Selasa, 11 Februari 2025

bobo berkelahi 4



 gsat!” bentak Bogananta marah. “Rupanya kau 

sengaja datang mengacau ke sini! Lekas berlutut atau aku 

akan urus jalan ke akhirat bagimu!” 

bobo  tertawa gelak-gelak. 

“Terhadap titisan dewa kau berani main perintah 

seenaknya! Makan pukulanku ini!” bentak bobo  pura-pura 

marah lalu lancarkan satu pukulan yang sebenarnya hanya 

satu kepura-puraan saja. Dia tiada permusuhan dengan 

semua orang di situ, karenanya dia tak punya niat untuk 

turun tangan jahat! 

Maklum bahwa tenaga dalam lawan hebat luar biasa, 

Bogananta cepat-cepat menghindar sewaktu angin pukulan 

menyambar ke arahnya dan dengan jurus Naga 

Menyelinap Dari Balik Rimba Belantara, Ketua Perguruan 

Merapi ini kembali menyerbu! bobo  tak melihat gerakan 

lawan tahu-tahu tubuhnya sudah berada dekat sekali dan 

tinju kiri kanan sudah berada di depan hidung! 

Hanya sedetik Pendekar 10000 an  terkesiap melihat jurus 

serangan yang tak terduga dari lawan. Sekejap kemudian 

tangan kirinya sudah bergerak dan pecahan kaca rias 

bersudut-sudut runcing melesat ke arah tenggorokan 

Bogananta! 

“Keparat!” maki Bogananta. Dia pergunakan tangan 

kanan memukul kaca itu hingga hancur lebur, sebaliknya 

tinju kiri diteruskannya ke arah muka lawan! Namun 

serangan ini telah berkurang kecepatannya karena 

gerakan yang dibuatnya waktu memukul hancur kaca tadi! 

Dan dengan sendirinya tangan kiri Bogananta menjadi 

makanan yang empuk bagi Pendekar 10000 an . Namun karena 

dia tak punya niat turun tangan jahat maka bobo  cuma tarik 

lengan laki-laki itu, memuntirnya dengan cepat! Begitu 

tubuh Bogananta terputar, bobo  segera menotok pung–

 

 

gungnya. Keluh kesakitan yang hendak keluar dari 

mulutnya Bogananta sirna di tenggorokannya karena 

tubuhnya keburu kaku dilanda totokan Pendekar10000 an ! 

Tercekatlah hati Manik manik . Ilmu silat dan 

kepandaian calon besannya itu dua tingkat lebih tinggi dari 

dia! Berarti adalah mencari konyol kalau dia coba pula 

turun tangan! Tapi agar tidak dicap pengecut, Ketua 

Perguruan Garuda Sakti ini segera lompat ke depan bobo . 

Begitu menyerang dia keluarkan jurus ilmu silatnya yang 

paling hebat yaitu Seribu Garuda Mengamuk! 

Kedua tangan Manik manik  terkembang ke samping 

laksana sayap burung garuda. Sekali tubuh kena terpukul 

pasti hancur remuk! Dari mulutnya keluar suara berkuik-

kuik macam suara garuda sedang di samping memukul, 

kedua tangannya secepat kilat bisa berobah menceng–

keram setiap bagian tubuh lawan! 

Satu jurus Pendekar 10000 an  kena dirangsak ke sudut 

panggung dekat para tamu duduk. Tapi memasuki jurus 

kedua sekali berkelebat terdengarlah keluhan Ketua 

Perguruan Garuda Sakti itu. Tubuhnya terhuyung-huyung ke 

muka. Sepasang kakinya laksana tiada bertulang. Tubuh–

nya tergelimpang di panggung. bobo  telah menotok kedua 

urat kakinya sekaligus sehingga Manik manik  laksana 

lumpuh tak sanggup berdiri! 

bobo  memandang berkeliling dengan tawa berderai. 

Tamu-tamu dilihatnya dicekam oleh rasa kejut dan takut. 

Inilah saatnya untuk melarikan penulis rabies , pikir bobo . Segera 

dia hendak melompat ke tempat sang dara. 

Namun dari panggung sebelah timur melesat sesosok 

tubuh berjubah hitam. Lesatannya sangat ringan luar biasa 

dan tanpa suara tahu-tahu dia sudah di atas panggung 

kayu jati! 

Manusia berjubah hitam ini ternyata seorang perem–

puan separuh baya yang berparas cantik sekali. Namun 

sekali melihat sinar matanya, bobo  segera maklum bahwa 

manusia ini di samping tinggi ilmu silatnya juga mempunyai 

hati jahat! 

 

 

Tiba-tiba jubah hitam menunjuk cepat-cepat ke arah 

bobo  penulis asli ! 

“Manusia yang mengaku titisan dewa, harap datang ke 

hadapanku!” Suara perempuan ini besar parau dan 

menggetarkan liang telinga. bobo  mengagumi kehebatan 

tenaga dalam perempuan ini. Siapakah dia pikir bobo  dan 

tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang yang tak 

boleh dibuat main-main, Pendekar 10000 an  segera melompat 

ke panggung kayu jati! Semua mata kini ditujukan ke 

panggung, pada kedua orang itu! 

“Aku tak suka bikin urusan dengan manusia yang 

sembunyikan tampangnya di balik penyamaran! Lekas 

perlihatkan mukamu yang sebenarnya dan buka jubah biru 

itu!” 

bobo  kaget namun dia tertawa. 

“Kupuji ketajaman matamu! Tapi harap kau suka 

terangkan siapa kau dan apa maksudmu jual lagak di atas 

panggung ini!” 

Tentu saja Si Jubah Hitam marah sekali. Dia tahan 

kemarahannya dan berkata datar, “Ketahuilah, aku datang 

untuk menagih hutang jiwa!” 

“Ohh... kukira kau berdiri di sini hendak membela 

kedua ketua perguruan itu.” 

“Aku tak ada sangkut paut dengan mereka! Aku adalah 

kakak seperguruan Dewi Kala Hijau yang kau bunuh 

beberapa tahun yang lalu!” (Tentang siapa adanya Dewi 

Kala Hijau harap baca serial bobo  penulis asli  yang berjudul 

Neraka Lembah Tengkorak). 

Kaget bobo  penulis asli  bukan alang kepalang! 

Dewi Kala Hijau yang pernah dibunuhnya tempo hari 

ilmunya tinggi luar biasa. Dan kini kakak seperguruannya 

datang menuntut balas! Tentu ilmunya lebih hebat lagi! 

Tapi meskipun demikian mana pemuda ini merasa jerih. 

Malah dia tertawa dan berkata, “Kau datang kurang cocok 

waktunya, perempuan gagah. Sekarang bukan saatnya 

menagih segala macam hutang, apalagi hutang jiwa!” 

Dengan acuh tak acuh bobo  bertindak mendekati 

 

 

penulis rabies , tapi dari samping mojolaban  telah memapasi. Di 

tangannya kiri-kanan kini tergenggam dua bilah pedang 

mustika yang berkilauan ditimpa sinar matahari! Begitu 

memapas begitu anak Ketua Perguruan Merapi ini 

kiblatkan kedua senjatanya. bobo  yang maklum bahwa dua 

batang pedang itu bukan pedang biasa tak mau bertindak 

ceroboh. Anginnya saja sudah memerihkan kulitnya. Dia 

melompat mundur mengelak dan pada saat dia berada 

dekat Bogananta secepat kilat bobo  mencabut pedang yang 

tergantung di pinggang kiri Ketua Perguruan Merapi itu! 

Kini sibuklah mojolaban . Dia terdesak hebat ketika 

salah satu pedangnya dibikin mental. Muka pemuda 

berambut jarang ini pucat lesu sewaktu ujung pedang 

ayahnya yang di tangan bobo  menyambar laksana kilat dan 

merobek besar pakaian di bagian dadanya! Dalam dia 

terkesiap kaget dan kecut itu, bobo  lepaskan pukulan 

tangan kosong. Tak sempat mengelak tahu-tahu Soka–

nanta telah merasakan tubuhnya kaku tegang tak bisa 

bergerak lagi! 

“Sudah cukup aku melihat pertunjukanmu!” kata satu 

suara di samping bobo . “Sekarang kau hadapi Si Jubah 

Hitam.” Sekali mengusap mukanya maka semua orangpun 

gegerlah. Muka yang tadi cantik menawan hati itu kini 

berubah menjadi muka tengkorak yang membuat bulu 

kuduk menggerinding! 

Didahului oleh satu lengkingan dahsyat, Si Jubah Hitam 

pukulkan tangan kanannya ke depan. Gelombang angin 

keras melanda Pendekar 10000 an . bobo  bersuit nyaring dan 

berkelebat dengan cepat tapi dari samping Si Jubah Hitam 

susul dengan pukulan tangan kiri! Pendekar 10000 an  terkurung 

di antara dua angin pukulan sekaligus! 

“Sialan!” maki bobo . Dengan serta merta pendekar ini 

angkat kedua tangannya dan dorongkan ke muka dalam 

jurus pukulan yang bernama Benteng Topan Melanda 

Samudera! Dua pukulan dahsyat yang mengandung tenaga 

dalam hebat luar biasa saling bergulat tindih menindih! 

Semua orang yang menyaksikan adu kekuatan tenaga 

 

 

dalam ini menahan nafas dengan tegang. Jarang sekali 

pertempuran yang begini hebat mereka saksikan! 

Si Jubah Hitam kernyitkan kening tengkoraknya. 

Di kening bobo  sebaliknya kelihatan butiran-butiran 

keringat. 

Braak! 

Lantai kayu jati yang diinjak oleh Pendekar 10000 an  hancur 

roboh! 

“Celaka!” keluh Pendekar 10000 an . Ternyata tenaga dalam 

lawan tidak berada di bawahnya, malah satu dua tingkat 

berada di atasnya! 

Dengan bersuit nyaring bobo  melompat mundur sejauh 

dua tombak lalu jungkir balik sampai tiga kali berturut-turut 

dan jatuhkan diri di lantai dan seterusnya berguling cepat! 

Dengan demikian baru dia berhasil menolak dan melebur 

serangan tenaga dalam Si Jubah Hitam yang sangat 

dahsyat itu! 

“Gila betul!” maki bobo  dalam hati. Kalau dihadapi terus 

manusia bermuka tengkorak ini meski belum tentu dia bisa 

dikalahkan dengan mudah tapi bisa berabe! Maka dengan 

cepat bobo  melompat menyambar tubuh penulis rabies ! 

Tapi celaka, begitu tubuh sang dara berada di atas 

bahu kirinya, enam orang telah mengurungnya. Mereka 

adalah tokoh-tokoh silat yang menjadi tamu dan bersaha–

bat baik dengan kedua Ketua Perguruan yang kini berada 

dalam keadaan ditotok tak berdaya! Dengan demikian 

manusia yang mengeroyok bobo  berjumlah tujuh ditambah 

dengan Si Jubah Hitam! 

Si Jubah Hitam tertawa panjang. 

“Enam manusia tak tahu diri! Kalian mundur semua! 

Nyawa pemuda itu hak milikku!” 

“Perempuan muka tengkorak!” jawab seorang di antara 

yang enam sambil melintangkan senjatanya yaitu sebuah 

ruyung perak. “Urusanmu, urusanmu! Kami juga punya 

kewajiban untuk membunuh manusia yang hendak 

menculik anak gadis sahabat kami!” 

“Di hadapan Iblis Tengkorak kalian berani jual tampang 

 

 

petantang petenteng! Pergilah semua!” 

Si Jubah Hitam yang mengaku bergelar Iblis Tengkorak 

dorongkan kedua tangannya ke muka! Gelombang angin 

yang dahsyat menyambar. Laksana daun-daun kering 

keenam tokoh silat itu terpelanting ke luar panggung! Dua 

orang muntah darah. Empat lainnya melingkar pingsan di 

tanah! 

Sewaktu orang-orang itu bertengkar mulut dan sewaktu 

Iblis Tengkorak menggempur keenam tokoh silat, maka 

kesempatan ini dipergunakan oleh bobo  untuk berlalu 

dengan cepat. Tapi lebih cepat lagi, tahu-tahu Si Jubah 

Hitam Iblis Tengkorak sudah berada di depannya! Dan 

sekaligus lancarkan sejurus serangan ganas! bobo  berkelit 

gesit dan selundupkan satu tendangan ke perut lawan! 

Tapi dengan sigap Iblis Tengkorak hantamkan tangan 

kanannya ke bawah. Karena tenaga dalam lawan lebih 

tinggi, bobo  terpaksa tarik pulang tendangannya dan seba–

gai gantinya kirimkan serangan Kunyuk Melempar Buah. 

“Apakah tak ada ilmu pukulanmu yang lebih berguna?!” 

ejek Iblis Tengkorak. Dan sekali dia kebutkan lengan jubah 

hitamnya maka buyarlah serangan bobo  penulis asli  yang 

berkekuatan dua per tiga tenaga dalamnya itu! 

“Hebat sekali iblis betina ini!” rutuk bobo . Tubuh 

penulis rabies  diturunkannya, kemudian diiringi oleh satu 

bentakan nyaring dia menyerbu ke muka. Tubuhnya hanya 

merupakan bayang-bayang! Dua gelombang angin pukulan 

melanda Iblis Tengkorak, masing-masing pukulan Orang 

Gila Mengebut Lalat dan pukulan Angin Es. 

Angin besar menderu-deru, mengibarkan jubah hitam 

Iblis Tengkorak. Sedang udara mendadak sontak menjadi 

dingin luar biasa. Semua orang menggigil bergemeletukan 

geraham mereka! 

Tapi Iblis Tengkorak ganda tertawa. 

Dua tangan memukul ke muka. Dua larik sinar hitam 

menggebu! bobo  meraung! Tubuhnya mental sampai empat 

tombak, pakaiannya robek hampir di setiap bagian sedang 

dari hidung dan sela bibirnya kelihatan darah ke luar! 

 

 

Tak ayal lagi bobo  segera telan dua butir pil. Matanya 

beringas galak. Dan sewaktu Iblis Tengkorak datang 

mendekat dengan tertawa, Pendekar 10000 an  segera sambut 

dengan pukulan Sinar Matahari. 

“Aha! Pukulan Sinar Matahari!” seru Iblis Tengkorak. 

“Inilah yang kutunggu!” 

Tangan kanannya bergerak membuat lingkaran, kemu–

dian laksana kilat dihantamkan ke muka! Terdengar suara 

laksana guntur! Satu gelombang angin hitam bergerak 

berputar bergulung-gulung lalu menghantam ke muka 

laksana topan prahara! 

Sinar putih perak pukulan Sinar Matahari yang 

dilepaskan Pendekar 10000 an  tiada berdaya dan terbuntal 

dalam gelungan-gelungan angin hitam pukulan lawan 

untuk kemudian melesat kembali menyerang dirinya 

sendiri, sekaligus bersama serangan angin pukulan lawan! 

Itulah pukulan Raja Angin Mengamuk yang telah dilepas–

kan oleh Iblis Tengkorak! 

“Tobat.” keluh Pendekar 10000 an ! Tangan kanannya 

bergerak sebat! Selarik sinar putih yang menyilaukan mata 

berkiblat dan, ... 

Buum! 

Satu letusan yang luar biasa kerasnya terdengar! 

Puncak Gunung Merapi bergetar! 

Suara letusan yang dipantulkan kembali oleh dasar 

kawah tak kalah hebatnya sehingga semua orang di situ 

merasakan dunia laksana mau kiamat! 

Iblis Tengkorak terkejut besar. 

Jantungnya mendenyut sakit sedang kedua lututnya 

agak tertekuk! Ketika dia memandang ke depan dilihatnya 

pemuda itu berdiri dengan tubuh bergetar, muka pucat 

pasi dan sepasang mata merah sedang di tangan kanan–

nya tergenggam sebuah barbel  bermata dua, yang gagang–

nya terbuat dari gading dan berbentuk kepala naga-

nagaan! 

Terkesiaplah Iblis Tengkorak melihat kehebatan senjata 

lawan! barbel  Maut mainan 10000 an  nyatanya bukan senjata 

 

 

kosong belaka! Pukulan Raja Angin Mengamuk yang 

dilepaskan tadi adalah pukulan paling hebat dan ganas 

yang dimilikinya! Selama sepuluh tahun memiliki ilmu 

pukulan itu tak satu lawan gagahpun yang sanggup 

menghadapinya! Tapi kini seorang lawan berusia muda 

sekali dengan barbel  mainan 10000 an  berhasil memusnah–

kan pukulannya itu! 

Kedua mata Pendekar 10000 an  terbuka perlahan. Satu 

seringai maut tersungging di bibirnya. Parasnya yang 

selama ini macam paras anak-anak dan tolol kini berubah 

total menggidikkan! Sinar matanya laksana menembus 

tembok baja! 

“Iblis Tengkorak!” desis bobo  penulis asli . “Kalau hari ini 

aku tak sanggup memisahkan kepala dan badanmu, 

biarlah aku mengundurkan diri dari dunia persilatan 

selama-lamanya!” 

Sebenarnya pemuda ini sudah terluka di dalam. Tapi 

begitu barbel  mainan 10000 an  berada di tangannya satu 

aliran sejuk keluar dari gagang barbel  dan memberi 

kekuatan baru padanya meskipun luka di dalam yang 

dideritanya tidak bisa dikatakan sembuh! 

Perempuan muka tengkorak tertawa dingin. 

“Keluarkan semua ilmu simpananmu. Kalau kau punya 

sepuluh senjata cabut sekaligus agar tidak mati penasa–

ran! Sekali Iblis Tengkorak inginkan nyawa seseorang pasti 

tak bisa lepas. Tak perduli apakah kau punya tiga kepala 

enam tangan!” 

“Manusia sombong! Kalaupun aku mampus di tangan–

mu tapi kejahatan tak akan sanggup menumbangkan 

kebenaran!” 

“Jangan mengigau di siang bolong! Hari ini gelar 

Pendekar barbel  Maut Geni 10000 an  akan kuhapus dari dunia 

persilatan!” 

Iblis Tengkorak menggembor macam kerbau marah. 

Tubuhnya lenyap dan tahu-tahu dua belas serangan telah 

menyerbu bobo  penulis asli ! 

Yang diserang tak tinggal diam. Begitu barbel  Naga 

 

 

Geni 10000 an  berkiblat maka suara menderu laksana suara 

ribuan tawon merangsang telinga! Sedang dari mulut sang 

pendekar melengking suara siutan nyaring yang tak 

menentu dan menusuk gendang-gendang telinga! 

Kejut Iblis Tengkorak bukan alang kepalang. 

Putaran angin barbel  tak sanggup diterobos oleh 

pukulan-pukulan yang dilancarkannya. Sebaliknya angin 

barbel  itu memerihkan mata serta kulitnya. Dan ditambah 

pula oleh suara mengaung serta siulan yang tiada henti-

hentinya menusuk liang telinganya, membuat gerakan-

gerakannya kacau balau! 

Dengan penasaran dan kalap, dalam jarak sedekat itu 

Iblis Tengkorak lepaskan pukulan Raja Angin Mengamuk. 

Tapi cepat-cepat dia tarik pulang tangan kanannya karena 

jurus putaran barbel  yang bernama Pecut Sakti Menabas 

Tugu yang dilancarkan oleh Pendekar 10000 an  hampir saja 

membuat tangan kanannya terbabat putus! 

Semua orang yang menyaksikan tak dapat lagi melihat 

wujud tubuh kedua manusia yang bertempur itu. Menyak–

sikan lama-lama mata mereka menjadi sakit dan kepala 

masing-masing menjadi pusing! 

Telah dua kali Iblis Tengkorak tukar ilmu silatnya 

namun tetap saja dia kena didesak! Tubuhnya telah mandi 

keringat dingin. Tiba-tiba dengan licik manusia muka 

tengkorak ini menyelundup ke belakang tubuh Pendekar 

10000 an  dan dari belakang ini lancarkan satu serangan maut 

yang ganas! 

Tapi bobo  sudah lebih dahulu rasakan datangnya angin 

serangan yang dingin di punggungnya. Dengan lancarkan 

jurus Di Balik Gunung Memukul Halilintar bobo  balikkan 

badan! 

Iblis Tengkorak tak mengira lawannya akan mengetahui 

posisinya dan bisa menyerang secepat itu. Dengan gugup 

dia mengelak. bobo  susul dengan jurus Membuka Jendela 

Memanah Rembulan yang tak asing lagi. Tangan kirinya 

membabat ke pinggang lawan. Jubah hitam masih bisa 

berkelit tapi serangan yang lebih ganas tak dapat dihin–

 

 

darkannya yaitu serangan barbel  yang laksana anak panah 

melesat menyambar ke arah batang lehernya! 

Craas! 

Darah memancur. 

Tubuh Iblis Tengkorak roboh ke lantai panggung. Kepa–

lanya menggelinding mengerikan! 

Semua orang menjadi gempar! 

Dan ketika mereka memandang lagi ke atas panggung, 

bobo  penulis asli  sudah tak ada. Bahkan kemudian mereka 

menyadari bahwa penulis rabies  pun tak ada lagi di hadapan 

podium! Untuk kedua kalinya semua orang menjadi 

gempar! 

 

 

bobo  penulis asli  

RAHASIA LUKISAN TELANJANG 13

 

 

 

NIKAH Goanya?” tanya bobo  seraya melompat turun dari 

punggung kuda. Dalam perjalanan melarikan diri 

bersama penulis rabies  mereka berhasil mendapatkan dua 

ekor kuda hitam milik anak-anak murid Perguruan Garuda 

Sakti. 

penulis rabies  anggukkan kepala lalu turun pula dari 

kudanya. 

Sebuah batu yang sangat besar menyumpal mulut goa. 

bobo  penulis asli  kerahkan tenaga dalam. sesudah  bekerja 

keras beberapa lamanya baru batu besar itu bisa dising–

kirkan. Didahului oleh penulis rabies  keduanya masuk ke 

dalam.Ternyata goa itu cuma delapan tombak dalamnya. 

“Kanda Panuluh!” 

Tiba-tiba mengumandang pekik penulis rabies . Dara ini lak–

sana diburu sctan lari ke depan dan meraung keras. 

Menangis sambil tiada hentinya menyebut nama tadi! 

bobo  penulis asli  berdiri termangu. 

Seorang pemuda yang berada dalam keadaan menye–

dihkan tersandar ke dinding goa. Tangan dan kakinya 

diikat dengan rantai besi yang dipakukan ke dinding kuat 

sekali. Dia hanya mengenakan sehelai cawat. Sekujur 

tubuhnya penuh oleh guratan-guratan merah yang dalam 

bekas cambukan. Mukanya babak belur. Bibir pecah, pipi 

lecet, sedang kedua mata bengkak menggembung. Pada 

bawah mata dan hidung kelihatan noda-noda darah yang 

telah membeku! Dan penulis rabies  menangis memeluki tubuh 

pemuda itu. 

bobo  menggigit bibir. Dia maklum kalau pemuda itu 

sudah tiada bernafas lagi. Tiba-tiba bobo  berteriak, 

I

 

 

“Jangan!” Dan secepat kilat melompat ke muka 

menangkap tubuh penulis rabies . “Bunuh diri tak ada gunanya!” 

seru bobo . 

Menyadari bahwa pemuda kekasihnya telah mati maka 

tadi penulis rabies  hendak benturkan kepalanya ke dinding goa. 

Untung bobo  masih sempat menghalanginya. 

“Tenanglah penulis rabies ,” bisik bobo  coba menghibur. 

“Tidak! Lepaskan aku bobo ! Lepaskan!” teriak sang dara 

keras dan meronta-ronta laksana orang gila! 

“Jangan mengambil jalan sesat!” 

“Tak perlu aku hidup lebih lama! Orang yang kukasihi 

telah tiada!” Lengking penulis rabies . “Lepaskan! Biar aku bunuh 

diri bobo ! Lepaskan!” 

Karena penulis rabies  adalah seorang gadis yang mendapat 

didikan ilmu silat dari ayahnya maka dengan susah payah 

baru bobo  berhasil menotok tubuhnya hingga dia lemas dan 

disandarkan ke dinding. Suara tangisnya menyayat hati. 

bobo  melepaskan dengan paksa rantai-rantai yang 

mengikat tangan serta kaki Panuluh lalu membaringkan 

pemuda itu di lantai goa. penulis rabies  tutupkan kedua 

matanya, tak tahan melihat keadaan kekasihnya itu. 

“Apakah ayahmu yang melakukan kekejaman ini?” 

tanya bobo . 

“mojolaban ! Dia dan orang-orangnyalah yang 

melakukan!” 

“Bangsat itu akan dapat ganjaran dariku kelak!” desis 

bobo  penulis asli . Dia memandang ke luar goa. “Masih ada 

waktu untuk menguburkan jenazahnya petang ini sebelum 

senja datang. Apakah kau bisa menahan hati? Kalau tidak, 

aku tak bisa melepaskan totokanmu...” 

penulis rabies  tak menjawab. Suara tangisnya memenuhi 

seluruh goa. bobo  penulis asli  memanggul mayat Panuluh dan 

membawanya ke luar goa. Satu jam kemudian ketika dia 

masuk, penulis rabies  masih juga menangis meskipun kedua 

matanya yang seperti bintang timur itu kini telah menjadi 

bengkak. bobo  duduk bersandar di hadapannya, tak 

berkata apa-apa. Kalau sudah letih tentu dia akan hentikan 

 

 

sendiri tangisnya, pikir bobo . 

Senja telah turun dan malampun tiba. Di luar angin 

malam yang dingin merambas masuk ke dalam goa. bobo  

merasakan perutnya yang sudah lapar menjadi tambah 

perih oleh hembusan angin dingin itu. 

Bila tangis penulis rabies  sudah mereda maka bobo  berkata, 

“Aku akan cari makanan buat kita. Kau manik ah di sini! 

Berteriak keras-keras kalau ada apa-apa!” 

Kemudian bobo  berdiri dan melangkah. Belum lagi dia 

mencapai mulut goa mendadak di luar sana, dalam 

kegelapan malam didengarnya suara semak belukar 

bergesekan dan suara langkah-langkah kaki yang banyak 

sekali. Sesaat kemudian kelihatanlah beberapa sosok 

manusia bergerak ke arah goa. bobo  yang maklum akan 

datangnya bahaya segera menyongsong ke luar goa. Jika 

terjadi pertempuran satu lawan banyak di dalam goa dia 

bisa kepepet! 

Yang datang berjumlah lima belas orang. Orang 

pertama dikenali bobo  adalah bukan lain dari mojolaban , 

kemudian Bogananta, menyusul Manik manik . Yang lain-

lainnya adalah anak-anak murid Perguruan Merapi dan 

Perguruan Garuda Sakti. Semuanya mencekal pedang! 

Ketika bobo  penulis asli  memandang ke ujung kanan, samar-

samar di kegelapan malam dilihatnya orang yang keenam 

belas! Orang ini tak dikenal dan tak dilihat sebelumnya 

waktu di puncak Gunung Merapi. Tubuhnya gemuk luar 

biasa seperli bola api, lucunya celana panjang dan bajunya 

sangat kecil sekali, hampir-hampir tak dapat menutupi 

tubuhnya yang macam kerbau buntak itu. Manusia 

berkepala botak ini memegang seuntai tasbih di tangan 

kirinya dan mulutnya senantiasa komat-kamit tak bisa 

diam! 

Tiba-tiba Manik manik  melangkah besar-besar ke 

hadapan bobo  dan membentak nyaring, “Mana anakku?!” 

bobo  sunggingkan senyum sinis lalu menunjuk pada 

kuburan baru yang tanahnya masih merah. 

“Tanyakanlah pada makam baru itu!” 

 

 

Terkejutlah Manik manik  serta yang lain-lainnya. 

“Bangsat rendah! Anakku kau bunuh?!” Manik manik  

menggeram dan sepuluh kuku-kuku tangannya menyambar 

ke muka tapi dielakkan dengan gesit oleh bobo . 

“Mari kita satai beramai-ramai jahanam ini!” teriak 

Bogananta seraya kiblatkan pedang dan kirimkan satu 

tusukan ke leher bobo . mojolaban  dan dua belas orang 

lainnya segera menyerbu! Empat belas batang pedang 

berserabutan dan sepuluh jari berkuku panjang mencakar 

dengan ganas! Satu-satunya orang yang tak ikut 

menyerang ialah si gemuk pendek yang memegang tasbih. 

Dia memperhatikan saja sambil mulutnya terus berkomat-

kamit! 

“Tahan!” teriak bobo  sambil melompat mundur ke pintu 

goa. 

Tapi yang menyerangnya terus memburu! 

“Sialan! Kalau kalian tak mau hentikan serangan ini 

jangan menyesal!” 

Bogananta dan yang lain-lainnya tak ambil perduli. 

bobo  cabut barbel  Maut mainan 10000 an  dari 

pinggangnya. 

Wuut! 

Sinar putih menyilaukan menderu, suara laksana ribuan 

tawon menggerung dan empat anak buah Perguruan 

Merapi menjerit roboh mandi darah. Yang lain-lainnya 

tersurut mundur sampai lima langkah! Mereka menjadi 

kecut dan bimbang untuk menyerbu kembali! 

“Manik manik !” kata bobo  dengan suara keras 

sehingga semua orang mendengar. “Anakmu masih hidup. 

Tapi kehancuran hati yang dideritanya membuat nasibnya 

lebih buruk daripada seseorang yang telah mendahu–

luinya!” 

“Kalau masih hidup di mana dia sekarang?” tanya 

mojolaban  lantang. 

“Durjana cacingan tak usah buka mulut! Aku tidak 

bicara pada kau!” tukas bobo . 

Kelamlah paras mojolaban  ditelan kemarahan! 

 

 

“Lalu ini kuburan siapa?!” tanya Manik manik . 

“Jangan pura-pura tidak tahu, Manik manik ! Masa kau 

lupa pada seorang pemuda bernama Panuluh, yang 

ditawan dan disiksa setengah mati oleh durjana cacingan 

itu lalu disekap di goa ini sampai akhirnya menemui 

kematian dalam cara yang mengerikan?!” 

Kagetlah Manik manik . Dia berpaling pada mojolaban . 

Tapi saat itu mojolaban  sudah membentak bobo  

kembali, “Lekas katakan di mana calon istriku!” 

bobo  tertawa gelak-gelak. 

“Kekasihnya kau tawan, kau siksa sampai mati! Apakah 

kau masih punya muka untuk mengawini gadis itu?!” 

Rahang mojolaban  kelihatan terkatup rapat-rapat. 

Manik manik  masih memandang pada mojolaban , 

lalu bertanya, “Calon menantuku, apakah yang diucapkan 

bedebah ini betul?!” 

mojolaban  tertawa. “Namanya saja manusia bedebah. 

Masa bicaranya bisa dianggap betul? sesudah  dia 

melarikan penulis rabies  di depan hidung kita apakah bangsat ini 

masih bisa dipercaya?! Dia hendak mengelabuhi kita dan 

mengadu domba kita satu sama lain!” 

bobo  menggerendeng. “Keparat, dosamu sudah lewat 

takaran! Lekas kau dan kambrat-kambratmu angkat kaki 

dari sini! Kalau tidak kau bakal menjadi manusia pertama 

yang bakal kubelah kepalanya sesudah empat krocomu 

itu!” 

“Bangsat rendah! Jangan kira kali ini kau bisa lolos dari 

liang kubur yang telah kau gali sendiri!” mojolaban  

palingkan kepala ke arah laki-laki gemuk yang memegang 

tasbih. “Tasbih Kumala, kau tunggu apalagi?!” 

Manusia gemuk pendek kepala botak menyeringai. 

Mulutnya dalam menyeringai itu masih terus juga ber–

komat-kamit! Sekali dia bergerak, tubuhnya sudah berada 

di samping mojolaban . 

“Inikah tampang manusianya yang kau minta aku untuk 

membereskannya, Soka?” tanya Tasbih Kumala dengan 

mata menyelidik dari atas ke bawah. mojolaban  

 

 

mengangguk. 

Tasbih Kumala tertawa gelak-gelak. Hebat sekali suara 

tertawanya, laksana merobek langit di malam hari itu! 

Tasbih Kumala melirik pada senjata yang di tangan bobo  

lalu membentak, “Pemuda bau pupuk! Betul kau orangnya 

yang bergelar Pendekar barbel  Maut mainan 10000 an ?!” 

“Sobat,” sahut bobo , “melihat kepada gelarmu pastilah 

kau seorang tokoh silat yang ternama. Aku hormati kau. 

Tapi harap jangan ikut campur urusan orang! Karena kau 

tak kuundang untuk datang ke sini, sebaiknya segera 

angkat kaki!” 

“Bapak moyangmu!” bentak Tasbih Kumala, dia 

melangkah ke muka. 

“Tunggu dulu!” seru Manik manik . “Sebelum kita 

mengeremus budak keparat ini, aku harus tahu dulu 

beberapa hal!” 

“Ah, kau hanya menambah panjang umurnya beberapa 

detik saja, Manik manik !” kata Bogananta. 

“mojolaban , betul kau yang menangkap dan menyiksa 

Panuluh, lalu menyekapnya sampai mati di dalam goa 

ini?!” 

mojolaban  jadi beringasan! “Kenapa antara kita musti 

berprasangka yang bukan-bukan?!” 

bobo  menengahi, “Manik manik , kau juga ikut ber–

tanggung jawab atas kematian Panuluh! Kau yang 

memaksa anak gadismu untuk kawin dengan jahanam 

cacingan ini! Kau gila nama besar! Kau pengecut kelas 

satu yang mau menjual anak sendiri karena ditekan oleh 

Ketua Perguruan Merapi...” 

“Tutup mulutmu!” teriak Manik manik  marah. 

Tiba-tiba mojolaban  berteriak beri komando. Maka 

Bogananta, Tasbih Kumala dan anak-anak murid Perguru–

an Merapi segera menyerbu. Manik manik  tetap berdiri 

dengan bimbang. Dua orang anak buahnya karena melihat 

Ketua mereka berdiam diri, tidak berani masuk ke dalam 

pertempuran! 

Mendadak dari dalam goa terdengar seruan perem–

 

 

puan, “bobo ! bobo ! Kaukah yang bertempur itu? bobo ...!” 

Mengenali bahwa itu adalah suara anaknya yang 

ternyata masih hidup, legalah hati Manik manik  dan 

pikiran jernih menyeruak di dalam kepalanya kini. Tiba-tiba 

dia melompat ke muka dan berteriak, “mojolaban  

bajingan! Kaulah yang jadi biang racun! Kau harus 

mampus di tanganku!” 

Sepuluh kuku-kuku jari dengan ganas menyambar 

mojolaban ! Karena tak diduga akan diserang sehebat itu 

dan secara tiba-tiba oleh calon mertuanya sendiri maka 

mojolaban  yang mengeroyok bobo  penulis asli  tak punya 

kesempatan untuk mengelak! 

 

 

bobo  penulis asli  

RAHASIA LUKISAN TELANJANG 14

 

 

 

EKEJAP lagi sepuluh kuku jari Manik manik  akan 

mengeremus hancur muka mojolaban , tiba-tiba, 

Wuut! Sebuah pedang menyambar dahsyat ke arah 

kedua lengan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu! 

“Manik manik  manusia ular kepala dua! Akulah 

lawanmu!” 

Ketika berpaling ke kanan ternyata yang menyam–

pokkan pedang tadi adalah Bogananta! Mendidihlah darah 

di kepala Manik manik ! 

“Bogananta keparat! Kau sama saja dengan anakmu!” 

Maka kedua orang itupun bertempurlah satu lawan 

satu dengan hebatnya. Tapi di samping tenaga dalamnya 

lebih rendah dan lawan bersenjatakan pedang pula maka 

lima jurus kemudian Manik manik -pun kena didesak! 

Di lain pihak bobo  yang dikeroyok oleh mojolaban  dan 

Tasbih Kumala serta tujuh orang lainnya berkelebat cepat, 

bertahan dengan hebat dan sekali-sekali lancarkan 

serangan balasan yang ganas! Meski dia telah merobohkan 

dua orang anak murid Perguruan Merapi, namun keada–

annya tak bisa dikatakan di atas angin. mojolaban  dan 

yang lain-lainnya bukan apa-apa. Tasbih Kumala-lah yang 

tak bisa dianggap remeh! Setiap senjatanya berkelebat, 

satu gelombang angin yang laksana gunung beratnya 

menerpa Pendekar 10000 an ! Dapat dibayangkan bagaimana 

jadinya kalau tubuh seseorang kena dilanda oleh tasbih 

sakti itu! 

Dua jeritan terdengar. Dua anak murid Manik manik  

yang ikut mengeroyok Bogananta mandi darah dilanda 

pedang. 



 

Pada jurus keenam tadi dalam pertempuran satu lawan 

satu, Manik manik  telah didesak hebat oleh Bogananta. 

Kedua anak buahnya turun membantu dalam jurus 

kesembilan mereka kena dihantam Bogananta. Dan kini 

dalam jurus kesepuluh kembali Manik manik  didesak 

hebat! 

Pada saat bobo  penulis asli  berhasil merobohkan lagi dua 

orang pengeroyoknya, maka pada saat itu pula terdengar 

jeritan Manik manik ! 

Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua 

tangan memegangi dada yang robek besar dibabat ujung 

pedang. Darah membanjir. Pada saat tubuhnya melingkar 

di tanah, detik itu pula nyawanya lepas! 

“Jahanam!” teriak Pendekar 10000 an . Dari mulutnya 

terdengar suara bentakan menggeledek. Tubuhnya mele–

sat enam tombak ke samping. barbel  mainan 10000 an  

berkiblat memancarkan sinar putih dan menebar suara 

bergaung. 

“Ayah, awas!” teriak mojolaban . 

Bogananta memang sudah melihat datangnya 

sambaran senjata lawan. Dengan cepat dia angsurkan 

pedang mustikanya ke depan untuk menangkis! 

Trang! 

Terdengar suara senjata beradu. Pedang di tangan 

Bogananta patah dan mental. Di kejap itu pula terdengar 

lolongannya macam kerbau disembelih! Batang lehernya 

hampir putus terbabat mata barbel , tubuhnya roboh ke 

tanah! 

Wuut! 

Satu sambaran angin mendera ke arah punggung 

Pendekar 10000 an . bobo  melompat ke muka dan balikkan 

badan, sekaligus kiblatkan barbel . Yang menyerangnya 

ternyata Tasbih Kumala! 

“Manusia-manusia keparat!” kertak bobo . “Satu nyawa 

Manik manik  harus dibayar dengan nyawa kalian semua!” 

Dari mulut Pendekar 10000 an  kemudian terdengarlah 

kumandang suara siulan yang menggidikkan bulu roma! 

 

 

Jurus-jurus silatnya dengan serta merta berubah total. Tiga 

pekikan terdengar, menyusul kemudian dua pekikan lagi! 

Lima korban terhampar di tanah! 

Kecutlah nyali Tasbih Kumala dan lebih-lebih 

mojolaban . Hanya mereka berdua kini yang masih hidup! 

Dan itupun tak lama. Dua jurus di muka si gemuk pendek 

Tasbih Kumala keluarkan seruan kesakitan. Lengan 

kanannya yang memegang tasbih terbabat buntung. 

Buntungan bersama tasbih mencelat ke udara! barbel  

mainan 10000 an  berbalik dan, cras! Terpisahlah kepala dan 

badan Tasbih Kumala! 

Lumerlah nyali mojolaban ! 

Tanpa tunggu lebih lama pemuda ini balikkan tubuh 

dan ambil langkah seribu! 

“Jahanam cacingan! Kau mau minggat ke mana?! 

Tempatmu toh di neraka!” 

bobo  gerakkan tangan kirinya. Siap untuk lepaskan 

pukulan Sinar Matahari. Tapi dibatalkannya. Sebagai 

gantinya dia lepaskan satu totokan jarak jauh yang ampuh! 

Tak ampun lagi tubuh mojolaban  yang lari kencang itu 

mendadak sontak menjadi kaku tegang! 

penulis rabies  meratap memeluki mayat ayahnya. bobo  telah 

melepaskan totokan gadis itu. Kegelapan malam, angin 

dingin yang mencucuki tulang-tulang sungsum, tebaran 

mayat di mana-mana serta suara tangis penulis rabies  merupa–

kan hal-hal yang tidak enak bagi bobo  penulis asli . 

sesudah  menunggu beberapa lamanya bobo  kemudian 

berkata, “Tak ada gunanya tangis itu, penulis rabies . Tak ada 

gunanya membuang-buang air mata lebih banyak! Kejadian 

begini sudah ditakdirkan menjadi nasibmu oleh Yang 

Kuasa. Masuklah ke dalam goa...” 

Gadis itu sadar. Perlahan-lahan dia berdiri dan menyeka 

kedua matanya. Setindak dia hendak melangkah ke mulut 

goa, pandangannya membentur mojolaban  yang tegak 

kaku akibat totokan bobo . Maka menggemuruhlah amarah 

penulis rabies . Dengan segera dia mencabut sebilah keris yang 

tersisip di pinggang ayahnya dan berlari ke arah mojolaban  

 

 

seraya berteriak, “Bangsat! Kaulah yang jadi biang racun 

segala-galanya!” 

“penulis rabies !” seru mojolaban  dengan keras tapi gemetar. 

“Ampunilah selembar nyawaku ini.” 

“Ini ampun untukmu!” teriak penulis rabies  garang dan keris 

bereluk tujuh di tangan kanannya dihunjamkannya keras-

keras ke dada pemuda itu. 

Sekejap lagi ujung keris akan menembus dada 

mojolaban , sebuah tangan yang kuat mencekal lengan 

penulis rabies ! 

“Lepaskan tanganku!” teriak si gadis kalap. 

Karena penulis rabies  seorang yang mempelajari ilmu silat 

serta memiliki tenaga dalam yang cukup ampuh agak 

sukar juga bagi bobo  menahan gadis itu. 

“Dengar penulis rabies ! Kematian dengan tusukan keris 

seperti ini terlalu enak baginya!” kata bobo . “Bangsat ini 

musti diberi ganjaran yang setimpal...!” 

Gelora amarah penulis rabies  menyurut. Dua bola matanya 

memandang besar-besar ke arah bobo . Dan dia kemudian 

maklum apa yang dikatakan bobo  adalah benar. Dilempar–

kannya keris di tangan kanan. Lalu dijambaknya rambut 

mojolaban  dan diseretnya ke dalam goa. Dengan rantai-

rantai besi yang dulu pernah mengikat Panuluh, penulis rabies  

membelenggu kedua tangan dan kaki mojolaban . 

“penulis rabies , kau mau bikin apa...?!” tanya mojolaban . 

Keringat dingin membasahi sekujur badannya. 

Gadis itu tak menjawab. Dia lari ke luar goa. Sewaktu 

masuk lagi di tangannya ada seutas akar gantung 

sepanjang satu setengah tombak. penulis rabies  putar-putarkan 

akar gantung itu di atas kepalanya. 

“penulis rabies ...” 

Suara seruan mojolaban  putus dilanda bunyi akar 

gantung yang mendera dadanya. Pakaiannya yang bagus 

robek, kulit dadanya tergurat lecet dan berdarah! Puluhan 

kali di dalam goa itu terdengar suara cambukan-cambukan 

yang dahsyat! mojolaban  telah lama pingsan. Parasnya 

hancur tak dapat dikenali lagi dan bergelimang darah. 

 

 

Pakaiannya robek-robek, sekujur kulit badannya pecah-

pecah bermandi keringat dan darah! 

Bila matahari mulai naik di pagi keesokannya, maka di 

depan mulut goa itu kelihatan sebuah kuburan baru lagi. 

Kuburan Manik manik  yang berdampingan dengan 

kuburan Panuluh. Di bagian kepala kedua kuburan itu 

diletakkan dua buah batu besar dan pada batu itu dengan 

dua ujung jari-jari tangannya bobo  telah menggurat nama 

kedua orang itu. 

“Kau akan kembali ke kota?” tanya bobo  penulis asli  yang 

berdiri di samping penulis rabies  dan tengah memandangi dua 

kuburan bertanah merah itu. 

Si gadis gelengkan kepalanya. 

“Memang tak ada gunanya ke Paritsala. Lebih baik 

terus langsung pulang ke kota kediamanmu...” 

“Tidak, aku tak akan kembali pulang.” 

bobo  kernyitkan kening. “Lalu...?” 

“Aku akan tinggal di sini. Akan bertapa di goa...” 

bobo  hendak tertawa tapi tak jadi. Dia berkata, “Ibumu 

akan susah bila kau tak kembali...” 

“sesudah  ayah meninggal, aku cuma sebatang kara di 

dunia ini...” 

“Jadi ibumu juga sudah meninggal?” 

penulis rabies  mengangguk. 

“Kau tak punya kerabat atau saudara?” 

“Tidak...” 

“Tapi hendak bertapa dalam umur semudamu ini betul-

betul belum masanya, penulis rabies . Kau menyia-nyiakan masa 

mudamu dan juga masa depanmu!” 

“Masa muda dan masa depanku tak ada lagi sejak 

orang yang kucintai masuk di bawah tumpukan tanah 

merah itu...” sahut penulis rabies  dan butir-butir air mata ber–

jatuhan melewati kelopak kedua matanya. 

bobo  penulis asli  menghela nafas. Sungguh sayang dara 

secantik ini memutuskan untuk jadi pertapa. Tapi bagai–

mana dia bisa melarang? Diam-diam diperhatikannya 

paras penulis rabies  dari samping dan ketika gadis itu memutar 

kepala ke arahnya, pandangan mereka saling beradu untuk 

beberapa lamanya. 

“Dunianya Panuluh berakhir sampai di tempat ini, 

bobo ,” bisik penulis rabies . “Aku akan tinggal di sini sampai 

akhirnya nanti pada suatu ketika duniaku pun akan 

berakhir pula di sini, di hadapan kuburnya...” 

bobo  penulis asli  merasa terharu sekali. Betapa agungnya 

nilai-nilai cinta sejati, pikir pemuda ini. 

“Di samping bertapa, aku akan memperdalam ilmu silat 

yang pernah diwariskan ayah...” 

“Itu sudah semestinya...” kata bobo  perlahan. Hatinya 

tetap menyayangkan keputusan gadis itu untuk tinggal di 

goa itu dan bertapa sekalipun sambil memperdalam ilmu 

silatnya. 

“Dunia ini penuh dengan orang-orang jahat. Setiap 

kejahatan kadangkala dibarengi dengan ilmu yang tinggi-

tinggi. Aku khawatir tinggal di sini kau bakal menemui 

nasib buruk...” 

penulis rabies  menatap paras pemuda itu sebentar lalu 

tundukkan kepalanya dan untuk beberapa lamanya 

suasana diliputi kesunyian. 

“Aku akan mencuci tangan di anak sungai tak jauh dari 

sini. Sebentar aku kembali...” kata bobo . 

 

 


 

ETIKA berjalan kembali ke goa sehabis member–

sihkan tangan dan beberapa bagian tubuhnya bobo  

tersentak kaget. Telinganya yang tajam mendengar 

suara ribut-ribut seperti suara orang berkelahi yang 

diselingi suara tertawa gelak-gelak! Tanpa membuang 

waktu dia berlari cepat. Begitu sampai di depan goa, 

terkejutlah murid Eyang Sinto Gendeng ini! 

Dilihatnya penulis rabies  tengah bertempur melawan seorang 

laki-laki berjubah kuning yang tangannya cuma satu. Sebe–

narnya tak bisa dikatakan pertempuran. Lebih tepat kalau 

dikatakan bahwa Si Jubah Kuning bertangan buntung itu 

tengah mempermain-mainkan penulis rabies  serta kurang ajar 

dan sambil tertawa-tawa. Setiap kali dia bergerak tangan 

kanannya meraba ke bagian-bagian tubuh penulis rabies  yang 

terlarang hingga gadis ini mengamuk penuh amarah. Tapi 

semua serangannya luput! 

Tak jauh dari tempat terjadinya perkelahian tegak 

berdiri orang kedua, juga berjubah kuning dan cuma punya 

satu mata alias picak! Dia menyaksikan perkelahian itu 

dengan gelak tawa gembira. 

“Ayo penulis koplak ! Robek saja pakaiannyal Biar mataku 

yang cuma satu ini bisa lihat kebagusan tubuhnya! Ah...! 

Sudah lama mataku tak melihat tubuh telanjang! Ha... ha... 

ha!” 

Di samping si k.h mualafudin ini, tersandar ke sebatang 

pohon, kelihatan sebuah lukisan perempuan telanjang. 

Lukisan itu sudah agak kotor dan kayu pigura bagian 

bawahnya ada bekas sambungan! Seperti kawannya, 

diapun memelihara berewok. Kalau tadi bobo  sudah 

K

 

 

demikian terkejutnya melihat pertempuran antara penulis rabies  

dan si tangan buntung maka melihat lukisan telanjang itu 

puluhan kali dia lebih terkejut! 

Tak bisa tidak kedua manusia berjubah kuning ini 

adalah Sepasang rsi betaritunggangtrini yang telah membunuh Si 

Pelukis Aneh dan mencuri lukisan perempuan telanjang itu! 

Ditambah dengan menyaksikan apa yang diperbuat si 

tangan buntung terhadap penulis rabies  maka menggemuruhlah 

amarah bobo  penulis asli . 

“Iblis-iblis kesasar! Dicari-cari tidak ketemu! Sekarang 

tahu-tahu kalian muncul di depan hidungku!” Serentak 

dengan itu bobo  penulis asli  segera melompat ke hadapan si 

tangan buntung! 

Kedua manusia berjubah kuning itu memang bukan lain 

dari Sepasang rsi betaritunggangtrini adanya. Bagaimana mereka 

bisa sampai ke tempat itu? 

Seperti telah diceritakan sebelumnya, mereka diam di 

sebuah goa yang terletak di lembah berbatu-batu. Karena 

sebegitu jauh mereka belum juga bisa membongkar 

rahasia yang tersembunyi di dalam lukisan perempuan 

telanjang maka keduanya akhirnya memutuskan untuk 

pergi ke kampung tempat kediaman calon murid syeikh slawi 

Aneh yaitu Wira Prakarsa. Mereka menduga anak itu pasti 

mengetahui rahasia tersebut dan kemudian memaksanya 

untuk memberi keterangan! Di samping itu, diam lama-

lama di lembah batu sudah terasa tidak aman bagi 

Sepasang Elmaut Kuning. Anak-anak murid Perguruan 

desa kebun durian dan Si Katai Bisu telah mengetahui tempat 

persembunyian mereka tersebut. Meski orang-orang itu 

telah berhasil mereka kirim ke akhirat namun bukan tak 

mustahil banyak lagi tokoh-tokoh silat akan mendatangi 

mereka untuk menuntut balas ataupun mencuri lukisan 

yang ada di tangan mereka. Maka keduanyapun berang–

katlah meninggalkan lembah batu. Dalam perjalanan 

mereka melewati tempat di mana penulis rabies  berada dan 

yang saat itu tengah berdiri di depan makam Panuluh dan 

ayahnya. Melihat gadis cantik di tengah daerah liar begitu 

 

 

rupa, tentu saja Sepasang rsi betaritunggangtrini jadi tertarik. 

Nafsu bejat merangsang keduanya dan rsi betaritunggangtrini 

penulis  penulis koplak  ‘turun tangan’ lebih dulu hingga akhirnya 

terjadilah pertempuran! 

Sepasang rsi betaritunggangtrini bukan kepalang terkejut 

mereka sewaktu mendengar bentak memaki bobo  penulis asli . 

Lebih-lebih penulis  penulis koplak  yang saat itu tengah 

menjamahi tubuh penulis rabies  sambil tertawa mengekeh! Dia 

dengan cepat menyurut mundur sewaktu merasa satu 

angin mendorongnya dengan hebat hingga kalau saja dia 

tidak lekas-lekas kerahkan tenaga dalamnya pastilah akan 

dibuat mencelat mental! 

“Pemuda gondrong hina dina!” bentak penulis  

penulis koplak . “Siapa kau?!” 

“Kau dan kambratmu yang bermata satu itu pastilah 

Sepasang Elmaut Kuning!” 

“Hem... matamu cukup tajam untuk mengenali kami. 

Lekas terangkan siapa kau dan apakah mau mencari 

mampus sengaja membuat kericuhan di sini?!” 

bobo  tertawa mengejek. “Mataku bukan cuma cukup 

tajam mengenali tampang-tampang kalian, tapi juga 

mengetahui bahwa kalianlah bangsat-bangsatnya yang 

telah membunuh syeikh slawi Aneh lalu melarikan lukisan 

perempuan telanjang itu! Dan kini kau yang berpenulis  

penulis koplak  bertangan buntung berani bikin kurang ajar 

terhadap kawanku!” 

“Ho... ho, jadi kau adalah kawannya si cantik ini?! Kalau 

begitu biar kau kubikin mampus lebih dulu agar kami 

berdua tak banyak rintangan untuk menikmati tubuhnya 

nanti!” 

rsi betaritunggangtrini penulis  penulis koplak  tutup ucapannya 

dengan serangan tangan kanan yang hebat dan ber–

kekuatan sepertiga tenaga dalamnya. Satu kali pukul dia 

berharap akan dapat membuat pemuda itu menemui 

ajalnya, sekurang-kurangnya luka parah dan cacat seumur 

hidup! 

Tapi bukan main kejut penulis  penulis koplak  ketika melihat 

 

 

bagaimana pemuda itu bukan saja berhasil 

mengelakkannya tapi juga ganti membalas dengan satu 

serangan yang ganas! 

rsi betaritunggangtrini penulis  penulis koplak  melompat ke 

samping. Tangan kanannya kirimkan jotosan angin keras 

sedang kaki kanan serentak dengan itu menendang ke 

pinggang. Inilah jurus yang dinamakan Dua Palu Sakti 

Melanda Mega. Angin serangannya saja hebatnya bukan 

olah-olah! 

Pendekar 10000 an  bobo  penulis asli  melompat satu setengah 

tombak ke udara. Tendangan maut lawan lewat, sebaliknya 

dengan tangan kirinya bobo  sengaja memapasi lengan 

lawan. rsi betaritunggangtrini penulis  penulis koplak  kertakkan rahang! 

Seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke tangan kanan! 

Sebagai seorang tokoh silat yang ditakuti di delapan 

penjuru angin, penulis  penulis koplak  merasa bahwa tenaga 

dalamnya jauh lebih tinggi dari lawan. Dia sengaja 

mengambil keputusan untuk bentrokan lengan dengan 

lengan dan memastikan lengan lawannya akan patah! Di 

lain pihak memang bentrokan inilah yang dikehendaki bobo  

penulis asli ! 

Sekejap kemudian lengan kedua orang yang bertempur 

itupun beradu! 

bobo  penulis asli  mengerenyit. Lengannya tergetar sakit. 

Kulitnya keriputan dengan serta merta. Sebaliknya dari 

mulut rsi betaritunggangtrini penulis  penulis koplak  terdengar suara 

pekik setinggi langit. 

Dia melompat dua tombak ke belakang. Lengannya 

yang beradu kelihatan terkulai bergoyang-goyang! Ternyata 

tulang lengannya telah patah! Untung daging lengan itu 

hanya sebagian saja yang hancur, kalau tidak pasti di saat 

itu juga lengan kanan penulis  penulis koplak  akan putus dua! 

Namun demikian keadaan penulis  penulis koplak  adalah parah 

sekali! Tak mungkin baginya untuk meneruskan pertem–

puran! Bahkan mungkin lengannya itu tak bisa diper–

gunakan lagi untuk selama-lamanya! Dengan menggigit 

bibir menahan rasa sakit, penulis  penulis koplak  totok beberapa 

 

 

urat di pangkal bahunya. Rasa sakitpun hilang. 

Melihat kambratnya dibikin demikian rupa marahlah 

rsi betaritunggangtrini Mata Picak! Berewoknya meranggas kaku 

karena luapan amarah itu! Di samping marah dia juga 

terkejut karena tidak menyangka bahwa pemuda 

bertampang tolol itu berkepandaian sedemikian tingginya! 

Dengan langkah-langkah besar k.h mualafudin maju ke 

hadapan Pendekar 10000 an  bobo  penulis asli ! 

“Budak anjing hina dina!” bentaknya, “Aku tak begitu 

senang membunuh manusia yang aku tidak tahu siapa 

adanya! Lekas terangkan namamu!” 

bobo  tertawa bergelak dan bertolak pinggang. “Bicara–

mu keren sekali, Mata Picak,” sahut bobo . Dia melirik pada 

rsi betaritunggangtrini penulis  penulis koplak  yang duduk menjelepok 

di tanah sambil berusaha mengobati lengannya yang 

patah. “Namaku kau tak perlu tahu. Tapi apakah kau kenal 

dengan tiga buah angka ini?!” Habis berkata begitu bobo  

pukulkan telapak tangan kanannya ke arah dada Mata 

Picak. Selarik angin menyambar panas! 

“Kurang ajar!” maki k.h mualafudin seraya menyingkir ke 

samping. Dia terkejut ketika mendengar suara jeritan di 

belakangnya. Sewaktu berpaling dilihatnya penulis  Sum–

plung yang menjelepok di tanah terjerongkang ke 

belakang, menggeletak di tanah tanpa bergerak lagi! Dan 

di keningnya yang saat itu menjadi hitam jelas kelihatan 

tiga buah angka putih 10000 an ! 

Tergetarlah hati rsi betaritunggangtrini Mata Picak! Sejak 

hampir satu tahun belakangan ini dia telah mendengar 

tentang munculnya seorang pendekar yang berjuluk Pen–

dekar barbel  Maut mainan 10000 an ! Belasan tokoh silat 

golongan hitam menemui ajal di tangannya! Bahkan 

banyak pula partai-partai silat yang hancur diobrak-abrik 

Pendekar 10000 an ! Pendekar itu sudah merupakan momok 

paling ditakuti oleh tokoh-tokoh silat golongan hitam. Dan 

kini tiada dinyana dia sendiri berhadap-hadapan dengan 

Pendekar 10000 an  itu! Lebih tidak dinyana lagi ialah bahwa 

Pendekar 10000 an  itu adalah seorang pemuda belia ber–

 

 

tampang tolol! Dan telah merampas jiwa kawannya, di 

depan mata kepalanya sendiri! 

k.h mualafudin yang berotak cerdik dan tahu bahwa 

pemuda itu bukan lawan enteng serta mengkhawatirkan 

pula akan lukisan perempuan telanjang, sambil tertawa 

dan berbatuk-batuk berkata, “Ah... ah... dengan seorang 

gagah! Nama besarmu sudah sejak lama kudengar, 

Pendekar 10000 an !” Lalu dengan rangkapkan tangan di muka 

dada dia meneruskan, “Sebenarnya antara kita tak ada 

permusuhan, tak ada silang sengketa bahkan di hari ini 

baru bertemu muka. Gerangan apakah yang membuatmu 

sampai demikian tega merampas nyawa sahabatku?!” 

bobo  tertawa gelak-gelak. 

“Kalau tak ada hujan masakan ada geledek!” kata bobo . 

“Kambratmu itu telah berani berlaku kurang ajar terhadap 

sahabatku...” 

“Hem...,” k.h mualafudin menggumam dan tarik nafas 

panjang. “Sahabatku itu memang ceriwis dan tak boleh 

lihat perempuan cantik! Tapi kurasa dia sudah menebus 

kekurangajarannya itu dengan nyawanya sendiri? Sekarang 

antara kita tak ada apa-apa lagi. Aku akan pergi dan di lain 

hari kuharap bisa bertemu dengan kau lagi!” 

“Mana bisa kau pergi seenaknya!” 

Terkejutlah k.h mualafudin mendengar ucapan bobo . “Kau 

telah membunuh syeikh slawi Aneh dan mencuri lukisan yang 

tersandar di pohon itu! Untuk itu kau patut menerima 

hukuman!” 

Paras k.h mualafudin berubah membesi. 

“Agaknya kau punya sangkut paut dan hubungan 

tertentu dengan syeikh slawi Aneh...” 

“Ada hubungan atau tidak, kau tak usah ambil perduli. 

Yang penting kau musti serahkan lukisan itu kepadaku! 

Sedang sebagai hukuman karena telah membunuh Si 

Pelukis Aneh, kau harus cungkil biji matamu yang tinggal 

satu itu!” 

rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin tertawa terbahak-bahak. 

“Aku sudah relakan kematian sobatku. Sekarang kau minta 

 

 

barang yang bukan milikmu. Menyuruh aku mencungkil 

mataku sendiri! Sungguh keterlaluan! Nama besarmu 

terpaksa kulenyapkan dari muka bumi hari ini juga!” 

Begitu selesai bicara k.h mualafudin menggembor dan 

menerjang ke muka. Dalam sekejap saja kedua orang ini 

sudah terlibat dalam satu pertempuran dahsyat. Gerakan 

k.h mualafudin hebat sekali, tubuhnya lenyap. Hanya bayangan 

sinar kuning jubahnya saja yang kelihatan menelikung 

mengurung tubuh Pendekar 10000 an ! 

Di lain pihak begitu diserang lawan bobo  segera maklum 

bahwa k.h mualafudin ilmu silat dan kesaktiannya lebih tinggi 

dari penulis  penulis koplak . Karenanya dengan berhati-hati bobo  

melayani lawannya ini. Dalam tempo yang singkat sepuluh 

jurus sudah berlalu! 

rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin membentak nyaring dan 

tukar permainan silatnya dengan jurus-jurus yang disebut 

Elmaut Menggila. Untuk lima jurus lamanya bobo  penulis asli  

bertahan mati-matian. Lima jurus kemudian Pendekar 10000 an  

mulai terdesak! Sambil keluarkan suara bersiul bobo  per–

cepat gerakannya tapi dia terkejut ketika di sekelilingnya 

terdengar suara, wutt... wutt... wutt... wutt! Selarik sinar 

hijau melingkarinya dan mengeluarkan angin dingin yang 

menyembilu sekujur tubuh Pendekar 10000 an ! 

bobo  tak tahu senjata apa yang di tangan lawan, karena 

gerakan yang dibuat k.h mualafudin sangat cepat luar biasa! 

Dalam pada itu detik demi detik kekuatan tubuhnya sema–

kin mengendur sedang setiap serangannya senantiasa 

terbendung oleh lingkaran sinar hijau! 

Breet! 

bobo  merasa dadanya laksana dipalu! Dia melompat 

mundur. Parasnya berubah. Pakaian putih di bagian dada–

nya robek besar. Belum sempat dia berbuat sesuatu apa, 

tiba-tiba k.h mualafudin sudah menyerangnya lagi. Meski 

sekilas tapi bobo  berhasil melihat senjata-senjata di tangan 

lawannya. Senjata itu ternyata adalah sebuah kebutan 

yang terbuat dari bulu-bulu halus berwarna hijau! 

Wuuut! 

 

 

Kebutan itu menderu lagi dengan hebatnya. 

Dua tiga kali bobo  lepaskan pukulan yang mengandung 

tenaga dalam hebat tapi senjata sakti di tangan lawan 

benar-benar mematikan dan membuyarkan pukulan-puku–

lan tangguhnya itu. bobo  mulai memaki-maki dalam hati. 

Suara siulan mengumandang aneh dari sela bibirnya! 

Tangan kanan menyelinap datar kian kemari. Tiba-tiba jari-

jari tangan itu telah berubah menjadi putih dan kuku-

kukunya laksana kilauan perak mendidih! 

“k.h mualafudin ayo tangkis pukulan Sinar Matahari-ku ini!” 

teriak bobo  penulis asli . 

Mendengar nama pukulan itu, rsi betaritunggangtrini Mata 

Picak lipat gandakan tenaga dalamnya dan mendahului 

menyerang. Tapi di saat itu pula bobo  sudah turunkan 

tangan kanannya! 

Wuss! 

k.h mualafudin terpekik! 

Kebutan di tangannya mental dan hancur bertaburan 

sedang tangan kanannya hangus hitam laksana terbakar! 

Buru-buru manusia ini alirkan tenaga dalamnya ke tangan 

yang terluka, telan sebutir pil dan atur jalan darah! Untuk 

menolak racun pukulan dia kemudian menotok urat besar 

di bahunya! 

Diam-diam bobo  memuji kehebatan daya tahan manusia 

ini. Seseorang yang tersambar pukulan Sinar Matahari 

biasanya tak ada ampun lagi, pasti akan menggeletak mati! 

“Anjing hina dina! Bersiaplah untuk mampus!” teriak 

k.h mualafudin  Mulutnya berkomat-kamit, kedua tangan 

diangkat ke atas dan memancarkan sinar kekuning-

kuningan. Melihat ini bobo  segera cabut barbel  Maut Naga 

Geni 10000 an . 

Lalu rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin pukulkan kedua 

tangannya ke muka. Terdengar suara menderu laksana 

topan prahara. Dua gelombang sinar kuning melesat. 

Puluhan Paku Emas Beracun bertaburan menyambar ke 

arah tubuh Pendekar 10000 an  bobo  penulis asli ! 

barbel  mainan 10000 an  berkiblat membuat gerakan 

 

 

setengah lingkaran! Sinar putih menyilaukan menggebu ke 

muka memapasi dua gelombang sinar kuning yang 

melesatkan puluhan paku-paku emas beracun. Laksana 

daun kering dihembus angin puting beliung demikianlah 

bermentalannya senjata rahasia sakti rsi betaritunggangtrini Mata 

Picak itu! 

k.h mualafudin tersirat kaget. Mukanya pucat laksana 

mayat! Selama sepuluh tahun ini tak satu kekuatan 

lawanpun yang sanggup menumbangkan pukulan Paku 

Emas Beracunnya itu demikian hebatnya! Apalagi serangan 

itu tadi dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya! 

Melihat ini dan memaklumi bahwa naga-naganya dia 

akan mencari penyakit jika meneruskan pertempuran 

maka tak ayal lagi k.h mualafudin segera melompat mundur, 

menyambar lukisan perempuan telanjang dan larikan diri 

dengan cepat! 

“Hai! Jalan ke neraka bukan ke situ Mata Picak!” seru 

bobo  penulis asli . Dia mengejar dengan sebat. Enam langkah 

di belakang lawan bobo  buat gerakan Burung Walet 

Menembus Awan. Tubuhnya melesat di udara dan ketika 

turun tahu-tahu sudah menghadang larinya Mata Picak! 

“Keparat! Mampuslah!” hardik k.h mualafudin dan 

lepaskan pukulan Paku Emas Beracun dengan tangan 

kirinya! 

Tapi sekali ini dia terlambat! Belum lagi paku-paku itu 

berlesatan, barbel  mainan 10000 an  sudah membabat dan, 

cras! Putuslah lengan kiri Mata Picak! Manusia ini meraung 

kesakitan. Tubuhnya terasa panas. Dari buntungan 

tangannya mengalir hawa aneh yang menggidikkan bulu 

kuduknya. Pasti racun barbel  mainan 10000 an  telah mulai 

menggerayangi tubuhnya! Dengan kalap k.h mualafudin 

hantamkan lukisan perempuan telanjang ke kepala bobo  

penulis asli . 

bobo  menangkis. 

Braak! 

Kayu lukisan itu hancur berantakan. Bagian bawah dari 

lukisan robek sepanjang setengah jengkal! 

 

 

k.h mualafudin makin penasaran dan kirimkan satu 

tendangan kilat ke bawah perut lawan! barbel  mainan 

menderu turun. 

Untuk kedua kalinya terdengar suara cras! 

Untuk kedua kalinya pula terdengar raungan Mata 

Picak. Betisnya telah terbabat putus. Tak ampun lagi 

tubuhnya tergelimpang ke tanah. Beberapa saat lamanya 

dia menggelepar-gelepar macam ikan meregang nyawa. 

Kemudian tubuhnya tak bergerak lagi tanda rohnya 

melayang sudah! 

bobo  penulis asli  usap-usap lengannya yang dihantam 

pigura lukisan. Lengan itu lecet dan bengkak, tapi tidak 

mengkhawatirkan. Diambilnya lukisan yang terhampar di 

tanah dan kembali ke depan goa. 

penulis rabies  tak kelihatan di situ. Tentu di dalam goa, pikir 

bobo . Dia masuk ke dalam. Tapi sang dara juga tak 

kelihatan. Diperhatikannya mojolaban  yang terbelenggu di 

dinding. Sekujur tubuhnya bergelimang darah. Mukanya 

hancur. Ketika didekati dan diperhatikan oleh bobo , 

ternyata manusia itu sudah tak bernafas lagi! Pembalasan 

yang setimpal telah didapatnya! 

bobo  keluar dari goa dan berseru memanggil penulis rabies . 

Tak ada jawaban. Dia memandang kian kemari. Pada saat 

itulah dilihatnya sederet tulisan di atas tanah. bobo  terkejut 

dan membacanya: “penulis rabies  berjodoh untuk jadi muridku, 

pengganti Anggini. Sampai jumpa, nyi pandanajeng ” 

Membaca tulisan di atas tanah itu, legalah hati bobo  

penulis asli . Dia bersyukur nyi pandanajeng melakukan hal itu. 

Bukan saja penulis rabies  kelak bakal mendapat pelajaran ilmu 

silat dan ilmu kesaktian yang tinggi, tapi yang lebih penting 

bagi bobo  ialah bahwa gadis itu tak jadi meneruskan 

niatnya untuk hidup sebagai pertapa! 

bobo  mendongak ke langit. Matahari telah tinggi, hampir 

mencapai titik kulminasinya. bobo  kemudian memper–

hatikan lukisan di tangan kirinya. Kayu piguranya telah 

hancur bagian bawah. bobo  berpikir, apakah perlu dia 

memperbaiki kayu pigura yang hancur itu dan menjahit 

 

 

bagian lukisan yang robek, kemudian baru membawanya 

ke tempat kediaman Wira Prakarsa, calon murid syeikh slawi 

Aneh itu? Dia menimbang-nimbang. Lukisan itu selama dua 

bulan belakangan ini telah diperebutkan oleh belasan 

tokoh silat dan beberapa buah partai serta perguruan. 

Membawanya secara terang-terangan pastilah akan 

mencari kesulitan karena lukisan diincar oleh hampir 

semua tokoh-tokoh silat, terutama mereka dari golongan 

hitam! Pendekar 10000 an  garuk-garuk kepala. 

Akhirnya bobo  penulis asli  mendapat akal. Dibukanya 

keempat sisi kayu pigura lukisan itu satu demi satu. 

Dengan menggulung lukisan itu dan menyimpannya di balik 

pakaian pasti akan aman dalam perjalanan. Ketika kayu 

pigura sudah dilepaskan, ketika bobo  hendak menggulung 

lukisan itu, jari-jari tangannya merasakan kain lukisan itu 

bergeser-geser. Diperhatikannya dengan teliti. Ternyata di 

bawah kain lukisan perempuan telanjang itu, terdapat lagi 

sebuah kain lain yang putih bersih. Tentunya ini sebagai 

alas saja pikir bobo . Tapi tak sengaja tiba-tiba kain putih di 

bagian bawah itu menjulai ke bawah dan tersingkap. 

Terkesiaplah bobo  penulis asli  sewaktu melihat bagian 

pada kain yang disangkanya cuma sebagai alas itu ternyata 

terdapat tulisan-tulisan banyak sekali dan juga gambar-

gambar orang bermain silat! Dan ketika diteliti ternyata 

semua tulisan dan gambar-gambar itu adalah sebuah ilmu 

silat aneh yang mengandung jurus-jurus luar biasa 

hebatnya! 

bobo  geleng-gelengkan kepala. Rupanya inilah rahasia 

besar yang disembunyikan syeikh slawi Aneh dalam lukisan 

perempuan telanjang itu. Pantas saja syeikh slawi Aneh tak 

mau menjualnya tempo hari pada Adipati Pamekasan 

meskipun sudah ditawar duaratus ringgit. Sungguh cerdik 

sekali orang tua itu menyembunyikan ilmu silat yang 

hendak diwariskannya pada calon muridnya! bobo  meneliti 

lagi pelajaran silat yang tertulis di kain putih itu. syeikh slawi 

Aneh menamakan ilmu silatnya itu Ilmu Silat Selusin Jurus 

Aneh. Sesuai dengan namanya, maka seluruh pelajaran 

 

 

berjumlah dua belas jurus tapi bisa dipecah-pecah sampai 

puluhan anak jurus! bobo  harus mengakui kehebatan ilmu 

silat yang ditulis oleh syeikh slawi Aneh itu. Tak dapat tidak, 

siapa yang mempelajarinya pasti akan menjadi seorang 

tokoh besar yang dikagumi dalam dunia persilatan! 

Sebagai seorang pendekar berhati polos jujur, bobo  tak 

mau mencuri mempelajari ilmu silat itu. Perlahan-lahan 

digulungnya kedua kain itu sekaligus. Sesaat kemudian 

diapun sudah berlalu dari situ. 

TAMAT