gsat!” bentak Bogananta marah. “Rupanya kau
sengaja datang mengacau ke sini! Lekas berlutut atau aku
akan urus jalan ke akhirat bagimu!”
bobo tertawa gelak-gelak.
“Terhadap titisan dewa kau berani main perintah
seenaknya! Makan pukulanku ini!” bentak bobo pura-pura
marah lalu lancarkan satu pukulan yang sebenarnya hanya
satu kepura-puraan saja. Dia tiada permusuhan dengan
semua orang di situ, karenanya dia tak punya niat untuk
turun tangan jahat!
Maklum bahwa tenaga dalam lawan hebat luar biasa,
Bogananta cepat-cepat menghindar sewaktu angin pukulan
menyambar ke arahnya dan dengan jurus Naga
Menyelinap Dari Balik Rimba Belantara, Ketua Perguruan
Merapi ini kembali menyerbu! bobo tak melihat gerakan
lawan tahu-tahu tubuhnya sudah berada dekat sekali dan
tinju kiri kanan sudah berada di depan hidung!
Hanya sedetik Pendekar 10000 an terkesiap melihat jurus
serangan yang tak terduga dari lawan. Sekejap kemudian
tangan kirinya sudah bergerak dan pecahan kaca rias
bersudut-sudut runcing melesat ke arah tenggorokan
Bogananta!
“Keparat!” maki Bogananta. Dia pergunakan tangan
kanan memukul kaca itu hingga hancur lebur, sebaliknya
tinju kiri diteruskannya ke arah muka lawan! Namun
serangan ini telah berkurang kecepatannya karena
gerakan yang dibuatnya waktu memukul hancur kaca tadi!
Dan dengan sendirinya tangan kiri Bogananta menjadi
makanan yang empuk bagi Pendekar 10000 an . Namun karena
dia tak punya niat turun tangan jahat maka bobo cuma tarik
lengan laki-laki itu, memuntirnya dengan cepat! Begitu
tubuh Bogananta terputar, bobo segera menotok pung–
gungnya. Keluh kesakitan yang hendak keluar dari
mulutnya Bogananta sirna di tenggorokannya karena
tubuhnya keburu kaku dilanda totokan Pendekar10000 an !
Tercekatlah hati Manik manik . Ilmu silat dan
kepandaian calon besannya itu dua tingkat lebih tinggi dari
dia! Berarti adalah mencari konyol kalau dia coba pula
turun tangan! Tapi agar tidak dicap pengecut, Ketua
Perguruan Garuda Sakti ini segera lompat ke depan bobo .
Begitu menyerang dia keluarkan jurus ilmu silatnya yang
paling hebat yaitu Seribu Garuda Mengamuk!
Kedua tangan Manik manik terkembang ke samping
laksana sayap burung garuda. Sekali tubuh kena terpukul
pasti hancur remuk! Dari mulutnya keluar suara berkuik-
kuik macam suara garuda sedang di samping memukul,
kedua tangannya secepat kilat bisa berobah menceng–
keram setiap bagian tubuh lawan!
Satu jurus Pendekar 10000 an kena dirangsak ke sudut
panggung dekat para tamu duduk. Tapi memasuki jurus
kedua sekali berkelebat terdengarlah keluhan Ketua
Perguruan Garuda Sakti itu. Tubuhnya terhuyung-huyung ke
muka. Sepasang kakinya laksana tiada bertulang. Tubuh–
nya tergelimpang di panggung. bobo telah menotok kedua
urat kakinya sekaligus sehingga Manik manik laksana
lumpuh tak sanggup berdiri!
bobo memandang berkeliling dengan tawa berderai.
Tamu-tamu dilihatnya dicekam oleh rasa kejut dan takut.
Inilah saatnya untuk melarikan penulis rabies , pikir bobo . Segera
dia hendak melompat ke tempat sang dara.
Namun dari panggung sebelah timur melesat sesosok
tubuh berjubah hitam. Lesatannya sangat ringan luar biasa
dan tanpa suara tahu-tahu dia sudah di atas panggung
kayu jati!
Manusia berjubah hitam ini ternyata seorang perem–
puan separuh baya yang berparas cantik sekali. Namun
sekali melihat sinar matanya, bobo segera maklum bahwa
manusia ini di samping tinggi ilmu silatnya juga mempunyai
hati jahat!
Tiba-tiba jubah hitam menunjuk cepat-cepat ke arah
bobo penulis asli !
“Manusia yang mengaku titisan dewa, harap datang ke
hadapanku!” Suara perempuan ini besar parau dan
menggetarkan liang telinga. bobo mengagumi kehebatan
tenaga dalam perempuan ini. Siapakah dia pikir bobo dan
tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang yang tak
boleh dibuat main-main, Pendekar 10000 an segera melompat
ke panggung kayu jati! Semua mata kini ditujukan ke
panggung, pada kedua orang itu!
“Aku tak suka bikin urusan dengan manusia yang
sembunyikan tampangnya di balik penyamaran! Lekas
perlihatkan mukamu yang sebenarnya dan buka jubah biru
itu!”
bobo kaget namun dia tertawa.
“Kupuji ketajaman matamu! Tapi harap kau suka
terangkan siapa kau dan apa maksudmu jual lagak di atas
panggung ini!”
Tentu saja Si Jubah Hitam marah sekali. Dia tahan
kemarahannya dan berkata datar, “Ketahuilah, aku datang
untuk menagih hutang jiwa!”
“Ohh... kukira kau berdiri di sini hendak membela
kedua ketua perguruan itu.”
“Aku tak ada sangkut paut dengan mereka! Aku adalah
kakak seperguruan Dewi Kala Hijau yang kau bunuh
beberapa tahun yang lalu!” (Tentang siapa adanya Dewi
Kala Hijau harap baca serial bobo penulis asli yang berjudul
Neraka Lembah Tengkorak).
Kaget bobo penulis asli bukan alang kepalang!
Dewi Kala Hijau yang pernah dibunuhnya tempo hari
ilmunya tinggi luar biasa. Dan kini kakak seperguruannya
datang menuntut balas! Tentu ilmunya lebih hebat lagi!
Tapi meskipun demikian mana pemuda ini merasa jerih.
Malah dia tertawa dan berkata, “Kau datang kurang cocok
waktunya, perempuan gagah. Sekarang bukan saatnya
menagih segala macam hutang, apalagi hutang jiwa!”
Dengan acuh tak acuh bobo bertindak mendekati
penulis rabies , tapi dari samping mojolaban telah memapasi. Di
tangannya kiri-kanan kini tergenggam dua bilah pedang
mustika yang berkilauan ditimpa sinar matahari! Begitu
memapas begitu anak Ketua Perguruan Merapi ini
kiblatkan kedua senjatanya. bobo yang maklum bahwa dua
batang pedang itu bukan pedang biasa tak mau bertindak
ceroboh. Anginnya saja sudah memerihkan kulitnya. Dia
melompat mundur mengelak dan pada saat dia berada
dekat Bogananta secepat kilat bobo mencabut pedang yang
tergantung di pinggang kiri Ketua Perguruan Merapi itu!
Kini sibuklah mojolaban . Dia terdesak hebat ketika
salah satu pedangnya dibikin mental. Muka pemuda
berambut jarang ini pucat lesu sewaktu ujung pedang
ayahnya yang di tangan bobo menyambar laksana kilat dan
merobek besar pakaian di bagian dadanya! Dalam dia
terkesiap kaget dan kecut itu, bobo lepaskan pukulan
tangan kosong. Tak sempat mengelak tahu-tahu Soka–
nanta telah merasakan tubuhnya kaku tegang tak bisa
bergerak lagi!
“Sudah cukup aku melihat pertunjukanmu!” kata satu
suara di samping bobo . “Sekarang kau hadapi Si Jubah
Hitam.” Sekali mengusap mukanya maka semua orangpun
gegerlah. Muka yang tadi cantik menawan hati itu kini
berubah menjadi muka tengkorak yang membuat bulu
kuduk menggerinding!
Didahului oleh satu lengkingan dahsyat, Si Jubah Hitam
pukulkan tangan kanannya ke depan. Gelombang angin
keras melanda Pendekar 10000 an . bobo bersuit nyaring dan
berkelebat dengan cepat tapi dari samping Si Jubah Hitam
susul dengan pukulan tangan kiri! Pendekar 10000 an terkurung
di antara dua angin pukulan sekaligus!
“Sialan!” maki bobo . Dengan serta merta pendekar ini
angkat kedua tangannya dan dorongkan ke muka dalam
jurus pukulan yang bernama Benteng Topan Melanda
Samudera! Dua pukulan dahsyat yang mengandung tenaga
dalam hebat luar biasa saling bergulat tindih menindih!
Semua orang yang menyaksikan adu kekuatan tenaga
dalam ini menahan nafas dengan tegang. Jarang sekali
pertempuran yang begini hebat mereka saksikan!
Si Jubah Hitam kernyitkan kening tengkoraknya.
Di kening bobo sebaliknya kelihatan butiran-butiran
keringat.
Braak!
Lantai kayu jati yang diinjak oleh Pendekar 10000 an hancur
roboh!
“Celaka!” keluh Pendekar 10000 an . Ternyata tenaga dalam
lawan tidak berada di bawahnya, malah satu dua tingkat
berada di atasnya!
Dengan bersuit nyaring bobo melompat mundur sejauh
dua tombak lalu jungkir balik sampai tiga kali berturut-turut
dan jatuhkan diri di lantai dan seterusnya berguling cepat!
Dengan demikian baru dia berhasil menolak dan melebur
serangan tenaga dalam Si Jubah Hitam yang sangat
dahsyat itu!
“Gila betul!” maki bobo dalam hati. Kalau dihadapi terus
manusia bermuka tengkorak ini meski belum tentu dia bisa
dikalahkan dengan mudah tapi bisa berabe! Maka dengan
cepat bobo melompat menyambar tubuh penulis rabies !
Tapi celaka, begitu tubuh sang dara berada di atas
bahu kirinya, enam orang telah mengurungnya. Mereka
adalah tokoh-tokoh silat yang menjadi tamu dan bersaha–
bat baik dengan kedua Ketua Perguruan yang kini berada
dalam keadaan ditotok tak berdaya! Dengan demikian
manusia yang mengeroyok bobo berjumlah tujuh ditambah
dengan Si Jubah Hitam!
Si Jubah Hitam tertawa panjang.
“Enam manusia tak tahu diri! Kalian mundur semua!
Nyawa pemuda itu hak milikku!”
“Perempuan muka tengkorak!” jawab seorang di antara
yang enam sambil melintangkan senjatanya yaitu sebuah
ruyung perak. “Urusanmu, urusanmu! Kami juga punya
kewajiban untuk membunuh manusia yang hendak
menculik anak gadis sahabat kami!”
“Di hadapan Iblis Tengkorak kalian berani jual tampang
petantang petenteng! Pergilah semua!”
Si Jubah Hitam yang mengaku bergelar Iblis Tengkorak
dorongkan kedua tangannya ke muka! Gelombang angin
yang dahsyat menyambar. Laksana daun-daun kering
keenam tokoh silat itu terpelanting ke luar panggung! Dua
orang muntah darah. Empat lainnya melingkar pingsan di
tanah!
Sewaktu orang-orang itu bertengkar mulut dan sewaktu
Iblis Tengkorak menggempur keenam tokoh silat, maka
kesempatan ini dipergunakan oleh bobo untuk berlalu
dengan cepat. Tapi lebih cepat lagi, tahu-tahu Si Jubah
Hitam Iblis Tengkorak sudah berada di depannya! Dan
sekaligus lancarkan sejurus serangan ganas! bobo berkelit
gesit dan selundupkan satu tendangan ke perut lawan!
Tapi dengan sigap Iblis Tengkorak hantamkan tangan
kanannya ke bawah. Karena tenaga dalam lawan lebih
tinggi, bobo terpaksa tarik pulang tendangannya dan seba–
gai gantinya kirimkan serangan Kunyuk Melempar Buah.
“Apakah tak ada ilmu pukulanmu yang lebih berguna?!”
ejek Iblis Tengkorak. Dan sekali dia kebutkan lengan jubah
hitamnya maka buyarlah serangan bobo penulis asli yang
berkekuatan dua per tiga tenaga dalamnya itu!
“Hebat sekali iblis betina ini!” rutuk bobo . Tubuh
penulis rabies diturunkannya, kemudian diiringi oleh satu
bentakan nyaring dia menyerbu ke muka. Tubuhnya hanya
merupakan bayang-bayang! Dua gelombang angin pukulan
melanda Iblis Tengkorak, masing-masing pukulan Orang
Gila Mengebut Lalat dan pukulan Angin Es.
Angin besar menderu-deru, mengibarkan jubah hitam
Iblis Tengkorak. Sedang udara mendadak sontak menjadi
dingin luar biasa. Semua orang menggigil bergemeletukan
geraham mereka!
Tapi Iblis Tengkorak ganda tertawa.
Dua tangan memukul ke muka. Dua larik sinar hitam
menggebu! bobo meraung! Tubuhnya mental sampai empat
tombak, pakaiannya robek hampir di setiap bagian sedang
dari hidung dan sela bibirnya kelihatan darah ke luar!
Tak ayal lagi bobo segera telan dua butir pil. Matanya
beringas galak. Dan sewaktu Iblis Tengkorak datang
mendekat dengan tertawa, Pendekar 10000 an segera sambut
dengan pukulan Sinar Matahari.
“Aha! Pukulan Sinar Matahari!” seru Iblis Tengkorak.
“Inilah yang kutunggu!”
Tangan kanannya bergerak membuat lingkaran, kemu–
dian laksana kilat dihantamkan ke muka! Terdengar suara
laksana guntur! Satu gelombang angin hitam bergerak
berputar bergulung-gulung lalu menghantam ke muka
laksana topan prahara!
Sinar putih perak pukulan Sinar Matahari yang
dilepaskan Pendekar 10000 an tiada berdaya dan terbuntal
dalam gelungan-gelungan angin hitam pukulan lawan
untuk kemudian melesat kembali menyerang dirinya
sendiri, sekaligus bersama serangan angin pukulan lawan!
Itulah pukulan Raja Angin Mengamuk yang telah dilepas–
kan oleh Iblis Tengkorak!
“Tobat.” keluh Pendekar 10000 an ! Tangan kanannya
bergerak sebat! Selarik sinar putih yang menyilaukan mata
berkiblat dan, ...
Buum!
Satu letusan yang luar biasa kerasnya terdengar!
Puncak Gunung Merapi bergetar!
Suara letusan yang dipantulkan kembali oleh dasar
kawah tak kalah hebatnya sehingga semua orang di situ
merasakan dunia laksana mau kiamat!
Iblis Tengkorak terkejut besar.
Jantungnya mendenyut sakit sedang kedua lututnya
agak tertekuk! Ketika dia memandang ke depan dilihatnya
pemuda itu berdiri dengan tubuh bergetar, muka pucat
pasi dan sepasang mata merah sedang di tangan kanan–
nya tergenggam sebuah barbel bermata dua, yang gagang–
nya terbuat dari gading dan berbentuk kepala naga-
nagaan!
Terkesiaplah Iblis Tengkorak melihat kehebatan senjata
lawan! barbel Maut mainan 10000 an nyatanya bukan senjata
kosong belaka! Pukulan Raja Angin Mengamuk yang
dilepaskan tadi adalah pukulan paling hebat dan ganas
yang dimilikinya! Selama sepuluh tahun memiliki ilmu
pukulan itu tak satu lawan gagahpun yang sanggup
menghadapinya! Tapi kini seorang lawan berusia muda
sekali dengan barbel mainan 10000 an berhasil memusnah–
kan pukulannya itu!
Kedua mata Pendekar 10000 an terbuka perlahan. Satu
seringai maut tersungging di bibirnya. Parasnya yang
selama ini macam paras anak-anak dan tolol kini berubah
total menggidikkan! Sinar matanya laksana menembus
tembok baja!
“Iblis Tengkorak!” desis bobo penulis asli . “Kalau hari ini
aku tak sanggup memisahkan kepala dan badanmu,
biarlah aku mengundurkan diri dari dunia persilatan
selama-lamanya!”
Sebenarnya pemuda ini sudah terluka di dalam. Tapi
begitu barbel mainan 10000 an berada di tangannya satu
aliran sejuk keluar dari gagang barbel dan memberi
kekuatan baru padanya meskipun luka di dalam yang
dideritanya tidak bisa dikatakan sembuh!
Perempuan muka tengkorak tertawa dingin.
“Keluarkan semua ilmu simpananmu. Kalau kau punya
sepuluh senjata cabut sekaligus agar tidak mati penasa–
ran! Sekali Iblis Tengkorak inginkan nyawa seseorang pasti
tak bisa lepas. Tak perduli apakah kau punya tiga kepala
enam tangan!”
“Manusia sombong! Kalaupun aku mampus di tangan–
mu tapi kejahatan tak akan sanggup menumbangkan
kebenaran!”
“Jangan mengigau di siang bolong! Hari ini gelar
Pendekar barbel Maut Geni 10000 an akan kuhapus dari dunia
persilatan!”
Iblis Tengkorak menggembor macam kerbau marah.
Tubuhnya lenyap dan tahu-tahu dua belas serangan telah
menyerbu bobo penulis asli !
Yang diserang tak tinggal diam. Begitu barbel Naga
Geni 10000 an berkiblat maka suara menderu laksana suara
ribuan tawon merangsang telinga! Sedang dari mulut sang
pendekar melengking suara siutan nyaring yang tak
menentu dan menusuk gendang-gendang telinga!
Kejut Iblis Tengkorak bukan alang kepalang.
Putaran angin barbel tak sanggup diterobos oleh
pukulan-pukulan yang dilancarkannya. Sebaliknya angin
barbel itu memerihkan mata serta kulitnya. Dan ditambah
pula oleh suara mengaung serta siulan yang tiada henti-
hentinya menusuk liang telinganya, membuat gerakan-
gerakannya kacau balau!
Dengan penasaran dan kalap, dalam jarak sedekat itu
Iblis Tengkorak lepaskan pukulan Raja Angin Mengamuk.
Tapi cepat-cepat dia tarik pulang tangan kanannya karena
jurus putaran barbel yang bernama Pecut Sakti Menabas
Tugu yang dilancarkan oleh Pendekar 10000 an hampir saja
membuat tangan kanannya terbabat putus!
Semua orang yang menyaksikan tak dapat lagi melihat
wujud tubuh kedua manusia yang bertempur itu. Menyak–
sikan lama-lama mata mereka menjadi sakit dan kepala
masing-masing menjadi pusing!
Telah dua kali Iblis Tengkorak tukar ilmu silatnya
namun tetap saja dia kena didesak! Tubuhnya telah mandi
keringat dingin. Tiba-tiba dengan licik manusia muka
tengkorak ini menyelundup ke belakang tubuh Pendekar
10000 an dan dari belakang ini lancarkan satu serangan maut
yang ganas!
Tapi bobo sudah lebih dahulu rasakan datangnya angin
serangan yang dingin di punggungnya. Dengan lancarkan
jurus Di Balik Gunung Memukul Halilintar bobo balikkan
badan!
Iblis Tengkorak tak mengira lawannya akan mengetahui
posisinya dan bisa menyerang secepat itu. Dengan gugup
dia mengelak. bobo susul dengan jurus Membuka Jendela
Memanah Rembulan yang tak asing lagi. Tangan kirinya
membabat ke pinggang lawan. Jubah hitam masih bisa
berkelit tapi serangan yang lebih ganas tak dapat dihin–
darkannya yaitu serangan barbel yang laksana anak panah
melesat menyambar ke arah batang lehernya!
Craas!
Darah memancur.
Tubuh Iblis Tengkorak roboh ke lantai panggung. Kepa–
lanya menggelinding mengerikan!
Semua orang menjadi gempar!
Dan ketika mereka memandang lagi ke atas panggung,
bobo penulis asli sudah tak ada. Bahkan kemudian mereka
menyadari bahwa penulis rabies pun tak ada lagi di hadapan
podium! Untuk kedua kalinya semua orang menjadi
gempar!
bobo penulis asli
RAHASIA LUKISAN TELANJANG 13
NIKAH Goanya?” tanya bobo seraya melompat turun dari
punggung kuda. Dalam perjalanan melarikan diri
bersama penulis rabies mereka berhasil mendapatkan dua
ekor kuda hitam milik anak-anak murid Perguruan Garuda
Sakti.
penulis rabies anggukkan kepala lalu turun pula dari
kudanya.
Sebuah batu yang sangat besar menyumpal mulut goa.
bobo penulis asli kerahkan tenaga dalam. sesudah bekerja
keras beberapa lamanya baru batu besar itu bisa dising–
kirkan. Didahului oleh penulis rabies keduanya masuk ke
dalam.Ternyata goa itu cuma delapan tombak dalamnya.
“Kanda Panuluh!”
Tiba-tiba mengumandang pekik penulis rabies . Dara ini lak–
sana diburu sctan lari ke depan dan meraung keras.
Menangis sambil tiada hentinya menyebut nama tadi!
bobo penulis asli berdiri termangu.
Seorang pemuda yang berada dalam keadaan menye–
dihkan tersandar ke dinding goa. Tangan dan kakinya
diikat dengan rantai besi yang dipakukan ke dinding kuat
sekali. Dia hanya mengenakan sehelai cawat. Sekujur
tubuhnya penuh oleh guratan-guratan merah yang dalam
bekas cambukan. Mukanya babak belur. Bibir pecah, pipi
lecet, sedang kedua mata bengkak menggembung. Pada
bawah mata dan hidung kelihatan noda-noda darah yang
telah membeku! Dan penulis rabies menangis memeluki tubuh
pemuda itu.
bobo menggigit bibir. Dia maklum kalau pemuda itu
sudah tiada bernafas lagi. Tiba-tiba bobo berteriak,
I
“Jangan!” Dan secepat kilat melompat ke muka
menangkap tubuh penulis rabies . “Bunuh diri tak ada gunanya!”
seru bobo .
Menyadari bahwa pemuda kekasihnya telah mati maka
tadi penulis rabies hendak benturkan kepalanya ke dinding goa.
Untung bobo masih sempat menghalanginya.
“Tenanglah penulis rabies ,” bisik bobo coba menghibur.
“Tidak! Lepaskan aku bobo ! Lepaskan!” teriak sang dara
keras dan meronta-ronta laksana orang gila!
“Jangan mengambil jalan sesat!”
“Tak perlu aku hidup lebih lama! Orang yang kukasihi
telah tiada!” Lengking penulis rabies . “Lepaskan! Biar aku bunuh
diri bobo ! Lepaskan!”
Karena penulis rabies adalah seorang gadis yang mendapat
didikan ilmu silat dari ayahnya maka dengan susah payah
baru bobo berhasil menotok tubuhnya hingga dia lemas dan
disandarkan ke dinding. Suara tangisnya menyayat hati.
bobo melepaskan dengan paksa rantai-rantai yang
mengikat tangan serta kaki Panuluh lalu membaringkan
pemuda itu di lantai goa. penulis rabies tutupkan kedua
matanya, tak tahan melihat keadaan kekasihnya itu.
“Apakah ayahmu yang melakukan kekejaman ini?”
tanya bobo .
“mojolaban ! Dia dan orang-orangnyalah yang
melakukan!”
“Bangsat itu akan dapat ganjaran dariku kelak!” desis
bobo penulis asli . Dia memandang ke luar goa. “Masih ada
waktu untuk menguburkan jenazahnya petang ini sebelum
senja datang. Apakah kau bisa menahan hati? Kalau tidak,
aku tak bisa melepaskan totokanmu...”
penulis rabies tak menjawab. Suara tangisnya memenuhi
seluruh goa. bobo penulis asli memanggul mayat Panuluh dan
membawanya ke luar goa. Satu jam kemudian ketika dia
masuk, penulis rabies masih juga menangis meskipun kedua
matanya yang seperti bintang timur itu kini telah menjadi
bengkak. bobo duduk bersandar di hadapannya, tak
berkata apa-apa. Kalau sudah letih tentu dia akan hentikan
sendiri tangisnya, pikir bobo .
Senja telah turun dan malampun tiba. Di luar angin
malam yang dingin merambas masuk ke dalam goa. bobo
merasakan perutnya yang sudah lapar menjadi tambah
perih oleh hembusan angin dingin itu.
Bila tangis penulis rabies sudah mereda maka bobo berkata,
“Aku akan cari makanan buat kita. Kau manik ah di sini!
Berteriak keras-keras kalau ada apa-apa!”
Kemudian bobo berdiri dan melangkah. Belum lagi dia
mencapai mulut goa mendadak di luar sana, dalam
kegelapan malam didengarnya suara semak belukar
bergesekan dan suara langkah-langkah kaki yang banyak
sekali. Sesaat kemudian kelihatanlah beberapa sosok
manusia bergerak ke arah goa. bobo yang maklum akan
datangnya bahaya segera menyongsong ke luar goa. Jika
terjadi pertempuran satu lawan banyak di dalam goa dia
bisa kepepet!
Yang datang berjumlah lima belas orang. Orang
pertama dikenali bobo adalah bukan lain dari mojolaban ,
kemudian Bogananta, menyusul Manik manik . Yang lain-
lainnya adalah anak-anak murid Perguruan Merapi dan
Perguruan Garuda Sakti. Semuanya mencekal pedang!
Ketika bobo penulis asli memandang ke ujung kanan, samar-
samar di kegelapan malam dilihatnya orang yang keenam
belas! Orang ini tak dikenal dan tak dilihat sebelumnya
waktu di puncak Gunung Merapi. Tubuhnya gemuk luar
biasa seperli bola api, lucunya celana panjang dan bajunya
sangat kecil sekali, hampir-hampir tak dapat menutupi
tubuhnya yang macam kerbau buntak itu. Manusia
berkepala botak ini memegang seuntai tasbih di tangan
kirinya dan mulutnya senantiasa komat-kamit tak bisa
diam!
Tiba-tiba Manik manik melangkah besar-besar ke
hadapan bobo dan membentak nyaring, “Mana anakku?!”
bobo sunggingkan senyum sinis lalu menunjuk pada
kuburan baru yang tanahnya masih merah.
“Tanyakanlah pada makam baru itu!”
Terkejutlah Manik manik serta yang lain-lainnya.
“Bangsat rendah! Anakku kau bunuh?!” Manik manik
menggeram dan sepuluh kuku-kuku tangannya menyambar
ke muka tapi dielakkan dengan gesit oleh bobo .
“Mari kita satai beramai-ramai jahanam ini!” teriak
Bogananta seraya kiblatkan pedang dan kirimkan satu
tusukan ke leher bobo . mojolaban dan dua belas orang
lainnya segera menyerbu! Empat belas batang pedang
berserabutan dan sepuluh jari berkuku panjang mencakar
dengan ganas! Satu-satunya orang yang tak ikut
menyerang ialah si gemuk pendek yang memegang tasbih.
Dia memperhatikan saja sambil mulutnya terus berkomat-
kamit!
“Tahan!” teriak bobo sambil melompat mundur ke pintu
goa.
Tapi yang menyerangnya terus memburu!
“Sialan! Kalau kalian tak mau hentikan serangan ini
jangan menyesal!”
Bogananta dan yang lain-lainnya tak ambil perduli.
bobo cabut barbel Maut mainan 10000 an dari
pinggangnya.
Wuut!
Sinar putih menyilaukan menderu, suara laksana ribuan
tawon menggerung dan empat anak buah Perguruan
Merapi menjerit roboh mandi darah. Yang lain-lainnya
tersurut mundur sampai lima langkah! Mereka menjadi
kecut dan bimbang untuk menyerbu kembali!
“Manik manik !” kata bobo dengan suara keras
sehingga semua orang mendengar. “Anakmu masih hidup.
Tapi kehancuran hati yang dideritanya membuat nasibnya
lebih buruk daripada seseorang yang telah mendahu–
luinya!”
“Kalau masih hidup di mana dia sekarang?” tanya
mojolaban lantang.
“Durjana cacingan tak usah buka mulut! Aku tidak
bicara pada kau!” tukas bobo .
Kelamlah paras mojolaban ditelan kemarahan!
“Lalu ini kuburan siapa?!” tanya Manik manik .
“Jangan pura-pura tidak tahu, Manik manik ! Masa kau
lupa pada seorang pemuda bernama Panuluh, yang
ditawan dan disiksa setengah mati oleh durjana cacingan
itu lalu disekap di goa ini sampai akhirnya menemui
kematian dalam cara yang mengerikan?!”
Kagetlah Manik manik . Dia berpaling pada mojolaban .
Tapi saat itu mojolaban sudah membentak bobo
kembali, “Lekas katakan di mana calon istriku!”
bobo tertawa gelak-gelak.
“Kekasihnya kau tawan, kau siksa sampai mati! Apakah
kau masih punya muka untuk mengawini gadis itu?!”
Rahang mojolaban kelihatan terkatup rapat-rapat.
Manik manik masih memandang pada mojolaban ,
lalu bertanya, “Calon menantuku, apakah yang diucapkan
bedebah ini betul?!”
mojolaban tertawa. “Namanya saja manusia bedebah.
Masa bicaranya bisa dianggap betul? sesudah dia
melarikan penulis rabies di depan hidung kita apakah bangsat ini
masih bisa dipercaya?! Dia hendak mengelabuhi kita dan
mengadu domba kita satu sama lain!”
bobo menggerendeng. “Keparat, dosamu sudah lewat
takaran! Lekas kau dan kambrat-kambratmu angkat kaki
dari sini! Kalau tidak kau bakal menjadi manusia pertama
yang bakal kubelah kepalanya sesudah empat krocomu
itu!”
“Bangsat rendah! Jangan kira kali ini kau bisa lolos dari
liang kubur yang telah kau gali sendiri!” mojolaban
palingkan kepala ke arah laki-laki gemuk yang memegang
tasbih. “Tasbih Kumala, kau tunggu apalagi?!”
Manusia gemuk pendek kepala botak menyeringai.
Mulutnya dalam menyeringai itu masih terus juga ber–
komat-kamit! Sekali dia bergerak, tubuhnya sudah berada
di samping mojolaban .
“Inikah tampang manusianya yang kau minta aku untuk
membereskannya, Soka?” tanya Tasbih Kumala dengan
mata menyelidik dari atas ke bawah. mojolaban
mengangguk.
Tasbih Kumala tertawa gelak-gelak. Hebat sekali suara
tertawanya, laksana merobek langit di malam hari itu!
Tasbih Kumala melirik pada senjata yang di tangan bobo
lalu membentak, “Pemuda bau pupuk! Betul kau orangnya
yang bergelar Pendekar barbel Maut mainan 10000 an ?!”
“Sobat,” sahut bobo , “melihat kepada gelarmu pastilah
kau seorang tokoh silat yang ternama. Aku hormati kau.
Tapi harap jangan ikut campur urusan orang! Karena kau
tak kuundang untuk datang ke sini, sebaiknya segera
angkat kaki!”
“Bapak moyangmu!” bentak Tasbih Kumala, dia
melangkah ke muka.
“Tunggu dulu!” seru Manik manik . “Sebelum kita
mengeremus budak keparat ini, aku harus tahu dulu
beberapa hal!”
“Ah, kau hanya menambah panjang umurnya beberapa
detik saja, Manik manik !” kata Bogananta.
“mojolaban , betul kau yang menangkap dan menyiksa
Panuluh, lalu menyekapnya sampai mati di dalam goa
ini?!”
mojolaban jadi beringasan! “Kenapa antara kita musti
berprasangka yang bukan-bukan?!”
bobo menengahi, “Manik manik , kau juga ikut ber–
tanggung jawab atas kematian Panuluh! Kau yang
memaksa anak gadismu untuk kawin dengan jahanam
cacingan ini! Kau gila nama besar! Kau pengecut kelas
satu yang mau menjual anak sendiri karena ditekan oleh
Ketua Perguruan Merapi...”
“Tutup mulutmu!” teriak Manik manik marah.
Tiba-tiba mojolaban berteriak beri komando. Maka
Bogananta, Tasbih Kumala dan anak-anak murid Perguru–
an Merapi segera menyerbu. Manik manik tetap berdiri
dengan bimbang. Dua orang anak buahnya karena melihat
Ketua mereka berdiam diri, tidak berani masuk ke dalam
pertempuran!
Mendadak dari dalam goa terdengar seruan perem–
puan, “bobo ! bobo ! Kaukah yang bertempur itu? bobo ...!”
Mengenali bahwa itu adalah suara anaknya yang
ternyata masih hidup, legalah hati Manik manik dan
pikiran jernih menyeruak di dalam kepalanya kini. Tiba-tiba
dia melompat ke muka dan berteriak, “mojolaban
bajingan! Kaulah yang jadi biang racun! Kau harus
mampus di tanganku!”
Sepuluh kuku-kuku jari dengan ganas menyambar
mojolaban ! Karena tak diduga akan diserang sehebat itu
dan secara tiba-tiba oleh calon mertuanya sendiri maka
mojolaban yang mengeroyok bobo penulis asli tak punya
kesempatan untuk mengelak!
bobo penulis asli
RAHASIA LUKISAN TELANJANG 14
EKEJAP lagi sepuluh kuku jari Manik manik akan
mengeremus hancur muka mojolaban , tiba-tiba,
Wuut! Sebuah pedang menyambar dahsyat ke arah
kedua lengan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu!
“Manik manik manusia ular kepala dua! Akulah
lawanmu!”
Ketika berpaling ke kanan ternyata yang menyam–
pokkan pedang tadi adalah Bogananta! Mendidihlah darah
di kepala Manik manik !
“Bogananta keparat! Kau sama saja dengan anakmu!”
Maka kedua orang itupun bertempurlah satu lawan
satu dengan hebatnya. Tapi di samping tenaga dalamnya
lebih rendah dan lawan bersenjatakan pedang pula maka
lima jurus kemudian Manik manik -pun kena didesak!
Di lain pihak bobo yang dikeroyok oleh mojolaban dan
Tasbih Kumala serta tujuh orang lainnya berkelebat cepat,
bertahan dengan hebat dan sekali-sekali lancarkan
serangan balasan yang ganas! Meski dia telah merobohkan
dua orang anak murid Perguruan Merapi, namun keada–
annya tak bisa dikatakan di atas angin. mojolaban dan
yang lain-lainnya bukan apa-apa. Tasbih Kumala-lah yang
tak bisa dianggap remeh! Setiap senjatanya berkelebat,
satu gelombang angin yang laksana gunung beratnya
menerpa Pendekar 10000 an ! Dapat dibayangkan bagaimana
jadinya kalau tubuh seseorang kena dilanda oleh tasbih
sakti itu!
Dua jeritan terdengar. Dua anak murid Manik manik
yang ikut mengeroyok Bogananta mandi darah dilanda
pedang.
Pada jurus keenam tadi dalam pertempuran satu lawan
satu, Manik manik telah didesak hebat oleh Bogananta.
Kedua anak buahnya turun membantu dalam jurus
kesembilan mereka kena dihantam Bogananta. Dan kini
dalam jurus kesepuluh kembali Manik manik didesak
hebat!
Pada saat bobo penulis asli berhasil merobohkan lagi dua
orang pengeroyoknya, maka pada saat itu pula terdengar
jeritan Manik manik !
Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua
tangan memegangi dada yang robek besar dibabat ujung
pedang. Darah membanjir. Pada saat tubuhnya melingkar
di tanah, detik itu pula nyawanya lepas!
“Jahanam!” teriak Pendekar 10000 an . Dari mulutnya
terdengar suara bentakan menggeledek. Tubuhnya mele–
sat enam tombak ke samping. barbel mainan 10000 an
berkiblat memancarkan sinar putih dan menebar suara
bergaung.
“Ayah, awas!” teriak mojolaban .
Bogananta memang sudah melihat datangnya
sambaran senjata lawan. Dengan cepat dia angsurkan
pedang mustikanya ke depan untuk menangkis!
Trang!
Terdengar suara senjata beradu. Pedang di tangan
Bogananta patah dan mental. Di kejap itu pula terdengar
lolongannya macam kerbau disembelih! Batang lehernya
hampir putus terbabat mata barbel , tubuhnya roboh ke
tanah!
Wuut!
Satu sambaran angin mendera ke arah punggung
Pendekar 10000 an . bobo melompat ke muka dan balikkan
badan, sekaligus kiblatkan barbel . Yang menyerangnya
ternyata Tasbih Kumala!
“Manusia-manusia keparat!” kertak bobo . “Satu nyawa
Manik manik harus dibayar dengan nyawa kalian semua!”
Dari mulut Pendekar 10000 an kemudian terdengarlah
kumandang suara siulan yang menggidikkan bulu roma!
Jurus-jurus silatnya dengan serta merta berubah total. Tiga
pekikan terdengar, menyusul kemudian dua pekikan lagi!
Lima korban terhampar di tanah!
Kecutlah nyali Tasbih Kumala dan lebih-lebih
mojolaban . Hanya mereka berdua kini yang masih hidup!
Dan itupun tak lama. Dua jurus di muka si gemuk pendek
Tasbih Kumala keluarkan seruan kesakitan. Lengan
kanannya yang memegang tasbih terbabat buntung.
Buntungan bersama tasbih mencelat ke udara! barbel
mainan 10000 an berbalik dan, cras! Terpisahlah kepala dan
badan Tasbih Kumala!
Lumerlah nyali mojolaban !
Tanpa tunggu lebih lama pemuda ini balikkan tubuh
dan ambil langkah seribu!
“Jahanam cacingan! Kau mau minggat ke mana?!
Tempatmu toh di neraka!”
bobo gerakkan tangan kirinya. Siap untuk lepaskan
pukulan Sinar Matahari. Tapi dibatalkannya. Sebagai
gantinya dia lepaskan satu totokan jarak jauh yang ampuh!
Tak ampun lagi tubuh mojolaban yang lari kencang itu
mendadak sontak menjadi kaku tegang!
penulis rabies meratap memeluki mayat ayahnya. bobo telah
melepaskan totokan gadis itu. Kegelapan malam, angin
dingin yang mencucuki tulang-tulang sungsum, tebaran
mayat di mana-mana serta suara tangis penulis rabies merupa–
kan hal-hal yang tidak enak bagi bobo penulis asli .
sesudah menunggu beberapa lamanya bobo kemudian
berkata, “Tak ada gunanya tangis itu, penulis rabies . Tak ada
gunanya membuang-buang air mata lebih banyak! Kejadian
begini sudah ditakdirkan menjadi nasibmu oleh Yang
Kuasa. Masuklah ke dalam goa...”
Gadis itu sadar. Perlahan-lahan dia berdiri dan menyeka
kedua matanya. Setindak dia hendak melangkah ke mulut
goa, pandangannya membentur mojolaban yang tegak
kaku akibat totokan bobo . Maka menggemuruhlah amarah
penulis rabies . Dengan segera dia mencabut sebilah keris yang
tersisip di pinggang ayahnya dan berlari ke arah mojolaban
seraya berteriak, “Bangsat! Kaulah yang jadi biang racun
segala-galanya!”
“penulis rabies !” seru mojolaban dengan keras tapi gemetar.
“Ampunilah selembar nyawaku ini.”
“Ini ampun untukmu!” teriak penulis rabies garang dan keris
bereluk tujuh di tangan kanannya dihunjamkannya keras-
keras ke dada pemuda itu.
Sekejap lagi ujung keris akan menembus dada
mojolaban , sebuah tangan yang kuat mencekal lengan
penulis rabies !
“Lepaskan tanganku!” teriak si gadis kalap.
Karena penulis rabies seorang yang mempelajari ilmu silat
serta memiliki tenaga dalam yang cukup ampuh agak
sukar juga bagi bobo menahan gadis itu.
“Dengar penulis rabies ! Kematian dengan tusukan keris
seperti ini terlalu enak baginya!” kata bobo . “Bangsat ini
musti diberi ganjaran yang setimpal...!”
Gelora amarah penulis rabies menyurut. Dua bola matanya
memandang besar-besar ke arah bobo . Dan dia kemudian
maklum apa yang dikatakan bobo adalah benar. Dilempar–
kannya keris di tangan kanan. Lalu dijambaknya rambut
mojolaban dan diseretnya ke dalam goa. Dengan rantai-
rantai besi yang dulu pernah mengikat Panuluh, penulis rabies
membelenggu kedua tangan dan kaki mojolaban .
“penulis rabies , kau mau bikin apa...?!” tanya mojolaban .
Keringat dingin membasahi sekujur badannya.
Gadis itu tak menjawab. Dia lari ke luar goa. Sewaktu
masuk lagi di tangannya ada seutas akar gantung
sepanjang satu setengah tombak. penulis rabies putar-putarkan
akar gantung itu di atas kepalanya.
“penulis rabies ...”
Suara seruan mojolaban putus dilanda bunyi akar
gantung yang mendera dadanya. Pakaiannya yang bagus
robek, kulit dadanya tergurat lecet dan berdarah! Puluhan
kali di dalam goa itu terdengar suara cambukan-cambukan
yang dahsyat! mojolaban telah lama pingsan. Parasnya
hancur tak dapat dikenali lagi dan bergelimang darah.
Pakaiannya robek-robek, sekujur kulit badannya pecah-
pecah bermandi keringat dan darah!
Bila matahari mulai naik di pagi keesokannya, maka di
depan mulut goa itu kelihatan sebuah kuburan baru lagi.
Kuburan Manik manik yang berdampingan dengan
kuburan Panuluh. Di bagian kepala kedua kuburan itu
diletakkan dua buah batu besar dan pada batu itu dengan
dua ujung jari-jari tangannya bobo telah menggurat nama
kedua orang itu.
“Kau akan kembali ke kota?” tanya bobo penulis asli yang
berdiri di samping penulis rabies dan tengah memandangi dua
kuburan bertanah merah itu.
Si gadis gelengkan kepalanya.
“Memang tak ada gunanya ke Paritsala. Lebih baik
terus langsung pulang ke kota kediamanmu...”
“Tidak, aku tak akan kembali pulang.”
bobo kernyitkan kening. “Lalu...?”
“Aku akan tinggal di sini. Akan bertapa di goa...”
bobo hendak tertawa tapi tak jadi. Dia berkata, “Ibumu
akan susah bila kau tak kembali...”
“sesudah ayah meninggal, aku cuma sebatang kara di
dunia ini...”
“Jadi ibumu juga sudah meninggal?”
penulis rabies mengangguk.
“Kau tak punya kerabat atau saudara?”
“Tidak...”
“Tapi hendak bertapa dalam umur semudamu ini betul-
betul belum masanya, penulis rabies . Kau menyia-nyiakan masa
mudamu dan juga masa depanmu!”
“Masa muda dan masa depanku tak ada lagi sejak
orang yang kucintai masuk di bawah tumpukan tanah
merah itu...” sahut penulis rabies dan butir-butir air mata ber–
jatuhan melewati kelopak kedua matanya.
bobo penulis asli menghela nafas. Sungguh sayang dara
secantik ini memutuskan untuk jadi pertapa. Tapi bagai–
mana dia bisa melarang? Diam-diam diperhatikannya
paras penulis rabies dari samping dan ketika gadis itu memutar
kepala ke arahnya, pandangan mereka saling beradu untuk
beberapa lamanya.
“Dunianya Panuluh berakhir sampai di tempat ini,
bobo ,” bisik penulis rabies . “Aku akan tinggal di sini sampai
akhirnya nanti pada suatu ketika duniaku pun akan
berakhir pula di sini, di hadapan kuburnya...”
bobo penulis asli merasa terharu sekali. Betapa agungnya
nilai-nilai cinta sejati, pikir pemuda ini.
“Di samping bertapa, aku akan memperdalam ilmu silat
yang pernah diwariskan ayah...”
“Itu sudah semestinya...” kata bobo perlahan. Hatinya
tetap menyayangkan keputusan gadis itu untuk tinggal di
goa itu dan bertapa sekalipun sambil memperdalam ilmu
silatnya.
“Dunia ini penuh dengan orang-orang jahat. Setiap
kejahatan kadangkala dibarengi dengan ilmu yang tinggi-
tinggi. Aku khawatir tinggal di sini kau bakal menemui
nasib buruk...”
penulis rabies menatap paras pemuda itu sebentar lalu
tundukkan kepalanya dan untuk beberapa lamanya
suasana diliputi kesunyian.
“Aku akan mencuci tangan di anak sungai tak jauh dari
sini. Sebentar aku kembali...” kata bobo .
ETIKA berjalan kembali ke goa sehabis member–
sihkan tangan dan beberapa bagian tubuhnya bobo
tersentak kaget. Telinganya yang tajam mendengar
suara ribut-ribut seperti suara orang berkelahi yang
diselingi suara tertawa gelak-gelak! Tanpa membuang
waktu dia berlari cepat. Begitu sampai di depan goa,
terkejutlah murid Eyang Sinto Gendeng ini!
Dilihatnya penulis rabies tengah bertempur melawan seorang
laki-laki berjubah kuning yang tangannya cuma satu. Sebe–
narnya tak bisa dikatakan pertempuran. Lebih tepat kalau
dikatakan bahwa Si Jubah Kuning bertangan buntung itu
tengah mempermain-mainkan penulis rabies serta kurang ajar
dan sambil tertawa-tawa. Setiap kali dia bergerak tangan
kanannya meraba ke bagian-bagian tubuh penulis rabies yang
terlarang hingga gadis ini mengamuk penuh amarah. Tapi
semua serangannya luput!
Tak jauh dari tempat terjadinya perkelahian tegak
berdiri orang kedua, juga berjubah kuning dan cuma punya
satu mata alias picak! Dia menyaksikan perkelahian itu
dengan gelak tawa gembira.
“Ayo penulis koplak ! Robek saja pakaiannyal Biar mataku
yang cuma satu ini bisa lihat kebagusan tubuhnya! Ah...!
Sudah lama mataku tak melihat tubuh telanjang! Ha... ha...
ha!”
Di samping si k.h mualafudin ini, tersandar ke sebatang
pohon, kelihatan sebuah lukisan perempuan telanjang.
Lukisan itu sudah agak kotor dan kayu pigura bagian
bawahnya ada bekas sambungan! Seperti kawannya,
diapun memelihara berewok. Kalau tadi bobo sudah
K
demikian terkejutnya melihat pertempuran antara penulis rabies
dan si tangan buntung maka melihat lukisan telanjang itu
puluhan kali dia lebih terkejut!
Tak bisa tidak kedua manusia berjubah kuning ini
adalah Sepasang rsi betaritunggangtrini yang telah membunuh Si
Pelukis Aneh dan mencuri lukisan perempuan telanjang itu!
Ditambah dengan menyaksikan apa yang diperbuat si
tangan buntung terhadap penulis rabies maka menggemuruhlah
amarah bobo penulis asli .
“Iblis-iblis kesasar! Dicari-cari tidak ketemu! Sekarang
tahu-tahu kalian muncul di depan hidungku!” Serentak
dengan itu bobo penulis asli segera melompat ke hadapan si
tangan buntung!
Kedua manusia berjubah kuning itu memang bukan lain
dari Sepasang rsi betaritunggangtrini adanya. Bagaimana mereka
bisa sampai ke tempat itu?
Seperti telah diceritakan sebelumnya, mereka diam di
sebuah goa yang terletak di lembah berbatu-batu. Karena
sebegitu jauh mereka belum juga bisa membongkar
rahasia yang tersembunyi di dalam lukisan perempuan
telanjang maka keduanya akhirnya memutuskan untuk
pergi ke kampung tempat kediaman calon murid syeikh slawi
Aneh yaitu Wira Prakarsa. Mereka menduga anak itu pasti
mengetahui rahasia tersebut dan kemudian memaksanya
untuk memberi keterangan! Di samping itu, diam lama-
lama di lembah batu sudah terasa tidak aman bagi
Sepasang Elmaut Kuning. Anak-anak murid Perguruan
desa kebun durian dan Si Katai Bisu telah mengetahui tempat
persembunyian mereka tersebut. Meski orang-orang itu
telah berhasil mereka kirim ke akhirat namun bukan tak
mustahil banyak lagi tokoh-tokoh silat akan mendatangi
mereka untuk menuntut balas ataupun mencuri lukisan
yang ada di tangan mereka. Maka keduanyapun berang–
katlah meninggalkan lembah batu. Dalam perjalanan
mereka melewati tempat di mana penulis rabies berada dan
yang saat itu tengah berdiri di depan makam Panuluh dan
ayahnya. Melihat gadis cantik di tengah daerah liar begitu
rupa, tentu saja Sepasang rsi betaritunggangtrini jadi tertarik.
Nafsu bejat merangsang keduanya dan rsi betaritunggangtrini
penulis penulis koplak ‘turun tangan’ lebih dulu hingga akhirnya
terjadilah pertempuran!
Sepasang rsi betaritunggangtrini bukan kepalang terkejut
mereka sewaktu mendengar bentak memaki bobo penulis asli .
Lebih-lebih penulis penulis koplak yang saat itu tengah
menjamahi tubuh penulis rabies sambil tertawa mengekeh! Dia
dengan cepat menyurut mundur sewaktu merasa satu
angin mendorongnya dengan hebat hingga kalau saja dia
tidak lekas-lekas kerahkan tenaga dalamnya pastilah akan
dibuat mencelat mental!
“Pemuda gondrong hina dina!” bentak penulis
penulis koplak . “Siapa kau?!”
“Kau dan kambratmu yang bermata satu itu pastilah
Sepasang Elmaut Kuning!”
“Hem... matamu cukup tajam untuk mengenali kami.
Lekas terangkan siapa kau dan apakah mau mencari
mampus sengaja membuat kericuhan di sini?!”
bobo tertawa mengejek. “Mataku bukan cuma cukup
tajam mengenali tampang-tampang kalian, tapi juga
mengetahui bahwa kalianlah bangsat-bangsatnya yang
telah membunuh syeikh slawi Aneh lalu melarikan lukisan
perempuan telanjang itu! Dan kini kau yang berpenulis
penulis koplak bertangan buntung berani bikin kurang ajar
terhadap kawanku!”
“Ho... ho, jadi kau adalah kawannya si cantik ini?! Kalau
begitu biar kau kubikin mampus lebih dulu agar kami
berdua tak banyak rintangan untuk menikmati tubuhnya
nanti!”
rsi betaritunggangtrini penulis penulis koplak tutup ucapannya
dengan serangan tangan kanan yang hebat dan ber–
kekuatan sepertiga tenaga dalamnya. Satu kali pukul dia
berharap akan dapat membuat pemuda itu menemui
ajalnya, sekurang-kurangnya luka parah dan cacat seumur
hidup!
Tapi bukan main kejut penulis penulis koplak ketika melihat
bagaimana pemuda itu bukan saja berhasil
mengelakkannya tapi juga ganti membalas dengan satu
serangan yang ganas!
rsi betaritunggangtrini penulis penulis koplak melompat ke
samping. Tangan kanannya kirimkan jotosan angin keras
sedang kaki kanan serentak dengan itu menendang ke
pinggang. Inilah jurus yang dinamakan Dua Palu Sakti
Melanda Mega. Angin serangannya saja hebatnya bukan
olah-olah!
Pendekar 10000 an bobo penulis asli melompat satu setengah
tombak ke udara. Tendangan maut lawan lewat, sebaliknya
dengan tangan kirinya bobo sengaja memapasi lengan
lawan. rsi betaritunggangtrini penulis penulis koplak kertakkan rahang!
Seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke tangan kanan!
Sebagai seorang tokoh silat yang ditakuti di delapan
penjuru angin, penulis penulis koplak merasa bahwa tenaga
dalamnya jauh lebih tinggi dari lawan. Dia sengaja
mengambil keputusan untuk bentrokan lengan dengan
lengan dan memastikan lengan lawannya akan patah! Di
lain pihak memang bentrokan inilah yang dikehendaki bobo
penulis asli !
Sekejap kemudian lengan kedua orang yang bertempur
itupun beradu!
bobo penulis asli mengerenyit. Lengannya tergetar sakit.
Kulitnya keriputan dengan serta merta. Sebaliknya dari
mulut rsi betaritunggangtrini penulis penulis koplak terdengar suara
pekik setinggi langit.
Dia melompat dua tombak ke belakang. Lengannya
yang beradu kelihatan terkulai bergoyang-goyang! Ternyata
tulang lengannya telah patah! Untung daging lengan itu
hanya sebagian saja yang hancur, kalau tidak pasti di saat
itu juga lengan kanan penulis penulis koplak akan putus dua!
Namun demikian keadaan penulis penulis koplak adalah parah
sekali! Tak mungkin baginya untuk meneruskan pertem–
puran! Bahkan mungkin lengannya itu tak bisa diper–
gunakan lagi untuk selama-lamanya! Dengan menggigit
bibir menahan rasa sakit, penulis penulis koplak totok beberapa
urat di pangkal bahunya. Rasa sakitpun hilang.
Melihat kambratnya dibikin demikian rupa marahlah
rsi betaritunggangtrini Mata Picak! Berewoknya meranggas kaku
karena luapan amarah itu! Di samping marah dia juga
terkejut karena tidak menyangka bahwa pemuda
bertampang tolol itu berkepandaian sedemikian tingginya!
Dengan langkah-langkah besar k.h mualafudin maju ke
hadapan Pendekar 10000 an bobo penulis asli !
“Budak anjing hina dina!” bentaknya, “Aku tak begitu
senang membunuh manusia yang aku tidak tahu siapa
adanya! Lekas terangkan namamu!”
bobo tertawa bergelak dan bertolak pinggang. “Bicara–
mu keren sekali, Mata Picak,” sahut bobo . Dia melirik pada
rsi betaritunggangtrini penulis penulis koplak yang duduk menjelepok
di tanah sambil berusaha mengobati lengannya yang
patah. “Namaku kau tak perlu tahu. Tapi apakah kau kenal
dengan tiga buah angka ini?!” Habis berkata begitu bobo
pukulkan telapak tangan kanannya ke arah dada Mata
Picak. Selarik angin menyambar panas!
“Kurang ajar!” maki k.h mualafudin seraya menyingkir ke
samping. Dia terkejut ketika mendengar suara jeritan di
belakangnya. Sewaktu berpaling dilihatnya penulis Sum–
plung yang menjelepok di tanah terjerongkang ke
belakang, menggeletak di tanah tanpa bergerak lagi! Dan
di keningnya yang saat itu menjadi hitam jelas kelihatan
tiga buah angka putih 10000 an !
Tergetarlah hati rsi betaritunggangtrini Mata Picak! Sejak
hampir satu tahun belakangan ini dia telah mendengar
tentang munculnya seorang pendekar yang berjuluk Pen–
dekar barbel Maut mainan 10000 an ! Belasan tokoh silat
golongan hitam menemui ajal di tangannya! Bahkan
banyak pula partai-partai silat yang hancur diobrak-abrik
Pendekar 10000 an ! Pendekar itu sudah merupakan momok
paling ditakuti oleh tokoh-tokoh silat golongan hitam. Dan
kini tiada dinyana dia sendiri berhadap-hadapan dengan
Pendekar 10000 an itu! Lebih tidak dinyana lagi ialah bahwa
Pendekar 10000 an itu adalah seorang pemuda belia ber–
tampang tolol! Dan telah merampas jiwa kawannya, di
depan mata kepalanya sendiri!
k.h mualafudin yang berotak cerdik dan tahu bahwa
pemuda itu bukan lawan enteng serta mengkhawatirkan
pula akan lukisan perempuan telanjang, sambil tertawa
dan berbatuk-batuk berkata, “Ah... ah... dengan seorang
gagah! Nama besarmu sudah sejak lama kudengar,
Pendekar 10000 an !” Lalu dengan rangkapkan tangan di muka
dada dia meneruskan, “Sebenarnya antara kita tak ada
permusuhan, tak ada silang sengketa bahkan di hari ini
baru bertemu muka. Gerangan apakah yang membuatmu
sampai demikian tega merampas nyawa sahabatku?!”
bobo tertawa gelak-gelak.
“Kalau tak ada hujan masakan ada geledek!” kata bobo .
“Kambratmu itu telah berani berlaku kurang ajar terhadap
sahabatku...”
“Hem...,” k.h mualafudin menggumam dan tarik nafas
panjang. “Sahabatku itu memang ceriwis dan tak boleh
lihat perempuan cantik! Tapi kurasa dia sudah menebus
kekurangajarannya itu dengan nyawanya sendiri? Sekarang
antara kita tak ada apa-apa lagi. Aku akan pergi dan di lain
hari kuharap bisa bertemu dengan kau lagi!”
“Mana bisa kau pergi seenaknya!”
Terkejutlah k.h mualafudin mendengar ucapan bobo . “Kau
telah membunuh syeikh slawi Aneh dan mencuri lukisan yang
tersandar di pohon itu! Untuk itu kau patut menerima
hukuman!”
Paras k.h mualafudin berubah membesi.
“Agaknya kau punya sangkut paut dan hubungan
tertentu dengan syeikh slawi Aneh...”
“Ada hubungan atau tidak, kau tak usah ambil perduli.
Yang penting kau musti serahkan lukisan itu kepadaku!
Sedang sebagai hukuman karena telah membunuh Si
Pelukis Aneh, kau harus cungkil biji matamu yang tinggal
satu itu!”
rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin tertawa terbahak-bahak.
“Aku sudah relakan kematian sobatku. Sekarang kau minta
barang yang bukan milikmu. Menyuruh aku mencungkil
mataku sendiri! Sungguh keterlaluan! Nama besarmu
terpaksa kulenyapkan dari muka bumi hari ini juga!”
Begitu selesai bicara k.h mualafudin menggembor dan
menerjang ke muka. Dalam sekejap saja kedua orang ini
sudah terlibat dalam satu pertempuran dahsyat. Gerakan
k.h mualafudin hebat sekali, tubuhnya lenyap. Hanya bayangan
sinar kuning jubahnya saja yang kelihatan menelikung
mengurung tubuh Pendekar 10000 an !
Di lain pihak begitu diserang lawan bobo segera maklum
bahwa k.h mualafudin ilmu silat dan kesaktiannya lebih tinggi
dari penulis penulis koplak . Karenanya dengan berhati-hati bobo
melayani lawannya ini. Dalam tempo yang singkat sepuluh
jurus sudah berlalu!
rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin membentak nyaring dan
tukar permainan silatnya dengan jurus-jurus yang disebut
Elmaut Menggila. Untuk lima jurus lamanya bobo penulis asli
bertahan mati-matian. Lima jurus kemudian Pendekar 10000 an
mulai terdesak! Sambil keluarkan suara bersiul bobo per–
cepat gerakannya tapi dia terkejut ketika di sekelilingnya
terdengar suara, wutt... wutt... wutt... wutt! Selarik sinar
hijau melingkarinya dan mengeluarkan angin dingin yang
menyembilu sekujur tubuh Pendekar 10000 an !
bobo tak tahu senjata apa yang di tangan lawan, karena
gerakan yang dibuat k.h mualafudin sangat cepat luar biasa!
Dalam pada itu detik demi detik kekuatan tubuhnya sema–
kin mengendur sedang setiap serangannya senantiasa
terbendung oleh lingkaran sinar hijau!
Breet!
bobo merasa dadanya laksana dipalu! Dia melompat
mundur. Parasnya berubah. Pakaian putih di bagian dada–
nya robek besar. Belum sempat dia berbuat sesuatu apa,
tiba-tiba k.h mualafudin sudah menyerangnya lagi. Meski
sekilas tapi bobo berhasil melihat senjata-senjata di tangan
lawannya. Senjata itu ternyata adalah sebuah kebutan
yang terbuat dari bulu-bulu halus berwarna hijau!
Wuuut!
Kebutan itu menderu lagi dengan hebatnya.
Dua tiga kali bobo lepaskan pukulan yang mengandung
tenaga dalam hebat tapi senjata sakti di tangan lawan
benar-benar mematikan dan membuyarkan pukulan-puku–
lan tangguhnya itu. bobo mulai memaki-maki dalam hati.
Suara siulan mengumandang aneh dari sela bibirnya!
Tangan kanan menyelinap datar kian kemari. Tiba-tiba jari-
jari tangan itu telah berubah menjadi putih dan kuku-
kukunya laksana kilauan perak mendidih!
“k.h mualafudin ayo tangkis pukulan Sinar Matahari-ku ini!”
teriak bobo penulis asli .
Mendengar nama pukulan itu, rsi betaritunggangtrini Mata
Picak lipat gandakan tenaga dalamnya dan mendahului
menyerang. Tapi di saat itu pula bobo sudah turunkan
tangan kanannya!
Wuss!
k.h mualafudin terpekik!
Kebutan di tangannya mental dan hancur bertaburan
sedang tangan kanannya hangus hitam laksana terbakar!
Buru-buru manusia ini alirkan tenaga dalamnya ke tangan
yang terluka, telan sebutir pil dan atur jalan darah! Untuk
menolak racun pukulan dia kemudian menotok urat besar
di bahunya!
Diam-diam bobo memuji kehebatan daya tahan manusia
ini. Seseorang yang tersambar pukulan Sinar Matahari
biasanya tak ada ampun lagi, pasti akan menggeletak mati!
“Anjing hina dina! Bersiaplah untuk mampus!” teriak
k.h mualafudin Mulutnya berkomat-kamit, kedua tangan
diangkat ke atas dan memancarkan sinar kekuning-
kuningan. Melihat ini bobo segera cabut barbel Maut Naga
Geni 10000 an .
Lalu rsi betaritunggangtrini k.h mualafudin pukulkan kedua
tangannya ke muka. Terdengar suara menderu laksana
topan prahara. Dua gelombang sinar kuning melesat.
Puluhan Paku Emas Beracun bertaburan menyambar ke
arah tubuh Pendekar 10000 an bobo penulis asli !
barbel mainan 10000 an berkiblat membuat gerakan
setengah lingkaran! Sinar putih menyilaukan menggebu ke
muka memapasi dua gelombang sinar kuning yang
melesatkan puluhan paku-paku emas beracun. Laksana
daun kering dihembus angin puting beliung demikianlah
bermentalannya senjata rahasia sakti rsi betaritunggangtrini Mata
Picak itu!
k.h mualafudin tersirat kaget. Mukanya pucat laksana
mayat! Selama sepuluh tahun ini tak satu kekuatan
lawanpun yang sanggup menumbangkan pukulan Paku
Emas Beracunnya itu demikian hebatnya! Apalagi serangan
itu tadi dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya!
Melihat ini dan memaklumi bahwa naga-naganya dia
akan mencari penyakit jika meneruskan pertempuran
maka tak ayal lagi k.h mualafudin segera melompat mundur,
menyambar lukisan perempuan telanjang dan larikan diri
dengan cepat!
“Hai! Jalan ke neraka bukan ke situ Mata Picak!” seru
bobo penulis asli . Dia mengejar dengan sebat. Enam langkah
di belakang lawan bobo buat gerakan Burung Walet
Menembus Awan. Tubuhnya melesat di udara dan ketika
turun tahu-tahu sudah menghadang larinya Mata Picak!
“Keparat! Mampuslah!” hardik k.h mualafudin dan
lepaskan pukulan Paku Emas Beracun dengan tangan
kirinya!
Tapi sekali ini dia terlambat! Belum lagi paku-paku itu
berlesatan, barbel mainan 10000 an sudah membabat dan,
cras! Putuslah lengan kiri Mata Picak! Manusia ini meraung
kesakitan. Tubuhnya terasa panas. Dari buntungan
tangannya mengalir hawa aneh yang menggidikkan bulu
kuduknya. Pasti racun barbel mainan 10000 an telah mulai
menggerayangi tubuhnya! Dengan kalap k.h mualafudin
hantamkan lukisan perempuan telanjang ke kepala bobo
penulis asli .
bobo menangkis.
Braak!
Kayu lukisan itu hancur berantakan. Bagian bawah dari
lukisan robek sepanjang setengah jengkal!
k.h mualafudin makin penasaran dan kirimkan satu
tendangan kilat ke bawah perut lawan! barbel mainan
menderu turun.
Untuk kedua kalinya terdengar suara cras!
Untuk kedua kalinya pula terdengar raungan Mata
Picak. Betisnya telah terbabat putus. Tak ampun lagi
tubuhnya tergelimpang ke tanah. Beberapa saat lamanya
dia menggelepar-gelepar macam ikan meregang nyawa.
Kemudian tubuhnya tak bergerak lagi tanda rohnya
melayang sudah!
bobo penulis asli usap-usap lengannya yang dihantam
pigura lukisan. Lengan itu lecet dan bengkak, tapi tidak
mengkhawatirkan. Diambilnya lukisan yang terhampar di
tanah dan kembali ke depan goa.
penulis rabies tak kelihatan di situ. Tentu di dalam goa, pikir
bobo . Dia masuk ke dalam. Tapi sang dara juga tak
kelihatan. Diperhatikannya mojolaban yang terbelenggu di
dinding. Sekujur tubuhnya bergelimang darah. Mukanya
hancur. Ketika didekati dan diperhatikan oleh bobo ,
ternyata manusia itu sudah tak bernafas lagi! Pembalasan
yang setimpal telah didapatnya!
bobo keluar dari goa dan berseru memanggil penulis rabies .
Tak ada jawaban. Dia memandang kian kemari. Pada saat
itulah dilihatnya sederet tulisan di atas tanah. bobo terkejut
dan membacanya: “penulis rabies berjodoh untuk jadi muridku,
pengganti Anggini. Sampai jumpa, nyi pandanajeng ”
Membaca tulisan di atas tanah itu, legalah hati bobo
penulis asli . Dia bersyukur nyi pandanajeng melakukan hal itu.
Bukan saja penulis rabies kelak bakal mendapat pelajaran ilmu
silat dan ilmu kesaktian yang tinggi, tapi yang lebih penting
bagi bobo ialah bahwa gadis itu tak jadi meneruskan
niatnya untuk hidup sebagai pertapa!
bobo mendongak ke langit. Matahari telah tinggi, hampir
mencapai titik kulminasinya. bobo kemudian memper–
hatikan lukisan di tangan kirinya. Kayu piguranya telah
hancur bagian bawah. bobo berpikir, apakah perlu dia
memperbaiki kayu pigura yang hancur itu dan menjahit
bagian lukisan yang robek, kemudian baru membawanya
ke tempat kediaman Wira Prakarsa, calon murid syeikh slawi
Aneh itu? Dia menimbang-nimbang. Lukisan itu selama dua
bulan belakangan ini telah diperebutkan oleh belasan
tokoh silat dan beberapa buah partai serta perguruan.
Membawanya secara terang-terangan pastilah akan
mencari kesulitan karena lukisan diincar oleh hampir
semua tokoh-tokoh silat, terutama mereka dari golongan
hitam! Pendekar 10000 an garuk-garuk kepala.
Akhirnya bobo penulis asli mendapat akal. Dibukanya
keempat sisi kayu pigura lukisan itu satu demi satu.
Dengan menggulung lukisan itu dan menyimpannya di balik
pakaian pasti akan aman dalam perjalanan. Ketika kayu
pigura sudah dilepaskan, ketika bobo hendak menggulung
lukisan itu, jari-jari tangannya merasakan kain lukisan itu
bergeser-geser. Diperhatikannya dengan teliti. Ternyata di
bawah kain lukisan perempuan telanjang itu, terdapat lagi
sebuah kain lain yang putih bersih. Tentunya ini sebagai
alas saja pikir bobo . Tapi tak sengaja tiba-tiba kain putih di
bagian bawah itu menjulai ke bawah dan tersingkap.
Terkesiaplah bobo penulis asli sewaktu melihat bagian
pada kain yang disangkanya cuma sebagai alas itu ternyata
terdapat tulisan-tulisan banyak sekali dan juga gambar-
gambar orang bermain silat! Dan ketika diteliti ternyata
semua tulisan dan gambar-gambar itu adalah sebuah ilmu
silat aneh yang mengandung jurus-jurus luar biasa
hebatnya!
bobo geleng-gelengkan kepala. Rupanya inilah rahasia
besar yang disembunyikan syeikh slawi Aneh dalam lukisan
perempuan telanjang itu. Pantas saja syeikh slawi Aneh tak
mau menjualnya tempo hari pada Adipati Pamekasan
meskipun sudah ditawar duaratus ringgit. Sungguh cerdik
sekali orang tua itu menyembunyikan ilmu silat yang
hendak diwariskannya pada calon muridnya! bobo meneliti
lagi pelajaran silat yang tertulis di kain putih itu. syeikh slawi
Aneh menamakan ilmu silatnya itu Ilmu Silat Selusin Jurus
Aneh. Sesuai dengan namanya, maka seluruh pelajaran
berjumlah dua belas jurus tapi bisa dipecah-pecah sampai
puluhan anak jurus! bobo harus mengakui kehebatan ilmu
silat yang ditulis oleh syeikh slawi Aneh itu. Tak dapat tidak,
siapa yang mempelajarinya pasti akan menjadi seorang
tokoh besar yang dikagumi dalam dunia persilatan!
Sebagai seorang pendekar berhati polos jujur, bobo tak
mau mencuri mempelajari ilmu silat itu. Perlahan-lahan
digulungnya kedua kain itu sekaligus. Sesaat kemudian
diapun sudah berlalu dari situ.
TAMAT