Selasa, 11 Februari 2025

bobo dikuburan 15


 i   itu melangkah ke tepi telaga. 

Lalu didengarnya suara kendi dimasukkan ke dalam air telaga. 

Sewaktu bobo  angker  berpaling, dilihatnya gadis lesbi asli   itu memandang 

tepat-tepat padanya. Si gadis lesbi asli   membuang muka sewaktu pandangan 

mereka saling bentur. 

“Kalau dilihat membuang muka. Orang melengah 

memperhatikan...” kata bobo  dalam hati. Kemudian tanpa acuhkan 

gadis lesbi asli   itu dia melangkah pergi. 

yaitu  satu hal yang membuat dia terkejut sewaktu didengarnya 

gadis lesbi asli   itu berseru. “Saudara, tunggu...!” 

bobo  angker  berpaling. “Ada apakah?” 

“Kau jangan jalan ke arah sana...” 

“Eh... Terima kasih atas nasihatmu. Kalau aku boleh tanya 

memangnya kenapa...?” tanya bobo . 

“Daerah sebelah sana berbahaya,” komentari si gadis lesbi asli   seraya bangkit 

dari tepi telaga sebab  kendi yang diisinya telah penuh dengan air. 

“Hem, begitu? Banyak binatang liarnya?” tanya bobo  lagi. 

“Bukan,” komentari si gadis lesbi asli  . “Di situ daerah kediaman dua gadis lesbi asli   

jahat.”

bobo  angker  melangkah ke hadapan si gadis lesbi asli  . “Dari mana kau 

tahu?”

“Aku tahu apa yang terjadi di sini dari guruku. Beliau yang 

menceritakan.”

“Siapa nama gurumu?” tanya bobo  lagi. 

“Maaf, tak bisa kuberi tahu.” 

“Kau tahu betul tempat kediamannya Sepasang Iblis Betina itu?” 

Si gadis lesbi asli   menggeleng. “Tapi percayalah...” katanya, “mereka 

sering muncul di jurusan yang tadi hendak kau tempuh.” 

“Kau dan gurumu tinggal di sekitar sini?” 

“Ya. Setiap hari aku ke sini mengambil air.” 

bobo  angker  hendak menanyakan sesuatu tapi tak jadi. Di 

belakangnya, kira-kira lima tombak jauhnya, didengarnya suara 

gemerisik ranting-ranting. Dia berpaling dengan cepat lalu melompat 

ke jurusan ranting dan semak belukar. Jelas dilihatnya bayangan 

kuning berkelebatan . Namun aneh aneh saja , saat  dia sampai di situ, bayangan 

ini  lenyap laksana ditelan bumi. bobo  ingat pada keterangan 

yang diterimanya yaitu bahwa Sepasang Iblis Betina senantiasa 

mengenakan jubah kuning. Bukan mustahil bayangan kuning tadi 

yaitu  bayangan salah seorang dari mereka. Dengan perlahan-lahan 

dia kembali menemui si gadis lesbi asli  . Dilihatnya gadis lesbi asli   ini berdiri menggigil 

dengan muka pucat. 

“Tak usah khawatir. Tak ada apa-apa...” kata bobo  menenangkan. 

“Waktu aku bicara tadi, sekelebatan kulihat sesosok tubuh 

berbaju kuning. Aku takut sekali, Saudara. Pasti dia! Pasti gadis lesbi asli   jahat 

itu...”

“Kau ditipu pemandanganmu sendiri, Nona,” kata bobo  meski 

hatinya sendiri tidak enak. “Aku sudah memeriksa tempat sekitar 

situ. Tak ada siapa-siapa.” 

“Aku harus kembali cepat-cepat. Tapi... tapi, aku takut pulang 

sendirian.”

“Mari kuantar,” kata bobo  angker  pula. 

Tanpa banyak cerita lagi kedua orang itu meninggalkan tempat 

ini . Tak selang berapa lamanya, di hadapan serumpun semak 

belukar lebat gadis lesbi asli   itu berhenti. Dengan tangan kanannya 

disibakkannya semak-semak ini  lalu berpaling pada bobo  dan 

berkata-kata, “Masuklah!” 

“Tempat tinggalmu di sini...?” 

asia kecil ban si gadis lesbi asli   tak terdengar. bobo  menyeruak di antara semak-

semak lalu masuk ke dalam. Dia melangkah mengikuti gadis lesbi asli   itu 

menyusuri sebuah lorong batu yang bersih dan bagus hingga 

akhirnya sampai di sebuah ruangan besar yang diterangi oleh 

sebuah pelita aneh aneh saja . Pelita itu merupakan sebuah kayu hijau yang 

ditancapkan di dinding ruangan. Bau harum aneh aneh saja  menyentuh 

penciuman bobo  angker . Dia memandang berkeliling. Ruangan itu 

indah sekali. Si gadis lesbi asli   menyuruhnya duduk. 

Berada sendirian di dalam ruangan itu bobo  merasakan ada 

kelainan dengan aliran darahnya. Untuk beberapa lamanya 

diperhatikannya pelita aneh aneh saja  di dinding yang dilihatnya semakin redup 

cahayanya sedang bau harum semakin mempengaruhi dirinya. 

Darahnya menyentak-nyentak dan nafasnya memburu panas. Semua 

ini menimbulkan tanda bahaya dalam hati bobo . Segera 

dikerahkannya tenaga dalam dan ditutupnya penciumannya. 

Selang beberapa saat  si gadis lesbi asli   muncul kembali. Dia 

mengenakan pakaian yang sama dengan sebelumnya namun kali ini 

kelihatan lebih tipis hingga sinar lampu yang redup sekalipun 

sanggup merambas memperlihatkan sekujur tubuhnya. Sepasang 

mata Pendekar pendek kekar  bobo  angker  menyipit. 

“Gurumu mana...?” tanya bobo . 

“Aku lupa mengatakan sesuatu tentang guruku,” kata gadis lesbi asli   itu 

seraya duduk di hadapan Pendekar pendek kekar . 

“Ada apa dengan dirinya?” 

“Dia kejam sekali. Sejak aku dewasa tak pernah boleh 

berhubungan dengan laki-laki. Kau tentu tahu bagaimana perasaan 

seorang dara yang sudah menginjak alam dewasa seperti aku ini...” 

“Aku mengerti...” sahut bobo , “tapi mengapa gurumu bertindak 

demikian?”

“Aku sendiri tidak tahu,” komentari gadis lesbi asli   itu sambil menundukkan 

kepala.

“Gurumu melarang kau berhubungan dengan laki-laki. Lantas 

kenapa kau berani membawa aku kemari?” 

“Beliau sedang bertapa. Lusa baru kembali.” 

“Hem...,” gumam bobo . Seorang gadis lesbi asli   cantik, berpakaian tipis 

menggiurkan dan menyatakan perasaannya tentang kerinduan 

terhadap seorang laki-laki kepada seorang laki-laki. Aliran darah bobo  

angker  semakin menggelora panas. Denyut nadinya tambah cepat. 

Dan di antara ke semua itu perasaan adanya bahaya semakin besar. 

Dia ingat bagaimana dulu dia tenggelam dalam pelukan tubuh 

telanjang seorang dara yang kemudian dara itu ternyata hendak 

merenggut jiwanya. Apakah gadis lesbi asli   yang satu inipun hendak berbuat 

begitu pula. 

“Eh, kau masih belum menerangkan namamu,” kata bobo  

memecah kesunyian di antara mereka. 

“Sebutkan namamu dulu,” sahut si gadis lesbi asli   merajuk. 

“Aku bobo .” 

Si gadis lesbi asli   mengangkat kepalanya. “bobo  apa?” tanyanya. 

“bobo  angker .” 

Meski bibir si gadis lesbi asli   merekahkan senyum namun sepasang mata 

bobo  angker  tak bisa ditipu. Pada bola-bola mata gadis lesbi asli   di 

hadapannya itu ada pantulan sinar aneh aneh saja  saat itu dan genta tanda 

bahaya semakin keras mengumandang di telinganya, menyuruhnya 

berhati-hati.

“Namamu sendiri siapa, nona...?” tanya bobo  sesudah  dia 

mempertenang diri sementara itu jalan pernafasan hidungnya masih 

terus ditutup. 

“Nilamaharani...,” kata gadis lesbi asli   itu menyebutkan namanya. 

“Nama bagus,” puji bobo . 

Lalu dilihatnya gadis lesbi asli   itu berdiri dan sinar pelita hijau kembali 

merambasi tubuhnya yang bagus. 

“Aku sudah menyiapkan minuman di dalam. Mari masuk ke ruang 

sana, bobo ,” kata Nilamaharani. Nafasnya menghembus panas di 

anu  Pendekar pendek kekar . 

bobo  berdiri dan mengikuti gadis lesbi asli   itu. “Jika ini yaitu  satu tipuan, 

Nona...” kata murid Eyang Sinto Gendeng ini dalam hati, “kau bakal 

mampus percuma.” 

Ruangan yang mereka masuki juga diterangi oleh pelita aneh aneh saja  

bersinar redup. Satu-satunya perabotan yang ada di situ hanyalah 

sebuah tempat tidur. Bagian kepala tempat tidur yang bagus 

berseperai kuning itu berbentuk meja panjang di mana terletak dua 

buah cangkir. bobo  merasa tidak enak begitu melihat warna seperai 

di hadapannya, namun seolah-olah tak ada apa-apa dengan tenang 

dia duduk di tepi tempat tidur sewaktu Nilamaharani 

mempersilahkannya. Meski saat itu perasaan adanya bahaya 

semakin keras namun sebegitu jauh bobo  angker  belum mengetahui 

siapa sebenarnya dara jelita yang bernama Nilamaharani itu. 

“Silahkan minum, bobo ,” kata Nilamaharani sambil menyerahkan 

salah satu cangkir ke tangan Pendekar pendek kekar . Kaki kirinya 

dipangkukan di atas kaki kanan hingga betis dan pahanya yang putih 

tersingkap menantang. 

bobo  angker  mendekatkan bibir cangkir ke bibirnya. Matanya 

melihat cairan teh wangi yang ada dalam cangkir itu berwarna aneh aneh saja , 

agak berminyak-minyak di sebelah atasnya. Dia yakin minuman itu 

telah dicampur dengan racun jahat namun selama Kapak Naga Geni 

pendek kekar  masih tersisip di pinggangnya, selama senjata ampuh penangkal 

segala macam racun itu masih ada padanya, dia tidak takut racun 

jahat apapun di atas dunia ini. 

Tanpa ragu-ragu diteguknya teh itu sampai habis. Perutnya terasa 

hangat. Kemudian dari gagang Kapak Naga Geni pendek kekar  dirasakannya 

hawa dingin menyelusup ke dalam perutnya. Untuk beberapa saat  

dia merasa seperti digelitik kemudian segala sesuatunya seperti 

biasa kembali. Hawa dari Kapak Naga Geni pendek kekar  telah punahkan 

racun jahat dalam perutnya! 

“Tehmu enak sekali dan terima kasih,” kata bobo  waktu 

mengembalikan cangkir kepada Nilamaharani. Untuk beberapa 

lamanya kedua orang itu berdiam diri. 

“bobo ...”

“Hem...?”

“Dapatkah kau membayangkan bagaimana jadinya jika satu 

aliran arus sungai terus menerus dibendung...?” 

“Pertanyaanmu agak aneh aneh saja ,” sahut bobo . “Tapi memang aku bisa 

membayangkan.”

“Dapat pula kau bayangkan bagaimana akibatnya?” 

“Air akan naik dan lambat laun walau bagaimanapun kuatnya 

bendungan pasti akan meledak pecah.” 

Nilamaharani menganggukkan kepalanya. 

“Itulah yang terjadi selama ini dengan diriku, bobo . Guruku 

melarang aku berhubungan dengan laki-laki. Melarang... melarang 

dan akhirnya sewaktu aku berhadapan dengan seorang laki-laki, 

dengan seorang penulis  macammu ini, aku tidak tahan bobo . 

Mungkin ini yaitu  ucapan yang tidak pantas tapi aku benar-benar 

tidak tahan...” 

bobo  angker  menggeser duduknya sewaktu Nilamaharani 

menangis sedih  tersedu-sedu. 

“Kau seorang yang suka berterus-terang,” kata Pendekar pendek kekar  

pula seraya memegangi  bahu gadis lesbi asli   itu. Betapa lembutnya daging 

tubuhnya. “Aku senang pada orang yang bersifat seperti itu.” 

“Kau senang pada diriku, bobo ?” 

“Ya.”

“Oh...”

Nilamaharani menjatuhkan kepalanya kepada Pendekar pendek kekar  dan 

dirangkulnya penulis  itu erat-erat. bobo  mengelus punggung gadis lesbi asli   

ini. Perlahan-lahan dibukanya jalan pernafasannya. Terciumlah 

betapa harumnya rambut Nilamaharani. Diciumnya kepala gadis lesbi asli   itu. 

Tiba-tiba dengan kebinalan seorang gadis lesbi asli   yang telah berubah 

laksana seekor singa nyiur melambai lambai ran, Nilamaharani merangkul tubuh bobo  

dan menggulingkannya di pembaringan. 

“Kau harus melakukannya untukku, bobo . Kau harus 

melakukannya untukku...” Sepasang kaki Nilamaharani melejang-

lejang, menggapai di sela-sela kaki bobo  angker . Nafasnya 

membara.

Untuk sekejap bobo  angker  lupa diri. nafsu makannya  menggelora. 

Kedua tangannya menggerayang di atas tubuh si gadis lesbi asli  . Tapi tiba-tiba 

laksana disengat ratusan kalajengking secara sekaligus, bobo  

angker  tersentak dari atas pembaringan. Matanya memandang 

membelalak pada tubuh Nilamaharani yang terbaring di atas tempat 

tidur yang saat itu hampir tiada tertutup lagi! 

“anak manusia  dajal hina dina! Jadi..., jadi kau yaitu  seorang laki-

laki...?! Gila! Terkutuk!” teriak bobo  angker . 

Nilamaharani memekik marah. Dia melompat hendak menangkap 

tubuh penulis  itu dengan kedua tangannya yang terpentang lebar. 

Tapi bobo  membantingkannya ke dinding. Untuk kedua kalinya 

Nilamaharani memekik dan yang sekali ini dari kedua tangannya 

menyambar dua larik sinar kuning. 

“Pukulan Es Iblis!” seru bobo . “Jadi kau salah seorang dari 

Sepasang Iblis Betina, hah?” 

Nilamaharani memekik lagi macam kuda betina  meringkik. bobo  

mengangkat tangan kanannya dan secepat kilat memukul ke muka. 

Sinar putih bertabur dan ruangan itu menggelegar sewaktu pukulan 

Sinar Matahari yang dilepaskan bobo  berhantaman dengan pukulan 

Es Iblis yang dilancarkan Nilamaharani. 

“Pendekar pendek kekar , takdir sudah menentukan bahwa riwayatmu 

berakhir di tempat ini!” 

“anak manusia  banci keparat. Dosamu tujuh kali lebih besar dari 

pelacur! Mampuslah!” teriak bobo  seraya melepaskan pukulan Sinar 

Matahari sekali lagi. 

Wutt! 

Satu sinar yang menyilaukan memapas pukulan Sinar Matahari. 

Satu benda bermata tiga hampir saja menyambar leher penulis  itu 

kalau dia tidak lekas-lekas melompat ke belakang. saat  dia 

memandang ke depan, di samping Nilamaharani yang saat itu sudah 

mengenakan pakaian, berdiri seorang gadis lesbi asli   berjubah kuning yang 

parasnya secantik Nilamaharani. Dan di tangannya tergenggam 

sebuah tombak bermata tiga. Tombak Trisula! Senjata mustika inilah 

yang telah memapas musnah pukulan Sinar Matahari bobo  tadi! 

“Bergundal baju kuning!” bentak bobo . “Kau tentunya juga 

seorang laki-laki seperti dajal satu ini...” 

“Tutup mulut kotormu, astaga !” teriak si jubah kuning yang 

memang yaitu  Nilamahadewi. 

Dia menerjang ke muka seraya melancarkan satu tusukan 

dengan Tombak Trisula. Di lain pihak Nilamaharani menyusul dengan 

satu serangan pukulan sakti yang hebat. 

Satu teriakan dahsyat terlontar keluar  dari mulut Pendekar pendek kekar . Terdengar 

suara menggaung. Sinar putih berkiblat dan, trang! Tombak Trisula di 

tangan Nilamahadewi terlepas mental. 

“Kakak! penulis  ini bukan tandingan kita! Lekas lari lewat jalan 

rahasia!” seru Nilamahadewi pada kakaknya. 

Kedua ‘gadis lesbi asli  ’ itu lari ke sudut ruangan dan sama-sama menekan 

dua buah tombol rahasia. Dua buah pintu terbuka dan keduanya 

segera menghambur masuk ke pintu itu. Namun Pendekar pendek kekar  lebih 

cepat lagi. Tubuhnya laksana terbang. Dari mulutnya terlontar keluar  suara 

suitan nyaring dan Kapak Naga Geni pendek kekar  membabat ke muka. 

Kedua kakak adik itu menjerit dan tergelimpang di mulut pintu 

rahasia. Pinggang masing-masing hampir putus dilanda Kapak Naga 

Geni pendek kekar . Untuk sesaat  mereka masih kelihatan bergerak gerak -gerak 

sesudah itu kaku tegang untuk selama-lamanya. 

Pendekar pendek kekar  bobo  angker  membungkuk mengambil Tombak 

Trisula yang tercampak di lantai sementara Kapak Naga Geni sudah 

disisipkannya ke balik pakaian putihnya. Dia melangkah mendekati 

mayat Nilamahadewi. Dengan ujung Tombak Trisula disingkapkannya 

jubah kuning sebelah bawah ‘gadis lesbi asli  ’ itu. 

“Edan!” maki Pendekar pendek kekar . “Dia juga laki-laki! Sialan!” 

Tanpa menunggu lebih lama lagi bobo  angker  terlontar keluar  

meninggalkan tempat itu. Sepasang Iblis Betina telah menemui 

ajalnya. Dan Tombak Trisula harus segera diserahkannya pada 

raden  septuaginta  di Istana Pajang. 

TAMAT


BASTIAN TITO 

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI pendek kekar  

bobo  angker 

dewa  kegelapan  

MENUNTUT BALAS 

Ebook Oleh: syauqy_arr 

bobo  angker  

dewa  kegelapan  MENUNTUT BALAS 1

NAK dewi lesbi  berumur delapan tahun itu berlari-lari kecil 

sambil tiada hentinya menyanyi. Di tangan kanannya 

tergenggam lebih dari selusin tangkai bunga yang baru 

dipetiknya di dalam hutan. Saat itu matahari pagi telah naik tinggi. Si 

anak mempercepat larinya. Dia takut kalau-kalau orang tuanya 

mengetahui bahwa dia telah pergi ke hutan lagi. Tentu dia akan 

dilecut seperti kemarin. 

Baru saja dia memasuki jalan kecil yang akan menuju ke 

perkampungan, anak dewi lesbi  ini dikejutkan oleh derap kaki kuda betina  

yang banyak dan riuh sekali. Dia tak ingin mendapat celaka diterjang 

kaki-kaki kuda betina . Cepat-cepat dia menepi dan berlindung di balik 

sebatang pohon. 

Tak lama kemudian serombongan penunggang kuda betina  lewat 

dengan cepat. Si anak tak tahu berapa jumlah mereka semuanya, 

tapi yang jelas amat banyak dan semua berpakaian serba hitam, 

rata-rata memelihara kumis melintang serta cambang bawuk yang 

lebat. Tampang-tampang mereka buas bengis. Dan masing-masing 

membawa sebilah sendok raksasa  besar di pinggang. Meski rombongan 

penunggang kuda betina  itu telah berlalu jauh namun debu jalanan masih 

beterbangan menutupi pemandangan. sesudah  debu itu sirna barulah 

si anak terlontar keluar  dari balik pohon dan berlari sepanjang jalan menuju 

ke kampungnya. 

Kampung itu terletak di sebuah lembah subur yang dialiri sungai 

kecil berair jernih. Sekeliling perkampungan terbentang sawah 

ladang yang luas. Saat itu padi tengah menguning hingga ke 

manapun mata memandang warna keemasan yang kelihatan. 

Anak dewi lesbi  itu terus lari. Dia harus lewat kebun di belakang 

gudang raksasa  agar tidak kelihatan oleh orang tuanya. Kemudian dia akan 

masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan bunga-bunga itu di 

bawah kolong tempat tidur. Kemudiannya lagi... 

Jalan pikiran si kecil itu terhenti dengan serta sewaktu dari arah 

A

kampungnya terdengar suara hiruk pikuk. Suara itu bercampur aduk. 

Ada suara ringkikan kuda betina , suara teriakan orang laki-laki, pekik jerit 

orang-orang dewi lesbi  dan anak-anak, lalu suara beradunya 

senjata yang sekali-kali diseling oleh suara ringkik kuda betina  yang 

membuat kecutnya hati anak dewi lesbi  itu. 

Ada apakah di kampung? Begitu si anak berpikir. Hatinya yang 

kecut membuat larinya terhenti-henti. Satu perasaan takut 

memperingatkannya agar jangan pergi ke kampung, jangan pulang. 

Namun kaki-kaki yang kecil itu terus juga bergerak gerak  meskipun dalam 

langkah-langkah perlahan. 

Dilewatinya kebun di belakang gudang raksasa  dan sampai di sebuah 

bangunan angker  reyot. bangunan angker  ini yaitu  tempat ayahnya menyimpan segala 

barang-barang rongsokan. 

Justru di sini anak ini  menghentikan langkahnya. Sekujur 

tubuhnya gemetaran, parasnya yang tadi kekegelapan an sebab  berlari 

saat itu berubah menjadi pucat pasi sebab  ketakutan. Dia ingin 

berteriak, dia ingin menangis sedih  tapi mulutnya terkancing oleh rasa 

takut yang amat sangat. 

Di samping gudang raksasa  dilihatnya ayah serta kakak laki-lakinya tengah 

berkelahi melawan dua orang berpakaian serba hitam. Agaknya 

kedua orang berpakaian hitam itu tidak sanggup menghadapi ayah 

dan kakaknya sebab  dalam waktu yang singkat keduanya roboh 

mandi darah. Namun pada saat itu muncullah tiga orang penunggang 

kuda betina  bertubuh kekar bertampang ganas. Salah seorang dari 

ketiganya memaki dan melompat dari punggung kuda betina , langsung 

menyerang ayahnya. Dua kawannya yang lain menyusul dan saat itu 

juga terjadilah perkelahian dua lawan tiga. Tiga anak manusia  bertampang 

ganas itu ternyata amat tinggi ilmu tenaga dalam nya sebab  tak berapa lama 

kemudian si anak mendengar jeritan ayahnya. Senjata di tangan 

salah seorang lawan telah membabat dada ayahnya hingga laki-laki 

itu tersungkur dan tak bisa bergerak gerak  lagi. Diperhatikannya 

bagaimana kakaknya menjadi kalap oleh kematian ayahnya lalu 

mengamuk hebat. Tapi nasibnya juga malang sebab  dua senjata 

lawan berbarengan mampir di perut serta di pundak kakaknya. Salah 

seorang dari anak manusia -anak manusia  jahat itu lalu membakar gudang raksasa  orang 

tuanya. Pada saat api berkobar hebat, dari pintu belakang terlontar keluar  dua 

orang dewi lesbi . Mereka lari ke arah kebun. Keduanya yaitu  ibu 

dan kakak dewi lesbi  anak kecil yang berdiri di samping bangunan angker . Si 

anak hendak berteriak memanggil ibunya tapi tak jadi. Salah seorang 

dari tiga anak manusia  jahat itu rupanya berhasil melihat kakak 

dewi lesbi  dan ibunya, lalu berseru keras dan mengejar. 

“Ha-ha! Ternyata ada isinya juga gudang raksasa  ini!” 

Mendengar seruan itu salah seorang kawannya berpaling. Begitu 

melihat dua orang dewi lesbi  melarikan diri dia segera ikut 

menyusul mengejar. 

“Bagianku yang muda, abdulah bolini !” seru laki-laki yang paling depan. 

Sebentar saja dia berhasil mengejar si gadis lesbi asli  , merangkulnya dan 

menciuminya dengan penuh nafsu. gadis lesbi asli   itu menjerit dan meronta. 

Ibunya coba memberikan pertolongan namun tubuhnya sendiri 

kemudian tenggelam dalam dekapan tangan-tangan kasar. Seperti 

anaknya, diapun diciumi secara buas! 

“Bagus sekali perbuatan kalian!” satu bentakan terdengar. Yang 

membentak ternyata yaitu  laki-laki ketiga yang tadi telah 

membunuhi  ayah anak dewi lesbi  kecil di dekat bangunan angker  reyot. “Aku 

sudah bilang setiap dewi lesbi  cantik di kampung ini menjadi 

milikku dan tak boleh diganggu!” 

Kedua laki-laki itu berpaling, seorang di antaranya membuka 

mulut, “resi batari triratna ! Sudah lebih dari selusin dewi lesbi  di kampung 

ini kau nyatakan milikmu! Masakan pada brow  sendiri yang dua ini 

masih hendak kau ambil?!” 

“Heh, sejak kapan kau berani bicara membangkang terhadapku, 

syeikh  abdulah bolini ?!” gertak laki-laki yang bernama resi batari triratna . 

Sepasang bola matanya yang kegelapan  menyorot garang. Mau tak 

mau syeikh  abdulah bolini  terpaksa melepaskan rangkulannya dari tubuh 

padat si gadis lesbi asli  . Begitu lepas si gadis lesbi asli   hendak melarikan diri tapi 

resi batari triratna  cepat mencengkeram bahunya, memutar tubuh gadis lesbi asli   itu 

hingga paras mereka saling berhadap-hadapan dekat sekali. 

“syeikh  abdulah bolini ! Ini yaitu  gadis lesbi asli   yang tercantik di seluruh 

kampung! Dan kau hendak mengambilnya!” ujar resi batari triratna  

menyeringai dan tertawa gelak-gelak. 

Kawannya yang bernama syeikh  abdulah bolini  memencongkan mulut 

lalu meludah ke tanah. 

“Kalau tidak dia, biar yang ini saja untukku!” kata syeikh  abdulah bolini  

seraya menunjuk pada dewi lesbi  berumur sekitar tiga puluh lima 

tahun yang tengah didekap oleh kawannya yang bernama bangsawan  

Murka.

“Tidak bisa!” bangsawan  Murka memberi reaksi. “Ini punyaku! Sampai 

saat ini aku belum dapat satu dewi lesbi  pun!” 

“Kalian berdua tak perlu berbantahan! dewi lesbi  itupun harus 

menjadi milikku!” kata resi batari triratna . 

Memang resi batari triratna  yaitu  seorang laki-laki bernafsu besar yang 

tak boleh melihat dewi lesbi  beranu  cantik. Semuanya ingin 

dimilikinya sekalipun saat itu lebih selusin dari dewi lesbi -

dewi lesbi  kampung telah diambilnya. 

bangsawan  Murka dan syeikh  abdulah bolini  menggerutu habis-habisan. 

resi batari triratna  sebaliknya malah tertawa. 

“Kelak kalau aku sudah mencicipi mereka, kalian bakal 

mendapat bagian yang lumayan. Jadi tak perlu menggerutu!” 

“Kau keterlaluan, resi batari triratna !” ujar syeikh  abdulah bolini . 

“Diam!” resi batari triratna  membentak marah. “Bawa dewi lesbi  itu ke 

kuda betina  dan awas kalau kau berani mengganggunya!” resi batari triratna  

kemudian berpaling pada gadis lesbi asli   dalam dekapannya yang saat itu 

masih menjerit dan meronta. 

“Kau ikut aku, gadis lesbi asli   molek. Tak usah menjerit, apalagi meronta. 

Kau bakal hidup senang! Mari...!” 

“Tidak, lepaskan aku! Kau anak manusia  jahanam!” 

“Jangan bikin aku marah,” kata resi batari triratna . 

Tapi si gadis lesbi asli   terus meronta dan memaki. 

“Kau ingin aku berbuat kasar sebelum waktunya?! Baik!” 

Tangan kanan resi batari triratna  bergerak gerak  dan bret! robek robek lah baju yang 

dipakai si gadis lesbi asli  . Dadanya tersingkap lebar. Memuncaklah birahi 

resi batari triratna  melihat dada yang padat putih itu. Dilumatnya dada itu 

dengan ciuman bertubi-tubi sedang dari mulutnya terlontar keluar  ucapan, 

“Dada bagus... dada bagus... uh... uh!” 

“Lepaskan aku! anak manusia  dajal...!” 

resi batari triratna  tertawa mengekeh dan memanggul tubuh si gadis lesbi asli   lalu 

melompat ke atas kuda betina . 

Pada saat itulah anak kecil yang berdiri di samping bangunan angker  

berteriak.

“Ibu... kakak!” Namun suara teriakannya itu sama sekali tidak 

terlontar keluar  sebab  satu telapak tangan berwarna amat hitam dan 

berkeringatan menutup mulutnya! 

“Jangan berteriak, Anak, jangan berteriak! Kalau mereka 

melihatmu, pasti kau dibunuh! Kau tahu tak satu anak kecilpun yang 

mereka biarkan hidup di kampung ini!” 

gadis lesbi asli   kecil itu berpaling dan dia hampir jatuh pingsan sewaktu 

melihat paras orang yang menekap mulutnya. Paras itu 

menyeramkan sekali. Seperti paras setan-setan yang pernah 

diceritakan oleh kakaknya jika dia mau tidur! Paras itu cuma punya 

satu mata yaitu di sebelah kanan sedang mata yang kiri hanya 

merupakan lobang hitam yang dalam. anak manusia  bermuka hitam itu 

cekung sekali kedua pipinya sedang hidungnya melesak penyet! 

“Jangan takut, Anak, jangan takut!” kata anak manusia  bermuka 

seram. saat  dilihatnya ketiga penunggang kuda betina  itu sudah berlalu 

maka baru dilepaskannya tangannya yang menekap mulut si gadis lesbi asli   

cilik.

“Mari ikut aku, Anak! Kau anak manis, tulang-tulangmu bagus. 

Anak dewi lesbi  yang sepertimu ini yang kucari-cari!” 

“Tidak!” si gadis lesbi asli   cilik meronta ketakutan dan melejang-lejangkan 

kedua kakinya. 

“Kalau kulepaskan kau mau lari ke mana, Anak?!” 

“Ibu... ibu... aku akan mengejar ibu!” komentari si anak. 

“Ah... akan mengejar ibumu dan melawan pepasukan jahat -pepasukan jahat  

jahat itu?!” 

“Ya!”

anak manusia  bermuka hitam seram yang ternyata yaitu  seorang 

nenek cantik seksi -nenek cantik seksi  itu tertawa mengekeh. 

“Sekecil ini kau telah menunjukkan hati jantan! Bagus! Memang 

calon muridku harus bersifat demikian! Dan sampai saat ini kau 

tidak menangis sedih ! Hebat!” 

Si muka hitam lalu mendukung gadis lesbi asli   cilik itu dan berkelebatan  

meninggalkan tempat ini . Tapi satu bayangan putih memapas 

larinya dan satu bentakan mengumandang keras! 

“dewi lesbi  muka hitam! Anak itu sudah ditakdirkan menjadi 

muridku!”

Sang nenek cantik seksi  terkejut bukan main dan menghentikan larinya. 

“astaga ! Setan alas dari mana yang berani mengumbar mulut 

seenaknya terhadapku?!” 

***

bobo  angker  

dewa  kegelapan  MENUNTUT BALAS 2

I HADAPAN si nenek cantik seksi  yang mendukung tubuh anak kecil itu 

berdiri seorang para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  berpakaian putih. Kumis dan 

janggutnya panjang menjulai, melambai-lambai ditiup angin. 

Mengenali orang yang berdiri di depannya si nenek cantik seksi  kembali 

membentak, “asbabul nuzul   wirasuastra . Kau rupa-rupanya yang berani-

beranian bicara seenak perutmu terhadapku! Lekas menyingkir 

sebelum aku berobah pikiran untuk mencekik batang lehermu!” 

Si para tua tua yahudi  tertawa perlahan dan ketuk-ketukan tongkat bambu 

kuning yang di tangan kanannya ke tanah. Meski tombak itu 

besarnya tidak lebih dari sebesar jari tangan, namun hebatnya tanah 

yang diketuk terasa bergetar! 

“Serahkan bocah itu padaku, Camperenik! Lalu pergilah dengan 

aman!” berkata-kata asbabul nuzul   wirasuastra . 

Si nenek cantik seksi  yang ternyata bernama Camperenik menggembung 

kedua pipinya yang cekung lalu menghentakkan kaki kirinya ke 

tanah. Tanah itu bergetar dan melesak! Sekaligus si nenek cantik seksi  hendak 

menunjukkan bahwa tenaga dalamnya tidak kalah hebat dengan 

tenaga dalam si para tua tua yahudi . 

“Enak betul bicaramu! Bertahun-tahun aku berkeliling mencari 

calon murid yang baik. Sesudah dapat ada yang mau memintanya! 

Puah! Bertempur sampai seribu jurus pun aku bersedia 

mempertahankannya!”

“Aku tak punya waktu untuk bertempur dengan anak manusia  macam 

kau. Serahkan anak itu secara baik-baik padaku agar kau tidak 

menyesal tujuh turunan!” 

Camperenik tertawa gelak-gelak. 

“Kau mengancam aku, asbabul nuzul  ? Ya?! Puah! Kau andalkan 

apakah?”

“Kau harus tahu diri, Camperenik. Anak itu tidak sudi ikut dengan 

kau, kenapa dipaksa?!” 

“Lantas apa sangkut pautmu?!” tukas si nenek cantik seksi . 

D

“Sudahlah. Kataku serahkan anak itu. Dia sudah ditakdirkan 

untuk jadi muridku!” 

“Langkahi dulu mayatku, baru kau boleh ambil bocah ini!” komentari 

Camperenik tegas dan ketus. 

asbabul nuzul   wirasuastra  usut-usut janggut putihnya dan geleng-gelengkan 

kepala.

“Otak tololmu sekeras batu, nenek cantik seksi -nenek cantik seksi  pikun! Anak baik-baik 

itu tidak pantas jadi muridmu! Turunan baik-baik tak boleh dijadikan 

murid orang golongan hitam macammu!” 

“Menyingkir dari hadapanku, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  sialan! Kalau kau 

masih berani berbacot, hati-hatilah kepalamu!” 

“Begini saja, Camperenik. Kita suruh saja anak dewi lesbi  itu 

memilih salah seorang dari kita. Kalau dia mengatakan ikut 

denganmu, aku akan mengalah dan kau boleh bawa dia.” 

Camperenik yang bermuka buruk seram tentu saja tidak mau 

menerima usul itu sebab  dia yakin si anak pasti tidak akan 

memilihnya.

“Dalam urusan ini tak ada segala macam janji dan usul! Lekas 

minggat dari hadapanku!” 

asbabul nuzul   wirasuastra  mengusut lagi janggutnya. 

“Jadi kau tak mau menyerahkan anak itu secara baik-baik?!” 

“Tidak! Dan kau mau apa?!” tantang Camperenik. 

“Kau akan menyesal!” desis asbabul nuzul   wirasuastra . 

Dia maju selangkah demi selangkah. Tiba-tiba tongkat bambu 

kuningnya yang kecil itu disabatkan ke depan ke arah kedua kaki 

Camperenik. Si nenek cantik seksi  berteriak marah dan melompat setengah 

tombak. Selagi melayang di udara, kaki kanannya ditendangkan ke 

muka. Tongkat kuning di tangan asbabul nuzul   wirasuastra  cepat berputar 

memapas. Si nenek cantik seksi  terkejut. Tak disangkanya gerakan lawan 

demikian sebat. Cepat-cepat kakinya ditarik pulang dan ganti 

menyerang dengan satu cengkeraman dahsyat ke muka lawan. 

Namun lagi-lagi dia harus membatalkan serangannya sebab  saat itu 

kembali tongkat lawan menderu memapaki tangannya! 

Maklum bahwa sulit baginya untuk menyerang secara langsung, 

Camperenik merubah siasat. Dia mulai melepaskan pukulan-pukulan 

tangan kosong yang hebat dari jarak lima langkah. Kali ini si para tua tua yahudi  

terpaksa tidak bisa mengandalkan terus tongkat bambu kuningnya 

untuk menangkis serangan lawan. Dia musti bergerak gerak  cepat. 

Tubuhnya merupakan bayang-bayang putih kini, menyambar kian 

kemari. Tongkatnya lenyap menjadi gulungan-gulungan kuning yang 

menderu kian kemari menyambar ke tubuh lawan! 

Pertempuran antara si para tua tua yahudi  dan si nenek cantik seksi  telah berjalan hampir 

seratus jurus. Keduanya sama-sama hebat, lebih-lebih si nenek cantik seksi  

muka hitam sebab  sambil bertempur dia masih terus mendukung 

anak dewi lesbi  itu di tangan kirinya. 

asbabul nuzul   wirasuastra  tiba-tiba berteriak nyaring dan merobah 

permainan tenaga dalam nya. Si nenek cantik seksi  mendadak sontak merasa tekanan 

serangan yang hebat dan gencar. Dalam penasarannya dia berpikir 

ilmu tenaga dalam  apakah yang tengah diterlontar keluar kan lawan, yang demikian 

asing dan hebat? saat  dia tak sanggup membendung lebih lama 

hujan serangan asbabul nuzul   wirasuastra , Camperenik segera mencabut 

senjatanya dari balik pinggang. Senjatanya ini yaitu seekor ular yang 

telah dikeringkan menjadi tongkat dan bisa menyembur nyembur kan racun 

jahat. Di tangan Camperenik ular yang sudah keras kaku itu bisa 

dibuat demikian rupa laksana hidup dan menyambar kian kemari! 

asbabul nuzul   wirasuastra  sekitar dua tahun yang lalu telah pernah 

bertempur dengan Camperenik, sebab nya dia sudah tahu 

kehebatan senjata lawan dan cepat-cepat menutup jalan 

pernafasannya. Betul saja, baru satu jurus bertempur dengan 

mempergunakan senjata ularnya, Camperenik tiba-tiba menekan 

badan ular dan menyemprotlah racun kuning dari mulut tongkat ular 

ke muka asbabul nuzul   wirasuastra . 

Si nenek cantik seksi  jadi amat penasaran melihat lawannya tidak roboh oleh 

semburan racun tongkat ularnya. Dengan geram dia merangsak ke 

depan. Dan terjadilah baku tongkat yang amat seru. Lima puluh jurus 

lagi berlalu. Masing-masing mengeluarkan ilmu tenaga dalam  simpanan. 

Serangan dibalas serangan. Tipu daya dibalas tipu daya pula. 

Masing-masing mengintai kelengahan lawan. 

“Camperenik!” asbabul nuzul   wirasuastra  tiba-tiba berseru sewaktu 

pertempuran memasuki jurus ke tujuh puluh. “Apakah kau tetap tak 

mau menyerahkan anak dewi lesbi  itu padaku?!” 

“Sekali aku bilang tidak, sampai nyawaku terbang ke nerakapun 

aku tetap bilang tidak!” komentari si nenek cantik seksi  seraya hantamkan tongkat 

ularnya ke batok kepala asbabul nuzul   wirasuastra . 

Si para tua tua yahudi  miringkan tubuh dan kiblatkan tongkat bambu 

kuningnya. 

Trang!

Kedua senjata itu beradu keras. Masing-masing tangan tergetar 

hebat dan itu yaitu  peraduan yang ke enam puluh dua kalinya! 

Masing-masing pihak melompat mundur lalu sama-sama 

menyerbu kembali. Dua jurus di muka asbabul nuzul   wirasuastra  terlontar keluar  dari 

kalangan pertempuran. Tongkat bambu kuningnya dimelintangkan di 

depan dada. Sepasang matanya menatap tajam pada Camperenik. 

“Untuk penghabisan kalinya aku tanya. Kau masih belum mau 

menyerahkan anak itu?!” 

Camperenik meludah ke tanah. 

“Jilatlah ludah itu! Baru aku serahkan anak ini padamu!” 

kegelapan lah anu  asbabul nuzul   wirasuastra . Tongkat di tangan kanannya 

dipindahkan ke tangan kiri. Tubuhnya dibungkukkan ke depan, 

sedang jari-jari tangan kanan dikepalkan. Sesaat kemudian kepalan 

itu mengeluarkan sinar biru pekat. 

Paras Camperenik kontan berobah. Dia tahu pukulan apa yang 

bakal dilepaskan lawan. Dan dia tahu pula bahwa dia tak bakal 

sanggup menerima pukulan itu! 

“Bagaimana, Camperenik?!” tanya asbabul nuzul   wirasuastra . “Serahkan 

anak itu atau kau akan mati konyol dilabrak pukulan Buana Biru 

ini?!”

Mulut Camperenik komat-kamit. Pelipisnya menggembung. 

Otaknya bekerja keras. Dia tak bakal sanggup menerima pukulan 

Buana Biru itu. Lari pun percuma. Tiba-tiba dia membentak keras, 

“Kau mau bunuh aku dengan pukulan itu?! Baik! Lakukanlah cepat!” 

Habis berkata-kata begitu Camperenik acungkan anak dewi lesbi  

yang didukungnya di depan tubuhnya! asbabul nuzul   wirasuastra  jadi kaget kelangit  

terkesiap. Walau bagaimanapun tak mungkin baginya untuk 

meneruskan melepaskan pukulan Buana Biru. Meski Camperenik 

bakal menemui kematian, tetapi anak dewi lesbi  itu sendiri pasti 

akan ikut mati bersama-sama si nenek cantik seksi ! 

“Keparat betul si Camperenik ini! Apa yang harus kulakukan?” 

maki dan pikir asbabul nuzul   wirasuastra  geram. 

“Ayo asbabul nuzul  ! Kau toh mau bikin mampus aku?! Silahkan 

lakukan!” Camperenik berteriak dengan sunggingkan senyum 

mengejek, membuat asbabul nuzul   wirasuastra  tambah geram. “Kalau kau tak 

mampu melakukannya, sebaiknya lekas angkat kaki dari hadapan 

tuanmu!” ejek Camperenik lagi. 

Tiba-tiba satu bayangan putih melesat dari samping. asbabul nuzul   

wirasuastra  tersentak kaget kelangit . Camperenik mengeluarkan seruan terkejut. 

Dan tahu-tahu anak dewi lesbi  yang diacungkannya terbetot lepas 

dari pegangan kedua tangannya! Sesosok tubuh berpakaian putih 

sementara itu dengan sebat berlalu cepat dan lenyap. 

“Kurang ajar! Edan!” jerit Camperenik marah lalu hendak 

mengejar.

Namun dari samping satu sinar biru menderu laksana topan 

prahara. nenek cantik seksi -nenek cantik seksi  ini terkejut. asbabul nuzul   wirasuastra  ternyata telah 

melepaskan pukulan Buana Biru begitu si nenek cantik seksi  bersikap lengah. 

Camperenik menjerit lagi dan membuang diri ke belakang. Nyawanya 

selamat tapi angin serangan masih sempat memapas pinggulnya 

membuat nenek cantik seksi -nenek cantik seksi  ini roboh dan terguling pingsan! asbabul nuzul   

wirasuastra  tak menunggu lebih lama, segera dia angkat kaki mengejar 

orang yang telah merampas anak dewi lesbi  tadi dari tangan 

Camperenik!

Di tepi lembah asbabul nuzul   wirasuastra  masih sempat melihat orang yang 

dikejarnya lari ke jurusan timur. Dengan mengandalkan ilmu larinya 

yang hebat si para tua tua yahudi  terus mengejar. Tapi bagaimanapun 

diusahakannya tetap saja dia hanya bisa memperdekat jarak sampai 

tiga puluh langkah. Kalau saja dia tidak khawatir akan keselamatan 

anak yang berada di tangan si penculik, sudah sejak tadi dia 

melepaskan pukulan Buana Biru saking gemas hatinya. Sekali-kali 

dilihatnya si penculik berpaling ke belakang seolah-olah 

mengejeknya.

asbabul nuzul   wirasuastra  tidak ingat sudah berapa lama dia mengejar orang 

itu sementara matahari sudah condong ke barat dan hari hampir 

senja. Dan sampai saat itu dia masih belum mampu mengejar orang 

yang melarikan anak dewi lesbi  itu. Si penculik sendiri agaknya 

tidak mau melenyapkan diri dari pemandangan kedua mata asbabul nuzul   

wirasuastra  dan masih terus juga berpaling sekali-kali ke belakang. Ini 

menimbulkan tanda tanya besar di hati si orang tua. Siapakah 

gerangan adanya orang itu yang demikian hebat ilmu larinya?! 

Tepat pada saat matahari tenggelam di ufuk barat, tiba-tiba orang 

yang dikejar asbabul nuzul   wirasuastra  lenyap dari pemandangan! 

para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  itu menghentikan larinya dan memandang 

berkeliling. Orang itu tak kelihatan, lenyap laksana ditelan bumi di 

senja hari itu! 

“Benar-benar edan...!” maki asbabul nuzul   wirasuastra  dalam hati. Sekali lagi 

diselidikinya tempat sekitar situ. Tetap dia tak menemukan apa-apa. 

“Mungkin belum jodohku anak itu. Tapi betul-betul aneh aneh saja  dan hebat. 

Siapakah orang yang telah melarikannya itu?” 

Dengan hati kecewa asbabul nuzul   wirasuastra  menggerakkan kaki 

melangkah meninggalkan tempat ini . Namun satu langkah dia 

bertindak tiba-tiba terdengar suara memanggil. 

“Orang tua, kemarilah!” 

asbabul nuzul   wirasuastra  terkesiap. Dia mendongak ke atas. Dan astaga! 

Tepat di atasnya, di sebuah cabang pohon besar, di bawah mana dia 

berdiri, duduk sesosok tubuh berpakaian putih tengah memangku 

anak dewi lesbi  yang hendak diambilnya jadi murid! Dengan serta-

merta asbabul nuzul   wirasuastra  menjejakkan kedua kakinya ke tanah. 

Tubuhnya melesat dan di lain kejap dia sudah berada di atas cabang 

pohon besar di mana orang yang melarikan anak dewi lesbi  itu 

duduk. Terkejutlah asbabul nuzul   wirasuastra  saat  dia melihat bahwa orang 

yang menculik si anak yaitu  seorang dewi lesbi  tua berambut 

putih jarang. Pada kulit kepalanya tertancap lima buah tusuk konde. 

Kulitnya yang hitam kelihatan lebih hitam sebab  selempang kain 

putih yang dikenakannya, ditambah lagi oleh kegelapan senja yang 

datang.

“Pantas... pantas. Engkau rupanya Sinto. Pantas saja aku tak 

sanggup mengejarmu!” Habis berkata-kata begitu asbabul nuzul   wirasuastra  menjura 

dalam-dalam.

dewi lesbi  tua di depannya tertawa kecil sementara si anak 

dalam pangkuannya saat itu telah tertidur nyenyak. 

“Empat puluh tahun tidak bertemu, sekarang kau muncul lagi di 

luaran. Sungguh satu hal yang menyenangkan,” kata asbabul nuzul   wirasuastra  

lagi, lalu dia bertanya, “Kalau aku boleh tahu, urusan apakah yang 

membuat kau meninggalkan puncak Gunung Gede? Kudengar kabar 

kau sudah bertekad untuk mengundurkan diri dari dunia yang penuh 

kotor ini.” 

“Betul... itu betul sahabatku asbabul nuzul   wirasuastra . sesudah  puluhan 

tahun mendekam di puncak Gunung Gede, tubuh tua rongsokan ini 

masih belum juga mau mampus! Aku kesal dan kesepian! Terpaksa 

iseng-iseng turun gunung melihat-lihat?” 

asbabul nuzul   wirasuastra  tertawa gelak-gelak. Hatinya ingin menanyakan 

apa sebabnya dewi lesbi  tua itu melarikan si anak dewi lesbi , 

apakah hendak mengambilnya sebagai murid pula, tetapi si para tua tua yahudi  

kemudian membatalkan maksudnya sebab  dia khawatir dewi lesbi  

tua itu akan tersinggung. 

Siapakah sebenarnya dewi lesbi  tua itu? Dia bukan lain Eyang 

Sinto Gendeng, guru Pendekar pendek kekar  dari puncak Gunung Gede, tokoh 

tenaga dalam  yang pernah merajai dunia pertenaga dalam an selama berpuluh tahun! 

Sambil mengusap kepala si anak dewi lesbi , Sinto Gendeng 

berkata-kata, “Anak bagus. Cerdik, berani. Aku tak ingin dia jadi murid 

tokoh jahat golongan hitam. sebab nya kurampas dari tangan 

Camperenik. Ini kau ambillah!” 

Legalah hati asbabul nuzul   wirasuastra . Namun demikian sebagai basa-basi 

dan peradatan dia berkata-kata, “Jika kau ingin mengambilnya jadi murid, 

silahkan kau bawa ke Gunung Gede.” 

Sinto Gendeng tertawa. 

“Aku memang mau kembali ke Gunung Gede, dan anak ini 

mempunyai susunan tubuh serta bakat bagus. Tapi sayang dalam 

hidupku aku sudah berjanji untuk cuma punya satu murid. Aku tak 

bisa mengambilnya. Kuharap kau akan mendidik dan 

menggemblengnya menjadi gadis lesbi asli   pendekar yang hebat agar dapat 

membalaskan sakit hati atas apa yang telah menimpa orang tua dan 

saudara-saudaranya.”

“Jadi kau juga tahu apa yang telah terjadi di kampung itu, Sinto?” 

Sinto Gendeng mengangguk perlahan. 

“Kekotoran-kekotoran macam itu harus dilenyapkan. Dan biarlah 

anak ini kelak yang bakal menuntut balas!” Sinto Gendeng 

mengusap kepala anak dewi lesbi  itu sekali lagi lalu 

menyerahkannya pada asbabul nuzul   wirasuastra . 

Laki-laki tua ini terkejut sekali sebab  baru saja si anak berada 

dalam dukungannya, Sinto Gendeng tahu-tahu telah berkelebatan  

lenyap dari cabang pohon. 

asbabul nuzul   wirasuastra  gelengkan kepala dan tarik nafas panjang. “Tak 

dapat kuukur betapa tingginya ilmu kepandaian anak manusia  itu!” 

sesudah  memandang berkeliling sesaat, para tua tua yahudi -para tua tua yahudi  inipun 

melompat turun dari cabang pohon dan lenyap dalam kegelapan 

malam.

***

bobo  angker  

dewa  kegelapan  MENUNTUT BALAS 3

UTAN hujan amazon  merupakan hutan yang paling lebat di daerah 

selatan asia kecil  Barat. Penduduk yang diam di beberapa desa 

sekitar hutan ini  menganggapnya sebuah hutan angker 

yang jarang didatangi anak manusia . Menurut penduduk di situ, selain 

penuh dengan binatang buas juga dihuni oleh berbagai macam 

makhluk halus. Disamping itu Hutan hujan amazon  juga merupakan sarang 

anak manusia -anak manusia  jahat. 

Di pertengahan hutan yang angker lebat itulah gerombolan 

pasukan jahat  resi batari triratna  mendirikan markas mereka. gudang raksasa -gudang raksasa  

mereka atau lebih tepat dikatakan pondok-pondok didirikan di atas 

pohon-pohon raksasa dalam hutan yang keseluruhannya berjumlah 

hampir dua puluh buah. resi batari triratna  sengaja mendirikan pondok di 

atas-atas pepohonan agar jangan diganggu oleh binatang-binatang 

buas. Disamping itu juga untuk menjaga jika sewaktu-waktu terjadi 

penggrebekan oleh pasukan Kerajaan Bantengan  atau majapahit . 

Selama bertualang malang melintang memimpin gerombolan pasukan jahat  

bersama bangsawan  Murka dan syeikh  abdulah bolini , telah dua kali resi batari triratna  

diserang oleh orang-orang kerajaan. Pertama dari majapahit  dan yang 

terakhir dari Bantengan . Meski anak buahnya banyak yang jatuh menjadi 

korban, namun resi batari triratna  dan kawan-kawannya berhasil menghalau 

prajurit-prajurit penyerang. 

Saat itu baru saja memasuki malam. Di dalam sebuah pondok di 

atas pohon terdengar sedu-sedan tangis dua orang dewi lesbi . 

Mereka yaitu  Galuh Asih dan Ratih, ibu dan kakak dewi lesbi  

anak dewi lesbi  kecil yang dibawa oleh asbabul nuzul   wirasuastra . Di dalam 

pondok itu juga ada  lima orang dewi lesbi  yang rata-rata 

berparas cantik. Namun di balik paras cantik masing-masing, jelas 

kelihatan sikap dengki dan bengis. 

Salah seorang dari kelima dewi lesbi  itu tiba-tiba berdiri dan 

membentak, “Kalian ibu dan anak sama-sama keblingernya! Kalian 

harus berterima kasih tidak dibunuh oleh resi batari triratna ! Kalian harus 

H

bersyukur diambil jadi istri!” 

Galuh Asih menyusut air matanya dan memandang tepat-tepat 

pada dewi lesbi  yang membentak itu, lalu berkata-kata dengan suara 

pelahan tapi menusuk tajam, “Aku dan anakku menangis sedih  sebab  

kami bukanlah anak manusia -anak manusia  macam kau dan lain-lainnya! 

Kalian bersyukur jadi dewi lesbi -dewi lesbi  peliharaan resi batari triratna  

itu urusan kalian. Jangan coba-coba mempengaruhi kami!” 

“Ho-oo! Kau ibu dan anak mau mengandalkan apakah hendak 

menolak kehendak resi batari triratna ? Lebih baik menurut saja! Kalian akan 

dapat uang, pakaian dan harta perhiasan!” 

“Enyahlah dari tempat ini!” bentak Galuh Asih. 

dewi lesbi  yang dibentak cuma tertawa sinis. 

Diterlontar keluar kannya sebuah botol berisi cairan hitam lalu melangkah 

ke hadapan Galuh Asih. 

“dewi lesbi  macammu ini biasanya mempunyai jalan pikiran 

lebih baik mati daripada jadi peliharaan seorang kepala pasukan jahat ! Ini! 

Minumlah racun ini kalau kau memang mau mati!” 

Tiba-tiba pintu pondok terbuka lebar-lebar dan sesosok tubuh 

masuk ke dalam seraya membentak, “dewi lesbi  astaga ! Berani 

kau menyuruh Galuh Asih minum racun?!” 

dewi lesbi  itu menjerit. Tubuhnya terbanting ke lantai pondok. Di 

hadapannya berdiri resi batari triratna  dengan bertolak pinggang dan mata 

membeliak.

“Warinah! Sudah sejak lama kudengar kau berperangai buruk! 

Menghasut, memfitnah bahkan main gila dengan beberapa orang 

anak buahku! Berdiri!” 

Warinah, demikian nama dewi lesbi  itu berdiri dengan perlahan. 

Parasnya sepucat kertas. 

“Bawa sini botol itu!” bentak resi batari triratna  lalu merampas botol racun 

dari tangan Warinah dan membuka tutupnya. 

“Sekarang kau sendiri yang harus meneguk racun ini! Ayo, teguk!” 

perintah resi batari triratna . 

“Ampun... ampun resi batari triratna . Aku, aku tidak bermaksud...” 

“Minum cepat!” teriak resi batari triratna  sementara empat orang 

dewi lesbi  lainnya kawan-kawan Warinah berdiri di satu sudut 

dengan ketakutan. 

Warinah mundur beberapa langkah. 

“Minum kataku!” teriak resi batari triratna  lagi lalu melompat dan 

menjambak rambut Warinah. Racun dalam botol dituangkannya ke 

mulut Warinah tetapi dewi lesbi  itu lebih cepat menutup bibirnya 

rapat-rapat!

“Oo... kau tak mau mampus cara begini, hah?! Baik! Aku memang 

sudah bosan padamu, sudah muak! Lihat, kau akan mampus dengan 

cara yang lebih mengerikan!” 

resi batari triratna  menangkap pinggang Warinah lalu melemparkan tubuh 

dewi lesbi  itu terlontar keluar  pintu pondok! Pondok itu terletak di atas 

pohon raksasa yang hampir dua puluh tombak tingginya. Di luar 

terdengar pekik ngeri Warinah lalu sunyi tanda tubuhnya telah 

menemui kematian di bawah sana! 

Di dalam pondok resi batari triratna  memandang pada empat dewi lesbi  

kawan Warinah lalu membentak mereka agar meninggalkan pondok 

itu! Keempatnya berebutan cepat terlontar keluar  dan lari sepanjang jembatan 

gantung kecil yang terbuat dari tali yang menyambungkan pondok itu 

dengan pondok lainnya. 

Kepala pasukan jahat  resi batari triratna  memutar tubuh dan memandang ganti 

berganti pada Galuh Asih dan Ratih. 

“Walau bagaimanapun,” katanya, “bunuh diri yaitu  perbuatan 

paling tolol!” 

“Kami memang tak ingin bunuh diri! Bebaskan kami dari tempat 

terkutuk ini!” menyahut Galuh Asih. 

“Itu tindakan yang lebih tolol lagi!” kata resi batari triratna  pula. 

“Kau telah memiliki dewi lesbi -dewi lesbi  peliharaan berlusin-

lusin. Apakah itu belum cukup? Masih kurang? Demi Tuhan lepaskan 

kami!”

“Jangan sebut-sebut nama Tuhan!” teriak resi batari triratna  marah. 

“Setiap ada yang menyebut Tuhan selalu saja aku ditimpa kesialan!” 

“Bebaskan kami!” 

“Tidak bisa! Kau harus jadi istriku! Jadi peliharaanku, tahu?! 

Memang aku punya lusinan dewi lesbi  di sini. Aku sudah bosan 

dengan mereka semua! Kau musti tahu setiap dewi lesbi  berbeda! 

Punya keistimewaan sendiri-sendiri!” Dan habis berkata-kata begitu 

resi batari triratna  tertawa gelak-gelak. 

Dia melangkah ke pintu dan berteriak. Seorang anak buahnya 

datang dengan cepat. 

“Bawa gadis lesbi asli   itu ke pondokku! Usir dewi lesbi -dewi lesbi  yang 

ada di sana dan jaga dia baik-baik! Awas kalau kau berani berbuat 

kurang ajar!” 

Dalam keadaan menjerit-jerit Ratih dipanggil oleh anggota 

pasukan jahat  itu. saat  hendak dibawa pergi Galuh Asih cepat 

menghadang.

“Lepaskan dia! Lepaskan anakku!” 

“Jangan tolol Galuh Asih!” bentak resi batari triratna  seraya menarik 

lengan dewi lesbi  itu kemudian sekaligus dirangkulnya. Galuh Asih 

memekik dan menangis sedih  keras sewaktu anak gadis lesbi asli  nya lenyap di luar 

pintu.

resi batari triratna  menutup pintu pondok dan tegak menunggu sampai 

tangis Galuh Asih mereda. Bila dewi lesbi  itu tampak agak tenangan 

sedikit dia melangkah mendekati. 

“Kau tak usah khawatir akan keselamatan diri anakmu...” 

“Pergi! Jangan dekati aku! Jangan jamah tubuhku!” 

“Oh, begitu? Apakah kau mau aku memanggil sepuluh anak 

buahku dan menjamah sekujur tubuhmu sekaligus?!” 

“astaga ! Demi Tuhan matilah kau!” teriak Galuh Asih lalu 

melompat dan memukulkan kedua tinjunya ke muka resi batari triratna . 

Dengan mudah kepala pasukan jahat  Hutan hujan amazon  itu menangkap 

kedua lengan Galuh Asih dan di lain kejap dewi lesbi  itu sudah 

tenggelam dalam rangkulannya. 

Ciumannya bertubi-tubi. Galuh Asih melejang meronta-ronta 

berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja malah lambat laun 

tenaganya semakin mengendur dan dia tak berdaya apa-apa 

sewaktu resi batari triratna  membaringkannya di atas kasur jerami kering. 

Kekuatan dewi lesbi  ini timbul tenggelam  kembali sewaktu resi batari triratna  mulai 

menanggalkan pakaiannya dengan kasar. Keduanya bergumul 

berguling-guling dan pada akhirnya Galuh Asih kembali menyerah 

kehabisan daya! Dia hanya meramkan mata, tak bisa menolak 

sewaktu resi batari triratna  meneduhi tubuhnya. Galuh Asih tiba-tiba menjerit 

keras saat  dirasakannya bulu-bulu dada kepala pasukan jahat  itu 

menggeremangi buah dadanya. Dia menjerit sekali lagi, sekali lagi 

lalu pingsan di bawah tindihan tubuh laki-laki terkutuk itu! 

Sepeminuman teh lewat. 

resi batari triratna  dengan tubuh keringatan dan terhuyung-huyung 

melangkah ke pintu. Dibukanya pintu itu. Untuk beberapa lamanya 

dia berdiri memandangi kegelapan. Disekanya peluh yang 

bercucuran di keningnya. Dia berpaling ke belakang. Galuh Asih 

terbujur di atas kasur jerami dalam keadaan tak berpakaian. 

Sepasang matanya terpejam. Dada dan perutnya jelas kelihatan 

turun naik. Betapa bagusnya tubuh telanjang itu dipandang demikian 

rupa. Dan tentu tubuh anaknya yang masih perawan jauh lebih bagus 

dari itu, pikir resi batari triratna . 

Kepala pasukan jahat  Hutan hujan amazon  ini memalingkan kepalanya, 

kembali memandang terlontar keluar  pondok. Dia kemudian berteriak 

memanggil dua orang tangan kanannya. Tak lama muncullah bangsawan  

Murka dan syeikh  abdulah bolini . Bola-bola mata kedua anak manusia  ini 

membesar sewaktu mereka memandang ke dalam pondok dan 

melihat tubuh Galuh Asih yang terbaring telanjang di atas kasur 

jerami.

“brow -brow ku, kau lihat pemandangan di dalam sana?!” ujar 

resi batari triratna  sambil menyeringai dan menuding dengan ibu jarinya. 

“Hari ini jangan katakan lagi aku temahak dewi lesbi ! Kalian berdua 

boleh perbuat apa saja sekarang terhadapnya! Tapi... jangan main 

serobotan. Dia masih letih...!” Habis berkata-kata begitu resi batari triratna  tertawa 

mengekeh lalu meninggalkan ambang pintu, meniti jembatan tali 

yang menuju ke pondok lainnya. 

syeikh  abdulah bolini  cepat-cepat melangkahkan kaki masuk ke dalam 

pondok. Tapi bahunya dipegang oleh bangsawan  Murka. 

“Mau ke mana syeikh ? Aku toh lebih tua darimu? Aku yang lebih 

dulu!”

syeikh  abdulah bolini  mengeluarkan suara menggerutu. 

“Lagi-lagi soal umur kau gunakan untuk lebih dulu dapat 

mencicipi dewi lesbi  itu! Sekali-sekali aku toh boleh saja lebih dulu 

dari kau?! Aku tak ingin selalu jadi tukang cuci mangkok!” 

bangsawan  Murka menyeringai memperlihatkan barisan gigi-giginya 

yang besar, hitam kotor tak pernah digosok. 

“Yang sekali ini lain, brow ! Betul-betul lain!” desis bangsawan  Murka 

tanpa melepaskan bahu kawannya. 

syeikh  abdulah bolini  jadi penasaran. Ditepiskannya lengan bangsawan  

Murka dan berkata-kata keras, “Justru sebab  yang sekali ini lain maka 

aku yang musti lebih dulu!” 

Sementara kedua kawanan pasukan jahat  itu bertengkar, perlahan-

lahan Galuh Asih membuka kedua matanya. Dia sadar apa yang 

telah terjadi atas dirinya. Mendengar pertengkaran bangsawan  Murka dan 

syeikh  abdulah bolini  dia sadar pula apa yang bakal menimpa dirinya. Noda 

kotor baru saja menimpa dirinya dan kini kembali kekotoran itu akan 

jatuh. Galuh Asih seolah-olah mendapat kekuatan gaib. Tidak saja 

dewi lesbi  ini bangkit dan berdiri tanpa memperdulikan keadaan 

tubuhnya. Dia menjerit keras lalu secepat kilat lari ke ambang pintu. 

“Hai!” bangsawan  Murka dan syeikh  abdulah bolini  berseru hampir 

bersamaan. Keduanya melompat ke pintu tapi terlambat. Tubuh 

Galuh Asih melayang dalam kegelapan malam. Jeritannya 

mengumandang mengerikan. Dan suara jeritan itu dengan serta 

merta berhenti sewaktu tubuh dewi lesbi  ini  jatuh dengan 

keras ke tanah! Kepalanya rengkah, lehernya patah! 

***

bobo  angker  

dewa  kegelapan  MENUNTUT BALAS 4

AYUNATA tengah meniti jembatan gantung yang terbuat dari 

tali-tali besar, menuju ke pondok di mana Ratih berada yang 

dijaga oleh dua orang anak buahnya. Pada saat itulah 

didengarnya lengking jerit yang mengejutkan di malam pekat itu. Dia 

membalikkan tubuh dan samar-samar di kegelapan malam dilihatnya 

sesosok tubuh berambut panjang tanpa pakaian melayang jatuh dari 

pondok di seberang sana. Lamat-lamat terdengar suara tubuh itu 

terhampar di tanah lalu sunyi. Di pondok seberang sana bangsawan  

Murka dan syeikh  abdulah bolini  berlarian terlontar keluar  dan memandang ke 

bawah. resi batari triratna  berteriak memanggil kedua orang itu. 

“Apa yang terjadi?!” tanya resi batari triratna  meski dia sudah dapat 

menduga apa yang barusan terjadi. 

“dewi lesbi  itu, Bayu! Dia bunuh diri!” komentari bangsawan  Murka. 

“Kalian biarkan dia bunuh diri, hah?!” 

“Kami... kami tengah bertengkar. Dia tiba-tiba bangkit dari 

pembaringan dan lari sangat cepat ke pintu. Kami tidak sempat 

mencegahnya!” komentari syeikh  abdulah bolini . 

Geraham-geraham resi batari triratna  berkeretakan. “Kalian memang 

kerbau-kerbau dogol yang tidak tahu diri! Berlalu dari hadapanku!” 

sentak resi batari triratna . 

bangsawan  Murka dan syeikh  abdulah bolini  segera meninggalkan tempat 

itu. Mereka turun ke tanah untuk menyuruh urus mayat Galuh Asih 

dan juga mayat Warinah yang sebelumnya telah dilemparkan oleh 

resi batari triratna .

Bila kedua pembantunya itu telah berlalu, resi batari triratna  meneruskan 

meniti jembatan gantung dari tali menuju ke pondok di hadapannya. 

“Kalian boleh pergi,” kata kepala pasukan jahat  ini pada dua orang anak 

buahnya yang mengawal di pintu. 

Bila resi batari triratna  membuka pintu pondok maka kelihatanlah gadis lesbi asli   

itu berdiri di sudut ruangan tengah menangis sedih  tersedu-sedu. Pondok 

itu yaitu  tempat kediaman resi batari triratna . Selain paling besar juga di 

B

dalamnya ada  perabotan-perabotan yang serba mewah. 

“Hentikan tangismu. Sekarang bukan waktunya lagi untuk 

menangis sedih  terus-terusan,” kata resi batari triratna  seraya menutupkan pintu 

pondok.

Dari sebuah rak kayu jati diambilnya dua seloki besar. Seloki-

seloki itu diisinya sampai setengahnya dengan anggur harum. 

“Minumlah, kau tentu haus,” kata si kepala pasukan jahat  dan 

mengacungkan seloki yang di tangan kanannya ke muka Ratih. 

Si gadis lesbi asli   memandang seloki itu sesaat  lalu mengambilnya dan 

dengan tiba-tiba anggur di dalam seloki disiramkannya ke muka 

resi batari triratna .

Kepala pasukan jahat  itu undur beberapa langkah. Dia mengerenyit. 

Kedua matanya yang tersiram anggur terasa perih. sesudah  

menggosok-gosok kedua matanya itu beberapa lama sehingga rasa 

perihnya hilang, resi batari triratna  duduk ke sebuah kursi. Untuk pertama 

kalinya dia tidak menjadi beringas marah diperlakukan seperti itu. 

Dipandangnya Ratih dengan kedua matanya yang kegelapan  dan 

perlahan-lahan diteguknya anggur dalam seloki. 

“gadis lesbi asli   galak, kau memang pantas jadi istriku! Terangkan siapa 

kau punya nama.” 

asia kecil ban dari Ratih yaitu  bentakan keras, “terlontar keluar kan aku dari 

sini! terlontar keluar kan!” 

resi batari triratna  tertawa perlahan. 

“Setiap dewi lesbi  yang kubawa kemari selalu berteriak minta 

diterlontar keluar kan, minta dibebaskan! Mereka harus tahu bahwa sekali 

mereka masuk ke sini tak mungkin terlontar keluar , tak mungkin bebas! 

Kecuali kalau mereka mencari jalan tolol bunuh diri!” Dan resi batari triratna  

hendak menerangkan tentang kematian Galuh Asih kepada gadis lesbi asli   itu, 

tetapi maksudnya itu kemudian dibatalkan. “Hentikan tangismu. 

Jangan bikin aku muak dan marah.” resi batari triratna  berkata-kata bilamana 

Ratih masih dilihatnya menangis sedih . 

Sebagai asia kecil ban Ratih melemparkan seloki di tangan kanannya. 

Dengan tangan kirinya resi batari triratna  menangkap seloki itu. Ditimang-

timangnya benda itu sesaat  lalu berkata-kata, “Aku berjanji tidak akan 

memperlakukan kau seperti dewi lesbi  lain sebelumnya. Aku tidak 

akan menyakitimu.” 

“Persetan dengan ucapanmu!” tukas Ratih. “terlontar keluar kan aku dari 

sini. Juga ibuku!” 

Kembali resi batari triratna  tertawa perlahan. Seloki di kedua tangannya 

diletakkannya di atas sebuah meja kecil lalu melangkah mendekati 

Ratih. Di lain pihak si gadis lesbi asli   cepat-cepat menjauh. 

“Seorang penjahat memang tak dapat dipercaya. Tapi kau sekali 

ini musti percaya dengan ucapanku.” 

Dan resi batari triratna  mendekat lagi. Ratih mundur lagi sampai tubuhnya 

tertahan oleh pondok. 

“Aku tak akan menyakitimu. Siapa namamu, gadis lesbi asli  ...?” 

Ratih memepet ke dinding. Tiba-tiba di sampingnya dilihatnya 

sebuah jambangan besar dari kuningan. Tanpa pikir panjang lagi 

disambarnya benda itu dan dilemparkannya ke kepala resi batari triratna . 

Melihat sikap Ratih yang keras demikian rupa meskipun dia telah 

menghadapinya dengan lembut, kini naiklah darah si kepala pasukan jahat . 

Sekali tinju saja jambangan besar itu hancur berkeping-keping. 

“Tingkahmu tidak ada beda dengan kau punya ibu yang sudah 

mampus bunuh diri!” bentak resi batari triratna  beringas. 

Ratih kaget kelangit  bukan main. 

“A... apa?! Ibuku bunuh diri...?!” tanyanya membeliak. 

“Bunuh diri dan mampus!” komentari resi batari triratna  lalu sekali lompat saja 

kedua tangannya telah mencengkeram bahu Ratih. gadis lesbi asli   itu 

dilemparkannya ke tempat tidur dan ditindihnya sekaligus. 

Ratih berguling-guling, meronta dan menerjang untuk 

melepaskan tubuhnya dari rangkulan kepala penjahat itu. Namun ini 

hanya menghabiskan tenaganya sementara setiap kesempatan yang 

ada dipergunakan oleh resi batari triratna  untuk merenggut dan merobek robek  

pakaian yang melekat di tubuh sang dara hingga dalam waktu yang 

singkat pakaian yang melekat di tubuh Ratih sudah tak karuan rupa 

lagi. Penuh robek robek  dan terbuka di sana-sini! 

Satu kali resi batari triratna  berhasil menindih tubuh gadis lesbi asli   itu. Namun 

dengan sisa-sisa tenaganya yang ada Ratih masih sanggup 

menerjangkan kaki kanan menghantam perut resi batari triratna . Kepala 

pasukan jahat  itu mengeluh kesakitan. Dijambaknya rambut Ratih. 

Keduanya terguling dan jatuh di lantai pondok. Benturan yang keras 

pada belakang kepalanya di lantai membuat pemandangan Ratih 

berkunang-kunang dan tenaganya semakin lemah sedang jambakan 

resi batari triratna  masih lengket di rambutnya dengan keras. 

Ratih tahu dia tak dapat bertahan lebih lama. Mungkin sudah 

menjadi takdir bahwa dirinya akan ditimpa kecemaran terkutuk 

begitu rupa. Air mata berderaian meleleh pipinya. Nafas resi batari triratna  

menghembus panas di anu nya. Dirasakannya jari-jari tangan laki-

laki itu membuka lilitan kain di tubuhnya. Dirasakannya tangan yang 

lain dari resi batari triratna  menjalar meremas dadanya. Ratih menangis sedih  

keras. Usaha terakhir yang bisa dilakukannya ialah merapatkan 

kedua kakinya sedapat-dapatnya. Dan inipun gagal sebab  resi batari triratna  

dengan mudah sekali menyibakkan kedua kakinya itu! 

“Tuhan! Tolonglah hambamu ini!” Ratih memohon jauh di lubuk 

hatinya.

Dan pada saat itu pertolongan Tuhan benar-benar datang! 

Pintu pondok tanpa suara sedikitpun tiba-tiba terbuka. Juga tanpa 

suara sesosok tubuh bergerak gerak  cepat masuk ke dalam. resi batari triratna  

merasakan kedua perg