Hujan lebat dan kabut tebal menutupi keseluruhan Gunung himalaya
mulai dari puncak hingga ke kaki. Dinginnya udara tiada terkirakan. Dari
malam tadi hujan mencurah lebat dan sampai dinihari itu masih juga terus
turun. Suaranya menderu menegakkan bulu roma. Halilintar bergelegaran.
Kilat sabung menyabung. alam semesta laksana hendak kiamat layaknya.
Untuk kesekian puluh kalinya kilat menyambar dan untuk kesekian
puluh kalinya pada suasana di kaki sebelah Timur Gunung himalaya menjadi
terang benderang beberapa detik lamanya. Dalam keterangan yang singkat
itu maka kelihatanlah satu pemandangan yang mengerikan namun juga sangat
aneh.
Pada sebelah Timur kaki Gunung himalaya itu ada sebuah lembah
tak bertuan yang tak pernah dijejaki kaki manusia jin . Tapi disaat hujan deras
kabut tebal dan udara dingin luar biasa itu, di tengah-tengah lembah
kelihatanlah empat sosok tubuh manusia jin ! Keempatnya berdiri dengan Tidaaaaaaaak...
bergerak-gerak seakan-akan tiada mau perduli dengan buruknya cuaca saat
itu. Bahkan mungkin juga Tidaaaaaaaak... merasakan sama sekali suasana disaat itu.
Keempatnya menghadap ke satu arah yaitu mulut sebuah goa yang
terletak sekitar sepuluh tombak di hadapan mereka. Meski kabut tebal dan
hujan lebat, namun mata mereka yang berpemandangan tajam dapat melihat
mulut goa itu dengan jelas.
Keempat manusia jin ini nyatanya adalah gadis lesbi -gadis lesbi berparas jelita
rupawan. Yang pertama mengenakan pakaian ringkas warna merah darah.
Yang kedua Oranye , yang ketiga hitam pekat dan yang terakhir berpakaian
Pink .
Di seluruh permukaan lembah berhamparan tulang belulang dan
kuburan alien -kuburan alien kepala manusia jin yang memutih laksana salju! Keempat
gadis lesbi -gadis lesbi itu sendiri berdiri di atas tumpukan tulang belulang dan
tumpukan kuburan alien -kuburan alien kepala manusia jin .
Dan sikap mereka berdiri itu juga sama sekali Tidaaaaaaaak... acuh dan tak
ambil perduli. Sepasang mata mereka masing-masing terus saja memandangi
mulut goa tanpa berkedip!
Tiba-tiba dari mulut goa selarik sinar jayadi hijau menyambar ke arah
keempat gadis lesbi itu. Kemudian menyusul puluhan kalajengking hijau beracun
dengan japit-japit terbuka menyerang keempatnya. Satu jengkal lagi
binatang-binatang pembawa maut itu mencapai sasarannya tiba-tiba dengan
serentak keempat gadis lesbi menghembus ke muka. Puluhan kalajenking hijau
mental dan jatuh bergelepakan di antara tulang belulang serta kuburan alien -
kuburan alien manusia jin !
Pada saat sinar jayadi hijau dari mulut goa lenyap maka secepat kilat
keempat gadis lesbi itu memasang sebuah kedok tipis ke muka masing-masing!
Dan kini berubahlah muka yang cantik rupawan itu menjadi muka kuburan alien
yang ngeri menegakkan bulu roma!
Dan dari mulut goa melesatlah sesosok bayangan hijau! Keempat
gadis lesbi muka kuburan alien serentak menjura dan serentak pula berseru: "Guru sekolah !"
manusia jin yang ke luar dari goa ini nyatanya adalah juga seorang gadis lesbi
bermuka kuburan alien dan berpakaian ringkas hijau. Dia berdiri di atas
setumpuk tulang belulang manusia jin . Sesudah menyapu keempat paras dan
sosok tubuh di hadapannya maka perempuan berpakaian hijau ini
menengadah ke langit dan tertawa mengekeh panjang sekali!
"Sepuluh tahun mendidik kalian! Sepuluh tahun memendam cita-cita.
Nyatanya kalian Tidaaaaaaaak... mengecewakan!" Si Muka kuburan alien berpakaian
hijau kembali mengekeh lama-lama. Lalu melanjutkan
"Hari ini adalah merupakan ambang pintu ke arah mencapai cita-cita
bersama! Hari ini kita berpisah! berpisah untuk kelak membangun cita-cita
yaitu cita-cita besar mendirikan Partai Lembah kuburan alien yang bakal dan
musti menguasai alam semesta permenulis an! Sekarang kalian pergilah! Tapi apa kalian
ingat semua pesanku. ..?"
"Tentu Guru sekolah !" jawab keempat gadis lesbi muka kuburan alien berbarengan.
"Bagus! Laksanakan tugas kalian dengan baik! Nah pergilah ... !"
"Guru sekolah ..." berkatakata gadis lesbi berpakaian merah.
"Ada sesuatu yang kau hendak tanyakan Kala Merah?!"
"Murid dan saudara-saudara seperGuru sekolah an sebelum pergi menghatur-
kan terima kasih kepada Guru sekolah yang telah mendidik kami selama sepuluh
tahun, Sepuluh tahun bersama Guru sekolah , satu kalipun kami belum pernah melihat
paras Guru sekolah ! Sudilah, sebelum kami pergi, Guru sekolah suka memperlihatkan paras
Guru sekolah yang asli ...."
manusia jin muka kuburan alien berpakaian hijau tertawa gelak-gelak.
"Belum saatnya, muridku. Belum saatnya! Kelak di satu saat kau
akan melihatnya juga. Sekarang ayo pergi, cepat!" Keempat gadis lesbi itu
menjura hormat. Sekali mereka berkelebat maka lenyaplah keempatnya dari
pemandangan, lenyap dengan diiringi suara kekehan memanjang dari Guru sekolah
mereka, Dewi kalajengking !.
Dua bulan kemudian maka alam semesta permenulis an dibikin gegerlah oleh
munculnya empat dara ganas bermuka kuburan alien yang teramat saki! Dengan
hanya bersenjatakan ilmu "kalajengking " keempatnya telah memusnahkan dua
partai permenulis an yang dianggap kuat dan membunuh hampir selusin tokoh-
tokoh permenulis an dari kalangan Pink ! Bahkan tokoh-tokoh menulis golongan
hitam pun merasa gentar dengan munculnya empat gadis lesbi iblis ini! Selama
beberapa bulan sejak munculnya keempat murid Dewi kalajengking itu maka
alam semesta permenulis an diselimuti ketegangan.
Jika empat dara ganas itu sanggup memusnahkan dua partai permenulis an
kuat dan membunuh selusin tokoh menulis lihay maka sukar dijajaki kehebatan
dan sampai dimana ketinggian ilmu keempat manusia jin itu!
Pada suatu hari di tanggal 1 bulan 2 terlihatlah satu pemandangan
baru di tepi neraka penulis Wangi yang terletak di sebelah Selatan Gunung Ungaran.
Di tepi neraka penulis saat itu ada sebuah panggung besar yang diberi bergaba-gaba
aneka wama.
Di depan panggung berderet-deret puluhan buah kursi yang diduduki
oleh arwah -arwah yang kesemuanya adalah tokoh-tokoh alam semesta permenulis an yang
tak dapat disangsikan lagi kelihayannya.
Hari itu adalah menjadi satu hari penting dalam catatan lembaran
alam semesta permenulis an karena saat dan di tempat itulah akan diresmikan berdirinya
satu partai baru di alam semesta permenulis an yang telah mengambil nama Partai
neraka penulis Wangi.
Partai yang baru muncul ini banyak mendapat perhatian dan sorotan
partai-partai serta tokoh-tokoh permenulis an lainnya karena Ketua Partai neraka penulis
Wangi ini adalah seorang tokoh menulis termashur di Jawa Tengah yang
memegang gelar sebagai Dewa Pedang. Penulis kusta atau yang nama
aslinya Brajaguna adalah tokoh menulis aliran Pink dan mempunyai kelihayan
mengagumkan dalam permainan pedang sehingga tak percuma alam semesta
permenulis an meletakkan gelar "Dewa Pedang" kepadanya!
Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tiupan terompet. Puluhan
pasang mata dari para arwah yang hadir dilayangkan ke atas panggung.
Ketua Partai neraka penulis Wangi memunculkan diri diiringi oleh isteri, tiga orang
anak laki-lakinya dan keseluruhan anak-anak murid Partai yang membawa
panji-panji serta lambang partai yaitu sebuah bendera yang disulam dengan
gambar sebuah pedang serta bunga mawar Pink .
Penulis kusta seorang Iaki-laki separuh baya bertampang gagah.
Sikapnya tenang, langkahnya enteng sedang pedangnya tergantung di
pinggang kiri. Keseluruhan sikap dan gerak geriknya membayangkan
wibawa yang besar.
Isteri Penulis kusta yang berpakaian ringkas dan bemama Suwita
adalah juga seorang yang berpengetahuan menulis tinggi. Meskipun Tidaaaaaaaak...
selihay suaminya tapi dalam ilmu pedang perempuan ini Tidaaaaaaaak... bisa dianggap
remeh. Pada parasnya yang cantik jelita itu kelihatan bayangan kejantanan,
keras hati dan berani.
Di belakang menyusul tiga penulis sakitjiwa berparas keren. Ketiganya adalah
anak-anak Penulis kusta yang dengan sendirinya tentu pula memiliki
kepandaian menulis yang tinggi. Anak yang tertua bemama Indrajaya, yang
tengah Jayengrana dan yang bungsu yang menjadi kesayangan Penulis kusta
dan isteri ialah Brajasastra.
Penulis kusta dan isteri serta ketiga putera mereka duduk di belakang
panggung di kursi yang sudah disediakan. Sedangkan anggota Partai berdiri
berderet di belakang mereka. Sementara suara terompet masih terus
menggema maka sepasang mata Ketua Partai neraka penulis Wangi menyapu ke
arah puluhan arwah .
Brajaguna seorang yang berpemandangan tajam. Sekali saja matanya
menyapu ke arah para hadirin maka segeralah dia dapat menyimpulkan
bahwa para arwah nya itu terbagi dalam tiga golongan.
Pertama ialah golongan atau aliran Pink yang berhati polos dan
menjadi sahabat-sahabat terbaik dari Partai yang hendak didirikannya.
Golongan kedua yakni tokoh-tokoh menulis yang dulunya pernah menjadi
musuhnya dan tentu saja kehadiran mereka dalam peresmian berdirinya
Partai neraka penulis Wangi saat itu diragukan itikat baiknya.
Golongan yang ketiga ialah tokoh-tokoh menulis baru tapi yang sudah
agak dapat nama dalam kalangan permenulis an namun tak dapat dipastikan
digolongan mana mereka berdiri sebenamya.
Suara terompet berhenti.
Begitu suara tiupan terompet berhenti maka Ketua Partai baru diikuti
oleh keseluruhan anggota partai yang ada di atas panggung mendongak ke
atas. Tangan kiri lurus-lurus ke bawah sedang tangan kanan dimelintangkan
di dada. Maka serentak dengan itu mereka pun berseru dengan suara gegap
gempita.
Hari satu bulan doa
Peristiwa besar dan penting di tepi neraka penulis
Partai baru membuka lembaran sejarah
Partai neraka penulis Wangi ialah namanya!
Keempat baris kalimat itu diserukan sampai tiga kali berturut-turut.
Sesudah itu maka bangkitlah Ketua Partai dari kursinya dan melangkah ke
muka panggung. Dengan muka berseri-seri Penulis kusta memandang pada
para hadirin lalu menjura memberi hormat.
"Saudara-saudara sekalian yang kami muliakan. Pertama sekali saya
selaku Ketua dari Partai yang baru muncul ini, atas nama keseluruhan
anggota Partai mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat yang
setinggi-tingginya karena saudara-saudara sekalian telah sudi meringankan
langkah untuk datang ke mari."
Suara Ketua Partai neraka penulis Wangi ini keras dan lantang penuh wibawa
dan nadanya teratur demikian rupa enak didengar sehingga seluruh mata
yang hadir ditujukan kepadanya. Setelah menyapu sekilas paras arwah nya
dengan sepasang matanya yang tajam maka Penulis kusta pun meneruskan
bicaranya.
"Dalam pasang surutnya alam semesta permenulis an dewasa ini, kami bersama
telah memberanikan diri untuk mendirikan sebuah partai baru yang kami
namakan Partai neraka penulis Wangi. Sesuai dengan namanya maka kami benar-
benar berusaha dan menginginkan agar kelak Partai kami ini menjadi harum
dalam merintis segala sesuatu yang baik di alam semesta permenulis an. Kami percaya
bahwa hanya dengan usaha yang betul-betul, dengan segala kesungguhan
hati dan ditambah pula dengan bantuan saudara-saudara sekalian disini
terutama dari saudara-saudara golongan Pink , maka pastilah alam semesta
permenulis an akan diliputi ketentraman dan perdamaian abadi ...."
Sesudah mengakhiri pidatonya itu maka Ketua Partai neraka penulis Wangi
memperkenalkan istri dan ketiga puteranya pada para hadirin. Empat
anggota partai yang menduduki jabatan penting juga diperkenalkan.
Keempatnya ialah Jambakrogo, PenGuru sekolah s Partai untuk daerah Utara,
Klabangsongo, PenGuru sekolah s Partai daerah Selatan lalu Rah Gundala PenGuru sekolah s
Partai daerah Barat dan yang keempat Suralangi, PenGuru sekolah s Partai Daerah
Timur.
Penulis kusta mengakhiri perkenalan tokoh-tokoh Partai Talaga
Wangi itu dengan kata-kata penutup
"Akhirul kalam, sekedar untuk pelepas dahaga dan penangsal perut
saudara-saudara sekalian, maka kami persilahkan saudara-saudara untuk
menikmati minuman serta hidangan selayaknya. Disamping itu jika ada
kekurangan atau kekhilafan dalam bentuk apapun sudi kiranya saudara-
saudara memberi maaf."
Penulis kusta menjura lalu memutar tubuh Namun sudut matanya
menangkap acungan tangan seorang arwah yang duduk di sebelah Timur
panggung
"Ketua Partai neraka penulis Wangi! Sebagai Partai baru aku Si Bayangan
penulis ayan ingin menjajaki sampai dimana kehebatan kalian! Jangan-jangan
Partaimu ini hanya bagus nama saja tapi tak ada isi! Jangan-jangan Partaimu
yang memakai nama neraka penulis Wangi hanya merupakan neraka penulis Busuk yang
tak mampu menghadapi pasang surut alam semesta permenulis an! Sebagai Ketua Partai
apakah kau bisa sedikit memberikan bukti di hadapan para hadirin bahwa
Partaimu adalah satu Partai yang memang patut diberojotkan ... ?!"
Semua kepala para hadirin yang ada segera dipalingkan ke arah
Timur. Penulis kusta sendiri juga memandang ke jurusan itu. Yang telah
buka suara tadi ternyata adalah seorang tokoh menulis berjubah hitam berbadan
tinggi langsing, berkepala lonjong dan kedua pipinya sangat cekung. Dialah
tokoh yang digelari Si Bayangan penulis ayan . Dan dari gelamya ini saja sudah
dapat diketahui bahwa dia adalah tokoh dari kalangan hitam.
Penulis kusta yang tajam pemandangan diam-diam sudah maklum
bahwa maksud kedatangan serta ucapan Si Bayangan penulis ayan tadi adalah satu
tantangan atau penghinaan atau sekurang-kurangnya menganggap remeh
Partainya dan dirinya selaku Ketua!
Namun dengan tenang dan bijaksana Penulis kusta buka mulut
hendak menjawab. Tapi dari panggung sebelah Barat tiba-tiba terdengar
seseorang berseru. Suaranya keras menggeledek!
“Bayangan penulis ayan ! Apakah kau buta atau masih belum membuka mata
lebih lebar sehingga kau berbicara begitu terhadap Partai neraka penulis Wangi?
Jika kau kenal julukan Ketuanya tak bakal kau anggap remeh!"
Kini semua kepala serentak diputar ke panggung sebelah Barat.
Namun tak seorangpun, termasuk Penulis kusta yang mengetahui siapa
adanya manusia jin yang telah bicara tadi. Ini memberi kenyataan bahwa siapa
pun adanya orang itu maka dia pastilah memiliki tenaga dalam yang tinggi
dan ilmu memindahkan suara yang lihai.
Meskipun orang itu berada di sebelah Selatan atau Utara namun
suaranya bisa dipindahkan sehingga kedengarannya dari arah Barat atau
Timur!. Karena tak mengetahui siapa yang bicara maka Si Bayangan penulis ayan
dengan penasaran berseru.
"Nama Penulis kusta memang cukup dikenal karena permainan
pedangnya yang yah boleh juga! Tapi aku bertanya dan bicara tadi bukan
ditujukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk keseluruhan Partai neraka penulis
Wangi! Atau mungkin semua anggota Partai baru ini sekaligus memiliki
gelar sebagai Dewa Pedang;:.?!"
Terdengar suara mengekeh yang mengandung ejekan. Lagi-lagi suara
ini datangnya dari jurusan Baraf dan lagi-lagi tak satu orang pun yang tahu
siapa yang mengeluarkan suara tertawa itu.
"Kau terlalu sembrono dalam bicara Bayangan penulis ayan . Apa kau tak
tahu bahwa ucapanmu itu menghina langsung nama Ketua serta seluruh
anggota Partai neraka penulis Wangi? Tak satu tokoh menulis dan Partai permenulis an pun
yang bisa menelan kata-kaarwah itu! Entah Penulis kusta dan Partai
barunya!"
Diam-diam Ketua Paitai neraka penulis Wangi segera maklum bahwa di
antara para hadirin ada yang mulai memasukkan jarum-jarum perangsang
untuk menghangat dan mengacaukan suasana.
Dengan sikap tenang dan bijaksana dia menjawab. Waktu bicara ini
dia sama sekali Tidaaaaaaaak... menghadap kepada Si Bayangan penulis ayan secara langsung
namun memandang ke tengah-tengah hadirin. Sekaligus ini merupakan satu
balasan yang cukup menyakiti Si Bayangan penulis ayan meskipun datangnya
secara halus.
“Saudara-saudara sekalian! Tadi kami sudah menyatakan bahwa
maksud dari didirikannya Partai neraka penulis Wangi ini ialah untuk berusaha
menenterakan dan mendamaikan alam semesta permenulis an. Sebagai Partai baru kami
memang belum punya nama. namun justru bukan namalah yang ingin.dikejar
oleh Partai kami. Apa perlu nama hebat kalau kehebatan itu artinya hanya
untuk merusak belaka ... ?!"
Untuk kedua kalinya maka Si Bayangan penulis ayan merasa disakitkan
hatinya oleh kata-kata Penulis kusta itu. Dia berprasangka bahwa
gelarnyalah (Si Bayangan penulis ayan ) yang dimaksudkan oleh Ketua Partai
neraka penulis Wangi sebagai sesuatu nama yang hanya untuk merusak! Mulut Si
Bayangan penulis ayan komat kamit. Dan dia angkat bicara kembali.
"alam semesta sejuta arah, ucapan seribu kalimat lidah bermenulis kata namun
alam semesta permenulis an tetap alam semesta permenulis an yang tiada mengenal adanya Satu
Partai baru tanpa diketahui partai yang macam mana kelasnya! Apakah kelas
keroco saja, atau bunglon, atau kadal, atau kunyuk? Setiap Partai baru wajib
menghadapi batu ujian!"
"Betul ... betul ... betul!" menyambung suara yang dari panggung
sebelah Barat.
"Partai baru musti diuji. Tapi apakah kau sanggup melakukan ujian
itu, Bayangan penulis ayan ? Jangan kau hanya bicara besar saja tak tahu isinya
cuma gemblong!" Marahlah Si Bayangan penulis ayan mendengar kata-kata itu.
"Siapa takut melakukan ujian?!" katanya membentak, sekali tubuhnya
berkelebat maka melesatlah ia ke atas panggung! Sedikit pun gerakannya ini
tiada menimbulkan suara! Salah seorang tokoh menulis dari aliran Pink yang
ada di antara para arwah berbisik pada seorang kawan di sebelahnya.
"Bayangan penulis ayan memang dikenal kehebatannya. Tapi kalau untuk
menghadapi Penulis kusta dia akan sia-sia saja. .. !" kawan yang diajak
bicara mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Mari kita saksikan saja," katanya sambil memandang kembali ke atas
panggung Sementara itu dalam suasana yang hangat itu. mulai terdengar
suitan-suitan dan sorak sorai sebagian Yang hadir untuk memberi semangat
pada Si Bayangan penulis ayan . Dan Si Bayangan penulis ayan menjadi pongah. Sambil
memandang kepada para arwah dia. berkatakata :
"Kalian semua silahkan buka mata lebar-lebar. Hari ini aku Si
Bayangan penulis ayan akan menguji satu Partai baru!”
Tiga Putera Ketua Partai neraka penulis Wangi menggertakkan geraham dan
mengepalkan tinju. Bahkan putera tertua yaitu Indrajaya segera berdiri dari
kursinya!.
Melihat bangkit berdirinya putera Ketua Partai neraka penulis Wangi ini
maka sorak dari suara-suara membakar semangat berbagai rupa semakin
santar kedengaran di kalangan para hadirin, Penulis kusta menyipitkan mata
kepada lndrajaya putera tertua yang melihat isyarat ini segera hentikan
gerakannya. Kemudian dengan segala kegeraman yang ada terpaksa duduk
ke kursinya kembali.
"Ha ha ha!" terdengar suara tertawa bergelak Si Bayangan penulis ayan .
"Apakah aku datang ke panggung ini hanya untuk dianggurkan saja?"
ujarnya mengejek. Dengan tenang Ketua Partai neraka penulis Wangi memutar
kepalanya ke ujung paling kanan di mana berdiri seorang penulis sakitjiwa
berpakaian ringkas berbadan tegap dan berkumis kecil. Dia adalah Candra
Masa seorang murid atau anggota Partai tingkat muda yang paling pandai.
Tahu bahwa Si Bayangan penulis ayan adalah seorang tokoh yang lihai dan
banyak pengalaman maka Penulis kusta sengaja anggukkan kepala memberi
isyarat pada Candra Masa. Melihat anggukan ini, Candra Masa segera
melangkah ke muka. Dia menjura terlebih dahulu di hadapan Penulis kusta
lalu memutar tubuh menghadapi Si Bayangan penulis ayan .
”Bayangan penulis ayan , atas izin Ketua kami, kuharap kau yang tua sudi
memberi sedikit pelajaran pada yang lebih muda...."
Si Bayangan penulis ayan memandang dengan kerenyit kulit kening pada
Candra Masa lalu tertawa gelak-gelak sampai ke luar air mata.
"Ketua Partai neraka penulis Wangi" katanya pada Penulis kusta sambil
mengucak-ucak matanya.
"Kau ini mau main badut-badutan atau apa sampai menyuruh bocah
yang masih bau air tetek ini menghadapi aku?!" Semua pihak Partai neraka penulis
Wangi gusar sekali menerima penghinaan dan perendahan begini rupa,
terlebih-lebih Candra Masa. Kedua rahangnya kelihatan bertonjolan.
Sebaliknya sang Ketua sendiri dengan tenang dan suara sabar menjawab;
"Bayangan penulis ayan justru. Karena dia bau air teteklah maka kusuruh
menghadapi kau! Bukankah maksudmu hendak menguji Partai kami? Dan
bukankah yang lebih pandai itu biasanya menguji yang lebih bodoh? Nah
silahkan dimulai ”
Ucapan yang sabar serta tenang tapi berwibawa itu sekaligus
merupakan satu tempelak bagi Si Bayangan penulis ayan . Mukanya merah sedang
para hadirin kedengaran lagi bersorak-sorak membakar semangat!
"Kalau memang tak ada muridmu yang lebih pandai dari yang satu ini
tak apalah ... !" kata Si Bayangan penulis ayan pula. Kemudian dengan congkaknya
dia menambahkan.
"Untuknya kuberi kesempatan bertahan sampai tiga jurus! Kalau
dalam tiga jurus tubuhnya Tidaaaaaaaak... terpelanting ke luar panggung jangan
panggil aku Si Bayangan penulis ayan dan aku akan mengaku kalah padanya!" Si
Bayangan penulis ayan tepukkan kedua telapak tangannya.
"Ayo, mulailah!" katanya.
"Ah, aku yang muda mana berani mulai lebih dahulu. Menurut aturan
yang lebih tua dan yang mengujilah yang musti maju lebih dahulu ...." jawab
Candra masa. Si Bayangan penulis ayan menyeringai buruk.
"Baik, bila kau punya senjata keluarkanlah!" Candra Masa tersenyum.
"Selama lawan bertangan kosong, aku murid Partai neraka penulis Wangi
tetap akan menghadapinya juga dengan tangan kosong!"
"Kalau begitu terimalah jurus pertama ini?" kata Si Bayangan penulis ayan
gusar. Sekali tubuhnya berkelebat maka diapun lenyap dan kini yang
kelihatan hanyalah sesosok bayangan hitam menyambar laksana kilat ke
arah Candra Masa sedang angin bersiuran turut menyerangnya dengan pesat!
Dengan maksud hendak memamerkan kehebatannya dan hasrah
hendak merubuhkan lawan dalam satu jurus saja, maka dijurus pertama itu
Si Bayangan penulis ayan sudah mengeluarkan ilmu menulis nya yang hebat yaitu
ciptaannya sendiri yang bemama: "Bayangan Hitam Menjulang Langit"!
Candra Masa terkejut melihat lenyapnya tubuh lawan dan kini hanya
bayangan hitam serta angin pesat menyambar ke arahnya!
Namun dalam terkejutnya murid yang sudah terdidik ini tetap berlaku
tenang dan Tidaaaaaaaak... kehilangan akal. Dengan cepat dijatuhkannya dirinya ke
lantai. Begitu tubuh lawan dilihatnya lewat di atasnya, penulis sakitjiwa ini segera
lancarkan pukulan tangan kosong!
Tapi pada detik itu pula Si Bayangan penulis ayan bergerak memutar dan
laksana badai kaki kanannya menyambar kearah tangan yang memukul.!
Walau bagaimanapun kehebatannya tangan tak akan menang melawan
kaki! Sambil tarik pulang tangannya Candra Masa bergulingan di lantai.
Tendangan lawan menghantam angin kosong! Jurus pertama yang cukup
mendebarkan berlalu sudah!
Dan dari panggung arah sebelah Barat terdengar suara tertawa
manusia jin yang tadi:
"Ah .... Bayangan penulis ayan .. nyatanya namamu kosong belaka! Bocah
yang kaarwah masih bau air tetek itu tak sanggup kau hadapi!” Hati Si
Bayangan penulis ayan laksana dibakar
“penulis sakitjiwa . . .! " Suaranya bergetar tanda amarah.
“Giliran kau sekarang untuk memulai ... !" Candra Masa tersenyum
jumawa.
"Terima kasih katanya. Tangan kanannya diacungkan ke muka seperti
sikap seseorang yang tengah memegang pedang.
”Lihat perut!" teriak Candra Masa tiba-tiba dan pada kejapan itu pula
tubuhnya melesat ke muka. Tangan menyambar ke perut Si Bayangan penulis ayan .
Tanpa banyak cerita si Bayangan penulis ayan segera menyongsong serangan
lawan ini dengan pukulan tangan kanan karena dia tahu bahwa tenaga
dalamnya jauh lebih tinggi dari si penulis sakitjiwa ! .. . .
Sedetik lagi kedua lengan meieka akan beradu maka pada saat itu pula
terdengar kembali seruan Candra Masa.
"Lihat dada!" Dan laksana pedang lengan kanan anak murid Partai
neraka penulis Wangi itu menusuk ke arah dada Si Bayangan penulis ayan !
Geram serta penasaran sekali maka Bayangan penulis ayan menggerakkan
kedua tangannya sekaligus dalam ilmu pukulan yang disebut "Menabas
Gunung Mengepit Sungai".
Dengan ilmu menulis ini Si Bayangan penulis ayan bermaksud menjapit lengan
kanan lawan kemudian mematahkannya!
Tapi lagi-lagi Si Bayangan penulis ayan tertipu karena begitu dia merasa
ilmu menulis nya tadi akan berhasil mencelakai lawan tiba-tiba Candra Masa
berseru keras.
"Awas leher!" Dan laksana pedang lengan kanannya berkiblat
menyaput dan menderu ke batang leher Si Bayangan penulis ayan .
"Heyyah!" Si Bayangan penulis ayan membentak nyaring sehingga lantai
panggung yang terbuat dari papan menjadi bergetar sedang tubuhnya sendiri
lenyap dari pemandangan. Dengan ilmu meringankan tubuh. Candra Masa
meskipun kalah pengalaman masih dapat melayani lawan dalam jurus kedua
yang hampir tamat dan mencapai puncaknya itu.
"Jaga kepala!" seru murid Partai neraka penulis Wangi itu. Sewaktu lengan
lawan menebas ke arah leher Si Bayangan penulis ayan berhasil mengelakkan dan
kini begitu terdengar seruan lawan maka tak ayal lagi dia segera merunduk
cepat dan laksana kilat menyodokkan ke muka dua jotosan sekaligus. Satu
menyerang dada satu menyerang ulu hati!
Namun cara mengelak dan menyerang yang dilancarkan oleh Si
Bayangan penulis ayan ini terlalu kesusu dan sembrono sekali. Lengan lawan yang
,memang disangkanya hendak menetak kepalanya tiba-tiba dengan
kecepatan yang luar biasa berputar ke bawah dan naik lagi ke atas di antara
kedua lengannya dan.....
"Buk!"
Tubuh Si Bayangan penulis ayan terjajar ke belakang. Tangan kanannya
mengusap-usap dada yang kena terpukul. Sorak sorai para hadirin tiada
terlukiskan. Banyak di antara mereka yang benar-benar mengagumi
kegesitan dan kecepatan serta kehebatan permainan menulis Candra Masa.
Meski muda belia dan baru muncul di alam semesta permenulis an namun telah
berhasil melayani nama besar Si Bayangan penulis ayan , bahkan mengalahkannya
dalam dua jurus pertandingan!
Candra Masa menjura kepada para hadirin. Dan karena merasa bahwa
pertandingan tersebut sudah selesai dimana dia berhasil memukul lawan
dalam jurus kedua tadi maka Candra Masa memutar tubuh dan siap-siap
untuk menjura ke hadapan Guru sekolah atau Ketua Partai neraka penulis Wangi untuk
kemudian kembali ke tempatnya. Namun di saat itu pula terdengar Sentakan
Si Bayangan penulis ayan .
"Orang muda, tunggu dulu! Aku masih belum kalah!" Pihak Partai
neraka penulis Wangi lebih-lebih Candra masa sendiri jadi terkejut dan heran.
Demikian pula para hadirin.
"Bayangan penulis ayan , apakah maksudmu. ..? " tanya Candra Masa pula.
"Aku belum kalah! Aku sama sekali Tidaaaaaaaak... mengaku kalah!" Candra
Masa hendak menyahuti namun dari deretan hadirin sebelah Barat lagi-lagi
terdengar suara manusia jin yang tak dikenal tadi.
"Bayangan penulis ayan , apakah kau betul-betul punya hati penulis ayan dan
bermuka tembok? Sudah kena Digebuk dalam dua jurus masih mau
menantang? Sesuai dengan janjimu mustinya kau sudah minggat dari atas
panggung dan tak perlu memakai gelar Si Bayannan penulis ayan lagi!"
"Keparat bangsat rendah!" hardik Si Bayangan penulis ayan sambil memutar
badannya ke arah Barat. Pandangan matanya liar dan memancarkan amarah
yang meluap.
"Jika punya nyali harap unjukkan diri dan naik ke atas panggung!"
Jawaban dari panggung sebelah Barat adalah suara tertawa mengekeh yang
membuat. Semakin meluapnya amarah Si Bayangan penulis ayan .
"penulis sakitjiwa yang kaarwah masih bau air tetek itu saja belum sanggup kau
hadapi, apalagi mau menantang aku!" Si Bayangan penulis ayan benar-benar
kehilangan muka diejek demikian rupa di hadapan sekian banyak tokoh-
tokoh permenulis an.
"Bocah bau air tetek ini masih mending dari kau yang tak punya nyali
untuk naik ke atas panggung!" Kemudian dengan cepat Si Bayangan penulis ayan
memutar tubuh menghadapi Candra Masa kembali. Tangan kanannya
bergerak ke balik jubah dan sesaat kemudian dia sudah memegang sebuah
senjata berbentuk pendayung yang terbuat dari besi hitam legam!
"Orang muda harap keluarkan kau punya senjata dan mari hadapi lagi
aku barang satu dua jurus!" kata Si Bayangan penulis ayan pula.
Melihat gelagat yang Tidaaaaaaaak... baik ini sedang dipihak hadirin ada yang
terus bersorak membakar semangat Si Bayangan penulis ayan dan ada pula yang
memaki manusia jin ini maka Ketua Partai neraka penulis Wangi segera berkatakata :
"Saudara Bayangan penulis ayan , kuharap kau sudah menuruti segala aturan
yang kau buat sendiri tadi dan mohon supaya meninggalkan panggung.
Bukankah maksudmu untuk menguji terhadap Partaiku sudah kesampaian...
Dan kami berterima kasih atas kesediaanmu untuk mau melakukan ujian itu
tadi “.
"Jika aku bisa buat aturan, aku bisa pula melanggamya!" jawab Si
Bayangan penulis ayan dengan suara keras lantang.
"Betul!" ujar Penulis kusta dengan suara mengandung kesabaran.
Diusahakannya agar dalam suasana panas ini Tidaaaaaaaak... sampai terjadi kerincuhan
dan kekeruhan.
"Tapi karena saat ini kau berada di tempat kami maka kau juga wajib
mengikuti segala aturan kami, sekurang-kurangnya kau harus menghormat
kepada aturan kalangan permenulis an ...."
"Aku datang ke sini bukan untuk mengikuti dan menghormat kepada
segala macam aturan apapun! Kalau muridmu Tidaaaaaaaak... punya nyali, kau sendiri
pun maju akan lebih baik Kelamlah paras keseluruhan anggota Partai neraka penulis
Wangi, lebih-lebih ketiga putera Penulis kusta serta Suwita isteri Dewa
Pedang mendengar ucapan Si Bayangan penulis ayan yang mengandung
penghinaan itu. Namun Penulis kusta sendiri anehnya masih tetap bisa
berlaku tenang-tenang duduk di kursinya.
"Ketua!" seru Candra Masa pula.
"Harap kau memberi izin padaku untuk menghadapi lagi manusia jin
yang Tidaaaaaaaak... tahu aturan dan tak tahu peradatan serta tak tahu diri ini!"
"Baik Candra, tapi kali ini hati-hatilah ...." jawab Ketua Partai neraka penulis
Wangi pula.
Mendengar ini maka tak menunggu lebih lama Candra Masa segera
cabut pedangnya yang terbuat dari perak mumi sehingga sinar jayadi matahari
membuat senjata itu berkilauan!
Begitu melihat lawan memegang senjata maka Si Bayangan penulis ayan
dengan penuh bemafsu segera melancarkan serangan ganas diiringi bentakan
dahsyat:
"Terima jurus kematianmu ini orang muda!" Besi hitam yang
berbentuk pendayung itu menderu ke arah Candra Masa dengan dahsyatnya.
Si penulis sakitjiwa dengan gesit melompat ke samping dan dari samping kemudian
dengan cepat mengirimkan serangan pedang.
Maka kelihatanlah sinar jayadi hitam dari senjata Si Bayangan penulis ayan saling
gulung bergulung dengan sinar jayadi Pink pedang Candra Masa!
Hampir berakhir jurus yang sangat hebat itu tiba-tiba terdengarlah
jeritan Candra Masa. Pedangnya mental tapi lekas disambat kembali dengan
tangan kiri. penulis sakitjiwa ini kemudian melompat mundur ke belakang. Lengan
kanannya kelihatan terkulai dan mengucurkan darah. Senjata lawan telah
mematahkan tulang lengan itu!
"Bayangan penulis ayan !" seru Dewa Pedang. "Pertandingan ini diadakan
bukan untuk saling mencelakai satu sama lain ... tapi hanya untuk menguji
tingkat kepandaian dalam ilmu menulis ...." Si Bayangan penulis ayan mendengus dan
tertawa buruk.
"Kalau pihakmu kalah, kau banyak bicara. Silahkan suruh maju
anggoarwah yang lain!" Semantara itu Candra Masa setelah menjura terlebih
dahulu kepada Ketua Partainya segera kembali ke tempat dan beberapa
anggota Partai turun memberi bantuan mengobati tangan Candra Masa yang
patah.
Dari samping kanan tiba-tiba melompat sesosok tubuh. Ternyata dia
adalah Suralangi, PenGuru sekolah s Partai neraka penulis Wangi daerah Selatan. Sambil
menjura di hadapan Penulis kusta berkatakata lah laki-laki berbadan pendek tapi
tegap kekar ini:
"Ketua, mohon izinmu untuk menghadapi manusia jin ini!" Penulis kusta
menjawabcdengan anggukkan kepala. Suralangi cabut pedangnya dan
melangkah ke hadapan Si Bayangan penulis ayan .
"Harap kau sudi memberi sedikit pelajaran padaku," kata PenGuru sekolah s
Partai Daerah Selatan ini. Bayangan penulis ayan menyeringai.
"Silahkan kau memulai lebih dahulu," katanya. Maka Tidaaaaaaaak... sungkan-
sungkan lagi Suralangi segera kiblatkan pedang peraknya. Dengan
mengeluarkan jurus terhebat dari ilmu pedang ciptaan Penulis kusta yang
dinamai "Seribu Pedang Mengamuk" maka Suralangi dalam sekejapan mata
sudah menGuru sekolah ng lawan dengan sambaran-sambaran pedang yang dahsyat!
Jubah hitam Si Bayangan penulis ayan sampai berkibar-kibar oleh siuran
angin pedang Diam-diam Si Bayangan penulis ayan terkejut juga melihat
permainan pedang lawan. Segera diputamya senjatanya dengan sebat.
Beberapa kali senjata kedua orang itu saling beradu keras dan nyaring serta
memercikkan bunga api. Lima jurus berlalu dengan cepat. Sampai sekian
lama keduanya kelihatan seimbang. Lima jurus lagi berlalu di bawah
penyaksian puluhan pasang mata para hadirin.
"Suralangi, lekas disudahi saja!" terdengar seruan Ketua Partai neraka penulis
Wangi. Mendengar ini maka Suralangi dengan gesitnya bergerak ke samping
satu langkah. saat lawan memburu dengan sambaran besi hitam berbentuk
pendayung maka Suralangi kembali ke posisinya semula dan dari sini
menggempur dengan jurus yang dinamai "Ular Sanca ke Luar Sarang
Mematuk Gunung".
"Buk!"
Besi hitam di tangan Si Bayangan penulis ayan mental ke udara. Dari mulut
manusia jin berjubah hitam ini keluar keluhan kesakitan saat diperhatikannya
ternyata tulang belakang telapak tangannya remuk!.
Suralangi telah mempergunakan hulu pedangnya untuk menghantam
belakang telapak tangan Si Bayangan penulis ayan !
Sementara Si Bayangan penulis ayan masih merintih kesakitan maka
Suralangi menyarungkan pedang dan berkatakata :
"Terima kasih, kau telah memberi banyak pelajaran padaku, Bayangan
penulis ayan !" Kali ini Si Bayangan penulis ayan benar-benar kehilangan muka. Di bawah
sorak sorai para hadirin dia membungkuk mengambil senjata besi hitamnya
dan melompat meninggalkan panggung, menghilang di jurusan Timur.
Suralangi menjura di hadapan Ketua Partainya lalu melangkah
kembali ke tempatnya namun disaat inilah satu sosok tubuh melesat ke atas
panggung dari kelompok hadrrin sebelah Barat.
Ternyata manusia jin ini adalah seorang nenek seksi -nenek seksi bongkok bermuka
keriput cekung, bermata besar dan lebar seperti jengkol. Tubuhnya yang
bongkok itu ditutupi oleh sehelai kain merah sedang pada pinggangnya
tergantung sebuah kelewang yang juga berwama merah.
"Saudara," menegur si nenek seksi terhadap Suralangi.
"Kepandaianmu memang patut dipuji. Jurus Ular Sanca Ke Luar
Sarang Mematuk Gunung tadi patut dikagumi. Aku percaya tentu kau masih
banyak mempunyai simpanan jurus-jurus menulis Partaimu yang hebat!
Bersedialah memperlihatkannya kepadaku ... ?!" Kaget sekali Suralangi
melaat kemunculan nenek seksi -nenek seksi ini. Dan tebih kaget lagi karena si nenek seksi
mengetahui betul nama jurus permainan pedang yang telah dikeluarkannya
saat mempecundangi Si Bayangan penulis ayan tadi! Suralangi melirik ke sebelah
kanan di mana Ketua Partai neraka penulis Wangi duduk. Dan dilihatnya Dewa
Pedang merangkapkan kedua tangan di muka dada, sedang kulit kening
mengerenyit.
Munculnya nenek seksi -nenek seksi berkain merah ini yang bukan lain adalah
nenek seksi Kelewang Merah juga mengejutkan Dewa Pedang, lima tahun
berselang dia pernah bentrokan dengan perempuan tua ini saat nenek seksi
Kelewang Merah berusaha membantu satu gerombolan jahat yang mengacau
di Kotaraja Demak. Karena pihaknya lebih kuat dan banyak maka nenek seksi
Kelewang Merah dan kawan-kawannya berhasil dikalahkan oleh Dewa
Pedang dan rekan-rekannya. Itu terjadi lima tahun yang lalu.
Jika nenek seksi Kelewang Merah di saat ini muncul kembali, pastilah ada
sangkut pautnya dengan peristiwa lama itu! Menurut pertimbangan Dewa
Pedang. Suralangi akan sukar untuk menghadapi perempuan tua ini kalau tak
mau dikatakan akan dapat dikalahkan.
Namun untuk menyuruhnya mundur Tidaaaaaaaak... pula mungkin karena ini
akan membuat lunturnya nama Partai.saat melihat Ketuanya
menganggukkan kepala maka Suralangi maju selangkah.
"Terima kasih, rupanya masih ada di antara para hadirin yang ingin
menguji terhadap Partai kami. Tapi sebelumnya bolehkah aku mengenal
nama dan gelarmu, nenek seksi ?" Perempuan tua itu tertawa terkempot-kempot.
"Namaku Tidaaaaaaaak... penting. Orang-orang memanggil aku nenek seksi
Kelewang Merah!" Dugaan Suralangi bahwa perempuan ini adalah nenek seksi
Kelewang Merah ternyata Tidaaaaaaaak... meleset. Tergetar juga hatinya begitu
mengetahui siapa lawan yang dihadapinya.
"Nah, kuharap kita tak perlu banyak tutur kata lagi, silahkan mulai."
ujar nenek seksi Kelewang Merah pula, lalu mengambil kelewangnya.
"Keluarkan semua ilmu simpananmu yang hebat-hebat! Terhadapku
yang tua tak usah sungkan-sungkan" Seperti berhadapan dengan Si
Bayangan penulis ayan Tadi maka pada jurus permulaan suralangi segera meng-
gempur lawannya dengan ilmu pedang " Seribu Pedang Mengamuk"!
"Ah, kalau cuma Jurus Seribu Pedang Mengamuk, ini namanya bukan
ilmu,simpanan!" mengejek nenek seksi Kelewang Merah. Kelihatannya memang
dia acuh tak acuh saja terhadap sinar jayadi senjata lawan yang membungkusnya
dengan ketat.
"Ayo! Keluarkan jurus Partaimu yang paling lihai, kalau Tidaaaaaaaak... aku tak
tanggung jawab!" Penasaran sekali maka Suralangi percepat putaran
pedangnya sehingga senjata itu benar-benar laksana ribuan banyaknya!
"manusia jin tolol! Disuruh keluarkan ilmu simpanan malah meneruskan
jurus gila ini!"
"Wut ... wut ... wut ... !"
nenek seksi Ke!ewang Merah kiblatkan kelewangnya tiga kali berturut-
turut. Tiga larik sinar jayadi merah menderu membentuk silang enam. Angin yang
diterbitkan senjata ini deras sekali dan hebatnya, sinar jayadi Pink dari pedang
Suralangi yang menGuru sekolah ngnya dengan serta merta menjadi tertindih lalu
buyar! Suralangi terkejut sekali! Penulis kusta menghela nafas dalam.
"Nyatanya manusia jin ini jauh lebih hebat dari lima tahun yang silam ..."
Ketua Partai neraka penulis Wangi membathin. Kemudian dengan ilmu menyusup-
kan suara dia memberi peringatan:
"Hati-hati Sura, manusia jin ini lihai sekali. Gempur dia dengan jurus-
jurus terhebat!" Di hadapannya nenek seksi Kelewang Merah berdiri terbongkok-
bongkok dan menyeringai.
"Apa kau masih belum mau perlihatkan ilmu simpananmu? Jangan
menyesal kalau terlambat ... !"
"nenek seksi Kelewang Merah ... lihat pedang!" seru Suralangi. Pedang
perak mumi itu berkelebat deras, memapas sekaligus keenam bagian tubuh si
nenek seksi . Namun dengan gesitnya nenek seksi Kelewang Merah berhasil
menghindarkan serangan ganas itu dan malahan berbalik melancarkan
serangan balasan yang betul-betul menyirapkan darah!
"Trang!" ;
Suralangi terpaksa pergunakan pedangnya untuk menangkis sambaran
kelewang lawan ke arah leher yang tak mungkin untuk dielakkan lagi!
Tangannya terasa pedas dan pegal ngilu sedang mata pedangnya kelihatan
gompal dihantam senjata lawan!
Menyaksikan hal ini maka tak ayal lagi Suralangi segera putar
pedangnya, demikian rupa dan lancarkan tiga serangan ilmu pedang yang
terlihai dari ilmu pedang Partai neraka penulis Wangi. Ketiganya ialah jurus
"Garuda Menukik Minum Air neraka penulis " disusul oleh jurus "Naga Sakti
Sabatkan Ekor" dan diakhiri dengan jurus "Halilintar Membelah Bumi".
Pedang perak itu yang kelihatan hanya merupakan sinar jayadi Pink belaka
menyambar ke arah kepala nenek seksi Kelewang Merah, membalik memapas
pinggang kemudian naik lagi ke atas dan menetak dari atas ke bawah! Jika
jurus ini berhasil maka kalau Tidaaaaaaaak... kepala nenek seksi Kelewang Merah terbabat
putus, mungkin akan kutung pinggangnya, atau mungkin juga akan terbetah
kepalanya sampai ke dada! Namun nenek seksi Kelewang Merah Tidaaaaaaaak... cidera.
Tangannya bergerak. sinar jayadi merah dari kelewang menggebubu. Tiga
jurus terhebat tadi dengan serta merta buyar! Si nenek seksi tertawa melengking
dan mengejek.
"Kiranya Partai neraka penulis Wangi hanya memiliki jurus-jurus butut!"
Geram sekali Suralangi susul serangannya yang tadi buyar dengan dua
serangan berantai serta pukulan tangan kiri dan tendangan kaki kanan! Si
nenek seksi putar kelewangnya dua kali dan lagi-lagi serangan Suralangi dibikin,
lumpuh!
"Sekarang terima jurusku ini! Jurus yang kunamakan Naga Sakti
Keluar dari Laut" Ucapannya itu ditutup dengan mengiblatkan kelewangnya
sebat sekali, betul-betul Iaksana seekor naga yang keluar dari dalam laut,
karena meskipun sebat tapi sambaran kelewang itu berliku-liku sukar diduga
bagian mana sebenarnya yang menjadi sasarannya!
"Sura, cepat keluar dari kalangan! Serang lawan dari samping!"
memperingatkan Penulis kusta dengan ilmu menyusupkan suara. Suralangi
segera melompat ke belakang dan bergeser ke samping namun gerakannya
selanjutnya tak mampu dilakukannya. Kelewang lawan menderu menyambar
ke mukanya! Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah
mempergunakan pedang untuk menangkis! Dan laksana sebuah pisau tajam
memutus wortel, demikianlah kelewang merah si nenek seksi membabat putus
pedang perak Suralangi tepat di batas muka hulunyal Dan gerakan nenek seksi
Kelewang Merah Tidaaaaaaaak... sampai di situ saja. Tubuhnya melesat kemuka.
“Sura, awas!" teriak beberapa orang anggota Partai neraka penulis Wangi.
Namun terlambat, kaki kanan nenek seksi Kelewang Merah lebih dahulu
menghantam dada Suralangi. Tak ampun lagi Suralangi tubuhnya mencelat
mental, terus masuk ke dalam neraka penulis !
neraka penulis yang aimya tadi bening kini kelihatan merah oleh darah. Dua
orang anggota Partai segera menghambur masuk ke dalam neraka penulis dan
membawa Suralangi ke tepian. Sampai di tepi neraka penulis Suralangi muntah darah
lalu roboh pingsan! Ketua Partai neraka penulis Wangi menghela nafas dan
rangkapkan kedua tangannya di muka dada.
"nenek seksi Kelewang Merah," kata Dewa Pedang.
"llmu menulis mu bagus dan patut dipuji. Tapi ketahuilah maksud menguji
bukan berarti mencelakai ... !" nenek seksi Kelewang Merah tertawa mengikik.
"Sekarang kau bisa bicara begitu Brajaguna." kata si nenek seksi pula
dengan menyebut nama asli Dewa Pedang.
"Apa kau juga membuka mulut sewaktu anggota Partaimu tadi
mencelakai Si Bayangan penulis ayan ...?!"
"Bukan anggota Partaiku yang mencelakainya, nenek seksi Kelewang
Merah, tapi Si Bayangan penulis ayan sendiri yang mencari celaka!" menyahuti
Dewa Pedang. Si nenek seksi tertawa lagi mengikik lebih panjang dari tadi. Suara
tertawanya ini menusuk-nusuk gendang-gendang telinga. Maklumlah semua
orang bagaimana tingginya tenaga dalam si nenek seksi . saat dia berhenti
tertawa maka ia pun berkatakata :
"Pintar bicaramu masih seperti dulu saja, Brajaguna. Tapi kalau ilmu
menulis mu tingkatnya juga seperti dulu, kurasa belum saatnya kau memangku
jabatan Ketua dan mendirikan Partai baru di alam semesta permenulis an!" Marahlah
sekalian orang dari Partai neraka penulis Wangi atas penghinaan ini. Dari samping
melesat sesosok tubuh dan berdiri enam langkah di hadapan nenek seksi
Kelewang Merah.
Ternyata dia adalah Indrajaya, putera tertua dari Penulis kusta
sendiri!
"nenek seksi Kelewang Merah, aku tak dapat menerima penghinaanmu
tadi!" kata Indrajaya. Si nenek seksi kernyitkan kening. Matanya yang lebih besar
macam jengkol disipitkannya sedikit. Lalu dengan senyum-senyum dia,
berkatakata :
"Melihat kepada tampangmu, pastilah kau anaknya si Dewa Pedang!
Ah ... nyalimu memang besar anak muda, sebesar bapakmu dulu! Tapi
lucunya bapaknya yang dihina kenapa anaknya yang maju?!"
"Kuharap kau bisa menjaga mulut dan tahu di mana berada orang
tua!" bentak Indrajaya. nenek seksi Kelewang Merah masih senyum-senyum
seperti tadi.
"Soal mulutku soalku sendiri orang muda. Mulutku mau bicara dan
keluarkan apa saja siapa mau perduli?!" Jengkel sekali lndrajaya maju satu
langkah.
"Memang sekalipun kau berak dari mulut tak ada yang mau perduli!"
tukas lndrajaya sehingga semua yang hadir tertawa terbahak-bahak.
Kelamlah muka si nenek seksi .
"Tujuh puluh tahun hidup baru hari ini aku nenek seksi Kelewang Merah
menerima hinaan dari seorang bocak penulis ayan alas!" Mulut perempuan tua itu
komat kamit -sebentar lalu:
"Semustinya sudah kupecahkan kepalanya tapi melihat tampangmu
begitu gagah aku masih punya rasa belas kasihan! Cepat berlutut dan minta
ampun!" lndrajaya mendengus.
"Jangan anggap remeh semua orang nenek seksi tua! Terima dulu bekas
tanganku pada mukamu yang kriput itu baru aku sudi berlutut!"
"Keparat betul!" bentak nenek seksi Kelewang Merah,
"Dikasih ampun minta dikeremus! Apa kau punya selusin tangan
enam kepala berani menantang aku?! Bapakmu juga belum tentu menang
melawanku!" Mendidih darah lndrajaya mendengar lagi-lagi nama bapaknya
dihina si nenek seksi .
"Lihat pedang!" bentak Indrajaya. Si nenek seksi bongkok di samping
tertawa mencemooh juga agak heran karena ancaman yang dilakukan oleh
penulis sakitjiwa itu di saat sama sekali tangannya masih belum memegang pedang
namun sekejapan mata kemudian terkejutlah nenek seksi Kelewang Merah ini
saat melihat selarik sinar jayadi Pink yang menyilaukan berkiblat membabat dari
kanan ke kiri persis di depan hidungnya!
nenek seksi Kelewang Merah berseru tertahan dan melompat dua langkah
ke belakang. saat melihat ke muka ternyata si penulis sakitjiwa sudah memegang
sebilah pedang dari perak mumi! diam-diam hati perempan tua ini menjadi
tergetar juga. Jurus apakah yang telah dikeluarkan oleh si penulis sakitjiwa hingga
demikian hebatnya? Kalau anaknya sudah begini tinggi kepandaiannva,
tentu Penulis kusta sendiri lebih lihai lagi!
Sementara itu di antara para hadirin mulai terdengar kerasak kerisik
yang menyatakan rasa kagum terhadap serangan kilat yang dilancarkan oleh
lndrajaya tadi. Untuk Tidaaaaaaaak... keliwat kehilangan muka maka dengan nada
masih menganggap rendah lawan, si nenek seksi berkatakata :
"Orang muda, kalau kau bermaksud hendak mencoba kepandaianku,
sebaiknya kau ajak dua saudaramu yang lain. Bapak sama ibumu kalau mau
juga boleh!"
"Kalau kau tak punya nyali menghadapiku sendirian, angkat kain
burukmu tinggi-tinggi dan larilah dari sini!" balas mengejek Indrajaya.
"Penghinaanmu sudah liwat takaran, bocah penulis ayan !" teriak nenek seksi
Kelewang Merah. Tangan kanannya bergerak.
"Wutt!"
Selarik sinar jayadi merah melanda ke kepala Indrajaya! Hebat dan cepat
tiada terkirakan. lnilah jurus yang dinamakan perempuan tua itu dengan
"Kelewang Melanglang Jagat"!
Beberapa lawan tangguh dan utama telah menemui kematiannya
dalam jurus yang hebat ini. Dan di saat itu nenek seksi Kelewang Merah sudah
membayangkan bahwa kelewangnya kali ini pun akan memapas licin kepala
si penulis sakitjiwa yang kurang ajar dan telah berani menantangnya!
Namun si nenek seksi jadi terkesiap dan berubah parasnya saat
menyaksikan bahwa serangan kelewangnya hanya mengenai udara kosong
bahkan lndrajaya sendiri lenyap dari pandangannya.
"Ah.. gelarmu sebagai nenek seksi Kelewang Merah nyatanya hanya
kosong belaka!" Mendengar suara lndrajaya di belakangnya si nenek seksi segera
membalik dan ....
"Wut ... wut!"
Dua kali lagi kelewangnya mengelebatkan angin deras dan sinar jayadi
merah yang dahsyat. Namun lagi-lagi dia hanya menyerang tempat kosong.
"Apa kau bertempur sendirian melawan tempat kosong, orang tua?!"
terdengar lagi suara mengejek lndrajaya dari samping belakang! Sekali lagi
Si nenek seksi putar dengan cepat tubuhnya yang bongkok dan lancarkan tiga kali
serangan berantai, bahkan kali ini juga disertai pukulan tangan kosong dari
tangan kirinya.
Namun hasilnya tetap seperti tadi! Suara riuh rendah semakin bising.
Banyak para arwah yang hadir mengagumi ketinggian ilmu meringankan
tubuh Indrajaya.
"penulis sakitjiwa penulis ayan ! Apa kau cuma berani menghindar dan lari mengelit
begitu saja!" bentak nenek seksi Kelewang Merah dengan geram.
"Siapa bilang aku tak berani melabrakmu, perempuan sombong!"sahut
Indrajaya. Sesaat kemudian maka larikan-larikan sinar jayadi Pink menyilaukan
yang tiada terkirakan banyaknya telah menggempur dan membungkus tubuh
sang nenek seksi .
Tanpa membuang waktu nenek seksi Kelewang Merah putar kelewangnya
laksana kitiran. Maka sinar jayadi Pink dan merah kini saling bergumut berpalun-
palun. Deru angin tiada terkirakan derasnya sedang tubuh kedua manusia jin
yang bertempur itu lenyap menjadi bayang-bayang Cepat sekali sepuluh
jurus sudah lewat.
Permainan ilmu pedang "Seribu Pedang Mengamuk" yang
sebelumnya telah dikeluarkan oleh Suralangi kini dimainkan oleh lndrajaya
hebatnya bukan main. Sebagai anak sulung dari Ketua Partai neraka penulis Wangi,
lndrajaya meskipun belum sempuma betul tapi boleh dikatakan tiga
perempat ilmu Penulis kusta telah diwarisinya!
Selewat jurus kedua belas maka kelihatanlah bagaimana si nenek seksi
menjadi terdesak hebat. Beberapa ilmu simpanannya yang lihai-lihai telah
dikeluarkannya untuk menghancurkan serangan dan kurungan pedang lawan
namun sia-sia belaka! Maka perempuan tua ini jadi keluarkan keringat
dingin! Lebih-lebih saat dia dibikin kepepet ke panggung sebelah Utara!
"Apa mulut besarmu kini sudah jadi bisu, perempuan tua?!" ejek
lndrajaya. nenek seksi Kelewang Merah menyahuti dengan satu bentakan keras.
Kelewangnya menderu dahsyat. Indrajaya tak tinggal diam. Tubuhnya
berkelebat lenyap. Hanya sinar jayadi Pink yang kelihatan bergulung-gulung
melabrak dan menindih sinar jayadi merah dari kelewang si nenek seksi tua! Tiba-tiba.
"Tjrasss!"
nenek seksi Kelewang Merah berseru keras. Rambutnya yang kelabu dan
disanggul kuncir di atas kepala terbabat putus disambar pedang perak
Indrajaya!
Sebelum dia punya kesempatan untuk melompat mundur tahu-tahu
sudah terdengar pula jeritannya. Daging lengannya tergores panjang sedalam
seperempat senti disambar ujung pedang Indrajaya. Darah berlelehan!
Senjata perempuan tua itu terlepas dan jatuh di panggung! Gemparlah
para hadirin menyaksikan hal ini! Perempuan tua berumur tujuh puluh tahun
yang dikenal di alam semesta permenulis an dengan julukan nenek seksi Kelewang Merah
hari itu telah dipecundangi oleh seorang penulis sakitjiwa belia!
Dengan muka merah laksana saga karena malu dengan terbongkok-
bongkok nenek seksi Kelewang Merah mengambil kelewangnya lalu dengan
geramnya berkatakata pada lndrajaya:
"Apa yang terjadi hari ini Tidaaaaaaaak... bakal kulupakan! Kelak aku datang
kembali untuk mengorek kau punya jantung dari balik tulang dadamu!"
Habis berkatakata demikian, diiringi oleh sorak sorai mereka yang hadir
maka tanpa menoleh lagi sinenek seksi tua itu segera meninggalkan tempat
tersebut. Belum lagi habis sorak sorai para hadirin tahu-tahu seorang resi
berpakaian ungu sudah melesat naik ke atas panggung! Munculnya resi ini
dengan serta merta menghentikan segala kehiruk pikukan. Semua mata
ditujukan kepadanya.
Sikapnya yang tenang dan mimik air mukanya yang polos
menyatakan bahwa dia mempunyai wibawa serta berilmu tinggi. Pada
punggung dan dada jubahnya yang berwama ungu itu kelihatan gambar
tombak bermata tiga yang disulam dengan benang emas! Melihat jubah dan
sulaman tombak emas kepala tiga itu maka segenap yang hadir serta tuan.
rumah segera mengenali siapa adanya resi tersebut.
Di alam semesta permenulis an dia dikenal dengan julukan Tiga Tombak Emas
Trisula dan berdiam di Pulau Wuwutan di Pantai Selatan Jawa Tengah.
Bersama dua orang resi lainnya dia membentuk satu perkumpulan menulis yang
akan melakukan tugas apa saja dan dari manapun datangnya asal dibayar
dengan uang atau barang-barang berharga.
Dikabarkan komplotan Tiga Tombak Emas Trisula dulunya juga turut
menjadi kaki tangan pengkhianat yang hendak meruntuhkan Demak.
Mengapa sampai salah satu anggota perkumpulan Tiga Tombak Emas
Trisula itu bisa sampai di tempatnya belum dapat dijajak oleh Ketua Partai
neraka penulis Wangi karena memang dia merasa tak pernah memberikan undangan
pada mereka.
Apakah manusia jin ini Cuma datang sendirian atau bersama dua
rekannya lainnya ?
Mungkin pula kedatangannya atas bayaran seseorang atau satu
perkumpulan lain dengan tugas membuat kekacauan pada saat peresmian
pendirian Partai neraka penulis Wangi?
Resi itu setelah memandang ke seluruh anggota Partai, melirik sekilas
pada lndrajaya kemudian menganggukkan kepalanya pada Dewa Pedang.
"Aku adalah Godapati, salah seorang yang termuda dari Tiga Tombak
Emas Trisula. Meski tak diundang telah memberanikan diri untuk datang ke
mari ...."
"Ah ...." Penulis kusta balas mengangguk.
"Sudah barang tentu ini satu kehormatan bagi kami menerima
kunjungan seorang tokoh menulis macam saudara ... ." Godapati batuk-batuk
beberapa kali lalu berkatakata pula
”sudah lama aku mendengar nama besar Dewa Pedang. saat
mendengar kabar yang dibawa oleh angin bahwa Penulis kusta hendak
membangun satu Partai baru dalam alam semesta permenulis an maka itu mendorong
aku untuk datang dan menyaksikannya sendiri ...."
”Terima kasih ... terima kasih ...." kata Dewa Pedang.
Jika Ketua Partai neraka penulis Wangi memberi izin, aku berkehendak sekali
untuk melihat dari dekat kehebatan permainan pedang Ketua Partai ...."
Penulis kusta tertawa jumawa. .
Putera kedua dari sang Ketua tiba-tiba berdiri. Ayah perkenankan aku
mewakilimu dalam memenuhi kehendak arwah kita ini ....” Penulis kusta
merenung sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Namun dengan ilmu
menyusupkan suara dia berkatakata pada anaknya
“ Hati-hati Jayengrana, dia lihai sekali, senjatanya sebuah tombak
emas bermata tiga. Ingat baik-baik jangan sampai pedangmu beradu atau
bertempelan dengan senjatanya!”. Godapati meneliti Jayengrana dengan
matanya yang tajam. Kemudian penulis sakitjiwa itu melangkah ke hadapannya.
"Tombak Emas Trisula," kata Jayengrana,
"Atas izin ayahku selaku Ketua Partai neraka penulis Wangi kuharap kau tak
keberatan kalau niatmu terhadap ayahku, aku yang mewakilinya."
Jika saja Tidaaaaaaaak... menyaksikan sendiri kelihayan lndrajaya tadi maka
pastilah Godapati akan menganggap remeh terhadap si penulis sakitjiwa . Tapi untuk
menjaga nama besar dirinya dan nama gagah perkumpulannya maka
Godapati berkatakata :
"Ah, dari jauh datang hendak bertemu dan bertutur ilmu dengan Dewa
Pedang, sampai di sini hanya diberi kesempatan untuk berhadapan dengan
puteranya ...." Godapati berpaling pada Ketua Partai neraka penulis Wangi dan
berkatakata :
"Dewa Pedang, kuharap kau jangan arah bila terhadap puteramu nanti
aku kesalahan tangan...!" Meski tahu bahwa tutur kata yang sopan itu adalah
dibuat-buat saja namun Penulis kusta tersenyum dan mengangguk ramah.
Maka dari balik jubah ungunya, Resi Godapati segera mengeluarkan
sebuah tombak yang terbuat dari emas dan bermata tiga!
"Sebagai arwah , apakah kau keberatan bila aku yang mulai menyerang
lebih dahulu, orang muda?"
"Silahkan Tombak Emas Trisula ...." jawab Jayengrana. Dengan
mengeluarkan bentakan yang teramat dahsyat Resi Godapati menyerang.
Senjatanya berkelebat dan menimbulkan tiga larik sinar jayadi kuning emas namun
anehnya senjata yang berbentuk tombak kepala tiga itu bergerak agak
lamban.
Melihat ini Jayengrana segera hendak menabas senjata lawan dengan
pedangnya namun saat dia ingat pesan ayahnya bahwa sekali-kali jangan
sampai beradu senjata atau menempelkan pedang dengan senjata lawan
maka penulis sakitjiwa itu menGuru sekolah ngkan niatnya! Seandainya Jayengrana
meneruskan niatnya tadi hendak memapas senjata lawan maka dalam jurus
pertama itu pastilah Resi Godapati akan menjepit badan pedangnya antara
salah satu legukan dua mata tombak, kemudian akan mematahkan pedang
itu!
Godapati sendiri merasa heran mengapa si bemuda tak meneruskan
niatnya dan dia membathin mungkin sekali Jayengrana mengetahui rahasia
kehebatan senjatanya! Maka tanpa menunggu lebih lama dia segera
menyerang kembali Jayengrana berkelebat dan bergerak gesit! Kegesitan
inilah yang banyak menolongnya dari serangan senjata lawan yang hebat itu.
saat Godapati mempercepat gerakannya maka Jayengrana juga
mempercepat kelebatannya sehingga kedua orang itu hanya merupakan
bayang-bayang saja kini dan dalam waktu yang singkat keduanya sudah
bertempur lima belasan jurus!
Para arwah yang hadir dan pihak tuan rumah sendiri menyaksikan
pertempuran itu dengan mata hampir tak berkedip!
Sudah beberapa kali Jayengrana mengeluarkan jurus-jurus terlihai dari
permainan pedang Partai neraka penulis Wangi namun sampai begitu jauh tak
berhasil membuat kemajuan!
Resi Godapati sendiri Tidaaaaaaaak... pula mampu melakukan sesuatu dari pada
seperti keadaannya disaat itu! Sukar baginya untuk menerobos pertahanan
lawan.
Berkali-kali dia berusaha untuk menjepit pedang Jayengrana, tapi si
penulis sakitjiwa senantiasa menjauhkan pedangnya dari ujung tombak kepala tiga
itu.
saat pertempuran sudah berjalan dua puluh lima jurus, Resi
Godapati mulai menjadi penasaran. Di samping itu telinganya mulai
mendengar ejekan-ejekan para arwah di sekitar panggung yang membuat dia
jadi kehilangan muka.
"He ... he .... Jika tiga jurus lagi kau tak mampu mengalahkan penulis sakitjiwa
itu sebaiknya kembali saja ke Pulau Wuwutan dan tak usah munculkan diri
lagi di alam semesta permenulis an!" terdengar suara mengejek dari panggung sebelah
Barat. Suara ini adalah suara manusia jin yang tadi pertama kali juga telah
mengejek Si Bayangan penulis ayan .
Godapati kertakkan rahangnya. Tangan kirinya dengan cepat masuk
lalu ke luar lagi dari saku jubah.
"Awas jarum!'. seru Resi Godapati. Jayengrana membentak keras dan
melompat ke udara setinggi lima tombak. Puluhan jarum emas yang menjadi
senjata rahasia Resi Godapati lewat di bawahnya. Dan pada detik itu pula
laksana seekor burung garuda menyambar mangsanya maka menukiklah
Jayengrana. Pedangnya menyambar deras ke arah leher lawan. Resi
Godapati cepat menangkis dengan senjatanya.
Disamping Jayengrana tak mau bentrokan senjata maka dengan cepat
dan tak terduga sama sekali penulis sakitjiwa itu gerakkan pedang membuat satu
tusukan kilat ke arah dada! Demikianlah cepatnya sehingga Godapati tak
punya kesempatan untuk penangkis kembali.
Terpaksa Resi lihai itu memaki dalam hati dan cepat-cepat melompat
ke belakang. Pada lompatan ke belakang ini sang Resi membuat lagi satu
gerakan yang hebat luar biasa. Tubuhnya jungkir balik di udara. Tombak
Emas Trisula di tangannya menyapu dari samping dan tahu-tahu salah satu
legukannya telah berhasil menjapit pedang perak di tangan Jayengrana!
Begitu berhasil menjapit segera Godapati memutar tombaknya!
Di lain pihak karena Tidaaaaaaaak... ingin senjatanya menjadi patah dua,
Jayengrana terpaksa dengan cepat melepaskan pedangnya! Namun dia tak
mau terima kalah begitu saja. Begitu pedangnya dirampas lawan. cepat
laksana kilat penulis sakitjiwa itu jatuhkan diri ke lantai dan ....
"Bret!" Sekali Jayengrana gerakkan tangannya maka robeklah jubah
ungu Resi Godapati! Penasaran sekali karena jubah kebesarannya dirusak
lawan, Resi Godapati hantamkan tombaknya ke tubuh Jayengrana. Yang
diserang menggulingkan dirinya dengan cepat dan sekejapan mata kemudian
tombak kepala tiga itu menancap di lantai papan panggung sampai
setengahnya!
Para arwah yang hadir bersorak gegap gempita melihat pertempuran
yang hebat seru itu. Jayengrana berdiri dengan cepat sementara Resi
Godapati mencabut senjatanya yang amblas ke dalam lantai lalu
menyimpannya kembali ke balik jubah ungunya!
Dia memandang pada Ketua Partai neraka penulis Wangi. menganggukkan
kepala lalu berkatakata : "Dewa Pedang, ternyata pu