Selasa, 11 Februari 2025

bobo kemasukan 1




bobo  anak manusia  menghentikan jalannya di tikungan itu. Matanya memandang ke muka 

memperhatikan beberapa buah gerobak besar ditumpangi oleh perempuan-perempuan dan anak-

anak. Gerobak-gerobak itu juga penuh dengan muatan berbagai macam perabotan rumah tangga. 

Belasan orang laki-laki kelihatan berjalan kaki dan membawa buntalan barang-barang. Jelaslah 

bahwa semua mereka itu tengah melakukan pindah besar-besaran.

“Saudara, hendak pergi ke manakah rombonganmu ini?” bertanya bobo  sewaktu seorang 

anggota rombongan melangkah ke jurusannya.

Orang itu memandang sebentar kepadanya dengan pandangan curiga. Demikian juga 

anggota rombongan yang lain. 

“Kami terpaksa meninggalkan kampung, pindah ke tempat lain yang jauh dari daerah ini....”

“Kenapa pindah?”

Seorang laki-laki tua yang mengemudikan gerobak, menghentikan gerobak itu dan 

menjawab pertanyaan bobo  anak manusia .

“Kampung kami dilanda malapetaka!”

“Malapetaka apakah?”

“Kepala kampung dan lima orang pembantunya serta istrinya digantung. Beberapa orang 

gadis diculik! Beberapa penduduk dibunuh....”

“Siapa yang melakukannya?” tanya bobo  anak manusia .

“Siapa lagi kalau bukan kaki tangannya penulis ayan  Siluman,” menyahuti laki-laki pengemudi 

kereta.

Mulut Pendekar 10000 an  tertutup rapat-rapat. Rahangnya bertonjolan lagi-lagi dia dihadapkan 

pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orangnya penulis ayan  Siluman.

“Kalau kami tidak meninggalkan kampung, kami semua akan dibunuh!”

Anggota rombongan yang pertama tadi bertanya. “Kau sendiri mau kemanakah, Saudara...?”

“Maksudku ke arah sana. Ke kampung kalian...?”

“Sebaiknya batalkan saja niatmu,” menasehati orang itu. “Orang-orangnya penulis ayan  Siluman 

pasti akan datang lagi ke kampung kami. Jika kau ditemui mereka di sana, tiada harapan bagimu 

untuk hidup lebih lama!”

“Terima kasih atas nasihatmu, Saudara!” jawab bobo . “Tapi aku tetap musti menuju 

kesana....”

“Kau mencari mati, orang muda!” kata pengemudi gerobak. Dilecutnya punggung lembu 

yang menarik gerobak itu kemudian diberinya aba-aba. Rombongan itu pun bergerak kembali.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  anak manusia  mengikuti rombongan itu dengan pandangannya sampai akhirnya mereka 

lenyap di kejauhan. Hatinya kasihan sekali melihat orang-orang itu, terutama laki-laki tua dan 

perempuan-perempuan tua serta anak-anak. Kemudian dibalikkannya badannya dan dengan cepat 

berlalu dari situ.

Kira-kira dua kali sepeminum teh, bobo  anak manusia  menemui sebuah kampung yang berada 

dalam keadaan porak poranda. Pastilah ini kampung rombongan yang ditemuinya di tengah jalan 

tadi.

Beberapa buah rumah hancur. Dua di antaranya musnah dimakan api. Empat orang laki-laki 

terkapar di hadapan sebuah rumah bagus sedang di langkan rumah Pendekar 10000 an  menyaksikan 

enam orang tergantung berayun-ayun tiada nyawa lagi. Yang pertama adalah kepala kampung, 

kemudian isterinya. Selebihnya adalah pembantu-pembantu kepala kampung. Di beberapa langkan 

rumah lainnya, bobo  menemukan pula beberapa orang yang mengalami nasib sama seperti kepala

kampung, digantung sampai mati.

Pendekar 10000 an  menyandarkan punggungnya ke sebatang pohon dan membatin. Kesalahan 

apakah yang telah dibuat penduduk kampung ini sebelumnya sampai mereka dibunuh sedemikian 

kejamnya? Anak-anak dan perempuan-perempuan tanpa perikemanusiaan sama sekali?!

bobo  ingat pada ucapan anggota rombongan tadi. Orang-orangnya penulis ayan  Siluman pasti akan 

kembali ke kampung itu. bobo  memutuskan untuk menunggu. Jika manusia-manusia jahat itu 

muncul, dia akan buat perhitungan dengan mereka dan sekaligus mencari keterangan di mana letak 

Bukit Tunggul. Manusia macam penulis ayan  Siluman tidak layak dibiarkan hidup lebih lama. Maka bobo  

pun melompat ke sebuah cabang pohon yang tinggi, duduk di situ dan memulai penungguannya.

Sampai matahari condong ke barat tak seorang pun yang muncul. Dengan hati kesal murid 

Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede itu turun dari atas pohon dan mengelilingi kampung. 

Bukan main geramnya. bobo  sewaktu di salah satu dinding rumah penduduk ditemuinya barisan-

barisan tulisan seperti yang dilihatnya sebelumnya di kampung yang terdahulu.

Delapan penjuru angin adaiah daerah kami 

Siapa menantang mesti diterjang 

Dunia persilatan boleh geger 

Tokoh-tokoh persilatan boleh turun tangan 

Kalau mau mempercepat kematian.

Dan juga di bawah barian-bansan kalimat itu tertera lukisan tengkorak kecil. Geram sekali 

bobo  anak manusia  pergunakan kaki kirinya untuk menendang dinding rumah itu. Dinding rumah hancur

berantakan. Ditinggalkannya tempat itu. Hatinya bimbang dan meragu apakah orang-orangnya 

penulis ayan  Siluman benar-benar akan kembali ke kampung itu. Tiba-tiba bobo  tersirap kaget. Di 

belakang rumah sebelah kirinya terdengar suara seseorang bicara.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Heran, kenapa penulis ayan  Siluman berbuat kekejaman yang tiada artinya ini?”

Sebagai jawaban terdengar suara helaan napas yang disusul dengan ucapan. “Manusia punya

seribu macam cara untuk cari nama di dunia persilatan!”

Ternyata ada dua orang di samping rumah sana. Yang mengherankan bobo  ialah mengapa 

dia sama sekali tidak mendengar sedikit pun kedatangan kedua manusia itu? Penuh rasa ingin tahu 

bobo  menyelinap ke bagian rumah yang lain dan melompat ke sebatang pohon berdaun rindang. 

Dari sini jelas sekali dia dapat memandang ke halaman samping rumah tadi. Dua sosok tubuh 

manusia dilihatnya berdiri di sana. Dan untuk kedua kalinya Pendekar 10000 an  dibuat terkejut. Salah 

seorang dari dua manusia itu bukan lain dari nenek-nenek sakti yang pernah baku hantam sekitar 

dua bulan yang lewat dengan dia di Kotaraja. Nenek-nenek sakti yang dikenal dengan gelar Si 

Telinga Arit Sakti.

Gerangan apakah yang membuat manusia ini berada pula di Pulau Madura? Dan siapakah 

manusia yang berdiri di sampingnya saat itu? Manusia ini juga seorang perempuan tua renta, 

bermuka keriput. Salah satu matanya hanya merupakan rongga hitam yang mengerikan. Kepalanya 

tidak sedikit pun ditumbuhi rambut. Dia mengenakan jubah putih yang pada bagian dadanya 

tergambar dua buah arit saling bersilangan! Melihat kepada umur serta ciri-ciri manusia ini bobo  

menduga mungkin sekali dia adalah guru Si Telinga Arit Sakti. Sekurang-kurangnya kakak 

seperguruannya. Dan apakah kemunculan mereka berdua di Pulau Madura ada sangkut pautnya

dengan pertempuran di Kotaraja dulu itu? Sangkut paut urusan dendam yang hendak dibalaskan? 

Atau mungkin untuk satu urusan lainnya?

bobo  terus memperhatikan dari atas pohon berdaun lebat itu. Dilihatnya Si Telinga Arit 

Sakti memandang berkeliling.

“Tak ada tanda-tandanya bangsat yang kita kejar itu berada di sini....” Perempuan tua 

berjubah putih buka suara.

Si Telinga Arit Sakti memandang lagi berkeliling lalu menyahuti. “Tapi rombongan yang 

kita papasi di tengah jalan itu mengatakan bahwa dia memang menuju ke sini. Mungkin dia sudah 

berlalu ke tempat lain. Kita harus mengejarnya dengan cepat.”

“Kau hanya bikin aku repot saja Telinga Arit Sakti. Kalau tidak gara-garamu tentu sekarang 

ramuan obat yang kukerjakan itu sudah selesai!”

Telinga Arit Sakti perlihatkan wajah yang tidak senang. “Kalau pemuda sialan itu tidak 

keliwat sakti mandraguna, pastilah aku tak akan mengemis minta tolong padamu. Guru!”

Nyatalah kini bagi bobo  anak manusia  bahwa perempuan tua berjubah putih itu adalah guru Si 

Telinga Arit Sakti! Dan nyata pula bahwa kemunculan mereka di Pulau Madura saat itu adalah 

dalam mencari dirinya sendiri. Rupanya kekalahan di Kotaraja tempo hari sangat menggeramkan 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

hati Si Telinga Arit Sakti hingga manusia itu mengadu kepada gurunya. Guru dan murid kemudian 

sama-sama mencarinya!

“Dalam berpikir-pikir apakah dia saat itu segera turun atau tetap saja diam di atas pohon 

maka bobo  mendengar perempuan berjubah putih berkata. “Kita teruskan pengejaran ke timur! 

Kurasa orang yang kita cari masih belum berapa jauh!”

Telinga Arit Sakti mengangguk. Maka keduanya pun berkelebat hendak meninggalkan 

tempat itu. Tapi pada detik yang sama dari jurusan barat satu bayangan hitam laksana anak panah 

lepas dari busurnya datang memapas ke arah mereka. Pendatang baru ini berseru nyaring. Suaranya 

menggetarkan delapan penjuru angin.

“Dua perempuan tua! Harap tetap di tempat kalian!”

Guru dan murid hentikan tindakan mereka dan berpaling ke arah barat. “Bedebah! Siapa 

yang berani main perintah seenak cecongornya huh?!” dengus guru Si Telinga Arit Sakti dengan 

penuh kegusaran.

Dalam sekejap itu pula Si pendatang baru sudah sampai di hadapan mereka. Melihat siapa 

adanya manusia ini maka sirnalah kemarahan guru Si Telinga Arit Sakti. Malah dia menjura hormat 

dan lontarkan senyum.

“Ah, kiranya Sepuluh Jari Kematian! Tiada sangka akan bertemu di Pulau Madura ini!”

Manusia yang baru datang adalah seorang laki-laki berjubah hitam, berambut panjang 

sampai ke punggung. Sepuluh jari tangannya berwarna hitam legam. Dia berbatuk-batuk dan 

berkata. “Setahuku Sepasang Arit Hitam tengah sibuk membuat sejenis ramuan obat sakti di 

pertapaannya. Tapi kini bersama muridnya berada di sini. Urusan apakah yang telah membawa 

kalian ke sini...?”

Sepasang Arit Hitam rangkapkan tangan di muka dada. “Urusan biasa saja. Kami tengah 

mencari seekor anjing kecil yang telah membuat sedikit keonaran di kalangan kami....”

Sepuluh Jari Kematian manggut-manggut beberapa kali.

“Kalau aku boleh tahu, siapakah yang kau maksudkan dengan seekor anjing kecil itu?”

“Ah... cuma seorang pemuda sinting geblek bernama bobo  anak manusia  bergelar Pendekar 

10000 an ...!” jawab Sepasang Arit Hitam.

Di atas pohon bobo  anak manusia  memaki dalam hati. Dengan gusar dan memperhatikan terus 

dan mendengarkan percakapan orang-orang itu.

Pada waktu mendengar nama bobo  anak manusia  dan gelar Pendekar 10000 an  tadi terkejutlah Sepuluh 

Jari Kematian. “Kalau begitu kita mencari bangsat yang sama!” serunya.

bobo  terkejut. Dia coba menduga siapa adanya manusia berjuluk Sepuluh Jari Kematian

yang juga tengah mencari dirinya itu.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Betul-betul tidak diduga kita punya urusan yang sama di tempat yang sama!” ujar Sepuluh 

Jari Kematian. “Bangsat bernama bobo  anak manusia  bergelar Pendekar 10000 an  itu telah membunuh 

muridku si Wirapati yang berjuluk Pendekar Pemetik Bunga beberapa bulan yang lewat! Aku 

terpaksa turun gunung untuk cari itu manusia. Belakangan sekali aku mendapat keterangan bahwa 

bangsat itu berada di ujung Jawa Timur, tengah dalam perjalanan ke Madura ini!”

Sepasang Arit Sakti Hitam hela nafas panjang. “Pertemuan memang aneh dan sukar diduga! 

Karena kita sama satu tujuan satu haluan tentu kau tak keberatan kalau meneruskan pencarian atas 

bangsat itu secara bersama-sama....”

“Tentu saja tidak keberatan!” sahut Sepuluh Jari Kematian dengan tertawa lebar. Laki-laki 

berjubah hitam ini layangkan pandangannya berkeliling. “Di samping mencari pemuda keparat 

bernama bobo  anak manusia  itu, aku juga mendapat undangan dari penulis ayan  Siluman di Bukit Tunggul. Bila 

ada kesempatan kurasa tak ada salahnya kalau kalian ikut berkunjung ke tempatnya.”

“Itu bisa dipikirkan nanti,” menyahuti Si Telinga Arit Sakti. “Yang penting kita harus 

mencari si bobo  anak manusia  itu dan mematahkan batang lehernya lebih dahulu!”

Sepuluh Jari Kematian tertawa mengekeh. “Kau betul!” katanya.

bobo  anak manusia  memperhatikan kepergian ketiga orang itu. Kehadirannya di Pulau Madura itu 

kini bukan saja untuk berhadapan dengan penulis ayan  Siluman dan orang-orangnya, tapi juga untuk 

berhadapan dengan tiga musuh sakti. Kalau Si Telinga Arit Sakti, ilmu silat dan ilmu kesaktiannya 

sudah demikian tinggi, tentu gurunya Si Sepasang Arit Hitam lebih hebat lagi dari itu. Dan 

ditambah pula dengan Guru Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga yang berjuluk Sepuluh Jari 

Kematian itu. Benar-benar mereka merupakan lawan-lawan tangguh yang tak bisa dianggap enteng 

sama sekali. (Mengenai kehebatan dan kejahatan Pendekar Pemetik Bunga baca serial bobo  

anak manusia  “Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga”). Diam-diam Pendekar 10000 an  merenung. Mungkin 

kehadirannya di Pulau Madura adalah benar-benar untuk mencari kematiannya sendiri.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

2

bobo  anak manusia  memperhatikan kesibukan-kesibukan dalam warung itu dengan sikap acuh tak 

acuh. Teh manisnya baru satu kali diteguknya.

“Orang muda lekaslah habiskan minumanmu. Warung ini akan segera ditutup....”

bobo  heran mendengar ucapan orang tua pemilik warung. “Siang-siang begini sudah 

ditutup?” tanyanya.

“Kau tak tahu apa-apa orang muda. Habiskan saja teh itu, bayar cepat dan berlalu....”

“Ada apakah sebenarnya?”

Pemilik warung tampak agak gusar. Dia menunjuk ke luar warung. “Kau lihat penduduk 

yang berbondong-bondong itu?”

bobo  anak manusia  palingkan kepala ke luar warung. Di tengah jalan dilihatnya serombongan 

penduduk berjalan cepat menuju ke selatan membawa berbagai macam barang rumah tangga dan 

binatang-binatang peliharaan seperti kambing-kambing dan beberapa ekor sapi.

“Memangnya kenapa mereka itu...?” bertanya lagi bobo .

“Mereka mengungsi! Aku pun hendak menyertai rombongan mereka. Daerah sini sudah 

tidak aman! Malam kemarin seorang gadis telah diculik. Dua orang ditemui mati.”

“Siapa yang melakukannya?” tanya bobo .

Pemilik warung itu hendak menjawab tapi tak jadi. Di wajahnya nyata sekali kelihatan rasa 

ketakutan. “Habiskan saja minumanmu. Aku tak bisa menunggu lebih lama,” katanya pada bobo .

bobo  anak manusia  garuk-garuk kepalanya beberapa kali lalu meneguk teh manisnya sampai 

habis. Dari saku pakaiannya dikeluarkannya sebuah mata uang perak. Ditimang-timangnya sebentar 

uang itu lalu diletakkannya di atas meja di hadapan pemilik warung. Sewaktu pemilik warung 

mengambil uang itu, bobo  memegang tangannya dan berkata. “Dengar orang tua. Kau tak usah 

kembalikan uangku asal saja kau bisa kasih keterangan di mana letaknya Bukit Tunggul tempat 

bersarangnya penulis ayan  Siluman....”

Si orang tua tersentak kaget. Parasnya yang keriputan serta merta menjadi pucat pasi. 

Matanya membelalak memandang bobo .

“Justru karena dialah penduduk kampung ini terpaksa pindah mengungsi. Kini kau malah 

mencari penyakit bertanyakan tempat kediamannya. Apa kau sudah bosan hidup orang muda...?!”

bobo  anak manusia  tertawa.

“Mana ada orang yang bosan hidup,” sahutnya “Toh tidak ada salahnya kalau kau kasih 

sedikit keterangan di mana letak Bukit Tunggul itu....”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Si orang tua gelengkan kepala. “Aku masih ingin hidup! Sekali aku membuka mulut kasih 

keterangan seluruh keluargaku akan mampus! Mungkin juga semua penduduk kampung ini!”

Pemilik warung itu segera mengambil uang di atas meja dan memberikan kembalinya pada 

bobo . Lalu katanya. “Nah, sekarang berlalulah.”

bobo  geleng-gelengkan kepala. Dia keluar dari warung itu. Agaknya seluruh Pulau Madura 

sudah digerayangi oleh rasa takut terhadap penulis ayan  Siluman dan orang-orangnya. Tak ada satu 

kampung pun yang ditemuinya berada dalam keadaan tenang tenteram. Di setiap kampung mesti 

saja ada korban-korban yang jatuh akibat kejahatan yang dilakukan oleh orang-orangnya penulis ayan  

Siluman. Dan bukan itu saja, di setiap kampung orang-orangnya penulis ayan  Siluman selalu menculik 

gadis-gadis. Entah dibawa ke mana dan entah apa, yang menimpa diri gadis-gadis itu tak bisa 

diduga oleh bobo .

Dia mendongak ke langit. Sang surya tengah bersinar seterik-teriknya. Dengan 

mempergunakan ilmu lari cepatnya, bobo  tinggalkan kampung itu. Di satu jalan kecil yang lurus 

pendekar ini memperlambat larinya. Di ujung sana dilihatnya seseorang duduk menjelepok di 

tengah jalan. Ketika dia sampai di hadapan orang itu ternyata manusia ini adalah seorang nenek tua 

bermuka cekung keriput. Dia duduk seenaknya di tengah jalan yang kecil itu. Di tangan kanannya 

ada sebatang ranting kering. Dia mengenakan jubah putih yang kotor. Dia begitu asyik menggurat-

gurat tanah dengan ujung ranting kering di tangannya itu.

bobo  tak dapat menduga siapa adanya nenek-nenek ini. Baginya adalah satu hal yang aneh 

seorang nenek-nenek berada di tengah jalan dan duduk menggurat-gurat tanah seperti dilihatnya 

saat itu. Karena jalan itu kecil, tak mungkin bobo  anak manusia  untuk lewat begitu saja tanpa membentur 

tubuh sang nenek. Dia bisa melompat di atas kepala si nenek tapi tentu saja ini satu kekurangajaran.

Maka Pendekar 10000 an  pun menegurlah dengan hormat.

“Nenek harap maafkan aku mengganggumu. Sudilah memberikan sedikit jalan bagiku.”

Si nenek anehnya terus saja asyik menggurat-gurat tanah dengan ranting kering di tangan 

kanannya. Seakan-akan tiada didengarnya teguran bobo  tadi.

Mungkin nenek-nenek ini tuli, pikir bobo . Tapi adalah mustahil kalau dia tidak melihat 

bobo  yang berdiri sedekat itu di sampingnya.

bobo  menegur lagi dengan suara lebih dikeraskan.

“Nenek, harap suka memberi sedikit jalan untukku lewat.”

Si nenek tiba-tiba angkat kepalanya. Sepasang matanya memandang bobo  dari rambut 

sampai kaki, penuh meneliti dan penuh gusar. Kemudian kembali dia tundukkan kepala dan 

menggurat-gurat tanah dengan ujung ranting.

bobo  memaki dalam hati. Kalau si nenek ini tidak sinting pastilah dia seorang aneh atau 

seorang yang sengaja cari sengketa, pikir Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia .

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Nenek, aku mau lewat. Kuharap kau tak keberatan memberi jalan....”

“Setan alas!” Si nenek tiba-tiba mendamprat keras dan lantang. bobo  terkejut dan usap 

dadanya. “Kapan aku kawin sama kakekmu kau panggil aku nenek!”

bobo  perhatikan tampang si nenek yang menjadi sangat galak. Dan Pendekar dari Gunung 

Gede ini tak kuasa menahan rasa gelinya sewaktu mendengar ucapan perempuan tua itu. Dia 

tertawa gelak-gelak sampai mukanya merah.

“Setan alas! Siapa yang suruh kau ketawa huh?!” Si nenek membentak lagi dengan suaranya 

yang keras.

bobo  hentikan tawanya.

“Siapa yang suruh!” sentak perempuan berjubah putih itu lagi.

“Memang tak ada yang suruh, Nek... eh... aku musti panggil apa terhadap kau...?” bobo  

anak manusia  garuk-garuk kepalanya.

“Kentut betul! Kalau tak ada yang suruh kenapa musti ketawa?!”

“Apakah seseorang itu baru tertawa kalau disuruh?” bertanya Pendekar 10000 an .

“Sudah! Jangan banyak tanya! Kentutmu sebakul! Jawab kenapa kau ketawa?! Kau 

menertawai aku ya?! Ayo jawab!”

“Aku tidak menertawaimu Nek... eh... aku tertawa karena ucapanmu yang lucu tadi.”

“Betul-betul setan alas! Kau anggap aku ini badut yang mau melucu di hadapanmu? Makan 

rantingku ini!”

Habis berkata begitu si nenek hantamkan ranting kering di tangannya! 

“Wutt!”

Pendekar 10000 an  tersentak kaget dan buru-buru menghindar ke belakang. Sambaran ranting 

yang di tangan si nenek mengeluarkan angin dingin dan keras. Nyatanya bahwa si nenek bukan 

perempuan sembarangan, tapi seorang yang memiliki tenaga dalam yang tinggi. Dan ini berarti 

bahwa dia adalah seorang tokoh silat berkepandaian hebat.

Karena serangannya tidak mengenai sasaran, si nenek menjadi gusar sekali. Dia melompat 

dan ranting kering di tangannya menderu pulang balik tiada hentinya, membungkus tubuh bobo  

anak manusia  dalam serangan-serangan yang sangat berbahaya.

Pendekar 10000 an  bersiul nyaring.

“Ah, nyatanya kau bukan nenek sembarang nenek!” seru bobo  sambil gerakkan tubuhnya 

dengan cepat untuk menghindar dari serangan ganas si nenek.

Mendengar ucapan itu si nenek jadi tambah buas. Serangannya tambah ganas. Meski 

senjatanya cuma sebuah ranting kering namun karena ranting itu mengandung aliran tenaga dalam 

maka bahayanya tiada beda dengan bahaya sebuah senjata tajam seperti golok atau sebilah pedang.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Nenek!” seru bobo  anak manusia . “Antara kita tak ada silang sengketa, mengapa kau menyerang 

aku sejahat ini?!”

“Kalau kau tak lekas berlutut dan minta ampun niscaya kau akan kukirim ke akherat!” teriak 

si nenek jubah putih. Serangan ranting keringnya semakin menggila. Dalam waktu lima jurus saja 

Pendekar 10000 an  sudah terdesak hebat.

Sampai jurus yang kesembilan bobo  anak manusia  masih juga berkelebat dalam posisi bertahan, 

sama sekali tidak balas menyerang. Inilah yang menyebabkan dia saat demi saat semakin terdesak 

dan kepepet. Ruang gerak Pendekar 10000 an  makin lama makin ciut. Ranting kering di tangan si nenek 

laksana ratusan buah banyaknya dan menyerangnya dari puluhan jurus.

Hampir tiada terasa lagi, saat itu mereka sudah memasuki jurus ke empat belas. Dalam jurus 

ini bobo  benar-benar dibikin mati kutu. Dia tak sanggup bertahan lebih lama. Dengan satu bentakan 

nyaring Pendekar 10000 an  segera pergunakan kedua tangannya untuk mulai balas menyerang. Tapi 

justru pada jurus itu pula ranting kering di tangan si nenek membuat satu serangan yang sukar 

dikelit.

“Breet!”

Robeklah pakaian Pendekar 10000 an . Dadanya tergores luka. Rasa sakit dan perih serta merta 

menjalari sekujur tubuhnya. Dan tubuh itu kini menjadi panas dingin. Nyatalah ranting kering di 

tangan si nenek bukan ranting kering biasa, melainkan sebuah senjata sakti yang mengandung racun 

luar biasa. Cepat-cepat bobo  ke luar dari kalangan pertempuran dan kerahkan tenaga dalamnya.

Si nenek tertawa panjang.

“Jangan harap kau bisa hidup lebih dari satu jam, pemuda keparat! Rantingku ini 

mengandung racun yang jahat sekali!”

bobo  tetap tenang. Dia tidak yakin racun ranting si nenek akan menamatkan riwayatnya. 

Sewaktu digembleng di puncak Gunung Gede, tubuhnya telah diberi kekuatan oleh Eyang Sinto 

Gendeng, kekuatan yang membuat dia kebal terhadap segala racun yang bagaimanapun jahatnya.

Apalagi saat itu dia sudah kerahkan tenaga dalamnya.

Si nenek tertawa lagi.

“Selamat tinggal orang muda! Nasibmu ternyata sial di Pulau Madura ini! Nantikanlah saat 

kematianmu di depan mata!”

Habis berkata begini si nenek segera putar tubuh dan berkelebat meninggalkan tempat itu.

“Manusia keriput! Tunggu dulu! Aku tak sudi kau pergi sebelum menerima sedikit 

pembalasan hormat dariku!” teriak bobo  anak manusia . Sekali dia melesat maka tahu-tahu tubuhnya 

sudah berada dihadapan si nenek, menghalangi lari perempuan tua itu. Tentu saja kejut si nenek 

bukan tanggung-tanggung. Matanya melotot membeliak.

“Nyalimu keliwat besar!” teriaknya. “Apakah mau mampus saat ini juga bedebah?!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

bobo  bersiul nyaring.

“Soal nyawa jangan diributkan perempuan keriput! Terima pukulanku ini!”

bobo  anak manusia  hantamkan tinju kanannya ke depan. Di saat itu pula si nenek sapukan 

rantingnya ke muka. Maka tak ampun lagi tinju dan rantingpun beradulah.

bobo  kerenyitkan kening menahan sakit. Kulit tangannya kelihatan lecet sedang ranting di 

tangan si nenek mental dan patah berantakan. Si nenek beringas sekali melihat ranting keringnya 

dimusnahkan lawan. Dia melompat ke muka dengan sepuluh jari tangan terpantang.

“Cengkeraman Garuda Sakti” seru Pendekar 10000 an  begitu dia mengenali jurus serangan lawan.

Sekali tubuh kena dicengkeram pastilah daging dan tulang-tulangnya akan hancur remuk. Cepat-

cepat bobo  menyurut mundur dan buat satu liukkan, kemudian hantamkan tangan kanan ke depan, 

melepaskan “Pukulan Kunyuk Melempar Buah” yang disertai hampir setengah bagian tenaga 

dalamnya.

Si nenek melengking penasaran sewaktu serangannya tertahan oleh satu gelombang angin 

yang laksana satu gumpalan batu keras. Dengan kalap dia menyeruak dari samping dan begitu 

pukulan Pendekar 10000 an  lewat dengan serta merta dia lepaskan dua jotosan dan dua tendangan jarak 

jauh. Empat serangan ini hebatnya bukan main. Debu dan pasir jalanan menderu.

Empat angin pukulan si nenek laksana air bah merambas tubuh Pendekar 10000 an . Murid Eyang 

Sinto Gendeng ini terpaksa melompat beberapa tombak ke atas. Sambil turun ke bagian yang aman 

bobo  lepaskan “Pukulan Angin Puyuh”.

Empat angin pukulan si nenek dan satu gelombang angin pukulan bobo  anak manusia  saling 

bentrok menimbulkan suara letusan nyaring, menggetarkan tanah tempat berpijak. Si nenek 

terpelanting sampai enam langkah sedang kedua kaki bobo  anak manusia  tenggelam ke tanah sampai 

sedalam tiga senti.

Bukan main geramnya si nenek. Ternyata si pemuda memiliki ilmu yang tidak rendah 

sebagaimana yang disangkanya. Dalam luapan amarah, nenek keriput ini segera cabut batang 

belimbing di tepi jalan. Dengan mempergunakan pohon itu sebagai senjata dia segera menyerang 

bobo  anak manusia .

“Hebat!” seru bobo  sambil berkelit cepat. Pohon belimbing yang di babatkan si nenek 

menderu menghantam pohon lain di belakangnya, membuat pohon ini tumbang bergemuruh. Dapat 

dibayangkan bagaimana kalau batang pohon belimbing itu melanda tubuh bobo  anak manusia .

Laksana memegang sebuah sapu lidi, demikianlah si nenek pergunakan pohon belimbing itu 

untuk menyapu dan membabat lawannya. bobo  anak manusia  geleng-geleng dan garuk-garuk kepala. 

Belum pernah ia menghadapi lawan yang demikian kalapnya seperti si nenek ini sehingga mau 

mencabut sebatang pohon dan menyerang dengan pergunakan pohon itu sebagai senjata. Di 

samping kagum, bobo  juga kepingin tahu siapa sesungguhnya manusia ini.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Nenek, sesuai dengan peradatan dunia persilatan harap kau terangkan siapa nama atau ge-

larmu!” seru bobo .

“Bakul kentut! Kau bisa tanya nanti pada cacing-cacing di liang kubur!” Dan si nenek 

babatkan lagi pohon belimbing di tangannya.

“Buset!”

bobo  berkelebat cepat.

Si nenek penuh penasaran memandang berkeliling. Lawannya lenyap seperti ditelan bumi.

“Setan alas kau lari ke mana hati?!” teriak nenek-nenek itu.

Di belakangnya terdengar suara tertawa.

“Nenek-nenek kurasa matamu belum begitu kabur hingga tak tahu kalau aku berada di sini!”

Begitu putar tubuh begitu si nenek hantamkan batang belimbing ke pohon di belakangnya. 

Kraak!

Pohon di tepi jalan patah dan tumbang. bobo  anak manusia  yang tadi memang melompat dan 

berdiri di salah satu cabang pohon itu, berkelebat ke pohon lain dan berdiri di salah satu cabangnya 

sambil tertawa-tawa mengejek.

“Setan alas! Apa kau kira aku tidak sanggup mengejarmu ke atas sana?!” teriak seraya 

lemparkan pohon belimbing ke tepi jalan kemudian melompat sebat ke cabang pohon di mana bobo  

berdiri.

Tapi kemengkalannya jadi bertambah-tambah karena begitu ia menginjak cabang pohon, 

bobo  anak manusia  sudah lenyap dari cabang itu. Dan bila dia memandang ke bawah maka dilihatnya si 

pemuda berdiri bertolak pinggang di jalan kecil, cengar-cengir ke arahnya.

Si nenek sampai melengking nyaring saking gemasnya. Dia keruk satu jubahnya dan 

berteriak. “Pemuda keparat! Terima ini!”

Selusin senjata rahasia yang berbentuk paku hitam melesat ke arah bobo  anak manusia  dalam 

bentuk lingkaran. bobo  pukulkan tangan kanannya ke atas. Enam paku mental jauh sedang enam

lainnya amblas ke dalam tanah. Di saat itu pula si nenek sudah turun ke tanah kembali dan kirimkan 

serangan berantai ke arah bobo .

“Nenek! Ilmumu memang tinggi. Tapi aku tak begitu suka bertempur dengan orang lain 

tanpa alasan! Apalagi kalau tidak tahu asal usul dan namanya!”

“Pemuda sialan, jangan jual kentut! Kau tak akan kulepaskan hidup-hidup!” hardik si nenek. 

Kembali dia kirimkan selusin paku hitam dan susul dengan serangan berantai.

Pendekar 10000 an  angkat kedua tangannya. Saat itu pertempuran sudah berjalan tiga puluh jurus 

lebih. bobo  kini tak mau main-main lagi. Begitu kedua tangannya dipukulkan ke muka maka 

gelombang angin yang laksana topan menderu. Inilah “Pukulan Benteng Topan Melanda 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Samudera” yang kedahsyatannya bukan saja membuat selusin paku hitam itu mental tapi juga 

membuat si nenek terguling di tanah sampai enam tombak.

Belum lagi sempat bangun bobo  memburu tak kasih ampun. Dua tangannya melesat ke 

pangkal leher si nenek, siap untuk menotok. Tapi lebih cepat dari itu si nenek keluarkan sebuah 

benda berbentuk bola berwarna hitam. Bola hitam ini dilemparkan ke arah bobo . Satu letusan 

terdengar. Dalam kejap itu pula asap hitam tebal menggebu menutup pemandangan, bobo  anak manusia  

tak dapat melihat apa-apa dan cepat-cepat melompat ke samping. Tapi dia masih juga terkurung 

oleh asap hitam yang gelap itu. Dia melompat sekali lagi, dua kali lagi dan barulah bisa keluar dari 

kurungan asap hitam yang membutakan pemandangannya.

Beberapa saat kemudian ketika asap hitam itu sirna dengan perlahan maka si nenek sudah 

lenyap dari tempat itu. Dan betapa terkejutnya Pendekar 10000 an  karena di seberangnya kini berdiri tiga 

manusia lain.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

3

Ketiga manusia itu bukan lain Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari 

Kematian. Ketiganya memandang dengan mata ganas menyorot yang membayangkan maut.

“Ini dia bangsatnya!” Si Telinga Arit Sakti buka suara.

“Apa yang dikerjakannya di sini! Bermain-main asap?!” Sepuluh Jari Kematian menimpali.

bobo  masih diam dan menyapu tampang ketiga orang itu dengan pandangan seenaknya.

“Pendekar 10000 an !” lengking Si Telinga Arit Sakti. “Ketahuilah hari ini adalah hari 

kematianmu!”

bobo  anak manusia  senyum lalu keluarkan suara tertawa bergelak.

“Telinga Arit Sakti,” kata Pendekar 10000 an  pula. “Bacotmu besar amat! Mentang-mentang 

berada sama-sama gurumu!”

“Kalau tahu aku gurunya mengapa tidak lekas berlutut dan bunuh diri?!” sentak Sepasang 

Arit Hitam.

bobo  tertawa lagi gelak-gelak. “Orang gila pun disuruh bunuh diri tidak bakal mau!”

“Dan kau lebih dari gila!” damprat Sepasang Arit Hitam.

Sepuluh Jari Kematian lambaikan tangannya dan berkata. “Kau tak usah bicara panjang 

lebar kawan-kawan. Mari kita berebut cepat memisahkan kepala dan badannya!”

“Ah... ah... ah!” bobo  rangkapkan tangan di muka dada. “Kalau tak salah penglihatanku 

bukankah kau yang berjuluk Sepuluh Jari Kematian, gurunya Si Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga 

yang mampus tempo hari di tanganku?!”

“Pemandanganmu memang tajam, pemuda gendeng! Muridku mati di tanganmu. Hari ini 

aku datang meminta jiwamu!”

bobo  geleng-gelengkan kepala.

Katanya. “Akhir ini banyak sekali manusia-manusia yang begitu inginkan jiwaku, sebut-

sebut segala urusan jiwa.... seakan-akan jiwanya sendiri adalah jiwa yang bersih polos!”

“Jangan pidato!” bentak Sepasang Arit Hitam.

“Siapa bilang aku pidato!” sahut bobo  ketus. “Aku cuma bicara biasa!” Kemudian Pendekar 

10000 an  berpaling pada Sepuluh Jari Kematian. “Dengar Sepuluh Jari Kematian,” katanya. “Muridmu 

seorang manusia bernafsu besar doyan perempuan kelas satu! Bagaimana kalau hari ini kuberikan 

seorang perempuan cantik padamu, apakah kau bersedia melupakan urusan kita?!”

Merahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Darah di kepala mendidih mendengar ejekan itu. 

Dia maju satu langkah. “Kau memang tak layak hidup lebih lama!” bentaknya. Kelima jari-jari 

tangan kanannya dijentikkan ke muka. Lima sinar hitam yang menggidikkan melesat mengeluarkan 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

suara menggaung. Inilah Ilmu Jari Penghancur Sukma yang dahsyat. Satu jentikkan saja ganasnya 

bukan main, apalagi sekaligus lima jentikan. Dan dilancarkan oleh tokoh penciptanya sendiri yang 

berilmu tinggi.

Dengan cepat Pendekar 10000 an  melompat ke udara. Empat larikan sinar hitam berhasil 

dihindarkannya, tapi sinar yang kelima tak sanggup dielakkan. Sinar ini menyapu kaki kiri 

Pendekar 10000 an . 

Wuss!

Kaki kiri itu dengan serta merta menjadi hitam. bobo  anak manusia  terguling di tanah, merintih 

kesakitan. Meski tubuhnya kebal segala macam racun namun dia masih khawatir. Begitu jatuh 

dengan cepat bobo  totok jalan darah dan urat-urat di siku kaki kirinya. Dengan terpincang-pincang 

Pendekar 10000 an  bangkit berdiri. Di saat itu Si Telinga Arit Sakti dan Sepasang Arit Hitam memburu 

dengan senjata di tangan sedang Sepuluh Jari Kematian melompat sebat menjambak rambut 

gondrong bobo  anak manusia  siap untuk memuntir kepala pendekar itu.

Dengan berteriak nyaring bobo  gerakkan tangan kanan untuk cabut barbel  Maut pemusnah 

10000 an . Tapi Si Telinga Arit Sakti yang tahu gelagat segera tendang tangan kanan bobo  anak manusia .

Kraak!

Patahlah lengan Pendekar 10000 an . Tubuhnya terhempas ke tanah. Tiga buah arit masing-masing 

dua di tangan sepasang Arit Hitam dan satu di tangan si Telinga Arit Sakti menderu siap untuk 

membuat tubuh bobo  anak manusia  menjadi terkutung empat sedang jambakan Sepuluh Jari Kematian 

akan menanggalkan kepalanya dari badan.

bobo  anak manusia  hendak lepaskan Pukulan Sinar Matahari. Tapi sudah terlambat, sudah tak 

ada kesempatan lagi.

“Tamatlah riwayatku!” keluh pendekar ini. Dipejamkannya kedua matanya menanti saat 

kematian itu.

Hanya beberapa detik lagi tubuh sang pendekar akan terkutung empat dibabat tiga buah arit 

sakti, hanya beberapa detik lagi kepalanya akan tanggal dipuntir, maka terdengarlah teriak lantang 

menggeledek.

“Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik penulis ayan  Siluman! Kalian tak berhak 

merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!”

Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari Kematian.

Empat sosok tubuh berkelebat.

Perlahan-lahan bobo  anak manusia  buka kedua matanya yang tadi dipejamkan! Dan hampir tak 

dapat dipercaya pemandangan matanya sendiri saat itu. Betapa tidak. Empat pendatang baru ini 

adalah gadis-gadis cantik berpakaian biru. Leher mereka digantungi tengkorak manusia yang 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

besarnya sekepalan tangan. Meski tampang mereka cantik-cantik tapi membayangkan kebengisan. 

Dugaan bobo  anak manusia  pastilah mereka ini orang-orangnya penulis ayan  Siluman dari Bukit Tunggul.

*

* *

Sehabis melemparkan bola yang meletuskan asap hitam dan tebal itu si nenek keriput cepat 

berguling dan lari meninggalkan jalan kecil. Dimasukinya rimba belantara kemudian menyeruak di 

antara semak belukar lebat. Dari luar semak belukar ini tiada beda dengan semak-semak yang lebat 

di sekitar tempat itu. Tapi siapa nyana kalau begitu semak belukar diseruak maka muncullah sebuah 

lobang besar setinggi manusia. Si nenek menyelusup memasuki lobang itu dan terus berlari. Meski 

penerangan dalam lobang itu tidak begitu terang namun karena sudah terlalu sering melewatinya si 

nenek sudah sangat hafal liku-likunya maka dia lari dengan sebat tanpa kurangi kecepatannya. 

Dalam waktu yang singkat dia sudah sampai di ujung lobang yang merupakan terowongan bawah 

tanah itu. Dia muncul di satu lamping bukit. Dari sini lari cepat ke bawah, masuk lagi ke sebuah 

terowongan rahasia dan akhirnya sampai di satu terowongan batu pualam. Sebelum memasuki 

sebuah ruangan besar si nenek gerakkan kedua tangannya ke muka. Sehelai selaput topeng yang 

amat tipis ditanggalkannya dari parasnya. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli. Dan nyatanya dia 

adalah seorang gadis jelita berkulit hitam manis, berhidung mancung dan berbibir tipis mungil.

Gadis ini kemudian tanggalkan jubah putihnya. Di balik jubah putih si gadis kulit hitam 

manis ini ternyata mengenakan pakaian ringkas biru. Gadis ini kemudian berlari ke tengah ruangan 

besar. Salah satu tumitnya menekan ubin yang bergambar bunga mawar merah.

Maka pada saat itu menggemalah suara bertanya dalam ruangan itu. Entah dari mana 

datangnya.

“Siapa yang mau masuk?!”

“Aku, Nariti hendak menghadap penulis ayan !” menjawab si gadis hitam manis.

“Silahkan masuk.”

Sebuah pintu besar yang tadinya hanya merupakan sebuah dinding ruangan belaka terbuka. 

Nariti cepat memasuki pintu itu. Ruangan di mana dia berada adalah sebuah ruangan yang jauh 

lebih besar dari yang pertama tadi. Seluruh lantai ditutupi permadani. Di samping kanan terdapat 

sebuah taman. Di tengah taman dihiasi dengan kolam berair biru. Beberapa gadis cantik asyik 

mandi-mandi dalam kolam itu, bersimbur-simburan air dan bergurau sesama mereka. Beberapa 

lainnya duduk di tepi kolam memperhatikan. Semuanya mengenakan pakaian ringkas biru.

“Hai, itu si Nariti dari mana baru kelihatan!” seru seorang gadis baju biru.

“Nariti dari mana kau!” berseru yang lain.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Nariti hanya melambaikan tangan lalu cepat-cepat menaiki sebuah tangga yang juga 

beralaskan permadani. Di bagian atas terdapat tiga buah pintu yang dijaga oleh tiga orang gadis 

berpakaian biru.

“Kemani, aku mau bertemu dengan penulis ayan ,” berkata Nariti pada salah seorang gadis-gadis itu.

“Ada keperluan apakah?!”

“Tak usah tanya. Katakan di mana penulis ayan  saat ini, cepat! Ini penting sekali!”

Melihat keseriusan pada wajah Nariti maka Kemani segera menjawab. “penulis ayan  berada di 

anjungan ketiga.”

Mendengar itu maka Nariti segera memasuki pintu di samping kanannya. Pintu ini 

membawanya ke sebuah lorong yang kemudian menghubunginya dengan sebuah pintu biru yang 

tertutup. Di belakang pintu itu didengarnya suara petikan-petikan kecapi yang merdu.

Nariti mengetuk daun pintu tiga kali berturut-turut lalu dua kali lagi. Suara kecapi di ruang 

dalam berhenti.

“Siapa?!” terdengar suara perempuan bertanya dari dalam. Suaranya halus tapi penuh 

wibawa dan ketegasan.

“penulis ayan , aku Nariti membawa laporan penting untukmu!”

“Masuklah!”

Nariti mendorong daun pintu lalu masuk dengan cepat. Kamar yang dimasukinya selain 

bagus juga sangat luas. Lantai tertutup permadani biru yang tebal dan lembut. Tubuh serasa di 

awang-awang kalau menginjak kelembutan permadani itu. Di tengah ruangan terletak sebuah 

tempat tidur besar berseprai sutera putih. Di atas tempat tidur ini berbaringlah bermalas-malasan 

seorang perempuan muda. Umurnya paling banyak dua puluh tiga tahun. Dia berpakaian sutra biru 

yang bagus dan menjela ke permadani. Parasnya cantik sekali. Tapi dibalik kecantikan yang 

mengagumkan itu nyata kelihatan bayangan kekejaman. Matanya yang berkilat menyoroti Nariti 

dengan teliti. Kemudian dia berpaling pada gadis tujuh belas tahun yang duduk di permadani, yang 

tadi memainkan kecapi menghiburnya. Gadis ini juga berparas jelita dan berkulit kuning langsat

Perempuan di atas pembaringan yang bukan lain dari penulis ayan  Siluman adanya anggukkan 

kepala. Maka gadis pemain kecapi yang mengerti isyarat ini segera mengambil kecapinya dari 

pangkuan dan meninggalkan tempat itu lewat sebuah pintu di samping kanan.

“Katakan berita apa yang kau bawa, Nariti,” ujar penulis ayan  Siluman.

Nariti menjura dulu tiga kali baru menjawab.

“Ada beberapa pendatang baru di Pulau kita ini penulis ayan . Semuanya dari Pulau Jawa....”

“Hemmm....” penulis ayan  Siluman menggumam dan petik serenceng buah anggur lalu 

memasukkan buah itu satu demi satu ke dalam mulutnya.

“Teruskan keteranganmu!”

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Yang pertama ialah Sepuluh Jari Kematian....”

“Itu aku sudah tahu. Sepuluh Jari Kematian sobat lama yang sengaja kuundang kemari. 

Siapa yang lain-lainnya?!”

“Yang lain-lainnya ialah dua orang nenek-nenek yaitu Sepasang Arit Hitam dan muridnya Si 

Telinga Arit Sakti....”

“Heh... perlu apa murid dan guru itu berada di Pulau ini?” penulis ayan  Siluman memandang lewat 

jendela dari mana dia dapat melihat sebagian dari taman dan kolam yang tadi dilewati Nariti. Lalu 

tanyanya sambil mengunyah buah anggur dalam mulutnya. “Apa masih ada pendatang yang lain?”

“Ada penulis ayan . Seorang pemuda sakti....”

Sepasang alis mata yang hitam dan bagus dari penulis ayan  Siluman naik ke atas.

“Gerak-geriknya yang mencurigakan membuat aku menguntitnya selama dua hari. Ternyata 

dia tengah mencari keterangan di mana letak tempat kita ini....”

“Begitu? Menurutmu apakah dia membawa maksud baik atau jahat?!” tanya penulis ayan  Siluman.

“Pasti maksud jahat penulis ayan ....”

“Kalau begitu dia mencari jalan ke akhirat!” kata penulis ayan  Siluman pula sambil lemparkan 

tangkai anggur ke luar jendela. “Tapi terangkan dulu segala sesuatunya tentang dia....”

“Hampir di setiap tempat dia menanyakan pada penduduk di mana letak Bukit Tunggul, di 

mana letak sarang kita....”

“Kurang ajar. Istanaku disebut sarang!” maki penulis ayan  Siluman. “Teruskan Nariti!”

“Tapi penduduk tak satu pun mau beri keterangan. Meski demikian karena jelas pemuda ini 

sangat berbahaya bagi kita maka dengan menyamar kunantikan dia di jalan kecil di tepi hutan. 

Sengaja aku duduk di tengah jalan menghalanginya untuk mencari sengketa. Kemudian terjadi 

pertempuran antara kami. Tapi nyatanya dia sakti sekali dan bukan tandinganku. Aku hampir saja 

dimakan totokannya kalau tidak lekas melemparkan bola asap hitam!”

penulis ayan  Siluman merenung sejenak. Nariti adalah pembantunya yang memiliki ilmu tinggi. 

Kalau Nariti tiada sanggup melawan pemuda itu pastilah si pemuda memiliki ilmu yang hebat.

“Siapa nama pemuda itu?” bertanya penulis ayan  Siluman.

“Tak berhasil kuketahui penulis ayan .”

“Nariti, bawa tiga orang kawanmu. Cari pemuda itu dan tamatkan riwayatnya sebelum dia 

bikin susah pihak kita!”

“Perintahmu aku jalankan penulis ayan ,” sahut Nariti. Dia menjura tiga kali lalu melangkah ke 

pintu.

“Tunggu dulu Nariti!” berseru penulis ayan  Siluman. Nariti hentikan langkah dan balikkan badan. 

“Ya penulis ayan ...?”

“Apakah pemuda sakti itu berparas gagah?” tanya penulis ayan  Siluman.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

Nariti memandang ke jendela lalu tundukkan kepala. Kalau dia memberikan jawaban bahwa 

pemuda itu memang berparas gagah dia khawatir sang penulis ayan  akan punya persangkaan yang bukan-

bukan padanya. Karenanya Nariti tak berikan jawaban.

penulis ayan  Siluman tertawa merdu laksana taburan mutiara yang jatuh berderai di atas lantai 

pualam. Dari kebisuan anak buahnya itu dia segera maklum bahwa si pemuda yang mendatangi 

Pulau Madura adalah seorang berparas cakap.

“Kalau begitu tangkap saja dia hidup-hidup, Nariti.” kata penulis ayan  Siluman pula. “Jika 

parasnya betul-betul gagah dia akan menjadi budakku. Tapi kalau tampangnya buruk dia akan mati 

percuma!”

Nariti mengangguk. Dia menjura lagi tiga kali lalu tinggalkan kamar itu. penulis ayan  Siluman 

memandang ke luar jendela memperhatikan anak buahnya bersimbur-simburan air di tengah kolam. 

Di sudut bibirnya mengelumit sekuntum senyum aneh. Gadis jelita ini kemudian bertepuk tiga kali.

Inani gadis yang tadi memainkan kecapi menghibur penulis ayan  Siluman masuk kembali ke dalam 

kamar itu.

“Mainkan satu lagu yang bagus untukku, Inani.”

“Lagu bagus tentang apa, penulis ayan ?” tanya Inani.

“Apakah tentang lautan yang indah diwaktu matahari terbenam atau tentang bunga-bunga 

yang tengah mekar, atau tentang kebahagiaan hidup di swarga loka? Atau pula tentang 

pemandangan gunung yang tinggi hijau, atau tentang binatang-binatang yang bagus lucu...?”

penulis ayan  Siluman gelengkan kepala.

“Bukan... bukan tentang laut atau bunga-bunga atau binatang-binatang, Inani. Bukan tentang

semua yang kau sebutkan itu. Tapi tentang cinta....” kata penulis ayan  Siluman pula.

Terkejutlah Inani mendengar jawaban penulis ayan nya itu. Selama ini sang penulis ayan  sangat membenci 

segala sesuatu yang berbau cinta kasih. penulis ayan  Siluman selalu marah dan mendamprat bila dia 

memainkan lagu-lagu cinta, sekalipun dia memetik kecapi itu seorang diri dalam kamarnya! Dan 

kini adalah aneh kalau sang penulis ayan  minta dimainkan sebuah lagu cinta. Apakah telah berubah jalan 

pikiran dan lubuk hati sang penulis ayan . Ada sesuatu yang telah terjadi dengan penulis ayan nya itu?

Untuk lebih memastikan maka bertanyalah Inani. “Lagu cinta yang bagaimana penulis ayan ? 

Apakah cinta kasih seorang ibu terhadap anaknya? Atau cinta kasih Tuhan kepada hamba-hamba-

Nya...?!”

“Jangan sebut-sebut Tuhan!” sentak penulis ayan  Siluman. “Yang ada di dunia ialah kekuatan! 

Siapa yang kuat dia akan berkuasa dan bisa berbuat sekehendak hatinya! Jadi Tuhan di dunia ini!”

Meski di dalam hatinya Inani membantah ucapan sang penulis ayan , tapi karena takut dia tak berani 

nyatakan pendapatnya itu.

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

“Kalau begitu mungkin penulis ayan  ingin dengarkan lagu cinta antara seorang pemuda dengan 

seorang gadis?” tanya Inani pula.

“Ya, lagu itulah yang kuinginkan.” jawab penulis ayan  Siluman.

Maka dengan jari-jari tangannya yang bagus runcing itu Inani mulai memetik kecapinya 

menyanyikan sebuah lagu cinta.

*

* *

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

4

Petikan kecapi yang membawakan lagu cinta itu menggema ke luar kamar, sampai ke kolam 

dan taman dimana anak-anak buah penulis ayan  Siluman tengah mandi-mandi dan duduk-duduk 

beristirahat. Semua mereka saling berpandangan lalu memutar kepala ke arah jendela di anjungan 

ketiga yang tingginya empat puluh tombak lebih.

“Aneh, sejak kapankah penulis ayan  kita menyenangi lagu cinta-cintaan?” tanya salah seorang dari 

mereka.

Tak ada yang memberikan jawaban. Semua mata diarahkan ke jendela anjungan. Semua 

telinga mendengarkan. Suara kecapi yang merdu itu memasuki liang-liang telinga para gadis, 

laksana air gunung yang sejuk terus mengalir ke hatinya. Betapa indahnya sesuatu yang dipengaruhi 

oleh cinta. Betapa indahnya bercinta. Cinta kasih antara laki-laki dan pemudi. Dan mereka semua 

adalah gadis-gadis yang selama ini tidak mengenal apa artinya cinta. Di dalam Istana penulis ayan  Siluman 

yang terletak di bawah Bukit Tunggul, itu hidup mereka hanyalah antara sesama gadis, sesama 

perempuan. Dan kini mendengar lagu cinta kasih itu, hati mereka laksana berontak, darah mereka 

menjadi panas. Walau bagaimanapun mereka adalah manusia-manusia biasa, gadis-gadis yang 

membutuhkan cinta kasih sayang seorang pemuda. Gadis-gadis yang selama ini hidup di alam 

suasana tertekan, dipaksakan untuk tidak mengenal cinta. Tapi kali itu melalui petikan kecapi yang 

dimainkan oleh Inani tanpa disadari, penulis ayan  Siluman secara tak langsung telah memberikan 

kenyataan pada anak-anak buahnya bahwa sesungguhnya di dunia ini memang ada cinta kasih 

antara laki-laki dan perempuan. Melalui petikan kecapi itu penulis ayan  Siluman membuat anak-anak 

buahnya menjadi sadar bahwa mereka semua adalah makhluk-makhluk hidup, manusia-manusia, 

gadis-gadis yang membutuhkan kasih seorang laki-laki, membutuhkan peluk dekap dan ciuman 

mesra seorang pemuda.

Lagu itu belum lagi sampai ke ujungnya. Tiba-tiba saja petikan kecapi berhenti dan gadis-

gadis yang di kolam serta di taman melihat tubuh penulis ayan  Siluman muncul di ambang jendela.

“Kalian mendengarkan apakah?!” bentak penulis ayan  Siluman marah. Suaranya menggetarkan 

seluruh Istana. “Semua masuk ke kamar masing-masing! Jangan kalian berani memikirkan 

kehidupan dunia yang bukan-bukan! Siapa yang tak dengar perintah akan menerima hukuman 

berat!”

Penuh ketakutan maka gadis-gadis itu segera tinggalkan kolam dan taman.

Sementara itu Nariti dan tiga orang kawannya dengan cepat meninggalkan Istana penulis ayan  

Siluman. Mereka mengambil jalan memotong yaitu melewati lorong-lorong di bawah bukit dan 

lamping gunung. Ketika Inani dan tiga kawan-kawannya itu sampai ke jalan kecil di tempat mana 

scan & cover by kelapalima ebook by kalibening

dia tadi bertempur dengan Pendekar 10000 an  bobo  anak manusia  maka pada saat itu mereka melihat 

bagaimana pemuda itu terhampar di tanah. Tiga manusia berebut cepat untuk mengirimnya ke 

akhirat. Yang dua membacokkan senjata berbentuk arit sedang yang ketiga hendak memuntir dan 

menanggalkan kepala pemuda itu dari tubuhnya.

Dengan serta merta Nariti berteriak.

“Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik penulis ayan  Siluman! Kalian tak berhak 

merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!”

Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari Kematian. Pada 

saat itu empat bayangan biru melompat ke hadapan mereka. Keempatnya ternyata gadis-gadis 

berparas cantik.

bobo  sendiri yang tadi pejamkan mata menunggu detik kematiannya, kali ini membuka 

kedua matanya itu dan menjadi heran melihat kemunculan empat gadis itu. Merekalah orang-

orangnya penulis ayan  Siluman? Gadis-gadis cantik begini macam? Sungguh tak dapat dipercaya. Gadis-

gadis begitu jelita bisa membuat kejahatan main bunuh di mana-mana. Membunuh manusia-

manusia tak berdosa termasuk anak-anak dan orang-orang tua tak berdaya.

Sepuluh Jari Kematian lepaskan kepala bobo  anak manusia  yang barusan hendak dipuntirnya itu. 

Sepasang Arit Hitam dan Si Telinga Arit Sakti batalkan bacokan arit mereka.

Dengan kertakkan rahang penuh geram Sepuluh Jari Kematian membentak.

“Gadis-gadis baju biru! Kalian siapakah yang berani lancang ikut campur urusan orang 

lain?!”

Nariti mendengus.

“Orang tua jelek! Jangan jual omong besar di hadapanku! Serahkan pemuda rambut 

gondrong itu dan kalian bertiga ikut kami!”

Sepuluh Jari Kematian tertawa dingin. “Gadis jelita, meski kau seorang bidadari dari 

kahyangan, jangan kira aku yang tua ini berbelas kasihan untuk tidak merusak kecantikanmu itu!”

“Jangan banyak bacot!” bentak Nariti.

Marahlah Sepuluh Jari Kematian. Tangan kanannya diangkat ke atas.

“Kau mau keluarkan Ilmu Jari Penghancur Sukma? Silahkan teruskan!” mengejek Nariti.

Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian melihat si gadis mengetahui ilmu kesaktian yang hendak 

dilepaskannya.

“Gadis, sebaiknya lekas beritahu siapa kalian. Kalau tidak kau berempat akan mampus 

percuma!”

Keempat gadis itu tertawa bergelak.

Nariti buka mulut. “Dasar orang tua pikun! Masih tak