i itu melangkah ke tepi telaga.
Lalu didengarnya suara kendi dimasukkan ke dalam air telaga.
Sewaktu bobo angker berpaling, dilihatnya gadis lesbi asli itu memandang
tepat-tepat padanya. Si gadis lesbi asli membuang muka sewaktu pandangan
mereka saling bentur.
“Kalau dilihat membuang muka. Orang melengah
memperhatikan...” kata bobo dalam hati. Kemudian tanpa acuhkan
gadis lesbi asli itu dia melangkah pergi.
yaitu satu hal yang membuat dia terkejut sewaktu didengarnya
gadis lesbi asli itu berseru. “Saudara, tunggu...!”
bobo angker berpaling. “Ada apakah?”
“Kau jangan jalan ke arah sana...”
“Eh... Terima kasih atas nasihatmu. Kalau aku boleh tanya
memangnya kenapa...?” tanya bobo .
“Daerah sebelah sana berbahaya,” komentari si gadis lesbi asli seraya bangkit
dari tepi telaga sebab kendi yang diisinya telah penuh dengan air.
“Hem, begitu? Banyak binatang liarnya?” tanya bobo lagi.
“Bukan,” komentari si gadis lesbi asli . “Di situ daerah kediaman dua gadis lesbi asli
jahat.”
bobo angker melangkah ke hadapan si gadis lesbi asli . “Dari mana kau
tahu?”
“Aku tahu apa yang terjadi di sini dari guruku. Beliau yang
menceritakan.”
“Siapa nama gurumu?” tanya bobo lagi.
“Maaf, tak bisa kuberi tahu.”
“Kau tahu betul tempat kediamannya Sepasang Iblis Betina itu?”
Si gadis lesbi asli menggeleng. “Tapi percayalah...” katanya, “mereka
sering muncul di jurusan yang tadi hendak kau tempuh.”
“Kau dan gurumu tinggal di sekitar sini?”
“Ya. Setiap hari aku ke sini mengambil air.”
bobo angker hendak menanyakan sesuatu tapi tak jadi. Di
belakangnya, kira-kira lima tombak jauhnya, didengarnya suara
gemerisik ranting-ranting. Dia berpaling dengan cepat lalu melompat
ke jurusan ranting dan semak belukar. Jelas dilihatnya bayangan
kuning berkelebatan . Namun aneh aneh saja , saat dia sampai di situ, bayangan
ini lenyap laksana ditelan bumi. bobo ingat pada keterangan
yang diterimanya yaitu bahwa Sepasang Iblis Betina senantiasa
mengenakan jubah kuning. Bukan mustahil bayangan kuning tadi
yaitu bayangan salah seorang dari mereka. Dengan perlahan-lahan
dia kembali menemui si gadis lesbi asli . Dilihatnya gadis lesbi asli ini berdiri menggigil
dengan muka pucat.
“Tak usah khawatir. Tak ada apa-apa...” kata bobo menenangkan.
“Waktu aku bicara tadi, sekelebatan kulihat sesosok tubuh
berbaju kuning. Aku takut sekali, Saudara. Pasti dia! Pasti gadis lesbi asli jahat
itu...”
“Kau ditipu pemandanganmu sendiri, Nona,” kata bobo meski
hatinya sendiri tidak enak. “Aku sudah memeriksa tempat sekitar
situ. Tak ada siapa-siapa.”
“Aku harus kembali cepat-cepat. Tapi... tapi, aku takut pulang
sendirian.”
“Mari kuantar,” kata bobo angker pula.
Tanpa banyak cerita lagi kedua orang itu meninggalkan tempat
ini . Tak selang berapa lamanya, di hadapan serumpun semak
belukar lebat gadis lesbi asli itu berhenti. Dengan tangan kanannya
disibakkannya semak-semak ini lalu berpaling pada bobo dan
berkata-kata, “Masuklah!”
“Tempat tinggalmu di sini...?”
asia kecil ban si gadis lesbi asli tak terdengar. bobo menyeruak di antara semak-
semak lalu masuk ke dalam. Dia melangkah mengikuti gadis lesbi asli itu
menyusuri sebuah lorong batu yang bersih dan bagus hingga
akhirnya sampai di sebuah ruangan besar yang diterangi oleh
sebuah pelita aneh aneh saja . Pelita itu merupakan sebuah kayu hijau yang
ditancapkan di dinding ruangan. Bau harum aneh aneh saja menyentuh
penciuman bobo angker . Dia memandang berkeliling. Ruangan itu
indah sekali. Si gadis lesbi asli menyuruhnya duduk.
Berada sendirian di dalam ruangan itu bobo merasakan ada
kelainan dengan aliran darahnya. Untuk beberapa lamanya
diperhatikannya pelita aneh aneh saja di dinding yang dilihatnya semakin redup
cahayanya sedang bau harum semakin mempengaruhi dirinya.
Darahnya menyentak-nyentak dan nafasnya memburu panas. Semua
ini menimbulkan tanda bahaya dalam hati bobo . Segera
dikerahkannya tenaga dalam dan ditutupnya penciumannya.
Selang beberapa saat si gadis lesbi asli muncul kembali. Dia
mengenakan pakaian yang sama dengan sebelumnya namun kali ini
kelihatan lebih tipis hingga sinar lampu yang redup sekalipun
sanggup merambas memperlihatkan sekujur tubuhnya. Sepasang
mata Pendekar pendek kekar bobo angker menyipit.
“Gurumu mana...?” tanya bobo .
“Aku lupa mengatakan sesuatu tentang guruku,” kata gadis lesbi asli itu
seraya duduk di hadapan Pendekar pendek kekar .
“Ada apa dengan dirinya?”
“Dia kejam sekali. Sejak aku dewasa tak pernah boleh
berhubungan dengan laki-laki. Kau tentu tahu bagaimana perasaan
seorang dara yang sudah menginjak alam dewasa seperti aku ini...”
“Aku mengerti...” sahut bobo , “tapi mengapa gurumu bertindak
demikian?”
“Aku sendiri tidak tahu,” komentari gadis lesbi asli itu sambil menundukkan
kepala.
“Gurumu melarang kau berhubungan dengan laki-laki. Lantas
kenapa kau berani membawa aku kemari?”
“Beliau sedang bertapa. Lusa baru kembali.”
“Hem...,” gumam bobo . Seorang gadis lesbi asli cantik, berpakaian tipis
menggiurkan dan menyatakan perasaannya tentang kerinduan
terhadap seorang laki-laki kepada seorang laki-laki. Aliran darah bobo
angker semakin menggelora panas. Denyut nadinya tambah cepat.
Dan di antara ke semua itu perasaan adanya bahaya semakin besar.
Dia ingat bagaimana dulu dia tenggelam dalam pelukan tubuh
telanjang seorang dara yang kemudian dara itu ternyata hendak
merenggut jiwanya. Apakah gadis lesbi asli yang satu inipun hendak berbuat
begitu pula.
“Eh, kau masih belum menerangkan namamu,” kata bobo
memecah kesunyian di antara mereka.
“Sebutkan namamu dulu,” sahut si gadis lesbi asli merajuk.
“Aku bobo .”
Si gadis lesbi asli mengangkat kepalanya. “bobo apa?” tanyanya.
“bobo angker .”
Meski bibir si gadis lesbi asli merekahkan senyum namun sepasang mata
bobo angker tak bisa ditipu. Pada bola-bola mata gadis lesbi asli di
hadapannya itu ada pantulan sinar aneh aneh saja saat itu dan genta tanda
bahaya semakin keras mengumandang di telinganya, menyuruhnya
berhati-hati.
“Namamu sendiri siapa, nona...?” tanya bobo sesudah dia
mempertenang diri sementara itu jalan pernafasan hidungnya masih
terus ditutup.
“Nilamaharani...,” kata gadis lesbi asli itu menyebutkan namanya.
“Nama bagus,” puji bobo .
Lalu dilihatnya gadis lesbi asli itu berdiri dan sinar pelita hijau kembali
merambasi tubuhnya yang bagus.
“Aku sudah menyiapkan minuman di dalam. Mari masuk ke ruang
sana, bobo ,” kata Nilamaharani. Nafasnya menghembus panas di
anu Pendekar pendek kekar .
bobo berdiri dan mengikuti gadis lesbi asli itu. “Jika ini yaitu satu tipuan,
Nona...” kata murid Eyang Sinto Gendeng ini dalam hati, “kau bakal
mampus percuma.”
Ruangan yang mereka masuki juga diterangi oleh pelita aneh aneh saja
bersinar redup. Satu-satunya perabotan yang ada di situ hanyalah
sebuah tempat tidur. Bagian kepala tempat tidur yang bagus
berseperai kuning itu berbentuk meja panjang di mana terletak dua
buah cangkir. bobo merasa tidak enak begitu melihat warna seperai
di hadapannya, namun seolah-olah tak ada apa-apa dengan tenang
dia duduk di tepi tempat tidur sewaktu Nilamaharani
mempersilahkannya. Meski saat itu perasaan adanya bahaya
semakin keras namun sebegitu jauh bobo angker belum mengetahui
siapa sebenarnya dara jelita yang bernama Nilamaharani itu.
“Silahkan minum, bobo ,” kata Nilamaharani sambil menyerahkan
salah satu cangkir ke tangan Pendekar pendek kekar . Kaki kirinya
dipangkukan di atas kaki kanan hingga betis dan pahanya yang putih
tersingkap menantang.
bobo angker mendekatkan bibir cangkir ke bibirnya. Matanya
melihat cairan teh wangi yang ada dalam cangkir itu berwarna aneh aneh saja ,
agak berminyak-minyak di sebelah atasnya. Dia yakin minuman itu
telah dicampur dengan racun jahat namun selama Kapak Naga Geni
pendek kekar masih tersisip di pinggangnya, selama senjata ampuh penangkal
segala macam racun itu masih ada padanya, dia tidak takut racun
jahat apapun di atas dunia ini.
Tanpa ragu-ragu diteguknya teh itu sampai habis. Perutnya terasa
hangat. Kemudian dari gagang Kapak Naga Geni pendek kekar dirasakannya
hawa dingin menyelusup ke dalam perutnya. Untuk beberapa saat
dia merasa seperti digelitik kemudian segala sesuatunya seperti
biasa kembali. Hawa dari Kapak Naga Geni pendek kekar telah punahkan
racun jahat dalam perutnya!
“Tehmu enak sekali dan terima kasih,” kata bobo waktu
mengembalikan cangkir kepada Nilamaharani. Untuk beberapa
lamanya kedua orang itu berdiam diri.
“bobo ...”
“Hem...?”
“Dapatkah kau membayangkan bagaimana jadinya jika satu
aliran arus sungai terus menerus dibendung...?”
“Pertanyaanmu agak aneh aneh saja ,” sahut bobo . “Tapi memang aku bisa
membayangkan.”
“Dapat pula kau bayangkan bagaimana akibatnya?”
“Air akan naik dan lambat laun walau bagaimanapun kuatnya
bendungan pasti akan meledak pecah.”
Nilamaharani menganggukkan kepalanya.
“Itulah yang terjadi selama ini dengan diriku, bobo . Guruku
melarang aku berhubungan dengan laki-laki. Melarang... melarang
dan akhirnya sewaktu aku berhadapan dengan seorang laki-laki,
dengan seorang penulis macammu ini, aku tidak tahan bobo .
Mungkin ini yaitu ucapan yang tidak pantas tapi aku benar-benar
tidak tahan...”
bobo angker menggeser duduknya sewaktu Nilamaharani
menangis sedih tersedu-sedu.
“Kau seorang yang suka berterus-terang,” kata Pendekar pendek kekar
pula seraya memegangi bahu gadis lesbi asli itu. Betapa lembutnya daging
tubuhnya. “Aku senang pada orang yang bersifat seperti itu.”
“Kau senang pada diriku, bobo ?”
“Ya.”
“Oh...”
Nilamaharani menjatuhkan kepalanya kepada Pendekar pendek kekar dan
dirangkulnya penulis itu erat-erat. bobo mengelus punggung gadis lesbi asli
ini. Perlahan-lahan dibukanya jalan pernafasannya. Terciumlah
betapa harumnya rambut Nilamaharani. Diciumnya kepala gadis lesbi asli itu.
Tiba-tiba dengan kebinalan seorang gadis lesbi asli yang telah berubah
laksana seekor singa nyiur melambai lambai ran, Nilamaharani merangkul tubuh bobo
dan menggulingkannya di pembaringan.
“Kau harus melakukannya untukku, bobo . Kau harus
melakukannya untukku...” Sepasang kaki Nilamaharani melejang-
lejang, menggapai di sela-sela kaki bobo angker . Nafasnya
membara.
Untuk sekejap bobo angker lupa diri. nafsu makannya menggelora.
Kedua tangannya menggerayang di atas tubuh si gadis lesbi asli . Tapi tiba-tiba
laksana disengat ratusan kalajengking secara sekaligus, bobo
angker tersentak dari atas pembaringan. Matanya memandang
membelalak pada tubuh Nilamaharani yang terbaring di atas tempat
tidur yang saat itu hampir tiada tertutup lagi!
“anak manusia dajal hina dina! Jadi..., jadi kau yaitu seorang laki-
laki...?! Gila! Terkutuk!” teriak bobo angker .
Nilamaharani memekik marah. Dia melompat hendak menangkap
tubuh penulis itu dengan kedua tangannya yang terpentang lebar.
Tapi bobo membantingkannya ke dinding. Untuk kedua kalinya
Nilamaharani memekik dan yang sekali ini dari kedua tangannya
menyambar dua larik sinar kuning.
“Pukulan Es Iblis!” seru bobo . “Jadi kau salah seorang dari
Sepasang Iblis Betina, hah?”
Nilamaharani memekik lagi macam kuda betina meringkik. bobo
mengangkat tangan kanannya dan secepat kilat memukul ke muka.
Sinar putih bertabur dan ruangan itu menggelegar sewaktu pukulan
Sinar Matahari yang dilepaskan bobo berhantaman dengan pukulan
Es Iblis yang dilancarkan Nilamaharani.
“Pendekar pendek kekar , takdir sudah menentukan bahwa riwayatmu
berakhir di tempat ini!”
“anak manusia banci keparat. Dosamu tujuh kali lebih besar dari
pelacur! Mampuslah!” teriak bobo seraya melepaskan pukulan Sinar
Matahari sekali lagi.
Wutt!
Satu sinar yang menyilaukan memapas pukulan Sinar Matahari.
Satu benda bermata tiga hampir saja menyambar leher penulis itu
kalau dia tidak lekas-lekas melompat ke belakang. saat dia
memandang ke depan, di samping Nilamaharani yang saat itu sudah
mengenakan pakaian, berdiri seorang gadis lesbi asli berjubah kuning yang
parasnya secantik Nilamaharani. Dan di tangannya tergenggam
sebuah tombak bermata tiga. Tombak Trisula! Senjata mustika inilah
yang telah memapas musnah pukulan Sinar Matahari bobo tadi!
“Bergundal baju kuning!” bentak bobo . “Kau tentunya juga
seorang laki-laki seperti dajal satu ini...”
“Tutup mulut kotormu, astaga !” teriak si jubah kuning yang
memang yaitu Nilamahadewi.
Dia menerjang ke muka seraya melancarkan satu tusukan
dengan Tombak Trisula. Di lain pihak Nilamaharani menyusul dengan
satu serangan pukulan sakti yang hebat.
Satu teriakan dahsyat terlontar keluar dari mulut Pendekar pendek kekar . Terdengar
suara menggaung. Sinar putih berkiblat dan, trang! Tombak Trisula di
tangan Nilamahadewi terlepas mental.
“Kakak! penulis ini bukan tandingan kita! Lekas lari lewat jalan
rahasia!” seru Nilamahadewi pada kakaknya.
Kedua ‘gadis lesbi asli ’ itu lari ke sudut ruangan dan sama-sama menekan
dua buah tombol rahasia. Dua buah pintu terbuka dan keduanya
segera menghambur masuk ke pintu itu. Namun Pendekar pendek kekar lebih
cepat lagi. Tubuhnya laksana terbang. Dari mulutnya terlontar keluar suara
suitan nyaring dan Kapak Naga Geni pendek kekar membabat ke muka.
Kedua kakak adik itu menjerit dan tergelimpang di mulut pintu
rahasia. Pinggang masing-masing hampir putus dilanda Kapak Naga
Geni pendek kekar . Untuk sesaat mereka masih kelihatan bergerak gerak -gerak
sesudah itu kaku tegang untuk selama-lamanya.
Pendekar pendek kekar bobo angker membungkuk mengambil Tombak
Trisula yang tercampak di lantai sementara Kapak Naga Geni sudah
disisipkannya ke balik pakaian putihnya. Dia melangkah mendekati
mayat Nilamahadewi. Dengan ujung Tombak Trisula disingkapkannya
jubah kuning sebelah bawah ‘gadis lesbi asli ’ itu.
“Edan!” maki Pendekar pendek kekar . “Dia juga laki-laki! Sialan!”
Tanpa menunggu lebih lama lagi bobo angker terlontar keluar
meninggalkan tempat itu. Sepasang Iblis Betina telah menemui
ajalnya. Dan Tombak Trisula harus segera diserahkannya pada
raden septuaginta di Istana Pajang.
TAMAT
BASTIAN TITO
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI pendek kekar
bobo angker
dewa kegelapan
MENUNTUT BALAS
Ebook Oleh: syauqy_arr
bobo angker
dewa kegelapan MENUNTUT BALAS 1
NAK dewi lesbi berumur delapan tahun itu berlari-lari kecil
sambil tiada hentinya menyanyi. Di tangan kanannya
tergenggam lebih dari selusin tangkai bunga yang baru
dipetiknya di dalam hutan. Saat itu matahari pagi telah naik tinggi. Si
anak mempercepat larinya. Dia takut kalau-kalau orang tuanya
mengetahui bahwa dia telah pergi ke hutan lagi. Tentu dia akan
dilecut seperti kemarin.
Baru saja dia memasuki jalan kecil yang akan menuju ke
perkampungan, anak dewi lesbi ini dikejutkan oleh derap kaki kuda betina
yang banyak dan riuh sekali. Dia tak ingin mendapat celaka diterjang
kaki-kaki kuda betina . Cepat-cepat dia menepi dan berlindung di balik
sebatang pohon.
Tak lama kemudian serombongan penunggang kuda betina lewat
dengan cepat. Si anak tak tahu berapa jumlah mereka semuanya,
tapi yang jelas amat banyak dan semua berpakaian serba hitam,
rata-rata memelihara kumis melintang serta cambang bawuk yang
lebat. Tampang-tampang mereka buas bengis. Dan masing-masing
membawa sebilah sendok raksasa besar di pinggang. Meski rombongan
penunggang kuda betina itu telah berlalu jauh namun debu jalanan masih
beterbangan menutupi pemandangan. sesudah debu itu sirna barulah
si anak terlontar keluar dari balik pohon dan berlari sepanjang jalan menuju
ke kampungnya.
Kampung itu terletak di sebuah lembah subur yang dialiri sungai
kecil berair jernih. Sekeliling perkampungan terbentang sawah
ladang yang luas. Saat itu padi tengah menguning hingga ke
manapun mata memandang warna keemasan yang kelihatan.
Anak dewi lesbi itu terus lari. Dia harus lewat kebun di belakang
gudang raksasa agar tidak kelihatan oleh orang tuanya. Kemudian dia akan
masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan bunga-bunga itu di
bawah kolong tempat tidur. Kemudiannya lagi...
Jalan pikiran si kecil itu terhenti dengan serta sewaktu dari arah
A
kampungnya terdengar suara hiruk pikuk. Suara itu bercampur aduk.
Ada suara ringkikan kuda betina , suara teriakan orang laki-laki, pekik jerit
orang-orang dewi lesbi dan anak-anak, lalu suara beradunya
senjata yang sekali-kali diseling oleh suara ringkik kuda betina yang
membuat kecutnya hati anak dewi lesbi itu.
Ada apakah di kampung? Begitu si anak berpikir. Hatinya yang
kecut membuat larinya terhenti-henti. Satu perasaan takut
memperingatkannya agar jangan pergi ke kampung, jangan pulang.
Namun kaki-kaki yang kecil itu terus juga bergerak gerak meskipun dalam
langkah-langkah perlahan.
Dilewatinya kebun di belakang gudang raksasa dan sampai di sebuah
bangunan angker reyot. bangunan angker ini yaitu tempat ayahnya menyimpan segala
barang-barang rongsokan.
Justru di sini anak ini menghentikan langkahnya. Sekujur
tubuhnya gemetaran, parasnya yang tadi kekegelapan an sebab berlari
saat itu berubah menjadi pucat pasi sebab ketakutan. Dia ingin
berteriak, dia ingin menangis sedih tapi mulutnya terkancing oleh rasa
takut yang amat sangat.
Di samping gudang raksasa dilihatnya ayah serta kakak laki-lakinya tengah
berkelahi melawan dua orang berpakaian serba hitam. Agaknya
kedua orang berpakaian hitam itu tidak sanggup menghadapi ayah
dan kakaknya sebab dalam waktu yang singkat keduanya roboh
mandi darah. Namun pada saat itu muncullah tiga orang penunggang
kuda betina bertubuh kekar bertampang ganas. Salah seorang dari
ketiganya memaki dan melompat dari punggung kuda betina , langsung
menyerang ayahnya. Dua kawannya yang lain menyusul dan saat itu
juga terjadilah perkelahian dua lawan tiga. Tiga anak manusia bertampang
ganas itu ternyata amat tinggi ilmu tenaga dalam nya sebab tak berapa lama
kemudian si anak mendengar jeritan ayahnya. Senjata di tangan
salah seorang lawan telah membabat dada ayahnya hingga laki-laki
itu tersungkur dan tak bisa bergerak gerak lagi. Diperhatikannya
bagaimana kakaknya menjadi kalap oleh kematian ayahnya lalu
mengamuk hebat. Tapi nasibnya juga malang sebab dua senjata
lawan berbarengan mampir di perut serta di pundak kakaknya. Salah
seorang dari anak manusia -anak manusia jahat itu lalu membakar gudang raksasa orang
tuanya. Pada saat api berkobar hebat, dari pintu belakang terlontar keluar dua
orang dewi lesbi . Mereka lari ke arah kebun. Keduanya yaitu ibu
dan kakak dewi lesbi anak kecil yang berdiri di samping bangunan angker . Si
anak hendak berteriak memanggil ibunya tapi tak jadi. Salah seorang
dari tiga anak manusia jahat itu rupanya berhasil melihat kakak
dewi lesbi dan ibunya, lalu berseru keras dan mengejar.
“Ha-ha! Ternyata ada isinya juga gudang raksasa ini!”
Mendengar seruan itu salah seorang kawannya berpaling. Begitu
melihat dua orang dewi lesbi melarikan diri dia segera ikut
menyusul mengejar.
“Bagianku yang muda, abdulah bolini !” seru laki-laki yang paling depan.
Sebentar saja dia berhasil mengejar si gadis lesbi asli , merangkulnya dan
menciuminya dengan penuh nafsu. gadis lesbi asli itu menjerit dan meronta.
Ibunya coba memberikan pertolongan namun tubuhnya sendiri
kemudian tenggelam dalam dekapan tangan-tangan kasar. Seperti
anaknya, diapun diciumi secara buas!
“Bagus sekali perbuatan kalian!” satu bentakan terdengar. Yang
membentak ternyata yaitu laki-laki ketiga yang tadi telah
membunuhi ayah anak dewi lesbi kecil di dekat bangunan angker reyot. “Aku
sudah bilang setiap dewi lesbi cantik di kampung ini menjadi
milikku dan tak boleh diganggu!”
Kedua laki-laki itu berpaling, seorang di antaranya membuka
mulut, “resi batari triratna ! Sudah lebih dari selusin dewi lesbi di kampung
ini kau nyatakan milikmu! Masakan pada brow sendiri yang dua ini
masih hendak kau ambil?!”
“Heh, sejak kapan kau berani bicara membangkang terhadapku,
syeikh abdulah bolini ?!” gertak laki-laki yang bernama resi batari triratna .
Sepasang bola matanya yang kegelapan menyorot garang. Mau tak
mau syeikh abdulah bolini terpaksa melepaskan rangkulannya dari tubuh
padat si gadis lesbi asli . Begitu lepas si gadis lesbi asli hendak melarikan diri tapi
resi batari triratna cepat mencengkeram bahunya, memutar tubuh gadis lesbi asli itu
hingga paras mereka saling berhadap-hadapan dekat sekali.
“syeikh abdulah bolini ! Ini yaitu gadis lesbi asli yang tercantik di seluruh
kampung! Dan kau hendak mengambilnya!” ujar resi batari triratna
menyeringai dan tertawa gelak-gelak.
Kawannya yang bernama syeikh abdulah bolini memencongkan mulut
lalu meludah ke tanah.
“Kalau tidak dia, biar yang ini saja untukku!” kata syeikh abdulah bolini
seraya menunjuk pada dewi lesbi berumur sekitar tiga puluh lima
tahun yang tengah didekap oleh kawannya yang bernama bangsawan
Murka.
“Tidak bisa!” bangsawan Murka memberi reaksi. “Ini punyaku! Sampai
saat ini aku belum dapat satu dewi lesbi pun!”
“Kalian berdua tak perlu berbantahan! dewi lesbi itupun harus
menjadi milikku!” kata resi batari triratna .
Memang resi batari triratna yaitu seorang laki-laki bernafsu besar yang
tak boleh melihat dewi lesbi beranu cantik. Semuanya ingin
dimilikinya sekalipun saat itu lebih selusin dari dewi lesbi -
dewi lesbi kampung telah diambilnya.
bangsawan Murka dan syeikh abdulah bolini menggerutu habis-habisan.
resi batari triratna sebaliknya malah tertawa.
“Kelak kalau aku sudah mencicipi mereka, kalian bakal
mendapat bagian yang lumayan. Jadi tak perlu menggerutu!”
“Kau keterlaluan, resi batari triratna !” ujar syeikh abdulah bolini .
“Diam!” resi batari triratna membentak marah. “Bawa dewi lesbi itu ke
kuda betina dan awas kalau kau berani mengganggunya!” resi batari triratna
kemudian berpaling pada gadis lesbi asli dalam dekapannya yang saat itu
masih menjerit dan meronta.
“Kau ikut aku, gadis lesbi asli molek. Tak usah menjerit, apalagi meronta.
Kau bakal hidup senang! Mari...!”
“Tidak, lepaskan aku! Kau anak manusia jahanam!”
“Jangan bikin aku marah,” kata resi batari triratna .
Tapi si gadis lesbi asli terus meronta dan memaki.
“Kau ingin aku berbuat kasar sebelum waktunya?! Baik!”
Tangan kanan resi batari triratna bergerak gerak dan bret! robek robek lah baju yang
dipakai si gadis lesbi asli . Dadanya tersingkap lebar. Memuncaklah birahi
resi batari triratna melihat dada yang padat putih itu. Dilumatnya dada itu
dengan ciuman bertubi-tubi sedang dari mulutnya terlontar keluar ucapan,
“Dada bagus... dada bagus... uh... uh!”
“Lepaskan aku! anak manusia dajal...!”
resi batari triratna tertawa mengekeh dan memanggul tubuh si gadis lesbi asli lalu
melompat ke atas kuda betina .
Pada saat itulah anak kecil yang berdiri di samping bangunan angker
berteriak.
“Ibu... kakak!” Namun suara teriakannya itu sama sekali tidak
terlontar keluar sebab satu telapak tangan berwarna amat hitam dan
berkeringatan menutup mulutnya!
“Jangan berteriak, Anak, jangan berteriak! Kalau mereka
melihatmu, pasti kau dibunuh! Kau tahu tak satu anak kecilpun yang
mereka biarkan hidup di kampung ini!”
gadis lesbi asli kecil itu berpaling dan dia hampir jatuh pingsan sewaktu
melihat paras orang yang menekap mulutnya. Paras itu
menyeramkan sekali. Seperti paras setan-setan yang pernah
diceritakan oleh kakaknya jika dia mau tidur! Paras itu cuma punya
satu mata yaitu di sebelah kanan sedang mata yang kiri hanya
merupakan lobang hitam yang dalam. anak manusia bermuka hitam itu
cekung sekali kedua pipinya sedang hidungnya melesak penyet!
“Jangan takut, Anak, jangan takut!” kata anak manusia bermuka
seram. saat dilihatnya ketiga penunggang kuda betina itu sudah berlalu
maka baru dilepaskannya tangannya yang menekap mulut si gadis lesbi asli
cilik.
“Mari ikut aku, Anak! Kau anak manis, tulang-tulangmu bagus.
Anak dewi lesbi yang sepertimu ini yang kucari-cari!”
“Tidak!” si gadis lesbi asli cilik meronta ketakutan dan melejang-lejangkan
kedua kakinya.
“Kalau kulepaskan kau mau lari ke mana, Anak?!”
“Ibu... ibu... aku akan mengejar ibu!” komentari si anak.
“Ah... akan mengejar ibumu dan melawan pepasukan jahat -pepasukan jahat
jahat itu?!”
“Ya!”
anak manusia bermuka hitam seram yang ternyata yaitu seorang
nenek cantik seksi -nenek cantik seksi itu tertawa mengekeh.
“Sekecil ini kau telah menunjukkan hati jantan! Bagus! Memang
calon muridku harus bersifat demikian! Dan sampai saat ini kau
tidak menangis sedih ! Hebat!”
Si muka hitam lalu mendukung gadis lesbi asli cilik itu dan berkelebatan
meninggalkan tempat ini . Tapi satu bayangan putih memapas
larinya dan satu bentakan mengumandang keras!
“dewi lesbi muka hitam! Anak itu sudah ditakdirkan menjadi
muridku!”
Sang nenek cantik seksi terkejut bukan main dan menghentikan larinya.
“astaga ! Setan alas dari mana yang berani mengumbar mulut
seenaknya terhadapku?!”
***
bobo angker
dewa kegelapan MENUNTUT BALAS 2
I HADAPAN si nenek cantik seksi yang mendukung tubuh anak kecil itu
berdiri seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi berpakaian putih. Kumis dan
janggutnya panjang menjulai, melambai-lambai ditiup angin.
Mengenali orang yang berdiri di depannya si nenek cantik seksi kembali
membentak, “asbabul nuzul wirasuastra . Kau rupa-rupanya yang berani-
beranian bicara seenak perutmu terhadapku! Lekas menyingkir
sebelum aku berobah pikiran untuk mencekik batang lehermu!”
Si para tua tua yahudi tertawa perlahan dan ketuk-ketukan tongkat bambu
kuning yang di tangan kanannya ke tanah. Meski tombak itu
besarnya tidak lebih dari sebesar jari tangan, namun hebatnya tanah
yang diketuk terasa bergetar!
“Serahkan bocah itu padaku, Camperenik! Lalu pergilah dengan
aman!” berkata-kata asbabul nuzul wirasuastra .
Si nenek cantik seksi yang ternyata bernama Camperenik menggembung
kedua pipinya yang cekung lalu menghentakkan kaki kirinya ke
tanah. Tanah itu bergetar dan melesak! Sekaligus si nenek cantik seksi hendak
menunjukkan bahwa tenaga dalamnya tidak kalah hebat dengan
tenaga dalam si para tua tua yahudi .
“Enak betul bicaramu! Bertahun-tahun aku berkeliling mencari
calon murid yang baik. Sesudah dapat ada yang mau memintanya!
Puah! Bertempur sampai seribu jurus pun aku bersedia
mempertahankannya!”
“Aku tak punya waktu untuk bertempur dengan anak manusia macam
kau. Serahkan anak itu secara baik-baik padaku agar kau tidak
menyesal tujuh turunan!”
Camperenik tertawa gelak-gelak.
“Kau mengancam aku, asbabul nuzul ? Ya?! Puah! Kau andalkan
apakah?”
“Kau harus tahu diri, Camperenik. Anak itu tidak sudi ikut dengan
kau, kenapa dipaksa?!”
“Lantas apa sangkut pautmu?!” tukas si nenek cantik seksi .
D
“Sudahlah. Kataku serahkan anak itu. Dia sudah ditakdirkan
untuk jadi muridku!”
“Langkahi dulu mayatku, baru kau boleh ambil bocah ini!” komentari
Camperenik tegas dan ketus.
asbabul nuzul wirasuastra usut-usut janggut putihnya dan geleng-gelengkan
kepala.
“Otak tololmu sekeras batu, nenek cantik seksi -nenek cantik seksi pikun! Anak baik-baik
itu tidak pantas jadi muridmu! Turunan baik-baik tak boleh dijadikan
murid orang golongan hitam macammu!”
“Menyingkir dari hadapanku, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi sialan! Kalau kau
masih berani berbacot, hati-hatilah kepalamu!”
“Begini saja, Camperenik. Kita suruh saja anak dewi lesbi itu
memilih salah seorang dari kita. Kalau dia mengatakan ikut
denganmu, aku akan mengalah dan kau boleh bawa dia.”
Camperenik yang bermuka buruk seram tentu saja tidak mau
menerima usul itu sebab dia yakin si anak pasti tidak akan
memilihnya.
“Dalam urusan ini tak ada segala macam janji dan usul! Lekas
minggat dari hadapanku!”
asbabul nuzul wirasuastra mengusut lagi janggutnya.
“Jadi kau tak mau menyerahkan anak itu secara baik-baik?!”
“Tidak! Dan kau mau apa?!” tantang Camperenik.
“Kau akan menyesal!” desis asbabul nuzul wirasuastra .
Dia maju selangkah demi selangkah. Tiba-tiba tongkat bambu
kuningnya yang kecil itu disabatkan ke depan ke arah kedua kaki
Camperenik. Si nenek cantik seksi berteriak marah dan melompat setengah
tombak. Selagi melayang di udara, kaki kanannya ditendangkan ke
muka. Tongkat kuning di tangan asbabul nuzul wirasuastra cepat berputar
memapas. Si nenek cantik seksi terkejut. Tak disangkanya gerakan lawan
demikian sebat. Cepat-cepat kakinya ditarik pulang dan ganti
menyerang dengan satu cengkeraman dahsyat ke muka lawan.
Namun lagi-lagi dia harus membatalkan serangannya sebab saat itu
kembali tongkat lawan menderu memapaki tangannya!
Maklum bahwa sulit baginya untuk menyerang secara langsung,
Camperenik merubah siasat. Dia mulai melepaskan pukulan-pukulan
tangan kosong yang hebat dari jarak lima langkah. Kali ini si para tua tua yahudi
terpaksa tidak bisa mengandalkan terus tongkat bambu kuningnya
untuk menangkis serangan lawan. Dia musti bergerak gerak cepat.
Tubuhnya merupakan bayang-bayang putih kini, menyambar kian
kemari. Tongkatnya lenyap menjadi gulungan-gulungan kuning yang
menderu kian kemari menyambar ke tubuh lawan!
Pertempuran antara si para tua tua yahudi dan si nenek cantik seksi telah berjalan hampir
seratus jurus. Keduanya sama-sama hebat, lebih-lebih si nenek cantik seksi
muka hitam sebab sambil bertempur dia masih terus mendukung
anak dewi lesbi itu di tangan kirinya.
asbabul nuzul wirasuastra tiba-tiba berteriak nyaring dan merobah
permainan tenaga dalam nya. Si nenek cantik seksi mendadak sontak merasa tekanan
serangan yang hebat dan gencar. Dalam penasarannya dia berpikir
ilmu tenaga dalam apakah yang tengah diterlontar keluar kan lawan, yang demikian
asing dan hebat? saat dia tak sanggup membendung lebih lama
hujan serangan asbabul nuzul wirasuastra , Camperenik segera mencabut
senjatanya dari balik pinggang. Senjatanya ini yaitu seekor ular yang
telah dikeringkan menjadi tongkat dan bisa menyembur nyembur kan racun
jahat. Di tangan Camperenik ular yang sudah keras kaku itu bisa
dibuat demikian rupa laksana hidup dan menyambar kian kemari!
asbabul nuzul wirasuastra sekitar dua tahun yang lalu telah pernah
bertempur dengan Camperenik, sebab nya dia sudah tahu
kehebatan senjata lawan dan cepat-cepat menutup jalan
pernafasannya. Betul saja, baru satu jurus bertempur dengan
mempergunakan senjata ularnya, Camperenik tiba-tiba menekan
badan ular dan menyemprotlah racun kuning dari mulut tongkat ular
ke muka asbabul nuzul wirasuastra .
Si nenek cantik seksi jadi amat penasaran melihat lawannya tidak roboh oleh
semburan racun tongkat ularnya. Dengan geram dia merangsak ke
depan. Dan terjadilah baku tongkat yang amat seru. Lima puluh jurus
lagi berlalu. Masing-masing mengeluarkan ilmu tenaga dalam simpanan.
Serangan dibalas serangan. Tipu daya dibalas tipu daya pula.
Masing-masing mengintai kelengahan lawan.
“Camperenik!” asbabul nuzul wirasuastra tiba-tiba berseru sewaktu
pertempuran memasuki jurus ke tujuh puluh. “Apakah kau tetap tak
mau menyerahkan anak dewi lesbi itu padaku?!”
“Sekali aku bilang tidak, sampai nyawaku terbang ke nerakapun
aku tetap bilang tidak!” komentari si nenek cantik seksi seraya hantamkan tongkat
ularnya ke batok kepala asbabul nuzul wirasuastra .
Si para tua tua yahudi miringkan tubuh dan kiblatkan tongkat bambu
kuningnya.
Trang!
Kedua senjata itu beradu keras. Masing-masing tangan tergetar
hebat dan itu yaitu peraduan yang ke enam puluh dua kalinya!
Masing-masing pihak melompat mundur lalu sama-sama
menyerbu kembali. Dua jurus di muka asbabul nuzul wirasuastra terlontar keluar dari
kalangan pertempuran. Tongkat bambu kuningnya dimelintangkan di
depan dada. Sepasang matanya menatap tajam pada Camperenik.
“Untuk penghabisan kalinya aku tanya. Kau masih belum mau
menyerahkan anak itu?!”
Camperenik meludah ke tanah.
“Jilatlah ludah itu! Baru aku serahkan anak ini padamu!”
kegelapan lah anu asbabul nuzul wirasuastra . Tongkat di tangan kanannya
dipindahkan ke tangan kiri. Tubuhnya dibungkukkan ke depan,
sedang jari-jari tangan kanan dikepalkan. Sesaat kemudian kepalan
itu mengeluarkan sinar biru pekat.
Paras Camperenik kontan berobah. Dia tahu pukulan apa yang
bakal dilepaskan lawan. Dan dia tahu pula bahwa dia tak bakal
sanggup menerima pukulan itu!
“Bagaimana, Camperenik?!” tanya asbabul nuzul wirasuastra . “Serahkan
anak itu atau kau akan mati konyol dilabrak pukulan Buana Biru
ini?!”
Mulut Camperenik komat-kamit. Pelipisnya menggembung.
Otaknya bekerja keras. Dia tak bakal sanggup menerima pukulan
Buana Biru itu. Lari pun percuma. Tiba-tiba dia membentak keras,
“Kau mau bunuh aku dengan pukulan itu?! Baik! Lakukanlah cepat!”
Habis berkata-kata begitu Camperenik acungkan anak dewi lesbi
yang didukungnya di depan tubuhnya! asbabul nuzul wirasuastra jadi kaget kelangit
terkesiap. Walau bagaimanapun tak mungkin baginya untuk
meneruskan melepaskan pukulan Buana Biru. Meski Camperenik
bakal menemui kematian, tetapi anak dewi lesbi itu sendiri pasti
akan ikut mati bersama-sama si nenek cantik seksi !
“Keparat betul si Camperenik ini! Apa yang harus kulakukan?”
maki dan pikir asbabul nuzul wirasuastra geram.
“Ayo asbabul nuzul ! Kau toh mau bikin mampus aku?! Silahkan
lakukan!” Camperenik berteriak dengan sunggingkan senyum
mengejek, membuat asbabul nuzul wirasuastra tambah geram. “Kalau kau tak
mampu melakukannya, sebaiknya lekas angkat kaki dari hadapan
tuanmu!” ejek Camperenik lagi.
Tiba-tiba satu bayangan putih melesat dari samping. asbabul nuzul
wirasuastra tersentak kaget kelangit . Camperenik mengeluarkan seruan terkejut.
Dan tahu-tahu anak dewi lesbi yang diacungkannya terbetot lepas
dari pegangan kedua tangannya! Sesosok tubuh berpakaian putih
sementara itu dengan sebat berlalu cepat dan lenyap.
“Kurang ajar! Edan!” jerit Camperenik marah lalu hendak
mengejar.
Namun dari samping satu sinar biru menderu laksana topan
prahara. nenek cantik seksi -nenek cantik seksi ini terkejut. asbabul nuzul wirasuastra ternyata telah
melepaskan pukulan Buana Biru begitu si nenek cantik seksi bersikap lengah.
Camperenik menjerit lagi dan membuang diri ke belakang. Nyawanya
selamat tapi angin serangan masih sempat memapas pinggulnya
membuat nenek cantik seksi -nenek cantik seksi ini roboh dan terguling pingsan! asbabul nuzul
wirasuastra tak menunggu lebih lama, segera dia angkat kaki mengejar
orang yang telah merampas anak dewi lesbi tadi dari tangan
Camperenik!
Di tepi lembah asbabul nuzul wirasuastra masih sempat melihat orang yang
dikejarnya lari ke jurusan timur. Dengan mengandalkan ilmu larinya
yang hebat si para tua tua yahudi terus mengejar. Tapi bagaimanapun
diusahakannya tetap saja dia hanya bisa memperdekat jarak sampai
tiga puluh langkah. Kalau saja dia tidak khawatir akan keselamatan
anak yang berada di tangan si penculik, sudah sejak tadi dia
melepaskan pukulan Buana Biru saking gemas hatinya. Sekali-kali
dilihatnya si penculik berpaling ke belakang seolah-olah
mengejeknya.
asbabul nuzul wirasuastra tidak ingat sudah berapa lama dia mengejar orang
itu sementara matahari sudah condong ke barat dan hari hampir
senja. Dan sampai saat itu dia masih belum mampu mengejar orang
yang melarikan anak dewi lesbi itu. Si penculik sendiri agaknya
tidak mau melenyapkan diri dari pemandangan kedua mata asbabul nuzul
wirasuastra dan masih terus juga berpaling sekali-kali ke belakang. Ini
menimbulkan tanda tanya besar di hati si orang tua. Siapakah
gerangan adanya orang itu yang demikian hebat ilmu larinya?!
Tepat pada saat matahari tenggelam di ufuk barat, tiba-tiba orang
yang dikejar asbabul nuzul wirasuastra lenyap dari pemandangan!
para tua tua yahudi -para tua tua yahudi itu menghentikan larinya dan memandang
berkeliling. Orang itu tak kelihatan, lenyap laksana ditelan bumi di
senja hari itu!
“Benar-benar edan...!” maki asbabul nuzul wirasuastra dalam hati. Sekali lagi
diselidikinya tempat sekitar situ. Tetap dia tak menemukan apa-apa.
“Mungkin belum jodohku anak itu. Tapi betul-betul aneh aneh saja dan hebat.
Siapakah orang yang telah melarikannya itu?”
Dengan hati kecewa asbabul nuzul wirasuastra menggerakkan kaki
melangkah meninggalkan tempat ini . Namun satu langkah dia
bertindak tiba-tiba terdengar suara memanggil.
“Orang tua, kemarilah!”
asbabul nuzul wirasuastra terkesiap. Dia mendongak ke atas. Dan astaga!
Tepat di atasnya, di sebuah cabang pohon besar, di bawah mana dia
berdiri, duduk sesosok tubuh berpakaian putih tengah memangku
anak dewi lesbi yang hendak diambilnya jadi murid! Dengan serta-
merta asbabul nuzul wirasuastra menjejakkan kedua kakinya ke tanah.
Tubuhnya melesat dan di lain kejap dia sudah berada di atas cabang
pohon besar di mana orang yang melarikan anak dewi lesbi itu
duduk. Terkejutlah asbabul nuzul wirasuastra saat dia melihat bahwa orang
yang menculik si anak yaitu seorang dewi lesbi tua berambut
putih jarang. Pada kulit kepalanya tertancap lima buah tusuk konde.
Kulitnya yang hitam kelihatan lebih hitam sebab selempang kain
putih yang dikenakannya, ditambah lagi oleh kegelapan senja yang
datang.
“Pantas... pantas. Engkau rupanya Sinto. Pantas saja aku tak
sanggup mengejarmu!” Habis berkata-kata begitu asbabul nuzul wirasuastra menjura
dalam-dalam.
dewi lesbi tua di depannya tertawa kecil sementara si anak
dalam pangkuannya saat itu telah tertidur nyenyak.
“Empat puluh tahun tidak bertemu, sekarang kau muncul lagi di
luaran. Sungguh satu hal yang menyenangkan,” kata asbabul nuzul wirasuastra
lagi, lalu dia bertanya, “Kalau aku boleh tahu, urusan apakah yang
membuat kau meninggalkan puncak Gunung Gede? Kudengar kabar
kau sudah bertekad untuk mengundurkan diri dari dunia yang penuh
kotor ini.”
“Betul... itu betul sahabatku asbabul nuzul wirasuastra . sesudah puluhan
tahun mendekam di puncak Gunung Gede, tubuh tua rongsokan ini
masih belum juga mau mampus! Aku kesal dan kesepian! Terpaksa
iseng-iseng turun gunung melihat-lihat?”
asbabul nuzul wirasuastra tertawa gelak-gelak. Hatinya ingin menanyakan
apa sebabnya dewi lesbi tua itu melarikan si anak dewi lesbi ,
apakah hendak mengambilnya sebagai murid pula, tetapi si para tua tua yahudi
kemudian membatalkan maksudnya sebab dia khawatir dewi lesbi
tua itu akan tersinggung.
Siapakah sebenarnya dewi lesbi tua itu? Dia bukan lain Eyang
Sinto Gendeng, guru Pendekar pendek kekar dari puncak Gunung Gede, tokoh
tenaga dalam yang pernah merajai dunia pertenaga dalam an selama berpuluh tahun!
Sambil mengusap kepala si anak dewi lesbi , Sinto Gendeng
berkata-kata, “Anak bagus. Cerdik, berani. Aku tak ingin dia jadi murid
tokoh jahat golongan hitam. sebab nya kurampas dari tangan
Camperenik. Ini kau ambillah!”
Legalah hati asbabul nuzul wirasuastra . Namun demikian sebagai basa-basi
dan peradatan dia berkata-kata, “Jika kau ingin mengambilnya jadi murid,
silahkan kau bawa ke Gunung Gede.”
Sinto Gendeng tertawa.
“Aku memang mau kembali ke Gunung Gede, dan anak ini
mempunyai susunan tubuh serta bakat bagus. Tapi sayang dalam
hidupku aku sudah berjanji untuk cuma punya satu murid. Aku tak
bisa mengambilnya. Kuharap kau akan mendidik dan
menggemblengnya menjadi gadis lesbi asli pendekar yang hebat agar dapat
membalaskan sakit hati atas apa yang telah menimpa orang tua dan
saudara-saudaranya.”
“Jadi kau juga tahu apa yang telah terjadi di kampung itu, Sinto?”
Sinto Gendeng mengangguk perlahan.
“Kekotoran-kekotoran macam itu harus dilenyapkan. Dan biarlah
anak ini kelak yang bakal menuntut balas!” Sinto Gendeng
mengusap kepala anak dewi lesbi itu sekali lagi lalu
menyerahkannya pada asbabul nuzul wirasuastra .
Laki-laki tua ini terkejut sekali sebab baru saja si anak berada
dalam dukungannya, Sinto Gendeng tahu-tahu telah berkelebatan
lenyap dari cabang pohon.
asbabul nuzul wirasuastra gelengkan kepala dan tarik nafas panjang. “Tak
dapat kuukur betapa tingginya ilmu kepandaian anak manusia itu!”
sesudah memandang berkeliling sesaat, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi inipun
melompat turun dari cabang pohon dan lenyap dalam kegelapan
malam.
***
bobo angker
dewa kegelapan MENUNTUT BALAS 3
UTAN hujan amazon merupakan hutan yang paling lebat di daerah
selatan asia kecil Barat. Penduduk yang diam di beberapa desa
sekitar hutan ini menganggapnya sebuah hutan angker
yang jarang didatangi anak manusia . Menurut penduduk di situ, selain
penuh dengan binatang buas juga dihuni oleh berbagai macam
makhluk halus. Disamping itu Hutan hujan amazon juga merupakan sarang
anak manusia -anak manusia jahat.
Di pertengahan hutan yang angker lebat itulah gerombolan
pasukan jahat resi batari triratna mendirikan markas mereka. gudang raksasa -gudang raksasa
mereka atau lebih tepat dikatakan pondok-pondok didirikan di atas
pohon-pohon raksasa dalam hutan yang keseluruhannya berjumlah
hampir dua puluh buah. resi batari triratna sengaja mendirikan pondok di
atas-atas pepohonan agar jangan diganggu oleh binatang-binatang
buas. Disamping itu juga untuk menjaga jika sewaktu-waktu terjadi
penggrebekan oleh pasukan Kerajaan Bantengan atau majapahit .
Selama bertualang malang melintang memimpin gerombolan pasukan jahat
bersama bangsawan Murka dan syeikh abdulah bolini , telah dua kali resi batari triratna
diserang oleh orang-orang kerajaan. Pertama dari majapahit dan yang
terakhir dari Bantengan . Meski anak buahnya banyak yang jatuh menjadi
korban, namun resi batari triratna dan kawan-kawannya berhasil menghalau
prajurit-prajurit penyerang.
Saat itu baru saja memasuki malam. Di dalam sebuah pondok di
atas pohon terdengar sedu-sedan tangis dua orang dewi lesbi .
Mereka yaitu Galuh Asih dan Ratih, ibu dan kakak dewi lesbi
anak dewi lesbi kecil yang dibawa oleh asbabul nuzul wirasuastra . Di dalam
pondok itu juga ada lima orang dewi lesbi yang rata-rata
berparas cantik. Namun di balik paras cantik masing-masing, jelas
kelihatan sikap dengki dan bengis.
Salah seorang dari kelima dewi lesbi itu tiba-tiba berdiri dan
membentak, “Kalian ibu dan anak sama-sama keblingernya! Kalian
harus berterima kasih tidak dibunuh oleh resi batari triratna ! Kalian harus
H
bersyukur diambil jadi istri!”
Galuh Asih menyusut air matanya dan memandang tepat-tepat
pada dewi lesbi yang membentak itu, lalu berkata-kata dengan suara
pelahan tapi menusuk tajam, “Aku dan anakku menangis sedih sebab
kami bukanlah anak manusia -anak manusia macam kau dan lain-lainnya!
Kalian bersyukur jadi dewi lesbi -dewi lesbi peliharaan resi batari triratna
itu urusan kalian. Jangan coba-coba mempengaruhi kami!”
“Ho-oo! Kau ibu dan anak mau mengandalkan apakah hendak
menolak kehendak resi batari triratna ? Lebih baik menurut saja! Kalian akan
dapat uang, pakaian dan harta perhiasan!”
“Enyahlah dari tempat ini!” bentak Galuh Asih.
dewi lesbi yang dibentak cuma tertawa sinis.
Diterlontar keluar kannya sebuah botol berisi cairan hitam lalu melangkah
ke hadapan Galuh Asih.
“dewi lesbi macammu ini biasanya mempunyai jalan pikiran
lebih baik mati daripada jadi peliharaan seorang kepala pasukan jahat ! Ini!
Minumlah racun ini kalau kau memang mau mati!”
Tiba-tiba pintu pondok terbuka lebar-lebar dan sesosok tubuh
masuk ke dalam seraya membentak, “dewi lesbi astaga ! Berani
kau menyuruh Galuh Asih minum racun?!”
dewi lesbi itu menjerit. Tubuhnya terbanting ke lantai pondok. Di
hadapannya berdiri resi batari triratna dengan bertolak pinggang dan mata
membeliak.
“Warinah! Sudah sejak lama kudengar kau berperangai buruk!
Menghasut, memfitnah bahkan main gila dengan beberapa orang
anak buahku! Berdiri!”
Warinah, demikian nama dewi lesbi itu berdiri dengan perlahan.
Parasnya sepucat kertas.
“Bawa sini botol itu!” bentak resi batari triratna lalu merampas botol racun
dari tangan Warinah dan membuka tutupnya.
“Sekarang kau sendiri yang harus meneguk racun ini! Ayo, teguk!”
perintah resi batari triratna .
“Ampun... ampun resi batari triratna . Aku, aku tidak bermaksud...”
“Minum cepat!” teriak resi batari triratna sementara empat orang
dewi lesbi lainnya kawan-kawan Warinah berdiri di satu sudut
dengan ketakutan.
Warinah mundur beberapa langkah.
“Minum kataku!” teriak resi batari triratna lagi lalu melompat dan
menjambak rambut Warinah. Racun dalam botol dituangkannya ke
mulut Warinah tetapi dewi lesbi itu lebih cepat menutup bibirnya
rapat-rapat!
“Oo... kau tak mau mampus cara begini, hah?! Baik! Aku memang
sudah bosan padamu, sudah muak! Lihat, kau akan mampus dengan
cara yang lebih mengerikan!”
resi batari triratna menangkap pinggang Warinah lalu melemparkan tubuh
dewi lesbi itu terlontar keluar pintu pondok! Pondok itu terletak di atas
pohon raksasa yang hampir dua puluh tombak tingginya. Di luar
terdengar pekik ngeri Warinah lalu sunyi tanda tubuhnya telah
menemui kematian di bawah sana!
Di dalam pondok resi batari triratna memandang pada empat dewi lesbi
kawan Warinah lalu membentak mereka agar meninggalkan pondok
itu! Keempatnya berebutan cepat terlontar keluar dan lari sepanjang jembatan
gantung kecil yang terbuat dari tali yang menyambungkan pondok itu
dengan pondok lainnya.
Kepala pasukan jahat resi batari triratna memutar tubuh dan memandang ganti
berganti pada Galuh Asih dan Ratih.
“Walau bagaimanapun,” katanya, “bunuh diri yaitu perbuatan
paling tolol!”
“Kami memang tak ingin bunuh diri! Bebaskan kami dari tempat
terkutuk ini!” menyahut Galuh Asih.
“Itu tindakan yang lebih tolol lagi!” kata resi batari triratna pula.
“Kau telah memiliki dewi lesbi -dewi lesbi peliharaan berlusin-
lusin. Apakah itu belum cukup? Masih kurang? Demi Tuhan lepaskan
kami!”
“Jangan sebut-sebut nama Tuhan!” teriak resi batari triratna marah.
“Setiap ada yang menyebut Tuhan selalu saja aku ditimpa kesialan!”
“Bebaskan kami!”
“Tidak bisa! Kau harus jadi istriku! Jadi peliharaanku, tahu?!
Memang aku punya lusinan dewi lesbi di sini. Aku sudah bosan
dengan mereka semua! Kau musti tahu setiap dewi lesbi berbeda!
Punya keistimewaan sendiri-sendiri!” Dan habis berkata-kata begitu
resi batari triratna tertawa gelak-gelak.
Dia melangkah ke pintu dan berteriak. Seorang anak buahnya
datang dengan cepat.
“Bawa gadis lesbi asli itu ke pondokku! Usir dewi lesbi -dewi lesbi yang
ada di sana dan jaga dia baik-baik! Awas kalau kau berani berbuat
kurang ajar!”
Dalam keadaan menjerit-jerit Ratih dipanggil oleh anggota
pasukan jahat itu. saat hendak dibawa pergi Galuh Asih cepat
menghadang.
“Lepaskan dia! Lepaskan anakku!”
“Jangan tolol Galuh Asih!” bentak resi batari triratna seraya menarik
lengan dewi lesbi itu kemudian sekaligus dirangkulnya. Galuh Asih
memekik dan menangis sedih keras sewaktu anak gadis lesbi asli nya lenyap di luar
pintu.
resi batari triratna menutup pintu pondok dan tegak menunggu sampai
tangis Galuh Asih mereda. Bila dewi lesbi itu tampak agak tenangan
sedikit dia melangkah mendekati.
“Kau tak usah khawatir akan keselamatan diri anakmu...”
“Pergi! Jangan dekati aku! Jangan jamah tubuhku!”
“Oh, begitu? Apakah kau mau aku memanggil sepuluh anak
buahku dan menjamah sekujur tubuhmu sekaligus?!”
“astaga ! Demi Tuhan matilah kau!” teriak Galuh Asih lalu
melompat dan memukulkan kedua tinjunya ke muka resi batari triratna .
Dengan mudah kepala pasukan jahat Hutan hujan amazon itu menangkap
kedua lengan Galuh Asih dan di lain kejap dewi lesbi itu sudah
tenggelam dalam rangkulannya.
Ciumannya bertubi-tubi. Galuh Asih melejang meronta-ronta
berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja malah lambat laun
tenaganya semakin mengendur dan dia tak berdaya apa-apa
sewaktu resi batari triratna membaringkannya di atas kasur jerami kering.
Kekuatan dewi lesbi ini timbul tenggelam kembali sewaktu resi batari triratna mulai
menanggalkan pakaiannya dengan kasar. Keduanya bergumul
berguling-guling dan pada akhirnya Galuh Asih kembali menyerah
kehabisan daya! Dia hanya meramkan mata, tak bisa menolak
sewaktu resi batari triratna meneduhi tubuhnya. Galuh Asih tiba-tiba menjerit
keras saat dirasakannya bulu-bulu dada kepala pasukan jahat itu
menggeremangi buah dadanya. Dia menjerit sekali lagi, sekali lagi
lalu pingsan di bawah tindihan tubuh laki-laki terkutuk itu!
Sepeminuman teh lewat.
resi batari triratna dengan tubuh keringatan dan terhuyung-huyung
melangkah ke pintu. Dibukanya pintu itu. Untuk beberapa lamanya
dia berdiri memandangi kegelapan. Disekanya peluh yang
bercucuran di keningnya. Dia berpaling ke belakang. Galuh Asih
terbujur di atas kasur jerami dalam keadaan tak berpakaian.
Sepasang matanya terpejam. Dada dan perutnya jelas kelihatan
turun naik. Betapa bagusnya tubuh telanjang itu dipandang demikian
rupa. Dan tentu tubuh anaknya yang masih perawan jauh lebih bagus
dari itu, pikir resi batari triratna .
Kepala pasukan jahat Hutan hujan amazon ini memalingkan kepalanya,
kembali memandang terlontar keluar pondok. Dia kemudian berteriak
memanggil dua orang tangan kanannya. Tak lama muncullah bangsawan
Murka dan syeikh abdulah bolini . Bola-bola mata kedua anak manusia ini
membesar sewaktu mereka memandang ke dalam pondok dan
melihat tubuh Galuh Asih yang terbaring telanjang di atas kasur
jerami.
“brow -brow ku, kau lihat pemandangan di dalam sana?!” ujar
resi batari triratna sambil menyeringai dan menuding dengan ibu jarinya.
“Hari ini jangan katakan lagi aku temahak dewi lesbi ! Kalian berdua
boleh perbuat apa saja sekarang terhadapnya! Tapi... jangan main
serobotan. Dia masih letih...!” Habis berkata-kata begitu resi batari triratna tertawa
mengekeh lalu meninggalkan ambang pintu, meniti jembatan tali
yang menuju ke pondok lainnya.
syeikh abdulah bolini cepat-cepat melangkahkan kaki masuk ke dalam
pondok. Tapi bahunya dipegang oleh bangsawan Murka.
“Mau ke mana syeikh ? Aku toh lebih tua darimu? Aku yang lebih
dulu!”
syeikh abdulah bolini mengeluarkan suara menggerutu.
“Lagi-lagi soal umur kau gunakan untuk lebih dulu dapat
mencicipi dewi lesbi itu! Sekali-sekali aku toh boleh saja lebih dulu
dari kau?! Aku tak ingin selalu jadi tukang cuci mangkok!”
bangsawan Murka menyeringai memperlihatkan barisan gigi-giginya
yang besar, hitam kotor tak pernah digosok.
“Yang sekali ini lain, brow ! Betul-betul lain!” desis bangsawan Murka
tanpa melepaskan bahu kawannya.
syeikh abdulah bolini jadi penasaran. Ditepiskannya lengan bangsawan
Murka dan berkata-kata keras, “Justru sebab yang sekali ini lain maka
aku yang musti lebih dulu!”
Sementara kedua kawanan pasukan jahat itu bertengkar, perlahan-
lahan Galuh Asih membuka kedua matanya. Dia sadar apa yang
telah terjadi atas dirinya. Mendengar pertengkaran bangsawan Murka dan
syeikh abdulah bolini dia sadar pula apa yang bakal menimpa dirinya. Noda
kotor baru saja menimpa dirinya dan kini kembali kekotoran itu akan
jatuh. Galuh Asih seolah-olah mendapat kekuatan gaib. Tidak saja
dewi lesbi ini bangkit dan berdiri tanpa memperdulikan keadaan
tubuhnya. Dia menjerit keras lalu secepat kilat lari ke ambang pintu.
“Hai!” bangsawan Murka dan syeikh abdulah bolini berseru hampir
bersamaan. Keduanya melompat ke pintu tapi terlambat. Tubuh
Galuh Asih melayang dalam kegelapan malam. Jeritannya
mengumandang mengerikan. Dan suara jeritan itu dengan serta
merta berhenti sewaktu tubuh dewi lesbi ini jatuh dengan
keras ke tanah! Kepalanya rengkah, lehernya patah!
***
bobo angker
dewa kegelapan MENUNTUT BALAS 4
AYUNATA tengah meniti jembatan gantung yang terbuat dari
tali-tali besar, menuju ke pondok di mana Ratih berada yang
dijaga oleh dua orang anak buahnya. Pada saat itulah
didengarnya lengking jerit yang mengejutkan di malam pekat itu. Dia
membalikkan tubuh dan samar-samar di kegelapan malam dilihatnya
sesosok tubuh berambut panjang tanpa pakaian melayang jatuh dari
pondok di seberang sana. Lamat-lamat terdengar suara tubuh itu
terhampar di tanah lalu sunyi. Di pondok seberang sana bangsawan
Murka dan syeikh abdulah bolini berlarian terlontar keluar dan memandang ke
bawah. resi batari triratna berteriak memanggil kedua orang itu.
“Apa yang terjadi?!” tanya resi batari triratna meski dia sudah dapat
menduga apa yang barusan terjadi.
“dewi lesbi itu, Bayu! Dia bunuh diri!” komentari bangsawan Murka.
“Kalian biarkan dia bunuh diri, hah?!”
“Kami... kami tengah bertengkar. Dia tiba-tiba bangkit dari
pembaringan dan lari sangat cepat ke pintu. Kami tidak sempat
mencegahnya!” komentari syeikh abdulah bolini .
Geraham-geraham resi batari triratna berkeretakan. “Kalian memang
kerbau-kerbau dogol yang tidak tahu diri! Berlalu dari hadapanku!”
sentak resi batari triratna .
bangsawan Murka dan syeikh abdulah bolini segera meninggalkan tempat
itu. Mereka turun ke tanah untuk menyuruh urus mayat Galuh Asih
dan juga mayat Warinah yang sebelumnya telah dilemparkan oleh
resi batari triratna .
Bila kedua pembantunya itu telah berlalu, resi batari triratna meneruskan
meniti jembatan gantung dari tali menuju ke pondok di hadapannya.
“Kalian boleh pergi,” kata kepala pasukan jahat ini pada dua orang anak
buahnya yang mengawal di pintu.
Bila resi batari triratna membuka pintu pondok maka kelihatanlah gadis lesbi asli
itu berdiri di sudut ruangan tengah menangis sedih tersedu-sedu. Pondok
itu yaitu tempat kediaman resi batari triratna . Selain paling besar juga di
B
dalamnya ada perabotan-perabotan yang serba mewah.
“Hentikan tangismu. Sekarang bukan waktunya lagi untuk
menangis sedih terus-terusan,” kata resi batari triratna seraya menutupkan pintu
pondok.
Dari sebuah rak kayu jati diambilnya dua seloki besar. Seloki-
seloki itu diisinya sampai setengahnya dengan anggur harum.
“Minumlah, kau tentu haus,” kata si kepala pasukan jahat dan
mengacungkan seloki yang di tangan kanannya ke muka Ratih.
Si gadis lesbi asli memandang seloki itu sesaat lalu mengambilnya dan
dengan tiba-tiba anggur di dalam seloki disiramkannya ke muka
resi batari triratna .
Kepala pasukan jahat itu undur beberapa langkah. Dia mengerenyit.
Kedua matanya yang tersiram anggur terasa perih. sesudah
menggosok-gosok kedua matanya itu beberapa lama sehingga rasa
perihnya hilang, resi batari triratna duduk ke sebuah kursi. Untuk pertama
kalinya dia tidak menjadi beringas marah diperlakukan seperti itu.
Dipandangnya Ratih dengan kedua matanya yang kegelapan dan
perlahan-lahan diteguknya anggur dalam seloki.
“gadis lesbi asli galak, kau memang pantas jadi istriku! Terangkan siapa
kau punya nama.”
asia kecil ban dari Ratih yaitu bentakan keras, “terlontar keluar kan aku dari
sini! terlontar keluar kan!”
resi batari triratna tertawa perlahan.
“Setiap dewi lesbi yang kubawa kemari selalu berteriak minta
diterlontar keluar kan, minta dibebaskan! Mereka harus tahu bahwa sekali
mereka masuk ke sini tak mungkin terlontar keluar , tak mungkin bebas!
Kecuali kalau mereka mencari jalan tolol bunuh diri!” Dan resi batari triratna
hendak menerangkan tentang kematian Galuh Asih kepada gadis lesbi asli itu,
tetapi maksudnya itu kemudian dibatalkan. “Hentikan tangismu.
Jangan bikin aku muak dan marah.” resi batari triratna berkata-kata bilamana
Ratih masih dilihatnya menangis sedih .
Sebagai asia kecil ban Ratih melemparkan seloki di tangan kanannya.
Dengan tangan kirinya resi batari triratna menangkap seloki itu. Ditimang-
timangnya benda itu sesaat lalu berkata-kata, “Aku berjanji tidak akan
memperlakukan kau seperti dewi lesbi lain sebelumnya. Aku tidak
akan menyakitimu.”
“Persetan dengan ucapanmu!” tukas Ratih. “terlontar keluar kan aku dari
sini. Juga ibuku!”
Kembali resi batari triratna tertawa perlahan. Seloki di kedua tangannya
diletakkannya di atas sebuah meja kecil lalu melangkah mendekati
Ratih. Di lain pihak si gadis lesbi asli cepat-cepat menjauh.
“Seorang penjahat memang tak dapat dipercaya. Tapi kau sekali
ini musti percaya dengan ucapanku.”
Dan resi batari triratna mendekat lagi. Ratih mundur lagi sampai tubuhnya
tertahan oleh pondok.
“Aku tak akan menyakitimu. Siapa namamu, gadis lesbi asli ...?”
Ratih memepet ke dinding. Tiba-tiba di sampingnya dilihatnya
sebuah jambangan besar dari kuningan. Tanpa pikir panjang lagi
disambarnya benda itu dan dilemparkannya ke kepala resi batari triratna .
Melihat sikap Ratih yang keras demikian rupa meskipun dia telah
menghadapinya dengan lembut, kini naiklah darah si kepala pasukan jahat .
Sekali tinju saja jambangan besar itu hancur berkeping-keping.
“Tingkahmu tidak ada beda dengan kau punya ibu yang sudah
mampus bunuh diri!” bentak resi batari triratna beringas.
Ratih kaget kelangit bukan main.
“A... apa?! Ibuku bunuh diri...?!” tanyanya membeliak.
“Bunuh diri dan mampus!” komentari resi batari triratna lalu sekali lompat saja
kedua tangannya telah mencengkeram bahu Ratih. gadis lesbi asli itu
dilemparkannya ke tempat tidur dan ditindihnya sekaligus.
Ratih berguling-guling, meronta dan menerjang untuk
melepaskan tubuhnya dari rangkulan kepala penjahat itu. Namun ini
hanya menghabiskan tenaganya sementara setiap kesempatan yang
ada dipergunakan oleh resi batari triratna untuk merenggut dan merobek robek
pakaian yang melekat di tubuh sang dara hingga dalam waktu yang
singkat pakaian yang melekat di tubuh Ratih sudah tak karuan rupa
lagi. Penuh robek robek dan terbuka di sana-sini!
Satu kali resi batari triratna berhasil menindih tubuh gadis lesbi asli itu. Namun
dengan sisa-sisa tenaganya yang ada Ratih masih sanggup
menerjangkan kaki kanan menghantam perut resi batari triratna . Kepala
pasukan jahat itu mengeluh kesakitan. Dijambaknya rambut Ratih.
Keduanya terguling dan jatuh di lantai pondok. Benturan yang keras
pada belakang kepalanya di lantai membuat pemandangan Ratih
berkunang-kunang dan tenaganya semakin lemah sedang jambakan
resi batari triratna masih lengket di rambutnya dengan keras.
Ratih tahu dia tak dapat bertahan lebih lama. Mungkin sudah
menjadi takdir bahwa dirinya akan ditimpa kecemaran terkutuk
begitu rupa. Air mata berderaian meleleh pipinya. Nafas resi batari triratna
menghembus panas di anu nya. Dirasakannya jari-jari tangan laki-
laki itu membuka lilitan kain di tubuhnya. Dirasakannya tangan yang
lain dari resi batari triratna menjalar meremas dadanya. Ratih menangis sedih
keras. Usaha terakhir yang bisa dilakukannya ialah merapatkan
kedua kakinya sedapat-dapatnya. Dan inipun gagal sebab resi batari triratna
dengan mudah sekali menyibakkan kedua kakinya itu!
“Tuhan! Tolonglah hambamu ini!” Ratih memohon jauh di lubuk
hatinya.
Dan pada saat itu pertolongan Tuhan benar-benar datang!
Pintu pondok tanpa suara sedikitpun tiba-tiba terbuka. Juga tanpa
suara sesosok tubuh bergerak gerak cepat masuk ke dalam. resi batari triratna
merasakan kedua perg