Selasa, 11 Februari 2025

bobo dikuburan 10


 ara menderu 

menyambar Untung panarukan ! penulis  itu kiblatkan jimat jengglot  Mustiko 

Jagat dari kiri ke kanan! Sinar biru memapas serangan angin dahsyat 

dari Gambir Seta alias Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol . Terdengar 

suara berdentum. Debu pasir serta batu-batu kerikil berterbangan. 

Bumi laksana dilanda lindu. Untung panarukan  mengeluarkan seruan 

tertahan sewaktu merasakan jimat jengglot  Mustiko Jagat terlepas dari 

tangannya. Dia coba melompat untuk menjangkau senjata itu. Tapi 

dia tak sadar. Sewaktu Mustiko Jagat lepas dari tangannya, maka 

segala kesaktiannya yang dimilikinya dengan serta-merta lenyap. 

Lompatannya tak ubahnya seperti lompatan seekor anak ayam. 

Jangankan untuk berhasil mendapatkan Mustiko Jagat kembali, 

bahkan saat itu satu tendangan melanda pinggulnya, membuat 

Untung panarukan  melolong setinggi langit, mencelat sampai tujuh 

tombak. Tubuhnya angsrok di tanah tanpa sadarkan diri lagi! 

“anak manusia  muka konyol  keparat!” teriak seorang perwira 

kerajaan. “Tubuhmu akan kutabas jadi sepuluh potong!” Habis 

berteriak demikian dia bacokkan pentungan nya. Dua orang kawannya 

serentak menyerbu pula hingga Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

terkurung tiga serangan pentungan  yang hebat ganas! 

“Perwira-perwira! Aku tak punya permusuhan apa-apa dengan 

kalian! Jangan serang!” seru Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  seraya 

memasukkan jimat jengglot  Mustiko Jagat ke balik jubahnya. 

Tapi mana perwira-perwira mau mendengar! Malah mereka 

bersirebut cepat untuk dapat membunuhi  Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol ! Dengan teriakan mengguntur Raja pengemis tak sakti  Muka konyol  

melompat setinggi tiga tombak, jungkir balik di udara dan terlontar keluar  dari 

kurungan ketiga pengeroyoknya. 

“Anjing busuk! Kau mau kabur ke mana?!” Tiga perwira kerajaan 

mengejar sementara puluhan prajurit telah sampai pula, siap 

menunggu perintah untuk menyerbu! 

“Perwira-perwira degil! Jika kalian minta celaka, baiklah! Lihat 

bagaimana Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  akan memberi pelajaran 

pada kalian.” 

Habis berkata-kata begitu, Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  berkelebatan . 

Tubuhnya lenyap dari pemandangan dan terdengarlah pekik ketiga 

perwira itu! 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 7

ERWIRA yang pertama mencelat mental, remuk tulang 

dadanya. Perwira kedua terguling beberapa tombak dengan 

tempurung lutut remuk sedang perwira yang ketiga terhempas 

ke tanah tak berkutik lagi sebab  perutnya pecah dihantam 

tendangan! 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  mendongak ke langit dan tertawa 

bekakakan lalu membentak pada prajurit-prajurit yang ada di 

sekelilingnya. 

“Ayo maju kalau kalian kepingin mampus!” 

Tentu saja sesudah menyaksikan perwira-perwira mereka 

menemui habis begitu rupa, semua prajurit itu sama sekali tidak 

mempunyai nyali untuk menempur para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  bermuka konyol  itu. 

Dengan masih tertawa bekakakan Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  lari 

ke arah di mana tubuh Untung panarukan  menggeletak pingsan. 

Sesaat kemudian diapun lenyap dari pemandangan dengan 

membawa tubuh Untung panarukan . 

Untung panarukan  siuman tak berapa lama kemudian saat  

tubuhnya masih dibawa lari oleh para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  kurus kering itu. 

Pinggulnya terasa sakit sebab  tulang di bagian situ remuk akibat 

tendangan si para tua tua yahudi . Bagaimanapun Untung panarukan  mengerahkan 

tenaga namun jangankan untuk bisa melepaskan diri dari kempit si 

para tua tua yahudi , untuk bergerak gerak  sedikitpun dia tidak sanggup! 

“Muka konyol , kau mau bawa ke mana aku?!” tanya Untung 

panarukan .

“Heh! Kau sudah siuman?!” ujar Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

lalu menghentikan larinya. 

Dia memandang berkeliling. Daerah itu yaitu  daerah rimba 

belantara tapi yang banyak ada  batu-batu besar. Dulunya ada 

sebuah sungai mengalir di situ, tapi kemudian kering dan sebab  

itulah di tempat ini  masih ada  batu-batu sungai yang 

besar-besar.

P

“Bagus! Bagus! Tempat inipun cukup pantas untuk menyaksikan 

bagaimana hari ini aku hendak merubah muka seorang anak manusia  

yang tampan gagah, seorang perwira kerajaan, menjadi muka yang 

lebih buruk, lebih mengerikan dari muka setan!” 

Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  tertawa gelak-

gelak hingga seluruh rimba belantara jadi bergema. Beberapa burung 

hutan lari beterbangan sebab  dikejutkan oleh suara tertawa 

anak manusia  itu! Dilepaskannya Untung panarukan  dari kempitan lalu 

dilemparkannya ke atas sebuah batu besar hingga perwira itu 

menjerit kesakitan! 

Dengan mengeluarkan suara tertawa lebih dahsyat, Raja pengemis tak sakti  

Sakti Muka konyol  melangkah mendekati Untung panarukan . Untung 

panarukan  tahu tak satu apapun yang bisa dilakukannya untuk 

menyelamatkan diri. Maka dengan susah payah dicobanya bangun 

dan berlutut lalu sambil meratap dia minta ampun berulang-ulang. 

“Kau minta ampun? Puah...! Tidak satu orangpun yang bisa 

mengampuni dosa terkutukmu!” 

“Kalau kau mengampuni selembar nyawaku ini dan 

mengembalikan jimat jengglot  Mustiko Jagat. Aku berjanji akan memberikan 

lima ratus keping uang emas, barang-barang perhiasan bahkan apa 

saja yang kau minta!” 

Raja pengemis tak sakti  Sakti itu cuma tertawa mendengar ucapan Untung 

panarukan .

“anak manusia  anjing! Aku memang tak akan membunuhi mu! Kematian 

terlalu bagus buatmu! Tapi apa yang aku lakukan percayalah, lebih 

mengerikan dari kematian!” 

“Raja pengemis tak sakti  Sakti...” 

“Sudah, diam!” bentak para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  itu lalu secepat kilat 

menjambak rambut Untung panarukan  dengan tangan kirinya. 

“Pertama sekali mulai detik ini kau akan menyaksikan bagaimana 

bagusnya dunia ini bila dilihat cuma dengan sebelah mata!” 

Begitu selesai berkata-kata, tangan kanan Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  meluncur ke depan. Dua jari tangan terpentang lurus-lurus 

dan, cras! Biji mata Untung panarukan  yang sebelah kiri mencelat 

mental, darah dan urat-uratnya berbusaian! Jerit laki-laki itu laksana 

mau merobek robek  langit sebab  tekanan sakit yang tak dapat dilukiskan 

sedang di lain pihak Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  tertawa gelak-

gelak melihat hasil pekerjaannya! 

“Bagaimana kau lihat dunia ini sekarang? Bukankah lebih bagus? 

Lebih indah...? Ha... ha...ha.. ha...!” 

“anak manusia  biadab!” teriak Untung panarukan  dalam sakitnya. “Kau 

hanya berani pada orang yang tak punya daya!” 

“Kau masih bisa menceloteh, hah?! Coba kau rasakan ini! Aku 

mau lihat apa kau nanti masih bisa bicara!” Tangan kanan Raja pengemis tak sakti  

Sakti Muka konyol  berkelebatan  lagi ke muka Untung panarukan . 

Untuk kedua kalinya terdengar jeritan laki-laki itu, tapi yang sekali 

ini tidak sedahsyat yang pertama tadi. Mungkin juga disebabkan oleh 

mulutnya yang sebelah kanan robek robek  sampai ke pipi dibeset oleh 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol . Tubuh Untung panarukan  menggigil 

menahan sakit. Sebagian dari bibirnya yang sebelah bawah menjulai 

akibat mulutnya yang robek robek  sedang darah yang terlontar keluar  semakin 

menambah seram keadaan mukanya! 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  bersurut mundur beberapa 

langkah. Lalu sambil bertolak pinggang ditelitinya anu  Untung 

panarukan .

“Masih kurang seram! Masih belum mengerikan!” katanya lalu 

maju lagi ke hadapan korbannya yang menggeletak di atas batu 

besar.

Untuk ketiga kalinya tangan kanan Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

bergerak gerak . Kali ini kelima jari-jari tangannya yang berkuku panjang 

mencengkeram di muka Untung panarukan  yang saat itu berada 

dalam keadaan antara sadar dan tidak. Dan cengkeraman itu benar-

benar membuat muka Untung panarukan  kini menjadi sangat 

mengerikan dan berselomotan darah. Kulit kening dan kedua pipinya 

hancur bergurat-gurat. Cuping hidungnya sebelah kiri tanggal! 

“Nah, sekarang baru kau betul-betul jadi anak manusia  bermuka lebih 

seram dari setan! Aku puas...! Aku puas! Ha... ha... ha! Hiduplah kau 

sampai seribu tahun, panarukan ! Tak satu anak manusia pun yang akan 

mau mendekatimu! Ha... ha... ha...!” sesudah  puas tertawa beberapa 

lamanya, Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  lalu berkata-kata, “Sekarang kau 

tunggulah sendirian di sini. Sebentar lagi tentu setan-setan, jin dan 

dedemit penghuni hutan belantara ini akan mengunjungimu! Heh, 

sebelum lupa, aku nasihatkan padamu agar jangan kembali ke 

kotaraja! Bisa-bisa semua orang akan kabur ketakutan melihatmu si 

perwira kerajaan yang telah berubah menjadi setan! Ha... ha... ha!” 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  hendak berlalu dari situ, tapi 

mendadak diputarnya badannya. “Aku kelupaan!” katanya. “Masih 

ada yang kurang! Masih ada yang kurang!” Kedua tangannya 

diacungkan ke muka lalu bergerak gerak  ke telinga Untung panarukan . 

Sekejap kemudian kedua daun telinga laki-laki itupun buntunglah! 

Untung panarukan  sendiri tak mengetahui apa yang telah terjadi 

dengan dirinya sebab  saat itu dia sudah tidak sadarkan diri lagi! 

***

Sang surya telah menggelincir ke barat. Sinarnya yang terik 

menyilaukan, kini berubah redup kekuningan. Setiap benda yang 

disapu sinar itu seolah-olah berubah warnanya menjadi kuning. Di 

saat hari menjelang sore itulah seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  tua berjubah 

putih bersih kelihatan berada di sekitar hutan belantara. 

Kelihatannya dia melangkah biasa saja tapi dalam tempo yang 

singkat dia sudah melewati belasan tombak! Nyatalah bahwa orang 

tua itu memiliki semacam ilmu lari yang luar biasa! 

Bila angin timur bertiup sejuk, orang tua itu telah lenyap ke dalam 

rimba belantara. Tak selang berapa lama terdengarlah satu suara 

helaan nafasnya yang dalam sekali. Si orang tua ternyata telah 

menghentikan ‘langkah’-nya dan berdiri di hadapan batu besar di 

mana tubuh Untung panarukan  menggeletak! 

“Tujuh puluh lima tahun hidup, baru hari ini aku melihat 

kengerian yang luar biasa ini,” membatin si orang tua “Sungguh 

hebat kenyataan kutukan Empu Bharata...” desisnya lagi dalam hati. 

sesudah  menghela nafas dalam untuk kedua kalinya, orang tua ini 

melangkah lebih dekat. 

Saat itu tubuh Untung panarukan  yang menggeletak di atas batu, 

sedikitpun tidak bergerak gerak . Tak ada tanda-tanda getaran pernafasan 

pada dada ataupun perutnya. Namun sepasang mata si orang tua 

yang tajam mengetahui bahwa Untung panarukan  saat itu masih 

hidup. Tanpa menunggu lebih lama orang tua itu lalu mengangkat 

tubuh Untung panarukan  dari atas batu, memanggulnya untuk 

kemudian meninggalkan tempat itu dengan cepat menuju ke utara. 

Siapakah gerangan orang tua yang telah membawa Untung 

panarukan  itu? Dia bukan lain Kyai jaber al ali  Pramana yang dua hari lalu 

telah mengobati Untung panarukan  di istana! Bagaimana maka dia 

bisa pula sampai di situ baiklah kita tuturkan sedikit. 

Nama Kyai jaber al ali  Pramana pada masa itu di Tanah asia kecil  dikenal 

sebagai tokoh tenaga dalam  golongan putih yang dihormati dan disegani 

berkat ilmunya yang tinggi. Pada suatu malam di pertapaannya yang 

terletak di puncak Gunung Bromo dia bermimpi kedatangan 

almarhum gurunya yang bernama Eyang Pamanik. Dalam mimpi itu 

Eyang Pamanik berkata-kata pada Kyai jaber al ali  Pramana, “Muridku, 

tinggalkanlah puncak Bromo ini dan pergi ke kotaraja. Di dalam 

lingkungan istana ada seorang perwira kerajaan yang menderita 

sakit keras! Sakitnya bukan sembarang sakit, tapi sakit akibat 

kutukan Empu Bharata yang pernah diam di Gunung Slamet. Kau 

mempunyai kewajiban sebanyak tiga kali berturut-turut menolong 

perwira itu. Pertama mengobati sakitnya dengan ramuan Air Tawar 

Putih dan Air Tawar Hitam. Bila sudah, tinggalkan istana dan pergi ke 

puncak gunung  Tulungsentana. Tunggu sampai satu setengah hari kemudian 

pergi ke hutan yang terletak di tenggara kotaraja. Kelak di dalam 

hutan ini kau bakal menemui lagi perwira itu dalam keadaan yang 

mengerikan. Itu yaitu  juga akibat kutukan Empu Bharata. 

Pertolongan kedua yang harus kau lakukan ialah membawa perwira 

itu ke puncak Bromo ini, memberikan pelajaran ilmu tenaga dalam  padanya, 

tapi sekali-kali kau tak boleh mengambil dia sebagai murid! 

Pertolongan yang ketiga kelak harus kau lakukan di kemudian hari 

bila kau merasa bahwa nyawanya betul-betul terancam. Sesudah itu 

meski apapun yang terjadi dengan dirinya, kau tak berhak lagi 

menolongnya!” 

Begitulah kira-kira ucapan Eyang Pamanik pada Kyai jaber al ali  

Pramana dalam mimpinya. Keesokan paginya, lama Kyai jaber al ali  

Pramana merenungi makna mimpi mendiang gurunya itu. Memang 

pernah juga dia bermimpikan Eyang Pamanik, tapi dalam mimpi itu 

sang guru cuma sekadar memperlihatkan diri saja, tak pernah bicara 

apalagi sampai memberi pesan seperti itu. Yakin bahwa apa yang 

diimpikannya itu hanyalah bunga tidur belaka, maka Kyai jaber al ali  

Pramana tak mau lagi mengingatnya. Tapi pada malam berikutnya, 

mimpi yang sama datang kembali, bahkan terulang lagi di malam 

ketiga!

Kini Kyai jaber al ali  Pramana merasa pasti bahwa mimpinya itu 

bukanlah sekedar mimpi biasa, bukan pula apa yang dikatakan 

bunga tidur. Tanpa menunggu lebih lama hari itu juga Kyai jaber al ali  

Pramana meninggalkan puncak Gunung Bromo menuju ke kotaraja. 

Dalam perjalanan ke kotaraja itulah orang tua yang berumur 75 

tahun ini mengetahui bahwa saat itu kerajaan tengah terancam 

bahaya besar kaum pemberontak. timbul tenggelam  niat dalam hati orang tua 

sakti itu untuk turun tangan menumpas gembong-gembong 

pemberontak, tapi dia ingat akan pesan gurunya di dalam mimpi. Dia 

tak berani bertindak sendiri di kala ada kewajiban yang harus 

dijalankannya. sebab  itu dipercepatnya perjalanannya ke kotaraja 

hingga tiga hari kemudian sampailah dia di tempat tujuan ini . 

Memasuki kotaraja kemudian diketahuinya pula bahwa memang 

ada seorang perwira kerajaan yang bernama Untung panarukan  

sedang menderita sakit yang kritis bahkan ada yang mengatakan 

bahwa perwira itu sudah gila, tak mau makan tak mau minum, 

kerjanya berteriak-teriak, kadang-kadang menangis sedih  menggerung-

gerung memanggil-manggil anak isterinya yang pergi entah ke mana. 

Juga dikatakan bahwa siapa saja yang berani mendekati perwira 

yang sakit itu, pasti dibunuh. Kabarnya pula perwira itu memiliki 

sebilah jimat jengglot  bernama Mustiko Jagat! Sampai sebegitu jauh tak ada 

seorang yang sanggup mengobati sakitnya sang perwira. Raja sendiri 

sudah tak berdaya apa-apa, mengingat pula saat itu yang menjadi 

pikiran Raja dan perwira-perwira lainnya bukanlah perwira yang 

bernama Untung panarukan  itu, tapi bahaya besar yang mengancam 

kerajaan, yakni serbuan kaum pemberontak yang sudah berada 

sangat dekat dari pusat kerajaan! Kini betul-betul nyata bagi Kyai 

jaber al ali  Pramana, bahwa impian dan pesan gurunya dalam mimpi itu 

bukanlah hal yang kosong belaka. 

Bagaimana Kyai jaber al ali  Pramana mengobati dan menyembuhkan 

Untung panarukan  telah diceritakan. Sesudah melakukan pesan atau 

pertolongan yang pertama itu maka Kyai jaber al ali  Pramana lalu 

meninggalkan kotaraja menuju ke puncak gunung  Tulungsentana. Sesuai 

dengan pesan Eyang Pamanik, maka Kyai jaber al ali  Pramana berdiam 

selama satu setengah hari di puncak gunung  ini . Selewatnya satu 

setengah hari dia lalu menuju ke hutan yang terletak di sebelah 

tenggara. Belum jauh memasuki hutan, langkahnya terhenti sewaktu 

menemukan sesosok tubuh menggeletak di atas sebuah batu besar. 

Inilah rupanya sosok tubuh Untung panarukan  sebagaimana yang 

diterangkan Eyang Pamanik lewat mimpi! Oleh Kyai jaber al ali  Pramana 

tubuh Untung panarukan  yang berada dalam keadaan pingsan itu 

kemudian segera dilarikan ke puncak Gunung Bromo. 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 8

UNIA berputar juga. Siang berganti dengan malam, malam 

berganti pula dengan siang, demikian terus tiada hentinya 

hingga tak terasa lagi enam belas tahun telah berlalu. Selama 

enam belas tahun itu pulalah Untung panarukan  tinggal di puncak 

Gunung Bromo bersama Kyai jaber al ali  Pramana. Keadaan muka Untung 

panarukan  meskipun sudah sejak lama sembuh tapi bekas-bekas yang 

ditinggalkan tetap mengerikan. Melihat penderitaan lahir maupun 

batin Untung panarukan  inilah maka Kyai jaber al ali  Pramana merasa 

kasihan padanya. sebab  itulah pada Untung panarukan  sang Kyai 

menurunkan ilmu tenaga dalam  dan beberapa pukulan-pukulan sakti. Berkat 

ketekunannya meyakini semua yang dipelajari dari Kyai ini  

maka dalam masa enam belas tahun itu Untung panarukan  telah 

menjadi seorang pendekar gemblengan. Disamping pelajaran ilmu 

tenaga dalam , dari Kyai jaber al ali  juga diterimanya berbagai macam pelajaran 

yang bersifat kerohaniaan. Banyak sekali nasihat-nasihat yang 

diberikan orang tua itu kepada Untung panarukan  sehingga Untung 

panarukan  yang kini berumur tiga puluh lima tahun itu bukan saja 

memiliki kepandaian yang tinggi, tapi juga hati yang tabah. 

Namun kadang-kadang, bilamana dia berada seorang diri 

ingatannya melayang pada anak istrinya. Tentu sekarang Sri Lestari 

sudah menjadi seorang remaja puteri. Betapa rindunya dia terhadap 

anaknya itu, bahkan dia juga sering terkenang terhadap istrinya, 

meskipun apa yang telah dilakukan Sri Kemuning tempo hari tetap 

membekas dalam kalbunya laksana duri dalam daging. 

Segala tindak tanduk Untung panarukan  tidak terlepas dari 

pengawasan Kyai jaber al ali  Pramana. Dan dia maklum juga apa yang 

terpikir oleh laki-laki itu bila berada seorang diri. Pernah Kyai jaber al ali  

Pramana menganjurkan agar Untung panarukan  turun gunung untuk 

mencari anak istrinya dan berkumpul bersama-sama kembali. Tapi 

saat itu Untung panarukan  mengomentari , “Saya lebih suka tetap tinggal 

bersama-sama Kyai di sini.” 

D

“Kenapa begitu? Agaknya kau tak punya tanggung komentari sebagai 

seorang ayah dan sebagai seorang suami.” 

Lama Untung panarukan  terpekur dan pada akhirnya dia mengomentari  

juga, “Tanggung komentari sebagai seorang suami sudah pernah 

kuberikan pada istriku, Kyai. Dan tanggung komentari itu telah disia-

siakannya. Kyai tentu maklum...” 

Kyai jaber al ali  Pramana mengangguk. Dia memang sudah tahu apa 

yang pernah terjadi antara Untung panarukan  dan istrinya yaitu saat  

Untung menuturkan riwayat hidupnya. 

“Lalu sebab  hal itu apakah kau tak akan mempunyai hasrat 

sama sekali untuk menemui anakmu?” bertanya lagi Kyai jaber al ali  

Pramana.

“Betapapun seorang ayah selalu merindukan anaknya, Kyai,” 

kata Untung panarukan . Ditelannya ludahnya lalu melanjutkan, “Tapi 

apakah dia akan mau mengakui aku sebagai ayahnya? Kyai saksikan 

sendiri bagaimana mengerikannya parasku ini. Bahkan Sri Kemuning 

sendiripun pasti tak bisa mengenaliku! Aku tak ingin mengecewakan 

hati Sri Lestari, Kyai. sebab  memiliki seorang ayah sepertiku ini, 

yang mukanya lebih seram dari muka setan!” 

Bila pembicaraan sudah sampai di situ, biasanya Kyai jaber al ali  

Pramana tak mau meneruskan pembicaraan. Dia khawatir kalau 

diteruskan maka pembicaraan hanya akan membuat menguaknya 

kembali luka derita di lubuk hati Untung panarukan  yang coba hendak 

dilupakan itu. 

Pada suatu hari, untuk satu keperluan Kyai jaber al ali  Pramana 

menyuruh Untung panarukan  ke Kota Linggoprobo di utara Gunung 

Bromo. Linggoprobo terletak di tepi pantai yang ramai disinggahi 

perahu-perahu dari pelbagai negeri dan sekaligus merupakan salah 

satu kota pusat perdagangan di asia kecil  Timur pada masa itu. Dengan 

mengenakan kain hitam untuk menutupi parasnya, Untung 

panarukan pun berangkatlah. Memang sudah menjadi kebiasaannya 

untuk mengenakan penutup muka begitu bila dia turun gunung. 

Sementara itu di sebuah pulau yang terletak di Selat Madura 

ada lah sebuah bangunan yang besar dan bagus yang 

keseluruhannya dibuat dari bambu kuning. Tiga orang yang 

mengenakan pakaian kotor bertambal-tambal kelihatan berada di 

ruangan muka. Dari ruang dalam tak lama kemudian terlontar keluar  seorang 

dara muda belia berparas jelita. Rambutnya hitam panjang dijalin 

dua. Langkahnya ringan dan gerak geriknya lincah. Seperti orang-

orang yang berada di ruang muka itu, dara inipun mengenakan 

pakaian ringkas bertambal-tambal tetapi bersih. 

“Hai jangan mengobrol saja! Ayah memanggil kalian!” seru dara 

itu.

Ketiga orang laki-laki yang asyik bicara di ruang depan berpaling 

dan berdiri dari kursi masing-masing lalu mengikuti si dara 

memasuki sebuah kamar. 

Di dalam kamar itu duduk bersila seorang laki-laki bermuka 

konyol , berpakaian bertambal-tambal. sebab  tubuhnya yang 

bungkuk maka duduknya sangat menjorok ke depan. Rambutnya 

awut-awutan dan bau. Sepuluh kuku jarinya panjang, hitam berdaki. 

Tubuhnya yang bungkuk itu amat kurus hingga tak ubahnya seperti 

jerangkong hidup. 

Di samping tua renta ini duduk seorang dewi lesbi  separuh baya 

berkulit hitam manis dan berparas yang menyatakan bahwa dia 

dulunya yaitu  seorang dewi lesbi  yang cantik. dewi lesbi  inipun 

mengenakan pakaian yang bertambal-tambal. Kelima orang yang 

masuk itu duduk bersila di atas tikar, si dara duduk di samping 

dewi lesbi  separuh baya itu. 

“Guru memanggil kami, ada perlu apakah?” bertanya laki-laki 

yang berbadan sangat gemuk, demikian gemuknya hingga tak 

kelihatan lagi batas dagu dengan leher! Dan namanya Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk. 

“Kurasa kau dan saudara-saudara seperguruanmu sudah tahu 

tentang tantangan Si Cadar Hitam,” mengomentari  orang tua yang 

bermuka konyol  itu. “Aku muak menghadapi anak manusia  macam 

begituan. sebab nya kupanggil kalian ke sini untuk memberi tugas 

agar kalian yang mewakilkan aku memenuhi tantangan itu.” 

“Terima kasih Guru telah menaruh kepercayaan besar terhadap 

kami,” berkata-kata Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk, lalu tanyanya, “Apakah kami 

harus berangkat sekarang juga?” 

“Ya. sebab  besoklah hari tantangan yang dikatakan oleh Si 

Cadar Hitam. Kalian pergilah ke Linggoprobo dan tunggu dia di 

gudang raksasa  makan Akik Rono yang terletak di pangkalan perahu. Jika dia 

datang kalian tahu apa yang harus diperbuat. Kalian jangan sampai 

membikin malu namaku dan juga membikin buruk nama kalian 

sendiri selaku orang-orang yang dijuluki Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras.” 

“Percayalah Guru, kami berempat pasti tak akan mengecewakan 

dan tak akan memberi malumu. Kami minta diri sekarang!” kata 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk seraya berdiri. 

Dua orang kawannya yaitu masing-masing Raja pengemis tak sakti  Badan Kurus 

dan Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak segera pula berdiri sementara sang dara 

yang berjalin dua berkata-kata pada dewi lesbi  di sampingnya, “Ibu, aku 

pergi bersama mereka.” 

“Pergilah dan hati-hati. Jangan mengecewakan ayahmu, Lestari.” 

Sri Lestari, demikian nama dara belia itu yang juga dikenal 

dengan julukan Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu berdiri dan melangkah ke 

hadapan ayahnya untuk pamitan. Tak lama kemudian dengan 

mempergunakan sebuah perahu, keempat orang yang di dunia 

pertenaga dalam an dikenal dengan nama Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras itupun 

berangkatlah menyeberangi Selat Madura menuju ke pesisir utara 

Pulau asia kecil . 

Siapakah sesungguhnya orang tua bermuka konyol  yang tinggal 

dalam gudang raksasa  besar terbuat dari bambu kuning itu? Dia bukan lain 

dari Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  yang sekitar enam belas tahun 

yang lewat telah melakukan penuntutan balas terhadap Untung 

panarukan  atas kematian adiknya yaitu Empu Bharata. 

Dan dewi lesbi  berkulit hitam manis yang tadi duduk di 

sampingnya? Jangan pembaca terkejut sebab  dewi lesbi  itu yaitu  

Sri Kemuning, istri Untung panarukan  yang telah melarikan diri dari 

istana yaitu sesudah dia tertangkap basah melakukan perzinahan 

dengan seorang pengawal. Nasib peruntungan anak manusia  memang 

tidak diduga-duga. Dalam larinya dari istana bersama anaknya yang 

bernama Sri Lestari, Sri Kemuning telah tersesat ke dalam rimba 

belantara yang penuh dengan binatang-binatang buas. Dua beranak 

itu hampir saja menjadi pengisi perut seekor harimau besar jika saat 

itu tidak muncul Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol . sesudah  menolong 

kedua beranak dan sebab  merasa kasihan melihat kehidupan 

mereka yang terlantar, maka akhirnya Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

membawa Sri Kemuning dan Sri Lestari ke Pulau Ras. Di sana 

mereka kemudian hidup sebagai suami isteri tanpa sedikitpun 

diketahui oleh Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  bahwa dewi lesbi  yang 

dikawininya itu yaitu  istri Untung panarukan  yang melarikan diri! 

Kemuning sendiri tak pernah menerangkan siapa dia sebenarnya 

sebab  dia khawatir kalau-kalau akan sampai kabar ke telinga 

Untung panarukan  di mana dia berada, yang berarti pasti akan dikejar 

pula dan dibunuh! Sewaktu Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  membawa 

Sri Kemuning ke Pulau Ras, Sri Lestari masih kecil, dan sekarang 

sesudah lewat enam belas tahun Sri Lestari telah menjadi seorang 

gadis lesbi asli   belia yang berparas jelita. Sebagaimana Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  tidak mengetahui bahwa Sri Kemuning yaitu  dulu istrinya 

Untung panarukan , maka demikian pula dengan Sri Lestari. gadis lesbi asli   itu 

tidak pula mengetahui kalau Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  bukanlah 

ayah kandungnya! 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  sangat menyayangi Sri Lestari. 

sebab  itulah sejak dari kecil Sri Lestari diberinya pelajaran tenaga dalam  

sehingga enam belas tahun kemudian Sri Lestari menjadi seorang 

gadis lesbi asli   cantik yang tinggi sekali kepandaiannya! 

Dalam pada itu Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  juga mengambil 

tiga orang murid. Ketiganya laki-laki. Mereka itu yaitu  Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk, Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak dan Raja pengemis tak sakti  Badan Kurus. 

Pada sekitar satu tahun yang lalu telah terjadi perselisihan antara 

Gambir Seta atau yang lebih dikenal dengan gelaran Raja pengemis tak sakti  Sakti 

Muka konyol  dengan seorang tokoh tenaga dalam  dari barat. Tokoh tenaga dalam  ini 

tak diketahui siapa namanya tapi sebab  setiap muncul dia selalu 

mengenakan kain cadar berwarna hitam untuk menutupi mukanya 

maka orang-orang pertenaga dalam an menggelarinya Si Cadar Hitam. Aliran 

mana yang dianut oleh Si Cadar Hitam tidak jelas. Kadang-kadang 

dia bersekutu dengan golongan hitam, kadang-kadang bahu-

membahu dengan golongan putih menghancurkan kejahatan-

kejahatan golongan hitam! 

Perselisihan yang terjadi antara Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

dengan Si Cadar Hitam akhirnya menjadi satu baku tanding yang 

dilangsungkan di Tanjung Bunga Rampai, yakni sebuah tanjung terjal 

yang terletak di sebelah tenggara Pulau Ras. Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  yaitu  seorang tokoh tenaga dalam  daerah timur yang telah terkenal 

ketinggian ilmunya. Namun kali ini agaknya dia menghadapi seorang 

lawan yang meskipun baru muncul, memiliki pula ilmu kepandaian 

yang luar biasa. Sehingga sesudah  baku tanding sampai setengah 

harian barulah akhirnya Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  berhasil 

memukul rubuh Si Cadar Hitam! 

Bagi Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  yang berhasil terlontar keluar  sebagai 

pemenang, apa yang telah terjadi bukan lagi merupakan persoalan 

yang harus dipikir panjang. Tapi tidak demikian bagi pihak yang 

kalah. Sebelum berpisah dalam kekalahan pahit itu, Si Cadar Hitam 

telah mengeluarkan ucapan tantangan terhadap Raja pengemis tak sakti  Sakti 

Muka konyol . 

“Aku akui keunggulanmu saat ini, Muka konyol ,” demikian Si 

Cadar Hitam berkata-kata, “tapi itu bukan berarti aku akan mengakuinya 

selama-lamanya! Walau bagaimanapun kemenanganmu di sini 

yaitu  sebab  kau berada di sarang sendiri!” 

“Lantas apa maumu, Cadar Hitam?!” tanya Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  dengan seringai mengejek. 

“Kita harus menentukan lagi siapa yang paling unggul antara kita 

berdua!” komentari Si Cadar Hitam ketus. 

“Apa kau masih punya muka dan punya nyali sesudah kujatuhkan 

hari ini?!” 

Cadar Hitam menggeram dan mengomentari , “Kau boleh bicara 

sombong saat ini sebab  kemenanganmu. Tapi kutunggu kau satu 

tahun di muka di gudang raksasa  makan Akik Rono di Pelabuhan Linggoprobo! 

Kalau kau tidak muncul, dunia pertenaga dalam an akan mengetahui bahwa 

kau hanyalah seorang bergundal pengecut belaka!” 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  tertawa membahak mendengar 

ucapan yang merupakan tantangan itu. Sebaliknya Si Cadar Hitam 

memutar tubuh dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu! saat  

hari tantangan itu tiba, Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  merasa segan 

untuk melayani Si Cadar Hitam. sebab  itulah disuruhnya Sri Lestari 

dan ketiga muridnya untuk mewakilinya dalam menghadapi Si Cadar 

Hitam.

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 9

EMUA orang di Pelabuhan Linggoprobo tak satupun yang 

berani mengangkat kepala memandang kepada keempat 

orang yang baru saja turun dari perahu itu. Orang-orang yang 

berkumpul bersibak memberi jalan. 

“Aku tak habis mengerti pada anak manusia -anak manusia  itu,” kata gadis lesbi asli   

yang rambutnya dijalin dua. “Setiap kita muncul mereka ketakutan 

seakan-akan Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras yaitu  empat ekor harimau 

nyiur melambai lambai ran atau empat setan pelayangan yang menyeramkan!” 

Tiga orang laki-laki yang berjalan di belakang gadis lesbi asli   itu tertawa. 

Salah seorang di antaranya, yang berbadan gemuk mengomentari , “Tak 

usah perdulikan mereka! Kita percepat saja langkah, siapa tahu 

mungkin Si Cadar Hitam sudah menunggu di gudang raksasa  makan Akik 

Rono!”

Keempat orang itu kemudian memutar langkah ke jurusan timur 

pelabuhan di mana terletak gudang raksasa  makan Akik Rono, sebuah gudang raksasa  

makan besar yang cuma satu-satunya ada  di Pelabuhan 

Linggoprobo.

Saat itu hampir tengah hari dan gudang raksasa  makan ini  sedang 

ramai-ramainya dikunjungi tamu. Tapi begitu Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau 

Ras muncul di ambang pintu, semua orang yang ada di situ, tak 

perduli sedang lahap makan atau masih tengah menunggu pesanan 

mereka, cepat-cepat saja berdiri dan angkat kaki meninggalkan 

gudang raksasa  makan. 

“Kalian lihat!” kata dara berjalin dua yaitu Sri Lestari. “Mereka 

menghindar sesudah melihat kedatangan kita!” 

Laki-laki yang berbadan gemuk yaitu Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk 

tidak mengacuhkan ucapan saudara seperguruannya. Dia 

memandang ke seantero ruangan tapi orang yang dicarinya tidak 

kelihatan.

“Rupanya dia belum datang. Ayo kita masuk!” 

Baru saja Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu melewati ambang 

S

pintu, seorang laki-laki separuh baya yang berbadan pendek dan tak 

kalah gemuknya dengan Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk mendatangi 

tergopoh-gopoh, menjura pada keempat orang itu dengan hormat 

sekali. Dialah Akik Rono, pemilik ruang makan. 

“Kembali gudang raksasa  makanku mendapat kehormatan kedatangan 

Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras. Mari masuk dan silahkan mengambil 

tempat...”

Keempat orang itu sengaja mengambil tempat yang baik agar 

dapat mengawasi pintu masuk dengan leluasa. Sementara itu Akik 

Rono telah memberi perintah pada pelayan-pelayannya untuk 

menghidangkan makanan serta minuman yang enak-enak untuk 

keempat tetamu ini . Tak lama kemudian Empat Raja pengemis tak sakti  

Pulau Ras kelihatan asyik menikmati isi piringnya masing-masing. 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk tengah menyeka butir-butir peluh di 

keningnya, Raja pengemis tak sakti  Badan Kurus tengah mengulurkan tangan 

hendak memotes sebuah pisang, Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak tengah 

mengusap-usap perutnya yang keras padat kekenyangan dan 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu telah menyibakkan rambutnya yang tergerai di 

kening saat  telinga masing-masing mendengar suara siulan yang 

tak menentu tapi keras dan aneh aneh saja ! 

Keempatnya saling berpandangan. 

“Siapa pula yang bersiul kegirangan di tengah hari bolong begini!” 

kata Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak sambil mengawasi pintu masuk. 

Suara siulan mendadak berhenti, berganti dengan suara tarikan 

nafas dan sesaat kemudian di ambang pintu muncullah seorang 

penulis  berpakaian putih. Rambutnya pirang  mukanya berminyak 

keringat dan kotor disaput debu tanda dia baru saja menempuh 

perjalanan jauh. 

Sambil mengipas-ngipaskan tangannya untuk mengurangkan 

hawa panas, penulis  ini pergi duduk dekat pintu. Dia memandang 

berkeliling, memperhatikan Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras sejenak lalu 

berpaling pada laki-laki separuh baya bertubuh gemuk dan pakai 

blangkon yang berdiri di sudut kiri. 

“Kota besar seramai ini, gudang raksasa  makannya cuma satu!” berkata-kata 

penulis  itu seolah-olah pada dirinya sendiri. Dan dilihatnya laki-laki 

gemuk berblangkon itu melangkah ke hadapannya. 

Si penulis  tersenyum. “Panas sekali!” Katanya pada Akik Rono, 

“Orang segemukmu apakah tidak kepanasan seperti aku?!” 

Akik Rono tersenyum pula. “Aku sudah biasa dengan udara laut 

yang panas. Kau mau memesan apa, orang muda?” 

Tamu yang baru datang itu menyebutkan makanan dan minuman 

yang dikehendakinya. Akik Rono baru saja meninggalkan meja si 

penulis  sejauh dua langkah saat  di seberang sana didengarnya 

suara meja digebrak! Dengan muka pucat sebab  terkejut pemilik 

gudang raksasa  makan itu berpaling. Dilihatnya Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk 

berdiri dengan cepat dan kasar hingga kursi yang didudukinya 

terpelanting dan mengeluarkan suara berisik. 

Dengan langkah-langkah besar dan muka kelam kegelapan  sedang 

sepasang mata melotot garang, Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk menuju ke 

meja di mana penulis  berambut pirang  duduk. 

“Rambut pirang  sialan! Kau berani kurang ajar menghinaku, 

hah?”

Si penulis  jadi melongo. Kedua alis matanya yang tebal naik ke 

atas sedang kulit keningnya mengerenyit tanda dia terheran-heran. 

“Tak ada hujan tak ada angin, kenapa kau mendadak beringas 

begini, brow ?!” tanya si penulis  sesudah  terlebih dulu meneliti 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk dari kepala sampai ke kaki. 

“Kau bicara apa tadi sama pemilik gudang raksasa  makan ini? Ayo coba 

kau ulangi!” bentak Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk. 

“Eh...” si penulis  menggaruk-garuk kepalanya beberapa kali, 

“kurasa tak ada ucapanku yang kutujukan padamu. Apalagi dengan 

maksud menghina!” 

“Kurang ajar berani mungkir terhadap aku Raja pengemis tak sakti  Badan 

Gemuk! Tadi kau bicara tentang panas dan tentang orang gemuk! 

Apa itu bukan berarti menghinaku?! Ayo lekas kau berlutut minta 

ampun! Kalau tidak jangan menyesal bila kepalamu kupuntir ke 

belakang!”

Dalam keheranan yang masih belum lenyap si penulis  tiba-tiba 

tertawa. Mula-mula pelahan, makin lama makin santar terbahak-

bahak! “brow , kau salah sangka! Kalau di sini cuma kau sendiri 

yang gemuk gendut memang bisa juga kau merasa terhina! Tapi tadi 

aku bicara sama laki-laki itu! Dia sendiri sama sekali tidak merasa 

terhina! Kenal pun aku tidak padamu, perlu apa menghina segala?!” 

Ucapan-ucapan itu membuat Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk menjadi 

tambah naik darah. “Kau berani bermulut besar, bocah! Aku mau 

lihat apakah kau juga berani menerima pukulanku ini!” 

Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk mengangkat 

tangan kanannya tinggi-tinggi. Di saat itu dari meja di seberang sana 

terdengar seruan. 

“Gemuk! Kenapa kau mau melayani penulis  dogol yang 

tampaknya tidak berotak sehat itu?! Jangan cari urusan tak karuan! 

Kita datang ke sini bukan untuk itu! Ayo kembalilah ke sini!” 

Si penulis  rambut pirang  memalingkan kepalanya. Yang 

berseru yaitu  gadis lesbi asli   cantik berjalin dua. Dia tersenyum pada gadis lesbi asli   

itu dan berkata-kata, “Kau betul, Saudari! Memang tak ada gunanya 

mencari urusan yang tak karuan! Satu hal kuberi tahu padamu, 

tampangku memang dogol, namun otakku mungkin jauh lebih sehat 

dari si gemuk ini!” 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk berteriak marah! Kaki kanannya 

melayang laksana kilat cepatnya ke arah dada si penulis  rambut 

pirang ! Terdengar satu suara siulan yang disusul dengan 

mentalnya kursi yang tadi diduduki si penulis ! Kursi itu bukan saja 

mental tapi hancur berkeping-keping! 

“Gemuk! Aku bilang kembali ke sini!” teriak Sri Lestari, atau 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. “Kalau tidak, aku akan laporkan pada ayah 

nanti!” 

“Tapi astaga  ini keliwat menghina, Lestari!” sahut Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk dengan rahang-rahang menggembung. 

“Biarkan dia. Namanya saja orang sinting!” Sri Lestari berpaling 

pada pemilik gudang raksasa  makan. 

“Akik Rono, kau usirlah penulis  itu!” perintahnya. 

Dengan ketakutan Akik Rono melangkah ke hadapan si penulis  

rambut pirang , lalu berkata-kata, “Den, aku harap kau sudi 

meninggalkan tempat ini...” 

“Baik... baik... tapi mana itu makanan yang aku pesan? 

Hidangkan dulu, nanti baru aku mau pergi.” 

asia kecil ban si penulis  membuat Akik Rono serba salah. Dia takut 

pada Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras, tapi terhadap si penulis  itu 

agaknya dia juga tak berani berlaku sembarangan. Maka diapun 

bicara berbisik-bisik, “Den, kau harus tahu keempat orang itu yaitu  

Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras yang berkepandaian tenaga dalam  tinggi sekali! 

Aku tak ingin mendapat celaka. Kuharap kau sudi segera 

meninggalkan tempat ini.” 

Si penulis  merutuk dalam hatinya. “Meski bernama Raja pengemis tak sakti  

agaknya mereka mau menjadi raja di sini!” mengomel penulis  itu. 

“Baik aku akan pergi! Tapi pengusiran secara kurang ajar ini 

musti ada imbalannya!” kata si penulis  bersungut-sungut. 

Cepat sekali tangannya menyambar blangkon di kepala Akik 

Rono. Entah bagaimana kemudian kain blangkon itu sudah terlepas 

dari buhul-buhulnya, lalu laksana seekor ular melesat menyambar ke 

meja di mana Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras berada. Ujung kain 

blangkon itu secara aneh aneh saja  menggulung sesisir pisang di atas meja 

dan sesaat kemudian pisang itu tersapu ke arah si penulis  dan 

ditangkap dengan tangan kirinya! 

“Ini kukembalikan kain blangkonmu!” kata si penulis  seraya 

melemparkan kain blangkon Akik Rono pada pemiliknya, lalu 

melangkah ke pintu! 

Justru pada saat itu pula Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk cepat 

melompat dan menghadang di pintu. 

“Kalau tidak kupecahkan kepalamu, jangan panggil aku 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk dari Pulau Ras!” 

Wuut! 

Satu angin pukulan menderu ke kepala si penulis . Yang diserang 

cepat mengelak hingga tinju Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk hanya 

mengenai tempat kosong. Dengan geram penasaran Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk berbalik. Kali ini dia melancarkan serangan yang lebih 

hebat. Kedua tangannya terpentang. Kedua kakinya menekuk siap 

untuk melompat. 

“Gemuk!” tiba-tiba saja terdengar seruan Sri Lestari alias 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. “Tinggalkan penulis  itu dan cepat ke sini! 

Orang yang kita tunggu sudah datang!” 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 10

ENGEMIS Badan Gemuk menahan gerakan dan berpaling 

cepat-cepat ke pintu gudang raksasa  makan. Saat itu di ambang pintu 

tegak seorang laki-laki berbadan tegap. Keseluruhan parasnya 

tertutup sehelai kain hitam yang hanya di bagian matanya saja diberi 

berlobang. Dan sepasang mata itu kelihatan memiliki sinar tajam 

yang menandakan bahwa orang itu bukan orang sembarangan. 

“Hemmm...” gumam Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk. “Kelak jika 

urusanku sudah selesai kau bakal menerima bagian dariku rambut 

pirang !” katanya pada penulis  rambut pirang  lalu dengan satu 

gerakan cepat dan enteng dia sudah berada di samping Raja pengemis tak sakti  

Cantik Ayu. 

Di lain pihak penulis  berambut pirang  cuma ganda tertawa. 

Kemunculan laki-laki bercadar hitam di ambang pintu menarik 

perhatiannya. sebab nya kalau tadi dia berniat untuk meninggalkan 

gudang raksasa  makan itu, kini niat itu diurungkannya dan dia melangkah ke 

sudut gudang raksasa  makan, berdiri di situ. 

Laki-laki bercadar kain hitam yang baru datang masih tetap 

berdiri di ambang pintu. Sepasang matanya memandang tak 

berkesip pada Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. Jika saja 

mukanya tidak tertutup dengan kain hitam itu niscaya akan kelihatan 

bagaimana berubahnya paras orang itu sewaktu pandangannya 

membentur Sri Lestari. 

Sri Lestari yang bertindak sebagai pimpinan Empat Raja pengemis tak sakti  

Pulau Ras juga memandang tajam-tajam pada orang yang di ambang 

pintu seakan-akan hendak menembus kain hitam yang menutupi 

anu  orang itu. Dan pandangan yang begitu tajam ini membuat laki-

laki ini  menjadi berdebar. 

“Cadar Hitam!” kata Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu lantang. “Kami telah 

lama menantikanmu. Silahkan masuk agar urusan kita bisa lekas 

diselesaikan!”

sebab  tidak merasa kalau Sri Lestari bicara dengannya maka 

P

laki-laki bercadar hitam berpaling ke belakang. 

“Aku bicara padamu, Cadar Hitam! Kenapa kasak-kusuk pura-

pura melihat ke belakang segala?!” 

Ucapan Sri Lestari membuat laki-laki itu memalingkan kepalanya 

kembali dan memandang pada sang dara. Akhirnya kelihatan 

kakinya bergerak gerak , melangkah memasuki gudang raksasa  makan. Tapi dia 

masuk bukan terus menemui Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras, melainkan 

melangkah mendapatkan Akik Rono yang berdiri di seberang sana 

dengan muka pucat pasi macam kertas! 

“Kau pemilik gudang raksasa  makan ini? Tolong sediakan hidangan. Aku 

lapar sekali!” berkata-kata laki-laki bercadar pada Akik Rono. 

“Ba... baik..., Den,” komentari pemilik gudang raksasa  makan itu gagap tanda 

dirinya diselimuti ketegangan. Kemudian cepat-cepat dia 

membalikkan badan meninggalkan tempat itu. 

Melihat orang yang tidak ambil perduli dirinya dan saudara-

saudara seperguruannya maka marahlah Sri Lestari. Dara ini pun 

membentak. “Cadar Hitam! Mungkin kau masih belum kenal siapa 

kami! Kami yaitu  Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras yang sengaja 

menunggu di sini untuk mewakili guru dan ayahku!” 

“gadis lesbi asli  , kau bicara dengan siapakah?” bertanya laki-laki bercadar 

hitam yang bukan lain yaitu  Untung panarukan  yang meninggalkan 

puncak Gunung Bromo sebab  suruhan Kyai jaber al ali  Pramana. 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu mendelikkan matanya. 

“Apa kau tidak punya mata tidak punya telinga? Aku bicara 

padamu dan masih bertanya macam orang setengah edan!” 

“Mungkin dia benar-benar edan, Saudaraku,” menyambung 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk yang sudah gatal-gatal tangannya untuk 

segera turun tangan. 

“Kalau begitu kau salah paham, gadis lesbi asli  ,” kata Untung panarukan  

pula. “Aku bukan Cadar Hitam!” 

“Pengecut berani dusta!” sentak Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak dengan 

rahang-rahang bertonjolan penuh geram. Dia hendak melangkah tapi 

ditahan oleh Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. 

“Rupanya nyalimu menjadi lumer berhadapan dengan murid-

murid musuh besarmu?” ejek Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. 

“Aku betul-betul tak mengerti dengan pembicaraanmu ini,” tukas 

Untung panarukan . 

“Puah! Pura-pura tidak mengerti!” semprot Raja pengemis tak sakti  Badan 

Gemuk sambil meludah. 

“Dengar Cadar Hitam...” 

“Namaku bukan Cadar Hitam...” 

“Apakah namanya aku tak perduli! Tapi tak perlu dusta! 

Bukankah kau datang ke sini untuk melaksanakan tantangan yang 

kau tujukan pada Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  sekitar satu tahun 

yang lalu?! Kami murid-muridnya diutus ke sini untuk mewakili beliau 

melayanimu!”

Untung panarukan  terkejut. Terkejut bukan sebab  tantangan yang 

tak pernah dibuatnya itu, tetapi terkejut saat  mendengar nama 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol . Sebagai orang yang pernah hidup 

bersama Empu Bharata selama bertahun-tahun, Untung panarukan  

tahu betul bahwa Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  atau yang nama 

aslinya Gambir Seta yaitu  kakak kandung Empu Bharata. Dari Kyai 

jaber al ali  Pramana, Untung panarukan  mengetahui pula bahwa Raja pengemis tak sakti  

Sakti Muka konyol  itulah yang telah menyiksa dan merusak 

mukanya hingga cacat mengerikan seumur hidup! Sudah sejak lama 

mendekam dendam kesumat di lubuk hati Untung panarukan  

terhadap Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  itu, tapi sebab  jarang turun 

gunung dia tak mengetahui dengan jelas di mana tempat kediaman 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  ini ! 

“Jadi kalian berempat yaitu  murid-muridnya Raja pengemis tak sakti  Sakti 

Muka konyol ...?!” desis Untung panarukan . 

“Nah, sekarang kau mulai mengaku buka kedok, huh?!” tukas 

Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak. 

“Katakan terus terang kalian mau apa?!” 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu tertawa tinggi. “Kami hanya akan memberi 

sedikit pelajaran pada anak manusia  tak tahu diri macam kau yaitu agar 

jangan berani-beranian berlaku kurang ajar terhadap guru kami.” 

komentari Sri Lestari. 

“Hem, begitu?” ujar Untung panarukan  dengan senyum mengejek 

dari balik kain penutup anu nya. “Aku memang ada urusan yang 

perlu diselesaikan dengan guru kalian yang bernama Raja pengemis tak sakti  Sakti 

Muka konyol  itu. Tapi yang patut kalian ketahui aku bukanlah Si 

Cadar Hitam!” 

“Tak perlu kita bicara panjang lebar!” tukar Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu. 

“Betul!” sahut Untung panarukan . “Cuma perlu kalian ketahui 

bahwa guru kalian yaitu  seorang pengecut. Kalau tidak mengapa 

dia hendak mengandalkan kalian berempat menghadapi Si Cadar 

Hitam?!”

“Katakan saja kau tidak punya nyali menghadapi kami 

berempat!” komentari Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu lalu memberi isyarat pada 

saudara-saudara seperguruannya. 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk, Raja pengemis tak sakti  Badan Kurus dan Raja pengemis tak sakti  

Kepala Botak segera bergerak gerak  sementara Untung panarukan  kelihatan 

tenang-tenang saja tapi sepasang matanya meneliti posisi ke empat 

lawan yang bakal dihadapinya. 

“Tunggu dulu!” terdengar seruan dari samping kiri. Yang berseru 

ternyata penulis  rambut pirang  tadi. 

“Kalau kalian berempat hendak mengeroyok orang ini, itu yaitu  

satu kecurangan yang keliwatan! Bagaimana kalau aku ikut 

membantunya? Meski tetap curang tapi kurasa itu lebih baik agar 

kalau kalian nanti dikalahkannya kalian masih punya sedikit muka!” 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk yang memang sejak tadi sudah marah 

terhadap si rambut pirang  ini jadi naik pitam. Tangan kanannya 

didorongkan ke arah dada si penulis . Terdengar suara menderu. 

Yang diserang melihat datangnya sambutan angin, mengeluarkan 

suara bersiul lalu melambaikan tangan kirinya pada saat angin deras 

yang terlontar keluar  dari dorongan tangan Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk setengah 

jengkal lagi hendak menghantam dadanya! 

Terjadilah hal yang membuat terkejut Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk 

dan saudara-saudara seperguruannya. Pukulan jarak jauh Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk bukan saja tak sanggup mencapai sasarannya tapi 

disapu demikian rupa hingga menyibak ke samping dan terus 

menghantam dinding. Piring-piring dan gelas serta apa saja yang ada 

di atas meja itu mencelat berhamburan dengan menimbulkan suara 

bergrompyangan!

Untung panarukan  juga tak kurang terkejut. Pukulan jarak jauh 

yang dilepaskan Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk tadi bukan pukulan 

sembarangan. Tapi si penulis  rambut pirang  menyapunya dengan 

satu lambaian tangan acuh tak acuh bahkan tubuh atau kakinya 

tidak bergerak gerak  barang sedikitpun! Dan itu dilakukannya sambil 

tertawa cengar-cengir! 

“Sahabat muda,” kata Untung panarukan  cepat. “Terima kasih atas 

itikad baikmu hendak menolongku! Tapi kalau cuma menghadapi 

lawan-lawan besar mulut macam mereka ini kurasa aku punya 

kesanggupan untuk memberi mereka sedikit pelajaran!” 

“Anjing kurap edan! Kau makanlah dulu kursi ini!” teriak 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk. Dalam sekejap itu pula sebuah kursi 

laksana kilat cepatnya menyambar ke arah Untung panarukan . 

Selama enam belas tahun menerima pelajaran ilmu tenaga dalam  dan 

kesaktian dari Kyai jaber al ali  Pramana telah menjadikan Untung 

panarukan  seorang pendekar yang bukan sembarangan. Melihat 

datangnya kursi kayu itu diulurkannya tangan kanannya dengan jari 

telunjuk diacungkan lurus-lurus. Dengan mengandalkan jari telunjuk 

itu ditahannya salah satu kaki kursi. saat  jari telunjuk itu 

dibengkokkannya sedikit, kursi itu berputar tiga kali berturut-turut di 

ujung jarinya dan yang lebih hebat lagi ialah saat  Untung panarukan  

membentak. “Pergi!” Kursi itu mencelat mental ke arah Raja pengemis tak sakti  

Badan Gemuk kembali! 

“Hebat! Hebat sekali!” seru penulis  rambut pirang  memuji 

kelihayan Untung panarukan . 

Di lain pihak Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk naik pitam bukan main. 

Kursi yang kembali menyambar ke arahnya dihantamnya dengan 

tangan kanan hingga hancur berantakan. Beberapa kayu pecahan 

kursi menancap di langit-langit gudang raksasa  makan! 

Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring terlontar keluar  dari mulut Raja pengemis tak sakti  

Cantik Ayu dan di kejap itu pula Empat Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras 

serempak menyerbu Untung panarukan  dengan senjata masing-

masing.

“Curang!” teriak penulis  rambut pirang . “Curang!” teriaknya 

lagi.

Habis berseru demikian Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu melesat ke 

hadapan si rambut pirang  seraya mengiblatkan sepasang sendok raksasa  

perak yang sangat tipis di kedua tangannya! Serangan yang 

dilancarkan oleh Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu yaitu  jurus 

yang dinamakan Sinar Pelangi Pecah di Udara. 

sendok raksasa  di tangan kanannya membabat ke batang leher sedang 

sendok raksasa  di tangan kiri menderu ke bawah perut penulis  rambut 

pirang . penulis  ini terkejut sekali sebab  tak menyangka 

serangan lawannya demikian hebat dan cepat. Namun sebab  dia 

bukan pula orang sembarangan, dengan melompat sebat ke 

belakang dia berhasil mengelakkan serangan hebat itu. Tapi betapa 

terkesiapnya dia sewaktu tiba-tiba saja sang dara mengirimkan satu 

serangan susulan yang bernama Pelangi Menggelung Gunung. 

Sepasang sendok raksasa  perak yang tadi mengenai tempat kosong kini 

membalik laksana silangan gunting, mengancam dada dan pinggang 

si penulis ! 

penulis  rambut pirang  mengeluarkan siulan nyaring. Lututnya 

ditekuk. Tubuhnya merunduk sedang kedua tangannya yang 

terpentang lurus memukul ke kiri dan ke kanan. Inilah jurus 

pertahanan yang sekaligus merupakan gerakan menyerang yang di 

namakan Kipas Sakti Terbuka. 

Sri Lestari merubah kedudukan sepasang sendok raksasa  peraknya agar 

dapat sekaligus membabat putus sepasang lengan lawan yang 

terpentang itu. Namun kaget kelangit nya bukan kepalang sewaktu melihat 

bagaimana sepasang lengan lawan cepat sekali menyusup ke 

bawah, ke arah pergelangan tangannya. Dari pergelangan tangan si 

penulis  jelas terasa terlontar keluar  sambaran angin dingin. Hal ini membuat 

Sri Lestari menjadi ragu-ragu untuk meneruskan serangannya. Dalam 

keragu-raguan ini hampir saja lawannya berhasil memukul lengannya 

kalau tidak cepat-cepat dia melompat ke belakang! 

Untuk sesaat lamanya kedua orang itu saling bentrokan 

pandangan. Si penulis  tersenyum. 

“Ayo, mari diteruskan! Bukankah kau ingin melenyapkan aku?!” 

Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu melototkan matanya. Namun entah 

mengapa hatinya bergetar sewaktu dirasakannya sorotan mata 

penulis  rambut pirang  itu laksana menembus sampai ke lubuk 

hatinya. Namun getaran itu hanya sebentar saja. Sesaat kemudian 

Sri Lestari berteriak nyaring, tubuhnya berkelebatan  lenyap sedang 

sepasang sendok raksasa nya bergulung-gulung hanya merupakan sinar putih. 

Melihat datangnya serangan yang luar biasa ini penulis  rambut 

pirang  tak mau bertindak gegabah. Cepat dia memasang kuda betina -

kuda betina  pertahanan yang kokoh dan sesaat kemudian dia sudah 

menyerbu ke depan memapasi serangan lawannya! 

Sementara itu pertempuran antara Untung panarukan  dan ketiga 

Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras lainnya berlangsung seru sekali. Lima jurus 

pertama keadaan seimbang, namun jurus-jurus selanjutnya kelihatan 

Untung panarukan  mulai menerima tekanan-tekanan. Yang 

menyulitkan kedudukan laki-laki ini yaitu  sebab  ketiga lawannya 

memakai senjata sedang dia sendiri sampai saat itu masih 

mengandalkan tangan kosong. Di sini nyatalah bahwa betapapun 

tingginya ilmu kepandaian Untung panarukan  namun kepandaian 

ketiga lawannya tidak pula rendah, apalagi dengan bersenjata begitu 

rupa. Jurus demi jurus keadaan Untung panarukan  makin terdesak. 

Beberapa kali laki-laki ini mengeluarkan pukulan-pukulan saktinya 

namun semua itu hanya untuk sekedar mempertahankan diri dari 

desakan yang semakin gencar. Diam-diam Untung panarukan  mulai 

terlontar keluar kan keringat dingin! 

penulis  rambut pirang  yang tengah menghadapi serangan 

gencar Sri Lestari masih sempat melirik dan menyaksikan keadaan 

Untung panarukan  yang berbahaya. Kini dia tak bisa bertindak main-

main dan harus berlaku cepat jika tak ingin laki-laki bercadar itu 

menjadi korban keroyokan. 

gudang raksasa  makan itu bergetar, sendi-sendi tiang berderik sewaktu 

dari mulut si penulis  terlontar keluar  suara bentakan yang menggeledek! 

Untuk sejenak semua orang yang ada di situ terkesiap. Sri Lestari 

melihat penulis  itu menggerakkan tangan kirinya. Satu gelombang 

angin yang amat dahsyat menderu menerpa tubuhnya. Betapapun 

gadis lesbi asli   itu mempertahankan diri dan mengerahkan tenaga dalamnya, 

tetap saja tubuhnya terhuyung gontai. Dan sebelum dia sanggup 

mengimbangi diri, si penulis  sudah melompat ke hadapannya, 

mengulurkan kedua tangannya. 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 11

OBAT bercadar, pakailah sendok raksasa -sendok raksasa  ini!” seru si rambut 

pirang  dan sepasang sendok raksasa  perak milik Sri Lestari yang 

berhasil dirampasnya, dilemparkannya ke arah Untung 

panarukan .

Dengan gada batu pualam yang ada di tangan kanannya, 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk coba menyampok kedua sendok raksasa  itu tapi 

niatnya terpaksa dibatalkan sebab  di saat yang sama Untung 

panarukan  menyorongkan kaki kanannya ke perut laki-laki itu. 

Sewaktu Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk menyurut ke belakang guna 

menghindarkan tendangan maut Untung panarukan , kesempatan ini 

dipergunakan oleh Untung panarukan  untuk menyambut kedua sendok raksasa  

perak yang melayang di udara. 

“Saudara! Awas di belakangmu!” teriak si penulis  rambut 

pirang .

Untung panarukan  membalik dengan cepat. 

Trang!

sendok raksasa  perak di tangan kanannya beradu keras dengan gendewa 

baja yang menjadi senjata Raja pengemis tak sakti  Badan Kurus. Bentrokan itu 

membuat tangan masing-masing tergetar hebat dan keduanya sama-

sama tersurut beberapa langkah! Nyatalah bahwa kekuatan tenaga 

dalam mereka berada di tingkat yang sama. Dalam pada itu 

Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk dan Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak yang 

bersenjatakan sebuah sabuk hitam telah menyerbu pula ke muka. 

Pertempuran yang berlangsung bertambah hebat. Namun kali ini 

ketiga pengeroyok harus berhati-hati sebab  yang mereka hadapi kini 

yaitu  Untung panarukan  yang sudah bersenjata yaitu sepasang sendok raksasa  

perak tipis milik Sri Lestari. Tubuh laki-laki itu lenyap berubah 

menjadi bayang-bayang. Dan bayang-bayang tubuhnya itu terbungkus 

pula oleh sinar putih sepasang sendok raksasa  yang berkiblat kian kemari. 

Beberapa kali terdengar suara bentrokan senjata dan berkali-kali 

pula Raja pengemis tak sakti  Badan Gemuk serta kedua saudaranya terpaksa 

S

mundur terus menghadapi amukan Untung panarukan ! 

Pada waktu Untung panarukan  berhasil menyambut sepasang 

sendok raksasa  yang dilemparkan pada waktu itu pula Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu 

atau Sri Lestari dengan penuh amarah mendorongkan kedua 

tangannya ke arah penulis  rambut pirang . 

Wuss! Wuss! 

Dua larik sinar hitam yang teramat panas menderu ke arah si 

rambut pirang . Itulah pukulan Api Hitam yang sangat ganas. 

Demikian hebatnya ilmu pukulan itu hingga Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  hanya menurunkannya pada Sri Lestari saja. 

penulis  rambut pirang  kaget kelangit  sekali sebab  tak menduga 

kalau si gadis lesbi asli   memiliki ilmu pukulan hebat demikian rupa. Cepat-

cepat dia membuang diri ke samping. Tapi masih terlambat. Bahu 

kirinya kena disambar salah satu larikan sinar hitam. Pakaian 

putihnya kejap itu juga dikobari api! penulis  itu mengeluh pendek 

dan cepat-cepat mempergunakan tangan kanannya menepuk-nepuk 

api yang berkobar hingga akhirnya padam. 

Sri Lestari memandang dengan mata terbeliak pada penulis  

rambut pirang  itu. Dia betul-betul tak bisa percaya akan apa yang 

disaksikannya! Sewaktu ilmu pukulan itu baru setengah bagian saja 

dipelajarinya dari Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol , Lestari pernah 

mencobanya terhadap sebatang pohon beringin dan pohon itu 

hangus hancur dan tumbang berkeping-keping! Menyaksikan si 

penulis  hanya bajunya saja yang terbakar hangus dengan kulit bahu 

yang sedikit kekegelapan an akibat pukulan Api Hitamnya tadi, tentu saja 

Sri Lestari tak bisa mempercayainya. 

Sambil menggosok-gosok kulit bahunya yang kegelapan  dan sakit, si 

penulis  rambut pirang  memandang menyorot pada Sri Lestari. 

Tapi tak sedikitpun pandangan itu membayangkan amarah atau 

dendam kesumat, malah kemudian penulis  ini tertawa dan berkata-kata, 

“Pukulanmu hebat, gadis lesbi asli  ! Tapi yaitu  pengecut menyerang lawan 

secara membokong!” 

“Siapa suruh kau bertindak lengah!” damprat Sri Lestari. “Sudah 

kebagusan kau tidak kubikin mampus, hanya kuberi sedikit 

pelajaran!”

penulis  itu tertawa gelak-gelak. “Sekarang giliranku pula untuk 

ganti memberikan sedikit pelajaran padamu,” katanya. Lalu dia 

berseru, “Awas dadamu!” 

Tubuh penulis  ini  melompat ke muka dan tangan 

kanannya cepat sekali bergerak gerak  ke arah dada si gadis lesbi asli  ! Tentu saja Sri 

Lestari tak mau buah dadanya dijamah seenaknya. 

“penulis  kurang ajar!” bentaknya seraya cepat-cepat 

menghindarkan diri dan dengan tangan kirinya kembali melepaskan 

pukulan Api Hitam. 

Tapi si penulis  sudah lenyap dari arah serangan. Dan tahu-tahu 

Sri Lestari atau Raja pengemis tak sakti  Cantik Ayu merasakan sambaran angin di 

belakangnya. Cepat gadis lesbi asli   ini membalik dan menghantamkan tangan 

kanannya. Serangannya itu cuma mengenai tempat kosong, 

sebaliknya kulit punggungnya terasa sakit sekali dan detik itu pula 

tubuhnya tak bisa digerakkan lagi. Ternyata si penulis  telah berhasil 

menotok tubuhnya! 

“Nah, nah! Sekarang kau berdiri sajalah baik-baik di situ dan 

jangan banyak tingkah. Mari kita sama-sama saksikan pertempuran 

kawan-kawanmu melawan laki-laki itu!” 

“penulis  kurang ajar! Kalau tidak lekas kau lepaskan totokan ini, 

jangan harap kau bakal dapat pengampunan dariku!” mengancam 

Sri Lestari. Meski sekujur tubuhnya kaku tegang tapi dia masih bisa 

bicara sebab  si penulis  sengaja tidak menotok jalan suaranya. 

Si penulis  hanya tertawa gelak-gelak mendengar ancaman itu. 

Baru saja dia berpaling hendak menyaksikan pertempuran antara 

Untung panarukan  dengan ketiga Raja pengemis tak sakti  Pulau Ras, terdengar 

pekik Raja pengemis tak sakti  Kepala Botak. Sabuknya mental ke udara, tangan 

kanannya berlumuran darah. Cepat-cepat dia melompat terlontar keluar  dari 

kalangan pertempuran dengan muka pucat pasi! 

“Ha... ha! Untung saja bukan kepala