Den Ayu Sri Kemuning terletak di tingkat atas. Dengan
menjambak rambut seorang pelayan, Sepasang sendok raksasa Maut berhasil
mengetahui yang mana kamar gadis lesbi asli itu. Dari anak-anak buahnya dia
telah mendapat keterangan tentang Untung panarukan dan juga
tentang gadis lesbi asli cantik dalam kereta.
Kepala pasukan jahat itu sampai di muka pintu kamar.
Dicobanya mendorong daun pintu, ternyata dikunci dari dalam.
Kaki kanannya bergerak gerak . Sekali tendang saja pintu kamar itu
terpentang lebar hancur berantakan!
Di dalam kamar saat itu Den Ayu Sri Kemuning tengah
membersihkan badannya. Tubuhnya yang padat bagus sama sekali
tak tertutup sehelai pakaian pun! gadis lesbi asli ini memekik sewaktu
mendengar suara hancurnya pintu kamar dan seorang laki-laki
berpakaian hitam tinggi besar berewokan yang langsung menyergap
tubuhnya yang telanjang!
Sri Kemuning menjerit dan meronta-ronta melepaskan diri. Tapi
rangkulan tangan kiri kepala pasukan jahat itu ketat sekali. Dirangsang oleh
keadaan tubuh si gadis lesbi asli yang tidak berpakaian sama sekali,
Sepasang sendok raksasa Maut menyeret gadis lesbi asli itu ke tempat tidur! Pada saat
laki-laki ini dengan buasnya hendak menindih tubuh dara itu tiba-tiba
sudut matanya melihat dua orang memasuki kamar dan di lain kejap
sebilah pentungan serta sebilah jimat jengglot sudah menyerangnya dengan
sebat di bagian punggung dan kepala!
“Setan alas!” sentak Sepasang sendok raksasa Maut seraya menjatuhkan
dirinya ke lantai. Sambil berguling tangan kanannya bergerak gerak ke
pinggang lalu, wutt! Terdengar pekik kusir kereta. jimat jengglot nya terlepas
dari tangan. Tubuhnya terhempas ke lantai sebab kedua
pergelangan kakinya putus dibabat sendok raksasa besar si kepala pasukan jahat
dari Hutan Dadakan!
Jeritan kusir kereta itu tadi disertai pula oleh jeritan ngeri Sri
Kemuning. Selagi ada kesempatan gadis lesbi asli ini cepat-cepat menarik
seperai tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan seperai itu lalu
menjauhkan diri dari pertempuran yang kemudian berlangsung
antara Sepasang sendok raksasa kegelapan dengan pengawal.
Sudah jelas pengawal itu bukan tandingannya Sepasang sendok raksasa
Maut. Apalagi si pengawal bertempur dengan ragu-ragu dan nyali
lumer. Maka dalam tempo yang sangat cepat pengawal itupun
tergelimpang tanpa nyawa. Perutnya robek robek , usus menjela-jela
disambar sendok raksasa si kepala pasukan jahat Hutan Dadakan! Untuk ke sekian
kalinya terdengar jeritan ngeri Sri Kemuning. gadis lesbi asli ini coba lari ke
pintu namun Sepasang sendok raksasa Maut berhasil menangkap lengannya!
Kita kembali pada pertempuran yang terjadi di gudang raksasa makan
antara Untung panarukan dengan lima pengeroyoknya. sesudah
berteriak pada kusir kereta dan pengawal tadi yaitu agar cepat-cepat
pergi ke kamar majikan mereka maka Untung panarukan dengan
mengandalkan ilmu mengentengkan tubuh yang didapatnya berkat
hawa sakti jimat jengglot Mustiko Jagat laksana seekor alat-alat menukik ke
bawah. Sinar biru menderu dalam bentuk lingkaran. Dikejap itu
terdengar berturut-turut tiga kali suara beradunya senjata. Tiga
batang sendok raksasa mental patah ke udara. Dua anggota pasukan jahat menjerit
kena dibabat Mustiko Jagat, kelojotan sebentar lalu meregang
nyawa. pasukan jahat ketiga mencelat satu tombak ke dinding gudang raksasa
makan, melosoh ke lantai tanpa nyawa sebab dadanya remuk
dihantam tendangan kaki kanan Untung panarukan !
Dua orang pasukan jahat yang masih hidup terkejut sekali. Untuk
sejenak mereka berdiri sangsi apakah akan meneruskan perkelahian
atau ambil langkah seribu! Waktu yang sesaat itu sudah cukup bagi
Untung panarukan guna bertindak! Sekali dia berkelebatan , jimat jengglot
Mustiko Jagat kembali meminta korban nyawa pasukan jahat yang di
sebelah kanannya! pasukan jahat yang terakhir tanpa tunggu lebih lama
segera melompat ke pintu melarikan diri! Tapi dia kurang cepat.
Dengan satu lompatan saja Untung panarukan berhasil
mendahuluinya, menghadang di depan pintu! Setengah mampus
ketakutan, pasukan jahat itu lantas saja jatuhkan diri berlutut minta
ampun! Untung panarukan tidak mau perdulikan permintaan ampun
itu. Kaki kirinya bergerak gerak dan terhempaslah pasukan jahat itu dengan perut
pecah. Dia menggerang sebentar. Dan sebelum nyawanya lepas
Untung panarukan sudah berlalu dari situ.
Di tingkat atas di sebelah belakang yaitu di penginapan
didengarnya jeritan Den Ayu Sri Kemuning berulang kali!
Untung panarukan sampai di tingkat atas saat Sepasang sendok raksasa
Maut baru saja terlontar keluar dari sebuah kamar, memanggul tubuh Sri
Kemuning yang hanya tertutup sehelai kain acak-acakan hingga
sebagian besar dari auratnya yang terlarang jelas kelihatan! gadis lesbi asli ini
tiada hentinya berteriak dan meronta melepaskan diri!
“Bedebah! Lekas lepaskan gadis lesbi asli itu kalau masih sayang kau
punya nyawa!” bentak Untung panarukan .
Sepasang sendok raksasa Maut menghentikan langkahnya. Hatinya
tercekat juga melihat jimat jengglot Mustiko Jagat di tangan Untung panarukan
yang memancarkan sinar biru menggidikkan. Apalagi di ujung senjata
itu dilihatnya noda-noda darah yang masih segar!
“Lekas lepaskan dia!” teriak Untung panarukan seraya melangkah
mendekati kepala pasukan jahat Hutan Dadakan itu!
Sepasang sendok raksasa Maut tiba-tiba terlontar keluar kan suara tertawa
bekakakan! Seraya mendorong tangan kanannya dia balas
membentak, “Budak anjing! Minggirlah!”
Untung panarukan terkejut sewaktu merasakan bagaimana satu
hembusan angin keras yang terlontar keluar dari telapak tangan kiri kepala
pasukan jahat itu mendorongnya ke belakang hingga hampir saja dia
mencelat mental dan terguling di tangga! Cepat-cepat penulis ini
melompat ke samping lalu melintangkan jimat jengglot Mustiko Jagat di
depan dada! Senjata ini benar-benar hebat. sebab begitu sambaran
angin keras membentur sinar jimat jengglot ini , buyarlah angin keras
itu! Secepat kilat Untung panarukan kemudian menyerbu ke muka!
Sinar biru menabur menggidikkan!
Melihat datangnya bahaya maut mengancam di depan mata,
kepala pasukan jahat Hutan Dadakan itu tak mau berlaku ayal. Dengan
satu gerakan yang lihay dia mengelak ke samping lalu dengan tubuh
Den Ayu Sri Kemuning yang masih meronta-ronta di atas bahunya dia
mencabut sendok raksasa dan memapak ke arah Untung panarukan !
Terkejut juga si penulis menerima serangan balasan yang tiada
terduga cepatnya itu. Buru-buru dia menangkis!
Trang!
Bunga api memercik sewaktu jimat jengglot Mustiko Jagat saling bentrok
dengan sendok raksasa besar di tangan kanan Sepasang sendok raksasa Maut! Untung
panarukan kaget kelangit saat merasakan bagaimana bentrokan itu
membuat tangannya menjadi pedas dan tergetar. Tapi sedetik
kemudian hawa aneh aneh saja yang mengalir dari jimat jengglot membuat rasa pedas
dan getaran di tangan kanannya menjadi sirna! Di lain pihak
Sepasang sendok raksasa Maut terkejut bukan main! Bukan saja tangan
kanannya tergetar hebat dalam bentrokan senjata itu, tapi sewaktu
diperhatikannya ternyata sendok raksasa nya telah rompal!
“astaga hina dina!” maki Sepasang sendok raksasa Maut seraya
melemparkan tubuh Sri Kemuning ke lantai lalu mencabut lagi sendok raksasa
besarnya yang tergantung di pinggang kiri. “Akan kukuntung-kuntung
tubuhmu hingga menjadi seratus kuntungan!”
Untung panarukan yang yakin akan keampuhan jimat jengglot Mustiko
Jagat ganda tertawa mendengar ucapan garang kepala pasukan jahat itu.
Malah dia mengomentari , “Ayo anak manusia iblis! Majulah biar kau segera
pula kukirim ke liang kubur menyusul lima orang kunyuk-kunyukmu
yang sudah mampus di bawah sana!”
Terkesiap Sepasang sendok raksasa Maut mendengar ucapan penulis itu!
Lima orang anak buahnya yang paling diandalkan telah menemui ajal
di tangan penulis itu?! Benar-benar keparat, makinya! Dia lipat
gandakan tenaga dalamnya hingga serangan yang dilancarkannya
hebat bukan main!
Perkelahian antara kedua orang itu terjadi di langkan atas yang
tak berapa lebar. Masing-masing memperhitungkan benar-benar
langkah yang mereka buat. sebab sekali bertindak salah di ruangan
yang sempit itu pasti celaka! Sementara itu di halaman samping
gudang raksasa makan orang banyak berkumpul menyaksikan jalannya
pertempuran di langkan tingkat atas gudang raksasa penginapan itu! Semua
orang memuji kehebatan penulis itu apalagi sesudah dia dengan
seorang diri sanggup membunuhi lima anggota pasukan jahat tadi. Dan
semua orang berharap agar si penulis itu juga berhasil membunuhi
Sepasang sendok raksasa Maut yang selama ini bersama anak buahnya
mendatangkan bencana dan malapetaka. Tapi di dalam berharap
begitu semua orang juga merasa cemas. sebab bila penulis itu
kalah, pastilah Sepasang sendok raksasa Maut akan mengamuk dan
menurunkan tangan ganas terhadap seluruh penduduk yang tidak
berdosa!
sesudah pertempuran berjalan sepuluh jurus, Sepasang sendok raksasa
Maut mulai menyadari bahwa walau bagaimanapun penulis itu
bukanlah lawannya. Setiap serangan sendok raksasa nya yang dilancarkan
dengan tipu-tipu lihay, bahkan telah pula diterlontar keluar kannya jurus-jurus
yang terhebat dari permainan sendok raksasa nya itu, tetap saja tak dapat
menghadapi jimat jengglot lawan, bahkan mengimbanginya pun tidak
sanggup! Daripada mendapat celaka, lebih baik siang-siang
mengundurkan diri!
Sengaja kepala pasukan jahat itu melancarkan satu serangan berantai
yang cepat. saat dilihatnya ada satu peluang yang baik, segera dia
melompat ke atas genteng gudang raksasa makan!
“Bedebah! Kau mau lari ke mana?!” teriak Untung panarukan
keren!
“Makan senjata rahasiaku ini!” komentari Sepasang sendok raksasa Maut.
Dalam kejap itu pula lima puluh jarum-jarum biru menderu ke
arah Untung panarukan . Dengan sigap penulis ini memapaskan jimat jengglot
Mustiko Jagat ke depan maka tersapulah seluruh jarum-jarum itu!
Tapi dalam kejap itu Sepasang sendok raksasa Maut telah berada di halaman
bawah. Untung panarukan cepat mengejar. Namun sebelum dia
sampai di bawah kepala pasukan jahat Hutan Dadakan itu telah lenyap!
Orang banyak termasuk pemilik gudang raksasa penginapan menjura pada
Untung panarukan . Beberapa di antara mereka ada yang memuji-muji
kehebatannya. Sebaliknya Untung panarukan cepat-cepat kembali ke
tingkat atas. Didapatinya Sri Kemuning duduk bersimpuh di langkan
tingkat atas, menangis sedih tersedu-sedu.
“Sudahlah, Den Ayu,” kata Untung panarukan . “Sebaiknya masuk
ke kamar dan berpakaian.”
Kata-kata penulis itu membuat sang dara tambah keras
tangisnya hingga Untung panarukan menjadi bingung.
“Masuklah ke kamar,” kata penulis itu manakala tangis Sri
Kemuning telah agak mereda.
“Mayat-mayat itu... aku negeri melihatnya,” kata Sri Kemuning di
antara sesenggukannya.
Untung panarukan masuk ke dalam kamar. Ditemuinya mayat kusir
kereta dan prajurit pengawal. Memang mengerikan. Kusir kereta
menggeletak dengan kedua kaki buntung sedang prajurit pengawal
terhampar dengan perut robek robek , usus membusai. penulis itu
berteriak memanggil pelayan gudang raksasa penginapan. Beberapa pelayan
kemudian membawa mayat kedua orang itu yang selanjutnya segera
dikubur secara sederhana di pinggir kampung. Mayat lima orang
pepasukan jahat dilemparkan ke dalam sebuah kali.
Sementara Sri Kemuning berpakaian, Untung panarukan kembali
ke gudang raksasa makan. Orang memandang padanya penuh kagum. Pemilik
kedai kemudian mendatanginya. sesudah menjura hormat, pemilik
kedai itu —seorang tua— duduk di hadapan Untung panarukan .
“Tak sedikit jasamu kepada penduduk sebab telah menumpas
pasukan jahat -pasukan jahat itu, Pendekar. Sesungguhnya siapakah nama
Pendekar dan datang dari mana?”
“Aku barusan saja turun dari Gunung Slamet, Bapak,” komentari
Untung panarukan .
“Kalau begitu pastilah pendekar murid orang tua sakti yang
bernama Empu Bharata.”
Untung panarukan mengangguk pelahan. Disebutnya nama Empu
Bharata membuat hatinya tidak enak sebab mengingatkan dia atas
pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang tua itu!
“Pendekar, dengan lolosnya kepala pasukan jahat keparat itu, bapak
rasa suatu saat pasti dia akan datang kemari dan mengganas,
menurunkan tangan jahat, membunuhi penduduk sini dengan
sewenang-wenang. Bapak mewakili penduduk dan berharap agar
Pendekar sudi menetap di sini untuk sementara sampai penduduk
benar-benar yakin bahwa pasukan jahat -pasukan jahat itu tak berani lagi datang
ke sini.”
“Aku yakin, Bapak. Apa yang telah terjadi pasti telah membuat
pasukan jahat -pasukan jahat itu menjadi takut kembali ke sini,” ujar Untung pula.
“Mudah-mudahan saja memang demikian,” kata pemilik
penginapan.
Sementara itu seorang pelayan datang menemui Untung
panarukan , mengatakan bahwa Sri Kemuning memanggilnya.
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 4
ETIKA Untung panarukan masuk kembali ke kamar itu, keadaan
kamar tidak seperti tadi lagi. Noda-noda darah telah
dibersihkan dan Sri Kemuning duduk di tepi tempat tidur.
Pada parasnya yang agak pucat masih membayang rasa takut.
“Den Ayu memanggil aku?” tanya Untung panarukan sesudah
terlebih dahulu menjura.
gadis lesbi asli itu mengangguk.
“Kotaraja masih jauh dari sini, Saudara...”
“Saya tahu...”
“Untuk ke dua kalinya kau telah menyelamatkan diriku. Untuk ke
dua kalinya pula aku harap kau sudi ikut ke kotaraja. Apakah kau
masih juga menolak?”
Kalau sebelumnya Untung panarukan tidak tahu siapa adanya
gadis lesbi asli itu, tapi sesudah mendapat keterangan dari kusir kereta dan
prajurit yang telah menemui ajal itu tentu saja penulis ini tidak
menampik lagi! Ke kotaraja berarti menuju ke tempat di mana dia
kelak akan mencapai apa yang dicita-citakannya yaitu menjadi
perwira kerajaan. Dan Sri Kemuning kebetulan yaitu keponakan
Raja! Tentu akan mudah baginya untuk mencapai cita-cita itu,
apalagi mengingat jasa pertolongan yang telah dua kali dibuatnya
terhadap gadis lesbi asli itu!
“Aku tidak berani lagi menolak, Den Ayu. Kusir kereta dan
pengawalmu telah menemui kematian! Apalagi baktiku kepada
kerajaan kalau bukan berbakti pada terlontar keluar ga istana?”
“Terima kasih Saudara... Eh, kau belum menerangkan namamu.”
“Namaku Untung panarukan . Panggil saja Untung.”
“Saudara Untung, melihat apa yang telah terjadi di sini aku
merasa khawatir untuk meneruskan niat bermalam di sini. Sebaiknya
kita berangkat saja...”
“Tapi sungai banjir, Den Ayu...”
“Oh ya. Lupa aku.”
K
“Kalau Den Ayu...”
“Buang saja sebutan Den Ayu itu, Saudara Untung. Namaku
Kemuning. Sri Kemuning...” potong gadis lesbi asli itu.
“Kalau.., kalau Den... kalau kau percaya padaku, kau tak usah
khawatir Kemuning,” kata Untung panarukan pula gugup. “Aku akan
mengawal dan berjaga sepanjang malam di luar kamarmu...”
“Ah, nasib diriku rupanya ditakdirkan hanya untuk menyusahkan
orang lain saja,” ujar Sri Kemuning. Tapi diam-diam hatinya gembira
mendengar ucapan penulis yang gagah itu. “Baiklah Untung. Kalau
begitu katamu, aku tak akan merasa khawatir lagi. Sekali lagi aku
sangat berterima kasih padamu. Kelak pada Sri Baginda akan
kumintakan balas jasa yang sesuai untukmu! Sekurang-kurangnya
pangkat yang penting dalam kalangan istana!”
“Terima kasih Kemuning...” kata Untung panarukan pula. “Tapi
pertolonganku tidak mengharapkan pamrih apa-apa.” sambungnya
pura-pura bersikap ksatria sejati padahal memang pangkat yang
tinggi itulah yang tengah dicarinya. Dalam berdiri di hadapan gadis lesbi asli
itu diam-diam Untung panarukan membayangkan bagaimana dia akan
disambut secara hormat oleh orang-orang istana. Lalu Sri Baginda
atas kehendak Sri Kemuning akan menganugerahkan pangkat tinggi
kepadanya. Dia akan jadi perwira kerajaan yang paling disegani dan
paling ditakuti sebab ilmunya tinggi!
Di lain pihak pada saat itu Sri Kemuning diam-diam tengah
memperhatikan penulis itu dengan kedua bola matanya yang hitam
dan bersinar-sinar penuh kagum akan kegagahan si penulis apalagi
sesudah mengetahui ketinggian ilmunya.
Untung panarukan sama sekali tidak mengetahui bahwa meski Sri
Kemuning yaitu keponakan kontak dari Sri Baginda, tapi gadis lesbi asli itu
bukanlah gadis lesbi asli istana yang bersifat dan berkelakuan baik-baik.
Kecuali Sri Baginda dan Permaisuri serta ayah dan ibu Sri Kemuning
semua orang di istana sudah tahu akan peri tabiat gadis lesbi asli itu. yaitu
memalukan seorang terlontar keluar ga Sri Baginda bertabiat seperti Sri
Kemuning. Tapi apakah mereka musti mengadu pada Sri Baginda?
Salah-salah mereka bisa mencari penyakit sendiri! Dituduh
memfitnah!
Di lubuk hati Sri Kemuning saat itu, di balik pandangan matanya
yang bersinar-sinar itu bergejolak satu hasrat kotor yang membuat
darah di seluruh pembuluh tubuhnya laksana mendidih. Kening dan
puncak hidungnya penuh oleh butir-butir keringat sedang pandangan
matanya semakin berani dan sikap duduknya semakin menantang.
“Keras benar angin dari luar sana...” kata Sri Kemuning. “Tolong
tutupkan pintu itu, Untung.”
“Baik Den... Kemuning.”
Untung panarukan melangkah ke pintu dan sambil menutupkan
daun pintu dia hendak terlontar keluar .
“Oh, maksudku.. aku tidak menyuruh kau terlontar keluar , Untung,” kata
Sri Kemuning pula saat dilihatnya penulis itu menutupkan pintu
sambil menindak terlontar keluar . “Tutupkan saja dari dalam sini.”
Untung panarukan masuk kembali ke dalam dengan perasaan
heran. Ditutupnya pintu itu dari dalam. saat dia memutar tubuh, Sri
Kemuning tersenyum padanya. aneh aneh saja senyum gadis lesbi asli itu di mata si
penulis .
Berdesir darah Untung panarukan , berdebar dadanya sewaktu Sri
Kemuning berkata-kata, “Nanti malam kau akan mencapaikan diri
mengawalku. Berarti siang-siang begini kau butuh istirahat, Untung.”
“Aku rasa begitu...”
“Nah, kau boleh beristirahat di sini, Untung.”
“Biar aku cari kamar yang lain saja, Kemuning.”
Sri Kemuning tertawa. Seraya berdiri dari tempat tidur dia
berkata-kata, “Mengapa harus menyusahkan diri saja, Untung? Kau
istirahat di sini sambil bicara-bicara denganku. Kau tahu, aku orang
yang paling senang bercakap-cakap.”
Perasaan aneh aneh saja mula-mula yang ada di diri Untung panarukan kini
berubah menjadi satu prasangka adanya maksud-maksud yang tidak
senonoh dari gadis lesbi asli itu. Tapi seorang terlontar keluar ga istana, seorang
keponakan Raja yang terhormat mempunyai sifat begitu rupa?
Sementara Untung panarukan berdiri mematung di tengah kamar itu,
Sri Kemuning datang melangkah mendekatinya. Goyang pinggulnya
yang dibuat-buat, senyumnya yang menawan dan sinar matanya yang
mengundang memukau Untung panarukan .
Walau bagaimanapun Untung panarukan yaitu seorang laki-laki,
seorang penulis yang baru saja turun gunung dan tak banyak tahu
tentang peri kekotoran hidup di dunia luar, apalagi cara-cara untuk
menjauhkan semua kekotoran itu. Meski mula-mula hatinya bingung
bercampur takut menghadapi sikap Sri Kemuning namun saat
gadis lesbi asli itu memeluknya dan menyandarkan kepalanya ke dada,
Untung panarukan mulai memberikan reaksi, reaksi sebagai seorang
penulis yang berdarah panas! Dirangkulnya tubuh dara itu erat-erat
dalam gejolak nafsu yang seumur hidupnya baru kali itu dirasakan
oleh Untung panarukan . Namun sesaat kemudian kambuh lagi rasa
khawatirnya.
“Kemuning, kalau pemilik penginapan memergoki kita berdua-
duaan begini, kita bisa celaka...”
Sri Kemuning tertawa merdu. Rasa digelitik liang-liang telinga
penulis itu, tambah terangsang darah mudanya mendengar suara
tertawa itu.
“Dia tahu siapa aku, Untung. Dan dia juga tahu apa yang bakal
menimpanya jika berani-beranian turun tangan. Aku sanggup
menyuruh tutup penginapan dan gudang raksasa makannya! Bahkan lebih
dari itu aku bisa menjebloskan dia dalam penjara.”
Untung panarukan yang tahu bahwa Sri Kemuning yaitu
keponakannya Sri Baginda, dengan sendirinya mempercayai ucapan
gadis lesbi asli ini . sebab nya lenyaplah kekhawatirannya dan kembali
keberanian membuat nafsu makannya mengumbar. gadis lesbi asli itu dipeluknya
erat-erat hingga Sri Kemuning merintih antara kesakitan dan
kenikmatan!
Ada kira-kira sepeminuman teh kedua makhluk itu berpagut-
pagutan di tengah kamar itu.
“Kakiku letih, Untung...” bisik Sri Kemuning. “Gendong aku ke
tempat tidur,” pintanya lirih.
“Hem...” gumam Untung panarukan .
Sesaat kemudian keduanyapun telah berada di tempat tidur.
Berpagut dan berguling seperti sepasang ular. Dan memang mereka
tak ubahnya seperti binatang saja saat itu. Seperti binatang dan
tanpa pakaian!
saat hari telah senja, Untung panarukan masih juga berdiri
termenung di depan gudang raksasa makan. Apa yang telah terjadi siang tadi
di kamar di tingkat atas penginapan itu kembali terbayang di pelupuk
matanya. Dan mengingat ini, menggejolak lagi darah muda penulis
itu. Seumur hidupnya baru kali itu dia mengenal dewi lesbi , dan
perkenalan yang pertama kali itu sungguh luar biasa sekali! Luar
biasa bagi Untung panarukan meskipun Sri Kemuning sudah tidak
perawan lagi!
Bila malam tiba dan kegelapan memekati di sekitar gudang raksasa makan
itu, Untung panarukan ingat bahwa sudah saatnya dia berjaga-jaga di
sekitar kamar Sri Kemuning. Bukan tidak mustahil orang-orang jahat
terutama Sepasang sendok raksasa Maut akan muncul kembali untuk
menuntut balas!
Tingkat atas gudang raksasa penginapan diselimuti kesunyian. Di
beberapa kamar kelihatan nyala lampu. Satu di antaranya yaitu
kamar Sri Kemuning. Untuk sesaat lamanya Untung panarukan berdiri
di depan pintu kamar itu. Kembali teringat olehnya apa yang telah
terjadi di dalam kamar ini siang tadi. Tubuh telanjang Sri
Kemuning yang keringatan! Pelukannya yang ketat liat, nafasnya
yang memburu dan gigitannya yang berulang-ulang pada kulit
dadanya... semuanya teringat lagi. Sewaktu hendak ditinggalkannya
hadapan pintu kamar menuju ke ujung langkan di tingkat atas itu,
tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Sri Kemuning memunculkan
kepalanya. Dia terkejut melihat seseorang berdiri di depan pintu
namun keterkejutan itu segera berubah menjadi kegembiraan saat
dia mengenali bahwa yang berdiri itu yaitu Untung panarukan .
“Terkejut?” tanya Untung panarukan menegur.
Matanya liar meneliti paras Sri Kemuning. gadis lesbi asli ini barusan saja
habis bersolek hingga parasnya lebih segar dan lebih cantik.
Ditambah lagi saat itu dia mengenakan pakaian yang bagian
dadanya terbuka lebar hingga kedua pangkal buah dadanya jelas
kelihatan tersembul terlontar keluar , membuat Untung panarukan jadi
blingsatan tak karuan!
“Aku kira siapa,” ujar Sri Kemuning sambil melontarkan senyum
genit. “Heh, kau sudah mulai berjaga-jaga sesiang ini?”
“Ya. Aku khawatir kepala pasukan jahat itu akan muncul lagi membawa
anak buahnya!”
“Ah, betapa senangnya mempunyai seorang pengawal yang setia
sepertimu ini, Untung,” kata Sri Kemuning pula dengan tertawa cerah
lalu berdiri di tepi terali langkan di tingkat atas itu. “Gelap dan hitam
saja pemandangan di sini... Dan banyak nyamuk pula!”
Dipalingkannya kepalanya pada Untung panarukan lalu dipegangnya
lengan penulis itu hingga hasrat yang menyesak-nyesak di darah si
penulis kembali membuat sekujur tubuhnya panas dingin laksana
orang diserang demam malaria!
Diremasnya tangan gadis lesbi asli itu. Untuk sesekali mereka saling
berpandangan. Hasrat hati untuk kembali mengulangi apa yang telah
mereka lakukan siang tadi kentara terbayang di bola mata masing-
masing.
Untung panarukan tak dapat menahan hatinya lagi saat itu.
Diulurkannya tangannya hendak memeluk Sri Kemuning tapi dia
kecewa sebab gadis lesbi asli itu mengelak.
“Jangan di luar sini Untung...” bisik Sri Kemuning. Ditatapnya
penulis itu sebentar, digoyangkannya kepala ke arah pintu lalu
masuk ke kamar tanpa menguncikan daun pintu.
Untung panarukan berdiri mematung sejenak lamanya. Dia
memandang ke dalam kamar lewat pintu yang terbuka dan dilihatnya
Sri Kemuning berdiri di hadapan sebuah kaca besar, menanggalkan
pakaiannya satu demi satu! Laksana gila Untung panarukan
menghambur masuk ke dalam kamar itu! Sesaat kemudian
keduanya sudah berada di atas tempat tidur!
Untung panarukan baru saja hendak meneduhi tubuh Sri Kemuning
saat di atas genteng terdengar suara tertawa bekakakan yang
membuat kedua insan di dalam kamar itu sama-sama tersentak
kaget kelangit !
“Ha... ha... ha...! Rupanya kalian berdua yaitu bangsanya lonte-
lonte bejat! Bagus sekali! Teruskan niatmu mencapai sorga dunia itu,
penulis keparat! Bila sudah, aku menunggumu di halaman samping!
Jangan lupa pakai pakaianmu dulu biar kau mampus secara wajar!”
Laksana kilat Untung panarukan melompat dari atas tempat tidur
dan menyambar pakaiannya. Dengan jimat jengglot Mustiko Jagat di tangan
kanan dia terlontar keluar dari pintu kamar. Dia tidak takut pada anak manusia
yang tadi bicara dan tertawa di atas genteng! Tapi jika dia berani
datang pastilah mengandalkan sesuatu! saat dia sampai di ujung
langkan apa yang diduganya ternyata betul. Tapi Untung panarukan
yakin akan keampuhan Mustiko Jagat, maka tanpa ragu-ragu dia
melompat turun dari samping yang gelap, hanya diterangi bintang-
bintang, rembulan dan sinar lampu yang merambas dari gudang raksasa
makan dan penginapan!
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 5
UARA tertawa bekakakan kembali mengumandang sewaktu
Untung panarukan sampai di halaman samping itu.
“Ha... ha! Apakah sudah kau teruskan tidur dengan gadis lesbi asli itu?
Kalau belum berarti kau akan mampus penasaran, Untung
panarukan !”
“Sepasang sendok raksasa Maut! sesudah selamat melarikan diri mengapa
berlaku bodoh untuk datang kembali?! Apakah kau punya nyawa
rangkap?!” bentak Untung panarukan dengan suara tak kalah keras.
Sambil membentak begitu kedua matanya meneliti suasana
sekelilingnya.
Di belakang kepala pasukan jahat dari Hutan Dadakan itu, di bawah
pohon cempedak, berdiri seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi yang cuma
mengenakan sehelai cawat. Tubuhnya kurus kering tulang-tulangnya
kelihatan bertonjolan hingga dia tak ubahnya seperti tengkorak hidup
saja! para tua tua yahudi -para tua tua yahudi ini berambut keriting pendek dan cuma memiliki
sebuah mata. Matanya yang sebelah kiri hanya merupakan satu
lobang hitam yang besar dan mengerikan! Yang luar biasa dari orang
yang kulitnya berwarna hitam ini ialah kedua tangannya yang teramat
panjang hingga sampai ke betis!
Tiba-tiba saja anak manusia ini mengeluarkan suara tertawa mengekeh
dan menuding Untung panarukan dengan tangannya yang panjang.
Meski jarak mereka terpisah cukup jauh, tapi sebab tangan anak manusia
ini panjang sekali maka ujung-ujung jarinya yang menuding hampir
saja menyentuh hidung si penulis membuat Untung panarukan
tercekat juga hatinya!
“penulis gendeng, kau segera akan mampus, tapi masih berani
bicara sombong di hadapanku!”
“Orang aneh aneh saja ! Aku tidak kenal padamu! Apa urusanmu
mencampuri persoalan orang lain?!” tukas Untung panarukan .
“Oh, jadi kau kepingin kenal siapa aku?!” ujar orang itu. “Aku yang
buruk ini bernama Tunggul Gawe-gawe. Orang-orang menggelariku
S
Iblis Tangan Panjang. Dan kedoyananku cuma satu yakni paling
senang mencabut nyawa anak manusia -anak manusia macammu!” Habis
berkata-kata begitu anak manusia bercawat itu kembali tertawa mengekeh.
“Hem... rupanya kau bangsa kawanan setan pelayangan juga!”
ejek Untung panarukan . “anak manusia -anak manusia macammu memang
pantas untuk jadi andalan pasukan jahat busuk ini! Aku tanya apakah ada
kawan-kawanmu yang lain yang berada di sekitar sini? Sebaiknya
lekas-lekas disuruh terlontar keluar agar bisa kulabrak sekaligus!”
“Iblis Tangan Panjang! Baiknya mari cepat-cepat saja kita bikin
tamat riwayatnya ini penulis anjing!” seru Sepasang sendok raksasa Maut.
“He... he... Untuk membereskannya kenapa musti berdua,”
menyahuti Iblis Tangan Panjang. “Biar aku sendiri yang menunjukkan
jalan ke neraka padanya!”
anak manusia ini melangkah ke hadapan Untung panarukan . “penulis
gendeng, kau bersiaplah untuk mampus!” Habis berkata-kata begitu
Tunggul Gawe-gawe atau Iblis Tangan Panjang menggerakkan tangan
kanannya.
Wutt!
Satu pukulan lengan yang keras dan menimbulkan angin
bersiuran menderu ke arah kepala Untung panarukan . penulis ini
cepat-cepat merunduk dan sebelum dia sempat melakukan
serangan balasan, lengan kiri Iblis Tangan Panjang telah memapas
ke pinggang membuat penulis ini terpaksa melompat
menyelamatkan dirinya! Perkelahian seru segera berlangsung jurus
demi jurus! Meskipun Untung panarukan memegangi jimat jengglot sakti
Mustiko Jagat di tangan kanannya, namun gerakan-gerakan lengan
lawannya hebat sekali, membuat dia tak bisa leluasa melancarkan
serangan-serangan. Dalam perkelahian itu sebab tangannya yang
amat panjang, Iblis Tangan Panjang tak perlu susah-susah
berkelebatan kian kemari. Cukup dia menggeser-geserkan saja kedua
kakinya sedang kedua tangannya laksana sepasang tongkat baja
memukul dan membabat kian kemari dari pelbagai jurusan!
sebab tak mungkin bagi Untung panarukan untuk mengirimkan
tusukan ke tubuh ataupun ke kepala lawannya maka kini penulis itu
merubah taktiknya. Serangan-serangan jimat jengglot Mustiko Jagat langsung
diarahkan pada kedua tangan Tunggul Gawe-gawe. Dan buktinya
memang berhasil!
Pada dasarnya Tunggul Gawe-gawe alias Iblis Tangan Panjang
diam-diam memang merasa jerih melihat senjata mustika yang ada
di tangan lawannya. Dan saat jimat jengglot itu kini dipakai untuk
menggempur sepasang tangannya, merasakan pula dinginnya
sambaran angin senjata ini , dia tak lagi dapat bergerak gerak leluasa.
Setiap serangannya yang mengandalkan kedua tangannya yang
panjang selalu dibikin musnah oleh sambaran jimat jengglot lawan! Beberapa
kali hampir nyaris lengannya kena tertikam senjata ini . Naga-
naganya kalau dia bertempur begitu terus, lambat laun pasti dia
akan kena celaka juga! Maka tanpa tunggu lebih lama Iblis Tangan
Panjang mengeluarkan senjatanya dari dalam cawatnya!
Senjata ini yaitu sebuah untaian batu-batu permata yang telah
direndam dalam racun jahat. Warnanya aneka ragam dan
kesemuanya bergemerlapan meskipun di halaman samping itu
suasana gelap. saat untaian batu-batu permata itu diputar di atas
kepala maka menggelombanglah angin yang amat hebat. Pohon-
pohon bergoyangan, banyak yang daun-daunnya berguguran. Dinding
gudang raksasa -makan dan tiang-tiang gudang raksasa penginapan berderik-derik
sedang tanah serasa dilanda lindu saking hebatnya gelombang angin
yang terlontar keluar dari senjata Iblis Tangan Panjang itu!
Untung panarukan sendiri tergontai-gontai beberapa detik lamanya!
Buru-buru dia membentak nyaring dan sewaktu lawannya datang dari
depan, penulis ini kiblatkan jimat jengglot Mustiko Jagat dalam jurus aneh aneh saja
yang luar biasa.
“Hebat sekali ilmu tenaga dalam keparat ini!” rutuk Iblis Tangan Panjang.
Dia tidak tahu bahwa kesaktian jimat jengglot Mustiko Jagatlah yang
membimbing penulis itu memainkan jurus-jurus tenaga dalam yang luar biasa
itu!
sebab yakin bahwa senjata lawan tak bakal dapat menandingi
senjatanya, maka sewaktu bentrokan akan terjadi, Iblis Tangan
Panjang sengaja tidak menarik pulang untaian batu-batu
permatanya! Meskipun dia tak berhasil menggebuk lawan tapi sekali
senjatanya bergeser dengan kulit si penulis , pastilah penulis itu
akan keracunan. Kalau sudah begitu tentu mudah dia membereskan
lawannya itu, demikian pikir Iblis Tangan Panjang.
Tapi betapa kaget kelangit nya dia sesaat kemudian!
Terdengar suara berdentingan dan percikan bunga api di dalam
gelapnya malam sewaktu jimat jengglot dan untaian batu-batu permata
beradu! Untung panarukan merasakan tangannya bergetar hebat tapi
itu tak ada artinya sebab di depannya dilihatnya bagaimana batu-
batu permata yang menjadi senjata lawannya putus berhamburan!
kaget kelangit Iblis Tangan Panjang bukan alang kepalang! Jika
senjatanya yang paling diandalkan bisa dibuat berantakan begitu
rupa, ini sudah merupakan satu pertanda lebih baik dia angkat kaki
dari situ daripada meneruskan perkelahian! Tapi untuk melakukan
hal itu tentu saja dia merasa malu terhadap Sepasang sendok raksasa Maut
yang berada di tempat itu. Buntut-buntutnya dia cuma berseru untuk
meminjam salah satu sendok raksasa kepala pasukan jahat itu.
Sambil memberikan salah satu sendok raksasa besarnya, Sepasang sendok raksasa
Maut berseru, “Tunggul Gawe-gawe, tak usah kau repot terlalu lama.
Aku akan bantu!”
Bantuan, memang itulah yang diharapkan oleh Iblis Tangan
Panjang. Dengan nyali besar kedua orang itu lalu mengeroyok Untung
panarukan ! penulis ini berkelebatan cepat sekali. Bayang-bayang
tubuhnya tertutup oleh sinar biru dari jimat jengglot Mustiko Jagat.
Bagaimanapun Iblis Tangan Panjang dan Sepasang sendok raksasa Maut
menggempur dan mengirimkan serangan dahsyat silih berganti
namun tiada gunanya! Kedua orang ini tak sanggup mendekati
penulis itu lebih dekat dari jarak empat langkah. Di lain pihak
sementara itu kekuatan gaib yang berasal dari jimat jengglot Mustiko Jagat
semakin hebat pula membimbing dia. sesudah bertempur empat
puluh jurus lebih, dengan ilmu menyusupkan suara Iblis Tangan
Panjang berkata-kata pada Sepasang sendok raksasa Maut.
“Naga-naganya kita tak bakal menang, brow ku! Sebelum celaka
sebaiknya siang-siang kita tinggalkan tempat ini!”
Sepasang sendok raksasa Maut juga sudah sangat penasaran dan mulai
sangsi. Apa yang dikatakan Iblis Tangan Panjang yaitu benar
menurutnya, maka iapun segera hendak mengomentari menyetujui
ucapan kambratnya itu. Namun sebelum dia sempat berkata-kata, jimat jengglot
Mustiko Jagat menderu cepat di muka hidungnya! Sepasang sendok raksasa
Maut melompat ke belakang sambil melancarkan satu pukulan
tangan kosong. Justru lengannya yang memukul ini merupakan
makanan empuk bagi jimat jengglot Mustiko Jagat! Terdengarlah pekik
kepala pasukan jahat Hutan Dadakan itu! Tangan kanannya papas,
buntung! Darah menyembur nyembur ! Saat itu juga racun jimat jengglot Mustiko Jagat
yang amat berbahaya memasuki darahnya, menjalar dengan cepat
ke seluruh pembuluh hingga beberapa detik kemudian Sepasang
sendok raksasa Maut meregang nyawa dengan tubuh matang biru!
Pada saat Sepasang sendok raksasa Maut menjerit keras sebab
tangannya putus dibabat jimat jengglot Mustiko Jagat, kesempatan ini
dipergunakan oleh Iblis Tangan Panjang untuk melarikan diri tanpa
diketahui oleh si penulis . Untung panarukan baru menyadari bahwa
lawannya yang seorang itu sudah lenyap sewaktu dia memandang
berkeliling. Sementara itu dari mana-mana bermunculan penduduk
ke tempat itu. Untung panarukan menerangkan sedikit apa yang telah
terjadi lalu cepat-cepat berlalu dari situ.
Di kamar penginapan di tingkat atas, penulis ini disambut
dengan pelukan hangat oleh Sri Kemuning.
“Aku menyaksikan perkelahianmu dari terali atas sana. Untung!
Kau hebat sekali! Betul-betul hebat... Oh, aku cinta padamu,
Untung!”
gadis lesbi asli ini memeluk lagi penulis itu ketat-ketat ke tubuhnya,
menciumi keringat yang membasahi dada Untung panarukan . Dan apa
yang telah terjadi sebelumnya segera terlupakan oleh kedua orang
itu. Semalam-malaman, sampai pagi, Untung panarukan benar-benar
telah melakukan ‘pengawalan’ atas diri Sri Kemuning di dalam
kamar itu... di atas tempat tidur!
Keesokan harinya kedua orang itu melanjutkan perjalanan ke
kotaraja. Untung panarukan bertindak sebagai kusir kereta merangkap
pengawal. Menjelang tengah hari mereka telah memasuki kotaraja,
langsung menemui Sri Baginda di istana. Bukan main kaget kelangit nya Raja
mendengar penuturan keponakannya. Di samping itu Raja merasa
sangat gembira pula dan berterima kasih pada Untung panarukan
sebab telah menyelamatkan Sri Kemuning dari bahaya maut sampai
beberapa kali!
Seperti yang telah dikatakan Sri Kemuning, atas permintaan
gadis lesbi asli itu maka Untung panarukan oleh Sri Baginda diangkat menjadi
salah seorang perwira kerajaan. Dan bukan itu saja, Sri Baginda juga
meminta agar penulis itu suka mengambil Sri Kemuning menjadi
istrinya! Sebenarnya memang Untung panarukan sangat terpikat dan
cinta pada dara yang penuh daya tarik dan pandai merayu itu. Maka
tanpa banyak cerita lagi Untung panarukan menerima permintaan itu.
Perkawinan dilangsungkan cukup meriah dan kepada kedua
orang itu diberikan sebuah kuburan kecil yang terletak dalam
lingkungan tembok istana.
***
Beberapa tahun kemudian...
Dari perkawinannya dengan Sri Kemuning, Untung panarukan
dikaruniai seorang anak dewi lesbi yang diberinya nama Sri Lestari.
Meski di luaran kehidupan gudang raksasa tangga kedua orang itu kelihatan
rukun bahagia, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Seringkali
kedua suami istri itu cekcok satu sama lain. Ini disebabkan tabiat Sri
Kemuning yang membuat Untung panarukan sakit makan hati.
Seperti telah dituturkan sebelumnya, Sri Kemuning meskipun
keponakan Sri Baginda tapi bukanlah seorang dewi lesbi baik-baik.
Di antara sekian banyak keburukannya, yang paling terkenal di
kalangan orang-orang istana ialah sifatnya yang mata keranjang. Tak
boleh melihat laki-laki gagah, apalagi jika laki-laki itu masih muda
belia dan tegap kuat! Telah berkali-kali Untung panarukan mendengar
kabar bahwa jika dia sedang bertugas ke tempat jauh, istrinya itu
sering pergi ke tempat beberapa orang penulis bahkan seorang di
antara penulis -penulis itu pernah beberapa kali disuruhnya datang
ke kuburan nya dalam lingkungan istana itu!
Mula-mula Untung panarukan tidak mau percaya sebab dia yakin
bahwa istrinya itu sangat mengasihinya sehingga masakan mau
berbuat serong begitu rupa? Namun pada satu hari dia dihadapkan
pada satu kenyataan yang dibuktikannya sendiri!
Pada masa itu kerajaan tengah menghadapi beberapa
pemberontakan kecil. Di bawah pimpinan beberapa perwira
kerajaan, termasuk Untung panarukan , pasukan kerajaan berhasil
menumpas pemberontak-pemberontak ini . Meskipun belum
keseluruhan pemberontak berhasil dimusnahkan, namun untuk
sementara bahaya yang mengancam kerajaan boleh dikatakan tidak
ada. Namun demikian tidak seorangpun dari perwira-perwira
kerajaan yang mengetahui bahwa satu kekuatan besar kaum
pemberontak yang berpusat di kaki Gunung Lawu tengah
merencanakan penyerbuan besar-besaran ke kotaraja.
Demikianlah, sebab merasa keadaan sudah cukup aman maka
Untung panarukan bersama pasukan kembali ke kotaraja. Rindunya
terhadap anak istrinya membuat dia begitu selesai memberi laporan
pada Sri Baginda, cepat-cepat kembali ke tempat kediamannya dan
langsung menuju ke kamar. Begitu pintu kamar terbuka terkejutlah
Untung panarukan melihat bagaimana istri yang sangat dicintainya itu
telah melakukan perbuatan mesum dengan seorang penulis !
penulis ini bukan lain yaitu salah seorang pengawal kuburan nya,
jadi masih merupakan anak buahnya sendiri.
Gelaplah pemandangan Untung panarukan . jimat jengglot Mustiko Jagat
segera dihunusnya. Sri Kemuning menjerit sewaktu menyaksikan
bagaimana penulis yang tidur bersamanya itu roboh dilanda
tikaman yang pertama. Menyusul tikaman yang kedua, ketiga...
keempat dan seterusnya hingga sekujur tubuh penulis itu laksana
daging cincangan, lumat membanjiri darah.
Untung panarukan masih akan terus menusuki tubuh penulis yang
sudah tak bernyawa itu jika seandainya saat itu lima orang prajurit
kepala dan empat orang perwira tidak masuk menyerbu ke dalam
kamar dan memegangi inya!
“Lepaskan aku! Lepaskan!” teriak Untung panarukan menggeledek.
“Dajal dewi lesbi itu juga harus mampus! Harus mampus!”
Tapi seorang perwira berhasil merampas jimat jengglot Mustiko Jagat
hingga kejap itu lenyaplah kekuatan yang ada di diri Untung
panarukan . Seorang perwira lain segera menolak tubuhnya sementara
Sri Kemuning sendiri sudah melarikan diri dari kamar itu!
Apa yang telah terjadi itu menghebohkan seluruh istana. Tapi
semua orang tak bisa memikirkan itu lebih lanjut, juga tak berusaha
mencari tahu ke mana Sri Kemuning bersama anak dewi lesbi nya
melarikan diri sebab yang dipikirkan oleh semua orang saat itu ialah
bahaya besar yang mengancam kerajaan. Kabar yang dapat
dipercaya menyatakan bahwa balatentara pemberontak yang
berpusat di kaki Gunung Lawu telah mulai bergerak gerak menuju kotaraja!
Setiap kampung dan desa yang mereka temui pasti akan
disamaratakan dengan tanah. Penduduk yang tidak berdosa, tak
perduli apakah dewi lesbi atau anak-anak dibunuh secara kejam
luar biasa. Demikian cepatnya pergerakan pasukan pemberontak ini
hingga dalam tempo yang singkat saja hanya tinggal tiga hari
perjalanan lagi dari kotaraja!
Kira-kira seribu prajurit di bawah pimpinan lima orang perwira
kerajaan telah dikirim untuk menghancurkan kaum pemberontak.
Mereka bertemu di satu tempat yang terletak dua hari perjalanan
dari kotaraja. Meski prajurit kerajaan berjumlah banyak dan dipimpin
oleh perwira-perwira berkepandaian tinggi, namun jumlah prajurit
pemberontak tidak pula sedikit. Dalam pada itu kaum pemberontak
juga memiliki tokoh-tokoh tenaga dalam kelas satu hingga sesudah bertempur
selama setengah hari, kaum pemberontak berhasil memukul mundur
balatentara kerajaan! Ratusan prajurit kerajaan menemui kematian!
Dua orang perwira tewas, satu luka-luka parah. Dan dua lainnya
tertangkap hidup-hidup. saat menerima kabar itu dari seorang
kurir, cemaslah Sri Baginda! Orang satu-satunya yang sangat
diharapkan oleh Sri Baginda ialah perwiranya yang paling tinggi ilmu
kepandaiannya yaitu Untung panarukan . Tapi sang perwira ini kini
berada dalam keadaan menyedihkan!
Sesudah mengalami peristiwa tempo hari itu, Untung panarukan
menderita batin yang amat mendalam terutama disebab kan pada
istrinya sejak kejadian itu tidak diketahui ke mana perginya. Dan
kepergiannya itu membawa serta anak dewi lesbi yang amat
dikasihi Untung panarukan . Demikian hebatnya penderitaan batin yang
menimpa perwira itu hingga sifatnya pun sudah berubah seperti
orang yang kurang ingatan.
Sepanjang hari dia mengurung diri di dalam kamar dan menangis sedih
tiada henti. Kedua matanya telah bengkak dan sembab. Pipinya telah
cekung. sebab dia tak mau makan dan tak mau minum selama
beberapa hari maka keadaan tubuhnyapun makin lama makin kurus!
Kadang-kadang di malam buta Untung panarukan menjerit-jerit,
berteriak memaki-maki. Tak seorangpun yang berani mendekatinya.
Pernah satu kali seorang prajurit datang mengantarkan makanan
dan air. Untung panarukan lalu mencabut jimat jengglot Mustiko Jagat dan
memburu prajurit itu sebab di mata perwira yang kurang ingatan ini
si prajurit tadi kelihatannya yaitu penulis yang telah tidur bersama
istrinya dan yang telah dibunuhnya itu!
Sementara keadaan Untung panarukan semakin parah, ancaman
kaum pemberontak semakin kritis pula sebab pada waktu itu
mereka cuma tinggal satu setengah hari perjalanan saja dari ibukota!
Dalam saat-saat yang menegangkan itu pulalah tiba-tiba saja
muncul seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi aneh aneh saja di depan istana yang katanya
ingin bertemu dengan Sri Baginda. Mula-mula para pengawal
menyangka para tua tua yahudi -para tua tua yahudi ini yaitu seorang mata-mata pemberontak
sehingga segera hendak ditangkap. Namun betapa terkejutnya
semua prajurit sebab siapa saja yang berani datang mendekat dan
turun tangan, pasti mencelat mental dihantam kaki atau tangan
para tua tua yahudi -para tua tua yahudi ini.
“Aku datang dengan maksud baik! Kenapa mau ditangkap?!
Benar-benar anak manusia tidak tahu diri kalian semua!” begitu si para tua tua yahudi
memaki.
Lalu sebab tak ada seorangpun yang berani menghalanginya,
para tua tua yahudi -para tua tua yahudi inipun masuk ke istana lenggang kangkung dan sampai
di hadapan Sri Baginda. Sri Baginda sebelumnya telah diberi tahu
atas kedatangan para tua tua yahudi -para tua tua yahudi aneh aneh saja ini.
“Tamu dari manakah yang datang ke istana ini?” tegur Sri
Baginda sementara beberapa perwira berdiri di dekatnya menjaga
segala kemungkinan.
“Kudengar di istana ini ada seorang perwira yang sakit. Betulkah
itu?” bertanya si para tua tua yahudi tak dikenal.
Sri Baginda memandang pada perwira-perwiranya, lalu
menganggukkan kepala. “Betul sekali. Dari manakah kau tahu dan
harap terangkan dulu siapa kau ini, orang tua?”
Orang tua itu batuk-batuk beberapa kali lalu mengomentari , “Aku yang
tua ini yaitu Kyai jaber al ali Pramana dari Gunung Bromo...”
Terkejutlah Sri Baginda dan perwira-perwira kerajaan tapi
disamping itu juga timbul tenggelam rasa gembira dan pengharapan.
“Ah, tak tahunya istana telah kedatangan seorang sakti yang
telah terkenal di delapan penjuru angin. Silahkan duduk, orang tua.
Maafkan kalau perlakuan orang-orangku terhadapmu tidak
menyenangkan. Sesungguhnya aku sendiripun baru kali ini
berhadapan denganmu...”
Kyai jaber al ali Pramana duduk di sebuah kursi yang kemudian
disediakan.
“Tadi Kyai bertanyakan tentang seorang perwira yang sakit.
Apakah maksud Kyai sesungguhnya?”
“Aku ingin mengobatinya,” komentari orang tua itu.
“Ah, itu satu hal yang menggembirakan. Kami sangat berterima
kasih padamu, Kyai,” ujar Sri Baginda pula. “Kemudian daripada itu
Kyai, atas nama rakyat dan kerajaan aku meminta agar sudilah Kyai
turun tangan membantu menumpas kaum pemberontak. Kyai tentu
tahu bagaimana besarnya bahaya yang mengancam kerajaan kini.
Balatentara kaum pemberontak sudah sangat dekat. Mereka
memiliki beberapa tokoh tenaga dalam yang berkepandaian tinggi pula!”
Kyai jaber al ali Pramana menggeleng-gelengkan kepalanya dan
berkata-kata, “Aku tahu, aku tahu, Baginda. Tapi kedatanganku ke sini
cuma punya satu maksud yaitu mengobati perwiramu yang sakit itu.
Soal pemberontak aku tak bisa ikut campur. Nah sekarang
tunjukkanlah aku di mana beradanya perwiramu yang sakit itu!”
Raja dan para perwira merasa kecewa. Mereka yakin jika orang
tua yang sakti luar biasa itu bersedia turun tangan pastilah kaum
pemberontak berhasil ditumpas sekalipun mereka memiliki tokoh-
tokoh tenaga dalam yang hebat! Tapi kekecewaan itu agak terhibur oleh
adanya maksud Kyai jaber al ali Pramana yang hendak mengobati Untung
panarukan . Jika Untung panarukan berhasil diobati dan dapat maju ke
medan laga menghadapi pemberontak, itupun sudah cukup sebagai
jaminan bahwa kaum pemberontak akan kena ditumpas!
Maka atas perintah Sri Baginda, beberapa pengawal
mengantarkan Kyai jaber al ali Pramana ke kamar Untung panarukan . Di
hadapan pintu kamar mereka berhenti. Salah seorang Perwira
memberi tahu, “Pintu ini dikunci dari dalam Kyai.”
Kyai jaber al ali Pramana mengangguk. Sekali kaki kirinya yang kurus
kering bergerak gerak menendang, maka bobollah pintu kamar yang
terbuat dari kayu jati itu.
Di dalam kamar tampak Untung panarukan duduk menjelepok di
sudut kamar tengah sesenggukan! Keadaan dirinya kurus kering
laksana tengkorak. Kulitnya pucat pasi hanya tinggal pembalut
tulang. Matanya yang menonjol ke depan berwarna kegelapan dan
ganas. Begitu dia melihat orang-orang itu, Untung panarukan
mencabut jimat jengglot Mustiko Jagat. Hawa aneh aneh saja membuat tubuhnya
menjadi kuat dan laksana seekor srigala lapar laki-laki ini melompat
ke hadapan Kyai jaber al ali Pramana seraya berteriak, “Kau datang lagi,
penulis astaga ! Kau datang lagi, ya?! Mampus! Mampuslah kau,
keparat!”
jimat jengglot Mustiko Jagat menderu ke arah dada Kyai jaber al ali Pramana.
“Awas Kyai!” memperingatkan seorang perwira. “Itu senjata sakti
dan mengandung racun jahat sekali!”
***
bobo angker
KUTUKAN EMPU BHARATA 6
ERKESIAP juga Kyai jaber al ali Pramana melihat sinar biru pekat
yang terlontar keluar dari jimat jengglot di tangan Untung panarukan . Angin yang
menyambarpun terasa dingin menembus kulit! Tapi orang tua
itu tidak khawatir! Cuma sekejap dia terkesiap. Perwira-perwira
kerajaan yang mengantarkannya tidak sempat melihat gerakan apa
yang dibuat oleh para tua tua yahudi -para tua tua yahudi sakti itu sebab tahu-tahu saja
terdengar keluhan pendek Untung panarukan . Perwira yang sakit ini
tegak mematung dengan kedua bola mata melotot seperti mau
melompat sedang jimat jengglot Mustiko Jagat sudah berada dalam tangan
Kyai jaber al ali Pramana!
Sementara perwira-perwira kerajaan itu terheran-heran, sang Kyai
mengeluarkan dua buah botol dari balik pakaiannya. Botol pertama
berisi cairan hitam. Botol kedua, lebih kecil, berisi cairan putih
bening. Kyai jaber al ali Pramana membuka tutup botol yang pertama lalu
mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengguyurkan cairan hitam
itu ke atas kepala Untung panarukan !
Meskipun tubuhnya ditotok dan tak bisa bersuara, tapi saat air
hitam menyirami kepalanya dan kepala itu kelihatan mengepul-
ngepul maka dari mulut Untung panarukan terdengar jeritan sedahsyat
geledek membuat perwira-perwira kerajaan yang ada di situ serasa
terbang nyawanya! Dua kali Untung panarukan mengeluarkan jeritan
dahsyat itu lalu kembali mulutnya terkatup rapat-rapat. Kyai jaber al ali
Pramana membuka tutup botol yang kedua. Mulutnya kelihatan
komat-kamit, entah membaca mantera apa.
“Buka mulutmu, panarukan !” memerintah sang Kyai.
aneh aneh saja , Untung panarukan benar-benar membuka mulutnya.
Di saat itulah hal aneh aneh saja lagi terjadi. Cairan putih bening di dalam
botol di tangan Kyai jaber al ali Pramana menyembur nyembur laksana air mancur,
masuk ke dalam mulut Untung panarukan .
“Minum! Telan!” seru Kyai jaber al ali Pramana.
Cegluk... cegluk... terdengar air itu lewat di tenggorokan Untung
T
panarukan .
“Bagus! Nah, sekarang kau pergilah ke tempat tidur itu, berbaring
dan tidurlah!” Kyai jaber al ali Pramana melepaskan totokan di tubuh
Untung panarukan dan begitu totokan terlepas perwira ini laksana
patung hidup melangkah ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya,
memejamkan kedua matanya dan tidur!
Orang tua itu kemudian berpaling pada perwira-perwira kerajaan
yang berdiri terlongong-longong di belakangnya.
“Jika dia sudah bangun nanti, sakit yang dideritanya akan
sembuh. Katakan pada raja kalian bahwa sakit yang menimpa
Untung panarukan bukan sembarang sakit! Tapi yaitu akibat kutukan
seseorang terhadap apa yang pernah dilakukan olehnya...”
“Kutukan...?” mengulang salah seorang perwira.
Yang terdengar sebagai asia kecil ban hanya sambaran angin. saat
mereka memandang ke depan, Kyai jaber al ali Pramana sudah tidak ada
sedang jimat jengglot Mustiko Jagat kelihatan tertancap di daun pintu!
“anak manusia sakti luar biasa...” desis seorang perwira. Kawan-
kawannya hanya bisa menganggukkan kepala sambil leletkan lidah!
Benar seperti yang dikatakan oleh Kyai jaber al ali Pramana. Begitu
Untung panarukan bangun dari tidurnya, keadaan dirinya berubah
total. Otaknya telah pulih sehat seperti sedia kala sehingga Sri
Baginda benar-benar gembira dan bersyukur atas pertolongannya si
para tua tua yahudi sakti dan aneh aneh saja itu! Maka kepada Untung panarukan Sri Baginda
dan beberapa perwira penting menerangkan bahaya apa yang
tengah dialami kerajaan saat itu. Dalam pertemuan itu rencanapun
segera disusun.
saat sinar matahari mulai berkurang teriknya sebab sudah
rembang petang, maka dari pintu gerbang kotaraja kelihatanlah
serombongan besar balatentara bergerak gerak ke timur di bawah
pimpinan seorang perwira yang menunggangi kuda betina hitam. Perwira ini
bertubuh kurus dan bermuka pucat, tapi gerak geriknya meyakinkan
bahwa dia bukan orang sembarangan, terutama yang bukan
sembarangan yaitu jimat jengglot Mustiko Jagat yang tersisip di
pinggangnya. Dan perwira itu bukan lain yaitu Untung panarukan ! Di
kiri kanannya bergerak gerak pula beberapa orang perwira kerajaan yang
berkepandaian tenaga dalam tinggi!
Meski pada dasarnya Untung panarukan bukanlah apa-apa jika
tanpa jimat jengglot Mustiko Jagat, namun harus diakui bahwa dia memiliki
otak yang cerdik. Sewaktu hampir berpapasan dengan balatentara
pemberontak, Untung panarukan sengaja mengirim sejumlah kecil
pasukan yang dibawanya. Sesudah terjadi pertempuran, dengan
jumlah pasukan yang lebih besar Untung panarukan dan perwira-
perwira lainnya segera mengurung kaum pemberontak sehingga
pemberontak-pemberontak itu harus menghadapi musuh dari depan
dan dari belakang!
Amukan Untung panarukan , jelasnya amukan jimat jengglot Mustiko Jagat,
memang bukan main hebatnya. Puluhan pemberontak menemui
ajalnya di ujung senjata sakti itu. Dua orang tokoh pemberontak yang
berilmu tinggi mandi darah dan mati di tangan Untung panarukan . Dua
tokoh lainnya coba mengeroyok perwira ini namun merekapun
mengalami nasib yang sama, harus menyusul dua kawan mereka
yang terdahulu!
Sesudah pertempuran berkecamuk hampir dua jam dengan
banyak korban jatuh di pihak pemberontak, maka sisa-sisa yang
masih tinggal, di bawah seorang tokoh tenaga dalam golongan hitam segera
mengundurkan diri! Tapi Untung panarukan tak mau melepaskan
tokoh pemberontak yang seorang ini. Dipacunya kuda betina hitamnya
mengejar orang yang lain, yang kini sama sekali tak punya pimpinan
barang seorang pun banyak yang lari pontang-panting, ada juga yang
menjatuhkan diri, berlutut minta ampun!
Untung panarukan tak memperdulikan mereka yang berlutut minta
ampun itu. Semuanya dilabrak dengan tendangan dan babatan jimat jengglot
hingga di tempat itu bertebaran lagi mayat-mayat kaum
pemberontak! Dengan hati puas Untung panarukan kembali kepada
pasukannya. Justru dalam perjalanan kembali inilah tiba-tiba muncul
satu sosok tubuh dari jurusan timur yang berlari laksana kilat,
memapas larinya kuda betina hitam yang ditunggangi oleh Untung
panarukan , hingga binatang ini menghentikan larinya, meringkik keras-
keras dengan menaikkan kedua kakinya ke udara tinggi-tinggi,
hampir saja membuat Untung panarukan terpelanting.
“Jahanam dari mana yang minta mampus ini?” teriak Untung
panarukan menggeledek.
Sebagai asia kecil ban terdengar suara mendengus!
“Untung panarukan anak manusia rendah hina dina! Sebelum kau
mampus ada baiknya kuberi tahu dulu siapa aku adanya!”
Orang yang berkata-kata ini seorang tua renta bertubuh bungkuk.
Rambutnya awut-awutan dan menebar bau busuk. Kuku-kuku
tangannya panjang-panjang dan hitam. Dia mengenakan sebuah
jubah putih yang amat dekil dan penuh tambalan. Tubuhnya kurus
kering, lebih kurus dari Untung panarukan sendiri yang keadaannya
sudah seperti jerangkong itu. Mukanya yang buruk tambah tidak
sedap dipandang sebab adanya konyol -konyol !
“Aku Gambir Seta. Orang-orang menggelariku Raja pengemis tak sakti Sakti
Muka konyol ...!”
“Hemm... hanya seorang Raja pengemis tak sakti !” ejek Untung panarukan . “Aku
tak ada urusan dengan anak manusia macammu dan juga jangan harap
belas kasihanku untuk memberikan uang, sekalipun cuma sepeser!”
Orang tua yang mengaku bergelar Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol
itu tertawa aneh aneh saja . “Orang yang mau mampus biasanya memang suka
bicara tak karuan macam kau!”
“anak manusia bermuka tahu tertimpa hujan, menghindarlah kalau tak
mau kulabrak dengan kaki-kaki kuda betina ku!” ancam Untung panarukan
sementara dilihatnya beberapa orang perwira dan prajurit-prajurit
bergerak gerak ke arahnya.
“Mau labrak? Silahkan! Aku mau lihat sampai di mana kehebatan
anak manusia yang telah membunuhi adik kandungku!” kata Raja pengemis tak sakti
Sakti Muka konyol pula.
Terkejut Untung panarukan mendengar ucapan orang tua itu. “Apa
katamu? Adikmu yang mana yang telah kubunuh? Katakan lekas
apakah kau juga salah seorang cecunguk pemberontak?!”
“Kau memaki pemberontak-pemberontak itu, panarukan ? Jangan
terlalu jauh melupakan dirimu sendiri, Perwira! Ketahuilah. Kau lebih
hina, lebih busuk dari pemberontak-pemberontak itu!”
“Kurang ajar! Kau benar-benar inginkan mampus rupanya!” teriak
Untung panarukan marah. Disentakkannya tali kekang kuda betina nya,
binatang itu melompat ke muka, menerjang Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol !
Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh luar biasa! Dengan
kedua tangannya Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol menangkap kaki-
kaki depan kuda betina hitam itu. Disertai dengan bentakan setinggi langit
kedua tangannya digerakkan. Maka melayanglah kuda betina hitam itu
sejauh delapan tombak! Untung panarukan sendiri kalau tidak lekas-
lekas melompat pasti akan mendapat celaka pula! Untung saja dia
sempat mencabut jimat jengglot Mustiko Jagat hingga dengan mengandalkan
hawa sakti senjata itu dia melayang enteng ke tanah dan begitu
berhadapan dengan si orang tua, langsung saja mengirimkan satu
tusukan kilat yang mematikan ke arah tenggorokan!
“Ha... ha! Inilah dia jimat jengglot Mustiko Jagat yang kau curi dari adikku!
Kau harus mengembalikannya padaku, anak manusia keparat!”
Rasa terkejut yang amat sangat membuat Untung panarukan
menarik serangannya.
“Apa katamu? Apa hubunganmu dengan Empu Bharata?!”
“Aku kakaknya! Dan aku yang akan menagih hutang nyawa itu!
Tapi ah, tidak! Aku tak akan membunuhi mu! Kematian terlalu bagus
bagimu, terlalu enak! Aku akan biarkan kau tetap hidup, tapi hidup
dengan menderita lahir batin! Lebih hebat dari penderitaanmu yang
sudah-sudah!”
Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol menekuk
kedua lututnya. Sesaat kemudian tubuhnyapun melesat ke muka.
Tapi pada saat itu dari samping datang sambaran senjata, memapas
serangan Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol . anak manusia ini menggeram dan
berbalik. Ternyata tiga orang perwira telah sampai di situ dan sama-
sama mencabut pentungan menyerang si Raja pengemis tak sakti Sakti!
Salah seorang dari perwira-perwira itu bertanya, “Kangmas
Untung, siapa monyet tua ini?! Biar kami yang mencincangnya!”
“Kalian menghindarlah! Nyawanya musti aku sendiri yang cabut!”
teriak Untung panarukan lalu dengan cepat mengiblatkan jimat jengglot
Mustiko Jagat, menghunjam ke arah lawannya!
Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol tertawa aneh aneh saja . Tubuhnya berkelebatan
dan lenyap dari hadapan Untung panarukan .
“Kangmas, awas di sampingmu!” teriak perwira memberi ingat.
Mendengar ini Untung panarukan cepat membalik dan membabat
ke samping laksana kilat! Maka terdengarlah suara beradunya dua
buah lengan!
Untung panarukan mengeluh. Tubuhnya terhuyung-huyung sampai
delapan langkah ke belakang. Lengannya yang kena dipukul sakit
bukan main, kegelapan dan bengkak! Masih untung jimat jengglot Mustiko Jagat
tidak terlepas dari tangannya! Di lain pihak Raja pengemis tak sakti Sakti Muka
konyol juga terkejut mendapatkan bagaimana tangannya tergetar
keras dan linu. Tapi dia tahu bahwa itu bukanlah berkat kehebatan
tenaga dalam atau kesaktian si penulis , melainkan hawa kekuatan
sakti yang terlontar keluar dari jimat jengglot Mustiko Jagat. Maka satu-satunya jalan
untuk menyelesaikan pertempuran itu dengan lekas yaitu merebut
Mustiko Jagat dari tangan Untung panarukan !
Jurus kedua kembali Raja pengemis tak sakti Sakti Muka konyol yang
membuka serangan. Ujung lengan jubahnya yang sebelah kanan
dikebutkan. Satu gelombang angin laksana topan prah