Selasa, 11 Februari 2025

bobo dikuburan 9

 


Den Ayu Sri Kemuning terletak di tingkat atas. Dengan 

menjambak rambut seorang pelayan, Sepasang sendok raksasa  Maut berhasil 

mengetahui yang mana kamar gadis lesbi asli   itu. Dari anak-anak buahnya dia 

telah mendapat keterangan tentang Untung panarukan  dan juga 

tentang gadis lesbi asli   cantik dalam kereta. 

Kepala pasukan jahat  itu sampai di muka pintu kamar. 

Dicobanya mendorong daun pintu, ternyata dikunci dari dalam. 

Kaki kanannya bergerak gerak . Sekali tendang saja pintu kamar itu 

terpentang lebar hancur berantakan! 

Di dalam kamar saat itu Den Ayu Sri Kemuning tengah 

membersihkan badannya. Tubuhnya yang padat bagus sama sekali 

tak tertutup sehelai pakaian pun! gadis lesbi asli   ini memekik sewaktu 

mendengar suara hancurnya pintu kamar dan seorang laki-laki 

berpakaian hitam tinggi besar berewokan yang langsung menyergap 

tubuhnya yang telanjang! 

Sri Kemuning menjerit dan meronta-ronta melepaskan diri. Tapi 

rangkulan tangan kiri kepala pasukan jahat  itu ketat sekali. Dirangsang oleh 

keadaan tubuh si gadis lesbi asli   yang tidak berpakaian sama sekali, 

Sepasang sendok raksasa  Maut menyeret gadis lesbi asli   itu ke tempat tidur! Pada saat 

laki-laki ini dengan buasnya hendak menindih tubuh dara itu tiba-tiba 

sudut matanya melihat dua orang memasuki kamar dan di lain kejap 

sebilah pentungan  serta sebilah jimat jengglot  sudah menyerangnya dengan 

sebat di bagian punggung dan kepala! 

“Setan alas!” sentak Sepasang sendok raksasa  Maut seraya menjatuhkan 

dirinya ke lantai. Sambil berguling tangan kanannya bergerak gerak  ke 

pinggang lalu, wutt! Terdengar pekik kusir kereta. jimat jengglot nya terlepas 

dari tangan. Tubuhnya terhempas ke lantai sebab  kedua 

pergelangan kakinya putus dibabat sendok raksasa  besar si kepala pasukan jahat  

dari Hutan Dadakan! 

Jeritan kusir kereta itu tadi disertai pula oleh jeritan ngeri Sri 

Kemuning. Selagi ada kesempatan gadis lesbi asli   ini cepat-cepat menarik 

seperai tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan seperai itu lalu 

menjauhkan diri dari pertempuran yang kemudian berlangsung 

antara Sepasang sendok raksasa  kegelapan  dengan pengawal. 

Sudah jelas pengawal itu bukan tandingannya Sepasang sendok raksasa  

Maut. Apalagi si pengawal bertempur dengan ragu-ragu dan nyali 

lumer. Maka dalam tempo yang sangat cepat pengawal itupun 

tergelimpang tanpa nyawa. Perutnya robek robek , usus menjela-jela 

disambar sendok raksasa  si kepala pasukan jahat  Hutan Dadakan! Untuk ke sekian 

kalinya terdengar jeritan ngeri Sri Kemuning. gadis lesbi asli   ini coba lari ke 

pintu namun Sepasang sendok raksasa  Maut berhasil menangkap lengannya! 

Kita kembali pada pertempuran yang terjadi di gudang raksasa  makan 

antara Untung panarukan  dengan lima pengeroyoknya. sesudah  

berteriak pada kusir kereta dan pengawal tadi yaitu agar cepat-cepat 

pergi ke kamar majikan mereka maka Untung panarukan  dengan 

mengandalkan ilmu mengentengkan tubuh yang didapatnya berkat 

hawa sakti jimat jengglot  Mustiko Jagat laksana seekor alat-alat menukik ke 

bawah. Sinar biru menderu dalam bentuk lingkaran. Dikejap itu 

terdengar berturut-turut tiga kali suara beradunya senjata. Tiga 

batang sendok raksasa  mental patah ke udara. Dua anggota pasukan jahat  menjerit 

kena dibabat Mustiko Jagat, kelojotan sebentar lalu meregang 

nyawa. pasukan jahat  ketiga mencelat satu tombak ke dinding gudang raksasa  

makan, melosoh ke lantai tanpa nyawa sebab  dadanya remuk 

dihantam tendangan kaki kanan Untung panarukan ! 

Dua orang pasukan jahat  yang masih hidup terkejut sekali. Untuk 

sejenak mereka berdiri sangsi apakah akan meneruskan perkelahian 

atau ambil langkah seribu! Waktu yang sesaat itu sudah cukup bagi 

Untung panarukan  guna bertindak! Sekali dia berkelebatan , jimat jengglot  

Mustiko Jagat kembali meminta korban nyawa pasukan jahat  yang di 

sebelah kanannya! pasukan jahat  yang terakhir tanpa tunggu lebih lama 

segera melompat ke pintu melarikan diri! Tapi dia kurang cepat. 

Dengan satu lompatan saja Untung panarukan  berhasil 

mendahuluinya, menghadang di depan pintu! Setengah mampus 

ketakutan, pasukan jahat  itu lantas saja jatuhkan diri berlutut minta 

ampun! Untung panarukan  tidak mau perdulikan permintaan ampun 

itu. Kaki kirinya bergerak gerak  dan terhempaslah pasukan jahat  itu dengan perut 

pecah. Dia menggerang sebentar. Dan sebelum nyawanya lepas 

Untung panarukan  sudah berlalu dari situ. 

Di tingkat atas di sebelah belakang yaitu di penginapan 

didengarnya jeritan Den Ayu Sri Kemuning berulang kali! 

Untung panarukan  sampai di tingkat atas saat  Sepasang sendok raksasa  

Maut baru saja terlontar keluar  dari sebuah kamar, memanggul tubuh Sri 

Kemuning yang hanya tertutup sehelai kain acak-acakan hingga 

sebagian besar dari auratnya yang terlarang jelas kelihatan! gadis lesbi asli   ini 

tiada hentinya berteriak dan meronta melepaskan diri! 

“Bedebah! Lekas lepaskan gadis lesbi asli   itu kalau masih sayang kau 

punya nyawa!” bentak Untung panarukan . 

Sepasang sendok raksasa  Maut menghentikan langkahnya. Hatinya 

tercekat juga melihat jimat jengglot  Mustiko Jagat di tangan Untung panarukan  

yang memancarkan sinar biru menggidikkan. Apalagi di ujung senjata 

itu dilihatnya noda-noda darah yang masih segar! 

“Lekas lepaskan dia!” teriak Untung panarukan  seraya melangkah 

mendekati kepala pasukan jahat  Hutan Dadakan itu! 

Sepasang sendok raksasa  Maut tiba-tiba terlontar keluar kan suara tertawa 

bekakakan! Seraya mendorong tangan kanannya dia balas 

membentak, “Budak anjing! Minggirlah!” 

Untung panarukan  terkejut sewaktu merasakan bagaimana satu 

hembusan angin keras yang terlontar keluar  dari telapak tangan kiri kepala 

pasukan jahat  itu mendorongnya ke belakang hingga hampir saja dia 

mencelat mental dan terguling di tangga! Cepat-cepat penulis  ini 

melompat ke samping lalu melintangkan jimat jengglot  Mustiko Jagat di 

depan dada! Senjata ini benar-benar hebat. sebab  begitu sambaran 

angin keras membentur sinar jimat jengglot  ini , buyarlah angin keras 

itu! Secepat kilat Untung panarukan  kemudian menyerbu ke muka! 

Sinar biru menabur menggidikkan! 

Melihat datangnya bahaya maut mengancam di depan mata, 

kepala pasukan jahat  Hutan Dadakan itu tak mau berlaku ayal. Dengan 

satu gerakan yang lihay dia mengelak ke samping lalu dengan tubuh 

Den Ayu Sri Kemuning yang masih meronta-ronta di atas bahunya dia 

mencabut sendok raksasa  dan memapak ke arah Untung panarukan ! 

Terkejut juga si penulis  menerima serangan balasan yang tiada 

terduga cepatnya itu. Buru-buru dia menangkis! 

Trang!

Bunga api memercik sewaktu jimat jengglot  Mustiko Jagat saling bentrok 

dengan sendok raksasa  besar di tangan kanan Sepasang sendok raksasa  Maut! Untung 

panarukan  kaget kelangit  saat  merasakan bagaimana bentrokan itu 

membuat tangannya menjadi pedas dan tergetar. Tapi sedetik 

kemudian hawa aneh aneh saja  yang mengalir dari jimat jengglot  membuat rasa pedas 

dan getaran di tangan kanannya menjadi sirna! Di lain pihak 

Sepasang sendok raksasa  Maut terkejut bukan main! Bukan saja tangan 

kanannya tergetar hebat dalam bentrokan senjata itu, tapi sewaktu 

diperhatikannya ternyata sendok raksasa nya telah rompal! 

“astaga  hina dina!” maki Sepasang sendok raksasa  Maut seraya 

melemparkan tubuh Sri Kemuning ke lantai lalu mencabut lagi sendok raksasa  

besarnya yang tergantung di pinggang kiri. “Akan kukuntung-kuntung

tubuhmu hingga menjadi seratus kuntungan!” 

Untung panarukan  yang yakin akan keampuhan jimat jengglot  Mustiko 

Jagat ganda tertawa mendengar ucapan garang kepala pasukan jahat  itu. 

Malah dia mengomentari , “Ayo anak manusia  iblis! Majulah biar kau segera 

pula kukirim ke liang kubur menyusul lima orang kunyuk-kunyukmu 

yang sudah mampus di bawah sana!” 

Terkesiap Sepasang sendok raksasa  Maut mendengar ucapan penulis  itu! 

Lima orang anak buahnya yang paling diandalkan telah menemui ajal 

di tangan penulis  itu?! Benar-benar keparat, makinya! Dia lipat 

gandakan tenaga dalamnya hingga serangan yang dilancarkannya 

hebat bukan main! 

Perkelahian antara kedua orang itu terjadi di langkan atas yang 

tak berapa lebar. Masing-masing memperhitungkan benar-benar 

langkah yang mereka buat. sebab  sekali bertindak salah di ruangan 

yang sempit itu pasti celaka! Sementara itu di halaman samping 

gudang raksasa  makan orang banyak berkumpul menyaksikan jalannya 

pertempuran di langkan tingkat atas gudang raksasa  penginapan itu! Semua 

orang memuji kehebatan penulis  itu apalagi sesudah  dia dengan 

seorang diri sanggup membunuhi  lima anggota pasukan jahat  tadi. Dan 

semua orang berharap agar si penulis  itu juga berhasil membunuhi  

Sepasang sendok raksasa  Maut yang selama ini bersama anak buahnya 

mendatangkan bencana dan malapetaka. Tapi di dalam berharap 

begitu semua orang juga merasa cemas. sebab  bila penulis  itu 

kalah, pastilah Sepasang sendok raksasa  Maut akan mengamuk dan 

menurunkan tangan ganas terhadap seluruh penduduk yang tidak 

berdosa!

sesudah  pertempuran berjalan sepuluh jurus, Sepasang sendok raksasa  

Maut mulai menyadari bahwa walau bagaimanapun penulis  itu 

bukanlah lawannya. Setiap serangan sendok raksasa nya yang dilancarkan 

dengan tipu-tipu lihay, bahkan telah pula diterlontar keluar kannya jurus-jurus 

yang terhebat dari permainan sendok raksasa nya itu, tetap saja tak dapat 

menghadapi jimat jengglot  lawan, bahkan mengimbanginya pun tidak 

sanggup! Daripada mendapat celaka, lebih baik siang-siang 

mengundurkan diri! 

Sengaja kepala pasukan jahat  itu melancarkan satu serangan berantai 

yang cepat. saat  dilihatnya ada satu peluang yang baik, segera dia 

melompat ke atas genteng gudang raksasa  makan! 

“Bedebah! Kau mau lari ke mana?!” teriak Untung panarukan  

keren!

“Makan senjata rahasiaku ini!” komentari Sepasang sendok raksasa  Maut. 

Dalam kejap itu pula lima puluh jarum-jarum biru menderu ke 

arah Untung panarukan . Dengan sigap penulis  ini memapaskan jimat jengglot  

Mustiko Jagat ke depan maka tersapulah seluruh jarum-jarum itu! 

Tapi dalam kejap itu Sepasang sendok raksasa  Maut telah berada di halaman 

bawah. Untung panarukan  cepat mengejar. Namun sebelum dia 

sampai di bawah kepala pasukan jahat  Hutan Dadakan itu telah lenyap! 

Orang banyak termasuk pemilik gudang raksasa  penginapan menjura pada 

Untung panarukan . Beberapa di antara mereka ada yang memuji-muji 

kehebatannya. Sebaliknya Untung panarukan  cepat-cepat kembali ke 

tingkat atas. Didapatinya Sri Kemuning duduk bersimpuh di langkan 

tingkat atas, menangis sedih  tersedu-sedu. 

“Sudahlah, Den Ayu,” kata Untung panarukan . “Sebaiknya masuk 

ke kamar dan berpakaian.” 

Kata-kata penulis  itu membuat sang dara tambah keras 

tangisnya hingga Untung panarukan  menjadi bingung. 

“Masuklah ke kamar,” kata penulis  itu manakala tangis Sri 

Kemuning telah agak mereda. 

“Mayat-mayat itu... aku negeri melihatnya,” kata Sri Kemuning di 

antara sesenggukannya. 

Untung panarukan  masuk ke dalam kamar. Ditemuinya mayat kusir 

kereta dan prajurit pengawal. Memang mengerikan. Kusir kereta 

menggeletak dengan kedua kaki buntung sedang prajurit pengawal 

terhampar dengan perut robek robek , usus membusai. penulis  itu 

berteriak memanggil pelayan gudang raksasa  penginapan. Beberapa pelayan 

kemudian membawa mayat kedua orang itu yang selanjutnya segera 

dikubur secara sederhana di pinggir kampung. Mayat lima orang 

pepasukan jahat  dilemparkan ke dalam sebuah kali. 

Sementara Sri Kemuning berpakaian, Untung panarukan  kembali 

ke gudang raksasa  makan. Orang memandang padanya penuh kagum. Pemilik 

kedai kemudian mendatanginya. sesudah  menjura hormat, pemilik 

kedai itu —seorang tua— duduk di hadapan Untung panarukan . 

“Tak sedikit jasamu kepada penduduk sebab  telah menumpas 

pasukan jahat -pasukan jahat  itu, Pendekar. Sesungguhnya siapakah nama 

Pendekar dan datang dari mana?” 

“Aku barusan saja turun dari Gunung Slamet, Bapak,” komentari 

Untung panarukan . 

“Kalau begitu pastilah pendekar murid orang tua sakti yang 

bernama Empu Bharata.” 

Untung panarukan  mengangguk pelahan. Disebutnya nama Empu 

Bharata membuat hatinya tidak enak sebab  mengingatkan dia atas 

pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang tua itu! 

“Pendekar, dengan lolosnya kepala pasukan jahat  keparat itu, bapak 

rasa suatu saat  pasti dia akan datang kemari dan mengganas, 

menurunkan tangan jahat, membunuhi  penduduk sini dengan 

sewenang-wenang. Bapak mewakili penduduk dan berharap agar 

Pendekar sudi menetap di sini untuk sementara sampai penduduk 

benar-benar yakin bahwa pasukan jahat -pasukan jahat  itu tak berani lagi datang 

ke sini.” 

“Aku yakin, Bapak. Apa yang telah terjadi pasti telah membuat 

pasukan jahat -pasukan jahat  itu menjadi takut kembali ke sini,” ujar Untung pula. 

“Mudah-mudahan saja memang demikian,” kata pemilik 

penginapan.

Sementara itu seorang pelayan datang menemui Untung 

panarukan , mengatakan bahwa Sri Kemuning memanggilnya. 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 4

ETIKA Untung panarukan  masuk kembali ke kamar itu, keadaan 

kamar tidak seperti tadi lagi. Noda-noda darah telah 

dibersihkan dan Sri Kemuning duduk di tepi tempat tidur. 

Pada parasnya yang agak pucat masih membayang rasa takut. 

“Den Ayu memanggil aku?” tanya Untung panarukan  sesudah  

terlebih dahulu menjura. 

gadis lesbi asli   itu mengangguk. 

“Kotaraja masih jauh dari sini, Saudara...” 

“Saya tahu...” 

“Untuk ke dua kalinya kau telah menyelamatkan diriku. Untuk ke 

dua kalinya pula aku harap kau sudi ikut ke kotaraja. Apakah kau 

masih juga menolak?” 

Kalau sebelumnya Untung panarukan  tidak tahu siapa adanya 

gadis lesbi asli   itu, tapi sesudah  mendapat keterangan dari kusir kereta dan 

prajurit yang telah menemui ajal itu tentu saja penulis  ini tidak 

menampik lagi! Ke kotaraja berarti menuju ke tempat di mana dia 

kelak akan mencapai apa yang dicita-citakannya yaitu menjadi 

perwira kerajaan. Dan Sri Kemuning kebetulan yaitu  keponakan 

Raja! Tentu akan mudah baginya untuk mencapai cita-cita itu, 

apalagi mengingat jasa pertolongan yang telah dua kali dibuatnya 

terhadap gadis lesbi asli   itu! 

“Aku tidak berani lagi menolak, Den Ayu. Kusir kereta dan 

pengawalmu telah menemui kematian! Apalagi baktiku kepada 

kerajaan kalau bukan berbakti pada terlontar keluar ga istana?” 

“Terima kasih Saudara... Eh, kau belum menerangkan namamu.” 

“Namaku Untung panarukan . Panggil saja Untung.” 

“Saudara Untung, melihat apa yang telah terjadi di sini aku 

merasa khawatir untuk meneruskan niat bermalam di sini. Sebaiknya 

kita berangkat saja...” 

“Tapi sungai banjir, Den Ayu...” 

“Oh ya. Lupa aku.” 

K

“Kalau Den Ayu...” 

“Buang saja sebutan Den Ayu itu, Saudara Untung. Namaku 

Kemuning. Sri Kemuning...” potong gadis lesbi asli   itu. 

“Kalau.., kalau Den... kalau kau percaya padaku, kau tak usah 

khawatir Kemuning,” kata Untung panarukan  pula gugup. “Aku akan 

mengawal dan berjaga sepanjang malam di luar kamarmu...” 

“Ah, nasib diriku rupanya ditakdirkan hanya untuk menyusahkan 

orang lain saja,” ujar Sri Kemuning. Tapi diam-diam hatinya gembira 

mendengar ucapan penulis  yang gagah itu. “Baiklah Untung. Kalau 

begitu katamu, aku tak akan merasa khawatir lagi. Sekali lagi aku 

sangat berterima kasih padamu. Kelak pada Sri Baginda akan 

kumintakan balas jasa yang sesuai untukmu! Sekurang-kurangnya 

pangkat yang penting dalam kalangan istana!” 

“Terima kasih Kemuning...” kata Untung panarukan  pula. “Tapi 

pertolonganku tidak mengharapkan pamrih apa-apa.” sambungnya 

pura-pura bersikap ksatria sejati padahal memang pangkat yang 

tinggi itulah yang tengah dicarinya. Dalam berdiri di hadapan gadis lesbi asli   

itu diam-diam Untung panarukan  membayangkan bagaimana dia akan 

disambut secara hormat oleh orang-orang istana. Lalu Sri Baginda 

atas kehendak Sri Kemuning akan menganugerahkan pangkat tinggi 

kepadanya. Dia akan jadi perwira kerajaan yang paling disegani dan 

paling ditakuti sebab  ilmunya tinggi! 

Di lain pihak pada saat itu Sri Kemuning diam-diam tengah 

memperhatikan penulis  itu dengan kedua bola matanya yang hitam 

dan bersinar-sinar penuh kagum akan kegagahan si penulis  apalagi 

sesudah mengetahui ketinggian ilmunya. 

Untung panarukan  sama sekali tidak mengetahui bahwa meski Sri 

Kemuning yaitu  keponakan kontak dari Sri Baginda, tapi gadis lesbi asli   itu 

bukanlah gadis lesbi asli   istana yang bersifat dan berkelakuan baik-baik. 

Kecuali Sri Baginda dan Permaisuri serta ayah dan ibu Sri Kemuning 

semua orang di istana sudah tahu akan peri tabiat gadis lesbi asli   itu. yaitu  

memalukan seorang terlontar keluar ga Sri Baginda bertabiat seperti Sri 

Kemuning. Tapi apakah mereka musti mengadu pada Sri Baginda? 

Salah-salah mereka bisa mencari penyakit sendiri! Dituduh 

memfitnah!

Di lubuk hati Sri Kemuning saat itu, di balik pandangan matanya 

yang bersinar-sinar itu bergejolak satu hasrat kotor yang membuat 

darah di seluruh pembuluh tubuhnya laksana mendidih. Kening dan 

puncak hidungnya penuh oleh butir-butir keringat sedang pandangan 

matanya semakin berani dan sikap duduknya semakin menantang. 

“Keras benar angin dari luar sana...” kata Sri Kemuning. “Tolong 

tutupkan pintu itu, Untung.” 

“Baik Den... Kemuning.” 

Untung panarukan  melangkah ke pintu dan sambil menutupkan 

daun pintu dia hendak terlontar keluar . 

“Oh, maksudku.. aku tidak menyuruh kau terlontar keluar , Untung,” kata 

Sri Kemuning pula saat  dilihatnya penulis  itu menutupkan pintu 

sambil menindak terlontar keluar . “Tutupkan saja dari dalam sini.” 

Untung panarukan  masuk kembali ke dalam dengan perasaan 

heran. Ditutupnya pintu itu dari dalam. saat  dia memutar tubuh, Sri 

Kemuning tersenyum padanya. aneh aneh saja  senyum gadis lesbi asli   itu di mata si 

penulis .

Berdesir darah Untung panarukan , berdebar dadanya sewaktu Sri 

Kemuning berkata-kata, “Nanti malam kau akan mencapaikan diri 

mengawalku. Berarti siang-siang begini kau butuh istirahat, Untung.” 

“Aku rasa begitu...” 

“Nah, kau boleh beristirahat di sini, Untung.” 

“Biar aku cari kamar yang lain saja, Kemuning.” 

Sri Kemuning tertawa. Seraya berdiri dari tempat tidur dia 

berkata-kata, “Mengapa harus menyusahkan diri saja, Untung? Kau 

istirahat di sini sambil bicara-bicara denganku. Kau tahu, aku orang 

yang paling senang bercakap-cakap.” 

Perasaan aneh aneh saja  mula-mula yang ada di diri Untung panarukan  kini 

berubah menjadi satu prasangka adanya maksud-maksud yang tidak 

senonoh dari gadis lesbi asli   itu. Tapi seorang terlontar keluar ga istana, seorang 

keponakan Raja yang terhormat mempunyai sifat begitu rupa? 

Sementara Untung panarukan  berdiri mematung di tengah kamar itu, 

Sri Kemuning datang melangkah mendekatinya. Goyang pinggulnya 

yang dibuat-buat, senyumnya yang menawan dan sinar matanya yang 

mengundang memukau Untung panarukan . 

Walau bagaimanapun Untung panarukan  yaitu  seorang laki-laki, 

seorang penulis  yang baru saja turun gunung dan tak banyak tahu 

tentang peri kekotoran hidup di dunia luar, apalagi cara-cara untuk 

menjauhkan semua kekotoran itu. Meski mula-mula hatinya bingung 

bercampur takut menghadapi sikap Sri Kemuning namun saat  

gadis lesbi asli   itu memeluknya dan menyandarkan kepalanya ke dada, 

Untung panarukan  mulai memberikan reaksi, reaksi sebagai seorang 

penulis  yang berdarah panas! Dirangkulnya tubuh dara itu erat-erat 

dalam gejolak nafsu yang seumur hidupnya baru kali itu dirasakan 

oleh Untung panarukan . Namun sesaat kemudian kambuh lagi rasa 

khawatirnya.

“Kemuning, kalau pemilik penginapan memergoki kita berdua-

duaan begini, kita bisa celaka...” 

Sri Kemuning tertawa merdu. Rasa digelitik liang-liang telinga 

penulis  itu, tambah terangsang darah mudanya mendengar suara 

tertawa itu. 

“Dia tahu siapa aku, Untung. Dan dia juga tahu apa yang bakal 

menimpanya jika berani-beranian turun tangan. Aku sanggup 

menyuruh tutup penginapan dan gudang raksasa  makannya! Bahkan lebih 

dari itu aku bisa menjebloskan dia dalam penjara.” 

Untung panarukan  yang tahu bahwa Sri Kemuning yaitu  

keponakannya Sri Baginda, dengan sendirinya mempercayai ucapan 

gadis lesbi asli   ini . sebab nya lenyaplah kekhawatirannya dan kembali 

keberanian membuat nafsu makannya  mengumbar. gadis lesbi asli   itu dipeluknya 

erat-erat hingga Sri Kemuning merintih antara kesakitan dan 

kenikmatan!

Ada kira-kira sepeminuman teh kedua makhluk itu berpagut-

pagutan di tengah kamar itu. 

“Kakiku letih, Untung...” bisik Sri Kemuning. “Gendong aku ke 

tempat tidur,” pintanya lirih. 

“Hem...” gumam Untung panarukan . 

Sesaat kemudian keduanyapun telah berada di tempat tidur. 

Berpagut dan berguling seperti sepasang ular. Dan memang mereka 

tak ubahnya seperti binatang saja saat itu. Seperti binatang dan 

tanpa pakaian! 

saat  hari telah senja, Untung panarukan  masih juga berdiri 

termenung di depan gudang raksasa  makan. Apa yang telah terjadi siang tadi 

di kamar di tingkat atas penginapan itu kembali terbayang di pelupuk 

matanya. Dan mengingat ini, menggejolak lagi darah muda penulis  

itu. Seumur hidupnya baru kali itu dia mengenal dewi lesbi , dan 

perkenalan yang pertama kali itu sungguh luar biasa sekali! Luar 

biasa bagi Untung panarukan  meskipun Sri Kemuning sudah tidak 

perawan lagi! 

Bila malam tiba dan kegelapan memekati di sekitar gudang raksasa  makan 

itu, Untung panarukan  ingat bahwa sudah saatnya dia berjaga-jaga di 

sekitar kamar Sri Kemuning. Bukan tidak mustahil orang-orang jahat 

terutama Sepasang sendok raksasa  Maut akan muncul kembali untuk 

menuntut balas! 

Tingkat atas gudang raksasa  penginapan diselimuti kesunyian. Di 

beberapa kamar kelihatan nyala lampu. Satu di antaranya yaitu  

kamar Sri Kemuning. Untuk sesaat lamanya Untung panarukan  berdiri 

di depan pintu kamar itu. Kembali teringat olehnya apa yang telah 

terjadi di dalam kamar ini  siang tadi. Tubuh telanjang Sri 

Kemuning yang keringatan! Pelukannya yang ketat liat, nafasnya 

yang memburu dan gigitannya yang berulang-ulang pada kulit 

dadanya... semuanya teringat lagi. Sewaktu hendak ditinggalkannya 

hadapan pintu kamar menuju ke ujung langkan di tingkat atas itu, 

tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Sri Kemuning memunculkan 

kepalanya. Dia terkejut melihat seseorang berdiri di depan pintu 

namun keterkejutan itu segera berubah menjadi kegembiraan saat  

dia mengenali bahwa yang berdiri itu yaitu  Untung panarukan . 

“Terkejut?” tanya Untung panarukan  menegur. 

Matanya liar meneliti paras Sri Kemuning. gadis lesbi asli   ini barusan saja 

habis bersolek hingga parasnya lebih segar dan lebih cantik. 

Ditambah lagi saat itu dia mengenakan pakaian yang bagian 

dadanya terbuka lebar hingga kedua pangkal buah dadanya jelas 

kelihatan tersembul terlontar keluar , membuat Untung panarukan  jadi 

blingsatan tak karuan! 

“Aku kira siapa,” ujar Sri Kemuning sambil melontarkan senyum 

genit. “Heh, kau sudah mulai berjaga-jaga sesiang ini?” 

“Ya. Aku khawatir kepala pasukan jahat  itu akan muncul lagi membawa 

anak buahnya!” 

“Ah, betapa senangnya mempunyai seorang pengawal yang setia 

sepertimu ini, Untung,” kata Sri Kemuning pula dengan tertawa cerah 

lalu berdiri di tepi terali langkan di tingkat atas itu. “Gelap dan hitam 

saja pemandangan di sini... Dan banyak nyamuk pula!” 

Dipalingkannya kepalanya pada Untung panarukan  lalu dipegangnya 

lengan penulis  itu hingga hasrat yang menyesak-nyesak di darah si 

penulis  kembali membuat sekujur tubuhnya panas dingin laksana 

orang diserang demam malaria! 

Diremasnya tangan gadis lesbi asli   itu. Untuk sesekali mereka saling 

berpandangan. Hasrat hati untuk kembali mengulangi apa yang telah 

mereka lakukan siang tadi kentara terbayang di bola mata masing-

masing.

Untung panarukan  tak dapat menahan hatinya lagi saat itu. 

Diulurkannya tangannya hendak memeluk Sri Kemuning tapi dia 

kecewa sebab  gadis lesbi asli   itu mengelak. 

“Jangan di luar sini Untung...” bisik Sri Kemuning. Ditatapnya 

penulis  itu sebentar, digoyangkannya kepala ke arah pintu lalu 

masuk ke kamar tanpa menguncikan daun pintu. 

Untung panarukan  berdiri mematung sejenak lamanya. Dia 

memandang ke dalam kamar lewat pintu yang terbuka dan dilihatnya 

Sri Kemuning berdiri di hadapan sebuah kaca besar, menanggalkan 

pakaiannya satu demi satu! Laksana gila Untung panarukan  

menghambur masuk ke dalam kamar itu! Sesaat kemudian 

keduanya sudah berada di atas tempat tidur! 

Untung panarukan  baru saja hendak meneduhi tubuh Sri Kemuning 

saat  di atas genteng terdengar suara tertawa bekakakan yang 

membuat kedua insan di dalam kamar itu sama-sama tersentak 

kaget kelangit !

“Ha... ha... ha...! Rupanya kalian berdua yaitu  bangsanya lonte-

lonte bejat! Bagus sekali! Teruskan niatmu mencapai sorga dunia itu, 

penulis  keparat! Bila sudah, aku menunggumu di halaman samping! 

Jangan lupa pakai pakaianmu dulu biar kau mampus secara wajar!” 

Laksana kilat Untung panarukan  melompat dari atas tempat tidur 

dan menyambar pakaiannya. Dengan jimat jengglot  Mustiko Jagat di tangan 

kanan dia terlontar keluar  dari pintu kamar. Dia tidak takut pada anak manusia  

yang tadi bicara dan tertawa di atas genteng! Tapi jika dia berani 

datang pastilah mengandalkan sesuatu! saat  dia sampai di ujung 

langkan apa yang diduganya ternyata betul. Tapi Untung panarukan  

yakin akan keampuhan Mustiko Jagat, maka tanpa ragu-ragu dia 

melompat turun dari samping yang gelap, hanya diterangi bintang-

bintang, rembulan dan sinar lampu yang merambas dari gudang raksasa  

makan dan penginapan! 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 5

UARA tertawa bekakakan kembali mengumandang sewaktu 

Untung panarukan  sampai di halaman samping itu. 

“Ha... ha! Apakah sudah kau teruskan tidur dengan gadis lesbi asli   itu? 

Kalau belum berarti kau akan mampus penasaran, Untung 

panarukan !”

“Sepasang sendok raksasa  Maut! sesudah  selamat melarikan diri mengapa 

berlaku bodoh untuk datang kembali?! Apakah kau punya nyawa 

rangkap?!” bentak Untung panarukan  dengan suara tak kalah keras. 

Sambil membentak begitu kedua matanya meneliti suasana 

sekelilingnya. 

Di belakang kepala pasukan jahat  dari Hutan Dadakan itu, di bawah 

pohon cempedak, berdiri seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  yang cuma 

mengenakan sehelai cawat. Tubuhnya kurus kering tulang-tulangnya 

kelihatan bertonjolan hingga dia tak ubahnya seperti tengkorak hidup 

saja! para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  ini berambut keriting pendek dan cuma memiliki 

sebuah mata. Matanya yang sebelah kiri hanya merupakan satu 

lobang hitam yang besar dan mengerikan! Yang luar biasa dari orang 

yang kulitnya berwarna hitam ini ialah kedua tangannya yang teramat 

panjang hingga sampai ke betis! 

Tiba-tiba saja anak manusia  ini mengeluarkan suara tertawa mengekeh 

dan menuding Untung panarukan  dengan tangannya yang panjang. 

Meski jarak mereka terpisah cukup jauh, tapi sebab  tangan anak manusia  

ini panjang sekali maka ujung-ujung jarinya yang menuding hampir 

saja menyentuh hidung si penulis  membuat Untung panarukan  

tercekat juga hatinya! 

“penulis  gendeng, kau segera akan mampus, tapi masih berani 

bicara sombong di hadapanku!” 

“Orang aneh aneh saja ! Aku tidak kenal padamu! Apa urusanmu 

mencampuri persoalan orang lain?!” tukas Untung panarukan . 

“Oh, jadi kau kepingin kenal siapa aku?!” ujar orang itu. “Aku yang 

buruk ini bernama Tunggul Gawe-gawe. Orang-orang menggelariku 

S

Iblis Tangan Panjang. Dan kedoyananku cuma satu yakni paling 

senang mencabut nyawa anak manusia -anak manusia  macammu!” Habis 

berkata-kata begitu anak manusia  bercawat itu kembali tertawa mengekeh. 

“Hem... rupanya kau bangsa kawanan setan pelayangan juga!” 

ejek Untung panarukan . “anak manusia -anak manusia  macammu memang 

pantas untuk jadi andalan pasukan jahat  busuk ini! Aku tanya apakah ada 

kawan-kawanmu yang lain yang berada di sekitar sini? Sebaiknya 

lekas-lekas disuruh terlontar keluar  agar bisa kulabrak sekaligus!” 

“Iblis Tangan Panjang! Baiknya mari cepat-cepat saja kita bikin 

tamat riwayatnya ini penulis  anjing!” seru Sepasang sendok raksasa  Maut. 

“He... he... Untuk membereskannya kenapa musti berdua,” 

menyahuti Iblis Tangan Panjang. “Biar aku sendiri yang menunjukkan 

jalan ke neraka padanya!” 

anak manusia  ini melangkah ke hadapan Untung panarukan . “penulis  

gendeng, kau bersiaplah untuk mampus!” Habis berkata-kata begitu 

Tunggul Gawe-gawe atau Iblis Tangan Panjang menggerakkan tangan 

kanannya.

Wutt! 

Satu pukulan lengan yang keras dan menimbulkan angin 

bersiuran menderu ke arah kepala Untung panarukan . penulis  ini 

cepat-cepat merunduk dan sebelum dia sempat melakukan 

serangan balasan, lengan kiri Iblis Tangan Panjang telah memapas 

ke pinggang membuat penulis  ini terpaksa melompat 

menyelamatkan dirinya! Perkelahian seru segera berlangsung jurus 

demi jurus! Meskipun Untung panarukan  memegangi  jimat jengglot  sakti 

Mustiko Jagat di tangan kanannya, namun gerakan-gerakan lengan 

lawannya hebat sekali, membuat dia tak bisa leluasa melancarkan 

serangan-serangan. Dalam perkelahian itu sebab  tangannya yang 

amat panjang, Iblis Tangan Panjang tak perlu susah-susah 

berkelebatan  kian kemari. Cukup dia menggeser-geserkan saja kedua 

kakinya sedang kedua tangannya laksana sepasang tongkat baja 

memukul dan membabat kian kemari dari pelbagai jurusan! 

sebab  tak mungkin bagi Untung panarukan  untuk mengirimkan 

tusukan ke tubuh ataupun ke kepala lawannya maka kini penulis  itu 

merubah taktiknya. Serangan-serangan jimat jengglot  Mustiko Jagat langsung 

diarahkan pada kedua tangan Tunggul Gawe-gawe. Dan buktinya 

memang berhasil! 

Pada dasarnya Tunggul Gawe-gawe alias Iblis Tangan Panjang 

diam-diam memang merasa jerih melihat senjata mustika yang ada 

di tangan lawannya. Dan saat  jimat jengglot  itu kini dipakai untuk 

menggempur sepasang tangannya, merasakan pula dinginnya 

sambaran angin senjata ini , dia tak lagi dapat bergerak gerak  leluasa. 

Setiap serangannya yang mengandalkan kedua tangannya yang 

panjang selalu dibikin musnah oleh sambaran jimat jengglot  lawan! Beberapa 

kali hampir nyaris lengannya kena tertikam senjata ini . Naga-

naganya kalau dia bertempur begitu terus, lambat laun pasti dia 

akan kena celaka juga! Maka tanpa tunggu lebih lama Iblis Tangan 

Panjang mengeluarkan senjatanya dari dalam cawatnya! 

Senjata ini yaitu  sebuah untaian batu-batu permata yang telah 

direndam dalam racun jahat. Warnanya aneka ragam dan 

kesemuanya bergemerlapan meskipun di halaman samping itu 

suasana gelap. saat  untaian batu-batu permata itu diputar di atas 

kepala maka menggelombanglah angin yang amat hebat. Pohon-

pohon bergoyangan, banyak yang daun-daunnya berguguran. Dinding 

gudang raksasa -makan dan tiang-tiang gudang raksasa  penginapan berderik-derik 

sedang tanah serasa dilanda lindu saking hebatnya gelombang angin 

yang terlontar keluar  dari senjata Iblis Tangan Panjang itu! 

Untung panarukan  sendiri tergontai-gontai beberapa detik lamanya! 

Buru-buru dia membentak nyaring dan sewaktu lawannya datang dari 

depan, penulis  ini kiblatkan jimat jengglot  Mustiko Jagat dalam jurus aneh aneh saja  

yang luar biasa. 

“Hebat sekali ilmu tenaga dalam  keparat ini!” rutuk Iblis Tangan Panjang. 

Dia tidak tahu bahwa kesaktian jimat jengglot  Mustiko Jagatlah yang 

membimbing penulis  itu memainkan jurus-jurus tenaga dalam  yang luar biasa 

itu!

sebab  yakin bahwa senjata lawan tak bakal dapat menandingi 

senjatanya, maka sewaktu bentrokan akan terjadi, Iblis Tangan 

Panjang sengaja tidak menarik pulang untaian batu-batu 

permatanya! Meskipun dia tak berhasil menggebuk lawan tapi sekali 

senjatanya bergeser dengan kulit si penulis , pastilah penulis  itu 

akan keracunan. Kalau sudah begitu tentu mudah dia membereskan 

lawannya itu, demikian pikir Iblis Tangan Panjang. 

Tapi betapa kaget kelangit nya dia sesaat kemudian! 

Terdengar suara berdentingan dan percikan bunga api di dalam 

gelapnya malam sewaktu jimat jengglot  dan untaian batu-batu permata 

beradu! Untung panarukan  merasakan tangannya bergetar hebat tapi 

itu tak ada artinya sebab  di depannya dilihatnya bagaimana batu-

batu permata yang menjadi senjata lawannya putus berhamburan! 

kaget kelangit  Iblis Tangan Panjang bukan alang kepalang! Jika 

senjatanya yang paling diandalkan bisa dibuat berantakan begitu 

rupa, ini sudah merupakan satu pertanda lebih baik dia angkat kaki 

dari situ daripada meneruskan perkelahian! Tapi untuk melakukan 

hal itu tentu saja dia merasa malu terhadap Sepasang sendok raksasa  Maut 

yang berada di tempat itu. Buntut-buntutnya dia cuma berseru untuk 

meminjam salah satu sendok raksasa  kepala pasukan jahat  itu. 

Sambil memberikan salah satu sendok raksasa  besarnya, Sepasang sendok raksasa  

Maut berseru, “Tunggul Gawe-gawe, tak usah kau repot terlalu lama. 

Aku akan bantu!” 

Bantuan, memang itulah yang diharapkan oleh Iblis Tangan 

Panjang. Dengan nyali besar kedua orang itu lalu mengeroyok Untung 

panarukan ! penulis  ini berkelebatan  cepat sekali. Bayang-bayang 

tubuhnya tertutup oleh sinar biru dari jimat jengglot  Mustiko Jagat. 

Bagaimanapun Iblis Tangan Panjang dan Sepasang sendok raksasa  Maut 

menggempur dan mengirimkan serangan dahsyat silih berganti 

namun tiada gunanya! Kedua orang ini tak sanggup mendekati 

penulis  itu lebih dekat dari jarak empat langkah. Di lain pihak 

sementara itu kekuatan gaib yang berasal dari jimat jengglot  Mustiko Jagat 

semakin hebat pula membimbing dia. sesudah  bertempur empat 

puluh jurus lebih, dengan ilmu menyusupkan suara Iblis Tangan 

Panjang berkata-kata pada Sepasang sendok raksasa  Maut. 

“Naga-naganya kita tak bakal menang, brow ku! Sebelum celaka 

sebaiknya siang-siang kita tinggalkan tempat ini!” 

Sepasang sendok raksasa  Maut juga sudah sangat penasaran dan mulai 

sangsi. Apa yang dikatakan Iblis Tangan Panjang yaitu  benar 

menurutnya, maka iapun segera hendak mengomentari  menyetujui 

ucapan kambratnya itu. Namun sebelum dia sempat berkata-kata, jimat jengglot  

Mustiko Jagat menderu cepat di muka hidungnya! Sepasang sendok raksasa  

Maut melompat ke belakang sambil melancarkan satu pukulan 

tangan kosong. Justru lengannya yang memukul ini merupakan 

makanan empuk bagi jimat jengglot  Mustiko Jagat! Terdengarlah pekik 

kepala pasukan jahat  Hutan Dadakan itu! Tangan kanannya papas, 

buntung! Darah menyembur nyembur ! Saat itu juga racun jimat jengglot  Mustiko Jagat 

yang amat berbahaya memasuki darahnya, menjalar dengan cepat 

ke seluruh pembuluh hingga beberapa detik kemudian Sepasang 

sendok raksasa  Maut meregang nyawa dengan tubuh matang biru! 

Pada saat Sepasang sendok raksasa  Maut menjerit keras sebab  

tangannya putus dibabat jimat jengglot  Mustiko Jagat, kesempatan ini 

dipergunakan oleh Iblis Tangan Panjang untuk melarikan diri tanpa 

diketahui oleh si penulis . Untung panarukan  baru menyadari bahwa 

lawannya yang seorang itu sudah lenyap sewaktu dia memandang 

berkeliling. Sementara itu dari mana-mana bermunculan penduduk 

ke tempat itu. Untung panarukan  menerangkan sedikit apa yang telah 

terjadi lalu cepat-cepat berlalu dari situ. 

Di kamar penginapan di tingkat atas, penulis  ini disambut 

dengan pelukan hangat oleh Sri Kemuning. 

“Aku menyaksikan perkelahianmu dari terali atas sana. Untung! 

Kau hebat sekali! Betul-betul hebat... Oh, aku cinta padamu, 

Untung!”

gadis lesbi asli   ini memeluk lagi penulis  itu ketat-ketat ke tubuhnya, 

menciumi keringat yang membasahi dada Untung panarukan . Dan apa 

yang telah terjadi sebelumnya segera terlupakan oleh kedua orang 

itu. Semalam-malaman, sampai pagi, Untung panarukan  benar-benar 

telah melakukan ‘pengawalan’ atas diri Sri Kemuning di dalam 

kamar itu... di atas tempat tidur! 

Keesokan harinya kedua orang itu melanjutkan perjalanan ke 

kotaraja. Untung panarukan  bertindak sebagai kusir kereta merangkap 

pengawal. Menjelang tengah hari mereka telah memasuki kotaraja, 

langsung menemui Sri Baginda di istana. Bukan main kaget kelangit nya Raja 

mendengar penuturan keponakannya. Di samping itu Raja merasa 

sangat gembira pula dan berterima kasih pada Untung panarukan  

sebab  telah menyelamatkan Sri Kemuning dari bahaya maut sampai 

beberapa kali! 

Seperti yang telah dikatakan Sri Kemuning, atas permintaan 

gadis lesbi asli   itu maka Untung panarukan  oleh Sri Baginda diangkat menjadi 

salah seorang perwira kerajaan. Dan bukan itu saja, Sri Baginda juga 

meminta agar penulis  itu suka mengambil Sri Kemuning menjadi 

istrinya! Sebenarnya memang Untung panarukan  sangat terpikat dan 

cinta pada dara yang penuh daya tarik dan pandai merayu itu. Maka 

tanpa banyak cerita lagi Untung panarukan  menerima permintaan itu. 

Perkawinan dilangsungkan cukup meriah dan kepada kedua 

orang itu diberikan sebuah kuburan  kecil yang terletak dalam 

lingkungan tembok istana. 

***

Beberapa tahun kemudian... 

Dari perkawinannya dengan Sri Kemuning, Untung panarukan  

dikaruniai seorang anak dewi lesbi  yang diberinya nama Sri Lestari. 

Meski di luaran kehidupan gudang raksasa  tangga kedua orang itu kelihatan 

rukun bahagia, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Seringkali 

kedua suami istri itu cekcok satu sama lain. Ini disebabkan tabiat Sri 

Kemuning yang membuat Untung panarukan  sakit makan hati. 

Seperti telah dituturkan sebelumnya, Sri Kemuning meskipun 

keponakan Sri Baginda tapi bukanlah seorang dewi lesbi  baik-baik. 

Di antara sekian banyak keburukannya, yang paling terkenal di 

kalangan orang-orang istana ialah sifatnya yang mata keranjang. Tak 

boleh melihat laki-laki gagah, apalagi jika laki-laki itu masih muda 

belia dan tegap kuat! Telah berkali-kali Untung panarukan  mendengar 

kabar bahwa jika dia sedang bertugas ke tempat jauh, istrinya itu 

sering pergi ke tempat beberapa orang penulis  bahkan seorang di 

antara penulis -penulis  itu pernah beberapa kali disuruhnya datang 

ke kuburan nya dalam lingkungan istana itu! 

Mula-mula Untung panarukan  tidak mau percaya sebab  dia yakin 

bahwa istrinya itu sangat mengasihinya sehingga masakan mau 

berbuat serong begitu rupa? Namun pada satu hari dia dihadapkan 

pada satu kenyataan yang dibuktikannya sendiri! 

Pada masa itu kerajaan tengah menghadapi beberapa 

pemberontakan kecil. Di bawah pimpinan beberapa perwira 

kerajaan, termasuk Untung panarukan , pasukan kerajaan berhasil 

menumpas pemberontak-pemberontak ini . Meskipun belum 

keseluruhan pemberontak berhasil dimusnahkan, namun untuk 

sementara bahaya yang mengancam kerajaan boleh dikatakan tidak 

ada. Namun demikian tidak seorangpun dari perwira-perwira 

kerajaan yang mengetahui bahwa satu kekuatan besar kaum 

pemberontak yang berpusat di kaki Gunung Lawu tengah 

merencanakan penyerbuan besar-besaran ke kotaraja. 

Demikianlah, sebab  merasa keadaan sudah cukup aman maka 

Untung panarukan  bersama pasukan kembali ke kotaraja. Rindunya 

terhadap anak istrinya membuat dia begitu selesai memberi laporan 

pada Sri Baginda, cepat-cepat kembali ke tempat kediamannya dan 

langsung menuju ke kamar. Begitu pintu kamar terbuka terkejutlah 

Untung panarukan  melihat bagaimana istri yang sangat dicintainya itu 

telah melakukan perbuatan mesum dengan seorang penulis ! 

penulis  ini bukan lain yaitu  salah seorang pengawal kuburan nya, 

jadi masih merupakan anak buahnya sendiri. 

Gelaplah pemandangan Untung panarukan . jimat jengglot  Mustiko Jagat 

segera dihunusnya. Sri Kemuning menjerit sewaktu menyaksikan 

bagaimana penulis  yang tidur bersamanya itu roboh dilanda 

tikaman yang pertama. Menyusul tikaman yang kedua, ketiga... 

keempat dan seterusnya hingga sekujur tubuh penulis  itu laksana 

daging cincangan, lumat membanjiri darah. 

Untung panarukan  masih akan terus menusuki tubuh penulis  yang 

sudah tak bernyawa itu jika seandainya saat itu lima orang prajurit 

kepala dan empat orang perwira tidak masuk menyerbu ke dalam 

kamar dan memegangi inya! 

“Lepaskan aku! Lepaskan!” teriak Untung panarukan  menggeledek. 

“Dajal dewi lesbi  itu juga harus mampus! Harus mampus!” 

Tapi seorang perwira berhasil merampas jimat jengglot  Mustiko Jagat 

hingga kejap itu lenyaplah kekuatan yang ada di diri Untung 

panarukan . Seorang perwira lain segera menolak tubuhnya sementara 

Sri Kemuning sendiri sudah melarikan diri dari kamar itu! 

Apa yang telah terjadi itu menghebohkan seluruh istana. Tapi 

semua orang tak bisa memikirkan itu lebih lanjut, juga tak berusaha 

mencari tahu ke mana Sri Kemuning bersama anak dewi lesbi nya 

melarikan diri sebab  yang dipikirkan oleh semua orang saat itu ialah 

bahaya besar yang mengancam kerajaan. Kabar yang dapat 

dipercaya menyatakan bahwa balatentara pemberontak yang 

berpusat di kaki Gunung Lawu telah mulai bergerak gerak  menuju kotaraja! 

Setiap kampung dan desa yang mereka temui pasti akan 

disamaratakan dengan tanah. Penduduk yang tidak berdosa, tak 

perduli apakah dewi lesbi  atau anak-anak dibunuh secara kejam 

luar biasa. Demikian cepatnya pergerakan pasukan pemberontak ini 

hingga dalam tempo yang singkat saja hanya tinggal tiga hari 

perjalanan lagi dari kotaraja! 

Kira-kira seribu prajurit di bawah pimpinan lima orang perwira 

kerajaan telah dikirim untuk menghancurkan kaum pemberontak. 

Mereka bertemu di satu tempat yang terletak dua hari perjalanan 

dari kotaraja. Meski prajurit kerajaan berjumlah banyak dan dipimpin 

oleh perwira-perwira berkepandaian tinggi, namun jumlah prajurit 

pemberontak tidak pula sedikit. Dalam pada itu kaum pemberontak 

juga memiliki tokoh-tokoh tenaga dalam  kelas satu hingga sesudah  bertempur 

selama setengah hari, kaum pemberontak berhasil memukul mundur 

balatentara kerajaan! Ratusan prajurit kerajaan menemui kematian! 

Dua orang perwira tewas, satu luka-luka parah. Dan dua lainnya 

tertangkap hidup-hidup. saat  menerima kabar itu dari seorang 

kurir, cemaslah Sri Baginda! Orang satu-satunya yang sangat 

diharapkan oleh Sri Baginda ialah perwiranya yang paling tinggi ilmu 

kepandaiannya yaitu Untung panarukan . Tapi sang perwira ini kini 

berada dalam keadaan menyedihkan! 

Sesudah mengalami peristiwa tempo hari itu, Untung panarukan  

menderita batin yang amat mendalam terutama disebab kan pada 

istrinya sejak kejadian itu tidak diketahui ke mana perginya. Dan 

kepergiannya itu membawa serta anak dewi lesbi  yang amat 

dikasihi Untung panarukan . Demikian hebatnya penderitaan batin yang 

menimpa perwira itu hingga sifatnya pun sudah berubah seperti 

orang yang kurang ingatan. 

Sepanjang hari dia mengurung diri di dalam kamar dan menangis sedih  

tiada henti. Kedua matanya telah bengkak dan sembab. Pipinya telah 

cekung. sebab  dia tak mau makan dan tak mau minum selama 

beberapa hari maka keadaan tubuhnyapun makin lama makin kurus! 

Kadang-kadang di malam buta Untung panarukan  menjerit-jerit, 

berteriak memaki-maki. Tak seorangpun yang berani mendekatinya. 

Pernah satu kali seorang prajurit datang mengantarkan makanan 

dan air. Untung panarukan  lalu mencabut jimat jengglot  Mustiko Jagat dan 

memburu prajurit itu sebab  di mata perwira yang kurang ingatan ini 

si prajurit tadi kelihatannya yaitu  penulis  yang telah tidur bersama 

istrinya dan yang telah dibunuhnya itu! 

Sementara keadaan Untung panarukan  semakin parah, ancaman 

kaum pemberontak semakin kritis pula sebab  pada waktu itu 

mereka cuma tinggal satu setengah hari perjalanan saja dari ibukota! 

Dalam saat-saat yang menegangkan itu pulalah tiba-tiba saja 

muncul seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  aneh aneh saja  di depan istana yang katanya 

ingin bertemu dengan Sri Baginda. Mula-mula para pengawal 

menyangka para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  ini yaitu  seorang mata-mata pemberontak 

sehingga segera hendak ditangkap. Namun betapa terkejutnya 

semua prajurit sebab  siapa saja yang berani datang mendekat dan 

turun tangan, pasti mencelat mental dihantam kaki atau tangan 

para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  ini. 

“Aku datang dengan maksud baik! Kenapa mau ditangkap?! 

Benar-benar anak manusia  tidak tahu diri kalian semua!” begitu si para tua tua yahudi  

memaki.

Lalu sebab  tak ada seorangpun yang berani menghalanginya, 

para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  inipun masuk ke istana lenggang kangkung dan sampai 

di hadapan Sri Baginda. Sri Baginda sebelumnya telah diberi tahu 

atas kedatangan para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  aneh aneh saja  ini. 

“Tamu dari manakah yang datang ke istana ini?” tegur Sri 

Baginda sementara beberapa perwira berdiri di dekatnya menjaga 

segala kemungkinan. 

“Kudengar di istana ini ada seorang perwira yang sakit. Betulkah 

itu?” bertanya si para tua tua yahudi  tak dikenal. 

Sri Baginda memandang pada perwira-perwiranya, lalu 

menganggukkan kepala. “Betul sekali. Dari manakah kau tahu dan 

harap terangkan dulu siapa kau ini, orang tua?” 

Orang tua itu batuk-batuk beberapa kali lalu mengomentari , “Aku yang 

tua ini yaitu  Kyai jaber al ali  Pramana dari Gunung Bromo...” 

Terkejutlah Sri Baginda dan perwira-perwira kerajaan tapi 

disamping itu juga timbul tenggelam  rasa gembira dan pengharapan. 

“Ah, tak tahunya istana telah kedatangan seorang sakti yang 

telah terkenal di delapan penjuru angin. Silahkan duduk, orang tua. 

Maafkan kalau perlakuan orang-orangku terhadapmu tidak 

menyenangkan. Sesungguhnya aku sendiripun baru kali ini 

berhadapan denganmu...” 

Kyai jaber al ali  Pramana duduk di sebuah kursi yang kemudian 

disediakan.

“Tadi Kyai bertanyakan tentang seorang perwira yang sakit. 

Apakah maksud Kyai sesungguhnya?” 

“Aku ingin mengobatinya,” komentari orang tua itu. 

“Ah, itu satu hal yang menggembirakan. Kami sangat berterima 

kasih padamu, Kyai,” ujar Sri Baginda pula. “Kemudian daripada itu 

Kyai, atas nama rakyat dan kerajaan aku meminta agar sudilah Kyai 

turun tangan membantu menumpas kaum pemberontak. Kyai tentu 

tahu bagaimana besarnya bahaya yang mengancam kerajaan kini. 

Balatentara kaum pemberontak sudah sangat dekat. Mereka 

memiliki beberapa tokoh tenaga dalam  yang berkepandaian tinggi pula!” 

Kyai jaber al ali  Pramana menggeleng-gelengkan kepalanya dan 

berkata-kata, “Aku tahu, aku tahu, Baginda. Tapi kedatanganku ke sini 

cuma punya satu maksud yaitu mengobati perwiramu yang sakit itu. 

Soal pemberontak aku tak bisa ikut campur. Nah sekarang 

tunjukkanlah aku di mana beradanya perwiramu yang sakit itu!” 

Raja dan para perwira merasa kecewa. Mereka yakin jika orang 

tua yang sakti luar biasa itu bersedia turun tangan pastilah kaum 

pemberontak berhasil ditumpas sekalipun mereka memiliki tokoh-

tokoh tenaga dalam  yang hebat! Tapi kekecewaan itu agak terhibur oleh 

adanya maksud Kyai jaber al ali  Pramana yang hendak mengobati Untung 

panarukan . Jika Untung panarukan  berhasil diobati dan dapat maju ke 

medan laga menghadapi pemberontak, itupun sudah cukup sebagai 

jaminan bahwa kaum pemberontak akan kena ditumpas! 

Maka atas perintah Sri Baginda, beberapa pengawal 

mengantarkan Kyai jaber al ali  Pramana ke kamar Untung panarukan . Di 

hadapan pintu kamar mereka berhenti. Salah seorang Perwira 

memberi tahu, “Pintu ini dikunci dari dalam Kyai.” 

Kyai jaber al ali  Pramana mengangguk. Sekali kaki kirinya yang kurus 

kering bergerak gerak  menendang, maka bobollah pintu kamar yang 

terbuat dari kayu jati itu. 

Di dalam kamar tampak Untung panarukan  duduk menjelepok di 

sudut kamar tengah sesenggukan! Keadaan dirinya kurus kering 

laksana tengkorak. Kulitnya pucat pasi hanya tinggal pembalut 

tulang. Matanya yang menonjol ke depan berwarna kegelapan  dan 

ganas. Begitu dia melihat orang-orang itu, Untung panarukan  

mencabut jimat jengglot  Mustiko Jagat. Hawa aneh aneh saja  membuat tubuhnya 

menjadi kuat dan laksana seekor srigala lapar laki-laki ini melompat 

ke hadapan Kyai jaber al ali  Pramana seraya berteriak, “Kau datang lagi, 

penulis  astaga ! Kau datang lagi, ya?! Mampus! Mampuslah kau, 

keparat!”

jimat jengglot  Mustiko Jagat menderu ke arah dada Kyai jaber al ali  Pramana. 

“Awas Kyai!” memperingatkan seorang perwira. “Itu senjata sakti 

dan mengandung racun jahat sekali!” 

***

bobo  angker  

KUTUKAN EMPU BHARATA 6

ERKESIAP juga Kyai jaber al ali  Pramana melihat sinar biru pekat 

yang terlontar keluar  dari jimat jengglot  di tangan Untung panarukan . Angin yang 

menyambarpun terasa dingin menembus kulit! Tapi orang tua 

itu tidak khawatir! Cuma sekejap dia terkesiap. Perwira-perwira 

kerajaan yang mengantarkannya tidak sempat melihat gerakan apa 

yang dibuat oleh para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  sakti itu sebab  tahu-tahu saja 

terdengar keluhan pendek Untung panarukan . Perwira yang sakit ini 

tegak mematung dengan kedua bola mata melotot seperti mau 

melompat sedang jimat jengglot  Mustiko Jagat sudah berada dalam tangan 

Kyai jaber al ali  Pramana! 

Sementara perwira-perwira kerajaan itu terheran-heran, sang Kyai 

mengeluarkan dua buah botol dari balik pakaiannya. Botol pertama 

berisi cairan hitam. Botol kedua, lebih kecil, berisi cairan putih 

bening. Kyai jaber al ali  Pramana membuka tutup botol yang pertama lalu 

mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengguyurkan cairan hitam 

itu ke atas kepala Untung panarukan ! 

Meskipun tubuhnya ditotok dan tak bisa bersuara, tapi saat  air 

hitam menyirami kepalanya dan kepala itu kelihatan mengepul-

ngepul maka dari mulut Untung panarukan  terdengar jeritan sedahsyat 

geledek membuat perwira-perwira kerajaan yang ada di situ serasa 

terbang nyawanya! Dua kali Untung panarukan  mengeluarkan jeritan 

dahsyat itu lalu kembali mulutnya terkatup rapat-rapat. Kyai jaber al ali  

Pramana membuka tutup botol yang kedua. Mulutnya kelihatan 

komat-kamit, entah membaca mantera apa. 

“Buka mulutmu, panarukan !” memerintah sang Kyai. 

aneh aneh saja , Untung panarukan  benar-benar membuka mulutnya. 

Di saat itulah hal aneh aneh saja  lagi terjadi. Cairan putih bening di dalam 

botol di tangan Kyai jaber al ali  Pramana menyembur nyembur  laksana air mancur, 

masuk ke dalam mulut Untung panarukan . 

“Minum! Telan!” seru Kyai jaber al ali  Pramana. 

Cegluk... cegluk... terdengar air itu lewat di tenggorokan Untung 

T

panarukan .

“Bagus! Nah, sekarang kau pergilah ke tempat tidur itu, berbaring 

dan tidurlah!” Kyai jaber al ali  Pramana melepaskan totokan di tubuh 

Untung panarukan  dan begitu totokan terlepas perwira ini laksana 

patung hidup melangkah ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya, 

memejamkan kedua matanya dan tidur! 

Orang tua itu kemudian berpaling pada perwira-perwira kerajaan 

yang berdiri terlongong-longong di belakangnya. 

“Jika dia sudah bangun nanti, sakit yang dideritanya akan 

sembuh. Katakan pada raja kalian bahwa sakit yang menimpa 

Untung panarukan  bukan sembarang sakit! Tapi yaitu  akibat kutukan 

seseorang terhadap apa yang pernah dilakukan olehnya...” 

“Kutukan...?” mengulang salah seorang perwira. 

Yang terdengar sebagai asia kecil ban hanya sambaran angin. saat  

mereka memandang ke depan, Kyai jaber al ali  Pramana sudah tidak ada 

sedang jimat jengglot  Mustiko Jagat kelihatan tertancap di daun pintu! 

“anak manusia  sakti luar biasa...” desis seorang perwira. Kawan-

kawannya hanya bisa menganggukkan kepala sambil leletkan lidah! 

Benar seperti yang dikatakan oleh Kyai jaber al ali  Pramana. Begitu 

Untung panarukan  bangun dari tidurnya, keadaan dirinya berubah 

total. Otaknya telah pulih sehat seperti sedia kala sehingga Sri 

Baginda benar-benar gembira dan bersyukur atas pertolongannya si 

para tua tua yahudi  sakti dan aneh aneh saja  itu! Maka kepada Untung panarukan  Sri Baginda 

dan beberapa perwira penting menerangkan bahaya apa yang 

tengah dialami kerajaan saat itu. Dalam pertemuan itu rencanapun 

segera disusun. 

saat  sinar matahari mulai berkurang teriknya sebab  sudah 

rembang petang, maka dari pintu gerbang kotaraja kelihatanlah 

serombongan besar balatentara bergerak gerak  ke timur di bawah 

pimpinan seorang perwira yang menunggangi kuda betina  hitam. Perwira ini 

bertubuh kurus dan bermuka pucat, tapi gerak geriknya meyakinkan 

bahwa dia bukan orang sembarangan, terutama yang bukan 

sembarangan yaitu  jimat jengglot  Mustiko Jagat yang tersisip di 

pinggangnya. Dan perwira itu bukan lain yaitu  Untung panarukan ! Di 

kiri kanannya bergerak gerak  pula beberapa orang perwira kerajaan yang 

berkepandaian tenaga dalam  tinggi! 

Meski pada dasarnya Untung panarukan  bukanlah apa-apa jika 

tanpa jimat jengglot  Mustiko Jagat, namun harus diakui bahwa dia memiliki 

otak yang cerdik. Sewaktu hampir berpapasan dengan balatentara 

pemberontak, Untung panarukan  sengaja mengirim sejumlah kecil 

pasukan yang dibawanya. Sesudah terjadi pertempuran, dengan 

jumlah pasukan yang lebih besar Untung panarukan  dan perwira-

perwira lainnya segera mengurung kaum pemberontak sehingga 

pemberontak-pemberontak itu harus menghadapi musuh dari depan 

dan dari belakang! 

Amukan Untung panarukan , jelasnya amukan jimat jengglot  Mustiko Jagat, 

memang bukan main hebatnya. Puluhan pemberontak menemui 

ajalnya di ujung senjata sakti itu. Dua orang tokoh pemberontak yang 

berilmu tinggi mandi darah dan mati di tangan Untung panarukan . Dua 

tokoh lainnya coba mengeroyok perwira ini namun merekapun 

mengalami nasib yang sama, harus menyusul dua kawan mereka 

yang terdahulu! 

Sesudah pertempuran berkecamuk hampir dua jam dengan 

banyak korban jatuh di pihak pemberontak, maka sisa-sisa yang 

masih tinggal, di bawah seorang tokoh tenaga dalam  golongan hitam segera 

mengundurkan diri! Tapi Untung panarukan  tak mau melepaskan 

tokoh pemberontak yang seorang ini. Dipacunya kuda betina  hitamnya 

mengejar orang yang lain, yang kini sama sekali tak punya pimpinan 

barang seorang pun banyak yang lari pontang-panting, ada juga yang 

menjatuhkan diri, berlutut minta ampun! 

Untung panarukan  tak memperdulikan mereka yang berlutut minta 

ampun itu. Semuanya dilabrak dengan tendangan dan babatan jimat jengglot  

hingga di tempat itu bertebaran lagi mayat-mayat kaum 

pemberontak! Dengan hati puas Untung panarukan  kembali kepada 

pasukannya. Justru dalam perjalanan kembali inilah tiba-tiba muncul 

satu sosok tubuh dari jurusan timur yang berlari laksana kilat, 

memapas larinya kuda betina  hitam yang ditunggangi oleh Untung 

panarukan , hingga binatang ini menghentikan larinya, meringkik keras-

keras dengan menaikkan kedua kakinya ke udara tinggi-tinggi, 

hampir saja membuat Untung panarukan  terpelanting. 

“Jahanam dari mana yang minta mampus ini?” teriak Untung 

panarukan  menggeledek. 

Sebagai asia kecil ban terdengar suara mendengus! 

“Untung panarukan  anak manusia  rendah hina dina! Sebelum kau 

mampus ada baiknya kuberi tahu dulu siapa aku adanya!” 

Orang yang berkata-kata ini seorang tua renta bertubuh bungkuk. 

Rambutnya awut-awutan dan menebar bau busuk. Kuku-kuku 

tangannya panjang-panjang dan hitam. Dia mengenakan sebuah 

jubah putih yang amat dekil dan penuh tambalan. Tubuhnya kurus 

kering, lebih kurus dari Untung panarukan  sendiri yang keadaannya 

sudah seperti jerangkong itu. Mukanya yang buruk tambah tidak 

sedap dipandang sebab  adanya konyol -konyol ! 

“Aku Gambir Seta. Orang-orang menggelariku Raja pengemis tak sakti  Sakti 

Muka konyol ...!” 

“Hemm... hanya seorang Raja pengemis tak sakti !” ejek Untung panarukan . “Aku 

tak ada urusan dengan anak manusia  macammu dan juga jangan harap 

belas kasihanku untuk memberikan uang, sekalipun cuma sepeser!” 

Orang tua yang mengaku bergelar Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  

itu tertawa aneh aneh saja . “Orang yang mau mampus biasanya memang suka 

bicara tak karuan macam kau!” 

“anak manusia  bermuka tahu tertimpa hujan, menghindarlah kalau tak 

mau kulabrak dengan kaki-kaki kuda betina ku!” ancam Untung panarukan  

sementara dilihatnya beberapa orang perwira dan prajurit-prajurit 

bergerak gerak  ke arahnya. 

“Mau labrak? Silahkan! Aku mau lihat sampai di mana kehebatan 

anak manusia  yang telah membunuhi  adik kandungku!” kata Raja pengemis tak sakti  

Sakti Muka konyol  pula. 

Terkejut Untung panarukan  mendengar ucapan orang tua itu. “Apa 

katamu? Adikmu yang mana yang telah kubunuh? Katakan lekas 

apakah kau juga salah seorang cecunguk pemberontak?!” 

“Kau memaki pemberontak-pemberontak itu, panarukan ? Jangan 

terlalu jauh melupakan dirimu sendiri, Perwira! Ketahuilah. Kau lebih 

hina, lebih busuk dari pemberontak-pemberontak itu!” 

“Kurang ajar! Kau benar-benar inginkan mampus rupanya!” teriak 

Untung panarukan  marah. Disentakkannya tali kekang kuda betina nya, 

binatang itu melompat ke muka, menerjang Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol !

Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh luar biasa! Dengan 

kedua tangannya Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  menangkap kaki-

kaki depan kuda betina  hitam itu. Disertai dengan bentakan setinggi langit 

kedua tangannya digerakkan. Maka melayanglah kuda betina  hitam itu 

sejauh delapan tombak! Untung panarukan  sendiri kalau tidak lekas-

lekas melompat pasti akan mendapat celaka pula! Untung saja dia 

sempat mencabut jimat jengglot  Mustiko Jagat hingga dengan mengandalkan 

hawa sakti senjata itu dia melayang enteng ke tanah dan begitu 

berhadapan dengan si orang tua, langsung saja mengirimkan satu 

tusukan kilat yang mematikan ke arah tenggorokan! 

“Ha... ha! Inilah dia jimat jengglot  Mustiko Jagat yang kau curi dari adikku! 

Kau harus mengembalikannya padaku, anak manusia  keparat!” 

Rasa terkejut yang amat sangat membuat Untung panarukan  

menarik serangannya. 

“Apa katamu? Apa hubunganmu dengan Empu Bharata?!” 

“Aku kakaknya! Dan aku yang akan menagih hutang nyawa itu! 

Tapi ah, tidak! Aku tak akan membunuhi mu! Kematian terlalu bagus 

bagimu, terlalu enak! Aku akan biarkan kau tetap hidup, tapi hidup 

dengan menderita lahir batin! Lebih hebat dari penderitaanmu yang 

sudah-sudah!”

Habis berkata-kata begitu Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  menekuk 

kedua lututnya. Sesaat kemudian tubuhnyapun melesat ke muka. 

Tapi pada saat itu dari samping datang sambaran senjata, memapas 

serangan Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol . anak manusia  ini menggeram dan 

berbalik. Ternyata tiga orang perwira telah sampai di situ dan sama-

sama mencabut pentungan  menyerang si Raja pengemis tak sakti  Sakti! 

Salah seorang dari perwira-perwira itu bertanya, “Kangmas 

Untung, siapa monyet tua ini?! Biar kami yang mencincangnya!” 

“Kalian menghindarlah! Nyawanya musti aku sendiri yang cabut!” 

teriak Untung panarukan  lalu dengan cepat mengiblatkan jimat jengglot  

Mustiko Jagat, menghunjam ke arah lawannya! 

Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  tertawa aneh aneh saja . Tubuhnya berkelebatan  

dan lenyap dari hadapan Untung panarukan . 

“Kangmas, awas di sampingmu!” teriak perwira memberi ingat. 

Mendengar ini Untung panarukan  cepat membalik dan membabat 

ke samping laksana kilat! Maka terdengarlah suara beradunya dua 

buah lengan! 

Untung panarukan  mengeluh. Tubuhnya terhuyung-huyung sampai 

delapan langkah ke belakang. Lengannya yang kena dipukul sakit 

bukan main, kegelapan  dan bengkak! Masih untung jimat jengglot  Mustiko Jagat 

tidak terlepas dari tangannya! Di lain pihak Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka 

konyol  juga terkejut mendapatkan bagaimana tangannya tergetar 

keras dan linu. Tapi dia tahu bahwa itu bukanlah berkat kehebatan 

tenaga dalam atau kesaktian si penulis , melainkan hawa kekuatan 

sakti yang terlontar keluar  dari jimat jengglot  Mustiko Jagat. Maka satu-satunya jalan 

untuk menyelesaikan pertempuran itu dengan lekas yaitu  merebut 

Mustiko Jagat dari tangan Untung panarukan ! 

Jurus kedua kembali Raja pengemis tak sakti  Sakti Muka konyol  yang 

membuka serangan. Ujung lengan jubahnya yang sebelah kanan 

dikebutkan. Satu gelombang angin laksana topan prah