tahu siapa kami! Delapan penjuru
angin dunia persilatan mulai beberapa waktu yang lalu adalah di bawah kekuasaan penulis ayan Siluman!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya penulis ayan Siluman?” tanya Sepasang Arit Hitam.
“Sudah tahu kenapa berlagak pikun?!” sentak salah seorang kawan Nariti.
Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk.
“Untung kalian lekas beritahu siapa kalian,” katanya. “Kalau tidak hampir saja aku salah
turun tangan!”
Nariti sunggingkan senyum mengejek.
“Setelah tahu siapa kami apakah kalian bertiga tidak mau turut apa yang kami katakan...?”
Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk lagi. “Sebetulnya kami masih belum jelas apakah yang
kalian mau....” ujarnya.
Nariti menjawab. “Pemuda yang melingkar di tanah itu serahkan pada kami dan kalian
bertiga ikut ke Istana penulis ayan Siluman!”
Sepuluh Jari Kematian hela nafas panjang. “Tak mungkin!” katanya.
“Bakul kentut! Apa yang tidak mungkin!” bentak Nariti.
Mendengar makian bakul kentut itu bobo anak manusia terkejut. Dia ingat akan pertempurannya
dengan si nenek muka keriput sebelumnya. Si nenek telah memakinya dengan ucapan itu. Apakah si
nenek bukannya gadis jelita ini, pikir bobo . Sementara itu dia menunggu kesempatan yang sebaik-
baiknya untuk melakukan sesuatu yang dirasakannya paling baik.
“Tak mungkin!” mengulang Sepuluh Jari Kematian. “Pemuda bangsat ini punya hutang jiwa
terhadapku! Dia telah membunuh muridku!”
“Di samping itu,” menimpali Si Telinga Arit Sakti. “Antara aku dan dia terdapat dendam
kesumat yang belum terselesaikan!” .
“Perduli dengan hutang nyawa! Persetan dengan segala dendam kesumat! Apakah di Pulau
Madura ini ada bangsa kwaci yang berani menantang perintah penulis ayan Siluman dari Istana Bukit
Tunggul?!”
Marahlah Sepasang Arit Hitam karena dirinya dicap “bangsa kwaci” itu. Dia mendengus
dan buka suara. “Kau terlalu pongah mengumbar mulut seenaknya, mencap aku dan dua kawanku
manusia-manusia bangsa kwaci! Kau kira dunia persilatan ini kau dan penulis ayan mu itukah yang
menguasainya?! Apa kau yang masih pitit hijau ini masih belum pernah mendengar nama gelarku,
Sepasang Arit Hitam? Belum pernah tahu gelar muridku, Si Telinga Arit Sakti?! Juga memandang
rendah pada Sepuluh Jari Kematian yang merupakan tokoh ternama dirimba persilatan?!”
Nariti tertawa panjang.
“Gelar kalian memang hebat-hebat, menyeramkan! Tapi bagi kami orang-orangnya penulis ayan
Siluman itu bukan apa-apa! Katakan saja apakah kau bertiga bersedia ikut atau mati di tempat ini
sekarang juga?!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Sepasang Arit Hitam renggangkan kedua kaki. Matanya yang cuma satu menyorot marah.
Namun dengan ilmu menyusupkan suara Sepuluh Jari Kematian segera memberi kisikan. “Jangan
teruskan niatmu, Sepasang Arit Hitam. Gadis-gadis ini rata-rata berkepandaian tinggi. Meskipun
kau sanggup kalahkan mereka tapi kita tak bakal bisa ke luar dari pulau ini dengan selamat!”
“Kalau kau mau dicap manusia kwaci mentah, biarlah! Jangan perduli aku!” bentak
Sepasang Arit Hitam. Dia berpaling pada Nariti. “Apakah kau akan maju sendirian atau sekali
berempat?!”
“Hem... jadi ini contoh manusianya yang minta cepat-cepat mampus?!” menyahuti Nariti.
“Tikus tua renta bermata picak mau jual tampang di sarang macan?!” Nariti dan ketiga kawannya
tertawa gelak-gelak.
Sepasang Arit Hitam berkobar amarahnya. Dia maju dengan cepat. Tapi muridnya Si
Telinga Arit Sakti mendahului.
“Guru, biar aku yang kasih pelajaran pada gadis ingusan bermulut besar ini!” kata Telinga
Arit Sakti.
“Bereskan dia dalam tiga jurus!” perintah Sepasang Arit Hitam.
Si Telinga Arit Sakti keluarkan senjatanya yaitu sebilah arit. Semua orang yang ada di situ
boleh dikatakan telah melupakan bobo anak manusia . Pada saat Si Telinga Arit Sakti menyerbu ke depan
dengan satu sambaran dahsyat ke arah leher Nariti maka Pendekar 10000 an bobo anak manusia melompat dari
tanah seraya berseru. “Kalian bertempurlah sampai mampus! Lain kesempatan kita bertemu lagi!”
“Kawan-kawan! Kejar pemuda itu!” teriak Nariti sambil mengelakkan serangan Telinga Arit
Sakti. Tiga kawannya melompat ke muka, tapi bobo anak manusia sudah lenyap.
Kemarahan Nariti tertumpah bulat-bulat pada Telinga Arit Sakti dan Sepasang Arit Hitam.
Berserulah dia. “Kawan-kawan, tangkap hidup-hidup perempuan tua mata picak itu!”
Ketiga gadis yang tadi melompat mengejar bobo berbalik dan kini mengurung Sepasang
Arit Hitam.
“Bagus, kalian majulah sekali bertiga biar cepat kumusnahkan!” teriak Sepasang Arit Hitam.
Serentak dengan itu dia keluarkan sepasang arit hitam yang memancarkan warna menggidikkan.
Di lain pihak tiga orang anak buah penulis ayan Siluman keluarkan tiga buah jala berbentuk aneh.
Jala ini besarnya hanya segumpalan tangan, terbuat dari sutera halus berwarna biru. Ketiganya
memencar mengurung Sepasang Arit Hitam.
Didahului dengan pekik yang dahsyat Sepasang Arit Hitam menyerbu dan bagaikan enam
serangan arit kepada tiga orang lawannya. Warna hitam dari kedua senjatanya menderu mengerikan.
Memaklumi dua buah arit di tangan lawan adalah senjata-senjata mustika sakti, tiga orang
anak buah penulis ayan Siluman tiada berani membuat jurus adu kekuatan. Mereka menyurut beberapa
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
langkah ke belakang, begitu sepasang arit lewat maka ketiganya menyerbu ke muka. Secepat kilat
tebarkan jala sutera biru.
Sepasang Arit Hitam sewaktu melihat tiga tebaran warna biru menyungkupi bagian atas
tubuhnya dengan cepat merunduk dan sepasang senjatanya kini menderu ke arah lengan-lengan tiga
orang anak buah penulis ayan Siluman dari Bukit Tunggul. Tapi serangannya yang kedua ini kembali
mengenai tempat kosong karena dengan sebat tiga gadis baju biru tarik lengan serta jalanya untuk
kemudian menyerang lagi dengan tebaran jala ke arah pinggang dan kaki Sepasang Arit Hitam.
Naiklah amarah Sepasang Arit Hitam. Tiga gadis anak buah penulis ayan Siluman itu ternyata tidak
mudah baginya untuk merubuhkan. Dia melompat ke udara setinggi empat tombak dan babatkan
arit di tangan kanan ke arah tiga buah jala sedang arit di tangan kiri disapukan dengan ganas pada
kepala ketiga gadis yang mengeroyoknya.
Tiga gadis melengking keras. Tubuh mereka lenyap dan tahu-tahu Sepasang Arit Hitam
merasakan bagaimana salah satu dari jala sutera lawan telah menjirat arit di tangan kanannya.
Betapapun dia coba untuk menariknya dengan sekuat tenaga namun tak berhasil. Dia terpaksa
serahkan arit yang satu itu kepada lawan untuk menyelamatkan lengannya dari sambaran dua jala
sutera lainnya.
Ketiga gadis tertawa mengejek.
Seorang di antara mereka berkata. “Inikah nenek-nenek sakti tokoh dunia persilatan terkenal
yang bergelar Sepasang Arit Hitam itu? Huah! Nyatanya tak lebih dari bangsa kurcaci saja!”
Bola mata kiri Sepasang Arit Hitam kelihatan seperti berapi-api sedang mata kanannya yang
berlobang besar tampak tambah cekung menggidikkan.
Perempuan tua ini pindahkan arit yang di tangan kirinya ke tangan kanan.
“Gadis-gadis keparat! Kenalkah kalian akan jurus lain?!”
Tiga orang anak buah penulis ayan Siluman sunggingkan senyum mengejek. Tapi karena ingin tahu
mereka menunggu dan memperhatikan. Sepasang Arit Hitam berdiri dengan kaki merenggang.
Tangan kiri diangkat tinggi-tinggi agak ke belakang kepala sedang arit di tangan kanan diacungkan
lurus-lurus ke muka. Kelihatannya acungan arit itu merupakan bulan-bulanan serangan yang empuk,
namun jika seorang coba menyerang maka secepat kilat tangan kiri akan memukul ke muka, arit
berkiblat dan kaki kiri menendang. Jika tiga serangan ini masih gagal maka dengan menjejakkan
kaki kanan ke bumi, Sepasang Arit Hitam akan sanggup lancarkan serangan susulan yang lebih
ganas dari yang pertama tadi.
Karena memang tidak mengenali jurus apa yang bakal dikeluarkan si nenek, namun melihat
sikap dan tampang si nenek yang demikian menggidikkan, tiga gadis itu diam-diam memaklumi
bahwa lawan mereka hendak mengeluarkan satu jurus serangan yang dahsyat. Karenanya ketiga
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
gadis ini bersiap siaga. Bagi pihak mereka sendiri jika lawan mereka itu salah-salah langkah dalam
lancarkan serangan akan segera pula menjadi mangsa mereka.
Sementara itu pertempuran antara Nariti dan Si Telinga Arit Sakti berjalan sangat seru.
Telinga Arit Sakti kirimkan jurus-jurus yang mematikan. Aritnya yang putih mengeluarkan sinar
bergulung-gulung melanda ke arah Nariti. Namun Nariti sendiri bukanlah seorang lawan jenis
murahan. Tubuhnya hampir lenyap dari pemandangan, cuma bayangan warna biru pakaiannya saja
yang kelihatan berkelebat kian kemari.
Mendadak sontak terdengar pekik menggidikkan keluar dari mulut Nariti.
Belum habis pekik itu menyusul lengkingan Si Telinga Arit Sakti. Senjatanya kelihatan
mental ke udara. Satu tangan menyambar senjata itu. Dan sekejap kemudian arit putih itu menderu
laksana kilat ke arah batang leher pemiliknya sendiri.
“Tahan!” teriak Sepuluh Jari Kematian yang menyaksikan bagaimana Si Telinga Arit Sakti
tiada sanggup mengelakkan serangan maut itu.
Tapi mana Nariti mau ambil perduli teriakan tokoh silat itu. Arit di tangannya terus menderu
dan “Cras!” Putuslah leher Telinga Arit Sakti. Tubuh dan kepala terpisah. Darah menyembur
mengerikan.
Sepasang Arit Hitam pelototkan mata kirinya besar-besar sewaktu di hadapannya
menggelinding kepala muridnya sendiri. Dari tenggorokannya keluar suara mengaum macam
harimau lapar dan sekejap kemudian tubuhnya pun berkelebat ke muka, lancarkan satu jurus
serangan yang sejak tadi disiapkannya yaitu jurus “Tiga Naga Mengamuk Di Atas Air Laut”.
Jurus ini memang bukan olah-olah dahsyat dan ganasnya. Arit di tangan kanan menderu
berputar-putar macam kepala seekor naga. Tangan kiri memukul ke depan laksana kepala naga
mematuk sedang kaki kiri menyapu laksana ekor naga mematil. Debu dan pasir jalanan beterbangan,
daun-daun pohon bergetar dan banyak yang gugur karena untuk lancarkan jurus hebat itu Sepasang
Arit Hitam kerahkan seluruh bagian tenaga dalamnya.
Tiga anak buah penulis ayan Siluman dari Bukit Tunggul tidak tinggal diam. Masing-masing
mereka berteriak nyaring dan tangan kiri dipukulkan ke depan. Tiga larik sinar biru kelihatan
dengan ganas memapas jurus “Tiga Naga Mengamuk Di Atas Air Laut” dari Sepasang Arit Sakti itu.
“Tobat! Tobat!” seru Sepuluh Jari Kematian seraya pukul-pukul keningnya sendiri. “Demi
setan hentikan pertempuran ini! Kalau tidak kalian sama saja dengan bunuh diri!”
“Bakul kentut!” semprot Nariti. “Kau tak usah jual bacot! Jangan campuri urusan yang tak
ada sangkut pautnya dengan dirimu!”
Rahang-rahang Sepuluh Jari Kematian kelihatan menonjol. Kedua tangannya mengepal.
“Gadis....” desisnya, “Kalau tidak memandang muka penulis ayan mu, aku tak akan terima ucapanmu itu!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Nariti tertawa dingin dan mengejek. “Kalau kau punya nyali, silahkan masuk ke dalam kalangan
pertempuran!” kata gadis itu seraya goyangkan kepalanya ke arah pertempuran yang berlangsung.
Sepuluh Jari Kematian hendak buka mulut namun di saat itu terdengar pekikan salah
seorang dari tiga gadis pengeroyok sepasang Arit Hitam. Tubuh gadis ini mental dan lengannya
sebelah kanan patah di makan tendangan kaki kiri sepasang Arit Hitam. Meski dapat mencelakakan
salah seorang pengeroyoknya namun nenek-nenek sakti ini tiada sanggup mengelitkan libatan jala
sutera biru salah seorang lawan lainnya pada kaki kirinya yang tadi menendang. Dalam dia bergulat
untuk membebaskan kaki kiri itu, jala kedua menderu melibat bagian tubuhnya mulai dari dada
sampai ke kepala. Betapapun tokoh silat ini bergulat untuk membebaskan diri namun sia-sia belaka.
Jala yang terbuat dari sutera halus biru itu mempunyai kekuatan yang hebat sekali. Sepasang Arit
Hitam menggerung, jatuhkan diri ke tanah dan berguling dalam masih berusaha membebaskan diri.
Gulingan tubuhnya terhenti sewaktu Nariti injakkan kaki kanannya di perut tokoh silat tua
itu.
“Tak satu kekuatan pun yang sanggup melepaskan jiratan jala itu!” kata Nariti dengan nada
bengis. Sekali kakinya menendang maka pingsanlah Sepasang Arit Hitam.
“Kau keterlaluan!” teriak Sepuluh Jari Kematian marah sekali.
Nariti tertawa dingin dan menjawab. “Terhadapmu aku bisa berlaku lebih keterlaluan lagi,
kakek-kakek bakul kentut!”
“Tutup mulutmu setan alas!” damprat Sepuluh Jari Kematian.
Nariti mengekeh. Meski wajahnya jelita, tapi mimiknya waktu mengekeh itu menyeramkan
sekali.
“Orang tua bakul kentut sialan! Kalau saja penulis ayan kami tidak memerintahkan membawamu
hidup-hidup ke istananya niscaya tubuhmu sudah jadi bangkai saat ini!”
“Penghinaan dan kesombonganmu sudah lewat batas, gadis hijau! Di lain hari kelak kau
akan rasakan akibatnya!”
Nariti tertawa gelak-gelak. Tubuh Sepasang Arit Hitam dipanggulnya di bahu kiri kemudian
katanya pada Sepuluh Jari Kematian. “Ikuti kami! Sekali kau berbuat yang tidak kuinginkan, kau
akan menyesal sampai ke liang kubur!”
Meski kemarahan tidak tertahan lagi oleh tokoh silat yang namanya telah menggetarkan
dunia persilatan itu, namun mau tak mau, karena mengingat hubungan baiknya selama ini dengan
penulis ayan Siluman dan kedatangannya ke Pulau Madura itu justru atas undangan Sang penulis ayan maka
akhirnya Sepuluh Jari Kematian mengikuti juga keempat gadis itu dari belakang.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
5
bobo anak manusia si Pendekar 10000 an dari Gunung Gede duduk bersandar ke batang pohon yang
dikelilingi oleh semak belukar. Rimba belantara dimana dia berada sunyi senyap, berudara lembab
dan teduh dari teriknya sinar matahari. Rasa sakit pada tangan kanannya yang patah kini agak
berkurang. Dengan susah payah dia telah mengobati sendiri tangan yang patah itu dan
menopangnya dengan sebuah ranting kemudian dibubuhi dengan param yang dibuatnya dari akar-
akar pohon dan sejenis daun lalu dibungkusnya dengan sapu tangan. Cara mengobati seperti itu
dipelajarinya dari gurunya Eyang Sinto Gendeng sewaktu dia digembleng di puncak Gunung Gede.
Dalam waktu tiga hari bisa diharapkan lengan yang patah itu akan sembuh dan tulangnya bertaut
kembali.
Sambil duduk terperangah di bawah pohon besar dalam rimba belantara itu bobo
memandangi kaki kirinya yang hitam disambar pukulan Ilmu Jari Penghancur Sukma yang
dilepaskan oleh Sepuluh Jari Kematian. Meski dia tahu bahwa racun pukulan tersebut tidak akan
membahayakan dirinya karena tubuhnya kebal segala macam racun, namun yang mengherankan
sang pendekar ialah karena sampai saat itu dia masih belum sanggup untuk melenyapkan warna
hitam pada kulit kakinya itu. Dia telah menelan dua buah pil yang paling manjur khasiatnya juga
berkali-kali telah mengerahkan tenaga ke telapak tangan kiri untuk mengusap kaki yang hitam itu,
tapi hasilnya sia-sia belaka.
“Gila!” maki bobo . Kalau warna hitam itu tak bisa dilenyapkan pasti dia akan cacat seumur
hidup. Pendekar ini memaki lagi. Hatinya geram sekali terhadap Sepuluh Jari Kematian. Selama
turun gunung, puluhan musuh telah dihadapinya, berbagai ilmu silat kelas tinggi dan kesaktian-
kesaktian luar biasa telah dijumpainya. Namun belum pernah dia menerima nasib sial seperti di hari
itu. Kakinya hitam sedang lengannya patah. Disamping geram terhadap Sepuluh Jari Kematian,
Pendekar 10000 an juga geram pada Si Telinga Arit Sakti. Perempuan tua itulah yang telah menendang
lengan kanannya sehingga patah. Untuk kedua manusia itu bobo anak manusia bertekad akan
membalaskan sakit hatinya. bobo tidak tahu kalau sepergiannya tadi Si Telinga Arit Sakti telah
tewas di tangan anak buah penulis ayan Siluman. Kemudian bobo teringat pada empat orang gadis jelita
berpakaian biru-biru itu. Betulkah mereka orang-orangnya penulis ayan Siluman? Orang-orangnya penulis ayan
Siluman yang telah berbuat kejahatan dan kekejaman tiada tara, membunuh manusia-manusia tidak
berdosa, memusnahkan kampung-kampung? Betulkah gadis-gadis cantik jelita itu yang
melakukannya? Sungguh tak masuk di akal bahwa gadis-gadis semacam itu akan sanggup
melakukan kejahatan tanpa perikemanusiaan demikian rupa. Hal ini membuat makin besarnya tekad
bobo anak manusia untuk cepat-cepat mencari dan menemui penulis ayan Siluman itu. Jika anak-anak buahnya
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
demikian kejam dan jahat, tentu penulis ayan Siluman sendiri jauh dan jauh lebih kejam. Tapi untuk
mencari sarangnya penulis ayan Siluman dan membasmi kejahatannya bobo musti menunggu sekurang-
kurangnya tiga hari yaitu sampai tangannya yang patah sembuh.
Dalam dia berpikir-pikir itu mendadak sontak dari atas pohon memancur air putih kekuning-
kuningan yang tidak enak baunya. Air itu jatuh tepat membasahi kepala Pendekar 10000 an . Disaat itu
pula di atas pohon terdengar suara tertawa cekikikkan yang menggetarkan seluruh rimba belantara.
Suara cekikikkan itu tiada ubahnya laksana ringkikkan kuda di malam buta ketika melihat setan di
hadapannya!
“Bedebah!” maki Pendekar 10000 an seraya meloncat dan memandang ke atas pohon.
Sekelebatan dilihatnya satu bayangan putih!
Belum sempat bobo memperhatikan siapa adanya bayangan putih itu, bahkan belum sempat
dia meneliti paras makhluk itu, si bayangan putih lenyap laksana gaib. bobo kemudian merasakan
sekilas angin di mukanya. Pendekar ini pukulkan tangan kirinya ke depan. Tapi dia cuma memukul
tempat kosong, sesudah itu dia tertegun sendirian dengan penuh rasa heran dan juga sedikit ngeri.
Tak dapat diyakininya siapa adanya sosok bayangan putih tadi. Apakah manusia atau setan
atau dedemit penghuni rimba belantara itu. Gerakannya luar biasa cepat dan sebatnya. Begitu cepat
hingga bobo tak dapat meneliti siapa adanya bayangan putih itu. Dan cekikikkannya yang seperti
kuda meringkik itu.
Kuncuran air yang tadi jatuh di atas kepalanya kini turun ke kening. bobo menyeka kening
yang basah itu dengan belakang telapak tangan. Dia memaki tiada henti. Diperhatikannya telapak
tangan yang ditempeli air itu. Hidungnya menghirup bau yang tidak enak. Penasaran sekali bobo
dekatkan belakang telapak tangannya ke lobang hidung. Pendekar ini kernyitkan kening. Kemudian
terdengarlah makiannya.
“Keparat sialan! Aku dikencingi!”
bobo meludah ke tanah. Caci maki ke luar menyerapah dari mulutnya. Dengan beberapa
helai daun disekanya kening dan telapak tandannya.
“Manusia apa dedemit! Perlihatkan dirimu'“ teriak bobo . Rasa ngerinya tadi kini berubah
menjadi kemarahan. Seumur hidupnya baru kali itu dia dikencingi manusia. Mungkin di dunia ini,
cuma dia sendiri manusia yang dikencingi manusia. Tapi apa betul makhluk yang mengencinginya
itu seorang manusia? Bukannya setan atau dedemit?
“Keparat yang mengencingiku! Perlihatkan dirimu!” teriak bobo gemas.
Suaranya bergema dalam rimba belantara itu.
Tiba-tiba terdengar dari samping kanan suara tertawa mengikik macam tadi. Dengan serta
merta Pendekar 10000 an memburu ke arah itu. Sekilas masih sempat dilihatnya satu sosok bayangan
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
putih samar-samar karena bayangan itu bergerak luar biasa cepatnya. Tanpa pikir panjang bobo
anak manusia gerakkan tangan kirinya lepaskan pukulan “Kunyuk Melempar Buah”.
Semak belukar berpelantingan, sebuah pohon patah dilanda pukulan itu. Tapi si bayangan
putih sudah lenyap dari pemandangan.
“Sialan betul!” gerutu bobo . Dia melompat ke arah lenyapnya bayangan itu lalu melesat ke
sebuah pohon besar yang tinggi dari mana dia bisa melihat dengan jelas seantero rimba belantara.
Namun si bayangan putih tetap tiada kelihatan seakan-akan sirna ditelan bumi.
Dengan kertakkan geraham bobo anak manusia turun dari pohon itu. Mungkin sekali si bayangan
putih tadi adalah penulis ayan Siluman. Tapi mengapa sang penulis ayan sengaja mempermainkan sedang dia
telah mengutus empat orang anak buahnya untuk menangkapnya.
“Gila!” gerendeng Pendekar 10000 an . Belum pernah dia berhadapan dengan peristiwa begini
rupa. Kemudian bila hidungnya sudah tak sanggup lagi menghirup bau pesing kencing yang
membasahi kepalanya pendekar ini segera tinggalkan tempat itu untuk mencari kali atau telaga guna
mencuci kepalanya. Sewaktu dia melewati pohon besar tempat dia duduk tadi tanpa sengaja kedua
matanya memperhatikan batang pohon itu. Bukan main terkejutnya bobo anak manusia sewaktu
menyaksikan serentetan tulisan putih pada batang pohon besar itu.
“Ini lebih gila lagi!” kata bobo . Dia melompat ke hadapan pohon dan meneliti apa yang
tertulis di situ.
Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi.
Manusia berilmu berpikir pendek berotak dangkal.
Punya senjata dilupakan.
Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki.
Hanya tujuh warna pelangi yang abadi.
bobo tak dapat memastikan dengan apa tulisan putih itu dibuat. Cuma dia yakin bahwa yang
menulisnya pastilah si bayangan putih tadi. Untuk beberapa lamanya dia masih berdiri di hadapan
pohon itu merenung dan memikirkan apa arti serta tujuan rentetan tulisan itu. Namun tiada sanggup
otaknya memecahkan. Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi. bobo tahu akan
kebenaran tulisan tersebut. Lalu: Manusia berilmu berpikir pendek berotak dangkal. Siapakah
manusia yang dimaksudkan dalam rentetan tulisan yang kedua ini? Apakah tulisan itu ditujukan
kepadanya? Punya senjata dilupakan. Hati Pendekar 10000 an tercekat sedikit. Di balik pakaiannya
tersembunyi barbel Maut pemusnah 10000 an . Apakah senjata ini yang dimaksudkan oleh penggurat
tulisan pada batang pohon itu? Senjata itu selalu ada di tubuhnya dan tak pernah dilupakannya.
bobo membaca rentetan tulisan yang keempat: Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki.
Tentu saja adalah keterlaluan kalau barbel Maut pemusnah 10000 an dipakai untuk menebang kayu.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Tapi untuk menebas kaki lawan, sudah beberapa kali dilakukan bobo dalam pertempuran-
pertempurannya. Kaki siapakah yang dimaksudkan oleh tulisan itu?!
bobo menepekur dan putar otak. Pandangannya membentur kaki kirinya. Tersentaklah
pendekar ini. Mungkin kakiku yang hitam ini yang dimaksud, pikirnya. Lalu diperhatikannya
rentetan tulisan yang terakhir. Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. Hanya tujuh warna pelangi...
bobo garuk-garuk kepalanya. Karena kepalanya yang basah oleh air kencing itu belum dibersihkan
maka dengan sendirinya kembali tangannya menjadi basah dan bau karena menggaruk itu. Dan
bobo menyerapah lagi.
Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. bobo mengulang. Berarti selain warna pelangi, tak
ada warna yang abadi. Sekali lagi bobo memandang ke kaki kirinya berwarna hitam, dan warna
hitam itu bukan warna pelangi, jadi tidak abadi. Berarti bisa sirna bisa dilenyapkan. Tapi bagaimana
caranya?!
Untuk kesekian kalinya bobo membaca lagi rentetan demi rentetan tulisan di kulit pohon.
Tiba-tiba dipukulnya keningnya sendiri.
“Memang aku yang geblek!” katanya. Lalu cepat-cepat dikeluarkannya barbel Naga Geni
10000 an . Ditimang-timangnya senjata itu beberapa lama. Dan bobo menggerutu pula. Apa yang akan
dilakukannya dengan senjata itu? Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki. Hanya tujuh
warna pelangi yang abadi. Kini bobo jadi bingung kembali. Buncah otaknya. Hampir sepeminum
teh lamanya dia memutar otak memecahkan kalimat demi kalimat di batang pohon itu. Apa kini
yang harus dilakukannya? Perlahan-lahan bobo duduk kembali di bawah pohon itu. barbel Naga
Geni 10000 an diletakkannya di atas pangkuan paha kiri. Pada saat senjata itu me-
nyentuh pahanya maka detik itu pula dirasakannya satu hawa dingin menjalar dari mata barbel
ke dalam kakinya. Senjata mustika itu memberikan reaksi terhadap ketidakwajaran pada kaki
sang pendekar.
“Tolol! Betul-betul aku tolol!” bobo memaki dirinya sendiri. Diambilnya barbel itu kembali
dan ditempelkannya pada kaki kiri yang berwana hitam. Hawa dingin semakin santer dan detik
demi detik bobo anak manusia menyaksikan bagaimana kulit kakinya yang hitam kini berangsur-angsur
kembali kewarna seperti biasanya.
Ketika keseluruhan warna hitam itu lenyap, Pendekar 10000 an berseru gembira dan melompat
dari duduknya. Lupa dia pada kegeraman hatinya karena dikencingi tadi. bobo memandang
berkeliling dan berteriak. “Bayangan putih! Siapa pun kau adanya, aku haturkan terima kasih atas
petunjukmu!”
Begitu suara bobo lenyap maka terdengarlah suara cekikikkan macam ringkikkan kuda.
Suara itu dekat sekali di samping kanannya. Sang pendekar berpaling. Dia melompat dengan cepat
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
sewaktu melihat kelebatan bayangan putih di balik semak belukar. Dia kecewa karena ketika
sampai di rerumpunan semak-semak itu si bayangan sudah lenyap lagi.
bobo geleng-gelengkan kepala. Betul-betul luar biasa gerakan makhluk itu. Ilmu apakah
yang dimiliki si bayangan putih? bobo tahu, seseorang yang memiliki ilmu mengentengi tubuh yang
bagaimana pun tingginya seseorang yang memiliki ilmu lain yang bagaimana cepatnya, tak akan
mungkin akan bisa berkelebat dan lenyap secepat itu. Cuma setan dan bangsa jin yang sanggup
berbuat seperti itu.
Meski agak kecewa tak dapat mengejar si bayangan putih namun bobo gembira juga karena
warna hitam pada kaki kirinya telah lenyap. Dimasukkannya barbel pemusnah 10000 an ke balik
pakaiannya kembali. Betul-betul dia telah berbuat tolol, berpikir pendek berotak dangkal,
melupakan senjata itu. Padahal sewaktu di puncak Gunung Gede gurunya pernah menerangkan
bahwa barbel sakti itu bukan saja bisa dipergunakan sebagai senjata hebat, tapi juga bisa mengobati
dan menyedot segala macam racun jahat yang mengindap di tubuh manusia baik bagian luar
maupun bagian dalam.
bobo angsurkan kaki kirinya ke depan untuk memperhatikan kaki itu kembali. Disaat itulah
matanya melihat lagi serentetan tulisan. Kali ini di tanah di hadapannya.
Kalau mau tahu tingginya langit dalamnya lautan.
Pada purnama empat belas hari
Datanglah ke Goa Belerang.
“Pastilah Si bayangan putih itu yang menulisnya,” kata bobo dalam hati. Nyatnya dunia ini
bukan saja penuh dengan kekejaman dan kejahatan, tapi juga penuh keanehan.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
6
Suara petikan kecapi terhenti sewaktu pintu kamar diketuk dari luar.
“Masuk!” kata penulis ayan Siluman. Kepalanya dipalingkan ke pintu yang terbuka. Nariti masuk.
Gadis ini menjura tiga kali di hadapan sang penulis ayan . Inani gadis pemetik kecapi berdiri dan
meninggalkan kamar itu.
“Kau berhasil?” tanya penulis ayan Siluman begitu dia tinggalkan berdua dengan Nariti.
“Aku dan kawan-kawan mohon ampunmu, penulis ayan ,” berkata Nariti.
“Hah?! Jadi kalian tak berhasil menangkap pemuda itu?” penulis ayan Siluman bangkit dari
pelaminannya. Matanya membeliak besar dan memandang lekat-lekat pada Nariti.
“Sebenarnya kami akan berhasil penulis ayan . Tapi....”
“Tapi apa?!” sentak penulis ayan Siluman.
“Manusia-manusia itu mengacaukan tugas kami hingga si pemuda lolos!”
“Manusia-manusia siapa maksudmu?!” bertanya penulis ayan Siluman sambil sandarkan punggung
ke bantal besar di belakangnya.
“Sepasang Arit Hitam dan muridnya Si Telinga Arit Sakti serta Sepuluh Jari Kematian,”
jawab Nariti. Lalu dia memberi penuturan atas apa yang telah terjadi. “Si Telinga Arit Sakti yang
berani menantang kekuasaanmu, telah kami penggal batang lehernya! Sepasang Arit Hitam kami
tawan hidup-hidup dan Sepuluh Jari Kematian ikut bersama kami. Mereka berdua kini berada di
ruang merah.”
“Sepasang Arit Hitam pindahkan ke ruang gelap. Sepuluh Jari Kematian bawa ke ruang
putih!”
“Baik penulis ayan ,” Nariti hendak menjura siap untuk tinggalkan kamar itu.
“Tunggu dulu!”
Suara penulis ayan Siluman keras dan lantang menggetarkan hati Nariti. Dia membalik dengan
kecut.
“Ternyata apa yang menjadi tugas utamamu tidak kau laksanakan dengan baik! Kau musti
terima hukuman!”
Pucatlah paras Nariti.
“Tapi penulis ayan , aku sudah jelaskan semua pada kau. Tiga manusia itu mengacaukan tugasku
dan kawan-kawan. Bahkan....”
“Aku tidak perduli!” potong penulis ayan Siluman. Dia bertepuk satu kali. Lima gadis berbaju biru
masuk ke kamar itu melalui sebuah pintu rahasia. Kelimanya menjura.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Siap menunggu perintahmu, penulis ayan .” kata gadis baju biru paling depan. Nariti memandang
kepada mereka ini dan tahu bahwa mereka adalah anak-anak buah penulis ayan Siluman yang diberi
jabatan sebagai petugas penghukum.
“Seret dia ke ruang hitam! Sekap satu hari satu malam!”
“Perintah segera dilaksanakan penulis ayan !” Lima gadis itu kemudian melangkah cepat ke
hadapan Nariti. Menggigillah tubuh Nariti. Ruangan hitam adalah ruangan hukuman yang paling
ditakuti oleh seluruh penghuni Istana penulis ayan Siluman. Ruangan ini khusus disediakan untuk mereka
yang membuat kesalahan atau melalaikan tugas. Ruangan hitam merupakan sebuah ruangan sempit
dan gelap luar biasa, tangan di depan mata pun tidak kelihatan. Seseorang yang dijebloskan di sana
akan merasakan hawa panas ke luar dari empat dinding sempit di sekelilingnya sedang dari langit-
langit dan lantai ruangan mendera hawa dingin luar biasa. Hawa panas membuat tubuh hangus
melepuh sedang hawa dingin membuat kaki dan muka kaku tegang.
Nariti pernah menyaksikan keadaan seorang kawannya yang keluar dari ruang penyiksaan
itu. Tubuhnya hitam legam, kakinya tak sanggup berdiri sedang parasnya rusak. Selama satu
minggu dia diserang demam panas dingin, keadaannya antara hidup dan mati, mengigau siang
malam tiada henti. Dua bulan kemudian baru penderitaan akibat hukuman itu lenyap dan parasnya
berangsur-angsur baik kembali sedang kulit tubuhnya yang hitam berangsur-angsur mengelupas dan
kembali kebentuk-nya semula. Betapa mengerikannya. Dan kini dia Nariti sendiri yang akan
dijebloskan ke dalam ruangan hitam itu.
Beberapa pasang tangan memegang lengannya.
“penulis ayan ....” suara Nariti seperti tercekik dan sendat.
“Seret dia lekas!” bentak penulis ayan Siluman.
Maka kelima petugas itu segera membawa Nariti. Meskipun rasa takut memuncak
menyelubungi dirinya namun Nariti tak bisa berbuat apa-apa. Melawan berarti akan lebih celaka
lagi. Di dalam hati Nariti berkobar kebencian dan dendam kesumat terhadap bobo anak manusia . Gara-
gara Pendekar 10000 an itulah dia sampai mendapat hukuman.
Di dalam kamarnya penulis ayan Siluman memanggil Inani kembali. Kali ini tidak menyuruh gadis
itu memainkan kecapi.
“Inani, kau bersama beberapa orang kawan segera pindahkan Sepasang Arit Hitam ke ruang
gelap dan Sepuluh Jari Kematian bawa ke ruang putih.”
“Perintah segera kujalankan penulis ayan .” kata Inani. Gadis jelita ini menjura.
Sebelum Inani berlalu, penulis ayan Siluman memberi perintah lagi yaitu agar menyuruh Kemani
menghadap.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Bila Kemani datang maka penulis ayan Siluman memberi keterangan singkat tentang pemuda yang
dimaksudkan Nariti lalu memerintahkan agar Kemani bersama beberapa orang kawannya mencari
si pemuda sampai dapat.
“Sebelum kau berhasil menangkap hidup-hidup pemuda itu dan membawanya ke hadapanku,
jangan harap kau dan kawan-kawanmu diperbolehkan menginjak Istana ini kembali!”
Meski hati tergetar kecut namun Kemani mengangguk menjura.
Sementara itu di satu ruangan yang disebut ruangan putih....
Sepuluh Jari Kematian duduk di sebuah kursi di kepala meja. Dia memandang seputar
ruangan yang keseluruhan lantai, langit-langit dan dinding serta isinya berwarna putih bersih. Lima
orang gadis jelita telah membawanya ke dalam ruangan itu dan meninggalkannya seorang diri.
Kawannya yaitu Sepasang Arit Hitam entah dibawa ke mana oleh orang-orangnya penulis ayan Siluman.
Sambil terus memandang seantero ruangan, tokoh silat itu berpikir-pikir hal apa pula yang bakal
ditemuinya di tempat itu? Meski kehadirannya di Pulau Madura adalah atas undangan penulis ayan
Siluman, namun sesudah peristiwa pertempuran di jalan kecil tadi, bukan tidak mustahil dia akan
menemui nasib buruk pula. Dicobanya mempertenang hati dan menunggu.
Telinga Sepuluh Jari Kematian yang terlatih dan tajam mendengar suara benda bergeser.
Tiba-tiba dinding di hadapannya membuka ke samping dan kelihatanlah tiga manusia berpakaian
biru melangkah memasuki ruangan itu. Mereka bukan lain dari penulis ayan Siluman dan dua pengiringnya.
Langkah yang dibuat sang penulis ayan tetap berwibawa. Kepala mendongak ke atas dan air muka
yang jelita itu membayangkan pula sifat kekerasan kalau tak mau dikatakan kekejaman.
Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya dan menjura dalam.
“Aku merasa bersyukur dapat memenuhi undanganmu, penulis ayan Siluman. Ini merupakan satu
kehormatan besar darimu.”
penulis ayan Siluman naikkan hidung ke atas lalu menjawab. “Cuma sayang, sikap hormatku itu di-
balas dengan perbuatan sembrono hingga seorang yang hendak kutangkap berhasil meloloskan
diri!”
Muka Sepuluh Jari Kematian kelihatan merah. Dia berbatuk-batuk beberapa kali lalu berkata.
“Bukan maksudku untuk bertindak semborono. Anak-anak buahmu terlalu bersikap keras dan ikuti
kemauan sendiri.”
penulis ayan Siluman tertawa.
“Adakah cara yang lebih baik dari kekerasan dan mengikuti kemauan sendiri bagi seseorang
yang hendak menguasai dunia persilatan? Bagi seseorang yang hendak memegang kendali delapan
penjuru angin?!”
Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian. Jadi betul rupanya dugaan-dugaan bahwa penulis ayan Siluman
bermaksud hendak menguasai dunia persilatan dengan caranya sendiri yaitu menurut kehendak
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
hatinya, berbuat kejam dan membunuh manusia-manusia tiada berdosa hingga namanya menjadi
angker di kalangan rimba persilatan.
“Tentu saja kekerasan dan keteguhan hati sangat diperlukan penulis ayan !” berkata Sepuluh Jari
Kematian. “Apalagi bagi seorang yang punya maksud hendak merajai dunia persilatan.”
“Bagus kalau kau berpendapat demikian. Sekarang terangkan mengapa kau dan kawan-
kawan tidak mau menyerahkan pemuda itu sebagaimana yang diperintah oleh anak-anak buahku?!”
Sepuluh Jari Kematian hela nafas dalam.
“Anak-anak buahmu keliwat kesusu, penulis ayan ....”
“Hemm, begitu?! Lantas itu sebabnya kau bertindak ceroboh dan tidak memandang sebelah
mata padaku?!”
“Tidak begitu. penulis ayan ,” sahut Sepuluh Jari Kematian. “Pada saat itu aku dan kawan-kawan
tengah menempur habis-habisan pemuda itu. Kami sama-sama punya dendam kesumat terhadapnya.
Dia membunuh muridku... “
“Aku sudah tahu semua!” potong penulis ayan Siluman. “Kau tak usah cari dalih! Sebenarnya aku
punya rencana tertentu denganmu, tapi sesudah peristiwa itu terpaksa kubatalkan....”
“Harap penulis ayan tidak berpikir yang bukan-bukan terhadapku. Sampai saat ini aku masih
merupakan sahabat baikmu seperti dimasa-masa lalu....”
“Justru karena mengingat hubungan baik masa lalu aku tak sampai menjatuhkan hukuman
terhadapmu. Dalam waktu yang singkat kau akan meninggal.”
Seloki emas berisi tuak masih juga mengapung di hadapan Sepuluh Jari Kematian yang
mukanya sudah menjadi merah karena jengah.
Tiba-tiba penulis ayan Siluman keluarkan tertawa mengekeh dan disaat itu pula seloki tuak
bergerak perlahan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat ini segera memegangnya. Ketika
jari-jari tangannya menyentuh seloki itu, tuak di dalam seloki tumpah membasahi jari-jari tangan
dan alas meja. Benar-benar ketinggian tenaga dalam sang penulis ayan tak sanggup dijajaki oleh Sepuluh
Jari Kematian.
“Dalam waktu singkat pula kau harus angkat kaki dari Pulau Madura ini. Tapi sebelum pergi
aku masih mau berbuat baik, menjamumu mencicipi tuak harum!”
penulis ayan Siluman berpaling pada gadis baju biru di samping kanannya. Gadis ini bertepuk dua
kali. Dinding di belakang penulis ayan Siluman membuka. Seorang pelayan perempuan masuk membawa
sebuah baki. Di atas baki ini terletak sebuah poci dan dua buah seloki besar yang juga terbuat dari
emas. Tuak di dalam poci yang sangat harum segera dituang ke dalam kedua gelas itu. Selesai
menjalankan pekerjaannya si pelayan segera berlalu.
penulis ayan Siluman memegang salah sebuah seloki emas itu dan mengacungkannya ke hadapan
Sepuluh Jari Kematian yang duduk di kepala meja di seberangnya.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Silahkan menikmatinya,” kata penulis ayan Siluman pula. Dan habis berkata begitu seloki emas
itu dilepaskannya. Anehnya seloki itu tidak jatuh ke atas meja melainkan perlahan-lahan terbang ke
arah Sepuluh Jari Kematian. Nyatalah bahwa sang penulis ayan memiliki tenaga dalam yang luar biasa
hebatnya.
Sepuluh Jari Kematian tak berani menyambuti seloki berisi tuak itu secara biasa. Setelah
kerahkan setengah bagian dari tenaga dalamnya ke lengan kanan sampai ke ujung-ujung jari, baru
dia berani ulurkan tangan kanan untuk menyambuti seloki berisi tuak itu. Tapi sewaktu ujung-ujung
jari Sepuluh Jari Kematian hampir menyentuh seloki tersebut, anehnya benda ini menjauh sehingga
dia tak dapat memegangnya. Diam-diam Sepuluh Jari Kematian berjingkat sedikit dari kursi yang
didudukinya. Sekali lagi dia hampir menyentuh seloki tuak itu, sang seloki menjauh kembali.
Nyatalah bahwa dengan kekuatan tenaga dalamnya penulis ayan Siluman telah “mempermainkan” benda
itu.
Penuh penasaran Sepuluh Jari Kematian lipat gandakan tenaga dalamnya. Pertempuran
tenaga dalam terjadi secara diam-diam. penulis ayan Siluman kelihatan duduk di kursinya dengan tenang
dan sambil senyum-senyum. Sebaliknya Sepuluh Jari Kematian sudah keluarkan butir-butir keringat
dingin di keningnya. Tenaga dalam tokoh silat utama ini yang sudah mencapai puncak tertinggi dan
sempurna ternyata tak sanggup melayani kehebatan tenaga dalam yang luar biasa tingginya.
“Silahkan diminum tuak harum itu. Sepuluh Jari Kematian!” kata penulis ayan Siluman masih
senyum dan sambil menangkau seloki tuak yang terletak di meja di hadapannya.
Sepuluh Jari Kematian menyeka dulu mukanya yang keringatan baru menempelkan tepi
seloki ke bibirnya. Begitu seloki itu berada di bawah hidungnya, di antara keharuman bau tuak di
dalam seloki dia mencium bau lain yang aneh. Hati tokoh silat ini bercuriga dan sepasang matanya
memandang ke ujung meja dimana saat itu penulis ayan Siluman tengah mengangkat seloki tuak perlahan-
lahan ke bibirnya. Sepasang mata mereka berperang pandang.
Sepuluh Jari Kematian turunkan seloki yang dipegangnya.
“Ada apa, Sepuluh Jari Kematian?” tanya penulis ayan Siluman. Nada suaranya berubah lain.
“penulis ayan , aku tak dapat menerima kehormatanmu untuk minum bersama.Sebenarnya aku ada
urusan lain yang sangat penting. Aku minta diri, harap dimaafkan.”
Tapi sebelum Sepuluh Jari Kematian berdiri, penulis ayan Siluman telah tegak lebih cepat. Kedua
bola matanya membesar dan menyorot.
“Sepuluh Jari Kematian!” sentaknya. “Kau anggap aku ini siapakah?! Ini adalah satu
penghinaan besar bagiku.”
“Tak ada maksudku untuk menghina demikian, penulis ayan ....”
“Kenapa tuak itu tidak kau minum? Pasti kau mempunyai pikiran yang bukan-bukan
terhadapku!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Mulut Sepuluh Jari kematian terkunci rapat-rapat. Hatinya tergetar melihat pandangan yang
mengerikan dari sang penulis ayan .
“penulis ayan Siluman, kuharap kau tidak melupakan hubungan baik kita sebagai dua sahabat sejak
dulu,” berkata pada akhirnya tokoh kawakan itu.
“Justru karena mengingat hubungan baik kitalah aku mengundangmu ke sini! Dan kini kau
menaruh prasangka yang bukan-bukan terhadapku. Menghinaku! Apa kau kira tuak harum itu
beracun hingga kau tidak bernyali meminumnya? Jawab!”
Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala perlahan-lahan.
“Kalau tuak itu beracun, aku akan mati duluan!” ujar penulis ayan Siluman. Habis berkata begini,
gadis jelita ini teguk tuak dalam seloki sampai habis. Seloki emas dibantingkannya ke atas meja.
Dia berteriak dengan suara keras marah. “Apakah kau lihat aku mati saat ini karena minum tuak
itu?!”
Sepuluh Jari Kematian telan ludahnya. Perlahan-lahan seloki yang dipegangnya
ditempelkannya ke bibirnya kembali. Tiga kati teguk saja lenyaplah semua tuak di dalam seloki ke
dalam perutnya.
penulis ayan Siluman duduk kembali ke kursinya. Dia memandang dengan tersenyum aneh pada
Sepuluh Jari Kematian.
“Apakah tuak itu beracun?”
Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala.
“Atau kau merasa ada kelainan di dirimu saat ini?”
Sepuluh Jari Kematian kembali gelengkan kepala meski saat itu sesungguhnya memang dia
merasakan ada satu kelainan yang tak dimengertinya.
penulis ayan Siluman tertawa mengekeh. Suara tertawa mengekeh yang sesungguhnya tak pantas
kalau keluar dari seorang gadis jelita macam dia. Dan suara kekehan ini bernada yang
mencurigakan bagi Sepuluh Jari Kematian. Hatinya mulai dirayapi kepastian bahwa penulis ayan Siluman
telah memasukkan racun jahat ke dalam minuman itu. Tapi yang mengherankannya penulis ayan Siluman
sendiri juga telah minum tuak itu, malah lebih dulu dari dia.
penulis ayan Siluman berpaling pada pengiring di samping kanannya dan berkata. “Tambahkan
tuak untuk tamu kita itu.”
“Terima kasih penulis ayan . Kurasa satu seloki sudah cukup,” jawab Sepuluh Jari Kematian. Saat
itu semakin terasa adanya kelainan dalam tubuhnya.
“Sepuluh Jari Kematian,” berkata sang penulis ayan dengan nada mengandung ancaman.
“Pernahkah kau bercita-cita untuk merajai dunia persilatan?”
Sepuluh Jari Kematian memandang sebentar paras jelita di hadapannya. Setelah merenung
beberapa ketika lamanya lalu anggukkan kepala dan menjawab. “Memang pernah penulis ayan . Tapi itu
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bukan satu hal yang mudah. Di dunia ini penuh dengan tokoh-tokoh silat sakti luar biasa. Kalau
sekarang aku belum dapat merajai dunia persilatan, tapi delapan penjuru angin telah mengetahui
siapa diriku. Dan itu merupakan hal lumayan.”
“Tepat sekali ucapanmu bahwa untuk merajai dunia persilatan bukan satu hal yang mudah.
Tapi jika tahu caranya pasti dalam waktu yang singkat cita-cita itu bisa dilaksanakan!”
Sepuluh Jari Kematian berpikir-pikir, kira-kira apakah tujuan penulis ayan Siluman mengajaknya
bicara demikian. Dia juga memikirkan apa sebenarnya yang menjadi alasan gadis sakti itu tempo
hari mengundangnya untuk datang ke Pulau Madura. Dalam dia berpikir-pikir itu penulis ayan Siluman
berkata pula.
“Kau tentunya punya cara sendiri. Aku juga punya cara sendiri. Dan aku yakin caraku itu
akan lebih berhasil dari padamu.”
Sang penulis ayan tertawa mengekeh.
“Ketahuilah Sepuluh Jari Kematian, mulai hari ini kau kuambil sebagai pembantuku dalam
melaksanakan cita-cita untuk merajai dunia persilatan....”
Sepuluh Jari Kematian kernyitkan kening.
“Pembantu macam manakah maksudmu, penulis ayan ?” tanya tokoh silat ini.
“Kau harus tunduk padaku dan turut perintah!”
Berubahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Dia seorang tokoh silat terkenal dan ditakuti di
ujung timur Pulau Jawa kini disuruh tunduk dan ikut perintah. Benar-benar satu penghinaan besar
yang menusuk hati dan tiada memandang muka serta nama besarnya. Kalau saja bukan berhadapan
dengan penulis ayan Siluman, pastilah saat itu tokoh silat ini sudah melabrak gadis itu.
“Mungkin ini satu hal yang tidak enak bagimu,” berkata lagi penulis ayan Siluman. “Tapi ini sudah
menjadi takdirmu, Sepuluh Jari Kematian! Kau musti tetap di sini bersama orang-orangku dan
menjalankan segala apa yang kuperintahkan! Kau dengar...?!”
Sepuluh Jari Kematian menggeram dalam hatinya.
“Terima kasih atas kepercayaanmu serta hormatmu padaku. penulis ayan Siluman. Namun kuharap
kau bisa maklum. Manusia macamku ini tidak suka terikat, ingin hidup bebas dan malang melintang
di delapan penjuru angin dunia persilatan. Kuharap kau tak usah gusar kalau aku terpaksa menolak
permintaanmu itu. Apalagi aku orang buruk yang sudah tua renta ini. Tak ada guna dan untungnya
mengambilku jadi pembantu....”
penulis ayan Siluman tertawa.
“Kau pandai sekali merendahkan diri,” katanya. “Namun rupanya tak ada jalan lain bagimu.
Kau harus tetap di sini, dan jadi pembantuku. Tenagamu sangat kuperlukan!”
“Mohon maaf penulis ayan . Aku tak bisa menerimanya....”
Bola-bola mata penulis ayan Siluman menyorot.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Kuharap kau tahu di mana kau berada saat ini, Sepuluh Jari Kematian!”
Ucapan ini benar-benar menandakan ancaman bagi Sepuluh Jari Kematian. Dan dia mulai
berpikir-pikir bahwa dalam waktu yang singkat akan terjadi perselisihan serta bentrokan antara dia
dan penulis ayan Siluman. Melihat kenyataan tadi bahwa penulis ayan Siluman memiliki tenaga dalam yang luar
biasa tingginya, Sepuluh Jari Kematian maklum bahwa bertempur dengan gadis itu sukar baginya
untuk menang, apalagi dia saat itu berada pula di sarangnya sang penulis ayan , di mana terdapat belasan
orang-orangnya penulis ayan Siluman yang berkepandaian tinggi yang kehebatan mereka telah
disaksikannya sendiri tadi.
“Kalau kau suka penulis ayan , aku bersedia carikan tokoh silat lain untukmu....”
“Aku bisa mencarinya sendiri!” sahut penulis ayan Siluman pula. “Yang kuperlukan sekarang
adalah kau!”
“Menyesal penulis ayan , aku....”
Kalimat Sepuluh Jari Kematian itu dipotong oleh ucapan keras penulis ayan Siluman seraya
menggebrak meja.
“Jadi kau berani membangkang terhadapku?!”
Sepuluh Jari Kematian coba tertawa. Jawabnya. “Sampai saat ini aku masih tetap mengingat
hubungan baik kita. Sebelum aku minta diri, aku ucapkan terima kasih atas jamuanmu ini. Di
samping itu kuharap pula kau suka membebaskan kawanku Sepasang Arit Hitam yang telah
ditawan oleh orang:-orangmu.”
Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya.
“Kau tetap berkeras kepala untuk menolak kemauanku?!'1
“Aku sama sekali tidak menolak, tapi belum bisa. Di lain hari mungkin baru aku bisa
memenuhi keinginanmu....”
Berubahlah paras penulis ayan Siluman. Perlahan-lahan dia berdiri dari kursinya. Mukanya
mengelam Senyumnya lebih tepat kalau dikatakan seringai bengis.
“Baik Sepuluh Jari Kematian, kau boleh pergi. Bahkan Sepasang Arit Hitam boleh kau bawa
serta. Tapi....” penulis ayan Siluman tak meneruskan kata-katanya. Dia memandang tepat-tepat pada tokoh
silat tua di hadapannya itu lalu pecahlah suara tertawanya di ruangan putih itu.
Sepuluh Jari Kematian merasa tak enak. Kemudian cepat-cepat dia membalik dan menuju ke
pintu. Sebelum pintu itu sempat dibukanya, di belakangnya didengarnya suara penulis ayan Siluman.
“Sebelum kau pergi masih ada satu hal yang rasanya perlu kuberitahukan, Sepuluh Jari
Kematian!”
Sambil memegang daun pintu, Sepuluh Jari Kematian palingkan kepala.
“Nyawamu cuma tinggal cuma satu minggu saja Sepuluh Jari Kematian!” Dan penulis ayan
Siluman tertawa lagi panjang-panjang seperti tadi.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Apa maksudmu?!” tanya Sepuluh Jari Kematian dengan muka membesi.
“Apakah kau tuli kalau kukatakan bahwa nyawamu tinggal cuma satu minggu lagi?! Lewat
satu minggu ususmu akan hancur, perutmu akan meloek dan seluruh isi perutmu akan berbusaian
akibat racun yang telah kau teguk bersama tuak tadi!”
Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian.
“Tapi kau sendiri juga telah meminumnya” buka suara tokoh silat itu.
penulis ayan Siluman tertawa lagi. “Aku memang telah meminumnya. Tapi aku tak akan mampus
macam kau! Dalam seloki itu, pelayanku telah memasukkan sejenis bubuk yang mematikan racun
yang ada di dalam tuak!”
Maka marahlah Sepuluh Jari Kematian.
“Perempuan laknat!” teriaknya menggeledek. “Sebelum aku mampus, kau akan kubikin
minggat ke neraka lebih dulu!”
penulis ayan Siluman tertawa mengumandang.
“Tua bangka tak tahu diri! Kau andalkan apakah berani melawan kekuasaan penulis ayan
Siluman?!” bentak penulis ayan Siluman.
“Aku andalkan ini perempuan iblis!” sahut Sepuluh Jari Kematian. Dan serentak dengan itu
lima jari-jari tangan kanannya dijentikkan ke muka.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
7
Begitu lima jari menjentik maka lima larik sinar hitam yang menggidikkan menderu dengan
amat panasnya ke arah lima bagian tubuh penulis ayan Siluman.
Yang diserang keluarkan suara mendengus yang disusul dengan bentakan nyaring. “Tua
bangka edan! Apakah tidak tahu tingginya gunung dalamnya lautan?!”
Tubuh penulis ayan Siluman kelihatan bergerak. Gerakan yang dibuatnya ini cepat luar biasa,
benar-benar laksana siluman berkelebat. Detik itu pula tubuhnya lenyap dari hadapan Sepuluh Jari
Kematian. Lima larik sinar hitam yang menyerangnya menderu menghantam dinding ruangan.
Ruangan itu bergoncang seperti dilanda lindu. Dinding yang putih di sebelah sana kelihatan hitam
hangus dan mengeluarkan kepulan asap.
Dua orang pengiring penulis ayan Siluman yang ada di ruangan itu berseru nyaring dan berkelebat
cepat.
“penulis ayan !” teriak salah seorang dari mereka. “Bangsat tua hina dina ini biar kami yang
bereskan!”
“Kalian tetap di tempat!” perintah penulis ayan Siluman. Tubuhnya melesat laksana kilat dan tahu-
tahu dua jari tangan kanannya menotok ke urat besar di pangkal leher sebelah kiri Sepuluh Jari
Kematian. Demikian cepatnya totokan ini sehingga tokoh silat tua itu tak sempat menangkis atau
pun menghindar selamatkan lehernya. Satu-satunya jalan ialah mengalirkan dengan cepat seluruh
tenaga dalamnya ke bagian pangkal leher itu untuk menolak totokan. Namun karena tenaga dalam
Sepuluh Jari Kematian berada jauh di bawah penulis ayan Siluman, maka ketika totokan itu mendarat di
pangkal lehernya, dengan serta merta se