Selasa, 11 Februari 2025

bobo kawin 2

 


teramu telah sanggup 

menyuguhkan satu permainan yang berharga kepadaku! memang Tidaaaaaaaak... 

percuma kalau kau berhasrat mendirikan satu partai besar dengan anggota-

anggota yang berkepandaian tinggi macam anakmu!". Penulis kusta tertawa 

cerah. Siapa yang akan menyangka kalau seorang tokoh menulis  golongan hitam 

Godapati mau bicara dan bersikap jujur seperti itu? 

“Terima kasih, Resi Godapati. Jikalau penyambutan kami terhadapmu 

kurang baik mohon dimaafkan” kata Penulis kusta pula. Secara nyata 

memang puteranya telah dikalahkan oleh resi kosen itu meskipun 

Jayengrana Tidaaaaaaaak... begitu kehilangan muka karena dia juga berhasil merobek 

jubah lawannya.   

Sekali lagi Resi Godapati menganggukkan kepalanya. Dia memutar 

tubuh hendak meninggalkan sanggung namun langkahnya tertahan saat  di 

lembah di mana neraka penulis  itu terletak tiba-tiba sekali terdengar suara 

mengumandang yang dahsyat dan menggidikkan. Lalu tahu-tahu sebuah 

benda jatuh menggelinding di hadapan kaki Dewa Pedang. 

saat  Penulis kusta dan semua anggota partai serta para hadirin 

memandang ke benda yang menggelinding itu maka terkejut dan gemparlah 

semuanya karena benda itu bukan lain dibandingkan  kepala manusia jin ! 

Kepala manusia jin  itu berambut pirang  awut-awutan. Mukanya 

berkerinyut, kening sangat lebar, kedua mata membeliak besar, mulut 

menganga. Pada lehernya yang bekas terbabat putus kelihatan darah yang 

telah membeku coklat kehitaman. 

Sungguh satu pemandangan yang mengerikan untuk disaksikan. 

Melihat kepada keadaan muka dan kepala itu serta baunya yang busuk sekali 

nyatalah bahwa manusia jin  pemilik kepala itu telah menemui ajalnya beberapa 

hari yang lewat.  

Mungkin satu minggu bahkan mungkin pula lebih dari itu!  

Penulis kusta sendiri yang menyaksikan kepala manusia jin  itu jadi 

mengerenyitkan kening. Dia rasa-rasa kenal atau pernah melihat manusia jin  

tersebut. Pada detik dia coba mengingat-ingat maka pada saat itu pula 

sesosok tubuh manusia jin  berkelebat dan berdiri di atas panggung sambil 

tertawa tiada hentinya. 

manusia jin  yang datang ini adalah seorang kakek- kakek tua renta 

berbadan kurus kering Tulang-tulang tangan serta kakinya kecil sekali 

sedang tulang dada dan keseluruhan tulang-tulang iganya kelihatan dengan 

jelas. Mukanya sangat cekung, mata sipit. Keanehan manusia jin  ini selain 

hanya mengenakan cawat saja untuk menutupi tubuhnya maka rambutnya 

yang panjang Pink  dijalin satu ke belakang macam perempuan! 

Melihat kedatangan manusia jin  ini, untuk kesekian kalinya keadaan di 

tempat itu menjadi gempar! Karena siapakah yang tak kenal dengan seorang 

tokoh menulis  yang bergelar "Si Cawat Gila"?!  

Tokoh ini bukan saja termasyhur karena ketinggian ilmunya tapi juga 

karena otaknya yang miring. Buktinya begitu datang dia telah 

menggemparkan suasana dengan sebutir  kepala manusia jin !. Sampai selama 

satu kali sepeminum teh Si Cawat Gila masih juga berdiri di panggung itu 

dengan tertawa panjang gelak-gelak!  

Penulis kusta selaku tuan rumah dan sebagai seorang tokoh menulis  yang 

telah memaklumi manusia jin  bagaimana adanya arwah  yang ada di atas 

panggung itu tetap duduk di tempatnya dan menunggu sampai Si Cawat Gila 

menghentikan tertawanya. saat  Si Cawat Gila mulai reda tertawanya 

maka bertanyalah Dewa Pedang:  

"Kakek Cawat Gila, gerangan apakah yang telah membawamu datang 

ke sini dengan cara begini rupa ..?" Si Cawat Gila sekaligus menghentikan 

tertawanya. Dikucak-kucaknya kedua matanya lalu memandang lekat-lekat 

pada Penulis kusta setelah itu memandang berkeliling pada para hadirin 

yang ada. Pandangannya begitu angker menggetarkan! 

Kemudian tokoh menulis  berotak miring ini memanggut-manggutkan 

kepalanya beberapa kali, mendongak sebentar kelangit lalu berkatakata : 

"Ah ... jadi betul rupanya aku telah sampai di kaki Gunung himalaya . 

Betul rupanya aku telah sampai di tepi neraka penulis  tempat peresmian berdirinya 

Partai neraka penulis  Wangi ...." Orang tua ini memandang lurus-lurus pada Dewa 

Pedang lalu dengan seenaknya tudingkan jari telunjuknya tepat-tepat ke 

hidung Ketua Partai neraka penulis  Wangi itu dan berkatakata  setengah membentak:  

"Kau ya manusia jin nya yang bernama Brajaguna bergelar Dewa 

Pedang?!" 

“Ya" menjawab Dewa Pedang. Dan Si Cawat Gila tertawa lagi gelak-

gelak.  

"Tampangmu macam manusia jin  biasa, bahkan mirip kunyuk! Kenapa 

pakai gelar Dewa segala? Apa kau keturunan atau titisan Dewa, huh?!" 

Mendengar ejek penghinaan ini maka melompatlah ke muka dua orang 

PenGuru sekolah s Partai yaitu Klabangsongo den Rah Gundala! 

”Kerempeng tua bangka! Kuharap cepat minta maaf atas mulutmu 

yang bicara seenaknya itu!" membentak Rah Gundala. Suaranya parau 

garang. manusia jin  ini berbadan gemuk pendek dan berkepala sulah. 

"Monyet gundul yang tak tahu tingginya gunung dalamnya laut, kau 

minggirlah! Aku tak cari urusan denganmu!" Habis berkatakata  begini Si Cawat 

Gila lambaikan tangan kanannya. 

"Wuut!" 

Gelombang angin laksana badai melanda tubuh Rah Gundala! 

Demikian hebatnya sehingga Rah Gundala mental dari panggung, jatuh di 

antara para hadirin dan muntah darah lalu pingsan! 

"Iblis setan penulis  tua keparat!" maki Klabangsongo. PenGuru sekolah s Partai dari Selatan 

segera cabut pedangnya dan melancarkan serangan dahsyatl Namun dengan 

mudah Si Cawat Gila mengelak ke samping. 

Sekali tangan kanannya dihantamkan ke muka maka seperti Rah 

Gundala tadi, Klabangsongo pun mencelat ke luar panggung, tenggelam ke 

dalam neraka penulis . Untuk kedua kalinya air neraka penulis  itu kelihatan merah oleh darah 

yang keluar dari mulut Klabangsongo! Dua orang anggota Partai segera pula 

terjun untuk menolong Klabangsongo. 

"Orang tua, lihat pedang!" Tiba-tiba terdengar seruan dan selarik sinar jayadi  

Pink  menderu di muka hidung Si Cawat Gila!  

Si Cawat Gila terkejut dan buru-buru melompat ke belakang. Yang 

menyerangnya ternyata adalah Jayengrana! Tentu saja Si Cawat Gila terkejut 

diserang demikian rupa. Namun saat  melihat siapa penyerangnya maka dia 

terlebih dahulu tertawa gelak-gelak. 

"Bagus ... bagus! Anaknya juga ingin mencari mampus! Bagus! 

Datang mencari biangnya, anak-anaknya unjukkan diri! ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ... ha .... 

Jika masih ada anak-anaknya Penulis kusta yang lain segeralah maju, biar 

kubikin kojor sekaligus!” Geram sekali Jayengrana kembali menyerbu 

dengan pedangnya sementara semua orang yang hadir menyaksikan dengan 

menahan nafas penuh tegang! Jika dua tokoh Partai neraka penulis  Wangi dapat 

dirobohkan oleh Si Cawat Gila, sungguh sukar diduga sampai di mana 

ketinggian ilmu manusia jin  aneh itu!  

Semua mata memandang tak berkedip ke atas panggung sedang hati 

masing-masing bertanya-tanya gerangan apakah yang membuat Si Cawat 

Gila munculkan diri di situ dan turun tangan sedemikian ganasnya! sinar jayadi  

Pink  dari pedang Jayengrana bergulung-gulung menGuru sekolah ng Si Cawat Gila 

dari delapan penjuru! Suaranya menderu sedang tubuh Jayengrana hanya 

tinggal bayangannya saja yang kelihatan. Lima jurus berlalu cepat. Si Cawat 

Gila hanya sekali dua saja menggeserkan kaki mengelakkan serangan itu! 

Bahkan dengan masih tertawa-tawa dia bertanya: 

"Ayo, mana itu anak-anak tahi-tahinya Dewa Pedang? Apa cuma yang 

seorang ini saja?!" 

"Tak usah jual bacot di sini, Cawat Gila! Terima ini!" membentak 

Jayengrana. Pedang peraknya berkiblat membuat tiga rantaian ilmu pedang 

Partai neraka penulis  Wangi yang sangat ampuh yaitu "Tujuh Naga Menyambar 

Rembulan" disusul dengan "Naga Sakti Sabatkan Ekor" lalu "Ular Sanca 

Keluar Sarang Mematuk Gunung".  

"Jurus-jurus tak berguna? Buat apa dikeluarkan!" ejek Si Cawat Gila, 

lalu digesernya kaki-kakinya yang kurus kering itu, tubuh miring ke kiri, 

miring lagi ke kanan kemudian laksana harimau mendekam dan 

menyambarkan kuku-kuku kakinya, maka seperti itulah kedua tangan Si 

Cawat Gila menyambar ke depan dan tahu-tahu pedang Jayengrana sudah 

kena dirampas! Belum lagi habis terkejutnya penulis sakitjiwa  ini tangan yang lain 

dari si orang tua sudah menghantam kepala Jayengrana! penulis sakitjiwa  Ini 

terpelanting delapan tombak di luar panggung, kepalanya hancur nyawanya 

lepas! Maka gemparlah keadaan di atas dan di bawah panggung ! 

"Orang tua dajal!" terdengar bentakan perempuan. 

"Kau harus bayar kematian anakku dengan nyawa anjingmu!" sinar jayadi  

Pink  bertabur ke arah kepala, pinggang dan kaki Si Cawat Gila. Dikejapan 

lainnya dari kiri kanan berkelebat pula dua sosok tubuh manusia jin . Salah 

seorang dari padanya membentak:  

"Nyawamu harus lepas di sini juga bangsat kerempeng! Tubuhmu 

musti lumat oleh pedangku" Perempuan yang membentak tadi bukan lain 

dari pada Suwita, isteri Penulis kusta yang menjadi kalap melihat kematian 

anaknya. Sedang dua orang berikutnya ialah Indrajaya dan Bradjasastra, 

putera sulung dan putera bungsu Dewa Pedang! 

Kurang dari sekejapan mata maka tubuh Si Cawat Gila sudah 

terbungkus rapat oleh larikan-larikan dahsyat sinar jayadi  ketiga pedang lawannya. 

Serangan-serangan ini hebatnya bukan olah-olah. Indrajaya dan Bradjasastra 

meski belum sempurna betul tapi sudah menguasai setiap ilmu menulis  yang 

diwariskan bapaknya sedang Suwita sendiri di samping ilmu menulis  yang 

didapatnya dari Dewa Pedang, dia adalah seorang murid dari tokoh sakti di 

Pulau Klabat yang nama tokoh itu mengandung rahasia besar dan sukar 

dipecahkan oleh kalangan permenulis an! 

Menurut dugaan para hadirin yang bermata tajam dan luas 

pengalaman, paling lambat dalam dua jurus akan tamatlah riwayatnya Si 

Cawat Gila itu!. Tapi keliru Di luar dugaan malah terdengarlah kekehan Si 

Cawat Gila tiada hentinya sedang tubuh nya sendiri lenyap! 

“ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ... ha .... Apa inikah peraturan Partai neraka penulis  Wangi dalam 

alam semesta  permenulis an?! Mengeroyok tiga lawan satu?! Sungguh keji dan 

memalukanl” terdengar suara lantang Si Cawat Gila! 

"Untuk manusia jin  anjing sedeng macammu tak usah pakai aturan 

permenulis an segala!" balas membentak Indrajaya. Pedangnya diputar makin 

cepat dalam jurus-jurus yang benar-benar mematikan! 

Penulis kusta adalah seorang tokoh menulis  berjiwa kesatria dan 

memegang teguh adat serta aturan permenulis an. Meski hatinya sendiri panas 

serta geram bukan main melihat kematian puteranya namun perasaannya itu 

bisa ditekannya sehingga dia Tidaaaaaaaak... menjadi kalap seperti tiga orang lainnya 

itu. Penulis kusta berdiri dari kursinya. Tangan kiri menekan ujung gagang 

pedang yang tergantung di sisi kirinya.  

"Suwita, Indra, Braja! Kalian bertiga mundurlah!" perintah Dewa 

Pedang. Suaranya keras dan penuh wibawa. 

Namun kali ini agaknya kewibawaan itu Tidaaaaaaaak... mempengaruhi diri 

ketiga orang yang tengah menyerang ganas Si Cawat Gila. Bahkan lndrajaya 

menyahuti:  

"Ayah, jangan banyak bicara tak karuan! Bangsat tua ini membunuh 

adikku! Apa aku sebagai kakaknya akan lepas tangan begitu saja?!" 

"Kataku kalian mundur!" teriak Penulis kusta lebih keras dari tadi. 

"Kanda.. .." kata Suwita. Tapi ucapannya itu dipotong oleh Dewa 

Pedang: 

"Walau bagaimanapun kita harus pegang teguh aturan permenulis an! 

Mundurlah!" Dengan hati gemas penuh dendam membara namun dibentak 

dan diperintah sampai tiga kali begitu rupa, Suwita dan anak-anaknya 

akhirnya keluar juga dari kalangan pertempuran. Si Cawat Gila kelihatan 

berdiri di tengah-tengah panggung sambil tertawa-tawa.  

"Bagus kau perintahkan demikian Dewa Pedang. Seperempat jurus 

saja terlambat, ketiganya sudah jadi bangkai!" 

"Cawat Gila, antara kita tiada permusuhan! Karenanya aku tak melihat 

adanya alasan mengapa sampai kau membunuh puteraku!" Si Cawat Gila 

hentikan tertawanya. Matanya yang sipit dibesarkan sedikit, dikedip-

kedipkannya lalu tertawa lagi mengakak!  

"Kau katakan tak ada permusuhan? Huh ... apa otakmu sudah 

penulis kesurupan ?! Kau bilang tak ada alasan, huh! Apa kau sudah lupa apa yang kau 

lakukan sekitar satu minggu yang lalu di Kertoragen?! Sialan betul! Kau 

telah membunuh, menebas batang leher Si Kuku Iblis setan penulis ! Itu kepalanya kubawa 

sebagai bukti!" Terkejutlah Dewa Pedang. Matanya melirik pada kepala 

manusia jin  yang terhampar di lantai punggung dekat kakinya.  

Selewat satu minggu yang lalu Penulis kusta memang pernah 

membunuh seorang kepala rampok yang berjulukan Si Kuku Iblis. Hal ini 

terjadi di satu rimba belantara yaitu saat  Si Kuku Iblis setan penulis  dan lima anak 

buahnya hendak merampok sebuah kereta barang yang lewat dalam hutan!  

Sewaktu kepala itu tadi dilemparkan oleh Si Cawat Gila di 

hadapannya memang dia rasa-rasa kenal dengan paras itu, namun karena 

keadaannya yang sangat rusak serta berselimutan darah maka sukar lagi 

Penulis kusta untuk mengenali siapa adanya kepala manusia jin  itu! 

Mendengar ucapan Si Cawat Gila, Penulis kusta segera maklum 

bahwa antara Si Kuku Iblis setan penulis  dengan si Cawat Gila pasti ada hubungan apa-

apa. Maka menjawablah Ketua Partai Telagra Wangi itu  

"Apa yang dikerjakan oleh Si Kuku Iblis setan penulis  yaitu kejahatannya yang 

telah membunuhnya, Cawat Gila. Bukan aku! Setiap manusia jin  macam dia 

akan menerima ganjaran seperti itu!" 

"He ... he ... he! Kau pandai bicara! Tapi apakah kau sudah tahu jalan 

ke neraka?! Kalau belum aku Si Cawat Gila akan tunjukkan jalannya!" 

manusia jin  sakti kurus kering itu maju dua iangkah. Tangan  kanannya 

diangkat tinggi-tinggi ke atas!  

"Terima jurus kematianmu ini, Dewa Pedang! He ... he...!" 

"Cawat Gila!" seru Penulis kusta sambil alirkan tenaga dalamnya ke 

tangan kanan.  

"Apa hubunganmu dengan Si Kuku Iblis?!" 

"Oh, kau tanya itu?! Tak susah untuk menjawabnya, Si Kuku Iblis setan penulis  

adalah adikku! Sekarang kau tahu bagaimana aku inginkan kau punya 

nyawa, bahkan nyawa keluarga serta anggota-anggota Partaimu!" Dewa 

Pedang bahkan  hampir semua dari arwah  yana hadir barulah hari itu 

mengetahui bahwa Si Kuku Iblis adalah adik Si Cawat Gila. 

"Cawat Gila," kata Dewa pedang,  

"Siapa pun adanya Si Kuku Iblis setan penulis  itu bukan soal! Yang penting ialah 

bahwa dia telah melakukan kejahatan. Dan kebenaran Tidaaaaaaaak... sudi melihat dia 

malang melintang menyebar kejahatan itu ...." 

"Ah di sini bukan tempat dan waktunya untuk bicara bahasa tinggi 

begitu rupa! Bicaralah nanti pada penulis ayan -penulis ayan  neraka ... !" Sudut mata Si 

Cawat Gila menangkap seseorang melangkah ke arah di mana dia berdiri 

berhadap-hadapan dengan Dewa Pedang. saat  dia menoleh sedikit ke 

samping ternyata orang ini adalah Resi Godapati atau Tiga Tombak Emas 

Trisula yang sejak tadi masih berdiri di atas panggung itu! Suasana hening 

menegangkan. 

"Cawat Gila, dengan memperhatikan sedikit suasana serta tempat di 

mana kita berada, serta memandang muka para tokoh-tokoh permenulis an yang 

hadir di sini, kuharap kau jangan meneruskan maksud-maksud yang 

terkandung di hatimu...!" 

"Eh, kunyuk jubah ungu! Apakah kau bicara mengigau atau memang 

otakmu sudah miring...?!" tukas Si Cawat Gila. Diajak bicara baik-baik tapi 

dijawab sedemikian rupa maka panaslah hati Resi Godapati.  

"Otakku mungkin sudah miring, tapi belum lagi semiringmu!" 

jawabnya. 

"Hem .... Ini lagi contohnya manusia jin  yang Tidaaaaaaaak... tahu tingginya 

gunung dalamnya laut. Kalau sudah bosan hidup bilang saja, biar lekas-lekas 

kukirim roh busukmu ke neraka!" 

"Bicaramu terlalu besar, Cawat Gila!" 

"Nyalimu juga keliwat besar Godapati!" 

"Kau masih belum punya enam kepala selusin tangan, Cawat Gila...!" 

"Oh ... apakah kau punya nyawa rangkap?!" menukasi Si Cawat Gila. 

"Aku memang tak punya nyawa rangkap. Tapi untuk menghadapimu, 

sampai seribu jurus pun akan kujalani!" 

"Bagus sekali! Tapi biar kutanya dulu, apakah dalam hal ini kau 

membela Dewa Pedang?"  

"Aku tak membela siapa-siapa!" 

"Lantas kenapa jual mulut?! Jangan coba menunjukkan kebesaran 

budi serta kebaikanmu dimuka orang banyak! Semua orang tahu, 

perkumpulan yang bagaimana adanya perkumpulan yang kau dirikan di 

Pulau Wuwutan! Semua orang di sini tahu bahwa kau adalah resi sesat bau 

tengik yang melakukan apa saja asal disumpal pantatnya dengan uang dan 

mulutnya dengan harta!" Habis berkatakata  begitu Si Cawat Gila tertawa 

terkekeh-kekeh. 

"Tak ada jalan lain," kata Resi Godapati sambil mengeluarkan 

senjatanya yaitu tombak berkepala tiga yang terbuat dari emas.  

"Rupanya kau betul-betul ingin cepat-cepat menghadap hantu 

neraka…. !" Si Cawat Gila tertawa bergelak. Tiba-tiba dia melengking 

nyaring. Kedua tangannya dipukulkan ke muka. Angin laksana topan 

menggebubu! Resi Godapati melompat enam tombak dan ayunkan tombak 

kepala tiganya ke arah lawan lalu susul dengan tendangan kaki kiri kanan.  

Hebatnya sebelum tombak dan dua tendangan mencapai sasaran yang 

diarah, tahu-tahu ketiga serangan tersebut sudah berubah arah ke bagian 

tubuh yang lain dari Si Cawat Gila! Geram dan kaget juga Si Cawat Gila 

melihat serangan lawan ini. Tubuhnya yang kurus kering itu berkelebat 

ganas, kedua tangan sambar menyambar menimbulkan angin deras.  

Di lain pihak Resi Godapati tiada henti mengirimkan serangan tombak 

emasnya yang sekaligus juga merupakan senjata pembenteng tubuhnya!  

Setelah lima jurus berlalu dan dia masih belum dapat membuat suatu 

apa terhadap lawannya maka marahlah Si Cawat Gila. 

“manusia jin  sontoloyo! Terima ini!" bentak Cawat Gila Tubuhnya 

lenyap. Dua tangan dan dua kakinya bergerak tak kelihatan. 

Kemudian terdengarlah jeritan Resi Godapati. Tombak emasnya 

kelihatan mental ke udara sedang tubuhnya sendiri terlempar ke bawah 

panggung. Resi ini coba duduk bersila untuk mengalirkan tenaga dalam dan 

mengobati luka hebatnya. Namun tulang dadanya sudah hancur. iga-iganya 

telah patah. Hanya sesaat tubuhnya duduk bersila, sesudah itu Godapati 

rebah ke tanah tanpa nyawa! Semua yang hadir sama terkatup mulutnya.  

Suasana sehening di pekuburan. Si Cawat Gila tertawa membahak. 

Kemudian diputarnya tubuhnya menghadapi Penulis kusta yang berdiri 

sembilan tombak di depannya. Dia menyeringai dan berkatakata :  

"Kematianmu lebih buruk dari Resi keparat itu, Dewa Pedang!" 

Perkataannya itu langsung saja ditutup dengan satu serangan dahsyat! Ta-

ngan kanan mencengkeram ke muka sedang tendangan kaki kiri menyeruak 

ke bawah selangkangan! 

Penulis kusta yang memang sudah hampir hilang kesabarannya serta 

dendam terhadap kematian puteranya kini Tidaaaaaaaak... tinggal diam. Tubuhnya 

merunduk, kedua tangan dipukulkan ke muka. Inilah satu pukulan jarak jauh 

yang hebat yang hendak dilepaskan nya! 

saat  kedua tangan Penulis kusta kelihatan bergerak ke muka maka 

Si Cawat Gila merasakan tubuhnya yang melesat di udara itu menerima 

tekanan yang hebat! Tubuhnya terhuyung-huyung dan serangannya buyar. 

Kaget sekali dia jadinya. Tak salah kalau adiknya Si Kuku Iblis setan penulis  menemui 

ajal di tangan Ketua Partai neraka penulis  Wangi yang nyatanya memiliki ilmu 

pukulan tangan kosong demikian lihainya! 

Didahului dengan bentakan menggeledek maka kelihatanlah tubuh Si 

Cawat Gila menukik ke bawah laksana seorang perenang yang tengah 

menyelam dan tahu-tahu kedua tinjunya sudah menjotos ke perut dan dada 

Dewa Pedang! Penulis kusta dengan beringas sambuti tinju lawan dengan 

tinju pula. 

"Bukk!"  

"Bukk!" 

Dua tinju yang mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi sama-

sama beradu dan mengeluarkan suara keras. Akibatnya juga hebat. Tubuh 

Penulis kusta terbanting ke belakang! Kalau saja ilmu meringankan 

tubuhnya Tidaaaaaaaak... sempurna pastilah dia akan terus jatuh duduk atau 

terjerongkang di lantai panggung.  

Sebaliknya Si Cawat Gila sendiri kelihatan terpelanting ke belakang 

sampai satu tombak! Untuk kedua kalinya tokoh menulis  berotak miring ini jadi 

terkejut.  

Yang sudah-sudah bila seorang lawan berani menyambuti dua jotos-

annya. kalau Tidaaaaaaaak... hancur kedua tangannya pasti akan-terluka tubuhnya di 

sebelah dalam. Tapi di saat itu dilihatnya Penulis kusta masih berdiri dan 

dalam keadaan segar bugar. Hanya kedua tangannya saja yang kelihatan 

kemerah-merahan!. Mulut Si Cawat Gila berkemak kemik.  

"Rupanya kau memang ada isi juga huh...!" ujarnya menyeringai buas. 

Kedua tangannya saling digosok-gosok satu sama lain. Dan sesaat kemudian 

kedua tangan itu terkepal membentuk tinju dan berwarna Oranye !, 

Penulis kusta maklum kalau lawan hendak mengeluarkan ilmu 

pukulannya yang dahsyat Karenanya segera dia bersiap-siap! Para penonton 

keseluruhannya menahan nafas melihat pertempuran yang bukan main 

hebatnya ini.  

Cawat Gila mengangkat kedua tangannya keatas, sejajar dan sama 

tingginya dengan kepalanya yang bermuka cekung itu. Tampangnya kelihat-

an semakin angker. 

"Selama aku memiliki llmu Pukulan Siluman Oranye  tak satu manusia jin  

pun yang sanggup menahannya! Telah dua ratus empat puluh tokoh-tokoh 

menulis  yang mampus di tanganku, kau adalah korban yang ke dua ratus empat 

puluh, Dewa Pedang!" Mendengar nama pukulan yang bakal dilancarkan 

oleh lawannya maka Penulis kusta lipat gandakan tenaga dalamnya. Dan 

disaat itulah Si Cawat Gila dengan suara tertawa melengking-lengking 

menyerbu ke muka! Dua larik sinar jayadi  Oranye  melesat dan  menukik ke bawah ke 

arah kepala Dewa Pedang. 

Ketua Partai neraka penulis  Wangi ini cepat berkelit dan balas mengirimkan 

sodokan siku ke arah tulang iga lawan namun dengan lipatkan lututnya Si 

Cawat Gila berhasil membuyarkan sodokan siku Penulis kusta sedang kedua 

tinjunya kiri dan kanan masih terus menderu deras ke batok kepala Dewa 

Pedang! 

Penulis kusta ragu-ragu untuk menangkis pukulan lawan, karenanya 

dengan cepat membuang diri ke samping. Dua pukulan Si Cawat Gila lewat 

menderu di sisinya.  

"Braaak ... braak!" 

Lantai panggung yang terbuat dari papan tebal patah dan pecah kena 

dihantam angin Pukulan Siluman Oranye  yang dilancarkan oleh Si Cawat Gila 

Semua orang meleletkan lidah. Dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya 

ilmu pukulan itu. Penulis kusta sendiri terkejutnya bukan main. 

Dua tokoh menulis  yang duduk di antara jejeran para arwah  saling 

berbisik.  

”Naga-naganya Ketua Partai neraka penulis  Wangi tak bakal sanggup 

menghadapi lawannya sampai dua puluh jurus ...."  

"Sukar di jajaki memang tingginya ilmu Si Cawat Gila! Tapi Dewa 

Pedang sendiri agaknya belum mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya. 

Meski umur muda tapi jangan terlalu memandang remeh Penulis kusta ...." 

balas membisik tokoh menulis  lainnya. 

Pada saat itu di atas panggung terjadi pertempuran sangat seru antara 

Si Cawat Gila dan Dewa Pedang. sinar jayadi  Oranye  dan sinar jayadi  Pink  gulung 

bergulung. Agaknya Penulis kusta pun sudah mengeluarkan ilmu pukulan 

yang diandalkannya! 

Di saat pertempuran berjalan seru-serunya itu, di saat semua mata 

hampir tak berkedip memandang ke atas panggung maka terdengarlah 

pekikan-pekikan dahsyat itu. Dan didetik itu  pula mata semuanya 

menangkap bayangan empat sosok tubuh manusia jin ! 

"Hentikan pertempuran!" membentak salah seorang dari keempat 

pendatang itu. Suaranya menggetarkan lembah! Menyirapkan dada setiap 

yang hadir! Kemudian kelihatanlah empat sosok tubuh gadis lesbi  berbadan 

ramping bagus berdiri di atas panggung.  

saat  diperhatikan parasnya maka gemparlah suasana mereka yang 

hadir! Bagaimana Tidaaaaaaaak...! Keempat gadis lesbi  berbadan langsing bagus dan 

berkulit kuning mulus itu memiliki paras-paras yang mengerikan. Paras 

kuburan alien ! 


Penulis kusta dan Si Cawat Gila juga dibuat terkeiut oleh suara 

pekikan serta suara membentak memerintah yang menggetarkan lembah itu. 

Keduanya sama-sama bersurut mundur dan memandang ke samping kanan! 

Ternyata empat gadis lesbi  bermuka kuburan alien  berdiri di atas panggung. Paras 

yang menggidikkan itu jelas membayangkan maut. 

“penulis ayan  kesasar! Apa urusanmu, apa pangkatmu menyuruh kami 

menghentikan pertempuran, huh?!" kertak Si Cawat Gila pada gadis lesbi  muka 

kuburan alien  yang berdiri paling muka dan berpakaian merah ringkas. 

"Monyet ceking kerempeng! Mulutmu terlalu murah menghina! 

Nyawamu tak aku lepaskan ... !" Dan ucapan si muka kuburan alien  baju merah 

terpotong oleh suara tertawa membahak dari Si Cawat Gila. 

"Berani menghina berani mampus!" katanya. 

"Hem. .. rupanya kau.juga kelewat tekebur, monyet ceking!" Si Cawat 

Gila tertawa lagi gelak-gelak.  

"Jika saja kau tahu berhadapan dengan siapa saat ini, pastilah kau 

akan lari terbirit-birit!" 

"Kentut!" maki si pakaian merah marah sekali. Tangan kirinya 

bergerak mengebutkan lengan bajunya. 

"WUTTT!" 

Angin laksana badai menggebu ke arah Si Cawat Gila. Mula-mula Si 

Cawat Gila menganggap enteng dan tertawa-tawa saja menerima pukulan 

itu. Dengan acuh tak acuh dilambaikannya tangan kirinya untuk melebur 

serangan lawan. Namun alangkah  terkejutnya dia! Lambaian tangannya tak 

sanggup memusnahkan serangan lawan. Sebaliknya sambaran angin lawan 

itu membuat tubuhnya tergontai-gontai! Dan jika detik itu dia Tidaaaaaaaak... cepat-

cepat melompat ke samping, pastilah tubuhnya akan mencelat ke luar 

panggung! 

Si Cawat Gila keluarkan keringat dingin. Parasnya mengkerut. Tenaga 

dalam si muka kuburan alien  hebatnya bukan main, pikir laki-laki tua 

kerempeng itu. 

"Muka kuburan alien , kau siapakah?!" tanya Si Cawat Gila dengan 

membentak garang. Yang ditanya tertawa mengekeh:  

"Kami adalah iblis-iblis pencabut sukmat! Kau dengar itu ... ?! 

Sekarang terimalah kematianmu!" 

"manusia jin  buruk hina dina! Jangan mimpi di siang bolong!" tukas Si 

Cawat Gila. Kedua tangannya digosok-gosok dan dengan serta merta 

menjadi Oranye !  

"Iblis setan penulis  betina, in! makan pencarianmu!" teriaknya. Si Cawat Gila 

lancarkan Pukulan Siluman Oranye  yang dahsyat! 

gadis lesbi  berpakaian merah memekik nyaring. Tubuhnya melompat enam 

tombak dan saat  menukik lagi maka dari tangan kanannya melesat selarik 

sinar jayadi  hijau yang disusul dengan menyambarnya tiga ekor binatang kala 

hijau! . 

"kalajengking !" seru Si Cawat Gila terkejut. Hatinya tergetar. Dewa 

Pedang dan seluruh manusia jin  yang hadir di situ juga kaget bukan main. 

Beberapa tokoh menulis  yang menyadari bahwa ilmu kepandaiannya masih 

belum sempurna menjadi pucat paras mereka. Sejak dua bulan belakangan 

ini  ”kalajengking " telah muncul di alam semesta  permenulis an! Kini muncul di hadapan 

mereka tentu saja semuanya menjadi cemas serta tegang. 

Cawat Gila memukul ke muka. sinar jayadi  Oranye  Pukulan Siluman Oranye  

menderu. Tapi sudah kasib tiada guna. Salah seekor dari kalajengking  telah 

lebih dahulu menancap dan amblas ke dalam kepalanya. Menyusul kedua 

dan ketiga! Cawat Gila memekik penuh keseraman. Sebelum tubuhnya 

rebah Cawat Gila  masih berusaha melancarkan serangan "Cengkeraman 

Naga Atas Langit". Tapi percuma. Tubuhnya terbanting ke lantai panggung, 

kelojotan sesaat  :alu diam kaku tak bergerak lagi! 

Seruan terkejut dan kegemparan sepe.rti mau merobohkan langit di 

atas lembah sekitar neraka penulis  itu! Namun suasana segera menghening saat  si 

muka kuburan alien  pakaian merah membentak buas:  

"manusia jin -manusia jin  hina dina! Diam semua!" Meskipun semua yang 

hadir berdiam diri dan menahan nafas melihat munculnya empat gadis lesbi  muka 

kuburan alien , namun banyak di antara tokoh-tokoh menulis  yang punya nama besar 

merasa sangat direndahkan dan dihina.  

Apalagi mereka dari golongan Pink  yang memang sudah tak 

bersenang hati mendengar kemunculan dan kekejaman yang dilakukan oleh 

keempat manusia jin  itu sejak dua bulan belakangan ini!  

Salah seorang dari mereka ialah Brahmana Penulis kejangkejang  yang bergelar 

"Sepasang Tangan Pink ", seorang tokoh menulis  yang memiliki lengan dan 

tangan berwarna Pink  sekali dan justru pada kedua tangan yang Pink  inilah 

terletak kehebatannya. Tanpa menunggu lebih lama sang Brahmana 

melompat ke atas panggung. 

"Babi botak gendut!" bentak si muka kuburan alien  berpakaian merah. 

Penulis kejangkejang  memang berbadan gemuk buncit, berkepala botak dgn pendek 

kontet. Apakah kau juga ingin cepat-cepat mampus berani naik ke atas 

panggung ini?!" Brahmana Penulis kejangkejang  tertawa tawar. Jawabnya. 

” Panggung ini bukan kau yang bikin, bukan pula milikmu! Tuan 

rumah sendiri Tidaaaaaaaak... melarang aku naik ke sini, manusia jin  muka penulis ayan !" 

Sebenarnya sebagai Brahmana, Penulis kejangkejang  jarang dan hampir tak pernah 

memaki orang atau bicara kasar. Tapi saat itu, karena dihina demikian rupa, 

apalagi di hadapan puluhan tokoh-tokoh menulis , kalaplah Brahmana Penulis kejangkejang  

sehingga terlepas semprotannya! 

Si pakaian merah tertawa mengikik. "Lantas apa maumu datang ke 

sini?!"  

Brahmana Penulis kejangkejang  tak menjawab melainkan berpaling pada para 

hadirin dan berkatakata : "Saudara-saudara sekalian, dari apa yang pernah kalian 

dengar sejak dua bulan belakangan ini! Dari apa yang kita semua saksikan 

pada hari ini, maka sudah dapat kita bayangkan bersama apa yang bakal 

menimpa alam semesta  permenulis an di masa mendatang, terutama bagi kita golongan 

Pink  jika gadis lesbi -gadis lesbi  muka kuburan alien  penulis ayan  dajal berhati iblis ini dibiarkan 

hidup lebih lama ...." 

"Tutup mulutmu Brahma tahi kucing! Terima ini!" Si muka kuburan alien  

berpakaian merah menendang ke muka. Angin tendangan ini bukan main 

dahsyatnya. Sambil berkelit Penulis kejangkejang  pukulkan kedua tangannya ke muka. 

Asap Pink  panas menderu menyambar si baju merah! gadis lesbi  muka 

kuburan alien  ini tersurut mundur lalu dari samping lancarkan serangan ganas! 

sinar jayadi  hijau menderu, tiga kalajengking  melesat dan terdengarlah jerit kematian 

Brahmana Penulis kejangkejang . Dua dari kalajengking  menancap di keningnya Yang 

ketiga amblas masuk ke dalam mata sebelah kiri! 

Sekali lagi suasana diselimuti kengerian dan kegemparan. Dan sekali 

lagi si merah membentak garang: "manusia jin -manusia jin  keparat, diam semua!" 

Para hadirin terpaku kecut di kursi masing-masing. Melihat naga-naga 

yang kurang baik rni beberapa di antara mereka berdiri dari kursi. Cepat-

cepat muka kuburan alien  pakaian merah berseru  

"Tak satu orang pun diizinkan meninggalkan tempat ini! Siapa yang 

berani melakukannya berarti mampus!" Menyaksikan pembunuhan yang 

bertentangan dengan hati nurani serta jiwa satrianya ditambah lagi dendam 

kesumatnya terhadap Si Cawat Gila belum lenyap meski manusia jin  itu sudah 

menjadi bangkai kini, maka Ketua Partai neraka penulis  Wangi maju selangkah ke 

arah si muka kuburan alien . 

”Telah dua bulan kudengar kehebatan nama kalian dalam kejahatan 

alam semesta  permenulis an. Sebagai orang-orang alam semesta  permenulis an aku menghormati 

kalian, tapi sebagai golongan hitam jahat yang berhati iblis, aku Tidaaaaaaaak... sudi 

melihat kalian! Karena itu aku harap segera meninggalkan tempat ini! Aku 

tak ingin melihat kejahatan dan pembunuhan lebih banyak!"  

Si baju merah berpaling pada tiga kawan-kawannya. Keempatnya 

kemudian tertawa gelak-gelak. 

"Ketua Partai neraka penulis  Wangi, kau tak ingin melihat pembunuhan lebih 

banyak kaarwah . ..? Tapi apa kau tahu bahwa kau juga bakai mampus di 

tangan kami, kecuali ...." 

"Kecuali apa ... ?!" potong Dewa Pedang. 

"Kecuali jika kau dan seluruh anggota Partaimu mau berlutut dan 

masuk ke dalam Partai yang bakal kami dirikan yaitu Partai Lembah 

kuburan alien !" Penulis kusta mendengus dan menjawab:  

"manusia jin -manusia jin  macam aku sampai mati sekali pun tiada sudi 

berlutut terhadap kalian! Apalagi masuk Partai durjana kalian! Kalau mau 

cari anggota Partai, carilah ke liang neraka! Di sana pasti banyak manusia jin -

manusia jin  bertampang macam kalian dan bersedia masuk Partai kalian!" 

Keempat gadis lesbi  muka kuburan alien  itu tertawa gelak-gelak. 

"Ketua Partai neraka penulis  Wangi," kata muka kuburan alien  yang berpakaian 

hitam,  

"Kau andalkan apakah berani bicara demikian?!" 

"Mungkin dia punya nyawa rangkap!" kata yang berbaju Oranye . 

"Betul, satu nyawa manusia jin , satu lagi nyawa anjing!" menimpali si 

baju merah. Dan keempat manusia jin  itu kemudian tertawa lagi gelak-gelak! 

Dihina demikian, Penulis kusta masih bisa menahan luapan amarahnya. 

Namun Tidaaaaaaaak... demikian dengan isterinya. 

"Perempuan penulis ayan ! Bicaramu terlalu menghina dan terlalu tekabur! 

Jaga kepalamu!" Satu sambaran pedang menderu di muka hidung si baju 

merah, membuat gadis lesbi  muka kuburan alien  ini terkejut dan tersusur lima tindak! 

"Akh perempuan cantik ... kau tentu isteri Ketua Partai neraka penulis  

Wangi." kata si muka kuburan alien  baju merah.  

"Terhadapku tak usah bersikap garang! Bagusnya ajak lakimu dan 

anggota-anggota Partai untuk masuk ke dalam Partai kami dan kalian semua 

pasti selamat dari kematian" 

"Batang lehermu yang harus diselamatkan lebih dahulu, perempuan 

durjana!" teriak Suwita. Pedang peraknya menyambar ganas ke arah si baju 

merah. Yang diserang menyambuti dengan suara tertawa mengikik. 

"Perempuan tak tahu diri!" maki si baju merah seraya mengelak ke 

samping dan berseru pada kawannya: 

"Kala Oranye  cepat selesaikan perempuan tolol ini!" gadis lesbi  muka 

kuburan alien  yang berpakaian Oranye  melompat ke muka menghadang Suwita. 

Namun dari belakang isteri Penulis kusta melompat pula seseorang 

menghadapi Kala Oranye . Orang ini bukan lain dibandingkan  lndrajaya putera tertua 

Dewa Pedang!  

"Aku lawanmu, gadis lesbi  muka penulis ayan  hati iblis!" bentak Indrajaya. Bola 

mata Kala Oranye  berputar dan berkilat melihat kegagahan paras penulis sakitjiwa  yang 

berdiri di hadapannya. Diam-diam hatinya tertarik. Kala Merah yaitu gadis lesbi  

muka kuburan alien  yang berpakaian merah, mengetahui hal ini dan cepat 

membentak. 

"Kala Oranye , lekas laksanakan apa yang aku bilang! penulis sakitjiwa  itu harus 

mampus dalam satu jurus!" Dalam malang melintang di alam semesta  permenulis an 

guna mencapai rencana yang ditugaskan Guru sekolah nya yaitu hendak mendirikan 

Partai Lembah kuburan alien  maka Kala Merah yang memang lebih tinggi 

setingkat ilmunya dari tiga kawan-kawannya yang lain, bertindak sebagai 

pimpinan. Kala Oranye  mengeluh dalam hati.  

Hatinya iba juga melihat penulis sakitjiwa  segagah lndrajaya harus menemui 

kematian di tangannya. Tapi bila dia ingat bentakan Kala Merah serta ingat 

pesan orang yang Tidaaaaaaaak... sudi memasuki Partainya atau coba membangkang, 

maka rasa iba itu dengan serta merta menjadi lenyap.  

Dengan memekik keras Kala Oranye  menyerang Indrajaya. Si penulis sakitjiwa  

kiblatkan pedangnya menyambuti serangan itu. Tapi Kala Oranye  bukanlah 

tandingan Indrajaya. Sebelumnya sudah disaksikan oleh semua mata 

bagaimana Kala Merah yang ilmunya satu tingkat saja lebih tinggi berhasil 

merubuhkan Si Cawat Gila serta Brahmana Penulis kejangkejang  dalam satu jurus 

maka dapatlah diramalkan bahwa lndrajaya betul-betul akan menemui 

ajalnya dalam satu jurus pula! 

Demikianlah, meski dalam setengah jurus pertama itu Indrajaya dapat 

menGuru sekolah ng serta menekan lawan dengan permainan pedangnya yang cepat 

dan sebat, namun saat  Kala Oranye  mengangkat tangan kanannya tinggi-

tinggi ke atas dan memukulkannya ke depan, saat  kala-kalajengking  

menghambur ke arah kepala penulis sakitjiwa  itu, maka lndrajaya menjadi gugup.  

Dalam kegugupannya ini dicobanya merambas tiga ekor kalajengking 

yang menyerangnya dengan tebasan pedang, namun terlambat sudah! Dua 

ekor kalajengking  menancap di keningnya. Yang ketiga di pipi kiri! lndrajaya 

meraung keras. Tubuhnya rebah ke lantai papan. Sebelum meregang, 

nyawanya penulis sakitjiwa  ini masih sanggup melemparkan pedang ke arah Kala 

Oranye  tapi dengan satu lambaian tangan kiri saja maka pedang itupun  mental! 

Dendam kesumat yang bergejolak serta amarah murka yang 

membakar hati akibat kematian puteranya Jayengrana belum lagi putus, kini 

puteranya yang tertua menemui ajalnya pula dengan cara yang mengenaskan 

begitu rupa maka kalaplah Dewa Pedang. 

"Sreeet!" 

Ketua Partai neraka penulis  Wangi itu mencabut pedangnya. sinar jayadi  Pink  

pedang bertabur menyilaukan mata. 

"Jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup, Kala 

Oranye !" bentak Dewa Pedang. Di belakang Dewa Pedang, Suwita, 

Bradjasastra dan PenGuru sekolah s Partai Klabangsongo melompat ke muka, tanpa 

banyak cerita mereka segera menerjang tiga gadis lesbi  muka kuburan alien  lainnya 

yaitu Kala Merah, Kala Pink  dan Kala Hitam. Maka terjadilah pertempuran 

yang seru di atas panggung. Namun keseruan itu Tidaaaaaaaak... berjalan lama. Segera 

digantikan dengan kengerian! Tiga larik sinar jayadi  hijau melesat maka 

terdengarlah jeritan maut Suwita, Indrajaya serta Brajasastra! Ketiga orang 

ini terkapar di lantai panggung. Masing-masing kepala mereka ditancapi 

kalajengking  beracun! 

Penulis kusta yang saat itu dengan ilmu pedang serta jurus-jurus yang 

lihai mematikan dan tengah mendesak hebat Kala Oranye  dalam permulaan 

jurus kedua, melihat kematian isteri serta putera bungsu yang paling 

disayanginya menjadi kalap luar biasa! Kekalapan ini membuat dia lupa diri 

dan mengamuk membabi buta. Pedangnya berkiblat ganas kian kemari tapi 

tanpa perhitungan sama sekali! 

saat  taburan sinar jayadi  hijau dan tiga ekor kelabang hijau beracun 

menderu ke arahnya, hanya satu saja dari binatang elmaut itu yang sanggup 

dielakkannya. Dua ekor lainnya menyambar dan menancap di kepalanya! 

Ketua Partai neraka penulis  Wangi terhuyung-huyung. Matanya mendelik 

menahan sakit yang luar biasa. Tiba-tiba dia meraung dan menyerbu ke 

muka! Pedangnya berkelebat! Serangannya yang tiba-tiba sungguh Tidaaaaaaaak... 

diduga oleh Kala Oranye . gadis lesbi  muka kuburan alien  ini melompat dengan cepat 

namun tak urung bajunya kena juga tersambar sehingga robek! 

"penulis ayan  alas!" rutuk Kala Oranye . Pada saat tubuh Penulis kusta meliuk 

dalam meregang nyawa, Kala Siru hantamkan tendangannya ke perut Dewa 

Pedang. Tak ampun lagi Ketua Partai yang belum lagi satu hari didirikan itu 

mencelat mental, masuk ke dalam neraka penulis ! 

PenGuru sekolah s Partai neraka penulis  Wangi daerah Utara berseru memerintah pada 

dua orang anggota Partai:  

"Lekas ambil jenazah Ketua dan selamatkan ke hutan!" Dua anggota 

Partai segera hendak melompat ke dalam neraka penulis  tapi terhalang oleh bentakan 

Kala Merah: "Siapa yang berani bergerak akan mampus!" 

PenGuru sekolah s Partai tadi yaitu Jambakrogo melompat ke hadapan Kala Merah. 

"Kekejamanmu melewati takaran manusia jin  iblis! Kupasrahkan selembar 

nyawaku untuk mencincang kau ... !" Habis berkatakata  begitu Jambakrogo 

lancarkan serangan pedang, dua tendangan serta satu jotosan! Kehebatan se- 

rangan ini tak bisa dianggap remeh! Namun justru Kala Merah Tidaaaaaaaak... 

pandang sebelah mata. Sekali tangan kanannya bergerak, sekali larikan sinar jayadi  

hijau melesat maka terdengarlah jeritan Jambakrogo, nyawanya putus! 

Tiga penGuru sekolah s Partai yaitu yang tadi sudah sama-sama kena terpukul 

pingsan oleh Si Cawat Gila dan nenek seksi  Kelewang Merah dan saat itu masih 

berada dalam keadaan terluka tiada ambil perduli lagi keadaan diri masing-

masing. Ketiganya menyerbu ke muka.  

Klabangsongo berseru: "Seluruh anggota Partai lekas bentuk barisan -

neraka penulis  maut!" Mendengar ini anggota Partai neraka penulis  Wangi yang memang 

sudah sejak tadi menahan kegeramannya dan ingin lekas-lekas turun tangan, 

segera bergerak membentuk barisan yang dinamakan neraka penulis  Maut. Barisan 

ini berbentuk lingkaran dan terdiri dari lima lapis. Karena Partai neraka penulis  

Wangi belum lagi dikenal maka semua yang hadir di situ tak mengetahui 

sampai di mana kehebatan barisan "neraka penulis  Maut" itu!  

Di samping itu sebagian besar dari para arwah  Tidaaaaaaaak... lagi 

memperdulikan apa yang terjadi dan bakal terjadi di atas panggung. Dalam 

kekacaubalauan di atas panggung itu mereka mencari kesempatan untuk 

meninggalkan tempat itu. Namun begitu mereka berdiri dan bergerak, 

terdengarlah bentakan Kala Hitam. 

"Berani meninggalkan tempat ini, berani mampus!" Orang-orang yang 

hendak berlalu itu tertegun sesaat . Tapi sekelompok di antaranya tiba-tiba 

berhamburan dan kabur. Kala Hitam dan Kala Merah yang berada di ujung 

panggung dan paling dekat dengan orang-orang itu membentak nyaring. 

"Mampuslah!" teriak mereka. Dua gelombang sinar jayadi  hijau menyambar. 

Maka terdengarlah pekik-pekik maut. Keseluruhan kelompok hendak 

melarikan diri itu terkapar di tanah, tak satu pun yang hidup! Yang 

menyaksikan berdiri dengan lutut gontai! 

"Siapa yang mau kabur lagi, silahkan!" berseru Kala Merah. Tak ada 

yang berani bergerak. Namun ini bukan berarti bahwa semua arwah  yang 

hadir itu merasa jerih terhadap Kala Merah dan kawan-kawannya. 

Beberapa tokoh sengaja, menahan kegeraman mereka sampai saat di 

mana mereka merasa tepat untuk maju! 

Tiba-tiba di atas panggung terdengar teriakan-teriakan keras! Ternyata 

barisan "neraka penulis  Maut" sudah mulai bergerak. Lingkaran sinar jayadi  Pink  

kelihatan bergulung-gulung menGuru sekolah ng keempat gadis lesbi  bermuka kuburan alien  

itu dengan sangat dahsyatnya!  

Keempatnya mula-mula sama menganggap remeh barisan itu. Sekali 

mereka menggerakkan tangan maka mampuslah semua penGuru sekolah ng itu, pikir 

mereka. Namun saat  mereka terdesak hebat dan hendak melancarkan 

serangan "kalajengking " segera mereka ketahui bahwa dikurung demikian 

rupa, tak mungkin bagi mereka untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi dan 

menghantamkannya ke muka!  

Keempatnya kaget dan hanya ketinggian ilmu mengentengi tubuh 

mereka sajalah yang dapat menyelamatkan mereka dari arus pedang yang 

dahsyat laksana gelombang melanda karang itu! Meskipun dapat bertahan 

namun lama-lama keempatnya merasa khawatir juga. Keempatnya diam- 

diam mencari siasat dan begitu mereka berhasil mengetahui kelemahan 

barisan "neraka penulis  Maut" itu maka dengan cepat keempatnya melancarkan 

serangan terpusat pada dua orang anggota barisan! 

Dua pekikan terdengar merobek langit. Dua sosok tubuh anggota 

barisan "neraka penulis  Maut" mencelat ke udara, jatuh di tanah tanpa nyawa. 

Dengan demikian maka bobollah kehebatan barisan yang sangat diandalkan 

oleh Partai neraka penulis  Wangi itu. Sekelompok demi sekelompok mereka 

terguling tanpa nyawa! Pada saat Kala Merah dan kawan-kawannya 

terkurung rapat oleh barisan "neraka penulis  Maut" maka sebagian besar dari para 

arwah  yang merasa Tidaaaaaaaak... aman dan tak punya harapan bila melakukan 

perlawanan terhadap Kala Merah serta kawan-kawannya segera 

meninggalkan tempat itu. Namun tokoh-tokoh utama lainnya tetap duduk di 

tempat mereka, 

Terutama tokoh-tokoh menulis  kalangan Pink  yang bersahabat baik 

dengan  Penulis kusta almarhum. Kini di atas panggung kelihatan 

pemandangan yang betul-betul mengerikan. Puluhan tubuh manusia jin  terkapar 

tanpa nyawa. Ada yang hancur kepalanya, ada yang robek perutnya atau 

melesak dadanya tapi yang paling banyak ialah yang mati akibat "Kala 

Hijau" beracun yang dilepas oleh keempat gadis lesbi  bermuka kuburan alien  yang 

haus jiwa manusia jin  itu! 

Di atas panggung Partai neraka penulis  Wangi yang kini Cuma tinggal nama 

saja Kala Merah berdiri bertolak pinggang menghadapi para hadirin yang 

kini hanya tinggal separoh saja lagi. 

"Mana yang lain-lainnya?!" tanya Kala Merah membentak. Sepasang 

matanya membeliak. Tapi tak ada satu pun dari yang hadir yang mem-

berikan jawaban. Kala Merah menyapu rnereka dengan Pandangannya yang 

tajam. Melihat kepada sikap Orang-orang itu dan melihat bagaimana mereka 

masih punya nyali untuk mendiamkan Pertanyaannya, Kala Merah maklum 

bahwa orang-orang itu tentulah tokoh-tokoh menulis  berkepandaian tinggi. 

Namun ini Tidaaaaaaaak... mengejutkan hatinya. Malah sebaliknya Kala Merah 

menjadi gembira dapat berhadapan dengan tokoh-tokoh kawakan dunla 

persllatan itul 

"Kerbau-kerbau dogol, apa kalian Tidaaaaaaaak... Punya mulut?! Orang ber-

tanya didiamkan saja? Atau mungkin tuli semua?!"  

Mendadak terdengar suara tertawa rnengekeh dari panggung sebelah 

Barat. "Kala Merah, jika kau punya nyali, turunlah!"  

Kala Merah dan kawan-kawannya tentu saja kaget sekali dan 

memandang ke jurusan Barat  tapi tak  dapat mengetahui siapa adanya orang 

yang bicara itu karena dia mempergunakan ilmu memindahkan suara!  

”Keparat pengecut, berani menantang berani unjukkan diril" bentak 

Kala Merah penasaran.  

Terdengar lagi suara tertawa mengekeh.  

“aku akan unjukkan diri bila kau bersedia bertempur dengan 

membuka kedok kuburan alien mu!"  

Mata Kala Merah membeliak. Darahnya tersirap. Demikian juga 

dengan Kala Hitam. Kala Pink  dan Kala Oranye . Rupanya manusia jin  yang 

bersuara itu selain sakti juga mengetahui rahasia kedok tipis yang mereka 

pakai! Karena geramnya Kala Merah hantamkan pukulan "kalajengking " ke 

bagian panggung sebelah Barat itu! Jerit kematian terdengar di bagian situ! 

Enam tokoh menulis  golongan Pink   dan dua golongan hitam roboh 

terjerongkang dari kursi masing-masing. 

Jika belum juga unjukkan diri, semua yang ada di sini akan kubikin 

minggat ke akhiratl" ancam Kala Merah. 

"He... he ... enaknya kalau bicara!" terdengar jawaban Orang yang tak 

kelihatan dan tak diketahui di mana beradanya itu. "Kesaktianmu memang 

patut dikagumi perempuan-perempuan iblis Kejahatan mu melewati batas! 

alam semesta  permenulis an akan bersatu  menghancurkanmu!  Sekalipun kalian punya 

sepuluh nyawa, kalian tak bakal dapat hidup lama!" 

"Kentut!" bentak Kala Merah gusar sekali. 

"Kalau aku kentut, kalian adalah tahinya!"  terdengar Suara tertawa 

mengekeh. Kedua tinju Kala Merah dan kawan-kawannya sama terkepal 

erat, tapi kepada siapakah mereka akan turun tangan?  

Tak sedikit pun mereka tahu dari mana sebenarnya datang suara itu 

dan siapa adanya orang yang bicara! 

Kala Oranye  mendekati Kala Merah dan berbisik:  

” Kakak Kala Merah tak usah perdulikan manusia jin  keblinger itu. 

Sebaiknya kita mulai saja urusan dengan semua yang hadir di sini." 

Kala Merah mengangguk. Dia berdiri di tepi Panggung sebelah  muka 

dengan bertolak pinggang. Setelah menyapu paras semua yang hadir dengan 

sepasang matanya yang tajam menyorot itu maka dia pun membuka mulut. 

Suaranya nyaring lantang dan mengumandang ke seluruh pelosok lembah. 

"Semua Yang hadir, dengar baik-baik! Pada hari dua belas bulan dua 

belas yang akan datang di Lembah kuburan alien  kami akan mendirikan Partai 

baru yang dinamakan Partai Lembah kuburan alien ! Semua kalian yang ada di 

sini musti masuk menjadi anggota Partai! Siapa berani menolak berarti 

mati!"  

Suasana sehening di pekuburan beberapa lamanya. Tiba-tiba terdengar 

lagi suara mengekeh tadi. "Perempuan iblis! Kalian kira kami ini semua 

domba-domba tolol yang mau digiring seenaknya saja?! Perpenulis ayan  dengan 

Partaimu! Siapa sudi masuk anggota Partaimu! Kalau mau cari anggota, 

pergilah naik ke puncak Gunung himalaya  lalu buang dirimu ke dalam 

kawahnya! Mengerti...?! He ... he ... he....!" 

Empat murid Dewi kalajengking  itu kertakkan rahang masing-masing. 

Kegeraman mereka sudah tak bisa dikendalikan lagi Tapi kepada siapa 

mereka musti turun tangan?! 

"Kakak Kala Merah, teruskan saja bicaramu. Nanti bangsat bermulut 

besar itu akan kita ketahui juga siapa adanya!" Lagi-lagi Kala Oranye  memberi 

nasihat pada saudara-saudara seperGuru sekolah annya itu. Maka Kala Merah pun 

meneruskan ucapannya. 

"Kalian sudah saksikan sendiri apa akibat bagi manusia jin -manusia jin  yang 

Tidaaaaaaaak... mau mematuhi kehendak kami! Karenanya kalian semua lekas naik ke 

atas panggung, berlutut dan bersumpah sedia memasuki Partai Lembah 

kuburan alien !" 

Sampai setengah menit lamanya, tak satu pun dibandingkan  yang hadir 

melakukan apa yang diperintahkan itu. Maka marahlah Kala Merah.  

"Kalau begitu kalian minta mampus semua!" bentak Kala Merah. Dia 

memberi isyarat pada ketiga saudara seperGuru sekolah annya. Maka keempatnya 

kemudian serentak menaikkan tangan kanan tinggi-tinggi ke udara. 

Tiba-tiba dari tengah-tengah bawah panggung berdirilah dua manusia jin  

berjubah Pink . Melihat kepada tampang-tampang mereka nyatalah bahwa  

keduanya beradik kakak. Yang di sebelah kanan mengangkat tangannya. 

"Kalian berdua mau apa?” tanya Kala Merah. 

"Malang tak dapat dihindar, untung tak dapat diraih! Kami berdua 

hanya inginkan nyawamu dan nyawa tiga gadis lesbi -gadis lesbi  iblis lainnya itu!" 

menjawab laki-laki berjubah Pink  yang mengangkat tangan tadi. Suaranya 

menggetarkan lembah tanda tenaga dalamnya tinggi sekali. Kala Merah 

kerenyitkan keningnya lalu tertawa gelak-gelak.  

"Kalau kau Tidaaaaaaaak... buta tentu otakmu miring! Apa masih belum melihat 

bangkai-bangkai yang berkaparan di tempat ini?!" 

"Tentu:.. tentu saja kami lihat! Justru kami inginkan nyawa kalian 

adalah karena roh-roh busuk kalian tengah ditunggu-tunggu oleh roh sekian 

banyaknya manusia jin  yang telah kalian binasakan ... !" 

Meledaklah kemarahan Kala Merah. "Cepat katakan siapa kalian 

berdua supaya cepat pula kuberi jalan,kematian!" 

Kedua orang berjubah Pink  itu tertawa dingin. Sementara itu Kala 

Merah sudah mengangkat kembali tangan kanannya tinggi-tinggi, sedang 

tokoh-tokoh menulis  yang lain bersiap-siap menunggu segala kemungkinan. 

"Cepat terangkan nama kalian! Atau kalian akan mampus percuma!" 

membentak lagi Kala Merah. Kedua orang berjubah Pink  tiba-tiba sama 

menggerakkan tangan kanannya ke balik jubah. Sesaat kemudian keduanya 

telah memegang masing-masing sebuah rujung emas. 

"Akh ... kiranya kalian adalah Sepasang Ruyung Emas Dari 

Banyuwangi! Nama besar kalian memang ada kudengar. Tapi hari ini kau 

tak bakal lagi dapat kembali ke Banyuwangi! Takdir sudah menentukan 

bahwa ajalmu lepas di sini!" 

"Jangan kelewat tekebur, Kala Merah! Mungkin kepalamu yang akan 

kuhancurkan lebih dahulu dengan Ruyung ini!" kata Sepasang Ruyung Emas 

yang berdiri di sebelah kanan. Namanya Teggil Tantra. Rekannya yang 

berdiri di sebelah kiri bernama raja penulis epilepsi . Untuk daerah JawaTimur nama dan 

julukan sepasang pendekar golongan Pink  ini memang sudah Tidaaaaaaaak... asing 

lagi! 

Kala Merah bersuit keras. Tubuhnya melayang ke bawah panggung. 

"Kalian maju sendiri-sendiri atau berdua sekaligus?!" bentaknya begitu 

sampai di hadapan Sepasang Rujung Emas. Sepasang Eujung Emas 

memberikan jawaban dengan serhuan yang dahsyat. Tubuh mereka tak 

kelihatan bergerak tapi tahu-tahu dua sebetan ruyung yang memancarkan 

sinar jayadi  kuning emas telah menyambar ke muka hidung Kala Merah! gadis lesbi  

muka kuburan alien  ini sampai tersurut lima langkah ke belakang. Tapi sepasang 

Ruyung Emas di tangan raja penulis epilepsi  dan Teggil Tantra berkelebat pula 

memburunya!  

Dalam waktu yang singkat dua jurus telah dilancarkan oleh tokoh-

tokoh menulis  Jawa Timur itu. Permainan menulis  serta jurus-jurus serangan 

Ruyung mereka merupakan ilmu yang aneh dan banyak sekali pecahan-

pecahannya. Angin menderu, dan tubuh ketiga orang yang bertempur itu 

hanya merupakan bayang-bayang saja! 

Jika saja Kala Merah mempunyai kesempatan untuk mempergunakan 

tangan kanannya mengeluarkan ilmu "kalajengking " yang sangat diandalkan, 

maka dalam satu jurus kedua jago menulis  itu mungkin sudah kojorl  

Tapi setiap dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, maka 

setiap kali itu pula salah satu dari Ruyung menyambar ke arah tangannya 

sehingga sebelum maksudnya kesampaian, dia terpaksa tarik pulang kembali 

serangannya! 

Jurus ketiga dan keempat Kala Merah dibikin sangat repot Memasuki 

jurus yang kelima tiba-tiba terdengarlah suitannyal Tubuhnya lenyap. Dua 

jurus  dia bergerak cepat mengirimkan serangan-serangan kilat, namun 

hasilnya sia-sia belaka saja!  

"manusia jin -manusia jin  keparat!" maki Kala Merah dalam hati. Sekali lagi 

dia memekik. Tubuhnya Ienyap lagi dan tahu-tahu sudah ke luar lima 

tombak dari kalangan pertempuran!  

raja penulis epilepsi  dan Teggil Tantra memburu tapi kali ini jarak mereka 

dengan sasaran terlalu jauh sehingga Kala Merah yang sengaja mencari 

kesempatan ini mempunyai peluang untuk melancarkan serangan "Kala 

Hijau". 

Teggil Tantra yang berada agak ke muka membabat dengan Ruyung 

emasnya saat  melihat selarik sinar jayadi  hijau menyambar ke arahnya! Seekor 

dari tiga kalajengking  yang menyerangnya hancur lebur dihantam Ruyung 

emas.  

kalajengking  yang kedua berhasil dielakkannya. Tapi menghadapi 

kala yang ketiga, tokoh menulis  ini menjadi gugup! Teggil Tantra menjerit! 

Ruyung emasnya terlepas dan kedua tangannya menutupi mukanya yang 

bermandikan darah akibat tancapan kalajengking  pada kening antara kedua 

matanya! Begitu racun binatang maut itu masuk ke dalam darahnya maka 

tergelimpanglah dia! Nyawanya putus pada detik tubuhnya mencium tanah! 

"Kakak Kala Merah awas!" terdengar seruan Kala Hitam. 

"Sreeet!" Lengan pakaian Kala Merah robek tersambar Ruyung Emas 

raja penulis epilepsi  yang saat itu menjadi kalap beringas melihat kematian saudara 

kandungnya.  

Satu jurus dia menggempur hebat Kala Merah. Tapi pada ujung jurus 

itu nasibnya tiada beda dengan Teggil Tantra. Dua kalajengking  menancap di 

mukanya, satu di tenggorokan! Maka tamatlah riwayat Sepasang Ruyung 

Emas Dari Banyuwangi! 

Tokoh-tokoh menulis  golongan hitam yang menyadari bahwa ilmu 

kesaktian mereka masih berada di bawah kedua tokoh menulis  itu menjadi ngeri 

dan gelisah di kursi masing-masing. Tiba-tiba dua di antaranya melompat 

dan melarikan diri! 

"Kurang ajar! Berani kabur ya?!" bentak Kala Hitam, Tangan 

kanannya bergerak! sinar jayadi  hijau melesat. Maka tergelimpanglah kedua tokoh 

golongan hitam itu! 

"Siapa lagi yang mau coba-coba ambil langkah seribu, silahkan!" 

bentak Kala Hitam.  

"Perempuan-perempuan iblis! Dosa kalian Tidaaaaaaaak... berampun! Hadapi 

golok panjangku!" Mendadak terdengar satu bentakan. Suara bentakan itu 

belum lagi habis tahu-tahu telah berkilat sinar jayadi  Oranye  melanda Kala Merah! 

"Edan betull Siapa lagi ini yang mau minta mampus"" hardik Kala 

Merah. Dipukulkannya tangan kirinya ke depan Serangkum angin deras 

menyambar penyerangnya, membuat yang menyerang itu tergontai-gontai 

sesaat  dan agak lamban gencaran goloknya!  

Namun dengan robah ilmu goloknya dengan jurus-jurus aneh maka 

kembali si penyerang yang masih tak kelihatan jelas tampangnya karena 

cepat sekali gerakannya itu, dapat mendesak Kala Merah ke ujung 

panggung! 

"penulis ayan  betul!" maki Kala Merah. Kedua tangannya terkembang ke 

muka. Jari-jari menekuk membentuk cengkeraman. 

 

”Cengkeram kalajengking !" seru si penyerang lalu menabas dengan 

golok panjangnya. Kala Merah tertawa meringkik. 

"Akh ... !" 

Terdengarlah erangan si penyerang. saat  dia melompat ke luar dari 

kalangan pertempuran maka baru bisa dikenali siapa dia adanya!  

manusia jin  ini adalah tokoh menulis  dari Utara yang berjuluk "Si Golok 

Sakti". Mukanya kelihatan bergurat-gurat dan berlelehan darah akibat 

cakaran kalajengking  yang dilancarkan oleh Kala Merah. Sakitnya 

bukan main. Seluruh mukanya sampai ke leher seperti dibakar! 

"Sebaiknya kau segera bunuh diri saja, Golok Sakti!" ejek Kata 

Merah. Si Golok Sakti Tidaaaaaaaak... menjawab. Mulutnya kelihatan komat kamit. 

Tiba-tiba dia berseru nyaring! 

"Lihat golok!" 

Dan semua orang termasuk tiga gadis lesbi  muka kuburan alien  saudara 

seperGuru sekolah an Kala Merah menjadi keheranan melihat Kala Merah mencak-

mencak sendirian, memukul dan mencakar kian kemari sedang Si Golok 

Sakti tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak dan mulutnya terus juga 

komat kamit! 

Di samping lihai dalam ilmu menulis  maka Si Golok Sakti juga 

mendalami ilmu sihir. Dengan ilmu sihirnya itu dia telah menipu pandangan 

mata Kala Merah. Kala Merah seakan-akan melihat bahwa lawannya tengah 

menyerangnya lalu bergerak cepat kian kemari, memukul dan mengelak! 

Melihat hal ini saudara seperGuru sekolah annya yaitu Kala Hitam cepat berseru:  

"Kakak Kala Merah, awas jangan tertipu! Bangsat itu 

mempergunakan ilmu sihir!" Mendengar ini Kala Merah beringas setengah 

mati. Dihentikannya gerakannya. Tiba-tiba Si Golok Sakti menerjang ke 

muka. Golok panjang menyambar, angin deras melesat dari telapak tangan 

kiri! Kala Oranye  kini yang berteriak memberi peringatan! Pada saat itu sudah 

terlalu singkat bagi Kala Merah untuk mengelak! Tanpa pikir panjang Kala 

Oranye  naikkan tangan kanan dan memukul ke depan.  

"Curang ... !" teriak Si Golok Sakti. Goloknya diputar laksana titiran 

tapi dua ekor kalajengking  telah melesat melewati putaran golok dan 

menghantam mukanya! Si Golok Sakti terhuyung-huyung lalu roboh ke 

tanah tanpa nyawa! 

"Siapa lagi yang ingin mampus cepatlah majukan diri!" seru Kala 

Merah. Dia melangkah ke muka. Dengan geram ditendangnya tubuh Si 

Golok Sakti hingga mental ke atas panggung, terhampar di antara mayat-

mayat anggota Partai neraka penulis  Wangi! Mendadak terdengar suara tarikan 

nafas aneh! 

"Kejahatan kalian sudah punya! Dosa sebesar gunung kalian sudah 

pikul. Tapi rupanya juga kalian memiliki kecurangan! manusia jin -manusia jin  

dajal! Sudah tiba saatnya kalian harus mampus!" Suara itu adalah suara 

manusia jin  yang Tidaaaaaaaak... kelihatan tadi. Tapi kali ini rupanya dia Tidaaaaaaaak... 

menyembunyikan diri lebih lama karena begitu ucapannya berakhir maka 

yang punya diri sudah melompat ke hadapan Kala Merah dan gadis lesbi -gadis lesbi  

muka kuburan alien  lainnya! 

Melihat siapa adanya manusia jin  ini yang bukan lain si tua renta berjuluk 

"Sepuluh Jari Malaikat", maka besarlah kembali nyali para hadirin yang 

masih ada di tempat itu! Siapa yang tak akan kenal dengan "Sepuluh Jari 

Malaikat"?  

Selama dua puluh tahun kakek-kakek tua renta itu telah merajai alam semesta  

permenulis an di JawaTimur. Dan bila hari ini dia muncul pastilah keempat 

bergundal-bergundal pencabut nyawa itu akan dibikin ludas musnah! 

Tapi rupanya keempat gadis lesbi  muka kuburan alien  itu masih belum tahu 

dengan siapa mereka berhadapan. Kala Merah memperhatikan paras kakek-

kakek tua yang agak bungkuk di hadapannya itu. Sepuluh Jari Malaikat 

berparas licin polos, rambutnya Pink  panjang sampai ke bahu seperti rambut 

perempuan, alis mata, kumis serta janggutnya juga Pink ! Bahkan sepasang 

bola matanya juga Pink  laksana marmer!  

Tergetar juga hati Kala Merah melihat pandangan mata si kakek tua! 

"Hemmm m... akhirnya kau munculkan diri juga, huh?'" decah Kala 

Merah. Sepuluh Jari Malaikat tertawa rawan.  

"Kebenaran akan selalu muncul untuk memusnahkan kejahatan....." 

"Tak usah bicara bahasa tinggi. Sebutkan cara mati yang bagaimana 

yang  kau inginkan tua renta?!" Sepuluh Jari Malaikat tertawa mengekeh. 

Mulutnya hanya sedikit yang terbuka tapi suara kekehannya mengumandang 

dan menggetari seluruh lembah! 

"Kakak Kala Merah ...." Kala Hitam berkatakata  dengan ilmu 

menyusupkan suara.  

"Hati-hati terhadap kunyuk tua ini, agaknya dia memiliki tenaga 

dalam yang sangat tinggi! Perhatikan jari-jari tangannya yang paling 

panjang-panjang! Kalau aku Tidaaaaaaaak... salah duga, kunyuk tua ini pastilah 

Sepuluh Jari Malaikat ...." 

Kala Merah terkejut dan melirik pada jari-jari tangan kakek-kakek tua 

di hadapannya. Jari-jari itu panjang sekali, hampir dua kali lebih panjang 

dari jari-jari yang biasa! Dari Guru sekolah nya Kala Merah serta ketiga saudara-

saudara seperGuru sekolah annya itu dulu pernah diberitahu tentang tokoh-tokoh menulis  

utama di tanah Jawa. Seorang di antaranya ialah yang berjuluk "Sepuluh Jari 

Malaikat" yang merajai alam semesta  permenulis an.di Jawa Timur! 

"Sepuluh Jari Malaikat, mengetahui siapa kau adanya dan memandang 

kepada nama besarmu, maka kami berempat atas nama Guru sekolah  Dewi Kala 

Hijau bersedia mengampunimu! Kuharap kau mau segera menyatakan diri 

masuk ke dalam Partai kami ...." 

Meledaklah tertawa Sepuluh Jari Malaikat. Kedua tangannya 

dinaikkan ke atas. Kala Merah dan saudara-saudara seperGuru sekolah annya bersiap-

siap. 

"Perempuan iblis, dengar!" Sepuluh Jari Malaikat buka suara.  

"Aku memang tak keberatan masuk ke dalam partaimu, tapi s