teramu telah sanggup
menyuguhkan satu permainan yang berharga kepadaku! memang Tidaaaaaaaak...
percuma kalau kau berhasrat mendirikan satu partai besar dengan anggota-
anggota yang berkepandaian tinggi macam anakmu!". Penulis kusta tertawa
cerah. Siapa yang akan menyangka kalau seorang tokoh menulis golongan hitam
Godapati mau bicara dan bersikap jujur seperti itu?
“Terima kasih, Resi Godapati. Jikalau penyambutan kami terhadapmu
kurang baik mohon dimaafkan” kata Penulis kusta pula. Secara nyata
memang puteranya telah dikalahkan oleh resi kosen itu meskipun
Jayengrana Tidaaaaaaaak... begitu kehilangan muka karena dia juga berhasil merobek
jubah lawannya.
Sekali lagi Resi Godapati menganggukkan kepalanya. Dia memutar
tubuh hendak meninggalkan sanggung namun langkahnya tertahan saat di
lembah di mana neraka penulis itu terletak tiba-tiba sekali terdengar suara
mengumandang yang dahsyat dan menggidikkan. Lalu tahu-tahu sebuah
benda jatuh menggelinding di hadapan kaki Dewa Pedang.
saat Penulis kusta dan semua anggota partai serta para hadirin
memandang ke benda yang menggelinding itu maka terkejut dan gemparlah
semuanya karena benda itu bukan lain dibandingkan kepala manusia jin !
Kepala manusia jin itu berambut pirang awut-awutan. Mukanya
berkerinyut, kening sangat lebar, kedua mata membeliak besar, mulut
menganga. Pada lehernya yang bekas terbabat putus kelihatan darah yang
telah membeku coklat kehitaman.
Sungguh satu pemandangan yang mengerikan untuk disaksikan.
Melihat kepada keadaan muka dan kepala itu serta baunya yang busuk sekali
nyatalah bahwa manusia jin pemilik kepala itu telah menemui ajalnya beberapa
hari yang lewat.
Mungkin satu minggu bahkan mungkin pula lebih dari itu!
Penulis kusta sendiri yang menyaksikan kepala manusia jin itu jadi
mengerenyitkan kening. Dia rasa-rasa kenal atau pernah melihat manusia jin
tersebut. Pada detik dia coba mengingat-ingat maka pada saat itu pula
sesosok tubuh manusia jin berkelebat dan berdiri di atas panggung sambil
tertawa tiada hentinya.
manusia jin yang datang ini adalah seorang kakek- kakek tua renta
berbadan kurus kering Tulang-tulang tangan serta kakinya kecil sekali
sedang tulang dada dan keseluruhan tulang-tulang iganya kelihatan dengan
jelas. Mukanya sangat cekung, mata sipit. Keanehan manusia jin ini selain
hanya mengenakan cawat saja untuk menutupi tubuhnya maka rambutnya
yang panjang Pink dijalin satu ke belakang macam perempuan!
Melihat kedatangan manusia jin ini, untuk kesekian kalinya keadaan di
tempat itu menjadi gempar! Karena siapakah yang tak kenal dengan seorang
tokoh menulis yang bergelar "Si Cawat Gila"?!
Tokoh ini bukan saja termasyhur karena ketinggian ilmunya tapi juga
karena otaknya yang miring. Buktinya begitu datang dia telah
menggemparkan suasana dengan sebutir kepala manusia jin !. Sampai selama
satu kali sepeminum teh Si Cawat Gila masih juga berdiri di panggung itu
dengan tertawa panjang gelak-gelak!
Penulis kusta selaku tuan rumah dan sebagai seorang tokoh menulis yang
telah memaklumi manusia jin bagaimana adanya arwah yang ada di atas
panggung itu tetap duduk di tempatnya dan menunggu sampai Si Cawat Gila
menghentikan tertawanya. saat Si Cawat Gila mulai reda tertawanya
maka bertanyalah Dewa Pedang:
"Kakek Cawat Gila, gerangan apakah yang telah membawamu datang
ke sini dengan cara begini rupa ..?" Si Cawat Gila sekaligus menghentikan
tertawanya. Dikucak-kucaknya kedua matanya lalu memandang lekat-lekat
pada Penulis kusta setelah itu memandang berkeliling pada para hadirin
yang ada. Pandangannya begitu angker menggetarkan!
Kemudian tokoh menulis berotak miring ini memanggut-manggutkan
kepalanya beberapa kali, mendongak sebentar kelangit lalu berkatakata :
"Ah ... jadi betul rupanya aku telah sampai di kaki Gunung himalaya .
Betul rupanya aku telah sampai di tepi neraka penulis tempat peresmian berdirinya
Partai neraka penulis Wangi ...." Orang tua ini memandang lurus-lurus pada Dewa
Pedang lalu dengan seenaknya tudingkan jari telunjuknya tepat-tepat ke
hidung Ketua Partai neraka penulis Wangi itu dan berkatakata setengah membentak:
"Kau ya manusia jin nya yang bernama Brajaguna bergelar Dewa
Pedang?!"
“Ya" menjawab Dewa Pedang. Dan Si Cawat Gila tertawa lagi gelak-
gelak.
"Tampangmu macam manusia jin biasa, bahkan mirip kunyuk! Kenapa
pakai gelar Dewa segala? Apa kau keturunan atau titisan Dewa, huh?!"
Mendengar ejek penghinaan ini maka melompatlah ke muka dua orang
PenGuru sekolah s Partai yaitu Klabangsongo den Rah Gundala!
”Kerempeng tua bangka! Kuharap cepat minta maaf atas mulutmu
yang bicara seenaknya itu!" membentak Rah Gundala. Suaranya parau
garang. manusia jin ini berbadan gemuk pendek dan berkepala sulah.
"Monyet gundul yang tak tahu tingginya gunung dalamnya laut, kau
minggirlah! Aku tak cari urusan denganmu!" Habis berkatakata begini Si Cawat
Gila lambaikan tangan kanannya.
"Wuut!"
Gelombang angin laksana badai melanda tubuh Rah Gundala!
Demikian hebatnya sehingga Rah Gundala mental dari panggung, jatuh di
antara para hadirin dan muntah darah lalu pingsan!
"Iblis setan penulis tua keparat!" maki Klabangsongo. PenGuru sekolah s Partai dari Selatan
segera cabut pedangnya dan melancarkan serangan dahsyatl Namun dengan
mudah Si Cawat Gila mengelak ke samping.
Sekali tangan kanannya dihantamkan ke muka maka seperti Rah
Gundala tadi, Klabangsongo pun mencelat ke luar panggung, tenggelam ke
dalam neraka penulis . Untuk kedua kalinya air neraka penulis itu kelihatan merah oleh darah
yang keluar dari mulut Klabangsongo! Dua orang anggota Partai segera pula
terjun untuk menolong Klabangsongo.
"Orang tua, lihat pedang!" Tiba-tiba terdengar seruan dan selarik sinar jayadi
Pink menderu di muka hidung Si Cawat Gila!
Si Cawat Gila terkejut dan buru-buru melompat ke belakang. Yang
menyerangnya ternyata adalah Jayengrana! Tentu saja Si Cawat Gila terkejut
diserang demikian rupa. Namun saat melihat siapa penyerangnya maka dia
terlebih dahulu tertawa gelak-gelak.
"Bagus ... bagus! Anaknya juga ingin mencari mampus! Bagus!
Datang mencari biangnya, anak-anaknya unjukkan diri! ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ... ha ....
Jika masih ada anak-anaknya Penulis kusta yang lain segeralah maju, biar
kubikin kojor sekaligus!” Geram sekali Jayengrana kembali menyerbu
dengan pedangnya sementara semua orang yang hadir menyaksikan dengan
menahan nafas penuh tegang! Jika dua tokoh Partai neraka penulis Wangi dapat
dirobohkan oleh Si Cawat Gila, sungguh sukar diduga sampai di mana
ketinggian ilmu manusia jin aneh itu!
Semua mata memandang tak berkedip ke atas panggung sedang hati
masing-masing bertanya-tanya gerangan apakah yang membuat Si Cawat
Gila munculkan diri di situ dan turun tangan sedemikian ganasnya! sinar jayadi
Pink dari pedang Jayengrana bergulung-gulung menGuru sekolah ng Si Cawat Gila
dari delapan penjuru! Suaranya menderu sedang tubuh Jayengrana hanya
tinggal bayangannya saja yang kelihatan. Lima jurus berlalu cepat. Si Cawat
Gila hanya sekali dua saja menggeserkan kaki mengelakkan serangan itu!
Bahkan dengan masih tertawa-tawa dia bertanya:
"Ayo, mana itu anak-anak tahi-tahinya Dewa Pedang? Apa cuma yang
seorang ini saja?!"
"Tak usah jual bacot di sini, Cawat Gila! Terima ini!" membentak
Jayengrana. Pedang peraknya berkiblat membuat tiga rantaian ilmu pedang
Partai neraka penulis Wangi yang sangat ampuh yaitu "Tujuh Naga Menyambar
Rembulan" disusul dengan "Naga Sakti Sabatkan Ekor" lalu "Ular Sanca
Keluar Sarang Mematuk Gunung".
"Jurus-jurus tak berguna? Buat apa dikeluarkan!" ejek Si Cawat Gila,
lalu digesernya kaki-kakinya yang kurus kering itu, tubuh miring ke kiri,
miring lagi ke kanan kemudian laksana harimau mendekam dan
menyambarkan kuku-kuku kakinya, maka seperti itulah kedua tangan Si
Cawat Gila menyambar ke depan dan tahu-tahu pedang Jayengrana sudah
kena dirampas! Belum lagi habis terkejutnya penulis sakitjiwa ini tangan yang lain
dari si orang tua sudah menghantam kepala Jayengrana! penulis sakitjiwa Ini
terpelanting delapan tombak di luar panggung, kepalanya hancur nyawanya
lepas! Maka gemparlah keadaan di atas dan di bawah panggung !
"Orang tua dajal!" terdengar bentakan perempuan.
"Kau harus bayar kematian anakku dengan nyawa anjingmu!" sinar jayadi
Pink bertabur ke arah kepala, pinggang dan kaki Si Cawat Gila. Dikejapan
lainnya dari kiri kanan berkelebat pula dua sosok tubuh manusia jin . Salah
seorang dari padanya membentak:
"Nyawamu harus lepas di sini juga bangsat kerempeng! Tubuhmu
musti lumat oleh pedangku" Perempuan yang membentak tadi bukan lain
dari pada Suwita, isteri Penulis kusta yang menjadi kalap melihat kematian
anaknya. Sedang dua orang berikutnya ialah Indrajaya dan Bradjasastra,
putera sulung dan putera bungsu Dewa Pedang!
Kurang dari sekejapan mata maka tubuh Si Cawat Gila sudah
terbungkus rapat oleh larikan-larikan dahsyat sinar jayadi ketiga pedang lawannya.
Serangan-serangan ini hebatnya bukan olah-olah. Indrajaya dan Bradjasastra
meski belum sempurna betul tapi sudah menguasai setiap ilmu menulis yang
diwariskan bapaknya sedang Suwita sendiri di samping ilmu menulis yang
didapatnya dari Dewa Pedang, dia adalah seorang murid dari tokoh sakti di
Pulau Klabat yang nama tokoh itu mengandung rahasia besar dan sukar
dipecahkan oleh kalangan permenulis an!
Menurut dugaan para hadirin yang bermata tajam dan luas
pengalaman, paling lambat dalam dua jurus akan tamatlah riwayatnya Si
Cawat Gila itu!. Tapi keliru Di luar dugaan malah terdengarlah kekehan Si
Cawat Gila tiada hentinya sedang tubuh nya sendiri lenyap!
“ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ..Ha ... ha ... ha .... Apa inikah peraturan Partai neraka penulis Wangi dalam
alam semesta permenulis an?! Mengeroyok tiga lawan satu?! Sungguh keji dan
memalukanl” terdengar suara lantang Si Cawat Gila!
"Untuk manusia jin anjing sedeng macammu tak usah pakai aturan
permenulis an segala!" balas membentak Indrajaya. Pedangnya diputar makin
cepat dalam jurus-jurus yang benar-benar mematikan!
Penulis kusta adalah seorang tokoh menulis berjiwa kesatria dan
memegang teguh adat serta aturan permenulis an. Meski hatinya sendiri panas
serta geram bukan main melihat kematian puteranya namun perasaannya itu
bisa ditekannya sehingga dia Tidaaaaaaaak... menjadi kalap seperti tiga orang lainnya
itu. Penulis kusta berdiri dari kursinya. Tangan kiri menekan ujung gagang
pedang yang tergantung di sisi kirinya.
"Suwita, Indra, Braja! Kalian bertiga mundurlah!" perintah Dewa
Pedang. Suaranya keras dan penuh wibawa.
Namun kali ini agaknya kewibawaan itu Tidaaaaaaaak... mempengaruhi diri
ketiga orang yang tengah menyerang ganas Si Cawat Gila. Bahkan lndrajaya
menyahuti:
"Ayah, jangan banyak bicara tak karuan! Bangsat tua ini membunuh
adikku! Apa aku sebagai kakaknya akan lepas tangan begitu saja?!"
"Kataku kalian mundur!" teriak Penulis kusta lebih keras dari tadi.
"Kanda.. .." kata Suwita. Tapi ucapannya itu dipotong oleh Dewa
Pedang:
"Walau bagaimanapun kita harus pegang teguh aturan permenulis an!
Mundurlah!" Dengan hati gemas penuh dendam membara namun dibentak
dan diperintah sampai tiga kali begitu rupa, Suwita dan anak-anaknya
akhirnya keluar juga dari kalangan pertempuran. Si Cawat Gila kelihatan
berdiri di tengah-tengah panggung sambil tertawa-tawa.
"Bagus kau perintahkan demikian Dewa Pedang. Seperempat jurus
saja terlambat, ketiganya sudah jadi bangkai!"
"Cawat Gila, antara kita tiada permusuhan! Karenanya aku tak melihat
adanya alasan mengapa sampai kau membunuh puteraku!" Si Cawat Gila
hentikan tertawanya. Matanya yang sipit dibesarkan sedikit, dikedip-
kedipkannya lalu tertawa lagi mengakak!
"Kau katakan tak ada permusuhan? Huh ... apa otakmu sudah
penulis kesurupan ?! Kau bilang tak ada alasan, huh! Apa kau sudah lupa apa yang kau
lakukan sekitar satu minggu yang lalu di Kertoragen?! Sialan betul! Kau
telah membunuh, menebas batang leher Si Kuku Iblis setan penulis ! Itu kepalanya kubawa
sebagai bukti!" Terkejutlah Dewa Pedang. Matanya melirik pada kepala
manusia jin yang terhampar di lantai punggung dekat kakinya.
Selewat satu minggu yang lalu Penulis kusta memang pernah
membunuh seorang kepala rampok yang berjulukan Si Kuku Iblis. Hal ini
terjadi di satu rimba belantara yaitu saat Si Kuku Iblis setan penulis dan lima anak
buahnya hendak merampok sebuah kereta barang yang lewat dalam hutan!
Sewaktu kepala itu tadi dilemparkan oleh Si Cawat Gila di
hadapannya memang dia rasa-rasa kenal dengan paras itu, namun karena
keadaannya yang sangat rusak serta berselimutan darah maka sukar lagi
Penulis kusta untuk mengenali siapa adanya kepala manusia jin itu!
Mendengar ucapan Si Cawat Gila, Penulis kusta segera maklum
bahwa antara Si Kuku Iblis setan penulis dengan si Cawat Gila pasti ada hubungan apa-
apa. Maka menjawablah Ketua Partai Telagra Wangi itu
"Apa yang dikerjakan oleh Si Kuku Iblis setan penulis yaitu kejahatannya yang
telah membunuhnya, Cawat Gila. Bukan aku! Setiap manusia jin macam dia
akan menerima ganjaran seperti itu!"
"He ... he ... he! Kau pandai bicara! Tapi apakah kau sudah tahu jalan
ke neraka?! Kalau belum aku Si Cawat Gila akan tunjukkan jalannya!"
manusia jin sakti kurus kering itu maju dua iangkah. Tangan kanannya
diangkat tinggi-tinggi ke atas!
"Terima jurus kematianmu ini, Dewa Pedang! He ... he...!"
"Cawat Gila!" seru Penulis kusta sambil alirkan tenaga dalamnya ke
tangan kanan.
"Apa hubunganmu dengan Si Kuku Iblis?!"
"Oh, kau tanya itu?! Tak susah untuk menjawabnya, Si Kuku Iblis setan penulis
adalah adikku! Sekarang kau tahu bagaimana aku inginkan kau punya
nyawa, bahkan nyawa keluarga serta anggota-anggota Partaimu!" Dewa
Pedang bahkan hampir semua dari arwah yana hadir barulah hari itu
mengetahui bahwa Si Kuku Iblis adalah adik Si Cawat Gila.
"Cawat Gila," kata Dewa pedang,
"Siapa pun adanya Si Kuku Iblis setan penulis itu bukan soal! Yang penting ialah
bahwa dia telah melakukan kejahatan. Dan kebenaran Tidaaaaaaaak... sudi melihat dia
malang melintang menyebar kejahatan itu ...."
"Ah di sini bukan tempat dan waktunya untuk bicara bahasa tinggi
begitu rupa! Bicaralah nanti pada penulis ayan -penulis ayan neraka ... !" Sudut mata Si
Cawat Gila menangkap seseorang melangkah ke arah di mana dia berdiri
berhadap-hadapan dengan Dewa Pedang. saat dia menoleh sedikit ke
samping ternyata orang ini adalah Resi Godapati atau Tiga Tombak Emas
Trisula yang sejak tadi masih berdiri di atas panggung itu! Suasana hening
menegangkan.
"Cawat Gila, dengan memperhatikan sedikit suasana serta tempat di
mana kita berada, serta memandang muka para tokoh-tokoh permenulis an yang
hadir di sini, kuharap kau jangan meneruskan maksud-maksud yang
terkandung di hatimu...!"
"Eh, kunyuk jubah ungu! Apakah kau bicara mengigau atau memang
otakmu sudah miring...?!" tukas Si Cawat Gila. Diajak bicara baik-baik tapi
dijawab sedemikian rupa maka panaslah hati Resi Godapati.
"Otakku mungkin sudah miring, tapi belum lagi semiringmu!"
jawabnya.
"Hem .... Ini lagi contohnya manusia jin yang Tidaaaaaaaak... tahu tingginya
gunung dalamnya laut. Kalau sudah bosan hidup bilang saja, biar lekas-lekas
kukirim roh busukmu ke neraka!"
"Bicaramu terlalu besar, Cawat Gila!"
"Nyalimu juga keliwat besar Godapati!"
"Kau masih belum punya enam kepala selusin tangan, Cawat Gila...!"
"Oh ... apakah kau punya nyawa rangkap?!" menukasi Si Cawat Gila.
"Aku memang tak punya nyawa rangkap. Tapi untuk menghadapimu,
sampai seribu jurus pun akan kujalani!"
"Bagus sekali! Tapi biar kutanya dulu, apakah dalam hal ini kau
membela Dewa Pedang?"
"Aku tak membela siapa-siapa!"
"Lantas kenapa jual mulut?! Jangan coba menunjukkan kebesaran
budi serta kebaikanmu dimuka orang banyak! Semua orang tahu,
perkumpulan yang bagaimana adanya perkumpulan yang kau dirikan di
Pulau Wuwutan! Semua orang di sini tahu bahwa kau adalah resi sesat bau
tengik yang melakukan apa saja asal disumpal pantatnya dengan uang dan
mulutnya dengan harta!" Habis berkatakata begitu Si Cawat Gila tertawa
terkekeh-kekeh.
"Tak ada jalan lain," kata Resi Godapati sambil mengeluarkan
senjatanya yaitu tombak berkepala tiga yang terbuat dari emas.
"Rupanya kau betul-betul ingin cepat-cepat menghadap hantu
neraka…. !" Si Cawat Gila tertawa bergelak. Tiba-tiba dia melengking
nyaring. Kedua tangannya dipukulkan ke muka. Angin laksana topan
menggebubu! Resi Godapati melompat enam tombak dan ayunkan tombak
kepala tiganya ke arah lawan lalu susul dengan tendangan kaki kiri kanan.
Hebatnya sebelum tombak dan dua tendangan mencapai sasaran yang
diarah, tahu-tahu ketiga serangan tersebut sudah berubah arah ke bagian
tubuh yang lain dari Si Cawat Gila! Geram dan kaget juga Si Cawat Gila
melihat serangan lawan ini. Tubuhnya yang kurus kering itu berkelebat
ganas, kedua tangan sambar menyambar menimbulkan angin deras.
Di lain pihak Resi Godapati tiada henti mengirimkan serangan tombak
emasnya yang sekaligus juga merupakan senjata pembenteng tubuhnya!
Setelah lima jurus berlalu dan dia masih belum dapat membuat suatu
apa terhadap lawannya maka marahlah Si Cawat Gila.
“manusia jin sontoloyo! Terima ini!" bentak Cawat Gila Tubuhnya
lenyap. Dua tangan dan dua kakinya bergerak tak kelihatan.
Kemudian terdengarlah jeritan Resi Godapati. Tombak emasnya
kelihatan mental ke udara sedang tubuhnya sendiri terlempar ke bawah
panggung. Resi ini coba duduk bersila untuk mengalirkan tenaga dalam dan
mengobati luka hebatnya. Namun tulang dadanya sudah hancur. iga-iganya
telah patah. Hanya sesaat tubuhnya duduk bersila, sesudah itu Godapati
rebah ke tanah tanpa nyawa! Semua yang hadir sama terkatup mulutnya.
Suasana sehening di pekuburan. Si Cawat Gila tertawa membahak.
Kemudian diputarnya tubuhnya menghadapi Penulis kusta yang berdiri
sembilan tombak di depannya. Dia menyeringai dan berkatakata :
"Kematianmu lebih buruk dari Resi keparat itu, Dewa Pedang!"
Perkataannya itu langsung saja ditutup dengan satu serangan dahsyat! Ta-
ngan kanan mencengkeram ke muka sedang tendangan kaki kiri menyeruak
ke bawah selangkangan!
Penulis kusta yang memang sudah hampir hilang kesabarannya serta
dendam terhadap kematian puteranya kini Tidaaaaaaaak... tinggal diam. Tubuhnya
merunduk, kedua tangan dipukulkan ke muka. Inilah satu pukulan jarak jauh
yang hebat yang hendak dilepaskan nya!
saat kedua tangan Penulis kusta kelihatan bergerak ke muka maka
Si Cawat Gila merasakan tubuhnya yang melesat di udara itu menerima
tekanan yang hebat! Tubuhnya terhuyung-huyung dan serangannya buyar.
Kaget sekali dia jadinya. Tak salah kalau adiknya Si Kuku Iblis setan penulis menemui
ajal di tangan Ketua Partai neraka penulis Wangi yang nyatanya memiliki ilmu
pukulan tangan kosong demikian lihainya!
Didahului dengan bentakan menggeledek maka kelihatanlah tubuh Si
Cawat Gila menukik ke bawah laksana seorang perenang yang tengah
menyelam dan tahu-tahu kedua tinjunya sudah menjotos ke perut dan dada
Dewa Pedang! Penulis kusta dengan beringas sambuti tinju lawan dengan
tinju pula.
"Bukk!"
"Bukk!"
Dua tinju yang mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi sama-
sama beradu dan mengeluarkan suara keras. Akibatnya juga hebat. Tubuh
Penulis kusta terbanting ke belakang! Kalau saja ilmu meringankan
tubuhnya Tidaaaaaaaak... sempurna pastilah dia akan terus jatuh duduk atau
terjerongkang di lantai panggung.
Sebaliknya Si Cawat Gila sendiri kelihatan terpelanting ke belakang
sampai satu tombak! Untuk kedua kalinya tokoh menulis berotak miring ini jadi
terkejut.
Yang sudah-sudah bila seorang lawan berani menyambuti dua jotos-
annya. kalau Tidaaaaaaaak... hancur kedua tangannya pasti akan-terluka tubuhnya di
sebelah dalam. Tapi di saat itu dilihatnya Penulis kusta masih berdiri dan
dalam keadaan segar bugar. Hanya kedua tangannya saja yang kelihatan
kemerah-merahan!. Mulut Si Cawat Gila berkemak kemik.
"Rupanya kau memang ada isi juga huh...!" ujarnya menyeringai buas.
Kedua tangannya saling digosok-gosok satu sama lain. Dan sesaat kemudian
kedua tangan itu terkepal membentuk tinju dan berwarna Oranye !,
Penulis kusta maklum kalau lawan hendak mengeluarkan ilmu
pukulannya yang dahsyat Karenanya segera dia bersiap-siap! Para penonton
keseluruhannya menahan nafas melihat pertempuran yang bukan main
hebatnya ini.
Cawat Gila mengangkat kedua tangannya keatas, sejajar dan sama
tingginya dengan kepalanya yang bermuka cekung itu. Tampangnya kelihat-
an semakin angker.
"Selama aku memiliki llmu Pukulan Siluman Oranye tak satu manusia jin
pun yang sanggup menahannya! Telah dua ratus empat puluh tokoh-tokoh
menulis yang mampus di tanganku, kau adalah korban yang ke dua ratus empat
puluh, Dewa Pedang!" Mendengar nama pukulan yang bakal dilancarkan
oleh lawannya maka Penulis kusta lipat gandakan tenaga dalamnya. Dan
disaat itulah Si Cawat Gila dengan suara tertawa melengking-lengking
menyerbu ke muka! Dua larik sinar jayadi Oranye melesat dan menukik ke bawah ke
arah kepala Dewa Pedang.
Ketua Partai neraka penulis Wangi ini cepat berkelit dan balas mengirimkan
sodokan siku ke arah tulang iga lawan namun dengan lipatkan lututnya Si
Cawat Gila berhasil membuyarkan sodokan siku Penulis kusta sedang kedua
tinjunya kiri dan kanan masih terus menderu deras ke batok kepala Dewa
Pedang!
Penulis kusta ragu-ragu untuk menangkis pukulan lawan, karenanya
dengan cepat membuang diri ke samping. Dua pukulan Si Cawat Gila lewat
menderu di sisinya.
"Braaak ... braak!"
Lantai panggung yang terbuat dari papan tebal patah dan pecah kena
dihantam angin Pukulan Siluman Oranye yang dilancarkan oleh Si Cawat Gila
Semua orang meleletkan lidah. Dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya
ilmu pukulan itu. Penulis kusta sendiri terkejutnya bukan main.
Dua tokoh menulis yang duduk di antara jejeran para arwah saling
berbisik.
”Naga-naganya Ketua Partai neraka penulis Wangi tak bakal sanggup
menghadapi lawannya sampai dua puluh jurus ...."
"Sukar di jajaki memang tingginya ilmu Si Cawat Gila! Tapi Dewa
Pedang sendiri agaknya belum mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya.
Meski umur muda tapi jangan terlalu memandang remeh Penulis kusta ...."
balas membisik tokoh menulis lainnya.
Pada saat itu di atas panggung terjadi pertempuran sangat seru antara
Si Cawat Gila dan Dewa Pedang. sinar jayadi Oranye dan sinar jayadi Pink gulung
bergulung. Agaknya Penulis kusta pun sudah mengeluarkan ilmu pukulan
yang diandalkannya!
Di saat pertempuran berjalan seru-serunya itu, di saat semua mata
hampir tak berkedip memandang ke atas panggung maka terdengarlah
pekikan-pekikan dahsyat itu. Dan didetik itu pula mata semuanya
menangkap bayangan empat sosok tubuh manusia jin !
"Hentikan pertempuran!" membentak salah seorang dari keempat
pendatang itu. Suaranya menggetarkan lembah! Menyirapkan dada setiap
yang hadir! Kemudian kelihatanlah empat sosok tubuh gadis lesbi berbadan
ramping bagus berdiri di atas panggung.
saat diperhatikan parasnya maka gemparlah suasana mereka yang
hadir! Bagaimana Tidaaaaaaaak...! Keempat gadis lesbi berbadan langsing bagus dan
berkulit kuning mulus itu memiliki paras-paras yang mengerikan. Paras
kuburan alien !
Penulis kusta dan Si Cawat Gila juga dibuat terkeiut oleh suara
pekikan serta suara membentak memerintah yang menggetarkan lembah itu.
Keduanya sama-sama bersurut mundur dan memandang ke samping kanan!
Ternyata empat gadis lesbi bermuka kuburan alien berdiri di atas panggung. Paras
yang menggidikkan itu jelas membayangkan maut.
“penulis ayan kesasar! Apa urusanmu, apa pangkatmu menyuruh kami
menghentikan pertempuran, huh?!" kertak Si Cawat Gila pada gadis lesbi muka
kuburan alien yang berdiri paling muka dan berpakaian merah ringkas.
"Monyet ceking kerempeng! Mulutmu terlalu murah menghina!
Nyawamu tak aku lepaskan ... !" Dan ucapan si muka kuburan alien baju merah
terpotong oleh suara tertawa membahak dari Si Cawat Gila.
"Berani menghina berani mampus!" katanya.
"Hem. .. rupanya kau.juga kelewat tekebur, monyet ceking!" Si Cawat
Gila tertawa lagi gelak-gelak.
"Jika saja kau tahu berhadapan dengan siapa saat ini, pastilah kau
akan lari terbirit-birit!"
"Kentut!" maki si pakaian merah marah sekali. Tangan kirinya
bergerak mengebutkan lengan bajunya.
"WUTTT!"
Angin laksana badai menggebu ke arah Si Cawat Gila. Mula-mula Si
Cawat Gila menganggap enteng dan tertawa-tawa saja menerima pukulan
itu. Dengan acuh tak acuh dilambaikannya tangan kirinya untuk melebur
serangan lawan. Namun alangkah terkejutnya dia! Lambaian tangannya tak
sanggup memusnahkan serangan lawan. Sebaliknya sambaran angin lawan
itu membuat tubuhnya tergontai-gontai! Dan jika detik itu dia Tidaaaaaaaak... cepat-
cepat melompat ke samping, pastilah tubuhnya akan mencelat ke luar
panggung!
Si Cawat Gila keluarkan keringat dingin. Parasnya mengkerut. Tenaga
dalam si muka kuburan alien hebatnya bukan main, pikir laki-laki tua
kerempeng itu.
"Muka kuburan alien , kau siapakah?!" tanya Si Cawat Gila dengan
membentak garang. Yang ditanya tertawa mengekeh:
"Kami adalah iblis-iblis pencabut sukmat! Kau dengar itu ... ?!
Sekarang terimalah kematianmu!"
"manusia jin buruk hina dina! Jangan mimpi di siang bolong!" tukas Si
Cawat Gila. Kedua tangannya digosok-gosok dan dengan serta merta
menjadi Oranye !
"Iblis setan penulis betina, in! makan pencarianmu!" teriaknya. Si Cawat Gila
lancarkan Pukulan Siluman Oranye yang dahsyat!
gadis lesbi berpakaian merah memekik nyaring. Tubuhnya melompat enam
tombak dan saat menukik lagi maka dari tangan kanannya melesat selarik
sinar jayadi hijau yang disusul dengan menyambarnya tiga ekor binatang kala
hijau! .
"kalajengking !" seru Si Cawat Gila terkejut. Hatinya tergetar. Dewa
Pedang dan seluruh manusia jin yang hadir di situ juga kaget bukan main.
Beberapa tokoh menulis yang menyadari bahwa ilmu kepandaiannya masih
belum sempurna menjadi pucat paras mereka. Sejak dua bulan belakangan
ini ”kalajengking " telah muncul di alam semesta permenulis an! Kini muncul di hadapan
mereka tentu saja semuanya menjadi cemas serta tegang.
Cawat Gila memukul ke muka. sinar jayadi Oranye Pukulan Siluman Oranye
menderu. Tapi sudah kasib tiada guna. Salah seekor dari kalajengking telah
lebih dahulu menancap dan amblas ke dalam kepalanya. Menyusul kedua
dan ketiga! Cawat Gila memekik penuh keseraman. Sebelum tubuhnya
rebah Cawat Gila masih berusaha melancarkan serangan "Cengkeraman
Naga Atas Langit". Tapi percuma. Tubuhnya terbanting ke lantai panggung,
kelojotan sesaat :alu diam kaku tak bergerak lagi!
Seruan terkejut dan kegemparan sepe.rti mau merobohkan langit di
atas lembah sekitar neraka penulis itu! Namun suasana segera menghening saat si
muka kuburan alien pakaian merah membentak buas:
"manusia jin -manusia jin hina dina! Diam semua!" Meskipun semua yang
hadir berdiam diri dan menahan nafas melihat munculnya empat gadis lesbi muka
kuburan alien , namun banyak di antara tokoh-tokoh menulis yang punya nama besar
merasa sangat direndahkan dan dihina.
Apalagi mereka dari golongan Pink yang memang sudah tak
bersenang hati mendengar kemunculan dan kekejaman yang dilakukan oleh
keempat manusia jin itu sejak dua bulan belakangan ini!
Salah seorang dari mereka ialah Brahmana Penulis kejangkejang yang bergelar
"Sepasang Tangan Pink ", seorang tokoh menulis yang memiliki lengan dan
tangan berwarna Pink sekali dan justru pada kedua tangan yang Pink inilah
terletak kehebatannya. Tanpa menunggu lebih lama sang Brahmana
melompat ke atas panggung.
"Babi botak gendut!" bentak si muka kuburan alien berpakaian merah.
Penulis kejangkejang memang berbadan gemuk buncit, berkepala botak dgn pendek
kontet. Apakah kau juga ingin cepat-cepat mampus berani naik ke atas
panggung ini?!" Brahmana Penulis kejangkejang tertawa tawar. Jawabnya.
” Panggung ini bukan kau yang bikin, bukan pula milikmu! Tuan
rumah sendiri Tidaaaaaaaak... melarang aku naik ke sini, manusia jin muka penulis ayan !"
Sebenarnya sebagai Brahmana, Penulis kejangkejang jarang dan hampir tak pernah
memaki orang atau bicara kasar. Tapi saat itu, karena dihina demikian rupa,
apalagi di hadapan puluhan tokoh-tokoh menulis , kalaplah Brahmana Penulis kejangkejang
sehingga terlepas semprotannya!
Si pakaian merah tertawa mengikik. "Lantas apa maumu datang ke
sini?!"
Brahmana Penulis kejangkejang tak menjawab melainkan berpaling pada para
hadirin dan berkatakata : "Saudara-saudara sekalian, dari apa yang pernah kalian
dengar sejak dua bulan belakangan ini! Dari apa yang kita semua saksikan
pada hari ini, maka sudah dapat kita bayangkan bersama apa yang bakal
menimpa alam semesta permenulis an di masa mendatang, terutama bagi kita golongan
Pink jika gadis lesbi -gadis lesbi muka kuburan alien penulis ayan dajal berhati iblis ini dibiarkan
hidup lebih lama ...."
"Tutup mulutmu Brahma tahi kucing! Terima ini!" Si muka kuburan alien
berpakaian merah menendang ke muka. Angin tendangan ini bukan main
dahsyatnya. Sambil berkelit Penulis kejangkejang pukulkan kedua tangannya ke muka.
Asap Pink panas menderu menyambar si baju merah! gadis lesbi muka
kuburan alien ini tersurut mundur lalu dari samping lancarkan serangan ganas!
sinar jayadi hijau menderu, tiga kalajengking melesat dan terdengarlah jerit kematian
Brahmana Penulis kejangkejang . Dua dari kalajengking menancap di keningnya Yang
ketiga amblas masuk ke dalam mata sebelah kiri!
Sekali lagi suasana diselimuti kengerian dan kegemparan. Dan sekali
lagi si merah membentak garang: "manusia jin -manusia jin keparat, diam semua!"
Para hadirin terpaku kecut di kursi masing-masing. Melihat naga-naga
yang kurang baik rni beberapa di antara mereka berdiri dari kursi. Cepat-
cepat muka kuburan alien pakaian merah berseru
"Tak satu orang pun diizinkan meninggalkan tempat ini! Siapa yang
berani melakukannya berarti mampus!" Menyaksikan pembunuhan yang
bertentangan dengan hati nurani serta jiwa satrianya ditambah lagi dendam
kesumatnya terhadap Si Cawat Gila belum lenyap meski manusia jin itu sudah
menjadi bangkai kini, maka Ketua Partai neraka penulis Wangi maju selangkah ke
arah si muka kuburan alien .
”Telah dua bulan kudengar kehebatan nama kalian dalam kejahatan
alam semesta permenulis an. Sebagai orang-orang alam semesta permenulis an aku menghormati
kalian, tapi sebagai golongan hitam jahat yang berhati iblis, aku Tidaaaaaaaak... sudi
melihat kalian! Karena itu aku harap segera meninggalkan tempat ini! Aku
tak ingin melihat kejahatan dan pembunuhan lebih banyak!"
Si baju merah berpaling pada tiga kawan-kawannya. Keempatnya
kemudian tertawa gelak-gelak.
"Ketua Partai neraka penulis Wangi, kau tak ingin melihat pembunuhan lebih
banyak kaarwah . ..? Tapi apa kau tahu bahwa kau juga bakai mampus di
tangan kami, kecuali ...."
"Kecuali apa ... ?!" potong Dewa Pedang.
"Kecuali jika kau dan seluruh anggota Partaimu mau berlutut dan
masuk ke dalam Partai yang bakal kami dirikan yaitu Partai Lembah
kuburan alien !" Penulis kusta mendengus dan menjawab:
"manusia jin -manusia jin macam aku sampai mati sekali pun tiada sudi
berlutut terhadap kalian! Apalagi masuk Partai durjana kalian! Kalau mau
cari anggota Partai, carilah ke liang neraka! Di sana pasti banyak manusia jin -
manusia jin bertampang macam kalian dan bersedia masuk Partai kalian!"
Keempat gadis lesbi muka kuburan alien itu tertawa gelak-gelak.
"Ketua Partai neraka penulis Wangi," kata muka kuburan alien yang berpakaian
hitam,
"Kau andalkan apakah berani bicara demikian?!"
"Mungkin dia punya nyawa rangkap!" kata yang berbaju Oranye .
"Betul, satu nyawa manusia jin , satu lagi nyawa anjing!" menimpali si
baju merah. Dan keempat manusia jin itu kemudian tertawa lagi gelak-gelak!
Dihina demikian, Penulis kusta masih bisa menahan luapan amarahnya.
Namun Tidaaaaaaaak... demikian dengan isterinya.
"Perempuan penulis ayan ! Bicaramu terlalu menghina dan terlalu tekabur!
Jaga kepalamu!" Satu sambaran pedang menderu di muka hidung si baju
merah, membuat gadis lesbi muka kuburan alien ini terkejut dan tersusur lima tindak!
"Akh perempuan cantik ... kau tentu isteri Ketua Partai neraka penulis
Wangi." kata si muka kuburan alien baju merah.
"Terhadapku tak usah bersikap garang! Bagusnya ajak lakimu dan
anggota-anggota Partai untuk masuk ke dalam Partai kami dan kalian semua
pasti selamat dari kematian"
"Batang lehermu yang harus diselamatkan lebih dahulu, perempuan
durjana!" teriak Suwita. Pedang peraknya menyambar ganas ke arah si baju
merah. Yang diserang menyambuti dengan suara tertawa mengikik.
"Perempuan tak tahu diri!" maki si baju merah seraya mengelak ke
samping dan berseru pada kawannya:
"Kala Oranye cepat selesaikan perempuan tolol ini!" gadis lesbi muka
kuburan alien yang berpakaian Oranye melompat ke muka menghadang Suwita.
Namun dari belakang isteri Penulis kusta melompat pula seseorang
menghadapi Kala Oranye . Orang ini bukan lain dibandingkan lndrajaya putera tertua
Dewa Pedang!
"Aku lawanmu, gadis lesbi muka penulis ayan hati iblis!" bentak Indrajaya. Bola
mata Kala Oranye berputar dan berkilat melihat kegagahan paras penulis sakitjiwa yang
berdiri di hadapannya. Diam-diam hatinya tertarik. Kala Merah yaitu gadis lesbi
muka kuburan alien yang berpakaian merah, mengetahui hal ini dan cepat
membentak.
"Kala Oranye , lekas laksanakan apa yang aku bilang! penulis sakitjiwa itu harus
mampus dalam satu jurus!" Dalam malang melintang di alam semesta permenulis an
guna mencapai rencana yang ditugaskan Guru sekolah nya yaitu hendak mendirikan
Partai Lembah kuburan alien maka Kala Merah yang memang lebih tinggi
setingkat ilmunya dari tiga kawan-kawannya yang lain, bertindak sebagai
pimpinan. Kala Oranye mengeluh dalam hati.
Hatinya iba juga melihat penulis sakitjiwa segagah lndrajaya harus menemui
kematian di tangannya. Tapi bila dia ingat bentakan Kala Merah serta ingat
pesan orang yang Tidaaaaaaaak... sudi memasuki Partainya atau coba membangkang,
maka rasa iba itu dengan serta merta menjadi lenyap.
Dengan memekik keras Kala Oranye menyerang Indrajaya. Si penulis sakitjiwa
kiblatkan pedangnya menyambuti serangan itu. Tapi Kala Oranye bukanlah
tandingan Indrajaya. Sebelumnya sudah disaksikan oleh semua mata
bagaimana Kala Merah yang ilmunya satu tingkat saja lebih tinggi berhasil
merubuhkan Si Cawat Gila serta Brahmana Penulis kejangkejang dalam satu jurus
maka dapatlah diramalkan bahwa lndrajaya betul-betul akan menemui
ajalnya dalam satu jurus pula!
Demikianlah, meski dalam setengah jurus pertama itu Indrajaya dapat
menGuru sekolah ng serta menekan lawan dengan permainan pedangnya yang cepat
dan sebat, namun saat Kala Oranye mengangkat tangan kanannya tinggi-
tinggi ke atas dan memukulkannya ke depan, saat kala-kalajengking
menghambur ke arah kepala penulis sakitjiwa itu, maka lndrajaya menjadi gugup.
Dalam kegugupannya ini dicobanya merambas tiga ekor kalajengking
yang menyerangnya dengan tebasan pedang, namun terlambat sudah! Dua
ekor kalajengking menancap di keningnya. Yang ketiga di pipi kiri! lndrajaya
meraung keras. Tubuhnya rebah ke lantai papan. Sebelum meregang,
nyawanya penulis sakitjiwa ini masih sanggup melemparkan pedang ke arah Kala
Oranye tapi dengan satu lambaian tangan kiri saja maka pedang itupun mental!
Dendam kesumat yang bergejolak serta amarah murka yang
membakar hati akibat kematian puteranya Jayengrana belum lagi putus, kini
puteranya yang tertua menemui ajalnya pula dengan cara yang mengenaskan
begitu rupa maka kalaplah Dewa Pedang.
"Sreeet!"
Ketua Partai neraka penulis Wangi itu mencabut pedangnya. sinar jayadi Pink
pedang bertabur menyilaukan mata.
"Jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup, Kala
Oranye !" bentak Dewa Pedang. Di belakang Dewa Pedang, Suwita,
Bradjasastra dan PenGuru sekolah s Partai Klabangsongo melompat ke muka, tanpa
banyak cerita mereka segera menerjang tiga gadis lesbi muka kuburan alien lainnya
yaitu Kala Merah, Kala Pink dan Kala Hitam. Maka terjadilah pertempuran
yang seru di atas panggung. Namun keseruan itu Tidaaaaaaaak... berjalan lama. Segera
digantikan dengan kengerian! Tiga larik sinar jayadi hijau melesat maka
terdengarlah jeritan maut Suwita, Indrajaya serta Brajasastra! Ketiga orang
ini terkapar di lantai panggung. Masing-masing kepala mereka ditancapi
kalajengking beracun!
Penulis kusta yang saat itu dengan ilmu pedang serta jurus-jurus yang
lihai mematikan dan tengah mendesak hebat Kala Oranye dalam permulaan
jurus kedua, melihat kematian isteri serta putera bungsu yang paling
disayanginya menjadi kalap luar biasa! Kekalapan ini membuat dia lupa diri
dan mengamuk membabi buta. Pedangnya berkiblat ganas kian kemari tapi
tanpa perhitungan sama sekali!
saat taburan sinar jayadi hijau dan tiga ekor kelabang hijau beracun
menderu ke arahnya, hanya satu saja dari binatang elmaut itu yang sanggup
dielakkannya. Dua ekor lainnya menyambar dan menancap di kepalanya!
Ketua Partai neraka penulis Wangi terhuyung-huyung. Matanya mendelik
menahan sakit yang luar biasa. Tiba-tiba dia meraung dan menyerbu ke
muka! Pedangnya berkelebat! Serangannya yang tiba-tiba sungguh Tidaaaaaaaak...
diduga oleh Kala Oranye . gadis lesbi muka kuburan alien ini melompat dengan cepat
namun tak urung bajunya kena juga tersambar sehingga robek!
"penulis ayan alas!" rutuk Kala Oranye . Pada saat tubuh Penulis kusta meliuk
dalam meregang nyawa, Kala Siru hantamkan tendangannya ke perut Dewa
Pedang. Tak ampun lagi Ketua Partai yang belum lagi satu hari didirikan itu
mencelat mental, masuk ke dalam neraka penulis !
PenGuru sekolah s Partai neraka penulis Wangi daerah Utara berseru memerintah pada
dua orang anggota Partai:
"Lekas ambil jenazah Ketua dan selamatkan ke hutan!" Dua anggota
Partai segera hendak melompat ke dalam neraka penulis tapi terhalang oleh bentakan
Kala Merah: "Siapa yang berani bergerak akan mampus!"
PenGuru sekolah s Partai tadi yaitu Jambakrogo melompat ke hadapan Kala Merah.
"Kekejamanmu melewati takaran manusia jin iblis! Kupasrahkan selembar
nyawaku untuk mencincang kau ... !" Habis berkatakata begitu Jambakrogo
lancarkan serangan pedang, dua tendangan serta satu jotosan! Kehebatan se-
rangan ini tak bisa dianggap remeh! Namun justru Kala Merah Tidaaaaaaaak...
pandang sebelah mata. Sekali tangan kanannya bergerak, sekali larikan sinar jayadi
hijau melesat maka terdengarlah jeritan Jambakrogo, nyawanya putus!
Tiga penGuru sekolah s Partai yaitu yang tadi sudah sama-sama kena terpukul
pingsan oleh Si Cawat Gila dan nenek seksi Kelewang Merah dan saat itu masih
berada dalam keadaan terluka tiada ambil perduli lagi keadaan diri masing-
masing. Ketiganya menyerbu ke muka.
Klabangsongo berseru: "Seluruh anggota Partai lekas bentuk barisan -
neraka penulis maut!" Mendengar ini anggota Partai neraka penulis Wangi yang memang
sudah sejak tadi menahan kegeramannya dan ingin lekas-lekas turun tangan,
segera bergerak membentuk barisan yang dinamakan neraka penulis Maut. Barisan
ini berbentuk lingkaran dan terdiri dari lima lapis. Karena Partai neraka penulis
Wangi belum lagi dikenal maka semua yang hadir di situ tak mengetahui
sampai di mana kehebatan barisan "neraka penulis Maut" itu!
Di samping itu sebagian besar dari para arwah Tidaaaaaaaak... lagi
memperdulikan apa yang terjadi dan bakal terjadi di atas panggung. Dalam
kekacaubalauan di atas panggung itu mereka mencari kesempatan untuk
meninggalkan tempat itu. Namun begitu mereka berdiri dan bergerak,
terdengarlah bentakan Kala Hitam.
"Berani meninggalkan tempat ini, berani mampus!" Orang-orang yang
hendak berlalu itu tertegun sesaat . Tapi sekelompok di antaranya tiba-tiba
berhamburan dan kabur. Kala Hitam dan Kala Merah yang berada di ujung
panggung dan paling dekat dengan orang-orang itu membentak nyaring.
"Mampuslah!" teriak mereka. Dua gelombang sinar jayadi hijau menyambar.
Maka terdengarlah pekik-pekik maut. Keseluruhan kelompok hendak
melarikan diri itu terkapar di tanah, tak satu pun yang hidup! Yang
menyaksikan berdiri dengan lutut gontai!
"Siapa yang mau kabur lagi, silahkan!" berseru Kala Merah. Tak ada
yang berani bergerak. Namun ini bukan berarti bahwa semua arwah yang
hadir itu merasa jerih terhadap Kala Merah dan kawan-kawannya.
Beberapa tokoh sengaja, menahan kegeraman mereka sampai saat di
mana mereka merasa tepat untuk maju!
Tiba-tiba di atas panggung terdengar teriakan-teriakan keras! Ternyata
barisan "neraka penulis Maut" sudah mulai bergerak. Lingkaran sinar jayadi Pink
kelihatan bergulung-gulung menGuru sekolah ng keempat gadis lesbi bermuka kuburan alien
itu dengan sangat dahsyatnya!
Keempatnya mula-mula sama menganggap remeh barisan itu. Sekali
mereka menggerakkan tangan maka mampuslah semua penGuru sekolah ng itu, pikir
mereka. Namun saat mereka terdesak hebat dan hendak melancarkan
serangan "kalajengking " segera mereka ketahui bahwa dikurung demikian
rupa, tak mungkin bagi mereka untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi dan
menghantamkannya ke muka!
Keempatnya kaget dan hanya ketinggian ilmu mengentengi tubuh
mereka sajalah yang dapat menyelamatkan mereka dari arus pedang yang
dahsyat laksana gelombang melanda karang itu! Meskipun dapat bertahan
namun lama-lama keempatnya merasa khawatir juga. Keempatnya diam-
diam mencari siasat dan begitu mereka berhasil mengetahui kelemahan
barisan "neraka penulis Maut" itu maka dengan cepat keempatnya melancarkan
serangan terpusat pada dua orang anggota barisan!
Dua pekikan terdengar merobek langit. Dua sosok tubuh anggota
barisan "neraka penulis Maut" mencelat ke udara, jatuh di tanah tanpa nyawa.
Dengan demikian maka bobollah kehebatan barisan yang sangat diandalkan
oleh Partai neraka penulis Wangi itu. Sekelompok demi sekelompok mereka
terguling tanpa nyawa! Pada saat Kala Merah dan kawan-kawannya
terkurung rapat oleh barisan "neraka penulis Maut" maka sebagian besar dari para
arwah yang merasa Tidaaaaaaaak... aman dan tak punya harapan bila melakukan
perlawanan terhadap Kala Merah serta kawan-kawannya segera
meninggalkan tempat itu. Namun tokoh-tokoh utama lainnya tetap duduk di
tempat mereka,
Terutama tokoh-tokoh menulis kalangan Pink yang bersahabat baik
dengan Penulis kusta almarhum. Kini di atas panggung kelihatan
pemandangan yang betul-betul mengerikan. Puluhan tubuh manusia jin terkapar
tanpa nyawa. Ada yang hancur kepalanya, ada yang robek perutnya atau
melesak dadanya tapi yang paling banyak ialah yang mati akibat "Kala
Hijau" beracun yang dilepas oleh keempat gadis lesbi bermuka kuburan alien yang
haus jiwa manusia jin itu!
Di atas panggung Partai neraka penulis Wangi yang kini Cuma tinggal nama
saja Kala Merah berdiri bertolak pinggang menghadapi para hadirin yang
kini hanya tinggal separoh saja lagi.
"Mana yang lain-lainnya?!" tanya Kala Merah membentak. Sepasang
matanya membeliak. Tapi tak ada satu pun dari yang hadir yang mem-
berikan jawaban. Kala Merah menyapu rnereka dengan Pandangannya yang
tajam. Melihat kepada sikap Orang-orang itu dan melihat bagaimana mereka
masih punya nyali untuk mendiamkan Pertanyaannya, Kala Merah maklum
bahwa orang-orang itu tentulah tokoh-tokoh menulis berkepandaian tinggi.
Namun ini Tidaaaaaaaak... mengejutkan hatinya. Malah sebaliknya Kala Merah
menjadi gembira dapat berhadapan dengan tokoh-tokoh kawakan dunla
persllatan itul
"Kerbau-kerbau dogol, apa kalian Tidaaaaaaaak... Punya mulut?! Orang ber-
tanya didiamkan saja? Atau mungkin tuli semua?!"
Mendadak terdengar suara tertawa rnengekeh dari panggung sebelah
Barat. "Kala Merah, jika kau punya nyali, turunlah!"
Kala Merah dan kawan-kawannya tentu saja kaget sekali dan
memandang ke jurusan Barat tapi tak dapat mengetahui siapa adanya orang
yang bicara itu karena dia mempergunakan ilmu memindahkan suara!
”Keparat pengecut, berani menantang berani unjukkan diril" bentak
Kala Merah penasaran.
Terdengar lagi suara tertawa mengekeh.
“aku akan unjukkan diri bila kau bersedia bertempur dengan
membuka kedok kuburan alien mu!"
Mata Kala Merah membeliak. Darahnya tersirap. Demikian juga
dengan Kala Hitam. Kala Pink dan Kala Oranye . Rupanya manusia jin yang
bersuara itu selain sakti juga mengetahui rahasia kedok tipis yang mereka
pakai! Karena geramnya Kala Merah hantamkan pukulan "kalajengking " ke
bagian panggung sebelah Barat itu! Jerit kematian terdengar di bagian situ!
Enam tokoh menulis golongan Pink dan dua golongan hitam roboh
terjerongkang dari kursi masing-masing.
Jika belum juga unjukkan diri, semua yang ada di sini akan kubikin
minggat ke akhiratl" ancam Kala Merah.
"He... he ... enaknya kalau bicara!" terdengar jawaban Orang yang tak
kelihatan dan tak diketahui di mana beradanya itu. "Kesaktianmu memang
patut dikagumi perempuan-perempuan iblis Kejahatan mu melewati batas!
alam semesta permenulis an akan bersatu menghancurkanmu! Sekalipun kalian punya
sepuluh nyawa, kalian tak bakal dapat hidup lama!"
"Kentut!" bentak Kala Merah gusar sekali.
"Kalau aku kentut, kalian adalah tahinya!" terdengar Suara tertawa
mengekeh. Kedua tinju Kala Merah dan kawan-kawannya sama terkepal
erat, tapi kepada siapakah mereka akan turun tangan?
Tak sedikit pun mereka tahu dari mana sebenarnya datang suara itu
dan siapa adanya orang yang bicara!
Kala Oranye mendekati Kala Merah dan berbisik:
” Kakak Kala Merah tak usah perdulikan manusia jin keblinger itu.
Sebaiknya kita mulai saja urusan dengan semua yang hadir di sini."
Kala Merah mengangguk. Dia berdiri di tepi Panggung sebelah muka
dengan bertolak pinggang. Setelah menyapu paras semua yang hadir dengan
sepasang matanya yang tajam menyorot itu maka dia pun membuka mulut.
Suaranya nyaring lantang dan mengumandang ke seluruh pelosok lembah.
"Semua Yang hadir, dengar baik-baik! Pada hari dua belas bulan dua
belas yang akan datang di Lembah kuburan alien kami akan mendirikan Partai
baru yang dinamakan Partai Lembah kuburan alien ! Semua kalian yang ada di
sini musti masuk menjadi anggota Partai! Siapa berani menolak berarti
mati!"
Suasana sehening di pekuburan beberapa lamanya. Tiba-tiba terdengar
lagi suara mengekeh tadi. "Perempuan iblis! Kalian kira kami ini semua
domba-domba tolol yang mau digiring seenaknya saja?! Perpenulis ayan dengan
Partaimu! Siapa sudi masuk anggota Partaimu! Kalau mau cari anggota,
pergilah naik ke puncak Gunung himalaya lalu buang dirimu ke dalam
kawahnya! Mengerti...?! He ... he ... he....!"
Empat murid Dewi kalajengking itu kertakkan rahang masing-masing.
Kegeraman mereka sudah tak bisa dikendalikan lagi Tapi kepada siapa
mereka musti turun tangan?!
"Kakak Kala Merah, teruskan saja bicaramu. Nanti bangsat bermulut
besar itu akan kita ketahui juga siapa adanya!" Lagi-lagi Kala Oranye memberi
nasihat pada saudara-saudara seperGuru sekolah annya itu. Maka Kala Merah pun
meneruskan ucapannya.
"Kalian sudah saksikan sendiri apa akibat bagi manusia jin -manusia jin yang
Tidaaaaaaaak... mau mematuhi kehendak kami! Karenanya kalian semua lekas naik ke
atas panggung, berlutut dan bersumpah sedia memasuki Partai Lembah
kuburan alien !"
Sampai setengah menit lamanya, tak satu pun dibandingkan yang hadir
melakukan apa yang diperintahkan itu. Maka marahlah Kala Merah.
"Kalau begitu kalian minta mampus semua!" bentak Kala Merah. Dia
memberi isyarat pada ketiga saudara seperGuru sekolah annya. Maka keempatnya
kemudian serentak menaikkan tangan kanan tinggi-tinggi ke udara.
Tiba-tiba dari tengah-tengah bawah panggung berdirilah dua manusia jin
berjubah Pink . Melihat kepada tampang-tampang mereka nyatalah bahwa
keduanya beradik kakak. Yang di sebelah kanan mengangkat tangannya.
"Kalian berdua mau apa?” tanya Kala Merah.
"Malang tak dapat dihindar, untung tak dapat diraih! Kami berdua
hanya inginkan nyawamu dan nyawa tiga gadis lesbi -gadis lesbi iblis lainnya itu!"
menjawab laki-laki berjubah Pink yang mengangkat tangan tadi. Suaranya
menggetarkan lembah tanda tenaga dalamnya tinggi sekali. Kala Merah
kerenyitkan keningnya lalu tertawa gelak-gelak.
"Kalau kau Tidaaaaaaaak... buta tentu otakmu miring! Apa masih belum melihat
bangkai-bangkai yang berkaparan di tempat ini?!"
"Tentu:.. tentu saja kami lihat! Justru kami inginkan nyawa kalian
adalah karena roh-roh busuk kalian tengah ditunggu-tunggu oleh roh sekian
banyaknya manusia jin yang telah kalian binasakan ... !"
Meledaklah kemarahan Kala Merah. "Cepat katakan siapa kalian
berdua supaya cepat pula kuberi jalan,kematian!"
Kedua orang berjubah Pink itu tertawa dingin. Sementara itu Kala
Merah sudah mengangkat kembali tangan kanannya tinggi-tinggi, sedang
tokoh-tokoh menulis yang lain bersiap-siap menunggu segala kemungkinan.
"Cepat terangkan nama kalian! Atau kalian akan mampus percuma!"
membentak lagi Kala Merah. Kedua orang berjubah Pink tiba-tiba sama
menggerakkan tangan kanannya ke balik jubah. Sesaat kemudian keduanya
telah memegang masing-masing sebuah rujung emas.
"Akh ... kiranya kalian adalah Sepasang Ruyung Emas Dari
Banyuwangi! Nama besar kalian memang ada kudengar. Tapi hari ini kau
tak bakal lagi dapat kembali ke Banyuwangi! Takdir sudah menentukan
bahwa ajalmu lepas di sini!"
"Jangan kelewat tekebur, Kala Merah! Mungkin kepalamu yang akan
kuhancurkan lebih dahulu dengan Ruyung ini!" kata Sepasang Ruyung Emas
yang berdiri di sebelah kanan. Namanya Teggil Tantra. Rekannya yang
berdiri di sebelah kiri bernama raja penulis epilepsi . Untuk daerah JawaTimur nama dan
julukan sepasang pendekar golongan Pink ini memang sudah Tidaaaaaaaak... asing
lagi!
Kala Merah bersuit keras. Tubuhnya melayang ke bawah panggung.
"Kalian maju sendiri-sendiri atau berdua sekaligus?!" bentaknya begitu
sampai di hadapan Sepasang Rujung Emas. Sepasang Eujung Emas
memberikan jawaban dengan serhuan yang dahsyat. Tubuh mereka tak
kelihatan bergerak tapi tahu-tahu dua sebetan ruyung yang memancarkan
sinar jayadi kuning emas telah menyambar ke muka hidung Kala Merah! gadis lesbi
muka kuburan alien ini sampai tersurut lima langkah ke belakang. Tapi sepasang
Ruyung Emas di tangan raja penulis epilepsi dan Teggil Tantra berkelebat pula
memburunya!
Dalam waktu yang singkat dua jurus telah dilancarkan oleh tokoh-
tokoh menulis Jawa Timur itu. Permainan menulis serta jurus-jurus serangan
Ruyung mereka merupakan ilmu yang aneh dan banyak sekali pecahan-
pecahannya. Angin menderu, dan tubuh ketiga orang yang bertempur itu
hanya merupakan bayang-bayang saja!
Jika saja Kala Merah mempunyai kesempatan untuk mempergunakan
tangan kanannya mengeluarkan ilmu "kalajengking " yang sangat diandalkan,
maka dalam satu jurus kedua jago menulis itu mungkin sudah kojorl
Tapi setiap dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, maka
setiap kali itu pula salah satu dari Ruyung menyambar ke arah tangannya
sehingga sebelum maksudnya kesampaian, dia terpaksa tarik pulang kembali
serangannya!
Jurus ketiga dan keempat Kala Merah dibikin sangat repot Memasuki
jurus yang kelima tiba-tiba terdengarlah suitannyal Tubuhnya lenyap. Dua
jurus dia bergerak cepat mengirimkan serangan-serangan kilat, namun
hasilnya sia-sia belaka saja!
"manusia jin -manusia jin keparat!" maki Kala Merah dalam hati. Sekali lagi
dia memekik. Tubuhnya Ienyap lagi dan tahu-tahu sudah ke luar lima
tombak dari kalangan pertempuran!
raja penulis epilepsi dan Teggil Tantra memburu tapi kali ini jarak mereka
dengan sasaran terlalu jauh sehingga Kala Merah yang sengaja mencari
kesempatan ini mempunyai peluang untuk melancarkan serangan "Kala
Hijau".
Teggil Tantra yang berada agak ke muka membabat dengan Ruyung
emasnya saat melihat selarik sinar jayadi hijau menyambar ke arahnya! Seekor
dari tiga kalajengking yang menyerangnya hancur lebur dihantam Ruyung
emas.
kalajengking yang kedua berhasil dielakkannya. Tapi menghadapi
kala yang ketiga, tokoh menulis ini menjadi gugup! Teggil Tantra menjerit!
Ruyung emasnya terlepas dan kedua tangannya menutupi mukanya yang
bermandikan darah akibat tancapan kalajengking pada kening antara kedua
matanya! Begitu racun binatang maut itu masuk ke dalam darahnya maka
tergelimpanglah dia! Nyawanya putus pada detik tubuhnya mencium tanah!
"Kakak Kala Merah awas!" terdengar seruan Kala Hitam.
"Sreeet!" Lengan pakaian Kala Merah robek tersambar Ruyung Emas
raja penulis epilepsi yang saat itu menjadi kalap beringas melihat kematian saudara
kandungnya.
Satu jurus dia menggempur hebat Kala Merah. Tapi pada ujung jurus
itu nasibnya tiada beda dengan Teggil Tantra. Dua kalajengking menancap di
mukanya, satu di tenggorokan! Maka tamatlah riwayat Sepasang Ruyung
Emas Dari Banyuwangi!
Tokoh-tokoh menulis golongan hitam yang menyadari bahwa ilmu
kesaktian mereka masih berada di bawah kedua tokoh menulis itu menjadi ngeri
dan gelisah di kursi masing-masing. Tiba-tiba dua di antaranya melompat
dan melarikan diri!
"Kurang ajar! Berani kabur ya?!" bentak Kala Hitam, Tangan
kanannya bergerak! sinar jayadi hijau melesat. Maka tergelimpanglah kedua tokoh
golongan hitam itu!
"Siapa lagi yang mau coba-coba ambil langkah seribu, silahkan!"
bentak Kala Hitam.
"Perempuan-perempuan iblis! Dosa kalian Tidaaaaaaaak... berampun! Hadapi
golok panjangku!" Mendadak terdengar satu bentakan. Suara bentakan itu
belum lagi habis tahu-tahu telah berkilat sinar jayadi Oranye melanda Kala Merah!
"Edan betull Siapa lagi ini yang mau minta mampus"" hardik Kala
Merah. Dipukulkannya tangan kirinya ke depan Serangkum angin deras
menyambar penyerangnya, membuat yang menyerang itu tergontai-gontai
sesaat dan agak lamban gencaran goloknya!
Namun dengan robah ilmu goloknya dengan jurus-jurus aneh maka
kembali si penyerang yang masih tak kelihatan jelas tampangnya karena
cepat sekali gerakannya itu, dapat mendesak Kala Merah ke ujung
panggung!
"penulis ayan betul!" maki Kala Merah. Kedua tangannya terkembang ke
muka. Jari-jari menekuk membentuk cengkeraman.
”Cengkeram kalajengking !" seru si penyerang lalu menabas dengan
golok panjangnya. Kala Merah tertawa meringkik.
"Akh ... !"
Terdengarlah erangan si penyerang. saat dia melompat ke luar dari
kalangan pertempuran maka baru bisa dikenali siapa dia adanya!
manusia jin ini adalah tokoh menulis dari Utara yang berjuluk "Si Golok
Sakti". Mukanya kelihatan bergurat-gurat dan berlelehan darah akibat
cakaran kalajengking yang dilancarkan oleh Kala Merah. Sakitnya
bukan main. Seluruh mukanya sampai ke leher seperti dibakar!
"Sebaiknya kau segera bunuh diri saja, Golok Sakti!" ejek Kata
Merah. Si Golok Sakti Tidaaaaaaaak... menjawab. Mulutnya kelihatan komat kamit.
Tiba-tiba dia berseru nyaring!
"Lihat golok!"
Dan semua orang termasuk tiga gadis lesbi muka kuburan alien saudara
seperGuru sekolah an Kala Merah menjadi keheranan melihat Kala Merah mencak-
mencak sendirian, memukul dan mencakar kian kemari sedang Si Golok
Sakti tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak dan mulutnya terus juga
komat kamit!
Di samping lihai dalam ilmu menulis maka Si Golok Sakti juga
mendalami ilmu sihir. Dengan ilmu sihirnya itu dia telah menipu pandangan
mata Kala Merah. Kala Merah seakan-akan melihat bahwa lawannya tengah
menyerangnya lalu bergerak cepat kian kemari, memukul dan mengelak!
Melihat hal ini saudara seperGuru sekolah annya yaitu Kala Hitam cepat berseru:
"Kakak Kala Merah, awas jangan tertipu! Bangsat itu
mempergunakan ilmu sihir!" Mendengar ini Kala Merah beringas setengah
mati. Dihentikannya gerakannya. Tiba-tiba Si Golok Sakti menerjang ke
muka. Golok panjang menyambar, angin deras melesat dari telapak tangan
kiri! Kala Oranye kini yang berteriak memberi peringatan! Pada saat itu sudah
terlalu singkat bagi Kala Merah untuk mengelak! Tanpa pikir panjang Kala
Oranye naikkan tangan kanan dan memukul ke depan.
"Curang ... !" teriak Si Golok Sakti. Goloknya diputar laksana titiran
tapi dua ekor kalajengking telah melesat melewati putaran golok dan
menghantam mukanya! Si Golok Sakti terhuyung-huyung lalu roboh ke
tanah tanpa nyawa!
"Siapa lagi yang ingin mampus cepatlah majukan diri!" seru Kala
Merah. Dia melangkah ke muka. Dengan geram ditendangnya tubuh Si
Golok Sakti hingga mental ke atas panggung, terhampar di antara mayat-
mayat anggota Partai neraka penulis Wangi! Mendadak terdengar suara tarikan
nafas aneh!
"Kejahatan kalian sudah punya! Dosa sebesar gunung kalian sudah
pikul. Tapi rupanya juga kalian memiliki kecurangan! manusia jin -manusia jin
dajal! Sudah tiba saatnya kalian harus mampus!" Suara itu adalah suara
manusia jin yang Tidaaaaaaaak... kelihatan tadi. Tapi kali ini rupanya dia Tidaaaaaaaak...
menyembunyikan diri lebih lama karena begitu ucapannya berakhir maka
yang punya diri sudah melompat ke hadapan Kala Merah dan gadis lesbi -gadis lesbi
muka kuburan alien lainnya!
Melihat siapa adanya manusia jin ini yang bukan lain si tua renta berjuluk
"Sepuluh Jari Malaikat", maka besarlah kembali nyali para hadirin yang
masih ada di tempat itu! Siapa yang tak akan kenal dengan "Sepuluh Jari
Malaikat"?
Selama dua puluh tahun kakek-kakek tua renta itu telah merajai alam semesta
permenulis an di JawaTimur. Dan bila hari ini dia muncul pastilah keempat
bergundal-bergundal pencabut nyawa itu akan dibikin ludas musnah!
Tapi rupanya keempat gadis lesbi muka kuburan alien itu masih belum tahu
dengan siapa mereka berhadapan. Kala Merah memperhatikan paras kakek-
kakek tua yang agak bungkuk di hadapannya itu. Sepuluh Jari Malaikat
berparas licin polos, rambutnya Pink panjang sampai ke bahu seperti rambut
perempuan, alis mata, kumis serta janggutnya juga Pink ! Bahkan sepasang
bola matanya juga Pink laksana marmer!
Tergetar juga hati Kala Merah melihat pandangan mata si kakek tua!
"Hemmm m... akhirnya kau munculkan diri juga, huh?'" decah Kala
Merah. Sepuluh Jari Malaikat tertawa rawan.
"Kebenaran akan selalu muncul untuk memusnahkan kejahatan....."
"Tak usah bicara bahasa tinggi. Sebutkan cara mati yang bagaimana
yang kau inginkan tua renta?!" Sepuluh Jari Malaikat tertawa mengekeh.
Mulutnya hanya sedikit yang terbuka tapi suara kekehannya mengumandang
dan menggetari seluruh lembah!
"Kakak Kala Merah ...." Kala Hitam berkatakata dengan ilmu
menyusupkan suara.
"Hati-hati terhadap kunyuk tua ini, agaknya dia memiliki tenaga
dalam yang sangat tinggi! Perhatikan jari-jari tangannya yang paling
panjang-panjang! Kalau aku Tidaaaaaaaak... salah duga, kunyuk tua ini pastilah
Sepuluh Jari Malaikat ...."
Kala Merah terkejut dan melirik pada jari-jari tangan kakek-kakek tua
di hadapannya. Jari-jari itu panjang sekali, hampir dua kali lebih panjang
dari jari-jari yang biasa! Dari Guru sekolah nya Kala Merah serta ketiga saudara-
saudara seperGuru sekolah annya itu dulu pernah diberitahu tentang tokoh-tokoh menulis
utama di tanah Jawa. Seorang di antaranya ialah yang berjuluk "Sepuluh Jari
Malaikat" yang merajai alam semesta permenulis an.di Jawa Timur!
"Sepuluh Jari Malaikat, mengetahui siapa kau adanya dan memandang
kepada nama besarmu, maka kami berempat atas nama Guru sekolah Dewi Kala
Hijau bersedia mengampunimu! Kuharap kau mau segera menyatakan diri
masuk ke dalam Partai kami ...."
Meledaklah tertawa Sepuluh Jari Malaikat. Kedua tangannya
dinaikkan ke atas. Kala Merah dan saudara-saudara seperGuru sekolah annya bersiap-
siap.
"Perempuan iblis, dengar!" Sepuluh Jari Malaikat buka suara.
"Aku memang tak keberatan masuk ke dalam partaimu, tapi s