sudah melabrak gadis itu.

“Mungkin ini satu hal yang tidak enak bagimu,” berkata lagi penulis ayan  Siluman. “Tapi ini sudah 

menjadi takdirmu, Sepuluh Jari Kematian! Kau musti tetap di sini bersama orang-orangku dan 

menjalankan segala apa yang kuperintahkan! Kau dengar...?!”

Sepuluh Jari Kematian menggeram dalam hatinya.

“Terima kasih atas kepercayaanmu serta hormatmu padaku. penulis ayan  Siluman. Namun kuharap 

kau bisa maklum. Manusia macamku ini tidak suka terikat, ingin hidup bebas dan malang melintang 

di delapan penjuru angin dunia persilatan. Kuharap kau tak usah gusar kalau aku terpaksa menolak 

permintaanmu itu. Apalagi aku orang buruk yang sudah tua renta ini. Tak ada guna dan untungnya 

mengambilku jadi pembantu....”

penulis ayan  Siluman tertawa.

“Kau pandai sekali merendahkan diri,” katanya. “Namun rupanya tak ada jalan lain bagimu. 

Kau harus tetap di sini, dan jadi pembantuku. Tenagamu sangat kuperlukan!”

“Mohon maaf penulis ayan . Aku tak bisa menerimanya....”

Bola-bola mata penulis ayan  Siluman menyorot.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Kuharap kau tahu di mana kau berada saat ini, Sepuluh Jari Kematian!”

Ucapan ini benar-benar menandakan ancaman bagi Sepuluh Jari Kematian. Dan dia mulai 

berpikir-pikir bahwa dalam waktu yang singkat akan terjadi perselisihan serta bentrokan antara dia 

dan penulis ayan  Siluman. Melihat kenyataan tadi bahwa penulis ayan  Siluman memiliki tenaga dalam yang luar 

biasa tingginya, Sepuluh Jari Kematian maklum bahwa bertempur dengan gadis itu sukar baginya 

untuk menang, apalagi dia saat itu berada pula di sarangnya sang penulis ayan , di mana terdapat belasan 

orang-orangnya penulis ayan  Siluman yang berkepandaian tinggi yang kehebatan mereka telah 

disaksikannya sendiri tadi.

“Kalau kau suka penulis ayan , aku bersedia carikan tokoh silat lain untukmu....”

“Aku bisa mencarinya sendiri!” sahut penulis ayan  Siluman pula. “Yang kuperlukan sekarang 

adalah kau!”

“Menyesal penulis ayan , aku....”

Kalimat Sepuluh Jari Kematian itu dipotong oleh ucapan keras penulis ayan  Siluman seraya 

menggebrak meja.

“Jadi kau berani membangkang terhadapku?!”

Sepuluh Jari Kematian coba tertawa. Jawabnya. “Sampai saat ini aku masih tetap mengingat 

hubungan baik kita. Sebelum aku minta diri, aku ucapkan terima kasih atas jamuanmu ini. Di

samping itu kuharap pula kau suka membebaskan kawanku Sepasang Arit Hitam yang telah 

ditawan oleh orang:-orangmu.”

Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya.

“Kau tetap berkeras kepala untuk menolak kemauanku?!'1

“Aku sama sekali tidak menolak, tapi belum bisa. Di lain hari mungkin baru aku bisa 

memenuhi keinginanmu....”

Berubahlah paras penulis ayan  Siluman. Perlahan-lahan dia berdiri dari kursinya. Mukanya 

mengelam Senyumnya lebih tepat kalau dikatakan seringai bengis.

“Baik Sepuluh Jari Kematian, kau boleh pergi. Bahkan Sepasang Arit Hitam boleh kau bawa 

serta. Tapi....” penulis ayan  Siluman tak meneruskan kata-katanya. Dia memandang tepat-tepat pada tokoh 

silat tua di hadapannya itu lalu pecahlah suara tertawanya di ruangan putih itu.

Sepuluh Jari Kematian merasa tak enak. Kemudian cepat-cepat dia membalik dan menuju ke 

pintu. Sebelum pintu itu sempat dibukanya, di belakangnya didengarnya suara penulis ayan  Siluman.

“Sebelum kau pergi masih ada satu hal yang rasanya perlu kuberitahukan, Sepuluh Jari 

Kematian!”

Sambil memegang daun pintu, Sepuluh Jari Kematian palingkan kepala.

“Nyawamu cuma tinggal cuma satu minggu saja Sepuluh Jari Kematian!” Dan penulis ayan  

Siluman tertawa lagi panjang-panjang seperti tadi.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Apa maksudmu?!” tanya Sepuluh Jari Kematian dengan muka membesi.

“Apakah kau tuli kalau kukatakan bahwa nyawamu tinggal cuma satu minggu lagi?! Lewat 

satu minggu ususmu akan hancur, perutmu akan meloek dan seluruh isi perutmu akan berbusaian 

akibat racun yang telah kau teguk bersama tuak tadi!”

Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian.

“Tapi kau sendiri juga telah meminumnya” buka suara tokoh silat itu.

penulis ayan  Siluman tertawa lagi. “Aku memang telah meminumnya. Tapi aku tak akan mampus 

macam kau! Dalam seloki itu, pelayanku telah memasukkan sejenis bubuk yang mematikan racun 

yang ada di dalam tuak!”

Maka marahlah Sepuluh Jari Kematian.

“Perempuan laknat!” teriaknya menggeledek. “Sebelum aku mampus, kau akan kubikin 

minggat ke neraka lebih dulu!”

penulis ayan  Siluman tertawa mengumandang.

“Tua bangka tak tahu diri! Kau andalkan apakah berani melawan kekuasaan penulis ayan  

Siluman?!” bentak penulis ayan  Siluman.

“Aku andalkan ini perempuan iblis!” sahut Sepuluh Jari Kematian. Dan serentak dengan itu 

lima jari-jari tangan kanannya dijentikkan ke muka.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

7

Begitu lima jari menjentik maka lima larik sinar hitam yang menggidikkan menderu dengan 

amat panasnya ke arah lima bagian tubuh penulis ayan  Siluman.

Yang diserang keluarkan suara mendengus yang disusul dengan bentakan nyaring. “Tua 

bangka edan! Apakah tidak tahu tingginya gunung dalamnya lautan?!”

Tubuh penulis ayan  Siluman kelihatan bergerak. Gerakan yang dibuatnya ini cepat luar biasa, 

benar-benar laksana siluman berkelebat. Detik itu pula tubuhnya lenyap dari hadapan Sepuluh Jari 

Kematian. Lima larik sinar hitam yang menyerangnya menderu menghantam dinding ruangan. 

Ruangan itu bergoncang seperti dilanda lindu. Dinding yang putih di sebelah sana kelihatan hitam 

hangus dan mengeluarkan kepulan asap.

Dua orang pengiring penulis ayan  Siluman yang ada di ruangan itu berseru nyaring dan berkelebat 

cepat.

“penulis ayan !” teriak salah seorang dari mereka. “Bangsat tua hina dina ini biar kami yang 

bereskan!”

“Kalian tetap di tempat!” perintah penulis ayan  Siluman. Tubuhnya melesat laksana kilat dan tahu-

tahu dua jari tangan kanannya menotok ke urat besar di pangkal leher sebelah kiri Sepuluh Jari 

Kematian. Demikian cepatnya totokan ini sehingga tokoh silat tua itu tak sempat menangkis atau 

pun menghindar selamatkan lehernya. Satu-satunya jalan ialah mengalirkan dengan cepat seluruh 

tenaga dalamnya ke bagian pangkal leher itu untuk menolak totokan. Namun karena tenaga dalam 

Sepuluh Jari Kematian berada jauh di bawah penulis ayan  Siluman, maka ketika totokan itu mendarat di 

pangkal lehernya, dengan serta merta se