Selasa, 11 Februari 2025

bobo penasaran 2


 ah tanah!” kata Setan Pikulan.  

“Apakah kau tahu tempat itu?” tanya bobo  anakmanusia . 

Si kate merenung sejenak. “Ikuti aku,” katanya.  

Mereka ke luar dari kamar nomer lima itu. Di kamar nomer enam 

mereka berhenti. Setan Pikulan meneliti lantai kamar dengan 

sepasang matanya yang juling. Kemudian dia mendangak ke atas. 

Pada langit-langit kamar kelihatan tergantung sebuah kawat yang 

ujungnya diganduli lampu minyak yang besar sekali. Setan Pikulan 

melompat ke atas dan menarik kawat itu satu kali. Aneh sekali tiba-

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

tiba lantai di samping kanan ruangan membuka dan sebuah tangga 

batu kelihatan. 

Keduanya melangkah ke tepi liang itu. Ruang di bawah sana 

agak gelap hanya diterangi oleh sebuah pelita. Samar-samar bobo  

anakmanusia  melihat sesosok tubuh menggeletak di lantai ruangan. 

Pakaiannya tak kelihatan apa warnanya namun  tangan kirinya buntung. 

“Itu kawanmu?” tanya Setan Pikulan. 

nBetul.” 

“Lekaslah turun, sebelum Tiga Penulis kusta kembali ke sini kita 

musti tedah meninggalkan tempat ini!”  

Tanpa pikir panjang bobo  anakmanusia  segera menuruni anak tangga. 

Begitu dia menginjakkan kaki di lantai ruangan batu karang dia 

terkejut sewaktu di atas didengarnya suara tertawa bergelak Setan 

Pikulan.  

“Manusia tolol geblek! Aku tahu kau mau menipu! Sekarang kau 

sendiri yang masuk perangkap! Kau akan mampus di ruang batu 

karang itu! Mayatmu akan busuk!” 

“Bedebah keparat!” teriak bobo . Dia melompat kembali ke atas. 

namun  secepat kilat Setan Pikulan melesat ke udara, menarik kawat 

gantungan lampu dan dengan serta merta lantai di ruangan itu 

tertutup kembali! Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  masuk 

perangkap sudah! 

 

-- == 0O0 == -- 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

ENAM 

 

SETAN PIKULAN melesat dari pintu menuju ke halaman 

belakang gedung. saat  dia melangkah kehadapan Sekar, gadis ini 

yang tubuhnya masih kaku tegang karena ditotok segera bertanya, 

“Mana kawanku?” 

Munding Sura alias Setan Pikulan tertawa buruk. “Kalian kira 

aku ini kambing tolol yang bisa ditipu mentah-mentah?” ujarnya. Dia 

berdiri dekat-dekat dihadapan Sekar. Kepalanya cuma sampai 

kepinggang gadis itu. “Dengar gadis molek,” kata Setan Pilarlan 

seraya usap perut Sekar dengan tangan kirinya. 

“Manusia kurang ajar!” maki Sekar. “Lepaskan totokanku, 

cepat!” 

Setan Pikulan tertawa gelak-gelak. 

“Gadis molek, siapa-siapa manusia yang berani menipuku pasti 

kukirim ke akherat! Kawanmu telah kujebloskan ke dalam ruang 

batu karang…!” Setan Pikulan tertawa lagi. 

Sekar kaget bukan main mendengar keterangan ini. Dia tahu 

sendiri bahwa bobo  anakmanusia  bukan Penulis kusta  sembarangan. Ilmu Silat 

dan kesaktiannya tinggi sekali. Dia bahkan telah menyaksikan 

kehebatan Penulis kusta  itu di Biara Pensuci Jagat sewaktu bertempur 

melawan Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga, namun  kenapa kini dia 

bisa terjebak dan masuk ke dalam perangkap ruang batu? Apakah 

ilmu Setan Pikulan jauh tebih tinggi dari bobo ? Atau mungkin 

manusia kate bermuka buruk ini telah membokong dan menipu bobo  

secara pengecut? 

“Terhadapmu gadis molek…,” berkata lagi si kate kepala 

gundul, dia berjingkat dan mengulurkan tangannya mengelus dagu 

Sekar. Gadis ini memaki habis-habisan. Setan Pikulan tertawa 

bergelak. Dan akhirnya Sekar meludahi muka manusia buruk itu. 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Sompret kau!” bentak Setan Pikulan. namun  dia tidak sebenar-

benarnya marah. Dengan tertawa-tawa ditariknya ujung baju kuning 

Sekar dan disekanya mukanya yang disembur ludah itu. 

“Kalau kau tidak secantik ini pasti sudah kuremas hancur kau 

punya, muka! Kau kuampuni namun  musti ikut ketempatku! Untuk 

selanjutnya kau akan jadi perempuan peliharaanku!” 

“Bedebah keparat. Lekas lepaskan totokanku kalau tidak kelak 

jiwamu tak akan kuampuni!” Setan Pikulan tertawa gelak-gelak. 

“Kau galak sekali. Aku mau lihat apakah di tempat tidur kau 

juga akan segalak ini…. He… he…he…?!” 

Sekar memaki dan meludahi lagi muka laki-laki kate itu. Setan 

Pikulan tak menunggu lebih lama. Dilakukannya lagi satu totokan 

yang membuat mulut Sekar menjadi bungkam bisu tak bisa 

mengeluarkan suara lagi! Kemudian secepat kilat manusia kate itu 

meraih pinggang Sekar, melompat ke atas kudanya dan meninggalkan 

tempat itu. 

 

SEMENTARA itu di ruang batu karang di bawah gedung 

kediaman Tiga Penulis kusta …. 

Begitu bobo  anakmanusia  melompat dan sampai di anak tangga 

teratas, lantai di atasnya tertutup dengan cepat! Pendekar ini memaki 

habis-habisan. Diterjangnya lantai di atas tangga itu dengan satu 

tendangan keras yang disertai aliran tenaga dalam. Jangarrkan bobol, 

berbekaspun tendangannya itu tidak! 

Penasaran sekali bobo  anakmanusia  alirkan separoh dari tenaga 

dalamnya ke kaki dan untuk kedua kalinya dia menendang lagi. 

Lantai karang yang merupakan langit-langit ruang batu itu keras dan 

atosnya bukan olah-olah. Tendangan bobo  anakmanusia  hanya senggup 

membuat langit-langit itu tergetar sedikit saja! 

“Sialan!” gerutu Pendekar 10000an . 

Kini seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke kaki. Dengan 

bentakan dahsyat pendekar ini menendang ke atas. Ruang batu itu 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

bergoncang! namun  bagian yang ditendang tidak mengalami perobahan 

sedikitpun! bobo  menghela nafas dalam. Keringat dingin mengucur 

dikeningnya. Penuh penasaran Penulis kusta  ini salurkan seluruh tenaga 

dalamnya ke tangan kanan sampai tangan itu tergetar. Kedua kakinya 

merenggang. Dalam keadaan seperti itu, bila dia berdiri di tanah 

pastilah kedua kakinya akan melesak sedalam lima atau sepuluh 

senti. namun  di atas lantai karang yang atos itu, hal itu tidak terjadi. 

Perlahan-lahan jari-jari tangan pendekar 10000an  menekuk membentuk 

tinju.  

“Ciaaat!” 

Didahului dengan bentakan menggeledek itu bobo  anakmanusia  

pukulkan tangan kanannya ke atas. Jari-jari yang terkepal membuka. 

Satu gumpalan angin keras laksana batu besar bergulung-gulung dan 

melesat menghantam bagian atas ruangan batu didekat kepala tangga! 

Inilah pukulan kunyuk melempar buah! 

Ruang batu itu bergoncang dahsyat. Angin pukulan memantul 

kembali, memadamkan pelita yang terletak di lantai. Dan ruangan 

batu kurang itu dengan serta merta menjadi gelap gulita. Tangan di 

depan matapun tak kelihatan !  

Wira anakmanusia  menggerendeng, memaki diri sendiri, memaki akan 

ketololannya sendiri. Seharusnya dia memperhitungkan bahwa 

pukulannya itu tadi akan dapat memadamkan pelita di ruang 

batu itu. Dia berpikir-pikir untuk melepaskan pukan sinat 

matahari. namun  bobo  khawatir kalau-kalau pukulannya itu juga 

tidak mempan dan akan membalik menghantam dirinya sendiri 

serta manusia yang menggeletak di ruangan itu! 

Sejak masuk ke dalam ruang batu karang itu baru bobo  

ingat pada laki-laki bertangan buntung yang tadi hendak 

ditolongnya. bobo  melangkah perlahan-lahan sampai akhirnya 

kedua kakinya menyentuh tubuh laki-laki itu. Dia berlutut. 

Digoyang-goyangnya tubuh laki-laki itu. Tiada suara. Tubuh itu 

basah oleh keringat dan gelimangan darah. bobo  meletakkan 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

telapak tangan kanannya di dada laki-laki itu. Lama sekali baru 

dia berhasil merasakan degupan jantung yang sangat halus dan 

pelahan! Ternyata manusia itu masih hidup. Dengan cepat bobo  

anakmanusia  salurkan tenaga dalamnya melalui dada dan 

pergelangan tangan kanan laki-laki itu. Seperempat jam berlalu. 

Masih tak ada reaksi apa-apa. Mungkin manusia itu tak ada 

harapan lagi untuk diselamatkan jiwanya, pikir bobo . Tubuhnya 

sudah keringatan. Mengerahkan tenaga dalam selama 

seperempat jam tanpa terputus-putus merupakan hal yang 

sangat berat, kurang hati-hati salah-salah bisa membuat diri 

sendiri menjadi rusak di dalam! 

saat  sepeminuman teh lewat maka baru terasa laki-laki 

itu memberikan reaksi. Tubuhnya bergerak sedikit. Kemudian 

terdengar suara erangannya. Erangan yang hampir tak 

kedengaran. bobo  kerahkan lagi tenaga dalamnya sampai 

tubuhnya menjadi lemas. Dia tersandar kedinding dan mengatur 

jalan nafas serta darahnya. 

Kemudian telinganya mendengar erangan laki-laki itu 

lebih keras. Erangan kesakitan yang mengeriken! 

“Di mana aku?” lapat-lapat bobo  mendengar laki-laki itu 

bertanya. 

“Sobat, kau sudah siuman?” 

“Kau siapa…?” desis laki-laki itu.  

“Apa kau bisa membuka matamu?”  

“Ya, sedikit. namun  semua gelap sekali!” 

“Ya, ruangan ini memang gelap. Ruang batu karang yang 

tak beda dengan liang kubur! Kita sama-sama bernasib sial! 

Disekap di tempat terkutuk ini…” 

“Kenapa kita bisa disekap di sini..... Siapa yang 

menjebloskan kita...?” 

“Ya. Namaku Pranajaya…” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Meski kau terkurung di sini, nasibmu sebenarnya masih 

untung Prana,” kata bobo . 

Pranajaya menghela nafas dalam. 

“Kau kuat sekali. Kurasa jarang ada manusia yang 

sanggup bertahan dan masih hidup diseret dengsn kuda seperti 

kau.” 

“Aku... aku diseret dengan kuda…?” tanya Prana. 

“Ya. Sudahlah, sebaiknya kau duduk bersila. Atur jalan 

nafas, aliran darah dan tenaga dalammu…”  

”Tidak mungkin…,” desis Prana. “Seluruh tubuhku tidak 

punya tenaga sedikitpun. Tulang-tulangku serasa remuk!” 

“Kau begitu berbaring sajalah sementara aku mencari akal 

bagaimana kita bisa ke luar dari tempat terkutuk ini!” kata 

Pendekar 10000an .  

“Kau masih belum menerangkan namamu,” ujar 

Pranajaya. 

“Panggil aku bobo .....“ 

“Kau juga seorang dari dunia persilatan?” 

“Sudah, aku bilang berbaring sajalah,” potong bobo . “Aku musti 

berpikir. Kita musti ke luar dari tempat celaka ini!” 

Pranajaya menutup mulutnya. Sekujur tubuhnya sakit tiada 

terkirakan. Sedikit demi sedikit dalam keadaan berbaring itu 

dicobanya mengatur jalan nafas, darah dan tenaga dalamnya. 

“Plaak!” bobo  memukul keningnya sendiri. Tangan kanannya 

mengeruk  saku pakaiannya. Dari dalam saku ini diambilnya sebuah 

kantong kecil berisi beberapa buah pil. Diambilnya sebutir “Aku 

sampai lupa Prana, ngangakan mulutmu. Telan obat ini. Seperempat 

jam mungkin kau bisa lebih kuatan......” 

Dalam gelap itu Pranajaya mengangakan mulutnya dan bobo  

mencari-cari dengan tangannya mulut Penulis kusta  itu. Bila bertemu 

maka dimasukkannya pil itu ke dalam mulut Pranajaya. 

 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Beberapa menit kemudian...... 

“Rasa sakitku agak berkurang…” kata Prana pelahan. 

“Syukur......” 

“Saudara bobo  bagaimana…” 

Pranajaya tidak meneruskan pertanyaannya. Di dalam gelap itu 

dirasakannya bobo  berdiri. Kemudian tubuhnya didukung den 

dibawa ke salah satu sudut ruangan. 

“Apa yang hendak kau lakukan?” tanya Pranajaya. 

bobo  tak menjawab. Dia melangkah ke tengah ruangan 

kembali. Dari balik pakaiannya dikeluarkannya sebuah batu hitam 

yang bertuliskan angka 10000an  serta barbel  Maut pembasmi 10000an . 

Senjata sakti ini memancarkan sinar yang menerangi ruang batu itu. 

Meski tidak cukup terang namun  bobo  dapat melihat di mana pelita yang 

tadi padam terletak. Mata barbel  dan batu hitam diadu satu sama 

lain. Lidah api menyembur ke arah pelita dan pelita itupun menyala 

kembali. Ruang batu karang menjadi terang benderang. Kini kedua 

manusia itu baru bisa meneliti paras dan diri masing-masing. 

Paras Pranajaya mengerikan untuk dipandang. Kulit mukanya 

hampir keseluruhannya mengelupas, demikian juga kulit sekujur 

badannya. Salah satu telinganya hampir sumplung, hidung lecet. 

Pakaian robek-robek. Kulit kepala ada yang mengelupas dan darah, 

keringat serta debu membungkus tubuh Pranajaya mulai dari ujung 

rambut sampai ke kaki! 

Pendekar 10000an  kertakkan rahang menahan hatinya yang seperti 

terbakar melihat keadaan tubuh laki-laki bertangan buntung itu. 

Kesalahan apakah yang telah dibuatnya sampai disiksa demikian 

biadabnya? bobo  tak mau berpikir lebih lama. Saat itu yang musti 

dilakukan ialah mencari jalan ke luar. 

Dengan barbel  pembasmi 10000an  ditangan bobo  anakmanusia  

melangkah menuju ke tangan batu paling atass. Dia memandang 

pada Pranajaya dan berkata, “Kalau senjataku ini tiada sanggup 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

menghancurkan langit-langit ruangan batu karang ini berarti kita 

akan mampus di sini sobat.” 

Pranajaya tak berkata apa-apa. Hatinya kecut, dan sedingin es. 

bobo  mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. barbel  pembasmi 

di putar-putar di atas kepala. Senjata itu mengeluarkan angin yang 

deras dan suara mengaung laksana deru ribuan tawon. Angin senjata 

membuat api pelita mati lagi. 

Pada saat itu terdengar bentakan menggeledek dan di saat 

yang bersamaan pula terdengar suara “buumm!” 

Ruang batu bergoncang keras. bobo  terhuyung-huyung, 

tubuhnya dihujani oleh guguran dan puing-puing batu karang. 

Pranajaya terpelantihp dan terhampar di lantai ruang betu. 

saat  bobo  memandang ke atas dia berseru girang, “Prana, kita 

berhasil!” 

Ternyata batu karang tebal yang atos keras yang menjadi 

atap ruang batu itu tiada sanggup menghadapi barbel  Naga 

Geni 10000an . Sekali bobo  menghantamkan senjata pemberian 

gurunya itu maka hancur leburlah atap batu karang. Lobang 

baser terbuka tepat di atas anak tangga paling atas. Pendekar 

10000an  memasukkan barbel nya ke balik pinggang kemudian turun 

ke bawah kembali, mendukung tubuh Pranajaya dan 

mepinggalkan ruangan batu karang itu dengan cepat. namun  

sewaktu mereka sampai di halaman belakang, seorang 

penunggang kuda bermuka merah, berambut dan berjubah 

merah tahu-tahu muncul menghadang mereka. Penulis kusta 

Pertama! 

 

-- == 0O0 == -- 

 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

TUJUH 

 

PADA WAKTU Setan Pikulan keluar dari pekarangan 

gedung tua membawa lari Sekar, maka di ujung jalan di 

belakangnya tiga penunggang kuda muncul. Mereka bukan lain 

Tiga Penulis kusta yang baru saja kembali dari luar Kuburan penulis . 

“Hai, kalau aku tak salah lihat itu si kepala gundul Setan 

Pikulan!” seru Penulis kusta Pertama.  

“Betul!” menyahut Penulis kusta Kedua. “Dia memboyong 

perempuan dan keluar dari rumah kita! Apa yang  telah 

terjadi?!” 

Tiga Penulis kusta sama memacu kuda masing-masing 

lebih cepat namun Setan Pikulan sudah lenyap dari 

pemandangan mereka sewaktu ketiganya sampai di depan pintu 

halaman gedung tua. 

“Kalian berdua kejar manusia itu,” perintah Penulis kusta 

Pertama. “Aku akan menyelidiki tempat kita. Pasti terjadi apa-

apa yang tak diingini!” 

Penulis kusta Kedua dan Ketiga segera meninggalkan 

tempat itu sedang Penulis kusta Pertama dengan cepat memasuki 

halaman gedung kediamannya. Apa yang disangkakannya 

ternyata betul! Pintu samping ditemuinya melompong bobol. 

Belasan senjata rahasia berbentuk panah bertebaran di tanah 

dan beberapa lainnya menancap di batang pohon Penulis kusta 

Pertama memaki dalam hati. “Apa ini si kate kepala gundul itu 

yang melakukannya?” manusia bermuka merah ini membathin. 

“Kalau betul kelak aku akan kasih pelajaran pada manusia 

keparat itu!” Dilewatinya pintu yang telah bobol itu dan saat  

sampai di halaman belakang kekagetannya bertambah-tambah 

sewaktu menyaksikan tanah dari anak tangga sebelah bawah pintu 

belakang hancur berantakan sedang pintu belakang itu sendiri juga 

bobol pecah! 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Setan alas! Setan alas!” maki manusia muka merah itu. Dia 

memandang berkeliling dan merasa heran karena dia tidak melihat 

arca yang seharusnya berada di halaman itu! 

Siapa yang melakukan ini semuanya? Apa yang sebenarnya 

telah terjadi. Dan Setan Pikulan yang tadi dilihatnya ke luar dari 

pintu halaman, memboyong seorang perempuan?! Sudut mata Setan 

Darah Pertama menangkap satu gerakan. Cepat-cepat dia palingkan 

kepala. Sepasang mata Penulis kusta Pertama melotot. Dihadapannya 

berdiri seorang Penulis kusta  berambut gondrong, berpakaian putih-putih. 

Dia tidak kenal dengan Penulis kusta  ini. Yang membuat Penulis kusta 

Pertama begitu terkejut ialah karena Penulis kusta  ini memanggul 

Pranajaya yang sebelumnya telah disekapnya dalam ruang batu 

karang! 

Penulis kusta Pertama berpikir cepat. Jika si Penulis kusta  asing ini 

adalah kawan Pranajaya dan menolong Prana keluar dari ruang batu 

karang, pastilah dia yang telah menghancurkan pintu samping dan 

pintu belakang gedung kediamannya. Dan di dalam gedung pasti 

pula dia telah membuat kerusakan yang lebih hebat lagi. Lantas, apa 

pula hubungan Setan Pikulan yang tadi dilihatnya ke luar dari 

halaman gedung dengan memboyong seorang perempuan?! Setan 

Darah Pertama jadi bingung sendiri! Matanya menatap tajam. Kalau 

betul Penulis kusta  belia ini yang telah membebaskan Pranajaya dari 

dalam ruang batu maka ini adalah hal yang sangat tak bisa dipercaya 

oleh Penulis kusta Pertama. 

Untuk masuk ke dalam gedung tua saja seseorang harus 

melalui rintangan-rintangan senjata rahasia yang bisa membawa 

maut! Kalaupun dia sanggup masuk ke dalam, belum tentu dia tahu 

rahasia bagaimana membuka pintu ruang batu karang. Mungkin dia 

mempergunakan ilmu kesaktian dan membobolkan pintu ruang 

batu? Selama bertahun-tahun tak ada satu kekuatanpun yang 

sanggup mendobrak pintu ruang batu karang itu. Apalagi manusia 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

muda bertampang dogol seperti yang saat itu berdiri memanggul 

tubuh Pranajaya dihadapannya. 

Di lain pihak Pendekar 10000an  bobo  anakmanusia  memandang pula 

tepat-tepat kepada Penulis kusta Pertama. Dia ingat manusia inilah 

yang telah menyeret Pranajaya tadi sepanjang jalan. Dia tenang-

tenang saja dan tidak perlu terkejut melihat si muka merah ini. 

Cuma yang diam-diam membuat dia khawatir ialah karena saat itu 

dia sama sekali tidak melihat Sekar! Tak ada dugaan lain selain 

bahwa gadis itu pasti sudah dilarikan oleh si kate Setan Pikulan! 

“Penulis kusta  asing, siapa kau?!” bentak Penulis kusta Pertama 

dengan suara menggeledek. Sekaligus dia hendak menunjukkan 

bahwa dia bukan manusia sembarangan.  

bobo  anakmanusia  cengar cengir seenaknya. 

“Jangan cengar cengir tak karuan! Cepat beritahu siapa kau 

dan mengapa nyalinu begitu besar membuat keonaran di sini?!” 

“bobo ....,” Pranajaya berbisik. “Manusia muka kepiting rebus ini 

adalah musuh besarku! Salah satu dari Tiga Penulis kusta ….” 

bobo  tertawa mendengar ucapan “kepiting rebus” itu. 

“Setan alas!” sentak Penulis kusta Pertama. “Kau kira kau 

berhadapan dengan siapakah berani tertawa seenak perutmu?!” 

“Masakah orang tertawa saja tidak boleh!” sahut bobo  Ssbleng. 

Darah Penulis kusta Pertama naik ke kepala “Kalau kau masih 

bicara bertele, nyawamu akan kukirim menghadap setan neraka!” 

ancam Penulis kusta Pertama dan tangan kanannya dinaikkan ke 

atas, siap untuk melancarkan satu pukulan tangan kosong! 

“Sabar… sabar sobat!” kata bobo . “aku adalah kawan Penulis kusta  

ini. Sebagai kawan, sepantasnya aku menolong bila dia mendapat 

kesukaran.... Bukan begitu Tiga Penulis kusta ?!” 

“Hemm… manusia buruk macammu rupanya sudah tahu juga 

berhadapan dengan siapa saat ini!” ujar Penulis kusta Pertama. 

“Karena kau kawan Penulis kusta  itu, terpaksa kalian berdua kuseret 

kembali ke ruang batu karang!” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Habis berkata demikian Penulis kusta Pertama lentingkan 

kelima jarinya ke muka. Lima larik sinar merah menyambar ke arah 

lima bagian tubuh bobo  anakmanusia ! Inilah ilmu totokan jarak jauh 

bernama totokan lima jari yang sangat lihai sekali! 

Pendekar 10000an  bobo  anakmanusia  keluarkan suara bersiul. Sekali 

melompat ke samping, lima sinar totokan itu dapat dihindarkannya 

sekaligus! 

Ini membuat Penulis kusta Pertama menjadi gusar. 

“Punya sedikit ilmu saja hendak diandalkan!” ejeknya. “Aku 

mau lihat sampai di mana kedikjayaanmu bocah konyol!.” Serentak 

dengan itu Penulis kusta Pertama melompat dari kudanya. 

“Silahkan turunkan dulu kunyuk dibahumu itul” kata Setan 

Darah Pertama. 

“Tiga Penulis kusta , meski kau seorang bejat yang sebenarnya 

tidak pantas hidup di dunia ini, namun  aku tak punya permusuhan 

denganmu. Harap minggir beri jalan....!” 

“Kentut bapak moyangmu!” teriak Penulis kusta Pertama. “Lekas 

turunkan Penulis kusta  itu, dalam satu jurus nyawamu pasti akan 

minggat dari badan!” 

Sebenarnya bobo  bukan tak mau baku hantam dengan 

manusia terkutuk ini, namun  karena dia mengkhawatirkan keselamatan 

Sekar dan musti mencari gadis itu maka sekali ini diusahakannya 

untuk menghindari pertempuran. namun  agaknya si muka kepiting 

rebus tak memberi kesempatan terhadapnya. Dan ini membuat 

murid Eyang Sinto Gendeng itu mulai luntur pula kesabarannya. 

“Iblis muka merah!” bentak bobo  anakmanusia . “Untuk menghadapi 

kau kenapa musti susah-susah turunkan tubuh kawanku ini 

segala?” 

Mendidihlah darah Penulis kusta Pertama. Seumur hidupnya 

tak pernah dia mendapat hinaan demikian. 

“Kalau begitu kalian akan mampus sama-sama!” teriaknya 

lantang. 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Penulis kusta Pertama kebutkan kedua lengan jubahnya. Dua 

angiri merah yang amat dahsyat menderu ke arah bobo  anakmanusia . 

Dalam jarak dua tombak saja panasnya sudah memerihkan kulit. 

“Awas bobo , pukulan itu beracun!” membisik Pranajaya. Lalu 

tambahnya “Manusia ini bukan sembarangan, ilmunya tinggi. Lebih 

baik kau sandarkan aku ke pohon sana....!” 

“Ah, tak usah khawatir sobat..,” jawab bobo . Satu tombak dua 

larikan sinar merah itu menyambar kearahnya dengan membentak 

nyaring Pendekar 10000an  berkelebat. Tubuhnya lenyap dari hadapan 

Penulis kusta Pertama. 

Kaget Penulis kusta Pertama bukan main-main. Tak tahu dia 

gerakan kilat apa yang dipergunakan oleh si Penulis kusta  lawannya 

hingga lebih cepat dari kejapan mata Penulis kusta  itu sudah lenyap dari 

pemandangannya. 

Cepat-cepat dia membalik. bobo  dan Prana dilihatnya sudah 

berada di pintu samping. 

“Kau mau lari ke mana bedebah?!” bentak Penulis kusta 

Pertama dan memburu dengan cepat seraya lancarkan satu jotosan 

jarak jauh yang hebat. Serangan ini membuat murid Eyang Sinto 

Gendeng melompat ke samping lalu membalik. 

“Iblis muka merah, kali ini aku tidak ada waktu untuk 

melayanimu. Kelak di lain hari kita bakal berhadapan kembali!” 

“Cuma nyawamu yang bisa pergi dari sini keparat!” teriak 

Penulis kusta Pertama. Dia memburu lagi. namun  langkahnya terhenti. 

bobo  telah melepaskan satu pukulan yang mendatangkan angin yang 

amat hebat, membuat pasir di halaman itu menggebu laksana kabut 

tebal menderu ke arah Penulis kusta Pertama membuat 

pemandangannya tertutup. saat  dia menerobos kabut pasir itu 

dengan cepat, bobo  anakmanusia  dan Pranajaya sudah lenyap! Setan 

Darah Pertama menyumpah habis-habisan. 

Orang-orang yang berada di tengah jalan cepat-cepat 

menghindar ke tepi sewaktu Setan Pikulan memacu kudanya dengan 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

kecepatan yang luar biasa. Debu beterbangan di belakang diterpa 

oleh keempat kaki kuda tunggangan manusia bertubuh kate itu.  

Seorang pejaian kaki berkata pada kawannye di tepi jalan.  

“Lihat, si kate kepala gundul itu membawa seorang perempuan 

lagi!” 

“Ya, parasnya cantik sekali!” Sahut kawannya. Diangkatnya 

bahunya lala berkata lagi, “Manusia dajal itu rupa-rupanya tak 

pernah bosan dengan perempuan. Di gedungnya sudah belasan 

perempuan yang jadi peliharaannya! Kini satu lagi bakal menjadi kor-

ban kebejatan nafsunya. Kasihan perempuan itu…” 

“Aku sangat menyesalkan Baginda. Beliau…” Laki-laki itu tak 

meneruskan kata-katanya karena di belakangnya terdengar derap 

kaki-kaki kuda. Keduanya berpaling. 

“Ini lagi…,” kata laki-laki tadi pelahan. “Bergundal-bergundal 

Baginda. Mereka tidak ada beda dengan Si Setan Pikulan!” 

Dua penunggang kuda itu berlalu dengan cepat. Mereka bukan 

lain dari Penulis kusta Kedua dan Ketiga yang tengah mengejar Setan 

Pikulan! 

Di sebuah gedung kecil di pinggiran Kuburan penulis , Munding Sura 

alias Setan Pikulan menghentikan kudanya. 

“Ah, manisku. Kita sudah sampai!” katanya seraya mendukung 

Sekar dan melompat dari kudanya.  

Di ruang dalam tiga orang perempuan muda yang cantik-cantik 

tengah duduk berbicara Mereka adalah sebagian dari peliharaan-

peliharaan Setan Pikulan. Ketiganya memandang pada Setan Pikulan 

dan perempuan yang ada dalam dukungannya. Mereka tak berkata 

dan tak berbuat apa-apa selain hanya memandang. Dan di dalam 

hati masing-masing, mereka sudah tahu apa yang bakal dialami 

parempuan yang dibawa Setan Pikulan itu saat  mereka melihat 

laki-laki itu melangkah menuju ke kamar di ujung ruangan! 

Kemudian pintu kamar itupun tertutuplah.  

 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Di dalam kamar....... 

Setan Pikulan menutupkan pintu dengan tumit kakinya. 

Dengan tertawa mengekeh-ngekeh manusia ini membaringkan Sekar 

di atas tempat tidur. Kemudian dia melangkah ke meja dan meneguk 

tuak dari dalam sebuah kendi. Minuman keras ini dengan serta 

merta menghangati tubuh dan menambah gelora nafsu terkutuk 

Setan Pikulan. Dengan memegang kendi itu di tangan dia melangkah 

kembali ke tempat tidur dan duduk di samping Sekar. 

“Ah, parasmu yang cantik basah oleh keringat dan debu. Biar 

aku bersihkan.... kata Setan Pikulan. Lalu dengan tangan kirinya 

diusapnya kening serta pipi Sekar. Gadis ini memaki dalam hati. 

Hanya itu, yang bisa dilakukannya. Dia tak bisa membuka mulut 

ataupun menggerakkan anggota badannya karena telah ditotok. 

Cuma mimik mukanya yang menyatakan demikian. 

Setan Pikulan meneguk tuaknya kembali. 

“Eh, kau tentu haus” Setan Pikulan mengedipkan matanya 

beberapa kali. Lalu dibukanya totokan pada tubuh Sekar. Gadis itu 

kini bisa bicara dan mendengar namun  tubuhnya tetap kaku tak bisa 

digerakkan.  

“Ini, minumlah, kau tentu haus manisku!” 

“Manusia biadab! Lepaskan totokanku! Keluarkan aku dari 

sini!” teriak Sekar. 

“Kau masih saja galak,” desis Setan Pikulan dan mencubit 

dagu Sekar. “Ini minum!,” katanya. Bibir kendi didekatkannya ke 

bibir gadis itu. Sekar mengatupkan bibirnya rapat-rapat. namun  

kemudian dia mendapat akal. Dibukanya mulutnya sedikit. Tuak di 

dalam kendi itu diteguknya dua kali. Setan Pikulan tertawa gembira. 

namun  tiba-tiba ! 

Tuak yang sudah diteguk tadi tiba-tiba disemburkan kembali 

oleh Sekar dan karena tidak diduga sama sekali oleh Setan Pikulan, 

laki-laki,ini tak sempat lagi menghindar! Dia berteriak kesakitan dan 

melemparkan kendi di tangannya ke dinding. Kendi pecah 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

berantakan isinya membasahi lantai! Untung saja Sekar dalam 

keadaan ditotok sehingga dia tak bisa mengalirkan darah dan tenaga 

dalamnya! Jika saja semburan tuak tadi disertai dengan aliran 

tenaga dalam niscaya hancur dan butalah mata Setan Pikulan. 

Namun demikian semburan tadi sudah cukup membuat matanya 

sakit sekali dan untuk beberapa saat lamanya tak bisa membuka 

kedua matanya itu! 

Sambil mengeringi mukanya yang basah dan mengucak-

ngucak kedua matanya Setan Pikulan memaki habis-habisan! 

“Gadis gila! Kalau kau tidak sekurang ajar itu terhadapku pasti 

aku akan perlakukan kau baik-baik. namun  kini kau akan rasakan 

sendiri !” 

Setan Pikulan mengucak lagi kedua matanya. 

Pemandangannya sudah terang kini. Kedua matanya yang juling 

memandang dengan berapi-api. Tiba-tiba dibungkukkannya 

kepalanya. Maka habislah seluruh tubuh Sekar diciuminya. Gadis itu 

menjerit tiada henti. 

“Menjeritlah sampai lidahmu copot!” kata Setan P,kulan dengan 

tertawa mengekeh. Ciumannya datang lagi bertubi-tubi. Kemudian 

bukan hanya ciuman saja lagi. Sepasang tangan manusia kate ini 

membuat dua kali gerakan. 

“Breet!”  

“Breet!” 

Pakaian kuning yang dikenakan Sekar robek besar. Dadanya 

tersingkap lebar! 

 “Dadamu bagus dan putih sekali!” seru Setan Pikulan seperti 

gila. Dan kemudian betul-betul macam orang gila muka dan bibirnya 

melumasi dada 

Sekar yang sampai saat itu masih menjerit-jerit. Sekar menjerit 

lagi lebih keras sewaktu sepasang tangan Setan Pikulan 

menggerayang meremasi dadanya ! 

“Braak !” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Pintu kamar terpentang lebar. Salah satu papannya pecah! 

Kaget Setan Pikulan bukan olah-olah! Sebelum dia berpaling, dari 

pintu sudah membentak satu suara . 

“Munding Sura! Hentikan perbuatan kotormu itu!” 

 

-- == 0O0 == -- 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

DELAPAN 

 

BEGITU berpaling begitu Setan Pikulan alias Munding Sura 

hendak mendamprat marah. namun  sewaktu melihat siapa yang berdiri 

dihadapannya dia hanya mengeluarkan suara menggerendeng. Di 

belakang laki-laki yang masuk ke dalam kamar itu masih ada 

seorang lainnya.  

Setan Pikulan bangkit dari tempat tidur. 

“Kalau tidak memandang kepada nama besar serta hubungan 

kita sesama tokoh-tokoh pembantu Baginda, pasti aku sudah 

tendang kau ke luar dari kamar ini Penulis kusta Kedua!” 

Penulis kusta Kedua tertawa bergumam. Dia rangkapkan tangan 

di muka dada sementara kawannya melangkah ke sampingnya. 

Sepasang mata Penulis kusta Kedua menatap tubuh yang tergeletak di 

atas tempat tidur. Hatinya terkesiap juga memandangi paras cantik 

dengan tubuh dalam keadaan setengah telanjang itu! Seperti Setan 

Pikulan, diapun seorang yang suka perempuan! 

“Penulis kusta , lekas katakan apa maksud kedatangan kalian !” 

“Sewaktu memasuki ujung jalan kau kelihatan ke luar dari 

tempat kediaman kami membawa perempuan itu!” kata Penulis kusta 

Kedua. Kepalanya digoyangkannya sedikit ke arah Sekar. “Ada perlu 

apa kau ke tempat kami dan siapa ini perempuan?!”  

“Siapa ini perempuan bukan urusanmu!” jawab Setar Pikulan. 

“Kalau kau memandang mukaku, aku juga matih mau 

memandang muka padamu, Setan Pikulan,” kata Penulis kusta 

Kedua. 

“Kuharap kau tak usah bicara kasar!” 

Penulis kusta Kedua tertawa dingin. 

Penulis kusta Ketiga buka mulut, “Melihat caramu ke luar dari 

gedung kami dan melarikan perempuan ini jelas sudah kau membuat 

apa-spa yang tak diingini d tempat kami!” 

Setan Pikulan meludah ke lantai. 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Aku ke sana sebetulnya untuk menyambangi kalian…” 

“Itu satu kehormatan.” memotong Penulis kusta Kedua dengan 

nada sinis. 

“Kalian tidak ada. Pintu samping kutemui dalam keadaan 

hancur. Senjata-senjata rahasia bertancapan di pohon dan 

bertebaran di tanah. Halaman belakang kacau balau dan pintu 

belakang gedung kalian juga , kutemui dalam keadaan terpentang 

bobol....”  

“Hemmm…,” gumam Penulis kusta Ketiga. “Siapa yang 

melakukannya?!” 

“Mana aku tahu!” sahut Setan Pikulan. 

“Jangan dusta Munding Sura!” sentak Penulis kusta 

Kedua.'“Hanya beberapa orang saja yang tahu rahasia masuk ke 

gedung itu, diantaranya kau!” 

“Jadi kau menuduh aku membuat kerusakan di gedung itu?” 

“Aku tanya siapa yang melakukan, bukan menuduh!” sahut 

Penulis kusta Kedua ketus. 

“Aku sudah bilang tidak tahu! Dan sekali tidak tahu, tetap 

tidak tahu. Sekarang silahkan angkat kaki dari sini!” 

“Baik Munding Sura. namun  ingat...” ujar Penulis kusta Ketiga. 

“Bila nanti terbukti kau berbuat…” 

“Tak usah mengancam sompret!” maki Setan Pikulan.  

Penulis kusta Ketiga melangkah maju. Penulis kusta Kedua 

menarik lengan jubahnya dan berkata pada Setan Pikulan, “Sekarang 

memang baru cuma ancaman. Kelak kalau kami tahu bahwa kau 

betul-betul telah membuat keonaran di tempat kami, ancaman itu 

akan menjadi kenyataan, Munding!” 

Munding Sura yang bergelar Setan Pikulan tertawa 

mencemooh! 

“Dasar manusia-manusia tidak tahu diri!” katanya. ”Kalian 

tahu, sewaktu aku datang ke sana ada dua cecunguk yang sembunyi 

di atas genteng! Satu diantaranya gadis ini, yang lain seorang 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Penulis kusta ! Aku paksa mereka turun dan paksa agar memberi kete-

rangan. Mereka menerangkan tengah mencari seorang kawan yang 

kalian seret ke tempat kalian! Mereka bermakpud membebaskannya! 

Aku pikir kalau manusia itu adalah musuhmu maka pasti yang dua 

lainnya adalah kambratnya juga. Si gadis, kutotok dan kawannya 

kutipu kujebloskan dalam ruang batu karang di dasar gedung! Kalian 

dengar semua itu?! Seharusnya kalian berterima kasih padaku dan 

bukan mengoceth tak karuan! Sekarang berlalu dari hadapanku 

sebelum kesabaran habis!”  

Penulis kusta Kedua menarik lengan baju kawannya. Keduanya 

sama-- sama melangkah ke pintu. namun  tiba-tiba Sekar berseru. 

“Penulis kusta ! Jangan kena ditipu oleh bangsat kepala botak 

ini!” 

Tentu saja kedua Penulis kusta itu sama hentikan langkah dan 

balikkan badan! 

“Apa yang diterangkannya semua adalah dusta!” 

“Heh, begitu…?!” 

“Gadis edan apa mulutmu mau kupecahkan?!” bentak Setan 

Pikulan. “Berani kau bicara lagi betul-betul kupecahkan mulutmu!” 

“Biarkan dia bicara, Munding Sura!” kata Penulis kusta Kedua.

  “namun  kau lepaskan dulu totokanku!” kata Sekar. “Aku akan 

terangkan apa yang telah diperbuatnya ditempatmu! Dan bukan itu 

saja, aku akan bersedia ikut dengan kalian!” 

“Ah…,” Penulis kusta Kedua mengusap-usapkan kedua telapak 

tangannya satu sama lain. “Satu usul yang baik! Memang kau telah 

pantas bersamaku daripada kambratku yeng kate buruk ini!”  

Marahlah Setan Pikulan. 

“Saat ini aku tidak memandang nama besar atau mukamu lagi 

Penulis kusta keparat! Tidak perduli meski kita sama-sama orang 

Istana!” 

“Gadis itu sudah membuka kedok kedustaanmu!”  

“Dia yang dusta! Bohong besar!” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Dusta atau tidak namun  aku percaya omongannya. Dan aku 

dengar dia sendiri yang mau ikut bersamaku!” Penulis kusta Kedua 

mengekeh. 

Mulut Setan Pikulan komat kamit. “Boleh,” katanya. “Silahkan 

bawa gadis itu. namun  begitu tanganmu menyentuh tubuhnya, 

kepalamu akan hancur lebih dulu!” 

Penulis kusta Kedua tertawa bergelak. 

“Nama besar Setan Pikulan memang sudah lama kami dengar, 

namun  hendak manantang Tiga Penulis kusta yang kesohor sama saja 

seperti biduk kecil yang hendak melawan gelombang sebesar gunung!”  

Kini Setan Pikulan yang tertawa mangekah.  

“Orang sombong memang terlalu sering lupa diri! Kita walau 

bagaimanapun masih sama sama manusia. Aku bukan biduk dan 

kalian bukan gunung! Bicara jangan ngaco!” 

“Agaknya jalan kekerasan tak bisa dihindarkun, Setan Pikulan!” 

kata Penulis kusta Ketiga sambil usut-usut lengan jubahnya. 

“`Kukira demikian, Lagi pula memang sudah sejak lama aku 

ingin membuktlkan sampai di mana kehebatan nama Tiga Setan 

Darah itu. Jangan-jangan cuma bangsa kroco bau terasi saja! Apalagi 

sekarang cuma ada dua orang!” 

“Kita akan saksikan siapa yang kroco manusia buruk!” sahut 

Penulis kusta Kedua. Dia berpaling pada kawannya dan berkata, “Kau 

lepaskan totokan gadis itu, biar aku yang kasih pelajaran pada 

manusia jenis kacoak ini!” 

Penulis kusta Ketiga melompat ke arah tempat tidur. Dua jari 

tangannya siap untuk melepaskan totokan di tubuh Sekar, namun  dari 

samping Setan Pikulan tidak tinggal diam. Tubuhnya yang kate me-

lasat ka muka satu tendangan yang dahsyat dilancarkannya ke arah 

tangan Penulis kusta Ketiga. Tentu saja Penulis kusta Ketiga tidak mau 

ambil risiko hancur tangannya. Cepat-cepat dia tarik pulang 

tangannya, menggeser kaki dan kebutkan lengan jubahnya sebelah 

kiri! 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Selarik sinar merah menyambar ke arah selangkangan Setan 

Pikulan! Ini adalah satu serangan yang benar-benar mematikan! namun  

si kate kepala gundul bukan manusia kemarin. Dia membentak dan 

melompat ke atas. Dari atas dia kirimkan satu jotosan dan satu 

tendangan! Penulis kusta Ketiga merunduk sementara sinar 

pukulannya tadi telah melanda dan menghancurkan tembok kamar! 

Di ruang sebelah terdengar pekikan beberapa orang perempuan! 

Serangan gencar Setan Pikulan menjadi batal sewaktu dari 

samping Penulis kusta Kedua tusukkan dua jari tangannya ke rusuk. 

Setan Pikulan yang tahu betul kehebatan dua jari itu cepat 

menghindar dan sekaligus dua tangannya dipukulkan ke muka! 

Penulis kusta Kedua cepat-cepat buang diri ke samping sewaktu 

melihat dua gelombang angin hitam ke luar dari jotosan-jotosan 

lawannya. 

“Ilmu pukulan sepasang tinju hitammu tiada berguna 

terhadapku manusia buruk!” ejek Penulis kusta Kedua. 

Sementara kawannya baku hantam dengan Setan Pikulan. 

Penulis kusta Ketiga pergunakan kesempatan untuk membebaskan 

Sekar dari totokan. Namun kali yang kedua inipun tidak berhasil 

karena saat itu Setan Pikulan sudah menyambar senjatanya yang 

ampuh yang menyebabkan dia sampai dijuluki Si Setan Pikulan 

dalam dunia persilatan. Senjatanya itu bukan lain ialah sebuah 

pikulan dari bambu! Meskipun dari bambu namun  karena merupakan 

senjata sskti maka kekuatannya lebih hebat dari baja! 

Penulis kusta Ketiga cepat-cepat buang diri ke samping sewaktu 

ujung pikulan menusuk ke kepalanya. Penulis kusta Kedua 

mengomel.  

“Tolol!,” makinya, “lepaskan dia dengan totokan jarak jauh!” 

Habis berkata begitu Penulis kusta Kedua segera keluarkan 

sanjatanya yaitu sepasang gada. 

Dalam ilmu mengentengi tubuh dan tenaga dalam serta 

kegesitan bergerak Setan Pikulan tidak di bawah kedua Penulis kusta 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

itu, apalagi saat itu pikulan saktinya sudah berada di tangan. Namun 

menghadapi dua lawan yang berada dalam jarak terpisah di mana dia 

musti pula melindungi Sekar agar jangan sampai gadis itu berhasil 

dibebaskan lawan dari totokannya maka ini adalah satu hal yang 

cukup menyulitkan bagi Si Setan Pikulan! Setiap saat dia harus 

membagi serangan pada kedua lawan dan melindungi Sekar! 

Setan Pikulan putar senjatanya laksana titiran.Pikulan itu 

dimainkan dalam jurus-jurus silat toya. Angin deras dan suara 

mengaung memenuhi kamar itu. Namun senjata lawan yang dihadapi 

Setan Pikulan bukan pula senjata biasa! Bagaimanapun dia 

mempercepat gerakannya dan mendesak Penulis kusta Kedua dengan 

hebat namun pada jurus kesembilan belas Setan Pikulan tak berhasil 

menghalangi Penulis kusta Ketiga melepaskan satu pukulan tangan 

kosong jarak jauh yang membuat terlepasnya totokan di tubuh 

Sekar! 

Begitu bebas secepat kilat gadis itu merapikan pakaiannya. 

“Saudari, kau menghindarlah ke sudut sana! Tunggu sampai 

kami membereskan monyet kontet ini!,” kata Penulis kusta Kedua. 

Sekar merasa syukur bahwa hasutannya termakan oleh kedua 

Penulis kusta sehingga kini dia lepas dari totokan. Dia tahu baik 

Setan Pikulan maupun manusia-manusia bermuka dan berjubah 

merah itu tiada beda satu sama lain. Dia berpikir-pikir apakah akan 

masuk ke gelanggang pertempuran untuk turut mengeroyok Setan 

Pikulan yang telah membuat kekejian terhadapnya atau lebih baik 

menyingkir dulu dari situ sebelum timbul pula urusan baru dengan 

manusia-manusia iblis bermuka merah itu! 

Si gadis mengambil keputusan yang terakhir. Apa lagi dia ingat 

bahwa sewaktu dibawa lari oleh Setan Pikulan dari gedung kediaman 

Tiga Penulis kusta tadi, sahabatnya bobo  anakmanusia  masih tertinggal di 

sana, dikurung dalam ruang batu karang. Maka gadis ini cepat-cepat 

melompat ke pintu. Namun apa lacur! Bersamaan dengan itu sesosok 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

tubuh melompat pula dari luar dan cepat berhadap-hadapan dengan 

Sekar diambang pintu itu ! 

 

-- == 0O0 == -- 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

SEMBILAN 

 

 MANUSIA ini berambut gondrong, bermuka dan berjubah merah 

parsis seperti yang dikenakan dua orang Penulis kusta yang tengah 

bertempur di dalam kamar. Pasti tidak manusia ini adalah kawan dari 

dua Penulis kusta lainnya itu pikir Sekar. Di lain pihak manusia yang 

berdiri diambang pintu yang memang Penulis kusta Pertama adanya 

menduga keras bahwa Sekar adalah perempuan yang tadi terlihat 

dilarikan oleh Setan Pikulan dari gedungnya. Meskipun dia tertarik 

sekali akan kecantikan si gadis dihadapannya namun saat itu Setan 

Darah Pertama masih diliputi kemarahan yang meluap yaitu sesudah 

dia menyaksikan kerusakan-keruasakan di gedungnya serta dibikin 

seperti main-mairan sewaktu bertempur melawan Pendekar 10000an . 

“Kalian tolol semua!” bantak Penulis kusta Pertama sewaktu 

menyaksikan dua kawannya yang mengeroyok Setan Pikulan namun  

mendapat tekanan-tekanan yang hebat bahkan sesungguhnya sudah 

mulai terdesak. “Menghadapi si kate keling ini saja tidak mampu!” 

Di saat itu Setan Pikulan mengamuk dengan hebatnya. 

Senjatanya bersiur-siur. Dua ujung pikulan menyambar dan memapas, 

kadang-kadang menusuk ganas dalam jurus-jurus gencar yang penuh 

dengan tipu-tipu yang membahayakan keselamatan kedua Setan 

Darah. 

Mendengar bentakan Penulis kusta Pertama, Penulis kusta Ketiga 

segera cabut sepasang goloknya. Pertempuran dalam kamar itu 

bertambah hebat. namun  sepasang mata Penulis kusta Pertama bisa 

melihat bahwa kedua kambratnya itu masih berada di bawah angin, 

Si kate kapala gundul berkelebat ganas hampir tak kelihatan. 

Pikulannya menderu-deru bahkan anginnya sampai mengibar-

ngibarkan jubah yang dipakainya! 

Tanpa tunggu lebih lama Penulis kusta Pertama segera bergerak 

ke tengah ruangan. Kasempatan ini lekas dipergunakan olah Sekar 

untuk meninggalkan tempat itu. namun  Penulis kusta Pertama berseru. 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Hai gadis manis! Tunggu dulu! Kau mau ke mana?!” 

Sakar tak menyahuti malah tancap gas larikan diri namun  satu 

sambaran angin menyapu kedua kakinya, membuat kaki gadis itu 

menjadi kaku tegang dan laksana dipakukan ke lantai tak dapat 

bergerak lagi! 

Penulis kusta Petema telah melepaskan totokan jarak jauh yang 

lihai sekali, Sekar sendiri tak tahu kalau dirinya akan diserang dari 

belakang begitu rupa maka kini dia terpaksa tegak di lantai tak 

berdaya! Dikerahkannya tenaga dalamnya ke kaki untuk membuyarkan 

totokan Penulis kusta Pertama, namun  sia-sia belaka! 

“Tahan dulu! Aku mau bicara!” Penulis kusta Pertama berseru. 

Kedua orong kawannya segera melompat ke tepi kamar. Dengan 

pandangan berapi- api Setan Derah Pertama memanndang pada Setan 

Pikulan. “Munding Sura kaukah yang membuat keonaran di 

tempatku?!” 

Munding Sura alias Setan Pikulan tertawa tawar. “Kau dan dua 

kambratmu ini sama saja menuduh seenaknya. Kau kira…..” 

“Penulis kusta Pertama,” ujar Penulis kusta Kedua. “Kita tak perlu 

banyak bicara dengan kunyuk hitam ini. Kami sudah tahu memang dia 

sengaja mencari urusan terhadap kita, Dia telah menyelundup ke 

tempat kita!” 

Setan Pikulan tertawa lagi. “Tentu saja nyalimu tambah besar 

karena satu kambratmu telah datang, lagi ke sini,” katanya. “Sebelum 

terlambat apakah kalian masih mau teruskan urusan gila ini?!” 

“Kunyuk hitam!” hardik Penulis kusta Pertama. “Tiga Setan 

Darah tak pernah bikin urusan setengah-setengah! Kawan-kawan, 

bersiap membentuk barisan tiga bayangan siluman!.” 

Maka Tiga Penulis kusta pun segera membentuk barisan yang 

sangat diandalkan mereka itu. Di lain pihak Setan Pikulan yang sudah 

memaklumi kehebatan ilmu silat lawan-lawannya itu segera pasang 

kuda-kuda baru. Dan sebelum barisan tiga bayangan siluman 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

bergerak Setan Pikulan sudah berteriak-keras dan berkelebat bersama 

senjatanya! 

Penulis kusta Pertama bergeser ke samping mengelakkan 

sambaran senjata Setan Pikulan yang melanda ke arah pinggangnya. 

Manusia bermuka merah ini kemudian merunduk dengan cepat dan 

kirimkan serangan berantai ke arah kedua kaki lawan. Setan Darsh 

Ketiga melesat ke atas, menukik lagi dan laksana seekor .burung elang 

tiada hentinya melancarkan pukulan-pukulan maut ke kepala Setan 

Pikulan! 

Barisan tiga bayangan siluman ini memang cukup terkenal 

dikalangan tokoh-tokoh Kuburan penulis . Setan Pikulan sendiri juga sudah 

tahu namun  baru kali ini menyaksikannya dan disaat itu dirinya pula 

yang menjadi bulan-bulanan! Namun Setan Pikulan bukan pula tokoh 

silat kemarin. Tubuhnya berkelebat laksana bayang-bayang, 

menerobos dan mengelak diantara hujan serangan lawan sedang 

senjatanya menderu kian kemari. Kegesitan ditambah dengan 

keampuhan jurus-jurus silat yang dimainkannya banyak sekali 

menolong Setan Pikulan sehingga meski dikeroyok tiga dalam sepuluh 

jurus dia masih bisa bertahan bahkan dua tiga kali berturut-turut 

membagi serangan pada ketiga lawannya. Lambat laun Tiga Setan 

Darah dibikin sibuk. Barisan tiga bayangan siluman tiada berarti 

lagi. Ketiganya kini mulai terdesak! 

Penulis kusta Pertama memaki dalam hati!  

Untung saja pertempuran itu tidak terjadi di tempat terbuka, 

tidak disaksikan umum! Kalau saja orang luar tahu, pasti nama besar 

Tiga Setan Darat akan menjadi luntur! 

Penulis kusta Pertama keluarkan sepasang tombak bermata dua 

dari balik jubahnya. Melitat ini dua Penulis kusta yang lain yang tadi 

sewaktu membentuk tiga bayangan siluman telah memasukkan 

senjata mereka, kini segera pula mengeluarkan senjata masing-masing 

kembali! 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Setan Pikulan kertakkan rahang. Tiga pasang senjata di tangan 

musuh-musuhnya itu adalah senjata-senjata mustika sakti. Dia 

bersangsi apakah kini dia akan sanggup menghadapi manusia-

manusia bermuka merah itu! Setan Pikulan coba memancing dengan 

ucapan agar musuhnya tidak bertempur secara mengeroyok. Maka dia 

pun berkata, “Nama Tiga Penulis kusta memang tersohor! namun  hari ini 

aku sendiri menyaksikan bahwa mereka cuma bangsa bunglon-

bunglon bernyali rendah bangsa pengecut kelas wahid! Tokoh-tokoh 

silat yang beraninya main keroyok!” 

“Mengocehlah seenakmu manusia kontet! Sebentar lagi gadaku 

ini akan membuat otakmu bertaburan.” hardik Penulis kusta Kedua 

serayra putar-putarkan gadanya. 

“Penulis kusta Pertama, tunjukkanlah bahwa kau bukan seorang 

pengecut! Mari kita bertempur satu lawan satu sampai seribu jurus!” 

Penulis kusta Pertama tertawa gelak-gelak. “Sampai seribu jurus 

katamu?! Tiga juruspun kau belum tentu bisa bertahan manusia 

kacoak!”  

“Huh! Betapa memalukan kalau dunia persilatan mengetahui 

bahwa Tiga Penulis kusta beraninya cuma main keroyok! Persis macam 

anjing-anjing kurap yang mengeroyok seekor kucing yang ditakutinya!” 

Marahlah Penulis kusta Pertama mendengar cacian anjing kurap 

itu. Dia berikan isyarat pada dua kawannya. Serentak dengan itu 

ketiganya segera menyerbu Setan Pikulan. Enam senjata laksana 

taburan hujan menderu mencari sasaran ditubuh Setan Pikulan. Yang 

dikeroyok mempertahankan diri dengan sebat. Sepuluh jurus berlalu. 

Keringat telah membasahi tubuh Setan Pikulan yang cuma mengena-

kan cawat itu! Gerakan dan putaran pikulannya semakin sebat 

namun sesungguhnya daya pertahanan manusia ini jurus demi jurus 

semakin lemah. Beberapa kali ujung-ujung pikulannya beradu dengan 

salah satu senjata lawan membuat senjata itu kadang-kadang hampir 

terlepas dan genggamannya yang licin oleh keringat! 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Ha… ha… ha…! Sampai berapa lama lagikah kau akan sanggup 

bertahan Munding Sura?!” Mengejak Penulis kusta Pertama. 

“Sampai batok kepalamu hancur oleh ujung senjataku ini!” 

sahut Setan Pikulan seraya tusukkan ujung pikulannya ke kepala 

lawan. Penulis kusta Pertama sampokkan tombaknya yang ditangan 

kanan untuk menangkis namun  senjata lawan berputar cepat dan kini 

ujung yang lain menotok ke dadanya dengan sangat cepat! 

Penulis kusta Pertama kertakkan rahang! Dia bersurut satu 

langkah dan dibantu oleh Penulis kusta Kedua, keduanya menangkis 

serangan Setan Pikulan. Tiga senjata bentrokan satu sama lain 

mengeluarkan suara keras. Tiga tangan tergetar! Begitu senjatanya 

membentur senjata lawan, Penulis kusta Pertama cepat pergunakan 

ujung tombaknya yang bermata dua untuk menjepit ujung pikulan. 

Dia berhasi! Segera tombak hendak diputarnya. namun  Setan Pikulan 

tidak bodoh! Pikulan digerakannya dari atas ke bawah. Ujung yang 

lain menderu ke bawah perut Penulis kusta Pertama. Di saat yang 

sama pula Setan Pikulan melompat ke atas karena kedua kakinya! 

Genap dua puluh jurus sudah! Setan Pikulan benar-benar 

sudah mandi keringat. Tiba-tiba dia menjerit keras. Senjatanya 

menyapu membuat satu lingkaran sedang dari balik cawatnya 

dikeluarkannya sejenis senjata rahasia berbentuk paku rebana! 

“Awas paku rebana beracun!” teriak Penulis kusta Pertama. 

Tiga Penulis kusta masing-masing kebutkan lengan jubah 

mereka. Sinar merah yang keluar dari ujung lengan jubah itu 

membuat mental sembilan buah paku-paku rebana yang dilepaskan 

Setan Pikulan! 

“Licik!” maki Penulis kusta Pertama. 

“Kalian kunyuk-kunyuk muka merah yang pengecut kelas 

wahid!” semprot Setan Pikulan. Dan kembali diputarnya senjatanya 

dengan sebat. Namun serangan-serangannya tiada berarti. Daya 

tahannya semakin kendur. Pada jurus ke duapuluh sembilan kedua 

ujung senjatanya sekaligus beradu dengan gada serta tombak lawan. 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Di detik itu pula sepasang golok Penulis kusta Ketiga membabat dari 

atas ke bawah hendak menetak pangkal lehernya dari dua jurusan. 

Tak ada cara lain yang paling baik untuk menghindarkan diri dari 

pada menjatuhkan badan kebawah. Dan memang inilah yang 

dilakukan oleh si kate Munding Sura. Sambil jatuhkan diri manusia 

yang berjuluk Setan Pikulan ini kirimkan satu tendangan ke arah 

bawah perut Penulis kusta Ketiga! 

Penulis kusta Ketiga keliwat yakin bahwa bacokan sepasang 

goloknya akan berhasil sehingga dia melupakan pertahanan dirinya 

sendiri! Kecepatan turun  golok-golok  itu tak dapat rnendahului 

kecepatan jatuhnya tubuh Setan Pikulan. Golok Penulis kusta Ketiga 

beradu satu sarna lain sebaliknya tendangan Setan Pikulan cuma 

sedikit saja dapat dilaksanakannya. 

“Buuk!” 

Tendangan Setan Pikulan mendarat di pinggul kiri Penulis kusta 

Ketiga. Manusia ini terpelanting beberapa tombak dan untuk beberapa 

lamanya tergelimpang di lantai kamar merintih kesakitan! 

Meski berhasil mengelakkan serangan gotok-golok maut tadi 

dan mernbuat Penulis kusta Ketiga melingkar di lantai namun posisi 

Setan Pikulan sendiri di saat itu tidak menguntungkan sama sekali! 

Salah satu ujung pikulannya telah dijepit sepasang tombak 

bermata dua dan dalam keadaan tubuh masih membungkuk di lantai 

begitu rupa sukar bagi Setan Pikulan uratuk melepaskan jepitan 

senjata lawan atas senjatanya. Hanya ada dua keputusan yang harus 

diambil oleh Setan Pikulan. Melepaskan senjatanya atau memutar 

Pikulan itu sambil mengerahkan tenaga dalam! 

Setan Pikulan merasa lebih baik memutar senjatanya sekalipun 

pikulan itu akan patah daripada menyerahkan senjata tersebut 

mentah-mentah ke tangan lawan! 

Setan Pikulan gerakkan kedua tangannya ! 

“Kraak!” 

Pikulannya benar-benar patah!  

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Bedebah!” maki Setan Pikulan. 

Salah satu dari patahan pikulan itu dihantamkannya ke arah 

Penulis kusta Pertama namun  dapat dielakkan. Patahan yang kedua 

ditusukkannya ke muka Penulis kusta Kedua, namun dia keliwat 

kesusu! Di saat melemparkan patahan senjata yang pertama kepada 

Penulis kusta Pertama, Setan Pikulan tak dapat mengontrol posisinya, 

tak dapat melihat posisi lawan lainnya. Justru diwaktu dia 

menyodokkan patahan pikularn maka Penulis kusta Kedua lebih cepat 

dari itu Penulis kusta Kedua hantamkan ujung gadanya ke dada Setan 

Pikulan. 

“Buuuk!!”  

“ Setan Pikulan mengeluh tinggi. 

Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang. tersandar ke dinding 

lalu melosoh duduk ke lantai, muntahkan darah segar! Mukanya 

menjadi pucat laksana kain kafan dan nafasnya megap-megap! 

Penulis kusta Pertama tertawa terkekeh-kekeh. Perlahan-lahan 

dia melangkah mendekati Setan Pikulan. 

“Ha… ha... Nyatanya memang kau cuma manusia jenis kacoak! 

Apakah saat ini kau masih sanggup memperlihatkan kehebatanmu 

huh!” 

“Setan alas mampuslah!” teriak Setan Pikulan. Tangan 

kanannya memukul ke muka. Seberkas sinar hitam menyambar ke 

arah Penulis kusta Pertama, membuat manusia muka merah ini 

memaki dan cepat-cepat menghindar ke samping. Setan Pikulan 

sendiri kembali muntahkan darah segar. 

Dengan beringas Penulis kusta Pertama angkat salah satu 

tombaknya tinggi-tinggi, siap untuk ditancapkan ke batok kepala 

Setan Pikulan! 

 “Tunggu dulu!,” Penulis kusta Ketiga berseru.  

Penasaran Penulis kusta Pertama membentak  

“Tunggu apa lagi, sompret!” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

“Kematian yang begitu cepat terlalu bagus baginya, Penulis kusta 

Pertama!” 

“Hem, kau punya rencana apa?!” 

“Kau bisa merasakan dan membayangkan bagaimana seorang 

jago silat yang ditakuti cacat seumur hidup, tak bisa lagi memainkan 

silat dan ilmu kesaktiannya?! Cacat seumur hidup! Lebih mengertikan 

dari kematian sobat!” 

“Cepat bilang terus terang rencanamu!” tukas Penulis kusta 

Pertama penasaran. 

Penulis kusta Ketiga tertawa sedingin es. Dia melangkah ke 

hadapan Setan Pikulan yang tersandar di dinding antara sadar dan 

tiada. 

“Inilah rencanaku Penulis kusta Pertama!” seru Penulis kusta 

Ketiga. 

Serentak dengan itu sepasang goloknya berkelebat. 

“Craas!” 

Buntunglah kedua tangan Setan Pikulan. Dacah muncrat. Setan 

Pikulan meraung keras lalu rubuh di lantai bermandikan darah! 

Penulis kusta Ketiga tertawa panjang-panjang. Dia memandang 

pada kedua koleganya dan berkata, “Dia akan hidup terus! namun  

hidupnya akan dirongrong oleh rasa kenyerian! Dendam kesumat yang 

membara! Namun tak satu apapun yang akan bisa dilakukannyal 

Karena dia cacat selama-lamanya!” 

Meledaklah tawa Tiga Penulis kusta itu.  

Penulis kusta Pertama menepuk-nepuk bahu Penulis kusta Ketiga. 

“Betul! Betul sekali katamu! Dia tidak marnpus, namun  hidupnya lebih 

mengerikan dari pada benar-benar mampus! Sekarang mari kita 

tinggalkan tempat sialan ini! Di luar ada seorartg gadis jelita 

menunggu kita. Kita bawa dia ke gedung dan suruh dia membuka 

bajunya satu demi satu! Kalau tidak mau kita yang tolong 

membukanya....!” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Suara tertawa ketiga manusia itu meledak lagi di dalam kamar 

itu! Ketiganya menuju ke pintu! Penulis kusta Pertama tanpa banyak 

cerita segera menotok tubuh Sekar, sehingga tubuh gadis ini kaku 

tegang tak bisa bergerak tak bisa buka suara! Tiba-tiba Penulis kusta 

Kedua hentikan langkah. 

“Tunggu dulu”“, katanya. “Kita semua tahu dirumah ini Setan 

Pikulan punya banyak, perempuan peliharaan! Cantik-cantik! Di mana 

mereka semua?!” 

“Heh?!” Penulis kusta Pertama yang memanggul tubuh Sekar 

kerenyitkan kening. 

“Terserah kalau kau mau cari perempuan-perempuan itu Aku 

tetap yang ini!,” kata Penulis kusta Pertama pula kemudian. 

Penulis kusta Kedua memandang pada kambratnya yang seorang 

lagi. “Kau bagaimana?,” tanyanya. “Aku tetap tinggal bersamamu di 

sini,” jawab Penulis kusta Ketiga. 

Penulis kusta Pertama tertawa. “Puaskan dirimu di sini sobat-

sobat, namun  jangan lupa untuk datang ke gedung kita. Kita masih ada 

tugas, mencari Pranajaya, anak si Wijaya keparat itu!” 

Kedua Penulis kusta anggukkan kepala. Begitu Penulis kusta 

Pertama berlalu bersarna Sekar, mereka segera memeriksa kamar-

kamar di dalam rumah itu. Dalam kamar yang paling belakang 

akhirnya mereka menemui juga perempuan-perernpuan peliharaan 

Setan Pikulan. Semuanya rnasih muda-muda dan berparas rata-rata 

cantik, bertubuh rnontok molek! Kedua Penulis kusta berdiri diambang 

pintu, memandag kepada rnereka dengan hidung kembang kempis 

dan mata bersinar-sinar. Perempuan-perempuan muda itu berjumlah 

empat orang semuanya. Mereka memandang dengan ketakutan pada 

manusia-manusia diambang pintu itu. 

Penulis kusta Kedua menyengir. 

“Kalian tak usah takut pada kami. Kami jauh lebih baik 

daripada si kate kepala gundul itu!” 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

Setan Darat Ketiga yang sudah tak sabaran berbisik, “Masing-

masing kita kebagian dua orang. Kau pilih yang mana…?”  

Penulis kusta Kedua meneliti sebentar lalu menjawab, “Yang 

baju ungu dan baju biru itu….” 

“Sompret kau pilih yang cantik semua!”° desis Penulis kusta 

Ketiga.  “Begini saja, kau boieh ambil si baju ungu dan salah seorang 

lainnya, aku si baju biru dan satu orang lainnya pula. Atau 

sebaliknya!” 

“Baik,” Penulis kusta Kedua mengangguk. Dia, melompat ke 

muka. Empat perempuan itu menjerit. Penulis kusta Kedua segera 

merangkul perempusn baju ungu dan salah seorang kawannya 

sedang Penulis kusta Ketiga menarik si baju biru bersrama kawannya 

yang keempat. 

“Di sini saja, sobat?!” tanya Penulis kusta Kedua  

“Sinting kau! Kau pindah ke kamar sebelah sana!” 

Dengan tertawa-tawa Penulis kusta Kedua memboyong dua 

orang perempuan cantik itu dan membawanya ke kamar sebelah! 

 

-- == 0O0 == -- 

 

bobo  anakmanusia  

Pendekar barbel  Maut pembasmi 10000an  

Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin 

 

SEPULUH 

 

PENDEKAR 10000an  bobo  anakmanusia  membawa Pranajaya ke luar 

Kuburan penulis  sebelah tenggara. Dia berhenti di tepi sebuah telaga dan 

membaringkan tubuh Penulis kusta  itu di atas rerumputan. Dia sudah 

sejak lama siuman namun  keadaannya masih menyedihkan. bobo  

memberikan sebutir pil lagi kepada Penulis kusta  itu kemudian 

menyandarkannya ke sebatang pohon. Dengan sehelai sapu tangan 

yang sudah dibasahkan dengan air telaga dibersihkannya seluruh 

luka-luka di tubuh Pranajaya. 

Setengah jam kemudian disuruhnya Penulis kusta  itu mengatur 

jalan nafas serta darah. saat  disuruhnya mengatur tenaga dalam 

Pranajaya masih tak mampu. bobo  anakmanusia  berlutut di belakang 

Penulis kusta  itu. Kedua telapak tangannya ditempelkannya di punggung 

Penulis kusta  itu. Lalu perlahan-lahan bobo  mulai alirkan tenaga 

dalamnya. 

Lima menit kemudian. 

“Coba kerahkan lagi,” kata bobo . 

Pranajaya kerahkan tenaga dalamnya, memusatkannya 

kepertengahan perut! Dia berhasil berseru gembira!