bobo anak manusia menghentikan jalannya di tikungan itu. Matanya memandang ke muka
memperhatikan beberapa buah gerobak besar ditumpangi oleh perempuan-perempuan dan anak-
anak. Gerobak-gerobak itu juga penuh dengan muatan berbagai macam perabotan rumah tangga.
Belasan orang laki-laki kelihatan berjalan kaki dan membawa buntalan barang-barang. Jelaslah
bahwa semua mereka itu tengah melakukan pindah besar-besaran.
“Saudara, hendak pergi ke manakah rombonganmu ini?” bertanya bobo sewaktu seorang
anggota rombongan melangkah ke jurusannya.
Orang itu memandang sebentar kepadanya dengan pandangan curiga. Demikian juga
anggota rombongan yang lain.
“Kami terpaksa meninggalkan kampung, pindah ke tempat lain yang jauh dari daerah ini....”
“Kenapa pindah?”
Seorang laki-laki tua yang mengemudikan gerobak, menghentikan gerobak itu dan
menjawab pertanyaan bobo anak manusia .
“Kampung kami dilanda malapetaka!”
“Malapetaka apakah?”
“Kepala kampung dan lima orang pembantunya serta istrinya digantung. Beberapa orang
gadis diculik! Beberapa penduduk dibunuh....”
“Siapa yang melakukannya?” tanya bobo anak manusia .
“Siapa lagi kalau bukan kaki tangannya penulis ayan Siluman,” menyahuti laki-laki pengemudi
kereta.
Mulut Pendekar 10000 an tertutup rapat-rapat. Rahangnya bertonjolan lagi-lagi dia dihadapkan
pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orangnya penulis ayan Siluman.
“Kalau kami tidak meninggalkan kampung, kami semua akan dibunuh!”
Anggota rombongan yang pertama tadi bertanya. “Kau sendiri mau kemanakah, Saudara...?”
“Maksudku ke arah sana. Ke kampung kalian...?”
“Sebaiknya batalkan saja niatmu,” menasehati orang itu. “Orang-orangnya penulis ayan Siluman
pasti akan datang lagi ke kampung kami. Jika kau ditemui mereka di sana, tiada harapan bagimu
untuk hidup lebih lama!”
“Terima kasih atas nasihatmu, Saudara!” jawab bobo . “Tapi aku tetap musti menuju
kesana....”
“Kau mencari mati, orang muda!” kata pengemudi gerobak. Dilecutnya punggung lembu
yang menarik gerobak itu kemudian diberinya aba-aba. Rombongan itu pun bergerak kembali.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo anak manusia mengikuti rombongan itu dengan pandangannya sampai akhirnya mereka
lenyap di kejauhan. Hatinya kasihan sekali melihat orang-orang itu, terutama laki-laki tua dan
perempuan-perempuan tua serta anak-anak. Kemudian dibalikkannya badannya dan dengan cepat
berlalu dari situ.
Kira-kira dua kali sepeminum teh, bobo anak manusia menemui sebuah kampung yang berada
dalam keadaan porak poranda. Pastilah ini kampung rombongan yang ditemuinya di tengah jalan
tadi.
Beberapa buah rumah hancur. Dua di antaranya musnah dimakan api. Empat orang laki-laki
terkapar di hadapan sebuah rumah bagus sedang di langkan rumah Pendekar 10000 an menyaksikan
enam orang tergantung berayun-ayun tiada nyawa lagi. Yang pertama adalah kepala kampung,
kemudian isterinya. Selebihnya adalah pembantu-pembantu kepala kampung. Di beberapa langkan
rumah lainnya, bobo menemukan pula beberapa orang yang mengalami nasib sama seperti kepala
kampung, digantung sampai mati.
Pendekar 10000 an menyandarkan punggungnya ke sebatang pohon dan membatin. Kesalahan
apakah yang telah dibuat penduduk kampung ini sebelumnya sampai mereka dibunuh sedemikian
kejamnya? Anak-anak dan perempuan-perempuan tanpa perikemanusiaan sama sekali?!
bobo ingat pada ucapan anggota rombongan tadi. Orang-orangnya penulis ayan Siluman pasti akan
kembali ke kampung itu. bobo memutuskan untuk menunggu. Jika manusia-manusia jahat itu
muncul, dia akan buat perhitungan dengan mereka dan sekaligus mencari keterangan di mana letak
Bukit Tunggul. Manusia macam penulis ayan Siluman tidak layak dibiarkan hidup lebih lama. Maka bobo
pun melompat ke sebuah cabang pohon yang tinggi, duduk di situ dan memulai penungguannya.
Sampai matahari condong ke barat tak seorang pun yang muncul. Dengan hati kesal murid
Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede itu turun dari atas pohon dan mengelilingi kampung.
Bukan main geramnya. bobo sewaktu di salah satu dinding rumah penduduk ditemuinya barisan-
barisan tulisan seperti yang dilihatnya sebelumnya di kampung yang terdahulu.
Delapan penjuru angin adaiah daerah kami
Siapa menantang mesti diterjang
Dunia persilatan boleh geger
Tokoh-tokoh persilatan boleh turun tangan
Kalau mau mempercepat kematian.
Dan juga di bawah barian-bansan kalimat itu tertera lukisan tengkorak kecil. Geram sekali
bobo anak manusia pergunakan kaki kirinya untuk menendang dinding rumah itu. Dinding rumah hancur
berantakan. Ditinggalkannya tempat itu. Hatinya bimbang dan meragu apakah orang-orangnya
penulis ayan Siluman benar-benar akan kembali ke kampung itu. Tiba-tiba bobo tersirap kaget. Di
belakang rumah sebelah kirinya terdengar suara seseorang bicara.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Heran, kenapa penulis ayan Siluman berbuat kekejaman yang tiada artinya ini?”
Sebagai jawaban terdengar suara helaan napas yang disusul dengan ucapan. “Manusia punya
seribu macam cara untuk cari nama di dunia persilatan!”
Ternyata ada dua orang di samping rumah sana. Yang mengherankan bobo ialah mengapa
dia sama sekali tidak mendengar sedikit pun kedatangan kedua manusia itu? Penuh rasa ingin tahu
bobo menyelinap ke bagian rumah yang lain dan melompat ke sebatang pohon berdaun rindang.
Dari sini jelas sekali dia dapat memandang ke halaman samping rumah tadi. Dua sosok tubuh
manusia dilihatnya berdiri di sana. Dan untuk kedua kalinya Pendekar 10000 an dibuat terkejut. Salah
seorang dari dua manusia itu bukan lain dari nenek-nenek sakti yang pernah baku hantam sekitar
dua bulan yang lewat dengan dia di Kotaraja. Nenek-nenek sakti yang dikenal dengan gelar Si
Telinga Arit Sakti.
Gerangan apakah yang membuat manusia ini berada pula di Pulau Madura? Dan siapakah
manusia yang berdiri di sampingnya saat itu? Manusia ini juga seorang perempuan tua renta,
bermuka keriput. Salah satu matanya hanya merupakan rongga hitam yang mengerikan. Kepalanya
tidak sedikit pun ditumbuhi rambut. Dia mengenakan jubah putih yang pada bagian dadanya
tergambar dua buah arit saling bersilangan! Melihat kepada umur serta ciri-ciri manusia ini bobo
menduga mungkin sekali dia adalah guru Si Telinga Arit Sakti. Sekurang-kurangnya kakak
seperguruannya. Dan apakah kemunculan mereka berdua di Pulau Madura ada sangkut pautnya
dengan pertempuran di Kotaraja dulu itu? Sangkut paut urusan dendam yang hendak dibalaskan?
Atau mungkin untuk satu urusan lainnya?
bobo terus memperhatikan dari atas pohon berdaun lebat itu. Dilihatnya Si Telinga Arit
Sakti memandang berkeliling.
“Tak ada tanda-tandanya bangsat yang kita kejar itu berada di sini....” Perempuan tua
berjubah putih buka suara.
Si Telinga Arit Sakti memandang lagi berkeliling lalu menyahuti. “Tapi rombongan yang
kita papasi di tengah jalan itu mengatakan bahwa dia memang menuju ke sini. Mungkin dia sudah
berlalu ke tempat lain. Kita harus mengejarnya dengan cepat.”
“Kau hanya bikin aku repot saja Telinga Arit Sakti. Kalau tidak gara-garamu tentu sekarang
ramuan obat yang kukerjakan itu sudah selesai!”
Telinga Arit Sakti perlihatkan wajah yang tidak senang. “Kalau pemuda sialan itu tidak
keliwat sakti mandraguna, pastilah aku tak akan mengemis minta tolong padamu. Guru!”
Nyatalah kini bagi bobo anak manusia bahwa perempuan tua berjubah putih itu adalah guru Si
Telinga Arit Sakti! Dan nyata pula bahwa kemunculan mereka di Pulau Madura saat itu adalah
dalam mencari dirinya sendiri. Rupanya kekalahan di Kotaraja tempo hari sangat menggeramkan
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
hati Si Telinga Arit Sakti hingga manusia itu mengadu kepada gurunya. Guru dan murid kemudian
sama-sama mencarinya!
“Dalam berpikir-pikir apakah dia saat itu segera turun atau tetap saja diam di atas pohon
maka bobo mendengar perempuan berjubah putih berkata. “Kita teruskan pengejaran ke timur!
Kurasa orang yang kita cari masih belum berapa jauh!”
Telinga Arit Sakti mengangguk. Maka keduanya pun berkelebat hendak meninggalkan
tempat itu. Tapi pada detik yang sama dari jurusan barat satu bayangan hitam laksana anak panah
lepas dari busurnya datang memapas ke arah mereka. Pendatang baru ini berseru nyaring. Suaranya
menggetarkan delapan penjuru angin.
“Dua perempuan tua! Harap tetap di tempat kalian!”
Guru dan murid hentikan tindakan mereka dan berpaling ke arah barat. “Bedebah! Siapa
yang berani main perintah seenak cecongornya huh?!” dengus guru Si Telinga Arit Sakti dengan
penuh kegusaran.
Dalam sekejap itu pula Si pendatang baru sudah sampai di hadapan mereka. Melihat siapa
adanya manusia ini maka sirnalah kemarahan guru Si Telinga Arit Sakti. Malah dia menjura hormat
dan lontarkan senyum.
“Ah, kiranya Sepuluh Jari Kematian! Tiada sangka akan bertemu di Pulau Madura ini!”
Manusia yang baru datang adalah seorang laki-laki berjubah hitam, berambut panjang
sampai ke punggung. Sepuluh jari tangannya berwarna hitam legam. Dia berbatuk-batuk dan
berkata. “Setahuku Sepasang Arit Hitam tengah sibuk membuat sejenis ramuan obat sakti di
pertapaannya. Tapi kini bersama muridnya berada di sini. Urusan apakah yang telah membawa
kalian ke sini...?”
Sepasang Arit Hitam rangkapkan tangan di muka dada. “Urusan biasa saja. Kami tengah
mencari seekor anjing kecil yang telah membuat sedikit keonaran di kalangan kami....”
Sepuluh Jari Kematian manggut-manggut beberapa kali.
“Kalau aku boleh tahu, siapakah yang kau maksudkan dengan seekor anjing kecil itu?”
“Ah... cuma seorang pemuda sinting geblek bernama bobo anak manusia bergelar Pendekar
10000 an ...!” jawab Sepasang Arit Hitam.
Di atas pohon bobo anak manusia memaki dalam hati. Dengan gusar dan memperhatikan terus
dan mendengarkan percakapan orang-orang itu.
Pada waktu mendengar nama bobo anak manusia dan gelar Pendekar 10000 an tadi terkejutlah Sepuluh
Jari Kematian. “Kalau begitu kita mencari bangsat yang sama!” serunya.
bobo terkejut. Dia coba menduga siapa adanya manusia berjuluk Sepuluh Jari Kematian
yang juga tengah mencari dirinya itu.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Betul-betul tidak diduga kita punya urusan yang sama di tempat yang sama!” ujar Sepuluh
Jari Kematian. “Bangsat bernama bobo anak manusia bergelar Pendekar 10000 an itu telah membunuh
muridku si Wirapati yang berjuluk Pendekar Pemetik Bunga beberapa bulan yang lewat! Aku
terpaksa turun gunung untuk cari itu manusia. Belakangan sekali aku mendapat keterangan bahwa
bangsat itu berada di ujung Jawa Timur, tengah dalam perjalanan ke Madura ini!”
Sepasang Arit Sakti Hitam hela nafas panjang. “Pertemuan memang aneh dan sukar diduga!
Karena kita sama satu tujuan satu haluan tentu kau tak keberatan kalau meneruskan pencarian atas
bangsat itu secara bersama-sama....”
“Tentu saja tidak keberatan!” sahut Sepuluh Jari Kematian dengan tertawa lebar. Laki-laki
berjubah hitam ini layangkan pandangannya berkeliling. “Di samping mencari pemuda keparat
bernama bobo anak manusia itu, aku juga mendapat undangan dari penulis ayan Siluman di Bukit Tunggul. Bila
ada kesempatan kurasa tak ada salahnya kalau kalian ikut berkunjung ke tempatnya.”
“Itu bisa dipikirkan nanti,” menyahuti Si Telinga Arit Sakti. “Yang penting kita harus
mencari si bobo anak manusia itu dan mematahkan batang lehernya lebih dahulu!”
Sepuluh Jari Kematian tertawa mengekeh. “Kau betul!” katanya.
bobo anak manusia memperhatikan kepergian ketiga orang itu. Kehadirannya di Pulau Madura itu
kini bukan saja untuk berhadapan dengan penulis ayan Siluman dan orang-orangnya, tapi juga untuk
berhadapan dengan tiga musuh sakti. Kalau Si Telinga Arit Sakti, ilmu silat dan ilmu kesaktiannya
sudah demikian tinggi, tentu gurunya Si Sepasang Arit Hitam lebih hebat lagi dari itu. Dan
ditambah pula dengan Guru Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga yang berjuluk Sepuluh Jari
Kematian itu. Benar-benar mereka merupakan lawan-lawan tangguh yang tak bisa dianggap enteng
sama sekali. (Mengenai kehebatan dan kejahatan Pendekar Pemetik Bunga baca serial bobo
anak manusia “Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga”). Diam-diam Pendekar 10000 an merenung. Mungkin
kehadirannya di Pulau Madura adalah benar-benar untuk mencari kematiannya sendiri.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
2
bobo anak manusia memperhatikan kesibukan-kesibukan dalam warung itu dengan sikap acuh tak
acuh. Teh manisnya baru satu kali diteguknya.
“Orang muda lekaslah habiskan minumanmu. Warung ini akan segera ditutup....”
bobo heran mendengar ucapan orang tua pemilik warung. “Siang-siang begini sudah
ditutup?” tanyanya.
“Kau tak tahu apa-apa orang muda. Habiskan saja teh itu, bayar cepat dan berlalu....”
“Ada apakah sebenarnya?”
Pemilik warung tampak agak gusar. Dia menunjuk ke luar warung. “Kau lihat penduduk
yang berbondong-bondong itu?”
bobo anak manusia palingkan kepala ke luar warung. Di tengah jalan dilihatnya serombongan
penduduk berjalan cepat menuju ke selatan membawa berbagai macam barang rumah tangga dan
binatang-binatang peliharaan seperti kambing-kambing dan beberapa ekor sapi.
“Memangnya kenapa mereka itu...?” bertanya lagi bobo .
“Mereka mengungsi! Aku pun hendak menyertai rombongan mereka. Daerah sini sudah
tidak aman! Malam kemarin seorang gadis telah diculik. Dua orang ditemui mati.”
“Siapa yang melakukannya?” tanya bobo .
Pemilik warung itu hendak menjawab tapi tak jadi. Di wajahnya nyata sekali kelihatan rasa
ketakutan. “Habiskan saja minumanmu. Aku tak bisa menunggu lebih lama,” katanya pada bobo .
bobo anak manusia garuk-garuk kepalanya beberapa kali lalu meneguk teh manisnya sampai
habis. Dari saku pakaiannya dikeluarkannya sebuah mata uang perak. Ditimang-timangnya sebentar
uang itu lalu diletakkannya di atas meja di hadapan pemilik warung. Sewaktu pemilik warung
mengambil uang itu, bobo memegang tangannya dan berkata. “Dengar orang tua. Kau tak usah
kembalikan uangku asal saja kau bisa kasih keterangan di mana letaknya Bukit Tunggul tempat
bersarangnya penulis ayan Siluman....”
Si orang tua tersentak kaget. Parasnya yang keriputan serta merta menjadi pucat pasi.
Matanya membelalak memandang bobo .
“Justru karena dialah penduduk kampung ini terpaksa pindah mengungsi. Kini kau malah
mencari penyakit bertanyakan tempat kediamannya. Apa kau sudah bosan hidup orang muda...?!”
bobo anak manusia tertawa.
“Mana ada orang yang bosan hidup,” sahutnya “Toh tidak ada salahnya kalau kau kasih
sedikit keterangan di mana letak Bukit Tunggul itu....”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Si orang tua gelengkan kepala. “Aku masih ingin hidup! Sekali aku membuka mulut kasih
keterangan seluruh keluargaku akan mampus! Mungkin juga semua penduduk kampung ini!”
Pemilik warung itu segera mengambil uang di atas meja dan memberikan kembalinya pada
bobo . Lalu katanya. “Nah, sekarang berlalulah.”
bobo geleng-gelengkan kepala. Dia keluar dari warung itu. Agaknya seluruh Pulau Madura
sudah digerayangi oleh rasa takut terhadap penulis ayan Siluman dan orang-orangnya. Tak ada satu
kampung pun yang ditemuinya berada dalam keadaan tenang tenteram. Di setiap kampung mesti
saja ada korban-korban yang jatuh akibat kejahatan yang dilakukan oleh orang-orangnya penulis ayan
Siluman. Dan bukan itu saja, di setiap kampung orang-orangnya penulis ayan Siluman selalu menculik
gadis-gadis. Entah dibawa ke mana dan entah apa, yang menimpa diri gadis-gadis itu tak bisa
diduga oleh bobo .
Dia mendongak ke langit. Sang surya tengah bersinar seterik-teriknya. Dengan
mempergunakan ilmu lari cepatnya, bobo tinggalkan kampung itu. Di satu jalan kecil yang lurus
pendekar ini memperlambat larinya. Di ujung sana dilihatnya seseorang duduk menjelepok di
tengah jalan. Ketika dia sampai di hadapan orang itu ternyata manusia ini adalah seorang nenek tua
bermuka cekung keriput. Dia duduk seenaknya di tengah jalan yang kecil itu. Di tangan kanannya
ada sebatang ranting kering. Dia mengenakan jubah putih yang kotor. Dia begitu asyik menggurat-
gurat tanah dengan ujung ranting kering di tangannya itu.
bobo tak dapat menduga siapa adanya nenek-nenek ini. Baginya adalah satu hal yang aneh
seorang nenek-nenek berada di tengah jalan dan duduk menggurat-gurat tanah seperti dilihatnya
saat itu. Karena jalan itu kecil, tak mungkin bobo anak manusia untuk lewat begitu saja tanpa membentur
tubuh sang nenek. Dia bisa melompat di atas kepala si nenek tapi tentu saja ini satu kekurangajaran.
Maka Pendekar 10000 an pun menegurlah dengan hormat.
“Nenek harap maafkan aku mengganggumu. Sudilah memberikan sedikit jalan bagiku.”
Si nenek anehnya terus saja asyik menggurat-gurat tanah dengan ranting kering di tangan
kanannya. Seakan-akan tiada didengarnya teguran bobo tadi.
Mungkin nenek-nenek ini tuli, pikir bobo . Tapi adalah mustahil kalau dia tidak melihat
bobo yang berdiri sedekat itu di sampingnya.
bobo menegur lagi dengan suara lebih dikeraskan.
“Nenek, harap suka memberi sedikit jalan untukku lewat.”
Si nenek tiba-tiba angkat kepalanya. Sepasang matanya memandang bobo dari rambut
sampai kaki, penuh meneliti dan penuh gusar. Kemudian kembali dia tundukkan kepala dan
menggurat-gurat tanah dengan ujung ranting.
bobo memaki dalam hati. Kalau si nenek ini tidak sinting pastilah dia seorang aneh atau
seorang yang sengaja cari sengketa, pikir Pendekar 10000 an bobo anak manusia .
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Nenek, aku mau lewat. Kuharap kau tak keberatan memberi jalan....”
“Setan alas!” Si nenek tiba-tiba mendamprat keras dan lantang. bobo terkejut dan usap
dadanya. “Kapan aku kawin sama kakekmu kau panggil aku nenek!”
bobo perhatikan tampang si nenek yang menjadi sangat galak. Dan Pendekar dari Gunung
Gede ini tak kuasa menahan rasa gelinya sewaktu mendengar ucapan perempuan tua itu. Dia
tertawa gelak-gelak sampai mukanya merah.
“Setan alas! Siapa yang suruh kau ketawa huh?!” Si nenek membentak lagi dengan suaranya
yang keras.
bobo hentikan tawanya.
“Siapa yang suruh!” sentak perempuan berjubah putih itu lagi.
“Memang tak ada yang suruh, Nek... eh... aku musti panggil apa terhadap kau...?” bobo
anak manusia garuk-garuk kepalanya.
“Kentut betul! Kalau tak ada yang suruh kenapa musti ketawa?!”
“Apakah seseorang itu baru tertawa kalau disuruh?” bertanya Pendekar 10000 an .
“Sudah! Jangan banyak tanya! Kentutmu sebakul! Jawab kenapa kau ketawa?! Kau
menertawai aku ya?! Ayo jawab!”
“Aku tidak menertawaimu Nek... eh... aku tertawa karena ucapanmu yang lucu tadi.”
“Betul-betul setan alas! Kau anggap aku ini badut yang mau melucu di hadapanmu? Makan
rantingku ini!”
Habis berkata begitu si nenek hantamkan ranting kering di tangannya!
“Wutt!”
Pendekar 10000 an tersentak kaget dan buru-buru menghindar ke belakang. Sambaran ranting
yang di tangan si nenek mengeluarkan angin dingin dan keras. Nyatanya bahwa si nenek bukan
perempuan sembarangan, tapi seorang yang memiliki tenaga dalam yang tinggi. Dan ini berarti
bahwa dia adalah seorang tokoh silat berkepandaian hebat.
Karena serangannya tidak mengenai sasaran, si nenek menjadi gusar sekali. Dia melompat
dan ranting kering di tangannya menderu pulang balik tiada hentinya, membungkus tubuh bobo
anak manusia dalam serangan-serangan yang sangat berbahaya.
Pendekar 10000 an bersiul nyaring.
“Ah, nyatanya kau bukan nenek sembarang nenek!” seru bobo sambil gerakkan tubuhnya
dengan cepat untuk menghindar dari serangan ganas si nenek.
Mendengar ucapan itu si nenek jadi tambah buas. Serangannya tambah ganas. Meski
senjatanya cuma sebuah ranting kering namun karena ranting itu mengandung aliran tenaga dalam
maka bahayanya tiada beda dengan bahaya sebuah senjata tajam seperti golok atau sebilah pedang.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Nenek!” seru bobo anak manusia . “Antara kita tak ada silang sengketa, mengapa kau menyerang
aku sejahat ini?!”
“Kalau kau tak lekas berlutut dan minta ampun niscaya kau akan kukirim ke akherat!” teriak
si nenek jubah putih. Serangan ranting keringnya semakin menggila. Dalam waktu lima jurus saja
Pendekar 10000 an sudah terdesak hebat.
Sampai jurus yang kesembilan bobo anak manusia masih juga berkelebat dalam posisi bertahan,
sama sekali tidak balas menyerang. Inilah yang menyebabkan dia saat demi saat semakin terdesak
dan kepepet. Ruang gerak Pendekar 10000 an makin lama makin ciut. Ranting kering di tangan si nenek
laksana ratusan buah banyaknya dan menyerangnya dari puluhan jurus.
Hampir tiada terasa lagi, saat itu mereka sudah memasuki jurus ke empat belas. Dalam jurus
ini bobo benar-benar dibikin mati kutu. Dia tak sanggup bertahan lebih lama. Dengan satu bentakan
nyaring Pendekar 10000 an segera pergunakan kedua tangannya untuk mulai balas menyerang. Tapi
justru pada jurus itu pula ranting kering di tangan si nenek membuat satu serangan yang sukar
dikelit.
“Breet!”
Robeklah pakaian Pendekar 10000 an . Dadanya tergores luka. Rasa sakit dan perih serta merta
menjalari sekujur tubuhnya. Dan tubuh itu kini menjadi panas dingin. Nyatalah ranting kering di
tangan si nenek bukan ranting kering biasa, melainkan sebuah senjata sakti yang mengandung racun
luar biasa. Cepat-cepat bobo ke luar dari kalangan pertempuran dan kerahkan tenaga dalamnya.
Si nenek tertawa panjang.
“Jangan harap kau bisa hidup lebih dari satu jam, pemuda keparat! Rantingku ini
mengandung racun yang jahat sekali!”
bobo tetap tenang. Dia tidak yakin racun ranting si nenek akan menamatkan riwayatnya.
Sewaktu digembleng di puncak Gunung Gede, tubuhnya telah diberi kekuatan oleh Eyang Sinto
Gendeng, kekuatan yang membuat dia kebal terhadap segala racun yang bagaimanapun jahatnya.
Apalagi saat itu dia sudah kerahkan tenaga dalamnya.
Si nenek tertawa lagi.
“Selamat tinggal orang muda! Nasibmu ternyata sial di Pulau Madura ini! Nantikanlah saat
kematianmu di depan mata!”
Habis berkata begini si nenek segera putar tubuh dan berkelebat meninggalkan tempat itu.
“Manusia keriput! Tunggu dulu! Aku tak sudi kau pergi sebelum menerima sedikit
pembalasan hormat dariku!” teriak bobo anak manusia . Sekali dia melesat maka tahu-tahu tubuhnya
sudah berada dihadapan si nenek, menghalangi lari perempuan tua itu. Tentu saja kejut si nenek
bukan tanggung-tanggung. Matanya melotot membeliak.
“Nyalimu keliwat besar!” teriaknya. “Apakah mau mampus saat ini juga bedebah?!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
bobo bersiul nyaring.
“Soal nyawa jangan diributkan perempuan keriput! Terima pukulanku ini!”
bobo anak manusia hantamkan tinju kanannya ke depan. Di saat itu pula si nenek sapukan
rantingnya ke muka. Maka tak ampun lagi tinju dan rantingpun beradulah.
bobo kerenyitkan kening menahan sakit. Kulit tangannya kelihatan lecet sedang ranting di
tangan si nenek mental dan patah berantakan. Si nenek beringas sekali melihat ranting keringnya
dimusnahkan lawan. Dia melompat ke muka dengan sepuluh jari tangan terpantang.
“Cengkeraman Garuda Sakti” seru Pendekar 10000 an begitu dia mengenali jurus serangan lawan.
Sekali tubuh kena dicengkeram pastilah daging dan tulang-tulangnya akan hancur remuk. Cepat-
cepat bobo menyurut mundur dan buat satu liukkan, kemudian hantamkan tangan kanan ke depan,
melepaskan “Pukulan Kunyuk Melempar Buah” yang disertai hampir setengah bagian tenaga
dalamnya.
Si nenek melengking penasaran sewaktu serangannya tertahan oleh satu gelombang angin
yang laksana satu gumpalan batu keras. Dengan kalap dia menyeruak dari samping dan begitu
pukulan Pendekar 10000 an lewat dengan serta merta dia lepaskan dua jotosan dan dua tendangan jarak
jauh. Empat serangan ini hebatnya bukan main. Debu dan pasir jalanan menderu.
Empat angin pukulan si nenek laksana air bah merambas tubuh Pendekar 10000 an . Murid Eyang
Sinto Gendeng ini terpaksa melompat beberapa tombak ke atas. Sambil turun ke bagian yang aman
bobo lepaskan “Pukulan Angin Puyuh”.
Empat angin pukulan si nenek dan satu gelombang angin pukulan bobo anak manusia saling
bentrok menimbulkan suara letusan nyaring, menggetarkan tanah tempat berpijak. Si nenek
terpelanting sampai enam langkah sedang kedua kaki bobo anak manusia tenggelam ke tanah sampai
sedalam tiga senti.
Bukan main geramnya si nenek. Ternyata si pemuda memiliki ilmu yang tidak rendah
sebagaimana yang disangkanya. Dalam luapan amarah, nenek keriput ini segera cabut batang
belimbing di tepi jalan. Dengan mempergunakan pohon itu sebagai senjata dia segera menyerang
bobo anak manusia .
“Hebat!” seru bobo sambil berkelit cepat. Pohon belimbing yang di babatkan si nenek
menderu menghantam pohon lain di belakangnya, membuat pohon ini tumbang bergemuruh. Dapat
dibayangkan bagaimana kalau batang pohon belimbing itu melanda tubuh bobo anak manusia .
Laksana memegang sebuah sapu lidi, demikianlah si nenek pergunakan pohon belimbing itu
untuk menyapu dan membabat lawannya. bobo anak manusia geleng-geleng dan garuk-garuk kepala.
Belum pernah ia menghadapi lawan yang demikian kalapnya seperti si nenek ini sehingga mau
mencabut sebatang pohon dan menyerang dengan pergunakan pohon itu sebagai senjata. Di
samping kagum, bobo juga kepingin tahu siapa sesungguhnya manusia ini.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Nenek, sesuai dengan peradatan dunia persilatan harap kau terangkan siapa nama atau ge-
larmu!” seru bobo .
“Bakul kentut! Kau bisa tanya nanti pada cacing-cacing di liang kubur!” Dan si nenek
babatkan lagi pohon belimbing di tangannya.
“Buset!”
bobo berkelebat cepat.
Si nenek penuh penasaran memandang berkeliling. Lawannya lenyap seperti ditelan bumi.
“Setan alas kau lari ke mana hati?!” teriak nenek-nenek itu.
Di belakangnya terdengar suara tertawa.
“Nenek-nenek kurasa matamu belum begitu kabur hingga tak tahu kalau aku berada di sini!”
Begitu putar tubuh begitu si nenek hantamkan batang belimbing ke pohon di belakangnya.
Kraak!
Pohon di tepi jalan patah dan tumbang. bobo anak manusia yang tadi memang melompat dan
berdiri di salah satu cabang pohon itu, berkelebat ke pohon lain dan berdiri di salah satu cabangnya
sambil tertawa-tawa mengejek.
“Setan alas! Apa kau kira aku tidak sanggup mengejarmu ke atas sana?!” teriak seraya
lemparkan pohon belimbing ke tepi jalan kemudian melompat sebat ke cabang pohon di mana bobo
berdiri.
Tapi kemengkalannya jadi bertambah-tambah karena begitu ia menginjak cabang pohon,
bobo anak manusia sudah lenyap dari cabang itu. Dan bila dia memandang ke bawah maka dilihatnya si
pemuda berdiri bertolak pinggang di jalan kecil, cengar-cengir ke arahnya.
Si nenek sampai melengking nyaring saking gemasnya. Dia keruk satu jubahnya dan
berteriak. “Pemuda keparat! Terima ini!”
Selusin senjata rahasia yang berbentuk paku hitam melesat ke arah bobo anak manusia dalam
bentuk lingkaran. bobo pukulkan tangan kanannya ke atas. Enam paku mental jauh sedang enam
lainnya amblas ke dalam tanah. Di saat itu pula si nenek sudah turun ke tanah kembali dan kirimkan
serangan berantai ke arah bobo .
“Nenek! Ilmumu memang tinggi. Tapi aku tak begitu suka bertempur dengan orang lain
tanpa alasan! Apalagi kalau tidak tahu asal usul dan namanya!”
“Pemuda sialan, jangan jual kentut! Kau tak akan kulepaskan hidup-hidup!” hardik si nenek.
Kembali dia kirimkan selusin paku hitam dan susul dengan serangan berantai.
Pendekar 10000 an angkat kedua tangannya. Saat itu pertempuran sudah berjalan tiga puluh jurus
lebih. bobo kini tak mau main-main lagi. Begitu kedua tangannya dipukulkan ke muka maka
gelombang angin yang laksana topan menderu. Inilah “Pukulan Benteng Topan Melanda
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Samudera” yang kedahsyatannya bukan saja membuat selusin paku hitam itu mental tapi juga
membuat si nenek terguling di tanah sampai enam tombak.
Belum lagi sempat bangun bobo memburu tak kasih ampun. Dua tangannya melesat ke
pangkal leher si nenek, siap untuk menotok. Tapi lebih cepat dari itu si nenek keluarkan sebuah
benda berbentuk bola berwarna hitam. Bola hitam ini dilemparkan ke arah bobo . Satu letusan
terdengar. Dalam kejap itu pula asap hitam tebal menggebu menutup pemandangan, bobo anak manusia
tak dapat melihat apa-apa dan cepat-cepat melompat ke samping. Tapi dia masih juga terkurung
oleh asap hitam yang gelap itu. Dia melompat sekali lagi, dua kali lagi dan barulah bisa keluar dari
kurungan asap hitam yang membutakan pemandangannya.
Beberapa saat kemudian ketika asap hitam itu sirna dengan perlahan maka si nenek sudah
lenyap dari tempat itu. Dan betapa terkejutnya Pendekar 10000 an karena di seberangnya kini berdiri tiga
manusia lain.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
3
Ketiga manusia itu bukan lain Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari
Kematian. Ketiganya memandang dengan mata ganas menyorot yang membayangkan maut.
“Ini dia bangsatnya!” Si Telinga Arit Sakti buka suara.
“Apa yang dikerjakannya di sini! Bermain-main asap?!” Sepuluh Jari Kematian menimpali.
bobo masih diam dan menyapu tampang ketiga orang itu dengan pandangan seenaknya.
“Pendekar 10000 an !” lengking Si Telinga Arit Sakti. “Ketahuilah hari ini adalah hari
kematianmu!”
bobo anak manusia senyum lalu keluarkan suara tertawa bergelak.
“Telinga Arit Sakti,” kata Pendekar 10000 an pula. “Bacotmu besar amat! Mentang-mentang
berada sama-sama gurumu!”
“Kalau tahu aku gurunya mengapa tidak lekas berlutut dan bunuh diri?!” sentak Sepasang
Arit Hitam.
bobo tertawa lagi gelak-gelak. “Orang gila pun disuruh bunuh diri tidak bakal mau!”
“Dan kau lebih dari gila!” damprat Sepasang Arit Hitam.
Sepuluh Jari Kematian lambaikan tangannya dan berkata. “Kau tak usah bicara panjang
lebar kawan-kawan. Mari kita berebut cepat memisahkan kepala dan badannya!”
“Ah... ah... ah!” bobo rangkapkan tangan di muka dada. “Kalau tak salah penglihatanku
bukankah kau yang berjuluk Sepuluh Jari Kematian, gurunya Si Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga
yang mampus tempo hari di tanganku?!”
“Pemandanganmu memang tajam, pemuda gendeng! Muridku mati di tanganmu. Hari ini
aku datang meminta jiwamu!”
bobo geleng-gelengkan kepala.
Katanya. “Akhir ini banyak sekali manusia-manusia yang begitu inginkan jiwaku, sebut-
sebut segala urusan jiwa.... seakan-akan jiwanya sendiri adalah jiwa yang bersih polos!”
“Jangan pidato!” bentak Sepasang Arit Hitam.
“Siapa bilang aku pidato!” sahut bobo ketus. “Aku cuma bicara biasa!” Kemudian Pendekar
10000 an berpaling pada Sepuluh Jari Kematian. “Dengar Sepuluh Jari Kematian,” katanya. “Muridmu
seorang manusia bernafsu besar doyan perempuan kelas satu! Bagaimana kalau hari ini kuberikan
seorang perempuan cantik padamu, apakah kau bersedia melupakan urusan kita?!”
Merahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Darah di kepala mendidih mendengar ejekan itu.
Dia maju satu langkah. “Kau memang tak layak hidup lebih lama!” bentaknya. Kelima jari-jari
tangan kanannya dijentikkan ke muka. Lima sinar hitam yang menggidikkan melesat mengeluarkan
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
suara menggaung. Inilah Ilmu Jari Penghancur Sukma yang dahsyat. Satu jentikkan saja ganasnya
bukan main, apalagi sekaligus lima jentikan. Dan dilancarkan oleh tokoh penciptanya sendiri yang
berilmu tinggi.
Dengan cepat Pendekar 10000 an melompat ke udara. Empat larikan sinar hitam berhasil
dihindarkannya, tapi sinar yang kelima tak sanggup dielakkan. Sinar ini menyapu kaki kiri
Pendekar 10000 an .
Wuss!
Kaki kiri itu dengan serta merta menjadi hitam. bobo anak manusia terguling di tanah, merintih
kesakitan. Meski tubuhnya kebal segala macam racun namun dia masih khawatir. Begitu jatuh
dengan cepat bobo totok jalan darah dan urat-urat di siku kaki kirinya. Dengan terpincang-pincang
Pendekar 10000 an bangkit berdiri. Di saat itu Si Telinga Arit Sakti dan Sepasang Arit Hitam memburu
dengan senjata di tangan sedang Sepuluh Jari Kematian melompat sebat menjambak rambut
gondrong bobo anak manusia siap untuk memuntir kepala pendekar itu.
Dengan berteriak nyaring bobo gerakkan tangan kanan untuk cabut barbel Maut pemusnah
10000 an . Tapi Si Telinga Arit Sakti yang tahu gelagat segera tendang tangan kanan bobo anak manusia .
Kraak!
Patahlah lengan Pendekar 10000 an . Tubuhnya terhempas ke tanah. Tiga buah arit masing-masing
dua di tangan sepasang Arit Hitam dan satu di tangan si Telinga Arit Sakti menderu siap untuk
membuat tubuh bobo anak manusia menjadi terkutung empat sedang jambakan Sepuluh Jari Kematian
akan menanggalkan kepalanya dari badan.
bobo anak manusia hendak lepaskan Pukulan Sinar Matahari. Tapi sudah terlambat, sudah tak
ada kesempatan lagi.
“Tamatlah riwayatku!” keluh pendekar ini. Dipejamkannya kedua matanya menanti saat
kematian itu.
Hanya beberapa detik lagi tubuh sang pendekar akan terkutung empat dibabat tiga buah arit
sakti, hanya beberapa detik lagi kepalanya akan tanggal dipuntir, maka terdengarlah teriak lantang
menggeledek.
“Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik penulis ayan Siluman! Kalian tak berhak
merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!”
Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari Kematian.
Empat sosok tubuh berkelebat.
Perlahan-lahan bobo anak manusia buka kedua matanya yang tadi dipejamkan! Dan hampir tak
dapat dipercaya pemandangan matanya sendiri saat itu. Betapa tidak. Empat pendatang baru ini
adalah gadis-gadis cantik berpakaian biru. Leher mereka digantungi tengkorak manusia yang
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
besarnya sekepalan tangan. Meski tampang mereka cantik-cantik tapi membayangkan kebengisan.
Dugaan bobo anak manusia pastilah mereka ini orang-orangnya penulis ayan Siluman dari Bukit Tunggul.
*
* *
Sehabis melemparkan bola yang meletuskan asap hitam dan tebal itu si nenek keriput cepat
berguling dan lari meninggalkan jalan kecil. Dimasukinya rimba belantara kemudian menyeruak di
antara semak belukar lebat. Dari luar semak belukar ini tiada beda dengan semak-semak yang lebat
di sekitar tempat itu. Tapi siapa nyana kalau begitu semak belukar diseruak maka muncullah sebuah
lobang besar setinggi manusia. Si nenek menyelusup memasuki lobang itu dan terus berlari. Meski
penerangan dalam lobang itu tidak begitu terang namun karena sudah terlalu sering melewatinya si
nenek sudah sangat hafal liku-likunya maka dia lari dengan sebat tanpa kurangi kecepatannya.
Dalam waktu yang singkat dia sudah sampai di ujung lobang yang merupakan terowongan bawah
tanah itu. Dia muncul di satu lamping bukit. Dari sini lari cepat ke bawah, masuk lagi ke sebuah
terowongan rahasia dan akhirnya sampai di satu terowongan batu pualam. Sebelum memasuki
sebuah ruangan besar si nenek gerakkan kedua tangannya ke muka. Sehelai selaput topeng yang
amat tipis ditanggalkannya dari parasnya. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli. Dan nyatanya dia
adalah seorang gadis jelita berkulit hitam manis, berhidung mancung dan berbibir tipis mungil.
Gadis ini kemudian tanggalkan jubah putihnya. Di balik jubah putih si gadis kulit hitam
manis ini ternyata mengenakan pakaian ringkas biru. Gadis ini kemudian berlari ke tengah ruangan
besar. Salah satu tumitnya menekan ubin yang bergambar bunga mawar merah.
Maka pada saat itu menggemalah suara bertanya dalam ruangan itu. Entah dari mana
datangnya.
“Siapa yang mau masuk?!”
“Aku, Nariti hendak menghadap penulis ayan !” menjawab si gadis hitam manis.
“Silahkan masuk.”
Sebuah pintu besar yang tadinya hanya merupakan sebuah dinding ruangan belaka terbuka.
Nariti cepat memasuki pintu itu. Ruangan di mana dia berada adalah sebuah ruangan yang jauh
lebih besar dari yang pertama tadi. Seluruh lantai ditutupi permadani. Di samping kanan terdapat
sebuah taman. Di tengah taman dihiasi dengan kolam berair biru. Beberapa gadis cantik asyik
mandi-mandi dalam kolam itu, bersimbur-simburan air dan bergurau sesama mereka. Beberapa
lainnya duduk di tepi kolam memperhatikan. Semuanya mengenakan pakaian ringkas biru.
“Hai, itu si Nariti dari mana baru kelihatan!” seru seorang gadis baju biru.
“Nariti dari mana kau!” berseru yang lain.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Nariti hanya melambaikan tangan lalu cepat-cepat menaiki sebuah tangga yang juga
beralaskan permadani. Di bagian atas terdapat tiga buah pintu yang dijaga oleh tiga orang gadis
berpakaian biru.
“Kemani, aku mau bertemu dengan penulis ayan ,” berkata Nariti pada salah seorang gadis-gadis itu.
“Ada keperluan apakah?!”
“Tak usah tanya. Katakan di mana penulis ayan saat ini, cepat! Ini penting sekali!”
Melihat keseriusan pada wajah Nariti maka Kemani segera menjawab. “penulis ayan berada di
anjungan ketiga.”
Mendengar itu maka Nariti segera memasuki pintu di samping kanannya. Pintu ini
membawanya ke sebuah lorong yang kemudian menghubunginya dengan sebuah pintu biru yang
tertutup. Di belakang pintu itu didengarnya suara petikan-petikan kecapi yang merdu.
Nariti mengetuk daun pintu tiga kali berturut-turut lalu dua kali lagi. Suara kecapi di ruang
dalam berhenti.
“Siapa?!” terdengar suara perempuan bertanya dari dalam. Suaranya halus tapi penuh
wibawa dan ketegasan.
“penulis ayan , aku Nariti membawa laporan penting untukmu!”
“Masuklah!”
Nariti mendorong daun pintu lalu masuk dengan cepat. Kamar yang dimasukinya selain
bagus juga sangat luas. Lantai tertutup permadani biru yang tebal dan lembut. Tubuh serasa di
awang-awang kalau menginjak kelembutan permadani itu. Di tengah ruangan terletak sebuah
tempat tidur besar berseprai sutera putih. Di atas tempat tidur ini berbaringlah bermalas-malasan
seorang perempuan muda. Umurnya paling banyak dua puluh tiga tahun. Dia berpakaian sutra biru
yang bagus dan menjela ke permadani. Parasnya cantik sekali. Tapi dibalik kecantikan yang
mengagumkan itu nyata kelihatan bayangan kekejaman. Matanya yang berkilat menyoroti Nariti
dengan teliti. Kemudian dia berpaling pada gadis tujuh belas tahun yang duduk di permadani, yang
tadi memainkan kecapi menghiburnya. Gadis ini juga berparas jelita dan berkulit kuning langsat
Perempuan di atas pembaringan yang bukan lain dari penulis ayan Siluman adanya anggukkan
kepala. Maka gadis pemain kecapi yang mengerti isyarat ini segera mengambil kecapinya dari
pangkuan dan meninggalkan tempat itu lewat sebuah pintu di samping kanan.
“Katakan berita apa yang kau bawa, Nariti,” ujar penulis ayan Siluman.
Nariti menjura dulu tiga kali baru menjawab.
“Ada beberapa pendatang baru di Pulau kita ini penulis ayan . Semuanya dari Pulau Jawa....”
“Hemmm....” penulis ayan Siluman menggumam dan petik serenceng buah anggur lalu
memasukkan buah itu satu demi satu ke dalam mulutnya.
“Teruskan keteranganmu!”
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Yang pertama ialah Sepuluh Jari Kematian....”
“Itu aku sudah tahu. Sepuluh Jari Kematian sobat lama yang sengaja kuundang kemari.
Siapa yang lain-lainnya?!”
“Yang lain-lainnya ialah dua orang nenek-nenek yaitu Sepasang Arit Hitam dan muridnya Si
Telinga Arit Sakti....”
“Heh... perlu apa murid dan guru itu berada di Pulau ini?” penulis ayan Siluman memandang lewat
jendela dari mana dia dapat melihat sebagian dari taman dan kolam yang tadi dilewati Nariti. Lalu
tanyanya sambil mengunyah buah anggur dalam mulutnya. “Apa masih ada pendatang yang lain?”
“Ada penulis ayan . Seorang pemuda sakti....”
Sepasang alis mata yang hitam dan bagus dari penulis ayan Siluman naik ke atas.
“Gerak-geriknya yang mencurigakan membuat aku menguntitnya selama dua hari. Ternyata
dia tengah mencari keterangan di mana letak tempat kita ini....”
“Begitu? Menurutmu apakah dia membawa maksud baik atau jahat?!” tanya penulis ayan Siluman.
“Pasti maksud jahat penulis ayan ....”
“Kalau begitu dia mencari jalan ke akhirat!” kata penulis ayan Siluman pula sambil lemparkan
tangkai anggur ke luar jendela. “Tapi terangkan dulu segala sesuatunya tentang dia....”
“Hampir di setiap tempat dia menanyakan pada penduduk di mana letak Bukit Tunggul, di
mana letak sarang kita....”
“Kurang ajar. Istanaku disebut sarang!” maki penulis ayan Siluman. “Teruskan Nariti!”
“Tapi penduduk tak satu pun mau beri keterangan. Meski demikian karena jelas pemuda ini
sangat berbahaya bagi kita maka dengan menyamar kunantikan dia di jalan kecil di tepi hutan.
Sengaja aku duduk di tengah jalan menghalanginya untuk mencari sengketa. Kemudian terjadi
pertempuran antara kami. Tapi nyatanya dia sakti sekali dan bukan tandinganku. Aku hampir saja
dimakan totokannya kalau tidak lekas melemparkan bola asap hitam!”
penulis ayan Siluman merenung sejenak. Nariti adalah pembantunya yang memiliki ilmu tinggi.
Kalau Nariti tiada sanggup melawan pemuda itu pastilah si pemuda memiliki ilmu yang hebat.
“Siapa nama pemuda itu?” bertanya penulis ayan Siluman.
“Tak berhasil kuketahui penulis ayan .”
“Nariti, bawa tiga orang kawanmu. Cari pemuda itu dan tamatkan riwayatnya sebelum dia
bikin susah pihak kita!”
“Perintahmu aku jalankan penulis ayan ,” sahut Nariti. Dia menjura tiga kali lalu melangkah ke
pintu.
“Tunggu dulu Nariti!” berseru penulis ayan Siluman. Nariti hentikan langkah dan balikkan badan.
“Ya penulis ayan ...?”
“Apakah pemuda sakti itu berparas gagah?” tanya penulis ayan Siluman.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
Nariti memandang ke jendela lalu tundukkan kepala. Kalau dia memberikan jawaban bahwa
pemuda itu memang berparas gagah dia khawatir sang penulis ayan akan punya persangkaan yang bukan-
bukan padanya. Karenanya Nariti tak berikan jawaban.
penulis ayan Siluman tertawa merdu laksana taburan mutiara yang jatuh berderai di atas lantai
pualam. Dari kebisuan anak buahnya itu dia segera maklum bahwa si pemuda yang mendatangi
Pulau Madura adalah seorang berparas cakap.
“Kalau begitu tangkap saja dia hidup-hidup, Nariti.” kata penulis ayan Siluman pula. “Jika
parasnya betul-betul gagah dia akan menjadi budakku. Tapi kalau tampangnya buruk dia akan mati
percuma!”
Nariti mengangguk. Dia menjura lagi tiga kali lalu tinggalkan kamar itu. penulis ayan Siluman
memandang ke luar jendela memperhatikan anak buahnya bersimbur-simburan air di tengah kolam.
Di sudut bibirnya mengelumit sekuntum senyum aneh. Gadis jelita ini kemudian bertepuk tiga kali.
Inani gadis yang tadi memainkan kecapi menghibur penulis ayan Siluman masuk kembali ke dalam
kamar itu.
“Mainkan satu lagu yang bagus untukku, Inani.”
“Lagu bagus tentang apa, penulis ayan ?” tanya Inani.
“Apakah tentang lautan yang indah diwaktu matahari terbenam atau tentang bunga-bunga
yang tengah mekar, atau tentang kebahagiaan hidup di swarga loka? Atau pula tentang
pemandangan gunung yang tinggi hijau, atau tentang binatang-binatang yang bagus lucu...?”
penulis ayan Siluman gelengkan kepala.
“Bukan... bukan tentang laut atau bunga-bunga atau binatang-binatang, Inani. Bukan tentang
semua yang kau sebutkan itu. Tapi tentang cinta....” kata penulis ayan Siluman pula.
Terkejutlah Inani mendengar jawaban penulis ayan nya itu. Selama ini sang penulis ayan sangat membenci
segala sesuatu yang berbau cinta kasih. penulis ayan Siluman selalu marah dan mendamprat bila dia
memainkan lagu-lagu cinta, sekalipun dia memetik kecapi itu seorang diri dalam kamarnya! Dan
kini adalah aneh kalau sang penulis ayan minta dimainkan sebuah lagu cinta. Apakah telah berubah jalan
pikiran dan lubuk hati sang penulis ayan . Ada sesuatu yang telah terjadi dengan penulis ayan nya itu?
Untuk lebih memastikan maka bertanyalah Inani. “Lagu cinta yang bagaimana penulis ayan ?
Apakah cinta kasih seorang ibu terhadap anaknya? Atau cinta kasih Tuhan kepada hamba-hamba-
Nya...?!”
“Jangan sebut-sebut Tuhan!” sentak penulis ayan Siluman. “Yang ada di dunia ialah kekuatan!
Siapa yang kuat dia akan berkuasa dan bisa berbuat sekehendak hatinya! Jadi Tuhan di dunia ini!”
Meski di dalam hatinya Inani membantah ucapan sang penulis ayan , tapi karena takut dia tak berani
nyatakan pendapatnya itu.
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
“Kalau begitu mungkin penulis ayan ingin dengarkan lagu cinta antara seorang pemuda dengan
seorang gadis?” tanya Inani pula.
“Ya, lagu itulah yang kuinginkan.” jawab penulis ayan Siluman.
Maka dengan jari-jari tangannya yang bagus runcing itu Inani mulai memetik kecapinya
menyanyikan sebuah lagu cinta.
*
* *
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
4
Petikan kecapi yang membawakan lagu cinta itu menggema ke luar kamar, sampai ke kolam
dan taman dimana anak-anak buah penulis ayan Siluman tengah mandi-mandi dan duduk-duduk
beristirahat. Semua mereka saling berpandangan lalu memutar kepala ke arah jendela di anjungan
ketiga yang tingginya empat puluh tombak lebih.
“Aneh, sejak kapankah penulis ayan kita menyenangi lagu cinta-cintaan?” tanya salah seorang dari
mereka.
Tak ada yang memberikan jawaban. Semua mata diarahkan ke jendela anjungan. Semua
telinga mendengarkan. Suara kecapi yang merdu itu memasuki liang-liang telinga para gadis,
laksana air gunung yang sejuk terus mengalir ke hatinya. Betapa indahnya sesuatu yang dipengaruhi
oleh cinta. Betapa indahnya bercinta. Cinta kasih antara laki-laki dan pemudi. Dan mereka semua
adalah gadis-gadis yang selama ini tidak mengenal apa artinya cinta. Di dalam Istana penulis ayan Siluman
yang terletak di bawah Bukit Tunggul, itu hidup mereka hanyalah antara sesama gadis, sesama
perempuan. Dan kini mendengar lagu cinta kasih itu, hati mereka laksana berontak, darah mereka
menjadi panas. Walau bagaimanapun mereka adalah manusia-manusia biasa, gadis-gadis yang
membutuhkan cinta kasih sayang seorang pemuda. Gadis-gadis yang selama ini hidup di alam
suasana tertekan, dipaksakan untuk tidak mengenal cinta. Tapi kali itu melalui petikan kecapi yang
dimainkan oleh Inani tanpa disadari, penulis ayan Siluman secara tak langsung telah memberikan
kenyataan pada anak-anak buahnya bahwa sesungguhnya di dunia ini memang ada cinta kasih
antara laki-laki dan perempuan. Melalui petikan kecapi itu penulis ayan Siluman membuat anak-anak
buahnya menjadi sadar bahwa mereka semua adalah makhluk-makhluk hidup, manusia-manusia,
gadis-gadis yang membutuhkan kasih seorang laki-laki, membutuhkan peluk dekap dan ciuman
mesra seorang pemuda.
Lagu itu belum lagi sampai ke ujungnya. Tiba-tiba saja petikan kecapi berhenti dan gadis-
gadis yang di kolam serta di taman melihat tubuh penulis ayan Siluman muncul di ambang jendela.
“Kalian mendengarkan apakah?!” bentak penulis ayan Siluman marah. Suaranya menggetarkan
seluruh Istana. “Semua masuk ke kamar masing-masing! Jangan kalian berani memikirkan
kehidupan dunia yang bukan-bukan! Siapa yang tak dengar perintah akan menerima hukuman
berat!”
Penuh ketakutan maka gadis-gadis itu segera tinggalkan kolam dan taman.
Sementara itu Nariti dan tiga orang kawannya dengan cepat meninggalkan Istana penulis ayan
Siluman. Mereka mengambil jalan memotong yaitu melewati lorong-lorong di bawah bukit dan
lamping gunung. Ketika Inani dan tiga kawan-kawannya itu sampai ke jalan kecil di tempat mana
scan & cover by kelapalima ebook by kalibening
dia tadi bertempur dengan Pendekar 10000 an bobo anak manusia maka pada saat itu mereka melihat
bagaimana pemuda itu terhampar di tanah. Tiga manusia berebut cepat untuk mengirimnya ke
akhirat. Yang dua membacokkan senjata berbentuk arit sedang yang ketiga hendak memuntir dan
menanggalkan kepala pemuda itu dari tubuhnya.
Dengan serta merta Nariti berteriak.
“Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik penulis ayan Siluman! Kalian tak berhak
merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!”
Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari Kematian. Pada
saat itu empat bayangan biru melompat ke hadapan mereka. Keempatnya ternyata gadis-gadis
berparas cantik.
bobo sendiri yang tadi pejamkan mata menunggu detik kematiannya, kali ini membuka
kedua matanya itu dan menjadi heran melihat kemunculan empat gadis itu. Merekalah orang-
orangnya penulis ayan Siluman? Gadis-gadis cantik begini macam? Sungguh tak dapat dipercaya. Gadis-
gadis begitu jelita bisa membuat kejahatan main bunuh di mana-mana. Membunuh manusia-
manusia tak berdosa termasuk anak-anak dan orang-orang tua tak berdaya.
Sepuluh Jari Kematian lepaskan kepala bobo anak manusia yang barusan hendak dipuntirnya itu.
Sepasang Arit Hitam dan Si Telinga Arit Sakti batalkan bacokan arit mereka.
Dengan kertakkan rahang penuh geram Sepuluh Jari Kematian membentak.
“Gadis-gadis baju biru! Kalian siapakah yang berani lancang ikut campur urusan orang
lain?!”
Nariti mendengus.
“Orang tua jelek! Jangan jual omong besar di hadapanku! Serahkan pemuda rambut
gondrong itu dan kalian bertiga ikut kami!”
Sepuluh Jari Kematian tertawa dingin. “Gadis jelita, meski kau seorang bidadari dari
kahyangan, jangan kira aku yang tua ini berbelas kasihan untuk tidak merusak kecantikanmu itu!”
“Jangan banyak bacot!” bentak Nariti.
Marahlah Sepuluh Jari Kematian. Tangan kanannya diangkat ke atas.
“Kau mau keluarkan Ilmu Jari Penghancur Sukma? Silahkan teruskan!” mengejek Nariti.
Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian melihat si gadis mengetahui ilmu kesaktian yang hendak
dilepaskannya.
“Gadis, sebaiknya lekas beritahu siapa kalian. Kalau tidak kau berempat akan mampus
percuma!”
Keempat gadis itu tertawa bergelak.
Nariti buka mulut. “Dasar orang tua pikun! Masih tak