ah tanah!” kata Setan Pikulan.
“Apakah kau tahu tempat itu?” tanya bobo anakmanusia .
Si kate merenung sejenak. “Ikuti aku,” katanya.
Mereka ke luar dari kamar nomer lima itu. Di kamar nomer enam
mereka berhenti. Setan Pikulan meneliti lantai kamar dengan
sepasang matanya yang juling. Kemudian dia mendangak ke atas.
Pada langit-langit kamar kelihatan tergantung sebuah kawat yang
ujungnya diganduli lampu minyak yang besar sekali. Setan Pikulan
melompat ke atas dan menarik kawat itu satu kali. Aneh sekali tiba-
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
tiba lantai di samping kanan ruangan membuka dan sebuah tangga
batu kelihatan.
Keduanya melangkah ke tepi liang itu. Ruang di bawah sana
agak gelap hanya diterangi oleh sebuah pelita. Samar-samar bobo
anakmanusia melihat sesosok tubuh menggeletak di lantai ruangan.
Pakaiannya tak kelihatan apa warnanya namun tangan kirinya buntung.
“Itu kawanmu?” tanya Setan Pikulan.
nBetul.”
“Lekaslah turun, sebelum Tiga Penulis kusta kembali ke sini kita
musti tedah meninggalkan tempat ini!”
Tanpa pikir panjang bobo anakmanusia segera menuruni anak tangga.
Begitu dia menginjakkan kaki di lantai ruangan batu karang dia
terkejut sewaktu di atas didengarnya suara tertawa bergelak Setan
Pikulan.
“Manusia tolol geblek! Aku tahu kau mau menipu! Sekarang kau
sendiri yang masuk perangkap! Kau akan mampus di ruang batu
karang itu! Mayatmu akan busuk!”
“Bedebah keparat!” teriak bobo . Dia melompat kembali ke atas.
namun secepat kilat Setan Pikulan melesat ke udara, menarik kawat
gantungan lampu dan dengan serta merta lantai di ruangan itu
tertutup kembali! Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an masuk
perangkap sudah!
-- == 0O0 == --
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
ENAM
SETAN PIKULAN melesat dari pintu menuju ke halaman
belakang gedung. saat dia melangkah kehadapan Sekar, gadis ini
yang tubuhnya masih kaku tegang karena ditotok segera bertanya,
“Mana kawanku?”
Munding Sura alias Setan Pikulan tertawa buruk. “Kalian kira
aku ini kambing tolol yang bisa ditipu mentah-mentah?” ujarnya. Dia
berdiri dekat-dekat dihadapan Sekar. Kepalanya cuma sampai
kepinggang gadis itu. “Dengar gadis molek,” kata Setan Pilarlan
seraya usap perut Sekar dengan tangan kirinya.
“Manusia kurang ajar!” maki Sekar. “Lepaskan totokanku,
cepat!”
Setan Pikulan tertawa gelak-gelak.
“Gadis molek, siapa-siapa manusia yang berani menipuku pasti
kukirim ke akherat! Kawanmu telah kujebloskan ke dalam ruang
batu karang…!” Setan Pikulan tertawa lagi.
Sekar kaget bukan main mendengar keterangan ini. Dia tahu
sendiri bahwa bobo anakmanusia bukan Penulis kusta sembarangan. Ilmu Silat
dan kesaktiannya tinggi sekali. Dia bahkan telah menyaksikan
kehebatan Penulis kusta itu di Biara Pensuci Jagat sewaktu bertempur
melawan Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga, namun kenapa kini dia
bisa terjebak dan masuk ke dalam perangkap ruang batu? Apakah
ilmu Setan Pikulan jauh tebih tinggi dari bobo ? Atau mungkin
manusia kate bermuka buruk ini telah membokong dan menipu bobo
secara pengecut?
“Terhadapmu gadis molek…,” berkata lagi si kate kepala
gundul, dia berjingkat dan mengulurkan tangannya mengelus dagu
Sekar. Gadis ini memaki habis-habisan. Setan Pikulan tertawa
bergelak. Dan akhirnya Sekar meludahi muka manusia buruk itu.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Sompret kau!” bentak Setan Pikulan. namun dia tidak sebenar-
benarnya marah. Dengan tertawa-tawa ditariknya ujung baju kuning
Sekar dan disekanya mukanya yang disembur ludah itu.
“Kalau kau tidak secantik ini pasti sudah kuremas hancur kau
punya, muka! Kau kuampuni namun musti ikut ketempatku! Untuk
selanjutnya kau akan jadi perempuan peliharaanku!”
“Bedebah keparat. Lekas lepaskan totokanku kalau tidak kelak
jiwamu tak akan kuampuni!” Setan Pikulan tertawa gelak-gelak.
“Kau galak sekali. Aku mau lihat apakah di tempat tidur kau
juga akan segalak ini…. He… he…he…?!”
Sekar memaki dan meludahi lagi muka laki-laki kate itu. Setan
Pikulan tak menunggu lebih lama. Dilakukannya lagi satu totokan
yang membuat mulut Sekar menjadi bungkam bisu tak bisa
mengeluarkan suara lagi! Kemudian secepat kilat manusia kate itu
meraih pinggang Sekar, melompat ke atas kudanya dan meninggalkan
tempat itu.
SEMENTARA itu di ruang batu karang di bawah gedung
kediaman Tiga Penulis kusta ….
Begitu bobo anakmanusia melompat dan sampai di anak tangga
teratas, lantai di atasnya tertutup dengan cepat! Pendekar ini memaki
habis-habisan. Diterjangnya lantai di atas tangga itu dengan satu
tendangan keras yang disertai aliran tenaga dalam. Jangarrkan bobol,
berbekaspun tendangannya itu tidak!
Penasaran sekali bobo anakmanusia alirkan separoh dari tenaga
dalamnya ke kaki dan untuk kedua kalinya dia menendang lagi.
Lantai karang yang merupakan langit-langit ruang batu itu keras dan
atosnya bukan olah-olah. Tendangan bobo anakmanusia hanya senggup
membuat langit-langit itu tergetar sedikit saja!
“Sialan!” gerutu Pendekar 10000an .
Kini seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke kaki. Dengan
bentakan dahsyat pendekar ini menendang ke atas. Ruang batu itu
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
bergoncang! namun bagian yang ditendang tidak mengalami perobahan
sedikitpun! bobo menghela nafas dalam. Keringat dingin mengucur
dikeningnya. Penuh penasaran Penulis kusta ini salurkan seluruh tenaga
dalamnya ke tangan kanan sampai tangan itu tergetar. Kedua kakinya
merenggang. Dalam keadaan seperti itu, bila dia berdiri di tanah
pastilah kedua kakinya akan melesak sedalam lima atau sepuluh
senti. namun di atas lantai karang yang atos itu, hal itu tidak terjadi.
Perlahan-lahan jari-jari tangan pendekar 10000an menekuk membentuk
tinju.
“Ciaaat!”
Didahului dengan bentakan menggeledek itu bobo anakmanusia
pukulkan tangan kanannya ke atas. Jari-jari yang terkepal membuka.
Satu gumpalan angin keras laksana batu besar bergulung-gulung dan
melesat menghantam bagian atas ruangan batu didekat kepala tangga!
Inilah pukulan kunyuk melempar buah!
Ruang batu itu bergoncang dahsyat. Angin pukulan memantul
kembali, memadamkan pelita yang terletak di lantai. Dan ruangan
batu kurang itu dengan serta merta menjadi gelap gulita. Tangan di
depan matapun tak kelihatan !
Wira anakmanusia menggerendeng, memaki diri sendiri, memaki akan
ketololannya sendiri. Seharusnya dia memperhitungkan bahwa
pukulannya itu tadi akan dapat memadamkan pelita di ruang
batu itu. Dia berpikir-pikir untuk melepaskan pukan sinat
matahari. namun bobo khawatir kalau-kalau pukulannya itu juga
tidak mempan dan akan membalik menghantam dirinya sendiri
serta manusia yang menggeletak di ruangan itu!
Sejak masuk ke dalam ruang batu karang itu baru bobo
ingat pada laki-laki bertangan buntung yang tadi hendak
ditolongnya. bobo melangkah perlahan-lahan sampai akhirnya
kedua kakinya menyentuh tubuh laki-laki itu. Dia berlutut.
Digoyang-goyangnya tubuh laki-laki itu. Tiada suara. Tubuh itu
basah oleh keringat dan gelimangan darah. bobo meletakkan
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
telapak tangan kanannya di dada laki-laki itu. Lama sekali baru
dia berhasil merasakan degupan jantung yang sangat halus dan
pelahan! Ternyata manusia itu masih hidup. Dengan cepat bobo
anakmanusia salurkan tenaga dalamnya melalui dada dan
pergelangan tangan kanan laki-laki itu. Seperempat jam berlalu.
Masih tak ada reaksi apa-apa. Mungkin manusia itu tak ada
harapan lagi untuk diselamatkan jiwanya, pikir bobo . Tubuhnya
sudah keringatan. Mengerahkan tenaga dalam selama
seperempat jam tanpa terputus-putus merupakan hal yang
sangat berat, kurang hati-hati salah-salah bisa membuat diri
sendiri menjadi rusak di dalam!
saat sepeminuman teh lewat maka baru terasa laki-laki
itu memberikan reaksi. Tubuhnya bergerak sedikit. Kemudian
terdengar suara erangannya. Erangan yang hampir tak
kedengaran. bobo kerahkan lagi tenaga dalamnya sampai
tubuhnya menjadi lemas. Dia tersandar kedinding dan mengatur
jalan nafas serta darahnya.
Kemudian telinganya mendengar erangan laki-laki itu
lebih keras. Erangan kesakitan yang mengeriken!
“Di mana aku?” lapat-lapat bobo mendengar laki-laki itu
bertanya.
“Sobat, kau sudah siuman?”
“Kau siapa…?” desis laki-laki itu.
“Apa kau bisa membuka matamu?”
“Ya, sedikit. namun semua gelap sekali!”
“Ya, ruangan ini memang gelap. Ruang batu karang yang
tak beda dengan liang kubur! Kita sama-sama bernasib sial!
Disekap di tempat terkutuk ini…”
“Kenapa kita bisa disekap di sini..... Siapa yang
menjebloskan kita...?”
“Ya. Namaku Pranajaya…”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Meski kau terkurung di sini, nasibmu sebenarnya masih
untung Prana,” kata bobo .
Pranajaya menghela nafas dalam.
“Kau kuat sekali. Kurasa jarang ada manusia yang
sanggup bertahan dan masih hidup diseret dengsn kuda seperti
kau.”
“Aku... aku diseret dengan kuda…?” tanya Prana.
“Ya. Sudahlah, sebaiknya kau duduk bersila. Atur jalan
nafas, aliran darah dan tenaga dalammu…”
”Tidak mungkin…,” desis Prana. “Seluruh tubuhku tidak
punya tenaga sedikitpun. Tulang-tulangku serasa remuk!”
“Kau begitu berbaring sajalah sementara aku mencari akal
bagaimana kita bisa ke luar dari tempat terkutuk ini!” kata
Pendekar 10000an .
“Kau masih belum menerangkan namamu,” ujar
Pranajaya.
“Panggil aku bobo .....“
“Kau juga seorang dari dunia persilatan?”
“Sudah, aku bilang berbaring sajalah,” potong bobo . “Aku musti
berpikir. Kita musti ke luar dari tempat celaka ini!”
Pranajaya menutup mulutnya. Sekujur tubuhnya sakit tiada
terkirakan. Sedikit demi sedikit dalam keadaan berbaring itu
dicobanya mengatur jalan nafas, darah dan tenaga dalamnya.
“Plaak!” bobo memukul keningnya sendiri. Tangan kanannya
mengeruk saku pakaiannya. Dari dalam saku ini diambilnya sebuah
kantong kecil berisi beberapa buah pil. Diambilnya sebutir “Aku
sampai lupa Prana, ngangakan mulutmu. Telan obat ini. Seperempat
jam mungkin kau bisa lebih kuatan......”
Dalam gelap itu Pranajaya mengangakan mulutnya dan bobo
mencari-cari dengan tangannya mulut Penulis kusta itu. Bila bertemu
maka dimasukkannya pil itu ke dalam mulut Pranajaya.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Beberapa menit kemudian......
“Rasa sakitku agak berkurang…” kata Prana pelahan.
“Syukur......”
“Saudara bobo bagaimana…”
Pranajaya tidak meneruskan pertanyaannya. Di dalam gelap itu
dirasakannya bobo berdiri. Kemudian tubuhnya didukung den
dibawa ke salah satu sudut ruangan.
“Apa yang hendak kau lakukan?” tanya Pranajaya.
bobo tak menjawab. Dia melangkah ke tengah ruangan
kembali. Dari balik pakaiannya dikeluarkannya sebuah batu hitam
yang bertuliskan angka 10000an serta barbel Maut pembasmi 10000an .
Senjata sakti ini memancarkan sinar yang menerangi ruang batu itu.
Meski tidak cukup terang namun bobo dapat melihat di mana pelita yang
tadi padam terletak. Mata barbel dan batu hitam diadu satu sama
lain. Lidah api menyembur ke arah pelita dan pelita itupun menyala
kembali. Ruang batu karang menjadi terang benderang. Kini kedua
manusia itu baru bisa meneliti paras dan diri masing-masing.
Paras Pranajaya mengerikan untuk dipandang. Kulit mukanya
hampir keseluruhannya mengelupas, demikian juga kulit sekujur
badannya. Salah satu telinganya hampir sumplung, hidung lecet.
Pakaian robek-robek. Kulit kepala ada yang mengelupas dan darah,
keringat serta debu membungkus tubuh Pranajaya mulai dari ujung
rambut sampai ke kaki!
Pendekar 10000an kertakkan rahang menahan hatinya yang seperti
terbakar melihat keadaan tubuh laki-laki bertangan buntung itu.
Kesalahan apakah yang telah dibuatnya sampai disiksa demikian
biadabnya? bobo tak mau berpikir lebih lama. Saat itu yang musti
dilakukan ialah mencari jalan ke luar.
Dengan barbel pembasmi 10000an ditangan bobo anakmanusia
melangkah menuju ke tangan batu paling atass. Dia memandang
pada Pranajaya dan berkata, “Kalau senjataku ini tiada sanggup
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
menghancurkan langit-langit ruangan batu karang ini berarti kita
akan mampus di sini sobat.”
Pranajaya tak berkata apa-apa. Hatinya kecut, dan sedingin es.
bobo mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. barbel pembasmi
di putar-putar di atas kepala. Senjata itu mengeluarkan angin yang
deras dan suara mengaung laksana deru ribuan tawon. Angin senjata
membuat api pelita mati lagi.
Pada saat itu terdengar bentakan menggeledek dan di saat
yang bersamaan pula terdengar suara “buumm!”
Ruang batu bergoncang keras. bobo terhuyung-huyung,
tubuhnya dihujani oleh guguran dan puing-puing batu karang.
Pranajaya terpelantihp dan terhampar di lantai ruang betu.
saat bobo memandang ke atas dia berseru girang, “Prana, kita
berhasil!”
Ternyata batu karang tebal yang atos keras yang menjadi
atap ruang batu itu tiada sanggup menghadapi barbel Naga
Geni 10000an . Sekali bobo menghantamkan senjata pemberian
gurunya itu maka hancur leburlah atap batu karang. Lobang
baser terbuka tepat di atas anak tangga paling atas. Pendekar
10000an memasukkan barbel nya ke balik pinggang kemudian turun
ke bawah kembali, mendukung tubuh Pranajaya dan
mepinggalkan ruangan batu karang itu dengan cepat. namun
sewaktu mereka sampai di halaman belakang, seorang
penunggang kuda bermuka merah, berambut dan berjubah
merah tahu-tahu muncul menghadang mereka. Penulis kusta
Pertama!
-- == 0O0 == --
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
TUJUH
PADA WAKTU Setan Pikulan keluar dari pekarangan
gedung tua membawa lari Sekar, maka di ujung jalan di
belakangnya tiga penunggang kuda muncul. Mereka bukan lain
Tiga Penulis kusta yang baru saja kembali dari luar Kuburan penulis .
“Hai, kalau aku tak salah lihat itu si kepala gundul Setan
Pikulan!” seru Penulis kusta Pertama.
“Betul!” menyahut Penulis kusta Kedua. “Dia memboyong
perempuan dan keluar dari rumah kita! Apa yang telah
terjadi?!”
Tiga Penulis kusta sama memacu kuda masing-masing
lebih cepat namun Setan Pikulan sudah lenyap dari
pemandangan mereka sewaktu ketiganya sampai di depan pintu
halaman gedung tua.
“Kalian berdua kejar manusia itu,” perintah Penulis kusta
Pertama. “Aku akan menyelidiki tempat kita. Pasti terjadi apa-
apa yang tak diingini!”
Penulis kusta Kedua dan Ketiga segera meninggalkan
tempat itu sedang Penulis kusta Pertama dengan cepat memasuki
halaman gedung kediamannya. Apa yang disangkakannya
ternyata betul! Pintu samping ditemuinya melompong bobol.
Belasan senjata rahasia berbentuk panah bertebaran di tanah
dan beberapa lainnya menancap di batang pohon Penulis kusta
Pertama memaki dalam hati. “Apa ini si kate kepala gundul itu
yang melakukannya?” manusia bermuka merah ini membathin.
“Kalau betul kelak aku akan kasih pelajaran pada manusia
keparat itu!” Dilewatinya pintu yang telah bobol itu dan saat
sampai di halaman belakang kekagetannya bertambah-tambah
sewaktu menyaksikan tanah dari anak tangga sebelah bawah pintu
belakang hancur berantakan sedang pintu belakang itu sendiri juga
bobol pecah!
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Setan alas! Setan alas!” maki manusia muka merah itu. Dia
memandang berkeliling dan merasa heran karena dia tidak melihat
arca yang seharusnya berada di halaman itu!
Siapa yang melakukan ini semuanya? Apa yang sebenarnya
telah terjadi. Dan Setan Pikulan yang tadi dilihatnya ke luar dari
pintu halaman, memboyong seorang perempuan?! Sudut mata Setan
Darah Pertama menangkap satu gerakan. Cepat-cepat dia palingkan
kepala. Sepasang mata Penulis kusta Pertama melotot. Dihadapannya
berdiri seorang Penulis kusta berambut gondrong, berpakaian putih-putih.
Dia tidak kenal dengan Penulis kusta ini. Yang membuat Penulis kusta
Pertama begitu terkejut ialah karena Penulis kusta ini memanggul
Pranajaya yang sebelumnya telah disekapnya dalam ruang batu
karang!
Penulis kusta Pertama berpikir cepat. Jika si Penulis kusta asing ini
adalah kawan Pranajaya dan menolong Prana keluar dari ruang batu
karang, pastilah dia yang telah menghancurkan pintu samping dan
pintu belakang gedung kediamannya. Dan di dalam gedung pasti
pula dia telah membuat kerusakan yang lebih hebat lagi. Lantas, apa
pula hubungan Setan Pikulan yang tadi dilihatnya ke luar dari
halaman gedung dengan memboyong seorang perempuan?! Setan
Darah Pertama jadi bingung sendiri! Matanya menatap tajam. Kalau
betul Penulis kusta belia ini yang telah membebaskan Pranajaya dari
dalam ruang batu maka ini adalah hal yang sangat tak bisa dipercaya
oleh Penulis kusta Pertama.
Untuk masuk ke dalam gedung tua saja seseorang harus
melalui rintangan-rintangan senjata rahasia yang bisa membawa
maut! Kalaupun dia sanggup masuk ke dalam, belum tentu dia tahu
rahasia bagaimana membuka pintu ruang batu karang. Mungkin dia
mempergunakan ilmu kesaktian dan membobolkan pintu ruang
batu? Selama bertahun-tahun tak ada satu kekuatanpun yang
sanggup mendobrak pintu ruang batu karang itu. Apalagi manusia
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
muda bertampang dogol seperti yang saat itu berdiri memanggul
tubuh Pranajaya dihadapannya.
Di lain pihak Pendekar 10000an bobo anakmanusia memandang pula
tepat-tepat kepada Penulis kusta Pertama. Dia ingat manusia inilah
yang telah menyeret Pranajaya tadi sepanjang jalan. Dia tenang-
tenang saja dan tidak perlu terkejut melihat si muka merah ini.
Cuma yang diam-diam membuat dia khawatir ialah karena saat itu
dia sama sekali tidak melihat Sekar! Tak ada dugaan lain selain
bahwa gadis itu pasti sudah dilarikan oleh si kate Setan Pikulan!
“Penulis kusta asing, siapa kau?!” bentak Penulis kusta Pertama
dengan suara menggeledek. Sekaligus dia hendak menunjukkan
bahwa dia bukan manusia sembarangan.
bobo anakmanusia cengar cengir seenaknya.
“Jangan cengar cengir tak karuan! Cepat beritahu siapa kau
dan mengapa nyalinu begitu besar membuat keonaran di sini?!”
“bobo ....,” Pranajaya berbisik. “Manusia muka kepiting rebus ini
adalah musuh besarku! Salah satu dari Tiga Penulis kusta ….”
bobo tertawa mendengar ucapan “kepiting rebus” itu.
“Setan alas!” sentak Penulis kusta Pertama. “Kau kira kau
berhadapan dengan siapakah berani tertawa seenak perutmu?!”
“Masakah orang tertawa saja tidak boleh!” sahut bobo Ssbleng.
Darah Penulis kusta Pertama naik ke kepala “Kalau kau masih
bicara bertele, nyawamu akan kukirim menghadap setan neraka!”
ancam Penulis kusta Pertama dan tangan kanannya dinaikkan ke
atas, siap untuk melancarkan satu pukulan tangan kosong!
“Sabar… sabar sobat!” kata bobo . “aku adalah kawan Penulis kusta
ini. Sebagai kawan, sepantasnya aku menolong bila dia mendapat
kesukaran.... Bukan begitu Tiga Penulis kusta ?!”
“Hemm… manusia buruk macammu rupanya sudah tahu juga
berhadapan dengan siapa saat ini!” ujar Penulis kusta Pertama.
“Karena kau kawan Penulis kusta itu, terpaksa kalian berdua kuseret
kembali ke ruang batu karang!”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Habis berkata demikian Penulis kusta Pertama lentingkan
kelima jarinya ke muka. Lima larik sinar merah menyambar ke arah
lima bagian tubuh bobo anakmanusia ! Inilah ilmu totokan jarak jauh
bernama totokan lima jari yang sangat lihai sekali!
Pendekar 10000an bobo anakmanusia keluarkan suara bersiul. Sekali
melompat ke samping, lima sinar totokan itu dapat dihindarkannya
sekaligus!
Ini membuat Penulis kusta Pertama menjadi gusar.
“Punya sedikit ilmu saja hendak diandalkan!” ejeknya. “Aku
mau lihat sampai di mana kedikjayaanmu bocah konyol!.” Serentak
dengan itu Penulis kusta Pertama melompat dari kudanya.
“Silahkan turunkan dulu kunyuk dibahumu itul” kata Setan
Darah Pertama.
“Tiga Penulis kusta , meski kau seorang bejat yang sebenarnya
tidak pantas hidup di dunia ini, namun aku tak punya permusuhan
denganmu. Harap minggir beri jalan....!”
“Kentut bapak moyangmu!” teriak Penulis kusta Pertama. “Lekas
turunkan Penulis kusta itu, dalam satu jurus nyawamu pasti akan
minggat dari badan!”
Sebenarnya bobo bukan tak mau baku hantam dengan
manusia terkutuk ini, namun karena dia mengkhawatirkan keselamatan
Sekar dan musti mencari gadis itu maka sekali ini diusahakannya
untuk menghindari pertempuran. namun agaknya si muka kepiting
rebus tak memberi kesempatan terhadapnya. Dan ini membuat
murid Eyang Sinto Gendeng itu mulai luntur pula kesabarannya.
“Iblis muka merah!” bentak bobo anakmanusia . “Untuk menghadapi
kau kenapa musti susah-susah turunkan tubuh kawanku ini
segala?”
Mendidihlah darah Penulis kusta Pertama. Seumur hidupnya
tak pernah dia mendapat hinaan demikian.
“Kalau begitu kalian akan mampus sama-sama!” teriaknya
lantang.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Penulis kusta Pertama kebutkan kedua lengan jubahnya. Dua
angiri merah yang amat dahsyat menderu ke arah bobo anakmanusia .
Dalam jarak dua tombak saja panasnya sudah memerihkan kulit.
“Awas bobo , pukulan itu beracun!” membisik Pranajaya. Lalu
tambahnya “Manusia ini bukan sembarangan, ilmunya tinggi. Lebih
baik kau sandarkan aku ke pohon sana....!”
“Ah, tak usah khawatir sobat..,” jawab bobo . Satu tombak dua
larikan sinar merah itu menyambar kearahnya dengan membentak
nyaring Pendekar 10000an berkelebat. Tubuhnya lenyap dari hadapan
Penulis kusta Pertama.
Kaget Penulis kusta Pertama bukan main-main. Tak tahu dia
gerakan kilat apa yang dipergunakan oleh si Penulis kusta lawannya
hingga lebih cepat dari kejapan mata Penulis kusta itu sudah lenyap dari
pemandangannya.
Cepat-cepat dia membalik. bobo dan Prana dilihatnya sudah
berada di pintu samping.
“Kau mau lari ke mana bedebah?!” bentak Penulis kusta
Pertama dan memburu dengan cepat seraya lancarkan satu jotosan
jarak jauh yang hebat. Serangan ini membuat murid Eyang Sinto
Gendeng melompat ke samping lalu membalik.
“Iblis muka merah, kali ini aku tidak ada waktu untuk
melayanimu. Kelak di lain hari kita bakal berhadapan kembali!”
“Cuma nyawamu yang bisa pergi dari sini keparat!” teriak
Penulis kusta Pertama. Dia memburu lagi. namun langkahnya terhenti.
bobo telah melepaskan satu pukulan yang mendatangkan angin yang
amat hebat, membuat pasir di halaman itu menggebu laksana kabut
tebal menderu ke arah Penulis kusta Pertama membuat
pemandangannya tertutup. saat dia menerobos kabut pasir itu
dengan cepat, bobo anakmanusia dan Pranajaya sudah lenyap! Setan
Darah Pertama menyumpah habis-habisan.
Orang-orang yang berada di tengah jalan cepat-cepat
menghindar ke tepi sewaktu Setan Pikulan memacu kudanya dengan
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
kecepatan yang luar biasa. Debu beterbangan di belakang diterpa
oleh keempat kaki kuda tunggangan manusia bertubuh kate itu.
Seorang pejaian kaki berkata pada kawannye di tepi jalan.
“Lihat, si kate kepala gundul itu membawa seorang perempuan
lagi!”
“Ya, parasnya cantik sekali!” Sahut kawannya. Diangkatnya
bahunya lala berkata lagi, “Manusia dajal itu rupa-rupanya tak
pernah bosan dengan perempuan. Di gedungnya sudah belasan
perempuan yang jadi peliharaannya! Kini satu lagi bakal menjadi kor-
ban kebejatan nafsunya. Kasihan perempuan itu…”
“Aku sangat menyesalkan Baginda. Beliau…” Laki-laki itu tak
meneruskan kata-katanya karena di belakangnya terdengar derap
kaki-kaki kuda. Keduanya berpaling.
“Ini lagi…,” kata laki-laki tadi pelahan. “Bergundal-bergundal
Baginda. Mereka tidak ada beda dengan Si Setan Pikulan!”
Dua penunggang kuda itu berlalu dengan cepat. Mereka bukan
lain dari Penulis kusta Kedua dan Ketiga yang tengah mengejar Setan
Pikulan!
Di sebuah gedung kecil di pinggiran Kuburan penulis , Munding Sura
alias Setan Pikulan menghentikan kudanya.
“Ah, manisku. Kita sudah sampai!” katanya seraya mendukung
Sekar dan melompat dari kudanya.
Di ruang dalam tiga orang perempuan muda yang cantik-cantik
tengah duduk berbicara Mereka adalah sebagian dari peliharaan-
peliharaan Setan Pikulan. Ketiganya memandang pada Setan Pikulan
dan perempuan yang ada dalam dukungannya. Mereka tak berkata
dan tak berbuat apa-apa selain hanya memandang. Dan di dalam
hati masing-masing, mereka sudah tahu apa yang bakal dialami
parempuan yang dibawa Setan Pikulan itu saat mereka melihat
laki-laki itu melangkah menuju ke kamar di ujung ruangan!
Kemudian pintu kamar itupun tertutuplah.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Di dalam kamar.......
Setan Pikulan menutupkan pintu dengan tumit kakinya.
Dengan tertawa mengekeh-ngekeh manusia ini membaringkan Sekar
di atas tempat tidur. Kemudian dia melangkah ke meja dan meneguk
tuak dari dalam sebuah kendi. Minuman keras ini dengan serta
merta menghangati tubuh dan menambah gelora nafsu terkutuk
Setan Pikulan. Dengan memegang kendi itu di tangan dia melangkah
kembali ke tempat tidur dan duduk di samping Sekar.
“Ah, parasmu yang cantik basah oleh keringat dan debu. Biar
aku bersihkan.... kata Setan Pikulan. Lalu dengan tangan kirinya
diusapnya kening serta pipi Sekar. Gadis ini memaki dalam hati.
Hanya itu, yang bisa dilakukannya. Dia tak bisa membuka mulut
ataupun menggerakkan anggota badannya karena telah ditotok.
Cuma mimik mukanya yang menyatakan demikian.
Setan Pikulan meneguk tuaknya kembali.
“Eh, kau tentu haus” Setan Pikulan mengedipkan matanya
beberapa kali. Lalu dibukanya totokan pada tubuh Sekar. Gadis itu
kini bisa bicara dan mendengar namun tubuhnya tetap kaku tak bisa
digerakkan.
“Ini, minumlah, kau tentu haus manisku!”
“Manusia biadab! Lepaskan totokanku! Keluarkan aku dari
sini!” teriak Sekar.
“Kau masih saja galak,” desis Setan Pikulan dan mencubit
dagu Sekar. “Ini minum!,” katanya. Bibir kendi didekatkannya ke
bibir gadis itu. Sekar mengatupkan bibirnya rapat-rapat. namun
kemudian dia mendapat akal. Dibukanya mulutnya sedikit. Tuak di
dalam kendi itu diteguknya dua kali. Setan Pikulan tertawa gembira.
namun tiba-tiba !
Tuak yang sudah diteguk tadi tiba-tiba disemburkan kembali
oleh Sekar dan karena tidak diduga sama sekali oleh Setan Pikulan,
laki-laki,ini tak sempat lagi menghindar! Dia berteriak kesakitan dan
melemparkan kendi di tangannya ke dinding. Kendi pecah
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
berantakan isinya membasahi lantai! Untung saja Sekar dalam
keadaan ditotok sehingga dia tak bisa mengalirkan darah dan tenaga
dalamnya! Jika saja semburan tuak tadi disertai dengan aliran
tenaga dalam niscaya hancur dan butalah mata Setan Pikulan.
Namun demikian semburan tadi sudah cukup membuat matanya
sakit sekali dan untuk beberapa saat lamanya tak bisa membuka
kedua matanya itu!
Sambil mengeringi mukanya yang basah dan mengucak-
ngucak kedua matanya Setan Pikulan memaki habis-habisan!
“Gadis gila! Kalau kau tidak sekurang ajar itu terhadapku pasti
aku akan perlakukan kau baik-baik. namun kini kau akan rasakan
sendiri !”
Setan Pikulan mengucak lagi kedua matanya.
Pemandangannya sudah terang kini. Kedua matanya yang juling
memandang dengan berapi-api. Tiba-tiba dibungkukkannya
kepalanya. Maka habislah seluruh tubuh Sekar diciuminya. Gadis itu
menjerit tiada henti.
“Menjeritlah sampai lidahmu copot!” kata Setan P,kulan dengan
tertawa mengekeh. Ciumannya datang lagi bertubi-tubi. Kemudian
bukan hanya ciuman saja lagi. Sepasang tangan manusia kate ini
membuat dua kali gerakan.
“Breet!”
“Breet!”
Pakaian kuning yang dikenakan Sekar robek besar. Dadanya
tersingkap lebar!
“Dadamu bagus dan putih sekali!” seru Setan Pikulan seperti
gila. Dan kemudian betul-betul macam orang gila muka dan bibirnya
melumasi dada
Sekar yang sampai saat itu masih menjerit-jerit. Sekar menjerit
lagi lebih keras sewaktu sepasang tangan Setan Pikulan
menggerayang meremasi dadanya !
“Braak !”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Pintu kamar terpentang lebar. Salah satu papannya pecah!
Kaget Setan Pikulan bukan olah-olah! Sebelum dia berpaling, dari
pintu sudah membentak satu suara .
“Munding Sura! Hentikan perbuatan kotormu itu!”
-- == 0O0 == --
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
DELAPAN
BEGITU berpaling begitu Setan Pikulan alias Munding Sura
hendak mendamprat marah. namun sewaktu melihat siapa yang berdiri
dihadapannya dia hanya mengeluarkan suara menggerendeng. Di
belakang laki-laki yang masuk ke dalam kamar itu masih ada
seorang lainnya.
Setan Pikulan bangkit dari tempat tidur.
“Kalau tidak memandang kepada nama besar serta hubungan
kita sesama tokoh-tokoh pembantu Baginda, pasti aku sudah
tendang kau ke luar dari kamar ini Penulis kusta Kedua!”
Penulis kusta Kedua tertawa bergumam. Dia rangkapkan tangan
di muka dada sementara kawannya melangkah ke sampingnya.
Sepasang mata Penulis kusta Kedua menatap tubuh yang tergeletak di
atas tempat tidur. Hatinya terkesiap juga memandangi paras cantik
dengan tubuh dalam keadaan setengah telanjang itu! Seperti Setan
Pikulan, diapun seorang yang suka perempuan!
“Penulis kusta , lekas katakan apa maksud kedatangan kalian !”
“Sewaktu memasuki ujung jalan kau kelihatan ke luar dari
tempat kediaman kami membawa perempuan itu!” kata Penulis kusta
Kedua. Kepalanya digoyangkannya sedikit ke arah Sekar. “Ada perlu
apa kau ke tempat kami dan siapa ini perempuan?!”
“Siapa ini perempuan bukan urusanmu!” jawab Setar Pikulan.
“Kalau kau memandang mukaku, aku juga matih mau
memandang muka padamu, Setan Pikulan,” kata Penulis kusta
Kedua.
“Kuharap kau tak usah bicara kasar!”
Penulis kusta Kedua tertawa dingin.
Penulis kusta Ketiga buka mulut, “Melihat caramu ke luar dari
gedung kami dan melarikan perempuan ini jelas sudah kau membuat
apa-spa yang tak diingini d tempat kami!”
Setan Pikulan meludah ke lantai.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Aku ke sana sebetulnya untuk menyambangi kalian…”
“Itu satu kehormatan.” memotong Penulis kusta Kedua dengan
nada sinis.
“Kalian tidak ada. Pintu samping kutemui dalam keadaan
hancur. Senjata-senjata rahasia bertancapan di pohon dan
bertebaran di tanah. Halaman belakang kacau balau dan pintu
belakang gedung kalian juga , kutemui dalam keadaan terpentang
bobol....”
“Hemmm…,” gumam Penulis kusta Ketiga. “Siapa yang
melakukannya?!”
“Mana aku tahu!” sahut Setan Pikulan.
“Jangan dusta Munding Sura!” sentak Penulis kusta
Kedua.'“Hanya beberapa orang saja yang tahu rahasia masuk ke
gedung itu, diantaranya kau!”
“Jadi kau menuduh aku membuat kerusakan di gedung itu?”
“Aku tanya siapa yang melakukan, bukan menuduh!” sahut
Penulis kusta Kedua ketus.
“Aku sudah bilang tidak tahu! Dan sekali tidak tahu, tetap
tidak tahu. Sekarang silahkan angkat kaki dari sini!”
“Baik Munding Sura. namun ingat...” ujar Penulis kusta Ketiga.
“Bila nanti terbukti kau berbuat…”
“Tak usah mengancam sompret!” maki Setan Pikulan.
Penulis kusta Ketiga melangkah maju. Penulis kusta Kedua
menarik lengan jubahnya dan berkata pada Setan Pikulan, “Sekarang
memang baru cuma ancaman. Kelak kalau kami tahu bahwa kau
betul-betul telah membuat keonaran di tempat kami, ancaman itu
akan menjadi kenyataan, Munding!”
Munding Sura yang bergelar Setan Pikulan tertawa
mencemooh!
“Dasar manusia-manusia tidak tahu diri!” katanya. ”Kalian
tahu, sewaktu aku datang ke sana ada dua cecunguk yang sembunyi
di atas genteng! Satu diantaranya gadis ini, yang lain seorang
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Penulis kusta ! Aku paksa mereka turun dan paksa agar memberi kete-
rangan. Mereka menerangkan tengah mencari seorang kawan yang
kalian seret ke tempat kalian! Mereka bermakpud membebaskannya!
Aku pikir kalau manusia itu adalah musuhmu maka pasti yang dua
lainnya adalah kambratnya juga. Si gadis, kutotok dan kawannya
kutipu kujebloskan dalam ruang batu karang di dasar gedung! Kalian
dengar semua itu?! Seharusnya kalian berterima kasih padaku dan
bukan mengoceth tak karuan! Sekarang berlalu dari hadapanku
sebelum kesabaran habis!”
Penulis kusta Kedua menarik lengan baju kawannya. Keduanya
sama-- sama melangkah ke pintu. namun tiba-tiba Sekar berseru.
“Penulis kusta ! Jangan kena ditipu oleh bangsat kepala botak
ini!”
Tentu saja kedua Penulis kusta itu sama hentikan langkah dan
balikkan badan!
“Apa yang diterangkannya semua adalah dusta!”
“Heh, begitu…?!”
“Gadis edan apa mulutmu mau kupecahkan?!” bentak Setan
Pikulan. “Berani kau bicara lagi betul-betul kupecahkan mulutmu!”
“Biarkan dia bicara, Munding Sura!” kata Penulis kusta Kedua.
“namun kau lepaskan dulu totokanku!” kata Sekar. “Aku akan
terangkan apa yang telah diperbuatnya ditempatmu! Dan bukan itu
saja, aku akan bersedia ikut dengan kalian!”
“Ah…,” Penulis kusta Kedua mengusap-usapkan kedua telapak
tangannya satu sama lain. “Satu usul yang baik! Memang kau telah
pantas bersamaku daripada kambratku yeng kate buruk ini!”
Marahlah Setan Pikulan.
“Saat ini aku tidak memandang nama besar atau mukamu lagi
Penulis kusta keparat! Tidak perduli meski kita sama-sama orang
Istana!”
“Gadis itu sudah membuka kedok kedustaanmu!”
“Dia yang dusta! Bohong besar!”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Dusta atau tidak namun aku percaya omongannya. Dan aku
dengar dia sendiri yang mau ikut bersamaku!” Penulis kusta Kedua
mengekeh.
Mulut Setan Pikulan komat kamit. “Boleh,” katanya. “Silahkan
bawa gadis itu. namun begitu tanganmu menyentuh tubuhnya,
kepalamu akan hancur lebih dulu!”
Penulis kusta Kedua tertawa bergelak.
“Nama besar Setan Pikulan memang sudah lama kami dengar,
namun hendak manantang Tiga Penulis kusta yang kesohor sama saja
seperti biduk kecil yang hendak melawan gelombang sebesar gunung!”
Kini Setan Pikulan yang tertawa mangekah.
“Orang sombong memang terlalu sering lupa diri! Kita walau
bagaimanapun masih sama sama manusia. Aku bukan biduk dan
kalian bukan gunung! Bicara jangan ngaco!”
“Agaknya jalan kekerasan tak bisa dihindarkun, Setan Pikulan!”
kata Penulis kusta Ketiga sambil usut-usut lengan jubahnya.
“`Kukira demikian, Lagi pula memang sudah sejak lama aku
ingin membuktlkan sampai di mana kehebatan nama Tiga Setan
Darah itu. Jangan-jangan cuma bangsa kroco bau terasi saja! Apalagi
sekarang cuma ada dua orang!”
“Kita akan saksikan siapa yang kroco manusia buruk!” sahut
Penulis kusta Kedua. Dia berpaling pada kawannya dan berkata, “Kau
lepaskan totokan gadis itu, biar aku yang kasih pelajaran pada
manusia jenis kacoak ini!”
Penulis kusta Ketiga melompat ke arah tempat tidur. Dua jari
tangannya siap untuk melepaskan totokan di tubuh Sekar, namun dari
samping Setan Pikulan tidak tinggal diam. Tubuhnya yang kate me-
lasat ka muka satu tendangan yang dahsyat dilancarkannya ke arah
tangan Penulis kusta Ketiga. Tentu saja Penulis kusta Ketiga tidak mau
ambil risiko hancur tangannya. Cepat-cepat dia tarik pulang
tangannya, menggeser kaki dan kebutkan lengan jubahnya sebelah
kiri!
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Selarik sinar merah menyambar ke arah selangkangan Setan
Pikulan! Ini adalah satu serangan yang benar-benar mematikan! namun
si kate kepala gundul bukan manusia kemarin. Dia membentak dan
melompat ke atas. Dari atas dia kirimkan satu jotosan dan satu
tendangan! Penulis kusta Ketiga merunduk sementara sinar
pukulannya tadi telah melanda dan menghancurkan tembok kamar!
Di ruang sebelah terdengar pekikan beberapa orang perempuan!
Serangan gencar Setan Pikulan menjadi batal sewaktu dari
samping Penulis kusta Kedua tusukkan dua jari tangannya ke rusuk.
Setan Pikulan yang tahu betul kehebatan dua jari itu cepat
menghindar dan sekaligus dua tangannya dipukulkan ke muka!
Penulis kusta Kedua cepat-cepat buang diri ke samping sewaktu
melihat dua gelombang angin hitam ke luar dari jotosan-jotosan
lawannya.
“Ilmu pukulan sepasang tinju hitammu tiada berguna
terhadapku manusia buruk!” ejek Penulis kusta Kedua.
Sementara kawannya baku hantam dengan Setan Pikulan.
Penulis kusta Ketiga pergunakan kesempatan untuk membebaskan
Sekar dari totokan. Namun kali yang kedua inipun tidak berhasil
karena saat itu Setan Pikulan sudah menyambar senjatanya yang
ampuh yang menyebabkan dia sampai dijuluki Si Setan Pikulan
dalam dunia persilatan. Senjatanya itu bukan lain ialah sebuah
pikulan dari bambu! Meskipun dari bambu namun karena merupakan
senjata sskti maka kekuatannya lebih hebat dari baja!
Penulis kusta Ketiga cepat-cepat buang diri ke samping sewaktu
ujung pikulan menusuk ke kepalanya. Penulis kusta Kedua
mengomel.
“Tolol!,” makinya, “lepaskan dia dengan totokan jarak jauh!”
Habis berkata begitu Penulis kusta Kedua segera keluarkan
sanjatanya yaitu sepasang gada.
Dalam ilmu mengentengi tubuh dan tenaga dalam serta
kegesitan bergerak Setan Pikulan tidak di bawah kedua Penulis kusta
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
itu, apalagi saat itu pikulan saktinya sudah berada di tangan. Namun
menghadapi dua lawan yang berada dalam jarak terpisah di mana dia
musti pula melindungi Sekar agar jangan sampai gadis itu berhasil
dibebaskan lawan dari totokannya maka ini adalah satu hal yang
cukup menyulitkan bagi Si Setan Pikulan! Setiap saat dia harus
membagi serangan pada kedua lawan dan melindungi Sekar!
Setan Pikulan putar senjatanya laksana titiran.Pikulan itu
dimainkan dalam jurus-jurus silat toya. Angin deras dan suara
mengaung memenuhi kamar itu. Namun senjata lawan yang dihadapi
Setan Pikulan bukan pula senjata biasa! Bagaimanapun dia
mempercepat gerakannya dan mendesak Penulis kusta Kedua dengan
hebat namun pada jurus kesembilan belas Setan Pikulan tak berhasil
menghalangi Penulis kusta Ketiga melepaskan satu pukulan tangan
kosong jarak jauh yang membuat terlepasnya totokan di tubuh
Sekar!
Begitu bebas secepat kilat gadis itu merapikan pakaiannya.
“Saudari, kau menghindarlah ke sudut sana! Tunggu sampai
kami membereskan monyet kontet ini!,” kata Penulis kusta Kedua.
Sekar merasa syukur bahwa hasutannya termakan oleh kedua
Penulis kusta sehingga kini dia lepas dari totokan. Dia tahu baik
Setan Pikulan maupun manusia-manusia bermuka dan berjubah
merah itu tiada beda satu sama lain. Dia berpikir-pikir apakah akan
masuk ke gelanggang pertempuran untuk turut mengeroyok Setan
Pikulan yang telah membuat kekejian terhadapnya atau lebih baik
menyingkir dulu dari situ sebelum timbul pula urusan baru dengan
manusia-manusia iblis bermuka merah itu!
Si gadis mengambil keputusan yang terakhir. Apa lagi dia ingat
bahwa sewaktu dibawa lari oleh Setan Pikulan dari gedung kediaman
Tiga Penulis kusta tadi, sahabatnya bobo anakmanusia masih tertinggal di
sana, dikurung dalam ruang batu karang. Maka gadis ini cepat-cepat
melompat ke pintu. Namun apa lacur! Bersamaan dengan itu sesosok
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
tubuh melompat pula dari luar dan cepat berhadap-hadapan dengan
Sekar diambang pintu itu !
-- == 0O0 == --
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
SEMBILAN
MANUSIA ini berambut gondrong, bermuka dan berjubah merah
parsis seperti yang dikenakan dua orang Penulis kusta yang tengah
bertempur di dalam kamar. Pasti tidak manusia ini adalah kawan dari
dua Penulis kusta lainnya itu pikir Sekar. Di lain pihak manusia yang
berdiri diambang pintu yang memang Penulis kusta Pertama adanya
menduga keras bahwa Sekar adalah perempuan yang tadi terlihat
dilarikan oleh Setan Pikulan dari gedungnya. Meskipun dia tertarik
sekali akan kecantikan si gadis dihadapannya namun saat itu Setan
Darah Pertama masih diliputi kemarahan yang meluap yaitu sesudah
dia menyaksikan kerusakan-keruasakan di gedungnya serta dibikin
seperti main-mairan sewaktu bertempur melawan Pendekar 10000an .
“Kalian tolol semua!” bantak Penulis kusta Pertama sewaktu
menyaksikan dua kawannya yang mengeroyok Setan Pikulan namun
mendapat tekanan-tekanan yang hebat bahkan sesungguhnya sudah
mulai terdesak. “Menghadapi si kate keling ini saja tidak mampu!”
Di saat itu Setan Pikulan mengamuk dengan hebatnya.
Senjatanya bersiur-siur. Dua ujung pikulan menyambar dan memapas,
kadang-kadang menusuk ganas dalam jurus-jurus gencar yang penuh
dengan tipu-tipu yang membahayakan keselamatan kedua Setan
Darah.
Mendengar bentakan Penulis kusta Pertama, Penulis kusta Ketiga
segera cabut sepasang goloknya. Pertempuran dalam kamar itu
bertambah hebat. namun sepasang mata Penulis kusta Pertama bisa
melihat bahwa kedua kambratnya itu masih berada di bawah angin,
Si kate kapala gundul berkelebat ganas hampir tak kelihatan.
Pikulannya menderu-deru bahkan anginnya sampai mengibar-
ngibarkan jubah yang dipakainya!
Tanpa tunggu lebih lama Penulis kusta Pertama segera bergerak
ke tengah ruangan. Kasempatan ini lekas dipergunakan olah Sekar
untuk meninggalkan tempat itu. namun Penulis kusta Pertama berseru.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Hai gadis manis! Tunggu dulu! Kau mau ke mana?!”
Sakar tak menyahuti malah tancap gas larikan diri namun satu
sambaran angin menyapu kedua kakinya, membuat kaki gadis itu
menjadi kaku tegang dan laksana dipakukan ke lantai tak dapat
bergerak lagi!
Penulis kusta Petema telah melepaskan totokan jarak jauh yang
lihai sekali, Sekar sendiri tak tahu kalau dirinya akan diserang dari
belakang begitu rupa maka kini dia terpaksa tegak di lantai tak
berdaya! Dikerahkannya tenaga dalamnya ke kaki untuk membuyarkan
totokan Penulis kusta Pertama, namun sia-sia belaka!
“Tahan dulu! Aku mau bicara!” Penulis kusta Pertama berseru.
Kedua orong kawannya segera melompat ke tepi kamar. Dengan
pandangan berapi- api Setan Derah Pertama memanndang pada Setan
Pikulan. “Munding Sura kaukah yang membuat keonaran di
tempatku?!”
Munding Sura alias Setan Pikulan tertawa tawar. “Kau dan dua
kambratmu ini sama saja menuduh seenaknya. Kau kira…..”
“Penulis kusta Pertama,” ujar Penulis kusta Kedua. “Kita tak perlu
banyak bicara dengan kunyuk hitam ini. Kami sudah tahu memang dia
sengaja mencari urusan terhadap kita, Dia telah menyelundup ke
tempat kita!”
Setan Pikulan tertawa lagi. “Tentu saja nyalimu tambah besar
karena satu kambratmu telah datang, lagi ke sini,” katanya. “Sebelum
terlambat apakah kalian masih mau teruskan urusan gila ini?!”
“Kunyuk hitam!” hardik Penulis kusta Pertama. “Tiga Setan
Darah tak pernah bikin urusan setengah-setengah! Kawan-kawan,
bersiap membentuk barisan tiga bayangan siluman!.”
Maka Tiga Penulis kusta pun segera membentuk barisan yang
sangat diandalkan mereka itu. Di lain pihak Setan Pikulan yang sudah
memaklumi kehebatan ilmu silat lawan-lawannya itu segera pasang
kuda-kuda baru. Dan sebelum barisan tiga bayangan siluman
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
bergerak Setan Pikulan sudah berteriak-keras dan berkelebat bersama
senjatanya!
Penulis kusta Pertama bergeser ke samping mengelakkan
sambaran senjata Setan Pikulan yang melanda ke arah pinggangnya.
Manusia bermuka merah ini kemudian merunduk dengan cepat dan
kirimkan serangan berantai ke arah kedua kaki lawan. Setan Darsh
Ketiga melesat ke atas, menukik lagi dan laksana seekor .burung elang
tiada hentinya melancarkan pukulan-pukulan maut ke kepala Setan
Pikulan!
Barisan tiga bayangan siluman ini memang cukup terkenal
dikalangan tokoh-tokoh Kuburan penulis . Setan Pikulan sendiri juga sudah
tahu namun baru kali ini menyaksikannya dan disaat itu dirinya pula
yang menjadi bulan-bulanan! Namun Setan Pikulan bukan pula tokoh
silat kemarin. Tubuhnya berkelebat laksana bayang-bayang,
menerobos dan mengelak diantara hujan serangan lawan sedang
senjatanya menderu kian kemari. Kegesitan ditambah dengan
keampuhan jurus-jurus silat yang dimainkannya banyak sekali
menolong Setan Pikulan sehingga meski dikeroyok tiga dalam sepuluh
jurus dia masih bisa bertahan bahkan dua tiga kali berturut-turut
membagi serangan pada ketiga lawannya. Lambat laun Tiga Setan
Darah dibikin sibuk. Barisan tiga bayangan siluman tiada berarti
lagi. Ketiganya kini mulai terdesak!
Penulis kusta Pertama memaki dalam hati!
Untung saja pertempuran itu tidak terjadi di tempat terbuka,
tidak disaksikan umum! Kalau saja orang luar tahu, pasti nama besar
Tiga Setan Darat akan menjadi luntur!
Penulis kusta Pertama keluarkan sepasang tombak bermata dua
dari balik jubahnya. Melitat ini dua Penulis kusta yang lain yang tadi
sewaktu membentuk tiga bayangan siluman telah memasukkan
senjata mereka, kini segera pula mengeluarkan senjata masing-masing
kembali!
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Setan Pikulan kertakkan rahang. Tiga pasang senjata di tangan
musuh-musuhnya itu adalah senjata-senjata mustika sakti. Dia
bersangsi apakah kini dia akan sanggup menghadapi manusia-
manusia bermuka merah itu! Setan Pikulan coba memancing dengan
ucapan agar musuhnya tidak bertempur secara mengeroyok. Maka dia
pun berkata, “Nama Tiga Penulis kusta memang tersohor! namun hari ini
aku sendiri menyaksikan bahwa mereka cuma bangsa bunglon-
bunglon bernyali rendah bangsa pengecut kelas wahid! Tokoh-tokoh
silat yang beraninya main keroyok!”
“Mengocehlah seenakmu manusia kontet! Sebentar lagi gadaku
ini akan membuat otakmu bertaburan.” hardik Penulis kusta Kedua
serayra putar-putarkan gadanya.
“Penulis kusta Pertama, tunjukkanlah bahwa kau bukan seorang
pengecut! Mari kita bertempur satu lawan satu sampai seribu jurus!”
Penulis kusta Pertama tertawa gelak-gelak. “Sampai seribu jurus
katamu?! Tiga juruspun kau belum tentu bisa bertahan manusia
kacoak!”
“Huh! Betapa memalukan kalau dunia persilatan mengetahui
bahwa Tiga Penulis kusta beraninya cuma main keroyok! Persis macam
anjing-anjing kurap yang mengeroyok seekor kucing yang ditakutinya!”
Marahlah Penulis kusta Pertama mendengar cacian anjing kurap
itu. Dia berikan isyarat pada dua kawannya. Serentak dengan itu
ketiganya segera menyerbu Setan Pikulan. Enam senjata laksana
taburan hujan menderu mencari sasaran ditubuh Setan Pikulan. Yang
dikeroyok mempertahankan diri dengan sebat. Sepuluh jurus berlalu.
Keringat telah membasahi tubuh Setan Pikulan yang cuma mengena-
kan cawat itu! Gerakan dan putaran pikulannya semakin sebat
namun sesungguhnya daya pertahanan manusia ini jurus demi jurus
semakin lemah. Beberapa kali ujung-ujung pikulannya beradu dengan
salah satu senjata lawan membuat senjata itu kadang-kadang hampir
terlepas dan genggamannya yang licin oleh keringat!
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Ha… ha… ha…! Sampai berapa lama lagikah kau akan sanggup
bertahan Munding Sura?!” Mengejak Penulis kusta Pertama.
“Sampai batok kepalamu hancur oleh ujung senjataku ini!”
sahut Setan Pikulan seraya tusukkan ujung pikulannya ke kepala
lawan. Penulis kusta Pertama sampokkan tombaknya yang ditangan
kanan untuk menangkis namun senjata lawan berputar cepat dan kini
ujung yang lain menotok ke dadanya dengan sangat cepat!
Penulis kusta Pertama kertakkan rahang! Dia bersurut satu
langkah dan dibantu oleh Penulis kusta Kedua, keduanya menangkis
serangan Setan Pikulan. Tiga senjata bentrokan satu sama lain
mengeluarkan suara keras. Tiga tangan tergetar! Begitu senjatanya
membentur senjata lawan, Penulis kusta Pertama cepat pergunakan
ujung tombaknya yang bermata dua untuk menjepit ujung pikulan.
Dia berhasi! Segera tombak hendak diputarnya. namun Setan Pikulan
tidak bodoh! Pikulan digerakannya dari atas ke bawah. Ujung yang
lain menderu ke bawah perut Penulis kusta Pertama. Di saat yang
sama pula Setan Pikulan melompat ke atas karena kedua kakinya!
Genap dua puluh jurus sudah! Setan Pikulan benar-benar
sudah mandi keringat. Tiba-tiba dia menjerit keras. Senjatanya
menyapu membuat satu lingkaran sedang dari balik cawatnya
dikeluarkannya sejenis senjata rahasia berbentuk paku rebana!
“Awas paku rebana beracun!” teriak Penulis kusta Pertama.
Tiga Penulis kusta masing-masing kebutkan lengan jubah
mereka. Sinar merah yang keluar dari ujung lengan jubah itu
membuat mental sembilan buah paku-paku rebana yang dilepaskan
Setan Pikulan!
“Licik!” maki Penulis kusta Pertama.
“Kalian kunyuk-kunyuk muka merah yang pengecut kelas
wahid!” semprot Setan Pikulan. Dan kembali diputarnya senjatanya
dengan sebat. Namun serangan-serangannya tiada berarti. Daya
tahannya semakin kendur. Pada jurus ke duapuluh sembilan kedua
ujung senjatanya sekaligus beradu dengan gada serta tombak lawan.
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Di detik itu pula sepasang golok Penulis kusta Ketiga membabat dari
atas ke bawah hendak menetak pangkal lehernya dari dua jurusan.
Tak ada cara lain yang paling baik untuk menghindarkan diri dari
pada menjatuhkan badan kebawah. Dan memang inilah yang
dilakukan oleh si kate Munding Sura. Sambil jatuhkan diri manusia
yang berjuluk Setan Pikulan ini kirimkan satu tendangan ke arah
bawah perut Penulis kusta Ketiga!
Penulis kusta Ketiga keliwat yakin bahwa bacokan sepasang
goloknya akan berhasil sehingga dia melupakan pertahanan dirinya
sendiri! Kecepatan turun golok-golok itu tak dapat rnendahului
kecepatan jatuhnya tubuh Setan Pikulan. Golok Penulis kusta Ketiga
beradu satu sarna lain sebaliknya tendangan Setan Pikulan cuma
sedikit saja dapat dilaksanakannya.
“Buuk!”
Tendangan Setan Pikulan mendarat di pinggul kiri Penulis kusta
Ketiga. Manusia ini terpelanting beberapa tombak dan untuk beberapa
lamanya tergelimpang di lantai kamar merintih kesakitan!
Meski berhasil mengelakkan serangan gotok-golok maut tadi
dan mernbuat Penulis kusta Ketiga melingkar di lantai namun posisi
Setan Pikulan sendiri di saat itu tidak menguntungkan sama sekali!
Salah satu ujung pikulannya telah dijepit sepasang tombak
bermata dua dan dalam keadaan tubuh masih membungkuk di lantai
begitu rupa sukar bagi Setan Pikulan uratuk melepaskan jepitan
senjata lawan atas senjatanya. Hanya ada dua keputusan yang harus
diambil oleh Setan Pikulan. Melepaskan senjatanya atau memutar
Pikulan itu sambil mengerahkan tenaga dalam!
Setan Pikulan merasa lebih baik memutar senjatanya sekalipun
pikulan itu akan patah daripada menyerahkan senjata tersebut
mentah-mentah ke tangan lawan!
Setan Pikulan gerakkan kedua tangannya !
“Kraak!”
Pikulannya benar-benar patah!
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Bedebah!” maki Setan Pikulan.
Salah satu dari patahan pikulan itu dihantamkannya ke arah
Penulis kusta Pertama namun dapat dielakkan. Patahan yang kedua
ditusukkannya ke muka Penulis kusta Kedua, namun dia keliwat
kesusu! Di saat melemparkan patahan senjata yang pertama kepada
Penulis kusta Pertama, Setan Pikulan tak dapat mengontrol posisinya,
tak dapat melihat posisi lawan lainnya. Justru diwaktu dia
menyodokkan patahan pikularn maka Penulis kusta Kedua lebih cepat
dari itu Penulis kusta Kedua hantamkan ujung gadanya ke dada Setan
Pikulan.
“Buuuk!!”
“ Setan Pikulan mengeluh tinggi.
Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang. tersandar ke dinding
lalu melosoh duduk ke lantai, muntahkan darah segar! Mukanya
menjadi pucat laksana kain kafan dan nafasnya megap-megap!
Penulis kusta Pertama tertawa terkekeh-kekeh. Perlahan-lahan
dia melangkah mendekati Setan Pikulan.
“Ha… ha... Nyatanya memang kau cuma manusia jenis kacoak!
Apakah saat ini kau masih sanggup memperlihatkan kehebatanmu
huh!”
“Setan alas mampuslah!” teriak Setan Pikulan. Tangan
kanannya memukul ke muka. Seberkas sinar hitam menyambar ke
arah Penulis kusta Pertama, membuat manusia muka merah ini
memaki dan cepat-cepat menghindar ke samping. Setan Pikulan
sendiri kembali muntahkan darah segar.
Dengan beringas Penulis kusta Pertama angkat salah satu
tombaknya tinggi-tinggi, siap untuk ditancapkan ke batok kepala
Setan Pikulan!
“Tunggu dulu!,” Penulis kusta Ketiga berseru.
Penasaran Penulis kusta Pertama membentak
“Tunggu apa lagi, sompret!”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
“Kematian yang begitu cepat terlalu bagus baginya, Penulis kusta
Pertama!”
“Hem, kau punya rencana apa?!”
“Kau bisa merasakan dan membayangkan bagaimana seorang
jago silat yang ditakuti cacat seumur hidup, tak bisa lagi memainkan
silat dan ilmu kesaktiannya?! Cacat seumur hidup! Lebih mengertikan
dari kematian sobat!”
“Cepat bilang terus terang rencanamu!” tukas Penulis kusta
Pertama penasaran.
Penulis kusta Ketiga tertawa sedingin es. Dia melangkah ke
hadapan Setan Pikulan yang tersandar di dinding antara sadar dan
tiada.
“Inilah rencanaku Penulis kusta Pertama!” seru Penulis kusta
Ketiga.
Serentak dengan itu sepasang goloknya berkelebat.
“Craas!”
Buntunglah kedua tangan Setan Pikulan. Dacah muncrat. Setan
Pikulan meraung keras lalu rubuh di lantai bermandikan darah!
Penulis kusta Ketiga tertawa panjang-panjang. Dia memandang
pada kedua koleganya dan berkata, “Dia akan hidup terus! namun
hidupnya akan dirongrong oleh rasa kenyerian! Dendam kesumat yang
membara! Namun tak satu apapun yang akan bisa dilakukannyal
Karena dia cacat selama-lamanya!”
Meledaklah tawa Tiga Penulis kusta itu.
Penulis kusta Pertama menepuk-nepuk bahu Penulis kusta Ketiga.
“Betul! Betul sekali katamu! Dia tidak marnpus, namun hidupnya lebih
mengerikan dari pada benar-benar mampus! Sekarang mari kita
tinggalkan tempat sialan ini! Di luar ada seorartg gadis jelita
menunggu kita. Kita bawa dia ke gedung dan suruh dia membuka
bajunya satu demi satu! Kalau tidak mau kita yang tolong
membukanya....!”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Suara tertawa ketiga manusia itu meledak lagi di dalam kamar
itu! Ketiganya menuju ke pintu! Penulis kusta Pertama tanpa banyak
cerita segera menotok tubuh Sekar, sehingga tubuh gadis ini kaku
tegang tak bisa bergerak tak bisa buka suara! Tiba-tiba Penulis kusta
Kedua hentikan langkah.
“Tunggu dulu”“, katanya. “Kita semua tahu dirumah ini Setan
Pikulan punya banyak, perempuan peliharaan! Cantik-cantik! Di mana
mereka semua?!”
“Heh?!” Penulis kusta Pertama yang memanggul tubuh Sekar
kerenyitkan kening.
“Terserah kalau kau mau cari perempuan-perempuan itu Aku
tetap yang ini!,” kata Penulis kusta Pertama pula kemudian.
Penulis kusta Kedua memandang pada kambratnya yang seorang
lagi. “Kau bagaimana?,” tanyanya. “Aku tetap tinggal bersamamu di
sini,” jawab Penulis kusta Ketiga.
Penulis kusta Pertama tertawa. “Puaskan dirimu di sini sobat-
sobat, namun jangan lupa untuk datang ke gedung kita. Kita masih ada
tugas, mencari Pranajaya, anak si Wijaya keparat itu!”
Kedua Penulis kusta anggukkan kepala. Begitu Penulis kusta
Pertama berlalu bersarna Sekar, mereka segera memeriksa kamar-
kamar di dalam rumah itu. Dalam kamar yang paling belakang
akhirnya mereka menemui juga perempuan-perernpuan peliharaan
Setan Pikulan. Semuanya rnasih muda-muda dan berparas rata-rata
cantik, bertubuh rnontok molek! Kedua Penulis kusta berdiri diambang
pintu, memandag kepada rnereka dengan hidung kembang kempis
dan mata bersinar-sinar. Perempuan-perempuan muda itu berjumlah
empat orang semuanya. Mereka memandang dengan ketakutan pada
manusia-manusia diambang pintu itu.
Penulis kusta Kedua menyengir.
“Kalian tak usah takut pada kami. Kami jauh lebih baik
daripada si kate kepala gundul itu!”
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
Setan Darat Ketiga yang sudah tak sabaran berbisik, “Masing-
masing kita kebagian dua orang. Kau pilih yang mana…?”
Penulis kusta Kedua meneliti sebentar lalu menjawab, “Yang
baju ungu dan baju biru itu….”
“Sompret kau pilih yang cantik semua!”° desis Penulis kusta
Ketiga. “Begini saja, kau boieh ambil si baju ungu dan salah seorang
lainnya, aku si baju biru dan satu orang lainnya pula. Atau
sebaliknya!”
“Baik,” Penulis kusta Kedua mengangguk. Dia, melompat ke
muka. Empat perempuan itu menjerit. Penulis kusta Kedua segera
merangkul perempusn baju ungu dan salah seorang kawannya
sedang Penulis kusta Ketiga menarik si baju biru bersrama kawannya
yang keempat.
“Di sini saja, sobat?!” tanya Penulis kusta Kedua
“Sinting kau! Kau pindah ke kamar sebelah sana!”
Dengan tertawa-tawa Penulis kusta Kedua memboyong dua
orang perempuan cantik itu dan membawanya ke kamar sebelah!
-- == 0O0 == --
bobo anakmanusia
Pendekar barbel Maut pembasmi 10000an
Tiga Penulis kusta dan Cambuk Api Angin
SEPULUH
PENDEKAR 10000an bobo anakmanusia membawa Pranajaya ke luar
Kuburan penulis sebelah tenggara. Dia berhenti di tepi sebuah telaga dan
membaringkan tubuh Penulis kusta itu di atas rerumputan. Dia sudah
sejak lama siuman namun keadaannya masih menyedihkan. bobo
memberikan sebutir pil lagi kepada Penulis kusta itu kemudian
menyandarkannya ke sebatang pohon. Dengan sehelai sapu tangan
yang sudah dibasahkan dengan air telaga dibersihkannya seluruh
luka-luka di tubuh Pranajaya.
Setengah jam kemudian disuruhnya Penulis kusta itu mengatur
jalan nafas serta darah. saat disuruhnya mengatur tenaga dalam
Pranajaya masih tak mampu. bobo anakmanusia berlutut di belakang
Penulis kusta itu. Kedua telapak tangannya ditempelkannya di punggung
Penulis kusta itu. Lalu perlahan-lahan bobo mulai alirkan tenaga
dalamnya.
Lima menit kemudian.
“Coba kerahkan lagi,” kata bobo .
Pranajaya kerahkan tenaga dalamnya, memusatkannya
kepertengahan perut! Dia berhasil berseru gembira!