Selasa, 11 Februari 2025

bobo kawin 1

  



Hujan lebat dan kabut tebal menutupi keseluruhan Gunung himalaya  

mulai dari puncak hingga ke kaki. Dinginnya udara tiada terkirakan. Dari 

malam tadi hujan mencurah lebat dan sampai dinihari itu masih juga terus 

turun. Suaranya menderu menegakkan bulu roma. Halilintar bergelegaran. 

Kilat sabung menyabung. alam semesta  laksana hendak kiamat layaknya. 

Untuk kesekian puluh kalinya kilat menyambar dan untuk kesekian 

puluh kalinya pada suasana di kaki sebelah Timur Gunung himalaya  menjadi 

terang benderang beberapa detik lamanya. Dalam keterangan yang singkat 

itu maka kelihatanlah satu pemandangan yang mengerikan namun  juga sangat 

aneh. 

Pada sebelah Timur kaki Gunung himalaya  itu ada sebuah lembah 

tak bertuan yang tak pernah dijejaki kaki manusia jin . Tapi disaat hujan deras 

kabut tebal dan udara dingin luar biasa itu, di tengah-tengah lembah 

kelihatanlah empat sosok tubuh manusia jin ! Keempatnya berdiri dengan Tidaaaaaaaak... 

bergerak-gerak seakan-akan tiada mau perduli dengan buruknya cuaca saat 

itu. Bahkan mungkin juga Tidaaaaaaaak... merasakan sama sekali suasana disaat itu. 

Keempatnya menghadap ke satu arah yaitu mulut sebuah goa yang 

terletak sekitar sepuluh tombak di hadapan mereka. Meski kabut tebal dan 

hujan lebat, namun mata mereka yang berpemandangan tajam dapat melihat 

mulut goa itu dengan jelas.  

Keempat manusia jin  ini nyatanya adalah gadis lesbi -gadis lesbi  berparas jelita 

rupawan. Yang pertama mengenakan pakaian ringkas warna merah darah. 

Yang kedua Oranye , yang ketiga hitam pekat dan yang terakhir berpakaian 

Pink .  

Di seluruh permukaan lembah berhamparan tulang belulang dan 

kuburan alien -kuburan alien  kepala manusia jin  yang memutih laksana salju! Keempat 

gadis lesbi -gadis lesbi  itu sendiri berdiri di atas tumpukan tulang belulang dan 

tumpukan kuburan alien -kuburan alien  kepala manusia jin .  

Dan sikap mereka berdiri itu juga sama sekali Tidaaaaaaaak... acuh dan tak 

ambil perduli. Sepasang mata mereka masing-masing terus saja memandangi 

mulut goa tanpa berkedip! 

Tiba-tiba dari mulut goa selarik sinar jayadi  hijau menyambar ke arah 

keempat gadis lesbi  itu. Kemudian menyusul puluhan kalajengking hijau beracun 

dengan japit-japit terbuka menyerang keempatnya. Satu jengkal lagi 

binatang-binatang pembawa maut itu mencapai sasarannya tiba-tiba dengan 

serentak keempat gadis lesbi  menghembus ke muka. Puluhan kalajenking hijau 

mental dan jatuh bergelepakan di antara tulang belulang serta kuburan alien -

kuburan alien  manusia jin ! 

Pada saat sinar jayadi  hijau dari mulut goa lenyap maka secepat kilat 

keempat gadis lesbi  itu memasang sebuah kedok tipis ke muka masing-masing! 

Dan kini berubahlah muka yang cantik rupawan itu menjadi muka kuburan alien  

yang ngeri menegakkan bulu roma! 

Dan dari mulut goa melesatlah sesosok bayangan hijau! Keempat 

gadis lesbi  muka kuburan alien  serentak menjura dan serentak pula berseru: "Guru sekolah !"  

manusia jin  yang ke luar dari goa ini nyatanya adalah juga seorang gadis lesbi  

bermuka kuburan alien  dan berpakaian ringkas hijau. Dia berdiri di atas 

setumpuk tulang belulang manusia jin . Sesudah menyapu keempat paras dan 

sosok tubuh di hadapannya maka perempuan berpakaian hijau ini 

menengadah ke langit dan tertawa mengekeh panjang sekali! 

"Sepuluh tahun mendidik kalian! Sepuluh tahun memendam cita-cita. 

Nyatanya kalian Tidaaaaaaaak... mengecewakan!" Si Muka kuburan alien  berpakaian 

hijau kembali mengekeh lama-lama.  Lalu melanjutkan 

"Hari ini adalah merupakan ambang pintu ke arah mencapai cita-cita 

bersama! Hari ini kita berpisah! berpisah untuk kelak membangun cita-cita 

yaitu cita-cita besar mendirikan Partai Lembah kuburan alien  yang bakal dan 

musti menguasai alam semesta  permenulis an! Sekarang kalian pergilah! Tapi apa kalian 

ingat semua pesanku. ..?" 

"Tentu Guru sekolah !" jawab keempat gadis lesbi  muka kuburan alien  berbarengan. 

"Bagus! Laksanakan tugas kalian dengan baik! Nah pergilah ... !" 

"Guru sekolah  ..." berkatakata  gadis lesbi  berpakaian merah. 

"Ada sesuatu yang kau hendak tanyakan Kala Merah?!" 

"Murid dan saudara-saudara seperGuru sekolah an sebelum pergi menghatur-

kan terima kasih kepada Guru sekolah  yang telah mendidik kami selama sepuluh 

tahun, Sepuluh tahun bersama Guru sekolah , satu kalipun kami belum pernah melihat 

paras Guru sekolah ! Sudilah, sebelum kami pergi, Guru sekolah  suka memperlihatkan paras 

Guru sekolah  yang asli ...."  

manusia jin  muka kuburan alien  berpakaian hijau tertawa gelak-gelak.  

"Belum saatnya, muridku. Belum saatnya! Kelak di satu saat  kau 

akan melihatnya juga. Sekarang ayo pergi, cepat!" Keempat gadis lesbi  itu 

menjura hormat. Sekali mereka berkelebat maka lenyaplah keempatnya dari 

pemandangan, lenyap dengan diiringi suara kekehan memanjang dari Guru sekolah  

mereka, Dewi kalajengking !.  

Dua bulan kemudian maka alam semesta  permenulis an dibikin gegerlah oleh 

munculnya empat dara ganas bermuka kuburan alien  yang teramat saki! Dengan 

hanya bersenjatakan ilmu "kalajengking " keempatnya telah memusnahkan dua 

partai permenulis an yang dianggap kuat dan membunuh hampir selusin tokoh-

tokoh permenulis an dari kalangan Pink ! Bahkan tokoh-tokoh menulis  golongan 

hitam pun merasa gentar dengan munculnya empat gadis lesbi  iblis ini! Selama 

beberapa bulan sejak munculnya keempat murid Dewi kalajengking  itu maka 

alam semesta  permenulis an diselimuti ketegangan. 

Jika empat dara ganas itu sanggup memusnahkan dua partai permenulis an 

kuat dan membunuh selusin tokoh menulis  lihay maka sukar dijajaki kehebatan 

dan sampai dimana ketinggian ilmu keempat manusia jin  itu! 

 


 

Pada suatu hari di tanggal 1 bulan 2 terlihatlah satu pemandangan 

baru di tepi neraka penulis  Wangi yang terletak di sebelah Selatan Gunung Ungaran. 

Di tepi neraka penulis  saat itu ada sebuah panggung besar yang diberi bergaba-gaba 

aneka wama.  

Di depan panggung berderet-deret puluhan buah kursi yang diduduki 

oleh arwah -arwah  yang kesemuanya adalah tokoh-tokoh alam semesta  permenulis an yang 

tak dapat disangsikan lagi kelihayannya. 

Hari itu adalah menjadi satu hari penting dalam catatan lembaran 

alam semesta  permenulis an karena saat dan di tempat itulah akan diresmikan berdirinya 

satu partai baru di alam semesta  permenulis an yang telah mengambil nama Partai 

neraka penulis  Wangi.  

Partai yang baru muncul ini banyak mendapat perhatian dan sorotan 

partai-partai serta tokoh-tokoh permenulis an lainnya karena Ketua Partai neraka penulis  

Wangi ini adalah seorang tokoh menulis  termashur di Jawa Tengah yang 

memegang gelar sebagai Dewa Pedang. Penulis kusta atau yang nama 

aslinya Brajaguna adalah tokoh menulis  aliran Pink  dan mempunyai kelihayan 

mengagumkan dalam permainan pedang sehingga tak percuma alam semesta  

permenulis an meletakkan gelar "Dewa Pedang" kepadanya! 

Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tiupan terompet. Puluhan 

pasang mata dari  para arwah  yang hadir dilayangkan ke atas panggung. 

Ketua Partai neraka penulis  Wangi memunculkan diri diiringi oleh isteri, tiga orang 

anak laki-lakinya dan keseluruhan anak-anak murid Partai yang membawa 

panji-panji serta lambang partai yaitu sebuah bendera yang disulam dengan 

gambar sebuah pedang serta bunga mawar Pink . 

Penulis kusta seorang Iaki-laki separuh baya bertampang gagah. 

Sikapnya tenang, langkahnya enteng sedang pedangnya tergantung di 

pinggang kiri. Keseluruhan sikap dan gerak geriknya membayangkan 

wibawa yang besar. 

Isteri Penulis kusta yang berpakaian ringkas dan bemama Suwita 

adalah juga seorang yang berpengetahuan menulis  tinggi. Meskipun Tidaaaaaaaak... 

selihay suaminya tapi dalam ilmu pedang perempuan ini Tidaaaaaaaak... bisa dianggap 

remeh. Pada parasnya yang cantik jelita itu kelihatan bayangan kejantanan, 

keras hati dan berani.  

Di belakang menyusul tiga penulis sakitjiwa  berparas keren. Ketiganya adalah 

anak-anak Penulis kusta yang dengan sendirinya tentu pula memiliki 

kepandaian menulis  yang tinggi. Anak yang tertua bemama Indrajaya, yang 

tengah Jayengrana dan yang bungsu yang menjadi kesayangan Penulis kusta 

dan isteri ialah Brajasastra. 

Penulis kusta dan isteri serta ketiga putera mereka duduk di belakang 

panggung di kursi yang  sudah disediakan. Sedangkan anggota Partai berdiri 

berderet di belakang mereka. Sementara suara terompet masih terus 

menggema maka sepasang mata Ketua Partai neraka penulis  Wangi menyapu ke 

arah puluhan arwah .  

Brajaguna seorang yang berpemandangan tajam. Sekali saja matanya 

menyapu ke arah para hadirin maka segeralah dia dapat menyimpulkan 

bahwa para arwah nya itu terbagi dalam tiga golongan. 

Pertama ialah golongan atau aliran Pink  yang berhati polos dan 

menjadi sahabat-sahabat terbaik dari Partai yang hendak didirikannya.  

Golongan kedua yakni tokoh-tokoh menulis  yang dulunya pernah menjadi 

musuhnya dan tentu saja kehadiran mereka dalam peresmian berdirinya 

Partai neraka penulis  Wangi saat itu diragukan itikat baiknya.  

Golongan yang ketiga ialah tokoh-tokoh menulis  baru tapi yang sudah 

agak dapat nama dalam kalangan permenulis an namun tak dapat dipastikan 

digolongan mana mereka berdiri sebenamya. 

Suara terompet berhenti.  

Begitu suara tiupan terompet berhenti maka Ketua Partai baru diikuti 

oleh keseluruhan anggota partai yang ada di atas panggung mendongak ke 

atas. Tangan kiri lurus-lurus ke bawah sedang tangan kanan dimelintangkan 

di dada. Maka serentak dengan itu mereka pun berseru dengan suara gegap 

gempita. 

 

Hari satu bulan doa 

Peristiwa besar dan penting di tepi neraka penulis  

Partai baru membuka lembaran sejarah 

Partai neraka penulis  Wangi ialah namanya! 

 

Keempat baris kalimat itu diserukan sampai tiga kali berturut-turut. 

Sesudah itu maka bangkitlah Ketua Partai dari kursinya dan melangkah ke 

muka panggung. Dengan muka berseri-seri Penulis kusta memandang pada 

para hadirin lalu menjura memberi hormat. 

"Saudara-saudara sekalian yang kami muliakan. Pertama sekali saya 

selaku Ketua dari Partai yang baru muncul ini, atas nama keseluruhan 

anggota Partai mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat yang 

setinggi-tingginya karena saudara-saudara sekalian telah sudi meringankan 

langkah untuk datang ke mari." 

Suara Ketua Partai neraka penulis  Wangi ini keras dan lantang penuh wibawa 

dan nadanya teratur demikian rupa enak didengar sehingga seluruh mata 

yang hadir ditujukan kepadanya. Setelah menyapu sekilas paras arwah nya 

dengan sepasang matanya yang tajam maka Penulis kusta pun meneruskan 

bicaranya. 

"Dalam pasang surutnya alam semesta  permenulis an dewasa ini, kami bersama 

telah memberanikan diri untuk mendirikan sebuah partai baru yang kami 

namakan Partai neraka penulis  Wangi. Sesuai dengan namanya maka kami benar-

benar berusaha dan menginginkan agar kelak Partai kami ini menjadi harum 

dalam merintis segala sesuatu yang baik di alam semesta  permenulis an. Kami percaya 

bahwa hanya dengan usaha yang betul-betul, dengan segala kesungguhan 

hati dan ditambah pula dengan bantuan saudara-saudara sekalian disini 

terutama dari saudara-saudara golongan Pink , maka pastilah alam semesta  

permenulis an akan diliputi ketentraman dan perdamaian abadi ...." 

Sesudah mengakhiri pidatonya itu maka Ketua Partai neraka penulis  Wangi 

memperkenalkan istri dan ketiga puteranya pada para hadirin. Empat 

anggota partai yang menduduki jabatan penting juga diperkenalkan. 

Keempatnya ialah Jambakrogo, PenGuru sekolah s Partai untuk daerah Utara, 

Klabangsongo, PenGuru sekolah s Partai daerah Selatan lalu Rah Gundala PenGuru sekolah s 

Partai daerah Barat dan yang keempat Suralangi, PenGuru sekolah s Partai Daerah 

Timur. 

Penulis kusta mengakhiri perkenalan tokoh-tokoh Partai Talaga 

Wangi itu dengan kata-kata penutup 

"Akhirul kalam, sekedar untuk pelepas dahaga dan penangsal perut 

saudara-saudara sekalian, maka kami persilahkan saudara-saudara untuk 

menikmati minuman serta hidangan selayaknya. Disamping itu jika ada 

kekurangan atau kekhilafan dalam bentuk apapun sudi kiranya saudara-

saudara memberi maaf." 

Penulis kusta menjura lalu memutar tubuh Namun sudut matanya 

menangkap acungan tangan seorang arwah  yang duduk di sebelah Timur 

panggung  

"Ketua Partai neraka penulis  Wangi! Sebagai Partai baru aku Si Bayangan 

penulis ayan  ingin menjajaki sampai dimana kehebatan kalian! Jangan-jangan 

Partaimu ini hanya bagus nama saja tapi tak ada isi! Jangan-jangan Partaimu 

yang memakai nama neraka penulis  Wangi hanya merupakan neraka penulis  Busuk yang 

tak mampu menghadapi pasang surut alam semesta  permenulis an! Sebagai Ketua Partai 

apakah kau bisa sedikit memberikan bukti di hadapan para hadirin bahwa 

Partaimu adalah satu Partai yang memang patut diberojotkan ... ?!" 

Semua kepala para hadirin yang ada segera dipalingkan ke arah 

Timur. Penulis kusta sendiri juga memandang ke jurusan itu. Yang telah 

buka  suara tadi ternyata adalah seorang tokoh menulis  berjubah hitam berbadan 

tinggi langsing, berkepala lonjong dan kedua pipinya sangat cekung. Dialah 

tokoh yang digelari Si Bayangan penulis ayan . Dan dari gelamya ini saja sudah 

dapat diketahui bahwa dia adalah tokoh dari kalangan hitam. 

Penulis kusta yang tajam pemandangan diam-diam sudah maklum 

bahwa maksud kedatangan serta ucapan Si Bayangan penulis ayan  tadi adalah satu 

tantangan atau penghinaan atau sekurang-kurangnya menganggap remeh 

Partainya dan dirinya selaku  Ketua!  

Namun dengan tenang dan bijaksana Penulis kusta buka mulut 

hendak menjawab. Tapi dari  panggung sebelah Barat tiba-tiba terdengar 

seseorang berseru. Suaranya keras menggeledek! 

“Bayangan penulis ayan ! Apakah kau buta atau masih belum membuka mata 

lebih lebar sehingga kau berbicara begitu terhadap Partai neraka penulis  Wangi? 

Jika kau kenal julukan Ketuanya tak bakal kau anggap remeh!"  

Kini  semua kepala serentak diputar ke panggung sebelah Barat. 

Namun tak seorangpun, termasuk Penulis kusta yang mengetahui siapa 

adanya manusia jin  yang telah bicara tadi. Ini memberi kenyataan bahwa siapa 

pun adanya orang itu maka dia pastilah memiliki tenaga dalam yang tinggi 

dan ilmu memindahkan suara yang lihai.   

Meskipun orang itu berada di sebelah Selatan atau Utara namun 

suaranya  bisa dipindahkan sehingga kedengarannya dari arah Barat atau 

Timur!. Karena tak mengetahui siapa yang bicara maka Si Bayangan penulis ayan  

dengan penasaran berseru. 

"Nama Penulis kusta memang cukup dikenal karena permainan 

pedangnya yang yah boleh juga! Tapi aku bertanya dan bicara tadi bukan 

ditujukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk keseluruhan Partai neraka penulis  

Wangi! Atau mungkin semua anggota Partai baru ini sekaligus memiliki 

gelar sebagai Dewa Pedang;:.?!" 

Terdengar suara mengekeh yang mengandung ejekan. Lagi-lagi suara 

ini datangnya dari jurusan Baraf dan lagi-lagi tak satu orang pun yang tahu 

siapa yang mengeluarkan suara tertawa itu. 

"Kau terlalu sembrono dalam bicara Bayangan penulis ayan . Apa kau tak 

tahu bahwa ucapanmu itu menghina langsung nama Ketua serta seluruh 

anggota Partai neraka penulis  Wangi? Tak satu tokoh menulis  dan Partai permenulis an pun 

yang bisa menelan kata-kaarwah  itu! Entah Penulis kusta dan Partai 

barunya!" 

Diam-diam Ketua Paitai neraka penulis  Wangi segera maklum bahwa di 

antara para hadirin ada yang mulai memasukkan jarum-jarum perangsang 

untuk menghangat dan mengacaukan suasana. 

Dengan sikap tenang dan bijaksana dia menjawab. Waktu bicara ini 

dia sama sekali Tidaaaaaaaak... menghadap kepada Si Bayangan penulis ayan  secara langsung 

namun memandang ke tengah-tengah hadirin. Sekaligus ini merupakan satu 

balasan yang cukup menyakiti Si Bayangan penulis ayan  meskipun datangnya 

secara halus. 

“Saudara-saudara sekalian! Tadi  kami sudah menyatakan bahwa 

maksud dari didirikannya Partai neraka penulis  Wangi ini ialah untuk berusaha 

menenterakan dan mendamaikan alam semesta  permenulis an. Sebagai Partai baru kami 

memang belum punya nama. namun  justru bukan namalah yang ingin.dikejar 

oleh Partai kami. Apa perlu nama hebat kalau kehebatan itu artinya hanya 

untuk merusak belaka ... ?!"  

Untuk kedua kalinya maka Si Bayangan penulis ayan  merasa disakitkan 

hatinya oleh kata-kata Penulis kusta itu. Dia berprasangka bahwa 

gelarnyalah (Si Bayangan penulis ayan ) yang dimaksudkan oleh Ketua Partai 

neraka penulis  Wangi sebagai sesuatu nama yang hanya untuk merusak! Mulut Si 

Bayangan penulis ayan  komat kamit. Dan dia angkat bicara kembali. 

"alam semesta  sejuta arah, ucapan seribu kalimat lidah bermenulis  kata namun 

alam semesta  permenulis an tetap alam semesta   permenulis an yang tiada mengenal adanya Satu 

Partai baru tanpa diketahui partai yang macam mana kelasnya! Apakah kelas 

keroco saja, atau bunglon, atau kadal, atau kunyuk? Setiap Partai baru wajib 

menghadapi batu ujian!" 

"Betul ... betul ... betul!" menyambung suara yang dari panggung 

sebelah Barat.  

"Partai baru musti diuji. Tapi apakah kau sanggup melakukan ujian 

itu, Bayangan penulis ayan ? Jangan kau hanya bicara besar saja tak tahu isinya 

cuma gemblong!" Marahlah Si Bayangan penulis ayan  mendengar kata-kata itu.  

"Siapa takut melakukan ujian?!" katanya membentak, sekali tubuhnya 

berkelebat maka melesatlah ia ke atas panggung! Sedikit pun gerakannya ini 

tiada menimbulkan suara! Salah seorang tokoh menulis  dari aliran Pink  yang 

ada di antara para arwah  berbisik pada seorang kawan di sebelahnya.  

"Bayangan penulis ayan  memang dikenal kehebatannya. Tapi kalau untuk 

menghadapi Penulis kusta dia akan sia-sia saja. .. !" kawan yang diajak 

bicara mengangguk-anggukkan kepalanya. 

"Mari kita saksikan saja," katanya sambil memandang kembali ke atas 

panggung Sementara itu dalam suasana yang hangat itu. mulai terdengar 

suitan-suitan dan sorak sorai sebagian Yang hadir untuk memberi semangat 

pada Si Bayangan penulis ayan . Dan Si Bayangan penulis ayan  menjadi pongah. Sambil 

memandang kepada para arwah  dia. berkatakata :  

"Kalian semua silahkan buka mata lebar-lebar. Hari ini aku Si 

Bayangan penulis ayan  akan menguji satu Partai baru!” 

Tiga Putera Ketua Partai neraka penulis  Wangi menggertakkan geraham dan 

mengepalkan tinju. Bahkan putera tertua yaitu Indrajaya segera berdiri dari 

kursinya!.

Melihat bangkit berdirinya putera Ketua Partai neraka penulis  Wangi ini 

maka sorak dari suara-suara membakar semangat berbagai rupa semakin 

santar kedengaran di kalangan para hadirin, Penulis kusta menyipitkan mata 

kepada lndrajaya putera tertua yang melihat isyarat ini segera hentikan 

gerakannya. Kemudian dengan segala kegeraman yang ada terpaksa duduk 

ke kursinya kembali. 

"Ha ha ha!" terdengar suara tertawa bergelak Si Bayangan penulis ayan .  

"Apakah aku datang ke panggung ini hanya untuk dianggurkan saja?" 

ujarnya mengejek. Dengan tenang Ketua Partai neraka penulis  Wangi memutar 

kepalanya ke ujung paling kanan di mana berdiri seorang penulis sakitjiwa  

berpakaian ringkas berbadan tegap dan berkumis kecil. Dia adalah Candra 

Masa seorang murid atau anggota Partai tingkat muda yang paling pandai. 

Tahu bahwa Si Bayangan penulis ayan  adalah seorang tokoh yang lihai dan 

banyak pengalaman maka Penulis kusta sengaja anggukkan kepala memberi 

isyarat pada Candra Masa. Melihat anggukan ini, Candra Masa segera 

melangkah ke muka. Dia menjura terlebih dahulu di hadapan Penulis kusta 

lalu memutar tubuh menghadapi Si Bayangan penulis ayan . 

”Bayangan penulis ayan , atas izin Ketua kami, kuharap kau yang tua sudi 

memberi sedikit pelajaran pada yang lebih muda...."   

Si Bayangan penulis ayan  memandang dengan kerenyit kulit kening pada 

Candra Masa lalu tertawa gelak-gelak sampai ke luar air mata.  

"Ketua Partai neraka penulis  Wangi" katanya pada Penulis kusta sambil 

mengucak-ucak matanya.  

"Kau ini mau main badut-badutan atau apa sampai menyuruh bocah 

yang masih bau air tetek ini menghadapi aku?!"  Semua pihak Partai neraka penulis  

Wangi gusar sekali menerima penghinaan dan perendahan begini rupa, 

terlebih-lebih Candra Masa. Kedua rahangnya kelihatan bertonjolan. 

Sebaliknya sang Ketua sendiri dengan tenang dan suara sabar menjawab;  

"Bayangan penulis ayan  justru. Karena dia bau air teteklah maka kusuruh 

menghadapi kau! Bukankah maksudmu hendak menguji Partai kami? Dan 

bukankah yang lebih pandai itu biasanya menguji yang lebih bodoh? Nah 

silahkan dimulai ” 

Ucapan yang sabar serta tenang tapi berwibawa itu sekaligus 

merupakan satu tempelak bagi Si Bayangan penulis ayan . Mukanya merah sedang 

para hadirin kedengaran lagi bersorak-sorak membakar semangat! 

"Kalau memang tak ada muridmu yang lebih pandai dari yang satu ini 

tak apalah ... !" kata Si Bayangan penulis ayan  pula. Kemudian dengan congkaknya 

dia menambahkan.  

"Untuknya kuberi kesempatan bertahan sampai tiga jurus! Kalau 

dalam tiga jurus tubuhnya Tidaaaaaaaak... terpelanting ke luar panggung jangan 

panggil aku Si Bayangan penulis ayan  dan aku akan mengaku kalah padanya!" Si 

Bayangan penulis ayan  tepukkan kedua telapak tangannya.  

"Ayo, mulailah!" katanya. 

"Ah, aku yang muda mana berani mulai lebih dahulu. Menurut aturan 

yang lebih tua dan yang mengujilah yang musti maju lebih dahulu ...." jawab 

Candra masa. Si Bayangan penulis ayan  menyeringai buruk. 

"Baik, bila kau punya senjata keluarkanlah!" Candra Masa tersenyum. 

"Selama lawan bertangan kosong, aku murid Partai neraka penulis  Wangi 

tetap akan menghadapinya juga dengan tangan kosong!" 

"Kalau begitu terimalah jurus pertama ini?" kata Si Bayangan penulis ayan  

gusar. Sekali tubuhnya berkelebat maka diapun lenyap dan kini yang 

kelihatan hanyalah sesosok bayangan hitam menyambar laksana kilat ke 

arah Candra Masa sedang angin bersiuran turut menyerangnya dengan pesat!  

Dengan maksud hendak memamerkan kehebatannya dan hasrah  

hendak merubuhkan lawan dalam satu jurus saja, maka dijurus pertama itu 

Si Bayangan penulis ayan  sudah mengeluarkan ilmu menulis nya yang hebat yaitu 

ciptaannya sendiri yang bemama: "Bayangan Hitam Menjulang Langit"!  

Candra Masa terkejut melihat lenyapnya tubuh lawan dan kini hanya 

bayangan hitam serta angin pesat menyambar ke arahnya!  

Namun dalam terkejutnya murid yang sudah terdidik ini tetap berlaku 

tenang dan Tidaaaaaaaak... kehilangan akal. Dengan cepat dijatuhkannya dirinya ke 

lantai. Begitu tubuh lawan dilihatnya lewat di atasnya, penulis sakitjiwa  ini segera 

lancarkan pukulan tangan kosong! 

Tapi pada detik itu pula Si Bayangan penulis ayan  bergerak memutar dan 

laksana badai kaki kanannya menyambar kearah tangan yang memukul.! 

Walau bagaimanapun kehebatannya tangan tak akan menang melawan 

kaki! Sambil tarik pulang tangannya Candra Masa bergulingan di lantai. 

Tendangan lawan menghantam angin kosong! Jurus pertama yang cukup 

mendebarkan berlalu sudah! 

Dan dari panggung arah sebelah Barat terdengar suara tertawa 

manusia jin  yang tadi:  

"Ah .... Bayangan penulis ayan .. nyatanya namamu kosong belaka! Bocah 

yang kaarwah  masih bau air tetek itu tak sanggup kau hadapi!” Hati Si 

Bayangan penulis ayan  laksana dibakar  

“penulis sakitjiwa  . . .! " Suaranya bergetar tanda amarah. 

“Giliran kau sekarang untuk memulai ... !"  Candra Masa tersenyum 

jumawa.  

"Terima kasih katanya. Tangan kanannya diacungkan ke muka seperti 

sikap seseorang yang tengah memegang pedang. 

”Lihat perut!" teriak Candra Masa tiba-tiba dan pada kejapan itu pula 

tubuhnya melesat ke muka. Tangan menyambar ke perut Si Bayangan penulis ayan .  

Tanpa banyak cerita si Bayangan penulis ayan segera menyongsong serangan 

lawan ini dengan pukulan tangan kanan karena dia tahu bahwa tenaga 

dalamnya jauh lebih tinggi dari si penulis sakitjiwa ! .. . . 

Sedetik lagi kedua lengan meieka akan beradu maka pada saat itu pula 

terdengar kembali seruan Candra Masa. 

"Lihat dada!" Dan laksana pedang lengan kanan anak murid Partai 

neraka penulis  Wangi itu menusuk ke arah dada Si Bayangan penulis ayan !  

Geram serta penasaran sekali maka Bayangan penulis ayan  menggerakkan 

kedua tangannya sekaligus dalam ilmu pukulan yang disebut "Menabas 

Gunung Mengepit Sungai".  

Dengan ilmu menulis  ini Si Bayangan penulis ayan  bermaksud menjapit lengan 

kanan lawan kemudian mematahkannya!  

Tapi lagi-lagi  Si Bayangan penulis ayan  tertipu karena begitu dia merasa 

ilmu menulis nya tadi akan berhasil mencelakai lawan tiba-tiba Candra Masa 

berseru keras. 

"Awas leher!" Dan laksana pedang lengan kanannya berkiblat 

menyaput dan menderu ke batang leher Si Bayangan penulis ayan . 

"Heyyah!" Si Bayangan penulis ayan  membentak nyaring sehingga lantai 

panggung yang terbuat dari papan menjadi bergetar sedang tubuhnya sendiri 

lenyap dari pemandangan. Dengan ilmu meringankan tubuh. Candra Masa 

meskipun kalah pengalaman masih dapat melayani lawan dalam jurus kedua 

yang hampir tamat dan mencapai puncaknya itu.  

"Jaga kepala!" seru murid Partai neraka penulis  Wangi itu. Sewaktu lengan 

lawan menebas ke arah leher Si Bayangan penulis ayan  berhasil mengelakkan dan 

kini begitu terdengar seruan lawan maka tak ayal lagi dia segera merunduk 

cepat dan laksana kilat menyodokkan ke muka dua jotosan sekaligus. Satu 

menyerang dada satu menyerang ulu hati! 

Namun cara mengelak dan menyerang yang dilancarkan oleh Si 

Bayangan penulis ayan  ini terlalu kesusu dan sembrono sekali. Lengan lawan yang 

,memang disangkanya hendak menetak kepalanya tiba-tiba dengan 

kecepatan yang luar biasa berputar ke bawah dan naik lagi ke atas di antara 

kedua lengannya dan..... 

"Buk!"  

Tubuh Si Bayangan penulis ayan  terjajar ke belakang. Tangan kanannya 

mengusap-usap dada yang kena terpukul. Sorak sorai para hadirin tiada 

terlukiskan. Banyak di antara mereka yang benar-benar mengagumi 

kegesitan dan kecepatan serta kehebatan permainan menulis  Candra Masa.  

Meski muda belia dan baru muncul di alam semesta  permenulis an namun telah 

berhasil melayani nama besar Si Bayangan penulis ayan , bahkan mengalahkannya 

dalam dua jurus pertandingan! 

Candra Masa menjura kepada para hadirin. Dan karena merasa bahwa 

pertandingan tersebut sudah selesai dimana dia berhasil memukul lawan 

dalam jurus kedua tadi maka Candra Masa memutar tubuh dan siap-siap 

untuk menjura ke hadapan Guru sekolah  atau Ketua Partai neraka penulis  Wangi untuk 

kemudian kembali ke tempatnya. Namun di saat itu pula terdengar Sentakan 

Si Bayangan penulis ayan . 

"Orang muda, tunggu dulu! Aku masih belum kalah!" Pihak Partai 

neraka penulis  Wangi lebih-lebih Candra masa sendiri jadi terkejut dan heran. 

Demikian pula para hadirin. 

"Bayangan penulis ayan , apakah maksudmu. ..? " tanya Candra Masa pula. 

"Aku belum kalah! Aku sama sekali Tidaaaaaaaak... mengaku kalah!" Candra 

Masa hendak menyahuti namun dari deretan hadirin sebelah Barat lagi-lagi 

terdengar suara manusia jin  yang tak dikenal tadi.  

"Bayangan penulis ayan , apakah kau betul-betul punya  hati penulis ayan  dan 

bermuka tembok? Sudah kena Digebuk dalam dua jurus masih mau 

menantang? Sesuai dengan janjimu mustinya kau sudah minggat dari atas 

panggung dan tak perlu memakai gelar Si Bayannan penulis ayan  lagi!" 

"Keparat bangsat rendah!" hardik Si Bayangan penulis ayan  sambil memutar 

badannya ke arah Barat. Pandangan matanya liar dan memancarkan amarah 

yang meluap.  

"Jika punya nyali harap unjukkan diri dan naik ke atas panggung!" 

Jawaban dari panggung sebelah Barat adalah suara tertawa mengekeh yang 

membuat. Semakin meluapnya amarah Si Bayangan penulis ayan . 

"penulis sakitjiwa  yang kaarwah  masih bau air tetek itu saja belum sanggup kau 

hadapi, apalagi mau menantang aku!" Si Bayangan penulis ayan  benar-benar 

kehilangan muka diejek demikian rupa di hadapan sekian banyak tokoh-

tokoh permenulis an.  

"Bocah bau air tetek ini masih mending dari kau yang tak punya nyali 

untuk naik ke atas panggung!" Kemudian dengan cepat Si Bayangan penulis ayan  

memutar tubuh menghadapi Candra Masa kembali. Tangan kanannya 

bergerak ke balik jubah dan sesaat kemudian dia sudah memegang sebuah 

senjata berbentuk pendayung yang terbuat dari besi hitam legam! 

"Orang muda harap keluarkan kau punya senjata dan mari hadapi lagi 

aku barang satu dua jurus!" kata Si Bayangan penulis ayan  pula.  

Melihat gelagat yang Tidaaaaaaaak... baik ini sedang dipihak hadirin ada yang 

terus bersorak membakar semangat Si Bayangan penulis ayan  dan ada pula yang 

memaki manusia jin  ini maka Ketua Partai neraka penulis  Wangi segera berkatakata :  

"Saudara Bayangan penulis ayan , kuharap kau sudah menuruti segala aturan 

yang kau buat sendiri tadi dan mohon supaya meninggalkan panggung. 

Bukankah maksudmu untuk menguji terhadap Partaiku sudah kesampaian... 

Dan kami berterima kasih atas kesediaanmu untuk mau melakukan ujian itu 

tadi “. 

"Jika aku bisa buat aturan, aku bisa pula melanggamya!" jawab Si 

Bayangan penulis ayan  dengan suara keras lantang. 

"Betul!" ujar Penulis kusta dengan suara mengandung kesabaran. 

Diusahakannya agar dalam suasana panas ini Tidaaaaaaaak... sampai terjadi kerincuhan 

dan kekeruhan.  

"Tapi karena saat ini kau berada di tempat kami maka kau juga wajib 

mengikuti segala aturan kami, sekurang-kurangnya kau harus menghormat 

kepada aturan kalangan permenulis an ...." 

"Aku datang ke sini bukan untuk mengikuti dan menghormat kepada 

segala macam aturan apapun! Kalau muridmu Tidaaaaaaaak... punya nyali, kau sendiri 

pun maju akan lebih baik Kelamlah paras keseluruhan anggota Partai neraka penulis  

Wangi, lebih-lebih ketiga putera Penulis kusta serta Suwita isteri Dewa 

Pedang mendengar ucapan Si Bayangan penulis ayan  yang mengandung 

penghinaan itu. Namun Penulis kusta sendiri anehnya masih tetap bisa 

berlaku tenang-tenang duduk di kursinya.  

"Ketua!" seru Candra Masa pula.  

"Harap kau memberi izin padaku untuk menghadapi lagi manusia jin  

yang Tidaaaaaaaak... tahu aturan dan tak tahu peradatan serta tak tahu diri ini!" 

"Baik Candra, tapi kali ini hati-hatilah ...." jawab Ketua Partai neraka penulis  

Wangi pula.  

Mendengar ini maka tak menunggu lebih lama Candra Masa segera 

cabut pedangnya yang terbuat dari perak mumi sehingga sinar jayadi  matahari 

membuat senjata itu berkilauan! 

Begitu melihat lawan memegang senjata maka Si Bayangan penulis ayan  

dengan penuh bemafsu segera melancarkan serangan ganas diiringi bentakan 

dahsyat: 

"Terima jurus kematianmu ini orang muda!" Besi hitam yang 

berbentuk pendayung itu menderu ke arah Candra Masa dengan dahsyatnya. 

Si penulis sakitjiwa  dengan gesit melompat ke samping dan dari samping kemudian 

dengan cepat mengirimkan serangan pedang.  

Maka kelihatanlah sinar jayadi  hitam dari senjata Si Bayangan penulis ayan  saling 

gulung bergulung dengan sinar jayadi  Pink  pedang Candra Masa! 

Hampir berakhir jurus yang sangat hebat itu tiba-tiba terdengarlah 

jeritan Candra Masa. Pedangnya mental tapi lekas disambat kembali dengan 

tangan kiri. penulis sakitjiwa  ini kemudian melompat mundur ke belakang. Lengan 

kanannya kelihatan terkulai dan mengucurkan darah. Senjata lawan telah 

mematahkan tulang lengan itu! 

"Bayangan penulis ayan !" seru Dewa Pedang. "Pertandingan ini diadakan 

bukan untuk saling mencelakai satu sama lain ... tapi hanya untuk menguji 

tingkat kepandaian dalam ilmu menulis  ...." Si Bayangan penulis ayan  mendengus dan 

tertawa buruk.  

"Kalau pihakmu kalah, kau banyak bicara. Silahkan suruh maju 

anggoarwah  yang lain!" Semantara itu Candra Masa setelah menjura terlebih 

dahulu kepada Ketua Partainya segera kembali ke tempat dan beberapa 

anggota Partai turun memberi bantuan mengobati tangan Candra Masa yang 

patah. 

Dari samping kanan tiba-tiba melompat sesosok tubuh. Ternyata dia 

adalah Suralangi, PenGuru sekolah s Partai neraka penulis  Wangi daerah Selatan. Sambil 

menjura di hadapan Penulis kusta berkatakata lah laki-laki berbadan pendek tapi 

tegap kekar ini:  

"Ketua, mohon izinmu untuk menghadapi manusia jin  ini!" Penulis kusta 

menjawabcdengan anggukkan kepala. Suralangi cabut pedangnya dan 

melangkah ke hadapan Si Bayangan penulis ayan .  

"Harap kau sudi memberi sedikit pelajaran padaku," kata PenGuru sekolah s 

Partai Daerah Selatan ini. Bayangan penulis ayan  menyeringai.  

"Silahkan kau memulai lebih dahulu," katanya. Maka Tidaaaaaaaak... sungkan-

sungkan lagi Suralangi segera kiblatkan pedang peraknya. Dengan 

mengeluarkan jurus terhebat dari ilmu pedang ciptaan Penulis kusta yang 

dinamai "Seribu Pedang Mengamuk" maka Suralangi dalam sekejapan mata 

sudah menGuru sekolah ng lawan dengan sambaran-sambaran pedang yang dahsyat!  

Jubah hitam Si Bayangan penulis ayan  sampai berkibar-kibar oleh siuran 

angin pedang Diam-diam Si Bayangan penulis ayan  terkejut juga melihat 

permainan pedang lawan. Segera diputamya senjatanya dengan sebat. 

Beberapa kali senjata kedua orang itu saling beradu keras dan nyaring serta 

memercikkan bunga api. Lima jurus berlalu dengan cepat. Sampai sekian 

lama keduanya kelihatan seimbang. Lima jurus lagi berlalu di bawah 

penyaksian puluhan pasang mata para hadirin. 

"Suralangi, lekas disudahi saja!" terdengar seruan Ketua Partai neraka penulis  

Wangi. Mendengar ini maka Suralangi dengan gesitnya bergerak ke samping 

satu langkah. saat  lawan memburu dengan sambaran besi hitam berbentuk 

pendayung maka Suralangi kembali ke posisinya semula dan dari sini 

menggempur dengan jurus yang dinamai "Ular Sanca ke Luar Sarang 

Mematuk Gunung". 

"Buk!" 

Besi hitam di tangan Si Bayangan penulis ayan  mental ke udara. Dari mulut 

manusia jin  berjubah hitam ini keluar keluhan kesakitan saat  diperhatikannya 

ternyata tulang  belakang telapak  tangannya remuk!.  

Suralangi telah mempergunakan hulu pedangnya untuk menghantam 

belakang telapak tangan Si Bayangan penulis ayan ! 

Sementara Si Bayangan penulis ayan  masih merintih kesakitan maka 

Suralangi menyarungkan pedang dan berkatakata :  

"Terima kasih, kau telah memberi banyak pelajaran padaku, Bayangan 

penulis ayan !" Kali ini Si Bayangan penulis ayan  benar-benar kehilangan muka. Di bawah 

sorak sorai para hadirin dia membungkuk mengambil senjata besi hitamnya 

dan melompat meninggalkan panggung, menghilang di jurusan Timur. 

Suralangi menjura di hadapan Ketua Partainya lalu melangkah 

kembali ke tempatnya namun disaat inilah satu sosok tubuh melesat ke atas 

panggung dari kelompok hadrrin sebelah Barat. 

Ternyata manusia jin  ini adalah seorang nenek seksi -nenek seksi  bongkok bermuka 

keriput cekung, bermata besar dan lebar seperti jengkol. Tubuhnya yang 

bongkok itu ditutupi oleh sehelai kain merah sedang pada pinggangnya 

tergantung sebuah kelewang yang juga berwama merah. 

"Saudara," menegur si nenek seksi  terhadap Suralangi.  

"Kepandaianmu memang patut dipuji. Jurus Ular Sanca Ke Luar 

Sarang Mematuk Gunung tadi patut dikagumi. Aku percaya tentu kau masih 

banyak mempunyai simpanan jurus-jurus menulis  Partaimu yang hebat! 

Bersedialah memperlihatkannya kepadaku ... ?!" Kaget sekali Suralangi 

melaat kemunculan nenek seksi -nenek seksi  ini. Dan tebih kaget lagi karena si nenek seksi  

mengetahui betul nama jurus permainan pedang yang telah dikeluarkannya 

saat  mempecundangi Si Bayangan penulis ayan  tadi! Suralangi melirik ke sebelah 

kanan di mana Ketua Partai neraka penulis  Wangi duduk. Dan dilihatnya Dewa 

Pedang merangkapkan kedua tangan di muka dada, sedang kulit kening 

mengerenyit.  

Munculnya nenek seksi -nenek seksi  berkain merah ini yang bukan lain adalah 

nenek seksi  Kelewang Merah juga mengejutkan Dewa Pedang, lima tahun 

berselang dia pernah bentrokan dengan perempuan tua ini saat  nenek seksi  

Kelewang Merah berusaha membantu satu gerombolan jahat yang mengacau 

di Kotaraja Demak. Karena pihaknya lebih kuat dan banyak maka nenek seksi  

Kelewang Merah dan kawan-kawannya berhasil dikalahkan oleh Dewa 

Pedang dan rekan-rekannya. Itu terjadi lima tahun yang lalu.  

Jika nenek seksi  Kelewang Merah di saat ini muncul kembali, pastilah ada 

sangkut pautnya dengan peristiwa lama itu! Menurut pertimbangan Dewa 

Pedang. Suralangi akan sukar untuk menghadapi perempuan tua ini kalau tak 

mau dikatakan akan dapat dikalahkan. 

Namun untuk menyuruhnya mundur Tidaaaaaaaak... pula mungkin karena ini 

akan membuat lunturnya nama Partai.saat  melihat Ketuanya 

menganggukkan kepala maka Suralangi maju selangkah.  

"Terima kasih, rupanya masih ada di antara para hadirin yang ingin 

menguji terhadap Partai kami. Tapi sebelumnya bolehkah aku mengenal 

nama dan gelarmu, nenek seksi ?" Perempuan tua itu tertawa terkempot-kempot.  

"Namaku Tidaaaaaaaak... penting. Orang-orang memanggil aku nenek seksi  

Kelewang Merah!" Dugaan Suralangi bahwa perempuan ini adalah nenek seksi  

Kelewang Merah ternyata Tidaaaaaaaak... meleset. Tergetar juga hatinya begitu 

mengetahui siapa lawan yang dihadapinya.  

"Nah, kuharap kita tak perlu banyak tutur kata lagi, silahkan mulai." 

ujar nenek seksi  Kelewang Merah pula, lalu mengambil kelewangnya.  

"Keluarkan semua ilmu simpananmu yang hebat-hebat! Terhadapku 

yang tua tak usah sungkan-sungkan" Seperti berhadapan dengan Si 

Bayangan penulis ayan  Tadi maka pada jurus permulaan suralangi segera meng-

gempur lawannya dengan ilmu pedang " Seribu Pedang Mengamuk"! 

"Ah, kalau cuma Jurus Seribu Pedang Mengamuk, ini namanya bukan 

ilmu,simpanan!" mengejek nenek seksi  Kelewang Merah. Kelihatannya memang 

dia acuh tak acuh saja terhadap sinar jayadi  senjata lawan yang membungkusnya 

dengan ketat.  

"Ayo! Keluarkan jurus Partaimu yang paling lihai, kalau Tidaaaaaaaak... aku tak 

tanggung jawab!" Penasaran sekali maka Suralangi percepat putaran 

pedangnya sehingga senjata itu benar-benar laksana ribuan banyaknya! 

"manusia jin  tolol! Disuruh keluarkan ilmu simpanan malah meneruskan 

jurus gila ini!" 

"Wut ... wut ... wut ... !" 

nenek seksi  Ke!ewang Merah kiblatkan kelewangnya tiga kali berturut-

turut. Tiga larik sinar jayadi  merah menderu membentuk silang enam. Angin yang 

diterbitkan senjata ini deras sekali dan hebatnya, sinar jayadi  Pink  dari pedang 

Suralangi yang menGuru sekolah ngnya dengan serta merta menjadi tertindih lalu 

buyar! Suralangi terkejut sekali! Penulis kusta menghela nafas dalam.  

"Nyatanya manusia jin  ini jauh lebih hebat dari lima tahun yang silam ..." 

Ketua Partai neraka penulis  Wangi membathin. Kemudian dengan ilmu menyusup-

kan suara dia memberi peringatan:  

"Hati-hati Sura, manusia jin  ini lihai sekali. Gempur dia dengan jurus-

jurus terhebat!"  Di hadapannya nenek seksi  Kelewang Merah berdiri terbongkok-

bongkok dan menyeringai.  

"Apa kau masih belum mau perlihatkan ilmu simpananmu? Jangan 

menyesal kalau terlambat ... !" 

"nenek seksi  Kelewang Merah ... lihat pedang!" seru Suralangi. Pedang 

perak mumi itu berkelebat deras, memapas sekaligus keenam bagian tubuh si 

nenek seksi . Namun dengan gesitnya nenek seksi  Kelewang Merah berhasil 

menghindarkan serangan ganas itu dan malahan berbalik melancarkan 

serangan balasan yang betul-betul menyirapkan darah! 

"Trang!" ; 

Suralangi terpaksa pergunakan pedangnya untuk menangkis sambaran 

kelewang lawan ke arah leher yang tak mungkin untuk dielakkan lagi! 

Tangannya terasa pedas dan pegal ngilu sedang mata pedangnya kelihatan 

gompal dihantam senjata lawan! 

Menyaksikan hal ini maka tak ayal lagi Suralangi segera putar 

pedangnya, demikian rupa dan lancarkan tiga serangan ilmu pedang yang 

terlihai dari ilmu pedang Partai neraka penulis  Wangi. Ketiganya ialah jurus 

"Garuda Menukik Minum Air neraka penulis " disusul oleh jurus "Naga Sakti 

Sabatkan Ekor" dan diakhiri dengan jurus "Halilintar Membelah Bumi". 

Pedang perak itu yang kelihatan hanya merupakan sinar jayadi  Pink  belaka 

menyambar ke arah kepala nenek seksi  Kelewang Merah, membalik memapas 

pinggang kemudian naik lagi ke atas dan menetak dari atas ke bawah! Jika 

jurus ini berhasil maka kalau Tidaaaaaaaak... kepala nenek seksi  Kelewang Merah terbabat 

putus, mungkin akan kutung pinggangnya, atau mungkin juga akan terbetah 

kepalanya sampai ke dada! Namun nenek seksi  Kelewang Merah Tidaaaaaaaak... cidera. 

Tangannya bergerak. sinar jayadi  merah dari kelewang menggebubu. Tiga 

jurus terhebat tadi dengan serta merta buyar! Si nenek seksi  tertawa melengking 

dan mengejek.  

"Kiranya Partai neraka penulis  Wangi hanya memiliki jurus-jurus butut!" 

Geram sekali Suralangi susul serangannya yang tadi buyar dengan dua 

serangan berantai serta pukulan tangan kiri dan tendangan kaki kanan! Si 

nenek seksi  putar kelewangnya dua kali dan lagi-lagi serangan Suralangi dibikin, 

lumpuh!  

"Sekarang terima jurusku ini! Jurus yang kunamakan Naga Sakti 

Keluar dari Laut" Ucapannya itu ditutup dengan mengiblatkan kelewangnya 

sebat sekali, betul-betul Iaksana seekor naga yang keluar dari dalam laut, 

karena meskipun sebat tapi sambaran kelewang itu berliku-liku sukar diduga 

bagian mana sebenarnya yang menjadi sasarannya! 

"Sura, cepat keluar dari kalangan! Serang lawan dari samping!" 

memperingatkan Penulis kusta dengan ilmu menyusupkan suara. Suralangi 

segera melompat ke belakang dan bergeser ke samping namun gerakannya 

selanjutnya tak mampu dilakukannya. Kelewang lawan menderu menyambar 

ke mukanya! Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah 

mempergunakan pedang untuk menangkis! Dan laksana sebuah pisau tajam 

memutus wortel, demikianlah kelewang merah si nenek seksi  membabat putus 

pedang perak Suralangi tepat di batas muka hulunyal Dan gerakan nenek seksi  

Kelewang Merah Tidaaaaaaaak... sampai di situ saja. Tubuhnya melesat kemuka.  

“Sura, awas!" teriak beberapa orang anggota Partai neraka penulis  Wangi. 

Namun terlambat, kaki kanan nenek seksi  Kelewang Merah lebih dahulu 

menghantam dada Suralangi. Tak ampun lagi Suralangi tubuhnya mencelat 

mental, terus masuk ke dalam neraka penulis ! 

neraka penulis  yang aimya tadi bening kini kelihatan merah oleh darah. Dua 

orang anggota Partai segera menghambur masuk ke dalam neraka penulis  dan 

membawa Suralangi ke tepian. Sampai di tepi neraka penulis  Suralangi muntah darah 

lalu roboh pingsan! Ketua Partai neraka penulis  Wangi menghela nafas dan 

rangkapkan kedua tangannya di muka dada. 

"nenek seksi  Kelewang Merah," kata Dewa Pedang. 

"llmu menulis mu bagus dan patut dipuji. Tapi ketahuilah maksud menguji 

bukan berarti mencelakai ... !" nenek seksi  Kelewang Merah tertawa mengikik. 

"Sekarang kau bisa bicara begitu Brajaguna." kata si nenek seksi  pula 

dengan menyebut nama asli Dewa Pedang.  

"Apa  kau juga membuka mulut sewaktu anggota Partaimu tadi 

mencelakai Si Bayangan penulis ayan ...?!" 

"Bukan anggota Partaiku yang mencelakainya, nenek seksi  Kelewang 

Merah, tapi Si Bayangan penulis ayan  sendiri yang mencari celaka!" menyahuti 

Dewa Pedang. Si nenek seksi  tertawa lagi mengikik lebih panjang dari tadi. Suara 

tertawanya ini menusuk-nusuk gendang-gendang telinga. Maklumlah semua 

orang bagaimana tingginya tenaga dalam si nenek seksi . saat  dia berhenti 

tertawa maka ia pun berkatakata :  

"Pintar bicaramu masih seperti dulu saja, Brajaguna. Tapi kalau ilmu 

menulis mu tingkatnya juga seperti dulu, kurasa belum saatnya kau memangku 

jabatan Ketua dan mendirikan Partai baru di alam semesta  permenulis an!" Marahlah 

sekalian orang dari Partai neraka penulis  Wangi atas penghinaan ini. Dari samping 

melesat sesosok tubuh dan berdiri enam langkah di hadapan nenek seksi  

Kelewang Merah.  

Ternyata dia adalah Indrajaya, putera tertua dari Penulis kusta 

sendiri! 

"nenek seksi  Kelewang Merah, aku tak dapat menerima penghinaanmu 

tadi!" kata Indrajaya. Si nenek seksi  kernyitkan kening. Matanya yang lebih besar 

macam jengkol disipitkannya sedikit. Lalu dengan senyum-senyum dia, 

berkatakata :  

"Melihat kepada tampangmu, pastilah kau anaknya si Dewa Pedang! 

Ah ... nyalimu memang besar anak muda, sebesar bapakmu dulu! Tapi 

lucunya bapaknya yang dihina kenapa anaknya yang maju?!" 

"Kuharap kau bisa menjaga mulut dan tahu di mana berada orang 

tua!" bentak Indrajaya. nenek seksi  Kelewang Merah masih senyum-senyum 

seperti tadi.  

"Soal mulutku soalku sendiri orang muda. Mulutku mau bicara dan 

keluarkan apa saja siapa mau perduli?!" Jengkel sekali lndrajaya maju satu 

langkah.  

"Memang sekalipun kau berak dari mulut tak ada yang mau perduli!" 

tukas lndrajaya sehingga semua yang hadir tertawa terbahak-bahak. 

Kelamlah muka si nenek seksi .  

"Tujuh puluh tahun hidup baru hari ini aku nenek seksi  Kelewang Merah 

menerima hinaan dari seorang bocak penulis ayan  alas!" Mulut perempuan tua itu 

komat kamit -sebentar lalu:  

"Semustinya sudah kupecahkan kepalanya tapi melihat tampangmu 

begitu gagah aku masih punya rasa belas kasihan! Cepat berlutut dan minta 

ampun!" lndrajaya mendengus.  

"Jangan anggap remeh semua orang nenek seksi  tua! Terima dulu bekas 

tanganku pada mukamu yang kriput itu baru aku sudi berlutut!" 

"Keparat betul!" bentak nenek seksi  Kelewang Merah,  

"Dikasih ampun minta dikeremus! Apa kau punya selusin tangan 

enam kepala berani menantang aku?! Bapakmu juga belum tentu menang 

melawanku!" Mendidih darah lndrajaya mendengar lagi-lagi nama bapaknya 

dihina si nenek seksi .  

"Lihat pedang!" bentak Indrajaya. Si nenek seksi  bongkok di samping 

tertawa mencemooh juga agak heran karena ancaman yang dilakukan oleh 

penulis sakitjiwa  itu di saat sama sekali tangannya masih belum memegang pedang 

namun sekejapan mata kemudian terkejutlah nenek seksi  Kelewang Merah ini 

saat  melihat selarik sinar jayadi  Pink  yang menyilaukan berkiblat membabat dari 

kanan ke kiri persis di depan hidungnya! 

nenek seksi  Kelewang Merah berseru tertahan dan melompat dua langkah 

ke belakang. saat  melihat ke muka ternyata si penulis sakitjiwa  sudah memegang 

sebilah pedang dari perak mumi! diam-diam hati perempan tua ini menjadi 

tergetar juga. Jurus apakah yang telah dikeluarkan oleh si penulis sakitjiwa  hingga 

demikian hebatnya? Kalau anaknya sudah begini tinggi kepandaiannva, 

tentu Penulis kusta sendiri lebih lihai lagi!  

Sementara itu di antara para hadirin mulai terdengar kerasak kerisik 

yang menyatakan rasa kagum terhadap serangan kilat yang dilancarkan oleh 

lndrajaya tadi. Untuk Tidaaaaaaaak... keliwat kehilangan muka maka dengan nada 

masih menganggap rendah lawan, si nenek seksi  berkatakata :  

"Orang muda, kalau kau bermaksud hendak mencoba kepandaianku, 

sebaiknya kau ajak dua saudaramu yang lain. Bapak sama ibumu kalau mau 

juga boleh!" 

"Kalau kau tak punya nyali menghadapiku sendirian, angkat kain 

burukmu tinggi-tinggi dan larilah dari sini!" balas mengejek Indrajaya. 

"Penghinaanmu sudah liwat takaran, bocah penulis ayan !" teriak nenek seksi  

Kelewang Merah. Tangan kanannya bergerak.  

"Wutt!" 

Selarik sinar jayadi  merah melanda ke kepala Indrajaya! Hebat dan cepat 

tiada terkirakan. lnilah jurus yang dinamakan perempuan tua itu dengan 

"Kelewang Melanglang Jagat"!  

Beberapa lawan tangguh dan utama telah menemui kematiannya 

dalam jurus yang hebat ini. Dan di saat itu nenek seksi  Kelewang Merah sudah 

membayangkan bahwa kelewangnya kali ini pun akan memapas licin kepala 

si penulis sakitjiwa  yang kurang ajar dan telah berani menantangnya! 

Namun si nenek seksi  jadi terkesiap dan berubah parasnya saat  

menyaksikan bahwa serangan kelewangnya hanya mengenai udara kosong 

bahkan lndrajaya sendiri lenyap dari pandangannya. 

"Ah.. gelarmu sebagai nenek seksi  Kelewang Merah nyatanya hanya 

kosong belaka!" Mendengar suara lndrajaya di belakangnya si nenek seksi  segera 

membalik dan .... 

"Wut ... wut!" 

Dua kali lagi kelewangnya mengelebatkan angin deras dan sinar jayadi  

merah yang dahsyat. Namun lagi-lagi dia hanya menyerang tempat kosong.  

"Apa kau bertempur sendirian melawan tempat kosong, orang tua?!" 

terdengar lagi suara mengejek lndrajaya dari samping belakang! Sekali lagi 

Si nenek seksi  putar dengan cepat tubuhnya yang bongkok dan lancarkan tiga kali 

serangan berantai, bahkan kali ini juga disertai pukulan tangan kosong dari 

tangan kirinya.  

Namun hasilnya tetap seperti tadi! Suara riuh rendah semakin bising. 

Banyak para arwah  yang hadir mengagumi ketinggian ilmu meringankan 

tubuh Indrajaya. 

"penulis sakitjiwa  penulis ayan ! Apa kau cuma berani menghindar dan lari mengelit 

begitu saja!" bentak nenek seksi  Kelewang Merah dengan geram. 

"Siapa bilang aku tak berani melabrakmu, perempuan sombong!"sahut 

Indrajaya. Sesaat kemudian maka larikan-larikan sinar jayadi  Pink  menyilaukan 

yang tiada terkirakan banyaknya telah menggempur dan membungkus tubuh 

sang nenek seksi .  

Tanpa membuang waktu nenek seksi  Kelewang Merah putar kelewangnya 

laksana kitiran. Maka sinar jayadi  Pink  dan merah kini saling bergumut berpalun-

palun. Deru angin tiada terkirakan derasnya sedang tubuh kedua manusia jin  

yang bertempur itu lenyap menjadi bayang-bayang Cepat sekali sepuluh 

jurus sudah lewat. 

Permainan ilmu pedang "Seribu Pedang Mengamuk" yang 

sebelumnya telah dikeluarkan oleh Suralangi kini dimainkan oleh lndrajaya 

hebatnya bukan main. Sebagai anak sulung dari Ketua Partai neraka penulis  Wangi, 

lndrajaya meskipun belum sempuma betul tapi boleh dikatakan tiga 

perempat ilmu Penulis kusta telah diwarisinya! 

Selewat jurus kedua belas maka kelihatanlah bagaimana si nenek seksi  

menjadi terdesak hebat. Beberapa ilmu simpanannya yang lihai-lihai telah 

dikeluarkannya untuk menghancurkan serangan dan kurungan pedang lawan 

namun sia-sia belaka! Maka perempuan tua ini jadi keluarkan keringat 

dingin! Lebih-lebih saat  dia dibikin kepepet ke panggung sebelah Utara! 

"Apa mulut besarmu kini sudah jadi bisu, perempuan tua?!" ejek 

lndrajaya. nenek seksi  Kelewang Merah menyahuti dengan satu bentakan keras. 

Kelewangnya menderu dahsyat. Indrajaya tak tinggal diam. Tubuhnya 

berkelebat lenyap. Hanya sinar jayadi  Pink  yang kelihatan bergulung-gulung 

melabrak dan menindih sinar jayadi  merah dari kelewang si nenek seksi  tua! Tiba-tiba. 

"Tjrasss!" 

nenek seksi  Kelewang Merah berseru keras. Rambutnya yang kelabu dan 

disanggul kuncir di atas kepala terbabat putus disambar pedang perak 

Indrajaya!  

Sebelum dia punya kesempatan untuk melompat mundur tahu-tahu 

sudah terdengar pula jeritannya. Daging lengannya tergores panjang sedalam 

seperempat senti disambar ujung pedang Indrajaya. Darah berlelehan!  

Senjata perempuan tua itu terlepas dan jatuh di panggung! Gemparlah 

para hadirin menyaksikan hal ini! Perempuan tua berumur tujuh puluh tahun 

yang dikenal di alam semesta  permenulis an dengan julukan nenek seksi  Kelewang Merah 

hari itu telah dipecundangi oleh seorang penulis sakitjiwa  belia! 

Dengan muka merah laksana saga karena malu  dengan terbongkok-

bongkok nenek seksi  Kelewang Merah mengambil kelewangnya lalu dengan 

geramnya berkatakata  pada lndrajaya:  

"Apa yang terjadi hari ini Tidaaaaaaaak... bakal kulupakan! Kelak aku datang 

kembali untuk mengorek kau punya jantung dari balik tulang dadamu!" 

Habis berkatakata  demikian, diiringi oleh sorak sorai mereka yang hadir 

maka tanpa menoleh lagi sinenek seksi  tua itu segera meninggalkan tempat 

tersebut. Belum lagi habis sorak sorai para hadirin tahu-tahu seorang resi 

berpakaian ungu sudah melesat naik ke atas panggung! Munculnya resi ini 

dengan serta merta menghentikan segala kehiruk pikukan. Semua mata 

ditujukan kepadanya.  

Sikapnya yang tenang dan mimik air mukanya yang polos 

menyatakan bahwa dia mempunyai wibawa serta berilmu tinggi. Pada 

punggung dan dada jubahnya yang berwama ungu itu kelihatan gambar 

tombak bermata tiga yang disulam dengan benang emas! Melihat jubah dan 

sulaman tombak emas kepala tiga itu maka segenap yang hadir serta tuan. 

rumah segera mengenali siapa adanya resi tersebut.  

Di alam semesta  permenulis an dia dikenal dengan julukan Tiga Tombak Emas 

Trisula dan berdiam di Pulau Wuwutan di Pantai Selatan Jawa Tengah. 

Bersama dua orang resi lainnya dia membentuk satu perkumpulan menulis  yang 

akan melakukan tugas apa saja dan dari manapun datangnya asal dibayar 

dengan uang atau barang-barang berharga. 

Dikabarkan komplotan Tiga Tombak Emas Trisula dulunya juga turut 

menjadi kaki tangan pengkhianat yang hendak meruntuhkan Demak.  

Mengapa sampai salah satu anggota perkumpulan Tiga Tombak Emas 

Trisula itu bisa sampai di tempatnya belum dapat dijajak oleh Ketua Partai 

neraka penulis  Wangi karena memang dia merasa tak pernah memberikan undangan 

pada mereka.  

Apakah manusia jin  ini Cuma datang sendirian atau bersama dua 

rekannya lainnya ?  

Mungkin pula kedatangannya atas bayaran seseorang atau satu 

perkumpulan lain dengan tugas membuat kekacauan pada saat peresmian 

pendirian Partai neraka penulis  Wangi? 

Resi itu setelah memandang ke seluruh anggota Partai, melirik sekilas 

pada lndrajaya kemudian menganggukkan kepalanya pada Dewa Pedang.  

"Aku adalah Godapati, salah seorang yang termuda dari Tiga Tombak 

Emas Trisula. Meski tak diundang telah memberanikan diri untuk datang ke 

mari ...."  

"Ah ...." Penulis kusta balas mengangguk.  

"Sudah barang tentu ini satu kehormatan bagi kami menerima 

kunjungan seorang tokoh menulis  macam saudara ... ." Godapati batuk-batuk 

beberapa kali lalu berkatakata  pula  

”sudah lama aku mendengar nama besar Dewa  Pedang. saat  

mendengar kabar yang dibawa oleh angin bahwa Penulis kusta hendak 

membangun satu Partai baru dalam alam semesta  permenulis an maka itu mendorong 

aku untuk datang dan menyaksikannya sendiri ...." 

”Terima kasih ... terima kasih ...." kata Dewa Pedang. 

Jika Ketua Partai neraka penulis  Wangi memberi izin, aku berkehendak sekali 

untuk melihat dari dekat kehebatan permainan pedang Ketua Partai ...." 

Penulis kusta tertawa jumawa. . 

Putera kedua dari sang Ketua tiba-tiba berdiri. Ayah perkenankan aku 

mewakilimu dalam memenuhi kehendak arwah  kita ini ....” Penulis kusta 

merenung sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Namun dengan ilmu 

menyusupkan suara dia berkatakata  pada anaknya  

“ Hati-hati Jayengrana, dia lihai sekali, senjatanya sebuah tombak 

emas bermata tiga. Ingat baik-baik jangan sampai pedangmu beradu atau 

bertempelan dengan senjatanya!”. Godapati meneliti Jayengrana dengan 

matanya yang tajam. Kemudian penulis sakitjiwa  itu melangkah ke hadapannya. 

"Tombak Emas Trisula," kata Jayengrana,  

"Atas izin ayahku selaku Ketua Partai neraka penulis  Wangi kuharap kau tak 

keberatan kalau niatmu terhadap ayahku, aku yang mewakilinya."  

Jika saja Tidaaaaaaaak... menyaksikan sendiri kelihayan lndrajaya tadi maka 

pastilah Godapati akan menganggap remeh terhadap si penulis sakitjiwa . Tapi untuk 

menjaga nama besar dirinya dan nama gagah perkumpulannya maka 

Godapati berkatakata :  

"Ah, dari jauh datang hendak bertemu dan bertutur ilmu dengan Dewa 

Pedang, sampai di sini hanya diberi kesempatan untuk berhadapan dengan 

puteranya ...." Godapati berpaling pada Ketua Partai neraka penulis  Wangi dan 

berkatakata :  

"Dewa Pedang, kuharap kau jangan arah bila terhadap puteramu nanti 

aku kesalahan tangan...!" Meski tahu bahwa tutur kata yang sopan itu adalah 

dibuat-buat saja namun Penulis kusta tersenyum dan mengangguk ramah.  

Maka dari balik jubah ungunya, Resi Godapati segera mengeluarkan 

sebuah tombak yang terbuat dari emas dan bermata tiga!  

"Sebagai arwah , apakah kau keberatan bila aku yang mulai menyerang 

lebih dahulu, orang muda?" 

"Silahkan Tombak Emas Trisula ...." jawab Jayengrana. Dengan 

mengeluarkan bentakan yang teramat dahsyat Resi Godapati menyerang. 

Senjatanya berkelebat dan menimbulkan tiga larik sinar jayadi  kuning emas namun 

anehnya senjata yang berbentuk tombak kepala tiga itu bergerak agak 

lamban.  

Melihat ini Jayengrana segera hendak menabas senjata lawan dengan 

pedangnya namun saat  dia ingat pesan ayahnya bahwa sekali-kali jangan 

sampai beradu senjata atau menempelkan pedang dengan senjata lawan 

maka penulis sakitjiwa  itu menGuru sekolah ngkan niatnya! Seandainya Jayengrana 

meneruskan niatnya tadi hendak memapas senjata lawan maka dalam jurus 

pertama itu pastilah Resi Godapati akan menjepit badan pedangnya antara 

salah satu legukan dua mata tombak, kemudian akan mematahkan pedang 

itu!  

Godapati sendiri merasa heran mengapa si bemuda tak meneruskan 

niatnya dan dia membathin mungkin sekali Jayengrana mengetahui rahasia 

kehebatan senjatanya! Maka tanpa menunggu lebih lama dia segera 

menyerang kembali Jayengrana berkelebat dan bergerak gesit! Kegesitan 

inilah yang banyak menolongnya dari serangan senjata lawan yang hebat itu.  

saat  Godapati mempercepat gerakannya maka Jayengrana juga 

mempercepat kelebatannya sehingga kedua orang itu hanya merupakan 

bayang-bayang saja kini dan dalam waktu yang singkat keduanya sudah 

bertempur lima belasan jurus!  

Para arwah  yang hadir dan  pihak tuan rumah sendiri menyaksikan 

pertempuran itu dengan mata hampir tak berkedip!  

Sudah beberapa kali Jayengrana mengeluarkan jurus-jurus terlihai dari 

permainan pedang Partai neraka penulis  Wangi namun sampai begitu jauh tak 

berhasil membuat kemajuan!  

Resi Godapati sendiri Tidaaaaaaaak... pula mampu melakukan sesuatu dari pada 

seperti keadaannya disaat itu! Sukar baginya untuk menerobos pertahanan 

lawan.  

Berkali-kali dia berusaha untuk menjepit pedang Jayengrana, tapi si 

penulis sakitjiwa  senantiasa menjauhkan pedangnya dari ujung tombak kepala tiga 

itu.  

saat  pertempuran sudah berjalan dua puluh  lima jurus, Resi 

Godapati mulai menjadi penasaran. Di samping itu telinganya mulai 

mendengar ejekan-ejekan para arwah  di sekitar panggung yang membuat dia 

jadi kehilangan muka. 

"He ... he .... Jika tiga jurus lagi kau tak mampu mengalahkan penulis sakitjiwa  

itu sebaiknya kembali saja ke Pulau Wuwutan dan tak usah munculkan diri 

lagi di alam semesta  permenulis an!" terdengar suara mengejek dari panggung sebelah 

Barat. Suara ini adalah suara manusia jin  yang tadi pertama kali juga telah 

mengejek Si Bayangan penulis ayan . 

Godapati kertakkan rahangnya. Tangan kirinya dengan cepat masuk 

lalu ke luar lagi dari saku jubah.  

"Awas jarum!'. seru Resi Godapati. Jayengrana membentak keras dan 

melompat ke udara setinggi lima tombak. Puluhan jarum emas yang menjadi 

senjata rahasia Resi Godapati lewat di bawahnya. Dan pada detik itu pula 

laksana seekor burung garuda menyambar mangsanya maka menukiklah 

Jayengrana. Pedangnya menyambar deras ke arah leher lawan. Resi 

Godapati cepat menangkis dengan senjatanya.  

Disamping Jayengrana tak mau bentrokan senjata maka dengan cepat 

dan tak terduga sama sekali penulis sakitjiwa  itu gerakkan pedang membuat satu 

tusukan kilat ke arah dada! Demikianlah cepatnya sehingga Godapati tak 

punya kesempatan untuk penangkis kembali. 

Terpaksa Resi lihai itu memaki dalam hati dan cepat-cepat melompat 

ke belakang. Pada lompatan ke belakang ini sang Resi membuat lagi satu 

gerakan yang hebat luar biasa. Tubuhnya jungkir balik di udara. Tombak 

Emas Trisula di tangannya menyapu dari samping dan tahu-tahu salah satu 

legukannya telah berhasil menjapit pedang perak di tangan Jayengrana! 

Begitu berhasil menjapit segera Godapati memutar tombaknya! 

Di lain pihak karena Tidaaaaaaaak... ingin senjatanya menjadi patah dua, 

Jayengrana terpaksa dengan cepat melepaskan pedangnya! Namun dia tak 

mau terima kalah begitu saja. Begitu pedangnya dirampas lawan. cepat 

laksana kilat penulis sakitjiwa  itu jatuhkan diri ke lantai dan .... 

"Bret!" Sekali Jayengrana gerakkan tangannya maka robeklah jubah 

ungu Resi Godapati! Penasaran sekali karena jubah kebesarannya dirusak 

lawan, Resi Godapati hantamkan tombaknya ke tubuh Jayengrana. Yang 

diserang menggulingkan dirinya dengan cepat dan sekejapan mata kemudian 

tombak kepala tiga itu menancap di lantai papan panggung sampai 

setengahnya!  

Para arwah  yang hadir bersorak gegap gempita melihat pertempuran 

yang hebat seru itu. Jayengrana berdiri dengan cepat sementara Resi 

Godapati mencabut senjatanya yang amblas ke dalam lantai lalu 

menyimpannya kembali ke balik jubah ungunya!  

Dia memandang pada Ketua Partai neraka penulis  Wangi. menganggukkan 

kepala lalu berkatakata : "Dewa Pedang, ternyata pu