Jumat, 19 Januari 2024
Home »
harry potter E
» harry potter E
harry potter E
Januari 19, 2024
harry potter E
Harry menarik kembali Jubah Gaib-nya dan memakainya kembali. Ia akan
mencoba membebaskan Hermione sementara Ron menangani hujan di dalam
kantor. Saat pintu terbuka, ia melangkah keluar ke arah jalan dengan obor batu
yang benar-benar berbeda dari panel kayu dan koridor berkarpet sebelumnya.
Saat lift berjalan lagi, Harry bergidik sedikit, melihat di kejauhan pintu hitam
dengan tanda ke arah Departemen Misteri.
Ia mulai berjalan, tujuannya tidak pada pintu hitam tapi ke arah pintu satunya
yang ia ingat berada di sisi kiri, yang terbuka ke bawah ke kamar pengadilan.
Pikirannya bergulat dengan segala kemungkinan saat ia turun kebawah: Ia masih
punya sepasang jebakan peledak, tapi mungkin lebih mudah dengan ketukan
pelan memasuki ruang sidang, sebagai Runcorn dan berbicara dengan cepat
kepada Mafalda? Tentu saja, ia tidak tahu apakah Runcorn cukup penting untuk
kabur dengan ini, dan bahkan jika dia mengatur itu ketidak munculan Hermione
mungkin akan segera dicari sebelum mereka selesai di Kementrian...
Seakan-akan menghilang, ia tidak segera sadar perasaan dingin yang tidak
biasa yang merayap maju kearahnya. Jika saja ia tidak turun ke bawah ke
arah kabut.itu menjadi dingin dan semakin dingin setiap ia melangkah:
Perasaan dingin sampai pada tenggorokannya dan mengoyak paru-parunya
lalu ia merasakan kehilangan semua kegembiraan, tanpa harapan, mengisinya,
semakin besar di dalam dirinya...
Dementor, dia kira.
Ia berlari ke tangga dan berbelok ke kanan, ia baru saja melihat kilasan yang
menyeraman. Benda hitam di luar ruang sidang, tinggi, sosok hitam
berkerudung, muka mereka benar-benar tersembunyi, mereka bernafas kasar
pada tempatnya. Para kelahiran Muggle yang amat ketakutan dibawa masuk
untuk diinterogasi duduk berkerumun dan gemetar dalam bangku kayu mereka
yang keras. Kebanyakan dari mereka menyembunyikan wajah mereka dalam
tangan mereka, mungkin insting untuk mencoba melindungi diri mereka dari
mulut rakus dementor. Beberapa duduk berkumpul dengan keluarga mereka,
yang lain duduk sendirian. Para dementor melayang naik dan turun di depan
mereka, dan udara dingin, dan tanpa harapan dan kehilangan kegembiraan
terasa disekeliling Harry seperti kutukan...
Lawan itu, dia berbicara pada dirinya sendiri, tapi dia tahu dia tidak dapat
membuat Patronus disini tanpa mendadak menunjukan dirinya. Jadi dia
bergerak maju, sediam yang dia bisa, dan setiap dia melangkah dia merasa
mati rasa seakan ada sesuatu yang dicuri dari otaknya, tapi kekuatan dirinya
untuk memikirkan Hermione dan Ron, yang memerlukannya. Bergerak seakan-akan naik, sosok hitam menakutkan: Wajah tanpa mata
tersembunyi dibawah kerudung saat dia melewatinya, dan dia merasakan
mereka, merasakan, mungkin, kehadiran seseorang yang masih mempunyai
harapan, seseorang yang tabah...
Dan lalu, dengan tiba-tiba dan mengagetkan ditengah-tengah keheningan
membeku, salah satu pintu ruang bawah tanah terbuka dan jeritan bergaung
disekelilingnya.
“Tidak, tidak, aku darah campuran, aku darah ampuran, aku beritahu kau!
Ayahku seorang penyihir, dia benar-benar, cari dia, Arkie Alderton, dia
pembuat sapu terbang yang sangat hebat, cari dia, aku beri tahu kau —
lepaskan tanganmu padaku, jauhkan tangan mu dari—“
“Ini peringatan terakhirmu.” kata Umbridge dengan suara lembut, yang
dibesarkan dengan sihir sehingga itu terdengar jelas diantara jeritan putus
asa. ”Jika kau melawan, kau akan di jadikan subjek kecupan dementor.”
Teriakan lelaki itu mereda, tapi isak tertahan tetap bergaung melewati koridor.
“Bawa dia pergi,” kata Umbridge.
Dua dementor muncul di pintu keluar ruang sidang, mereka busuk, tangan
berkeropeng menggenggam tinggi lengan si penyihir pria yang akan telah di
pingsankan. Mereka melayang turun melewati koridor dengannya dan
kegelapan mengikuti di belakang mereka menelan mereka dari pandangan.
“Selanjutnya — Mary Cattermole.” panggil Umbridge.
Wanita kecil berdiri; dia gemetar dari kepala hingga kaki. Rambut gelapnya
yang licin tergelung dengan rapi dan dia mengenakan jubah sederhana.
Wajahnya benar benar pucat. Saat dia melewati dementor, Harry melihatnya
terguncang.
Dia melakukannya menurut instingnya, tanpa sedikitpun rencana, karena dia
benci di pandangi saat berjalan sendirian memasuki ruang bawah tanah:
Saat pintu terayun menutup, dia menyelinap kedalam ruang sidang
dibelakang wanita itu.
Itu ruangan yang berbeda saat dia diinterogasi karena ia tidak dibenarkan
menggunakan sihir. Ruangan ini lebih kecil, melihat langit-langit yang benarbenar tinggi, membuat claustrophobic* merasa terkurung di dasar.
Lebih banyak dementor disini, menyebarkan aura dingin di sekeliling tempat ini:
Mereka berdiri tanpa muka berjaga disudut dengan jarak yang cukup aman dari
ketinggian, podium yang ditinggikan.disini, dibalik birai, duduk Umbridge, dengan
Yaxley di sisinya dan Hermione, wajahnya seputih wajah Mrs. Cattermole, di sisi
lainnya.di kaki podium bersinar perak, kucing berambut panjang berkeliling naik
dan turun, dan Harry sadar bahwa itu perlindungan penuntut dari perasaan
tanpa harapan yang dipancarkan oleh dementor: hanya terdakwa yang
merasakan, tidak untuk pendakwa.
“Duduk.” kata Umbridge dalam suara pelan dan halusnya.
Mrs. Cattermole tersandung pada kursi tunggal di tengah tengah lantai
dibawah podium yang tinggi. Beberapa saat setelah dia duduk, rantai
bergemerincing mengikat tangannya dan melambungkannya di kursi .
“Kau adalah Mary Elizabeth Cattermole?” tanya Umbridge.
Mrs. Cattermole memberi sebuah anggukan
“Menikah dengan Reginald Cattermole dari Departemen Pemeliharaan Sihir?”
Mrs. Cattermole menitikan airmata.
“Aku tidak tahu diamana dia, dia bermaksud menemuiku disini!”
Umbridge mengabaikannya.
“Ibu dari Maisie, Ellie dan Alfred Cattermole?”
Mrs. Cattermole semain terisak dibanding sebelumnya.
“Mereka ketakutan, mereka pikir aku mungkin tidak akan kembali ke rumah—“
“Kecuali bagian dari kita.” Yaxley meludah. ”Anak kecil sombong dari darah
lumpur tidak dapat mendapatkan simpati kita.”
Isakan Mrs. Cattermole membuat langkah Harry tidak terdengar saat dia
berjalan berhati-hati ke arah podium yang tinggi. Sesaat ia melewati tempat
dimana Patronus kucing berpatroli, dia merasakan perbedaan temperatur:
Terasa hangat dan nyaman disini. Patronusnya, dan sangat yakin kenapa
Umbridge dan yang lainnya ceria karena mereka sangat bahagia disini, di
bagiannya membenarkan hukum yang membelit yang dia bantu tulis, ia menepi ke
arah podium di samping Umbridge, Yaxley dan Hermione, duduk di belakangnya.
Dia sangat khawatir membuat Hermione terlonjak. Dia bermaksud melepaskan
mantra Muffliato pada Umbridge dan Yaxley, tetapi bahkan gumaman kata
dapat membuat Hermione tahu. Lalu Umbridge meninggikan suaranya kepada
Mrs.Cattermole dan Harry mengambil kesempatan.
“Aku di belakangmu,” dia bergumam di telinga Hermione seperti yang Harry
kira, dia melompat dengan hebat, dia hampir menjatuhkan botol tinta yang
dia gunakan untuk menulis interogasi, tapi Umbridge dan Yaxley masih
berkonsentrasi pada Mrs. Cattermole, dan mereka tidak menyadarinya.
“Tongkat yang di ambil darimu telah tiba di Kementrian hari ini, Mrs.
Cattermole.” kata umbbridge “delapan tiga per empat inchi, kayu cherry, dengan
inti rambut unicorn. Kau mengakui deskripsinya?”
Mrs. Cattermole mengangguk, mengelap matanya pada lengan baju.
“Dapatkah kau memberi tahu kita dari penyihir mana perempuan atau
lelaki kau mengambil tongkat ini?”
“M-mengambil?” isak Mrs. Cattermole. “Aku tidak m-mengambil itu dari
seseorang. Aku membelinya saat aku berumur sebelas tahun. Tongkat itu —
itu — itu memilihku.”
Dia menangis lebih keras dari sebelumnya.
Umbridge tertawa pelan, tawa genit membuat Harry ingin menyerangnya. Dia
bersandar pada palang, agar lebih baik mengobservasi korbannya, dan sesuatu
yang keemasan berayun kedepan, dan terjuntai ke udara kosong : kalungnya.
Hermione melihatnya, dia menjerit kecil, tapi Umbridge dan Yaxley, masih
bersungguhsungguh pada mangsanya, tidak peduli pada apa yang terjadi.
“Tidak,” kata Umbridge, “tidak, aku pikir tidak begitu, Mrs. Cattermole.
Tongkat hanya memilih penyihir perempuan atau lelaki. Kau bukan seorang
penyihir. Aku harus mengetahui pendapatmu tentang pertanyaan ini karena itu
kau dikirim ke sini — Mafalda, lewatkan mereka untukku.”
Umbridge mengulurkan tangannya yang kecil : Dia benar-benar terlihat seperti
kodok untuk beberapa saat yang Harry benar-benar kaget dia tidak punya
selaput di antara jarijarinya yang pendek. Tangan Hermione bergetar kaget.
Dia meraba-raba tumpukan dokumen yang seimbang pada kursi disebelahnya.
Akhirnya dia berhasil mengambil lembaran perkamen dengan nama Mrs.
Cattermole di atasnya.
“Itu — itu sangat indah, Dolores,” dia berkata, menunjuk pada perhiasan
bersinar yang tergantung di lipatan blus Umbridge.
“Apa?” bentak Umbridge, mengerling kebawah. ”Oh ya — peninggalan keluarga
turun temurun,” katanya, menepuk kalung yang menempel didadanya yang besar.
”'S' yang berarti Selwyn... aku mempunyai hubungan dengan para Selwyn...
pastinya, ada beberapa keluarga darah murni yang mana aku tidak
berhubungan... sayangnya,” dia melanjutkan, dalam suara yang lebih pelan,
menjentik melewati pertannyaan Mrs. Cattermole, ”itu tidak bisa disamakan
katakanlah untukmu. ‘Profesi orang tua: pedagang sayur’.”
Yaxley bersorak kegirangan, dibawah kucing perak dengan bulu lembut
berpatroli turun naik, dan para dementor berdiri menunggu disudut.
Kebohongan Umbridge telah membuat darah naik ke otak Harry dan hilang akal
karena
— kalung yang dipakainya adalah curian dari pencuri licik yang digunakannya
untuk mendukung argumennya bahwa ia berdarah murni..ia mengangkat
tongkatnya, tidak peduli dirinya tersembunyi di balik Jubah Gaib, dan
berkata, ”Stupefy!”
Terdapat kilatan cahaya merah; Umbridge runtuh dan dahinya membentur sisi
birai: Kertas Mrs. Cattermole meluncur dari pangkuannya ke lantai dan, jatuh ke
bawah, kucing perak yang berkeliling menghilang. Udara dingin menghantam
mereka seperti angin yang mendekat: Yaxley, kebingungan, melihat sekeliling
mencari sumber kekacauan dan melihat tangan tanpa tubuh milik Harry dan
tongkat itu menunjuk padanya.dia mencoba menarik tongkatnya, tapi terlambat:
”Stupefy!”
Yaxley jatuh ke bawah dan terbaring melingkar dilantai.
“Harry!”
“Hermione, jika kau pikir aku akan duduk di sini dan berpura pura-”
“Harry, Mrs. Cattermole!”
Harry berbalik, melepas jubah gaib; turun kebawah, dementor telah bergerak
dari sudut; mereka melayang kearah wanita yang terantai di kursi: Apakah
karena patronus yang menghilang atau karena tuannya telah kehilangan
kontrol, mereka kelihatan tak terkendali. Mrs. Cattermole mengeluarkan jerit
ketakutan.tangan busuk mencengkram dagunya dan menunduk pada wajahnya.
“EXPECTO PATRONUM!”
Rusa jantan perak membumbung tinggi dari ujung tongkatnya dan melompat
kearah dementor, yang terjatuh kebelakang dan melebur dalam kegelapan lagi.
Cahaya rusa dari jantan, lebih kuat dan lebih hangat dibanding perlindungan
dari si kucing, mengisi keseluruhan ruang bawah tanah, dan berderap keliling
ruangan.
“Ambil horcruxnya!” Harry memberi tau Hermione.
Ia kembali berlari kebawah tangga, menjejalkan Jubah Gaib-nya ke dalam
tas dan mendekati Mrs. Cattermole.
“Kau?” dia berbisik, melihat ke wajahnya. ”Tapi — tapi Reg bilang, kau salah
satu yang mengajukan namaku untuk diinterogasi!”
“Benarkah?” gumam Harry, menyentak rantai yang mengikat tangan Mrs.
Cattermole, ”Well, aku telah merubah keputusan. Diffindo!” Tidak ada yang
terjadi. ”Hermione, bagaimana aku dapat memecahkan rantai ini?”
“Tunggu, aku sedang mencoba seseatu di atas sini—“
“Hermione, kita dikelilingi oleh dementor?”
“Aku tahu itu, Harry, tapi jika dia bangun dan kalungnya telah hilang —
aku perlu membuat duplikatnya — Geminio! Ini... itu dapat mengecohnya...”
Hermione berlari menuruni
tangga.“Coba lihat... Relashio!”
Rantainya terbuka dan terjatuh ke samping lengan kursi. Mrs. Cattermole
terlihat lebih
ketakutan dibanding sebelumnya.
“Kau pergi dari sini dengan kami,” kata Harry melepaskan kaki wanita itu.
“Pulanglah ke rumah, ambil anak-anakmu dan pergi, pergilah ke negara lain jika
kau
bisa. Sembunyikan dirimu dan lari. Kau lihat bagaimana itu, kau tidak ingin
mereka
mendengar kejadian ini.”
“Harry,” kata Hermione, ”Bagaimana kita dapat keluar jika dementor di luar
pintu?”
“Patronus,” kata Harry menunjuk tongkat.
Rusa jantan berjalan perlahan, tetap bersinar, berjalan ke arah pintu,
”Sebanyak yang
dapat di ciptakan; lakukan Hermione,”
“Expec — expecto patronum,” kata Hermione, tidak ada yang
terjadi.“Itu, satu-satunya mantra yang bermasalah dengannya.” Harry
memberi tahu Mrs.
Cattermole yang benar-benar terkejut,” sedikit ketidakberuntungan, sungguh...
Ayo Hermione...”“Expecto patronum!”Berang-berang perak keluar dari ujung
tongkat Hermione dan berenang dengan anggun di
udara, bergabung dengan rusa jantan.
“Ayo,” kata Harry, dan dia memimpin Hermione dan Mrs. Cattermole ke arah
pintu.
Saat Patronus melayang keluar dari ruang bawah tanah, terdapat teriakan
kekagetan dari
beberapa orang yang menunggu diluar, Harry melihat sekeliling; dementor
kembali
terjatuh kebelakang dan melebur dalam kegelapan lagi, sebelum hewan perak
tiba.
“Itu telah diputuskan, kalian semua akan pulang kerumah dan pergi
menyembunyikan
keluargamu,”
Harry memberi tahu para kelahiran Muggle yang menunggu diluar, yang
terpesona oleh cahaya Patronus, dan tetap gemetar ketakutan. ”Pergi keluar
negeri jika kau bisa, sejauh mungkin dari Kementrian, itu — er — posisi resmi
yang baru. Sekarang jika kalian mengikuti Patronus, kalian akan dapat
meninggalkan Atrium,”
Mereka menaiki tangga batu tanpa ditangkap; tapi saat mereka menuju lift,
Harry mulai merasa khawatir. Jika mereka muncul di Atrium dengan rusa jantan
dan berang-berang yang meluncur di sampingnya dan dua puluh atau lebih,
setengah dari mereka dituduh sebagai kelahiran Muggle, ia tidak dapat menahan
pikiran bahwa mereka akan menarik perhatian yang tak diinginkan. Ia baru
sampai pada kesimpulan yang tak dapat diterima saat lift berdencing terbuka di
depan mereka.
“Reg!” jerit Mrs. Cattermole, dan dia melempar dirinya kepelukan Ron. ”Runcorn
membebaskanku, dia menyerang Umbridge dan Yaxley. Dan memberi tahu semua
untuk meninggalkan negara ini, aku pikir kita sebaiknya melakukannya, Reg, aku
sangat yakin. Ayo cepat pulang dan mengambil anak-anak dan — kenapa kau
sangat basah?”
“Air,” gumam Ron, melepaskan dirinya. ”Harry, mereka tahu ada penyusup di
dalam Kementrian, seseatu tentang lubang di pintu kantor Umbridge, aku kira
kita punya lima menit jika—“
Patronus Hermione menghilang dengan bunyi pop wajahnya berubah ketakutan
saat dia menghadap harry.
“Harry, jika kita terjebak disini — !“
“Itu tidak akan jika kita tidak bergerak cepat,” kata Harry. Ia mengarah ke
grup yang diam dibelakang mereka, yang mana mereka sedang melongo
padanya.
“Siapa yang punya tongkat?”
Sekitar setengah dari mereka mengangkat tangannya.
“Ok, semua yang tidak memiliki tongkat perlu menyelamatkan dirimu pada
seseorang yang punya. Kita harus cepat — sebelum mereka menghentikan
kita, ayo,”
Mereka memecah dirinya menjadi dua lift. Patronus Harry berdiri mengawal
mereka hinga jeruji emas tertutup dan lift mulai bergerak.
“Tingkat delapan,” kata suara dingin penyihir perempuan, ”Atrium.”
Harry tahu dengan pasti bahwa mereka dalam masalah. Atrium telah penuh
dengan orang yang keluar masuk perapian, menahan mereka semua.
“Harry!” cicit Hermione. ”Kemana kita akan pergi — ?“
“STOP!” Harry menggelegar, dan kekuatan suara Runcorn bergaung melewati
atrium: Penyihir pria menutup perapian yang beku. ”Ikut aku,” dia berbisik
pada kelompok kelahiran Muggle yang ketakutan, yang bergerak
bergerombol, dituntun oleh Ron dan Hermione.
“Ada apa, Albert?” kata penyihir botak yang sama saat dia keluar dari perapian
lebih dulu. dia terlihat gugup.
“Gerombolan ini perlu pergi sebelum kau menutup jalan keluar,” kata Harry
dengan wibawa yang semestinya.
Kelompok penyihir di depannya melihat ke satu sama lain.
“Kita semua sudah diberitahu untuk menutup semua jalan keluar dan jangan
biarkan seorangpun—“
“Apakah kau menentangku?” Harry membentak dengan keras. “Apakah kau
ingin aku mempelajari silsilah keluargamu, seperi yang aku lakukan pada Dirk
Cresswell?”
“Maaf!” kata si penyihir botak sambil menghembuskan nafas, mundur. “Aku
tidak bermaksud, Albert, tetapi aku kira ....... mereka semua di interogasi
dan.......”
“Darah mereka murni,” kata Harry, dan suara dalamnya menggaung impresif
melewati aula. “Lebih murni dibandingkan kalian semua aku berani bertaruh,
kalian pergilah,” ia manganjurkan para kelahiran Muggle, yang bergegas menuju
ke perapian dan mulai menghilang secara berpasangan. Kementrian Sihir mundur
kembali, beberapa terlihat bingung, yang lainnya ketakutan dan marah. Lalu:
“Mary!”
Mrs.Cattermole malihat ke balik bahunya. Reg Cattermole yang sesugguhnya
tanpa
muntahan tapi pucat dan lesu, baru saja keluar dari lift.
“R-Reg?”
Dia melihat dari suaminya ke Ron, bersumpah dengan keras.
Penyihir botak ternganga, kepalanya berputar dengan menggelikan dari Reg
Cattermole
ke yang lain.
“Hey — apa yang terjadi? Ada apa ini?”
“Tutup jalan keluarnya! TUTUP ITU!”
Yaxley telah menerobos keluar dari lift dan yang lainnya berlari ke arah
kelompok
disamping perapian yang semuanya adalah kelahiran Muggle tapi Mrs.
Cattermole sekarang telah menghilang. Saat penyihir botak mengangkat
tongkatnya, Harry mengangkat tinjunya yang sangat besar dan
menghantamnya, membuat lelaki itu melayang melewati udara.
Dia telah menolong para kelahiran muggle kabur, Yaxley!” Harry menjerit.
Teman sekerja penyihir botak berdiri dan jerjadi hiruk pikuk, dibaliknya Ron
menggapai
Mrs. Cattermole, menariknya ke perapian yang terbuka dan menghilang. Merasa
bingung,
Yaxley melihat dari Harry ke penyihir lelaki yang dipukulnya, saat Reg
Cattermole yang
sesngguhnya menjerit, “Istriku! Siapa yang bersama dengan istriku? Apa yang
terjadi?”
Harry melihat kepala Yaxley berputar terlihat menuduh melihat
kebenaran di wajah
kasarnya.
“Ayo!” Harry menjerit pada Hermione; dia menggenggam tangannya dan
mereka
melompat ke dalam perapian bersama pada saat Yaxley telah meluncurkan
kutukan
melewati atas kepala Harry. Mereka berputar beberapa saat sebelum
muncul di dalam
ruangan toilet yang kecil. Harry membuka pintu; Ron telah berdiri di sana di
samping
tempat cuci tangan, masih bertengkar dengan Mrs. Cattermole.
“Reg, aku tidak mengerti—“
“Ayo pergi, aku bukan suamimu, kau harus pulang ke rumah!”
Terdapat kegaduhan di ruang toilet yang kecil di belakang mereka;
harry melihat
sekeliling; Yaxley baru saja muncul.
“AYO PERGI!” Harry berteriak. Dia menggenggam tangan Hermione dan
lengan Ron
dan berbalik dengan segera
Kegelapan meyelubungi mereka dengan sensasi yang menekan, tetapi ada
sesuatu yang
salah..... Tangan hermione terasa mulai terlepas dari genggamannya.......
Dia mengira dia akan mati lemas, dia tidak dapat bernafas atau melihat dan
dia hanya
dapat merasakan di sekelilingnya, lengan Ron dan jari Hermione yang
semakin lama
tergelincir.....
Dan lalu dia melihat pintu Grimmauld Place nomor dua belas, dengan pengetuk
pintu
bergambar ular, tapi sebelum dia dapat bernafas tedapat jeritan dan kilatan
cahaya ungu;
tangan Hermione segera menggapainya dan semua kembali gelap.
================
*claustrophobic = orang yang takut akan ruang sempit.
** Decoy Detonator = Detonator Jebakan (tanpa menggunakan format inisial)
Thanks to Kid, yang udah mengoreksi beberapa hal.
Bab 14 The Thief Si Pencuri
Harry membuka matanya, silau antara hijau dan emas. Dia tidak tahu apa yang
telah terjadi, hanya tahu dia terbaring di antara sesuatu yang tampaknya
seperti dedaunan dan ranting. Berusaha untuk mengalirkan udara ke
kerongkongan yang terasa sesak, ia mengerjap dan menyadari bahwa cahaya
menyilaukan tersebut adalah sinar matahari yang masuk melalui kanopi dedaunan
jauh diatasnya. Kemudian sesuatu yang bergerakgerak mendekati wajahnya. Ia
mengangkat tubuhnya beralaskan tangan dan lutut, bersiap menghadapi sesuatu
yang kecil, makhluk yang galak, tetapi melihat bahwa itu ternyata hanyalah kaki
Ron. Mengamati sekeliling, Harry menyadari bahwa mereka berdua dan
Hermione terbaring di hutan, tampaknya mereka hanya sendirian.
Pikiran pertama yang terlintas di benak Harry adalah Hutan Terlarang, dan
untuk sekejap, walaupun ia tahu betapa bodoh dan berbahaya bagi mereka untuk
muncul di tanah Hogwarts, hatinya bergejolak ketika terpikir bahwa mereka
mengendap-endap diantara pepohonan di pondok Hagrid. Bagaimanapun, dalam
sekejap waktu yang digunakan Ron untuk merintih perlahan dan Harry mulai
merangkak mendekatinya, ia menyadari bahwa itu bukan Hutan Terlarang.
Pohon-pohonnya kelihatan lebih muda, lebih renggang dan tanahnya lebih bersih.
Dia melihat Hermione, yang juga ditopang tangan dan lututnya, di kepala Ron.
Saat matanya memandang Ron, berbagai pikiran berkecamuk di kepala Harry,
melihat basah kuyup darah di seluruh sisi kiri tubuh Ron, dan wajahnya
menonjol, putih keabuan, berlawanan dengan bumi yang bertaburkan daun.
Ramuan Polijus mulai luntur, Ron tampak menjadi setengah Cattermole dan
dirinya sendiri. Rambutnya berubah merah dan semakin merah, ketika
wajahnya mengalirkan warna yang tertinggal.
“Ada apa dengannya?”
“Splinching, tubuhnya terpisah,” kata Hermione, tangannya masih sibuk di
lengan Ron, dimana darahnya paling basah dan paling gelap.
Harry melihat, terkejut, ketika Hermione merobek celana Ron. Selama ini
Harry selalu berpikir bahwa Splinching adalah sesuatu yang menggelikan, tapi
ini…. Bagian dalam tubuhnya menggeliat tidak nyaman ketika Hermione
meletakkan lengan atas Ron yang telanjang, dimana sepotong besar daging
telah hilang, seperti terpotong pisau dengan bersih.
“Harry, cepat, di tasku, ada botol kecil berlabel ‘Sari Dittany’-“
“Tas – benar-“
Harry bergerak cepat ke tempat Hermione berada, mencengkeram tas manikmanik kecil, dan menjulurkan tangan ke dalamnya. Barang demi barang tersentuh
olehnya sekaligus. Dia merasakan punggung buku-buku kulit, lengan wol baju
hangat, tumit sepatu –
”Cepat!“
Dia mengambil tongkatnya dari tanah, dan mengarahkannya ke kedalaman
tas ajaib tersebut.
“Accio Ditanny!”
Botol kecil coklat melompat keluar dari tas; dia menangkapnya dan segera
kembali pada Hermione dan Ron, yang matanya sekarang setengah tertutup,
hanya terlihat garis putih bola mata diantara pelupuknya.
“Dia pingsan,” kata Hermione, yang juga pucat. Dia tidak lagi terlihat seperti
Mafalda, walaupun rambutnya masih abu-abu di beberapa tempat. “Lepaskan
tutupnya, Harry, tanganku gemetar.”
Harry memutar tutup botol kecil itu hingga terbuka, Hermione mengambilnya
dan menuangkan 3 tetes ramuan kedalam luka yang berdarah. Asap kehijauan
membumbung keatas, dan ketika asapnya menghilang, Harry melihat darahnya
sudah berhenti. Lukanya sekarang terlihat seperti luka lama, kulit baru tumbuh
di tempat yang sebelumnya terdapat daging terbuka.
“Wow,” ucap Harry.
“Ini yang kurasa aman untuk dilakukan,” kata Hermione yang masih terguncang.
“Ada mantra yang bisa mengembalikannya dengan benar, tapi aku tidak berani
mencoba karena kuatir salah dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah… Dia
sudah kehilangan terlalu banyak darah….
“Bagaimana ia bisa terluka? Maksudku-“ Harry menggoyangkan kepalanya,
mencoba memperjelas, untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi-
“Kenapa kita disini? Kukira kita kembali ke Grimmauld Place?”
Hermione mengambil nafas panjang. Dia kelihatannya hampir menangis.
“Harry, kukira kita tidak akan bisa kembali kesana.”
“Apa yang kau – “
“Ketika kita ber-Disapparate, Yaxley menangkapku dan aku tidak bisa
melepaskan diri darinya. Dia terlalu kuat, dan dia masih memegangku ketika
kita sampai di Grimmauld Place, dan kemudian – well, kukira dia pasti sudah
melihat pintunya, dan berpikir kita berhenti disana, dia mengendurkan
pegangannya dan aku berusaha melepasnya, kemudian aku membawa kita
kemari sesegera mungkin!”
“Lalu, dimana dia? Sebentar… Maksudmu dia tidak di Grimmauld Place kan?
Dia kan tidak bisa masuk kedalam?”
Mata Hermione berkilau oleh airmata yang tertahan ketika dia mengangguk.
“Harry, kurasa dia bisa. Kupaksa ia untuk melepas dengan mantra perubahan,
tapi aku terlanjur membawanya kedalam perlindungan mantra Fidelius. Sejak
Dumbledore meninggal, kitalah pemegang rahasia, jadi aku telah menunjukkan
rahasianya, ya kan?”
Tanpa berpura-pura, Harry yakin Hermione benar. Itu suatu serangan yang
serius. Jika Yaxley sekarang bisa masuk ke dalam rumah, jelas tidak mungkin
mereka bisa kembali. Bahkan sekarang, ia bisa saja membawa Pelahap Maut lain
kesana dengan ber-Apparate. Walaupun terasa suram dan menyesakkan dada
sebelumnya, tempat itu telah menjadi tempat mengungsi mereka yang aman;
sekarang dengan Kreacher yang lebih bahagia dan ramah, lebih terasa sebagai
rumah. Dengan tusukan penyesalan yang tidak ada hubungannya dengan makanan,
Harry membayangkan peri rumah itu menyibukkan diri dengan stik dan pai oval
yang tidak pernah dinikmati Harry, Ron dan Hermione.
“Harry, maafkan aku, aku sangat menyesal.”
“Jangan bodoh, itu bukan kesalahanmu! Jika sesuatu terjadi, itu adalah
salahku…”
Harry memasukkan tangan ke sakunya, dan mengeluarkan mata gaib Mad-Eye.
Hermione mundur, tampak terkejut.
“Umbridge memasang di pintu kantornya, untuk memata-matai orang. Aku
tak bisa meninggalkannya disana, tapi dengan begitu mereka tau ada
penyusup."
Sebelum Hermione bisa menjawab, Ron mengerang dan membuka matanya.
Ia masih terlihat keabuan dan mukanya bersimbah peluh.
“Bagaimana perasaanmu?” Hermione berbisik.
“Parah,” jawab Ron parau, mengernyit merasakan lengannya yang terluka.
“Dimana kita?”
“Di hutan dimana mereka menyelenggarakan Piala Dunia Quidditch,” ujar
Hermione. “Aku menginginkan suatu tempat yang tertutup, tersembunyi, dan
ini yang – “
“- tempat pertama yang terpikir olehmu,” Harry menyelesaikan ucapan
Hermione, memandang sekilas sekeliling pada sesuatu yang tampaknya
lapangan di tengah rimba yang sunyi. Ia tak tahan mengingat terakhir kali
mereka ber-Apparate ke tempat yang pertama terlintas di benak Hermione –
bagaimana Pelahap Maut menemukan mereka dalam hitungan menit. Apakah
itu Legilimens? Apakah Voldemort atau kroninya tahu, kemana Hermione
membawa mereka?
“Apakah kau mempertimbangkan kita seharusnya pindah?” Ron bertanya
kepada Harry, dan Harry bisa mengatakan dari cara Ron memandang bahwa ia
berpikir hal yang sama.
“Aku tak tahu.”
Ron masih kelihatan pucat dan berkeringat. Ia bahkan tidak berusaha untuk
duduk dan tampaknya memang ia terlalu lemah untuk melakukannya.
Kemungkinan untuk memindahkannya tampaknya kecil.
“Kita tinggal disini dulu,“ kata Harry.
Terlihat pulih, Hermione melompat berdiri.
“Kemana kamu?“ Tanya Ron.
“Jika kita tinggal, kita harus memberi peningkatan perlindungan di sekitar
tempat ini,“ ia menjawab, dan mengangkat tongkatnya, dia mulai berjalan
membentuk lingkaran besar di sekitar Harry dan Ron, menggumamkan mantramantra selagi ia bergerak. Harry melihat gangguan kecil di udara sekeliling; itu
menunjukkan bahwa Hermione telah membuat udara panas diatas tanah terbuka
mereka.
”Salvio Hexia....Protego Totalum....Repello Muggletum.... Muffliato….Kau
bisa mengeluarkan tendanya, Harry....”
“Tenda?“
“DI dalam tas!“
“Di dalam....tentu saja,“ ujar Harry.
Ia tidak bersusah payah untuk memasukkan tangannya ke dalam kali ini, tapi
langsung memakai mantra pemanggil.
Tenda itu muncul, dalam bentuk kanvas, tali-tali dan tiang-tiang yang banyak
dan tidak halus. Harry mengenalinya, sebagian karena bau kucing, yaitu tenda
yang sama yang mereka gunakan tidur di malam Piala Dunia Quidditch.
“Kupikir ini milik Perkins si orang Kementrian?“ Dia bertanya, mulai
menguraikan pasak-pasak.
“Tampaknya dia tidak menginginkannya lagi, lumbagonya sangat parah,“ ujar
Hermione, sekarang menampilkan bentuk-delapan gerakan yang rumit dengan
tongkatnya, “jadi ayah Ron bilang aku boleh meminjamnya. Erecto!“ Dia
menambahkan, mengarahkan tongkatnya pada kanvas yang kurang serasi, dalam
satu aliran gerakan naik ke udara dan terselesaikan, penuh gagasan, menuju ke
tanah didekat Harry, terlepas dari siapa yang mendaratkan dari ketinggian, ke
daerah dimana akhir dari talinya.
“Cave Inimicum,” Hermione mengakhiri dengan lambaian ke angkasa. “Itu yang
bisa kulakukan. Paling tidak, kita seharusnya tahu jika mereka datang. Aku
bisa menjamin ini akan menjaga kita dari Vol-“
“Jangan sebut namanya!“ Ron memotong ucapannya, suaranya parau.
Harry dan Hermione saling pandang.
“Maafkan aku,” ucap Ron, sedikit merintih ketika ia mengangkat dirinya dan
memandang mereka. “tapi ini terasa seperti – nasib sial atau semacamnya.
Bisakah kita memanggilnya Kau-Tahu-Siapa –kumohon?”
“Dumbledore bilang takut akan nama-“ Harry mulai.
“Jika kau tidak menyadari, teman, memanggil Kau-Tahu-Siapa dengan
namanya tidak memberi Dumbledore akhir hidup yang baik,” Ron membalas.
“Hanya – hanya agar sedikit menghargai Kau-Tahu-Siapa, mau kan?”
“Menghargai?” Harry mengulangi. Hermione memberinya pandangan
memperingatkan, tampaknya dia tidak ingin berdebat dengan Ron sementara
kondisinya sangat lemah.
Harry dan Hermione setengah membawa, setengah menyeret Ron melewati
pintu masuk tenda. Interiornya sama persis seperti yang diingat Harry; flat
kecil, lengkap dengan kamar mandi dan dapur kecil. Ia mendorong ke samping
kursi berlengan tua dan meletakkan Ron dengan hati-hati di bagian bawah
tempat tidur susun. Bahkan perjalanan yang sangat singkat ini masih juga
membuat Ron memucat, dan ketika mereka meletakkannya diatas matras dia
menutup matanya lagi dan sementara tidak berbicara.
“Aku akan membuat teh,” kata Hermione menahan napas, mengambil ketel dan
cangkir dari dalam tasnya dan menghadap dapur.
Harry merasa minuman panas membuka dirinya seperti firewhiskey di malam
Mad-Eye meninggal; tampaknya telah mengurangi sedikit rasa takut di dalam
dadanya. Setelah semenit atau dua menit, Ron memecah kesunyian.
“Apa yang menurutmu terjadi pada keluarga Cattermole?”
“Dengan sedikit keberuntungan, mereka mungkin telah pergi,” ujar Hermione,
mengenggam cangkirnya untuk kenyamanan. “Sepanjang Mr. Cattermole
mengikuti akal sehatnya, ia pasti telah memindahkan Mrs. Cattermole dengan
ber-Apparate bersamasama dan mereka pasti sedang terbang melewati negara
ini bersama anak-anaknya. Itu yang Harry sarankan padanya untuk dilakukan.
“Ya ampun, kuharap mereka berhasil melarikan diri,” ujar Ron, bersandar
kembali di bantalnya. Tampaknya teh telah membuatnya lebih baik; sebagian
kecil warna kulitnya telah kembali. “Aku tidak merasa bahwa Reg Cattermole
adalah orang yang bisa berpikir cepat, melihat bagaimana orang berbicara
kepadaku ketika aku menjadi dia. Tuhan, kuharap mereka berhasil…. Jika
mereka berakhir di Azkaban karena kita…”
Harry memandang Hermione, dan sesuatu yang ingin ia tanyakan – tentang
apakah ketiadaan tongkat Mrs. Cattermole dapat melindunginya ketika berApparate bersama suaminya- terhenti di tenggorokannya. Hermione
memandangi Ron yang resah akan apa yang mungkin terjadi pada Keluarga
Cattermole, dan terlihat ekspresi kelembutan yang Harry rasakan sepertinya
ia akan mengagetkan Ron dengan tiba-tiba menciumnya.
“Jadi, apa kau mendapatkannya?” Harry bertanya pada Hermione,
setengah mengingatkan bahwa ia ada disana.
“Dapat – dapat apa?” Tanya Hermione dengan sedikit lambat.
“Apa tujuan kita masuk kesana? Liontin! Dimana liontinnya?”
“Kau mendapatkannya?” teriak Ron, mengangkat dirinya sedikit lebih tinggi
diatas bantalnya. “Tak ada yang memberitahuku! Ya ampun, kau bisa
mengakatannya!”
“Well, bukankah kita sedang menyelamatkan diri dari Pelahap Maut?” Kata
Hermione. “Ini dia.”
Dan dia mengeluarkan liontin dari saku jubahnya dan memberikannya pada Ron.
Liontin itu hanya sebesar telur ayam. Sebuah hiasan berbentuk huruf S,
bertatahkan banyak batubatu kecil, berkilat pudar dalam sinar cahaya yang
menyebar melalui atap tenda kanvas.
“Tidak adakah kemungkinan seseorang merusaknya sejak Kreacher
mendapatkannya?” tanya Ron berharap. “Maksudku, apakah kita yakin ini
masih Horcrux?”
“Kurasa masih,” ucap Hermione, mengambilnya kembali dari tangan Ron dan
mengamati dari dekat. “Pasti ada tanda-tanda kerusakan jika ini telah dirusak
dengan sihir.”
Dia memberikannya lepada Harry, yang memutarnya dengan jari-jari. Benda itu
kelihatan sempurna, asli. Ia ingat mengoyak-oyak diary, dan bagaimana batu di
cincin Horcrux telah terbelah membuka ketika Dumbledore merusaknya.
“Kurasa Kreacher benar,” kata Harry. “Kita harus berusaha untuk
menemukan cara bagaimana membukanya, sebelum memusnahkannya.“
Tiba-tiba waspada akan apa yang dipegangnya, akan apa yang hidup didalam
pintu emas kecil itu, menyadarkan Harry akan ucapannya. Bahkan setelah
segala upaya mereka untuk mendapatkannya, ia merasakan dorongan kuat untuk
membuangnya. Berhasil menguasai diri lagi, dia berusaha membuka liontin
dengan jari-jarinya, kemudian mencoba mantra yang Hermione gunakan untuk
membuka kamar Regulus. Tak ada yang berhasil. Ia memberikan liontin itu
kembali kepada Ron dan Hermione, yang masingmasing melakukan usaha
terbaik, tapi tidak lebih berhasil daripada dirinya.
“Dapatkah kau merasakannya?“ tanya Ron dengan suara parau, sambil
menggenggam erat dalam kepalan tangannya.
“Apa maksudmu?“
Ron memindahkan Horcrux kepada Harry. Setelah semenit atau dua menit,
Harry merasa ia mengerti apa maksud Ron. Apakah itu darahnya sendiri yang
berdenyut dalam pembuluh yang ia rasakan, ataukah itu sesuatu yang berdenyut
di dalam liontin, seperti jantung metal kecil?
“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Hermione.
“Simpan dengan aman sampai kita menemukan cara bagaimana
memusnahkannya,” jawab Harry, dan, dia mengalungkan rantai ke lehernya
sendiri, memasukkan liontin ke dalam jubahnya, aman disamping kantong yang
Hagrid berikan padanya.
“Kupikir kita harus membawanya untuk berjaga-jaga dan waspada diluar
tenda,” dia menambahkan kepada Hermione, berdiri dan meregangkan badan.
“Dan kita juga harus memikirkan makanan juga. Kau tinggal disini,” dia
menambahkan tajam, ketika Ron berusaha untuk duduk dan berubah hijau.
Dengan Teropong-Pengintai hadiah ulang tahun dari Hermione yang sudah diatur
dengan hati-hati diatas meja dalam tenda, Harry dan Hermione menghabiskan
waktu berbagi tugas mengintai. Bagaimanapun, Teropong-Pengintai tetap tenang,
sepanjang hari mengarah ke sasaran, dan entah apakah karena peningkatan
perlindungan dan mantra penolak Muggle Hermione yang tersebar disekitar
mereka, ataukah karena orang jarang melewati jalan ini, bidang tanah mereka
tetaplah sunyi, bahkan terpisah dari burungburung dan tupai yang lewat
sesekali. Sore hari tak ada bedanya, Harry menyalakan tongkatnya ketika
bertukar tempat dengan Hermione pada jam 10, dan mengawasi pemandangan
yang sunyi, memperhatikan kelelawar mengepak-ngepak sayap jauh tinggi
diatasnya, melewati sebidang langit berbintang terlihat dari tanah mereka yang
terlindung.
Ia merasa lapar sekarang, dan sedikit pening. Hermione tidak mengemas
makanan apapun di dalam tas ajaibnya, karena ia mengasumsikan mereka akan
kembali ke Grimmauld Place malam itu, jadi mereka tidak punya apapun untuk
dimakan kecuali beberapa jamur liar yang Hermione kumpulkan dari pohonpohon terdekat dan dikukus dalam Billycan, setelah beberapa suap Ron
menyingkirkan porsinya menjauh, terlihat mual. Harry hanya menahan diri
untuk tidak menyakiti hati Hermione.
Kesunyian yang melingkupi dipecahkan oleh gemerisik yang ganjil dan sesuatu
yang terdengar seperti ranting patah; Harry berpikir mungkin itu disebabkan
lebih karena binatang daripada karena manusia, tapi ia tetap menggenggam erat
tongkatnya dengan siap. Dalam tubuhnya, terlanjur merasa tak nyaman terkait
bantuan tidak mencukupi dari jamur karet, terasa gatal dengan kegelisahan.
Ia menyangka akan gembira setelah mereka berhasil mengambil kembali
Horcrux itu, tapi entah mengapa ia tak merasakan kegembiraan, yang ia rasakan
saat ia duduk mengawasi kegelapan, dimana tongkatnya hanya menyala dengan
cahaya kecil, ádalah perasaan kuatir tentang apa yang akan terjadi. Rasanya
meskipun dia sudah megalami proses ini berminggu-minggu, berbulan-bulan
bahkan mungkin bertahun-tahun, tapi bagaimana dia sampai tiba-tiba berhenti,
diluar pikirannya.
Masih banyak Horcrux diluar sana, tapi dia tidak dapat membayangkan dimana
saja mereka mungkin berada. Dia bahkan tidak tahu apa saja bentuknya.
Sementara ia tidak tahu bagaimana menghancurkan satu-satunya yang telah
mereka temukan, Horcrux yang sekarang berada di dadanya. Mengherankan,
Horcrux itu tidak mengambil panas tubuhnya, tap tergeletak dingin berlawanan
dengan kulitnya, yang mungkin hanya timbul dalam air es.
Dari waktu ke waktu Harry berpikir, atau mungkin membayangkan, bahwa dia
bisa merasakan detak jantung kecil yang tidak menentu bersama detak
jantungnya sendiri. Perasaan tanpa nama yang bergerak bersama dirinya saat
dia duduk dalam kegelapan. Ia berusaha melawan, menyingkirkannya, tapi
mereka tetap mendatanginya tanpa belas kasihan. Yang satu tak bisa hidup
sementara yang lain selamat. Ron dan Hermione, sekarang berbicara di
belakangnya dalam tenda, bisa saja mundur jika mereka menginginkannya: tapi
dia tidak. Dan ini tampaknya bagi Harry ketika dia duduk mencoba mengatasi
ketakutan dan kelelahannya sendiri; bahwa Horcrux di dadanya berdetak
menjauhi masa yang ia lewati…Pikiran bodoh, ia berkata pada diri sendiri,
jangan memikirkannya….
Lukanya terasa sakit lagi. Ia kuatir bahwa ia membiarkannya terjadi karena
pikiranpikiran itu, dan mencoba menghubungkan mereka kedalam saluran lain.
Ia memikirkan Kreacher yang malang, yang mengharapkan mereka pulang dan
ternyata Yaxley yang muncul. Apakah peri rumah itu akan tetap diam ataukah
akan mengatakan apa yang ia tahu kepada Pelahap Maut? Harry ingin
mempercayai bahwa Kreacher telah berubah sikap kepadanya sebulan terakhir,
bahwa dia akan setia sekarang, tapi siapa yang tahu apa yang bisa terjadi?
Bagaimana jika Pelahap Maut menyiksanya? Gambaran tidak menyenangkan
memenuhi kepala Harry dan dia berusaha untuk menyingkirkannya juga, karena
tak ada yang bisa dilakukannya untuk menolong Kreacher: Dia dan Hermione
telah memutuskan untuk tidak berusaha mengambilnya; bagaimana jika
seseorang dari Kementrian ikut bersamanya? Mereka tidak yakin apparition
peri rumah akan bebas dari kekacauan yang sama yang membawa Yaxley ke
Grimmauld Place bersama lengan Hermione.
Luka Harry terasa terbakar sekarang. Ia berpikir begitu banyak hal yang ia
tidak tahu: Lupin benar tentang sihir yang belum pernah mereka hadapi atau
bayangkan. Mengapa Dumbledore tidak menjelaskan lebih banyak? Apakah ia
berpikir bahwa ia akan punya cukup waktu, bahwa ia masih akan hidup selama
bertahun-tahun, abad mungkin, seperti rekannya Nicholas Flamel? Jika ya, ia
salah….Snape mengetahuinya….Snape, Si Ular Tidur, yang menyerang di puncak
menara….
Dan Dumbledore jatuh…..jatuh…..
“Berikan padaku, Gregorovitch…..”
Suara Harry tinggi, jelas dan dingin, tongkatnya tergenggam di depannya oleh
tangan putih panjang. Laki-laki yang ia tunjuk menggantung terbalik di udara,
walaupun tak ada tali yang mengikatnya; ia berayun; tak terlihat dan hanya
melambung, lengannya terikat, wajahnya yang ketakutan, sama seperti Harry
yang darahnya mulai naik ke kepala. Rambutnya putih bersih, janggutnya lebat;
tipe bapak natal.
“Aku tidak punya, aku tidak lagi memilikinya! Dicuri bertahun-tahun yang lalu!“
“Jangan berbohong kepada Lord Voldemort, Gregorovitch. Dia tahu....dia selalu
tahu.“
Bola mata orang yang tergantung itu melebar, diliputi ketakutan, dan
tampaknya mereka membesar, besar dan semakin besar, hingga kegelapan
menelan Harry -.
Dan sekarang Harry bergegas melewati koridor gelap di tempat Gregorovitch
yang kecil dan kokoh, terjaga sambil memegang lentera tinggi-tinggi:
Gregorovitch menghambur ke ruangan di ujung gang dan lenteranya menerangi
sesuatu yang tampak seperti ruang kerja; irisan kayu dan emas bersinar di
sekelompok lampu gantung, dan disana di birai jendela bertengger, seperti
burung raksasa, anak muda dengan rambut emas. Ketika cahaya lentera
meneranginya, Harry melihat kegembiraan terpancar di wajah tampannya,
kemudian si penyusup menembakkan mantra pemingsan dari tongkatnya dan
melompat perlahan ke belakang keluar dari jendela dengan tawa yan seperti
burung gagak.
Harry meluncur menjauh dari bola mata lebar yang seperti terowongan,
dan wajah Gregorovitch dilanda teror.
”Siapa pencurinya, Gregorovitch?“ kata suatu suara tinggi dan dingin.
“Aku tidak tahu, aku tidak pernah tahu, seorang anak muda, jangan –-
kumohon – KUMOHON!”
Jeritan terdengar tinggi dan meninggi dan kemudian kilatan cahaya hijau –
“Harry!”
Dia membuka matanya, terengah-engah, dahinya berdenyut-denyut. Dia pingsan
menghadap sisi tenda, meluncur miring di kanvas dan terlentang di tanah. Dia
menatap Hermione, yang rambut lebatnya mengaburkan pemandangan langit
yang terlihat melalui ranting gelap diatas mereka.
“Mimpi,” katanya, segera setelah duduk dan berusaha memandang
tatapan tajam Hermione dengan wajah tak berdosa. “Pasti tertidur
sebentar, maaf.”
“Aku tahu itu karena lukamu! Aku tahu dari wajahmu! Kau melihat ke dalam
pikiran
Vol-““Jangan katakan namanya!” Ron berujar dengan nada marah dari dalam
tenda.“Baiklah!” Jawab Hermione pedas, “pikiran Kau-Tahu-Siapa, kalau
begitu!”“Aku tidak bermaksud begitu!” Kata Harry, “Itu mimpi! Bisakah kau
mengendalikan
mimpimu, Hermione?”
“Jika kau mau belajar untuk mempraktekkan Occlumency-“
Tapi Harry tidak tertarik diceramahi, ia ingin berdiskusi tentang apa yang
baru saja ia
lihat.
“Dia menemukan Gregorovitch, Hermione, dan kurasa ia membunuhnya, tapi
sebelum membunuhnya, ia membaca pikiran Gregorovitch dan aku melihat-“
“Kurasa lebih baik aku ganti mengawasi jika kau tertidur karena lelah,” kata
Hermione
lebih tenang.
“Aku bisa menyelesaikan pengawasan!”
“Tidak, kau jelas lelah. Pergi dan berbaringlah!”
Dia menjatuhkan diri di mulut tenda, terlihat keras kepala. Marah, tetapi ingin
menghindari keributan, Harry masuk kembali kedalam.
Wajah masih-pucat Ron menjulur dari tempat tidur bawah; Harry naik menuju
tempat
tidur diatasnya, berbaring dan memandang langit-langit kanvas yang gelap.
Setelah
beberapa waktu, Ron berbicara denga suara pelan yang tidak akan terdenger
oleh
Hermione, yang menempel di pintu masuk.
“Apa yang dilakukan Kau-Tahu-Siapa?”
Harry memutar matanya untuk mengingat setiap detil kejadian, lalu berbisik
dalam
kegelapan.
“Dia menemukan Gregorovitch. Dia mengikatnya. Dia menyiksanya.”
“Bagaimana Gregorovitch bisa membuat tongkat baru jika dia terikat?”
“Entahlah…aneh sekali, kan?”
Harry menutup matanya, memkirkan apa yang ia lihat dan dengar. Semakin
berusaha dia
mengingat, semakin sedikit yang ia pahami…
Voldemort tidak mengatakan apa-apa tentang tongkat Harry, tidak juga
tentang inti
kembar, sama sekali tidak tentang Gregorovitch membuat tongkat baru yang
lebih kuat
untuk mengalahkan Harry…..
“Dia menginginkan sesuatu dari Gregorovitch,” Harry berujar dengan
mata masih
tertutup rapat.
“Dia meminta agar Gregorovitch menyerahkannya, tapi Gregorovitch bilang
bahwa itu
telah dicuri darinya, dan kemudian….kemudian….”
Ia ingat bagaimana ia, sebagai Voldemort, tampaknya meluncur
melalui mata
Gregorovitch, memasuki ingatannya….
“Dia membaca pikiran Gregorovitch, dan aku melihat seorang anak muda
sedang
bertengger di birai jendela, dan dia menembakkan kutukan kepada
Gregorovitch dan
melompat menghilang dari pandangan. Dia mencurinya, dia mencuri apapun
itu yang
dicari Kau-Tahu-Siapa. Dan aku…kupikir aku pernah melihatnya di suatu
tempat.”
Harry berharap dia bisa melihat lagi wajah anak lelaki yang tertawa itu.
Pencurian itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, menurut Gregorovitch. Kenapa
pencuri muda itu tampak tidak asing?
Suara ribut kayu-kayu di sekitar tenda terdengar sampai ke dalam; tetapi
yang didengar
Harry hanyalah desah nafas Ron. Setelah beberapa waktu, Ron berbisik,
”bisakah kau
melihat apa yang dipegang si Pencuri?”
“Tidak….itu pasti sesuatu yang kecil.”
“Harry?
Kayu rangka tempat tidur Ron berderik ketika ia mengubah posisi tubuhnya.
“Harry, kau tidak berpendapat Kau-Tahu-Siapa mengejar sesuatu untuk
dirubah menjadi
Horcrux?”
“Aku tidak tahu,” kata Harry pelan. “Mungkin. Tapi tidakkah berbahaya
baginya
membuat lagi? Bukankah Hermione berkata dia telah mendorong jiwanya
hingga pada
batasnya?”
“Ya, tapi mungkin dia tidak tahu itu.”
“Ya…mungkin saja,” ucap Harry.
Selama ini ia yakin Voldemort mencari jawaban seputar persoalan inti kembar
tongkat
mereka,yakin bahwa Voldemort mencari solusi dari pembuat tongkat tua…dan
dia sudah
membunuhnya, tampaknya tanpa menanyainya satu pertanyaanpun tentang ilmu
tongkat.
Apa yang sedang Vodemort cari? Mengapa, dengan Kementrian Sihir dan dunia
sihir dibawah kakinya, malah dia jauhi, justru bersungguh-sungguh dalam
pencarian sesuatu yang dulu dimiliki Gregorovitch, yang telah diambil oleh
pencuri tak dikenal?
Harry masih bisa melihat wajah muda si rambut pirang; ia riang, liar; ada
semacam lagak kejayaan tipu daya ala Fred dan George pada dirinya. Dia
membumbung tinggi dari birai jendela seperti seekor burung, dan Harry pernah
melihatnya, tapi ia tidak dapat mengingat dimana….
Dengan kematian Gregorovitch, si wajah-piranglah yang ada dalam bahaya
sekarang, dan pada dirinyalah pikiran Harry sekarang berada, ketika dengkur
Ron mulai bergemuruh dari tempat tidur bawah dan dia sendiri perlahan
melayang kedalam lelap sekali lagi.
Pembalasan Goblin
Pagi keesokan harinya, sebelum yang lain bangun, Harry pergi untuk mencari
pohon tertua, terbesar, dan terkokoh yang ada di sekitar tenda. Di sanalah
Harry menguburkan mata Mad-Eye dan menandainya dengan menorehkan tanda
salib di kulit kayu pohon itu dengan tongkatnya. Tidak terlalu bagus, tapi Harry
merasa bahwa Mad-Eye akan lebih memilih ini daripada harus dipajang di pintu
kantor Umbridge. Lalu Harry kembali ke tenda dan menunggu yang lain bangun
untuk membicarakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Harrry dan Hermione merasa bahwa jalan terbaik adalah tidak tinggal di satu
tempat dalam waktu yang lama, dan Ron setuju, dengan syarat bahwa tujuan
selanjutnya berhubungan dengan roti isi daging asap. Hermione melepaskan sihir
perlindungan yang telah ia pasang, sementara Harry dan Ron menghilangkan
semua tanda yang menunjukkan bahwa mereka pernah berkemah di sini. Lalu
mereka ber-Disapparate ke daerah pinggiran kota.
Begitu mereka mendirikan tenda di bawah naungan pohon-pohon dan
memasang sihir perlindungan baru, Harry berkeliling mencari makanan di
bawah Jubah Gaib. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Harry
baru saja memasuki kota saat ia merasakan rasa dingin yang tidak normal,
kabut tipis, dan kegelapan yang tiba-tiba menutup langit, membuat Harry
berdiri terdiam.
“Tapi kau hebat dalam menciptakan Patronus!” protes Ron, saat Harry kembali
ke tenda tanpa membawa apa-apa, kehabisan nafas, dan mengucapkan satu kata
“Dementor.”
”Aku… tidak bisa,” engah Harry sambil memegangi sisi tubuhnya. “Tidak…
berhasil.”
Melihat ekspresi khawatir dan kecewa di wajah sahabatnya, Harry merasa
malu. Itu adalah mimpi buruk, melihat Dementor melucur dalam kabut dan
menyadari, saat udara dingin mencekik paru-parunya dan teriakan memenuhi
telinganya, bahwa Harry tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Bahkan butuh
semua kekuatan agar Harry bisa lari dan meninggalkan Dementor tanpa mata
bergerak di antara Muggle yang tidak bisa melihat mereka, tapi bisa
merasakan keputusasaan yang Dementor tebarkan.
”Jadi kita tidak punya makanan.”
”Diam, Ron,” hardik Hermione. ”Harry, apa yang terjadi? Mengapa kau
tidak bisa membuat Patronus? Kau melakukannya dengan baik kemarin!”
”Aku tidak tahu.”
Harry duduk di salah satu kursi tangan tua, dan makin merasa malu. Ia takut
terjadi sesuatu yang salah dengan dirinya. Kemarin rasanya masa lalu, hari ini
ia merasa seperti saat ia berusia tiga belas tahun, saat ia satu-satunya anak
yang pingsan di Hogwarts Express.
Ron menendang kursi.
”Apa?” Ron menggeram pada Hermione. ”Aku kelaparan! Yang aku makan
sejak aku hampir mati kehabisan darah hanya kotoran kodok!”
”Pergi dan lawan Dementor-Dementor itu, kalau begitu,” sengat Harry.
”Tentu, tapi tanganku terbebat, bila kau tak melihatnya!”
”Kebetulan sekali.”
”Apa maksudmu berkata…”
”Tentu saja,” teriak Hermione sambil memukulkan tangan ke dahinya dan
mengejutkan Harry dan Ron sehingga mereka terdiam. ”Harry, berikan liontin
itu! Ayo!” kata Hermione tidak sabar, menjentikkan jarinya di depan Harry
yang tidak bereaksi, ”Horcruxnya, Harry, kau masih mengenakannya!”
Hermione menjulurkan tangannya dan Harry melepaskan kalung emas melalui
kepalanya. Saat liontin dan kalung itu tidak lagi menyentuh kulit Harry, ia
merasa bebas dan ringan. Harry tidak menyadari bahwa dirinya tertekan atau
ada beban berat yang yang membebani perutnya, hingga sensasi itu terangkat.
”Lebih baik?” tanya Hermione.
”Sangat jauh lebih baik!”
”Harry,” kata Hermione, berjongkok di depan Harry dan menggunakan nada
suara yang Harry artikan sebagai nada yang digunakan saat berbicara pada
orang yang sedang sakit, ”kau tidak mengira kau telah dirasuki, kan?”
”Apa? Tidak!” kata Harry mempertahankan diri. ”Aku ingat semua yang aku
lakukan saat memakainya. Aku tidak tahu yang aku lakukan bila aku sedang
dirasuki, kan? Ginny memberitahuku bahwa ada banyak waktu di mana ia tidak
bisa mengingat apa pun.”
”Hm,” kata Hermione yang menatap ke arah liontin itu. ”Kalau begitu, tidak
seharusnya kita memakainya. Kita akan menyimpannya di tenda saja.”
”Kita tidak akan membiarkan Horcrux itu tergeletak begitu saja,” kata Harry
berkeras. ”Kalau kita kehilangannya, kalau ada yang mencurinya…”
”Oh, baik, baik,” kata Hermione dan mengalungkan liontin itu di lehernya dan
memasukkannya ke dalam kaus. ”Tapi kita harus bergiliran memakainya, jadi
tidak ada yang memakainya terlalu lama.”
”Bagus,” kata Ron marah, ”karena kita sudah menemukan masalahnya, bisakah
kita pergi mencari makanan?”
”Baiklah, tapi kita harus mencarinya ke tempat lain,” kata Hermione. ”Tidak ada
gunanya tinggal kalau kita tahu banyak Dementor berkeliaran.”
Akhirnya mereka bermalam di tanah lapang di sebuah peternakan terpencil,
di mana mereka berhasil mendapatkan telur dan roti.
”Ini tidak bisa dibilang mencuri, kan?” tanya Hermione ragu, saat mereka
menghabiskan telus dadar dan roti panggang. ”Bukan mencuri kalau aku
meninggalkan uang di kandang ayam, kan?”
Ron memutar matanya dan berkata, dengan pipi menggembung, ”Er-my-knee,
hangang helawu hemaf. Henangwah!”
Dan, ternyata, memang lebih mudah untuk bersikap tenang dengan perut
kenyang. Perdebatan tentang Dementor terlupakan dengan tawa di malam
hari, bahkan Harry merasa ceria dan penuh pengharapan saat ia mendapat
giliran pertama berjaga.
Untuk pertama kalinya mereka menyadari bahwa perut penuh berarti semangat
baru, dan perut kosong berarti kemurungan dan pertengkaran. Harrylah yang
peling terkejut dengan kenyataan ini, karena ia pernah merasakan masa-masa
hampir kelaparan saat tinggal bersama keluarga Dursley. Sementara Hermione
mampu melewati malam-malam dengan buah beri atau biskuit basi, walau sedikit
mudah tersinggung dan sering terdiam. Sedangkan Ron, yang terbiasa tiga kali
makan enak sehari, oleh masakan ibunya ata peri rumah Hogwarts, rasa lapar
membuatnya tidak bisa berpikir dan cepat naik darah. Saat masa makanan
menipis bertemu dengan saat Ron memakai liontin, ia berubah menjadi begitu
menyebalkan.
”Jadi ke mana selanjutnya?” adalah kalimat favorit Ron. Ia sepertinya tidak
memiliki pemikiran sendiri, dan berharap Harry dan Hermione telah siap
dengan rencana sementara ia duduk dan berkomentar tentang sedikitnya
jumlah makanan. Sementara, Harry dan Hermione menghabiskan waktu
menduga di mana kemungkinan Horcrux lain berada dan bagaimana cara
menghancurkan Horcrux yang sudah ada di tangan mereka. Dan mereka terus
mengulang percakapan yang sama karena mereka tidak mendapatkan berita
baru.
Saat Dumbledore memberitahu Harry bahwa ia percaya bahwa Voldemort
menyembunyikan Horcrux di tempat yang penting baginya. Dan mereka terus
mengulang pembicaraan itu, tempat-tempat di mana Voldemort pernah tinggal
atau kunjungi. Panti asuhan, di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Hogwarts, di
mana ia belajar. Borgin and Burke, tempat ia bekerja untuk pertama kali. Lalu,
Albania, di mana ia mengasingkan diri selama bertahun-tahun, dan di sinilah
mereka terus berspekulasi.
”Ya, ayo ke Albania. Tidak akan sampai sore untuk mencari ke seluruh negeri,”
kata Ron kasar.
”Tidak mungkin ada sesuatu di sana. Dia sudah membuat lima Horcrux sebelum
ia pergi mengasingkan diri, dan Dumbledore yakin bahwa ular itu adalah yang
keenam,” kata Hermione. ”Kita tahu bahwa ular itu tidak di Albania dan tidak
pernah jauh dari Vol…”
”Bukankah sudah kuminta untuk tidak menyebut namanya?”
”Baik! Ular itu berada dekat dengan Kau-Tahu-Siapa¬ – senang?”
”Tidak juga.”
”Aku rasa dia juga tidak menyembunyikan sesuatu di Borgin and Burke,” kata
Harry, yang pernah mencapai titik ini sebelumnya, dan tetap mengulang katakatanya, ”Borgin dan Burke adalah ahli barang Hitam, mereka pasti langsung
mengenali sebuah Horcrux.”
Ron menguap bosan. Menahan diri untuk tidak melempar sesuatu ke
arahnya, Harry melanjutkan, ”Aku masih merasa ia menyembunyikan
sesuatu di Hogwarts.”
Hermione mengehela nafas.
”Tapi Dumbledore pasti sudah menemukannya, Harry!”
Harry mengulang alasan yang sama tentang teorinya.
”Dumbledore berkata padaku bahwa ia tidak mengetahui semua rahasia
Hogwarts. Dan aku beritahu, bila ada tempat yang menurut Vol…”
”Oi!”
”KAU-TAU-SIAPA!” teriak Harry, di ujung kesabarannya. ”Bila ada tempat
menurut Kau-Tahu-Siapa penting, tempat itu adalah Hogwarts!”
”Oh, ayolah,” kata Ron meremehkan, ”sekolahnya?”
”Ya, sekolahnya! Tempat pertama yang ia anggap sebagai rumah, tempat yang ia
anggap spesial, tempat yang berarti segalanya baginya, bahkan setelah ia
meninggalkannya.”
”Kau sedang membicarakan Kau-Tahu-Siapa, kan? Bukan dirimu sendiri?” tanya
Ron, yang sedang menarik-narik kalung liontin di lehernya. Harry merasa ingin
menarik kalung itu dan mencekikkannya pada Ron.
”Kau bilang Kau-Tahu-Siapa meminta pekerjaan pada Dumbledore setelah dia
lulus dari sekolah,” kata Hermione.
”Benar,” kata Harry.
”Dan Dumbledore pikir itu hanya alasan untuk kembali dan mencari pusaka dari
pendiri Hogwarts dan menjadikannya sebagai Horcrux?”
”Ya,” kata Harry.
”Tapi dia tidak mendapat pekerjaannya, kan?” kata Hermione. ”Jadi dia
tidak punya kesempatan untuk mencari pusaka itu dan menyembunyikannya
di Hogwarts!”
”Baiklah,” kata Harry menyerah. ”Lupakan Hogwarts.”
Tanpa petunjuk lain, mereka pergi ke London, dan di bawah Jubah Gaib, mereka
mencari panti asuhan di mana Voldemort dibesarkan. Hermione menyelinap ke
perpustakaan dan mengetahui dari berkas-berkas di sana bahwa tempat itu
telah dihancurkan bertahuntahun yang lalu. Dan saat mereka mendatangi daerah
itu, yang mereka temukan hanyalah deretan gedung perkantoran.
”Bisa saja kita menggali pondasinya,” kata Hermione setengah hati.
”Dia tidak akan menyembunyikan Horcrux di sini,” kata Harry. Ia sudah tahu
bahwa tempat itu adalah tempat yang ingin Voldemort tinggalkan, dan ia tidak
akan menyembunyikan potongan jiwanya di sana. Dumbledore telah menunjukkan
pada Harry kemegahan dan keajaiban tempat persembunyian Horcrux
Voldemort. Dan bangunan suram di ujung London tidak sebanding dengan
Hogwarts, atau Kementrian, atau bangunan lain seperti Gringotts, bank para
penyihir dengan pintu emas dan lantai marmer.
Bahkan tanpa ada gagasan baru, mereka melanjutkan bergerak di pinggiran kota,
berkemah di tempat berbeda tiap malam demi keamanan. Tiap pagi mereka
memastikan bahwa mereka telah menghapus semua petunjuk keberadaan
mereka. Lalu pergi ke tempat sepi dan terpencil yang lain. Bepergian dengan
Apparition ke hutan lain, ke celah tebing lain, ke pegunungan lain, dan sekali ke
pantai berkoral. Setiap dua belas jam, mereka bergantian memakai liontin itu
seperti bermain permainan pass the parcel* dalam gerak lambat yang
mengerikan, karena begitu musik berhenti mereka akan menerima hadiah dua
belas jam tambahan rasa takut dan cemas.
Bekas luka Harry terasa sakit. Dan hal itu terjadi lebih sering saat ia sedang
mengenakan Horcrux itu. Terkadang ia tidak dapat menahan rasa sakitnya.
”Apa? Apa yang kau lihat?” paksa Ron, setiap ia melihat Harry merasa kesakitan.
”Wajah,” gumam Harry, setiap waktu. ”Wajah yang sama. Pencuri yang
mencuri dari Gregorovitch.”
Dan Ron beralih ke hal lain, tidak bersusah payah menyembunyikan
kekecewaannya. Harry tahu bahwa Ron ingin mendengar berita tentang
keluarganya, atau anggota Orde Phoenix, tapi tetap saja, Harry, tidak seperti
televisi. Yang bisa ia lihat hanyalah apa yang sedang Voldemort pikirkan, dan
tidak bisa dengan mudah mengubah saluran yang ia inginkan. Saat ini Voldemort
berkutat dengan seorang pemuda dengan wajah senang, yang Harry yakin, telah
Voldemort ketahui nama dan tempat tinggalnya. Saat bekas luka Harry terus
terasa membakar dan wajah pemuda berambut keemasan berenang di dalam
pikirannya, ia belajar untuk menyembunyikan rasa sakit atau tidak nyamannya,
karena dua sahabatnya menunjukkan rasa tidak sabar dengan berita baru
tentang pencuri itu. Harry tidak dapat menyalahkan mereka, karena saat ini
mereka sedang menanti petunjuk baru tentang Horcrux lain.
Hari berubah menjadi minggu, Harry mulai curiga bahwa Ron dan Hermione
sedang membicarakan tanpa, dan tentang, dirinya. Beberapa kali Harry
memergoki mereka yang tiba-tiba terdiam saat Harry memasuki tenda. Dan
dua kali Harry memergoki mereka tiba-tiba mengambil jarak setelah saling
mendekatkan kepala dan berbicara berbisikbisik, sebelum mereka sadar bahwa
Harry datang mendekat, dan mereka berpura-pura sibuk mencari kayu atau
mengambil air.
Harry tidak dapat berhenti memikirkan apakah mereka benar-benar tahu
bahwa mereka akan bepergian dalam perjalanan tanpa tujuan, karena mereka
pikir akan ada rencana rahasia yang akan mereka ketahui. Ron tidak berusaha
menyembunyikan rasa perasaannya buruknya, dan Harry mulai takut kalau
Hermione mulai merasa kecewa dengan kemampuan memimpin Harry. Dalam
keputsasaannya, Harry mencoba menduga tempat persembunyian Horcrux lain,
tapi lagi-lagi yang muncul di kepalanya adalah Hogwarts. Dan karena yang lain
tidak berpikir hal yang sama, Harry berhenti untuk mengatakannya.
Musim gugur tiba, kini mereka mendirikan tenda di atas daun-daun yang
berguguran.
Kabut alami menambah tebal kabut yang diciptakan oleh Dementor. Angin
dan hujan menambah masalah mereka. Kenyataan bahwa Hermione semakin
ahli membedakan jamur yang dapat dimakan tidak sebanding dengan
keadaan terisolasi, kurangnya bersosialisasi, dan ketidakpedulian mereka
terhadap perang melawan Voldemort.
“Ibuku,” kata Ron suatu malam, saat mereka berkemah di pinggiran sungai di
Wales, “bisa memunculkan makanan enak dari udara.”
Ia menyodok, potongan ikan hangus di piringnya. Harry langsung menatap leher
Ron dan seperti yang ia duga, rantai kalung emas sedang melingkar di sana.
Harry berhasil melawan dorongan untuk menyumpahi Ron, yang kelakuannya akan
berubah, Harry tahu, saat liontin itu dilepas.
”Ibumu tidak bisa membuat makan dari udara,” kata Hermione. ”Tidak seorang
pun bisa. Makanan adalah hal pertama yang ada dalam lima Elemen Dasar dalam
Hukum Transfigurasi Gamp…”
”Oh, tidak bisakah kau berbicara dengan bahasa manusia?” kata Ron sambil
menarik tulang ikan dari giginya.
”Tidak mungkin kau bisa membuat makanan dari ketidakadaan! Kau bisa
Memanggilnya kalau kau tahu di mana tempatnya berada, kau bisa mengubahnya,
kau bisa menambah jumlahnya kalau kau punya…”
”… aku tidak ingin menambah ini, ini menjijikkan,” kata Ron.
”Harry yang menangkap ikan dan aku melakukan yang terbaik yang bisa aku
lakukan! Aku merasa aku yang selalu mengurusi makanan. Karena aku seorang
wanita, kurasa!”
”Bukan, karena kau seharusnya yang lebih baik dalam melakukan sihir!” bentak
Ron.
Hermione meloncat berdiri dan makanan dalam piringnya jatuh ke lantai.
”Kau boleh memasak besok, Ron. Kau boleh mencari bahan makanan dan mencoba
menyihirnya menjadi sesuatu yang lebih layak untuk dimakan. Dan aku akan
duduk diam di sini, memasang muka sebal dan mengeluh, agar kau tahu
bagaimana rasanya…”
”Diam!” kata Harry yang kini berdiri dan mengangkat kedua tangannya.
”Diam! Sekarang!”
Hermione terihat marah.
”Harry, bisa-bisanya kau membelanya, dia bahkan tidak pernah…”
”Hermione, tenanglah, aku mendengar sesuatu!”
Harry berusaha mendengarkan, tangannya masih terangkat, memperingatkan
yang lain agar tetap diam. Lalu terdengar suara ribut dari arah sungai, dan
Harry mendengar suara lagi. ia melihat Sneakoscope. Benda itu tidak bergerak.
”Kau memasang Muffliato, kan?” bisik Harry pada Hermione.
”Aku pasang semua,” jawab Hermione dalam bisikan, ”Muffliato, Mantra
Penolak Muggle, Mantra Dissilusionment, semuanya. Tidak ada yang bisa
mendengar atau melihat kita, siapa pun mereka.”
Terdengar suara terseret, dan suara batu dan patahan ranting. Dan membuat
mereka tahu ada beberapa orang sedang menuruni turunan curam dari hutan di
lereng bukit ke daerah pinggiran sungai, di mana mereka mendirikan tenda.
Mereka mengeluarkan tongkat, dan menunggu. Perlindungan di sekitar mereka
rasanya cukup untuk melindungi mereka dari Muggle dan penyihir. Bila yang
datang adalah Pelahap Maut, sepertinya perlindungan mereka akan diuji oleh
Sihir Hitam untuk pertama kalinya.
Suara itu semakin keras tapi tetap terdengar tidak jelas saat sekelompok
orang itu mencapai pinggiran sungai. Harry memperkirakan bahwa mereka
berjarak kurang dari enam meter dari mereka, tapi suara riak sungai membuat
mereka tidak dapat memastikannya. Hermione mengambil tas maniknya dan
mulai mengaduk-aduk bagian dalamnya. Setelah beberapa saat, mereka
mengeluarkan tiga Telinga Terjulur dan memberikannya pada Harry dan Ron,
yang langsung memasukkan ujung benang berwarna kulit itu ke telinga mereka
dan melemparkan ujung yang lain ke luar tenda.
Dalam hitungan detik, Harry dapat mendengar suara pria yang kelelahan.
‘Seharusnya ada salmon sekarang, atau masih terlalu dini untuk musimnya?
Accio salmon!”
Terdengar bunyi cipratan air dan hentakan ikan yang meloncat keluar dari air.
Lalu terdengar suara orang menggumam senang. Harry menekankan Telinga
Terjulur lebih dalam. Berusaha menangkap suara di atas suara riak sungai, tapi
mereka tidak berbicara dalam bahasa manusia, bahkan yang belum Harry
dengar. Suara mereka kasar dan tidak berirama, seperti suara gumaman
bergeretak dan parau, dan sepertinya ada dua orang yang sedang berbicara,
salah satu di antaranya bersuara lebih pelan daripada yang lain.
Api berderak di luar tenda mereka. Tercium bau sedap dari salmon bakar yang
tertiup ke arah mereka. Lalu terdengar suara denting pisau dan garpu, lalu
seseorang berkata lagi.
“Ini, Griphook, Gornuk.”
“Goblins!” Hermione membisikkannya dan Harry mengangguk.
“Terima kasih,” kata dua Goblin lain.
“Jadi, kalian juga sedang melarikan diri? Sudah berapa lama?” kata suara baru
yang lembut dan menyenangkan, dan terdengar tidak asing bagi Harry, seorang
pria bertubuh tambun dengan wajah ceria.
”Enam minggu… tujuh… aku lupa,” kata sura yang terdengar kelelahan. ”Bertemu
dengan Griphook setelah beberapa hari, lalu bergabung dengan Gornuk tak
berapa lama kemudian. Cukup menyenangkan kalau ada teman seperjalanan.”
Lalu mereka berhenti, sementara terdengar suara pisau ditaruh di atas piring
dan gelas diangkat dan diletakkan kembali di atas tanah. ”Apa yang membuatmu
kabur, Ted?” lanjut pria tadi.
”Aku tahu mereka sedang mencariku,” jawab suara lembut itu, dan Harry tahu
siapa orang itu. Ayah Tonks. ”Ku dengar Pelahap Maut ada di sekitar rumahku
dan aku memutuskan untuk melarikan diri. Aku menolak untuk mendaftarkan diri
sebagai kelahiran Muggle, tahulah, jadi ini hanya masalah waktu untuk melarikan
diri. Istriku akan baik-baik saja, dia darah murni. Lalu aku bertemu Dean, kapan,
beberapa hari yang lalu, kan, nak?”
”Ya,” kata suara lain, dan Harry, Ron, dan Hermione saling bertukar pandang,
senang dalam kebungkaman mereka, karena mengenali suara teman Gryffindor
mereka, Dean Thomas.
”Kelahiran Muggle, eh?” tanya pria pertama.
”Aku tidak yakin,” kata Dean. ”Ayahku meninggalkan ibu waktu aku masih kecil.
Dan aku tidak punya bukti kalau dia seorang penyihir.”
Tidak terdengar suara apa pun selain suara mengunyah, lalu Ted berbicara lagi.
”Harus kukatakan, Dirk, aku terkejut bisa bertemu denganmu. Senang, tapi
terkejut. Banyak yang bilang mereka menangkapmu.”
”Memang,” kata Dirk. ”Aku sedang dalam perjalanan menuju Azkaban saat aku
berhasil melarikan diri, memingsankan Dawlish dan mengambil sapunya. Ternyata
lebih mudah daripada yang kau bayangkan. Aku rasa dia memang sedang tidak
dalam keadaan baik. Di bawah sihir Confundus mungkin. Kalau memang benar,
aku ingin menjabat tangan penyihir yang telah melakukannya, karena telah
membuatku dapat meloloskan diri.”
Lalu yang terdengar hanya suara derak api dan riak sungai. Lalu Ted berkata,
”Lalu apa yang kalian berdua lakukan di sini? Aku pikir – er – kalian semua
memihak Kau-Tahu-Siapa.”
”Kau salah,” kata goblin yang bersuara lebih tinggi. ”Kami tidak memihak. Ini
adalah perang para penyihir.”
”Kalau begitu mengapa kalian bersembunyi?”
”Aku rasa ini adalah tindakan yang bijaksana,” kata goblin yang bersuara
rendah. ”Aku menolak apa yang aku anggap sebagai peemintaan kurang ajar,
dan aku tahu bahwa hidupku dalam masalah.”
”Apa yang mereka minta padamu?” tanya Ted.
”Pekerjaan yang tidak sesuai dengan martabat ras kami,” jawab si goblin,
suaranya
terdengar kasar. ”Kami bukan peri rumah.”
”Bagaimana denganmu, Griphook?”
”Alasan serupa,” kata goblin bersuara tinggi. ”Gringotts tidak lagi dipimpin oleh
ras
kami. Dan aku tidak mengenal kepemimpinan lain.”
Lalu ia menambahkan dengan bahasa Gobbledegook dan Gornuk tertawa.
”Apa leluconnya?” tanya Dean.
”Dia bilang,” jawab Dirk, ”penyihir juga tidak banyak mengenali hal lain.”
Tidak ada yang bersuara.
”Aku tidak mengerti,” kata Dean.
”Aku punya sedikit dendam saat aku pergi,” kata Griphook.
”Goblin baik,” kata Ted. ”Tidak berhasil mengunci salah satu Pelahap Maut
dalam
ruangan penyimpanan tua berkeamanan tinggi, rupanya?”
”Kalau pun aku bisa, bahkan pedang itu tidak bisa membantunya keluar dari
sana,” jawab
Griphook. Gornuk tertawa dan bahkan Dirk tertawa kecil.
”Dean dan aku sepertinya masih ketinggalan berita,” kata Ted.
”Severus Snape, sepertinya dia tidak mengenalinya juga,” kata Griphook, dan
kedua
goblin itu tertawa menggila.
Di dalam tenda, Harry bernafas penuh ketertarikan. Ia dan Hermione
bertukar pandang,
lalu mencoba mendengarkan lagi.
”Apa kau tidak tahu, Ted?” tanya Dirk. ”Tentang anak-anak yang mencoba
mencuri
pedang Gryffindor dari kantor Snape di Hogwarts?”Rasanya
Harry tersengat listrik, setiap syaraf dan otot Harry
terbangun. ”Tidak sama sekali,” kata Ted. ”Tidak dimuat dalam
Prophet, ya?”
"Tentu saja,“ kekeh Dirk. "Griphook yang memberitahu aku, dia tahu dari Bill
Weasley
yang bekerja untuk bank. Salah satu dari anak-anak itu adalah adik
perempuannya.“
Harry menatap ke arah Ron dan Hermione yang memegang erat-erat Telinga
Terjulur
mereka.
”Dia dan beberapa temannya masuk ke kantor Snape dan memecahkan
kaca tempat
penyimpanan pedang itu. Snape menangkap mereka saat mereka mencoba
menyelundupkan pedang itu.“
"Ah, Tuhan memberkati mereka,” kata Ted. "Apa yang mereka pikirkan? bahwa
mereka
bisa menggunakannya melawan Kau-Tahu-Siapa? Atau untuk melawan Snape?“
"Apa pun pemikiran mereka, Snape menganggap bahwa pedang itu tidak lagi
aman,“ kata
Dirk. "Beberapa hari kemudian, setelah diperintahkan Kau-Tahu-Siapa,
sepertinya, dia
mengirimkannya ke London untuk disimpan di Gringotts.“
Lalu kedua goblin itu tertawa lagi.
”Aku masih belum mengerti lelucon kalian,” kata Ted.
”Pedang itu palsu!” kata Griphook.
”Pedang Gryffindor!”
”
Oh, ya. Sebuah tiruan – tiruan yang sangat bagus, memang – tapi itu buatan
penyihir.
Yang asli telah dibuat berabad-abad lalu oleh goblin dan menjadi properti alat
tempur
buatan goblin. Di mana pun pedang Gryffindor yang asli itu berada, yang pasti
bukan di
Gringotts.
”Aku mengerti,” kata Ted. ”Dan kalian tidak perlu mengatakan hal itu pada
Pelahap
Maut, kan?”
”Aku tidak punya alasan untuk menambah masalah mereka dengan
memberitahu
mereka,’ kata Griphook berpuas diri, dan sekarang Ted dan Dean ikut tertawa
bersama
Gornuk dan Dirk.
Di dalam tenda, Harry menutup matanya, berharap ada orang yang menanyakan
yang ingin Harry tahu jawabannya. Dan kurang lebih sepuluh menit kemudian,
Dean mengingatkan Harry bahwa ia (Harry mengingatnya dengan rasa
tersentak) juga mantan pacar Ginny.
“Apa yang terjadi pada Ginny dan yang lain? Yang mencoba mencuri pedang itu?”
“Oh, mereka dihukum dengan kejam,” kata Griphook.
”Tapi mereka baik-baik saja, kan?” tanya Ted cepat. ”Maksudku, keluarga
Weasley tidak berharap anak mereka terluka lagi, kan?”
”Mereka tidak terluka serius, setahuku,” kata Griphook.
”Untunglah,” kata Ted. ”Dengan catatan Snape di masa lalu, aku rasa
kita harus bersyukur kalau mereka masih hidup.”
“Kau percaya cerita itu, Ted?” tanya Dirk. “Kau percaya Snape
membunuh Dumbledore?”
”Tentu saja,” kata Ted. ”Kau tidak akan berpikiran bahwa Harry Potter ada
sangkut pautnya, kan?”
“Sulit untuk bisa mempercayai sesuatu akhir-akhir ini,” gumam Dirk.
“Aku kenal Harry Potter,” kata Dean. “Dan aku rasa dia memang – Yang
Terpilih, atau apa saja sebutan lainnya itu.”
”Ya, banyak yang mempercayainya, nak,” kata Dirk, ”termasuk aku. Tapi di
mana dia? Pergi mencari sesuatu. Menurutmu, bila dia tahu sesuatu yang tidak
kita tahu, atau memang punya sesuatu yang spesial, bukankah lebih baik dia
memberikan perlawanan daripada bersembunyi. Dan tahukah kau bahwa
Prophet membuatnya terlihat…”
”Prophet?” potong Ted. ”Kau dibohongi kalau tetap membaca sampah itu,
Dirk. Bila inginkan hal nyata, baca Quibbler.”
Tiba-tiba terdengar suara tersedak dan terbatuk, juga terdengar suara
tepukan yang cukup keras. Sepertinya Dirk telah menelan tulang ikan. Akhirnya
ia berkata, ‘Quibbler? Majalah gila milik Xeno Lovegood itu?
”Tidak begitu gila akhir-akhir ini,” kata Ted. ”Kau harus membacanya. Xeno
menulis segala hal yang tidak ditulis di Prophet, dan tidak menyinggung sama
sekali tentang Snorkack Tanduk Kisut. Sampai kapan ia akan dibiarkan seperti
itu. Tapi di setiap edisi dia menyatakan bahwa setiap penyihir yang ingin
melawan Kau-Tahu-Siapa harus membantu Harry Potter.’
”Tapi susah untuk membantu seorang bocah yang sedang menghilang dari
permukaan bumi ini,” kata Dirk.
”Dengar, kenyataan bahwa mereka belum bisa menangkapnya saja, adalah suatu
hal luar biasa,” kata Ted. ”Dan aku sependapat dengan Potter. Apa yang kita
lakukan selama ini, untuk tetap bebas, kan?”
”Ya, ada benarnya juga,” kata Dirk berberat hati. ”Dengan seluruh Kementrian
dan informan mereka mencari-carinya, aku akan mengira kalau ia sudah
ditangkap sekarang. Dan tidak mungkin bila mereka telah menangkap dan
membunuhnya tanpa harus memberitakannya, kan?”
”Jangan berbicara seperti itu, Dirk,” gumam Ted.
Lalu kebungkaman diiringi oleh dentingan pisau dan garpu. Dan saat mereka
berbicara lagi, mereka sedang menentukan apakah mereka akan tidur di
pinggiran sungai atau kembali ke hutan di lereng bukit. Setelah memutuskan
bahwa pepohonan akan memberikan perlindungan yang lebih baik, mereka
memadamkan api lalu kembali ke lereng, dan suara mereka mulai menghilang.
Harry, Ron, dan Hermione menggulung kembali Telinga Terjulur mereka. Harry
yang sudah tahu tidak perlu lagi berdiam diri, kini tidak bisa berkata apa pun
selain, ”Ginny – pedang.”
”Aku tahu!” kata Hermione.
Hermione memasukkan tangannya ke dalam tas manik, dan kali ini ia
bahkan menenggelamkan seluruh lengannya hingga batas ketiak.
”Ini… dia…” kata Hermione dengan gigi terkatup, saat ia mencoba menarik
sesuatu dari kedalaman tas. Perlahan, ujung dari pigura berornamen mulai
terlihat. Harry bergegas membantunya. Setelah mereka berhasil mengeluarkan
potret kosong milik Phineas Nigellus, Hermione menacungkan tongkatnya ke
arah potret itu, bersiap-siap untuk melepaskan mantera.
”Kalau ada yang menukar pedang saat yang asli masih berada di kantor
Dumbledore,” kata Hermione sambil menyandarkan potret itu ke tenda,
”Phineas Niggellus pasti melihatnya, dia digantung tepat di samping pedang
itu!”
”Kecuali dia sedang tidur,” kata Harry yang menahan nafas saat Hermione
berlutut di depan potret kosong itu. Tongkat Hermione mengarah ke tengah
potret, ia berdeham, lalu berkata, ”Er – Phineas? Phineas Nigellus?”
Tidak ada yang terjadi.
”Phineas Nigellus?“ kata Hermione lagi. ”Profesor Black? Bisakah kami
berbicara pada Anda? Tolong?”
”’Tolong’ selalu membantu,” kata suara dingin dengan nada menghina, dan
Phineas Nigellus masuk ke dalam potretnya. Seketika Hermione berteriak,
”Obscuro!"
Sebuah penutup mata hitam muncul menutupi mata pintar dan gelap milik
Phineas Nigellus, dan membuatnya terjatuh menghantam pinggiran pigura
dan mengerang kesakitan.
”Apa – beraninya kau – apa yang kau lakukan?”
”Maaf, sungguh, Profesor Black,” kata Hermione, ”tapi ini tindak pencegahan
yang
penting!”
”Buang benda konyol ini! Hilangkan! Kau merusak sebuah mahakarya seni! Di
mana
aku? Apa yang terjadi?
”Tidak penting di mana kau sekarang,” kata Harry, dan Phineas Nigellus
membeku,
melupakan keinginannya untuk melepaskan penutup matanya.
”Mungkinkah ini adalah suara dari Harry Potter lihai itu?”
”Mungkin saja,” kata Harry yang tahu bagaimana menjaga ketertarikan Phineas
Nigellus.
”Kami punya beberapa pertanyaan untukmu – tentang pedang Gryffindor.”
”Ah,” kata Phineas Nigellus, yang mencoba menelengkan kepalanya untuk dapat
melihat
Harry, ”ya, gadis bodoh itu bersikap tidak bijaksana…”
”Jangan komentari adikku!” kata Ron kasar. Phineas Nigellus mengangkat alisnya
dengan congkak.
”Siapa lagi itu?” tanya Phineas Nigellus, terus menelengkan kepalanya. ”Nada
bicaramu
membuatku tidak senang! Gadis itu dan teman-temannya benar-benar gilagilaan.
Mencuri dari kepala sekolah!”
”Mereka tidak mencuri,” kata Harry. ”Pedang itu bukan milik Snape.”
”Pedang itu milik sekolah Profesor Snape,” kata Phineas Nigellus. ”Memang
apa yang
gadis itu inginkan dari pedang itu? Dia telah menerima hukumannya, begitu pula
si idiot Longbottom dan si aneh Lovegood!”
”Neville bukan idiot dan Luna tidak aneh!” kata Hermione.
”Di mana aku?” ulang Phineas Nigellus, mulai bergulat dengan penutup mata itu
lagi.
”Ke mana kalian membawaku? Mengapa kau melepaskanku dari rumah nenek
moyangku?”
”Lupakan itu! Bagaimana Snape menghukum Ginny, Neville, dan Luna?” tanya
Harry
cemas.”Profesor Snape mengirim mereka ke Hutan Terlarang, melakukan
sesuatu bersama si udik, Hagrid.”
”Hagrid bukan udik!” lengking Hermione.
”Dan Snape menganggapnya sebagai hukuman,” kata Harry, ”tapi Ginny, Neville,
dan Luna mungkin menghabiskan waktu dengan tertawa bersama Hagrid. Hutan
Terlarang… mereka bisa saja menghadapi yang jauh lebih buruk!”
Harry merasa lega, karena ia telah membayangkan hal-hal yang mengerikan
seperti Kutukan Cruciatus, paling tidak.
”Yang kami ingin tahu, profesor Black, apakah ada orang lain yang, um,
pernah mengambil pedang itu? Untuk dibersihkan, mungkin?”
Phineas Nigellus berhenti sejenak dari usaha melepas pentup matanya dan
terkikik.
”Dasar kelahiran Muggle,” katanya. ”Alat tempur buatan goblin tidak perlu
dibersihkan, gadis murahan. Perak goblin menolak semua kotoran, dan menyerap
semua yang memperkuatnya.”
”Jangan sebut Hermione murahan!” kata Harry.
”Aku mulai bosan dengan bantahan kalian,” kata Phineas Nigellus. ”Apa ini
mungkin waktuku untuk kembali ke kantor kepala sekolah?”
Dengan mata tertutup, Phineas Nigellus meraba-raba sisi pigura, mencoba
merasakan jalan keluar dan kembali ke Hogwarts. Harry tiba-tiba
mendapatkan inspirasi.
”Dumbledore! Bisakah kau membawa Dumbledore kemari?”
“Maaf?” tanya Phineas Nigellus.
“Potret Profesor Dumbledore – tak bisakah kau membawanya kemari, ke
dalam potretmu?”
Phineas Nigellus menolehkan wajahnya ke arah suara Harry.
”Sepertinya bukan hanya kelahiran Muggle yang bodoh, Potter. Potret di
Hogwarts mungkin saja dapat saling berkunjung tapi mereka tidak dapat
berkunjung keluar kastil kecuali mereka berkunjung ke potret mereka sendiri.
Dumbledore tidak dapat kemari denganku, dan setelah perlakuan kalian, aku
dapat memastikan bahwa aku tidak akan kembali!”
Harry perlahan menundukkan kepalanya, melihat Phineas berusaha untuk
keluar dari piguranya.
”Profesor Black,” kata Hermione, ”tidak bisakah kau mengatakan pada kami,
tolong, kapan terakhir kali pedang itu keluar dari tempatnya? Sebelum Ginny
mengambilnya, maksudku.”
Phineas mendengus tidak sabar.
”Aku percaya bahwa terakhir kali aku melihat pedang Gryffindor keluar dari
tempatnya
adalah saat Profesor Dumbledore menggunakannya untuk membuka sebuah
cincin.”
Hermione menoleh untuk menatap Harry. Tidak ada di antara mereka yang
berani
berbicara apa pun di depan Phineas Nigellus, yang akhirnya menemukan jalan
keluar.
”Baiklah, selamat malam,” kata Phineas Nigellus dan mulai pergi menghilang.
Hanya
ujung dari tepi topinya yang terlihat saat tiba-tiba Harry berteriak.
”Tunggu! Apakah kau pernah mengatakan hal ini pada Snape?”
Kepala Phineas Nigellus kembali ke potret berpenutup mata.
“Profesor Snape punya urusan yang lebih penting daripada memikirkan
keeksentrikan
Albus Dumbledore. Sampai jumpa, Potter!“
Dan akhirnya Phineas Nigellus benar-benar pergi, menghilang, meninggalkan
latar
belakang yang suram.
“Harry!“ kata Hermione.
“Aku tahu!“ teriak Harry. Tidak mampu menguasai dirinya sendiri, Harry
memukul
udara. Ia telah mendapatkan sesuatu lebih dari yang ia harapkan. Ia berjalan
berputarputar dalam tenda, merasa dapat berlari berkilo-kilometer jauhnya, ia
bahkan tidak merasa lapar lagi. Hermione sedang memasukkan pigura Phineas
Nigellus ke dalam tas maniknya, saat ia telah menutupnya, ia meleparkan tas
itu, dan menoleh ke arah Harry.
”Pedang itu bisa menghancurkan Horcrux! Pedang buatan goblin menyerap semua
yang
dapat menambah kekuatannya – Harry, pedang itu telah menyerap racun
Basilisk!”
”Dan Dumbledore tidak memberikannya padaku karena dia masih
membutuhkannya, ia
ingin menggunakannya untuk menghancurkan liontin…”
”… dan dia pasti telah tahu bahwa mereka tidak akan memberikannya padamu
melalui
wasiatnya…”
“… jadi dia membuat tiruannya…”
“… dan menyimpan yang palsu di tempatnya…”
“… dan meninggalkan yang asli… di mana?”
Mereka bertukar pandang, Harry merasa bahwa jawabannya mengapung di atas
mereka,
begitu dekat. Mengapa Dumbledore tidak memberitahu? Atau, ia telah
memberitahu
Harry, tapi Harry tidak menyadarinya saat itu?
“Pikir!“ bisik Hermione. “Pikir! Di mana dia akan menyimpannya?“
“Tidak di Hogwarts,” kata Harry melanjutkan berjalan berputar-putar.
“Di suatu tempat di Hogsmeade?” usul Hermione.
“Gubuk Menjerit?’ kata Harry. ”Tidak ada yang pernah ke sana.”
”Tapi Snape tahu bagaimana cara masuk ke sana, apa tidak terlalu beresiko?”
“Dumbledore mempercayai Snape,” Harry mengingatkan.
“Tidak terlalu percaya hingga dia tidak mengatakan bahwa dia telah menukar
pedang
itu,” kata Hermione.
“Ya, kau benar!” kata Harry, yang merasa lebih gembira karena berpikir bahwa
Dumbledore juga sedikit ragu pada kesetiaan Snape. “Jadi, apa dia akan
menyimpan pedang itu di Hogsmeade? Apa pendapatmu, Ron? Ron?”
Harry melihat sekeliling. Sesaat ia berpikir bahwa Ron telah meninggalkan
tenda, lalu tersadar bahwa Ron sedang berbaring dalam bayangan di ranjang
bawah, terdiam membatu.
”Oh, kau masih ingat aku?” kata Ron.
”Apa?”
Ron mendengus dan terus menatap ke bagian bawah ranjang atas.
”Kalian berdua lanjutkan saja. Jangan biarkan aku mengganggu kalian.”
Kebingungan, Harry melihat Hermione meminta pertolongan, tapi Hermione
menggelengkan kepalanya, sama bingungnya dengan Harry.
”Ada masalah apa?” tanya Harry.
”Masalah? Tidak ada masalah,” kata Ron yang masih menolak untuk melihat
Harry.
”Tidak menurut kalian.”Terdengar beberapa suara tes di kanvas
di atas mereka. Hujan turun. ”Jelas kau sedang ada masalah,”
kata Harry. ”Katakan saja.”
Ron mengayunkan kaki panjangnya turun dari ranjang dan duduk. Ia terlihat
kejam, tidak seperti dirinya sendiri.
”Baik, akan kukatakan. Jangan harap aku akan melompat kesenangan karena
ada barang lain lagi yang harus kita temukan. Tambahkan saja pada daftar halhal yang tidak kau tahu.”
”Yang tidak aku tahu?” ulang Harry. "Yang tidak aku tahu?"
Tes, tes, tes. Hujan turun lebih deras dan berat. Memaksa daun-daun yang
berguguran di sekitar tenda mengalir ke sungai dalam kegelapan. Rasa takut
mengaliri Harry, karena Ron telah mengatakan hal yang ia takutkan.
”Aku tidak merasa aku bisa hidup di sini,” kata Ron, ”kau tahu, dengan tangan
terbebat, tidak ada yang bisa dimakan, dan kedinginan tiap malam. Aku
berharap, setelah berminggu-minggu kita melarikan diri, kita akan
mendapatkan sesuatu.”
”Ron,” kata Hermione dengan suara begitu pelan, sehingga bisa saja Ron
berpura-pura tidak mendengar karena kerasnya suara hujan yang menjatuhi
tenda.
”Aku kira kau tahu apa yang akan kau lakukan,” kata Harry.
”Ya, aku pikir begitu.”
”Jadi, hidup seperti ini tidak seperti harapanmu?” tanya Harry. Amarah
memenuhi dirinya sekarang. ”Kau pikir kita akan tinggal di hotel bintang lima?
Kau pikir kita akan menemukan satu Horcrux setiap harinya? Kau pikir kau akan
kembali pada Mommy saat Natal?”
”Kami pikir kau tahu apa yang akan kau lakukan!” teriak Ron yang sekarang
berdiri. Kata-katanya menusuk Harry seperti pisau panas. ”Kami pikir
Dumbledore telah memberitahumu semua yang harus kau lakukan, kami
pikir kau punya rencana yang sebenarnya!”
”Ron!” kata Hermione kali ini suara jelas terdengar walau di bawah deras hujan
dan suara kilat, tapi sekali lagi, Ron mengacuhkannya.
”Maaf sudah mengecewakan kalian,” kata Harry, suaranya tenang walau ia
merasa hampa. ”Aku sudah berusaha jujur pada kalian sejak awal, aku
sudah katakan semua yang Dumbledore katakan padaku. Dan kalau kau
tidak memerhatikan, kita telah menemukan satu Horcrux…”
”Ya, kita akan menghancurkannya sementara kita sedang mencari Horcrux
yang lain – menghancurkannya di dunia lain, mungkin!”
”Lepaskan liontin itu, Ron!” kata Hermione dalam nada tinggi yang tidak biasa.
”Tolong lepaska liontin itu. Kau tak akan berbicara seperti ini bila kau tidak
memakainya seharian.”
”Tetap saja,” kata Harry, yang sedang tidak ingin menerima alasan apa pun
tentang Ron. ”Kalian pikir aku tidak tahu kalau kalian berdua berbisk-bisik di
belakangku? Kalian pikir aku tidak akan menduga kalian akan membicarakan hal
ini?”
”Harry, kami tidak…”
”Jangan bohong!” potong Ron. ”Kau juga bilang begitu, Hermione. Kau bilang
kau kecewa, kau bilang kau pikir Harry memiliki…”
”Aku tidak berkata seperti itu, Harry!“ teriak Hermione.
Hujan terus mengguyur tenda, air mata mengaliri wajah Hermione, dan
kegembiraan yang muncul beberapa menit yang lalu, hilang begitu saja. Seperti
pertunjukan kembang api yang meriah, lalu selesai, dan hanya menyisakan rasa
gelap, basah, dan dingin. Pedang Gryffindor yang entah disembunyikan di mana,
dan tiga remaja tanggung yang berada di dalam tenda merasa tidak akan
menerima hadiah apa pun selain kematian.
“Jadi mengapa kau masih di sini?“ tanya Harry pada Ron.
”Berani kau menantangku,” kata Ron.
”Pulang sana!” kata Harry.
”Baik, aku akan pulang!” teriak Ron lalu maju beberapa langkah menuju Harry,
yang tidak mengambil langkah mundur. ”Apa kau tidak dengar yang mereka
katakan tentang adikku? Sedikit pun kau tidak cemas. Hanya Hutan Terlarang.
Harry aku-pernahmengalami-yang-lebih-buruk Potter tidak peduli dengan apa
yang terjadi pada adikku. Aku peduli! Di dalam sana ada laba-laba raksasa dan
hal-hal gila lain…”
”Maksudku – dia bersama yang lain, mereka bersama Hagrid…”
”… ya, aku mengerti, kau tidak peduli! Dan bagaimana dengan keluargaku yang
lain, ’keluarga Weasley tidak berharap anak mereka terluka lagi’, kau dengar
itu?”
”Ya, aku…”
”Kau tidak cemas dengan maksud kata-kata itu, kan?”
”Ron!” kata Hermione yang mencoba menengahi, ”aku rasa maksud kata-kata itu
bukan berarti ada sesuatu hal baru yang terjadi. Coba pikir, Ron, Bill yang penuh
dengan luka, dan orang-orang pasti sudah melihat telinga George sekarang,
ditambah lagi kau yang seharusnya sekarat karena spattergoit di ranjangmu,
aku yakin itulah maksud kalimat…”
”Oh, yakin sekali. Baik, aku tidak perlu memikirkannya. Karena kalian berdua pun
tidak khawatir, dengan orang tua kalian aman di luar…””Orang tuaku meninggal!”
teriak Harry.
”Dan kita juga akan mengalami hal yang sama!” teriak Ron.
”Kalau begitu PERGI!” teriak Harry, marah. ”Pulang dan berpura-puralah
kalau kau
sudah sembuh dari spattergoitmu itu, dan Mommy akan menyuapimu, dan…”
Tiba-tiba Ron bergerak, dan Harry bereaksi, tapi sebelum tongkat kedua
pemuda itu
keluar dari kantung mereka, Hermione sudah mengangkat tongkatnya.”Protego!’
teriak Hermione, dan sebuah selubung tak terlihat memisahkan mereka. Harry
dan Hermione di satu sisi, dan Ron di sisi lain. Ketiganya seakan dipaksa mundur
beberapa langkah karena kekuatan mantera itu. Harry dan Ron saling tatap
melalui penghalang transparan itu, seakan mereka bisa melihat lebih jelas
daripada sebelumnya. Harry merasa begitu benci pada Ron, dan tiba-tiba ikatan
persahabatan mereka terputus begitu saja.
”Tinggalkan Horcruxnya!” kata Harry.
Ron menarik rantai kalung dari kepalanya dan melemparkan liontin itu ke kursi
terdekat.
Lalu ia menoleh pada Hermione.
”Apa yang kau lakukan?”
”Apa maksudmu?”
”Apa kau akan tinggal atau apa?”
”Aku…” Hermione terlihat menderita. ”Ya – ya, aku akan tinggal, Ron, kita sudah
bilang
kalau kita akan pergi bersama Harry, kita bilang kalau kita akan membantunya.”
”Aku mengerti. Kau memilih dia.”
”Ron, jangan – kumohon – kembali, kembali!”
Hermione dihalangi oleh Mantra Pelindungnya sendiri. Saat Hermione telah
melepaskannya, Ron telah pergi bersama malam. Harry tetap berdiri dalam
diam,
mendengarkan Hermione terisak dan memanggil nama Ron di antara pepohonan.
Setelah beberapa menit, Hermione kembali. Rambutnya yang basah menutupi
wajahnya.
”Dia p-p-pergi! Ber-Disapparate!”
Hermione duduk di atas kursi, meringkuk, dan mulai menangis.
Harry merasa linglung. Ia mengambil Horcrux itu dan memakainya di leher. Ia
mengambil selimut Ron dan memakaikannya pada Hermione. Lalu ia naik ke
ranjangnya sendiri, berbaring, dan menatap ke kanvas di atasnya, mendengarkan
derasnya hujan.
*pass the parcel (berikan bingkisannya) adalah permainan dalam suatu lingkaran
di mana setiap orang membawa bingkisan, dan saat musik berbunyi mereka
memberikan bingkisan tersebut ke orang yang ada di sebelahnya hingga musik
berhenti dan mereka menerima bingkisan tersebut sebagai hadiah mereka.
Thx to You-Know Hulk yang udah ngasih tau tulisan typo.
Bab 16 Godric’s Hollow
Saat Harry bangun keesokan harinya, ada beberapa saat sebelum ia ingat apa
yang telah terjadi. Lalu ia berharap, layaknya anak kecil, bahwa itu hanyalah
mimpi, bahwa Ron masih ada di sini dan tidak pergi. Tapi saat ia menoleh ke
bawah, yang ia lihat hanyalah ranjang Ron yang kosong. Ia mengalihkan
pandangan matanya ke arah lain. Harry melompat turun dari ranjangnya dan
berusaha untuk tidak melihat ranjang Ron. Hermione, yang sudah sibuk di dapur,
tidak menyapa Harry, malah membuang muka saat Harry melewatinya.
Dia sudah pergi, kata Harry pada dirinya sendiri. Dia sudah pergi. Harry terus
saja memikirkannya selama ia mandi dan berpakaian, dan terus mengulangulangnya seakan ia masih terkejut dengan kejadian semalam. Dia sudah pergi
dan tidak akan kembali lagi. Dan itulah kenyataan yang Harry tahu, karena
dengan adanya sihir perlindungan, tidak mungkin kau bisa kembali, begitu kau
meninggalkannya.
Harry dan Hermione sarapan dalam diam. Mata Hermione bengkak dan merah,
sepertinya ia tidak tidur semalam. Mereka berkemas, Hermione mengulur-ulur
waktu. Harry tahu mengapa Hermione ingin berlama-lama di pinggiran sungai ini.
Beberapa kali Harry melihat Hermione yang sedang mencari-cari saat ia merasa
mendengar suara langkah kaki, tapi tidak ada sosok berambut merah yang
muncul dari pepohonan. Setiap kali Harry meniru Hermione, mencari-cari dan
melihat sekeliling (walau tidak terlalu berharap), yang ia lihat hanyalah hujan
yang menyapu pepohonan. Tiba-tiba Harry merasa marah, dan mendengar Ron
berkata "Kami pikir kau tahu apa yang akan kau lakukan!”, dan Harry
melanjutkan berkemas dengan rasa terpilin di perutnya.
Air di sungai berlumpur di sebelah mereka meninggi dan sebentar lagi pasti
akan menggenangi tempat berkemah mereka. Mereka membuang-buang waktu
dengan tetap berada di sana. Akhirnya, setelah tiga kali memastikan isi tas
manik, Hermione tidak punya alasan lagi untuk berlama-lama. Harry dan
Hermione bergandengan tangan dan ber-Disapparate, muncul di lereng bukit
berangin yang dipenuhi oleh bunga heather.
Saat mereka tiba, Hermione langsung melepaskan tangan Harry dan menjauh
darinya. Hermione duduk di sebuah batu besar, menatap lututnya sendiri, dan
mulai menangis. Harry menatapnya, seharusnya ia datang dan menenangkan
Hermione, tapi ada sesuatu yang mencegah Harry dan membuatnya tetap
terdiam di tempatnya. Tubuhnya dingin dan tegang saat ia mengingat ekspresi
wajah Ron yang merendahkannya. Harry berjalan melangkahi bunga-bunga
heather, berjalan dalam sebuah lingkaran besar dengan Hermione sebagai titik
pusatnya, mengucapkan mantera yang biasa Hermione ucapkan untuk memasang
perlindungan.
Mereka tidak membicarakan Ron dalam beberapa hari ke depan. Harry
memutuskan untuk tidak menyebutkan nama itu lagi, dan Hermione tahu bahwa
tidak ada gunanya untuk membicarakan hal itu. Terkadang di malam-malam saat
Hermione mengira Harry sudah pergi tidur, Harry dapat mendengarnya
menangis. Sementara Harry memeriksa Peta Perompak di bawah cahaya
tongkatnya. Menanti saat muncul satu titik berlabel Ron akan muncul di salah
satu koridor di Hogwarts, yang membuktikan bahwa Ron telah kembali ke kastil
yang nyaman, dan dilindungi oleh status darah murninya. Tapi tetap saja nama
Ron tidak muncul di peta, dan Harry malah terus-terusan mengikuti nama Ginny
yang kini berada di asrama putri. Berharap bahwa tatapannya ke titik itu dapat
memasuki mimpi Ginny, membuatnya tahu bahwa ia sedang memikirkannya,
berharap bahwa Ginny baik-baik saja.
Di siang hari, Harry dan Hermione terus saja menebak-nebak lokasi yang
mungkin menjadi tempat persembunyian pedang Gryffindor. Tapi semakin sering
mereka membicarakan tempat di mana Dumbledore munkin menyembunyikannya,
semakin putus asa mereka. Memaksa otaknya untuk bekerja, Harry tetap tidak
dapat mengingat apakah Dumbledore pernah menyebutkan suatu tempat di mana
ia bisa menyembunyikan sesuatu. Dan ada beberapa saat di mana Harry merasa
begitu marah, entah pada Ron atau Dumbledore. Kami pikir kau tahu apa yang
akan kau lakukan… kami pikir Dumbledore telah memberitahumu semua yang
harus kau lakukan… kami pikir kau punya rencana yang sebenarnya!
Harry tidak bisa berpura-pura lagi. Ron benar, bisa dibilang Dumbledore
tidak meninggalkannya apa pun. Mereka berhasil menemukan satu Horcrux,
tapi tidak bisa menghancurkannya. Sedangkan Horcrux lain entah ada di
mana. Rasa putus asa membawa Harry jatuh ke jurang yang dalam. Sekarang,
Harry merasa goyah saat memikirkan keputusannya untuk menerima tawaran
sahabatnya untuk ikut bersamanya ke dalam perjalanan tanpa tujuan ini. Ia
tidak tahu apa-apa, ia tidak punya ide, dan ia terus-terusan merasa bahwa
Hermione juga akan meninggalkannya.
Mereka menghabiskan hampir tiap malam dalam kesunyian. Hermione
mengeluarkan potret Phineas Nigellus dan menyandarkannya pada kursi,
berpikir dapat mengisi kekosongan yang Ron tinggalkan. Dan tidak sesuai
dengan kata-katanya, Phineas Nigellus tidak dapat menahan diri untuk
datang dan mencari tahu apa yang Harry lakukan, dengan penutup mata,
setiap beberapa hari sekali. Bahkan Harry senang saat Phineas Nigellus
berkunjung, karena ada seorang teman bicara, walau ia congkak dan sering
mengejek. Mereka menerima semua berita terbaru dari Hogwarts, walau
sebenarnya Phineas Nigellus bukan informan yang baik, karena ia memuja
Snape, kepala sekolah Slytherin pertama sejak dirinya. Harry dan Hermione
belajar untuk berhati-hati, tidak mengomentari, dan tidak berkata tidak
sopan terhadap Snape, atau Phineas akan pergi dari potretnya.
Tapi tetap saja Phineas memberikan potongan-potongan berita penting. Snape
sepertinya terus-terusan menerima aksi pemberontakan kecil-kecilan dari para
murid. Ginny bahkan tidak mendapat izin untuk kunjungan ke Hogsmeade. Dan
Snape telah meniru dekrit lama Umbridge, yaitu melarang pertemuan lebih dari
tiga siswa, atau perkumpulan siswa yang tidak resmi.
Dari semua berita ini, Harry menyimpulkan bahwa Ginny, Neville, dan Luna
berusaha sebisa mungkin untuk melanjutkan kegiatan Laskar Dumbledore.
Potongan-potongan berita ini membuat Harry ingin bertemu Ginny hingga
perutnya terasa sakit, tapi hal itu juga membuatnya teringat tentang Ron,
Dumbledore, dan Hogwarts, yang begitu ia rindukan seperti mantan pacarnya.
Saat Phineas Nigellus bercerita tentang tindakan keras yang diambil oleh
Snape, Harry merasakan sebuah kegilaan sesaat tentang bagaimana ia kembali
ke sekolah dan berada di bawah kekuasaan Snape yang tidak stabil, dengan
makanan lezat dan ranjang hangat, sepertinya hal itu adalah hal terbaik di
dunia. Tapi ia ingat bahwa ia adalah Yang Paling Tidak Diinginkan dengan sepuluh
ribu Galleon di atas kepalanya, dan berada di Hogwarts sama berbahayanya
dengan saat ia menoerobos masuk ke Kementrian Sihir. Terkadang Phineas
mencoba bertanya tentang di mana Harry dan Hermione berada, dan Hermione
langsung memasukkan potret itu ke dalam tas maniknya setiap Phineas bertanya.
Lalu Phineas tidak akan berkunjung selama beberapa hari karena merasa
tersinggung dengan perpisahan tidak sopan itu.
Suhu mulai bertambah dingin. Membuat Harry dan Hermione tidak berani
tinggal di satu tempat dalam waktu yang lama. Dan membuat mereka
menghindari bagian selatan Inggris, karena tanah di sana membeku. Mereka
melanjutkan perjalanan mereka berkeliling negeri. Ke lereng gunung, di mana
salju menghujani tenda. Ke daerah rawarawa yang luas, di mana air rawa yang
dingin membanjiri tenda. Dan, ke sebuah pulau kecil di tengah danau di
Skotlandia, di mana tenda mereka terkubur salju.
Mereka dapat melihat pohon Natal yang berkelip-kelip dari jendela di
beberapa rumah, sebelum akhirnya menghabiskan malam di jalan yang sudah
tidak digunakan di suatu kota dan makan enak. Hermione pergi ke supermarket
dengan Jubah Gaib (dan meninggalkan uang di kasir saat ia keluar) dan Harry
berpikir akan lebih mudah mempengaruhinya dalam keadaan perut penuh
dengan spaghetti Bolognaise dan buah pir kalengan. Harry bahkan belajar dari
masa lalu dan membuat mereka untuk beberapa jam tidak memakai Horcrux
yang sekarang berada di ujung ranjangnya.
“Hermione?”
“Hm?” Hermione sedang meringkuk di salah satu kursi malas dengan Dongeng
Beedle si Penyair. Harry tidak tahu apa yang bisa Hermione dapat dari buku itu,
karena buku itu tidak terlalu tebal. Tapi sepertinya Hermione sedang
menguraikan sesuatu, karena Kamus Spellman terbuka di