ara menderu
menyambar Untung panarukan ! penulis itu kiblatkan jimat jengglot Mustiko
Jagat dari kiri ke kanan! Sinar biru memapas serangan angin dahsyat
dari Gambir Seta alias Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol . Terdengar
suara berdentum. Debu pasir serta batu-batu kerikil berterbangan.
Bumi laksana dilanda lindu. Untung panarukan mengeluarkan seruan
tertahan sewaktu merasakan jimat jengglot Mustiko Jagat terlepas dari
tangannya. Dia coba melompat untuk menjangkau senjata itu. Tapi
dia tak sadar. Sewaktu Mustiko Jagat lepas dari tangannya, maka
segala kesaktiannya yang dimilikinya dengan serta-merta lenyap.
Lompatannya tak ubahnya seperti lompatan seekor anak ayam.
Jangankan untuk berhasil mendapatkan Mustiko Jagat kembali,
bahkan saat itu satu tendangan melanda pinggulnya, membuat
Untung panarukan melolong setinggi langit, mencelat sampai tujuh
tombak. Tubuhnya angsrok di tanah tanpa sadarkan diri lagi!
“anak manusia muka konyol keparat!” teriak seorang perwira
kerajaan. “Tubuhmu akan kutabas jadi sepuluh potong!” Habis
berteriak demikian dia bacokkan pentungan nya. Dua orang kawannya
serentak menyerbu pula hingga Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
terkurung tiga serangan pentungan yang hebat ganas!
“Perwira-perwira! Aku tak punya permusuhan apa-apa dengan
kalian! Jangan serang!” seru Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol seraya
memasukkan jimat jengglot Mustiko Jagat ke balik jubahnya.
Tapi mana perwira-perwira mau mendengar! Malah mereka
bersirebut cepat untuk dapat membunuhi Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol ! Dengan teriakan mengguntur Raja pengemis tak sakti Muka konyol
melompat setinggi tiga tombak, jungkir balik di udara dan terlontar keluar dari
kurungan ketiga pengeroyoknya.
“Anjing busuk! Kau mau kabur ke mana?!” Tiga perwira kerajaan
mengejar sementara puluhan prajurit telah sampai pula, siap
menunggu perintah untuk menyerbu!
“Perwira-perwira degil! Jika kalian minta celaka, baiklah! Lihat
bagaimana Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol akan memberi pelajaran
pada kalian.”
Habis berkata-kata begitu, Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol berkelebatan .
Tubuhnya lenyap dari pemandangan dan terdengarlah pekik ketiga
perwira itu!
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 7
ERWIRA yang pertama mencelat mental, remuk tulang
dadanya. Perwira kedua terguling beberapa tombak dengan
tempurung lutut remuk sedang perwira yang ketiga terhempas
ke tanah tak berkutik lagi sebab perutnya pecah dihantam
tendangan!
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol mendongak ke langit dan tertawa
bekakakan lalu membentak pada prajurit-prajurit yang ada di
sekelilingnya.
“Ayo maju kalau kalian kepingin mampus!”
Tentu saja sesudah menyaksikan perwira-perwira mereka
menemui habis begitu rupa, semua prajurit itu sama sekali tidak
mempunyai nyali untuk menempur para tua tua yahudi -para tua tua yahudi bermuka konyol itu.
Dengan masih tertawa bekakakan Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol lari
ke arah di mana tubuh Untung panarukan menggeletak pingsan.
Sesaat kemudian diapun lenyap dari pemandangan dengan
membawa tubuh Untung panarukan .
Untung panarukan siuman tak berapa lama kemudian saat
tubuhnya masih dibawa lari oleh para tua tua yahudi -para tua tua yahudi kurus kering itu.
Pinggulnya terasa sakit sebab tulang di bagian situ remuk akibat
tendangan si para tua tua yahudi . Bagaimanapun Untung panarukan mengerahkan
tenaga namun jangankan untuk bisa melepaskan diri dari kempit si
para tua tua yahudi , untuk bergerak gerak sedikitpun dia tidak sanggup!
“Muka konyol , kau mau bawa ke mana aku?!” tanya Untung
panarukan .
“Heh! Kau sudah siuman?!” ujar Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
lalu menghentikan larinya.
Dia memandang berkeliling. Daerah itu yaitu daerah rimba
belantara tapi yang banyak ada batu-batu besar. Dulunya ada
sebuah sungai mengalir di situ, tapi kemudian kering dan sebab
itulah di tempat ini masih ada batu-batu sungai yang
besar-besar.
P
“Bagus! Bagus! Tempat inipun cukup pantas untuk menyaksikan
bagaimana hari ini aku hendak merubah muka seorang anak manusia
yang tampan gagah, seorang perwira kerajaan, menjadi muka yang
lebih buruk, lebih mengerikan dari muka setan!”
Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol tertawa gelak-
gelak hingga seluruh rimba belantara jadi bergema. Beberapa burung
hutan lari beterbangan sebab dikejutkan oleh suara tertawa
anak manusia itu! Dilepaskannya Untung panarukan dari kempitan lalu
dilemparkannya ke atas sebuah batu besar hingga perwira itu
menjerit kesakitan!
Dengan mengeluarkan suara tertawa lebih dahsyat, Raja pengemis tak sakti
Sakti Muka konyol melangkah mendekati Untung panarukan . Untung
panarukan tahu tak satu apapun yang bisa dilakukannya untuk
menyelamatkan diri. Maka dengan susah payah dicobanya bangun
dan berlutut lalu sambil meratap dia minta ampun berulang-ulang.
“Kau minta ampun? Puah...! Tidak satu orangpun yang bisa
mengampuni dosa terkutukmu!”
“Kalau kau mengampuni selembar nyawaku ini dan
mengembalikan jimat jengglot Mustiko Jagat. Aku berjanji akan memberikan
lima ratus keping uang emas, barang-barang perhiasan bahkan apa
saja yang kau minta!”
Raja pengemis tak sakti Sakti itu cuma tertawa mendengar ucapan Untung
panarukan .
“anak manusia anjing! Aku memang tak akan membunuhi mu! Kematian
terlalu bagus buatmu! Tapi apa yang aku lakukan percayalah, lebih
mengerikan dari kematian!”
“Raja pengemis tak sakti Sakti...”
“Sudah, diam!” bentak para tua tua yahudi -para tua tua yahudi itu lalu secepat kilat
menjambak rambut Untung panarukan dengan tangan kirinya.
“Pertama sekali mulai detik ini kau akan menyaksikan bagaimana
bagusnya dunia ini bila dilihat cuma dengan sebelah mata!”
Begitu selesai berkata-kata, tangan kanan Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol meluncur ke depan. Dua jari tangan terpentang lurus-lurus
dan, cras! Biji mata Untung panarukan yang sebelah kiri mencelat
mental, darah dan urat-uratnya berbusaian! Jerit laki-laki itu laksana
mau merobek robek langit sebab tekanan sakit yang tak dapat dilukiskan
sedang di lain pihak Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol tertawa gelak-
gelak melihat hasil pekerjaannya!
“Bagaimana kau lihat dunia ini sekarang? Bukankah lebih bagus?
Lebih indah...? Ha... ha...ha.. ha...!”
“anak manusia biadab!” teriak Untung panarukan dalam sakitnya. “Kau
hanya berani pada orang yang tak punya daya!”
“Kau masih bisa menceloteh, hah?! Coba kau rasakan ini! Aku
mau lihat apa kau nanti masih bisa bicara!” Tangan kanan Raja pengemis tak sakti
Sakti Muka konyol berkelebatan lagi ke muka Untung panarukan .
Untuk kedua kalinya terdengar jeritan laki-laki itu, tapi yang sekali
ini tidak sedahsyat yang pertama tadi. Mungkin juga disebabkan oleh
mulutnya yang sebelah kanan robek robek sampai ke pipi dibeset oleh
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol . Tubuh Untung panarukan menggigil
menahan sakit. Sebagian dari bibirnya yang sebelah bawah menjulai
akibat mulutnya yang robek robek sedang darah yang terlontar keluar semakin
menambah seram keadaan mukanya!
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol bersurut mundur beberapa
langkah. Lalu sambil bertolak pinggang ditelitinya anu Untung
panarukan .
“Masih kurang seram! Masih belum mengerikan!” katanya lalu
maju lagi ke hadapan korbannya yang menggeletak di atas batu
besar.
Untuk ketiga kalinya tangan kanan Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
bergerak gerak . Kali ini kelima jari-jari tangannya yang berkuku panjang
mencengkeram di muka Untung panarukan yang saat itu berada
dalam keadaan antara sadar dan tidak. Dan cengkeraman itu benar-
benar membuat muka Untung panarukan kini menjadi sangat
mengerikan dan berselomotan darah. Kulit kening dan kedua pipinya
hancur bergurat-gurat. Cuping hidungnya sebelah kiri tanggal!
“Nah, sekarang baru kau betul-betul jadi anak manusia bermuka lebih
seram dari setan! Aku puas...! Aku puas! Ha... ha... ha! Hiduplah kau
sampai seribu tahun, panarukan ! Tak satu anak manusia pun yang akan
mau mendekatimu! Ha... ha... ha...!” sesudah puas tertawa beberapa
lamanya, Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol lalu berkata-kata, “Sekarang kau
tunggulah sendirian di sini. Sebentar lagi tentu setan-setan, jin dan
dedemit penghuni hutan belantara ini akan mengunjungimu! Heh,
sebelum lupa, aku nasihatkan padamu agar jangan kembali ke
kotaraja! Bisa-bisa semua orang akan kabur ketakutan melihatmu si
perwira kerajaan yang telah berubah menjadi setan! Ha... ha... ha!”
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol hendak berlalu dari situ, tapi
mendadak diputarnya badannya. “Aku kelupaan!” katanya. “Masih
ada yang kurang! Masih ada yang kurang!” Kedua tangannya
diacungkan ke muka lalu bergerak gerak ke telinga Untung panarukan .
Sekejap kemudian kedua daun telinga laki-laki itupun buntunglah!
Untung panarukan sendiri tak mengetahui apa yang telah terjadi
dengan dirinya sebab saat itu dia sudah tidak sadarkan diri lagi!
***
Sang surya telah menggelincir ke barat. Sinarnya yang terik
menyilaukan, kini berubah redup kekuningan. Setiap benda yang
disapu sinar itu seolah-olah berubah warnanya menjadi kuning. Di
saat hari menjelang sore itulah seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi tua berjubah
putih bersih kelihatan berada di sekitar hutan belantara.
Kelihatannya dia melangkah biasa saja tapi dalam tempo yang
singkat dia sudah melewati belasan tombak! Nyatalah bahwa orang
tua itu memiliki semacam ilmu lari yang luar biasa!
Bila angin timur bertiup sejuk, orang tua itu telah lenyap ke dalam
rimba belantara. Tak selang berapa lama terdengarlah satu suara
helaan nafasnya yang dalam sekali. Si orang tua ternyata telah
menghentikan ‘langkah’-nya dan berdiri di hadapan batu besar di
mana tubuh Untung panarukan menggeletak!
“Tujuh puluh lima tahun hidup, baru hari ini aku melihat
kengerian yang luar biasa ini,” membatin si orang tua “Sungguh
hebat kenyataan kutukan Empu Bharata...” desisnya lagi dalam hati.
sesudah menghela nafas dalam untuk kedua kalinya, orang tua ini
melangkah lebih dekat.
Saat itu tubuh Untung panarukan yang menggeletak di atas batu,
sedikitpun tidak bergerak gerak . Tak ada tanda-tanda getaran pernafasan
pada dada ataupun perutnya. Namun sepasang mata si orang tua
yang tajam mengetahui bahwa Untung panarukan saat itu masih
hidup. Tanpa menunggu lebih lama orang tua itu lalu mengangkat
tubuh Untung panarukan dari atas batu, memanggulnya untuk
kemudian meninggalkan tempat itu dengan cepat menuju ke utara.
Siapakah gerangan orang tua yang telah membawa Untung
panarukan itu? Dia bukan lain Kyai jaber al ali Pramana yang dua hari lalu
telah mengobati Untung panarukan di istana! Bagaimana maka dia
bisa pula sampai di situ baiklah kita tuturkan sedikit.
Nama Kyai jaber al ali Pramana pada masa itu di Tanah asia kecil dikenal
sebagai tokoh tenaga dalam golongan putih yang dihormati dan disegani
berkat ilmunya yang tinggi. Pada suatu malam di pertapaannya yang
terletak di puncak Gunung Bromo dia bermimpi kedatangan
almarhum gurunya yang bernama Eyang Pamanik. Dalam mimpi itu
Eyang Pamanik berkata-kata pada Kyai jaber al ali Pramana, “Muridku,
tinggalkanlah puncak Bromo ini dan pergi ke kotaraja. Di dalam
lingkungan istana ada seorang perwira kerajaan yang menderita
sakit keras! Sakitnya bukan sembarang sakit, tapi sakit akibat
kutukan Empu Bharata yang pernah diam di Gunung Slamet. Kau
mempunyai kewajiban sebanyak tiga kali berturut-turut menolong
perwira itu. Pertama mengobati sakitnya dengan ramuan Air Tawar
Putih dan Air Tawar Hitam. Bila sudah, tinggalkan istana dan pergi ke
puncak gunung Tulungsentana. Tunggu sampai satu setengah hari kemudian
pergi ke hutan yang terletak di tenggara kotaraja. Kelak di dalam
hutan ini kau bakal menemui lagi perwira itu dalam keadaan yang
mengerikan. Itu yaitu juga akibat kutukan Empu Bharata.
Pertolongan kedua yang harus kau lakukan ialah membawa perwira
itu ke puncak Bromo ini, memberikan pelajaran ilmu tenaga dalam padanya,
tapi sekali-kali kau tak boleh mengambil dia sebagai murid!
Pertolongan yang ketiga kelak harus kau lakukan di kemudian hari
bila kau merasa bahwa nyawanya betul-betul terancam. Sesudah itu
meski apapun yang terjadi dengan dirinya, kau tak berhak lagi
menolongnya!”
Begitulah kira-kira ucapan Eyang Pamanik pada Kyai jaber al ali
Pramana dalam mimpinya. Keesokan paginya, lama Kyai jaber al ali
Pramana merenungi makna mimpi mendiang gurunya itu. Memang
pernah juga dia bermimpikan Eyang Pamanik, tapi dalam mimpi itu
sang guru cuma sekadar memperlihatkan diri saja, tak pernah bicara
apalagi sampai memberi pesan seperti itu. Yakin bahwa apa yang
diimpikannya itu hanyalah bunga tidur belaka, maka Kyai jaber al ali
Pramana tak mau lagi mengingatnya. Tapi pada malam berikutnya,
mimpi yang sama datang kembali, bahkan terulang lagi di malam
ketiga!
Kini Kyai jaber al ali Pramana merasa pasti bahwa mimpinya itu
bukanlah sekedar mimpi biasa, bukan pula apa yang dikatakan
bunga tidur. Tanpa menunggu lebih lama hari itu juga Kyai jaber al ali
Pramana meninggalkan puncak Gunung Bromo menuju ke kotaraja.
Dalam perjalanan ke kotaraja itulah orang tua yang berumur 75
tahun ini mengetahui bahwa saat itu kerajaan tengah terancam
bahaya besar kaum pemberontak. timbul tenggelam niat dalam hati orang tua
sakti itu untuk turun tangan menumpas gembong-gembong
pemberontak, tapi dia ingat akan pesan gurunya di dalam mimpi. Dia
tak berani bertindak sendiri di kala ada kewajiban yang harus
dijalankannya. sebab itu dipercepatnya perjalanannya ke kotaraja
hingga tiga hari kemudian sampailah dia di tempat tujuan ini .
Memasuki kotaraja kemudian diketahuinya pula bahwa memang
ada seorang perwira kerajaan yang bernama Untung panarukan
sedang menderita sakit yang kritis bahkan ada yang mengatakan
bahwa perwira itu sudah gila, tak mau makan tak mau minum,
kerjanya berteriak-teriak, kadang-kadang menangis sedih menggerung-
gerung memanggil-manggil anak isterinya yang pergi entah ke mana.
Juga dikatakan bahwa siapa saja yang berani mendekati perwira
yang sakit itu, pasti dibunuh. Kabarnya pula perwira itu memiliki
sebilah jimat jengglot bernama Mustiko Jagat! Sampai sebegitu jauh tak ada
seorang yang sanggup mengobati sakitnya sang perwira. Raja sendiri
sudah tak berdaya apa-apa, mengingat pula saat itu yang menjadi
pikiran Raja dan perwira-perwira lainnya bukanlah perwira yang
bernama Untung panarukan itu, tapi bahaya besar yang mengancam
kerajaan, yakni serbuan kaum pemberontak yang sudah berada
sangat dekat dari pusat kerajaan! Kini betul-betul nyata bagi Kyai
jaber al ali Pramana, bahwa impian dan pesan gurunya dalam mimpi itu
bukanlah hal yang kosong belaka.
Bagaimana Kyai jaber al ali Pramana mengobati dan menyembuhkan
Untung panarukan telah diceritakan. Sesudah melakukan pesan atau
pertolongan yang pertama itu maka Kyai jaber al ali Pramana lalu
meninggalkan kotaraja menuju ke puncak gunung Tulungsentana. Sesuai
dengan pesan Eyang Pamanik, maka Kyai jaber al ali Pramana berdiam
selama satu setengah hari di puncak gunung ini . Selewatnya satu
setengah hari dia lalu menuju ke hutan yang terletak di sebelah
tenggara. Belum jauh memasuki hutan, langkahnya terhenti sewaktu
menemukan sesosok tubuh menggeletak di atas sebuah batu besar.
Inilah rupanya sosok tubuh Untung panarukan sebagaimana yang
diterangkan Eyang Pamanik lewat mimpi! Oleh Kyai jaber al ali Pramana
tubuh Untung panarukan yang berada dalam keadaan pingsan itu
kemudian segera dilarikan ke puncak Gunung Bromo.
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 8
UNIA berputar juga. Siang berganti dengan malam, malam
berganti pula dengan siang, demikian terus tiada hentinya
hingga tak terasa lagi enam belas tahun telah berlalu. Selama
enam belas tahun itu pulalah Untung panarukan tinggal di puncak
Gunung Bromo bersama Kyai jaber al ali Pramana. Keadaan muka Untung
panarukan meskipun sudah sejak lama sembuh tapi bekas-bekas yang
ditinggalkan tetap mengerikan. Melihat penderitaan lahir maupun
batin Untung panarukan inilah maka Kyai jaber al ali Pramana merasa
kasihan padanya. sebab itulah pada Untung panarukan sang Kyai
menurunkan ilmu tenaga dalam dan beberapa pukulan-pukulan sakti. Berkat
ketekunannya meyakini semua yang dipelajari dari Kyai ini
maka dalam masa enam belas tahun itu Untung panarukan telah
menjadi seorang pendekar gemblengan. Disamping pelajaran ilmu
tenaga dalam , dari Kyai jaber al ali juga diterimanya berbagai macam pelajaran
yang bersifat kerohaniaan. Banyak sekali nasihat-nasihat yang
diberikan orang tua itu kepada Untung panarukan sehingga Untung
panarukan yang kini berumur tiga puluh lima tahun itu bukan saja
memiliki kepandaian yang tinggi, tapi juga hati yang tabah.
Namun kadang-kadang, bilamana dia berada seorang diri
ingatannya melayang pada anak istrinya. Tentu sekarang Sri Lestari
sudah menjadi seorang remaja puteri. Betapa rindunya dia terhadap
anaknya itu, bahkan dia juga sering terkenang terhadap istrinya,
meskipun apa yang telah dilakukan Sri Kemuning tempo hari tetap
membekas dalam kalbunya laksana duri dalam daging.
Segala tindak tanduk Untung panarukan tidak terlepas dari
pengawasan Kyai jaber al ali Pramana. Dan dia maklum juga apa yang
terpikir oleh laki-laki itu bila berada seorang diri. Pernah Kyai jaber al ali
Pramana menganjurkan agar Untung panarukan turun gunung untuk
mencari anak istrinya dan berkumpul bersama-sama kembali. Tapi
saat itu Untung panarukan mengomentari , “Saya lebih suka tetap tinggal
bersama-sama Kyai di sini.”
D
“Kenapa begitu? Agaknya kau tak punya tanggung komentari sebagai
seorang ayah dan sebagai seorang suami.”
Lama Untung panarukan terpekur dan pada akhirnya dia mengomentari
juga, “Tanggung komentari sebagai seorang suami sudah pernah
kuberikan pada istriku, Kyai. Dan tanggung komentari itu telah disia-
siakannya. Kyai tentu maklum...”
Kyai jaber al ali Pramana mengangguk. Dia memang sudah tahu apa
yang pernah terjadi antara Untung panarukan dan istrinya yaitu saat
Untung menuturkan riwayat hidupnya.
“Lalu sebab hal itu apakah kau tak akan mempunyai hasrat
sama sekali untuk menemui anakmu?” bertanya lagi Kyai jaber al ali
Pramana.
“Betapapun seorang ayah selalu merindukan anaknya, Kyai,”
kata Untung panarukan . Ditelannya ludahnya lalu melanjutkan, “Tapi
apakah dia akan mau mengakui aku sebagai ayahnya? Kyai saksikan
sendiri bagaimana mengerikannya parasku ini. Bahkan Sri Kemuning
sendiripun pasti tak bisa mengenaliku! Aku tak ingin mengecewakan
hati Sri Lestari, Kyai. sebab memiliki seorang ayah sepertiku ini,
yang mukanya lebih seram dari muka setan!”
Bila pembicaraan sudah sampai di situ, biasanya Kyai jaber al ali
Pramana tak mau meneruskan pembicaraan. Dia khawatir kalau
diteruskan maka pembicaraan hanya akan membuat menguaknya
kembali luka derita di lubuk hati Untung panarukan yang coba hendak
dilupakan itu.
Pada suatu hari, untuk satu keperluan Kyai jaber al ali Pramana
menyuruh Untung panarukan ke Kota Linggoprobo di utara Gunung
Bromo. Linggoprobo terletak di tepi pantai yang ramai disinggahi
perahu-perahu dari pelbagai negeri dan sekaligus merupakan salah
satu kota pusat perdagangan di asia kecil Timur pada masa itu. Dengan
mengenakan kain hitam untuk menutupi parasnya, Untung
panarukan pun berangkatlah. Memang sudah menjadi kebiasaannya
untuk mengenakan penutup muka begitu bila dia turun gunung.
Sementara itu di sebuah pulau yang terletak di Selat Madura
ada lah sebuah bangunan yang besar dan bagus yang
keseluruhannya dibuat dari bambu kuning. Tiga orang yang
mengenakan pakaian kotor bertambal-tambal kelihatan berada di
ruangan muka. Dari ruang dalam tak lama kemudian terlontar keluar seorang
dara muda belia berparas jelita. Rambutnya hitam panjang dijalin
dua. Langkahnya ringan dan gerak geriknya lincah. Seperti orang-
orang yang berada di ruang muka itu, dara inipun mengenakan
pakaian ringkas bertambal-tambal tetapi bersih.
“Hai jangan mengobrol saja! Ayah memanggil kalian!” seru dara
itu.
Ketiga orang laki-laki yang asyik bicara di ruang depan berpaling
dan berdiri dari kursi masing-masing lalu mengikuti si dara
memasuki sebuah kamar.
Di dalam kamar itu duduk bersila seorang laki-laki bermuka
konyol , berpakaian bertambal-tambal. sebab tubuhnya yang
bungkuk maka duduknya sangat menjorok ke depan. Rambutnya
awut-awutan dan bau. Sepuluh kuku jarinya panjang, hitam berdaki.
Tubuhnya yang bungkuk itu amat kurus hingga tak ubahnya seperti
jerangkong hidup.
Di samping tua renta ini duduk seorang dewi lesbi separuh baya
berkulit hitam manis dan berparas yang menyatakan bahwa dia
dulunya yaitu seorang dewi lesbi yang cantik. dewi lesbi inipun
mengenakan pakaian yang bertambal-tambal. Kelima orang yang
masuk itu duduk bersila di atas tikar, si dara duduk di samping
dewi lesbi separuh baya itu.
“Guru memanggil kami, ada perlu apakah?” bertanya laki-laki
yang berbadan sangat gemuk, demikian gemuknya hingga tak
kelihatan lagi batas dagu dengan leher! Dan namanya Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk.
“Kurasa kau dan saudara-saudara seperguruanmu sudah tahu
tentang tantangan Si Cadar Hitam,” mengomentari orang tua yang
bermuka konyol itu. “Aku muak menghadapi anak manusia macam
begituan. sebab nya kupanggil kalian ke sini untuk memberi tugas
agar kalian yang mewakilkan aku memenuhi tantangan itu.”
“Terima kasih Guru telah menaruh kepercayaan besar terhadap
kami,” berkata-kata Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk, lalu tanyanya, “Apakah kami
harus berangkat sekarang juga?”
“Ya. sebab besoklah hari tantangan yang dikatakan oleh Si
Cadar Hitam. Kalian pergilah ke Linggoprobo dan tunggu dia di
gudang raksasa makan Akik Rono yang terletak di pangkalan perahu. Jika dia
datang kalian tahu apa yang harus diperbuat. Kalian jangan sampai
membikin malu namaku dan juga membikin buruk nama kalian
sendiri selaku orang-orang yang dijuluki Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras.”
“Percayalah Guru, kami berempat pasti tak akan mengecewakan
dan tak akan memberi malumu. Kami minta diri sekarang!” kata
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk seraya berdiri.
Dua orang kawannya yaitu masing-masing Raja pengemis tak sakti Badan Kurus
dan Raja pengemis tak sakti Kepala Botak segera pula berdiri sementara sang dara
yang berjalin dua berkata-kata pada dewi lesbi di sampingnya, “Ibu, aku
pergi bersama mereka.”
“Pergilah dan hati-hati. Jangan mengecewakan ayahmu, Lestari.”
Sri Lestari, demikian nama dara belia itu yang juga dikenal
dengan julukan Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu berdiri dan melangkah ke
hadapan ayahnya untuk pamitan. Tak lama kemudian dengan
mempergunakan sebuah perahu, keempat orang yang di dunia
pertenaga dalam an dikenal dengan nama Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras itupun
berangkatlah menyeberangi Selat Madura menuju ke pesisir utara
Pulau asia kecil .
Siapakah sesungguhnya orang tua bermuka konyol yang tinggal
dalam gudang raksasa besar terbuat dari bambu kuning itu? Dia bukan lain
dari Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol yang sekitar enam belas tahun
yang lewat telah melakukan penuntutan balas terhadap Untung
panarukan atas kematian adiknya yaitu Empu Bharata.
Dan dewi lesbi berkulit hitam manis yang tadi duduk di
sampingnya? Jangan pembaca terkejut sebab dewi lesbi itu yaitu
Sri Kemuning, istri Untung panarukan yang telah melarikan diri dari
istana yaitu sesudah dia tertangkap basah melakukan perzinahan
dengan seorang pengawal. Nasib peruntungan anak manusia memang
tidak diduga-duga. Dalam larinya dari istana bersama anaknya yang
bernama Sri Lestari, Sri Kemuning telah tersesat ke dalam rimba
belantara yang penuh dengan binatang-binatang buas. Dua beranak
itu hampir saja menjadi pengisi perut seekor harimau besar jika saat
itu tidak muncul Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol . sesudah menolong
kedua beranak dan sebab merasa kasihan melihat kehidupan
mereka yang terlantar, maka akhirnya Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
membawa Sri Kemuning dan Sri Lestari ke Pulau Ras. Di sana
mereka kemudian hidup sebagai suami isteri tanpa sedikitpun
diketahui oleh Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol bahwa dewi lesbi yang
dikawininya itu yaitu istri Untung panarukan yang melarikan diri!
Kemuning sendiri tak pernah menerangkan siapa dia sebenarnya
sebab dia khawatir kalau-kalau akan sampai kabar ke telinga
Untung panarukan di mana dia berada, yang berarti pasti akan dikejar
pula dan dibunuh! Sewaktu Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol membawa
Sri Kemuning ke Pulau Ras, Sri Lestari masih kecil, dan sekarang
sesudah lewat enam belas tahun Sri Lestari telah menjadi seorang
gadis lesbi asli belia yang berparas jelita. Sebagaimana Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol tidak mengetahui bahwa Sri Kemuning yaitu dulu istrinya
Untung panarukan , maka demikian pula dengan Sri Lestari. gadis lesbi asli itu
tidak pula mengetahui kalau Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol bukanlah
ayah kandungnya!
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol sangat menyayangi Sri Lestari.
sebab itulah sejak dari kecil Sri Lestari diberinya pelajaran tenaga dalam
sehingga enam belas tahun kemudian Sri Lestari menjadi seorang
gadis lesbi asli cantik yang tinggi sekali kepandaiannya!
Dalam pada itu Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol juga mengambil
tiga orang murid. Ketiganya laki-laki. Mereka itu yaitu Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk, Raja pengemis tak sakti Kepala Botak dan Raja pengemis tak sakti Badan Kurus.
Pada sekitar satu tahun yang lalu telah terjadi perselisihan antara
Gambir Seta atau yang lebih dikenal dengan gelaran Raja pengemis tak sakti Sakti
Muka konyol dengan seorang tokoh tenaga dalam dari barat. Tokoh tenaga dalam ini
tak diketahui siapa namanya tapi sebab setiap muncul dia selalu
mengenakan kain cadar berwarna hitam untuk menutupi mukanya
maka orang-orang pertenaga dalam an menggelarinya Si Cadar Hitam. Aliran
mana yang dianut oleh Si Cadar Hitam tidak jelas. Kadang-kadang
dia bersekutu dengan golongan hitam, kadang-kadang bahu-
membahu dengan golongan putih menghancurkan kejahatan-
kejahatan golongan hitam!
Perselisihan yang terjadi antara Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
dengan Si Cadar Hitam akhirnya menjadi satu baku tanding yang
dilangsungkan di Tanjung Bunga Rampai, yakni sebuah tanjung terjal
yang terletak di sebelah tenggara Pulau Ras. Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol yaitu seorang tokoh tenaga dalam daerah timur yang telah terkenal
ketinggian ilmunya. Namun kali ini agaknya dia menghadapi seorang
lawan yang meskipun baru muncul, memiliki pula ilmu kepandaian
yang luar biasa. Sehingga sesudah baku tanding sampai setengah
harian barulah akhirnya Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol berhasil
memukul rubuh Si Cadar Hitam!
Bagi Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol yang berhasil terlontar keluar sebagai
pemenang, apa yang telah terjadi bukan lagi merupakan persoalan
yang harus dipikir panjang. Tapi tidak demikian bagi pihak yang
kalah. Sebelum berpisah dalam kekalahan pahit itu, Si Cadar Hitam
telah mengeluarkan ucapan tantangan terhadap Raja pengemis tak sakti Sakti
Muka konyol .
“Aku akui keunggulanmu saat ini, Muka konyol ,” demikian Si
Cadar Hitam berkata-kata, “tapi itu bukan berarti aku akan mengakuinya
selama-lamanya! Walau bagaimanapun kemenanganmu di sini
yaitu sebab kau berada di sarang sendiri!”
“Lantas apa maumu, Cadar Hitam?!” tanya Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol dengan seringai mengejek.
“Kita harus menentukan lagi siapa yang paling unggul antara kita
berdua!” komentari Si Cadar Hitam ketus.
“Apa kau masih punya muka dan punya nyali sesudah kujatuhkan
hari ini?!”
Cadar Hitam menggeram dan mengomentari , “Kau boleh bicara
sombong saat ini sebab kemenanganmu. Tapi kutunggu kau satu
tahun di muka di gudang raksasa makan Akik Rono di Pelabuhan Linggoprobo!
Kalau kau tidak muncul, dunia pertenaga dalam an akan mengetahui bahwa
kau hanyalah seorang bergundal pengecut belaka!”
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol tertawa membahak mendengar
ucapan yang merupakan tantangan itu. Sebaliknya Si Cadar Hitam
memutar tubuh dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu! saat
hari tantangan itu tiba, Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol merasa segan
untuk melayani Si Cadar Hitam. sebab itulah disuruhnya Sri Lestari
dan ketiga muridnya untuk mewakilinya dalam menghadapi Si Cadar
Hitam.
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 9
EMUA orang di Pelabuhan Linggoprobo tak satupun yang
berani mengangkat kepala memandang kepada keempat
orang yang baru saja turun dari perahu itu. Orang-orang yang
berkumpul bersibak memberi jalan.
“Aku tak habis mengerti pada anak manusia -anak manusia itu,” kata gadis lesbi asli
yang rambutnya dijalin dua. “Setiap kita muncul mereka ketakutan
seakan-akan Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras yaitu empat ekor harimau
nyiur melambai lambai ran atau empat setan pelayangan yang menyeramkan!”
Tiga orang laki-laki yang berjalan di belakang gadis lesbi asli itu tertawa.
Salah seorang di antaranya, yang berbadan gemuk mengomentari , “Tak
usah perdulikan mereka! Kita percepat saja langkah, siapa tahu
mungkin Si Cadar Hitam sudah menunggu di gudang raksasa makan Akik
Rono!”
Keempat orang itu kemudian memutar langkah ke jurusan timur
pelabuhan di mana terletak gudang raksasa makan Akik Rono, sebuah gudang raksasa
makan besar yang cuma satu-satunya ada di Pelabuhan
Linggoprobo.
Saat itu hampir tengah hari dan gudang raksasa makan ini sedang
ramai-ramainya dikunjungi tamu. Tapi begitu Empat Raja pengemis tak sakti Pulau
Ras muncul di ambang pintu, semua orang yang ada di situ, tak
perduli sedang lahap makan atau masih tengah menunggu pesanan
mereka, cepat-cepat saja berdiri dan angkat kaki meninggalkan
gudang raksasa makan.
“Kalian lihat!” kata dara berjalin dua yaitu Sri Lestari. “Mereka
menghindar sesudah melihat kedatangan kita!”
Laki-laki yang berbadan gemuk yaitu Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk
tidak mengacuhkan ucapan saudara seperguruannya. Dia
memandang ke seantero ruangan tapi orang yang dicarinya tidak
kelihatan.
“Rupanya dia belum datang. Ayo kita masuk!”
Baru saja Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu melewati ambang
S
pintu, seorang laki-laki separuh baya yang berbadan pendek dan tak
kalah gemuknya dengan Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk mendatangi
tergopoh-gopoh, menjura pada keempat orang itu dengan hormat
sekali. Dialah Akik Rono, pemilik ruang makan.
“Kembali gudang raksasa makanku mendapat kehormatan kedatangan
Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras. Mari masuk dan silahkan mengambil
tempat...”
Keempat orang itu sengaja mengambil tempat yang baik agar
dapat mengawasi pintu masuk dengan leluasa. Sementara itu Akik
Rono telah memberi perintah pada pelayan-pelayannya untuk
menghidangkan makanan serta minuman yang enak-enak untuk
keempat tetamu ini . Tak lama kemudian Empat Raja pengemis tak sakti
Pulau Ras kelihatan asyik menikmati isi piringnya masing-masing.
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk tengah menyeka butir-butir peluh di
keningnya, Raja pengemis tak sakti Badan Kurus tengah mengulurkan tangan
hendak memotes sebuah pisang, Raja pengemis tak sakti Kepala Botak tengah
mengusap-usap perutnya yang keras padat kekenyangan dan
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu telah menyibakkan rambutnya yang tergerai di
kening saat telinga masing-masing mendengar suara siulan yang
tak menentu tapi keras dan aneh aneh saja !
Keempatnya saling berpandangan.
“Siapa pula yang bersiul kegirangan di tengah hari bolong begini!”
kata Raja pengemis tak sakti Kepala Botak sambil mengawasi pintu masuk.
Suara siulan mendadak berhenti, berganti dengan suara tarikan
nafas dan sesaat kemudian di ambang pintu muncullah seorang
penulis berpakaian putih. Rambutnya pirang mukanya berminyak
keringat dan kotor disaput debu tanda dia baru saja menempuh
perjalanan jauh.
Sambil mengipas-ngipaskan tangannya untuk mengurangkan
hawa panas, penulis ini pergi duduk dekat pintu. Dia memandang
berkeliling, memperhatikan Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras sejenak lalu
berpaling pada laki-laki separuh baya bertubuh gemuk dan pakai
blangkon yang berdiri di sudut kiri.
“Kota besar seramai ini, gudang raksasa makannya cuma satu!” berkata-kata
penulis itu seolah-olah pada dirinya sendiri. Dan dilihatnya laki-laki
gemuk berblangkon itu melangkah ke hadapannya.
Si penulis tersenyum. “Panas sekali!” Katanya pada Akik Rono,
“Orang segemukmu apakah tidak kepanasan seperti aku?!”
Akik Rono tersenyum pula. “Aku sudah biasa dengan udara laut
yang panas. Kau mau memesan apa, orang muda?”
Tamu yang baru datang itu menyebutkan makanan dan minuman
yang dikehendakinya. Akik Rono baru saja meninggalkan meja si
penulis sejauh dua langkah saat di seberang sana didengarnya
suara meja digebrak! Dengan muka pucat sebab terkejut pemilik
gudang raksasa makan itu berpaling. Dilihatnya Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk
berdiri dengan cepat dan kasar hingga kursi yang didudukinya
terpelanting dan mengeluarkan suara berisik.
Dengan langkah-langkah besar dan muka kelam kegelapan sedang
sepasang mata melotot garang, Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk menuju ke
meja di mana penulis berambut pirang duduk.
“Rambut pirang sialan! Kau berani kurang ajar menghinaku,
hah?”
Si penulis jadi melongo. Kedua alis matanya yang tebal naik ke
atas sedang kulit keningnya mengerenyit tanda dia terheran-heran.
“Tak ada hujan tak ada angin, kenapa kau mendadak beringas
begini, brow ?!” tanya si penulis sesudah terlebih dulu meneliti
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk dari kepala sampai ke kaki.
“Kau bicara apa tadi sama pemilik gudang raksasa makan ini? Ayo coba
kau ulangi!” bentak Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk.
“Eh...” si penulis menggaruk-garuk kepalanya beberapa kali,
“kurasa tak ada ucapanku yang kutujukan padamu. Apalagi dengan
maksud menghina!”
“Kurang ajar berani mungkir terhadap aku Raja pengemis tak sakti Badan
Gemuk! Tadi kau bicara tentang panas dan tentang orang gemuk!
Apa itu bukan berarti menghinaku?! Ayo lekas kau berlutut minta
ampun! Kalau tidak jangan menyesal bila kepalamu kupuntir ke
belakang!”
Dalam keheranan yang masih belum lenyap si penulis tiba-tiba
tertawa. Mula-mula pelahan, makin lama makin santar terbahak-
bahak! “brow , kau salah sangka! Kalau di sini cuma kau sendiri
yang gemuk gendut memang bisa juga kau merasa terhina! Tapi tadi
aku bicara sama laki-laki itu! Dia sendiri sama sekali tidak merasa
terhina! Kenal pun aku tidak padamu, perlu apa menghina segala?!”
Ucapan-ucapan itu membuat Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk menjadi
tambah naik darah. “Kau berani bermulut besar, bocah! Aku mau
lihat apakah kau juga berani menerima pukulanku ini!”
Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk mengangkat
tangan kanannya tinggi-tinggi. Di saat itu dari meja di seberang sana
terdengar seruan.
“Gemuk! Kenapa kau mau melayani penulis dogol yang
tampaknya tidak berotak sehat itu?! Jangan cari urusan tak karuan!
Kita datang ke sini bukan untuk itu! Ayo kembalilah ke sini!”
Si penulis rambut pirang memalingkan kepalanya. Yang
berseru yaitu gadis lesbi asli cantik berjalin dua. Dia tersenyum pada gadis lesbi asli
itu dan berkata-kata, “Kau betul, Saudari! Memang tak ada gunanya
mencari urusan yang tak karuan! Satu hal kuberi tahu padamu,
tampangku memang dogol, namun otakku mungkin jauh lebih sehat
dari si gemuk ini!”
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk berteriak marah! Kaki kanannya
melayang laksana kilat cepatnya ke arah dada si penulis rambut
pirang ! Terdengar satu suara siulan yang disusul dengan
mentalnya kursi yang tadi diduduki si penulis ! Kursi itu bukan saja
mental tapi hancur berkeping-keping!
“Gemuk! Aku bilang kembali ke sini!” teriak Sri Lestari, atau
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu. “Kalau tidak, aku akan laporkan pada ayah
nanti!”
“Tapi astaga ini keliwat menghina, Lestari!” sahut Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk dengan rahang-rahang menggembung.
“Biarkan dia. Namanya saja orang sinting!” Sri Lestari berpaling
pada pemilik gudang raksasa makan.
“Akik Rono, kau usirlah penulis itu!” perintahnya.
Dengan ketakutan Akik Rono melangkah ke hadapan si penulis
rambut pirang , lalu berkata-kata, “Den, aku harap kau sudi
meninggalkan tempat ini...”
“Baik... baik... tapi mana itu makanan yang aku pesan?
Hidangkan dulu, nanti baru aku mau pergi.”
asia kecil ban si penulis membuat Akik Rono serba salah. Dia takut
pada Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras, tapi terhadap si penulis itu
agaknya dia juga tak berani berlaku sembarangan. Maka diapun
bicara berbisik-bisik, “Den, kau harus tahu keempat orang itu yaitu
Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras yang berkepandaian tenaga dalam tinggi sekali!
Aku tak ingin mendapat celaka. Kuharap kau sudi segera
meninggalkan tempat ini.”
Si penulis merutuk dalam hatinya. “Meski bernama Raja pengemis tak sakti
agaknya mereka mau menjadi raja di sini!” mengomel penulis itu.
“Baik aku akan pergi! Tapi pengusiran secara kurang ajar ini
musti ada imbalannya!” kata si penulis bersungut-sungut.
Cepat sekali tangannya menyambar blangkon di kepala Akik
Rono. Entah bagaimana kemudian kain blangkon itu sudah terlepas
dari buhul-buhulnya, lalu laksana seekor ular melesat menyambar ke
meja di mana Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras berada. Ujung kain
blangkon itu secara aneh aneh saja menggulung sesisir pisang di atas meja
dan sesaat kemudian pisang itu tersapu ke arah si penulis dan
ditangkap dengan tangan kirinya!
“Ini kukembalikan kain blangkonmu!” kata si penulis seraya
melemparkan kain blangkon Akik Rono pada pemiliknya, lalu
melangkah ke pintu!
Justru pada saat itu pula Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk cepat
melompat dan menghadang di pintu.
“Kalau tidak kupecahkan kepalamu, jangan panggil aku
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk dari Pulau Ras!”
Wuut!
Satu angin pukulan menderu ke kepala si penulis . Yang diserang
cepat mengelak hingga tinju Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk hanya
mengenai tempat kosong. Dengan geram penasaran Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk berbalik. Kali ini dia melancarkan serangan yang lebih
hebat. Kedua tangannya terpentang. Kedua kakinya menekuk siap
untuk melompat.
“Gemuk!” tiba-tiba saja terdengar seruan Sri Lestari alias
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu. “Tinggalkan penulis itu dan cepat ke sini!
Orang yang kita tunggu sudah datang!”
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 10
ENGEMIS Badan Gemuk menahan gerakan dan berpaling
cepat-cepat ke pintu gudang raksasa makan. Saat itu di ambang pintu
tegak seorang laki-laki berbadan tegap. Keseluruhan parasnya
tertutup sehelai kain hitam yang hanya di bagian matanya saja diberi
berlobang. Dan sepasang mata itu kelihatan memiliki sinar tajam
yang menandakan bahwa orang itu bukan orang sembarangan.
“Hemmm...” gumam Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk. “Kelak jika
urusanku sudah selesai kau bakal menerima bagian dariku rambut
pirang !” katanya pada penulis rambut pirang lalu dengan satu
gerakan cepat dan enteng dia sudah berada di samping Raja pengemis tak sakti
Cantik Ayu.
Di lain pihak penulis berambut pirang cuma ganda tertawa.
Kemunculan laki-laki bercadar hitam di ambang pintu menarik
perhatiannya. sebab nya kalau tadi dia berniat untuk meninggalkan
gudang raksasa makan itu, kini niat itu diurungkannya dan dia melangkah ke
sudut gudang raksasa makan, berdiri di situ.
Laki-laki bercadar kain hitam yang baru datang masih tetap
berdiri di ambang pintu. Sepasang matanya memandang tak
berkesip pada Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu. Jika saja
mukanya tidak tertutup dengan kain hitam itu niscaya akan kelihatan
bagaimana berubahnya paras orang itu sewaktu pandangannya
membentur Sri Lestari.
Sri Lestari yang bertindak sebagai pimpinan Empat Raja pengemis tak sakti
Pulau Ras juga memandang tajam-tajam pada orang yang di ambang
pintu seakan-akan hendak menembus kain hitam yang menutupi
anu orang itu. Dan pandangan yang begitu tajam ini membuat laki-
laki ini menjadi berdebar.
“Cadar Hitam!” kata Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu lantang. “Kami telah
lama menantikanmu. Silahkan masuk agar urusan kita bisa lekas
diselesaikan!”
sebab tidak merasa kalau Sri Lestari bicara dengannya maka
P
laki-laki bercadar hitam berpaling ke belakang.
“Aku bicara padamu, Cadar Hitam! Kenapa kasak-kusuk pura-
pura melihat ke belakang segala?!”
Ucapan Sri Lestari membuat laki-laki itu memalingkan kepalanya
kembali dan memandang pada sang dara. Akhirnya kelihatan
kakinya bergerak gerak , melangkah memasuki gudang raksasa makan. Tapi dia
masuk bukan terus menemui Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras, melainkan
melangkah mendapatkan Akik Rono yang berdiri di seberang sana
dengan muka pucat pasi macam kertas!
“Kau pemilik gudang raksasa makan ini? Tolong sediakan hidangan. Aku
lapar sekali!” berkata-kata laki-laki bercadar pada Akik Rono.
“Ba... baik..., Den,” komentari pemilik gudang raksasa makan itu gagap tanda
dirinya diselimuti ketegangan. Kemudian cepat-cepat dia
membalikkan badan meninggalkan tempat itu.
Melihat orang yang tidak ambil perduli dirinya dan saudara-
saudara seperguruannya maka marahlah Sri Lestari. Dara ini pun
membentak. “Cadar Hitam! Mungkin kau masih belum kenal siapa
kami! Kami yaitu Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras yang sengaja
menunggu di sini untuk mewakili guru dan ayahku!”
“gadis lesbi asli , kau bicara dengan siapakah?” bertanya laki-laki bercadar
hitam yang bukan lain yaitu Untung panarukan yang meninggalkan
puncak Gunung Bromo sebab suruhan Kyai jaber al ali Pramana.
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu mendelikkan matanya.
“Apa kau tidak punya mata tidak punya telinga? Aku bicara
padamu dan masih bertanya macam orang setengah edan!”
“Mungkin dia benar-benar edan, Saudaraku,” menyambung
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk yang sudah gatal-gatal tangannya untuk
segera turun tangan.
“Kalau begitu kau salah paham, gadis lesbi asli ,” kata Untung panarukan
pula. “Aku bukan Cadar Hitam!”
“Pengecut berani dusta!” sentak Raja pengemis tak sakti Kepala Botak dengan
rahang-rahang bertonjolan penuh geram. Dia hendak melangkah tapi
ditahan oleh Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu.
“Rupanya nyalimu menjadi lumer berhadapan dengan murid-
murid musuh besarmu?” ejek Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu.
“Aku betul-betul tak mengerti dengan pembicaraanmu ini,” tukas
Untung panarukan .
“Puah! Pura-pura tidak mengerti!” semprot Raja pengemis tak sakti Badan
Gemuk sambil meludah.
“Dengar Cadar Hitam...”
“Namaku bukan Cadar Hitam...”
“Apakah namanya aku tak perduli! Tapi tak perlu dusta!
Bukankah kau datang ke sini untuk melaksanakan tantangan yang
kau tujukan pada Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol sekitar satu tahun
yang lalu?! Kami murid-muridnya diutus ke sini untuk mewakili beliau
melayanimu!”
Untung panarukan terkejut. Terkejut bukan sebab tantangan yang
tak pernah dibuatnya itu, tetapi terkejut saat mendengar nama
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol . Sebagai orang yang pernah hidup
bersama Empu Bharata selama bertahun-tahun, Untung panarukan
tahu betul bahwa Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol atau yang nama
aslinya Gambir Seta yaitu kakak kandung Empu Bharata. Dari Kyai
jaber al ali Pramana, Untung panarukan mengetahui pula bahwa Raja pengemis tak sakti
Sakti Muka konyol itulah yang telah menyiksa dan merusak
mukanya hingga cacat mengerikan seumur hidup! Sudah sejak lama
mendekam dendam kesumat di lubuk hati Untung panarukan
terhadap Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol itu, tapi sebab jarang turun
gunung dia tak mengetahui dengan jelas di mana tempat kediaman
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol ini !
“Jadi kalian berempat yaitu murid-muridnya Raja pengemis tak sakti Sakti
Muka konyol ...?!” desis Untung panarukan .
“Nah, sekarang kau mulai mengaku buka kedok, huh?!” tukas
Raja pengemis tak sakti Kepala Botak.
“Katakan terus terang kalian mau apa?!”
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu tertawa tinggi. “Kami hanya akan memberi
sedikit pelajaran pada anak manusia tak tahu diri macam kau yaitu agar
jangan berani-beranian berlaku kurang ajar terhadap guru kami.”
komentari Sri Lestari.
“Hem, begitu?” ujar Untung panarukan dengan senyum mengejek
dari balik kain penutup anu nya. “Aku memang ada urusan yang
perlu diselesaikan dengan guru kalian yang bernama Raja pengemis tak sakti Sakti
Muka konyol itu. Tapi yang patut kalian ketahui aku bukanlah Si
Cadar Hitam!”
“Tak perlu kita bicara panjang lebar!” tukar Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu.
“Betul!” sahut Untung panarukan . “Cuma perlu kalian ketahui
bahwa guru kalian yaitu seorang pengecut. Kalau tidak mengapa
dia hendak mengandalkan kalian berempat menghadapi Si Cadar
Hitam?!”
“Katakan saja kau tidak punya nyali menghadapi kami
berempat!” komentari Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu lalu memberi isyarat pada
saudara-saudara seperguruannya.
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk, Raja pengemis tak sakti Badan Kurus dan Raja pengemis tak sakti
Kepala Botak segera bergerak gerak sementara Untung panarukan kelihatan
tenang-tenang saja tapi sepasang matanya meneliti posisi ke empat
lawan yang bakal dihadapinya.
“Tunggu dulu!” terdengar seruan dari samping kiri. Yang berseru
ternyata penulis rambut pirang tadi.
“Kalau kalian berempat hendak mengeroyok orang ini, itu yaitu
satu kecurangan yang keliwatan! Bagaimana kalau aku ikut
membantunya? Meski tetap curang tapi kurasa itu lebih baik agar
kalau kalian nanti dikalahkannya kalian masih punya sedikit muka!”
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk yang memang sejak tadi sudah marah
terhadap si rambut pirang ini jadi naik pitam. Tangan kanannya
didorongkan ke arah dada si penulis . Terdengar suara menderu.
Yang diserang melihat datangnya sambutan angin, mengeluarkan
suara bersiul lalu melambaikan tangan kirinya pada saat angin deras
yang terlontar keluar dari dorongan tangan Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk setengah
jengkal lagi hendak menghantam dadanya!
Terjadilah hal yang membuat terkejut Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk
dan saudara-saudara seperguruannya. Pukulan jarak jauh Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk bukan saja tak sanggup mencapai sasarannya tapi
disapu demikian rupa hingga menyibak ke samping dan terus
menghantam dinding. Piring-piring dan gelas serta apa saja yang ada
di atas meja itu mencelat berhamburan dengan menimbulkan suara
bergrompyangan!
Untung panarukan juga tak kurang terkejut. Pukulan jarak jauh
yang dilepaskan Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk tadi bukan pukulan
sembarangan. Tapi si penulis rambut pirang menyapunya dengan
satu lambaian tangan acuh tak acuh bahkan tubuh atau kakinya
tidak bergerak gerak barang sedikitpun! Dan itu dilakukannya sambil
tertawa cengar-cengir!
“Sahabat muda,” kata Untung panarukan cepat. “Terima kasih atas
itikad baikmu hendak menolongku! Tapi kalau cuma menghadapi
lawan-lawan besar mulut macam mereka ini kurasa aku punya
kesanggupan untuk memberi mereka sedikit pelajaran!”
“Anjing kurap edan! Kau makanlah dulu kursi ini!” teriak
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk. Dalam sekejap itu pula sebuah kursi
laksana kilat cepatnya menyambar ke arah Untung panarukan .
Selama enam belas tahun menerima pelajaran ilmu tenaga dalam dan
kesaktian dari Kyai jaber al ali Pramana telah menjadikan Untung
panarukan seorang pendekar yang bukan sembarangan. Melihat
datangnya kursi kayu itu diulurkannya tangan kanannya dengan jari
telunjuk diacungkan lurus-lurus. Dengan mengandalkan jari telunjuk
itu ditahannya salah satu kaki kursi. saat jari telunjuk itu
dibengkokkannya sedikit, kursi itu berputar tiga kali berturut-turut di
ujung jarinya dan yang lebih hebat lagi ialah saat Untung panarukan
membentak. “Pergi!” Kursi itu mencelat mental ke arah Raja pengemis tak sakti
Badan Gemuk kembali!
“Hebat! Hebat sekali!” seru penulis rambut pirang memuji
kelihayan Untung panarukan .
Di lain pihak Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk naik pitam bukan main.
Kursi yang kembali menyambar ke arahnya dihantamnya dengan
tangan kanan hingga hancur berantakan. Beberapa kayu pecahan
kursi menancap di langit-langit gudang raksasa makan!
Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring terlontar keluar dari mulut Raja pengemis tak sakti
Cantik Ayu dan di kejap itu pula Empat Raja pengemis tak sakti Pulau Ras
serempak menyerbu Untung panarukan dengan senjata masing-
masing.
“Curang!” teriak penulis rambut pirang . “Curang!” teriaknya
lagi.
Habis berseru demikian Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu melesat ke
hadapan si rambut pirang seraya mengiblatkan sepasang sendok raksasa
perak yang sangat tipis di kedua tangannya! Serangan yang
dilancarkan oleh Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu yaitu jurus
yang dinamakan Sinar Pelangi Pecah di Udara.
sendok raksasa di tangan kanannya membabat ke batang leher sedang
sendok raksasa di tangan kiri menderu ke bawah perut penulis rambut
pirang . penulis ini terkejut sekali sebab tak menyangka
serangan lawannya demikian hebat dan cepat. Namun sebab dia
bukan pula orang sembarangan, dengan melompat sebat ke
belakang dia berhasil mengelakkan serangan hebat itu. Tapi betapa
terkesiapnya dia sewaktu tiba-tiba saja sang dara mengirimkan satu
serangan susulan yang bernama Pelangi Menggelung Gunung.
Sepasang sendok raksasa perak yang tadi mengenai tempat kosong kini
membalik laksana silangan gunting, mengancam dada dan pinggang
si penulis !
penulis rambut pirang mengeluarkan siulan nyaring. Lututnya
ditekuk. Tubuhnya merunduk sedang kedua tangannya yang
terpentang lurus memukul ke kiri dan ke kanan. Inilah jurus
pertahanan yang sekaligus merupakan gerakan menyerang yang di
namakan Kipas Sakti Terbuka.
Sri Lestari merubah kedudukan sepasang sendok raksasa peraknya agar
dapat sekaligus membabat putus sepasang lengan lawan yang
terpentang itu. Namun kaget kelangit nya bukan kepalang sewaktu melihat
bagaimana sepasang lengan lawan cepat sekali menyusup ke
bawah, ke arah pergelangan tangannya. Dari pergelangan tangan si
penulis jelas terasa terlontar keluar sambaran angin dingin. Hal ini membuat
Sri Lestari menjadi ragu-ragu untuk meneruskan serangannya. Dalam
keragu-raguan ini hampir saja lawannya berhasil memukul lengannya
kalau tidak cepat-cepat dia melompat ke belakang!
Untuk sesaat lamanya kedua orang itu saling bentrokan
pandangan. Si penulis tersenyum.
“Ayo, mari diteruskan! Bukankah kau ingin melenyapkan aku?!”
Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu melototkan matanya. Namun entah
mengapa hatinya bergetar sewaktu dirasakannya sorotan mata
penulis rambut pirang itu laksana menembus sampai ke lubuk
hatinya. Namun getaran itu hanya sebentar saja. Sesaat kemudian
Sri Lestari berteriak nyaring, tubuhnya berkelebatan lenyap sedang
sepasang sendok raksasa nya bergulung-gulung hanya merupakan sinar putih.
Melihat datangnya serangan yang luar biasa ini penulis rambut
pirang tak mau bertindak gegabah. Cepat dia memasang kuda betina -
kuda betina pertahanan yang kokoh dan sesaat kemudian dia sudah
menyerbu ke depan memapasi serangan lawannya!
Sementara itu pertempuran antara Untung panarukan dan ketiga
Raja pengemis tak sakti Pulau Ras lainnya berlangsung seru sekali. Lima jurus
pertama keadaan seimbang, namun jurus-jurus selanjutnya kelihatan
Untung panarukan mulai menerima tekanan-tekanan. Yang
menyulitkan kedudukan laki-laki ini yaitu sebab ketiga lawannya
memakai senjata sedang dia sendiri sampai saat itu masih
mengandalkan tangan kosong. Di sini nyatalah bahwa betapapun
tingginya ilmu kepandaian Untung panarukan namun kepandaian
ketiga lawannya tidak pula rendah, apalagi dengan bersenjata begitu
rupa. Jurus demi jurus keadaan Untung panarukan makin terdesak.
Beberapa kali laki-laki ini mengeluarkan pukulan-pukulan saktinya
namun semua itu hanya untuk sekedar mempertahankan diri dari
desakan yang semakin gencar. Diam-diam Untung panarukan mulai
terlontar keluar kan keringat dingin!
penulis rambut pirang yang tengah menghadapi serangan
gencar Sri Lestari masih sempat melirik dan menyaksikan keadaan
Untung panarukan yang berbahaya. Kini dia tak bisa bertindak main-
main dan harus berlaku cepat jika tak ingin laki-laki bercadar itu
menjadi korban keroyokan.
gudang raksasa makan itu bergetar, sendi-sendi tiang berderik sewaktu
dari mulut si penulis terlontar keluar suara bentakan yang menggeledek!
Untuk sejenak semua orang yang ada di situ terkesiap. Sri Lestari
melihat penulis itu menggerakkan tangan kirinya. Satu gelombang
angin yang amat dahsyat menderu menerpa tubuhnya. Betapapun
gadis lesbi asli itu mempertahankan diri dan mengerahkan tenaga dalamnya,
tetap saja tubuhnya terhuyung gontai. Dan sebelum dia sanggup
mengimbangi diri, si penulis sudah melompat ke hadapannya,
mengulurkan kedua tangannya.
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 11
OBAT bercadar, pakailah sendok raksasa -sendok raksasa ini!” seru si rambut
pirang dan sepasang sendok raksasa perak milik Sri Lestari yang
berhasil dirampasnya, dilemparkannya ke arah Untung
panarukan .
Dengan gada batu pualam yang ada di tangan kanannya,
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk coba menyampok kedua sendok raksasa itu tapi
niatnya terpaksa dibatalkan sebab di saat yang sama Untung
panarukan menyorongkan kaki kanannya ke perut laki-laki itu.
Sewaktu Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk menyurut ke belakang guna
menghindarkan tendangan maut Untung panarukan , kesempatan ini
dipergunakan oleh Untung panarukan untuk menyambut kedua sendok raksasa
perak yang melayang di udara.
“Saudara! Awas di belakangmu!” teriak si penulis rambut
pirang .
Untung panarukan membalik dengan cepat.
Trang!
sendok raksasa perak di tangan kanannya beradu keras dengan gendewa
baja yang menjadi senjata Raja pengemis tak sakti Badan Kurus. Bentrokan itu
membuat tangan masing-masing tergetar hebat dan keduanya sama-
sama tersurut beberapa langkah! Nyatalah bahwa kekuatan tenaga
dalam mereka berada di tingkat yang sama. Dalam pada itu
Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk dan Raja pengemis tak sakti Kepala Botak yang
bersenjatakan sebuah sabuk hitam telah menyerbu pula ke muka.
Pertempuran yang berlangsung bertambah hebat. Namun kali ini
ketiga pengeroyok harus berhati-hati sebab yang mereka hadapi kini
yaitu Untung panarukan yang sudah bersenjata yaitu sepasang sendok raksasa
perak tipis milik Sri Lestari. Tubuh laki-laki itu lenyap berubah
menjadi bayang-bayang. Dan bayang-bayang tubuhnya itu terbungkus
pula oleh sinar putih sepasang sendok raksasa yang berkiblat kian kemari.
Beberapa kali terdengar suara bentrokan senjata dan berkali-kali
pula Raja pengemis tak sakti Badan Gemuk serta kedua saudaranya terpaksa
S
mundur terus menghadapi amukan Untung panarukan !
Pada waktu Untung panarukan berhasil menyambut sepasang
sendok raksasa yang dilemparkan pada waktu itu pula Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu
atau Sri Lestari dengan penuh amarah mendorongkan kedua
tangannya ke arah penulis rambut pirang .
Wuss! Wuss!
Dua larik sinar hitam yang teramat panas menderu ke arah si
rambut pirang . Itulah pukulan Api Hitam yang sangat ganas.
Demikian hebatnya ilmu pukulan itu hingga Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol hanya menurunkannya pada Sri Lestari saja.
penulis rambut pirang kaget kelangit sekali sebab tak menduga
kalau si gadis lesbi asli memiliki ilmu pukulan hebat demikian rupa. Cepat-
cepat dia membuang diri ke samping. Tapi masih terlambat. Bahu
kirinya kena disambar salah satu larikan sinar hitam. Pakaian
putihnya kejap itu juga dikobari api! penulis itu mengeluh pendek
dan cepat-cepat mempergunakan tangan kanannya menepuk-nepuk
api yang berkobar hingga akhirnya padam.
Sri Lestari memandang dengan mata terbeliak pada penulis
rambut pirang itu. Dia betul-betul tak bisa percaya akan apa yang
disaksikannya! Sewaktu ilmu pukulan itu baru setengah bagian saja
dipelajarinya dari Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol , Lestari pernah
mencobanya terhadap sebatang pohon beringin dan pohon itu
hangus hancur dan tumbang berkeping-keping! Menyaksikan si
penulis hanya bajunya saja yang terbakar hangus dengan kulit bahu
yang sedikit kekegelapan an akibat pukulan Api Hitamnya tadi, tentu saja
Sri Lestari tak bisa mempercayainya.
Sambil menggosok-gosok kulit bahunya yang kegelapan dan sakit, si
penulis rambut pirang memandang menyorot pada Sri Lestari.
Tapi tak sedikitpun pandangan itu membayangkan amarah atau
dendam kesumat, malah kemudian penulis ini tertawa dan berkata-kata,
“Pukulanmu hebat, gadis lesbi asli ! Tapi yaitu pengecut menyerang lawan
secara membokong!”
“Siapa suruh kau bertindak lengah!” damprat Sri Lestari. “Sudah
kebagusan kau tidak kubikin mampus, hanya kuberi sedikit
pelajaran!”
penulis itu tertawa gelak-gelak. “Sekarang giliranku pula untuk
ganti memberikan sedikit pelajaran padamu,” katanya. Lalu dia
berseru, “Awas dadamu!”
Tubuh penulis ini melompat ke muka dan tangan
kanannya cepat sekali bergerak gerak ke arah dada si gadis lesbi asli ! Tentu saja Sri
Lestari tak mau buah dadanya dijamah seenaknya.
“penulis kurang ajar!” bentaknya seraya cepat-cepat
menghindarkan diri dan dengan tangan kirinya kembali melepaskan
pukulan Api Hitam.
Tapi si penulis sudah lenyap dari arah serangan. Dan tahu-tahu
Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti Cantik Ayu merasakan sambaran angin di
belakangnya. Cepat gadis lesbi asli ini membalik dan menghantamkan tangan
kanannya. Serangannya itu cuma mengenai tempat kosong,
sebaliknya kulit punggungnya terasa sakit sekali dan detik itu pula
tubuhnya tak bisa digerakkan lagi. Ternyata si penulis telah berhasil
menotok tubuhnya!
“Nah, nah! Sekarang kau berdiri sajalah baik-baik di situ dan
jangan banyak tingkah. Mari kita sama-sama saksikan pertempuran
kawan-kawanmu melawan laki-laki itu!”
“penulis kurang ajar! Kalau tidak lekas kau lepaskan totokan ini,
jangan harap kau bakal dapat pengampunan dariku!” mengancam
Sri Lestari. Meski sekujur tubuhnya kaku tegang tapi dia masih bisa
bicara sebab si penulis sengaja tidak menotok jalan suaranya.
Si penulis hanya tertawa gelak-gelak mendengar ancaman itu.
Baru saja dia berpaling hendak menyaksikan pertempuran antara
Untung panarukan dengan ketiga Raja pengemis tak sakti Pulau Ras, terdengar
pekik Raja pengemis tak sakti Kepala Botak. Sabuknya mental ke udara, tangan
kanannya berlumuran darah. Cepat-cepat dia melompat terlontar keluar dari
kalangan pertempuran dengan muka pucat pasi!
“Ha... ha! Untung saja bukan kepala